Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DAMPAK PEMINDAHAN IKN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IAD, IBD, ISD
Dosen Pengampu:
Dini Siamika Tito P, S.Pd.I.M.Pd

Disusun Oleh:

Ahmad Rifandi (202291010010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


IAI AT-TAQWA BONDOWOSO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sedalam-dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang
Maha Pengasih dan Penyayang, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan Makalah IAD,IBD,ISD yang berjudul “ DAMPAK PEMINDAHAN
IKN “ ini dapat di selesaikan. Makalah ini merupakan wujud dari gagasan
perlunya referensi untuk mata kuliah Pengembangan Profesi Kependidikan
kemudian makalah ini diintergrasikan dengan pemikiran-pemikiran dari ahli lain
dan konsep-konsep yang baru berkembang. Makalah ini mendapat banyak
tambahan materi yang disesuaikan dengan sistematiika pemikiran dari sisi
prosedur.
Akhirnya, Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak dan para pembaca, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan
sehingga terdapat kesempurnaan pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan arti dalam pengembangan pendidikan yang akan datang. Amiin.

Bondowoso, 10 Januari 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Apa urgensi pemindahan ibukota negara
B. Apa dampak sosial dari IKN
C. Apa dampak ekonomi dari IKN
D. Apa pentingnya pemindahan ibukota negara
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanggal 18 Januari 2022, merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia


dengan disahkannya RUU tentang Ibu Kota Negara (IKN) menjadi UU oleh
DPR RI dan Pemerintah. Dengan demikian, Indonesia akan mempunyai IKN
yang baru menggantikan Jakarta.

Ide pemindahan IKN pertama kali dicetuskan oleh Presiden Soekarno tanggal
17 Juli 1957. Soekarno memilih Palangkaraya sebagai IKN dengan alasan
Palangkaraya berada di tengah kepulauan Indonesia dan wilayahnya luas.
Soekarno juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia
mampu membangun IKN yang modern. Ide Soekarno tersebut tidak pernah
terwujud. Sebaliknya, Presiden Soekarno menetapkan Jakarta sebagai IKN
Indonesia dengan UU Nomor 10 tahun 1964 tanggal 22 Juni 1964.

Pada masa Orde Baru, tahun 1990-an, ada juga wacana pemindahan IKN ke
Jonggol. Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, wacana pemindahan
IKN muncul kembali karena kemacetan dan banjir yang melanda Jakarta.
Terdapat tiga opsi yang muncul pada saat itu yaitu tetap mempertahankan
Jakarta sebagai IKN dan pusat pemerintahan dengan melakukan pembenahan,
Jakarta tetap menjadi IKN tetapi pusat pemerintahan dipindahkan ke daerah
lain, dan membangun IKN baru (TEMPO Co).

Pemindahan IKN, baru serius digarap oleh Presiden Joko Widodo. Pada
tanggal 29 April 2019, Jokowi memutuskan untuk memindahkan IKN keluar
pulau Jawa dan dicantumkan dalam RPJMN 2020-2024.

B. Rumusan Masalah
a. Apa urgensi pemindahan ibukota negara?
b. Apa dampak sosial dari IKN ?
c. Apa dampak ekonomi dari IKN?
d. Apa pentingnya pemindahan ibukota negara?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui urgensi pemindahan ibukota negara !
b. Untuk mengatahui dampak sosial dari IKN !
c. Untuk mengatahui dampak ekonomi dari IKN !
d. Untuk mengetahui pentingnya pemindahan ibukota negara !
3
4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Urgensi pemindahan ibukota negara

Melihat rencana panjang dan gerak cepat Jokowi untuk memindahkan


IKN di atas, perlu dipahami urgensi pemindahan IKN. Pertama, menghadapi
tantangan masa depan. Sesuai dengan Visi Indonesia 2045 yaitu Indonesia
Maju, ekonomi Indonesia akan masuk 5 besar dunia pada tahun 2045. Pada
tahun itu diperkirakan PDB per kapita sebesar US$ 23.119. Tahun 2036,
diperkirakan Indonesia akan keluar dari middle income trap. Oleh sebab itu
dibutuhkan transformasi ekonomi untuk mencapai Visi Indonesia 2045.
Transformasi ekonomi didukung oleh hilirisasi industri dengan memanfaatkan
sumber daya manusia, infrastruktur, penyederhanaan regulasi, dan reformasi
birokrasi yang dimulai dari tahun 2020-2024. Oleh sebab itu dibutuhkan IKN
yang dapat mendukung dan mendorong transformasi ekonomi tersebut.

