OLEH :
NAMA : MUHTARROM NAUFAL. SY
NPP : 30.0200
KELAS : B6
ABSEN : 14
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “Analisis Pnegambilan
Keputusan Terkait Kebijakan Pemindahan Ibu Kota Negara oleh Pemerintah”
semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri maupun
yang membaca makalah ini.
Saya berterimakasih kepada Bapak Dosen yang telah memberikan tugas
pembuatan makalah ini kepada saya sehingga dapat menambah pengetahuan
terkhusus bagaiamana analis pengambilan keputusan terkait kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karen itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Muhtarrom Naufal. SY
NPP.30.0200
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu kota mempunyai peran penting bagi segala aspek kegiatan pemerintahan.
Ibu kota mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pusat kekuasaan politik maupun
perekonomian suatu negara. Ibu kota juga mencerminkan sisi kebudayaan dari
negara tersebut yang menunjukkan sebuah karakter yang unik dan khas dari negara
tersebut. Masyarakat luar dapat mengenal Indonesia dengan ibu kotanya. Sebagai
identitas dari suatu negara, ibu kota dibangun untuk memajukan negara tersebut
agar masyarakatnya menjadi makmur dan berkehidupan yang cukup. Menjadi pusat
pemerintahan di suatu negara tentunya segala aktivitas pemerintahan didalam suatu
negara berjalan dan bergerak dengan adanya pemerintahan pusat tersebut. Karna
hal itu ibu kota negara haruslah menjadi tempat yang startegis yang mudah dan bisa
dijangkau oleh pihak manapun, selain itu ibu kota negara juga menjadi garda
terdepan yang menjadi ikon di suatu negara.
4
negara tersebut. Yang tentunya keputusan yang diambil oleh pemerintah harus
mempertimbangkan berbagai hal.
5
analisis pengambilan keputusan yang akan disesuaikan dengan materi maupun
pembelajaran mata kuliah teknik pengambilan keputusan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
lebih cepat dan berfokus jangka pendek Gemar menggunakan kekuasaan, ingin
mengontrol.
2. Bentuk Analitik
3. Bentuk Konseptual
4. Bentuk Perilaku
8
dengan locus of control internal (Lefcourt, 1982; Rotter, 1966) dan harga diri
yang tinggi (Janis & Mann, 1977).
2. Pemahaman
Pemahaman mengacu pada memahami aktivitas pengambilan keputusan sebagai
proses kognitif. Telah diperdebatkan bahwa pengetahuan tentang proses kognitif
seseorang (pemahaman metakognitif) dapat menjadi persyaratan bersama untuk
kinerja yang kompeten dari kegiatan seperti membaca, memori, pemecahan
masalah, dan dengan perluasan, pengambilan keputusan (lih. Flavell, 1983).
Flavell dan Wellman (1977) mengidentifikasi tiga kategori metakognisi:
pengetahuan orang, pengetahuan tugas, dan pengetahuan strategi.
3. Kreatif pemecahan masalah
Pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan melibatkan klarifikasi
keadaan tujuan yang tidak jelas dan definisi masalah; pembuatan alternatif
pilihan (berbagai cara untuk menyelesaikan dilema); kombinasi kreatif dari
alternatif pilihan untuk menghasilkan alternatif baru; dan konseptualisasi urutan
langkah-langkah untuk bergerak ke arah tujuan yang disukai.
4. Kompromi
Kompetensi dalam pengambilan keputusan juga ditemukan dalam kesediaan
untuk menerima kompromi untuk memodifikasi alternatif ideal yang tidak dapat
diperoleh untuk pilihan yang kurang disukai tetapi layak. Contoh kompromi
adalah kesediaan untuk menegosiasikan solusi yang dapat diterima bersama
dalam pertikaian dengan keluarga atau teman. Kemampuan, atau setidaknya
pemahaman, untuk mengambil sudut pandang orang lain adalah penting untuk
mencapai kompromi.
