Anda di halaman 1dari 19

Makalah Observasi

Koperasi Serba Usaha


Panca Bhakti

Dosen Pembimbing : Parmadi, SE, ME

Disusun Oleh :
Rifa’i (ERC1A011012)
Jeklin Pratiwi (ERC1A011037)
Irwan Hidayat (ERC1A011047)
Yuliarti (ERC1A011054)
Ricky Agustinus (ERC1A011076)
Dita Amalia (ERC1A011088)
Puji Astuti (ERC1A011091)

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN : ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS JAMBI
2012

i|Page
Observasi Koperasi

Judul Modul : Observasi Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti


– Kota Jambi

Penyusun : Rifa’i (ERCIA011012)


: Jeklin Pratiwi (ERC1A011037)
: Irwan Hidayat (ERC1A011047)
: Yuliarti (ERC1A01154)
: Ricky Agustinus (ERC1A011076)
: Dita Amalia (ERC1A01188)
: Puji Astuti (ERC1A011091)

Dosen Pembimbing : Parmadi, SE, ME

ii | P a g e
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3


2.1 Konsep Koperasi ............................................................................................ 3
2.2 Konsep Kinerja Koperasi .............................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN 7


3.1 Gambaran Umum Koperasi yang di Observasi .......................................... 7
3.2 Aspek Keanggotaan Koperasi ....................................................................... 9
3.3 Aspek Pengendalian Oleh Anggota............................................................... 11
3.4 Aspek Otonomi dan Kemampuan Koperasi ................................................ 13

BAB IV PENUTUP 15
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
4.2 Saran-saran ..................................................................................................... 16

iii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak dilahirkan manusia sudah menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup dan akan berusaha
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang
dan jasa yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan manusia. Manusia tidak pernah merasa puas
dengan apa yang mereka peroleh. Berbagai cara telah mereka gunakan untuk memecahkan permasalahan
ekonomi yang mereka hadapi baik secar individu maupun secara berkelompok.

Pemahaman koperasi sebagai cerminan pasal 33 UUD 1945 selayaknya terus dikedepankan
seiring membangun citra koperasi yang lebih baik dalam kehidupan ekonomi yang berkeadilan. Koperasi
merupakan perkumpulan orang orang termasuk badan hukum yang mempunyai kepentingan dan tujuan
yang sama. Menggabungkan diri secara sukarela menjadi anggota dan mempunyai hak dan kewajiban
yang sama sebagai pencerminan demokrasi dalam ekonomi. Kerugian dan keuntungan ditanggung dan
dinikmati bersama secara adil. Pengawasan dilakukan oleh anggota, yang mempunyai sifat saling tolong
menolong.Perhatian para pelaku koperasi tidak hanya terkonsentrasi pada usaha mengejar keuntungan
ekonomi semata-mata,tetapi juga didasarkan bahwa usahanya dihadapkan dengan kondisi social ekonomi
yang sejajar antara sikaya dan simiskin kondisi social politik yang tidak demokratis dan stabil.

Pada tahun 1981 sekelompok warga di kelurahan suka karya membentuk sebuah unit kecil
koperasi yang awalnya hanya terdiri dari 10 orang anggota. Mereka mulai mendirikan koperasi atas
prakarsa Drs. Sugiono, M. Pd, dengan dimulai membayar sejumlah uang sebagai simpanan pokok dan
simpanan wajib sebagai syarat menjadi anggota, dan tanggal 25 november 1987 Koperasi ini mendapat
badan hukum No. 790/BH/KDK.56/XV. Uang yang diperoleh kemudian dikelolah dan digunakan untuk
kebutuhan para anggota guna memperbaiki perekonomian keluarga. Koperasi ini akhirnya mampu
berkembang hingga pada tahun 2000 koperasi ini diakui dan berbadan hokum. Koperasi ini kemudian
diberi nama KOPERASI SERBA USAHA “ PANCA BAKTI “ koperasi ini kemudian memperoleh
bantuan dana dari pemerintah, Nurdin Hamzah, Perusahaan Milik Negara (PLN), Pemerintah Daerah
(PEMDA), Dana PKPS BBM 2003 dan intansi-intansi terkait lainnya.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 menyebutkan, tujuan koperasi adalah memajukan


kesejahteraan para anggota, hal ini sebagaimana di sebutkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945.

Untuk mendorong koperasi agar mampu mewujudkan dirinya sebagai badan usaha yang sehat,
maju dan berdaya saing tinggi, diperlukan langkah pemberdayaan secara terencana, terpadu dan
terkoordinasikan dengan berbagai pihak baik di pusat maupun di daerah, seperti upaya keberpihakan,
penumbuhan iklim usaha yang kondusif dan kerjasama yang sinergis. Namun demikian, untuk
mewujudkan koperasi agar lebih memiliki peran dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan
mendukung ketahanan ekonomi wilayah, masih dihadapkan pada berbagai permasalahan.

1|Page
1.2 Permasalahan

1. Bagaimana masalah permodalan didapatkan oleh koperasi dari tahun 2009-2011?.


2. Adapun beberapa anggota yang masih belum membayar tepat waktu,dan ada pula yang
menunggak.
3. Masih terasa kurang dana untuk memenuhi pinjaman modal.
4. Administrasi keuangan dilaksanakan dengan baik walaupun pengerjaan sering tertunda karena
dikerjakan langsung oleh sekretaris.
5. Bagaimana perkembangan bidang pengorganisasian terbentuk?.

