Anda di halaman 1dari 30

Respon perancangan bangunan terhadap isu

pemanasan global
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki,
tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai

Global Warming issue dalam perkembangannya

Pentingnya kesadaran para arsitek dalam merancang lingkungan


binaan yang mempunyai kontribusi terhadap alam sebagai tempat
yang menyediakan tempat untuk menuangkan idealis.

Tim Panel Iklim PBB mengemukakan pernyataan resmi pada tanggal 29


Maret 2008 bahwa gunung es seluas 5000 mil di lingkar kutub terancam
meleleh akibat meningkatnya suhu bumi. Bahkan waktu untuk menekan
suhu bumipun sangat pendek. Menakutkan bukan?. Efek dari perubahan
iklim sendiri sesungguhnya juga telah dirasakan oleh masyarakat
Indonesia. Berbagai bencana telah melanda dan menimbulkan korban.
Kenaikan suhu bumi membuat kian banyak korban jiwa berjatuhan
akibat gelombang panas, banjir, badai, kebakaran hutan, dan
kekeringan. Tanpa disadari, walaupun Indonesia tercatat sebagai salah
satu negara penghasil emisi dalam jumlah kecil, juga tidak terlepas
dari tanggung jawab dalam kelestarian lingkungan. Ancaman banjir dan
longsor meningkat, musim tanam berubah, gunung meletus, dan musim
kemarau yang berkepanjangan. Tetapi ancaman yang lebih besar
adalah keberadaan kepulauan Indonesia sebagai Negara kepulauan
terbesar di dunia menjadi kawasan rawan tenggelam akibat naiknya
permukaan air laut sebagai dampak mencairnya gunung es di kutub.
Selain dampak tersebut di atas, pemanasan global juga membawa
pengaruh terhadap faktor kesehatan. Di samping itu, apabila berbicara
mengenai dampak lingkungan seperti pola cuaca yang tidak menentu,
suhu udara semakin meningkat, bencana banjir dan tanah longsor,
bahkan hingga bencana tsunami yang belakangan rajin mampir ke
wilayah Indonesia. Isu Pemanasan Global (Global Warming) menuntut
berkembangnya peran Arsitek dan Perencana Kota dalam mengelola
pembangunan kotanya. Arsitek bersama komunitasnya harus tampil
menghasilkan solusi besama. Arsitek juga diharapkan berperan dalam
menghasilkan semangat dan komitmen untuk menyikapi berbagai
permasalahan kota kedepannya dan menindak lanjutinya dengan
berbagai kegiatan nyata perancangan dalam memberikan kontribusi
bagi penyelamatan bumi kita tercinta.

Peran arsitek dalam Global warming n warning issue

Contoh perencanaan kawasan yang mempertimbangkan faktor


lingkungan binaan sebagai jawaban dari ruang hijau yang hilang.

Arsitek masa kini dan masa depan harus memahami serta menguasai
strategi perencanaan bangunan yang mampu meminimalkan
penggunaan energi BBM (bahan bakar minyak) untuk meniadakan
proses pemanasan bumi," ujar pengajar arsitektur Universitas
Tarumanegara Jakarta Tri Harso Karyono pada Seminar Arsitektur
"Peran Arsitek dalam Membakar Bumi". Saat ini, hampir semua
teknologi modern yang digunakan manusia sangat bergantung pada
sumber energi BBM. Pembakaran minyak bumi dalam jumlah besar
secara kontinu akan menghasilkan polutan karbondioksida (CO2) yang
diduga menjadi penyebab terjadinya pemanasan global. Bangunan
modern cenderung boros BBM untuk memenuhi kenyamanan fisik
manusia di dalamnya. Dari tangan arsitek bisa ditentukan apakah kota
dan bangunan yang dirancang akan hemat energi atau sebaliknya,
konsumtif terhadap BBM.
Tak satu pun gedung pencakar langit di Indonesia memiliki ciri
bangunan iklim tropis, apalagi didesain dengan arsitektur khas
Indonesia. Sebaliknya, tidak mudah juga menerapkan arsitektur tropis
pada gedung-gedung bertingkat tinggi di Indonesia. Hal itu karena kaca
jendela di ruang gedung lantai atas harus tertutup rapat untuk
mencegah masuknya tiupan angin yang keras. Akibatnya, udara di
bagian dalam ruangan akan menjadi lebih pengab. Solusi yang
dilakukan oleh kebanyakan pengembang adalah memasang pendingin
ruangan (air conditioning/AC). Padahal, penggunaan pendingin ruangan
yang memakai bahan pendingin (refrigen) dari CFC (chloro fluoro
carbon) dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon di atmosfer.
Akibatnya, radiasi matahari yang dipantulkan oleh bumi tak bisa
menembus atmosfir tak terperangkap di permukaan bumi sehingga
meningkatnya suhu permukaan bumi atau terjadilah pemanasan global.
Kecenderungan pola pemikiran antroposentrism para arsitek dalam
perencanaan dan perancangan bangunan pada beberapa dekade
terakhir, telah memberikan salah satu kontribusi besar dalam
percepatan perubahan (atau lebih tepatnya rusak?) iklim dunia. Dosa
kebanyakan para arsitek adalah kecenderungan yang lebih
mendahulukan ideologi visual dan kepentingan manusia itu sendiri
ketimbang alam yang menyediakan tempat untuk mereka, kita untuk
menuangkan egoisme yang biasa kita sebut orientasi pada kepentingan
pengguna, atau demi kepentingan visual, dan sebagainya dalam proses
perencanaan dan perancangan. Sebagai contohnya adalah perancangan
rumah pintar terkomputerisasi di Belgia dan merupakan rancangan
salah seorang arsitek yang saya kagumi, Zaha Hadid. Sangat ironis saat
manusia dihadapkan pada masakah krisis energi dan peningkatan suhu
bumi rumah tersebut mendapat predikat rumah masa depan, atau
rumah idaman. Padahal kita tahu dalam penggunaan rumah yang sarat
dengan komputer interaktif tersebut akan menyedot daya kosumsi
bangunan yang sangat tinggi. Tak sedikit pula arsitek yang peka dalam
memenuhi tuntutan isu-isu lingkungan yang berkembang belakangan
ini. Telah ada usulan-usulan arsitektural yang berkaitan dengan inovasi-
inovasi produk properti yang ramah lingkungan dalam upaya menekan
proses pemanasan global.

