Anda di halaman 1dari 7

Model Pengambilan Keputusan Pilihan Rasional Utilitarian dalam

pemindahan Ibukota Negara

Oleh : Alfina Damayanti

I. Latar Belakang
Pemindahan ibukota negara memang sudah gencar direncanakan dan seakan
menjadi sebuah isu wajib yang beredar dalam setiap pemerintahan di Indonesia.
dalam masa pemerintahan presiden Joko Widodo sendiri rencana terkait pemindahan
Ibukota Negara ini sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Joko Widodo 2020-2024. Dengan diperkirakan dapat
terealisasikan pada tahun 2024. Jokowi sendiri sudah mengumumkan secara resmi
terkait dengan perencanaan pemindahan ibukota negara ini ke Kalimantan Timur
tepatnya terletak di wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara dan Penajam Paser Utara.
Adapun, terkait dengan pembangunan kontruksinya direncanakan dimulai pada akhir
tahun 2020. Pemindahan ibukota negara ini memang bukan suatu rencana yang baru,
sejak masa kepemimpinan Soekarno pun, rencana pemindahan Ibukota Negara ini
kian gentar dilontarkan namun masih hanya sebatas wacana saja. Baru kemudian pada
masa kepemimpinan Joko Widodo rencana ini dilanjutkan kembali. Rencana
pemindahan ibukota negara merupakan keputusan visioner yang dilakukan
pemerintah, total anggaran yang dibutuhkan dalam membangun Ibukota Negara yang
baru di Kalimantan Timur ini direncanakan memakan anggaran Rp.466T dengan 19%
dananya dari APBN dan sisanya investasi dari pihak swasta dan BUMN. Meskipun
rencana pembangunan ibukota negara ini tidak begitu banyak mengambil dana APBN
namun tetap saja dikalangan masyarakan menuai pro dan kontra. Ada banyak alasan
mengapa pemindahan Ibukota Negara ke Kalimantan Timur ini harus segera
dilaksanakan, mengingat sampai saat ini masih terjadi kesenjangan terkait dnegan
pertumbuhan ekonomi yang hanya terpusat di Pulau Jawa, dengan dipindahkannya
Ibukota Negara ke Kalimantan Timur diharapkan kesenjangan ini akan terhapuskan
dan pertumbuhan ekonomi antar pulau di Indonesia merata. Selain itu, Jakarta dinilai
sudah terlalu sesak, banyak orang yang kemudian menjadi berbondong-bondong
untuk ke Jakarta dan dampaknya, Pulau Jawa mengalami penurunan luasan lahan
pertanian. Jakarta dirasa sudah mnegemban beban yang banyak sebagai pusat
pemerintahan sekaligus pusat bisnis. Selain itu di pulau Jawa sendiri terdapat krisis
ketersediaan air terutama di DKI Jakarta. Selain itu, tujuan dari adanya pemindahan
Ibukota Negara ini untuk memisahkan pusat pemerintahan dari pusat bisnis sehingga
diharapkan penyelenggaraan pemerintah dapt lebih efektif dan efisien.
Pemilihan Kalimantan Timur sebagai Ibukota Negara yang baru juga bukan
merupakan proses yang asal-asalan dan buru-buru namun melalui pengkajian yang
dilakukan oleh Bappenas dan diantara beberapa kandidat daerah terpilihlah
Kalimantan Timur yang dirasa cukup ideal sebagai Ibukota Negara yang baru,
berbagai alasan mendukung Kalimantan Timur sebagai Ibukota Negara yang baru
selain karena Kalimantan Timur berada di tengah-tengah Indonesia yang mana hal ini
guna mewujudkan Negara Indonesia yang sentris hal ini sejalan dengan visi dan misi
presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia-sentris. Kalimantan Timur juga
dipilih karena dirasa dekat dengan kota-kota besar lainnya seperti Samarinda dan juga
Balikpapan. Selain itu, Kalimantan Timur juga merupakan daerah yang minim akan
resiko bencana, pasalnya Pulau Jawa sendri saat ini seringkali dilanda bencana alam
karena letak posisi pulau Jawa yang berada di area cincin api bencana yang sangat
