ABSTRAK
Pemindahan ibu kota negara Indonesia telah ditetapkan untuk dipindahkan ke Kalimantan Timur,
tepatnya di kabupaten Penajam Paser dan Kutai Kartanegara. Latar belakang pemindahan tersebut adalah untuk
meminimalisir risiko bencana dan beban kepadatan wilayah DKI Jakarta, serta pemindahan dilakukan ke lokasi
tengah wilayah Indonesia dengan lahan yang masih banyak untuk dikembangkan. Namun begitu, kebijakan
tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Untuk itu, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis isu
pemindahan IKN mengenai dampak serta peran pemerintah dalam mengatasi kerusakan yang diakibatkan.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah kualitatif deskriptif dengan studi literatur yang memandang
peran pemerintah berdasarkan perspektif Keynesian dan penelitian yang memanfaatkan berita di media.
Pemindahan IKN mempengaruhi aspek ekonomi, politik, dan yang terutama adalah lingkungan. Beban
kerusakan yang ditanggung lingkungan Kalimantan Timur disebabkan oleh pembukaan lahan besar-besaran
untuk pembangunan IKN yang meliputi deforestasi. Berdasarkan perspektif Keynesian, kontribusi pemerintah
atau keberadaan negara bertujuan untuk maksimalisasi pemanfaatan sumber daya dan optimalisasi
perekonomian. Oleh karena itu, salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi resiko pemindahan IKN, namun
secara bersamaan memanfaatkan sumber daya dan sebagai upaya pemerataan adalah membangun dengan
konsep Forest City.
Kata kunci: Ibu Kota Indonesia; Dampak Pembangunan; Kerusakan Lingkungan; Peran Pemerintah
ABSTRACT
The relocation of the capital city of Indonesia has been determined to be moved to East Kalimantan, precisely
in the districts of Penajam Paser and Kutai Kartanegara. The background of the relocation is to minimize
disaster risk and the burden of the density of the DKI Jakarta area, and the relocation is carried out to a central
location in the Indonesian territory with a lot of land to be developed. However, this policy reaps the pros and
cons of various groups. For this reason, this paper aims to analyze the issue of transferring IKN (the capital
city of Indonesia) regarding the impact and role of the government in overcoming the damage caused. The
method used in this analysis is descriptive qualitative with literature study and research that utilizes news in
the media. The migration of IKN affects economic, political, and above all environmental aspects. The burden
of damage to the environment in East Kalimantan is caused by massive land clearing for IKN development
which includes deforestation. Based on the Keynesian perspective, the contribution of the government or the
existence of the state aims to maximize the use of resources and optimize the economy. Therefore, one of the
government's efforts in overcoming the risk of moving the IKN, but at the same time utilizing resources and as
an equalization effort is to build with the Forest City concept.
Keywords: The Capital City of Indonesia; the Impact of development; Environmental Damage;
The Role of the Government
Doi:10.24198/aliansi.v1i3.44008
145
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)
146
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
dari negara, maka pemanfaatan sumber daya yang Biklen (1992), metode penelitian kualitatif merupakan
ada tidak akan maksimal. Kondisi ini akan prosedur penelitian yang hasil akhirnya berupa data
memaksa pemerintah untuk pada akhirnya tetap seperti perilaku, tulisan, dan ucapan dari yang diamati
melakukan intervensi terhadap pasar. Adanya secara deskriptif, dengan harapan mampu
ketidakstabilan dalam perekonomian kapitalis menghasilkan uraian yang komprehensif (Bogdan &
yang memaksa hadirnya intervensi pemerintah ini Biklen, 1992).
menurut Keynes merupakan bantahan terhadap
pemikiran tentang invisible hands yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dikemukakan oleh Adam Smith (Keynes, 1926).
