Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

LEADERSHIP DAN CRITICAL THINKING


PERPINDAHAN IBUKOTA NEGARA KE DAERAH
KALIMANTAN PANAJEM PASER UTARA

Dibuat Oleh:
Nurul Agil
210444190016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA


POLITEKNIK LP3I JAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN
Keputusan untuk memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia dari
Jakarta ke Kalimantan Timur diharapkan dapat menjawab tantangan yang
dihadapi Jakarta dan mendorong terciptanya lingkungan perkotaan yang lebih
berkelanjutan, manusiawi, dan layak huni. Ditetapkan sebagai ibu kota
negara pada tahun 1964 melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 10,
Jakarta telah berkembang menjadi pusat bisnis dan pemerintahan Indonesia,
dengan pembangunan infrastruktur dan ekonomi yang berkelanjutan. Namun,
populasi kota yang terus bertambah telah memunculkan berbagai masalah,
termasuk kemacetan lalu lintas, banjir, hilangnya ruang hijau, polusi udara,
dan masalah terkait lainnya. Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut,
Pemerintah Indonesia telah menyusun rencana untuk memindahkan ibu kota
ke luar Pulau Jawa, khususnya ke wilayah Kalimantan Timur. Langkah ini
juga diharapkan dapat berkontribusi dalam mempercepat pembangunan yang
lebih seimbang, yang secara historis terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia dari Jakarta ke daerah
Kalimantan Timur merupakan keputusan yang diharapkan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi kota Jakarta dan menciptakan kota yang lebih
berkelanjutan, manusia, dan layak huni. Berdasarkan UU IKN yang
diperbincangkan, Ibu Kota baru akan didirikan di sebagian Kabupaten
Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur.

II. Alasan Pemerintah Indonesia Memindahkan Ibu Kota


Negara Ke Kalimantan

1. Kepadatan penduduk di Jakarta sebagai salah satu alasan


pemindahan Ibu Kota Negara

Gambar 1. Sensus BPS Jumlah Penduduk menurut Wilayah, Klasifikasi generasi, dan Kelamin
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2020 adalah sebanyak 270.203.917 jiwa, dengan
persebaran penduduk menurut jenis kelamin adalah 136.661.899 untuk
penduduk laki-laki dan 133.542.018 untuk penduduk perempuan. Pada
pertengahan 2023, jumlah penduduk Indonesia telah mencapai sebanyak
278,69 juta jiwa menurut data terbaru dari BPS.

Adapun sumber data yang digunakan BPS ini merupakan data hasil
sensus penduduk dan proyeksi penduduk. Untuk tahun yang tidak
dilaksanakan sensus penduduk, data kependudukan diperoleh dari hasil
proyeksi penduduk. Pada 2015-2019, data yang digunakan adalah
proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045. Lalu pada 2020, data yang
digunakan adalah data hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020).

Kemudian, pada 2021-2022, data yang digunakan adalah proyeksi


penduduk interim 2020-2023. Proyeksi penduduk interim 2020-2023
menggunakan data dasar penduduk hasil perapihan umur dari data
administrasi kependudukan dan SP2020.

Gambar 2. Sumber: Databoks - Jumlah Penduduk di 34 Provinsi Indonesia Tahun 2022 Menurut Laporan
Badan Pusat Statistik (BPS)

2. Pulau Kalimantan jarang terjadi bencana alam, sehingga menjadi


lokasi yang lebih aman untuk Ibu Kota Negara
Gambar 3. Data Informasi Bencana Indonesia per Desember 2023

Secara ekologis, sebagian besar wilayah Jakarta telah mengalami


degradasi kualitas lingkungan, dengan indikatornya berupa banjir,
pencemaran udara, dan pencemaran air. Banjir yang menggenangi 70%
Wilayah Jakarta pada tahun 2007, merupakan banjir terbesar yang terjadi
di Jakarta, memberikan kerugian yang sangat besar. Hasil pembangunan
yang memerlukan biaya yang tinggi dan waktu yang lama menjadi rusak,
bahkan hilang dalam waktu singkat.

Bencana banjir juga hampir setiap tahun melanda Jakarta, hal tersebut
sudah pasti dapat mengganggu mobilitas Pemerintah Pusat dalam
menjalankan roda pemerintahan Negara Indonesia.

