Anda di halaman 1dari 13

Dinamika Sosial Budaya, Vol . 24, No.

1, Juni 2022, pp 70-82


p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

22 (1) (2020) 1-4

Jurnal Dinamika Sosial Budaya

http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Kearifan Lokal Sesaji Untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan


Hidup Suku Sasak Dusun Sade Lombok Tengah

Mansur S, Priyantini Widiyaningrum, Sri Ngabekti

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

DOI: http://dx.doi.org/10.26623/jdsb.v21i2.1698

Info Artikel Abstrak


___________________ ____________________________________________________________
SejarahArtikel:
Disubmit6April2020 Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kearifan lokal sesaji di masyarakat Suku Sasak
Direvisi 16Mei2020 Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah Nusa
Disetujui7Juni2020 Tenggara Barat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Metode penelitian menggunakan
penelitian kualitatif, untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang
___________________ diperoleh di lapangan. Untuk memastikan kebenaran data digunakan teknik pengumpulan
Keywords: Kearifan Lokal ; data. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh data bersifat deskriptif. Data
Sesaji; Dusun Sade deskriptif berasal dari hasil observasi dan wawancara peneliti kepada masyarakat Suku
_______________________ Sasak Dusun Sade. Hasil penelitian tentang kearifan lokal sesaji yaitu, memberikan
persembahan dalam bentuk makanan kepada arwah leluhur. Sesaji ini dibuat dengan
menggunakan bahan yang terdapat di sekitar dusun sade seperti, Pare bulu dan daun
pisang tanduk sebagai bahan pembuatan sesaji, yang dibuat tidak boleh menggunakan
bumbu atau mencampur dengan bahan-bahan yang lain, karena menurut kepercayaan
masyarakat di Dusun Sade ketika sesaji itu dimakan akan menyebabkan pengendalian
emosi pada saat marah atau pada saat emosi. Pada masyarakat Suku Sasak Dusun Sade,
tradisi yang menggunakan sesaji seperti, ziarah hutan adat gunung Kiyangan, ziarah
makam deside wali nyatoq, dan adat istiadat lainnya.

Abstract
____________________________________________________________

This study aims to describe the local wisdom of the offerings in the Sasak Tribe of Sade
Village, Rembitan Village, Pujut District, Central Lombok Regency, West Nusa Tenggara
in protecting the environment. The research method uses qualitative research, to develop a
theory that is built through data obtained in the field. To ensure the accuracy of the data,
data collection techniques are used. Qualitative methods are used to obtain descriptive
data. Descriptive data comes from the results of observations and interviews with
researchers to the Sasak people of Sade Hamlet. The results of research on the local
wisdom of offerings are giving offerings in the form of food to ancestral spirits. These
offerings are made using materials found around the Sade hamlet such as Pare Bulu and
horn banana leaves as ingredients for making offerings, which are made not to use spices
or mix with other ingredients, because according to the community belief in Sade Hamlet
when the offerings are made. being eaten will cause emotional control when angry or
emotional. In the Sasak people of Sade Hamlet, traditions that use offerings include the
pilgrimage of the Kiyangan mountain customary forest, the pilgrimage to the deside wali
nyatoq grave, and other customs.

70
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb


AlamatKorespondensi: mansursaputra00@gmail.com p-ISSN 1410-9859
E-mail: alamat@email.mu
e-ISSN 2580-8524