Keynes menolak gagasan bahwa Dampak Pemindahan Ibu Kota Indonesia
ekonomi akan kembali ke keadaan keseimbangan Kawasan hutan produksi yang teletak di
alami. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa, begitu wilayah ibu kota negara baru memiliki luas 63.434 ha,
penurunan ekonomi terjadi, untuk alasan apa pun, dimana luas dari wilayah ibu kota negara yang
ketakutan dan kesuraman yang ditimbulkannya di dibangun adalah 256.654 ha. Terdapat dua konsesi di
kalangan bisnis dan investor akan cenderung dalamnya, yaitu 37.314 ha milik PT. ITCI Hutani
menjadi pemenuhan diri sendiri dan dapat Manunggal dan 16.058 milik PT Inhutani I Batu
menyebabkan periode depresi aktivitas ekonomi Ampar. Selain itu, wilayah tersebut sangat beragam
dan pengangguran yang berkelanjutan. keanekaragaman hayatinya, Seluruhnya tersebar di
Menanggapi hal ini, Keynes menganjurkan seluruh Kalimantan Timur dengan jumlah tanaman
kebijakan fiskal countercyclical, di mana selama yaitu 527 jenis, 100 jenis mamalia, 180 jenis burung,
periode kesengsaraan ekonomi, pemerintah harus dan lainnya yang dilindungi dan merupakan endemik.
melakukan pengeluaran defisit untuk menebus Bahkan terdapat sebaran spesies yang dapat ditemui di
penurunan investasi dan meningkatkan tiga jenis hutan tersebut, seperti Lutung Merah, Macan
pengeluaran konsumen untuk menstabilkan Dahan, Beruang Madu, Orangutan, Kucing Hutan, dan
permintaan agregat. Banyak ekonom mengkritik lainnya (Mutaqin et al., 2021).
pendekatan Keynes. Mereka berpendapat bahwa Dari aspek ekonomi, menurut Hartley
bisnis yang merespons insentif ekonomi akan (1995) (Saputra et al., 2021), pertimbangan
cenderung mengembalikan ekonomi ke keadaan ditetapkannya ibu kota menurut perspektif ilmu
ekuilibrium kecuali jika pemerintah mencegah ekonomi pertanahan adalah harus memperhatikan
mereka melakukannya dengan mengganggu harga pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, alokasi
dan upah, membuatnya tampak seolah-olah pasar sumber daya, hingga stabilisasi tanpa adanya
mengatur sendiri (Keynes, 1926). pengorbanan kesejahteraan masyarakat. Jakarta yang
Pemindahan Ibu Kota Indonesia ke pulau saat ini menjadi pusat roda perekonomian sekaligus
Kalimantan mempengaruhi berbagai aspek yang pemerintahan, menjadikan kebijakan pemindahan
pada akhirnya mempengaruhi kehidupan IKN sebagai rencana long term, menjadi keputusan
masyarakat Indonesia, terutama masyarakat di tepat untuk meringankan ibu kota yang berat beban.
Kalimantan yang akan menghadapi perubahan Disebutkan juga bahwa pemindahan ini diharapkan
besar. Terdapat banyak aspek yang akan mendorong investasi yang dapat meningkatkan GDP
dipengaruhi dari kebijakan ini, mulai dari aspek nasional, yang mana sejatinya ibu kota adalah pusat
ekonomi, politik, hingga lingkungan. Oleh karena pemerintahan dan pusat perkantoran.
itu, tulisan ini betujuan untuk membahas Upaya Meskipun diharapkan pemindahan IKN ini
Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi,
Kerusakan Lingkungan sebagai Dampak perluasan lapangan pekerja, pemerataan ekonomi, dan
Pemindahan Ibu Kota Negara. pemerataan pembangunan, namun pemindahan ini
merupakan rencana long term atau long run, sehingga
METODE tidak bisa diharapkan dan dipaksakan dampak positif
atau outcome yang instan. Akan ada banyak hambatan
Tulisan ini menggunakan metode yang terjadi di dalam prosesnya, seperti dipermulaan
kualitatif deskriptif beserta studi literatur yang pembangunannya adalah kondisi tanah wilayah
memandang peran pemerintah berdasarkan Kalimantan Timur cenderung gembur, berbeda
perspektif Keynesian dan penelitian yang dengan wilayah Jakarta atau Bandung, sehingga harus
memanfaatkan berita di media. Metode kualitatif dua kali dilakukan untuk menancapkan paku bumi
sebagai metode ilmiah sering digunakan peneliti di hingga bagian yang keras. Hal tersebut ditakutkan
bidang ilmu-ilmu sosial. Menurut Bogdan & menyebabkan pembengkakan anggaran dan waktu.
