Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-
aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir
seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir semua
yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain di rumah, di sekolah, di tempat
bermain, di pekerjaan dan sebagainya. Dalam pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi
pertama individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat primitif tidak ada
pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus
menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang
bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju kebanyakan kebiasaan dan
pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi
informal. Bahasa, kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui
pendidikan tak formal.
Pendidikan informal berlangsung dalam keluarga yang dimulai sejak anak dilahirkan.
Dalam keluarga yang memahami arti penting pendidikan keluarga, karena itu secara sadar
mendidik anak-anaknya agar terbentuk kepribadian yang baik. Pendidikan informal tidak
terorganisasi secara struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak mengenal
adanya ijazah, waktu belajar sepanjang hayat, dan lebih merupakan hasil pengalaman
individual mandiri dan pendidikannya tidak terjadi di dalam medan interaksi belajar mengajar
buatan
Philip H. Coombs, menyebutkan bahwa pendidikan in formal ialah pendidikan yang
diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak lahir
sampai tutup usia.
Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan
hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan. Seperti Lembaga Kursus dan Pelatihan, Kelompok Belajar, Sanggar,
dan lain lainya. Sasaran Pendidikan non frmal adalah warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan non
formal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan
kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis
taklim, sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.Termasuk juga kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
3.
4. pengendalian sosial, yaitu sebuah upaya yang dilakukan baik oleh individu ataupun
sekelompok masyarakat guna mencegah terjadinya tindakan penyimpangan sosial serta
mengarahkan kelompok masyarakat agar berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku. Bisa juga diartikan sebagai proses pengawasan setiap kelompok di dalam
masyarakat.
Upaya atau mekanisme pengendalian terhadap terjadinya penyimpangan sosial ini bisa
berbentuk ajakan, membimbing, membujuk hingga memaksa terhadap individu maupun
kelompok masyarakat agar bisa berperilaku sesuai nilai dan norma sosial masyarakat yang
berlaku.
Pengendalian sosial mampu untuk menciptakan kondisi masyarakat yang tenteram dan damai
jika pengendalian sosial tersebut memang benar-benar dijalankan oleh anggota masyarakat.
5. . Adanya Aturan atau Peraturan di Sekolah
Dimana dengan adanya suatu tata tertib di setiap sekolah yang dikeluarkan secara resmi
oleh lembaga.
Maka peraturan itu secara mengikat dan mesti dijalankan oleh setiap pelajar dan siswa yang
sekolah disana.
Tanpa adanya pengecualian. Itulah salah satu contoh pengendalian sosial di dalam
lingkungan sekolah yang ada dilakukan oleh pihak sekolah, guru.
Peran dan fungsi dari bimbingan konseling atau BK yang ada di sekolah adalah sebagai
upaya untuk melakukan pengendalian sosial di lingkungan sekolah tersebut.
Misalnya bisa saja seseorang pelajar yang mengalami gangguan mental, psikis, atau
mengalami trauma akan bertindak secara anarkis.
Oleh karena itu penting dilakukan suatu bimbingan kepada seseorang tersebut agar tidak
bertindak diluar nilai dan norma masyarakat yang sudah ada.
Tentang bahaya dalam menggunakan narkoba, obat obatan terlarang. Ataupun dalam
penyuluhan lainnya.
Sehingga pelajar tidak melakukan tindakan yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain
yang ada disekitarnya tersebut.
Memang perlu untuk diberikan dan dilakukan sebagai dasar pengendalian sosial kepada
para pelajar atau siswa di dalam lingkungan sekolahnya.
Agar tujuannya tidak bertindak secara sembarang dan anarkis, antar sesamanya karena itu
pentingnya melakukan pengendalian sosial dengan memberikan pembelajaran dasar.
5. Adanya Pendidikan Karakter dan Moral yang Diberikan oleh Guru
Penanaman pendidikan karakter dan moral juga penting diberikan seorang guru kepada
murid atau peserta didiknya.
Itulah sebagai upaya dalam contoh pengendalian sosial di lingkungan sekolah dalam
kehidupan masyarakat sehari-harinya.
Membuat seorang pelajar akan banyak belajar hal baru yang penting untuk sebagai
pedoman dasar mereka.
Sehingga dalam kegiatan ektrakulikuler yang diikuti dapat membentuk karakter dan moral
seseorang.
Maka perlu untuk dilakukan pengendalian dalam hal menahan emosi untuk tidak terlibat
dalam kegiatan bertindak anarkis atau tawuran.
Antara sesama pelajar, menjadi penting untuk tidak melakukan contek menyontek karena
inilah contoh dalam penguatan karakter seseorang.
Suatu tindakan diluar batas peraturan sekolah yang ada atau aturan hukum yang berlaku.
Nah pengendalian sosial ini biasanya setelah adanya suatu kejadian.
Misalnya ketika seseorang terlibat perkelahian atau tawuran, serta contoh kasus di sekolah
lainnya yang sering terjadi.
10. Memberikan Pemahaman Tentang Ajaran Agama dan Budaya
Dalam melakukan suatu pencegahan dan pengendalian sosial di lingkungan sekolah kepada
peserta didiknya.
Maka memberikan suatu pembelajaran tentang nilai nilai ajaran agama dan budaya
setempat juga penting diberikan kepada siswa.
Sebagai pedoman dan pondasi dasar agar tidak bertindak diluar batas nilai dan norma
masyarakat setempat yang ada tersebut.