Anda di halaman 1dari 4

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyatakan bahwa akan memulai


merencenakan pemindahan ibu kota mulai tahun 2018. Wacana ini di perkuat oleh ajuan
BAPPENAS kepada Kementrian Keuangan untuk menambah anggarannya sebesar 7 Miliar
untuk mengkaji pemidahan Ibu Kota yang telah di setujui oleh Kementrian Keuangan .
Walaupun begitu, Presiden Replubik Indonesia Joko Widodo enggan berkomentar, beliau hanya
menyampaikan aka ada waktu yang tepat untuk menyatakan adanya pemindahan Ibu Kota.
Senada dengan pendapat dengan Presiden, Wakil Presiden Replubik Indonesia Jusuf Kalla
hanya menyatakan bahwa Pemindahan Ibu Kota masih sebatas pengajuan proposal. Isu
pemindahan ibukota tak hanya terjadi di era Joko Widodo, namun beberapa presiden RI sempat
merencanakan ini. Soekarno pernah merencanakan pemindahkan Ibu Kota ke Kota
Palangkaraya, Soeharto menginginkan bahwa Ibu Kota hanya bergeser ke daerah Jonggol dan
Susilo Bambang Yudhoyono mengingingkan perluasan wilayah ibukota Jakarta. Namun, tak ada
satu pun presiden RI menanggapi serius pemindahan Ibu Kota dan hanya terkesan sebuah
wacana.

Kondisi Jakarta yang saat ini sangat berat memikul kedudukannya sebagai pusat yang
strategis baikk pemerintahan pusat, bisnis, budaya dan politik mengakibatkan kota ini memiliki
masalah yang sangat komplek. Sejak zaman Hindia Belanda, Batavia yang merupakan nama lain
Jakrta saat itu sudah menjadi pusat bisnis dan pemerintahan. Namun di zaman itu bahkan sudah
ada rencana pemindahan pusat pemerintahan Hindia Belanda. Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda pernah "gatal" ingin memindahkan ibu kota dari Batavianama lama Jakartake
Bandung. Masalah sanitasi dan epidemi penyakit seperti malaria dan kolera, jadi alasan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels pada 1808 berkehendak
memindahkan ibu kota ke kota baru di tepi sungai Citarum, yang sekarang bernama Bandung.
Setelah Indonesia merdeka, Jakarta baru di akui sebagai ibukota pada tahun 1964 menurut UU
Nomor 10 tahun 1964. Hal ini di karenakan Ibu kota Indonesia berganti dua kali dari Yogyakata
hingga Bukit Tinggi karena keamaan yang saat itu Indonesia masih mengalami agresi militer
dengan Belanda . Soekarno pun menanggapi bahwa Ibukota saat ini yaitu Jakarta merupakan
Ibukota yang berasal dari bekas tanah jajahan Belanda, Untuk itu beliau menginginkan suatu
Ibukota yang di buat dengan tata ruang kota yang benar benar dari bangsa sendiri. Kemudian
Soekarno pun menunjuk Kota Palangkaraya menjadi Ibu Kota negara. Namun sayang hingga
Presiden Soekarno turun dari masa jabatannya Pemindahan ini tak terelasisasikan dengan baik
hingga kemudian pemerintah presiden Joko Widodo seakan ingin mewujudkannya cita cita
presiden pertama Indonesia untuk memindahkan Ibukota Negara Replubik Indonesia.

