Anda di halaman 1dari 2

BAHAN DEBAT

Pada 23 Agustus 2019, Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo melalui pidato
kenegaraan, menyampaikan bahwa Ibukota Republik Indonesia akan dipindah menuju Pulau
Kalimantan, lebih tepatnya provinsi Kalimantan Timur. Kota baru ini nantinya akan diberi nama
Nusantara. Menurut keterangan presiden, nama Nusantara dipilih karena 2 alasan, nama
Nusantara telah terkenal di dunia internasional, serta nama Nusantara membantu mewujudkan
Wawasan Nusantara yang merupakan cerminan Bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan.
Presiden juga menambahkan alasan pemindahan ibukota Republik Indonesia menuju
Kalimantan Timur. Pertama, gagasan pemindahan ibukota negara merupakan gagasan lama
yang telah ada sejak era presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Kedua, beban Kota
Jakarta sudah terlalu berat sebagai pusat bisnis serta pusat pemerintahan. Maka diharapkan,
pemindahan ibukota negara ke Kalimantan mampu mengurangi beban Jakarta sebagai
metropolitan terbesar di Indonesia. Alasan ketiga, pemerintah ingin menciptakan
pembangunan yang bersifat Indonesia sentris, bukan Jawa sentris, mengingat selama ini
pembangunan infrastruktur masih berpusat di Pulau Jawa.
Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia resmi akan berpindah dari DKI Jakarta ke Nusantara,
Kalimantan Timur. Hal ini ditandai dengan disetujuinya Rancangan Undang-Undang (RUU) IKN
menjadi UU oleh DPR RI pada Sidang Paripurna DPR RI, 18 Januari 2022 lalu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menetapkan nama ibu kota negara baru yakni
Nusantara. Nantinya, seluruh kegiatan pemerintah pusat akan dialihkan ke Nusantara mulai
2024 mendatang.