5. Konsekuensi
Elemen kunci dalam kompetensi keputusan adalah kemampuan untuk
memikirkan konsekuensi potensial dari memilih tindakan untuk diri sendiri dan
orang lain.
6. Pilihan yang benar
Membuat pilihan yang benar, ujian utama pengambilan keputusan yang
kompeten, mengandaikan kemampuan untuk memproses informasi secara
9
efisien dan logis. Gagasan untuk membuat keputusan yang benar menyiratkan
ada solusi logis yang tepat.
7. Kredibilitas
Aspek lain dari kompetensi keputusan adalah kemampuan untuk menilai
kredibilitas informasi yang berkaitan dengan alternatif pilihan.
8. Konsistensi
Konsistensi adalah fitur pengambilan keputusan yang kompeten. Pengambil
keputusan yang kompeten diharapkan menunjukkan stabilitas dalam pola
pilihan.
9. Komitmen.
Dengan kesembilan indikator tersebut dapat kita pahami bahwa dalam setiap
pengambilan keputusan kita perlu melihat bagaimana kesediaan untuk membuat
pilihan, pemahaman terhadap masalah yang baik, kreatif dalam pemecahan
masalah, kesedian menerima saran dan lain-lain, siap menerima berbagai
konsekuensi yang akan diterima, menentukan pilahan yang benar, adanya
kemampuan menilai berbagai hal terhadap cara pandang sesuatu, konsisten dan
berkomitmen dalam setiap pengambilan keputusan.
10
e. Memastikan kembali bahwa alat ujian dipergunakan tersebut telah sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
Simon (1960) mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat
tahap yaitu intelligence, design, choice, dan implementation. Intelligence adalah
proses pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan.
Design adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah. Choice adalah tahap
mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan
memilih yang terbaik. Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan
melaksanakannya (S. P. Nugroho, SN, & Pulungan, 2012)
Pemindahan IKN, baru serius digarap oleh Presiden Joko Widodo. Pada tanggal
29 April 2019, Jokowi memutuskan untuk memindahkan IKN keluar pulau Jawa
dan dicantumkan dalam RPJMN 2020-2024. Ada beberapa alasan Presiden Jokowi
dalam pemindahan Ibu Kota Negara Ini :
11
1. Dalam menghadapi tantangan masa depan. Sesuai dengan Visi Indonesia 2045
yaitu Indonesia Maju, ekonomi Indonesia akan masuk 5 besar dunia pada tahun
2045. Pada tahun itu diperkirakan PDB per kapita sebesar US$ 23.119. Tahun
2036, diperkirakan Indonesia akan keluar dari middle income trap. Oleh sebab
itu dibutuhkan transformasi ekonomi untuk mencapai Visi Indonesia 2045.
Transformasi ekonomi didukung oleh hilirisasi industri dengan memanfaatkan
sumber daya manusia, infrastruktur, penyederhanaan regulasi, dan reformasi
birokrasi yang dimulai dari tahun 2020-2024. Oleh sebab itu dibutuhkan IKN
yang dapat mendukung dan mendorong transformasi ekonomi tersebut.
2. Ibu Kota Negara harus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
merata termasuk di Kawasan Timur Indonesia. Selama ini, Jakarta dan
sekitarnya terkenal dengan pusat segalanya (pemerintahan, politik, industri,
perdagangan, investasi, teknologi, budaya dan lain-lain). Tidak mengherankan
jika perputaran uang di Jakarta mencapai 70 persen yang luasnya hanya
664,01 km² atau 0.003 persen dari total luas daratan Indonesia 1.919.440 km².
Sementara jumlah penduduknya 10,56 juta jiwa atau 3,9 persen dari jumlah
penduduk Indonesia 270,20 juta jiwa (data tahun 2020).
Hal ini menyebabkan ketidakmerataan pembangunan dan kesejahteraan di
Indonesia. Pembangunan tersentralisasi di Jakarta dan pulau Jawa. Kondisi ini
kurang baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
diharapkan sustainable, tidak termanfaatkannya potensi daerah secara optimal,
kurang mendukung keadilan antara daerah, dan rentan terhadap persatuan dan
kesatuan bangsa.