rentan sekali terjadi bencana alam. Sehingga Kalimantan Timur dianggap ideal untuk
menjadi Ibukota Negara yang baru insfratruktur atau lahan di Kalimantan Timur juga
mendukung untuk pembangunan Ibukota Negara yang baru. Meskipun begitu,
terakait dengan urgensi pemindahan Ibukota Negara ini menuai banyak protes dari
masyarakat apalagi, mengingat di awal tahun 2020 lalu pandemi Covid-19
Menyerang Indonesia, masyarakat menilai ditengah pandemi seperti ini pemerintah
dirasa terlalu cepat mengambil keputusan pemindahan Ibukota bukannya
menyelesaikaan urusan serta pemulihan ekonomi pasca pandemi terlebih dahulu.
Selain itu, pemilihan Kalimantan Timur sebagai calon Ibukota Negara yang bru jug
tidak terlepas dari kritik masyarakat karen ditakutkan akan merusak hutan Kalimantan
namun pemerinth sendiri dengan tegas mengatakan bahwa pembangunan Ibukota
Negara yang baru tidak akan merusak hutan karena dibangun dengan konsep Forest
City dengan ruang terbuka hijau minimal 50%
II. Pembahasan
Adanya rencana pemindahan Ibukota Negara ini bukan merupakan suatu
keputusan yang dini, namun merupakan suatu pengambilan keputusan yang sifatnya
visioner karena sejak dari dahulu, rencana pemindahan Ibukota Negara gencar
direncanakan. Jika kita anlisis lebih lanjut dan berbicara mengenai keputusan yang
diambil oleh pemerintah dimana suatu keputusan dapat diambil ketika terjadi masalah
dan untuk mengatasi masalah yang tersedia, dalam hal ini jika menilik dari urgensi
pemindahan Ibukota Negara ialah karena munculnya masalah-masalah yang terjadi di
Ibukota sebelumnya yang dalam hal ini ialah Jakarta. Jakarta dianggap sudah terlalu
sesak untuk dijadikan sebagai Ibukota Negara karena pusat pemerintahan dan bisnis
terletak di Jakarta olehkarenanya muncul permasalahan-permasalahan entah itu
permasalahan sosial yang terjadi, rawannya bencan alam dan dari segi ekonomi jika
segala sesuatunya hanya terpusat di Jakarta kesenjangan ekonomi di daerah lain di
Indonesia akan terus mengalami ketimpangan. Oleh sebab itu, pemerintah dalam hal
ini presiden Joko Widodo mengambil sebuah keputusan yaitu adanya pemindahan
Ibukota Negara menjadi ke Kalimantan Timur. pemerintah dalam pengambilan
keputusan ini menggunakan model pengambilan rasional utilitarian. Pengambilan
keputusan rasional sendiri dapat diartikan sebagai sebuah model keputusan yang
klasik dimana dalam pengambilan keputusaan ini cenderung berdasarkan rasionalitas
atau logika. Rasional dalam hal ini juga dalam pengambilan keputusannya
berdasarkan untung rugi pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keputusan ini
dilakukan dalam beberapa tahapan yang mana hal ini sejalan dengan keputusan
pengambilan keputusan pemindahan Ibukota Negara dimana dalam mengambil
keputusannya melalui proses kajian yang cukup lama pemilihan Kalimantan Timur
menjadi Ibukota Negara yang baru juga benar-benar diperhitungkan untung rugi serta
resiko yang ada dan disertai dengan pertimbangan alternatif lainnya seperti kondisi
lokasi dan geografis di Kalimantan Timur. Adapun jika kita lihat hal ini dan
kelebihan serta kekurangan model keputusan rasional dimana dalam pengambilan
keputusan ini seringkali memakan waktu yang relatif lama, begitupun dengan rencana
pemindahan Ibukota Negara ini yang bahkan sebenarnya sudah sejak masa
kepemimpinan presiden Soekarno telah direncanakan adanya pemindahan namun
baru di masa kepemimpinan presiden Joko Widodo ini direalisasikan adapun dari
pengambilan keputusan ini juga masih menuai kritik dari beberapa masyarakat