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)
147
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
Dalam kajian Bappenas, pemindahan perhatian dari para pemangku kepentingan selama 40
IKN dinilai akan menghasilkan dampak positif, tahun terakhir. Karena kompleksitasnya,
dikarenakan perekonomian nasional dinilai akan kemungkinan isu ini akan terus menjadi bahan
naik hingga 0.1%. Kenaikan tersebut dinyatakan perdebatan di masa depan. Deforestasi dengan
bersumber dari sumber daya yang dimanfaatkan, berbagai faktor biofisik diperkirakan berkontribusi
seperti pembukaan lahan yang dimanfaatkan untuk terhadap peningkatan pemanasan global, yang
pembangunan infrastruktur hingga pembukaan menjadikan salah satu varian dari penyebab perubahan
lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja. Bahkan, iklim. Oleh karena itu, Pemanasan global menjadi
Bappenas menilai aka nada peningkatan upah diyakini akan memiliki banyak dampak negative yang
tenaga kerja sebesar 1.37% dan inflasi sekitar 0.2% mengancam kehidupan makhluk di bumi. Salah satu
selama pembangunan IKN diproses. Inflasi penyebabnya adalah peningkatan emisi gas rumah
tersebut dinilai berasal dari pendapatan masyarakat kaca, yang mana fenomena tersebut merupakan
yang mengalami perbaikan dan kenaikan bahan fenomena yang tidak dapat dihindari dan diatasi untuk
pokok. Arus perdagangan pun dinilai akan tidak terjadi dalam kondisi hidup saat ini. Begitu juga
meningkat hingga 50% karena kawasan industri mengenai badai tropis, kekeringan, kepunahan
yang tumbuh di kawasan IKN dan terhubung spesies, dan banjir, punahnya keanekaragaman hayati
dengan wilayah Indonesia lainnya. hingga degradasi lahan adalah yang pada akhirnya
Aspek politik yang ada adalah proses membuat manusia berpikir serius tentang bagaimana
pemindahan IKN yang penuh polemik ini rentan menghentikan pemanasan global akibat degradasi
dengan berbagai hambatan. Selain hutan yang terjadi karena deforestasi. Upaya ini
dilaksanakannya di masa pandemi COVID-19, melibatkan seluruh negara, baik negara maju dan
keputusan kebijakan ini dianggap tidak berkembang.
mendengarkan aspirasi masyarakat. Menurut Di Indonesia, deforestasi sudah sering
Ujang (Wardhani, 2022), beberapa kalangan terjadi karena program pembangunan di berbagai
masyarakat menolak kebijakan ini karena tidak wilayah. Deforestasi yang ditujukan untuk
adanya pemberian fasilitas untuk berkomunikasi pembangunan pemukiman dan infrastruktur serta
dengan pemerintah terkait rencana pemindahan pemerintahan dan penunjang perekonomian. Selain
IKN. UU yang dibentuk terkait pemindahan IKN itu, fungsi hutan sering dialihkan untuk kegiatan
dianggap tidak aspiratif karena tidak ekstraktif seperti pertambangan dan industri, sehingga
dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tokoh menimbulkan konflik. Konflik tidak jarang terjadi
masyarakat, sehingga terjadi banyak penolakan antara masyarakat, pengusaha, dan LSM peduli
hingga petisi. Oleh karena itu, perlu pengoreksian lingkungan. Degradasi hutan Indonesia, di sisi lain,
agar pemerintah, KSP, dan istana dalam disebabkan antara lain oleh kegagalan pengelolaan
mendengarkan aspirasi masyarakat agar kebijakan hutan, seperti pemanenan yang berlebihan dan
yang bertujuan untuk kepentingan rakyat justru regenerasi yang lambat hingga tidak berhasil.
mengabaikan suara rakyat dan hanya mendengar Berdasarkan Bank Dunia, disebutkan bahwa hutan
kepentingan kelompok tertentu. tropis Indonesia sudah mengalami degradasi hingga
Sementara itu, aspek lingkungan adalah sekitar 1 juta hektar tiap tahunnya. Degradasi atmosfer
bagaimana Ibu kota berpindah dari pulau yang menjadi salah satu efeknya. Hal ini menjadikan
berbeda. Aspek ini memiliki banyak kontra, antara deforestasi Indonesia memiliki kontribusi besar
lain ditakutkan menjadi pengaruh buruk bagi terhadap pemanasan global. Terdapat kontribusi
Kalimantan Timur yang memiliki banyak hutan. utama empat gas rumah kaca utama, yaitu karbon
Dengan penggunaan banyak lahan untuk dioksida, metana, dinitrogen oksida, dan
pembangunan, maka satwa di hutan juga ikut klorofluorokarbon (Siswoko, 2008).