A. Pihak pro
Pemindahan ibu kota negara dinilai mampu untuk mewujudkan pemerataan ekonomi,
terutama masyarakat yang berada di luar Pulau Jawa. Pemindahan ibukota ke Kalimantan
juga diharapkan mampu untuk membuka peluang niaga dan lapangan kerja baru. Mantan
Menteri PPN/Bappenas 2014-2015, Andrinof Chaniago mengatakan bahwa Nusantara
mampu mengatasi ketimpangan sumber daya manusia antara Jawa dengan luar Jawa.
Kalimantan relatif lebih aman dibandingkan dengan Jawa yang rentan terkena gempa
bumi dan bencana gunung berapi. Selain itu, populasi Pulau Jawa yang kian lama semakin
padat, mengharuskan adanya program transmigrasi yang dapat didukung dengan
pembangunan Ibu Kota Nusantara. Pemindahan ibukota menuju Kalimantan bukan berarti
Jakarta akan menjadi kota mati. Hanya pusat pemerintahan yang akan dipindah ke
Nusantara, Jakarta akan tetap menjadi pusat bisnis Indonesia.
Mantan Menteri PPN/Bappenas 2014-2015 Andrinof Chaniago mengungkapkan bahwa
pemindahan IKN ke Kalimantan Timur berdasarkan adanya pemusatan tunggal di Pulau
Jawa, terutama DKI Jakarta.
kegagalan penyebaran penduduk lewat kebijakan transmigrasi. Ia menyebut,
penyebaran penduduk hanya berhasil di wilayah Sumatera Barat, sedangkan di Kalimantan
dan Papua gagal.
Keluarga yang dikasih lahan transmigrasi hanya bertahan selama subsidi sembako jalan
terus. Setelah itu pikiran rasional mereka muncul. Bagi yang mampu akhirnya pergi ke Jawa.
adanya ketimpangan sumber daya manusia, khususnya antara Jawa dan luar Jawa di
bagian timur Indonesia.
memindahkan ibu kota negara karena terjadi ketimpangan ekonomi, di mana Jawa itu
kalau kita lihat menyumbang 56% dari total PDB Indonesia. Jadi ada konsentrasi pusat
ekonomi di pulau Jawa. Karena itu kita harus memindahkan supaya pertumbuhan ekonomi
merata.
Setidaknya ada enam alasan mengapa ibu kota negara harus dipindah dari Jakarta :
1. Penduduk Jawa sangat padat 
2. Kontribusi ekonomi di Pulau Jawa terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia atau
Produk Domestik Bruto (PDB) sangat mendominasi, sementara pulau lain jauh tertinggal,
sekaligus menghapus "Jawa Sentris" 
3. Krisis air bersih 
4. Konvensi lahan terbesar di pulau Jawa, lahan terbangun di Pulau Jawa 43,79%,
sementara di Kalimantan baru 9,2% 
5. Pertumbuhan urbanisasi sangat tinggi  
6. Ancaman banjir, gempa bumi dan tanah turun di Jakarta sebesar 50%, wilayah Jakarta
mempunyai tingkat banjir 10 tahun, idealnya kota besar mempunyai tingkat banjir 50
tahun.
B. Pihak kontra
Permasalahan lingkungan, seperti yang dikatakan Hakim Konstitusi Arief Hidayat,
Sugeng. “Perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan akan beresiko merusak lingkungan
hidup, rusaknya kehidupan fauna dan flora. Hal ini sebagai dampak pembangunan kota,
perumahan penduduk, pertokoan, pasar. Hutan Kalimantan yang dikenal sebagai paru-paru
dunia bisa jadi kedepannya hanya tinggal kenangan karena ulah manusia.” Intinya,
pembangunan IKN dikhawatirkan akan merusak ekosistem hutan yang ada di Kalimantan,
serta menganggu kehidupan flora dan fauna endemik Kalimantan.
Dalam kondisi sekarang saja di Kalimantan sudah terjadi banjir, apalagi nanti kalau ibu
kota  pindah ke Kalimantan.
Per tanggal 29/11/2022, pembebasan lahan serta pembangunan akses jalan sudah
mencapai angka 70%.
Beberapa pakar ekonomi setuju bahwa langkah pemerintah Indonesia untuk
memindahkan ibukota negara di tengah pandemi Covid-19 merupakan langkah yang
terburu-buru serta beresiko. Walau memang payung hukumnya sudah jelas, pembangunan
Nusantara dikhawatirkan akan mangkrak dikarenakan faktor ekonomi maupun politik yang
tidak stabil, mengingat Presiden Jokowi akan lengser dari jabatan presiden pada tahun
2024. Associate Professor NTU Singapore Prof. Sulfikar Amir juga berpendapat bahwa
pemindahan ibukota ke Kalimantan bukanlah langkah yang tepat jika ingin mengurangi
beban Jakarta. “Jadi kalau ibukota negara dipindahkan karena Jakarta akan tenggelam,
berarti pemerintah ini mau lari dari permasalahan besar yang belum selesai,” tutur Sulfikar.
Prof. Sulfikar mengaku bahwa dirinya tidak menolak rencana pemindahan IKN. Namun,
sebagai akademisi, ia menuntut alasan yang rasional serta proses pemindahan yang
transparan.
berbagai industri, lembaga pendidikan, dan sebagainya yang masih berada di Jawa.
Jadi, misalnya kalau kita sudah berhasil membangun ibukota baru di Kalimantan Timur,
apakah misalnya Djarum Group mau memindahkan pabriknya ke Kalimantan atau ke
Sulawesi. Atau Toyota, atau investor-investor lain, apakah mereka mau?
wilayah DKI Jakarta yang rawan banjir dan tingkat kemacetan tinggi juga kurang tepat
ketika dijadikan sebagai alasan pemindahan IKN. Menurutnya, hal itu adalah permasalahan
perkotaan, sehingga pemindahan IKN tidak akan menyelesaikan permasalahan yang ada di
DKI Jakarta.
Jadi kalau ibukota negara dipindahkan karena Jakarta akan tenggelam, berarti
pemerintah ini mau lari dari permasalahan besar yang belum selesai.
kondisi negara sedang mengalami pandemi Covid-19 membutuhkan banyak biaya
dibandingkan kepentingan perpindahan ibu kota. Bukan hanya itu, Sugeng menambahkan,
sebaiknya anggaran negara yang ada digunakan untuk membayar hutang pemerintah,
bencana alam, pembaruan alutsista TNI, pendidikan, dan Pemilu.

Anda mungkin juga menyukai