sebagaimana sebuah keputusan yang berdasarkan rasionalitas dan digencarkan oleh
seorang manusia, dan manusia tidaklah sempurna dan memiliki keterbatasan. Masih
saja banyak masyarakat yang menanggap bahwa keputusan ini belum tepat dilakukan
khususnya dikarenakan adanya pengumuman perencanaan pemindahan Ibukota ini
oleh presiden Joko Widodo diumumkan pada tahun 2020 lalu dimana saat itu,
pandemi Covid-19 sedang melanda Indonesia. kemudian jika kita menelaah lebih
lanjut, pengambilan keputusan Pemindahan Ibukota Negara yang dilakukan oleh
pemerintah ini sejalan juga dengan model keputusan utilitarian dimana dalam model
keputusan utilitarian memiliki pendekatan dengan mempertimbangkan dampak
keputusan baik itu bagi lingkungan maupun bagi stakeholders. Dalam hal ini, seperti
yang telah dijelaskan pada latarbelakang sebelumnya bahwasannya pengambilan
keputusan pemindahan Ibukota Negara ke Kalimantan Timur terlebih dahulu oleh
Bappenas dilakukan pengkajian sebelum akhirnya memutuskan Kalimantan Timur
menjadi daerah Ibukota Negara yang baru dan telah melewati berbagai pertimbangan
baik itu dampaknya bagi pemerintahan, bagi lingkungan sekitar dan bagi masyarakat
di Kalimantan Timur yang dalam hal ini, Kalimantan Timur sendiri memiliki banyak
hutan dan terkenal sebagai paru-paru Indonesia, meskipun dengan adanya
pemindahan Ibukota Negara yang dalam artian pembangunanan pada daerah tersebut
akan dilaksanakan namun sebisa mungkin tidak mengubah keadaan Kalimantan
Timur sebagai Paru-paru Indonesia. pemindahan Ibukota Negara juga tidak hanya
berdampak pada lingkungan alamnya saja namun juga berdampak pada
masyarakatnya, pola masyarakat harus diubah oleh sebab itu, pemerintah sebelum
mengambil keputusan ini terlebih dahulu mempertimbangkan dari segala aspek. Hal
ini juga merupakan tahapan dalam membuat keputusan yang ada di model
pengambilan keputusan tipe utilitarian dimana tahapan umumnya terdiri atas
identifikasi stakeholders, analisis keuntungan dan bahaya alternatif bagi semua
kemudian baru memilih alternatif yang mengunutungkan bagi semua. Adapun, jika
mengingat mengenai keputusan pemindahan Ibukota Negara yang masih saja menuai
pro kontra dikalangan masyarakat juga sejalan dengan pendekatan utilitarian ini yang
memang biasanya dipakai dalam analisis kebijakan publik.dan dalam kebijakan
publik seringkali dianggap ridak ada alternatif yang dapat menguntungkan semua
pihak.
III. Penutup
Pengambilan keputusan ialah berarti memilih satu dari beberapa alternatif yang
tersedia atau dalam hal ini keputusan sendiri diambil ketika terjadi masalah, dan
untuk mengatasi masalah yang terjadi. ada beberapa model pengambilan keputusan
yang dapat diterapkan salah satunya ialah model keputusan rasionalitas dan model
pengambilan keputusan utilitarian. Model pengambilan keputusan rasionalitas atau
teori pilihan rasional yang merupakan sebuah model atau teori keputusan klasik yang
berdasarkan rasionalitas atau logika dan diambil berdasarkan untung rugi
pengambilan keputusan, pada model rasionalitas dalam pengambilan keputusannya
selalu melakukan perhitungan proyeksi untung rugi serta resiko yang ada dan
dilakukan dalam waktu yang relatif lama karena keputusan yang diambil benar-benar
mempertimbangkan berbagai pilihan alternatif dan memiliki beberapa tahapan.
Kemudian ada juga yang disebut dengan model pengambilan keputusan utilitarian
dimana pada pengambilan keputusan ini selalu mempertimbangkan dampak dari
setiap keputusan yang diambil baik buruk suatu keputusan sangat detail
dipertimbangkan pendekatan model pengambilan keputusan ini juga kerp kali
diterapkan pada analisis kebijkan dimana dalam prosesnya terdiri atas beberapa
tahapan umum sepertihalnya tahap mengidentifiksi stakeholders, analisis keuntungan
dan bahaya alternatif bagi semua aspek dan memilik alternatif yang menguntungkan
bagi semua meskipun pada hakikatnya dalam kebijakan publik seringkali tidak ada
satu lternatif yang dapat menguntungkn semua pihak. Pada pengambilan keputusan
tipe ini pengambilan kebijakan perlu guna memprioritaskan sasaran kebijkan dengan
berbagai prioritas. Jika kita kaitkan dengan permasalahan yang ada yang dalam hal ini
terkait dengan pemindahana ibukota Negara yaang baru yang akan dipindahkan ke
Kalimantan Timur dimana keputusan ini merupakan suatu keputusan visioner dari
pemerintah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2020-2024 yang diumumkan Joko Widodo pada 2020 lalu dimana
rencananya pembangunan akan dilaksanakan mulai akhir tahun 2020 dan
direncanakan selesai terealisasikan pada 2024 mendatang. Pemerintah dalam
mengambil keputusan pemindahan Ibukota Negara ini mengambil model atau tipe
keputusan Rasionalitas Utilitarian dimana kebijakan atau keputusan yang diambil
melalui proses yang panjang dan penuh pertimbangan yang dalam proses awalnya
Bappenas terlebih dahulu mengkaji sebelum akhirnya memutuskan Ibukota Negara
pindah ke Kalimantan Timur. Selain itu, dalam pengambilan keputusan ini
mempertimbangkan dari berbagai aspek dan seluruh stakeholders, misalnya
dipilihnya Kalimantan Timur menjadi Ibukota Negara yang baru setelah melalui
proses pengkajian dipilih karena berbagai pertimbangan sepertihalnya lokasi dan
letak geografisnya yang sangat ideal untuk menggantikan Ibukota negara dalam hal
ini Jakarta yang dianggap sudah telalu sesak sebagai Ibukota Negara sebagai pusat
pemerintahan sekaligus pusat bisnis yang kemudian menimbulkan banyak
permasalahan baik dari segi sosial, politik, dan ekonomi. Pemindahan Ibukota Negara
juga dilakukan guna menghilangkan ketimpangan sosial sehingga diharapkan
nantinya menjadi Indonesia-sentris sebagaimana visi dari pemerintahan presiden Joko
Widodo sendiri. Dari berbagai hal itu jika kita telaah memang sejalan dengan model
dan tipe pengambilan keputusan rasionalitas utilitarian baik dari segi kelebihan
maupun kekurangan pun dengan adanya pengambilan keputusan ini tetap
menimbulkan pro kontra dari kalangan masyarakat sebagaimana kritik terhadap
pengambilan keputusan tipe pilihan rasional dimana dianggap keputusan yang
diambil hanya menguntungkan beberapa pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Antara. 2021. Rencana Pemindahan Ibukota Disebut Telah Memsuki Tahap Finlisasi. [online]
https://nasional.tempo.co/red/1425492/rencana-pemindahn-ibu-kota-disebut-telah-
memasuki-tahap-finalisasi (diakses pada 12 April 2021 Pukul 15:22 WIB)

DPR RI Komisi X. 2019. Pemindahan Ibukota Negara Keputusan Visioner. [online]


https://www/dpr.go.id/berita/detail/id/25702/t/Pemindahan+Ibu+Kota+Negara+Keputusa
n+Visioner (diakses pada 10 April 2021 pukul 14:36 WIB)
Gumay, Akbar Nugroho. 2020. Pemerintah Tetap Lanjutkan Proyek Ibukota Baru Pada 2021
[online] https://www/cnnindonesia.com/ekonomi/202008141846-92-535941/pemerintah-
tetap-lanjutkan-proyek-ibu-kota-negara-pada-2021 (diakses pada 12 April 2021 Pukul
15:23 WIB )

Mubaroq, M Ridho & Solikin, Akhmad. 2019. Review on the Financing of Indonesia’s Capital
City Relocation Plan: Lessons Learned From Brazil, Malaysia and Tanzania. ICOFEB.
Doi 10.4108/eai.12-11-2018.2288767

Anda mungkin juga menyukai