Bagian dari kota Boston, USA. Terlihat kurangnya area terbuka yang
disebabkan oleh perkembangan kota.

Berikut adalah beberapa solusi faktor yang dapat diterapkan atau


dijadikan acuan perencanaan dan perancangan terkait dengan isu-isu
lingkungan.
A. ruang hijau dalam bangunan sebagai pengganti area hijau yang
hilang
Ruang hijau dalam bangunan biasanya diwujudkan dalam bentuk
taman, baik dalam bangunan maupun konsep atap hijau yang biasa
dikenal dengan istilah green roof. Green roof pertama kali
dikembangkan di tanah Eropa. Konsep ini biasa digunakan pada konteks
kota yang padat dan minim ruang hijau yang biasanya digunakan
sebagai ruang publik sehingga ruang hijau yang terbentuk di tanah
hanya merupakan ruang sisa dari perancangan. Penerapan ruang hijau
pada atap tak lepas dari kemajuan teknologi khususnya adanya
penemuan-penemuan yang bahan pendukung baik bahan baru maupun
komposit yang mendukung dalam kegiatan rancang bangun.

Detail flat roof garden quad deck


Keuntungan pemakaian green roof :
a. Memperbaiki kualitas udara dan mengikat karbondioksida.
b. Memperbaiki kondisi iklim mikro yang dapat membantu kehidupan
alam seperti burung.
c. Membantu dalam menjaga kestabilan suhu pada bangunan sehingga
mengurangi penggunaan AC dengan kata lain mengurangi pemakaian
energi pada bangunan.
d. Dapat digunakan sebagai pengganti ruang publik yang hilang akibat
sempitnya lahan.
e. Dapat memperlambat jalannya penyebaran api saat kebakaran
karena terdapat tanah yang dapat membantu memadamkan api.
Seiring semakin majunya teknologi, penggunaan ruang hijau pada
bangunan tidak hanya bidang horizontal saja (flat), tetapi juga
vertikal. Penggunaan area hijau secara vertikal biasanya lebih banyak
digunakan sebagai kulit bangunan eksterior. Hal yang menjadi esensi
utama dalam penggunaan area hijau dalam bangunan adalah tumbuhan
mengikat Co2 atau karbondioksida dan menghasilkan udara bersih
untuk manusia. Itulah yang menjadi hal terpenting digunakannya area
hijau sebagai bagian elemen arsitektur, tak hanya sebagai bagian dari
estetika semata. Penerapan konsep ruang hijau dalam bangunan
sebenarnya juga sudah berkembang di Indonesia, walaupun masih pada
tingkat hunian seperti karya dari Adi pada Cipete House.
Hanya dalam tahun 1996, Pemerintah Jerman berhasil menghijaukan
atap seluas 28,8 hektar, dan di setiap kotanya 1 dari 10 atap flat kini
berhasil dihijaukan. Sejak tahun 2000, Pemerintah Hongkong dan
Jepang mewajibkan pengelola gedung menghijaukan atap minimal 20
persen dari total luas atap bangunan atau berkisar 250-1000 meter
persegi. Jadi, kapan Indonesia?

A. Bangunan hemat energi: rancangan pasif dan aktif


1.Hemat Energi secara pasif
Bangunan yang kita tinggali merupakan salah satu penyumbang
terbesar dalam penggunaan bahan bakar fosil dunia. Sebagai contoh
agar udara panas tidak masuk ke dalam bangunan, udara luar yang
panas dimodifikasi bangunan dengan bantuan AC agar menjadi udara
dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk menggerakkan
mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau
ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang.
Penghematan energi melalui rancangan bangunan pasif mengarah pada
penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara,
penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi
perancangan pasif, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak
nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi
energi listrik. Desain arsitektur yang lebih mengandalkan sinar
matahari, pengurangan penggunaan listrik di siang hari dapat
diwujudkan dalam bentuk perancangan yang beorientasi pada arah
matahari. Jadi dengan demikian pemahaman tentang bangunan hemat
energi secara pasif dapat diartikan sebagai perencanaan dan
perancangan suatu karya arsitektur yang sadar betul akan
keadaan/potensi iklim sekitar (matahari,angin, pohon, site,dll) yang
dapat diaplikasikan demi kenyamanan pengguna dalam bentuk
pencahayaan alami dan penghawaan alami dll. Akhirnya berimbas pada
penekanan penggunaan komsumsi energi secara berlebihan.
Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa dijumpai
terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank
Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung
Departemen Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan
kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa
bangunan modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep
perancangan pasif, seperti halnya Gedung S Widjojo dan Wisma
Dharmala Sakti, keduanya terletak di Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta. Contoh firma di Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini
sadar betul akan pentingnya penerapan konsep hemat energi (pasif) di
Indonesia adalah P.T Archimetric dengan Jimmy Priatman selaku
president director dan principal architect. Karya bangunan hemat
energi beliau tidak hanya diakui di Indonesia tetapi juga di ASEAN,
terbukti beliau telah beberapa ASEAN Save Energy Award. Salah
satunya adalah Graha Wonokoyo di Surabaya. Konsumsi listrik pada
bangunan ini luar biasa hemat, hanya 88 kwh per M2. Adanya rekayasa
pasokan panas membuat overall thermal transfer value (OTTV) atau
jumlah panas yang masuk ke dalam ruangan hanya setara22,8 watt per
M2. Sangat jauh dibawah standar ACE yang menetapkan OTTV untuk
bangunan hemat energi sebesar 45 watt per M2.
Karya arsitektur untuk konteks hemat energi secara pasif untuk rumah
tinggal dapat kita lihat pada Nugroho Residence karya Adi Purnomo.
Rumah tersebut berhasil memecahkan masalah kenyamanan thermal
pengguna dalam hal penghawaan alami dan pencahayaan alami.
Memang tingkat kenyamanan thermal pengguna tidak terukur secara
statistik seperti grha Wonokoyo, tetapi terbukti berdasarkan
pernyataan penguna dan diikut sertakan bangunan ini dalam Aga Khan
Award.