71
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

PENDAHULUAN Kehidupan keseharian masyarakat Suku


Sasak di Dusun Sade masih sangat kental
dengan tradisi masyarakat Suku Sasak tempo
dulu. Masyarakat Dusun Sade lebih memilih
Indonesia memiliki beranekaragam mengabaikan modernisasi dunia luar dan
budaya yang tersebar dari Sabang sampai meneruskan tradisi lama mereka sebagai upaya
Marauke. Masing-masing daerah memiliki pelestarian adat (Siandra, 2011). Beberapa
budaya yang berbeda antara satu dengan yang keluarga di dusun ini tidak bisa menggunakan
lainnya. Budaya tersebut menghasilkan sikap bahasa Indonesia melainkan menggunakan
dan tingkah laku yang tercermin di dalam bahasa Sasak.
kehidupan sehari-hari mereka. Keberadaan
budaya dari suatu daerah banyak berkaitan
Mata pencaharian utama penduduk Suku
dengan adanya keberagaman suku dari daerah.
Sasak di Dusun Sade adalah bertani. Jenis
tanaman yang ditanam yaitu padi dan kacang
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang kedelai dengan bantuan ternak kerbau biasa
dengan semua benda, daya, keadaan, dan disebut Ngaro dan sapi disebut Nenggale yang
makhluk hidup, termasuk manusia dan digunakan untuk menggarap atau mengolah
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu tanah. Tanaman hanya dipanen setahun sekali
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan karena hanya tergantung pada curah hujan.
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
(UU RI No. 32 Tahun 2009). Lingkungan
Pembangunan rumah adat Suku Sasak di
sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia.
Dusun Sade memanfaatkan hasil dari sumber
Lingkungan dapat berubah fungsinya karena
daya alam yang dapat ditemukan dengan
berbagai faktor, salah satunya karena adanya
mudah di areal dusun setempat. Atap bangunan
era global. Dampak masalah lingkungan dapat
menggunakan bahan alang-alang yang dapat
dirasakan oleh seluruh penduduk bumi dengan
mereduksi panas sinar matahari pada siang hari
adanya gejala-gejala alam yang menunjukkan
dan dapat memberikan kehangatan pada malam
ketidakwajaran.
hari. Penggunaan anyaman bambu sebagai
dinding bangunan memberikan keuntungan
Masalah lingkungan hidup berkaitan erat terhadap masalah sirkulasi udara. Celah-celah
dengan kearifan lokal. Hal ini dapat diketahui pada anyaman bambu dapat dilalui udara
bahwa adanya kearifan lokal justru lebih dahulu dengan baik, sehingga pergantian udara dalam
berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan ruangan dapat berjalan secara maksimal. Lantai
sebelum gerakan-gerakan peduli lingkungan terbuat dari tanah liat yang dicampuri kotoran
bermunculan. Wibowo et al. (2012) kerbau, abu jerami, dan kapur. Penggunaan
mengungkapkan adanya mitos, ritual, dan kapur untuk menghilangkan bau tidak sedap
pitutur luhur yang erat kaitannya dengan alam pada kotoran kerbau. Campuran tanah liat,
mampu mengatur masyarakat sedemikian rupa kotoran kerbau dan kapur menjadikan lantai
dalam hubungan dengan lingkungan sekitar. tanah mengeras, sekeras semen. Cara membuat
lantai seperti itu sudah diwarisi oleh nenek
Kearifan lokal merupakan ciri khas suatu moyang mereka.
daerah atau wilayah tertentu yang memiliki
nilai kebudayaan, berkembang dalam lingkup Pola kehidupan masyarakat belum
lokal dari generasi ke generasi berikutnya banyak berubah karena lambatnya pengaruh
(Sartini, 2004). Kearifan lokal dapat dipahami dari luar yang masuk. Hal ini disebabkan
sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang karena sarana transportasi, informasi, dan
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, teknologi serta kondisi alamnya yang kurang
yang tertanam dan diikuti oleh anggota mendukung. Salah satu pola kehidupan yang
masyarakatnya. Kearifan lokal banyak dimiliki masih dipertahankan adalah upacara adat. Pada
oleh berbagai suku di Indonesia, diantaranya upacara adat dibutuhkan sesaji. Zulfikri dan
masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade. Sade Sukawi (2010) menjelaskan salah satu bentuk
merupakan salah satu dusun yang terdapat di sesaji di Dusun Adat Sade dalam upacara adat
Desa Rembitan, Kecamatan Pujut Lombok yaitu penyembelihan hewan kurban untuk
Tengah Nusa Tenggara Barat. memohon restu leluhurnya. Sesaji pada upacara

72
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

adat, seperti pada upacara menikah (merariq)


sesaji menggunakan hasil panen, buah-buahan METODE
didapatkan dari sumber daya alam.