1.3 Tujuan

Dalam penelitian ini yang akan menjadi obyek penelitian adalah sebuah koperasi
yang berada ditengah-tengah aktifitas kegiatan ekonomi rakyat yaitu: “Koperasi Serba Usaha Panca
Bakti”, dengan alamat Lantai I Unit No. 12A, Pasar Pondok Labu, Jl. Margasatwa No. 1 Pondok
Labu, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan 12450, bertujuan :

1. Untuk membantu anggota koperasi atau masyarkat sekitar memperoleh dana dengan cepat dan
mudah tanpa melalui proses yang sulit seperti di bank.
2. Meningkatkan tatanan perekomomian nasional untuk memperbaiki kehidupan masyarakat secara
umum dengan cara mengusahakan keadilan ekonomi dan kemakmuran.
3. Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
4. Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil, dan
makmur.
5. Dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota koperasi.
6. Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik anggota
untuk dapat menggunakan uangdengan bijaksana dan produktif.
7. Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi.
8. Memberikan pelayanan yang prima kepada segenap anggota, calon anggota dan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan dalam upaya untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dalam hal
ini kepada anggota selaku pemilik Koperasi.
9. Menjalankan kegiatan Usaha Simpan Pinjam dengan efekti,efesien dan transparan.
10. Menjalankan kegiatan Simpan Pinjam sesuai dengan pedoman yang berlaku.
11. Mengutamakan pemberian pinjaman kepada para anggota yang memiliki usaha-usaha produktif.

2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Koperasi

Berdasarkan UUD NO 25 1992 tentang perkoperasian, yang dimaksud dengan koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melaksanakan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang didasarkan atas asas
kekeluargaan. Dari rumusan ini ditegaskan bahwa koperasi itu adalah badan usaha yakni suatu lembaga
ekonomi yang mempunyai kegiatan koperasinya dibidang ekonomi, yakni ekonomi koperasi. Masih ada
kaitan ini, secara hukum ada 2 macam badan hukum koperasi yaitu :

1. Badan usaha koperasi yang anggota orang-orang dinamakan badan koperasi primer.
2. Badan usaha koperasi yang anggotanya badan hukum.

Adapun badan hukum yang dimaksud dalam undang-undang koperasi adlah badan hukum
koperasi, jadi bukan badan hukum seperti perusahaan terbatas swasta, BUMN, adapun yayasan. Alasanya
adalah karena undang-undang hanya mengatur badan usaha koperasi sedangkan badan usaha lainya juga
mempunyai undang-undang sendiri yang diitetapkan pemerintah. Kesalah pahaman dalam pengertian Ini
umum ini ditemui dalam kehidupan koperasi yakni orang mendirikan koperasi dengan kegiatan ekonomi
yang ditujukan untuk melayani orang banyak, jadi bukan anggota yang memakainya. Hal ini tidak sesuai
dengan tujuan operasi ekonomi koperasi itu sendiri.

Ketentuan mengenai bidang usaha koperasi dengan jelas dirumuskan oleh undang-undang
koperasi yaitu pasal 43 ayat 1 yang menyatakan bahwa usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan
dengan kepentingan anggota untuk meningkatan usaha dan kesejahteraanya. Jadi operasi ekonomi
koperasi itu ditujukan untuk melayani anggotanya. Kelebihan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk
melayani masyarakat yang bukan anggota dan koperasi menjalankan koperasi menjalankan kegiatan
usaha dan peranan utama disegala bidang kehidupan ekonomi rakyat. Dengan kebersamaan mereka akan
lebih berdaya untuk mendatangkan manfaat ekonomis untuk mengatasi kesulitan ekonomi
kesehariannya,dibandingkan kalau hanya dikerjakan sendiri-sendiri.

Begitu pula dengan koperasi yang anggotanya bidang usaha koperasi, mencoba mengatasi
masalah bersama yang sering dihadapi dengan jalan mendirikan satu koperasi baru berupa koperasi
sekunder. Pasal 6 UU koperasi menegaskan bahwa koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya
3 koperasi. Dalam usaha pengintegrasian usaha ekonomi koperasi itu ,yakni yang tadi dengan skala kecil
lalu dijadikan besar, harus selalu memegang teguh asas koperasi, bahwa semua kegiatan ekonomi
koperasi itu dtunjukan untuk memenuhi kebutuhan anggota pemakainya. Denga demikian sesama badan
hukum koperasi yang mempunyai kepentingan sama, dapat didirikan sebuah lembaga koperasi lain yang
baru.
Koperasi sebagai badan usaha ekonomi dimiliki oleh anggotanya, mereka pula yang
mengendalikan kegiatan ekonomi koperasi tersebut. Oleh karena itu, koperasi akan memudahkan mereka
mendapat manfaat ekonomi untuk memenuhi kebutuhan bersama para anggota yang melanggani

3|Page
koperasinya itu. Kenyataan ini juga diperkuat oleh ILO (International Labor Organization) yang
mendefinisikan koperasi sebagai “association of person who have voluntary joined together to achieve a
common end through the formation of democraticly controlled organization” bahwa tujuan koperasi
didirikan tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi terutama untuk memperbaiki kesejahteraan
anggotanya. Dengan kata lain, tujuan pembentukannya adalah melindungi anggota dari social dominators
yang memiliki perangkat yang dapat mendominasi kepentingan anggota koperasi. Hal ini juga sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Paul R Ewell yang mengatakan “cooperatives is a mechanism of defense
betterment and emancipation to combat the conditions brought about by evolution of the market or
exchange economy” perihal tentang kegiatan usahanya koperasi dikembangkan, dipakai dan dilanggani
oleh anggota pemakai/masyarakat dilingkungannya, sedangkan manfaat yang dihasilkan dibagikan
kepada para anggota masyarakat pelanggan yang bersangkutan.