Beberapa dampak positif dari kenyataan bahwa Kalimantan jarang


mengalami bencana alam dapat memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap kelangsungan pemindahan Ibu Kota Negara. Beberapa di
antaranya adalah:

• Stabilitas Lingkungan: Sebagai salah satu daerah di Pulau


Kalimantan, Kalimantan Timur dianggap memiliki risiko yang
minim terkait dengan bencana vulkanologi dan geologi. Keadaan
ini memberikan stabilitas lingkungan yang sangat penting untuk
pembangunan infrastruktur dan kelangsungan Ibu Kota Negara
yang baru.

• Ketersediaan Sumber Daya Alam: Kalimantan dikenal karena


kekayaan sumber daya alamnya. Tidak adanya ancaman serius
dari bencana alam di wilayah ini mendukung pemanfaatan
sumber daya alam secara berkelanjutan untuk pembangunan Ibu
Kota Negara yang baru.

• Potensi Pengembangan Infrastruktur: Kondisi minim risiko


bencana alam menciptakan lingkungan yang mendukung
pengembangan infrastruktur yang stabil dan berkelanjutan, yang
sangat penting untuk mendukung proses pemindahan Ibu Kota
Negara.

3. Lokasi tepat berada di tengah Indonesia, sehingga dapat


mempercepat pemerataan pembangunan

Ibu kota baru Indonesia memiliki posisi strategis di tengah-tengah


negara, mematahkan stigma Jawa Sentris atau bahkan Jakarta Sentris,
dan merubahnya menjadi Indonesia-sentris. Mengingat calon ibu kota
baru dapat diakses dengan mudah dari wilayah barat dan timur Indonesia
karena lokasinya yang berada di tengah, pembangunan infrastruktur dan
ekonomi yang sebelumnya terkonsentrasi di pulau Jawa dapat berjalan
lebih cepat dan adil.

Pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan Timur diyakini akan


mempercepat kemajuan negara menuju pemerataan. Hal ini sejalan
dengan upaya pemerintah untuk menjamin pemerataan hasil
pembangunan di seluruh pelosok negeri, mulai dari Sabang sampai
Merauke. Sebagai bagian dari Program Nawacita, pemerintah berdedikasi
untuk membangun dari pinggiran dalam rangka pemerataan pertumbuhan
di seluruh wilayah Indonesia.

Pemerataan pembangunan daerah semakin ditingkatkan dengan


mendorong pertumbuhan yang lebih cepat di kawasan Indonesia Timur
dengan tetap mempertahankan laju pertumbuhan di kawasan Jawa.
Dalam rangka mengentaskan kemiskinan akut, pilar pemerataan
pembangunan berupaya menghilangkan kesenjangan antarwilayah,
mengurangi kesenjangan ekonomi di semua tingkat masyarakat, dan
mendistribusikan infrastruktur.

Pusat pemerintahan dan bisnis yang hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa,


terutama di DKI Jakarta, diperkirakan akan menghambat pengembangan
pusat-pusat ekonomi baru di luar Pulau Jawa. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia Timur, yang saat ini hanya menyumbang 20% dari keseluruhan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, diperkirakan akan meningkat sebagai
hasil dari pemindahan ibu kota negara.

III. Dampak Pemindahan


1. Pembagian Pusat Bisnis dan Pusat Pemerintahan

Dalam rencana pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke


Kalimantan Timur, Jakarta diharapkan tetap menjadi pusat bisnis dan
Kalimantan Timur menjadi pusat pemerintahan. Pemindahan Ibu
Kota Negara diharapkan dapat mempercepat pemerataan
pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan letak calon ibu
kota baru yang berada di tengah Indonesia, pusat pemerintahan akan
lebih mudah dijangkau dari berbagai arah mata angin, sehingga
segala proses administrasi akan lebih mudah digapai. Hal tersebut
pun diprediksi dapat mempercepat pembangunan infrastruktur dan
ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam hal ekonomi, perpindahan ibu kota negara ini tidak akan
berdampak banyak bagi Jakarta. Namun, rencana pemindahan Ibu
Kota Negara ke Kalimantan Timur diprediksi membawa dampak
positif bagi perekonomian Provinsi DKI Jakarta. Aktivitas ekonomi
di Jakarta bisa jadi lebih efisien jika ibu kota dipindahkan.
Alasannya, akan banyak masyarakat pindah dari Jakarta karena
berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang harus mengikuti
pemindahan kementerian atau lembaga pusat ke ibu kota baru.
Pemindahan ibu kota juga dipercaya bisa mengurangi volume
kepadatan kendaraan pada jalan-jalan di Jakarta. Jika ini terjadi, hal
ini pun dapat berpengaruh dengan menurunnya tingkat kemacetan,
dan penghematan BBM. Warga Jakarta juga diprediksi bisa memiliki
lebih banyak waktu untuk beraktivitas sehari-hari jika kemacetan
berkurang. Hal ini bisa berdampak pada rencana investasi di Jakarta
dan kawasan sekitarnya.