Keyakinan masyarakat Suku Sasak di


Dusun Sade di masa lalu merupakan penganut Penelitian ini merupakan penelitian
kuat Islam Wetu Telu (tiga waktu) namun kualitatif, karena dengan metode kualitatif
sebagai dampak dari program pemerintah peneliti akan masuk objek penelitian, sehingga
dalam hal ini Departemen Agama masyarakat masalah akan dapat ditemukan dengan jelas.
Suku Sasak di Dusun Sade dikembalikan pada Melalui metode penelitian kualitatif, peneliti
pelaksanaan syariat Islam Wetu Lime (lima akan melakukan eksplorasi terhadap suatu
waktu). Komunitas wetu telu (tiga waktu) objek. Digunakan metode kualitatif dalam
tersebar di beberapa wilayah di Pulau Lombok penelitian ini untuk mengembangkan teori yang
secara tidak merata. Di wilayah Lombok Barat dibangun melalui data yang diperoleh di
tersebar di Kecamatan Narmada, Pagutan dan lapangan. Untuk memastikan kebenaran data
Ampenan. Wilayah utara terdapat di digunakan teknik pengumpulan data. Metode
Kecamatan Tanjung, Pemenang dan Bayan. di kualitatif digunakan untuk memperoleh data
Lombok Tengah, tersebar di Desa Rembitan, bersifat deskriptif. Data deskriptif berasal dari
Pujut, dan Pengadang. Sedangkan di Lombok hasil observasi dan wawancara peneliti kepada
Timur, terdapat di daerah Sapit, Pengadangan, masyarakat Suku Sasak Dusun Sade Kabupaten
Sembalun dan Obel-obel (Fadly, 2008). Lombok Tengah.

Kearifan lokal yang terdapat di Suku a. Perpanjangan Keikutsertaan


Sasak Dusun Sade mengandung nilai-nilai yang
baik yang berisi nilai ketuhanan, nilai Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah
kemanusiaan, dan nilai kebangsaan sehingga instrumen itu sendiri. Keikutsertaan
nilai tersebut harus dilestarikan melalui peneliti sangat menentukan dalam
pembelajaran dalam pendidikan lingkungan pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut
informal. Pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal tidak hanya dilakukan dalam waktu
melalui pendidikan informal merupakan proses singkat, tetapi memerlukan perpanjangan
internalisasi nilai yang berjalan tanpa desain keikutsertaan pada latar penelitian.
dan berjalan secara spontan (Wardhani, 2013).
Hasil dari pembelajaran nilai-nilai kearifan b. Ketekunan/Keajegan Pengamatan
lokal melalui pendidikan informal ini pun
ternyata dapat memperbaiki karakter atau Ketekunan/keajegan pengamatan berarti
perilaku manusia sehingga dapat dijadikan mencari secara konsisten interpretasi
penguat karakter bangsa. dengan berbagai cara dalam kaitan dengan
proses analisis dan konstan atau tentatif.
Asmani (2012) menyatakan bahwa, salah Mencari suatu usaha membatasi berbagai
satu cara untuk menjadi negara maju adalah pengaruh. Mencari apa yang dapat
pemanfaatan sumber daya, kekayaan alam dan diperhitungkan dan apa yang tidak dapat.
budaya sendiri, sehingga mencapai kemandirian
dan kepercayaan diri. Oleh karena itu, sekarang c. Triangulasi
pemerintah merencanangkan pendidikan
lingkungan lokal untuk diimplementasikan
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
dalam pembelajaran. Afandi (2013)
keabsahan data yang memanfaatkan
mengungkapkan bahwa, pendidikan lingkungan
sesuatu yang lain (Moleong, 2012). Ada
hidup merupakan usaha melestarikan
empat macam triangulasi dalam penelitian,
lingkungan dengan mengajarkan di sekolah
yaitu (1) triangulasi dengan sumber yang
secara formal. Pendidikan lingkungan hidup
berarti membandingkan dan mengecek
bukanlah suatu bidang studi yang berdiri
balik kepercayaan suatu informasi yang
sendiri. Namun, dapat diintegrasikan ke dalam
diperoleh melalui waktu dan alat yang
suatu bidang studi di sekolah.
berbeda dalam penelitian kualitatif; (2)
triangulasi dengan metode; (3) triangulasi