Setelah Orde Baru berakhir, belakangan tumbuh kesadaran bahwa gerakan koperasi harus
memainkan peranan penting dalam proses pembangunan. Namun demikian, ternyata koperasi masih
mewarisi permasalahan yang selama ini timbul akibat tidak adanya political wiil pemerintah untuk
memberdayakan koperasi secara sungguh-sungguh. Permasalahan pertama adalah banyaknya peraturan
dan undang-undang yang justru membatasi ruang gerak koperasi seperti yang terjadi pada masa
sebelumnya. Kedua, masalah alih sumber daya seperti manajerial, dana, logistic, perencanaan,
administrasi, kepemimpinan, teknologi, system dan sumber daya manusia.

2.2 Konsep Kinerja Koperasi

Kinerja koperasi khusus mengenai perhimpunan, koperasi harus bekerja berdasarkan ketentuan
undang-undang umum mengenai organisasi usaha (perseorangan, persekutuan, dsb.) serta hukum dagang
dan hukum pajak.

Jika dicermati, ada beberapa kemungkinan penyebab penurunan kinerja pengurus koperasi..
Pertama, masih kuatnya budaya nepostisme yang secara tidak sadar diyakini sebagai wujud azas
kekeluargaan. Nepotisme ini mengakibatkan pengangkatan, pemilihan dan pemberian amanah kepada
pengurus dan atau pegawai kurang mempertimbangkan kompetensi sehingga kapabilitas mereka rendah.
Kedua, belum adanya performance measure (ukuran prestasi) para pengurus koperasi secara jelas.

Jika tidak dirumuskan ukuran dan standar prestasi yang jelas, bagaimana bisa diketahui bahwa si
pengurus berhasil dan gagal. Ketiga, masih rendahnya profesionalisme dan spesialisasi tugas. Dengan
alasan efisiensi tenaga kerja, sering seorang pengurus koperasi harus merangkap pekerjaan sehingga
justru semua pekerjaan tidak ada yang diselesaikan secara optimal. Keempat, lambannya proses adopsi
dan adaptasi teknologi maju. Ketertinggalan sebagian koperasi dalam menerapkan teknologi maju
menyebabkan kegiatan operasi tidak efisien, tidak produktif dan sistem informasi kurang relevan. Untuk
memperbaiki kinerja pengurus koperasi dibutuhkan beberapa upaya kongkrit.

Pertama, penegakan disiplin harus dilaksanakan secara maksimal. Hal ini salah satunya ditandai
dengan kejelasan akan sanksi dan punishment atas kesalahan yang diperbuat oleh oknum pengurus
koperasi. Hendaknya disadari bahwa pengurus koperasi, baik secara bersama-sama, maupun sendiri-
sendiri, berkewajiban menanggung kerugian yang diderita koperasi, karena tindakan yang dilakukan
dengan kesengajaan dan kelalaiannya, dan apabila dilakukan dengan kesengajaan, tidak menutup
kemungkinan bagi Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan. Semua aktivitas pengurus yang telah

4|Page
diberi amanah mengelola koperasi (agent) harus dipertanggung jawabkan di depan para anggota sebagai
pihak pemberi amanah (principal). Rapat Anggota Tahunan (RAT) harus dijadikan wahana evaluasi hasil
kinerja tahunan para pengurus koperasi sebagai wujud akuntabilitas. Namun, gagasan tersebut mungkin
terlalu ideal jika hubungan pengurus dengan anggota bukan merupakan hubungan agent dengan
principal. Meskipun Koperasi berazas kekeluargaan, pertanggungjawaban para pengurus tidak bisa
ditempuh secara “kekeluargaan” dengan memberikan toleransi yang tinggi atas penyimpangan yang
dilakukan pengurus. Mekanisme reward and punishment terhadap pengurus harus diperbaiki dengan
berlandaskan pada anggaran dasar dan kriteria kinerja yang jelas.

Kedua, Birokrasi yang berbelit-belit seharusnya dipangkas. Prosedur dan tatacara perizinan,
pelaporan maupun pertanggungjawaban, baik secara teknis maupun administratif yang terlalu panjang
sering justru mematikan kreatifitas usaha sehingga menurunkan kinerja. Bila kreativitas usaha dihambat
oleh kepentingan birokrasi, maka besar kemungkinan koperasi tersebut sulit untuk bisa berkembang.
Eksistensi sebuah koperasi juga membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif seluruh anggota. Jangan
sampai mereka hanya namanya saja yang tercantum sebagai anggota, tetapi tidak pernah berpartisipasi
karena rumitnya prosedur baku koperasi. Bureaucracy reengineering semestinya segera dilakukan dalam
rangka memicu peningkatan kinerja para pengurus dan atau pegawai koperasi.