Nugroho residence (exterior)

Nugroho residence (Interior)

b. Hemat energi secara aktif : solar sel


Energi Solar Cell adalah solusi pengembangan teknologi pembangkit
listrik tenaga surya yang ramah lingkungan dan alternative mengurangi
ketergantungan energi yang dihasilkan dari minyak bumi, batu bara,
gas panas bumi, nuklir yang dapat mempercepat Pemanasan Suhu
Bumi/merusak lingkung. Dalam rancangan aktif, energi matahari
dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah
yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. Dalam perancangan
secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi
perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif,
penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat
kenyamanan termal dan visual harus dicapai. Kabar terbaru dari
teknologi ini adalah cahaya matahari yang diserap oleh panel telah
mencapai 75%.

Technology Solar Energy terdiri dari dua kategori:


SOLAR THERMAL adalah memanfaatkan panas matahari untuk
menghasilkan panas, contohnya Sistem Pemanas Air Tenaga Surya.
SOLAR PHOTOVOLTAIC adalah memanfaatkan cahaya/sinar matahari
untuk menghasilkan listrik, istilah yang banyak dipakai: PLTS-
Pembangkit Listrik Tenaga Surya, atau Solar Cell, atau Solar PV, atau
PV. Manfaat dari Solar Cell : - Untuk kebutuhan Listrik skala-skala kecil.
- Untuk Back-up dan cadangan listrik. - Untuk Kebutuhan skala
menengah.
Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum
banyak dijumpai di Indonesia saat ini, di internet telah banyak
perusahaan di Indonesia yang menawarkan produk dengan lisensi
tertentu beserta instalasinya. Kebanyakan penggunaan sel solar masih
terbatas pada kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa
terpencil Indonesia.
Contoh kasus yang berkaitan dengan solar sel yang saya angkat adalah
BP solar Pavilion yang dibuat di Birmingham, Inggris yang kemudian
dipindahkan ke Baglan Bay BP facility di Wales.dengan kata lain karya
dari Arup Associates ini merupakan mobile building. Pada bagian atap
digunakan 176 photovoltaic cell guna menyerap energi matahari. Media
panel tenaga surya yang diterapkan pada bangunan ini persis dengan
yang ada pada panel solar cell pada satelit antariksa.

B. Pengelolaan Limbah rumah tangga


Satu lagi yang tak kalah penting dalam menjawab tantangan
perancangan terhadap isu-isu lingkungan adalah bagaimana
kemampuan bangunan itu mengelola limbah dari hasil aktivitas
manusia yang menghasilkan limbah rumah tangga. Contohnya seperti
permasalahan sampah yang tak terselesaikan di kota Jakarta, kadar air
tanah di lingkungan perkotaan yang mengandung bakteri E colli
(indikasi dari pencemaran kotoran manusia terhadap sumber air
bersih). Buruknya infrastruktur sanitasi kita memaksa para arsitek tak
hanya mengandalkan riol kota untuk mengatasi permasalahan sanitasi
pada bangunan. Sebaiknya para arsitek diharapkan dapat memikirkan
bagaimana bangunan tersebut dapat mengelola limbah rumah
tangganya secara mandiri tetapi tanpa (banyak) merusak keadaan
lingkungan di dalam tanah.

Contoh yang dapat kita angkat adalah pemukiman marginal di tepian


air di tepian sungai Gajah Wong. Buruknya sanitasi pengelolaan limbah
di pemukiman (liar?) di tepian itu seperti menggunakan sungai sebagai
tempat pembuangan sampah dan kebiasaan tidak sehat yang
menggunakan air sungai sebagai tempat mandi jelas menjadi salah satu
pemicu tercemarnya kualitas air sungai dan kesehatan penduduk itu
sendiri.
Disini dapat kita lihat bagaimana pencemaran lingkungan yang terjadi
sehingga dapat mempengaruhi kualitas air bersih di Yogyakarta.
Sistimatika seperti ini, pembuangan limbah rumah tangga yang
mengalir ke sungai yang kemudian meresap ke dalam tanah atau
melalui pengelolaan perusahaan air minum sendiri yang kemudian
digunakan oleh sebagian besar oleh penduduk Yogyakarta sebagai air
minum. Seperti yang telah dijelaskan tentang bakteri E colli yang akan
berdampak pada penurunan kondisi orang yang terjangkit seperti
diare, ispa,tuberkolosis, dll. Semua hal diatas dapat menyebabkan
kematian.

Esensi peran arsitek di jaman modern adalah membantu meningkatkan


kualitas hidup manusia agar tercipta kehidupan yang layak bagi semua
orang tak terkecuali masyarakat miskin. Peran arsitek sendiri dalam
perbaikan sanitasi adalah memikirkan dampak aktivitas bangunan yang
dirancangnya terhadap lingkungan tempat bangunan itu didirikan.
Sehingga pentingnya seorang arsitek untuk memahami betul utilitas
pada bangunan secara teori dan terapan agar dapat menjadi faktor
pertimbangan dalam perancangan.