terancam. Kalimantan Timur yang dikenal sebagai Perubahan iklim akibat pemanasan global
paru-paru dunia juga apabila mengalami degradasi pada akhirnya dapat menyebabkan bencana yang
hutan akibat deforestasi, dapat menimbulkan berbahaya. Pola pertanian juga akan berubah akibat
potensi banjir dan emisi karbon (Saputra et al., pemanasan global, baik di Indonesia maupun global,
2021). Kondisi serupa dialami di beberapa wilayah hingga es di kutub Arktik dan Antartika yang mencair
di Jakarta dan Tangerang, yang mana terjadi banjir akibat naiknya juga suhu laut dan naiknya permukaan
di berbagai wilayah akibat pembangunan. air laut. Semua itu memiliki potensi untuk mengancam
Deforestasi sendiri yang menyebabkan seluruh dunia. Isu perubahan iklim ini menarik
degradasi hutan dan perubahan iklim telah menjadi perhatian internasional dimulai dari
isu lingkungan yang telah menarik banyak ditandantanganinnya sebuah perjanjian iklim di Rio de
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)
148
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
Janeiro, yang teradi di tahun 1992. Perhatian terancam oleh kepentingan pembangunan. Sementara
internasional terhadap isu perubahan iklim dimulai itu, masih banyak flora, fauna, dan organisme yang
dengan penandatanganan perjanjian iklim di Rio masih belum ditemukan oleh peneliti. Hal itu juga
de Janeiro pada tahun 1992. Terdapat tiga faktor akan menyebabkan kepunahan flora dan fauna yang
yang dinilai merupakan penyebab perubahan belum diketahui. Kepunahan yang terjadi akan
iklim. Hal tersebut berubah dari dari masalah menyebakan terganggunya rantai makanan,
ilmiah berkembang menjadi masalah politik secara ekosistem, sehingga pada akhirnya pembangunan
internasional. Pertama, isu ini telah mendorong yang terjadi akan mempengaruhi kehidupan manusia.
banyak akademisi dan lembaga swadaya Sementara itu, menurut hasil pembicaraan
masyarakat (LSM/LSM) mengadakan berbagai dengan developer dan Anggota DPD RI H.TB. M. Ali
konferensi untuk membahas topik pemanasan Ridho Azhari, S.H, M.I.Kom, tanah wilayah
global ini. Pada pertengahan 1980-an, berbagai Kalimantan Timur cenderung gembur, berbeda
kebijakan iklim memperoleh momentum karena dengan wilayah Jakarta atau Bandung, sehingga harus
berbagai studi para ilmuwan tentang pemanasan dua kali dilakukan untuk menancapkan paku bumi
global berhasil ditempatkan ketika pembahasan hingga bagian yang keras (Polsight, 2022). Oleh
agenda kebijakan (Siswoko, 2008). karena itu, pemerintah harus matang dalam
Wilayah Kalimantan Timur akan pembangunan dengan konsep Forest City, agar
menerima beban lingkungan yang besar pembangunan masih bisa selaras untuk melindungi
diakibatkan pembangunan yang masif, seperti kawasan hutan, keanekaragaman hayati, hingga fungsi
Gedung pemerintahan, hotel, bandara hutan sebagai penyerapan karbon.