Ketiga, Menumbuhkan budaya berdasarkan Misi. Mengubah koperasi yang digerakkan oleh
peraturan dan birokrasi menjadi koperasi yang digerakkan oleh misi. Cita-cita mulia dari pendirian sebuah
koperasi yaitu membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosialnya, harus diterjemahkan secara kongkrit dalam bentuk budaya organisasi. Budaya yang terbentuk
sering menyimpang dari misi sebuah koperasi karena sebagian pengurus berusaha hanya meningkatkan
kesejahteraan kelompoknya dan bukan kesejahteraan anggota lainnya apalagi masyarakat. Pola pikir
(mindset) pengurus seperti ini berorientasi jangka pendek dan secara organisasi merugikan koperasi itu
sendiri.

Keempat, koperasi berorientasi pada anggota dan masyarakat. Pertanggungjawaban pengurus


pada saat RAT mestinya bukan sekedar untuk memenuhi kepentingan birokrasi tetapi penilaian terhadap
seberapa berhasil para pengurus memenuhi kebutuhan dan harapan anggota atau masyarakat selain
anggota koperasi. Pada umumnya pengurus koperasi salah dalam mengidentifikasikan variabel apa saja
yang harus dipertanggungjawabkan pada saat RAT. Orientasi pengurus adalah bagaimana agar laporan
pertanggungjawabannya dapat diterima oleh sebagian besar anggota koperasi meskipun dalam jangka
panjang kemungkinan bisa mengurangi daya saing ekternal. Dalam kondisi seperti ini, pengurus akan
memenuhi semua kebutuhan dan keinginan birokrasi, sedangkan pada masyarakat dan bisnis, mereka
seringkali tidak care. Selayaknya, pengurus koperasi mengidentifikasikan siapa pelanggan yang
sesungguhnya. Dengan cara seperti ini, tidak berarti pengurus tidak bertanggungjawab pada anggota,
tetapi sebaliknya, mereka menciptakan sistem pertanggungjawaban ganda (dual accountability): kepada
anggota dan kepada masyarakat atau pelanggan lain yang secara langsung maupun tidak langsung
membutuhkan jasa koperasi.

Kelima, berorientasi pada mekanisme pasar. Koperasi harus mengembangkan prinsip-prinsip


perusahaan dan pasar secara maksimal. Penerimaan pegawai harus mengikuti seleksi ketat sesuai
kemampuannya masing-masing sehingga bisa direkrut karyawan yang benar-benar kompeten dan trampil

5|Page
secara professional. Mekanisme administratif (sistem prosedur dan pemaksaan) yang umumnya masih
kental diterapkan pada lingkungan koperasi harus segera diganti dengan mekanisme pasar (sistem
insentif) yang cukup fleksibel mengikuti dinamika pasar.

Keenam, penerapan teknologi maju. Computerized system terbukti mampu meningkatkan kinerja
operasional suatu usaha sehingga koperasi tidak bisa menghindar dari kondisi dinamis seperti ini.
Pelatihan dan pemberdayaan pengurus serta pegawai harus dilakukan secara terus menerus agar mereka
tidak gagap teknologi. Kompetisi harus menjadi sarana untuk memicu inovasi para pengurus untuk eksis
dan selalu berkembang.

Masih banyak upaya lain dalam meningkatkan kinerja koperasi yang bisa digali dari keunikan
organisasi masing-masing. Upaya ini sebaiknya dilakukan dengan identifikasi terlebih dahulu Critical
Success Factors (faktor keberhasilan utama), yaitu suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja
sebuah koperasi sesuai tujuan yang akan dicapai. Area CSF ini menggambarkan preferensi manajerial
dengan memperhatikan variabel-variabel kunci finansial dan nonfinansial pada kondisi waktu tertentu.
Suatu CSF dapat digunakan sebagai indikator kinerja atau masukan dalam menetapkan indikator kinerja.
Identifikasi terhadap CSF dapat dilakukan terhadap berbagai faktor misalnya potensi yang dimiliki
koperasi, kesempatan, keunggulan, tantangan, kapasitas sumber daya, dana, sarana-prasarana, regulasi
atau kebijakan koperasi, dan sebagainya.

Untuk memperoleh CSF yang tepat dan relevan maka CSF harus secara konsisten mengikuti
perubahan yang terjadi dalam organisasi. Setiap bentuk usaha koperasi mempunyai CSF yang berbeda-
beda karena sangat tergantung pada unsur-unsur apa dari koperasi tersebut yang dapat menentukan
keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. CSF sebuah koperasi misalnya:

(1) Sumber daya manusia yang dimiliki oleh koperasi yang profesional, jujur dan berdedikasi tinggi,
(2) Jaringan kerjasama dengan sumber daya intern dan ekstern,
(3) Sistem informasi dan teknologi yang mendukung pengembangan usaha koperasi dan
(4) Dukungan dari masyarakat untuk pengembangan koperasi di masa datang.

6|Page
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Koperasi yang di Observasi

Pada Koperasi Serba Usaha Panca Bakti menggambarkan koperasi serba usaha (KSU) yang
kegiatan usahanya diberbagai segi ekonomi, seperti bidang ekonomi, kosumsi, perkreditan.