73
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

dengan memanfaatkan pengamatan lain triangulasi dengan teori.


untuk keperluan pengecekan; dan (4)
Triangulasi yang digunakan dalam untuk mendapatkan data dari sumber yang
penelitian ini adalah triangulasi sumber berbeda-beda (Sugiyono, 2013).
dan metode. Triangulasi sumber berarti

Kepala Desa

Tokoh Masyarakat

Wawancara Masyarakat Suku Sasak

Kepala Sekolah

Guru

Siswa

Gambar 1. Proses triangulasi sumber

Selain menggunakan triangulasi sumber, juga membandingkan dan mengecek tiga teknik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini atau pengumpulan data, dari wawancara
adalah triangulasi metode. Pengecekan derajat terstruktur, observasi partisipan, dan
kepercayaan penelusuran hasil penelitian dokumentasi. Setelah itu memeriksa keabsahan
dilakukan beberapa teknik pengumpulan data, data yang didapat.

Sumber Data
Wawancara
a. Kepala Desa
b. Tokoh Masyarakat
Observasi c. Masyarakat Suku Sasak
d. Kepala Sekolah
e. Guru
Dokumentasi f. Siswa

74
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Gambar 2. Proses triangulasi metode

Pada saat wawancara terstruktur akan orang. Begitu juga dengan metode observasi
diambil enam sumber yaitu Kepala Desa, partisipan dan dokumentasi. Pengolahan data
Tokoh Masyarakat, Masyarakat Suku Sasak, tersebut menggunakan triangulasi dengan
Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa sepuluh media tabel triangulasi data.

Tabel 1. Triangulasi Data

Sumber Data Informasi


Kepala Desa
Wawancar

Tokoh Masyarakat
Masyarakat Suku Sasak
a

Kepala Sekolah/guru
Siswa
Observasi
Dokumentasi
Interpretasi data

Setelah data tersebut dimasukkan kedalam Teknik analisis data adalah mengatur,
tabel triangulasi, kemudian dianalisis dengan mengurutkan, mengelompokkan, memberi
interpretasi/penafsiran data. kode, dan mengkatagorikan. Tujuan analisis
ini untuk menemukan suatu makna yang
d. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi pada ahirnya dapat diangkat menjadi teori.
Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah
Teknik ini dilakukan dengan cara menemukan teori dari data atau dapat juga
mengekspos hasil sementara atau hasil akhir menguji suatu teori yang sedang berlaku
(Moleong, 2009).
yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan
rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan keabsahan
data yang digunakan dalam penelitian ini Data yang sudah terkumpul kamudian
berdasarkan teknik yang ditemukan oleh dianalisis berdasarkan model interaktif yang
Moleong (2009) sebagai berikut. dikembangkan oleh Miles dan Huberman
(2009).

75
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Pengumpulan
Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan/
Verifikasi
Reduksi Data

Gambar 3. Komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman, 2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Kawasan Penelitian mengaku sebagai keturunan Trah dari leluhur
yaitu keturunan betare batu dinding dan batare
Sade merupakan salah satu kolektivitas kiyangan. Pembuktian dari hal tersebut adalah
komunitas dari beberapa Suku Sasak yang beradamembuktikan bahwa komunitas-komunitas itu
di wilayah Desa Rembitan seperti, Telok Bulan,keturunan betare batu dinding kiyangan, maka
Lentak, Selak, Penyalu, Peluk, Rebuk, dan mereka selalu menghormatinya dan menjaga
Rumba. Semua keluarga besar komunitas tersebutkedua makam tersebut dulu disebut pedewe.
Tradisi ritual penghormatan terhadap leluhur,
secara historis kultural adalah bagian integral dari
Dusun Sade. Keberadaan ini dapat dilihat dari disebut ritual Ngayu-ayu (Selake, 2011).
adat dan budaya yang dimiliki oleh masing-
masing komunitas yang sama seperti yang ada di Masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade
Dusun Sade, dan secara emosional sama-sama mempunyai makam leluhur yaitu makam Sunting,