Kedua, IKN harus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata
termasuk di Kawasan Timur Indonesia. Selama ini, Jakarta dan sekitarnya
terkenal dengan pusat segalanya (pemerintahan, politik, industri, perdagangan,
investasi, teknologi, budaya dan lain-lain). Tidak mengherankan jika
perputaran uang di Jakarta mencapai 70 persen yang luasnya hanya 664,01 km²
atau 0.003 persen dari total luas daratan Indonesia 1.919.440 km². Sementara
jumlah penduduknya 10,56 juta jiwa atau 3,9 persen dari jumlah penduduk
Indonesia 270,20 juta jiwa (data tahun 2020).

Hal ini menyebabkan ketidakmerataan pembangunan dan kesejahteraan di


Indonesia. Pembangunan tersentralisasi di Jakarta dan pulau Jawa. Kondisi ini
kurang baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan
sustainable, tidak termanfaatkannya potensi daerah secara optimal, kurang

5
mendukung keadilan antara daerah, dan rentan terhadap persatuan dan kesatuan
bangsa.

Oleh sebab itu dibutuhkan IKN yang dapat menjawab tantangan tersebut yaitu
kota yang berkelas dunia untuk semua rakyat Indonesia. IKN yang berlokasi di
Kalimantan diharapkan “pusat gravitasi” ekonomi baru di Indonesia termasuk
di kawasan tengah dan timur Indonesia. IKN baru diharapkan dapat
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan memaksimalkan
potensi sumber daya daerah.

Ketiga, kondisi objektif Jakarta yang tidak cocok lagi sebagai IKN. Hal ini bisa
dilihat dari “beban” yang harus ditanggung Jakarta antara lain 1) kepadatan
penduduk 16.704 jiwa/km² sementara kepadatan penduduk Indonesia hanya
141 jiwa/km². 2) Kemacetan Jakarta yang merupakan kota termacet nomor 10
di dunia tahun 2019 walau menurun menjadi nomor 31 dari 416 kota besar di
57 negara tahun 2020 (TomTom Traffic Index). 3) permasalahan lingkungan
dan geologi yang telah akut antara lain banjir yang setiap tahun melanda
Jakarta dan terjadinya penurunan tanah yang mengakibatkan sebagian wilayah
Jakarta berada di bawah permukaan laut.

Pemindahan IKN dari Jakarta ke Kalimantan pasti membawa pro dan kontra.
Namun sebagai negara demokrasi, ketika Negara telah memutuskan
memindahkan IKN dengan proses demokrasi melalui UU, seharusnya seluruh
komponen bangsa mendukungnya. Bangsa Indonesia perlu meminimalisasi
ekses pemindahan IKN. Tidak ada satu keputusan apapun yang memuaskan
seluruh rakyat, namun keputusan yang memberikan manfaat lebih besar kepada
bangsa Indonesia harus didukung sebagai wujud kecintaan dan bakti untuk
NKRI.

6
B. Dampak sosial dari IKN

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menghimpun masukan
publik terkait aspek sosial budaya dan sosial ekonomi dalam Dialog Nasional
Ibu Kota Negara yang ke-7. Pemindahan Ibu Kota Negara bertema
“Membangun Kualitas Kehidupan Sosial Budaya” di Balai Purnomo Prawiro
pada hari Selasa (25/02). Pemindahan Ibu Kota Negara akan berdampak besar
bagi struktur masyarakat, cara hidup, serta aspek sosial budaya dan ekonomi
masyarakat.