Usaha yang dijalankan :

1. Usaha Unit Simpan Pinjam


2. Usaha Waserda
Keterangan :

Usaha Koperasi akan dapat berkembang apabila dijalankan dengan baik dan tidak keluar dari
jati diri dan Prinsip-Prinsip Koperasi yang sesungguhnya. Disamping itu tentunya harus didukung
dengan kualitas sumber daya yang ada pada Koperasi itu sendiri baik SDM pengelola, Pengurus,
Pengawas dan anggota-anggota, maupun sarana dan prasarana.

Karena anggota merupakan pemilik dan pengguna jasa dalam koperasi, maka pengurus dalam hal
ini harus mempu memposisikan anggota-anggota baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa koperasi
yang telah disediakan dan mampu meningkat partisipasi para anggota.

Dalam kata lain kemajuan koperasi terletak pada peran pengurus, pengelola, pengawas, anggota,
serta kemampuan, kecerdasan, kemauan serta kejujuran pengurus, serta peran aktif para anggota-anggota
untuk melakukan kewajiban kewajiban sebagai pemilik yaitu; Memberikan modal (Simpanan Wajib,
Sukarela, maupun menabung) mengikuti rapat-rapat, memberikan saran-saran kepada pengurus baik
diminta maupun tidak diminta dan apabila anggota sebagai pelanggan, maka anggota patut aktif untuk
berpartisipasi serta memanfaatkan jasa-jasa yang telah tersedia di koperasinya, seperti, menabung,
meminjam dengan angsuran lancar.

Koperasi Serba Usaha – Panca Bhakti memiliki landasan hukum sejak 1987 dengan akta
pendirian Nomor : 790/BH/KDK.56/XV. Tanggal. 25 November 1987.

Tata kehidupan dalam organisasi koperasi mengatur bagaimana hubungan di antara anggota dan
pengurus koperasi. Tata kehidupan ini secara prinsip diatur oleh prinsip-prinsip koperasi. Pasal 5 UU
No.25/1992 merinci ada 7 (tujuh) prinsip koperasi Indonesia, yaitu:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota;
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
5. Kemandirian;
6. Pendidikan perkoperasian; dan

7|Page
7. Kerjasama antar koperasi.

Pasal 21 UU No.25/1992 menjelaskan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari

a. Rapat Anggota;
b. Pengurus; dan
c. Pengawas.

Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi, Dalam Rapat Anggota
pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan
pertanggung jawaban Pengurus dan Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi, dan dilakukan paling
sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun, dan untuk mengesahkan pertanggung jawaban Pengurus Rapat
Anggota diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau.

Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota dan bertanggung jawab
kepada Rapat Anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas
ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelolaan Koperasi dan membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.
Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota dan merupakan pemegang kuasa
Rapat Anggota. Pengurus bertugas :

1. Mengelola Koperasi dan usahanya;


2. Mengajukan rencana-rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi;
3. Menyelenggarakan Rapat Anggota;
4. Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
5. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib; Dan
6. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.

Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan usahanya
kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa

Susunan kepengurusan koperasi serba usaha – Panca Bhakti periode 2009-2011 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini:

RAPAT ANGGOTA

PENGAWAS

PENGURUS

PENGELOLA

8|Page
Kepengurusan dan Badan Pengawas periode 2008-2011, sesuai dengan hasil keputusan rapat anggota
tahun buku 2007 dengan komposisi sebagai berikut :

Ketua : Drs. Sugiono, M.Pd


Wakil Ketua : Suwarno SR
Sekertaris : Yahya Umar
Wakil Sekertaris : Badrus K
Bendahara : Ngaspan

Pengawas terdiri dari 3 orang :


Ketua : Adi Triono, S.Pd, M.Pd
Anggota 1 : Syamsuar, S.Ag
Anggota 2 : Drs. Ashari

2.2. Aspek Keanggotaan Koperasi

Untuk dapat mempertahankan loyalitas-partisipasi anggota, kiranya kita dapat memperhatikan


beberapa pendapat dari para ahli koperasi, pengamat, maupun para praktisi, sebagai referensi atau bahan
renungan kita.

Prasetyo Budi S. (1988) mengatakan bahwa apabila dalam koperasi telah terjadi situasi dimana
anggota merasakan tidak adanya manfaat yang dapat diterima ataupun hanya sedikit saja anggota yang
merasakan manfaat dengan bergabung di koperasi, maka pengurus harus segera melakukan reorientasi
kegiatan usaha yang dijalankan agar sesuai dengan harapan anggota yaitu meningkatkan kesejahteraan
anggota. Untuk dapat menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh ekonomi para anggotanya, maka
perusahaan koperasi harus melaksanakan fungsi-fungsi yang mencerminkan adanya ”manfaat usaha
bersama” sehingga menghasilkan ”potensi pelayanan yang memajukan ekonomi anggota” yang cukup.
Keuntungan atau manfaat dari kerjasama melalui usaha bersama (perusahaan koperasi) ini terutama
berkaitan dengan:

1 Manfaat ekonomi skala luas (economic of large scale) dengan dicapainya biaya pelayanan yang
minimum.
2 Perbaikan kedudukan pasar yang disebabkan oleh agregasi atau akumulasi permintaan dan/atau
penawaran anggota akan barang/jasa yang diselenggarakan oleh koperasi.
3 Peningkatan fungsi komunikasi dan kelancaran arus informasi dari perusahaan koperasi kepada
para anggota dan sebaliknya.