Kesimpulan
Penerapan tiga faktor di atas telah dilakukan di beberapa kota maju di
Eropa, seperti kota PBerlin di Jerman. pemerintah Jerman mengajak
para arsitek, ahli landscape, dan tata kota untuk memikirkan
perancangan bangunan yang beorientasi pada iklim local dan
mempunyai kontribusi bagi sanitasi kota. jadi pada gambar skematik
dibawah dapat kita keterkaitan erat bangunan kawasan sekitarnya.
Semoga catatan singkat ini dapat memberikan pengetahuan pada kita
akan pentingnya peran kita sebagai seorang arsitek dalam upaya
penyelamatan bumi kita dengan cara merancang bangunan yang
beorientasi pada isu-isu lingkungan. Mudah mudahan posting ini
berguna buat para masbro semua. Dukung hijau Indonesiaku.
Daftar Pustaka

Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Laporan dan Makalah Diskusi Nasional


"Pembangunan Kota yang Partisipatif & Berkelanjutan bagi Kepentingan
Publik".
Literatur Etika Kristen, sub bahasan : Etika Lingkungan hal, 10
Bangunan hemat energi: rancangan aktif danpasif,
http://www.silaban.net/category/artikel-
lepas/lingkungan/hemat_energi
Sirkulasi untuk hemat energi, http://www.kompas.com
/kesehatan/news/0508/05/115527.htm
P.T Archimetric,I-Arch, twelfth issue 2007 hall 104.
Tri Harso Karyono, Seminar Arsitektur "Peran Arsitek dalam Membakar
Bumi", 06 September 2007.
King Country Green Roof Study for Office Project, Paladino Green Roof
Strategies. Pdf
www.delston.co.uk/roofcovering/greenroof diakses tanggal 1 April
2008.
www.usemenow.com/web-lock/greenroof diakses tanggal 1 April 2008.
Rusminto Djatur Widodo (EEPIS-ITS),Indosat-m2.com, Solar Sel sumber
energi masa Depan yang ramah lingkungan.
www.corrosion-doctor.org/solar/images/solar.j diakses tanggal 28
Maret 2008.
www.lbl.gov/Science-articles/archive/assets diakses tanggal 28 Maret
2008.
Sanitasi sebagai Tanggung Jawab Bersama, Konferensi Sanitasi Nasional
2007, Majalah PERCIK edisi oktober 2007.
Portfolio Arum Associates, BP Solar Pavilion.pdf
Adi Purnomo, http://archnet.org/library/parties/one-party.jsp?
party_id=1230, diakses tanggal 1 April 2008.
Survey dan analisa penulis.
TERBARU HEADLINE RUBRIK EVENT TOPIK PILIHAN PRO KONTRA

Masuk LABEL POPULER Pendidikan Jurnalisme Sastra Indonesia Jokowi

HEADLINE Bangunan Tinggi Harus Hemat Energi dan Ramah Lingkungan 03

April 2015 07:56:22 Diperbarui: 17 Juni 2015 08:36:21 Dibaca : 554 Komentar

: 3 Nilai : 10 Durasi Baca : 7 menit 1428021023177943737 www.freepik.com

Suhu permukaan bumi yang terus meningkat menimbulkan efek yang

signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, alias pemanasan global.

Semenjak revolusi industri, dalam beberapa dekade terakhir suhu bumi

meningkat sekitar 2 derajat dan pada tahun 2100 diperkirakam suhu bumi

naik hingga mencapai 58 derajat. Kondisi ini diawali oleh kerusakan

ekosistem di alam yang sangat parah dan mulai habisnya sumber daya alam.

Kondisi ini juga menjadi bencana ekologis yang akan mengancam kualitas

hidup manusia, kecuali kita mulai melek lingkungan.

14280211171757563221 Holcim Sustainable Construction dalam Widigdo,

2008 Beberapa sumber menyatakan bahwa bangunan atau arsitektur menjadi

yang paling banyak mengkonsumsi energi ketimbang sektor-sektor lain

seperti sektor industri atau transportasi. Logika ini masuk akal karena area

permukiman, bangunan komersial, bangunan perkantoran, atau bangunan

fasilitas-fasilitas publik memenuhi hampir seluruh wilayah dimuka bumi ini.

1428021159655398497 FutureArc dalam Widigdo, 2008 Pemanasan global

yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya dikurangi dengan upaya

penggunaan energi yang efisien saja, tetapi harus ada upaya lain yang
berpihak pada penggunaan sumber daya alam secara keseluruhan dengan

menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Kerusakan alam yang secara

ekologis sudah demikian parah, kini sudah saatnya dipikirkan dengan

pendekatan dengan pengertian kearah ekologi. Upaya tersebut harus

dilakukan oleh setiap manusia disegala kegiatannya untuk menyelamatkan

kualitas alam yang akan menjamin kualitas hidup manusia. Pada setiap

rancangan kegiatan manusia termasuk rancangan bangunan diharapkan juga

berpihak pada keselarasan dengan alam, melalui pemahaman terhadap alam.