76
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

makam ini bercirikan makam pra aksara (zaman Makam ini biasanya diziarahi pada hari Sabtu,
pra sejarah) yang menghadap Barat-Timur. ketika keturunannya mempunyai hajat. Mengacu
pada ciri dan tipe makam leluhur. berasal dari Jawa. Hal ini dilihat dari segi nama
Mayong-Tate masyarakat Sade, menjelaskan yaitu Ame Ratu Mas Sangaji dengan julukan Ratu
bahwa komunitas Suku Sasak di Dusun Sade Mas Penginding dan bertempat tinggal di Samar
adalah salah satu kelompok Suku Sasak di Khaton Rembitan. Oleh karena itu, secara
Lombok bagian selatan sejak zaman pra aksara historis Sade dan Rembitan secara menyeluruh
atau pra sejarah yaitu pada masa bertani dan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan (Selake,
bercocok tanam pada masa undahagi 2011).
perundapian. Leluhur masyarakat Dusun Sade

Gambar 4. Peta Batas Wilayah Desa Rembitan (Sumber: Peta Batas Wilayah Desa Rembitan, 2015)

Letak dan Luas Dusun ini memiliki luas 5000 m2. Secara
geografis Dusun Sade terletak pada koordinat 8 0
Dusun Sade berada di wilayah Desa 50 LS dan 1160 BT. Dusun Sade terletak pada
Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten ketinggian 120-126 dpl di atas permukaan laut,
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Letak terletak pada sebuah bukit, di sebelah utara dan
kampung ini 50 km arah Tenggara Kota selatan terdapat persawahan dan ladang
Mataram (Ibu Kota NTB) dan 19 km dari kota penduduk. (Profil Dusun Wisata Sade, 2010).
Praya (Ibu Kota Lombok Tengah). Batas
wilayah yaitu Sebelah Barat Dusun Penyalu, Tradisi makanan sesaji merupakan
Sebelah Utara Dusun Selak, sebelah Selatan memberikan sesuatu dalam bentuk makanan
Dusun Seleman. (Peraturan Desa Rembitan, kepada nenek moyang yang sangat tinggi
2014). sebagai bentuk kepercayaan akan
keberadaannya.

77
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Tabel 2. Hasil Survei Mengenai Tradisi Makanan Sesaji pada Masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade
Lombok Tengah

turun-temurun dari
generasi ke generasi
Sumber Data Informasi sampai sekarang
Kepala Desa Kearifan lokal Sesaji Dokumentasi Terdapat beberapa foto
merupakan memberikan tentang masyarakat suku
makanan kepada arwah sasak sedang
leluhur masyarakat Suku memanfaatkan sumber
Sasak daya alam sebagai bahan
Tokoh Kearifan lokal sesaji pembuatan sesaji seperti
Masyarakat tradisi yang dilakukan pare bulu dan daun pisang.
pada setiap upacara adat Interpretasi Data : Sesaji merupakan
di Dusun Sade. memberikan persembahan dalam bentuk
Wawancara

Masyarakat Kearifan lokal sesaji nu makanan kepada arwah leluhur. Nilai-nilai


Suku Sasak tradisi saq tegaweq lamun pendidikan linkgungan ditinjau dari
arak acare-acare ritual adat masyarakat memperlakukan sumber daya
maraq entan ziarah hutan alam yang ada di Dusun Sade yaitu,
adat gunung kiyangan, memanfaatkan sumber daya alam seperti pare
ziarah makan de side wali bulu dan daun pisang tanduk.
nyatoq. (kearifan local
sesaji merupakan tradisi
yang dilakukan ketika ada
acara-acara ritual adat
seperti ziarah hutan adat
gunung kiyangan, ziarah
makam Wali Nyatoq).
Observasi Tradisi-tadisi yang ada di
Suku Sasak Dusun Sade
merupakan adat istiadat
yang dilakukan secara