Pelaksanaan berbagai inovasi sebagai upaya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan pasar
yang berubah. Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, maka perusahaan koperasi bertujuan antara lain:

1 Mempertahankan dan meningkatkan bagian pasar barang dan atau jasa yang dihasilkan
Menurunkan biaya produksi sehingga mencapai tingkat efisiensi ekonomi relatif dan
meningkatkan daya saing.

9|Page
2 Mempertahankan nilai aktiva riilnya secara kualitatif.
3 Mengamankan likuiditasnya.
4 Menciptakan inovasi.

Pencapaian tujuan diatas menuntut diikutinya serangkaian sub tujuan, antara lain:

1 Mempertahankan investasi yang mengarah pada penurunan biaya produksi.


2 Melakukan investasi yang ditujukan bagi pertumbuhan perusahaan koperasi.
3 Menciptakan modal dasar (sendiri) yang kuat.
4 Membentuk cadangan.
5 Memberikan imbalan bagi modal (penyertaan) anggota yang berorientasi pada kondisi pasar.
6 Membangun hubungan-hubungan pasar yang lebih efisien dibandingkan dengan para pesaingnya.
7 Menyediakan barang dan atau jasa yang berorientasi pada kebutuhan anggota secara lebih efisien,
yakni harga, mutu, dan syarat-syarat penyerahan yang lebih baik sebanding dengan yang
ditawarkan oleh para pesaingnya.

Sedangkan Hanel A. (1989) mengemukakan mengenai karakteristik maupun intensitas pelayanan


barang dan jasa yang dikehendaki oleh anggota adalah yang dapat: 1) memenuhi kebutuhan yang
dirasakan secara subyektif oleh masing-masing anggota; 2) sama sekali tidak tersedia di pasar; 3)
disediakan dengan harga, mutu dan syarat-syarat yang lebih menguntungkan dari yang ditawarkan
dipasar. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Roepke J. (1985) bahwa, economic advantage koperasi
harus lebih besar dibandingkan dengan insentif ekonomi (insentif economis) yang diberikan perusahaan
lain, atau dirumuskan dengan notas:

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka untuk meningkatkan atau
mempertahankan loyalitas anggota koperasi dapat dilakukan melalui serangkaian, langkah-langkah kerja
yang selaras dengan visi-misi, tujuan koperasi yang dibentuk. Langkah-langkah kerja yang dapat
dilakukan diantaranya :

1 Kegiatan usaha koperasi yang dijalankan harus selaras dengan kebutuhan para anggotanya,
artinya segala gerak langkah koperasi harus selalu ditujukan dalam upaya memenuhi kebutuhan
dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya;
2 Usaha yang dilakukan harus memberikan manfaat baik secara langsung maupun manfaat tidak
langsung kepada anggotanya;
3 Koperasi harus dapat meningkatkan posisi tawar para anggotanya maupun meningkatkan skala
ekonomi usaha anggota;

Komunikasi antara koperasi dengan para anggotanya harus dijaga agar tetap harmonis sehingga
dapat meredam segala bentuk ketidaktahuan dan kecurigaan anggota yang biasanya memicu
kesalahpahaman dan perselisihan, artinya koperasi harus dikelola dengan manajemen profesional open
management. Para pengelola koperasi harus mampu menciptakan inovasi dalam pengelolaan koperasi
untuk memberikan pelayanan yang berorientasi kepada para anggota.

10 | P a g e
Para pengelola koperasi harus mampu menjaga dan mengamankan kekayaan para anggotanya
yang sudah tertanam dalam koperasi, sehingga kepercayaan anggota akan terbentuk dan pada akhirnya
anggota akan bersedia menanamkan modalnya lebih besar lagi. Koperasi harus mampu menciptakan
hubungan pasar yang efisien dengan perusahaan lain atau para penggunana jasa lainya, guna
meningkatkan kesejahteraan anggota. Pendidikan keanggotaan harus terus dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran dan pemahaman anggota terhadap peran dan fungsinya.
Mengemukakan rumusan syarat-syarat keanggotaan koperasi dengan beberapa aspek dan tujuannya :

1. Aspek tujuan : Dengan membayar simpanan pokok dan simpanan wajib secara kontinyu.
2. Aspek anggota : Anggota koperasi adalah anggota masyarakat golongan ekonomi lemah , bukan
pemilik modal.
3. Aspek Usaha : Tujuan koperasi untuk memenuhi atau melayani kebutuhan anggotanya, hubungan
usaha koperasi dengan usaha anggotanya. Dengan demikian, begitu eratnya sehingga pelanggan
dan pemilik koperasi pada dasarnya. Adalah orang yang itu-itu saja.
4. Kewajiban, tanggung jawab dan hak anggota : Sebagai konsentrasi anggota, maka kekuatan
koperasi terletak pada banyaknya anggota dan kemampuan mereka untuk memikul kewajiban dan
melaksanakan hak sebagai anggota koperasi

Adapun jumlah anggota Koperasi Serba Usaha – Panca Bhakti, terhitung :

Keanggotaan 2009 2010 2011


Anggota KSU. Panca Bhakti 188 173 177
Anggota Baru 12 3 6
Jumlah 209 191 179
Anggota yang berhenti 21 18 2
Jumlah anggota per 31 Des 188 173 177

Rasio Peningkatan Jumlah Anggota terhitung dari tahun 2010-2011 :

