Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pekembangan zaman telah masif pada masa sekarang menuntut untuk segala
perencanaan yang baik, mempersiapkan strategi untuk menyongsong kehidupan yang
layak demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat. Ibukota negara yang
menjadi sebuah magnet banyak penduduk serta menjadi fungsi strategis suatu negara
menjadikan target utama. Di Indonesia sendiri, keadaan ibukota negara sangatlah
penting dan strategis dimana semua konsentrasi nasional ada di kawasan tersebut,
mulai dari sektor pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan lainnya terfokus pada
daerah itu. Jakarta sebagai ibukota negara yang dalam konteks diatas seperti yang
dijelaskan, memegang peranan penting tak hanya untuk urusan pusat administratif
pemerintahan yang didalamnya terdapat bebagai elemen lembaga negara dan sebagai
penggerak dijalankanya suatu sistem negara, Akan tetapi juga sebagai pusat
perdanganan yang mempunyai posisi yang bersifat nasional maupun internasional
dalam aktivitas ekonomi (Mauley, 2015: Vioya,2010). Berdasarkan hal tersebut
membuat Jakarta sebagai cerminan identitas negara dalam penyelenggaraan
pemerintahan Indonesia serta memegang peranan penggerak perekonomian dan
pembangungan nasional.

Jakarta yang merupakan ibukota negara memiliki sejarah yang panjang, dimulai
pada saat kedudukan pemerintahan Hindia-Belanda yang disebut dengan Batavia
menjadikan tempat sebagai pusat pemerintahan yang sekaligus pusat perdagangan dan
niaga hingga menjadikan salah satu tempat vital bertemunya kebudayaan serta
perilaku bangsa. Di zaman tersebut keadaan perdagangan sekaligus pemerintahan
sudah terbangun dengan baik (Haris, 1992; Husni, 2016; Ridwiyanto, 2011; Syukur,
2010). Pasca Indonesia telah memilih untuk merdeka, penetapan Jakarta sebagai
ibukota negara menjadikan dasar sebab peran penting Jakarta sendiri sebagai tempat
dalam proses kemerdekaan Indonesia dari penjajah, serta banyak objek vital
pemerintah Hindia-Belanda yang berada di Jakarta, yang memungkinkan untuk
memudahkan proses pengalihan kekuasaan pasca kemerdekaan. Meskipun pada masa-
masa awal kemerdekaan sempat terjadi pengalihan ibukota ke Yogyakarta yang
didasarkan kepada kondisi politik dan keamanan pada saat itu, namun kedudukan
ibukota dikembalikan lagi ke Jakarta sampai dengan saat ini (La Dossa & Riffi, 2018;
Malik, 2012; Sabandar, 2016).

Setelah kemerdekaan Indonesia dicapai, pada awal masa Presiden Soekarno


melakukan pemindahan kembali ibukota negara dengan alasan pemindahan ibukota
lebih melihat pada kondisi politik saat itu yang mana Jakarta banyak memiliki simbol-
simbol penjajahan Hindia-Belanda sekaligus sebagai sarana untuk mendistribusikan
pembangunan yang merata bagi tiap-tiap wilayah. Kemudian kala itu muncul gagasan
untuk pemerataan pembangunan sekaligus untuk menjadika bangsa indonesia tidak
berpusat di Pulau Jawa saja muncul gagasan untuk pemindahan ibukota negara yang
berada di kalimantan sehingga memunculkan nama Palangka Raya yang memiliki
letak geografis di tengah-tengah negara Indonesia sebagai lokasi yang dianggap dan
dilihat mempunyai potensi yang strategis sebagai ibukota (Jati, 2017; Novelino, 2019).
Pada masa Presiden Soeharto muncul kembali isu tentang pemindahan ibukota negara
dengan alasan pemindahan ibukota lebih kepada alasan internal Jakarta yang tidak
lagi dianggap representatif sebagai ibukota, sehingga membutuhkan kota baru yang
mampu mengakomodasi kegiatan kepemerintahan tanpa menghilangkan Jakarta
sebagai pusat perekonomian nasional, kemudian Presiden Soeharto pada saat itu
mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1997 mengenai pengembangan
daerah Jonggol Jawa Barat sebagai kota mandiri yang diorientasikan menjadi ibukota
baru (Haryadi, 2019; Kurnia, 2019; Novelino, 2019).

Setelah itu berlanjut untuk isu tentang keinginan memindahkan ibu kota mencuat
kembali pada era reformasi yang mana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menggagas pemindahan ibukota di luar pulau Jawa. Hal serupa dilakukan oleh
Presiden Joko Widodo yang menilai perlu adanya pusat pemerintahan baru di luar
pulau Jawa yang terpisah dari pusat bisnis nasional yang memunculkan wilayah
Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara sebagai calon ibukota. (Ramadhan, 2019)
Alasan pemindahan ibukota tersebut ditambah dengan kondisi Jakarta yang lambat
laun menjadikan daerah tersebut padat penduduk karena anggapan masyarakat jika
bertempat tinggal di ibukota negara pasti akan memperoleh penghidupan yang
sejahtera. Disisi lain anggapan tersebut menjadikan susana kota Jakarta menjadikan
pusat tujuan masyarakat indonesia untuk mencari penghidupan yang layak.
Belakangan ini Jakarta dinilai dari sudut pandangan banyak kalangan dan pengamat
keberlangsungan kehidupan negara menganggap Jakarta sudah tidak memungkinkan
kembali untuk dikembangkan menjadi ibukota, baik menyangkut ketersediaan lahan
maupun situasi sosial kemasyarakatan yang tidak optimal dalam mendukung
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga Jakarta hanya akan diorientasikan menjadi
pusat perekonomian nasional semata (Baqiroh, 2019; Iradat, 2019).

Pada awal tahun 2022, Pemerintah bersama dengan parlemen telah melakukan
perundingan untuk membahas tentang rencana pemindahan ibukota negara dari Jakarta
menuju ke pulau Kalimantan dengan hasil yang diperoleh saat itu yaitu telah
menyepakati dan menyetujui landasan hukum untuk menetapkan pemindahan Ibu
Kota Negara (IKN) ke wilayah diluar pulau Jawa. Kemudian setelah melewati
banyaknya spekulasi dan argumen dari banyak pak dengan bebagai macam dinamika
yang terjadi dan setelah dilakukan banyak proses yang tidak sederhana dan tidak
mudah, serta memakan waktu yang tidak singkat, maka dibuatkanlah peraturan Per
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 yang mengatur terkait sangkut pautnya tentang
pemindahan atau pemilihan Ibu Kota Negara (IKN) yang baru, dan akhirnya secara
resmi menjadi landasan hukum pemindahan IKN dari Provinsi Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta ke IKN baru yang berbentuk otorita dengan nama Nusantara
(Parlementaria, 2020).

Kebijakan yang sangat penting ini diambil bukan tanpa sebab dan alasan semata
karena, beberapa alasan yang menjadi dasar pemikiran untuk melakukan kegiatan
pemindahan IKN ini sempat disinggung sekaligus disampaikan oleh Presiden di
beberapa kesempatannya. Setidaknya ada enam alasan mengapa pemerintah
memindahkan IKN menuju pulau klaimantan, yaitu pertama, sekitar 57 persen
penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa. Kedua, kontribusi ekonomi per
pulau terhadap PDB Nasional tidak merata. Ketiga, krisis ketersediaan air di Pulau
Jawa, terutama di DKI Jakarta dan Jawa Timur. Keempat, konversi lahan terbesar
terjadi di Pulau Jawa. Kelima, pertumbuhan urbanisasi yang sangat tinggi dengan
konsentrasi penduduk terbesar ada di Jabodetabek. Kelima, meningkatnya beban
Jakarta sehingga terjadi penurunan daya dukung lingkungan dan besarnya kerugian
ekonomi.

Pembangunan dan perkembangan kota yang tidak terencana secara baik


berpeluang memberikan dampak terhadap ekonomi, sosial dan kualitas lingkungan
perkotaan terutama disebabkan oleh pertumbuhan dan migrasi penduduk. Menurut
PBB (2012), lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di kawasan perkotaan, dan
trend ini akan terus berlanjut hingga tahun 2050 dimana sekitar 70 persen penduduk
akan tinggal wilayah perkotaan. Pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan lahan yang kemudian berdampak terhadap
alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan tersebut berpotensi menimbulkan degradasi
lingkungan seperti banjir, penurunan muka air tanah, peningkatan suhu perkotaan dan
lain sebagainya. Selain itu, urbanisasi dan pertumbuhan perkotaan yang tidak
terkendali juga dapat berpengaruh terhadap perubahan iklim.

Dari beberapa alasan yang telah disebutkan sebelumya diatas, beberapa alasan
mengenai pemindahan ibukota selain kepada faktor internal sendiri yang ada di
Indonesia juga pemerintah mulai melihat dan mengadopsi bagaimana jika bercermin
dari keberhasilan pemindahan ibukota yang telah dilakukan di beberapa negara seperti
Amarika Serikat yang memindahkan ibukotanya dari New York ke Washington DC.
Negara Brazil yang memindahkan ibukota dari Salvador ke Rio de Janeiro. Negara
Jerman yang memindahkan ibukotanya dari Bonn ke Berlin. Bahkan negara dalam satu
kawasan ASEAN seperti Negara Malaysia yang memindahkan ibukota negara dari
Kuala Lumpur ke Putrajaya yang dianggap berhasil. Lantas keberhasilan pemindahan
ibukota negara yang telah dilakukan di negara-negara tersebut diharapkan dapat
terwujud dalam pemindahan ibukota yang tengah dilaksanakan di Indonesia sendiri
(Aziz, 2019; Manan & Suprayitno, 2020).

Untuk mengatasi berbagai permasalahan ibu kota tersebut, salah satu solusi yang
bisa ditempuh adalah dengan cara memindahkan ibu kotanya. Akan tetapi sebelum hal
tersebut benar-benar dilakukan maka perlu adanya analisis kuat dari berbagai aspek
bidang, mulai dari aspek keruangan, ekologis dan kewilayahan serta dampak sosial,
ekonomi, dan politik yang menghasilkan suatu pemikiran bahwa pemindahan ibu kota
merupakan suatu keharusan. Atau ibu kota negara tetap di suatu daerah tetapi
pemindahan beberapa departemen dan pusat-pusat kegiatan dialihkan ke luar daerah
tadi (Ridho, 2020)
Pemindahan dan pembangunan Ibu kota Negara (IKN) ini tentu menimbulkan
pro dan kontra dalam kalangangan masyarakat indonesia. Pemindahan ibu kota negara
Nusantara juga mengakibatkan sebuah hal yang cukup kontroversial. Pada satu sisi,
pemindahan ibu kota dianggap dapat mengakibatkan berbagai manfaat, seperti
mengurangi ketimpangan antar wilayah, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, pemindahan ibu kota juga
dapat menimbulkan berbagai kendala, seperti biaya yang tinggi, kesulitan dalam
mengatur pemindahan, serta masalah sosial dan budaya yang mungkin timbul. Selain
itu pemindahan dan pembagunan Ibu kota ini dilakukan pada saat masa pandemi yang
semakin membuat timbulnya pro-kontra di kalangan masyarakat dan beberapa
politikus di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Mengapa pemerintah ingin memutuskan pemindahan serta mendorong percepatan
implementasi pemindahan Ibu Kota Negara ke luar dari Pulau Jawa?
b. Bagaimana pengaruh dan dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan atau
rencana yang strategis ini?
c. Bagaimana hubunganya dengan pengaruh Pembangunan Ibu Kota Negara dalam
Pandangan Berwasan Nusantra?
d. Apakah strategi yang dilakukan pemerintah sudah tepat dan memiliki dasar-dasar
yang kuat pula untuk perencanaan pembangunan IKN yang baru?
C. TUJUAN
a. Mengetahui fator pendorong untuk terlaksananya program pemindahan IKN dari
pulau Jawa menuju ke Kalimantan.
b. Mengetahui tanggapan tentang Pembangunan IKN berdasarkan Perspektif
Wawasan Nusantara.
c. Mengetahui dampak yang ditimbulkan bagi seluruh aspek kehidupan dan tata
kelola negara serta sekaligus persiapan strategi untuk mengantrisipasi dari
kebiajakan perubahan atau pemindahan IKN yang baru.
BAB II

PEMBAHASAN

A. WAWASAN NUSANTARA
Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Selain
menunjukkan kegiatan untuk mengetahui serta mengerti tentang arti pengaruh-
pengaruhnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Wawasan juga mempunyai
makna untuk menggabarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara tanggap.
Wawasan nusantara secara etimologi berasal dari bahasa Jawa “wawas” yang
berarti pandangan, nusa yang berarti kesatuan kepulauan dan antara yang bermakna
dua samudera. Jadi pengertian secara umum dari Wawasan nusantara adalah cara
pandang atau cara melihat kesatuan kepulauan yang terletak diantara (Asia dan
Australia) juga dua samudera (Hindia dan Pasifik).
Berdasarkan TAP MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, wawasan
nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia, tentang jati diri dan
lingkungan yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan
wilayah demi tercapainya tujuan nasional. Sementara pengertian Wawasan Nusantara
menurut dokumen ketetapan MPR tahun 1999 menyatakan: “Wawasan nusantara
adalah cara pandang dan sikap bangsa mengenai diri dan lingkungan yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dengan tujuan mencapai tujuan nasional.”
Secara konstitusional, wawasan Nusantara dikukuhkan dengan Kepres MPR No.
IV/MPR/1973 tentang Garis Besar Haluan Negara Bab II Sub E. Pokok-pokok
wawasan Nusantara dinyatakan sebagai wawasan dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional mencakup hal-hal berikut ini:
1. Pertama, perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik memiliki
arti bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra
seluruh bangsa serta menjadi modal dan milik bersama bangsa. Secara psikologis,
bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan
setanah air serta memiliki satu tekad di dalam mencapai citacita bangsa.
2. Kedua, perwujudan kepulauan Nusantara sebagai kesatuan sosial dan budaya
memiliki arti bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, peri kehidupan bangsa
harus merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata, dan seimbang, serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa. Budaya Indonesia pada
hakikatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan
kekayaan budaya yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya
bangsa seluruhnya yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
3. Ketiga, perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekomomi
memiliki arti bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif
adalah modal dan milik bersama bangsa. Keperluan hidup sehari-hari harus
tersedia merata di seluruh wilayah tanah air. Selain itu, tingkat perkembangan
ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah tanpa meninggalkan ciri
khas yang dimiliki oleh daerah-daerah dalam mengembangkan ekonominya.

Wawasan nusantara memiliki dua tujuan yaitu :

1. Tujuan wawasan nusantara ke luar adalah menjamin kepentingan nasional dalam


era globalisasi yang kian mendunia maupun kehidupan dalam negeri. Kemudian
turut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, keadilan sosial, dengan sikap saling menghormati. Bangsa Indonesia harus
terus-menerus mengamankan dan menjaga kepentingan nasionalnya dalam
kehidupan internasionalnya di semua aspek kehidupan, baik politik, ekonomi,
sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan demi tercapainya tujuan nasional
yang tertera dalam UUD 1945.
2. Tujuan wawasan nusantara ke dalam adalah menjamin persatuan dan kesatuan di
segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
Bangsa Indonesia harus meningkatkan kepekaannya dan berupaya mencegah
faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa sedini mungkin, juga terus
mengupayakan terjaganya persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
Jika mengacu pada pengertian wawasan nusantara, sebenarnya fungsi utama
dari wawasan nusantara adalah sebagai panduan, pedoman, acuan bagi bangsa
Indonesia dalam bernegara. Fungsi wawasan nusantara sendiri terbagi lagi ke dalam 4
kategori, yaitu:
1. Wawasan pertahanan dan keamanan nasional : Mengarah pada pandangan
geopolitik negara Indonesia. Pandangan tersebut mencakup tanah air serta
segenap wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia.
2. Wawasan Kewilayahan Indonesia: Termasuk pemahaman mengenai batas
wilayah Indonesia agar terhindar dari potensi sengketa dengan negara lain.
3. Wawasan Pembangunan: Dengan beberapa unsur di dalamnya, seperti sosial
politik, kesatuan politik, pertahanan serta keamanan negara, ekonomi, dan
sosial ekonomi.
4. Konsep Ketahanan Nasional: Konsep ketahanan sosial yang memegang
peranan penting dalam perencanaan pembangunan, kewilayahan, serta
pertahanan keamanan nasional.

Pemilihan pulau Kalimantan untuk dijadikan Ibu kota negara dirasa cukup tepat,
karena besarnya pulau Kalimantan dan masih sedikitnya populasi penduduk di pulau
itu. Selain itu dilihat dari sensus Data penduduk yang dimiliki Kementerian Dalam
Negeri (Kemendagri) sebagai sinkronisasi dari hasil Sensus Penduduk 2020 dengan
data administrasi kependudukan (Adminduk) menunjukkan jumlah penduduk
Indonesia mencapai 271,35 juta jiwa hingga Desember 2020. Dari jumlah tersebut,
Sekitar 57,4% penduduk Indonesia terkonsenterasi di Pulau Jawa. Sementara sebaran
penduduk di Sumatera sebesar 17,9%, Bali dan Nusa Tenggara 5,5%, Kalimantan
5,81%, Sulawesi 7,31%, Maluku dan Papua 2,61%. Pemindahan ibu kota negara ke
luar pulau jawa diharapkan dapat menekan tingginya pembangunan dan kemajuan di
pulau jawa, dan memindahkan atau meratakan pembangunan-pembangunan di luar
pulau jawa agar tidak jauh tertinggal dari pulau jawa.

Ibu kota baru telah diputuskan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal
26 Agustus 2019, pemindahan ibu kota baru di Kalimantan Timur. Pada masa
sebelumnya, ibu kota berada di Jakarta dengan sejarah panjang sejak kemerdekaan
pada tahun 1945. Jakarta memiliki kewenangan khusus oleh pemerintah sejak era
Soekarno. Agenda perencanaan ibu kota baru sebenarnya telah dibahas di era Orde
Baru ketika Indonesia memasuki fase kritis pada tahun 1998. Dalam hal ibu kota baru,
pemerintah memiliki konsep yang mencakup green and sustainability serta pemerataan
pembangunan. Ada pro dan kontra dari relokasi ibu kota baru. Di sisi lain, pemerintah
menganggap Jakarta memiliki populasi yang tinggi setiap tahunnya yang dikenal
sebagai pusat perekonomian di Indonesia meskipun suatu daerah tidak mendukung ibu
kota. Berdasarkan analisis pemerintah, Kalimantan Timur merupakan lokasi strategis
untuk ibu kota baru. Pemerintah memiliki skema tentang alokasi ibu kota baru
meskipun skema pembiayaan transfer modal termasuk APBN, Kerjasama dengan
Badan Usaha, dan sektor swasta.

BAB III

KESIMPULAN

Keputusan terkait pentingnya dan urgensinya pemindahan IKN (Ibu Kota


Negara) perlu dilihat dari berbagai aspek yang mencakup dari lini ekonomi, sosial,
politik, hukum, ketahaan nasional, pendidikan dan sebagainya. Dari hal itu pula dapat
dipertimbangkan dengan baik untuk anggaran penggelolaan serta realisasi dari
kegiatan pemidahan IKN di pulau Kalimantan supaya dalam berjalannya waktu dapat
sesuai dengan prediksi serta rancangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk
pengawasan terhadap pengambilan keputusan haruslah dipikirkan dengan matang-
matang, serta penyampaian secara terbuka kepada ruang publik agar dapat diterima
dan dipahami secara jelas bahwa rencana-rencana pemerintah mengambil jalan
tersebut sudah tepat dan benar tidak akan menimbulakan masalah kedepannya bagi
generasi penerus bangsa. Sehingga diharapkan bangsa ini dipersiapkan untuk
menyongsong generasi yang lebih maju melalui peradaban zaman dan tidak
menghilangkan unsur kebudayaan yang telah diwarisi oleh nenek moyang.

Kemudian tidak lupa mengoptimalkan peluang dengan adanya program baru ini
untuk kesejahteraan rakyat bersama serta keikutsertaan masyarakat untuk
menyongsong kehidupan yang lebih baik. Kesimpulananya diharapkan IKN menjadi
perwujudan ekonomi pertahanan dengan memeiliki instrumen didalamnya dengan
kontribusi yang nyata serta berdampak secara nyata untuk kesejahteraan umum.
DAFTAR PUSTAKA

Ridhani, M.Y., Ridhoni, M. and Priyadharma, A.A., 2021. Isu Strategis Terkait
Transportasi dalam Pengembangan Perencanaan Pembangunan Ibu Kota Negara
(IKN) Baru. SPECTA Journal of Technology, 5(3), pp.247-260.

Kusrahmadi, S.D., 2017. Pentingnya Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional.

Mulyati, M., 2020. Wawasan Nusantara Sebagai Sarana Pembangunan Nasional Dan
Pembentukan Karakter Bangsa. Jantra., 15(1), pp.43-50.

Mazda, C.N., 2022. Analisis Dampak Pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Terhadap
Social Security. Jurnal Enersia Publika: Energi, Sosial, dan Administrasi Publik,
6(1), pp.1-12.

Anda mungkin juga menyukai