Hasil survei yang dilakukan di Dusun panen seperti, Pare Bulu dan daun pisang
Sade sejalan dengan penelitian yang dilakukan tanduk, dan kemudian cara membuatnya tidak
Zulfikri dan Sukawi (2010) menjelaskan bahwa, boleh menggunakan bumbu. Menurut
salah satu bentuk sesajian di Suku Sasak Dusun kepercayaan masyarakat Dusun Sade agar
Sade dalam upacara adat yaitu penyembelihan manusia yang memakan makanan sesaji bisa
hewan kurban untuk memohon restu mengendalikan emosi.
leluhurnya. Bahan yang digunakan yaitu hasil

78
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Gambar 5. Pare Bulu sebagai Bahan Pembuatan Gambar 6. Daun Pisang tanduk sebagai Bahan
Makanan Sesaji (Dok. Pribadi, 2015) Pembuatan Makanan Sesaji (Dok. Pribadi, 2015)

Pare bulu dan daun pisang tanduk yang menyebabkan pengendalian emosi pada saat
digunakan oleh masyarakat suku sasak di dusun marah atau pada saat emosi. Pada masyarakat
sade sebagai bahan pembuatan sesaji, yang Suku Sasak Dusun Sade, tradisi yang
dibuat tidak boleh menggunakan bumbu atau menggunakan sesaji seperti, ziarah hutan adat
mencampur dengan bahan-bahan yang lain, gunung Kiyangan, ziarah makam deside wali
karena menurut kepercayaan masyarakat di nyatoq, dan adat istiadat lainnya.
Dusun Sade ketika sesaji itu dimakan akan

Kearifan Lokal Sesaji untuk Ziarah Hutan Adat Gunung Kiyangan dan Makam Deside Wali Nyatoq

Gambar 7. Tardisi Ziarah Menggunakan Sesaji Gambar 8. Tardisi Ziarah Menggunakan Sesaji
Hutan Adat Gunung Kiyangan (Dok. Pribadi, Masyarakat Dusun Sade di Makam Deside Wali

79
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

2015). Nyatoq (Profil Dusun Wisata Sade, 2010)

Kearifan Lokal ziarah di hutan adat Tradisi ziarah makam Deside Wali Nyatoq
gunung Kiyangan dilakukan apabila warga merupakan cara untuk mengungkapkan rasa
masyarakat suku sasak dusun sade mempunyai syukur kepada sang leluhurnya terdahulu.
hajat (niat) atau keinginan pada saat ditimpa Ziarah makam ini dilakukan pada setiap hari
musibah. Ziarah hutan adat gunung Kiyangan Rabu. Menurut keyakinan komunitas
ini dilakukan pada setiap hari Sabtu. Menurut masyarakat Dusun Sade hari Rabu merupakan
keyankinan komunitas masyarakat Dusun hari menghilangnya leluhur di gunung nyatoq,
Sade, hari Sabtu merupakan hari sehingga hari Rabu dijadikan hari untuk
menghilangnya leluhur, sehingga hari Sabtu menziarahi makam deside wali nyatoq.
dijadikan hari untuk menziarahi hutan adat
gunung kiyangan.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam Sebagai memperkuat norma, nilai, dan keyakinan yang
Pembuatan Sesaji menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan
pendorong membudaya dalam lingkup sekolah,
Pemanfaatan sumber daya alam oleh kemudian tercermin dari sikap menjadi
masyarakat Suku Sasak di Dusun Sade dengan perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan
menggunakan pare bulu dan daun pisang tindakan yang turut berperan dalam
tanduk sebagai bahan dalam pembuatan menentukan keberhasilan sekolah. Hal ini
makanan sesaji. Sesuai dengan hasil penelitian sesuai dengan penelitian Afandi (2013)
Siombo (2011) Sumber daya alam diciptakan menjelaskan bahwa, pendidikan lingkungan
untuk memanfaatkan tetapi dalam hidup merupakan usaha melestraikan
pemanfaatannya ada aturan mainnya, ada lingkungan dengan mengajarkan di sekolah
batasan-batasan agar keseimbangan alam tetap secara formal. Pendidikan lingkungan hidup
terjaga Batasan-batasan tersebut antara lain bukanlah suatu bidang studi yang berdiri
prinsip-prinsip dalam konservasi, yang sendiri, namun dapat diintegrasikan ke dalam
membatasi perilaku manusia untuk bijaksana suatu bidang studi di sekolah.
dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal
Pemanfaatan sumber daya alam yang ada melalui pendidikan informal merupakan proses
di sekitar dilakukan pada saat pembangunan internalisasi nilai yang berjalan tanpa desain
rumah adat, rumah lumbung, pembuatan sesaji. dan berjalan secara spontan (Wardhani, 2013).
Hal ini sesuai dengan penelitian Senoaji (2004) Hasil dari pembelajaran nilai-nilai kearifan
menjelaskan bahwa, pemanfaatan lingkungan lokal melalui pendidikan informal ini pun
hutan yang arif akan menghasilkan sesuatu ternyata dapat memperbaiki karakter atau
keseimbangan alam yang memberikan nilai perilaku manusia sehingga dapat dijadikan
manfaat, kedamaian, kesejahteraan, dan penguat karakter bangsa. Sedangkan Asmani
ketenangan bagi kehidupan penduduknya. (2012) menjelaskan bahwa, Salah satu cara
untuk menjadi negara maju adalah
pemanfaatan sumber daya, kekayaan alam dan
budaya sendiri, sehingga mencapai kemandirian
dan kepercayaan diri. Oleh karena itu, sekarang
Penerapan Tradisi/budaya dalam Menjaga
pemerintah merencanangkan pendidikan
Lingkungan
lingkungan lokal