𝑌−𝑋
: 𝑋
x 100%

177−173
: 173
x 100% = 0,2%

Jadi, dari penghitungan diatas keangotaan koperasi serba usaha Panca Bhakti mengalami
peningkatan yang cukup baik. Berdasarkan data-data yang terkumpul bahwa rasio pencatatan
dalam daftar buku anggota, anggota tercatat tahun 2010 = 173, dan tahun 2011 = 177

2.3. Aspek Pengendalian Oleh Anggota

Setelah memperhatikan kinerja koperasi serba usaha panca bhakti RAT yang
dilaksanakan tepat waktu sesuai peraturan dan jadwal yang telah di sepakati, RAT dilakukan
pada bulan April-Mei dan dalam kategori cukup baik. Rasio kehadiran anggota quorum RAT

11 | P a g e
berdasarkan data 35 anggota yang hadir pada RAT dari jumlah kehadiran tersebut maka penilaian
saat observasi termasuk dalam kategori ‘cukup’.

Dari data yang tersedia dan saat diadakanya observasi, Rencana Kegiatan (RK) dan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi tidak tertera pada berkas laporan
pertanggung jawaban pengurus dan pengawas.

Realisasi Anggaran Pendapatan pada tahun 2010 sebagai berikut:


Pendapatan pada tahun 2010 = 104.330.500,00 sedangkan target pendapatan koperasi 2010
adalah 140.000.000,00

Nilai Realisasi
x 100%
Nilai Rencana

104.330.500,00
140.000.000,00
x 100% = 74%

Nilai Realisasi anggaran pendapatan koperasi pada tahun 2011 sebagai berikut:
Pendapatan pada tahun 2011 = 105.584.400,00 sedangkan target pendapatan koperasi
145.000.000,00

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖
x 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

105.584.400,00
x 100% = 72%
145.000.000,00

Berdasarkan data diatas menurut penilaian berdasarkan observasi langsung, maka


pendapatan koperasi tersebut dikategorikan ‘cukup baik’

Koperasi serba usaha panca bhakti dalam setiap tahun membuat anggaran belanja, dan
program tersebut terealisai dengan baik dan sesuai rencana. Rasio mencapai 110% dan di
kategorikan ‘baik’.

Surplus hasil usaha koperasi pada tahun 2010 = 27.351.310 dan target rencana yang telah
di program adalah 30.000.000, secara persentase 91%. Pada tahun 2011 hasil usaha koperasi
serba usaha Panca Bhakti adalah: 35.938.400 dan target rencana 45.000.000, secara persentase
79% dari data diatas rasio surplus hasil usaha koperasi serba usaha panca bhakti dikategorikan
‘baik’.

Untuk pemantauan kinerja koperasi, Badan Pengawas (BP) telah malukan pemeriksaan
secara berkala, guna untuk meningkatkan kinerja koperasi, dan saat dilakukanya pemeriksaan
terdapat laporan tertulis, dan pemeriksaan tersebut di kategorikan ‘baik’.

12 | P a g e
Team pemeriksaan ekstern KAP/KJA telah malakukan pemeriksaan secara rutin, untuk
mementau kinerja koperasi dan pemeriksaan dilakukan wajar tanpa catatan, dan koperasi serba
usaha panca bhakti dikategorikan ‘sangat baik’.

2.4. Aspek Partisipasi Ekonomi Anggota

Pelunasan simpanan wajib anggota Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti, pada tahun 2010
dan 2011 tidak ada yang mengalami penunggakan, dan hal tersebut dikategorikan ‘sangat baik’.

Berdasarkan data yang telah terkumpul dan saat team melakukan observasi, Koperasi
Serba Usaha Panca Bhakti hanya bergerak di unit simpan pinjam:
1. Kredit Jangka Panjang (Maksimal 36 bulan)
2. Kredit Jangka Pendek (Maksimal 6 bulan)

2.5. Aspek Otonomi dan Kemampuan Koperasi

Rentabilitas modal sendiri pada Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti, terhitung tahun
2010 adalah : 133.086.943,20 dan sisa hasil usaha pada tahun tersebut 27.351.310,00. Dari data
tersebut dapat kita persentasekan 20%. Pada tahun 2011 modal sendirinya adalah :
150.800.548,00, sisa hasil usaha 35.938.400,00. Dari data tersebut pada tahun 2011 dapat kita
persentasekan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah 23%, dan koperasi serba usaha panca
bhakti dikategorikan ‘sangat baik’.

Profitabilitas pada Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti antara hasil usaha yang di peroleh
dengan pendapatan bruto adalah sebagai berikut : Sisa Hasil Usaha 2010 adalah: 27.351.310,00
pendapatan bruto = 104.330.500

Sisa Hasil Usaha


Pendapatan Bruto
x 100%

27.351.310
104.330.500
x 100%

= 26%

Sisa Hasil Usaha tahun 2011 adalah 35.938.400,00. Pendapatan bruto = 105.584.400

Sisa Hasil Usaha


Pendapatan Bruto
x 100%

35.938.400
150.584.400
x 100%

= 23%

13 | P a g e
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti
dapat dikategorikan sangat baik di bidang profitabilitas.

Likuiditas pada Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti tidak terjadi, sumber data dan saat
diadakanya observasi terjadi keseimbangan antara aktiva dan pasiva pada koperasi tersebut.