2. Pemerataan Pembangunan

Beberapa dampak positif yang diharapkan antara lain:


• Meningkatnya perekonomian nasional: Pemindahan IKN
diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap
perekonomian nasional.
• Perdagangan antar-wilayah semakin tinggi: Pemindahan IKN
diharapkan dapat mendorong perdagangan antar-wilayah di
Indonesia, yang dapat membantu dalam pemerataan
pembangunan.
• Pemerataan pembangunan untuk wilayah luar Pulau Jawa:
Pemindahan IKN diharapkan dapat mendorong pemerataan
pembangunan untuk wilayah di luar Pulau Jawa, yang
selama ini masih mengalami ketimpangan pembangunan.
• Mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif: Pemindahan
IKN diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
inklusif, yang dapat membantu dalam mengurangi
kesenjangan antar kelompok pendapatan.

3. Pengurangan volume kepadatan kendaraan dan penghematan


BBM

Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan


Timur diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap
pengurangan volume kepadatan kendaraan dan penghematan BBM di
Indonesia.
Gambar 4. Jumlah kendaraan pribadi di Provinsi DKI Jakarta
Berikut adalah beberapa dampak positif yang diharapkan antara lain:
• Pengurangan volume kendaraan: Pemindahan IKN dapat
mengurangi volume kendaraan di Jakarta, yang dapat
membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi
udara.
• Penghematan BBM: Pemindahan IKN dapat membantu
menghemat BBM di Jakarta, yang dapat membantu
mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor BBM.
Program konversi dari BBM ke BBG untuk kendaraan di
Indonesia merupakan salah satu cara untuk mengurangi
penggunaan BBM dan polusi udara.

IV. Kesimpulan
Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia dari Jakarta ke daerah
Kalimantan Timur merupakan keputusan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah yang dihadapi kota Jakarta dan menciptakan kota yang lebih
berkelanjutan, manusia, dan liveable.
Beberapa alasan yang mendukung pemindahan IKN meliputi kondisi Jakarta
yang tidak cocok sebagai IKN, seperti kepadatan penduduk yang tinggi,
kemacetan, dan berbagai masalah lingkungan lainnya. Selain itu, pemindahan
IKN diharapkan dapat mempercepat pemerataan pembangunan yang saat ini
selalu terpusat di Pulau Jawa.
Salah satu alasan utama pemindahan IKN adalah kepadatan penduduk yang
tinggi di Jakarta, yang telah menyebabkan berbagai masalah, seperti
kemacetan, banjir, dan habisnya lahan hijau. Dengan pemindahan IKN,
diharapkan beban kepadatan penduduk di Jakarta dapat berkurang, sehingga
masalah-masalah tersebut juga dapat teratasi. Selain itu, pemindahan IKN ke
Kalimantan Timur diharapkan dapat mempercepat pemerataan pembangunan,
yang saat ini selalu terpusat di Pulau Jawa. Dengan demikian, pemindahan
IKN diharapkan dapat menciptakan kota yang lebih berkelanjutan, manusia,
dan liveable, serta menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Dengan demikian, pemindahan IKN ke Kalimantan Timur merupakan
langkah yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi kota
Jakarta dan menciptakan kota yang lebih berkelanjutan, manusia, dan layak
huni. Meskipun pemindahan IKN juga membawa pro dan kontra, seperti
tantangan masa depan dan dampak terhadap ekosistem, namun dengan
perencanaan dan implementasi yang baik, pemindahan IKN dapat
memberikan manfaat yang besar bagi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai