Anda di halaman 1dari 25

KERTAS KERJA PERORANGAN

JUDUL :

ANALISIS YURIDIS KEWENANGAN JAKSA PENGACARA NEGARA

DALAM MELAKUKAN PEMBUBARAN PERSEROAN TERBATAS

(STUDI KASUS PENETAPAN NOMOR:659/Pdt.P/2020/PN.Jkt.Brt. ATAS

NAMA TERMOHON PT GEMILANG SUKSES GARMINDO)

DIAJUKAN OLEH

NAMA : AISHA RAYYAN, S.H.

KELAS : PPPJ IX

NO. PESERTA : 07

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN JAKSA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEJAKSAAN RI

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama Penulis panjatkan segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena atas kasih dan karunia-Nya Penulis telah diberikan kesehatan

dan kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan Kertas Kerja Perorangan ini

dengan judul ANALISIS YURIDIS KEWENANGAN JAKSA PENGACARA

NEGARA DALAM MELAKUKAN PEMBUBARAN PERSEROAN

TERBATAS (STUDI KASUS PENETAPAN

NOMOR:659/Pdt.P/2020/PN.Jkt.Brt. ATAS NAMA TERMOHON PT

GEMILANG SUKSES GARMINDO) yang merupakan salah satu syarat untuk

kelulusan dalam Pendidikan Pelatihan Pembentukan Jaksa Tahun 2021.

Terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan kepada pihak-pihak

yang telah membantu Penulis dalam penulisan Kertas Kerja Perorangan baik

secara langsung maupun tidak langsung, yaitu :

1. Bapak TONY TRIBAGUS SPONTANA, S.H., M.Hum., selaku Kepala

Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI;

2. Bapak Dr. Jaya Kesuma, S.H., M.H., selaku Sekretaris Badan Pendidikan

dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia

3. Bapak JUDHY SUTOTO, S.H., selaku Kepala Pusat Diklat Teknis

Fungsional Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI;

i
4. Bapak Dr. MUSLIKHUDDIN, S.H., M.H., selaku Kepala Bidang

Penyelenggara Diklat Teknis Fungsional (DTF) Badan Pendidikan dan

Pelatihan Kejaksaan RI;

5. Bapak R. NARENDRA JATNA, S.H., LLM., selaku pembimbing dalam

penulisan Kertas Kerja Perorangan;

6. Bapak DR. REDA MANTHOVANI, S.H., LLM., selaku penguji dalam

presentasi Kertas Kerja Perorangan (KKP) Penulis;

7. Seluruh Widyaiswara di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan

Republik Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

membuka wawasan Penulis dalam Diklat PPPJ LXXVIII Tahun 2021;

8. Terkhusus bagi mamah Nanin Sri Wahyuni dan bapak Agus Wahyudin,

kakak-kakak Mabruri Jurnalis Wahyudin, Sofie Maulida, Korrie Salsabila,

adik Faturrahman Farid Wahyudin, keponakan-keponakan kesayangan ateu

Rafif Zahiruddin Pasha, Akeela Asha Wahyudin, Tathyana Kiara Bhumi,

for endless supports and love during my PPPJ;

9. Teman sekamar di 309, Dewinda Raisa Hasani, who always stick around me

in thick and thin during PPPJ;

10. Rekan-Rekan PPPJ Angkatan 78 Kelas IX yang selalu memberikan support

dan sharing pendapat sehingga Kertas Kerja Perorangan (KKP) ini dapat

selesai tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa penulisan Kertas Kerja Perorangan ini jauh dari

ii
kata sempurna dan terdapat banyak kekurangan dan kelemahan di berbagai aspek.

Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kemajuan Penulis di

masa mendatang.

Kiranya penulisan Kertas Kerja Perorangan ini memberikan manfaat

tidak hanya bagi Penulis namun juga bagi siapa pun yang membacanya.

Jakarta, Desember 2021

Penulis

AISHA RAYYAN, S.H.

iii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................9

C. Maksud dan Tujuan............................................................................9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaksa Pengacara Negara......................................................................11

1. Pengertian Jaksa Pengacara Negara............................................11

2. Tugas Jaksa Pengacara Negara....................................................12

3. Visi dan Misi Jaksa Pengacara Negara........................................15

4. Tujuan Jaksa Pengacara Negara..................................................17

5. Fungsi Jaksa Pengacara Negara...................................................19

B. Badan Hukum.....................................................................................21

C. Pembubaran Perseroan Terbatas.........................................................22

1. Tinjauan Umum Perseroan Terbatas...........................................22

2. Pembubaran Perseroan Terbatas..................................................24

iv
III. PEMBAHASAN

A. Kasus Posisi.......................................................................................27

B. Landasan Teori...................................................................................28

1. Teori Organ atau Teori Peralatan................................................28

2. Teori Harta Kekayaan Bertujuan dari Brinz................................29

3. Teori Kenyataan Yuridis dari E.M Meijers.................................30

4. Teori Openbaar Ministrie............................................................30

C. Fakta dan Analisis Yuridis.................................................................31

1. Pembubaran Perseroan Terbatas oleh Jaksa Pengacara Negara

Terhadap Tindak Pidana Perpajakan.............................................51

2. Akibat Hukum Pembubaran PT Gemilang Sukses Garmindo

Terhadap Harta Kekayaan Perseroan.............................................

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................60

B. Saran....................................................................................................61

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................vii

BIODATA PENULIS..........................................................................................ix

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses terjadinya perubahan-perubahan pada masyarakat di

dunia pada dewasa ini merupakan suatu gejala yang normal yang

pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian lain dari dunia,

antara lain berkat adanya komunikasi modern dengan taraf teknologi

yang berkembang dengan pesatnya. Penemuan-penemuan baru di bidang

teknologi, terjadi suatu revolusi, modernisasi pendidikan dan lain-lain

kejadian yang di suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh

masyarakat-masyarakat lain yang bertempat tinggal jauh dari pusat

terjadinya peristiwa tersebut di atas. Perubahan-perubahan dalam masyarakat

dapat mengenai nilai-nilai, kaidah-kaidah, pola-pola perilaku,

organisasi, struktur lembaga-lembaga sosial, stratifikasi sosial,

kekuasaan, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Adanya Dalam proses perubahan ada yang diharapakan dan ada pula

yang tidak diharapkan, Pada dewasa ini proses perubahan-perubahan sosial

yang tejadi, dapat diketahui karena adanya kecenderungan-kecenderungan

tertentu, antara lain: pertama, Tidak ada masyarakat yang stagnant , kedua,

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga social tertentu, cenderung

untuk diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial

1
lainnya. Ketiga, Perubahan-perubahan sosial yang cepat, biasanya meng-

akibatkan terjadinya disorganisasi yang sementara sifatnya didalam proses

penyesuaian diri; keempat, Perubahan-perubahan sukar untuk dapat

diisolasikan pada bidang kebendaan atau bidang spirituil saja, (kelima, Hasil-

hasil positif dan perubahan yang direncanakan pada umumnya

tergantungpada sinkronisasi antara fektivitas menanamkan unsur-unsur yang

baru, kekuatan-kekuatan menentang dari masyarakat dan kecepatan menana

unsur-unsur yang baru 1

Dalam masyarakat yang sedang mengalami peralihan dari terbelakang ke

proses modernisasi seperti Indonesia banyak mengalami perubahan-

pembaruan, bahkan tidak jarang terjadi terjadi pergeseran, baik pada

tingkatan structural, dan organisasi masyarakat (transformasi struktural), juga

menyangkut norma dan nilai (tranformasi kultural).2 Pada umumnya

perubahan sosial terjadi disebabkan oleh bertambahnya penduduk, penemuan

teknologi dan juga berkembangnya ilmu pengetahuan.

Dalam sejarah peradaban manusia, perubahan-perubahan yang terjadi di

bidang ekonomi, sosial, politik, kekuasan dan hukum merupakan satu

rangkaian yang berjalan berbarengan, hukum diperlukan untuk memastikan

kelancaran jalannya berbagai elemen lain, di bidang politik misalnya hukum

di perlukan agar kekuasan tidak terjadi kesewenangan, di bidang ekonomi

didayagunakan menjaga kepaatian. Dewasa ini timbul perdebatan tentang

1
Soekanto, Soerjono, 1981, Fungsi Hukum Dan Perubahan Sosial, Bandung:
Alumni, 2-3.
2
Praja, Juhaya S, Teori Hukum Dan Aplikasinya, Bandung: Pustaka Setia, 2011,
hlm. 43

2
cara memfungsikan hukum di tengah perubahan sosial tersebut, apapakah

hukum hanya mengikuti perubahan yang terjadi atau hukum harus di

fungsikan sebagai pemadu perubahan sosial sebagaimana yang di ungkap di

atas.

Kalau dicemati secara cermat, sebelum memasuki era modern, hukum

disibukkan dengan pencarian serta sekaligus di manfaatkan untuk sekedar

mengatur ketertiban, dan menjamin keadilan ditengah masyarakat. Lepas dari

hukum, terutama di era modern mulai di perdayakan untuk didayagunkan

bagi kepentingan pembangunaan, karena sifatnya yang memaksa sangat

efektif untuk memuluskan agenda-aganda tersebut.

Dalam perjalannya juga ternyata hukum semakin menjauhkan diri dari

hal-hal yang bersifat suprarasional sehingga kemudian tidak salah Lawrence

M.Friendman menyatakan di eropa sedikit sekali orang percaya hukum itu

datang dari Tuhan, melalui wahyu dan ilham, mereka mengaggap hukum

harus bersumber dari mereka sendiri3 pandangan inilah yang disebut sebagi

mazhab positifisme, mazhab positivism ini yang menjadi habitat kuat

pemberdayaan hukum sebagai alat perubahan sisal. Frtijof Capra menyebut

mazhab positivisme yang pengaruhi oleh paradigm Cartesian-nowtonian

berkonstribusi signifikan atas masalah-masalah yang pelit di pecahkan era

kini

Selaras dengan pross perubahan sosial tersebut, terbentuk pula sistem

ketata negaraan yang lebih mapan, dengan munculnya konsep Negara hukum,
3
Lawrence M.Friendman, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, Bandung: Nusa Media,
2009

3
Negara konstitusional, dengan berbagai doktrin dan ajarannya.

Di bidang ekonomi Era modernism di tandai dengan munculnya

industrialisasi, kapitalisasi. Kapitaslime tidak akan bisa berkembang tanpa

adanya satu kepastian atau jamanian kepastian hukum, untuk itu hadirnya

hukum yang dapat memberikan kepastian merupakan prasyarat bagi habitat

perkembangan kapitalisme.

Akibat dari industrialisasi dan bertambahnya penduduk di satu sisi

mendorong terjadinya kesenjangan-kesenjangan sosial, berubahnya tingkah

laku, persepsi dan dll, karena era modern yang ditandai dengan arus

industrialisasi, modernisasi dan akhirnya pada jaman globalisasi itu,

pembanguna pada sector tertentu mempengaruhi sector sosial lainya,

terutama sekali pembangunan pada sektor ekonomi, bertambahnya penduduk

dll, maka dari itu hukum juga tidak bisa lagi menghidarkan diri dari efek

pembangunan tersebut, maka tepat apa yang dikatakan Friedman bahwa

hukum adalah entitas yang paling rentan dan sangat cepat terkena perubahan

sosial.

Karenanya pada dewasa ini, pembicaraan mengenai hubungan hukum

dan perubahan sosial, terus mendapat tempat di dunia akademik dan juga

praktik kehidupan sosial, politik dan kekuasaan, perdebatan sejauhmana

kemampuan hukum untuk melakukan atau mendorong terjadinya perubahan

sosial pada sektor-sektor kehidupan sosial dan juga kapan seharusnya hukum

untuk berubah ketika terjadi perubahan pada sektor lain menjadi tema

pembicaraan dalam tulisan ini.

4
B. RUMUSAN MASALAH

Dalam tulisan ini perumusan masalah akan dibatasi pada :

1. Apakah yang menajdi faktor determina dalam hubungan hukum dan

perubahan sosial)?

2. Bagaimana perdebatan dua kutub antara mereka yang melihat hukum

sebagai social control/kaidah dan mereka yang melihat hukum Sebagai

Social Enginnering/kenyataan.?