Pemahaman terhadap alam dengan menggunakan pendekatan ekologis

diharapkan mampu menjaga keseimbangan alam. Fenomena Gedung

Pencakar Langit Di kota-kota besar di Indonesia seringkali dijumpai

penyelesaian desain arsitektur perkotaan yang tidak tanggap terhadap

lingkungan, terutama terhadap iklim tropis. Contoh yang paling terlihat adalah

pada bangunan-bangunan tinggi / pencakar langit. Bangunan-bangunan ini

biasanya menggunakan material kaca pada seluruh bagian luarnya karena

dianggap dapat menyelesaikan aspek estetika bangunan dan mengurangi

efek masuknya panas matahari ke dalam ruangan. Namun, hal ini

menimbulkan dampak lain berupa efek panas yang lebih besar karena

penggunaan pengkondisian udara buatan (AC) untuk mengkondisikan suhu

ruangan. Selain itu, pemakaian material kaca berdampak pada munculnya

radiasi panas yang ditimbulkan dari pantulan kaca terhadap lingkungan

sekitarnya. 1428021196426976369 www.earthtimes.org Lingkungan sekitar

bangunan pencakar langit pun juga seringkali tidak tanggap terhadap


lingkungan dengan penyelesaian sistem perkerasan seperti jalan, jalur

pedestrian, open space. Fungsi terbuka untuk publik banyak yang

menggunakan material paving block dengan alasan kemudahan dalam

perawatan. Material aspal dan paving block mempunyai potensi memantulkan

panas matahari yang cukup besar dan mengakibatkan radiasi panas yang luar

biasa. Penyelesaian perkerasan yang semakin luas juga akan mengurangi

kemampuan tanah dalam menyerap air hujan dan mengakibatkan

banjir.Biasanya di lingkungan perkotaan dengan banyak bangunan tinggi juga

sangat minim vegetasi dan unsur air, sehingga suhu lingkungan menjadi

sangat panas dibandingkan suhu lingkungan di luar kota, yang kemudian

dikenal dengan efek urban heat island. Wind Shadow dan Wind Turbulent

Bangunan tinggi menciptakan wind shadow (daerah bayangan angin).

Ketinggian bangunan berpengaruh pada jarak daerah bayangan angin.

Semakin tinggi bangunan, semakin panjang daerah bayangan angin dan

semakin kecil kecepatan angin dalam daerah di bawah aliran angin (daerah

bayangan angin), misalnya di daerah belakang bangunan dan jalan.Selain itu,

bangunan tinggi menciptakan wind turbulent karena ketinggian bangunan

yang berbeda dengan bangunan di sekitarnya menahan angin. Wind

turbulent membuat polusi udara terkonsentrasi di daerah tersebut. Demikian

juga di derah wind shadow karena angin tidak melewati daerah tersebut.

14280213442072586223 footage.framepool.com Urban Heat Island Dalam

kaitannya dengan fenomena urban heat island, bangunan tinggi menerima

radiasi matahari dan memantulkannya ke bangunan rendah dan lingkungan di


sekitarnya, di mana radiasi matahari itu berubah menjadi panas yang

memenuhi kawasan perkotaan. Luas dan kepadatan area yang ada disekitar

bangunan tinggi akan berdampak pada suhu udara kawasan. Ditambah bila

lingkungan tersebut minim penghijauan dan unsur air semisal sungai,

sehingga proses evaporasi (penguapan) akan sangat kecil sehingga suhu

lingkungan menjadi panas. 142802138315599377 klorotechpavers.com

Penggunaan Material Kaca Bidang kaca sebagai elemen fasad bangunan

tinggi ikut menentukan karakter arsitektur dan kinerja energi sebuah

bangunan. Bidang kaca disamping diperlukan untuk penyediaan

pemandangan juga untuk untuk penerangan alami. Fungsi yang disebut

terakhir sering kali disertai oleh peningkatan panas pada bangunan,

khususnya di daerah beriklim tropis lembab. 1428021501304829302 Dalam

penelitian Santoso dan Antaryama (2005), kinerja energi akibat pengaruh

pemakaian kaca lebih besar pada besar perolehan panas radiasi karena

menyebabkan pertambahan beban panas yang sangat besar, yang

selanjutnya menambah kebutuhan energi untuk pendinginan. Sedangkan

pengurangan energi untuk pencahayaan akibat pertambahan perolehan

cahaya alami, jauh lebih kecil dibanding pertambahan energi untuk

pendinginan tersebut. Artinya, sebenarnya bangunan tinggi tidak perlu

berlebihan menggunakan material kaca karena hanya akan memanaskan

ruangan dan pasti mengandalkan AC yang berlebih. Harusnya lebih

diutamakan desain pasif yang memasukkan sirkulasi udara alami sehingga

lebih hemat energi. Bangunan Tinggi Menutup Akses Cahaya Alami ke


Lingkungan Sekitar Bangunan-bangunan tinggi dalam sebuah kota memiliki

dampak menutupi akses cahaya matahari terhadap bangunan yang lebih

rendah. Keadaan ini tentunya dapat berakibat buruk jika bangunan yang lebih

rendah di sekitar bangunan tinggi tersebut terus menerus tidak memperoleh

pencahayaan alami. Bangunan tersebut kemudian terpaksa menggunakan

pencahayaan buatan untuk mendukung aktivitas di dalamnya sehingga

penggunaan energi untuk pencahayaan berlangsung siang dan malam.

Penggunaan energi terus-menerus ini tentu merupakan pemborosan energi

yang sangat besar. 14280217481758652704 www.mosesong.com Desain

Ramah Lingkungan sebagai Solusi Menanggapi berbagai permasalahan

bangunan tinggi, maka desain harus disertai kesadaran ramah lingkungan.

Tidak hanya mementingkan kenyamanan dalam ruangan saja, tapi juga

bagaimana dampaknya ke lingkungan. Lebih bagus lagi jika bisa

memanfaatkan sifat dan perilaku lingkungan untuk menciptakan energi

alternatif agar energi bangunan lebih hemat, misalnya memanfaatkan energi

solar, angin, atau air. Konfigurasi Antar Bangunan yang Terukur Bangunan

tinggi yang tujuannya untuk mengatasi keterbatasan lahan dan pengurangan

penutupan permukaan tanah dengan bangunan harus benar-benar mampu

mempertahankan bahkan menciptakan ruang terbuka baru. Bangunan tinggi

dan besar memiliki dampak besar bagi lingkungan sekitarnya. Bangunan

tinggi harus tetap berperan bagi lingkungan disekitarnya terutama lingkungan

dengan ketinggian berlevel rendah (low rise) atau lingkungan terbuka di

sekitarnya. Pengaruh yang dimunculkan salah satunya adalah ventilasi


kawasan yang akan mempengaruhi kenyamanan termal di sekitarnya.