Kota Palangkaraya sering di sebut sebut oleh pihak pemerintah khususnya BAPPENAS
menjadi calon kuat IbuKota. Alasan utama Palangkaraya menjadi calon Ibukota baru adalah
letak palangkaraya berada di tengah Pulau Kalimantan dan Indonesia, sehingga sangat strategis
bila kota ini menjadi pusat pemerintahan dalam hal mengkontrol seluruh pembangunan
Indonesia. Kondisi Pulau Kalimantan tidak terkena dari deretan ring of fire sehingga sangat
aman dari keadaan bencana alam yang saat ini sangat rawan terjadi di Pulau Jawa. Populasi
penduduk yang jauh lebih sedikit dari penduduk Jakarta namun memiliki wilayah yang sangat
luas di bandingkan Jakrta. Kalau di bandingkan, Palangkaraya memiliki luas 2.400 km persegi
sedangkan Jakarta 661,5 km persegi sangat jauh kalau kita lihat perbandingannya namun sangat
berbalik angka jika kita bandingkan populasi yang ada, palangkaraya memiliki 252.105
penduduk di tahun 2014 menurut BPS, sedangkan Jakarta memiliki 10.080.000 Penduduk di
tahun 2014 menurut BPS. Bisa kita bayangkan mungkin di tahun 2017 dengan pertumbuhan
penduduk di Jakarta yang sangat masiv bisa kita prediksi betapa padatnya sebuah kota kecil
namun mampu menampung penduduk yang sangat padat bahkan Jakarta dengan Singapura
sebuah negara yang luas nya setara dengan Jakarta memiliki jumlah penuduk kurang lebih 5 juta.
Dengan kondisi yang saat ini kita rasakan mungkin sangat pantas jika pemerintah sangat ingin
mengkaji lebih dalam tentang Kota Palangkaraya karena kondisi geografis yang sangat aman dan
penududuk nya masih sangat sedikit sehingga banyak peluang yang di hasilkan di Kota ini dari
segi keamanan, politik, hukum dan kebudayaan.

Kota Jakarta yang identik dengan permasalahan kota yang begitu komplek membuat
kestabilan kota ini goyang. Kita bisa lihat sebagai pusat perekonomian nasional dengan
banyaknya perusahaan multinasional baik dalam membangun pusat perkantoran maupun pabrik
yang mengakibatkan penduduk penduduk dari luar Jakarta otomatis akan pindah ke DKI Jakarta
Karena peluang penghasilan yang bisa menjanjikan. Bisa kita lihat setiap waktu lebaran, ketika
masyarakat Jakarta kembali ke Kota, maka sering terjadi peningkatan penduduk 20 30%
sehingga sangat jelas kepadatan penduduk semankin meningkat. Ketika masyarakat sudah di
Jakarta maka mereka butuh tempat tinggal, sehingga pembangunan hunian sangat masiv, untuk
kalangan sektor menengah mereka akan membeli rumah, maka dengan jumlah penduduk yang
padat dengan permintaan untuk membeli rumah tinggi mengakibatkan harga tanah menjadi naik.
Bagi masyarakat ekonomi menengah keatas itu tak menjadi masalah, tetapi untuk masyarakat
sektor menengah kebawah ini menjadi persoalan yang besar akibatnya bagi penduduk yang
urbanisasi dengan keahlian yang minim denga kerasnya Ibu Kota dalam hal mencari pekerjaan
sehingga banyak masyarakat yang menganggur maka masyarakat sektor menengah kebawah
memilik bantaran sungai sebagai rumah mereka dengan bermodal membangun dari kayu kayu
bekas bahkan di kolong jembatan. Dan ini menimbulkan masalah baru yaitu kesenjangan sosisal
gap antara si kaya dan si misikin. Bagi masyarakat urban yang sudah memiliki bekal cukup
untuk hijrah ke Jakrta mungkin akan mudah mendapatkan pekerjaan, namun bagi kaum urban
yang tak memilik bekal hanya bermodal nekat maka kemiskinan akan mereka rasakan. Apalagi
masyarakat tersebut tak memiliki pendidikan yang cukup sehingga memicu kriminalisasi. Sangat
tinggi tindakan kriminal di Ibukota, berbagai kasus sering terjadi seperti peramokan,
pemerkosaan bahkan pembunuhan ada di Jakrta, motif ekonomi sering menjadi alasan para
pelaku melakukan tindakan kejahatan. Belum lagi bagi para masyarakat kelas menengah yang
rata rata tinggal di dekat Ibukota karena tidak ada tanah lagi di Jakrta sehingga mereka memilih
tinggal di pinggir Ibu Kota seperti Depok, Bogor, Tanggerang dan Bekasi. Melihat kondisi jarak
yang cukup jauh maka masyarakat pasti sangat membutuhkan kendaraan untuk memudahkan
perjalanan mereka untuk ke kantor sehingga dengan jumlah penduduk yang padat dan umumnya
masayarakat Jakarta berada di kelas menengah akibatnya masyarakat akan memilih membeli
kendaraan pribadi. Tak main main, dari hasil BPS di tahun 2014 jumlah pengendara motor
sebanyak 13.084.372 dan kendaraan mobil 3. 266.009. Data yang diambil di tahun 2014 bisa kita
bayangkan berapa banyak lagi masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor di tahun 2017.
Tak heran jika kemaceta menjadi masalah yang sangat serius di jadikan masalah besar di kota
metropolitan ini. Berapa kerugian yang dikeluarkan baik dalam hal produktivitas, waktu dan
keuangan akibat kemacetan. Transportasi di Ibukota pun saat ini memang sangat membaik
namun tak menjadi solusi yang baik karena masih banyak masyarakat yang belum mau pindah
dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Pemabungunan jalan yang sangat ini massiv di
kerjakan hanya mengurangi keadaaan. Sehingga perlu adanya pemecahan masalah di Ibu Kota.