Implementasi pendidikan lingkungan


berbasis kearifan lokal diyakini akan mampu
untuk diimplementasikan dalam Masyarakat mempersepsikan transformasi
pembelajaran. nilai-nilai kearifan lokal huyula merupakan upaya

80
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

yang dilakukan oleh pihak pemerintah, lembaga pendidikan, tokoh agama dan budayawan untuk
menjadikan nilai-nilai kearifan lokal gunung Kiyangan, ziarah makam deside wali
huyula sebagai dasar dalam pembangunan nyatoq, dan adat istiadat lainnya.
karakter bangsa di Kota Gorontalo dan
diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang
konkrit di masyarakat (Yunus, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Implementasi nilai-nilai kearifan lokal dalam
proses pendidikan di sekolah menunjukkan
variasi yang beragam (Wagian, 2011). Upaya
sosialisasi, perumusan model dan perangkat Adimihardja, K. 1999. Potensi dan Peran Serta
pendidikan kearifan lokal perlu dilakukan Masyarakat Lokal dalam Upaya
secara terpadu mengingat besarnya potensi Konservasi Alam. Bandung: Inrik
yang dimiliki sekolah dalam implementasi Unpad
pendidikan kearifan lokal. Melalui nilai keaifan
lokal ditetapkan mana hal yang wajar dilakukan Afandi, R. 2013. Integrasi Pendidikan
dan mana dilarang dilakukan oleh masyarakat. Lingkungan Hidup Melalui
Nilai kearifan lokal berfungsi sebagi rujukan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
dalam membuat norma dalam setiap aktivitas sebagai Alternatif Menciptakan
individual serta masyarakat dalam menjaga Sekolah Hijau. Sidoarjo. Pedagogia,
kelestarian lingkungan. 2(1): 98-108.

Melalui pendidikan lingkungan individu


akan mementingkan lingkungan, dan
bagaimana berkaitan lingkungan dan ekonomi,
sosial, budaya serta pembangunan (Hamzah,
2013). Pendidikan dipahami sebagai unsur
sadar untuk membentuk sikap dan perilaku Asmani, J, M. 2012. Pendidikan Berbasis
manusia, maka pendidikan perlu dipahami Keunggulan Lokal. Yogjakarta: Diva
sebagai upaya untuk menggiring individu Press.
kearah perubahan gaya hidup dan perilaku yang
ramah lingkungan. Badan Puasat Statistik Kabupaten Lombok
tengah, 2012-2013.