Dimensi, jarak antar bangunan, dan posisi bangunan memiliki pengaruh

terhadap kondisi termal lingkungan. 1428021783922126615

thebritishgeographer.weebly.com Bentuk, Orientasi, dan material Bangunan

Bentuk dan orientasi bangunan sangat mempengaruhi pola pergerakan udara

di lingkungannya.Bentuk yang dimaksud meliputi ketinggian, lebar, bentuk,

dan denah bangunan. Orientasi bangunan adalah bagaimana mengatur arah

hadap bangunan untuk menyesuaikan arah datangnya angin dan menentukan

efek pergerakan udara yang diterima bangunan maupun ruang luar. Gedung

Kementrian PU yang sekarang ini menjadi salah satu contoh desain

bangunan tinggi yang sangat memperhatikan faktor bentuk dan orientasi

sehingga memiliki energi yang relatif sangat kecil untuk ukuran bangunan

sebesar itu. 1428021955393580125 Orientasi bangunan berpengaruh pada

temperatur udara kawasan sehingga aspek tersebut harus diperhatikan dalam

proses penataan kawasan. Namun pengendalian temperatur udara kawasan

tidak hanya dipengaruhi oleh orientasi bangunan saja, tetapi juga oleh bahan

penyusun dinding yang berperan sebagai penerima dan penyimpan kalor.

Penataan penggunaan bahan bangunan dapat membantu mengoptimalkan

penataan orientasi yang kurang baik. Penghalang Cahaya Matahari / Sun

Shading Di Indonesia sendiri, perancangan bangunan yang memanfaatkan

pembayangan untuk penghematan energi dapat dilihat dalam karya-karya

Paul Rudolf, seperti Wisma Dharmala Jakarta dan Surabaya. Dalam kedua

gedung itu, Paul Rudolf mengintegrasikan pembayangan dalam desain


keseluruhan bangunan, seperti di Wisma Dharmala Jakarta terdapat teras-

teras yang berfungsi untuk memberikan pembayangan lantai di bawahnya,

sedangkan Wisma Dharmala Surabaya menggunakan konsep candi sebagai

bentuk bangunannya dengan alat pembayangan yang diintegrasikan dalam

fasad bangunan. 14280222851318851962 Wisma Dharmala Jakarta

(andrianarch.wordpress.com) 142802234216244876 Pemanfaatan Angin

dengan Wind Turbin Salah satu keuntungan bangunan tinggi dapat

memanfaatkan angin sebagai energi alternatif dengan memaksimalkan desain

bentuk bangunan yang dapat menangkap angin yang menghantam bangunan

dengan menggunakan wind turbin. Salah satu contohnya adalah Bahrain

World Trade Center di Manama, Bahrain, di mana desain bangunan berupa

dua tower. Wind turbin diletakkan di celah antara kedua tower bangunan

untuk menangkap angin yang mengalir dengan kecepatan tinggi melalui celah

tersebut. Wind turbin juga diterapkan di Pearl River Tower di Guangzhou, di

mana fasad bangunan didesain untuk mengarahkan angin ke celah-celah di

antara lantai bangunan. 142802239615409162 Bahrain World Trade Center,

Manama (kiri) dan Pearl River Tower, Guangzhou (kanan) : Sutjadi, 2011

Pemanfaatan Energi Matahari dengan Photovoltaic System Penggunaan

photovoltaic sebagai energi alternatif pada bangunan tinggi sangat cocok

untuk diaplikasikan pada fasad bangunan karena luas permukaannya yang

besar. Akan tetapi faktor intensitas radiasi matahari dan orientasi bangunan

harus diperhitungkan agar sistem ini dapat dimanfaatkan secara

maksimal.Selain untuk menangkap radiasi matahari, photovoltaic juga dapat


berfungsi selayaknya sun shading yang memberikan pembayangan terhadap

ruang-dalam gedung. 14280224481753141957 Aplikasi photovoltaic pada

fasad bangunan Co-operative Insurance Tower, Manchester (kiri) dan Hong

Kong Science Park (kanan) : Sutjadi, 2011 Harus Hemat Energi dan Ramah

Lingkungan Fenomena bangunan tinggi berkembang di hampir seluruh

negara. Harga tanah yang semakin tinggi serta ketersediaan tanah yang

semakin kecil menjadikan bangunan tinggi sebagai solusi dalam menjawab

tuntutan ekonomi dan kebutuhan ruang yang semakin mendesak. Oleh

karena itu keberadaan bangunan tinggi tidak dapat dihindari, bahkan akan

semakin berkembang pesat di masa depan. Namun, di sisi lain bangunan

tinggi memiliki dampak yang sangat vital terhadap lingkungan sekitar,

termasuk menyumbang efek urban heat island, menghalangi akses cahaya

dan angin daerah sekitarnya, serta konsumsi energi yang sangat besar.

Dengan menyadari dampak yang ditimbulkan bangunan tinggi, maka desain

yang ramah lingkungan menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi untuk

meminimalkan dampak-dampak tersebut. Kesadaran akan pentingnya desain

yang ramah lingkungan sudah mulai terlihat dalam beberapa arsitektur

bangunan tinggi di Indonesia seperti pada bangunan gedung Kementrian PU

dan Wisma Dharmala. Tetapi sebenarnya belum cukup sampai di situ saja.

Bangunan-bangunan tinggi di luar negeri sudah mulai menerapkan hybrid

design atau sistem bangunan yang memanfaatkan energi alam seperti angin

dan radiasi matahari sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan.

