Oleh :
Arsitektur organik
merupakan sebuah
teori/ilmu yang mempelajari
perencanaan dan
perancangan dalam
mendesain yang mengambil
sumber dari alam sebagai
poko dari bentuk dan fungsi
bangunan.
Memasuki kompleks sekolahan
yang asri, hutan desa yang yang
rimbun dengan pepohonan,
menyambut. Namun untuk
sampai di bangunan sekolah,
seluruh murid harus melalui
Jembatan Minang yang
melintasi sungai Ayung.
Dinamakan Jembatan Minang
karena atap jembatan ini
mengadaptasi atap rumah adat
Minangkabau. Konstruksi
jembatan ini seluruhnya terbuat
dari bambu.
Green School menyediakan berbagai
fasilitas yang ramah lingkungan
dengan berbagai keuntungan, yaitu
mengurangi gas gas berbahaya bagi
atmosfer, menjaga kesehatan para
siswa dari berbagai penyakit
gangguan pernapasan seperti asma,
meningkatkan kepekaan sosial, dan
lain lain.
Sekolah ini mendidik siswanya
dengan pendidikan tentang
lingkungan. Bangunan ini hanya
mengguanakan material bambu,
rumput gajah dan tanah liat. Semen
yang digunakan hanya di beberapa
bagian bangunan. Dimensi
bangunan ini adalah 18 meter
dengan tinggi 64 meter. Green
School mendapat listrik dari sumber
energi yang ramah lingkungan yaitu
generator turbin hidrolik dan panel
surya.
Bahan bangunan Green School Bali hampir seluruhnya berasal dari bambu lokal, di
antaranya pada tiang, rangka atap, tangga, lantai atas dan lainnya. Bambu-bambu itu
disambung dengan sistem pin dan baut. Interior bangunan seperti meja, kursi, rak, dan
lemari menggunakan bambu.Bambu, merupakan tanaman yang mudah tumbuh. Hanya
dalam jangka 4-5 tahun ketinggian bambu bisa mencapai 18 meter, sementara pohon
lain membutuhkan waktu 25 tahun. Dengan demikian, bambu termasuk material yang
ramah lingkungan karena mudah dan cepat diperbaharui.Sedangkan atap bangunan
menggunakan alang alang.
Semua ruangan menciptakan
keharmonisan antara bangunan dengan
alam sekitarnya. Jalan setapak yang
menghubungkan antar bangunan hanya
menggunakan material batu kali dan
cadas yang tidak diaspal. Ruang kelas
didesain tanpa sekat atau dinding beton
menghasilkan angin dan cahaya
matahari dapat masuk dengan
maksimal ke dalam bangunan.
Ditambah dengan sebuah skylight yang
melingkar di puncak atap, sebagai
sumber pencahayaan alami bagi ruang-
ruang di bawahnya., sehingga para
siswa menikmati pelajaran seperti
belajar di alam terbuka. Pembentukan
ruang kelas tanpa sekat juga
bermanfaat agar para guru dan siswa
dapat lebih peka dan dekat dalam
menjalin hubungan edukasi dan sosial.
Karena halaman sekolah yang sangat luas,
dimanfaatkan sebagai tempat untuk bercocok
tanam secara organik. Mereka tidak
menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
Tanaman yang dibudidayakan adalah asli
tanaman lokal seperti ketela rambat, talas,
pisang, kelapa, padi, singkong, dan lain lain.
Hasil panen dinikmati oleh siswa, guru, dan
pengelola sekolah. Sisanya dijual di kantin
sebagai makanan ringan organik
Sebagai penghawaan, bangunan ini tidak
menggunakan AC, melainkan
menggunakan kincir angin melalui
terowongan bawah tanah. Hal ini dapat
terjadi karena kondisi fisik lahan yang
berkontur dan dekat dengan sungai dan
hutan. Tenaga listriknya menggunakan
bio-gas yang berasal dari kotoran hewan,
generator turbin air (yang dinamakan
Vortex), serta panel surya.