internasional, rumah sakit, supermarket, mall, Ekstraksi, eksplorasi, dan eksploitasi sumber
apartemen, sarana ibadah, hingga lainnya yang daya alam merupakan tulang punggung perekonomian
akan mempengaruhi perubahan bentuk wilayah negara manapun secara nasional, termasuk tanah air
Kalimantan Timur. Perubahan tersebut juga akan Indonesia yang memiliki kekayaan berlimpah dengan
meliputi kerusakan lingkungan yang semakin kasat sumber daya alam. Faktor-faktor seperti pembangunan
mata akibat perubahan ke arah perkotaan. ekonomi, pertumbuhan penduduk dan urbanisasi
Peningkatan pembangunan yang akan selalu menempatkan tuntutan yang lebih besar di
mengorbankan banyak lahan akan berimplikasi planet ini menyebabkan pengelolaan sumber daya
juga terhadap perubahan fungsi kawasan. Dengan alam secara maksimal. Deforestasi atas nama
berubahnya fungsi kawasan hijau di Kalimantan pembangunan ekonomi dan sebagai sumber energi
Timur, maka akan menyebabkan penurunan fungsi domestik berada pada tingkat yang mengkhawatirkan,
kawasan hijau sebagai paru-paru dunia, kawasan menyebabkan erosi tanah, hilangnya keanekaragaman
penyangga air, dan sebagainya. Hal tersebut juga hayati, degradasi lahan, penggurunan, kekeringan,
pada akhirnya mempengaruhi penurunan kualitas banjir, hingga perubahan iklim. Deforestasi hutan
lingkungan, seperti penurunan kualitas udara, rawa gambut tropis sekunder secara signifikan
tanah, dan air, yang mana digunakan juga sehari- menurunkan PH air tanah, dan beberapa unsur hara
sehari dalam kebutuhan manusia. Penurunan makro utama tanah komunal. Semua ini memiliki
fungsi kawasan tersebut akibat pembukaan lahan implikasi negatif bagi pembangunan berkelanjutan
secara besar-besar dengan cara deforestasi dan berbagai mata pencaharian.
berbagai kawasan hijau juga pada akhirnya Selain itu, efek dari deforestasi adalah
menyebabkan bencana yang tidak dapat perubahan iklim. Pemindahan IKN akan menambah
terhindarkan, seperti banjir, kekeringan, hingga kasus penebangan hutan dan deforestasi di dunia,
longsor. sehingga akan memberi efek secara global, seperti
Tidak hanya dirasakan oleh manusia, perubahan iklim. Hal tersebut akan berdampak tidak
deforestasi yang dilakukan dengan diatasnamakan hanya di masa kini yang sudah terlihat pencairan es di
kepentingan kesejahteraan masyarakat juga kutub, namun akan lebih parah lagi di masa depan dan
berdampak kepada flora dan fauna. Selama ini, akan membahayakan manusia. Tidak hanya di masa
Kalimantan Timur merupakan wilayah yang penuh sekarang, namun dampaknya juga akan menjadi lebih
dengan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, parah di masa yang akan datang.
pembukaan lahan yang dilakukan tentu saja akan
merusak habitat berbagai flora dan fauna. Peran Pemerintah dalam Mengatasi Kerusakan
Meskipun dilakukan konservasi terhadap flora dan Akibat Pemindahan Ibu Kota Indonesia
fauna yang terancam, namun semua itu dilakukan Kerusakan di Indonesia akibat deforestasi
dikarenakan ekosistem dan habitat mereka yang tidak hanya saat pembangunan pemindahan ibu kota
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)
149
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)
150
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
negatif yang masih memiliki kekurangan karena akan mengancam kelestarian lahan gambut,
meskipun bertujuan untuk hal yang positif. dan pelaksanaannya harus sejalan tujuan mengapa
Namun, pemerintah Indonesia sendiri seringkali daerah terkait diberikan otonomi. Meskipun begitu,
melanggar kebijakan yang telah dibuat, padahal kualitas hidup masyarakat dalam hal upaya
dampak dan konsekuensinya sudah diketahui. peningkatannya tidak akan terlepas dari pemanfaatan
Sebagai aturan hukum yang diatur dengan undang- sumber daya, namun juga tidak lepas dari peran
undang, upaya pemulihan dan perlindungan lahan lingkungan, sehingga akan mempengaruhi berbagai
gambut di Indonesia mewajibkan pelestarian lahan aspek termasuk sosial dan ekonomi. Upaya tersebut
gambut yang dilindungi sebagaimana diatur. menjadi motif utama bagaimana pembangunan
Namun, justru pemerintah memindahkan berkelanjutan direncanakan dan dijalankan. Peran
ibu kota baru atau IKN di Kabupaten Penajam pemerintah daerah sangat penting karena
Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara implementasinya dalam mewujudkan tata kelola
,yang mana daerah tersebut memiliki lahan gambut lingkungan yang baik memerlukan kemampuan
besar dan yang nantinya berpotensi mengancam pemerintah daerah untuk melindungi dan mengelola
perlindungan lahan gambut akibat pembangunan lingkungan.
ibu kota baru. Perlindungan lahan gambut di Namun begitu, kualitas hidup manusia akan
Indonesia telah di atur oleh Kementerian terpengaruh apabila beban lingkungan yang tidak
Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang terkontrol disebabkan oleh kerusakan dan
Peraturan Pemerintah 71/2014 dalam pencemaran. Untuk itu, pemerintah daerah perlu
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, memenuhi hal tersebut, karena diperlukannya
UU 32 tahun 2000 mengenai Perlindungan dan lingkungan dan kota dengan kondisi tertata dan bersih.