Presiden Joko Widodo telah membuat keputusan untuk memindahkan Ibu Kota
Negara (IKN) ke Kalimantan Timur yang disampaikan dalam konferensi pers
di Istana Negara pada tanggal 26 Agustus 2019. Berbagai faktor menjadi
pertimbangan perlunya dilakukan pemindahan IKN. Faktor sosial, ekonomi,
politik, budaya, pertahanan dan kemanan, bahkan sampai dengan potensi
bencana alam menjadi pertimbangan pentingnya IKN dipindahkan dari Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Kepadatan penduduk yang tidak merata dan
cenderung terkonsentrasi di Pulau Jawa telah berdampak pada kesenjangan
dalam berbagai aspek dan stagnasi ekonomi yang tidak kunjung dapat
diperbaiki.

Kesenjangan sosial ekonomi dan kependudukan merupakan salah satu faktor


pendorong rencana pemindahan IKN Republik Indonesia. Sekitar 57,4%
penduduk Indonesia terkonsenterasi di Pulau Jawa. Sementara sebaran
penduduk di Sumatera sebesar 17,9%, Bali dan Nusa Tenggara 5,5%,
Kalimantan 5,81%, Sulawesi 7,31%, Maluku dan Papua 2,61%. Padatnya
jumlah penduduk di Pulau Jawa menunjukkan adanya aglomerasi
pembangunan dan kemajuan yang tinggi di Jawa dan sebaliknya ketertinggalan
di wilayah lainnya. Pemindahan IKN ke luar Jawa bertujuan untuk mengurangi

7
beban ekologis kota Jakarta yang sudah sangat berat. Jakarta telah mengalami
kemacetan parah, serta polusi dan air yang semakin buruk.

Penetapan perpindahan ibu kota ke wilayah Timur Indonesia diharapkan dapat


mengurangi kesenjangan dan mewujudkan pembangunan Indonesia yang
berkelanjutan, serta mewujudkan ibu kota baru yang sesuai dengan identitas
bangsa. Secara spesifik, lokasi inti yang ditetapkan sebagai IKN baru terletak
di sebagian wilayah dari dua kabupaten, yaitu Kabupaten Penajem Paser Utara
(PPU) dan Kabupaten Kutai Kertanegara (KuKar). Ibu Kota Negara Baru
mempunyai lima visi, yaitu sebagai simbol identitas bangsa; sebagai kota yang
smart, green, beautiful dan sustainable; modern dan berstandar internasional;
tata kelola pemerintahan yang efisien dan efektif; serta sebagai pendorong
pemerataan ekonomi di Kawasan Timur.

Ir. Rudy Soeprihadi Prawiradinata, MCRP, Ph.D selaku Deputi Bidang


Pengembangan Regional Bappenas, menjelaskan “total luas wilayah Ibu Kota
Negara adalah 256.142,72 hektar. Terdiri dari 5.664 hektar rencana kawasan
Inti Pusat Pemerintah, 56.180,87 hektar rencana kawasan Ibu Kota Negara dan
selebihnya rencana kawasan perluasan Ibu Kota Negara”.

Bappenas mengkajian, mengumpulkan data dan melakukan analisis yang


difokuskan untuk mendeskripsikan dan menganalisis aspek-aspek kehidupan
masyarakat lokal meliputi, Karakteristik sosial-budaya, karakteristik sosial-
ekonomi. Analisis permasalahan dan dampak negatif yang mungkin timbul dari
pemindahan dan kehadiran IKN terhadap masyarakat lokal. Rumusan
pegangan prinsip (guiding principles) kebijakan sosial pemindahan IKN.

8
“Perkiraan kondisi sosial dan budaya yang akan terjadi nantinya di Ibu Kota
Negara Baru, keberagaman budaya makin meningkat bukan hanya etnis tapi
ekonomi dan tingkat pendidikan, urbanisasi dan mengarah munculnya kota
metropolitan, terbukanya peluang usaha dan bekerja yang dapat memicu
konflik sosial antar kelompok etnis serta keberadaan simbolisasi nasional dan
kekayaan budaya lokal di Ibu Kota Negara” tambah Rudy Soeprihadi.