Oleh sebab itu dibutuhkan IKN yang dapat menjawab tantangan tersebut
yaitu kota yang berkelas dunia untuk semua rakyat Indonesia. IKN yang
berlokasi di Kalimantan diharapkan “pusat gravitasi” ekonomi baru di Indonesia
termasuk di kawasan tengah dan timur Indonesia. IKN baru diharapkan dapat
menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru dan memaksimalkan
potensi sumber daya daerah.
3. kondisi objektif Jakarta yang tidak cocok lagi sebagai IKN. Hal ini bisa dilihat
dari “beban” yang harus ditanggung Jakarta antara lain
12
i. kepadatan penduduk 16.704 jiwa/km² sementara kepadatan
penduduk Indonesia hanya 141 jiwa/km².
ii. Kemacetan Jakarta yang merupakan kota termacet nomor 10 di dunia tahun
2019 walau menurun menjadi nomor 31 dari 416 kota besar di 57 negara
tahun 2020 (TomTom Traffic Index).
iii. permasalahan lingkungan dan geologi yang telah akut antara lain banjir
yang setiap tahun melanda Jakarta dan terjadinya penurunan tanah yang
mengakibatkan sebagian wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut
(Ayundari, 2022).
Selain itu alasan utama pemerintah dalam pemindahan ibu kota ini yaitu
pertama, beban Jakarta saat ini sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan,
pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa, dan juga airport
(bandar udara) dan pelabuhan laut yang terbesar di Indonesia. Kedua, beban Jakarta
dan beban Pulau Jawa yang semakin berat dalam hal kepadatan penduduk,
kemacetan lalu lintas yang sudah terlanjur parah, dan polusi udara dan air yang
harus segera ditangani (H. Nugroho, 2020)
Terkait keputusan ini banyak masyarakat yang setuju dan juga banyak juga
masyarakat yang menolak seperti adanya petisi “Pak Presiden, 2022-2024 Bukan
Wktunya Memindahkan Ibu Kota Negara”. didalamnya terdapat berbagai alasan
seperti kondisi rakyat dalam keadaan sulit secara ekonomi sehingga tak ada urgensi
bagi pemerintah memindahkan ibu kota negara. Terlebih, saat ini pemerintah harus
fokus menangani varian baru Omicron yang membutuhkan dana besar dari APBN
13
dan PEN, infrastruktur dasar lainnya di beberapa daerah masih buruk, sekolah
rusak terlantar dan beberapa jembatan desa terabaikan tidak
terpelihara, penyusunan naskah akademik tentang pembangunan Ibu Kota Negara
Baru juga dinilai tidak disusun secara komprehensif dan partisipatif terutama
dampak lingkungan dan daya dukung pembiayaan serta keadaan geologi dan situasi
geostrategis di tengah pandemi. Sedangkan lokasi yang dipilih berpotensi
menghapus pertanggungjawaban kerusakan yang disebabkan para pengelola
tambang batubara. Dana yang diperlukan untuk pembangunan ibu kota baru adalah
sebesar kurang lebih Rp 501 triliun. Dengan dana yang begitu besar akan membuka
peluang untuk terjadinya korupsi. pembahasan RUU IKN dilakukan secara tergesa-
gesa dan hanya memakan waktu selama 42 hari hingga pengesahannya. Waktu
tersebut merupakan durasi yang tidak memungkinkan untuk pembentukan suatu
Undang-Undang ( Saputro, 2022)
Dalam indikator yang ada yaitu kesediaan untuk membuat pilihan, pemahaman
terhadap masalah yang baik, kreatif dalam pemecahan masalah, kesedian menerima
saran dan lain-lain, siap menerima berbagai konsekuensi yang akan diterima,
menentukan pilahan yang benar, adanya kemampuan menilai berbagai hal terhadap
cara pandang sesuatu, konsisten dan berkomitmen dalam setiap pengambilan
keputusan. Dalam indikator tersebut tekhusus dalam resiko yang akan diterima
14
yaitu banyaknya pro dan kontra terhadap keputusan pemindahan Ibu Kota Negara
ini.