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan UUD 1945. Peran pemerintah daerah yang juga melibatkan
Peraturan tersebut melarang pembukaan lahan di masyarakat dalam otonomi daerah diperlukan untuk
kawasan gambut, yang mana menjadi anomali membangun strategi mengelola lingkungan dan
ketika ibu kota baru mengancam perlindungan sumber daya alam di daerah terkait. Pemerintah daerah
lahan gambut (Theresia et al., 2020a). Apabila melalui desentralisasi memiliki peran besar untuk
Kalimantan Timur yang memiliki banyak kawasan menjaga dan mengelola lingkungan serta sumber daya
hijau termasuk lahan gambut, maka hal tersebut alam yang dimiliki setiap daerah di Indonesia.
sudah melanggar pasal yang tertera dan akan Meskipun begitu, masih banyak kendala dan
banyak beban kerusakan lingkungan yang tantangan setiap Lembaga untuk menjalankan
berlanjut. fungsinya (Theresia et al., 2020b). Pada persoalan
Berdasarkan perspektif Keynesian, pemindahan IKN ini, proses sejak awal
kontribusi pemerintah atau keberadaan negara diumumkannya seharusnya sudah mendengar aspirasi
bertujuan untuk maksimalisasi pemanfaatan dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
sumber daya dan optimalisasi perekonomian.
Namun yang justru terjadi di Indonesia terkait isu Konsep Forest City dalam Pembangunan Ibu Kota
ini adalah justru aspek pelestarian sumber daya Negara Baru
alam dikesampingkan. Meskipun faktor dari Proses pemindahan IKN secara politis yang
Pemindahan ibu kota dilaksanakan karena kondisi terletak di Kalimantan Timur akan menghadapi
ibu kota Jakarta yang sudah terlalu padat dan banyak permasalahan yang melibatkan aspek sosial,
penuh resiko bencana seperti baniir, namun ekonomi, hingga lingkungan. Dalam pengembangan
pembukaan lahan di wilayah lahan gambut akan dan kelanjutannya, pembangunan harus memastikan
menyebabkan hal serupa dalam jangka waktu bahwa fungsi hutan dan keanekaragaman hayati tidak
panjang. Pemerintah harus melakukan strategi mengalami kerusakan akibat pembukaan lahan secara
yang menjadikan Pemindahan ibu kota ke kawasan besar-besaran. Karena itu, menghadapi permasalahan
baru tidak terulang permasalahannya kembali ini memunculkan konsep Forest City. Oleh Stefano
seperti ibu kota negara Jakarta yang pada akhirnya Boeri, Forest City merupakan kota yang bangunannya
tata kotanya sudah terlanjur tidak bisa dibenah ditutupi tumbuhan. Tumbuhan atau pohon akan
sedari awal kembali. memiliki peran untuk mengendalikan polusi dan
Kapasitas yang memadai harus dimiliki diharapkan sebagai vegetasi kota untuk menurunkan
pemerintah dalam hal melindungi dan mengelola suhu, kebisingan, dan tetap menyediakan habitat untuk
lingkungan hidup, mulai dari perencanaan hingga keanekaragaman hayati. Konsep ini mengacu kepada
pemanfaatannya yang kemudian pengawasannya. pembangunan yang tetap mempertahankan ekologis
Pemindahan ibu kota baru harus diperhatikan hutan dan pengelolaan lingkungan yang juga sejalan
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)
151
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)
152
Nomor eISSN : 2829-1794 Volume 1 No. 3, Desember 2022 Hal : 144-152
Upaya Pemerintah Indonesia Dalam Mengatasi Resiko Kerusakan Lingkungan Sebagai Dampak Pemindahan
Ibu Kota Negara (Rahmah Ramadhani dan Yusa Djuyandi)