Dengan begitu, tidak hanya menghemat energi dalam bangunan saja, namun
juga dapat meminimalisir dampak negatifnya terhadap lingkungan di

sekitarnya. Hal tersebut seharusnya juga diikuti oleh desain bangunan tinggi

di Indonesia sehingga dapat menjadi potensi berkembangnya desain yang

adaptif terhadap iklim tropis dan menjadi ciri khas arsitektur Indonesia. ****

Salam GO GREEN ! ! ! ! Sumber referensi : Aldeberky, A.A. 2004. The

influence of high-rise buildings on the environment. http://www.cpas-

egypt.com/pdf/AmalEldeberky/Research's/004%20%0%20The%20Influence

%20of%20High-rise%20building%20and%20environment.pdf. Arslan G. dan

Sev, A. 2014. Significant Issues in and Around High-Rise Residential

Environments.

https://www.academia.edu/11057600/SIGNIFICANT_ISSUES_IN_AND_ARO

UND_HIGH-RISE_ENVIRONMENTS Carraca, M.G.D. dan Collier, C.G. 2007.

Modelling the impact of high-rise buildings in urban areas on precipitation

initiation. Daneshmandi, P. nd. Closing Statement.

http://thenewchildrenshospital.ie/wp-content/uploads/2011/11/Closing-

Submission-Grangegorman-Residents.pdf. Farouk, A. 2011. High Rise

Buildings and How They Affect Countries Progression. E-iataorC Leader 2011.

Hilmy, Mochamad. 2012. Urban Ventilation di Permukiman Bantaran Sungai,

Studi Kasus : Permukiman Bantaran Sungai Code, Kota Yogyakarta

Purwanto, Edi. 2012. Merancang Ulang Kota: Langkah Adaptasi dalam

Menciptakan Kota Berkelanjutan Sakinc, Esra; Sozen, Serefhanoglu. 2012.

The Effect Of Tall Buildings On Solar Access Of The Environment, Istanbul

Levent As Case. DOI: 10.4305/METU.JFA.2012.1.5. Santoso, Anik Juniwati;


Antaryama, I Gusti Ngurah. 2005. Konsekuensi Energi Akibat Pemakaian

Bidang Kaca pada Bangunan Tinggi di Daerah Tropis Lembab Sustainable

Design for Tall Buildings in Urban Areas.

http://www.ukessays.co.uk/essays/architecture/sustainable-design.php

Sutjiadi, H.Y. 2011. The Suitability of DoubleLayer Space Structures For

SuperTall Buildings: A study from Structural and Building Systems Integration

Perspectives. Disertasi. Wellington: Victoria University. Widigdo, Wanda;

Canadarma I Ketut. 2008. Pendekatan Ekologi pada Rancangan Arsitektur,

sebagai Upaya Mengurangi Pemanasan Global Wonorahardjo, Surjamanto;

Koerniawan, Donny. 2006. Pengaruh Bentuk Bangunan pada Lingkungan

Thermal Kota http://www.news.tridinamika.com/2337/ini-diapemenang-

penghargaan-efisiensi-energi-nasional-2013 Alifiano Rezka Adi

/alifianorezkaadi TERVERIFIKASI Mahasiswa Arsitektur FT UGM Yogyakarta,

yang slogannya better space better living, ayoo hidupkan ruang disekitar kita

biar dunia ini lebih berwarna :DD Selengkapnya... IKUTI Share Share 0 0

JADIKAN FAVORIT KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP

ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL iklim green

arsitektur lingkungan bangunantinggi hematenergi pemanasanglobal

ramahlingkungan urbanheatisland saveenergy FOKUS TOPIK PIDATO

HEMAT ENERGI TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0 NILAI : 10

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini? AKTUAL BERMANFAAT

INSPIRATIF MENARIK MENGHIBUR TIDAK MENARIK UNIK Johanis

Malingkas MENARIK Aldy M. Aripin AKTUAL masrierie BERMANFAAT .


BERMANFAAT Yusticia Arif AKTUAL Purwanti Asih Anna Levi BERMANFAAT

Axtea 99 BERMANFAAT Mariam Umm BERMANFAAT Selanjutnya

KOMENTAR : 3 Axtea 9903 April 2015 17:43:17 Keren dan bermanfaat mas

Alifiano. TFS. Salam Go Green!! :D Balas masrierie04 April 2015 02:03:11

Tulisan-tulisanmu sangat berkualitas nak. Sejalan dengan cara berpikirmu.

Untuk perhitungan kenyamanan thermal dalam bangunan tinggi , saya pernah

membacanya dalam sebuah disertasi arsitektur. Dalam telaah kuantitas . Btw,

untuk seorang mahasiswa sangat inspiratif, kreatif dan maju ke depan....

Balas Johanis Malingkas19 April 2015 14:16:57 Salam go green...!!! Balas

KIRIM Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari

Kompasiana Daftar FEATURED ARTICLE Ada Apa dengan Earth Hour 60+?