Fadly, A.M. 2008. Islam Lokal: Akulturasi Islam


di Bumi Sasak. Mataram: STAIIQH
Press.
SIMPULAN
Hamzah, S. 2013. Pendidikan Lingkungan.
Bandung: PT Refika Aditama.
Kearifan lokal sesaji yaitu memberikan
persembahan dalam bentuk makanan kepada Miles dan Huberman. 2009. Analisis Data
arwah leluhur. Sesaji ini dibuat dengan Kualitatif Buku Sumber Tentang
menggunakan bahan yang terdapat di sekitar Metode-Metode Baru. Terjemahan
dusun sade seperti, Pare bulu dan daun pisang Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta:
tanduk sebagai bahan pembuatan sesaji, yang Universitas Indonesia.
dibuat tidak boleh menggunakan bumbu atau
mencampur dengan bahan-bahan yang lain, Moleong, L.J. 2009. Metodelogi Penelitian
karena menurut kepercayaan masyarakat di kualitatif. Bandung: Remaja
Dusun Sade ketika sesaji itu dimakan akan Rosdakarya.
menyebabkan pengendalian emosi pada saat
marah atau pada saat emosi. Pada masyarakat
Suku Sasak Dusun Sade, tradisi yang Moleong, L.J. 2012. Metodelogi Penelitian
menggunakan sesaji seperti, ziarah hutan adat kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

81
Dinamika Sosial Budaya, Vol . 4, No.1, Juni 2022, pp 70-82
p-ISSN : 1410-9859 & e-ISSN : 2580-8524
http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb

Sartini, 2004. Menggali kearifan Lokal Provinsi Daerah Istimewa


Nusantara sebuah Kajian Filsafat. Yogyakarta 2020 (Tahun Kedua).
Jurnal Filsafat, 37(2): 111-120. Universitas Negeri Yogyakarta:
Jurnal Penelitian dan Pengembangan.
Selake, K. 2010. Profil Desa Wisata Sade. Dusun ISSN 2085-9678, 3(3) 85-100.
sade: Dusun Sade.
Wardhani, N.W. 2013. Pembelajaran Nilai-
Selake, K. 2011. Mengenal Budaya dan Adat nilai Kearifan Lokal sebagai Penguat
Istiadat Komunitas Suku Sasak di Desa Karakter Bangsa melalui Pendidikan
Tradisional Sade. Mataram: Dinas Informal. Bandung: Jurnal Penelitian
Kebudayaan dan Pariwisata Pendidikan, 14(1): 1412-565.
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Wibowo, H.A., Wasino., dan Setyowati, D. L.
Siandra, M. 2011. Perancangan Buku Esai 2012. Kearifan Lokal dalam
Foto Kehidupan Pengrajin Tenun Menjaga Lingkungan Hidup (studi
Desa Sade, Lombok. Surabaya: Kasus masyarakat di desa colo
Universitas Kristen Petra. kecamatan dawe kabupaten Kudus).
Universitas Negeri Semarang: Jurnal
of Education Social Studies, 1(1): 2252-
Siombo, M.R. 2011. Kearifan Lokal dalam
6390.
Perspektif Hukum Lingkungan.
Jurnal Hukum, 3(18): 428-443.
Yunus, R. (2013) Transformasi Nilai-nilai
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Budaya Lokal Sebagai Upaya
Pembangunan Karakter Bangsa
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
(Penelitian Studi Kasus Budaya
R&D. Bandung: Alfabeta.
huyula di Kota Gorontalo).
Universitas Pendidikan Indonesia:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Jurnal Penelitian Pendidikan, 1(14):
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan 56-57.
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Diperbanyak oleh
Zulfikri dan Sukawi. 2010. Adaptasi Arsitektur
Sekretariat Negara Republik
Sasak Terhadap Kondisi Iklim
Indonesia.
Lingkungan Tropis (studi kasus di
Desa Adat Sade Lombok).
Wagiran. 2011. Pengembangan Model Universitas Diponegoro: Berkala
Pendidikan Kearifan Lokal Dalam Teknik, 1(6): 339-346.
Mendukung Visi Pembangunan

82

Anda mungkin juga menyukai