Tak hanya sebegai pusat perekonomian, Jakarta juga sebagai pusat budaya dan
pendidikan. Banyaknya pendidikan dari SD, SMP, SMA bahkan universitas dari standar nasional
maupun internasional berada di ibukota pelayanan yang sangat baik dengan biaya yang relati
sehingga kualitas pendidikan di ibukota bisa dikatakan cukup baik walaupun tergantung dengan
kondisi ekonomi mengingat masih jauh gap sosial yang ada. Dari kebudayaan pun banyaknya
masyarakat dari berbagai daerah semua hadir di Jakarta tak hanya daerah bahkan dari negara luar
banyak yang menetap di Jakarta mengakibatkan multicultural hadir di Jakarta sehingga budaya
sebenernya yaitu betawi sudah masuk kedalam kepunahan. Selain itu kesehatan di Jakarta
menjadi pusat pengobatan. Kita pasti mengetahui banyaknya rumah sakit di Jakarta yang sudah
mendapatkan predikat Rumah Sakit Internasional dengan kualitas yang terbaik, akibatnya
masyarakat daerah harus di rujukkan ke Jakarta untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
karena alat yang lengkap ada di Jakarta. Sangat di sayangkan jika di daerah daerah tidak
memberikan rumah sakit yang optimal dan harus di rujuk ke Jakarta itu akan membuang buang
waktu tenaga dan uang.

Jakarta sebagai Ibukota menjadi kiblat politik Indonesia. Setiap keputusan politik di
Jakrta itu akan mempengaruhi hasil dari keputusan nasional. Kita mungkin sering melihat pula
keputusan keputusan pemerintahan yang bisa kita anggap kontroversial atau ada kekeliruan
mengakibatkan masyarakat tak nanggung nanggung untuk menyerukan pendapat dan aspirasi di
muka umum. Dengan negeri kita yang berprinsip kepada Demokrasi dan kita pun sudah
mengalami reformasi tak jarang demonstrasi besar dilakukan di Jakarta. Sudah berapa kali
demonstrasi besar untuk melakukan tuntutan kepada pemerintah atas kekeliruannya, contoh saja
tragedi senayang 1998, geragakan 212, demo buruh dll. Jika gerakan demo ini berjalan dengan
baik tentu aman tetapi jika ternyata berbuntut pada anarkis itu mengakibatkan keresahan warga.
Belum lagi politik di Jakrta sangat memanas hingga berbuntut ke politik nasional sehingga
kinerja dan kondisi di Jakarta sudah tidak bisa dikatakan aman.