Maria G Soemitro30 September HEADLINE 1 Wanita Ini Menjadi Pecinta

Sesama Jenis Hanya karena Masalah Kecil Endro S Efendi26 Maret 2017 2

Alangkah Busuknya 'Sampah' Negeri Ini Subhan Riyadi25 Maret 2017 3

Belasan Perahu Pembius Ikan Masih Bebas Beroperasi di Taman Nasional

Takabonerate Arsil Ihsan25 Maret 2017 4 Menyibak Ekowisata Desa

Malangan dengan Beragam Potensinya Riana Dewie25 Maret 2017 5

Rontgen Ulang Setelah Seminggu Berselang, Bahayakah Radiasinya? Posma

Siahaan26 Maret 2017 NILAI TERTINGGI Pak Jokowi Jangan Sampai

Menyaksikan Kiamat Gara-gara Infrastruktur Sibenyu26 Maret Bisa Apa Arif

R. Saleh26 Maret Akankah Kutemukan Belahan Jiwa? Latifah Maurinta26

Maret Goyang Lidah (Ngobrol dari Pinggiran) GONG201726 Maret Rita Tak

Mau Vical Iskandar Zulkarnain26 Maret TERPOPULER Pak Jokowi Jangan


Sampai Menyaksikan Kiamat Gara-gara Infrastruktur Sibenyu26 Maret Tidak

Semua Pendukung Ahok adalah Ahoker Ronald Wan26 Maret Perbandingan

Untung-Rugi Program Rumah Susun Ahok-Djarot dan Rumah DP Nol Rupiah

Anies-Sandi Wara Katumba26 Maret Kontroversi di Balik Beauty and the

Beast Eva Rosita26 Maret Akan Lebih Elok Bila Pendukung Ahok Menghargai

Kecerdasannya Masing-masing Lindan26 Maret TREN DI GOOGLE Keluarga

Besar, Sitkom Keseruan Keluarga Terbaru dari NET! Bryan E.C.H.09 Maret

2017 Asal-usul Nama "Indonesia", Siapa Pencetusnya? Ryan M.26 Maret

2017 Keluarga Besar, Sitkom Keseruan Keluarga Terbaru dari NET! Bryan

E.C.H.09 Maret 2017 Perspektif Lain dari Kasus Anggota Pramuka Makan di

Atas Rumput Giri Lumakto26 Maret 2017 Banten Nyepi Persembahanku Bagi-

Mu santi diwyarthi21 Maret 2012 GRES First Kiss; Mahligai Cinta Dicky

Rivaldi26 Maret Peselancar Pilih Mentawai Daripada Bali Adi Prima 26 Maret

Pertamina Menuju Perusahaan Migas Besar di Dunia Adipati Bayu26 Maret

Merasakan Earth Hour di Singapura Wisnu HaryoYudhanto26 Maret

Kontroversi di Balik Beauty and the Beast Eva Rosita26 Maret SOCIAL

STREAM Beyond Blogging Kunjungan Paus Fransiskus ke Milan telah dinanti

oleh umat Katholik di kota mode itu. Dalam kunjungannya kali ini Pas

Fransiskus menyebarkan ajakan untuk lebih memperhatikan orang

pinggiran... Inspirasi dari sang maestro sepak bola Belanda dan Spanyol,

Johan Cruyff diharapkan mampu menjadi pelecut bagi Luis Milla untuk bisa

memberikan ilmunya kepada skuat Timnas U-22 untuk menghadirkan... Ayo

dukung batik etnik Tangsel jadi Go International dengan ikutan Talkshow &
Workshop #KetapelsMembatik bersama Bank Danamon Cek infonya disini

http://kom.ps/AFwDRe Pernahkah terbayang bagaimana para pakar tulisan

kuno atau yang biasa disebut dengan epigrafi membaca aksara dan bahasa

yang tertulis di prasasti? Salah satu cara yang digunakan para epigrafi... Kata

siapa batik hanya ada di Pekalongan atau Solo. Ternyata Tangerang Selatan

juga punya Batik loh. Penasaran ingin tahu seperti apa indahnya Batik Etnik

Tangsel. Yuk cek talkshow dan workshop... Berbagai macam tren diet kini

tengah digandrungi masyarakat. Mulai dari diet karbo, diet mayo bahkan

sampai diet golongan darah. Diet golongan darah? Bagaimana polanya dan

seberapa efektif... 24 Maret 1946 warga Bandung rela membumihanguskan

kotanya demi menghalau tentara NICA yang berusaha menguasai Bandung.

Peristiwa yang dikenal dengan "Bandung Lautan Api" itu tidak hanya...

Katanya, kalau ada tanda bintik putih di kuku tangan kanan, itu pertanda

jumlah orang yang suka pada kita, dan sebaliknya, jika menemukannya di

kuku tangan kiri berarti ada orang yang sedang... Jawa Timur menyimpan

pesona padang pasir di tepi pantai. Berbatasan langsung dengan Samudra

Hindia, Pantai Dlodo menawarkan morfologi garis pantai yang membentang

hampir 2 km dengan gumuk... Ayo dukung batik etnik Tangsel jadi Go

International dengan ikutan Talkshow & Workshop #KetapelsMembatik

bersama Bank Danamon Info lebih lanjut cek disini http://kom.ps/AFwDRe

Satu lagi yang menambah Pantai Batu Nona menarik adalah aktivitas

nelayan. Biasanya jelang sore kita bisa melihat nelayan yang baru pulang

dengan hasil tangkapannya. Pemanfaatan tanaman pisang sebagai pelindung


kopi cukup baik karena selain berfungsi sebagai pelindung, tanaman pisang

juga bisa menjaga kelembapan tanah pada saat terjadi musim kemarau. Peci

paling tidak dapat menjelaskan identitas dirinya sebagai seorang muslim,

warga negara Indonesia asli dan menjunjung tinggi aspek nilai dan budaya

Indonesia. Sehari sebelum hari raya suci berlangsung, pretima dijunjung oleh

anggota keluarga yang hadir di sanggah dadia, pura keluarga, dibawa

berkeliling di dalam pura, searah jarum jam. Tentang Kompasiana Syarat &

Ketentuan Bantuan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alifianorezkaadi/bangunan-tinggi-

harus-hemat-energi-dan-ramah-lingkungan_55291bf4f17e61a1368b4596

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alifianorezkaadi/bangunan-tinggi-

harus-hemat-energi-dan-ramah-lingkungan_55291bf4f17e61a1368b4596

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/alifianorezkaadi/bangunan-tinggi-

harus-hemat-energi-dan-ramah-lingkungan_55291bf4f17e61a1368b4596

Anda mungkin juga menyukai