C. MAKSUD TUJUAN

Maksud dari dibuatnya tulisan ini adalah untuk diajukan sebagai salah

satu persyaratan agar Penulis dapat dinyatakan lulus dari Pendidikan dan

Pelatihan Pembentukan Jaksa angkatan LXXVIII Tahun 2021 di Badan

Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia. Adapun tujuan dari

penulisan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah tindak pidana perpajakan yang dilakukan oleh

PT Gemilang Sukses Garmindo dapat diajukan permohonan pembubaran

Perseroan Terbatas (PT) oleh Jaksa Pengacara Negara (studi kasus

Penetapan Nomor: 659/Pdt.P/2020/PN.Jkt.Brt. atas nama Termohon PT

Gemilang Sukses Garmindo).

2. Untuk mengetahui akibat hukum pembubaran PT Gemilang Sukses

Garmindo terhadap harta kekayaan perseroan yang dilakukan oleh Jaksa

5
Pengacara Negara.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. HUKUM DAN PERUBAHAN SOSIAL TELAAH FAKTOR

DETERMINAN

PT , pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga-lembaga sosial,

stratifikasi, kekuasaan, interaksi sosial, dan lain Sebagainya. Oleh karena

luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut, maka

bila seseorang hendak membuat uraian tentang perubahan- perubahan

masyarakat, terlebih dahulu harus dibuat ruang lingkup yang tegas mengenai

hal yang dimaksudkan olehnya. Untuk memberikan batas tersebut, maka

perlu diketahui, bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan

pada lembaga-lembaga sosial di dalam suatu masyarakat, yang

mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai- nilai, sikap-

sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat

(Selo Soemardjan: 1962). Jelaslah bahwa perubahan-perubahan tersebut akan

menyebabkan terjadinya masalah-masalah, yakni (S.N. Eisenstadt (ed),

1968): Pertama Pada taraf pribadi atau individu, maka timbul masalah

bagaimana mengamankan identitasnya sebagai manusia, sebagai warga

masyarakat, dan sebagai penganut tradisi kebudayaan tertentu. Kedua Pada

taraf strukturil timbul masalah bagaimana mengorganisasikan pola peranan

dan kelompok-kelompok yang baru. Ketiga Pada taraf kebudayaan timbul

7
masalah, bagaimana membentuk tradisi baru, yang akan dapat menjadi

pedoman bagi warga masyarakat, di dalam masa transisi.

Masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Perbedaan perubahan


1
8
yang satu dengan yang lain ditentukan pada sifat atau tingkat perubahan itu

sendiri, begitu juga halnya dengan perubahan hukum. Perubahan hukum

terjadi apabila dua unsurnya telah bertemu pada satu titik singgung, yaitu: 4
7
(1) keadaan baru yang timbul dan (2) kesadaran akan perlunya perubahan

pada masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Menurut Sinzheimer:

“Syarat-syarat bagi terjadinya perubahan pada hukum itu baru ada, manakala

dengan terjadinya perubahan-perubahan (timbulnya hal-hal yang baru) itu

timbul emosi-emosi pada pihak-pihak yang terkena, yang dengan demikian

akan mengadakan langkah-langkah menghadapi keadaan itu serta menuju

kepada bentuk-bentuk kehidupan yang baru.” Selain itu, Arnold M. Rose

mengemukakan adanya tiga teori umum perihal perubahan-perubahan sosial,

yang kemudian dihubungkan dengan hukum, yaitu: (1) kumulasi yang

progresif daripada penemuan-penemuan di bidang teknologi, (2) kontak atau

konflik antara kebudayaan, dan (3) gerakan sosial (social movement).

Menurut ketiga teori tersebut, maka hukum lebih merupakan akibat daripada

faktor penyebab terjadinya perubahan-perubahan sosial.

Apabila ditelaah perihal apa yang menjadi sebab terjadinya suatu

perubahan, maka pada umumnya dapat dikatakan bahwa unsur yang dirubah

4
Pembangunan Hukum Dan Konflik Undang-Undang Bidang Sektoral Satjipto
Rahardjo. Hukum dan Masyarakat. Ang- kasa Bandung, Bandung, 1986, hlm.
101.

8
biasanya merupakan unsur yang tidak memuaskan lagi bagi masyarakat. Ada

pun sebabnya masyarakat merasa tidak puas lagi terhadap suatu unsur

tertentu adalah mungkin karena ada unsur baru yang lebih memuaskan

sebagai pengganti unsure yang lama. Mungkin juga terjadi bahwa perubahan

diadakan oleh karena harus ada penyesuaian terhadap unsur-unsur lain yang

telah mengalami perubahan-perubahan terlebih dahulu.

Pada umumnya dapatlah dikatakan, bahwa sebab-sebab terjadinya

perubahan sosial dapat bersumber pada masyarakat itu sendiri dan ada yang

letaknya di luar masyarakat lain atau dari alam sekelilingnya. Sebab-sebab

yang bersumber pada masyarakat itu sendiri adalah antara lain, bertambah

atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan-

pertentangan dan terjadinya revolusi. Suatu perubahan sosial dapat pula

bersumber pada sebab- sebab yang berasal dari lingkungan alam, peperangan,

pengaruh kebudayaan masyarakat lain, dan seterusnya.

Senada dengan Marx Weber dan Durkheim, Arnold M. Rose

mengemukakan teori umum tentang perubahan sosial hubungannya dengan

perubahan hukum. Menurutnya, perubahan hukum itu akan dipengaruhi oleh

tiga faktor; pertama, adanya komulasi progresif dari penemuan-penemuan di

bidang teknologi; kedua, adanya kontak atau konflik antarkehidupan

masyarakat; dan ketiga, adanya gerakan sosial (social movement). Menurut

teori-teori di atas, jelaslah bahwa perubahan hukum lebih merupakan akibat

dari pada faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial.5


5
isu-isu dan masalah perubahan sosial, www.upi.edu.

9
Di samping hal-hal tersebut di atas, maka perlu juga disinggung faktor-

faktor yang mungkin mempengaruhi jalannya atau berlangsungnya perubahan

sosial, yaitu faktor yang mendorong atau menunjang dan yang menghambat.

Diantara faktor-faktor yang mendorong dapatlah disebutkan kontak dengan

kebudayaan lain, sistem pendidikan yang maju, toleransi terhadap perilaku

yang menyimpang, stratifikasi yang terbuka, penduduk yang heterogen, dan

ketidak puasan terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Daya pendorong

faktor-faktor tersebut dapat berkurang karena adanya faktor-faktor yang

menghambat, seperti kurangnya atau tidak ada hubungan dengan masyarakat

lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang

terlalu tradisionalistis, adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam

dengan kuat sekali, rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi

kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru, hambatan-hambatan yang

bersifat ideologis, dan mungkin juga adat istiadat yang melembaga dengan

kuat.6

Selaras dengan itu Prof Tjip menyatakan, faktor-faktor terjadinya

perubahan sosial itu adalah, masalah kependudukan, habitat fisik, teknologi

dasn struktur-struktur masyarakat serta kebudayaan. 10 Posisi hukum dalam

hal ini bisa menjadi pendorong, sekaligus penghambat terjadinya perubahan

sosial. Faktor eksternal dalam hal ini faktor global sering kali menjadi

penyebab terjadinya perubahan. Globalisasi dalam bentuk pola perdagangan,

komunikasi, dan pembangunan merupakan salah satu faktor yang mendorong

6
B. Bettelheim & M. Janowtz : 1964.

10
perubahan hukum. Dalam keadaan seperti itu, nilai-nilai dan rentetan efek

bawaan global tersebut tidak bisa di isolasi apalagi di hindari, maka tidak

jarang kemudian muncul resistensi atas nilai-nila global tersebut, resistensi

ini dalam kajian perbandingan hukum di akibatkan oleh ketidak padanan

antara hukum dan masyarakat yang menjadi adresat ilmu hukum itu

(mismatch between law and society). Lalu kemudian melahirkan banyak

konsep-konsep, mulai dari harmonisasi, konvergensi, divergensi, unifikasi,

standarisasi, dan campuran (mixing).7

B. PERRDEBATAN DUA KUTUB TENTANG PERUBAHAN HUKUM

DAN PERUBAHAN MASNYARAKAT

Perseroran Sudikno Mertokusumo (1991: 5) dalam Ahmad Ali mendukung

pandangan van Gerver dan Eijten dalam theorie en prektijk van de rechtvinding. Ia

menyatakan, dalam penemuan hukum di kenal dua padangan yang saling

berseberangan, yaitu aliran progresif vs aliran konservatif, aliran progresif

menginginkan hukum dan peradilan harus menjadi alat untuk mencapai perubahan

sosial, sedangkan aliran konservatif berpandangan sebaliknya, bahwa hukum

hanyalah alat mencegah kemerosotan moral dan nilai-nilai lain. 12 Ada yang melihat

hukum sebagai kaidah, dan ada yang melihat hukum sebagai kenyataan, dalam

perspektif hukum sebagai kenyataan ini melihat hukum bukan sebagai wilayah yang

otonom, karena hukum dalam kenyataan tidak pernah terlepas dari masalah sosial,

7
Dr. Hari Purwadi, S.H., M.H, Reoformasi Hukum Nasional: Problem dan Prospeknya,
dalam Prof. Dr. Satya Ariananto, S.H., M.H., dan Ninuk Triyanti, S.H., M.H, Memahami
Hukum: Dari Konstruksi Sampai Implementasi, Jakarta: Rajawa- li Press, 2011, hlm.
64-65.

11
budaya, ekonomi, agama, dan politikHukum sesungguhnya merupakan sarana

pengintegrasi, oleh karenanya, maka hukum akan dijabarkan kedalam dua fungsi

pokok yang sekaligus mewaki mazhab dan konsep hukum itu sendiri, yaitu; pertama

fungsi hukum sebagai sarana control sosial (social oreder), dan kedua fungsi hukum

sebagai sarana perubahan sosial (social enginnering). Dalam kaitannya dengan

perubahan sosial, fungsi hukum yang pertama akan selalu melakukan penyesuai diri

dengan perubahan yang ada, sementara fungsi hukum yang kedua akan menjadi

pelopor perubahn sosial.8

Aspek bekerjanya hukum, dalam perspektif sebagai fungsi control

bersifat statis, ia hanya sekedar memecahkan persoaalan yang dihadapkan

kepadanya secara konkret, yaitu mengatur hubungan sosial yang ada, denagn

kata lain fungsi hukum dalam hal ini mempertahankan pola yang sudah ada.

Sebaliknya fungsi hukum sebagai SE di orientasikan tidak tidak ditujukan

kepada pemecahan maslah yang ada, melainkan berkeinginann untuk

menimbulkan perubahan- perubahan dalam tingkah laku anggota-anggota

masyarakat.9 Berikut akan dipaparkan perbedaan dua cara pandang tentang

memfungsikan hukum, dan kapan seharusnya hukum berubah:

a) Pandangan Hukum Sebagai Kaidah (Social Control)

b) Hukum sebagai kenyataan (a tool of social engineering)

c) Social enginnering dengan peraturan perundang-undangan

d) Social enginnering lewat pengadilan

8
Prof. Dr. Satjipto Rahardjo, S.H., op.cit., hlm. 56-57.
9
Ibid. Hlm 112

12
.

13
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan terhadap fakta dan analisa yuridis diatas,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bahwa PT Gemilang Sukses Garmindo terbukti melanggar Pasal 39 A

huruf a UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan atas tindak pidana perpajakan. Atas hal tersebut maka

terhadap PT Gemilang Sukses Garmindo maka Jaksa Pengacara Negara

dalam menjalankan tugas dan kewenangannya di bidang penegakan

hukum dapat melakukan pengajuan permohonan pembubaran Perseroan

Terbatas pada PT. Gemilang Sukses Garmindo. Hal ini sejalan

sebagaimana diatur didalam Pasal 146 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yakni Pengadilan

negeri dapat membubarkan Perseroan atas permohonan kejaksaan

berdasarkan alasan Perseroan melanggar kepentingan umum atau

Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-

undangan.

2. Bahwa akibat hukum pembubaran PT Gemilang Sukses Garmindo maka

dilakukan likuidasi terhadap harta kekayaan perseroan namun perseroan

14
tidak kehilangan status badan hukum sampai dengan selesainya likuidasi

dan pertanggungjawaban likuidator diterima oleh pengadilan. Proses

pengakhiran status badan hukum PT dimulai sejak pemberhentian direksi

dan dewan komisaris. Setelah terjadinya pembubaran, keberadaan dari

direksi praktis tidak dibutuhkan lagi karena secara hukum seluruh

kewenangannya dalam pengurusan PT beralih kepada likuidator. Setelah

likuidator memenuhi seluruh kewajibannya maka dilakukan

pengumuman berakhirnya status badan hukum dengan menghapus nama

PT dari daftar perseroan dan mengumumkannya pada BNRI.

B. SARAN

1. Bahwa perlu adanya aturan lebih lanjut mengenai kriteria melanggar

peraturan perundang-undangan dalam melakukan pembubaran Perseroan

Terbatas karena hal tersebut masih bersifat dinamis mengingat belum

adanya aturan khusus mengenai batasan melanggar peraturan perundang-

undangan dalam pembubaran Perseroan Terbatas serta batasan mengenai

kewenangan Jaksa Pengacara Negara apakah hanya terbatas pada

permohonan saja atau sampai pada berakhirnya permohonan pembubaran

PT.

2. Bahwa perlu adanya aturan lebih lanjut yang secara khusus mengatur

mengenai likuidasi Perseroan Terbatas. Hal ini mengingat likuidasi hanya

diatur didalam beberapa pasal saja didalam Undang-Undang Nomor 40

15
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan beberapa ketentuan lain yang

secara khusus diatur didalam undang-undang.

16
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku/Literatur

Palguna, Dewa Gede, 2013, Pengaduan Konstitusional (Constitutional

Complaint) Upaya Hukum Terhadap Pelanggaran Hak-Hak

Konstitusional Warga Negara, Jakarta: Sinar Grafika.

Harahap, M Yahya,2011, Hukum Perseroan Terbatas Jakarta, Sinar

Grafika.

Soekanto Soerjono, 1983, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum, Jakarta, UI Press.

Marbun Rocky,2012, Kamus Hukum Indonesia, Jakarta: Transmedia

Pustaka.

Suramono Gatot, 2007, Hukum Perseroan Terbatas Jakarta : Djambatan.

Khairandy Ridwan. 2009. Perseroan Terbatas: Doktrin Peraturan

Perundang-undangan dan Yurisprudensi. (Yogyakarta: Kreasi

Total Media).

Prayoga Andhika, 2020, Hukum Pembubaran, Likuidasi, dan Pengakhiran

Status Badan Hukum Perseroan Terbatas, ( Yogyakarta: Andi).

Rido Ali, 1983, Badan Hukum dan kedudukan badan hukum perseroan,

perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni).

B. Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Terkait

vii
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia

Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Peraturan Presiden R.I. Nomor 38 tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kejaksaan R.I

Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :

PER-025/A/JA/11/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penegakan

Hukum, Bantuan Hukum, Pertimbangan Hukum, Tindakan Hukum

Lain dan Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha

Negara

Himpunan petunjuk Jaksa Agung Muda Perdata Dan Tata Usaha Negara

(JAMDATUN), XXII, Penerbit: Kejaksaan Agung RI

C. JURNAL

Jimly Asshiddiqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, https://pn-

gunungsitoli.go.id/assets/image/files/Konsep_Negara_Hukum_Ind

onesia.pdf.

D. Sumber lain

Datunkejaritakengon.blogspot.com/p/artikel-hukum.html

BIODATA PENULIS

viii
Nama : Aisha Rayyan, S.H.

Pangkat / Golongan : Yuana Wira TU / IIIa

NIP / NRP : 19950301 201902 2 011 / 6199598

Diklat : PPPJ LXVIII Tahun 2021

Kelas / Nomor Peserta : IX / 07

Pengalaman Bertugas : Pada Tahun 2019 bertugas sebagai Analis

Penuntutan (Calon Jaksa Ahli Pertama) pada

Cabang Kejaksaan Negeri Tana Toraja di

Rantepao

Alumni : Universitas Pasundan

ix

Anda mungkin juga menyukai