petisi yang dikeluarkan untuk menolak pemindahan Ibu Kota Negara ini juga
menjadi peringatan dan resiko yang mungkin akan terjadi jika pemindahan Ibu Kota
Negara betul terjadi seperti besarnya resiko korupsi yang mungkin terjadi
mengingat dana yang dikeluarkan sangat besar, dan juga mungkin akan
terabaikannya berbagai sektor yang mungkin seharusnya lebih di utamakan, seperti
masih banyaknya daerah terpencil yang membutuhkan fasilitas Pendidikan demi
meningkatkan sumber daya manusia, dan lain sebaganya. disisi lain kita lihat
berdasarkan biaya yang begitu banyak dikeluarkan untuk memindahkan IKN,
seharusnya pemerintah berfikir juga apakah tepat waktunya sekarang untu
pemindahan IKN. indonesia yang sedang menghadapi covid-19 memerlukan biaya
yang begitu banyak untuk pemulihan. salin itu kondisi daerah terpencil yang masih
minim fasilitas perlu diperhatikan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kita ambil kesimpulan. Keputusan yang diambil oleh
pemerintah dalam pemindahan IKN merupakan sebuah keputusan yang diangkat
berdasarkan tujuan mewujudkan Visi Indonesia 2045 yaitu Indonesia
Maju, ekonomi Indonesia akan masuk 5 besar dunia pada tahun 2045. Dan
dibutuhkanya pemindahan IKN untuk mempermudah transformasi ekonomi. Selain
itu dasar keadaan Jakarta yang tidak memungkinkan lagi menjadi IKN dikarenakan
permasalahan kependudukan seperti macet, padat, dan sering terjadinya masalah
seperti banjir dan lainya. Dalam hal ini bentuk keputusan yang diambil adalah
keputusan alanalitik dan direktif.
16
3.2 Saran
Dalam hal ini menurut saya didalam mengambil keputusan hal yang dilakukan
paling penting adalah menimbang berbagai keadaan yang ada dan masalah mana
yang harus diprioritaskan untuk segrera diselesaikan. Selain itu kita sebagai
manusia janganlah tergesa-gesa didalam mengambil keputusan, karena keputusan
yang kita ambil sangat menentukan bagaiamana nasib kita kedepanya. Menimbang
berbagai hal dengan menitik beratkan pada kebutuhan dan kondisi yang ada
merupakan hal yang dapat kita lakukan sebagai makhluk yang memiliki akal dan
memanfaatkanya dengan baik.
Masuk kedalam makalah tadi saran saya kita sebagai warga negara wajar saja
dalam mengemukakan argumentasi terhadap setiap keputusan pemerintah baik
mendukung maupun menolak keputusan tersebut karena itu merupakan hak kita
sebagai warga negara dalam mengemukakan pendapat karena dengan adanya
masukan dari masyarakat berarti itu merupakan sebuah peringatan yang mungkin
sangat dibutuhkan pemerintah didalam mengambil setiap keputusan yang akan
dikeluarkan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ayundari. (2022). Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara. In kemenkeu.co.id (p. 1).
kemenkeu.co.id. Retrieved from https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-
kalbar/baca-artikel/14671/Urgensi-Pemindahan-Ibu-Kota-Negara.html
Nugroho, S. P., SN, A., & Pulungan, R. (2012). Pengembangan Model Sistem
Pendukung Keputusan Kelompok dengan Metode Multi-Stage Multi-Attribute
Group Decision Making. Proceedings of the First Symposium in Industrial
Technology (SINTECH-1).
Pratiwi, D. R., Eva Tuckyta Sari Sujatna, E. T. S., & Indrayani, L. M. (2020). A
Cognitive Semantic Analysis of Conceptual Metaphor in Lang Leav’s Poetry.
International Journal of English Literature and Social Sciences.
18
https://doi.org/10.22161/ijels.54.16
19