Pemindahan IKN diharapkan dapat menguatkan ketahanan masyarakat


Kalimantan, baik secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya sehingga tidak
menyebabkan terpinggirnya masyarakat lokal oleh pendatang. Pendatang tidak
hanya ASN namun juga keluarga dan pelaku ekonomi lainnya. Dalam rencana
pemindahan aparatur sipil negara (ASN), berkembang dua skenario yang
memperkirakan perpindahan sebesar 182.462 orang ASN dan 118.513 orang
ASN (jika dibatasi umur hingga 45 tahun).

Perpindahan ASN tersebut akan diikuti dengan keluarga dan pelaku ekonomi
lainnya, yang diperkirakan sebesar 1,5 juta orang di masa mendatang.
Masyarakat berharap agar integrasi kehidupan masyarakat yang berkeadilan
dapat terjadi sehingga manfaat pembangunan IKN dirasakan oleh seluruh
masyarakat Kalimantan khususnya dan Indonesia umumnya.

Lokasi inti IKN direncanakan akan menempati sebagian wilayah Kabupaten


PPU dan Kabupten KuKar. Saat ini, penduduk di Kabupaten PPU berjumlah
160,9 ribu jiwa, dan di Kabupaten Kukar berjumlah 786,1 ribu jiwa.
Sedangkan total penduduk Kalimantan Timur saat ini berjumlah 4.448.763
jiwa. Mayoritas penduduk Kalimantan Timur saat ini didominasi oleh
pendatang yang berasal dari Jawa, Bugis, dan Banjar, serta berbagai etnis
lainnya dalam jumlah yang relatif lebih kecil.

9
C. Dampak ekonomi dari IKN

Dampak ekonomi pemindahan ibu kota yang tengah direncanakan oleh


pemerintah ternyata memiliki dampak ekonomi pada daerah baru tersebut.
Pemindahan ibu kota ke lokasi baru di Luar Jawa tidak akan memberikan
dampak negatif terhadap perekonomian nasional. Efek positif tersebut
disebabkan adanya penggunaan dari sumber daya potensial yang selama ini
masih belum termanfaatkan. Nantinya, dampak pemindahan ibu kota baru
terhadap perekonomian nasional menjadi +0,1%.

Kemudian, pemindahan ibu kota akan menurunkan kesenjangan antar


kelompok pendapatan dan indikasi ketimpangan akan menyempit. Pemindahan
ibu kota ke provinsi alternatif akan menyebabkan perekonomian lebih
terdiversifikasi ke arah sektor yang lebih padat sehingga dapat membantu
untuk menurunkan kesenjangan antar kelompok pendapatan baik ditingkat
regional maupun di tingkat nasional.

Ketiga, pemindahan ibu kota akan menyebabkan tambahan inflasi nasional


yang minimal sebesar 0,3% basis poin walaupun pemindahan ibu kota baru
akan menyebabkan tekanan dari sisi permintaan. Dampak inflasi di provinsi
lokasi ibu kota baru akan menjadi sangat minimal jika provinsi tersebut
memiliki kesiapan infrastruktur yang lebih baik dan sektor produksi yang
relatif beragam.

Selajutnya, pemindahan ibu kota Negara ke luar jawa akan mendorong


perdagangan antar wilayah di Indonesia diataranya perdagangan di dalam
provinsi ibu kota baru. Lebih dari 50% wilayah Indonesia akan merasakan
peningkatan arus perdagangan jika Ibu Kota Negara dipindah ke Provinsi yang
memiliki konektivitas dengan provinsi lain yang baik.

10
Pemindahan Ibu Kota Negara juga akan mendorong investasi di provinsi ibu
kota baru dan sekitarnya. Selain itu, pemindahan ibu kota akan menciptakan
dorongan investasi yang lebih luas pada wilayah lain serta meningkatkan
output beberapa sektor non-tradisional terutama sektor Jasa.

D. Pentingnya pemindahan ibukota negara

Saat ini, proses pemindahan ibu kota baru tengah berjalan. Terdapat beberapa
alasan mengapa memindahkan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan diperlukan.
Pertama, pengembangan ibu kota baru diharapkan dapat mengurangi beban dan
permasalahan yang ada di Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis.
Faktor ekonomi menyebabkan tingginya urbanisasi di kota ini. Tingginya
jumlah populasi menimbulkan permasalahan seperti kemacetan lalu lintas dan
pencemaran lingkungan. Jakarta juga menghadapi risiko tenggelam karena
kenaikan permukaan air laut, pembangunan gedung-gedung bertingkat, serta
penurunan tanah akibat konsumsi air tanah yang terlalu besar. Dengan
dipindahkannya ibu kota ke Kalimantan, diharapkan permasalahan-
permasalahan tersebut dapat diatasi.

Kedua, pemindahan ibu kota dapat mengurangi kesenjangan antara Jawa dan
Luar Jawa. Lebih dari setengah penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa dan
sebagian besar pembangunan terjadi di pulau ini. Pembangunan yang bersifat
Jawasentris ini memperbesar kesenjangan distribusi ekonomi antara Jawa
dengan pulau lainnya. Diharapkan, pemindahan ibukota akan mendukung
pemerataan kesejahteraan, meningkatkan distribusi layanan publik, dan
memperkuat kehadiran dan peran pemerintah.

Namun demikian, beberapa pihak berpendapat bahwa memindahkan ibu kota


ke Kalimantan tidak akan secara signifikan mengurangi permasalahan di
Jakarta, dan menambah persoalan lingkungan dan sosial di wilayah sekitar ibu
kota baru. Oleh sebab itu, penting untuk mengenali persoalan-persoalan
11
tersebut dalam rangka memilih solusi terbaik guna memastikan pemindahan
ibukota dapat berjalan dengan baik.

Persoalan lingkungan yang saat ini ada di Kalimantan

WWF (2017) menyatakan bahwa Kalimantan adalah salah satu titik panas
keanekaragaman hayati (biodiversity hotspots), yaitu wilayah biogeografis
yang memiliki cadangan kehidupan tumbuhan dan hewan terkaya, namun
paling terancam di bumi. Dalam periode 2005-2015, telah terjadi penurunan
luas hutan Kalimantan dari 71 persen menjadi 55 persen. Hal ini di antaranya
disebabkan oleh kebakaran hutan, industri penebangan kayu, serta penggunaan
lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Salah satu spesies yang paling
terdampak oleh kerusakan hutan ini adalah orangutan. Llewelyn (2019)
menyatakan bahwa penebangan kayu dan kerusakan lingkungan hidup
membuat jarak antarpohon semakin lebar, sehingga orangutan semakin rentan
terhadap predator. Akibatnya, sulit untuk menemukan tempat yang aman bagi
organisasi perlindungan satwa untuk melepaskan orangutan setelah masa
rehabilitasi. Selain itu, WWF (2017) juga memprediksi bahwa hilangnya
keanekaragaman hayati di Kalimantan selama 2015-2020 akan memiliki
pengaruh global.

Risiko kerusakan lingkungan dari pengembangan ibukota baru

Dengan adanya pembangunan ibukota baru, akan ada banyak perubahan fungsi
lahan di Kalimantan. Apabila tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat
memperburuk kerusakan lingkungan di Kalimantan, termasuk hilangnya
keanekaragaman hayati. Alamgir dkk. (2019) berpendapat bahwa proyek
infrastruktur besar yang dibangun di dekat hutan atau memotong area hutan dapat
mengakibatkan fragmentasi habitat, yang menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati. Sebaliknya, Collinge & Forman (2009) berpendapat
bahwa fragmentasi habitat tidak berpengaruh besar pada keanekaragaman hayati.
Namun, mereka memiliki pandangan yang sama bahwa perubahan fungsi lahan
berpengaruh negatif terhadap lingkungan hidup.

12
Persoalan sosial

Di Indonesia, masyarakat lokal dan hukum adatnya, seperti hukum adat suku
Dayak, memiliki peran penting dalam pengelolaan hutan lestari (Magdalena
2013, Rahmawati 2015). Mereka adalah pihak yang paling terkena dampak
pembangunan ibu kota baru. Mereka tidak resisten terhadap pembangunan ibu
kota baru dan mereka berharap hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat kurang mampu. Namun, mereka mengkhawatirkan dampak negatif
dari proyek-proyek tersebut. Suku Balik khawatir mengenai kemungkinan
bahwa mereka akan direlokasi dan kehilangan identitas budaya serta rasa
kebersamaan yang kuat (Massola, et al., 2019). Para transmigran dan
keturunannya, yang pindah ke Kalimantan pada 1970-an menyusul kebijakan
pemerintah untuk mengurangi populasi Jawa, khawatir tanah yang mereka
rawat dengan susah payah akan diambil tanpa persetujuan mereka untuk
pembangunan ibu kota baru. Sebagai saksi dari kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh praktek penambangan dan penebangan yang tidak
berkelanjutan, mereka berharap pembangunan tidak memperburuk kondisi ini
(Llewellyn, 2019).

Strategi yang dapat dipilih

Terdapat beberapa strategi yang dapat dipilih untuk mengatasi persoalan


tersebut, di antaranya penerapan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), penerapan prinsip hijau (green principles) dalam desain ibu kota
baru, dan partisipasi publik.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

AMDAL adalah salah satu alat (tools) untuk menilai proposal pembangunan dari
perspektif lingkungan, dengan tujuan untuk mengurangi pengaruh negatif
pembangunan terhadap lingkungan (Saeed dkk., 2012). Kementerian Kehutanan
dan Lingkungan Hidup telah menyiapkan AMDAL untuk pembangunan ibu kota
baru. Penyusunan AMDAL menunjukkan bahwa pemerintah telah

13
mempertimbangkan masalah lingkungan dalam keputusannya untuk membangun
ibu kota baru.

Partisipasi Publik

Partisipasi publik wajib ada untuk proyek-proyek yang terindikasi berdampak


negatif terhadap lingkungan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik
dari masyarakat lokal yang mungkin terkena dampak besar dari proyek. Adapun
umpan balik ini dapat diperoleh melalui audiensi publik atau masukan yang
disampaikan secara tertulis. Meskipun seharusnya partisipasi publik menjadi
kesempatan yang baik bagi para ahli dan masyarakat untuk bertukar pikiran, di
Indonesia, sebagian besar kegiatan partisipasi publik hanyalah proses formal
untuk mendapatkan data atau memberikan informasi kepada masyarakat lokal,
sedangkan konsultasi hanya melibatkan para ahli. Kebanyakan masyarakat lokal
berpikir bahwa mereka tidak terlibat dalam keputusan untuk membangun ibu kota
baru di sana (Kahfi & Adri 2019).

Dengan demikian, pada tahap pembangunan ibu kota baru selanjutnya, pemerintah
perlu lebih melibatkan masyarakat lokal. Keterlibatan ini sangat penting
mengingat, pertama, perubahan yang signifikan akan terjadi di sekitar tempat
tinggal mereka, sehingga mereka berhak untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan yang akan menentukan masa depan mereka. Kedua, melibatkan
masyarakat lokal akan mengurangi permasalahan sosial yang mungkin akan
muncul terkait dengan pembangunan ibu kota baru.

Memasukkan prinsip hijau dalam desain ibukota baru

Bangunan dan kegiatan konstruksi berkontribusi terhadap 40 persen emisi gas


rumah kaca (Huynh, 2021). Pembangunan ibu kota baru kemungkinan besar
akan berkontribusi pada peningkatan CO2 di atmosfer, misalnya melalui
pembangunan infrastruktur dan pengangkutan material yang diperlukan.

14
Pembukaan lahan di Kalimantan juga berarti berkurangnya penyerapan karbon
oleh hutan. Dengan kata lain, proyek ini dapat berkontribusi secara signifikan
terhadap hilangnya habitat, pemanasan global dan perubahan iklim, sehingga
memunculkan efek berbahaya bagi lingkungan (Collinge & Forman, 2009).

Untuk mengurangi pengaruh pembangunan ibu kota baru terhadap perubahan


iklim, penting untuk membangun dan mengelola pusat-pusat perkotaan di sana
secara berkelanjutan. Salah satu kritik terhadap Putrajaya, ibu kota baru
Malaysia, adalah kurangnya pertimbangan terkait iklim dalam perencanaan dan
arsitekturnya (Moser, 2010). Belajar dari pengalaman Malaysia dan negara
lain, Pemerintah Indonesia merencanakan ibu kota baru untuk dapat meniru
manajemen Seoul yang baik, kemegahan Singapura, dan pemisahan bisnis dan
administrasi yang jelas di Washington. Selain itu, tidak ada bangunan yang
akan dibangun di hutan lindung (Llewellyn, 2019). Namun, belum ada jaminan
bahwa pembangunan jalan pendukung kota tidak akan menembus hutan di
sekitarnya. Ibu kota baru sendiri dirancang untuk menjadi 'kota hutan' yang
berkelanjutan, dengan ruang terbuka hijau yang mencakup 70 persen dari
luasnya. Namun demikian, penting untuk berfokus pada lingkungan binaan
(built environments) karena pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan.
Moser (2010) menyarankan penggunaan material lokal, menutupi fasad
bangunan dengan tanaman hijau, serta menerapkan desain dan teknologi
bangunan hemat energi.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a. Pengertian Kode Etik Guru

IKN harus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata


termasuk di Kawasan Timur Indonesia. Selama ini, Jakarta dan sekitarnya
terkenal dengan pusat segalanya (pemerintahan, politik, industri, perdagangan,
investasi, teknologi, budaya dan lain-lain). Tidak mengherankan jika perputaran
uang di Jakarta mencapai 70 persen yang luasnya hanya 664,01 km² atau 0.003
persen dari total luas daratan Indonesia 1.919.440 km². Sementara jumlah
penduduknya 10,56 juta jiwa atau 3,9 persen dari jumlah penduduk Indonesia
270,20 juta jiwa (data tahun 2020).

b. Dampak sosial dari IKN

Kesenjangan sosial ekonomi dan kependudukan merupakan salah satu faktor


pendorong rencana pemindahan IKN Republik Indonesia. Sekitar 57,4%
penduduk Indonesia terkonsenterasi di Pulau Jawa. Sementara sebaran penduduk
di Sumatera sebesar 17,9%, Bali dan Nusa Tenggara 5,5%, Kalimantan 5,81%,
Sulawesi 7,31%, Maluku dan Papua 2,61%.

16
c. Dampak ekonomi dari IKN

Dampak ekonomi pemindahan ibu kota yang tengah direncanakan oleh


pemerintah ternyata memiliki dampak ekonomi pada daerah baru tersebut.
Pemindahan ibu kota ke lokasi baru di Luar Jawa tidak akan memberikan dampak
negatif terhadap perekonomian nasional. Efek positif tersebut disebabkan adanya
penggunaan dari sumber daya potensial yang selama ini masih belum
termanfaatkan. Nantinya, dampak pemindahan ibu kota baru terhadap
perekonomian nasional menjadi +0,1%.

d. Pentingnya pemindahan ibukota negara

pengembangan ibu kota baru diharapkan dapat mengurangi beban dan


permasalahan yang ada di Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis.
Faktor ekonomi menyebabkan tingginya urbanisasi di kota ini. Tingginya jumlah
populasi menimbulkan permasalahan seperti kemacetan lalu lintas dan
pencemaran lingkungan. Jakarta juga menghadapi risiko tenggelam karena
kenaikan permukaan air laut, pembangunan gedung-gedung bertingkat, serta
penurunan tanah akibat konsumsi air tanah yang terlalu besar. Dengan
dipindahkannya ibu kota ke Kalimantan, diharapkan permasalahan-permasalahan
tersebut dapat diatasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/berita/d-5006737/mk-korsel-pernah-batalkan-rencana-
pemindahan-ibu-kota-ini-alasannya
https://www.jawapos.com/opini/20/01/2022/mewaspadai-efek-samping-ikn-
nusantara
https://politik.brin.go.id/kolom/pemilu-partai-politik-otonomi-daerah/diskursus-
politik-hukum-pemindahan-ibu-kota-negara-tinjauan-pembentukan-
Undang-Undang-dalam-studi-kebijakan-publik/

18

Anda mungkin juga menyukai