Persoalan yang begitu terbelit belit dan komplek ini lah pemerintah mulai mengkaji betul
proses pemindahan Ibukota. Pemindahan Ibukota bisa dengan berbagai kemungkinan apakah
pusat administrasi nya saja atau pemindahan secara keseluruhannya. Kalaupun memang di
pindahkan alangkah baiknya jika memang di Pindahkan ke luar pulau jawa. Akibat dari
pemindahan jika memang matang dan dewasa pemerintah melihat dalam jaka panjang peluang
pertumbuhan ekonomi dan pemeretaan ekonomi sangat besar tak hanya itu insfrakstruktur akan
menjadi merata jika memang dimulai sejak dini. Mengapa demikian, maka jika kita memulai
perlahan lahan dari infrastruktur maka aka ada peluang tenaga kerja sehingga masyarakat
memiliki pekerjaa, kemudian infrastruktur sudah siap dan Kota sudah matang dengan berbagai
persiapannya maka pegawai aparatur negara secara keseluruhannya akan pindah ke sana
sehingga di butuhkan namanya pusat bisnis untuk menunjang kebutuhan masyarakat umumnya,
maka investor akan tertarik untuk menanam modal apalagi posisi Ibu Kota baru ini terletak di
tempat yang sangat strategis baik maritim, darat dan udara maka sangat besar peluang ekonomi
ini berkembang. Efeknya perekonomian di daerah sekitar akan terangkat. Kemudian Mengangkat
citra Indonesia yang luas di mata dunia sehingga meningkatkan mutu pariwisata dan
mengembangkan potensi yang ada akibatnya seluru dunia akan memahami bahwa Indonesia itu
bukan Jakarta, Yogya dan Bali saja tapi ada pulau pulau lain yang indah.

Di butuhkan keseriusan dan kematangan pemerintah dalam menindaklanjuti masalah ini.


Terlepas dari pro dan kontra di pihak pemerintahan baik jajaran eksekutif maupun legislative
kalau memang pemindahan Ibu Kota ini sangat baik untuk kepentingan rakyat mengapa kita
harus ragu ? memang untuk jangka terdekat kita tak merasakan betul keputusan ini tetapi kalau
efek untuk 10 -20 tahun kemudian untuk Indonesia lebih maju kenapa tidak ? mungkin
keputusan ini ada implementasi presiden Joko Widodo dari nawacitanya salah satu
meningkatkan infrastrukti yang di dorong dari pinggir Indonesia sehingga akhir dari segala
Infrastruktur akan berpusat di luar jawa karena terlalu banyak beban yang di berikan. Maka
seluruh ekonomi akan terdorong dari sisi kanan ujung Indonesia dan sisi Kiri Indonesia yang
notabennya masih perlu di dorong oleh pemerintah puasat sehingga perlahan lahan
perekonomian dan infrastruktu daerah daerah di luar jawa bisa berkembang dan membantu
perekonomian nasional. Walaupun awal awal ini memang akan terjadi gesekan politik karena
banyak hal seperti kepentingan di pihak piak tertentu tetapi jika memang keputusan ini memang
tepat untuk jangka panjang kedepan seharusnya mereka yang sudah di beri amanah oleh rakyat
semestinya bisa saling dewasa dalam mengambil keputusan karena rakyat sudah memberikan
uangnya untuk menggaji mereka. Pemerintah tak perlu membesar besarkan masalah ini terlebih
dahulu seakan akan memberi harapan atau masalah kepada masyarakat jangan sampai ada
polemic yang mengakibatkan masyarakat menjadi bingung bekerja lah dengan semestinya
dengan keputusan yang tepat. Masyarakat akan terus mendukung seluruh keputusan demi
kemajuan bersama.

Anda mungkin juga menyukai