Kemampuan koperasi dengan modal sendiri dalam membayar kewjibanya/hutang pada


tahun 2010 adalah : 133.086.943,20 dan jumlah kewajiban : 99.824.863,68

Modal Sendiri
x 100%
Total Kewajiban

133.086.943,20
99.824.863,68
x 100%

= 1.3%

Pada tahun 2011 modal sendiri 150.800.548,00 dan jumlah kewajibanya 90.975.393,19

Modal Sendiri
Total Kewajiban
x 100%

150.800.548,00
90.975.393,19
x 100%

= 1.6%

Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
kemampuan untuk membayar kewajibanya/hutang dapat dikategorikan ‘buruk’.

14 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di atas, maka dapat di simpulkan, untuk mewujudkan
perkembangan usaha dalam pelayanan kepada anggota tidak terlepas dari -kekuatan modal sendiri yang
bersumber dari anggota serta bantuan pinjaman dari pihak luar, untuk perkembangan modal selama 2009-
2011.

No Uraian 2009 2010 2011


1 Modal sendiri
Simpanan Pokok 3.760.000,00 3.640.000,00 3.540.000,00
Simpanan Wajib 48.786.935,00 52.465.935,00 59.057.235,00
Cadangan 24.419.501,90 30.891.235,20 33.346.450,00
Donasi pemerintah 6.430.320,00 6.430.320,00 6.430.320,00
Sisa Hasil usaha 24.717.333,00 27.351.310,00 35.938.400,00
Cadangan Pajak 12.488.143,00 12.488.143,00 12.488.143,00

Jumlah 124.602.232,90 133.086.943,20 150.800.548,00


2 Modal Luar
Simpanan Sukarela 74.448.846,70 92.574.064,02 99.824.863,68
Dana-dana 49.931.223,47 52.538.823,42 54.931.517,92
SHU Bagian anggota 19.897.054,77 16.051.994,20 25.510.814,40
Dana PKPS BBM 2003 100.000.000,00 100.000.000,00 100.000.000,00

Jumlah 244.277.124,94 261.164.881,64 280.267.196,00

Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam pendanaan dari modal sendiri dan modal luar,
menggalami peningkatan setiap tahunnya. Tetapi dari modal sendiri simpanan pokok mengalami
penurunan setiap tahun yang tidak begitu tinggi, donasi pemerintah yang diberikan setaip tahunnya tidak
berubah, begitu pula dengan dana cadangan pajak dan dari modal luar setiap tahunnya dana PKPS BBM
2003 merupakan pinjaman modal yang menjadi kewajiban yang harus berakhir pada tahun 2013.

Dengan demikian dari hasil observasi team kami bahwa kinerja Koperasi Serba Usaha Panca Bhakti
di kategorikan cukup baik, Koperasi bergerak dibidang usaha simpan pinjam.

15 | P a g e
4.2. Saran-saran

1. Perangkat organisasi koperasi yaitu rapat anggota, pengurus, pengawas, manajer, dan
karyawan memiliki tugas untuk mengembangkan koperasi. Oleh sebab itu disarankan agar
ditumbuhkan kerjasama yang baik dan harmonis agar hubungan timbal balik antara ketiga
unsur dapat menumbuhkan sinergi yang efektif.
2. Anggota sebagai pemilik harus terlibat secara aktif dalam perumusan tujuan koperasi, agar
yang ditetapkan jelas, rasional, managable, dan terukur, serta mampu mengawasi jalannya
koperasi dengan megacu pada koridor nilai, norma, dan prinsip koperasi, serta selalu
mengutamakan kepentingan anggota. Program dan kegiatan yang ditetapkan juga harus sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan anggota. Dilain pihak anggota sebagai pengguna diharapkan
berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan usaha koperasi.
3. Pengelola koperasi dalam melaksanakan operasional koperasi harus terarah dan terinci, agar
pelaksanaan kegiatan koperasi dapat dipertanggungjawabkan dengan baik kepada anggota.
Demikian juga pengurus dan pengawas harus menjalankan manajemen koperasi, program
kerja, dan tugas-tugas yang diemban dengan baik sesuai dengan keinginan anggota.
4. Untuk meningkatkan pelaksanaan pengendalian anggota pada koperasi melalui rapat anggota
dalam rangka meningkatkan kinerja koperasi dapat dikembangkan berbagai hal sebagai
berikut;

1. Instansi pembina menyediakan pendampingan untuk.


2. Melakukan pelatihan kepada pengurus dan pengelola koperasi untuk pelaksanaan tertib
administrasi.
3. Melakukan bimbingan secara langsung dan berkesinambungan.
4. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada anggota untuk meningkatkan kesadaran
anggota akan hak dan kewajibannya.
5. Menyusun pedoman pelaksanaan pengendalian anggota pada koperasi.
6. Memberi rangsangan kepada anggota berupa peningkatan pelayanan koperasi dan
pemberian penghargaan bagi anggota yang hadir dalam rapat anggota

5. Dalam Bidang Organisasi


1. Perlu adanya dilakukan penertiban administrasi organisasi, dan perlu diadakan penertiban
administrasi usaha dan peningkatan aktifitas usaha koperasi.
2. Perlu adanya brankas untuk penyimpanan uang dan dokumen-dokumen penting lainya
untuk menjaga keamananya.
3. Perlu adanya penambahan tenaga kerja maupun administrasi.

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai