Anda di halaman 1dari 182

1

• I

MATERI POKOK
Materi Pokok Bidang Studi Politik
Penulis TIM POKJA Politik
1. Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr
2. Mayjen TNI Widagdo H. Sukoco
3. Kisnu Haryo, S.H, M.A
4. Drs. Edijan Tanjung, M.Si.
5. Mayjen TNI (Purn) A. Wahab Mokodongan
6. Dr. Sukendra Martha, M.Sc., M.App.Sc.
ISBN 978-602-6662-05-7
Cetakan Keempat : Tahun 2019
Penerbit Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia
JI. Merdeka Selatan 10, Jakarta Pusat
Editor Direktorat Materi Pendidikan
Deputi Bidang Pendidikan Pim pi nan Tingkat Nasional

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk
dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional
Republik Indonesia

Sambutan
Bahan ajar merupakan instrumen pokok dalam setiap pendidikan,
seperti pendidikan di Lemhannas RI yang menyelenggarakan Program
Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LIX dan (PPSA) XXII Tahun 2019
Lemhannas RI. Bahan ajar dengan rancangan kurikulum tertentu, akan
menOgarahkan hasil kompetensi lulusan yang diinginkan. Oleh karenanya,
penyediaan bahan ajar dengan isi dan kualitas yang baik, senantiasa
menjadi perhatian yang utama bagi Lemhannas RI.

Dihadapkan pada dinamika tantangan dan kebutuhan kompetensi


lulusan pendidikan, Lemhannas RI terus berupaya untuk meningkatkan
kualitas bahan ajar. Peningkatan kualitas ini dilakukan melalui kajian-
kajian mendalam yang dilakukan oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja)
Penyusunan Bahan Ajar yang ditunjuk, dengan melibatkan para ahli
sesuai Bidang Studi (BS) masing-masing beranggotakan dari dalam
maupun luar Lemhannas RI.

Melalui bahan ajar Bin-Gatra (terdiri dari: BS Geografi, BS Demografi,


BS Sumber Kekayaan Alam, BS ldeologi, BS Politik, BS Ekonomi, BS Sosial
Budaya, BS Hukum dan HAM, BS lptek, BS Hankam), diharapkan lulusan
peserta pendidikan Lemhannas RI disamping memiliki kompetensi
menjadi pemimpin negarawan dan visioner juga menjadi pemimpin
yang memiliki karakter kepemimpinan Strategis. Sesungguhnya

Materi Pokok Bidang Studi Politik


kompetensi inilah yang saat ini dan ke depan dibutuhkan oleh bangsa
Indonesia, agar mampu mengelola kehidupan bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di era globalisasi persaingan antar
bangsa-bangsa di dunia.

Akhirnya, saya selaku Gubernur Lemhannas RI menyampaikan


terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada Tim Pokja Penyusunan
Bahan Ajar.

Semoga bahan ajar ini dapat memperluas cakrawala pandang


dan meningkatkan kompetensi kepemimpinan peserta lulusan
Lemhannas RI sebagaimana seperti yang diharapkan. Serta bahan ajar
ini bermanfaat bagi semua pihak, baik yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan di Lemhannas RI maupun masyarakat
akademik lainnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
bimbingan dan petunjuk serta perlindungan kepada kita sekalian dalam
menjalankan tugas dan pengabdian kepada Negara.

Jakarta, Januari 2019

Gubernur
Lembaga Ketahanan Nasional
Republik Indonesia

Agus Widjojo
Letnan Jenderal TNI (Purn)

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Kata Pengantar
DEPUTI PENDIDIKAN PIMPINAN TINGKAT NASIONAL
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena hanya dengan petunjuk dan rahmat-Nya, Kelompok Kerja
(Pokja) Bin-Gatra terdiri dari: BS Geografi, BS Demografi, BS Sumber
Kekayaan Alam, BS ldeologi, BS Politik, BS Ekonomi, BS Sosial Budaya, BS
Hukum dan HAM, BS lptek, BS Hankam, telah menyelesaikan hanjar yang
akan dipergunakan sebagai panduan bagi Tenaga Ahli Pengajar, Tenaga
Ahli Pengkaji, Tenaga Profesional / Narasumber Lemhannas RI dan Peserta
Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA LIX) dan Peserta Program
Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA XXII) Tahun 2019 Lemhannas RI.

Hanjar ini merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan


dan sasaran pendidikan Lemhannas RI. Namun disadari secara substansial
naskah ini belum sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan
masukan dari para pembaca.

Akhirnya disampaikan penghargaan dan terima kasih kepada


seluruh Kelompok Kerja Bin-Gatra yang telah mencurahkan waktu dan
pemikirannya dalam penyelesaian hanjar ini, semoga Tuhan Yang Maha
Esa selalu memberikan kekuatan kepada kita dalam menjalankan tugas
dan pengabdian kepada Bangsa dan Negara.

Jakarta, Januari 2019


Deputi Pendidikan
Pimpinan Tingkat Nasional

Karsiyanto, SE
Mayor Jenderal TNI

Materi Pokok Bidang Studi Politik


• Materi Pokok Bidang Studi Politik
DAFTAR ISi

SAMBUTAN
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISi V

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1. Umum............................................................................................. 1
2. Maksud dan Tujuan ................................................................... 4
3. Ruang Lingkup............................................................................ 5

BAB II KONSEP POLITIK.............................................................................. 11


4. Umum............................................................................................. 11
5. Haluan Pandang dan Pengembangan Konsep Politik.. 13
6. Pemahaman Teori Politik......................................................... 18
7. Sejarah dan Perkembangan Politik di Indonesia............ 19
8. Sistem Politik................................................................................ 24
9. Warga Negara sebagai Pelaku Politik.................................. 30
10. Negara sebagai Tata nan Politik ............................................ 33
11. Studi Kasus.................................................................................... 45

BAB Ill SISTEM DEMOKRASI DI INDONESIA....................................... 49


12. Umum............................................................................................. 49
13. Sejarah Sistem Demokrasi di Indonesia............................ 51
14. Penyelenggaraan Pemilu ........................................................ 62
15. Sistem Kepartaian di Indonesia............................................ 71
16. Organisasi Masyarakat............................................................. 73
17. Reformasi Sistem Demokrasi................................................. 74
18. Peran Media Komunikasi ........................................................ 78
19. Peran Masyarakat Madani (Civil Society)............................ 85
20. Studi Kasus.................................................................................... 87

Materi Pokok Bidang Studi Politik


BAB IV SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA INDONESIA................. 93
21. Umum............................................................................................. 93
22. Sejarah Sistem Pemerintahan Negara Indonesia........... 94
23. Amandemen UUD NRI Tahun 1945 ..................................... 101
24. Otonomi Daerah ......................................................................... 104
25. Kebijakan Publik ......................................................................... 126
26. Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah ....... 130
27. Studi Kasus.................................................................................... 134

BAB V PERANAN POLITIK DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN


NASIONAL........................................................................................... 135
28. Umum............................................................................................. 135
29. Keterkaitan Bidang Studi Politik dengan
Bidang Studi Inti......................................................................... 137
30. Keterkaitan Bidang Studi dengan Bidang Studi Gatra.. 144
31. Keterkaitan Bidang Politik dengan Lingkungan Strategis 160

BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 165


32. Um um............................................................................................. 165
33. Kesimpulan................................................................................... 165
34. Saran............................................................................................... 166

DAFTAR PUSTAKA 167


Lampiran 172
CATATAN TIM PENULIS 173
TIM PENULIS EDISI 2018 173

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


PENDAHULUAN

1. Umum

Secara um um istilah politik dipahami hanya sebagai gerakan untuk


merebut, memperoleh, dan mempertahankan kekuasaan di dalam negara,
sehingga istilah tokoh politik hanya didominasi oleh seseorang yang
memiliki kegiatan tersebut. Sebagai contoh almarhum Prof. Sardjito
bukan pelaku politik, maka tidak dapat disebut tokoh politik, karena tidak
pernah tercatat sebagai pengurus partai politik, bahkan tidak pernah
menjadi anggota Lembaga Negara sebagai pengelola politik nasional.

Makna politik secara proporsional dapat dikatakan sebagai gerakan


membangun bangsa dan negara, sehingga seseorang yang telah dan/atau
sedang berkontribusi dalam pembangunan politik nasional, terutama
dalam penguatan jatidiri bangsa berdasarkan ideologi Pancasila dikatakan
ikut berpolitik. Dilihat dari arti kata politik, yaitu dari polis berarti negara,
dan policy berarti kegiatan mempengaruhi (kebijakan negara), maka
berpolitik diartikan sebagai kegiatan bernegara. Berkaitan dengan arti
kata tersebut, setiap warga negara yang hidup dalam organisasi yang
berwujud negara dapat dikatakan ikut berpolitik. Selain itu seseorang
yang berpolitik dapat dilihat sikap politiknya, apakah mendukung,
membiarkan atau menolak kebijakan negara yang ditetapkan oleh
pemerintah. Jika seorang warganegara tidak ingin ikut dalam kegiatan
politik, misalnya menyatakan sikap netral, maka warganegara tersebut

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dikatakan berpolitik, yaitu politik netral (Machfud, 2018). Oleh karena
itu, para peserta pendidikan, para tenaga ahli pengajar, tenaga ahli
pengkaji, dan tenaga professional di Lembaga Ketahanan Nasional
Republik Indonesia (Lemhannas RI) yang kiprahnya terikat kepada
kebijakan umum yang dikeluarkan oleh penguasa politik yang sah,
termasuk kebijakan dari pimpinan Lemhannas RI, meskipun bersikap
menolak atau mendukung, maupun bersikap netral adalah sedang
berpolitik, disebut politik inspiratif.

Seseorang yang sedang melakukan politik inspiratif, diantaranya


memiliki sikap dan langkah yang menguatkan makna Pancasila sebagai
dasar ideologi negara, dan menguatkan pandangan yang ditanamkan
dalam proses pendidikan di Lemhannas RI untuk masing-masing
mengabdikan dirinya pada posisi kiprahnya secara profesional kepada
kepentingan bangsa dan negara guna membangun kesejahteraan rakyat
selaras dengan arah yang digariskan dalam Pembukaan UUD NRI 1945
dan uraian pasal-pasalnya.

Pada umumnya permasalahan penting dalam politik mencakup


ideologi, pembangunan bangsa, Hak Azasi Manusia, konstitusi, pemilihan
umum, sistem pemerintahan, bentuk negara, hubungan luar negeri,
lingkungan hidup, dan sebagainya. Pelaksanaan politik terkait
permasalahan penting tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua)
tingkatan, yaitu politik inspiratif dan politik praktis. Politik inspiratif, yaitu
politik sebagai ide dan konsep-konsep yang high politics, sedangkan
politik praktis adalah aktivitas yang dilakukan oleh politisi di lingkungan
partai politik, lembaga pemerintahan, dan lembaga politik lainnya yang
sering disebut sebagai low politics. Dalam konteks inilah para perserta
pendidikan, para tenaga ahli dan tenaga profesional di Lemhannas RI
dapat menempatkan dirinya dalam pembangunan politik di Indonesia.

Dalam pelaksanaan program pendidikan pimpinan di Lemhannas


RI, disusun kumpulan materi ajar dalam bentuk bahan ajar yang
dikelompokkan berdasarkan Bidang Studi Inti, Bidang Studi Pembinaan
Gatra dan Strategi, serta keterkaitannya dengan pengaruh lingku ngan
strategis. Bidang politik adalah salah satu gatra dari Ketahanan Nasional

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


yang termasuk dalam aspek sosial karena bersifat dinamis dan
manifestasinya sangat tergantung pada pengaruh kekuasaan. Politik
merupakan suatu rangkaian azas, prinsip, kejadian, jalan, cara, dan alat
yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang dikehendaki.
Politik dalam suatu negara berkaitan dengan kekuasaan yang dijabarkan
dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan publik yang akan
menentukan alokasi sumber daya. Berkaitan dengan hal tersebut,
kemampuan dalam menggerakkan dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama dari para peserta Program Pendidikan Pimpinan
Nasional di Lemhannas RI ini perlu ditingkatkan agar mampu menerapkan
pola pikir, pola sikap, dan pola tindak sesuai ketentuan etika berpolitik
yang berwujud cepat tanggap (responsif) dalam mengantisipasi dan
menghadapi perubahan lingkungan strategik, baik yang datang dari luar
negeri maupun dari dalam negeri.

Para peserta perlu memahami pengertian llmu Politik yang dapat


dipandang sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki
dasar, kerangka, fokus dan ruang lingkup yang jelas, dan berkembang
secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka ilmu politik usianya masih muda
karena lahir pada akhir abad ke-19. Akan tetapi, apabila ilmu politik
ditinjau sebagai pembahasan secara rasional dari berbagai aspek negara
dan kehidupan politik, maka dapat dikatakan ilmu politik sebagai ilmu
sosial yang tertua di dunia, dan pada taraf perkembangan tersebut ilmu
politik banyak bersandar pada sejarah dan filsafat.

Menurut Aristoteles hakikat kehidupan sosial sesungguhnya adalah


politik, karena interaksi dari dua orang atau lebih sudah pasti akan
melibatkan hubungan politik. Politik merupakan suatu rangkaian azas,
prinsip, kejadian, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dikehendaki. Secara umum politik menyangkut
proses penentuan tujuan negara dan pelaksanaannya memerlukan
kebijakan-kebijakan umum guna mengatur, membagi, atau
mengalokasikan sumber-sumber yang ada (Sumarsono dkk. 2016).
Pelaksanaan kebijakan memerlukan kekuasaan dan kewenangan guna
membina kerjasama ataupu menyelesaikan konflik yang mungkin timbul

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dari proses politik (Budiardjo, 2015). Berkaitan dengan hal tersebut,
manusia adalah pelaku politik, sehingga manusia merupakan titik sentral
pembahasan dalam bidang politik. Selain itu kodrat manusia sebagai
makhluk sosial, manusia cenderung untuk hidup berkelompok dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasarnya.

Bentuk kehidupan bersama manusia yang utama (ultimate) adalah


tatanan politik yang dalam abad ke-21 berbentuk negara bangsa (nation
state). Manusia membentuk negara sebagai wadah perkumpulan, dan
menyelenggarakan pemerintahan melalui pembentukan sistem
pemerintahan yang disepakati, dalam hal ini manusia sebagai warga
negara dituntut berperan sesuai tata nilai atau etika yang dianut bersama
dalam upaya meningkatkan martabat dalam berbangsa dan bernegara
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (Good Governance) agar
menjadi warga negara atau bangsa yang baik (Good Citizenship).

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Buku ini disusun sebagai pedoman bagi para Peserta Program
Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA), Program Pendidikan Singkat
Angkatan (PPSA) dan Program Pemantapan Pimpinan Daerah
Angkatan (P3DA), atau program pendidikan lainnya Tahun 2018
yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional Republik
Indonesia. lsi buku telah diselaraskan dengan standar kompetensi
yang harus dimiliki oleh para peserta, yaitu memahami, menganalisis
dan menerapkan sistem politik dan demokrasi serta pemerintahan
negara dalam rangka ketahanan nasional. Secara rinci kompetensi
dasar yang harus dikuasai meliputi(l) kemampuan menganalisis
sejarah sistem politik dan demokrasi, serta pemerintahan negara di
Indonesia; dan (2) kemampuan menganalisis jalannya pemerintahan
negara pasca amandemen UUD NRI 1945 dan menemukan solusi
terhadap berbagai persoalan terkait ketahanan nasional Secara
substansial isi bahan ajar telah disesuaikan dengan tugas pokok,

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


fungsi, tujuan dan sasaran pendidikan di Lembaga Ketahanan
Nasional RI yang diasuh oleh Tenaga Ahli Pengajar Bidang Studi
Politik dan Kewarganegaraan.

b. Tujuan

Pemahaman substansi bahan ajar Bidang Politik ini olehpeserta didik


di Lemhannas RI diharapkan mampu memberikan pemaknaan aktual
pada praktik terbaik perkembangan perpolitikan di Indonesia, dan
wawasan cara berpikir solusi alternatif terhadap fenomena yang
terjadi di masyarakat dan pemerintahan terkini, dengan pendekatan
komprehensif integral menggunakan perspektif ketahanan nasional
di bidang politik, dalam rangka membentuk karakter negarawan,
wawasan strategik, keterampilan penyelesaian masalah strategik,
baik pada lingkup nasional maupun lingkup regional dan global
secara beretika dan bermartabat.

3. Ruang Lingkup

Sesuai dengan tujuan pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional


RI terkait fokus materi bidang Politik, maka ruang lingkup uraian isi buku
ajar ini dibatasi pada pembangunan sistem politik dan demokrasi di
Indonesia yang bermartabat dalam rangka meningkatkan ketahanan
nasional. Secara kontekstual upaya peningkatan ketahanan nasional di
bidang politik harus mampu menunjukkan keselarasan antara bidang
politik dengan bidang lainnya, dalam hal ini keterkaitan bidang studi
politik dengan bidang studi inti, keterkaitan bidang studi politik dengan
bidang studi gatra lainnya, dan keterkaitan bidang studi politik dengan
perkembangan lingkungan strategik. Sebagai contoh, (1) bagaimana
seharusnya pembangunan politik di Indonesia yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional; (2) bagaimana seharusnya
pembangunan politik di Indonesia yang mampu mendorong pemantapan
ideologi Pancasila; (3) bagaimana seharusnya pembangunan politik di
Indonesia yang mampu mendorong kekuatan budaya nasional sebagai
jatidiri bangsa Indonesia; (4) bagaimana seharusnya pembangunan politik
di Indonesia yang mampu mendorong perwujudan pertahanan dan

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


keamanan yang handal; (5) bagaimana memahami, menganalisis dan
menerapkan sistem politik dan demokrasi serta pemerintahan negara
dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional yang tangguh.

Dalam negara yang demokratis harus ada standaryang dipergunakan


untuk mengukur apakah negara tersebut telah melaksanakan sistem
demokrasi secara substansial ataukah masih bersifat formal atau
prosedural. Beberapa pakar menyatakan bahwa ciri demokrasi yang
substansial adalah adanya kebebasan berekspresi dan menyampaikan
pendapat, akuntabilitas publik, transparansi (terbuka untuk diawasi),
prinsip mayoritas harus dijunjung tinggi, pemilu secara berkala dan
teratur, perlakuan dan kedudukan yang sama untuk semua warganegara,
partisipasi yang terbuka untuk semua rakyat, adanya lembaga pengontrol
yang independen, civil society yang tumbuh subur, sirkulasi kepemimpinan
yang berjalan secara rutin, penyelesaian konflik secara damai, pengakuan
dan penghormatan atas adanya perbedaan, peradilan yang bebas dan
mandiri, dan kebebasan pers. Dari ciri demokrasi sebagaimana
disampaikan oleh para pakar tersebut, maka ada dua bangun yang sangat
penting dalam menata kehidupan demokrasi di suatu negara, yaitu
adanya partai politik dan adanya pemilihan umum yang teratur dan
berkala yang diselenggarakan secara langsung, jujur dan adil serta
melibatkan sebesar-besarnya partisipasi rakyat.

Di dalam negara yang menganut sistem demokrasi, partai politik


mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena partai politik
merupakan institusi yang fungsinya diakui oleh negara sebagai alat
(sarana) untuk menyalurkan aspirasi anggota dan menjadi sarana untuk
berjuang mencapai posisi/kedudukan di lembaga-lembaga pemerintahan
negara, diantaranya meliputi: posisi keanggotaan lembaga perwakilan/
legislatif, posisi kepala pemerintahan/presiden, bahkan di beberapa
negara pimpinan yudikatif diusulkan oleh partai pemenang pemilu.
Melalui pemilihan umum, partai politik berharap dapat menjadi kekuatan
mayoritas di parlemen, dapat memegang tampuk pimpinan di
pemerintahan (Presiden), dan sekaligus menjadi ruler-group dalam
membentuk kabinet pemerintahan. Dalam sistem demokrasi yang
multipartai, upaya untuk menjadi partai mayoritas tunggal tidak mudah,

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


karena diperlukan dukungan keuangan, adanya program yang benar-
benar pro-rakyat dan pro-bangsa, adanya calon-calon pimpinan/wakil
rakyat dari tokoh-tokoh yang kompeten, dan adanya mekanisme politik
yang intens dari mesin organisasi.Mencermati pengalaman dari berbagai
negara demokratis dalam membentuk kekuatan mayoritas diperlukan
suatu langkah berupa koalisi antar partai politik, baik di parlemen maupun
ketika membentuk pemerintahan. Meskipun sistem pemerintahan di
Indonesia berdasarkan sistem presidensil yang dipilih langsung oleh
rakyat, namun dalam prakteknya sesuai dengan undang-undang tentang
calon Presiden dan Wakil Presiden bahwa pencalonannya diusulkan oleh
partai politik atau oleh gabungan partai politik (koalisi). Koalisi saat
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tersebut, diharapkan dapat diikuti
dengan terbentuknya koalisi partai politik di parlemen. Sampai sat ini
yang menjadi masalah utama adalah bagaimana membangun suatu
koalisi politik yang sehat dan kuat (lebih permanen) yang mampu
mengedepankan kepentingan negara dan bangsa diatas kepentingan
kelompok dan golongannya. Dalam konteks proses perubahan dalam
menciptakan kehidupan politik yang demokratis, realisasi demokratisasi
dihadapkan pada budaya politik masyarakat yang mendukung (positif)
dan yang menghambat (negatif) proses demokratisasi. Budaya politik
yang matang terwujud melalui orientasi, pandangan, dan sikap individu
terhadap sistem politiknya. Budaya politik yang demokratis akan
mendukung terciptanya sistem politik yang demokratis, karena budaya
politik yang demokratis merupakan kumpulan sistem keyakinan, sikap,
norma, persepsi dan sejenisnya yang mendukung terwujudnya partisipasi.
Dengan kata lain budaya politik yang demokratis merupakan budaya
politik yang partisipatif, yang sangat terkait dengan civil culture (Zuhro,
2010).

Menurut Pahlevi (2018), kondisi pluralitas bangsa Indonesia yang


besar, baik dari sisi keragaman suku bangsa, agama, pulau-pulau, dan
lainnya sudah membuktikan Indonesia menjadi negara yang
mampumenjaga integrasi bangsa. Sejak awal kemerdekaan, para pendiri
negara bangsa Indonesia hingga para pemimpin saat ini senantiasa
berupaya menjaga persatuan dan kesatuan dalam ikatan Bhinneka
Tunggal lka. Namun segala perbedaan yang ada dapat berubah menjadi

Materi Pokok Bidang Studi Politik


ancaman, hambatan, tantangan, dan gangguan jika tidak mampu dikelola
dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, budaya politik di Indonesia
dipengaruhi beberapa faktor yang pada gilirannya akan berimbas pada
stabilitas. Oleh karena itu sosialisasi politik sangat penting dilakukan
untuk menumbuhkan sikap dan perbuatan masyarakat yang positif dalam
kerangka bekerjanya sistem demokrasi yang dianut, termasuk didalamnya
penyelenggaraan pemilukada. Proses pembentukan sikap dan orientasi
politik para anggota masyarakat dalam menjalani kehidupan politik
berlangsung seumur hid up, yang dapat diperoleh secara sengaja melalui
pendidikan formal dan informal, maupun secara tidak sengaja melalui
kegiatan dan pengalaman sehari-hari dalam kehidupan keluarga maupun
kehidupan masyarakat. Dengan demikian budaya politik partisipatif tidak
dapat dilepaskan dari kehidupan demokrasi yang sehat. Dengan
pemahaman budaya politik tinggi berdasarkan sikap dan perbuatan yang
demokratis dalam kehidupan sehari-hari, maka stabilitas politik dan
keamanan akan lebih mudah terjaga.

Untuk memudahkan pemahaman tentang sistem politik dan


demokrasi, serta pemerintahan negara di Indonesia, dicermati pula
berbagai kondisi jalannya pemerintahan negara lndonesiapasca
amandemen UUD NRI 1945, yang selanjutnya diharapkan peserta
pendidikandapat menemukan solusi terhadap berbagai persoalan yang
dihadapi sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan
lingkungan strtegisnya, sehingga dapat diwujudkan ketahanan nasional
yang tangguh, maka secara rinci uraian dalam buku ini disusun dengan
sistematika sebagai berikut:

Bab I- Pendahuluan, berisi uraian (1) Umum tentang materi pokok


bidang studi politik; (2) Maksud dan Tujuan; serta (3) Ruang
Lingkup yang diselaraskan dengan kompetensi dasar yang
harus dikuasai peserta pendidikan.

Bab II - Konsep Politik, terdiri dari uraian (4) Umum; (5) Haluan
Pandang dan Pengembangan Konsep Politik; (6) Sejarah dan
Perkembangan Politik di Indonesia; (7) Sistem politik yang
meliputi a) Struktur Politik, b) Fungsi Politik, c) Proses Politik,
d) Elit Politik, dan e) Stratifikasi Politik; (8) Warga negara

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


sebagai Pelaku Politik; (9) Negara sebagai Tatatan Politik;
dan (1 O) Studi Kasus.

Bab Ill - Sistem Demokrasi di Indonesia, uraian meliputi (11) Umum;


(12) Sejarah Sistem Demokrasi di Indonesia; (13)
Penyelenggaraan Pemilu; (14) Sistem Kepartaian di Indonesia;
(15) Organisasi Masyarakat; (16) Reformasi Sistem Demokrasi;
(17) Peran Media Komunikasi; (18) Peran Masyarakat Madani
(Civil Society); dan (19) Studi Kasus.

Bab IV- Sistem Pemerintahan Negara Indonesia, uraian meliputi


(20) Umum; (21) Sejarah Si stem Pemerintahan Negara
Indonesia; (22) Amandemen UUD NRI Tahun 1945; (23)
Otonomi Daerah, (24) Kebijakan Publik; (25) Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Daerah; dan (26) Studi Kasus.

BabV- Peranan Politik dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional,


terdiri dari uraian (27) Umum; (28) Keterkaitan Bidang Politik
dengan Bidang Studi Inti yang meliputi: a) ldeologi, b)
Wawasan Nusantara, c) Ketahanan Nasional, d) Kewaspadaan
Nasional, 5) Sistem Manajamen Nasional, dan 6)
Kepemimpinan; (29) Keterkaitan Bidang Politik dengan
Bidang Studi Gatra lainnya yang meliputi: a) Geografi, b)
Demografi, c) Sumber Kekayaan Alam, d) Ekonomi, e) Sosial
Budaya, f) Pertahanan dan Keamanan, g) Hukum dan HAM,
h) lpteks, i) Hubungan lnternasional, dan j) Strategi; (30)
Keterkaitan Bidang Politik dengan Lingkungan Strategis
menggunakan tiga rangkaian utama 1) Sistem, 2) Stratifikasi
Politik, dan 3) Prinsip Politik untuk menganalisis perubahan
lingkungan global, regional dan nasional.

Bab VI- Penutup, berisi uraian (31) Umum; (32) Kesimpulan sebagai
pembulatan materi, dan (33) Saran perbaikan materi
pengajaran bidang politik agar senantiasa memuat substansi
terkini sesuai dengan perkembangan perpolitikan yang
terjadi.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


• Materi Pokok Bidang Studi Politik
KONSEP POLITIK

II
4. Umum

Politik berasal dari kata Polis yang berarti negara, dan Taia berarti
urusan, sehingga kata politik berarti urusan negara, dan membicarakan
politik berarti membicarakan urusan negara. Politik merupakan kegiatan
dan interaksi manusia yang berkenaan dengan proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan yang mengikat untuk masyarakat umum. Politik
memiliki definisi yang banyak, tergantung sudut pandang yang digunakan
para pembuat definisi. Beberapa ahli seperti Miriam Budiardjo (2015)
mendefinisikan politik sebagai beragam kegiatan yang terjadi di suatu
negara yang menyangkut proses menentukan tujuan dan cara mencapai
tujuan. Politik merupakan tindakan yang beraneka ragam yang dilakukan
penguasa maupun masyarakat berkaitan dengan proses menetapkan
tujuan dan cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan seperti yang
telah dilakukan pemerintah serta masukan-masukan yang diberikan oleh
rakyat sehubungan dengan penyusunan dan pelaksanaan tujuan bersama.
Pengambilan keputusan (decision making) mengenai tujuan dari suatu
sistem politik menyangkut seleksi dari beberapa alternatif dan penyusunan
skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Politik selalu
menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals), dan
bukan tujuan pribadi seseorang (private goals), karena politik menyangkut
kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik yang di dalamnya
terdapatjuga kegiatan individu.

Kusumohamidjojo (2014) menyatakan bahwa politik adalah proses


pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakalii
Materi Pokok Bidang Studi Politik
terwujud dalam proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
lstilah politik pada umumnya dikaitkan dengan perilaku dalam
pemerintahan sipil, tetapi juga diamati dalam interaksi kelompok manusia,
termasuk lembaga-lembaga korporasi, akademik, dan keagamaan.
Kepercayaan masyarakat terhadap politik dan dunia politik sangat penting
guna terciptanya akuntabilitas publik terhadap pemerintahan yang
demokratis.

Sebagai contoh, Mohammad Hatta memandang politik sebagai jalan


fundamental untuk memperjuangkan cita-cita bersama yang bermartabat,
dan hakikat politik adalah upaya untuk mencapai kesejahateraan umum
(Suyanto, 2014).

Pada sistem kehidupan bersama, manusia memiliki hubungan khusus


yang diwarnai dengan adanya berbagai aturan dalam kehidupan,
kewenangan, perilaku pejabat, legalitas kekuasaan, dan kekuasaan.
Sebagai contoh, adanya kekuasaan dan kewenangan yang dipegang
oleh sekelompok orang yang memiliki kewenangan membuat aturan,
serta memiliki kewenangan juga untuk menghapus beberapa aturan
yang menurutnya tidak diperlukan lagi. Kelompok orang tersebut
berwenang menentukan seseorang dianggap telah mengikuti aturan
yang ada atau tidak dan selanjutnya menentukan sanksi bagi yang
mengikuti aturan dan melanggar aturan tersebut. Dalam berbagai
peristiwa dan gejolak politik yang telah terjadi di Indonesia dapat ditarik
pelajaran bahwa penekanan politik selalu memiliki kecenderungan
apakah bernuansa pelayanan yang merespon warganya atau bernuansa
kekuasaan dengan dalih menegakkan aturan, dan tetap mengutamakan
kepentingan negara.

Pada Bab II akan dibahas tentang konsep politik yang dijalankan


oleh manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupanbermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, antara lain meliputi (5) Haluan Pandang dan
Perkembangan Konsep Politik, (6) Teori Politik; (7) Sejarah dan
Perkembangan Politik di Indonesia; (8) Sistem politik yang meliputi a)
Struktur Politik, b) Fungsi Politik, c) Proses Politik, d) Elit Politik, dan e)
Stratifikasi Politik; (9) Warga negara sebagai Pelaku Politik; (10) Negara
sebagai Tatatan Politik; dan (11) Studi Kasus .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


5. Haluan Pandang dan Pengembangan Konsep Politik

Perbedaan-perbedaan definisi politik yang telah dijelaskan pada


butir 4 di atas disebabkan oleh cara pandang hanya dari satu unsur politik
saja, dan kemudian unsur tersebut diperlakukan sebagai konsep pokok
yang dipakai untuk melihat unsur-unsur lainnya, maka berkembanglah
konsep-konsep pokok politik yang mencakup negara (state), kekuasaan
(power), pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy,
beleid), dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation). Setiap
terminologi tersebut perlu dipahami secara benar.

Negara adalah organisasi kekuasaan dengan suatu pemerintahan


pusat, dengan karakteristik kewenangan pemerintah menjalankan paksa
fisik secara sah. Menurut konsep politik, negara dapat terwujud jika
memenuhi unsur-unsur adanya wilayah, penduduk, pemerintahan, dan
kedaulatan (Budiardjo, 2015).

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompokorang


untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pemilik pengaruh. Fokus utama politik tertuju
pada perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan,
melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang
pelaksanaan kekuasaan. Deliar Noer mengatakan ilmu politik memusatkan
perhatiannya pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau
masyarakat. Ossip K. Flechtheim mengatakan ilmu politik adalah ilmu
sosial yang khusus mempelajari sifat dan tujuan negara, sejauh negara
merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-
geja la kekuasaan yang tidak resmi yang dapat memengaruhi
negara(Budiardjo, 2015).

Keputusan sesungguhnya suatu proses membuat pilihan diantara


beberapa alternatif. Pengambilan keputusan sebagai suatu konsep politik
menyangkut keputusan-keputusan yang diam bi I secara kolektif dan yang
mengikat seluruh masyarakat. Keputusan tersebut menyangkut tujuan
masyarakat dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dibuat untuk
mencapai tujuan yang diinginkan(Budiardjo, 2015).

Kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil seorang

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


pelaku atau sekelompok elit politik dalam usaha mencapai tujuan-tujuan
dan cara-cara mencapai tujuan. Kebijaksanaan biasanya ditetapkan oleh
pihak yang berwenang, dalam hal ini adalah para pejabat yang diberi
kewenangan(Budiardjo, 2015).

Pembagian dan alokasi adalah pembagian dan penjatahan dari nilai-


nilai yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa politik adalah membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai secara
mengikat, dan seringkali tidak merata sehingga menimbulkan
kecemburuan yang berujung pada terjadinya konflik. Nilai adalah sesuatu
yang dianggap benar dan baik, sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang
mempunyai harga maka dianggap baik dan benar, dan sesuatu yang
ingin dimiliki manusia. Nilai dapat bersifat abstrak seperti kebebasan,
kejujuran, keadilan, kebebasan mimbar, dan kebebasan berpendapat.
Namun nilai dapatjuga bersifat konkret material seperti kekayaan, rumah
sakit, sekolah, jalan raya, lapangan terbang, pelabuhan laut dan udara,
kapal dan kapal terbang (Budiardjo, 2015).

Setiap konsep dan teori sesungguhnya berawal dari sejumlah


anggapan dasar (asumsi) yang menjadi titik tolak kerangka berpikirnya.
Sebagai contoh, konsep fungsionalisme berangkat dari suatu asumsi
bahwa masyarakat dan sistem politik mengandung bagian-bagian yang
mempunyai fungsi yang berbeda, namun saling tergantung satu sama
lain. Seseorang selalu dalam keadaan seimbang, konsensus, dan stabil,
tetapi sebaliknya konsep konflik berdasarkan pada asumsi bahwa dalam
masyarakat dan sistem politik terdapat bagian-bagian yang memiliki
kepentingan yang berbeda, sehingga masyarakatnya berada dalam
keadaan tidak seimbang dan konflik. Konsep politik sesungguhnya sama,
yaitu didasarkan pada beberapa asumsi atau anggapan dasar(Budiardjo,
2015).

Beberapa asumsi tentang konsep politik yang diajukan oleh Ram Ian
Surbakti (1993) dapat disimak sebagai berikut:

a. Setiap masyarakat menghadapi kelangkaan sumber-sumber daya,


sehingga timbul konflik saat proses penentuan distribusi.

b. Kelompok dominan dalam masyarakat ikut serta dalam proses

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


pendistribusian dan pengalokasian sumber-sumber daya melalui
keputusan politik untuk menegakkan pelaksanaan keputusan politik.

c. Pemerintah mengalokasikan sumber-sumber daya yang langka pada


beberapa kelompok dan individu, tetapi mengurangi atau tidak
mengalokasikan sumber-sumber tersebut sehingga tidak
menguntungkan semua pihak.

d. Adanya tekanan secara terus-menerus untuk mengalokasikan


sumber-sumber yang langka, berupa petisi, demonstrasi, protes,
huru-hara, serta perdebatan dalam pemilihan umum yang berasal
dari golongan yang tidak puas. Meluasnya tekanan membuat
kelompok atau individu yang mendapatkan keuntungan dari pola
distri busi beru pay a mem perta han ka n stru ktu r yang
menguntungkannya.

e. Semakin mampu penguasa meyakinkan masyarakat umum bahwa


sistem politik yang ada memiliki keabsahan, maka semakin mantap
kedudukan penguasa dan kelompok yang diuntungkan dalam
menghadapi kelompok yang menghendaki perubahan.

f. Politik merupakan the art ofposible, karena pada kenyataannya dalam


membuat sebuah kebijakan, para pembuat kebijakan selalu
dihadapkan dengan berbagai kendala seperti watak manusia,
kekuasaan, pranata sosial, kelangkaan teknologi yang menuntut
kemampuan seni berkemungkinan dari seorang pembuat kebijakan.

g. Dalam politik tidak ada yang gratis, artinya, setiap aksi yang dilakukan
selalu ada risiko yang harus ditanggung.

h. Konflik untuk mendapatkan dan/atau mempertahankan sumber-


sumber yang langka menjadi konflik antara individu dan kelompok
masyarakat.

Selanjutnya, Ramlan Surbakti (1993) mengatakan bahwa sekurang-


kurangnya ada lima pandangan tentang politik, yaitu:

1) Politik adalah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk


membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama .

Materi Pokok Bidang Studi Politik


2) Politik adalah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
negara dan pemerintahan Politik adalah segala kegiatan yang
diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam
masyarakat.

3) Politik adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan perumusan


dan pelaksanaan kebijaksanaan umum.

4) sebagai konflik dalam rangka mencari dan/atau mempertahankan


sumber-sumber yang dianggap penting.

Dari lima pandangan dan sembilan asumsi di atas, Ramlan Surbakti


mengartikan politik sebagai interaksi antara pemerintah dan masyarakat
dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah.
Dari beberapa asumsi dan perkembangan konsep politik, misalnya arti
dan fungsi politik sebagai interaksi antara pemerintah dan masyarakat
dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam
suatu wilayah, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut tentang interaksi,
pemerintah, masyarakat, proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
yang mengikat, kebaikan bersama, dan wilayah tertentu.

Pusat perhatian ilmu politik adalah proses pembuatan dan


pelaksanaan keputusan. Keputusan berupa kebijakan umum menyangkut
tiga hal, yaitu ekstraktif, distributif, dan regulatif.

Keputusan ekstratif adalah penyerapan sumber-sumber materiil dan


manusia dari masyarakat domestik maupun internasional. Pemungutan
pajak, bea cukai dan tarif, iuran dan retribusi, dan pengolahan alam yang
terdapat di dalam wilayah suatu negara merupakan penyerapan sumber
materiil domestik, sedangkan bantuan dari negara lain atau badan
internasional, baik dalam bentuk pinjaman maupun hibah termasuk
penyerapan sumber materiil internasional. Seleksi, pengangkatan dan
latihan pegawai dan tenaga kerja termasuk penerapan sumber manusia.

Keputusan Distributif adalah distribusi dan alokasisumber daya untuk


memenuhi kebutuhan masyarakat yang bersifat materiil dan non materil.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Kebutuhan yang bersifat materiil antara lain pangan, sandang, dan
perumahan, kesehatan, pendidikan dan kesempatan kerja, serta
transportasi dan komunikasi. Kebutuhan non-materiil di antaranya rasa
aman, keadilan, persamaan, kebebasan, jaminan atas hak berpartisipasi
dan hak berusaha, jaminan atas kebebasan, menjalankan ibadah sesuai
ajaran agamanya dan rekreasi. Distribusi berarti pembagian relatif merata
kepada masyarakat, tetapi alokasi cenderung diprioritaskan pada
kelompok atau sektor tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Keputusan regulatif adalah penetapan sejumlah peraturandan


kewajiban yang harus dipatuhi, tidak hanya oleh warga masyarakat tapi
juga oleh penyelenggara negara. Peraturan tidak hanya untuk
menciptakan ketertiban dalam masyarakat dan kelancaran pelaksanaan
kebijakan ekstraktif dan distributif, tetapi juga menjam in hak azasi warga
negara dari penyalahgunaan kekuasaan pejabat pemerintah. lnteraksi
yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
ialah kegiatan lembaga-lembaga pemerintah dan para pejabatnya dalam
membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan. Hal ini termasuk
dalam menentang, mendukung, mengubah, dan mengajukan alternatif
kebijakan dari kebijakan umum yang ada.

Keputusan yang dinilai paling baik untuk seluruh anggota masyarakat


adalah keputusan tentang kebaikan bersama. Sesuatu yang dimaksudkan
dengan kebaikan bersama berbeda dari satu sistem politik dengan sistem
politik yang lain, dan perbedaannya terutama dalam hal derajat dan
jenisnya. Dengan kata lain, kebaikan bersama identik dengan kepentingan
umum. Wilayah adalah unit politik, seperti negara bangsa, provinsi,
kabupaten, kecamatan, dan desa. Keputusan yang menyangkut dan
mempengaruhi seluruh negara bangsa adalah keputusan pemerintahan
nasional, walaupun ada keputusan yang hanya berlaku pada tingkat
provinsi, kabupaten, dan desa (Ramlan Surbakti, 1993). Kegiatan politik
terjadi mulai dari tingkat desa hingga tingkat nasional, bahkan tingkat
internasional, tetapi bahan ajar ini membatasi cakupan isinya pada
kegiatan politik di tingkat nasional saja.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


6. Pemahaman Teori Politik

Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa


fenomena. Dalam menyusun generalisasi, teori selalu memakai konsep-
konsep. Konsep lahir dalam pikiran manusia, sehingga bersifat abstrak,
meskipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan. Oleh karena
itu dapat dikatakan konsep mencerminkan persepsi-persepsi mengenai
realitas, atas dasar seperangkat konsep dapat dirumuskan generalisasi.
Generalisasi adalah proses observasi mengenai suatu fenomena tertentu
berkembang menjadi suatu observasi mengenai lebih dari satu fenomena,
dan generalisasi yang tertinggi dinamakan teori.

Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari fenomenayang


bersifat politik, meliputi tujuan dari kegiatan politik, cara mencapai tujuan,
kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan
oleh situasi politik, dan kewajiban-kewajiban tertentu yang diakibatkan
oleh tujuan politik tertentu. Konsep-konsep yang dibahas dalam teori
politik mencakup masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan,
hak dan kewajiban, kemerdekaan, lembaga-lembaga negara, perubahan
sosial, pembangunan politik, modernisasi, dan sebagainya. Menurut
Thomas P. Jenkin dalam Budiarjo (201 S)ada dua macam teori politik,
yaitu:

1) Teori - teori yang mempunyai dasar moral atau bersifat akhlak dan
yang menentukan norma-norma untuk perilaku politik. Teori-teori
yang termasuk golongan ini adalah filsafat politik, teori politik
sistematis, ideologi, dan sebagainya. Teori-teori politik yang
mempunyai dasar moral berfungsi untuk menentukan pedoman
dan patokan moral yang tidak sesuai dengan akhlak, karena dalam
kehidupan politik yang sehat diperlukan pedoman dan patokan.
Selain itu, menurut Plato, keadilan merupakan hakikat dari alam
semesta dan sekaligus merupakan pedoman untuk mencapai
kehidupan yang baik yang dicita-citakan.

2) Teori politik sistematis merupakan langkah lanjutan dari filsafat


politik dalam arti mencoba merealisasikan norma-norma dalam
suatu program politik, sedangkan ideologi politik adalah himpunan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


nilai-nilai, ide-ide atau norma-norma, kepercayaan atau keyakinan
yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang dalam menentukan
sikap terhadap problematika politik yang dihadapinya dan yang
menentukan perilaku politiknya dengan tujuan menggerakkan
kegiatan dan aksi.

Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan


fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai,
biasanya besifat deskriptif (menggambarkan) dan komparatif
(membandingkan) dan menghasilkan kesimpulan dalam generalisasi.
Dengan kata lain dapat dipahami bahwa teori-teori politik mencoba
mengatur hubungan dan interaksi antara anggota masyarakat agar disatu
pihak memberikan kepuasan perorangan, dan dilain pihak dapat
membimbing menuju ke suatu struktur masyarakat politik yang stabil
tetapi dinamis. Atas dasar itulah teori politik menetapkan suatu kode etik
atau tata cara yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan politik.

7. Sejarah dan Perkembangan Politik di Indonesia

Proses panjang perjuangan bangsa Indonesia dalam


mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, dapat diketahui dari sejarah
dan perkembangan politik di lndonesia(Santoso, 2012), yaitu terdiri dari
periode berikut:

a. Orde Lama

Era 1950-1959 adalah era di mana presiden Soekarno memerintah


menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia 1950. Periode ini berlangsung mulai dari 17 Agustus 1950
sampai 6 Juli 1959 Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan
bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut
pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara
tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia
Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian
pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950. Oleh
karena itu sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer. Undang-
Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, atau dikenal dengan
UUDS 1950, adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik
Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.

UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun


1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia
Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik
Indonesia, dalam Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS
tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta. Konstitusi ini dinamakan
"sementara'~ karena hanya bersifat sementara, menunggu terpilihnya
Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi
baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara
demokratis, namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru
hingga berlarut-larut.

Pada masa Orde Lama, terjadi penyimpangan pelaksanaan sistem


pemerintahanparlementerdari ketentuan UUD '45, antara lain:

1) Perubahan fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu


presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan
ikut menetapkan GBHN yang merupakan wewenang MPR.

2) Perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet


parlementer berdasarkan usul BP - KNIP Didasarkan pada
konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah
sistem parlementer kabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem
Pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS bukan
kabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer
murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pemerintah.Landasan kabinet
parlementer adalah UUD 'SO pengganti konstitusi RIS '49. Sistem
Pemerintahan yang dianut adalah kabinet parlementer dengan
demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Ciri-cirinya(a)
Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat; (b) .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan (c)
Presiden berhak membubarkan DPR; dan (d) Perdana Menteri
diangkat oleh Presiden.

Demokrasi terpimpin selalu diasosiasikan dengan kepemimpinan


Soekarno yang otoriter. Hal itu berawal dari gagalnya usaha untuk
kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan
peristiwa-peristiwa politik yang mencapai klimaksnya dalam bu Ian
Juni 1959 yang akhirnya mendorong Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Dekrit itu
dikeluarkan dalam suatu acara resmi di lstana Merdeka,
mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante
dan berlakunya kembali UUD 1945 dalam kerangka sebuah sistem
demokrasi yakni Demokrasi Terpimpin. Dekrit yang dilontarkan oleh
Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mendapatkan sambutan
dari masyarakat Republik Indonesia yang pada waktu itu sangat
menantikan kehidupan negara yang stabil. Namun kekuatan dekrit
tersebut bukan hanya berasal dari sambutan yang hangat dari
sebagian besar rakyat Indonesia, tetapi terletak dalam dukungan
yang diberikan oleh unsur-unsur penting negara lainnya, seperti
Mahkamah Agung dan KSAD. Dengan dikeluarkannya Dekrit
Presiden, Ka bi net Djuanda dibubarkan dan pada tanggal 9 Juli 1959,
diganti dengan Kabinet Kerja. Dalam kabinet tersebut Presiden
Soekarno bertindak sebagai perdana menteri, sedangkan Ir. Djuanda
bertindak sebagai menteri pertama.

Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk


melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga
nasib partai politik ditentukan oleh presiden (10 partai politik yang
diakui). Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.

Semua lembaga yang pernah ada dibubarkan oleh presiden dan


diganti dengan orang-orang pilihan presiden sendiri. Presiden
Soekarno mendeklarasikan diri sebagai presiden seumur hidup,
berkembangnya ideologi NASAKOM, dan Indonesia keluar dari
organisasi dunia yaitu PBB. Akhir dari masa demokrasi terpimpin
ditandai dengan dengan adanya pemberontakan PKI pada tahun
1965.
Materi Pokok Bidang Studi Politik


b. Orde Baru

Pada saat Orde BaruSoeharto menjabat sebagai Presiden ditandai


dengan adanya Supersemar. Saat Orde Baru pemerintah bertekat
untuk menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan
konsekuwen. Pada saat Orde Baru menggunakan sistem demokrasi
Pancasila yang di bawah kepemimpinan Soeharto dan menganut
sistem presidensial. Pada saat kepemimpinan Soeharto begitu
kuatnya kepemimpinan atau kekuasaan presiden dalam menopang
dan mengatur seluruh proses politik, dan itu semua mengakibatkan
terjadinya sentralistik kekuasaan pada presiden. Aki bat dari kuatnya
kekuasaan Presiden atas pemerintahan maka indikator dari demokrasi
tidak terlaksana, yaitu rotasi kekuasaan eksekutif tidak ada, rekruitmen
politik di batasi, KKN merajalela. Kepemimpinan Soeharto banyak
sekali diwarnai dengan adanya lobi politik yang tidak sehat, maka
dapat disimpulkan bahwa memang benar hubungan komunikasi
pribadi lebih menentukan dibandingkan dengan saluran komunikasi
formal. Kemacetan yang dialami sistem politik Indonesia saat itu
menunjukkan bahwa pada akhirnya komunikasi antar partai politik
yang mendudukkan wakilnya di DPR/MPR tak lagi dapat menampung
aspirasi rakyat. Contoh yang paling lengkap adalah kekuasaan politik
Indonesia pada masa terakhir Orde Baru berpusat pada presiden.
Seluruh proses komunikasi sistem politik Indonesia akhirnya
tergantung pada satu tangan, presiden. Badan legislatif tidak lagi
berfungsi sebagai suara rakyat tetapi tak lain hanya mendukung
presiden. Kritik yang terlalu keras dilontarkan oleh anggota DPR/MPR
akan berakhir dengan pemberhentikan tidak hormat. Kasus Sri
Bintang Pamungkas menunjukkan bagaimana monopoli komunikasi
itu tidak boleh lepas sedikitpun ketika anggota DPR itu sangat vokal
dan kritis. Setelah masyarakat Indonesia bosan tentang sistem politik
yang dijalankan pada saat ORBA maka puncaknya atas tuntutan
seluruh masa (dimotori oleh Mahasiswa maka tanggal 21 Mei 1998
presiden Soeharto mengundurkan diri dan diganti oleh Wapres Prof.
B.J. Habibi.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


c. Era Reformasi

Setelah masa Orde Baru runtuh, munculah masa reformasi, pada


masa reformasi masih menggunakan demokrasi Pancasila dan
menganut sitem pemerintahan presidensial. Pelaksanaan demokrasi
Pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak
pada partai politik maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara
kritis dan dibenarkan untuk unjuk rasa.

Saat masa reformasi kemerdekaan dan kebebasan pers sebagai


media komunikasi politik yang efektif di sahkan, tidak seperti pada
saat Orde Baruyang diliput pers hanya kebaikannya pemerintah saja
yang diberitakan. Dalam era reformasi ini upaya untuk meningkatkan
partisipasi rakyat dalam kegiatan pemerintah semakin terbuka,
sehingga sosialisasi politik pun berjalan dengan baik. Pemerintahan
era reformasi merupakan awal untuk menjadi negara yang
demokratis, yang sesuai dengan Amandemen UUD 1945 untuk
mengatur kekuasaan dalam negara agar lebih demokratis.

Dengan tumbuhnya keterbukaan dalam komunikasi politik,


masyarakat semakin tahu hak dan kewajibannya. Bahkan aksi-aksi
protes sebagai sebuah masukan kedalam sistem politik menjadi
sebuah hal yang tidak aneh. Salah satu manifestasi tersebut adalah
keberanian umat Islam untuk mendirikan partai, sesuatu yang tabu
dalam kurun waktu 32 tahun Soeharto berkuasa. Puncak
pengekangan tersebut terlihat dari paket Undang-Undang Politik
yang mengedepankan asas tunggal partai adalah Pancasila.

Dalam tempo singkat partai-partai berbasiskan Islam bermunculan


mulai dari kalangan pendukungnya Nahdhatul Ulama sampai dengan
Muhammadiyah, tetapi keberadaan partai tersebut mampu
menampilkan sebuah format komunikasi politik yang dapat memikat
umat dalam pemilu mendatang masih diragukan. Hal ini sangat
menentukan karena pemilu mendatang akan cenderung
mengutamakan sifat-sifat distrik dibandingkan proporsional.
Konsekuensinya, partai harus memiliki orang-orang yang mampu
mengkomunikasikan gagasan-gagasan partainya kehadapan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


masyarakat. Jika pemerintah sudah berangsur-angsur membuka diri
dan memberikan banyak isyarat tentang keterbukaannya, maka
partai-partai pun sudah seyogyanya menampilkan sebuah aksi yang
lebih dewasa dan bukannya emosional. Persaingan memperebutkan
suara akan lebih ketat karena puluhan partai akan terjun dalam
kampanye untuk meraih kursi sebanyak-banyaknya di DPR tingkat
daerah ataupun pusat.

8. Sistem Politik

Sistem adalah suatu kesatuan yang didalamnya terdapat unsur-


unsur yang saling berkaitan dan saling bergantung, sedangkan politik
berarti berbagai macam kegiatan yang terjadi di dalam suatu negara
yang berkaitan dengan proses menetapkan tujuan dan cara mencapai
tujuan.

Unsur politik meliputi partai politik, kelompok kepentingan, kelompok


penekan, media komunikasi, dan tokoh politik (Purekolon, 2016). Partai
politik adalah sekelompok warga negara yang terorganisasi sehingga
anggotanya memiliki cita-cita, tujuan dan orienasi yang sama. Kelompok
tersebut berupaya memperoleh dukungan rakyat agar mendapatkan
kekuasaan politik (pemerintahan) dan mengendalikan kekuasaan politik
tersebut, melaksanakan kebijakan dengan menempatkan anggotanya
dalam jabatan politik ataupun mengadakan pemberontakan. Kelompok
kepentingan adalah setiap organisasi yang berusaha memengaruhi
kebijakan pemerintah tan pa ingin memperoleh jabatan (bukan organisasi
yang ingin menguasai pemerintah), contohnya Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Sosial lainnya
(seperti Serikat Buruh, Himpunan Pengusaha, Kelompok Tani, Advokat,
insinyur, Guru, Persatuan Dokter, dan lainnya). Kelompok penekan
merupakan kelompok yang menghimpun sejumlah individu atas dasar
kesamaan kepentingan atau isu tertentu (misalnya diikat oleh kesamaan
profesi, minat, keprihatinan atas sebuah masalah, ideologi, suku, agama,
dan wilayah), dengan tujuan untuk memengaruhi proses proses
pembuatan undang-undang atau kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


kepentingan/tuntutan masyarakat luas. Media komunikasi politik atau
media massa memiliki peran sebagai publisitas politik terhadap
masyarakat luas, dengan tujuan masyarakat mengetahui agenda politik,
menaruh simpati, dan menetapkan pilihannya pada partai tertentu. Tokoh
politik adalah seseorang yang menjadi pusat perhatian di bidang politik
dan berkecimpung dalam dinamika politik yang jelas dan sedang
berlangsung.

Sistem Politik adalah suatu kesatuan berbagai macam kegiatan dan


proses dari struktur dan fungsi politik yang bekerja dalam suatu unit
kesatuan. Berdasarkan definisi tersebut, Gabriel Almond (di dalam Syafiie,
2012) menyatakan bahwa (1) setiap sistem politik memiliki struktur politik;
(2) setiap sistem politik menjalankan fungsi politik yang sama, meskipun
kadarnya berbeda; (3) semua struktur politik melaksanakan banyak fungsi,
dan (4) semua sistem politik adalah sistem campuran . Pakar lain
menyatakan bahwa (1) sistem politik merupakan interaksi yang ditemui
dalam masyarakat merdeka yang menjalankan fungsi penyatuan dan
penyesuaian; (2) sistem politik mencakup pola yang tetap dari hubungan
antar manusia, kemudian melibatkan sesuatu dari luartentang kekuasaan,
aturan, dan kewenangan; (3) sistem politik terdiri dari berbagai sub-
sistem, seperti sistem kepartaian, sistem pemulihan umum, sistem
pemilihan kepala daerah, sistem budaya politik dan sistem peradaban
lainnya; dan (4) sistem politik dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti
geografi, topografi, flora, fauna, sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
dan lain-lain.

Sistem politik tidak lain adalah negara dengan segala aktivitasnya


yang meliputi berfungsinya struktur politik dan berlangsungnya proses
politik. Jika sistem politik adalah negara, mengapa diperlukan konsep
sistem politik. Hal ini dapat dijelaskanbahwa konsep negara mengandung
pengertian statis, padahal negara terdiri dari empat unsur, yaitu wilayah,
penduduk, pemerintahan, dan kedaulatan. Unsur-unsur dari konsep
Negara tersebut tidak akan dapat menjelaskan mengapa Amerika Serikat
dan Rusia berbeda, padahal keduanya memiliki empat unsur negara. Bila
digunakan konsep sistem politik, maka dapat dijelaskan perbedaan-
perbedaan tersebut dengan melihat pelaksanaan dari fungsi-fungsi politik

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dan proses politik di suatu negara, misalnya mengapa di suatu negara
rakyat dengan leluasa dapat mengeluarkan pendapatnya, sedangkan di
negara lain dikekang.

a. Struktur Politik

Setiap sistem politik terdiri dari dua struktur politik, yaitu suprastruktur
dan infrastruktur. Suprastruktur disebut the ruler atau penguasa
yang terdiri atas lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif (Purekolon,
2016). lnfrastruktur disebut the ruled adalah masyarakat beserta
organisasi yang dibentuknya. lnfrastruktur politik meliputi, partai
politik atau organisasi politik, organisasi masyarakat, pers atau media
komunikasi politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan,
asosiasi-asosiasi, kelompok wartawan, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), dan informal Leader.

b. Fungsi Politik

Setiap sistem politik mempunyai fungsi politik yang harus dijalankan


agar sistem politik tetap berfungsi. Menurut Almond, ada 7 fungsi
politik yang dijabarkan dalam kelompok fungsi input dan fungsi
output. Fungsi input dilakukan oleh infrastruktur politik, meliputi
sosialisasi dan rekruitmen politik, agregasi kepentingan, artikulasi
kepentingan, dan komunikasi politik. Fungsi output dilakukan oleh
suprastruktur politik, meliputi rule making (pembuatan peraturan),
rule application (pelaksanaan peraturan), dan rule adjudication
(peradilan).

c. Proses Politik

Setelah setiap struktur melaksanakan fungsi politiknya, sistem politik


akan berproses mengikuti arah jarum jam. Proses politik dapat
dimulai dari mana saja, misalnya, aktivitas dimulai dengan usulan
masyarakat berupa input ke suprastruktur, lalu usulan dapat
ditanggapi suprastruktur dengan memilih satu diantara beberapa
pilihan dengan cara memilih salah satu di antara masukan, melakukan
konversi semua masukan, dan/atau mencari alternatif lain .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Masukan akan diolah oleh suprastruktur, dan akan memberikan
output berupa kebijakan atau peraturan atau Undang-Undang,
kemudian didistribusikan kepada masyarakat dan akan mendapatkan
tanggapan dari output tersebut. Masyarakat ada yang setuju dan
ada pula yang tidak setuju dengan keputusan/kebijakan tersebut.
Jika masyarakat setuju, maka masyarakat memberikan umpan balik
berupa dukungan dan masukan berupa tuntutan yang lain. Bila
masyarakat tidak setuju, maka masyarakat akan memberikan
masukan berupa peningkatan tuntutan. Proses ini akan berlangsung
terus, dan jika kelompok yang tidak setuju selalu diabaikan, pada
suatu ketika akan muncul sikap apatisme dan tidak mau lagi
memberikan masukan apapun. Jika hal ini merupakan masukan dari
infrastruktur, maka sistem politik tidak dapat menjalankan fungsinya
lagi, disebutkan sistem politik mengalami disfunction. Keadaan
seperti ini harus dihindari, karena akan memberikan masukan berupa
peningkatan tuntutan. llustrasi penjelasan di atas dapat disimak
pada Gambar 1.

Input
1-+ I Suprastruktur Politik
I -+ I Output

t
Feedback
I•
lnfrastruktur Politik
Subsstruktur Politik
• ' Distribution
of Value

Gambar 1 Proses Politik

d. Elit Politik

Dalam pengertian yang umum elit menunjuk pada sekelompok


orang orang yang ada dalam masyarakat dan menempati kedudukan
tinggi. Dalam pengertian khusus dapat diartikan sebagai sekelompok
orang yang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya
golongan minoritas yang memegang kekuasaan. Menurut Karl Marx

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dalam (Varma 2010), elit politik terdapat tiga macam, yaitu elit dapat
berubah melalui revolusi, diantaranya: Pertama, metode posisi, elit
politik adalah personil yang menduduki posisi atau jabatan strategis
dalam sistem politik. Jabatan strategis, yaitu dapatmembuat
keputusan dan kebijakan dan dinyatakan atas nama Negara. Elit ini
jumlahnya ratusan mencakup para pemegang jabatan tinggi dalam
pemerintahan, partai politik, kelompok kepentingan. Para elit politik
ini setiap hari membuat keputusan penting untuk melayani berjuta-
juta rakyat. Kedua,metode reputasi, elit politik ditentukan berdasarkan
reputasi dan kemampuan dalam memproses berbagai permasalahan
dan kemudian dirumuskan menjadi keputusan politik yang
berdampak pada kehidupan masyarakat. Ketiga, metode pengaruh,
elit politik adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh pada
berbagai tingkatan kekuasaan. Orang ini memiliki kemampuan dalam
mengendalikan masyarakat sesuai kemampuan pengaruh yang
dimiliki, sehingga masyarakat secara spontan mentaati para elit
politik. Oleh karena itu orang yang berpengaruh dalam masyarakat
dapat dikategorikan sebagai elit politik.

e. Stratifikasi Politik

Stratifikasi politik muncul karena ketidaksamaan kekuasaanyang


dimiliki manusia yang disebabkan beberapa faktor, yaitu minat pada
politik, pengetahuan dan pengalaman politik, kecakapan dan
sumberdaya politik, partisipasi politik, kedudukan politik, dan
kekuasaan politik. Manusia yang memiliki faktor-faktor tersebut lebih
berpeluang mempengaruhi pembuatan kebijakan pemerintah,
sedangkan yang kurang atau tidak memilikinya akan lebih kecil
kemungkinan untuk mempengaruhi jalannya pemerintahan. Oleh
karena itu, dalam sistem politik terdapat stratifikasi politik yang oleh
Robert D. Putnam disusun dalam enam strata (Almond, 1963).

Strata 1- Kelompok Pembuat Keputusan


Kelompok pembuat keputusan adalah orang-orang yang secara
langsung terlibat dalam pembuatan kebijakan nasional, umumnya
yang menduduki jabatan-jabatan resmi utama .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Strata 2 - Kaum Berpengaruh
Kaum berpengaruh adalah individu-individu yang memiliki pengaruh
tidak langsung atau implikasi yang kuat, meliputi orang-orang yang
dimintai nasihat oleh para pembuat keputusan, yang pendapatnya
diperhitungkan oleh para pembuat keputusan, atau yang sanksi-
sanksinya ditakuti oleh para pembuat keputusan. Umumnya kaum
berpengaruh terdiri dari birokrat tingkat tinggi, tuan tanah besar,
industrialisasi, bankir, pemimpin-pemimpin kelompok kepentingan,
konsultan resmi, atau orang-orang yang membentuk opini massa.

Strata 3 - Aktivis
Aktivis adalah warga negara yang mengambil bagian aktif dalam
kehidupan politik dan pemerintahan, terdiri dari anggota partai
politik, birokrat tingkat menengah, editor surat kabar lokal, dan para
penulis.

Strata 4 - Publik Peminat Politik


Publik peminat politik adalah orang-orang yang menganggap politik
sebagai tontonan yang menarik, yaitu attentive public atauorang
yang memiliki banyak informasi, dapat membentuk pendapatnya
sendiri, memiliki wawasan yang luas, dan dapat mendiskusikan
dengan baikjalannya permainan, tetapi jarang sekali terjun sendiri
ke lapangan

Strata 5 - Kaum Pemilih


Kaum pemilih adalah warga negara yang hanya dapat memengaruhi
kehidupan politik nasional saat diselenggarakan pemilu, yang
memiliki sumber politik kolektif yang penting dan dengan jumlah
yang besar, tetapi sebagai individu kaum pemilih tidak mempunyai
pengaruh sama sekali.

Strata 6 - Nonpartisipan

Non partisan adalah orang-orang yang hanya menjadi objek politik,


bukannya aktor. Secara politik non-partisan tidak mempunyai
kekuatan sama sekali, mungkin karena kemauannya sendiri

Materi Pokok Bidang Studi Politik


menghindari kehidupan politik, atau mungkin juga karena diasingkan
oleh penguasa politiknya.

Dari keenam lapisan yang telah dijelaskan, yang termasuk dalam elit
politik adalah orang-orang yang berada dekat puncak piramida
kekuasaan. Selain pembagian secara horizontal, terdapat juga
pembagian vertikal, yaitu adanya kelompok-kelompok yang berbeda
dalam satu lapisan yang sama, yang oleh Suzanne Keller diberi nama
"elit strategik" untuk kelompok teratas dalam piramida kekuasaan
karena dalam masyarakat modern kebanyakan telah terbentuk
pembagian kerja yang amat berbeda di kalangan elit. Kalangan elit
strategik ini antara lain politisi profesional seperti anggota parlemen,
para menteri kabinet, pejabat-pejabat partai politik, dan penasihat-
penasihat dekatnya. Sela in itu, juga pegawai pemerintah senior,
manajer perusahaan penting, pemimpin organisasi masyarakat
seperti serikat buruh, kelompok petani dan lain-lainnya, pejabat
tinggi militer, para profesional, intelektual, wartawan, pemimpin
agama, dan sebagainya.

Selain elit strategik, yang dapat dikategorikan elit adalah orang-


orang yang disebut kontra elit, yaitu orang-orang yang memiliki
kekuasaan, meskipun melalui tindakan ingkar, untuk memengaruhi
hasil keputusan politik secara individu, ajeg, dan serius. Berkaitan
dengan konsep elit, dikenal pula sub-sub elit, yaitu spesialisasi elit
dalam bidang-bidang kebijakan tertentu, misalnya yang memusatkan
kegiatan pada urusan militer, pertanian, pendidikan, kesejahteraan
sosial, perencanaan ekonomi, dan lainnya.

9. Warga Negara sebagai Pelaku Politik

Warganegara merupakan salah satu unsur pokok suatu negara. Status


kewarganegaraan ditentukan berdasarkan hukum dengan prinsip setiap
warganegara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Pada dasarnya, persamaan kedudukan warga negara
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


dapat dikelompokkan ke dalam lima bidang kehidupan manusia, yaitu
bidang politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan. Penjelasan mengenai persamaan kedudukan warga negara
Indonesia dalam lima bidang kehidupan manusia tersebut dapat disimak
sebagai berikut:

1) Persamaan Kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang politik


tercermin dalam kegiatan pemerintahan. Misalnya, hak setiap warga
negara Indonesia untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum,
hak warga negara Indonesia untuk menjadi anggota salah satu partai
atau mendirikan partai politik. Persamaan hak warga negara Indonesia
di bidang politik atau pemerintahan tersebut ditegaskan dalam UUD
1945 pasal 27 ayat (1 ).

2) Persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang hukum


telah ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (1 ). Pasal tersebut
memberikan makna bahwa setiap warga negara tanpa harus melihat
penduduk asli atau bukan, berasal dari golongan terdidik atau rakyat
jelata yang buta huruf, golongan menengah ke atas atau kaum papa
yang bergumul dengan kemiskinan, harus dilayani secara sama di
depan atau dalam hukum . Setiap warga negara Indonesia
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan perlindungan
hukum baik hukum privat maupun publik. Kedua kelompok hukum
tersebut dalam pengertian sebagai alat hukum, sudah mencakup
segi-segi keperdataan dan kepidanaan.

3) Persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang


ekonomi, dijelaskan bahwa negara Indonesia menganut sistem
demokrasi ekonomi. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar asas kekeluargaan. Dalam hal ini, perekonomian Indonesia
diharapkan tidak jatuh ke tangan orang yang berkuasa, dan
mengakibatkan rakyat tertindas. Persamaan hak-hak warga negara
dalam bidang ekonomi ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 33 ayat
(3)
4) Persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang sosial
budaya, meliputi kesamaan hak warga negara dalam bidang

Materi Pokok Bidang Studi Politik


pendidikan, kebudayaan, dan keagamaan. Dalam bidang pendidikan,
setiap warga negara Indonesia mempunyai hak mendapat
pendidikan. Dalam hal ini pemerintah dituntut untuk membiayai
pendidikan dasar bagi setiap warga negara Indonesia. Kesamaan
hak dalam bidang pendidikan ini tercermin dalam UUD 1945 pasal
31 ayat (1) hasil amendemen keempat.

5) Persamaan kedudukan warga negara Indonesia dalam bidang


pertahanan dan keamanan, terkait hakikat bahaya yang mengancam
negara menjadi ancaman semua warga negara Indonesia. Oleh
karena itu, warga negara Indonesia mempunyai persamaan
kedudukan dalam bidang pertahanan dan keamanan. Sistem
pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata). Sistem pertahanan
yang bersifat semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah,
dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini
oleh pemerintah. Sishankamrata diselenggarakan secara total,
terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari
segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta
didasarkan pada kesadaran atas persamaan kedudukan warga negara
lndonesiadalam upaya bela negara serta usaha pertahanan dan
keamanan negara Indonesia.

Setiap warga negara Indonesia, mempunyai hak dan kewajiban


sebagaimana tertuang di dalam Pasal-Pasal UUD NRI Tahun 1945, dan di
dalamnya mengandung Nilai-nilai Kebangsaan, meliputi nilai demokrasi,
nilai kesamaan derajat, nilai ketaatan hukum. Secara rind dapat dijelaskan
bahwa nilai demokrasi mengandung makna bahwa kedaulatanberada
di tangan rakyat, setiap warga negara memiliki kebebasan yang
bertanggungjawab terhadap penyelenggaran pemerintahan. Nilai
kesamaan derajat menjelaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak,
kewajiban dan kedudukan yang sama di depan hukum. Nilai ketaatan
hukum bermakna bahwa setiap warga negara tanpa diskriminasi wajib
mentaati setiap hukum dan peraturan yang belaku Sebagai warga negara

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Indonesia yang baik, mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana
tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

1O. Negara sebagai Tata nan Politik

Konsep negara sebagai suatu tatanan politik mencakup empat unsur


utama, yaitu (1) tata tertib kehidupan bersama yang diatur oleh suatu
tata hukum tertentu, dan (2) dilaksanakan oleh suatu kekuasaan yang
berdaulat atas suatu (3) wilayah tertentu dengan mengandalkan (4) suatu
kekuatan bersenjata yang menjamin monopoli kekuasaan hukum di
wilayah tersebut. Pandangan lain menyatakan negara sebagai suatu
organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang
sah dan ditaati oleh rakyatnya dapat pula merupakan inti dari politik.
dijadikan patokan kapan tatanan politik merupakan negara atau bukan.
Hal tersebut disebabkan oleh penetrasi berbagai kekuatan lintas nasional
yang telah menembus batas-batas sistemik, bukan lagi territorial. Banyak
kehidupan bersama atau tatanan politik hanya sebagai suatu tatanan
sosial yang memiliki suatu sistem pemerintahan sendiri yang umumnya
bersandar pada kekerabatan dan tidak mencapai tahapan pemerintahan
yang impersonal (Fukuyama, 2011 ). Sampai menjelang dasawarsa ketiga
dari abad 21 negara masih menjadi sublimasi yang ultimate dari tatanan
politik, sehingga negara merupakan panggung yang utama bagi
pergelaran kepentingan dan akomodasi kepentingan para pelaku politik,
mulai dari para warga negara kebanyakan sampai kepada para tokoh
publik yang mempunyai kemampuan untuk menentukan tujuannya,
dengan cara-cara yang mampu mencapai tujuannya.

a. Terjadinya Negara

Waktu terjadinyanegara untuk pertama kali tidak dapat diketahui


secara pasti, tetapi ada dua teori yang menjelaskan tentang terjadinya
negara, yaitu teori spekulatif dan teori historis (Huda 2012).Dari
penjelasan tersebut, para sarjana hubungan internasional bersepakat
bahwa terbentuknya negara bangsa (nation state) adalah pada tahun

Materi Pokok Bidang Studi Politik


1684 saat diadakannya Perjanjian Westphalia yang mengakhiri perang
30 tahun di Eropa.

1) Teori spekulatif menjelaskan terjadinya negara berdasarkan


pemikiran spekulasi. Sebagai contoh yang termasuk dalam teori
tersebut adalah teori perjanjian masyarakat, teori teokratis, teori
kekuatan, teori patriarkhal dan matriarkhal, teori organis, teori
daluwarsa, teori alamiah dan teori idealis. Kedelapan teori
tersebut dikatakan teori spekulatif karena kebenarannya tidak
dapat dibuktikan secara empiris, melainkan didasarkan pada
perkiraan manusia.

2) Teori Kejadian atau Teori Historis secara empiris dapat


menjelaskan dan membuktikan bagaimana proses terjadinya
negara, dan dinyatakan ada empat penyebab terbentuknya
negara, yaitu (a) adanya suatu daerah tak bertuan yang kemudian
membentuk negara baru, seperti Liberia pada tahun 1847; (b)
suatu daerah yang tadinya termasuk wilayah suatu negara,
kemudian melepaskan diri dan menyatakan dirinya merdeka
seperti Belgia yang melepaskan diri dari Belanda dan menya-
takan sebagai negara merdeka pada tahun 1839; (c) beberapa
negara mengadakan fusi/peleburan dan menjadi suatu negara
baru, ini yang terjadi pada Kerajaan Jerman tahun 1871; dan (d)
suatu negara lama pecah dan lenyap, kemudian muncul negara-
negara baru di atas daerah tersebut, contohnya Colombia yang
pecah menjadi Equador, Venezuela, dan Colombia Baru pada
1830.

b. Fungsi dan Tujuan Negara

Dalam arti formal negara diartikan sebagai organisasi kekuasaan


dengan suatu pemerintah pusat. Karakteristik negara dalam arti
formal ini adalah kewenangan pemerintah menjalankan paksa fisik
secara sah. Pada arti materiil, negara merupakan kelompok
masyarakat sebagai persekutuan hidup, dalam hal ini negara hanya
ditempatkan sebagai salah satu sekian banyak bentuk
pengelompokan sosial. Menurut konsep politik, negara dapat

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


terwujud jika memenuhi unsur-unsur adanya wilayah, penduduk,
pemerintahan, dan kedaulatan. Seperti halnya politik, negara juga
memiliki banyak definisi, diantaranya Budiarjo (2015) menyatakan
negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik; negara adalah
organisasi pokok dari kekuasaan politik; negara adalah agent (a lat)
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-
gejala kekuasaan dalam masyarakat.

Roger H. Soltau mengartikan negara sebagai alat atau wewenang


yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama
atas nama rakyat, dan Harold Laski menafsirkan negara sebagai alat
guna mengatur tingkah laku manusia, untuk itu negara memiliki
wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung
daripada individu atau kelompok. Max Weber menyatakan negara
sebagai suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam
penggunaan kekuasaan fisik secara sah dalam suatu wilayah (Santoso,
2012).

Sejalan dengan makna yang terkandung dalam beberapa pernyataan


tersebut di atas, dapat disimpulkan negara memiliki beberapa sifat,
yaitu:

1) Memaksa, yaitu negara memaksa agar semua peraturan


perundangan yang berlaku ditaati guna terciptanya ketertiban
dalam masyarakat maupun pemerintahan. Negara memiliki alat
paksa fisik yang sah (legitimate physical compulsion) menurut
konsepnya Max Weber, dan negaramemiliki tentara, polisi,
kejaksaan dan badan kehakiman yang menegakkan semua
peraturan yang ada.

2) Monopoli, yaitu negara memonopoli dalam menetapkan tujuan


bersama dari masyarakat. Negara memiliki wewenang untuk
melarang hid up dan menyebarluaskan suatu aIi ran kepercayaan
atau aliran politik yang dipandang mengganggu kepentingan
umum dan bertentangan dengan tujuan masyarakat umumnya .

Materi Pokok Bidang Studi Politik


3) Mencakup semua peraturan perundangan yang berlaku untuk
semua orang tanpa kecuali. Negara melaksanakan berbagai
fungsi yaitu, perlindungan, penertiban, mengusahakan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, pertahanan, serta
menegakkan keadilan. Kelima fungsi negara tersebut
dikelompokkan ke dalam 2 golongan, yaitu Essential Function
dan Optional Function. Essential Function yaitu fungsi yang dapat
dilakukan pemerintah atau swasta, bergantung kebutuhan
masyarakat (sektor jasa dan perniagaan), dan Optional Function,
yaitu fungsi yang dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta,
bergantung kebutuhan masyarakat (sektor jasa dan perniagaan).
Fungsi dan tugas tersebut merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh negara agar dapat dipertahankan kelangsungan
hidupnya dan mewujudkan kesejahteraan umum. Fungsi dan
tugas tersebut tidak selamanya sama karena dipengaruhi oleh
kepentingan politik, ekonomi, dan sosial yang ada pada suatu
saat. Misalnya pada saat ada ancaman dari negara lain, maka
fungsi pertahanan yang lebih diutamakan, sedangkan pada saat
terjadi masa paceklik, negara akan lebih mengarahkan
perhatiannya pada aspek kesejahteraan.

c. Bentuk Negara

Ada dua bentuk negara, yaitu negara kesatuan dan negara federal.
Negara kesatuan memiliki kedaulatan yang tidak dapat dibagi-bagi
antara orang pusat dan lokal, berarti segala keputusan akhir ada di
tangan pemerintah pusat. Bentuk negara kesatuan memiliki
supremasi Dewan Perwakilan Rakyat Pusat, selain itu tidak ada badan
lain yang berdaulat kecuali pemerintah pusat. Bentuk ini memiliki
integrasi yang amat kokoh. Negara federal memiliki kedaulatan yang
dapat dibagi antara pemerintah pusat dan pemerintah lokal, dan
ditetapkan dalam konstitusi sebagai sebuah perjanjian. Organ pusat
disebut pemerintah pusat federal, sedangkan organ pemerintah
lokal disebut pemerintah negara bagian .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Selain kedua bentuk negara di atas, sering terdengar istilah
Konfederasi dan Commonwealth. Kedua bentuk ini bukan bentuk
Negara melainkan bentuk persekutuan/persemakmuran antar negara
merdeka. Konfederasi terbentuk dari beberapa negara yang berdaulat
penuh, yang muncul demi mempertahankan perjanjian internasional
yang diakui. Konfederasi ini biasanya dibentuk untuk maksud-maksud
tertentu, misalnya di bidang ekonomi, politik, pertahanan, dan
lainnya. Commonwealth adalah suatu ikatan historis yang khas dalam
sejarah ketatanegaraan lnggris, yang lebih bermuatan psikologis,
adat, dan politis dari pada yuridis. Anggotanya adalah bekas negara
jajahan lnggris.

Selain bentuk negara, perlu diketahui juga bentuk pemerintahan


dan sistem pemerintahan. Bentuk pemerintahan terdiri dari dua
model, yaitu Monarki dan Republik. Monarki adalah bentuk
pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja yang digantikan
secara tu run- temurun. Republik adalah bentuk pemerintahan yang
dipimpin oleh seorang presiden yang penggantiannya berdasarkan
pemilihan umum. (Brahimi,2010)

d. Wilayah Negara

Wilayah merupakan unsur mutlak suatu negara sebagai tempat


berhuninya negara dan tempat berlangsungnya pemerintahan yang
berdaulat. Wilayah suatu negara, secara umum dapat dibedakan
atas: wilayah daratan, wilayah lautan, wilayah udara, dan wilayah
ekstrateritorial. Batas wilayah negara Indonesia ditetapkan dalam
perjanjian dengan negara lain yang berbatasan. Batas wilayah negara
Indonesia ditentukan dalam beberapa perjanjian internasional yang
dulu diadakan oleh pemerintah Belanda dengan beberapa negara
lain. Berdasarkan pasal 5 Persetujuan perpindahan yang ditetapkan
dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), perjanjian-perjanjian
internasional itu sekarang berlaku juga bagi negara Indonesia.
Perjanjian-perjanjian tersebut adalah Konvensi London 1814 di mana
lnggris menyerahkan kembali wilayah Hindia Belanda kepada
Kerajaan Belanda, dan beberapa traktat lainnya berkenaan dengan
wilayah negara (Utrecht, 2013).

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Berkenaan dengan wilayah perairan, ada 3 (tiga) batas wilayah laut
Indonesia (Danusaputra, 1983). Batas- batas tersebut adalah:

1) Batas Laut Teritorial


Laut teritorial adalah laut yang merupakan bagian wilayah suatu
negara dan berada di bawah kedaulatan negara yang
bersangkutan. Batas laut teritorial tersebut semula diumumkan
melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Sesuai
pengumuman tersebut, batas laut teritorial Indonesia adalah 12
mil yang dihitung dari garis dasar, yaitu garis yang
menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar
Indonesia, di mana jarak dari satu titik ke titik lain yang
dihubungkan tidak boleh lebih dari 200 mil. Pokok-pokok azas
negara kepulauan sebagaimana termuat dalam deklarasi diakui
dan dicantumkan dalam United Nation Convention on The Law
of The Sea (UNCLOS) tahun 1982. Indonesia meratifikasi UNCLOS
1982 melalui UU. No. 17 tahun 1985 pada tanggal 31 Desember
1985.

2) Batas Landas Kontinen


Landas kontinen (continental shelf) adalah dasar lautan, baik
dari segi geologi maupun segi morfologi merupakan kelanjutan
dari kontinen atau benuanya. Pada tahun 1969 pemerintah
Indonesia mengeluarkan pengumuman tentang Landas Kontinen
Indonesia sampai kedalaman laut 200 meter, yang memuat
pokok-pokok sebagai berikut:

(a) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam kontinen


Indonesia adalah milik eksklusif negara Republik Indonesia.

(b) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan garis batas


landas kontinen dengan negara-negara tetangga melalui
perundingan.

(c) Jika tidak ada perjanjian garis batas, maka batas landas
kontinen Indonesia adalah suatu garis yang ditarik di tengah-

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


tengah antara pulau terluar Indonesia dan titik terluar
wilayah negara tetangga.

(d) Tuntutan (claim) di atas tidak mempengaruhi sifat dan status


perairan di atas landas kontinen serta udara di atas perairan
itu.

Batas landas kontinen dari garis dasar tidak tentu jaraknya, tetapi
paling jauh 200 mil. Kalau ada dua negara atau lebih menguasai
lautan di atas landas kontinen, maka batas landas kontinen
negara-negara itu ditarik sama jauhnya dari garis dasar masing-
masing. Sebagai contoh adalah batas landas kontinen Indonesia
dan Malaysia di Selat Malaka sebelah selatan. Kewenangan atau
hak suatu negara dalam landas kontinen adalah kewenangan
atau hak untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat
di dalam dan di bawah wilayah landas kontinen tersebut.

3) Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Pada tanggal 21 Maret 1980 pemerintah Indonesia


mengumumkan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pengumuman
pemerintah ini kemudian disahkan dengan Undang-undang No.
5 tahun 1983. Batas ZEE adalah 200 mil dari garis dasar ke arah
laut bebas. Kewenangan negara di wilayah ZEE adalah
kewenangan memenfaatkan sumber daya, baik di laut maupun
di bawah dasar laut. Dalam Konperensi Hukum laut tercapai
kesepakatan bahwa di ZEE ini negara tidak memiliki kedaulatan
pen uh tetapi memiliki hak dan yurisdiksi terbatas pada bidang-
bidang tertentu. Dalam pasal 56 Konvensi Hukum Laut tahun
1982 ditentukan bahwa negara pantai memiliki hak berdaulat
untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi sumber-sumber
kekayaan alam hayati dan non hayati, dan kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
tersebut seperti pembuatan energi arus dan angin. Sedangkan
kewajiban negara di kawasan ZEE merupakan kewajiban yang
berkaitan dengan status ZEE sebagai perairan laut lepas, di mana

Materi Pokok Bidang Studi Politik


negara pantai tidak boleh menghalangi kebebasan berlayar,
penerbangan di atas ZEE, dan pemasangan kabel-kabel di bawah
laut.

Negara pantai juga berkewajiban melakukan konservasi kekayaan


laut, yaitu menjaga keseimbangan hidup sumber daya yang ada
di laut. Sedangkan wilayah udara suatu negara meliputi wilayah
udara yang berada di atas wilayah laut dan wilayah perairan
negara yang bersangkutan.

Berkaitan dengan pemanfaatan ruang udara khususnya


penerbangan, oleh masyarakat internasional telah disusun
perjanjian internasional utama yaitu Convention on International
Civil Aviation 1944 atau secara singkat dikenal sebagai Konvensi
Chicago 1944. Perjanjian internasional yang diprakarsai Amerika
Serikat ini bersifat publik dan mengatur kepentingan umum
yang merupakan tanggungjawab pemerintah dalam kegiatan
penerbangan sipil internasional.

e. Kedaulatan Negara

Kata kedaulatan artinya kekuasaan tertinggi; jika pemerintah yang


berdaulat artinya pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi,
kekuasaan yang tidak berada di bawah kekuasaan lainnya. Kedaulatan
negara dapat diartikan sebagai kedaulatan ke dalam dan kedaulatan
ke luar. Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan tertinggi untuk
mengatur rakyatnya sendiri, sedangkan kedaulatan ke luar adalah
kekuasaan tertinggi yang harus dihormati oleh negara-negara lain.
Dengan kedaulatannya pemerintah berhak mengatur negaranya
sendiri tanpa campur tangan dari negara lain (Santoso, 2012).

Menu rut Jean Bodin (Samekto dan Kridalaksana 2008) kedaulatan


sebagai atribut negara merupakan ciri khusus dari sebuah negara.
Kedaulatan merupakan kekuasaan yang mutlak dan abadi, tidak
terbatas dan tidak dapat dibagi-bagi. Menurutnya tidak ada
kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi kekuasaan
negara. Kedaulatan membawakan sifat-sifat berikut: (a) Asli, dalam

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


arti tidak diturunkan dari kekuasaan yang lain; (b) Tertinggi, dalam
arti tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi
kedaulatan; (c) Abadi atau kekal, dalam arti keberadaannya tetap;
dan (d) Tidak dapat dibagi, dalam arti hanya ada satu kekuasaan
teringgi saja dalam negara .Dengan ungkapan lain ada yang
menyatakan bahwa kedaulatan itu membawakan sifat permanen,
asli, tidak dapat dibagi-bagi, dan tidak terbatas.

f. Peran Negara Melindungi Warga Negara

1) Misi perlindungan Negara Indonesia terhadap warga


negaranya terlihat dari adanya:
(a) Penerapan prinsip-prinsip dasar demokrasi (kehidupan
konstitusional); prinsip Good Governance, supremasi
hukum, keberadaan hukumyang demokratis,
kekuasaan kehakiman yang merdeka, otonomi daerah;
promosi dan perlindungan HAM, kontrol masyarakat
madani; kontrol sipil terhadap militer.
(b) Prinsip negara hukum (The Rule of Law) tertera dalam
Pasal 1 ayat 3 UUD NRI 1945; aparat negara harus
tunduk pada hukum, dan penegakan supremasi hukum
yang menuntut agar warga negara selalu tunduk pada
hukum (the government is under the law), eksistensi
kekuasaan kehakiman yang merdeka (the independence
of the judiciary), akses untuk memperoleh keadilan
(access to justice) harus terbuka luas dan hukum harus
ditegakkan secara adil (just), sama rata (equal) dan pasti
(certainty).
(c) Perumusan HAM baik HAM sipil dan politik maupun
HAM sosial, ekonomi dan budaya tersebut dalam UUD
NRI 1945 pasal 28A sampai dengan Pasal 28J. Pasal 29
menjelaskan perlindungan kehidupan beragama, pasal
30 tentang Pertahanan dan Keamanan, pasal 31
tentang Pendidikan, dan pasal 33 tentang Ekonomi
dan Kesejahteraan Sosial.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


2) Pemahaman dan penghayatan terhadap dimensi-dimensi
perlindungan, yang merupakan cerminan dari:
(a) Karakter nasional yaitu Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI dan sesanti Bhinneka Tunggal lka.
(b) Karakter pemerintahan yaitu demokrasi.
(c) Karakter sosial yaitu spirit berupa kebanggaan terhadap
perjuangan para pendahulu menentang penjajahan
di masa lalu dan keinginan untuk hidup bersama.

3) Pernyataan dalam Pembukaan UUD 1945 dengan jelas


menyatakan tentang peranan negara pada alinea keempat,
yang berbunyi: "... melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, ....... dst".

Berdasarkan pernyataan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat


tersebut di atas dapat dipahami bahwa peranan negara untuk
melindungi warga negaranya dapat terlihat dari:

(a) "... melindungi segenap bangsa Indonesia ..." mengandung arti


bahwa negara menjamin terpeliharanya dengan jelas hak-hak
warga atau penduduk dalam segala aspek kehidupan, seperti
terjaminnya keselamatan jiwa dan raga, kepemilikan, kebebasan
berakidah, berorganisasi, berpendapat dan lain-lain sebagainya.
Sebagai contoh, UUD 1945 setelah perubahan mengatur lebih
rind masalah hak Azasi manusia. Pasal 28E ayat menegaskan
bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya. Hak kebebasan beragama juga dijamin
dalam Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan "Negara

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya. Keyakinan terhadap suatu
agama, dan keyakinan atas perintah agama yang harus
dilaksanakan juga mendapatkan jaminan dalam Pasal 28E ayat
2 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya. Bahkan, hak beragama juga diakui
sebagai hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun
berdasarkan UUD 1945 Pasal 281 ayat 1. Konsekuensi dari adanya
jaminan tersebut, setiap orang wajib menghormati kebebasan
beragama orang lain UUD 1945 Pasal 28J ayat 1. Negara juga
bertanggungjawab untuk melindungi, memajukan, dan
memenuhi kebebasan beragama sebagai hak Azasi manusia
seperti tercantum dalam UUD 45 Pasal 281 ayat 4. Negara juga
harus menjamin bahwa seseorang tidak diperlakukan secara
diskriminatif atas dasar agama yang diyakini dan ibadat yang
dijalankannya seperti tertera pasa UUD 45 Pasal 281 ayat 2

(b) "... seluruh tumpah darah ...", berarti negara sangat berperan
dalam mempertahankan tanah air yang menjadi tumpah darah
bangsa Indonesia, seluruh wilayah menyatu dengan bangsa
adalah tanggung jawab negara untuk mempertahankannya,
seperti keutuhan wilayah negara dari gangguan, ancaman dan
tantangan dari luar, negara berperan menangkal upaya negara
asing untuk mengintervensi sejengkalpun tanah Indonesia.
Sebagai contoh, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan Undang-Undang
No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia merupakan
bentuk perlindungan negara terhadap warga negaranya. Tentara
Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan
pertahanan negara untuk menegakkan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah, dan melindungi
keselamatan bangsa, menjalankan operasi mi liter untuk perang

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dan operasi militer selain perang, serta ikut secara aktif dalam
tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

(c) "... memajukan kesejahteraan umum ... " bermakna bahwa


peranan negara sangat dominan dalam kemajuan ekonomi,
memberantas kemiskinan, meningkatkan pendapatan rakyat,
menekan angka penggangguran dan sekaligus membuka
lapangan kerja. Sebagai contoh, Undang-Undang Republik
Indonesia No.13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin,
dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, melalui (1)
Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat; (2) Peningkatan
kapasitas fakir miskin untuk mengembangkan kemampuan dasar
dan kemampuan berusaha; (3) Jami nan dan perlindungan sosial
untuk memberikan rasa aman bagi fakir miskin; (4) Kemitraan
dan kerja sama antar pemangku kepentingan; dan (5) Koordinasi
antara kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

Peran negara dalam memberantas kemiskinan dilakukan juga


melalui pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, dengan
memberikan perlindungan berdasarkan Undang-Undang No
No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Berdasarkan Pasal 2 UU
No No. 39 Tahun 2004, penempatan dan perlindungan ca Ion TKI
berazaskan kepada keterpaduan, persamaan hak, demokrasi,
keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi,
serta anti perdagangan manusia. Dalam penempatan dan
perlindungan TKI di luar negeri, negara bertugas untuk mengatur,
membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan
penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.

(d) "... mencerdaskan kehidupan bangsa ..." bermakna bahwa negara


berperan dalam pemberantasan buta huruf dan rendahnya mutu
pendidikan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
lain-lain sebagainya. Sebagai contoh, dalam Pasal 5 ayat (1 ), (2),
dan (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Pendidikan Nasional, secara umum menjelaskan bahwa setiap
warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Setiap warga negara berhak
mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang
hidup, artinya negara harus menjamin hak-hak anak atas
pendidikan dan tidak boleh lalai dalam pelaksanaanya.

(e) "... ikut melaksanakan ketertiban dunia ...." bermakna bahwa


negara terlibat dalam proses perdamaian dunia secara aktif,
kepedulian yang tinggi terhadap masalah yang muncul di negara
lain, dan bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk
memecahkan persoalan dunia.

11. Studi Kasus

Upaya pemenuhan peran negara dalam melindungi warga negara


Indonesia melalui proses pembangunan nasional sampai saat ini, ternyata
masih terdapat praktik pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
warga negara, diantaranya dapat dicermati pada beberapa fakta berikut:

a. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Yang Terjadi di Indonesia


Pendekatan pembangunan yang mengutamakan security approach
dapat menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
oleh pemerintah. Selama lebih kurang 32 tahun orde baru berkuasa
security approach sebagai kunci menjaga stabilitas dalam rangka
menjaga kelangsungan pembangunan agar terjadi pertumbuhan
ekonomi nasional. Pola pendekatan semacam ini, sangat berpeluang
menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah,
karena stabilitas ditegakan dengan cara-cara represif oleh pemegang
kekuasaan. Beberapa jenis pelanggaran hak
asasi manusia dapat terjadi, antara lain (Duaji, 2003):
1) Penangkapan dan penahanan seseorang yang bertujuan
menjaga stabilitas, tanpa berdasarkan hukum.

2) Penerapan budaya kekerasan untuk menindakwarga masyarakat


yang dianggap ekstrim yang dinilai oleh pemerintah

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


mengganggu stabilitas keamanan yang akan membahayakan
kelangsungan pembangunan.

3) Pembungkaman kebebasan pers dengan cara pencabutan SIUP,


khususnya terhadap pers yang dinilai mengkritisi kebijakan
pemerintah, dengan dalih mengganggu stabilitas keamanan
dapat menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap
pemerintah, karena takut dicurigai sebagai oknum pengganggu
stabilitas atau oposan pemerintah (ekstrim). Hilangnya rasa aman
demikian ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi
manusia.

4) Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan


pendapat, karena dikhawatirkan akan menjadi oposan terhadap
pemerintah.

b. Kasus Pelanggaran Kewajiban Yang Terjadi di Indonesia

1) Kewajiban warga negara merupakan rangkuman semua


kewajiban asasi manusia tersebut yang diatur oleh konstitusi
negaranya masing-masing. Warga negara yang harus mematuhi
kewajiban tersebut, dapat diklasifikasikan sebagai warga negara
yang harus bertanggungjawab dengan kewajibannya (di
Indonesia), yaitu (1) warga negara Indonesia yang tinggal di
Indonesia maupun yang sedang tinggal di luar negeri; dan (2)
warga negara asing yang datang dan atau tinggal di Indonesia
atas keperluan tertentu. Kewajiban warga negara di Indonesia
diatur oleh UUD 1945 dan UU yang berlaku. Namun, seperti
sudah disebutkan di atas, lebih banyak orang yang mengetahui
dan menuntut hak daripada kewajibannya.

2) Kasus lain terkait pengingkaran kewajiban warga negara adalah


tidak mau membayar pajak atau menghindari membayar pajak,
berarti pengingkaran kewajiban warga negara terhadap pasal
23 ayat 2 UUD 1945, tentang "segala pajak untuk keperluan
negara berdasarkan undang-undang". Pengingkaran terhadap
pajak hampir dilakukan oleh seluruh warga negara, mulai dari
pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, pajak penghasilan,

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


pajak penjualan, dan lain-lain. Warga negara Indonesia wajib
membayar pajak, karena pajak merupakan salah satu sumber
biaya pembangunan dan warga negara menikmati hasilnya.

3) Jenis-jenis pelanggaran hak asasi manusia merupakan


pengingkaran kewajiban yang tercantum dalam pasal 28 J ayat
1 UUD 1945, yang menyatakan "setiap orang wajib menghormati
hak asasi manusia orang lain". Hak asasi manusia dimiliki oleh
setiap warga negara yang tinggal di Indonesia. Oleh karena itu
agar tercipta suasana yang kondusif, seharusnya setiap warga
negara wajib menghormati dan menghargai hak asasi manusia
lain, seperti halnya membunuh orang lain, berarti melakukan
pelanggaran terhadap hak hidup.

4) Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 menyatakan "Tiap-tiap warga negara


berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara", artinya setiap warga negara wajib ikut serta
dalam bentuk-bentuk usaha pembelaan negara sesuai perannya
masing-masing. Contoh pelanggaran atau pengingkaran
kewajiban negara terhadap pembelaan negara adalah warga
negara yang tidak bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
suatu tugas dan kewajibannya sebagai warga negara,atau
seorang warga negara yang tidak mau tahu dengan
lingkungannya dan negaranya, atau melakukan tindakan yang
memecah belah Bangsa Indonesia.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


• Materi Pokok Bidang Studi Politik
SISTEM DEMOKRASI
DI INDONESIA
III
12. Umum

Negara Indonesia adalah salah satu negara yang menganut


demokrasi dalam sistem pemerintahannya. Demokrasi berarti
pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa pemilik kekuasaan
adalah rakyat, sedangkan pemerintah berkuasa karena mendapatkan
pelimpahan kewenangan kekuasaan dari rakyat. Demokrasi merupakan
salah satu bentuk sistem pemerintahan negara dalam upaya menciptakan
kedaulatan rakyat/negara yang dijalankan oleh pemerintah.

Sebagai suatu sistem, demokrasi memiliki unsur agar tetap berada


dan ditegakkan dalam sebuah negara, yaitu negara hukum, masyarakat
madani (civil society), dan infrastruktur politik (Pureklolon, 2016). Negara
hukum (the rule of law) dicirikan oleh adanya supremasi aturan-aturan
hukum, adanya kesamaan kedudukan didepan hukum, dan adanya
jaminan perlindungan HAM. Masyarakat Madani memiliki ciri masyarakat
terbuka yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan negara, dan
mempersyaratkan adanya keterlibatan warga negara dalam asosiasi-
asosiasi sosial. lnfrastruktur politik terdiri dari partai politik, kelompok
gerakan, dan kelompok penekan atau kelompok kepentingan.

Beberapa model demokrasi yang berkembang pada saat ini adalah


demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi sosial, demokrasi
partisipasi, dan demokrasi konstitusional. Sela in itu jenis demokrasi dapat

Materi Pokok Bidang Studi Politik


didasarkan pada cara penyampaian pendapat, dan demokrasi berdasarkan
prinsip ideologi.

Demokrasi berdasarkan cara penyampaian pendapat terdiri dari


demokrasi langsung, demokrasi tidak langsung, dan demokrasi perwakilan
dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat. Demokrasi berdasarkan
prinsip ideologi terdiri dari demokrasi liberal (kebebasan yang luas pada
individu), dan demokrasi rakyat/proletar (tidak mengenal perbedaan
kelas yang bertujuan menyejahterakan rakyat).

Sistem demokrasi dikatakan berjalan baikjika ada pola perilaku yang


menjadi tuntutan atau nilai-nilai yang diyakini masyarakat, dan nilai-nilai
demokrasi tersebut memerlukan kesadaran akan pluralisme, terutama
masyarakat Indonesia yang beragam suku, agama, ras, etnis, budaya dan
potensi alamnya. Suatu negara dikatakan negara demokratis jika mampu
mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-prinsip demokrasi yang
harus ada dalam sistem pemerintahan adalah (1) kontrol atas keputusan
pemerintah, (2) pemilihan yang teliti dan jujur, (3) warga negara dapat
memilih dan dipilih, (4) kebebasan dalam mengutarakan pendapat tan pa
ancaman, (5) kebebasan untuk mengakses informasi yang akurat, dan
(6) kebebasan berserikat yang terbuka.

Selama Indonesia merdeka, masalah utama yang dihadapi adalah


upaya membina kehidupan sosial dan politik yang demokratis didalam
beraneka ragam pola budaya masyarakat Indonesia guna meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Penegakan demokrasi di Indonesia perlu
memperhatikan sikap menerima dan menghargai perbedaan yang ada
agar mampu menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut sebagai modal
dan kekayaan bersama.

Pada Bab Ill uraian diawali dengan bagian umum, dan selanjutnya
difokuskan pada Sejarah Sistem Demokrasi di Indonesia, Penyelenggaraan
Pemilu meliputi perkembangan lembaga penyelenggara pemilu, sistem
pemilu di lembaga tinggi negara dan sistem pemungutan dan
perhitungan suara pemilu; Sistem Kepartaian di Indonesia; Organisasi
Masyarakat; Reformasi Sistem Demokrasi; Peran Media Komunikasi, dan
Peran Masyarakat Madani (Civil Society) .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


13. Sejarah Sistem Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami fluktuasi dari


masa kemerdekaan sampai saat ini. Masalah pokok yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia adalah upaya meningkatkan kehidupan ekonomi dan
membangun kehidupan sosial dan politik yang demokratis dalam
masyarakat. Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi menjadi em pat
periode dengan uraian sebagai berikut:

a. Demokrasi Parlementer (1945-1959)


Sistem parlementer berlaku didasarkan pada maklumat
pemerintah pada tanggal 14 November 1945. Maklumat yang
dikeluarkan atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat berisi
perubahan sistem kabinet presidensiil menjadi parlementer, suatu
sistem yang sifatnya pluralistik liberal. Dengan keluarnya maklumat
tersebut presiden tidak lagi berkedudukan sebagai kepala
pemerintahan, melainkan hanya berfungsi sebagai kepala negara.
Kekuasaan presiden berkurang, karena kepala pemerintahan
diduduki oleh perdana menteri. Maklumat 14 November 1945 yang
didasari oleh gagasan pluralisme atau demokrasi pluralistik, ternyata
disamping mengubah sistem kabinet juga berisi rencana pemilu
untuk memberi porsi besar kepada rakyat melalui wakil-wakilnya
dalam menjalankan politik pemerintahan dan menentukan haluan
negara serta berisi anjuran pembentukan partai-partai oleh rakyat
(Mahfud,2017).

Kelemahan dari pelaksanaan sistem ini adalah lemahnya


pemerintahan, tercatat dalam kurun waktu empat tahun (1945-1949)
menunjukan partai-partai politik dapat menjatuhkan kabinet berkali-
kali, sehingga banyak program pemerintah yang tidak dapat berjalan.
Selain itu juga karena adanya aspirasi politik masyarakat yang dapat
disalurkan melalui media masa tanpa sensor, menyebabkan keadaan
menjadi labil (Mahfud, 2000: SO).

Disamping kelemahannya, masa Demokrasi Parlementer (1950-


1959) memperoleh sorotan khusus dari pakar-pakar mancanegara
karena dianggap merupakan periode yang paling demokratis dalam

Materi Pokok Bidang Studi Politik


sejarah. Herbert Feith cenderung menilai bahwa dalam masa itu
pemerintahan berfungsi dengan baik dan dihormatinya kebebasan
berbicara serta berorganisasi.

Perlu diperhatikan perilaku berdemokrasi yang santun yang


ditunjukan oleh negarawan, seperti Natsir, Hamka, Sutan Takdir
Alisyahbana, Aidit, dan beberapa nama lain. Ketika terjadi perdebatan
sengit dalam konstituante, yaitu ketika membahas mengenai dasar
negara, penyampaian materi di atas mimbar dilakukan dengan
santun meskipun ada perbedaan ideologi yang tajam dari partai-
partai tersebut. Pada waktu itu retorika diolah dalam kualitas, retorika
politik diukur berdasarkan argumen di parlemen, bukan jumlah
spanduk atau baliho yang berjajar dijalan. Periode itu adalah ketika
politik bekerja dibawah kendali etika. Ada debat publik yang keras,
tetapi kehangatan sosial tetap terjalin (Gerung, dalam Tempo 17
Agustus 2007).

Pada tahun 1950-an adalah periode dimana elit politik banyak


berorientasi kepada rakyat bawah hingga mudah diakses oleh rakyat.
Pada periode inilah rakyat merasa sebagai bagian penting dinamika
sosial politik nasional. Menurut Ruth McVey, pada periode ini politik
Indonesia sangat terbuka dan amat berakar dimasyarakat. Hal ini
tampak pada besarnya kepedulian para pejabat publik kepada
kepentingan publik. Masa itu sedikit ditemukan kasus korupsi besar-
besaran. Kalaupun ada tahun 1950-an politisi busuk yang berkeliaran
biasanya bukan untuk mencuri uang negara dalam jumlah miliyaran
rupiah, atau menyuap tim pengadilan untuk mempengaruhi jalannya
hukum, tetapi karena perbedaan pandangan politik antar partai atau
antar anggota partai. Dengan kata lain, kasus-kasus yang terjadi
lebih bersifat politis daripada kriminal, misalnya tidak ada penjualan
sumber-sumber alam milik negara oleh pejabat kepada perusahaan
asing secara masal, atau pemberian izin bagi modal asing yang
malangmelintang di negeri ini hingga menguras potensi ekonomi
rakyat (Wardaya,2004).

Dinamika bidang politik dalam negeri menunjukan adanya


kesadaran bersama terhadap pentingnya suatu cita-cita nasional,

• Materi Pokok Bidang Studi Pofitik


tanpa disertai keinginan memisahkan diri dari republik yang lahir
dari cita-cita proklamasi 1945 dan revolusi kemerdekaan. Kalaupun
ada pemberontakan terhadap pemerintah pusat, misalnya kasus
PRRI dan Permesta, titik tolaknya bukan separatisme tetapi tuntutan
agar pemerintah pusat memberi perhatian yang lebih besar kepada
kepentingan daerah. Rakyat pada umumnya sangat antusias untuk
menjadi bagian pokok politik nasional dengan disertai rasa
kebangsaan yang kuat. Komunitas yang mereka impikan itu jelas,
yaitu sebuah negara kesatuan yang bernama Indonesia, yang
bergerak bersama menuju ke masa depan yang semakin baik
(Wardaya, 2004).

Demokrasi yang berlanggam liberal tidak berlangsung lama. Era


kebebasan politik itu dihentikan Soekarno melalui Dekrit Presiden
5 Juli 1959. Soekarno memunculkan berbagai argumen untuk
menghentikan demokrasi parlementer, salah satunya adalah seperti
yang dikemukakan dalam pidatonya pada Siaran RRI Jakarta tahun
1957:

·~ . .. tetapi tegas bagi saya demokrasi yang kita pakai sebelas tahun ini
adalah suatu demokrasi impor, demokrasi yang bukan demokrasi
Indonesia. Di dalam Demokrasi Barat itu saudara-saudara, bukan
demokrasi yang cocok dengan jiwa kita sendiri. Di dalam demokrasi
Ba rat itu, saudara-saudara demokrasi parlementer ala Barat, maka
adalah begripyang dinamakan begrip oposisi inilah, saudara-saudara
yang telah membuat kita sebelas tahun lamanya menderita"

Pidato tersebut menunjukan bahwa Soekarno tidak


menghendaki oposisi karena dengan adanya oposisi stabilitas
pemerintahan terganggu, sehingga banyak program-progam
pemerintah untuk mengatasi penderitaan rakyat tidak dapat berjalan
dengan baik.

Penolakan Soekarno atas demokrasi parlementer, menu rut Rocky


Gerung, staf pengajar filsafat UI, adalah karena motivasi Soekarno
untuk mengendalikan politik ditambah kepentingan militer untuk

Materi Pokok Bidang Studi Politik


masuk dalam sistem kekuasaan. Semenjak itu, negara Indonesia
masuk dalam kontrademokrasi. Politik kontrademokrasi ini juga
berlanjut pada era Orde Baru. Pada era ini kebebasan politik juga
merupakan hal yang tabu, maka dari itu liberalisme dilarang keras,
bukan karena ia bawaan Barat, tetapi karena ia adalah ancaman bagi
otoritarianisme (Gerung, dalam Tempo 17 Agustus 2007).

b. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Presiden Soekarno dalam pidatonya tanggal 17 Agustus 1959


dengan judul "Penemuan Kembali Revolusi Kita" menjelaskan butir-
butir pokok Demokrasi Terpimpin dalam dua kategori: pertama, tiap-
tiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan umum,
masyarakat dan negara. Dua, tiap-tiap orang mendapat penghidupan
yang layak dalam masyarakat, bangsa, dan Negara.

Soekarno pada kesempatan lain menjelaskan "Demokrasi


Terpimpin adalah demokrasi kekeluargaan, tanpa anarkinya
liberalisme, tanpa otokratisnya diktatur. Demokrasi kekeluargaan
yang di maksud adalah demokrasi yang "mendasarkan sistem
pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan
pimpinan satu kekuasaan sentral ditangan seorang sesepuh, yang
tidak mendiktatori, tetapi mengayomi"

lroninya adalah bahwa tingkah laku politik Soekarno, terutama


ketika dia berkuasa di zaman demokrasi terpimpin, tampak jauh
menyimpang, bahkan bertentangan dengan politiknya sendiri.
Soekarno, di puncak kekuasaannya membubarkan parlemen,
walaupun hal itu sebenarnya bertentangan dengan UUD 1945.
ldenya tentang Dewan Perwakilan Rakyat yang hidup, terjadi
perdebatan yang sungguh-sungguh yang mencerminkan aspirasi
masyarakat, diingkarinya sendiri dengan jalan menentukan sendiri
orang-orang yang duduk dalam lembaga itu. Soekarno juga menjadi
sangat sensitif terhadap kritik sehingga pada akhirnya praktis
mematikan pandangan-pandangan lain yang berbeda dengan
pandangannya. Parlemen yang lumpuh tidak mungkin melahirkan
musyawarah mufakat yang sesungguhnya. Sikap Soekarno dengan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


sistem Demokrasi Terpimpinnya memunculkan penolakan dari
beberapa tokoh Indonesia, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, yang
menyatakan bahwa kedudukan Soekarno sebagai presiden dan
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, yang ditangannya kekuasaan
eksekutif, legislatif, dan yudikatif, hanya memiliki perbedaan sedikit
dengan raja-raja masa lampau yang memiliki kekuasaan absolut.
Hal tersebut menunjukan bahwa selama periode Demokrasi
Terpimpin kekuasaan Soekarno begitu besar, sehingga seolah semua
kekuasaan terpusat ditangan presiden. Menyimak perkembangan
demokrasi di tanah air, Bung Hatta melihat sejarah Indonesia banyak
memperlihatkan pertentangan antara idealisme dan realita. ldealisme
yang ingin diwujudkan adalah menciptakan suatu pemerintahan
yang adil yang akan melaksanakan pemerintahan dengan sebaik-
baiknya dan kemakmuran rakyat yang maksimum, tetapi realitanya
pelaksanaan pemerintahan dalam perkembanganya ma kin jauh dari
demokrasi yang sesungguhnya. Dengan perubahan Dewan
Perwakilan Rakyat yang semua anggotanya ditunjuk oleh presiden
Soekarno, bagi Hatta berarti lenyaplah sisa-sisa demokrasi yang
penghadapan. Demokrasi terpimpin Soekarno menjadi diktatur yang
didukung oleh golongan- golongan tertentu.

c. Demokrasi Pancasila Orde Baru (1965-1998)

Kekuasaan presiden Soekarno berakhir melalui Supersemar yang


diemban oleh Soeharto, darinya lahir sebuah pemerintahan yang
dinamakan Orde Baru. Pada era ini berlangsung demokrasi Pancasila.
Mantan Presiden Soeharto pada pidato kenegaraan tanggal 16
Agustus 1967, menyatakan bahwa Demokrasi Pancasila adalah
demokrasi kedaulatan rakyat yang dijiwai dan diintegrasikan dengan
sila-sila lainnya, sedangkan dalam seminar Angkatan Darat II
dirumuskan Demokrasi Pancasila, seperti yang termaktub didalam
UUD 1945, yang berarti menegakkan kembali asas-asas negara
hokum, yaitu adanya kepastian hukum yang dirasakan oleh segenap
warga negara, adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia, dan
penghindaran atas penyalahgunaan kekuasaan secara institusional
(Budiarjo, 2015).

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Pada mulanya Orde Baru tampil ke pentas politik dengan
demokrasi yang berlanggam libertarian dibidang politik dan berusaha
memberikan kepuasan dibidang ekonomi kepada rakyat Indonesia.
Tetapi corak tersebut hanya muncul diawal saja, semakin lama Orde
Baru semakin menunjukan dirinya sebagai negara yang kuat dan
otoriter (Mahfud, 2000:61). Orde Baru memulai dengan langkah
demokratis, kiranya dapat dipahami karena pada waktu itu legitimasi
masih harus diciptakan dengan cara membuat anti sistem yang
diciptakan oleh Soekarno yang nyata-nyata tidak disukai

Selama masa Orde Baru, pelaksanaan Demokrasi Pancasila lebih


menekankan pada musyawarah mufakat, meski secara konstitusi
voting dibenarkan, tetapi hal tersebut dihindari. Disatu sisi
pelaksanaan asas musywarah mufakat dalam pengambilan
keputusan memang telah berhasil memelihara stabilitas, tetapi disisi
lain pelaksanaan asas musyawarah mufakat dapat mencapai
keberhasilan lebih dikarenakan besarnya wibawa dan pengaruh
presiden, bukan karena proses musyawarah mufakat itu sendiri
(Haryono, 1997: 155). Karakter demokrasi yang seperti itu serupa
dengan Demokrasi Terpimpin para era Orde Lama yaitu ketika
pemimpin memiliki karisma yang begitu kuat sehingga dapat
mempengaruhi dan meraup suara mayoritas.

Kuntowijoyo (Sumarjan, 2000) menemukan beberapa kekeliruan


mendasar Soeharto dalam mengelola kehidupan bernegara:

1) Membangun sistem politik monolitik, yang bertentangan dengan


ciri heterogenitas bangsa Indonesia. Pluralisme ditekan dibawah
hasrat menciptakan keseragaman yang didalamnya terkandung
maksud pemusatan kekuasaan untuk memelihara status quo.

2) Pembatasan jumlah partai politik, yang bertolak dengan ide


modernisasi. Dalam hal ini ada dua arus pemikiran berjalan
berlawanan. Melalui pengakuan terhadap keunggulan
mekanisme pasar bebas, pembangunan ekonomi diarahkan ke
kutub liberalism, sementara modernisasi politik ditujukan ke
arah otoritarianisme.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


3) Politisasi birokrasi yang lebih siap melayani kebutuhan rezim
politik daripada melayani kebutuhan warganegara.

4) Membangun klientalisme ekonomi melalui praktek kolusi antara


birokrasi pemerintah dan pihak kekuatan ekonomi swasta
sehingga dua kekuatan utama masyarakat (politik dan ekonomi)
dikontrol oleh sekelompok orang yang paling dekat dengan
kekuasaan.

5) Melakukan represi ideologis serta penggunaan wacana yang


otoriter sehingga memunculkan ketakutan politik pada tataran
masyarakat yang tujuannya untuk menghindarkan diri dari
kontrol dan kritik yang datang dari anggota masyarakat.

6) Memanipulasi simbol-simbol cultural, sehingga rakyat


memandang penguasa sebagai makhluk paling arif, tanpa cacat,
dan karenanya, tidak perlu lagi dikontrol oleh kekuatan
demokratis. Pemusatan kekuasaan yang dilakukan secara intensif,
nyaris menjadikan pribadi penguasa identik dengan hukum.

Pemerintahan yang tidak demokratis ini akhirnya tumbang


karena tidak dapat membawa rakyatnya pada kehidupan yang lebih
baik. Krisis multidimensi memunculkan krisis kepercayaan yang
berujung pada demonstrasi yang masif dan anarkis dibanyak kota
yang menuntut rezim ini untuk turun. Pemerintahan ini berakhir
dengan meninggalkan banyak masalah yang harus diselesaikan oleh
pemerintahan selanjutnya.

d. Demokrasi Pancasila Orde Reformasi (1998-sekarang)

Indonesia memasuki era reformasi setelah lengsernya Soeharto


dari kursi kepresidenan . Persoalan utama reformasi politik adalah
upaya mengurai kekuasaan yang sudah sangat terpusat pada mantan
presiden Soeharto,dan upaya mewujudkan mekanisme politik yang
transparan. Persoalan ini mengarahkan bangsa Indonesia pada
pemahaman bahwa reformasi di bidang politik identik dengan
demokratisasi.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Henk Schulte Nordholt mengemukakan bahwa jika dinilai dari
perubahan struktural ketatanegaraan yang telah tercapai beberapa
tahun yang lalu, perubahan-perubahan di Indonesia dapat dikatakan
sebagai silent revolution, yaitu suatu perubahan yang sangat
mendalam yang telah tercapai lewat proses demokratis, baik posisi
MPR sendiri, yang diganti dengan sistem bikameral, maupun tidak
kalah penting juga posisi legislatif (DPR) versus eksekutif yang jauh
lebih kuat dibanding sebelumnya. Selain itu beberapa perubahan
yang mendasar yaitu, adanya pemilihan presiden dan wakil presiden
secara langsung dan amandemen UUD 1945, merupakan sesuatu
yang sakral dimasa orde baru. Pada masa reformasi Media masa juga
telah dijamin kebebasannya melalui Undang-Undang Kebebasan
Pers, dan adanya desentralisasi.

Ada beberapa prestasi besar yang dicapai oleh gerakan reformasi


di Indonesia, terutama dibidang politik dan tatanegara. Reformasi
itu dilakukan dengan keberhasilan MPR melakukan amandemen
UUD1945 yang selama Orde Baru disakralkan. Amandemen ini telah
membuka peluang bagi ditatanya kembali sistem politik kearah yang
lebih demokratis dengan menjunjung supremasi hukum dan
kedaulatan rakyat. Beberapa reformasi yang telah dilakukan yaitu:

1) Penyelenggaraan pemilihan umum sebagai wujud partisipasi


rakyat. Pada masa orde baru, pemilihan umum yang dilakukan
setiap lima tahun sekali hanya hanya dijadikan alat legitimasi
kekuasaan Soeharto dengan cara memobilisasi rakyat.

2) Berdasarkan amandemen UUD 1945 yang disahkan pada tahun


2002, presiden tidak lagi dipilih MPR, tetapi langsung dipilih
rakyat. Presiden hanya dapat dijatuhkan oleh parlemen oleh
karena terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan kepada negara, korupsi, dan tindak pidana berat
lainnya. Hal ini berbeda selama masa orde baru, pertanggung-
jawaban presiden selaku mandataris MPR hanya ritualis belaka,
karena MPR dapat dipastikan akan menerima pidato
pertanggungjawaban tersebut.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


3) Reformasi sistem kepartaian, yang pada masa Orba, partai politik
tidak diberi ruang untuk berkembang dan melaksanakan
fungsinya secara maksimal dalam sistem politik demokrasi. Orba
juga melaksanakan deideologisasi terhadap partai ini dengan
mewajibkan partai politik menggunakan Pancasila sebagai satu-
satunya asas. Era reformasi dengan mendasarkan UU no 2 tahun
1999 tentang partai politik, menyatakan 48 partai dinyatakan
memenuhi syarat untuk mengikuti pemilu berdasarkan
keputusan kehakiman, landasan ideologi partai pun bervariatif,
ada Pancasila, Islam, dan Marhaen.

4) Desentralisasi, yang pada era Orba kekuasaan cenderung


sentralistik (Winarno, 2007). Bentuk-bentuk formal, seperti adanya
lembaga perwakilan rakyat, sistem kepartaian dan lembaga
pemilu, serta hak pilih bagi setiap warga, sebenarnya tidak dapat
dijadikan ukuran untuk menentukan bahwa suatu negara
tersebut demokratis. Secara substansial pemerintahan saat ini
belum dapat dikatakan demokratis. Menurut Yudhi Latief, negara-
bangsa ini, Indonesia sebagai sebuah nation-state, telah gagal
dalam memberikan perlindungan hak-hak asasi sipil, ekonomi,
hukum, politik dan budaya kepada warganya. Negara Republik
Indonesia saat ini telah kehilangan kedaulatannya, baik
kedaulatan ke dalam maupun keluar negeri.

Kedaulatan bangsa dan rakyat Indonesia dapat dikatakan pupus


karena pemerintahan Indonesia telah mengikatkan diri dan
bergantung dengan bantuan-bantuan asing dalam program
restrukturisasi, menurut Revrisond Bashwir seperti apa yag dikutip
oleh Fanani (2004) dengan bantuan yang diberikan oleh IMF, negara
donor akan semakin mudah mengintervensi segala kebijakan politik
dan ekonomi yang akan dijalankan negara bersangkutan, dengan
sendirinya rakyat akan semakin terpinggirkan.

Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa sebagian besar rakyat


tidak mengetahui bahwa kini ada satu tim khusus konsultan ahli
dari Amerika yang siap sedang 'membantu' para anggota DPR dan
pemerintah untuk menyusun RUU tentang Sumber Daya Alam

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Mineral (Pertambangan) yang tentunya diperjuangkan untuk lebih
mengakomodir dan memfasilitasi kepentingan para pengusaha
Amerika dan sekutu globalnya, dari pada kepentingan rakyat banyak
dan kesejahteraaan dan kemakmuran bangsa Indonesia secara
keseluruhan. Hal ini menunjukan bahwa kekuatan uang dan jaringan
lobi oligarkis kekuatan ekonomi dan politik global-lah yang berperan
besar pada proses legislasi di DPR dan eksekutornya adalah
pemerintah. Berjayanya kepentingan kapitalis global serta
kepentingan pribadi dan kelompok oligarkis elit politik-ekonomi
nasional dan lokal mengakibatkan Indonesia terancam perpecahan,
rusak sendi-sendi kemanusiaan, keadilan . Beberapa wakil di DPR
sejatinya adalah bukanlah wakil rakyat secara langsung, tapi sekedar
wakil partai politik yang dipimpin oleh elit (oligarki) politik yang
bersimbiosis mutualisme dengan oligarki ekonomi kapitalis baik
lokal maupun global. Berkaitan dengan hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa esensi demokrasi belum terwujud di negara Indonesia. Hatta
menguraikan Demokrasi Pancasila (Permusyawaratan) sebagai
konsep demokrasi yang diidealkan, yaitu suatu bentuk demokrasi
yang tepat guna, selaras dengan karakter dan cita-cita kemerdekaan
bangsa. Model demokrasi yang diidealkan, secara ringkas diuraikan
oleh Mohamad Hatta sebagai berikut (Latif, 2011) "Negara itu haruslah
berbentuk republik berdasarkan kedaulatan rakyat. Tetapi kedaulatan
rakyat yang dipahamkan dan dipropagandakan dalam pergerakan
nasional berlainan dengan konsepsi Rousseau yang bersifat
individualisme. Kedaulatan rakyat ciptaan Indonesia harus berakar
dalam pergaulan hidup sendiri yang bercorak kolektivisme.

Demokrasi Indonesia lebih berkembang daripada demokrasi


Indonesia yang "asli". Semangat kebangsaan yang tumbuh sebagai
reaksi terhadap imperialisme dan kapitalisme Barat, memperkuat
pula keinginan untuk mencari sendi-sendi bagi negara nasional yang
akan dibangun ke dalam masyarakat sendiri". Konsep ideal demokrasi
yang diuraikan Hatta tersebut menunjukan bahwasanya demokrasi
harus beranjak dari kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial
budaya, dan sosial psikologis yang spesifik dan berusaha untuk
mengatasi tantangan kondisional. Oleh karena itu demokrasi tidak

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


bergerak diruang hampa, pengadopsian demokrasi juga memerlukan
penyesuaian-penyesuaian dengan realitas sosial historis, moral
kebudayaan, dan ideal-ideal kemasyarakatan.

Selanjutnya konsepsi para pendiri bangsa tentang demokrasi


tertuang di dalam Pancasila dan pembukaan UUD 1945 alinea IV
yang berbunyi: ".... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan". Demokrasi Indonesia
mengandung ciri hikmat kebijaksanaan.

Cita hikmat kebijaksanaan merefleksikan orientasi etis,


sebagaimana dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 bahwa
susunan negara RI yang berkedaulatan rakyat itu hendaknya
didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan,
permusyawaran, dan keadilan. Hatta menjelaskan bahwa kerakyatan
yang dianut oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang
mencari suara terbanyak saja, tetapi kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Karena
itu, demokrasi Indonesia bukan demokrasi liberal dan bukan juga
demokrasi totaliter, karena berkaitan secara menyeluruh dengan
sila-sila Pancasila lainnya. Orientasi etis (hikmat kebijaksanaan) ini
dihidupkan melalui daya rasionalitas, kearifan konsensual, komitmen
keadilan yang dapat menghadirkan suatu toleransi dan sintesis yang
positif sekaligus dapat mencegah kekuasaan dikendalikan oleh
mayorokrasi minorokrasi (Latif, 2011)

Demokrasi Permusyawaratan dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila


yang strukturnya bercorak hirarkis piramidal, dimana antar sila
merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait dan
mengkualifikasi. Oleh karena itu, sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan adalah
diliputi dan dijiwai oleh sila ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dan beradab, persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demokrasi Permusyawaratan ini adalah demokrasi yang dilandasi


oleh nilai-nilai teosentris, yang mengangkat kehidupan politik dari
tingkat sekuler ke tingkat moral spiritual, dan nilai-nilai antroposentris
yang memuliakan nilai-nilai kemanusiaan, yang menghargai
perbedaan berlandaskan semangat kesetaraan dan persaudaraan,
dengan tujuannya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Jika bangsa Indonesia memperhatikan bahwa sila
kerakyatan didahului dengan sila persatuan dan diakhiri oleh sila
keadilan, berarti bahwa demokrasi Indonesia mengandaikan adanya
semangat persatuan (kekeluargaan) terlebih dahulu, dan setelah
demokrasi politik dijalankan, pemerintah yang memegang kekuasaan
diharapkan dapat mewujudkan keadilan sosial. Demokrasi politik
menjadi prasyarat bagi demokrasi sosial yang bersifat kekeluargaan,
sedangkan jika ditelusuri ke dasar ontologisnya, maka adanya
demokrasi permusyawaratan ini didukung oleh adanya rakyat
(sekumpulan manusia).

14. Penyelenggaraan Pemilu

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan suatu penyelenggaraan


kegiatan didalam pemerintahan suatu negara untuk memilih pemimpin,
baik di tingkat daerah, provinsi, maupun pusat yang dilaksanakan pada
periode tertentu yang telah diatur didalam peraturan perundang-
undangan yang dimiliki Negara Indonesia. Undang-undang yang
mengatur penyelenggaraan pemilu di Negara Indonesia ditetapkan
dalam UU No. 15 Tahun 2011. Pemilu dilaksanakan oleh lembaga-lembaga
khusus yang memang telah ditetapkan untuk menangani pemilu yang
diselenggarakan di Indonesia. Untuk lebih jelasnya tentang
penyelenggaraan pemilu di lndonesiaakan diuraikan menurut UU yang
telah disebutkan sebelumnya .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


a. Asas Penyelenggaraan Pemilu

Nilai-nilai yang dijunjung dalam penyelenggaraan pemilu di


Indonesia diuraikan dalam pasal 2 yang mencalup 12 (dua belas)
asas, yakni Mandiri, Jujur, Adil, Kepastian hukum, Tertib, Kepentingan
umum, Keterbukaan, Proporsionalitas, Profesionalitas, Akuntabilitas,
Efisiensi, dan Efektivitas.

b. Lembaga Penyelenggaraan Pemilu

Lembaga yang saling bekerjasama untuk menyelenggarakan pemilu


di Indonesia adalah KPU (Komisi Pemilihan Umum), Bawaslu (Badan
Pengawas Pemilu), dan DKPP (Dewan Kehormatan Penyelenggaraan
Pemilu). Penjelasan tugas masing-masing dari lembaganegara yang
menangani pemilu dapat disimak uraian berikut:

1} Komisi Pemilihan Umum (KPU}


Berdasarkan pasal 1 ayat (6) UU No. 15 Tahun 2011, KPU
merupakan lembaga penyelenggaraan pemilu yang bersifat
nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas untuk melaksanakan
pemilu.
(a) Pada pasal 4 dijelaskan bahwa terdapat tiga jenis KPU, yaitu
(1) KPU merupakan komisi pemilihan umum yang
berkedudukan di ibukota,sebagai komisi pusat.

(2) KPU Provinsi, sama halnya dengan KPU yang


berkedudukan di pusat, hanya bedanya KPU Provinsi
berkedudukan di ibukota provinsi.

(3) KPU Kabupaten/kota berkedudukan di ibukota


Kabupaten/Kota.

(b) KPU membentuk beberapa panitia yang berkedudukan


sampai di tingkat desa maupun di luar negeri,meliputi:

(1) PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) yang bertugas


melaksanakan pemilu di tingkat kecamatan. PPS

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(Panitia pemungutan suara) yang bertugas
melaksanakan pemilu di tingkat desa atau kelurahan.

(2) PPS ini kemudian membentuk KPPS (Kelompok


Penyelenggaraan Pemungutan Suara) yang bertugas
melaksanakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara yang disebut dengan TPS (Tempat
Pemungutan Suara).

(3) PPLN (Panitia Pemilihan Luar Negeri) yang bertugas


melaksanakan pemilu di luar negeri. PPLN ini kemudian
membentuk KPPSLN (Kelompok Penyelenggara
pemungutan Suara Luar Negeri) yang bertugas untuk
melaksanakan pemungutan suara di tempat
pemungutan suara yaitu TPSLN (Tempat Pemungutan
Suara Luar Negeri).

Oleh karena KPU berkedudukan di daerah maupun pusat,


maka wilayah kerjanya pun meliputi seluruh wilayah NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Hal ini dilakukan
karena demokrasi harus dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh dan menyeluruh demi kedaulatan rakyat Indonesia.

(c) KPU bersifat mandiri artinya dalam melaksanakan tugas


dan wewenangnya KPU bebas dari pengaruh pihak
manapun. Hal ini bertujuan agar tidak ada ideologi politik
oleh partai tertentu yang memiliki tujuan tersembunyi untuk
mendapatkan suara lebih banyak.

(d) Di Indonesia, pemilu yang diselenggarakan oleh KPU


diantaranya meliputi:
(1) Pemilu untuk memilih anggota DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat), DPD (Dewan Perwakilan Daerah), dan DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
(2) Pemilu untuk memilih Presiden dan wakil presiden
(3) Pemilu untuk memilih gubernur, walikota, dan bupati.

(e) Tugas dan wewenang KPU dalam penyelenggaraan pemilu

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


akan berbeda antara pemilu untuk memilih pemerintah
pusat, daerah maupun anggota badan perwakilan.
Tugas dan wewenang antara KPU, KPU Provinsi
maupun KPU Kabupaten/Kota juga berbeda. Berikut
ini adalah tugas dan wewenang KPU secara garis besar,
diantaranya meliputi:
(1) Merencanakan program, anggaran, beserta jadwal
pelaksanaan pemilu.
(2) Menyusun dan menetapkan tata kerja seluruh KPU
yang bertugas sampai ditingkat desa.
(3) Menyusun dan menetapkan pedoman teknis dalam
setiap tahapan penyelenggaraan pemilu yang
sebelumnya telah dikonsultasikan kepada DPR dan
pemerintah.
(4) Mengkordinasikan, menyelenggarakan dan mengen-
dalikan semua tahapan pemilu.
(5) Menerima daftar pemilih dari KPU Provinsi.
(6) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data
kependudukan dari pemerinta.
(7) Menetapkan peserta pemilu.
(8) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi
perhitungan suara tingkat nasional berdasarkan hasil
rekapitulasi dari KPU Provinsi kemudian membuat
berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara.
(9) Menerbitkan surat keputusan untuk mengesahkan
hasil pemilu dan mengumumkannya; dan sebagainya.

(f) Upaya pelaksanaan tugas dan wewenang KPU, KPU Provinsi,


dan KPU Kabupaten/Kota secara baik, dilakukan dengan
membentuk sekretariat yang bersifat hirearkis, yang meliputi:

(1) Sekretariat Jendral KPU yang memiliki kewajiban untuk


menyusun laporan pertanggungjawaban yang terkait
dengan keuangan, pemeliharaan arsip dan berbagai
dokumen pemilu, serta pengelolaan inventaris pemilu.

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


(2) Sekretariat KPU Provinsi yang memiliki tanggung jawab
yang sama dengan Sekretariat Jendral KPU, hanya saja
wilayah kerjanya adalah Provinsi.

(3) Sekretariat KPU Kabupaten/Kota yang bertanggung-


jawab terhadap wilayah kabupaten/kota yang mana
memiliki tanggung jawab yang sama dengan
sekretariat yang lainnya.

2) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)


Pasal 1 ayat 16 UU No. 15 Tahun 2011 menyebutkan bahwa
Bawaslu adalah "lembaga penyelenggara pemilu yang bertugas
mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia". Seperti halnya KPU, kedudukan
Bawaslu juga meliputi daerah sampai pusat yaitu meliputi:

(a) Kedudukan Bawaslu:

(1) Bawaslu di tingkat pusat berkedudukan di ibukota


NKRI.

(2) Bawaslu Provinsi berkedudukan di ibukota provinsi.

(3) Bawaslu Kabupaten/Kota berkedudukannya di ibukota


kabupaten/kota.

(b) Bawaslu juga membentuk panitia di berbagai wilayah


seperti:

(1) Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota


yang mengawasi penyelenggaraan pemilu di wilayah
ka bu paten/kota

(2) Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan yang mana


bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan pemilu
di wilayah kecamatan

(3) Pengawas Pemilu Lapangan yang merupakan petugas

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


pengawasan penyelenggaraan pemilu untuk daerah
desa atau kelurahan

(4) Pengawas Pemilu Luar Negeri yang mana bertindak


untuk mengawasi kegiatan penyelenggaraan pemilu
yang dilaksanakan di luar negeri.

(c) Sebagai pengawas, Bawaslu memiliki tugas-tugas tertentu


dalam penyelenggaraan pemilu seperti yang termuat dalam
Pasal 73 ayat (3) meliputi:

(1) Mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu

(2) Mengawasi pelaksanaan penyelenggaraan pemilu

(3) Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen


serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan
jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu dan
Arsip Nasional RI

(4) Memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan


pelanggaran pidana pemilu oleh instansi yang
berwenang

(5) Mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran


pemilu

(6) Evaluasi pengawasan pemilu

(7) Menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan


pemilu, dan melaksanakan tugas lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan .

(d) Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, Bawaslu


berwenang untuk melakukan beberapa hal di bawah ini
seseuai dengan Pasal 73 ayat (4), meliputi:

(1) Menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap


pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai pemilu .

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(2) Menerima laporan adanya dugaan pelanggaran
administrasi pemilu dan mengkaji laporan dan temuan,
serta merekomendasikannya kepada yang berwenang

(3) Menyelesaikan sengketa pemilu.

(4) Membentuk Bawaslu Provinsi.

(5) Mengangkat dan memberhentikan anggota Bawaslu


Provinsi.

(6) Melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam


ketentuan peraturan perundang-undangan.

(e) Selain tugas dan wewenang, Banwaslu juga memiliki


beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan
Pasal 74 yakni meliputi (Bersikap tidak diskriminatif dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya):

(1) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap


pelaksanaan tugas pengawas pemilu pada semua
tingkatan

(2) Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan


dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap
pelaksanaan peraturan perundang-undangan
mengenai pemilu.

(3) Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada


presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan KPU sesuai
dengan tahapan pemilu secara periodik dan/atau
berdasarkan kebutuhan.

(4) Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh


peraturan perundang-undangan.

3) Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)

Berdasarkan Pasal 1 ayat 22UU No. 15 Tahun 2011, DKPP adalah


"lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


penyelenggara pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi
penyelenggaraan pemilu.

(a) Tugas DKPP dalam pemilu tertuang dalam Pasal 111 ayat
(3) yakni meliputi:

(1) Menerima pengaduan dan/atau laporan dugaan


adanya pelanggaran kode etik oleh penyelenggara
pemilu.

(2) Melakukan penyelidikan dan verifikasi, serta


pemerikasaan atas pengaduan dan/atau laporan
dugaan adanya pelanggaran kode etik oleh
penyelenggara pemilu.

(3) Menetapkan putusan.

(4) Menyampaikan putusan kepada pihak-pihak terkait


untuk ditindaklanjuti.

(b) Kewewenangan lembaga DKPP termuat dalam Pasal 111


ayat (4) yaitu:

(1) Memanggil penyelenggara pemilu yang diduga


melakukan pelanggaran kode etik untuk memberikan
penjelasan dan pembelaan.

(2) Memanggil pelapor, saksi, dan/atau pihak-pihak lain


yang terkait untuk dimintai keterangan, termasuk
untuk dimintai dokumen atau bukti lain .

(3) Memberikan sanksi kepada penyelenggara pemilu


yang terbukti melanggar kode etik.

(c) Mekanisme pengusutan pelanggaran kode etik oleh DKPP


termuat dalam Pasal 112 yang secara garis besar menyatakan
hal-hal di bawah ini:

(1) Pengaduan pelanggaran kode etik diajukan kepada


DKPP disertai dengan identitas dari pengadu

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(2) Setelah itu DKPP melakukan verifikasi terhadap
pengaduan tersebut.

(3) Kemudian DKPP melakukan panggilan pertama


terhadap penyelenggara pemilu yang bersangkutan
5 (lima) hari sebelum pelaksanaan sidang DKPP

(4) Jika panggilan pertama tidak dihiraukan maka DKPP


akan melakukan panggilan yang kedua

(5) Jika dalam panggilan kedua penyelenggara pemilu


masih saja tidak hadir maka DKPP berhak untuk
menetapkan keputusan sendiri tanpa kehadiran
mereka

(6) Penyelenggara pemilu yang diadukan harus datang


sendiri untuk memebuhi panggilan DKPP, dengan kata
lain pemanggilan ini tidak dapat dikuasakan kepada
orang lain

(7) Dalam sidang, pengadu wajib menjelaskan alasan


pengaduan yang dialakukan olehnya. Adapun saksi-
saksi hanya dimintai keterangan termasuk untuk
dimintai dokumen dan bukti lain

(8) DKPP menetapkan keputusan setelah melakukan


penelitian dan verifikasi serta menyimpulkan hasil dari
penyelenggaraan sidang

(9) Putusan berupa sanksi atau rehabilitasi diputuskan


dalam rapat pleno DKPP yang mana sanksi ini dapat
berupa teguran tertulis atau pemberhentian baik
sementara maupun tetap

(1 O) Putusan DKPP bersifat final dan mengikat

(11) Seluruh pihak baik dari KPU maupun Bawaslu harus


menerima keputusan DKPP

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


15. Sistem Kepartaian di Indonesia

Partai politik pertama-tama lahir di Eropa Ba rat. Dengan meluasnya


gagasan bahwa rakyat merupakanfaktor yang perlu diperhitungkan serta
diikutsertakan dalam proses politik. Lahirnya partai politik adalah sebagai
penghubung antara rakyat dan pemerintah. Di negara yang menganut
pa ham demokratis, rakyat berhak berpartisipasi untuk menentukan siapa
saja yang layak menjadi wakil rakyat dan menjadi pemimpin yang nantinya
akan menentukan kebijakan umum.

UU No 2 Tahun 2008 menyebutkan bahwaPartai Politik adalah


organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan
NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan partai politik adalah meraih dan mempertahankan tahta


kekuasaan untuk mewujudkan rencana program yang telah disusun
sesuai ideologi yang dianut. Fungsi Partai Politik adalah mobilisasi dan
lntegrasi, alat pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih, alat
elaborasi pilihan-pilihan kebijakan, dan alat perekrutan pemilih.

Beberapa pengertian sistem kepartaian perlu dipahami agar


diperoleh kesamaan pemahaman tentang sitem multi patai yang dianut
bangsa Indonesia. Menurut Ramlan Surbakti (1993), sistem kepartaian
adalahpola perilaku dan interaksi diantara partai politik dalam suatu
sistem politik, sedangkan menurut Austin Ranney (1990) sistem kepartaian
adalah pemahaman terhadap karakteristik umum konflik partai dalam
lingkungannya dan dapat digolongkan menurut beberapa kriteria.
Riswanda lmawan (2004) menyatakan bahwa sistem kepartaian adalah
pola interaksi partai politik dalam satu sistem politik yang menentukan
format dan mekanisme kerja satu sistem pemerintahan, selanjutnya
Hague and Harrop (2004) menyatakan sistem kepartaian merupakan
interaksi antara partai politik yang perolehan suaranya signifikan.

Sistem Kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan


ini tersirat dalam pasal 6A(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan
partai politik. Frasa gabungan partai politik mengisyaratkan paling tidak
ada dua partai atau lebih yang bergabung untuk mengusung seorang
calon pasangan presiden dan wakil presiden, dan bersaing dengan ca Ion
lain yang diusulkan partai-partai lain. Hal ini berarti sistem kepartaian di
Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih. Sejak era
kemerdekaan, Indonesia telah memenuhi amanat pasal tersebut dapat
dicermati melalui Keputusan Wakil Presiden No X/1949, yang menyatakan
pemilihan umum pertama tahun 1955 diikuti oleh 29 partai politik dan
juga peserta independen.

Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang


terlalu banyaknya partai politik menyebabkan stabilitas poltik terganggu,
maka Presiden Soeharto pada waktu itu memiliki agenda untuk
menyederhanakan jumlah partai politik peserta pemilu. Pemilu tahun
1971 diikuti oleh 1O partai politik dan pada tahun 1974 peserta pemilu
tinggal tiga partai politik saja. Presiden Soeharto merestrukturisasi partai
politik menjadi tiga partai (Golkar, PPP, PDI) yang merupakan hasil
penggabungan beberapa partai. Jika dilihat secara jumlah, Indonesia
masih menganut sistem multi partai, namun banyak ahli politik
menyatakan pendapat bahwa sistem kepartaian saat itu merupakan
sistem kepartaian tunggal, karena meskipun jumlah partai politik masa
Orde Baru memenuhi syarat sistem kepartaian multi partai namun dari
segi kemampuan kompetisi ketiga partai tersebut tidak seimbang.

Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek


kehidupan berbangsa dan bernegara. Perpolitikanlndonesia merasakan
dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi masyarakat untuk
merepresentasikan politiknya dengan memiliki hak mendirikan partai
politik. Banyak sekali partai politik yang berdiri di era awal reformasi.
Pada pemilu 1999 partai politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti
pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangatjauh berbeda dengan era
Orde Baru.

Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 partai


politik saja. Hal ini disebabkan telah diberlakukannya ambang batas

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


(Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999 tentang PEMILU yang mengatur
bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu selanjutnya adalah
partai politik yang meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR.
Partai politik yang tidak mencapai am bang batas boleh mengikuti pemilu
selanjutnya dengan cara bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan
partai politik baru. Untuk partai politik baru, persentase threshold dapat
dinaikkan jika dirasa perlu seperti persentasi Electroral Threshold 2009
menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%. Sama halnya
pada pemilu 2014 am bang batas dapat juga dinaikan lagi atau diturunkan.

16. Organisasi Masyarakat

Organisasi Kemasyarakatan atau disingkat Ormas adalah organisasi


yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan
kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan
tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan guna tercapainya tujuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Asas,
Ciri, dan Sifat Ormas tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meski Ormas juga
dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan
cita-cita Ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini tentunya
berbeda dengan kebijakan Ormas di masa silam yang mewajibkan seluruh
Ormas berasaskan Pancasila. Selain itu, untuk sifat kegiatan Ormas
tentunya harus dibedakan dengan Organisasi lainnya yang tujuannya
memang memperoleh keuntungan, seperti CV, PT, dan lain-lain. Dalam
melaksanakan kegiatannya Ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba,
dan demokratis.

Tujuan dan Fungsi Ormas adalah untuk (1) meningkatkan partisipasi


dan keberdayaan masyarakat; (2) memberikan pelayanan kepada
masyarakat; (3) menjaga nilai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa; (4) melestarikan dan memelihara norma, nilai, moral,
etika, dan budaya yang hidup dalam masyarakat; (5) melestarikan sumber
daya alam dan lingkungan hidup; (6) mengembangkan kesetiakawanan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


sosial, gotong royong, dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat;
(7) menjaga, memelihara, dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa; dan/atau (8) mewujudkan tujuan negara.

Ormas berfungsi sebagai sarana (a) penyalur kegiatan sesuai dengan


kepentingan anggota dan/atau tujuan organisasi; (b) pembinaan dan
pengembangan anggota untuk mewujudkan tujuan organisasi; (c)
penyalur aspirasi masyarakat; (d) pemberdayaan masyarakat; (e)
pemenuhan pelayanan sosial; (f) partisipasi masyarakat untuk memelihara,
menjaga, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa; dan/atau
(g) pemelihara dan pelestari norma, nilai, dan etika dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

17. Reformasi Si stem Demokrasi

Sistem demokrasi di lndonesiayang telah dijalankan selama ini telah


menghasilkan banyak kemajuan yang sangat berarti bagi kehidupan
masyarakat secara prosedural. Pemilu legislatif, pemilu presiden, hingga
pilkada dapat berlangsung secara bebas transparan demokratis dan yang
terpenting aman dan tertib. Kebebasan dalam berpendapat dan berserkat
jauh meningkat dari jaman Orde Barudimana kebebasan sangat dibatasi
oleh penguasa. Menurut (Ali 2009) hal yang paling mendasar dalam
demokrasi reformasi ialah dibenahinya beberapa kelemahan dalam
Batang tubuh UUD 1945 yang membuat konstitusi berwajah beda dari
Batang tubuh yang asli.

Perubahan penting dan mendasar tersebut membawa sejumlah


harapan baru ditengah masyarakat menghendaki adanya perubahan
dan peningkatan kualitas demokrasi seiring dengan kemajuan prosedur
demokrasi. Berikut adalah penjelasan mengenai demokrasi era reformasi.

a. Demokrasi masa Reformasi (1998)

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Orde Baruyang ditandai


dengan lengsernya kepemimpinan presiden Soeharto pada 1998,
bangsa Indonesia kemudian memasuki masa orde reformasi (mulai
1988 hingga saat ini). Cermin mengenai pelaksanaan demokrasi

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


pada masa reformasi dapat diketahui dari naskah Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025. Dalam naskah
tersebut diuraikan mengenai keadaan pembangunan demokrasi,
yang merupakan demokrasi era reformasi.

1) Perkembangan demokrasi sejak 1998 hingga proses


diselenggarakannya Pemilu 2004 telah memberikan sebuah
kesempatan untuk mengakhiri sebuah masa transisi demokrasi
menuju proses konsolidasi demokrasi.

2) Adanya pemilihan umum secara langsung, yakni pemilihan


presiden dan wakilnya, pemilihan anggota DPR, PDP, DPRD, dan
juga pemilihan kepala daerah. Hal tersebut merupakan modal
awal yang teramat penting dalam meningkatkan proses
perkembangan demokrsi dimasa mndatang.

3) Terciptanya sebuah hubungan baru antara pemerintah pusat


dan daerah melalui program Desentralisasi dan Otonomi Daerah
di Indonesia.

4) Perkembangan demokrasi juga terlihat dari hubungan antara


sipil-militer, yang menjunjung tinggi supremasi sipil dan
hubungan TNI sebagai militer dengan Kepolisian NKRI (POLRI)
terkait dengan hubungan dalam sebuah kewenangan dalam
melaksanakan fungsi pertahanan dan juga kemanan kedulatan
bangsa.

5) Demokrasi pada masa reformasi terlihat dari telah


berkembangnya kesadaran masyarakat mengenai partisipasinya
dalam kehidupan perpolitikan nasional, dan juga menjadi jalan
untuk terbukanya kesempatan ikut dalam meningkatkan
kehidupan politik dimasyarakat.

b. Tahapan Demokrasi

Sebagaimana yang tercermin dari naskah RPJP 2005-2025, bahwa


proses demokrasi dalam era reformasi berada dalam tahapan ketiga,
yakni tahap konsolidasi reformasi.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


1) Taha pan pelaksanaan demokratisasi

(a) Tahap pertama, yakni peralihan dari kepemimpinan dari


penguasa non-demokratis ke penguasa demokratis

(b) Tahap kedua, yakni pembentukan lembaga-lembaga dan


tertib politik demokrasi

(c) Tahap ketiga, yakni Konsolidasi demokrasi

(d) Tahap keempat, yakni praktik demokrasi sebagai budaya


politik berbangsa dan bernegara.

2) Karakteristik pelaksanaan demokrasi di masa reformasi memiliki


perbedaan yang cukup mencolok, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:

(a) Dalam pengambilan sebuh keputusan mengutamakan


adanya musyawarah demi mencapi mufakat.

(b) Terlebih dahulu mengutamakan segala kepentingan


masyarakat, bangsa dan negara

(c) Tidak melakukan pemaksaan kehendak atau keputusan


terhadap orang lain.

(d) Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan.

(e) Memiliki rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan sebuah


keputusan yang dihasilkan dalam sebuah musyawarah.

(f) Dalam melaksanakan demokrasi berdasarkan nilai nilai luhur


Pancasila.

Secara teori disebutkan bahwa semakin banyak prinsip-prinsip


Demokrasi dijalankan, maka sebuah negara akan semakin demokratis.
Juga sebaliknya bila prinsip-prisip demokrasi ditinggalkan maka
demokrasi di dalam sebuah negara akan semakin hilang. Berikut
beberapa hasil penelitian mengenai pelaksanaan demokrasi di
Indonesia yang dilakukan oleh lembaga regional maupun nasional.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Sistem pemerintahan pada Masa Reformasi (1998 - sekarang) dapat
terlihat dari aktivitas kenegaraan yang terjadi dalam sebuah
pemerintahan, sebagaimana dijelaskan dibawah ini:

(1) Kebijakan pemerintah yang memberikan kebebasan dalam


mengeluarkan pendapat dan pikiran baik lisan dan juga tulisan
sesuai pasal 28 UUD 1945 yang terwujud dengan dikeluarkannya
UU No 2 / 1999 tentang partai politik yang memungkinkan
adanya multi partai.

(2) Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan


berwibawa serta bertanggung jawab dibuktikan dengan
dikeluarkan ketetapan MPR No IX / MPR / 1998 yang
ditindaklanjuti dengan UU No 30/2002 tentang KOMISI
pemberantasan tindak pidana korupsi.

c. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia

Sebuah laporan Program Penilaian Demokrasi di Asia Tenggara


yang dirilis oleh sebuah lembaga yang bernama ASEAN People's
Assembly. Lembaga tersebut merupakan sebuah jaringan pemikir
masyarakat sipil dikawasan ASEAN yang meneliti keadaan demokrasi
di Indonesia periode 2003 akhir- 2005. Laporan penilian
dititikberatkan pada tema-tema berikut: Pemilu bebas dan adil, Partai
politik yang demokratis, dan Hubungan Sipil-Militer.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan sebuah hasil yang


menyatakan bahwa proses demokrasi di Indonesia pada masa
tersebut bergerak relatif maju (Christine Sussana Tjhin, 2005) Na mun
kemajuan tersebut lebih banyak didukung oleh partisipasi masyarakat
melalui Partisipasi Populer dan juga dukungan media yang relatif
bebas meskipuntidak sepenuhnya berdiri secara independen.
Ancaman demokrasi datang dari keberadaan partai politik yang
tidak demokratis dan pemerintahan yang kurang transparan serta
akuntabel, juga inferioritas sipil dan ambisi mi liter.

Bentuk dari demokrsi secara prosedural relatif cukup baik, hal


tersebut dapat terlihat dari proses pemilu 2004 (kredibilitas KPU dan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Partai politik masuk dalam pengecualian) yang merupakan tantangan
besar pilkada. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya tetap
terjadi beberapa kekurangan, seperti masih terlihat ada kemunduran
dalam hak sipil dan politik serta dalam proses supremasi hukum
masih memerlukan perjuangan yang panjang karena masih ada
indikasi korupsi.

Contoh kajian Departemen llmu Politik FISIP Universitas Indonesia


(PUSKAPOL) dan Center for Democray dan Human Rights (2011 ),
terhadap indeks demokrasi menyatakan bahwa indeks demokrasi
di Indonesia berada di angka 4,9 dengan ska la penilaian 0-10 (hal
8). Variabel yang digunakan untuk penilaian tersebut meliputi 4
prinsip demokrasi, yaitu Otonomi, Kompetisi, Pluralisasi dan
Solidaritas.

Menurut hasil penelitian tersebut, nilai 4,99 memiliki gambaran


bahwa indeks demokrasi di Indonesia masih berada dibawah rata-
rata yang memperlihatkan bahwa demonopolisasi bahkan belum
sampai setengah jalan. Angka indeks tersebut mengindikasikan
adanya perkembangan dan pencapaian yang tidak seimbang antara
konsep penunjang demokrasi dalam proses transisi yang hingga
saat ini pun masih tetap berlangsung.

Demokrasi pada masa reformasi merupakan sebuah demokrasi


yang membawa sebuah perubahan, dengan tetap berpegang pada
Pancasila di Era Reformasi, dan diharapkan membawa bangsa dan
negara kesebuah perubahan dan kemajuan seperti yang telah lama
dicita-citakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

18. Peran Media Komunikasi

Komunikasi politik merupakan hal yang tak dapat dilepaskan dari


kehidupan politik. Komunikasi politik menjadi sebuah bagian dalam
sebuah tatanan sistem politik yang kompleks. Peran komunikasi dalam
dunia politik menjadi sebuah hal yang mutlak adanya mengingat
komunikasi menjadi kunci bagi sebuah kesuksesan suatu proses politik.

Di era modern seperti sekarang, komunikasi politik telah berkembang

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


dan bertransformasi terutama dalam pemanfaatan medianya. Kini
komunikasi politik cenderung tersampaikan secara massal dari masing-
masing pihak, baik pemerintah, politisi maupun masyarakat pada
umumnya.

a. Pengertian Komunikasi Politik

Menurut Gabriel Almond komunikasi politik merupakan fungsi


yang pasti ada dalam setiap sistem politik sebagai sebuah sub sistem,
sedangkan menu rut Mueller komunikasi politik didefinisikan sebagai
hasil yang bersifat politik apabila menekankan pada hasil. Definisi
Komunikasi Politikjika menekankan pada fungsi komunikasi politik
dalam sistem politik, adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu
sistem politik dan antara sistem tersebut dengan lingkungannya.
Miriam Budiardjo (2015) berpendapat bahwa komunikasi politik
merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni menyalurkan aneka
ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya
sedemikian rupa penggabungan kepentingan dan perumusan
kepentingan untuk diperjuangkan menjadi kebijakan publik.

b. Arus Komunikasi Politik

Proses komunikasi politik meliputi serangkaian proses dan


tahapan pengirim pesan politik dari komunikator kepada komunikan
dan timbal balik serta respon dari komunikasi tersebut. Tahapan
komunikasi politik adalah sebagai berikut: (1) penyusunan ide atau
pesan politik; (2) pesan politik; (3) media komunikasi yang digunakan;
(4) proses penerjemahan pesan politik; (5) penerima pesan politik;
dan (5) timbal balik dan respons dari penerima pesan politik.

c. Model Komunikasi Politik

Beberapa model komunikasi yang diterapkan dalam komunikasi


politik, diantaranya:

1) Model Aristoteles, menyatakan komunikasi politik sebagai suatu


bentuk retorika di depan umum. Komunikasi digunakan untuk
mempengaruhi orang lain atau khalayak yang menjadi sasaran
dari komunikasi politik tersebut.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


2) Model Harold Lasswell
Komunikasi politik Lasswell sangat populer dikalangan akademisi
ilmu politik, yakni berupa komunikasi verbal yang meliputi:
(a) Who, siapa yang mengatakan pesan politik tersebut;
(b) Say what, pesan apa yang ia sampaikan
(c) In which channels, melalui saluran atau media apa pesan itu
di sampaikan;
(d) To whom, kepada siapa sasaran pesan itu disampaikan
(e) With what effect, apa dampaknya dari pesan tersebut.

3) Model Gudykunst dan Kim


Dalam komunikasi politik model ini, komunikasi dipandang
sebagai suatu cara menjalin hubungan politik antara dua pelaku
politik yang memiliki latar belakang berbeda, baik budaya
maupun kepentingannya.

4) Model lnteraksional, mengartikan komunikasi politik sebagai


sebuah interaksi antara satu aktor politik dengan aktor politik
lain dan juga masyarakat.

5) Agenda Setting, menganggap media komunikasi politik


dipandang sebagai penekan terhadap suatu peristiwa, dan juga
memberikan gambaran kepada masyarakat serta mengarahkan
masyarakat untuk menganggap peristiwa itu penting.

d. Media Komunikasi Politik

1) Komunikasi politik menggunakan beberapa media,


diantaranya:

(a) Media Masa


Media masa merupaka media komunikasi yang paling
sering dalam berbagai aktivitas politik. Kemampuanya
menjangkau komunikan dalam jumlah yang banyak
menjadikanya lebih unggul dari jenis media yang lain.
Dalam komunikasi politik, media masa memiliki peran

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


sebagai penyampai berbagai informasi dari aktor politik
kepada khalayak ramai yakni masyarakat. Mau pun dari
individu dalam masyarakat kepada aktor politik dan
masyarakat luas.Media masa ini meliputi media cetak,
elektronik dan juga media digital atau internet. Semua
media ini berperan dalam menjangkau komunikan
dengan jumlah yang banyak, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

(b) Media Komunikasi Interpersonal


Media komunikasi interpersonal merupakan media
komunikasi politik yang digunakan untuk menyampaikan
pesan politik secara pribadi dari aktor politik kepada
komunikan. Contoh dari media ini adalah semua media
yang digunakan untuk komunikasi secara pribadi seperti
telepon, pesan singkat, email dan lain sebagainya.

(c) Media Komunikasi Organisasi


Dalam hal ini organisasi ditempatkan sebagai suatu
media dalam sebuah komunikasi politik, dan organisasi
ini dapat menyalurkan berbagai pesan politik kepada
masyarakat, dalam hal ini tentu saja organisasi politik.

Dalam suatu kajian ilmu politik, umumnya setiap


organisasi politik baik itu formal yang dibentuk
pemerintah atau yang dibentuk masyarakat, partai atau
bahkan LSM mempunyai fungsi masing-masing
sebagaimana bidang yang diambil oleh organisasi
tersebut. Nantinya organisasi ini akan menyampaikan
pesan kepada masyarakat sebagaimana fungsi dan
tugasnya.

2) Peran Media dalam Komunikasi Politik


Media komunikasi politik pada dasarnya memiliki enam
peran dasar sebagai suatu subsistem dari sebuah sistem
politik dan sistem komunikasi.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(a) Penyampai lnformasi
Pada dasarnya media komunikasi politik merupakan
sarana arus informasi politik dari aktor politik maupun
pemerintah kepada rakyat secara meluas.

(b) Penyalur Aspirasi


Media komunikasi politik saat ini berkembang sebagai
media penyampai aspirasi dari rakyat kepada
pemerintah, yakni dari individu bagian dari rakyat
kepada pemerintah yang juga dapat diketahui oleh
rakyat secara luas.

(c) Penghubung Pemerintah dan Rakyat


Media komunikasi politik merupakan salah satu
jembatan penghubung antara pemerintah dengan
rakyatnya serta sebaliknya antara rakyat dengan
pemerintahnya.

(d) Umpan Balik


Media komunikasi politik juga dapat berperan menjadi
sarana memberikan umpan balik kepada apa yang
menjadi kebijakan pemerintah. Dengan media
komunikasi politik, rakyat dapat memberikan
tanggapan atas kebijakan yang dikeluarkan apakah
merugikan bagi rakyat ataukah menguntungkan
rakyat.

(e) Sosialisasi Politik


Media komunikasi politikjuga berperan menjadi agen
sosialisasi politik bagi rakyat. Media sosialisasi politik
dapat memberikan edukasi dan sosialisasi kepada
rakyat secara luas terkait dengan kebijakan ataupun
permasalahan dan isu politik tertentu. Seperti saat
pesta demokrasi atau pemilu media memiliki peranan
yang sangat penting dalam memberikan sosialisasi ke
pada masyarakat secara luas.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


(f) Kontrol Sosial
Media komunikasi politik dapat berperan sebagai pihak
yang ikut mengawasi pemerintah bersama dengan
rakyat. Media komunikasi politik dapat dijadikan
sebagai pengawas, pengkritik, pemberi masukan atas
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

3) Peran Media dalam Komunikasi Politik di Indonesia

Selain enam peran dasar media komunikasi politik diatas,


saat ini peran media komunikasi politik telah berkembang
seiring dengan perkembangan media itu sendiri, ilmu politik
dan juga ilmu komunikasi. Di Indonesia dalam praktiknya
selain keenam peran dasar tersebut juga memiliki peran
yang lain sebagaimana pemanfaatnya oleh pihak yang
berkepentingan di dalamnya.

(a) Pembentuk Opini Publik


Kekuatan media komunikasi politik yang luar biasa
terutama media masa membuat aktor-aktor politik
bahkan pemerintah yang sedang berkuasa
memanfaatkanya untuk membentuk opini publik.
Keberadaan media masa di era keterbukaan informasi
ini menjadi sebuah fenomena yang harus disikapi
secara kritis.Saat ini media masa cenderung
dimanfaatkan untuk menggiring opini masyarakat ke
dua arah berbeda yang tidakjarang berdampak pada
konflik dalam masyarakat.Namun tidak selamanya
pembentukan opini publik ini menjadi hal yang negatif,
terkadang memang opini masyarakat perlu digiring
agar tidak terjebak pada pemberitaan negatif yang
cenderung nantinya akan merugikan.

(b) Pengalih lsu


Seringkali media di Indonesia dijadikan sebagai sarana
pengalihan isu tertentu yang dianggap dapat
menggangu stabilitas politik secara positif ataupun

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


terkait kepentingan tertentu secara negatif. Media
secara intensif sebagai pengalih terhadap isu bertugas
menggiring masyarakat untuk melupakan suatu isu
tertentu dengan menghadirkan berita baru yang
seolah-olah lebih penting dari isu sebelumnya.

(c) Branding Politik Atau Pencitraan Politik


Bagi aktor politik untuk mencapai sebuah kekuasaan
tertentu dalam negara demokrasi branding politik atau
pencitraan politik sangat penting. Oleh kaena itu
biasanya media komunikasi politik digunakan untuk
meningkatkan kualitas, dan memperkenalkan diri
didepan masyarakat calon pemilihnya. Semakin
dipandang dan dikenal baik oleh masyarakat maka
peluang untuk terpilih nantinya akan semakin besar.

(d) Dialog Politik


Perkembangan media komunikasi juga menjadikan
komunikasi politik ikut berkembang. Kini media
komunikasi politik dapat dimanfaatkan untuk menjadi
media dialog secara langsung antara pemerintah
dengan rakyatnya ataupun antara aktor politik dengan
calon pemilihnya. Kemajuan ini tentu diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dari pada aktor politik yang
nantinya duduk dalam pemerintahan, pemerintah itu
sendiri dan sistem politik secara kompleks.

(e) Akses Aspirasi Secara Cepat


Perkembangan media yang sangat pesat ini juga
menjadi sebuah kemajuan dalam kehidupan politik di
Indonesia. Saat ini masyarakat dapat menyalurkan
aspirasi secara cepat melalui berbagai saluran media
seperti internet dan jejaring sosial. Banyak pihak
pemerintah yang memberikan program pelayanan
akses aspirasi kepada masyarakat secara cepat seperti
program Smart City, melalui pesan media sosial, Call
Center, dan lain-lain .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Media komunikasi politik memberikan pelajaran tentangperanan
media memiliki yang sangat penting dalam kehidupan politik suatu
negara, terutama dalam menghubungkan pemerintah dengan rakyatnya
maupun sebaliknya.Dengan mempelajari peran media komunikasi politik,
masing-masing warga negara dapatmemahamiperannya terhadap
pemerintah dan negara bangsa, sehingga senantiasa berupaya untuk
menjadi pribadi yang lebih kritis dalam menyikapi berbagai informasi
politik yang beredar, dan tidak tergiring kepada informasi yang cenderung
mengarah pada hal negatif.

19. Peran Masyarakat Madani (Civil Society)

Dalam rentetan permasalahan yang dihadapi negara, peran


masyarakat madani dalam mengingatkan peran pemerintah untuk
mengelola negara bangsa secara tanggung jawab. Pemerintah seolah-
olah melupakan peran masyarakat, padahal sejatinya dalam iklim
demokrasi masyarakat madani merupakan simpul dari sebuah negara
yang demokratis. Dan ciri dari ketidakmampuan pemerintah dalam
mengelola negara adalah ketika fungsi pemerintah banyak diambil alih
oleh peran masyarakat madani yang semakin menjamur.

a. Perkembangan Makna dan lstilah Civil Society

Dalam perkembangannya, istilah civil society mengalami pergeseran


makna, sejalan dengan dinamika pemikiran dan faktor-faktor yang
melingkupi konteks tempat penerapan civil society. Sejauh ini minimal
ada lima model pemaknaan, yaitu (Kami, 1999):

1) Civil society yang identik dengan state (negara). Sela in Cicero


dan Aristoteles, Thomas Hobbes dan John Locke juga
memahaminya sebagai tahapan lebih lanjut dari evolusi natural
society, yang pada dasarnyasama dengan negara. Menurut
Hobbes, civil society harus memiliki kekuasaan absolut agar
mampu meredam konflik dalam masyarakat dan dapat
sepenuhnya mengontrol pola interaksi warga negara. Menurut

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Locke, kemunculan civil society ditujukan untuk melindungi
kebebasan dan hak milik warga negara, karenanya civil society
tidak boleh absolut, dan harus dibatasi perannya pada wilayah
yang tidak dapat dikelola masyarakat, serta memberi ruang yang
wajar bagi negara untuk memperoleh haknya secara wajar pula.

2) Adam Ferguson (1767) memaknai civil society sebagai visi etis


dalam kehidupan bermasyarakat untuk memelihara tanggung
jawab sosial yang bercirikan solidaritas sosial dan yang terilhami
oleh sentimen moral serta sikap saling menyayangi antar warga
secara alamiah. Lebih jelasnya, civil society dipahami sebagai
kebalikan dari masyarakat primitif atau masyarakat barbar.

3) Thomas Paine (1792) memaknai civil society sebagai antitesis


dari negara . Civil society yang mengontrol negara demi
keperluannya.

4) Pemaknaan yang didasarkan pada sisi "elemen ideologi kelas


dominan". George Wilhelm Friedrich Hegel (1770 - 1831)
mengembangkan pemaknaan civil society sebagai entitas yang
cenderung melumpuhkan dirinya sendiri. Untuk itulah diperlukan
adanya dan supervisi dari negara berupa kontrol hukum,
administrasi dan politik. Selanjutnya dikatakan bahwa
kenyataannya civil society modern tidak mampu mengatasi
permasalahannya sendiri, serta tidak mampu mempertahankan
keberadaannya tanpa keteraturan politik dan ketertundukan
pada institusi yang lebih tinggi, yaitu negara. Jika terjadi
ketidakadilan dalam masyarakat, atau jika terjadi ancaman
terhadap kepentingan universal tentu saja negaralah yang berhak
menentukan kriteria kepentingan universal tersebut. Lain lagi
menu rut Karl Marx (1818- 188 3) yang menempatkan civil society
lebih pada basis material dan dipahami dari sisi produksi kapitalis,
menurutnya, civil society adalah masyarakat borjuis, sehingga
keberadaannya harus dilenyapkan karena akan merupakan
kendala untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Antonio
Gramsci (1937) memahaminya lebih pada sisi ideologis, dan
menempatkan civil society berdampingan dengan negara yang

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


disebutnya dengan political society. Menurutnya, negara akan
terserap dalam civil society, sehingga kemudian terbentuklah
sebuah masyarakat teratur (regulated society).

5) Alexis De Tocqueville, memaknainya sebagai entitas


penyeimbang kekuatan negara, menurutnya civil society tidak
apriori subordinatif terhadap negara, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hegel, tetapi mempunyai sifat otonom dan
memiliki kapasitas politik cukup tinggi yang mampu menjadi
penyeimbang untuk menahan kecenderungan intervensi negara.

b. Relevansi Peran Civil Society

Konsep civil society sekarang adalah berusaha mendapatkan


bargain power terhadap negara sehingga berbeda dengan political
society, civil society menerapkan prinsip subsidiritas, artinya selama
masyarakat mampu menangani persoalan internalnya, negara tidak
usah ikut campur tangan. Namun pertanyaannya adalah dimanakah
peran Negara?. Ketika masyarakat berduyun-duyun mengumpulkan
koin untuk membantu sesamanya yang sedang berada dalam
kesusahan, ketika ribuan TKI terdampar menjadi gelandangan, ketika
korupsi merajalela, maka peran civil society sangat relevan ketika
pemerintah yang seharusnya memfungsikan perannya dalam
bernegara selalu absen dan seolah cuci tangan dalam setiap
permasalahan.

20. Studi Kasus

Serna kin maraknya fakta yang menunjukkan praktik politik dinasti


menyatakan bahwa berkembangnya nepotisme akan mempengaruhi
perkembangan demokrasi di Indonesia.

Dinasti politik secara um um diartikan sebagai suatu proses perekrutan


dan kepemimpinan politik yang tertutup, hanya terbatas pada kerabat
dekat dari keluarga tertentu sehingga terjadi hegemoni kekuasaan politik
mulai dari perekrutan, suksesi, dan distribusi kekuasaan oleh keluarga
tersebut. lstilah ini menjadi sangat banyak dibicarakan terkait dengan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


suksesi kepala daerah karena ada fenomena beberapa daerah dikuasai,
diwariskan, didistribusikan oleh dan untuk keluarga tertentu.

Ada kekhawatiran yang cukup meluas bahwa pemilihan kepala


daerah yang tidak menutup pintu bagi politik dinasti dapat menyuburkan
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Politik dinasti adalah proses kontestasi
politik dimana kerabat petahana (incumbent) dalam derajat tertentu
diperbolehkan mengikuti kontes politik agar jabatan yang akan
ditinggalkan oleh petehana tetap jatuh kepada keluarga petahana,dan
lembaga pemerintahan menjadi dinasti politik yang diwariskan, bukan
diperebutkan secara terbuka. Kekhawatiran muncul oleh karena politik
dinasti yang menggunakan kedok hukum dapat merusak demokrasi dan
menyuburkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kekuasaan kemudian
menjadi milik keluarga yang dapat diwariskan kepada sesama anggota
keluarga, sehingga menimbulkan pemerintah dinasti.

Jika ditelusuri jejak sejarah pemerintahan daerah akan tampakjelas


bahwa undang-undang yang mengatur tentang hubungan antara pusat
dan daerah di Indonesia seperti selalu berjalan dalam proses eksperimantasi
yang belum selesai. Undang-undang tentang Pemerintahan merupakan
undang-undang pertama yang lahir saatlndonesia menjadi negara merdeka,
yakni, Undang-Undang No. 1 Tahun 1945 terus menerus menerus
mengalami perubahan sampai yang berlaku sekarang ini. Pada Tahun 1948
dikeluarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 yang menggeser otonomi
formal menjadi otonomi materil. Selanjutnya pada tahun 1957 dikeluarkan
Undang-Undang No. 1 tahun 1957 yang mengatur hubungan pusat-daerah
secara agak liberal dengan mengadopsi sistem pemilihan langsung.
Undang-Undang ini kemudian dianulir oleh presiden Soekarno melalui
Pen pres No. 6 Tahun 1959 yang kemudian dikukuhkan melalui Undang-
Undang No. 18 Tahun 1965. Pada Orde Barudiberlakukan Undang-Undang
No. 5 Tahun 1974 yang oleh banyak kalangan dinilai merupakan Undang-
U ndang yang menganut sistem desentralisasi yang sentralistik.

Pada awal reformasi, melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 1999,


disepakati bahwa untuk membangun demokrasi haruslah dibangun satu
pola hubungan antara pusat dan daerah secara lebih desentralistik, sehingga
terjadi perubahan pola, yaitu DPRD sebagai alat pusat (desentralisasi yang

• • Materi Pokok Bidang Studi Politik


sentralistik) menjadi tulang punggung demokrasi di daerah (desentralisasi
dan otonomi luas).DPRD yang semula menjadi unsur Pemerintahan Daerah
dijadikan lembaga legislatif daerah yang sejajar dengan kepala daerah
dengan penguatan dan perluasan kewenangan, yaitu (1) memilih kepala
daerah secara final; (2) meminta pertanggung jawaban kepala daerah
dengan segala akibat politik dan hukumnya; (3) memutuskan
pemberhentian kepala daerah dalam jabatannya; (4) kedudukan
anggotanya permanen selama satu periode, tidak dapat di-recall kecuali
dengan alasan-alasan hukum tertentu yang ketat.

Ketentuan-ketentuan tersebut dituangkan di dalam Undang-Undang


No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang dikenal juga sebagai
Undang-Undang Otonomi Daerah. Undang-Undang tersebut lahir sebagai
jalan tengah antara gagasan negara kesatuan dan federalisme yang pada
awalnya ditawarkan sebagai wacana oleh Partai Amanat Nasional (PAN)
menyusul reformasi 1998. Otonomi luas yang dianut pada awal era
reformasi menyerahkan hampir semua urusan kepada pusat (Otonomi
formal). Urusan-urusan yang diserahkan kepada pusat adalah urusan-
urusan yang kalau di negara federal biasanya menjadi hak dan wewenang
pemerintah pusat, yaitu diplomatik, finansial, hankam, peradilan. Di
Negara Indonesia ditambah satu urusan yakni urusan agama karena
pertimbangan keutuhan (integrasi) bangsa.

Ternyata pemilu 1999 tidak melahirkan pemimpin-pemimpin daerah


(kepala daerah maupun anggota-anggota DPRD) yang benar-benar dapat
menjaga amanat reformasi untuk menegakkan demokrasi, terutama
menyangkut profesionalitasnya. Di DPRD terjadi keculasan politik melalui
pemerasan-pemerasan politik dan pelangaran yang tidak dapat ditindak
secara efektif seperti: (1) menjual suara kepada ca Ion kepala daerah saat
pilkada; (2) memeras kepala daerah melalui penyanderaan atau ancaman
bahwa Laporan Pertanggung-Jawaban (LPJ) akan di tolak; (3) melanggar
banyak aturan hukum tetapi tidak dapat ditindak secara efektif karena
tidak dapat di-recall.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka pada tahun 2004


pemerintah mengganti Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dengan UU
No. 32 Tahun 2004 yang berintikan ketentuan berikut:

Materi Pokok Bidang Studi Politik


1) Pemilihan kepala daerah dijadikan pemilihan dengan mekanisme
langsung agar rakyat memilih calonnya sendiri, tidak melalui
agen

2) DPRD bukan lagi lembaga yang terpisah melainkan lembaga


yang menyatu dengan kepala daerah dalam Pemerintahan
Daerah.

3) Kepala daerah tidak lagi diharuskan untuk membuat LPJ kepada


DPRD tetapi membuat laporan kepada pusat dan DPRD hanya
mendapat tembusan tanpa hak menilai benar atau salahnya.

4) DPRD tidak dapat memberhetikan kepala daerah dalam


jabatannya tan pa alasan-alasan yang kuat dan melalui penilaian
oleh Makamah Agung (MA).

5) Adanya pengadilan terhadap pemilihan umum kepala daerah,


(semula menjadi kompetensi Makamah Agung kemudian
dialihkan dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 ke
Makamah Konstitusi). Undang-Undangtersebut masih
menimbulkan barbagai masalah serius terkait dengan dana
untuk perahu pasangan ca Ion, penyalahgunaan jabatan dalam
pemilukada dengan kecurangan-kecurangan yang bersifat
terstruktur, sistematis, dan calon harus membayar semacam
"uang mahar" dan membiayai kampanye dengan biaya yang
sangat besar.

Perubahan UU Otonomi Daerah dari Undang-Undang No.22 Tahun


1999 menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan diubah lagi dengan
Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 masih menyisakan berbagai soal
serius, diantaranya : (1) money politik berpindah dari eceran ke borongan
(Oligarki politik); (2) Kecurangan dalam pemilukada banyak terjadi secara
TSM; (3) Calon non-parpol terukir sehingga Mahkamah Konstitusi
membuka calon perseorangan.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, beberata langkah baru


dilakukan oleh pemerintah, misalnya, ada calon perseorangan, ada pilkada
serentak, ada pengadilan pemilu yang semuanya dituangkan di dalam

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


berbagai Undang-Undang. Terakhit menjelang berakhirnya masa jabatan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah melalui proses politik yang
panas, lahirlah Undang-Undang No. 1 Tahun 2015 yang kemudian diubah
dan diperbaiki dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2015 yang kemudian
diubah lagi dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 2016.

Hal-hal tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa penataan


Pemerintahan Daerah selalu mengalami eksperimentisasi yang tak pernah
selesai. Setiap diperbaiki ada saja akal untuk menukanginya dan berlaku
koruptif di atasnya. Sampai saat ini pemerintah sudah memberlakukan
tidak kurang dari 10 Undang-Undang Otonomi daerah, termasuk Undang-
Undang yang mengatur peradilannya, yaitu: UU No. 1 Tahun 1945, UU
No. 22 Tahun 1948, UU No. 1 Tahunl 957, Penpres No. 6 Tahun 1959, UU
No. 18 Tahun 1965, UU No. 5 Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999, UU No.
32 Tahun 2004, UU No. 12 Tahun 2008, UU No. 1 Tahun 2015, dan UU No.
1OTahun 2016. Dapat dikatakan bahwa proses eksperimentasi ini masih
terbuka untuk terus terjadi sampai akhirnya menemukan formatnya yang
relatif baik.

Selain melanggar substansi hukum dengan cara mengakali hukum


melalui tafsir-tafsir prosedural nepotisme dan korupsi, yang timbul dari
politik dinasti adalah pelanggaran secara nyata terhadap moral dan etika.
Perilaku koruptif dan nepotisme di dalam politik dinasti adalah perilaku
yang melanggar etika kehidupan berbangsa yang secara nyata sudah
diatur oleh Tap MPR. Oleh sebab itu mungkin baikjuga kalau masyarakat
Indonesia mulai ikut mengembangkan ide yang pernah dilontarkan oleh
mantan ketua Makamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, yakni membangun
peradilan etika bagi pejabat. Pejabat-pejabat korup dan nepotisme yang
bermain di dalam politik dinasti tetapi secara yuridis sulit dijerat dengan
hukum sebaiknya dijerat dengan sanksi karena pelanggaran etik, sehingga
sanksi etik seperti pemberhentian, schorsing, dan penutupan akses
terhadap hal-hal tertentu dapat segera dijatuhkan tan pa harus menunggu
proses dan sanksi yuridis. Oleh karena itu perlu dibentuk peradilan etik
untuk mengurangi sikap koruptif dan nepotis yang dapat timbul dari
politik dinasti (Machfud, 2017).

Materi Pokok Bidang Studi Politik


• Materi Pokok Bidang Studi Politik
SISTEM
PEMERINTAHAN
IV NEGARA INDONESIA

21. Umum

Sistem politik pemerintah (government) berkaitan dengan


penyelenggaraan negara sepenuhnya berdasarkan kewenangan dan
kewajiban untuk membuat dan melaksanakan hukum dan peraturan,
sedangkan sistem politik pemerintahan (governance) berkaitan dengan
sistem hukum, sistem ekonomi, sistem kebudayaan, dan sistem sosial
lainnya. Berbagai rumusan sistem politik dapat dikaji dari praktik terbaik
yang ada, tetapi sistem politik dapat dikatakan sebagai suatu susunan
lengkap dari lembaga-lembaga, berbagai kelompok kepentingan (seperti
partai, serikat buruh, dan sebagainya), yang berhubungan satu sama lain
sebagai komponen-komponen independen dengan patuh pada kaidah-
kaidah politik yang mengatur fungsi masing-masing serta inter-relasinya
(seperti konstitusi, undang-undang pemilu, dan sebagainya) dalam rangka
menegakkan ketertiban dan normalitas dalam masyarakat
(Kusumohamidjojo, 2015). Sesuai dengan perkembangan yang terjadi,
dari sejarah dapat diketahui adanya beragam sistem politik di dunia,
diantaranya (1) Monarki dan Republik adalah sistem politik yang saling
menyisihkan, karena tidak mungkin terdapat kombinasi monarki dan
republik dalam satu negara; (2) Demokrasi adalah sistem politik yang
melibatkan rakyat dalam pembuatan keputusan yang menyangkut
kelangsungan negara dan pemerintahan, lawan dari demokrasi adalah
otoriter karena hanya melibatkan penguasa tertentu dan tidak melibatkan
rakyat; dan (3) Teokrasi dan Sekuler, yang dibedakan bahwa pandangan
teokrasi terhadap adanya negara berdasarkan kehendak ilahi (masyarakat

Materi Pokok Bidang Studi Politik


dituntut percaya), sedangkan pandangan sekuler terhadap adanya negara
didasarkan urusan kehidupan bersama manusia harus diurus sendiri.

Pada akhirnya negara diselenggarakan oleh suatu organisasi yang


disebut pemerintah, dan semua kegiatan yang dilaksanakan pemerintah
untuk memelihara ketertiban dan keamanan dalam kehidupan bersama,
melindungi rakyat dari bahaya, membangun kehidupan yang lebih baik
dan memajukan kehidupan kewarganegaraan agar selamat, sejahtera
dan memiliki masa depan yang baik disebut kepemerintahan atau sistem
pemerintahan. Berkaitan dengan sistem pemerintah dan sistem
pemerintahan, pada Bab IV ini akan dibahas tentang Sejarah Sistem
Pemerintahan Negara Indonesia, Tugas Pemerintah, Bentuk Pemerintahan,
Demokrasi dan Pemerintahan Negara, Pemilihan Umum, Partai Politik,
Partisipasi dan Kontrol Politik, Etika Politik, Budaya Politik, dan Komunikasi
Politik.

22. Sejarah Sistem Pemerintahan Negara Indonesia

a. Sistem Pemerintahan lndonesiaTahun 1945-1949

Secara umum pada sistem pemerintahan lndonesiatahun 1945-


1949 terjadi penyimpangan dari ketetapan UUD 1945, diantaranya:
beralih manfaat komite nasional Indonesia pusat dari pembantu
presiden jadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif serta turut
mengambil keputusan Garis Besar Haluan Negara (GBHN)yang
disebut wewenang MPR, terjadi pula pergantian sistem kabinet
presidensial menjadi kabinet parlementer menurut usul Badan
PekerjaKomite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP).Pada saat ini,
lembaga-lembaga negara yang diamanatkan UUD 1945 belum
dibentuk, dikarenakan UUD 1945 pada waktu tersebut tidak dapat
dikerjakan seutuhnya mengingat situasi Indonesia yang tengah
disibukkan dengan perjuangan menjaga kemerdekaan. Oleh karena
itu, sesuai dengan pasal 4 aturan peralihan didalam UUD 1945,
dibentuklah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang kemudian
menjadi cikal bakal badan legislatif di Indonesia. Perihal ini menu rut

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


maklumat wakil presiden tanggal 16 Oktober 1945, diputuskanlah
bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, dikarenakan MPR serta
DPR belum terbentuk, kemudian pada tanggal 14 November 1945
dibentuklah kabinet semi-presidensial ("semi-parlementer") yang
pertama, dengan kata lain terjadi pergantian sistem pemerintahan
agar terlihat lebih demokratis.Dari sisi sejarah sistem pemerintahan
yang berlaku di periode tersebut, yaitu sistem pemerintahan
presidensil, tetapi terhitung sejak tanggal 14 November 1945,
Soekarno sebagai kepala pemerintahan Republik Indonesia diganti
oleh Sutan Sjahrir, dengan kata lain sistem pemerintahannya lalu
beralih ke parlementer. Alasan politis untuk mengubah sistem
pemerintahan dari presidensil menjadi parlementer dipicu satu
minggu sebelum saat pergantian pemerintahan tersebut, pihak Den
Haag menginformasikan gagasan dasarnya. Soekarno menampik
perihal ini namun Sjahrir menginformasikan pada tanggal 4
Desember 1945 bahwa pemerintahnya menerima tawaran tersebut
dengan syarat pernyataan Belanda atas Republik Indonesia.

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 april 1945, yaitu Badan
yang menyusun rancangan UUD 1945. pada saat sidang pertama
yang berjalan dari tanggal 28 mei sampai dengan tanggal 1 juni
1945 Ir. Soekarno mengemukakan ide perihal "dasar negara" yang
dinamakan Pancasila. Lalu BPUPKI membentuk panitia kecil yang
terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan dasarnegara.
Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 bagian BPUPKI membentuk panitia
sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam Jakarta
yang dapat dijadikan naskah Pembukaan UUD 1945. Sesudah
dihilangkannya anak kata-kata "dengan keharusan menggerakkan
syariah islam untuk pemeluk-pemeluknya" maka naskah Piagam
Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
lndonesia(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29
Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada
saat sidang kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Kemerdekaan(BPUPK) . Nama badan ini tanpa kata "Indonesia"
dikarenakan hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera
ada BPUPK untuk Sumatera. periode sidang keduatanggal 10-17 Juli
1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945
sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

b. Sistem Pemerintahan lndonesiaTahun 1949-1950

Sistem pemerintahan Indonesia pada periode 1949-1950 adalah


sistem pemerintahan parlementer, yang menganut sistem multipartai.
Berdasarkan pada konstitusi RIS, pemerintahan yang diterapkan
pada periode tersebutadalah sistem parlementer kabinet semu
(Quasy Parlementary). Perlu diketahui bahwa sistem pemerintahan
yang dianut pada saat konstitusi RIS tidaklah kabinet parlementer
murni, karena didalam sistem parlementer murni, parlemen memiliki
kedudukan yang amat memastikan pada kekuasaan pemerintah.
Diadakannya pergantian bentuk negara kesatuan Republik Indonesia
menjadi negara serikat merupakan konsekuensi sebagai diterimanya
hasil konferensi meja bundar (KMB). Pergantian ini dituangkan
didalam konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), perihal ini
dikarenakan ada campur tangan dari PBB yang memfasilitasinya.

Bentuk dari campur tangan PBB tersebut adanya konfrensi diatas


menjelaskan bahwa: (1) Indonesia adalah negara sisi RIS, Indonesia
RIS yang dimaksud Sumatera serta Jawa; (2) lokasi diperkecil serta
Indonesia didalamnya; (3)RIS memiliki kedudukan yang sama juga
dengan Belanda; (4)1ndonesia yaitu sisi dari RIS meliputi Jawa,
Sumatera serta Indonesia Timur.

c. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1950-1959

Periode tahun 1950-1959 adalah jaman Presiden Soekarno


memerintah menggunakan konstitusi Undang-Undang Dasar Sesaat
Republik Indonesia 1950. Periode ini berjalan dari 17 Agustus 1950
hingga 5 Juli 1959. Periode ini adalah periode berakhirnya negara
Indonesia yang federal is. Landasannya adalah UUD1950 pengganti
konstitusi RIS tahun 1949. Sistem pemerintahan yang dianut, yaitu
kabinet parlementer dengan demokrasi liberal yang tetap berbentuk

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


semu dengan ciri-ciri sebagai berikut : (1) Presiden serta wakil presiden
tidak dapat diganggu gugat; (2) Menteri bertanggung jawab atas
kebijakan pemerintahan; (3) Presiden memiliki hak membubarkan
DPR; dan (4) Perdana menteri diangkat oleh presiden.

Pada tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang Negara Kesatuan


Republik Indonesia disetujui oleh DPR serta senat RIS. Pada tanggal
yang sama, DPR serta senat RIS mengadakan rapat yang membacakan
piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang mempunyai tujuan
sebagai berikut:(1) pembubaran dengan res mi negara RIS yang
berupa federasi; dan (2) pembentukan NKRI yang meliputi seluruh
tempat Indonesia dengan UUDs yang mulai berlaku pada tanggal
17 Agustus 1950. UUDS ini adalah adopsi dari UUD RIS yang
mengalami sedikit pergantian, terlebih yang terkait dengan
pergantian bentuk negara dari Negara Serikat ke Negara Kesatuan.

Pada 1950 - 1959 Indonesia menggunakan sistem pemerintahan


parlementer yang dalam kurun waktu 4 tahun sudah berlangsung
33 kali perubahan. Sesudah unitary dari Republik Indonesia Serikat
(RIS) menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia
mulai berpedoman pada sistem demokrasi liberal yang didalam
sistem ini pemerintahan berupa parlementer,sehingga Perdana
Menteri segera bertanggung jawab pada parlemen (DPR) yang terdiri
dari kekuatan-kekuatan partai. Bagian DPR berjumlah 232 orang
yang terdiri dari Masyumi (49 kursi), PNI (36 kursi), PSI (17 kursi), PKI
(13 kursi), Partai Katholik (9 kursi), Partai Kristen (5 kursi), serta Murba
(4 kursi), namun sisa kursi diberikan kepada partai-partai atau
perorangan, yang tidak satupun dari partai atau perorangantersebut
yang memperoleh lebih 17 kursi. Kondisi ini menggambarkan satu
susunan yang tidak menopang satu pemerintahan yang kuat, namun
biasanya susunan kepartaian tersebut dapat disederhanakan jika
penentuan umum dikerjakan.

Sesudah pembentukan NKRI diadakanlah beragam usaha untuk


menyusun undang-undang baru membentuk instansi konstituante.
lnstansi Konstituante adalah instansi yang diserahi tugas untuk
membentuk UUD baru . Konstituante diserahi tugas

Materi Pokok Bidang Studi Politik


membuatUndang-Undang Dasar yang baru sesuai amanat UUDs
1950, tetapi hingga tahun 1959 badan ini belum juga dapat
menyusun konstitusi baru, maka presiden Soekarno mengemukakan
konsepsi perihal demokrasi terpimpin pada DPR hasil pemilu yang
diisi inspirasi untuk kembali pada UUD 1945.

d. Sistem Pemerintahan lndonesiaTahun 1959-1966

Sebagaimana dibentuknya sesuatu badan konstituante yang


bertugas menyusun undang-undang dasar baru seperti yang
diamanatkan UUDs 1950 pada tahun 1950, tetapi hingga akhir tahun
1959, badan ini belum juga sukses merumuskan undang undang
dasar yang baru, sampai selanjutnya presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit pada 5 juli 1959. Bung Karno dengan dukungan
angkatan darat, menginformasikan dekrit 5 Juli 1959. Berisi
pembubaran badan konstituante serta kembali ke UUD 1945. Sejak
1959 hingga 1966, Bung Karno memerintah dengan dekrit, menafikan
pemilu serta mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup,
dan membentuk MPRs serta DPRs. Sistem yang diberlakukan pada
saat tersebut adalah sistem pemerintahan presidensil.

Dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah dekrit yang mengakhiri periode


parlementer serta dipakai kembalinya UUD 1945. Periode setelah ini
biasa dimaksud periode demokrasi terpimpin, yang berisi pernyataan
(1) kembali berlakunya UUD 1945 serta tidak berlakunya lagi UUDs
1950; (2) pembubaran konstituante; dan (3) pembentukan MPRS
serta DPAS.

Sejak tahun 1959-1966, Bung Karno menerapkan demokrasi


terpimpin. Seluruh bagian DPR-GR serta MPRs diangkat untuk
memberikan dukungan pada program pemerintahannya yang lebih
berkonsentrasi pada bidang politik. Bung Karno berupaya keras
menggiring partai-partai politik ke dalam ideologisasi NASAKOM
(Nasional, Agama serta Komunis), tiga pilar utama partai politik yang
mewakili NASAKOM adalah PNI, NU dan PKI. Bung Karno
menggelorakan manifesto politik USDEK, dan menggalang dukungan
dari seluruh kemampuan NASAKOM. Pada jaman demokrasi

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


terpimpin, kolaborasi pada kekuasaan kaum borjuis dengan komunis
ternyata gagal saat memperbaiki sistem perekonomian Indonesia,
bahkan yang berlangsung adalah penurunan cadangan devisa, inflasi
terus menaik tanpa teratasi, korupsi kaum birokrat serta militer
merajalela, hingga puncaknya adalah pemberontakan PKI yang
dikenal dengan pemberontakan G30S/PKI. Disamping itu, presiden
memiliki kekuasaan mutlak serta dijadikannya alat untuk
melenyapkan kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga
nasib partai politik ditentukan oleh presiden (10 partai politik yang
dianggap), dan tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.
Menurut UUD 1945, kedudukan presiden ada dibawah MPR,
walaupun demikian, sebenarnya bertentangan dengan UUD 1945,
karena MPRS tunduk kepada presiden. Presiden memastikan apa
yang perlu diputuskan oleh MPRS. Perihal tersebut terlihat karena
ada tindakan presiden untuk mengangkat ketua MPRS dirangkap
oleh wakil perdana menteri,dan pengangkatan wakil ketua MPRS
yang dipilih serta dipimpin oleh partai-partai besar dan wakil ABRI
yang berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin
departemen. Presiden juga membentuk MPRS menu rut penetapan
presiden No. 2 tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan
UUD 1945 karena menurut UUD 1945 pengangkatan bagian MPRS
sebagai instansi paling tinggi negara mesti melewati penentuan
umum, sehingga partai-partai yang terpilih oleh rakyat mempunyai
anggota-anggota yang duduk di MPR. Bagian MPRS ditunjuk serta
diangkat oleh presiden dengan syarat: setuju kembali pada UUD
1945,pada perjuangan Republik Indonesia, serta setuju pada
manifesto politik. Keanggotaan MPRS terdiri dari 61 orang bagian
DPR, 94 orang Utusan Daerah, serta 200 orang wakil golongan. Tugas
MPRS terbatas pada mengambil keputusan Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN). Tahun 1966-1998 UUD yang sama dulu ditafsirkan
sebagai single-executive sistem, sesuai ketentuan pasal 4 hingga 15
serta presiden menjabat sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. Pada 1966 hingga 1998, berlaku sistem pemerintahan
untuk negara integralistik dengan konsentrasi kekuasaan sangat
besar pada presiden (too strong presidency). Orde Baru pimpinan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Soeharto lahir dengan kemauan untuk melakukan koreksi terpimpin
pada jaman Orde Lama, tetapi lama kelamaan banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Soeharto mundur pada 21 Mei 1998.

Pada tahun 1968, MPR dengan resmi melantik Soeharto untuk


periode jabatan 5 tahun sebagai presiden, serta melantik kembali
dengan berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993,
serta 1998. Pada prinsipnya sistem yang diberlakukan pada saat ini
yaitu sistem pemerintahan presidensil. Didalam periode ini, DPRada
dibawah kontrol eksekutif. Kekuasaan presiden yang terlampau besar
diduga penyebabkematian sistem demokratisasi didalam bernegara.
DPR sebagai instansi legislatif yang diinginkan dapat menggerakkan
manfaat penyeimbang (checks and balances) didalam prakteknya
hanya untuk pelengkap serta penghias susunan ketatanegaraan
yang ditujukan hanya untuk memperkuat posisi presiden yang pada
waktu itu dipegang oleh Soeharto.

e. Sistem Pemerintahan Indonesia Tahun 1998 - Sekarang

Periode ini adalah periode berakhrirnya rezim Orde Baruserta


dimulainya periode reformasi. Pasca Orde Baru, UUD 1945 sudah
diamandemen sejumlah empat kali. Sejak tahun 2002, dengan
berlakunya UUD hasil amandemen keempat, berlaku sistem
presidensial. Posisi MPR sebagai pemegang kedaulatan negara paling
tinggi serta sebagai perwujudan dari rakyat dihapus, serta badan
legislatif ditetapkan menjadi Badan Bi-kameral dengan kekuasaan
yang semakin besar (strong legislative).

UUD 2002 hasil amandemen menyebabkan kompleksitas baru


didalam hubungan eksekutif serta legislatif, apabila presiden yang
dipilih segera serta didukung popular yang besar tidak dapat
menggerakkan pemerintahannya dengan efisien, karena tidak
didukung penuh dari koalisi partai-partai mayoritas di DPR.

Political gridlocks sejenis itu sudah diperkirakan, oleh sebab itu


ingin dihindari oleh beberapa perancang UUD 1945, hampir 6 dekade,
yang selanjutnya tidak menentukan sistem presidensial sebagai

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


sistem pemerintahan untuk negara Indonesia yang baru merdeka.
Sesudah MPR mengesahkan amandemen ketiga serta keempat
UUD1945, sistem pemerintahan negara Indonesia beralih jadi sistem
presidensial. Pergantian tersebut ditetapkan dengan pasal 1 ayat (2)
UUD baru. MPR bukan perwujudan dari rakyat serta bukan hanya
Locus of Power, instansi pemegang kedaulatan negara paling tinggi.
Pasal 6a ayat (1) mengambil keputusan "presiden serta wakil presiden
dipilih didalam satu pasangan dengan segera oleh rakyat". Dua pasal
tersebut menunjukkan sistem presidensial yang jelas tidak sama
dengan staats fundamental norm yang terdaftar didalam Pembukaan
serta dijabarkan selanjutnya didalam penjelasan UUD 1945. Proses
demokrasi Pancasila pada jaman reformasi sudah banyak
memberikan area gerak pada partai politik ataupun DPR untuk
mengawasi pemerintah dengan kritis serta dibenarkan untuk unjuk
rasa. Sistem pemerintahan sesudah amandemen (1999 - 2002),
ditandai dengan hal-hal berikut: (1) MPR bukan hanya instansi paling
tinggi lagi; (2) Komposisi MPR terdiri atas seluruh bagian DPR
ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat; (3) Presiden serta wakil
presiden dipilih segera oleh rakyat; (4) Presiden tidak dapat
membubarkan DPR; dan (5) Kekuasaan legislatif lebih dominan.

23. Amandemen UUD NRI Tahun 1945

Undang-undang Dasar mempunyai peranan penting bagi suatu


negara, karena sebagai landasan struktural dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara. Undang-Undang Dasar negara Indonesia adalah
UUD 1945. Menu rut Tap. MPR No. 111/2000, Undang-Undang Dasar 1945
adalah hukum dasar Republik Indonesia memuat dasar dan garis besar
hukum dalam penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, para
pejabat/pemerintah harus berjanji setia terhadap UUD 1945 sebelum
melaksanakan tugasnya.

Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan


(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan
UUD 1945, antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi

Materi Pokok Bidang Studi Politik


di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat),
kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang
terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), dan
kenyataannya rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 pada waktu itu adalah


menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat,
HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi
dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan tidak
mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hasil empat kali perubahan, amandemen pertama yang dilakukan


pada Sidang Umum MPR tahun 1999 telah melakukan perubahan
terhadap 9 pasal yang meliputi Pasal 5 ayat (1 ), Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13
ayat (2), Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 20, dan
Pasal 21. Pasal-pasal yang diperbaiki dalam Amandemen pertama lebih
memberikan penekanan pada perdebatan yang muncul pada awal
kejatuhan rezim Soeharto. Misalnya, pada masa itu dirasakan bahwa
kemampuan Soeharto untuk dapat bertahan sebagai Presiden sekitar 32
tahun karena tidak adanya pembatasan periodesasi masa jabatan Presiden.
Untuk itu, MPR melakukan amandemen terhadap Pasal 7 UUD 1945 yang
secara eksplisit menentukan bahwa seseorang hanya dapat menjadi
Presiden Indonesia hanya sebanyak dua kali masa jabatan. Di samping
itu, Amandemen pertama juga mengurangi kecenderungan UUD 1945
yang executive heavy. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki bunyi pasal-
pasal yang terkait dengan DPR. Misalnya dalam pengangkatan Duta
Besar, Presiden mempunyai keharusan untuk memperhatikan
pertimbangan DPR, atau dalam memberikan Amnesti dan Abolisi Presiden
harus memperhatikan pertimbangan DPR.

Pada amandemen kedua telah dilakukan perubahan sebanyak 7 bab


dan 25 pasal yang meliputi Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 188, Pasal 19, Pasal
20 ayat (5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 228, Bab IXA, Pasal 25E, Bab X,

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Pasal 26 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 27 ayat (3), Bab XA, Pasal 28A, Pasal
288, Pasal 28(, Pasal 28D, Pasal 28E, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H,
Pasal281, Pasal 28J, Bab XII, Pasal 30, Bab XV, Pasal 36A, Pasal 368, dan
Pasal 36C. Sebagai kelanjutan, amandemen kedua melakukan perubahan
untuk tiga hal yang amat mendasar, yaitu (1) memberikan landasan yang
lebih kokoh terhadap keberadaan daerah dan Pemerintahan Daerah,
dapat. dilihat dengan melakukan perubahan besar terhadap Pasal 18
UUD 1945; (2) melanjutkan usaha penguatan terhadap peranan DPR
dalam proses penyelenggaraan negara Indonesia. Pasal 19, Pasal 20 ayat
(5), Pasal 20A, Pasal 22A, Pasal 228 adalah penguatan yang "luar biasa"
terhadap DPR; (3) memberikan penambahan yang lebih luas terhadap
ketentuan hak asasi manusia yang dirasakan amat terbatas dalam UUD
1945. Kemudian dilanjutkan dengan amandemen ketiga yang meliputi
Pasal 1 ayat (2) dan (3); Pasal 3 ayat (1 ), (3), dan (4); Pasal 6A ayat (1 ), (2),
(3), dan (5); Pasal 7A; Pasal 78 ayat (1 ), (2), (3), (4), (5), (6), dan (7); Pasal
7C; Pasal 8 ayat (1) dan (2); Pasal 11 ayat (2) dan (3); Pasal 17 ayat (4); Bab
VIIA; Pasal 22( ayat (1 ), (2), (3), dan (4); Pasal 22D ayat (1 ), (2), (3), dan (4);
Bab VIIB; Pasal 22E ayat (1 ), (2), (3), (4), (5), dan (6); Pasal 23 ayat (1 ), (2),
dan (3); Pasal 23A; Pasal 23(; Bab VIIIA, Pasal 23E ayat (1 ), (2), dan (3);
Pasal 23F ayat (1) dan (2); Pasal 23G ayat (1) dan (2); Pasal 24 ayat (1) dan
(2); Pasal 24A ayat (1 ), (2), (3), (4), dan (5); Pasal 248 ayat (1 ), (2), (3), dan
(4); dan Pasal 24( ayat (1 ), (2), (3), (4), (5), dan (6). Perubahan dan
penambahan yang dilakukan dalam amandemen ketiga lebih ditujukan
pada lembaga-lembaga negara. Misalnya (1) pergantian proses pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden dari pola pemilihan dengan sistem perwakilan
(di MPR) menjadi proses pemilihan langsung, (2) perbaikan terhadap
pola pertanggungjawaban Presiden untuk dapat diberhentikan sebelum
habis masa jabatannya, (3) pergantian sistem unikameral menjadi sistem
bikameral, dan (4) mengakomodasi kehadiran "lembaga baru" yaitu
Mahkamah Konstitusi (Constitutional Court).

Amandemen keempat lebih merupakan penyelesaian terhadap


bagain-bagian yang masih tersisa dalam amandemen sebelumnya
meliputi Pasal 2, Pasal 6A ayat (4), Pasal 8 ayat (3), Pasal 238, Pasal 24 ayat
(3), Pasal 31 ayat (1 ), (2), (3), dan (4), Pasal 32 ayat (1) dan (2), Pasal 33 ayat

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(4) dan (5), Pasal 34 ayat (1 ), (2), (3), dan (4), Pasal 37 ayat (1 ), (2), (3), (4),
dan (5). Perubahan terhadap Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan
serta pencabutan terhadap Penjelasan UUD 1945.

Mencermati seluruh hasil perubahan yang telah dilakukan oleh MPR,


ada beberapa catatan penting yang dapat dikemukakan, yaitu (1) semua
pasal telah dilakukan perubahan kecuali Pasal 4, 10 dan Pasal 12; (2)
terjadi penambahan 4 bab baru (dari 16 bab menjadi 20 bab), (2)
penambahan 25 pasal baru (dari 37 pasal menjadi 72 pasal), dan (3)
penambahan 120 ayat baru (dari 49 ayat menjadi 169 ayat); dan (3)
dihapusnya penjelasan sebagai bagian dari UUD 1945. Perubahan yang
begitu besar menimbulkan implikasi terhadap struktur ketetanegaraan,
yaitu terjadinya perubahan kelembagaan secara mendasar. lmplikasi
perubahan tidak hanya terjadi terhadap struktur lembaga-lembaga negara
tetapijuga perubahan terhadap sistem ketatanegaraan secara keseluruhan
(lsra, 201 O).

24. Otonomi Daerah

Pada hakekatnya Otonomi Daerah diberikan kepada rakyat sebagai


satu kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah dan dalam pelaksanaannya
dilakukan oleh kepala daerah dan DPRD dengan dibantu oleh Perangkat
Daerah. Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari
kekuasaan pemerintahan yang ada ditangan Presiden. Konsekwensi dari
negara kesatuan adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada di
tangan Presiden. Untuk itu diperlukan pengaturan tentang : Pembagian
Kewenangan dalam pelaksanaan otonomi daerah; Hubungan
kewenangan antara Pemerintah Pusat antara Pemerintah Pusat dan
Daerah; Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
Pengawan Pusat terhadap Pemerintahan Daerah; Lembaga-lembaga
Pusat di Daerah; Lembaga-lembaga Pemerintah Daerah; dan Kewenangan
hubungan Luar Negeri yang dimiliki daerah .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


a. Pembagian Kewenangan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat dan


daerah propinsi serta daerah kabupaten/kota, didasarkan pada
prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan
strategis nasional, dan ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
Berdasarkan prinsip tersebut, kriteria urusan pemerintahan sesuai
dengan kewenangannya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah


pusat yang tertera pada Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 adalah:

(a) Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas daerah provinsi


atau lintas negara.

(b) Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas provinsi


atau lintas negara.

(c) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya


lintas daerah provinsi atau lintas negara.

(d) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya


lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah pusat.

(e) Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi


kepentingan nasional.

2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah


provinsi yang tertera pada Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang
No.23 Tahun 2014 adalah:

(a) Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas daerah


kabupaten/kota.

(b) Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas daerah


kabupaten/kota.

(c) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampaknya


negatifnya lintas daerah kabupaten/kota .

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(d) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya
lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah provinsi.

3) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah


kabupaten/kota yang tertera pada Pasal 13 ayat (4) Undang-
Undang No.23 Tahun 2014 adalah:

(a) Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam daerah


kabupaten/kota.

(b) Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam daerah


kabupaten/kota.

(c) Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampaknya


negatifnya hanya dalam daerah kabupaten/kota.

(d) Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya


lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah kabupaten/kota.

4) Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi


dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah Propinsi dapat disimak penjelasannya pasal 14 Undang-
Unda ng Nomor 23 Tahun 2014, meliputi hal-hal berikut:

(a) Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan


dengan pengelolaan taman hutan raya kabupaten/kota
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

(b) Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya


mineral yang berkaitan dengan pengelolaan minyak dan
gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

(c) Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya


mineral yang berkaitan dengan pemanfaatan langsung
panas bumi dalam daerah kabupaten/kota, menjadi
kewenangan daerah kabupaten/kota.

(d) Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil


mendapatkan hasil bagi dari dari penyelenggaraan
pemerintahan .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


(e) Penentuan daerah kabupaten/kota penghasil untuk
perhitungan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan yang
berada dalam batas wilayah empat mil diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan.

(f) Dalam hal batas wilayah kabupaten/kota sebagaimana


tersebut di atas kurang dari empat mil, batas wilayahnya
dibagi sama jaraknya atau di regional sesuai dengan prinsip
garis tengah dari daerah yang berbatasan.

b. Hubungan Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Hubungan kewenangan antara Pusat dan Daerah terselenggara


berdasarkan pembagian wewenang Pemerintah Pusat, Daerah
Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, yang mengacu pada Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014. Menurut Bagir Manan, Menyongsong
Fajar Otonomi Daerah yang dikutip oleh Utang Rosidin, SH. MH
dalam Bukunya Otonomi Daerah dan Desentralisasi (201 O) bahwa
hubungan dalam bidang kewenangan berkaitan dengan cara
pembagian urusan penyelenggaraan pemerintahan atau cara
menentukan urusan rumah tangga daerah. Cara penentuan ini
mencerminkan suatu bentuk otonomi terbatas atau luas.

1) Penggolongan sebagai otonomi luas apabila memenuhi


ketentuan berikut:

(a) Urusan rumah tangga daerah ditentukan secara kategoris


dan pengembangannya diatur dengan cara-cara tertentu.

(b) Supervisi dan pengawasan dilakukan dengan cara daerah


otonom kehilangan kemandirian untuk menentukan secara
bebas cara-cara mengatur dan mengurus rumah tangga
daerahnya.

(c) Sistem hubungan keuangan antara pusat dan daerah yang


menimbulkan hal-hal seperti keterbatasan kemampuan
keuangan asli daerah yang akan membatasi ruang gerak
otonomi daerah.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(d) Dalam penyelenggaraan otonomi luas, urusan pemerintahan
yang diserahkan kepada daerah jauh lebih banyak bila
dibandingkan dengan urusan pemerintahan yang tetap
menjadi wewenang pemerintah pusat. Otonomi luas dapat
bertolak dari prinsip bahwa semua urusan pemerintahan
pada dasarnya menjadi urusan rumah tangga daerah, kecuali
yang ditentukan sebagai urusan pusat.

2) Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah


diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat. Di samping itu, melalui otonomi luas,
dalam lingkungan strategik globalisasi, pemerintah daerah
diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

3) Klasifikasi Urusan Pemerintahan menurut Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal
9 dikemukakan bahwa urusan pemerintahan terdiri atas urusan
pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren dan
urusan pemerintahan umum.

(a) Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan


yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat,
sebagaimana terdapat pada Pasal 10 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014, meliputi, politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
serta agama. Dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan absolut, pemerintah pusat melaksanakan
sendiri, atau melimpahkan wewenangan kepada instansi
vertikal yang ada di daerah atau kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah pusat berdasarkan azas dekonsentrasi.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


(b) Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan
pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah
menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan
pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah
terdiri dari urusan pemerintahan wajib, yaitu urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan
urusan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

(c) Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan


yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan, meliputi antara lain : Pembinaan wawasan
kebangsaan dan ketahanan nasional dalam rangka
memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-
Undang Dasar NRI Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Tunggal
lka serta pemertahanan dan pemeliharaan keutuhan NKRI;
Pembinaan Kesatuan Bangsa; pembinaan kerukunan
antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras dan golongan
lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan lokal,
regional dan nasional; penanganan konflik sosial sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; koordinasi
pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahanyang ada
diwilayah daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota;
pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan
Pancasila dan; pelaksanaan semua urusan pemerintahan
yang bukan merupakan kewenangan daerah dan tidak
dilaksanakan oleh instansi vertikal.

c. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

1) Prinsip umum hubungan keuangan pemerintah Pusat dengan


Daerah diatur dalam Pasal 279 Undang-Undang No.23 Tahun
2014, yaitu:

(a) Pemerintah Pusat memiliki hubungan keuangan dengan


Daerah untuk membiayai penyelenggaraan Urusan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Pemerintahan yang diserahkan dan/atau ditugas kepada
daerah.

(b) Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan Urusan


Pemerintahan yang diserahkan kepada daerah sebagai
mana dimaksud (1) meliputi:

(1) Pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak


daerah dan retribusi daerah

(2) Pemberian dana bersumber dari perimbangan


keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

(3) Pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus


untuk Pemerintahan Daerah tertentu yang ditetapkan
dalam Undang-Undang.

(4) Pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat,


dan insentif (fiskal).

(c) Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan Urusan


Pemerintahan yang ditugaskan kepada Daerah sebagaimana
disebutkan pada ayat (1) disertai dengan pendanaan sesuai
dengan Urusan Pemerintahan yang ditugaskan sebagai
pelaksanaan tugas pembantuan.

(d) Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan


berupa kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah
sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan,
kewenangan memungut dan mendayaguna-kan pajak,
retribusi daerah, hak untuk mendapatkan bagi hasil dari
sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah, dan
dana perimbangan lainnya, hak untuk mengelola kekayaan
daerah dan mendapatkan sumber-sumber pendapatan
lainnya yang sah, serta sumber-sumber pembiayaan lainnya.
Pengaturan tersebut pada dasarnya pemerintah
menetapkan prinsip "uang mengikuti fungsi".

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


2) Dalam Undang-Undang mengenai Keuangan Negara, terdapat
penegasan tentang pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan
pengelolaan keuangan negara dari Presiden sebagian diserahkan
kepada Gubernur/Bupati/ Walikota selaku kepala pemerintah
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan
pengelolaan keuangan daerah.

3) Selanjutnya ditegaskan pula bahwa dalam menyelenggarakan


sebagian urusan pemerintahan yang diserahkan dan/atau
ditugaskan, penyelenggara Pemerintahan Daerah mempunyai
kewajiban dalam mengelola keuangan daerah, meliputi (1)
pengelolaan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel,
(2) menyelaraskan pencapaian sasaran program daerah dalam
APBD dengan program pemerintah pusat, (3) melaporkan
realisasi pendanaan urusan pemerintahan yang ditugaskan
sebagai pelaksana dari tugas pembantuan.

d. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Pusat terhadap


Pemerintah Daerah

Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


merupakan upaya yang dilakukan pemerintah pusat dan/atau
Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat di Daerah guna mencapai
tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Pengawasan atas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah kegiatan yang
menjamin Pemerintahan Daerah berjalan sesuai rencana dan
keetentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil dari
pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Secara rinci dapat disimak uraian dan
pembinaan dan pengawasan berikut.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


1) Pembinaan
Dalam rangka pembinaan oleh Pemerintah Pusat, Menteri dan
Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)
melakukan pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan
masing-masing yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri
untuk pembinaan dan pengawasan Provinsi, serta oleh Gubernur
untuk pembinaan dan pengawasan Kabupaten/Kota. Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Pasal 373 pada ayat (a), ayat (b), dan ayat (c) berikut menyatakan
bahwa:

(a) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi;

(b) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, melakukan


pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

(c) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri (Dalam
Negeri).

Selanjutnya pada Pasal 374 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014


dikemukakan bahwa pembinaan terhadap penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
373 dilaksanakan oleh Menteri (Dalam Negeri), menteri teknis, dan
kepala Lembaga pemerintah non kementerian. Menteri (Dalam
Negeri) melakukan pembinaan yang bersifat umum,
meliputi:pembagian urusan pemerintahan, kelembagaan daerah,
kepegawaian dan perangkat daerah, keuangan daerah,
pembangunan daerah, pelayanan publik di daerah, kerjasama daerah,
kebijakan daerah, kepala daerah dan DPRD, dan bentuk pembinaan
lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.

Menteri teknis dan kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian


(LPNK) melakukan pembinaan yang bersifat teknis terhadap teknis
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah
Provinsi, sedangkan pembinaan yang bersifat

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


umum dan teknis sebagaimana tersebut di atas dilakukan dalam
bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian
dan pengembangan.

Pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan Daerah


Kabupaten/Kota, yang diatur dalam Pasal 375 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 meliputi :

(a) Pembinaan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat.

(b) Dalam melakukan pembinaan sebagaimana tersebut di atas,


Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dibantu oleh perangkat
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat.

(c) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan pembinaan


yang bersifat umum dan bersifat teknis.

(d) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan pembinaan


yang bersifat umum meliputi pembagian urusan pemerintahan,
pelembagaan daerah, kepegawaian dan perangkat daerah,
keuangan daerah, pembangunan daerah, pelayanan publik di
daerah, kerjasama daerah, kebijakan daerah, kepala daerah dan
DPRD, dan bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(e) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melakukan pembinaan


yang bersifat teknis terhadap teknis penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang diserahkan ke Daerah Kabupaten/Kota.

(f) Pembinaan yang bersifat umum dan teknis sebagaimana tersebut


di atas dilakukan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan
dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dalam
kebijakan yang terkait dengan Otonomi Daerah.

(g) Apabila gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat belum


melakukan pembinaan kepegawaian dan perangkat daerah
sebagaimana dimaksud butir 3 di atas, maka Pemerintah Pusat

Materi Pokok Bidang Studi Politik


akan melaksanakan pembinaan kepada Daerah Kabupaten/Kota
dengan berkoordinasi kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat.

2) Pengawasan
Pengawasan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat terkait
dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan terutama pada
Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Kepala Daerah.
Pengawasan terkait hal terebut dimaksudkan agar pelaksanaan
berbagai urusan pemerintahan di daerah tetap dapat berjalan
sesuai dengan standar dan kebijakan Pemerintah Pusat
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pengawasan
dilaksanakan oleh Aparatur Pengawas Intern Pemerintah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan dalam hal
pengawasan terhadap Raperda dan Peraturan Daerah,
Pemerintah Pusat melakukan dengan dua cara sebagai berikut:

(a) Pengawasan terhadap rancangan Raperda, yaitu terhadap


Raperda yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah,
APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh Kepala Daerah,
terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk
Raperda Provinsi, dan oleh Gubernur terhadap Raperda
Kabupaten/ Kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan
tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan
hasil guna yang optimal.

(b) Pengawasan terhadap semua Perda selain tersebut di atas,


yaitu setiap Perda wajib disampaikan kepada Menteri Dalam
Negeri untuk Provinsi dan Gubernur untuk Kabupaten/Kota
guna memperoleh klarifikasi. Pada Perda yang bertentangan
dengan kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi
dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.

(c) Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


Provinsi, pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Pasal
377 mengemukakan hal-hal berikut:

(1) Menteri (Dalam Negeri) melakukan pengawasan umum

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Provinsi;

(2) Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non


Kementerian melakukan pengawasan teknis terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi sesuai
dengan bidang tugasnya masing-masing dan
berkoordinasi dengan Menteri (Dalam Negeri)

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud di atas


dilaksanakan oleh Aparatur Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) sesuai fungsi dan kewenangannya.

(d) Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah


kabupaten/kota, diatur dalam Pasal 378 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:

(1) Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, melakukan


pengawasan umum dan pengawasan teknis terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kabupaten/kota.

(2) Dalam melaksanakan sebagaimana tersebut di atas,


Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dibantu
oleh perangkat Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat.

(3) Hal Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat belum


mampu melakukan pengawasan sebagaimana
dimaksud di atas, gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat meminta bantuan untuk melaksanakan
pengawasan kepada pemerintah pusat.

Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan


pengawasan, Pemerintah Pusat dapat menerapkan sanksi kepada
Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah,
Anggota DPRD, Perangkat Daerah, PNS Daerah, dan Kepala Desa,
apabila ditemukan penyimpangan dan pelanggaran oleh

Materi Pokok Bidang Studi Politik


penyelenggara Pemerintahan Daerahtersebut. Sanksi yang
dimaksud antara lain dapat berupa penataan kembali suatu
Daerah Otonom, pembatalan pengangkatan pejabat,
penangguhan dan pembatalan berlakunya suatu kebijakan
daerah baik peraturan daerah, keputusan kepala daerah, dan
ketentuan lain yang ditetapkan daerah serta dapat memberikan
sanksi pidana yang diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Hasil pembinaan dan pengawasan di atas digunakan sebagai


bahan pembinaan selanjutnya oleh Pemerintah Pusat dan dapat
digunakan sebagai bahan pemeriksaan oleh BPK. Pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara
nasional dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri, untuk
Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh Gubernur, dan untuk Desa
dikoordinasikan oleh Bupati/Walikota, yang dapat
melimpahkannya kepada Camat.Pedoman pembinaan dan
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, yang
meliputi standar, norma, prosedur, penghargaan, dan sanksi,
saat ini diatur lebih lanjut dalam PP No. 79 Tahun 2005.

3) Lembaga-Lembaga Pemerintah Pusat di Daerah


Keberadaan lembaga pemerintah pusat di daerah tidak terlepas
dari pembagian urusan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Pembagian urusan
tersebut antara lain diatur melalui urusan pemerintahan absolut
dan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat.

Pada Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, dikemukakan bahwa urusan
pemerintahan absolute adalah (1) politik luar negeri (tidak/belum
ada lembaga di daerah); (2) pertahanan, lembaga di daerah
KODAM dan KODIM; (3) keamanan, lembaga di daerah POLDA
& POLRES; (4) Yustisi, Lembaga di daerah Kanwil KUM & HAM;
(5) Moneter & Fiskal, Lembaga di daerah Kanwil OJA, Pajak, Bea

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


& Cukai; dan (6) Agama, Lembaga di daerah adalah Kantor
Wilayah di Provinsi, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama di
Kabupaten/Kota, sedangkan urusan pemerintahan konkuren
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, Lembaga/
organisasinya masih belum ditentukan.

4) Lembaga-Lembaga Pemerintah Daerah


Lembaga-lembaga Pemerintahan Daerah terdiri atas pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Kota. Uraian dari masing-masing
lembaga tersebut mengacu pada Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada Pasal 209
menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

(a) Perangkat Daerah Provinsi, terdiri atas Sekretariat Daerah,


Sekretariat DPRD, lnspektorat, Dinas, dan Badan.

(b) Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, terdiri atas Sekretariat


Daerah, Sekretariat DPRD, lnspektorat, Dinas, Badan, dan
Kecamatan. Mengacu pada uraian tersebut di atas, secara
rinci dapat dikemukan beberapa hal sebagai berikut:

(1) Sekretariat Daerah, Provinsi maupun Kabupaten/ Kota.

(i) Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris daerah,


yang bertugas dan memiliki kewajiban membantu
Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan dengan Dinas Daerah dan
Lembaga Teknis Daerah . Sekretaris Daerah
bertanggung jawab kepada Kepala Daerah, dan
apabila berhalangan, tugas Sekretaris Daerah
dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Kepala Daerah.

(ii) Sekretaris Daerah diangkat dari PNS yang


memenuhi persyaratan. Pada tingkat Provinsi,
Sekretaris Daerah diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden atas usul Gubernur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dan untuk

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Kabupaten/Kota, Sekretaris Daerah diangkat dan
diberhentikan oleh Gubernur atas usul
Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, dan karena kedudukannya
tersebut, Sekretaris Daerah menjadi Pembina PNS
di daerahnya.

(2) Sekretariat DPRD, Provinsi maupun Kabupaten/Kota


Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD, yang
angkat dan diberhentikan oleh Gubernur/ Bupati/
Walikota dengan persetujuan DPRD. Sekretaris DPRD
mempunyai tugas sebagai berikut :
(i) Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD.
(ii) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.
(iii) Menyediakaan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang
diperlukan DPRD dalam melaksanakan fungsinya,
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Pada
pelaksanaanya Sekretaris DPRD wajib meminta
pertimbangan Pimpinan DPRD.

(3) Susunan organisasi Sekretariat DPRD ditetapkan dalam


Peraturan Daerah (PERDA) yang berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.

(4) lnspektorat Provinsi maupun Kabupaten / Kota dipimpin


oleh inspektur, yang bertugas membantu kepala daerah
membina dan mengawasi pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan
tugas pembantuan oleh perangkat daerah.

(5) lnspektorat daerah dalam melaksanakan tugas


bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah.

(6) Dinas Daerah, Provinsi maupun Kabupaten/Kota,


dibentuk untuk melaksanakan urusan pemerintahan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


yang menjadi kewenangan daerah. Dinas daerah
diklasifikasi atas hal-hal berikut:

(a) Dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
dengan beban kerja yang besar.

(b) Dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
dengan beban kerja yang sedang.

(c) Dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
dengan beban kerja yang kecil.

(7) Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi


daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang diangkat
dan diberhentikan oleh Kepala Daerah dari PNS yang
memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.

(8) Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Kepala


Daerah melalui Sekretaris Daerah.

(9) Badan, Provinsi maupun Kab/Kota Pasal 219 Undang-


Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, pada Pasal 219 ayat (1) dikemukakan bahwa
Badan dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, yang meliputi perencanaan, keuangan,
kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan, fungsi lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Badan yang dimaksud di atas, diklasifikasi atas:

(a) Badan tipe A yang dibentuk untuk mewadahi


urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah dengan beban kerja yang besa~

(b) Badan tipe B yang dibentuk untuk mewadahi

Materi Pokok Bidang Studi Politik


urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah dengan beban kerja yang sedang.

(c) Badan tipe C yang dibentuk untuk mewadahi


urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah dengan beban kerja yang kecil.

Penentuan beban kerja didasarkan pada jumlah penduduk, luas


wilayah, kemampuan keuangan daerah, dan cakupan tugas. Badan
dipimpin oleh seorang kepala. Kepala Badan mempunyai tugas
membantu Kepala Daerah melaksanakan fungsi penunjang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Kepala Badan
dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala
Daerah melalui Sekretaris Daerah.

e. Kewenangan Hubungan Luar Negeri yang Dimiliki Daerah

Kewenangan hubungan luar negeri diperoleh dengan adanya


kerjasama daerah. Kerjasama dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan
kerjasama yang didasarkan pada pertimbangan efesiensi dan
efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. Kerjasama
dapat dilakukan oleh daerah dengan daerah lainnya, pihak ketiga,
dan/ataulembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai
denga n ketentua n peratu ran peru nda ng-u nda nga n.

Pasal 367 ayat (1) UU No.23 Tahun 2014 mengemukakan


bahwakerjasama Daerah dengan lembaga dan/atau pemerintah
daerah diluar negeri, meliputi:(1) Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi; (2) Pertukaran budaya;(3) Peningkatan kemampuan
teknis dan manajemen pemerintahan; (4) Promosi potensi daerah,
dan (5) Kerjasama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan
perundang-undangan.

Pada ayat (2) dijelaskan bahwa kerjasama Daerah dengan


lembaga dan/atau pemerintah daerah di luar negeri dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan pemerintah pusat. Kerjasama daerah
dengan lembaga dan/atau pemerintah daerah diluar negeri

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


berpedoman pada ketentuan peraturan perundangan.Dengan
demikian jelaslah bahwa kewenangan kerjasama daerah dengan
lembaga dan/atau pemerintah daerah di luar negeri dimungkinkan
setelah mendapat persetujuan dari pemerintah pusat. Hal iniuntuk
menghindari adanya kerjasama yang tidak terpantau oleh pemerintah
pusat, serta menghindari adanya hal-hal yang tidak diinginkan
dikemudian hari (misalnya adanya penjualan/penggadaian pulau,
adanya negara dalam negara, dan sebagainya)

Pada pemerintahan kolonial tahun 1903, pemerintah


mengeluarkan staatsblaad No.329 yang memberikan peluang
dibentuknya satuan pemerintahan yang mempunyai keuangan
sendiri. Kemudian staatsblaad No.329 tersebut diperkuat dengan
staatsblaad No.137 dan No.181 pada tahun 1905. Selanjutnya pada
tahun 1922, pemerintah kolonial mengeluarkan suatu Undang-
Undang S.216 dan dibentuk sejumlah provincie regentscap,
stadsgemeente dan groepmeneenscap yang semuanya
menggantikan locale ressort. Selainitu, terdapat juga pemerintahan
yang merupakan persekutuan asli masyarakat setempat. Pemerintah
kerajaan satu persatu diikat oleh pemerintahan kolonial dengan
sejumlah kontrak politik (baik kontrakjangka pendek maupun jangka
panjang). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan kolonial
masyarakat Indonesia dihadapkan pada dua administrasi
pemerintahan.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 adalah hasil dari berbagai


pertimbangan tentang sejarah pemerintahan, yang menekankan
pada aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan
pembentukan Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang
tersebut mencakup tiga jenis daerah otonom, yaitu Keresidenan,
Ka bu paten, dan Kota. Kemudian Undang-Undang No.22 Tahun 1948
yang berfokus pada pengaturan tentang susunan pemerintah daerah
yang demokratis, ditetapkan dua jenis daerah otonom, yaitu Daerah
Otonom Biasa, dan Daerah Otonom lstimewa, serta tiga tingkatan
Daerah Otonom, yaitu Provinsi, Kabupaten/Kota Besar, dan Desa/Kota
Kecil. Setelah tahun 1948, peraturan tentang Otonomi Daerah dari

Materi Pokok Bidang Studi Politik


waktu ke waktu disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang
berlaku, sampai terjadinya reformasi pada tahun 1998, sehingga
sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berubah, terutama
otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peranserta masyarakat, serta meningkatkan
daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah berasal dari


kekuasaan pemerintahan yang berada di tangan Presiden, dan agar
pelaksanaannya berjalan sesuai dengan kebijakannasional maka
Presiden berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dibantu


oleh menteri negara, dan setiap menteri bertanggung jawab atas
urusan pemerintahan tertentu.Urusan pemerintahan yang menjadi
tanggung jawab menteri tersebut diotonomikan ke Daerah.
Konsekuensi menteri sebagai pembantu Presiden adalah kewajiban
menteri atas nama Presiden untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan agar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian


berkewajiban membuat Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)
untuk dijadikan pedoman bagi daerah dalam menyelenggarakan
Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke daerah dan menjadi
pedoman bagi kementerian/lembaga pemerintah non kementerian
untuk dilakukan pembinaan dan pengawasan dalam upaya tercipta
sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri Dalam


Negeri sebagai koordinator pembinaan dan pengawasan yang
bersifat umum, sedangkan untuk pembinaan dan pengawasan yang
bersifat teknis akan dilakukan oleh kementerian maupun lembaga

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


pemerintah non kementerian. Mekanisme tersebut diharapkan
mampu menciptakan harmonisasi antar kementerian ataupun
lembaga pemerintah non kementerian dalam melakukan pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara
keseluruhan.

Pelaksanaan otonomi daerah tidak dapat dilepaskan dari proses


desentralisasi dan proses dekonsentrasi kewenangan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah otonom. Dalam rangka
melaksanakan pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah sejak
tahun 1945 sampai saat ini, berbagai konsep dan sistem otonomi
daerah pernah dilakukan, bahkan dalam bentuk federasi dengan
membentuk negara-negara bagian. Dalam sistem pembagian
kekuasaan antara pusat dengan daerah pernah diberlakukan sistem
otonomi yang seluas-luasnya, dan pernah diberlakukan sistem
campuran antara otonomi dan perbantuan. Hasil pelaksanaan
menunjukkan bahwa melalui pemberian otonomi yang seluas-
luasnya telah menimbulkan hubungan yang tidak harmonis antara
pusat dengan daerah, sehingga banyak daerah yang berkeinginan
untuk memisahkan diri. Ketika sistem otonomi diberikan dengan
terbatas oleh pemerintah pusat, maka pelayanan publik dan
partisipasi masyarakat untuk ikut dalam pembangunan daerahnya
menjadi terkendala, dan banyak daerah yang merasa diabaikan oleh
pemerintah pusat. Berkaitan dengan hal tersebut beberapa uraian
tentang Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Perspektif
Proses Desentralisasi, Manfaat Pelaksanaan Otonomi Daerah, perlu
dipahami secara benar.

1) Prinsip penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam wadah


NKRI dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Penyelenggaraan pemerintahan yang berazaskan


desentralisasi tidak boleh menyimpang dari wawasan
kebangsaan yang menimbulkan tuntutan-tuntutan yang
dapat memperlemah kesatuan dan persatuan bangsa serta
membahayakan eksistensi NKRI.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(b) Pemerintah Daerah yang dibentukdengan Undang-Undang
berdasarkan azas desentralisasi pada hakekatnya merupakan
subsistem dari sistem pemerintahan nasional, dan karenanya
berada dibawah (sub ordinat) pemerintah nasional.

(c) Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pada hakekatnya


tidak terlepas dari prinsip-prinsip manajemen modern, dan
fungsi-fungsi manajemen harus berjalan secara silmultan,
berkelanjutan, efektif dan efisien serta dipertanggung
jawabkan kepada publik (public accountable) untuk
menjamin bahwa kebijakan nasional dapat dilaksanakan
secara efektif di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu
penyelenggaran pemeritahan daerah harus mengikuti
norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditentukan oleh
pemerintah.

2) Perspektif proses desentralisasi


Sejak awal tahun 1980 sampai akhir tahun 1990 banyak negara
berkembang melaksanakan proses transisi menuju negara
demokrasi dan sekaligus melaksanakan proses transfer kekuasaan
dari sentralistik menjadi desentralistik (Maridjan, 2011 ). Proses
desentralisasi harus dipandang dari berbagai perspektif, yaitu:

(a) Desentralisasi dipandang dari aspek politik dalam konteks


hubungan vertikal secara timbal balik antara lembaga
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, tranfer
otoritas dalam pengambilan kebijakan publik, serta
penguatan demokrasi di daerah.

(b) Desentralisasi dilihat dari aspek administrasi yang


menitikberatkan pada pembagian kewenangan disertai
dengan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan di
daerah.

(c) Desentralisasi dipandang dari aspekekonomi dalam konteks


pembagian sumber daya keuangan, penyerahan atas
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi,

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


pelibatan sektor swasta lokal dalam proses deregulasi dan
privatisasi terhadap pelayanan publik.

3) Manfaat pelaksanaan Otonomi daerah melalui desentralisasi

Pelaksanaan otonomi daerah melalui desentralisasi merupakan


salah satu model kebijakan perencanaan dan pelaksanaan
program pemerataan pembangunan nasional yang baik, secara
rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a) Langkah yang rasional dan efektif agar kebijakan


perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan
lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat serta
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
hasil-hasil pembangunan di semua wilayah negara. Hal ini
dianggap sebagai jalan keluar dari gagalnya sistem
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang
tersentralisasi, sehingga menimbulkan berbagai kerumitan,
serta pertumbuhan ekonomi hanya terpusat di daerah-
daerah pusat pemerintahan dan ekonomi.

(b) Langkah untuk memindahkan berbagai urusan pemerintah


pusat kepada daerah agar interaksi antara pemerintah
dengan masyarakat semakin dekat, penyediaan barang dan
layanan publik disesuaikan dengan kondisi daerah, serta
penciptaan pasar sesuai dengan supply and demand di
daerah tersebut.

(c) Langkah alternatif pelayanan oleh swasta apabila pelayanan


publik dari pemerintah dianggap tidak memuaskan.

(d) Langkah untuk menciptakan Pemerintahan Daerah yang


memiliki akuntabilitas, mendorong demokratisasi politik
dan ekonomi serta mampu menghasilkan cost recovery.
Dengan demikian rakyat dapat memilih langkah untuk
mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan
a/locative efficiency melalui terbentuknya good government

Materi Pokok Bidang Studi Politik


and good governance serta persaingan yang sehat melalui
kebijakan privatisasi sehingga rakyat dapat memilih
pemimpin pemerintahan yang mempunyai kepedulian
untuk membangun daerahnya dan memberikan pelayanan
publik yang prima, sebaliknya masyarakat tidak segan-segan
untuk membayar pajak guna menutupi biaya-biaya yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah sebagai cost recovery,
dan sekaligus akan mencabut dukungannya apabila
pemimpin tersebut gagal mewujudkan pemerintahan yang
akuntabel dan memberikan pelayanan publik yang prima.

(e) Langkah yang mendorong pemerintah daerah mampu


mengatur sendiri kebijakan-kebijakan strategis untuk
kemajuan ekonomi daerahnya, antara lain melalui prioritas
penyediaan infrastruktur, aturan-aturan yang dapat
mendorong investasi dan usaha sesuai dengan potensi
daerah, membangun hubungan kerjasama dan
perdagangan antar wilayah dan dengan negara lain untuk
memajukan ekonomi daerah, serta mengatur dan
memanfaatkan sumber daya ekonomi dan sumber daya
alam secara berdaya guna.

25. Kebijakan Publik

Keunggulan negara bangsa ditentukan oleh kemampuan negara


tersebut mengembangkan kebijakan publik yang unggul. Demokrasi
tanpa penguatan kemampuan negara akan menghasilkan defisit
demokrasi. Saat ini kebijakan publik sebagai bagian administrasi publik
direduksi menjadi masalah teknis dari masalah strategis dan politis
(Nugroho, 2012).

Fokus Kebijakan Publik yang utama terletak pada proses pembuatan


policy dan policy itu sendiri. Kebijakan publik dimulai dari apa yang
menjadi masalah, bagaimana membuat kebijakan untuk mengatasi
masalah tersebut, bagaimana kebijakan tersebut dijalankan dan
bagaimana efek dari kebijakan yang telah dibuat dan dilaksanakan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


tersebut. Jadi fokus dari kebijakan publik adalah terkait dengan bagaimana
formulasi kebijakan, pelaksanaan dan evaluasi dari pelaksanaannya.

Kebijakan Publik dalam Pemerintahan Daerahadalah bagaimana


kebijakan pemerintah dalam keuangan daerah, pembangunan daerah,
kelembagaan pemerintah daerah dan sebagainya. Bagaimana kebijakan
tersebut dilaksanakan dan bagaimana dampaknya terhadap otonomi
daerah, apakah daerah semakin kuat atau semakin lemah dalam
menjalankan otonominya. Hal ini berarti kebijakan publik terkait dengan
tindakan pemerintah dalam suatu dimensi pemerintahan. Sebagai contoh,
bagaimana kebijakan pemerintah dalam mengelola Sekolah Dasar,
kesehatan, pasar, terminal, KTP, dan sebagainya. Hal ini menyangkut juga
apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan oleh pemerintah dalam
aspek atau dimensi tertentu dalam pemerintahan. Contohnya kebijakan
menaikkan gaji, melarang PNS ikut partai politik, dan sebagainya.

1) Definisi Kebijakan Publik

Dapat dipahami beberapa definisi kebijakan publik berikut :

(a) Definisi umum dari kebijakan publik adalah hubungan antara


pemerintah dengan lingkungannya (Relationship of Government
unit to its environment).

(b) Definisi yang lebih spesifik adalah kebijakan publik berkaitan


dangan apapun yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dilakukan atau tidak dilakukan (Whatever government choose to
do or not to do).

(c) Definisi yang lebih rinci adalah Public policy is a proposed course
of action, group, or government within a given environment
providing obstacles and opportunities which the policy was
proposed to utilize and overcome in an effort to reach a goal or
realize an objective or purpose (Carl Friedrich)

2) Distorsi Terhadap KebijakanPublik

Persoalan yang penting dalam kebijakan publik adalah what is


actually done than what is proposed to be done, karena dalam realitas

Materi Pokok Bidang Studi Politik


banyak terjadi penyimpangan dari pelaksanaan kebijakan yang telah
dibuat. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana terjadinya distorsi
terhadap kebijakan dan bagaimana mencari solusinya. Dari masalah
ini pengertian kebijakan menjadi "serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai
kewenangan pemerintahan dalam menangani masalah atau urusan
pemerintahan. Pengertian ini akan memberikan gambaran apa yang
dalam realitas dilakukan dibandingkan apa yang seyogyanya
dilakukan, disinilah perbedaan antara suatu kebijakan (a policy)
dengan suatu keputusan (a decision) yang merupakan salah satu
pilihan dari berbagai alternatif.

3) Pembuat kebijakan

Kebijakan publik dibuat oleh yang berwenang (authorities in a


political system menurut definisi David Easton), yaitu eksekutif,
legislatif, hakim, birokrat anggota DPRD dan orang-orang lainnya
yang mempunyai kewenangan dalam sistem politik diakui
mempunyai tanggung jawab untuk membuat kebijakan publik yang
mengikat masyarakat sesuai dengan batas kewenangannya.

4) Ciri-ciri Kebijakan Publik

(a) Kebijakan publik merupakan tindakan untuk mencapai tujuan


tertentu dan bukan bersifat insidensil yang terjadi seketika.

(b) Kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang


dilakukan oleh pejabat pemerintah yang dibuat karena adanya
desakan baik dari masyarakat, swasta, kelompok orang dalam
suatu sistem politik untuk membuat kebijakan (policy demand)
tentang sesuatu isu publik. Berbagai kebijakan publik yang
dibuat diantaranya Perda, Surat Keputusan, Peraturan-Peraturan
dan sebagainya.

(c) Kebijakan adalah menyangkut apa yang dilakukan pemerintah


dan bukan apayang ingin dilakukan oleh pemerintah. Contoh,
apabila UMR telah ditetapkan namun tidak ada upaya untuk
menegakkannya, maka kebijakan tersebut bukanlah merupakan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


kebijakan upah buruh yang nyata . Disini terlihat adanya
perbedaan dengan pernyataan kebijakan (policy statement).
Policy statement hanya menunjukkan apa yang ingin dilakukan
oleh pemerintah dan seringkali terjadi juga konflik pernyataan
antara pejabat yang satu dengan yang lainnya.

(d) Kebijakan dapat mengandung dua hal yaitu pemerintah


mengambil kebijakan atas suatu tuntutan (positif) atau
pemerintah tidak melakukan sesuatu (negatif) atas suatu
tuntutan. Dalam negatif pemerintah menerapkan posisi hand
off, atau laissez faire. Kebijakan untuk tidak berbuat mungkin
saja mengandung konsekuesi-konsekuensi tertentu dalam
masyarakat. Pengertian tidak mengambil kebijakan terkait
dengan pemerintah menolak mengambil kebijakan untuk suatu
masalah atau isu tertentu. Jadi tersirat adanya keputusan yang
harus diambil berkaitan dengan masalah tersebut.

(e) Kebijakan publik didasarkan atas hukum dan bersifat mengikat


(authoritative). Authoritatif mengandung arti bahwa kebijakan
tersebut mempunyai sifat mengikat atau memaksa karena
pelanggaran atas kebijakan tersebut dapat mengakibatkan
pidana. Contoh pelanggaran terhadap peraturan, pembayaran
pajak yang dapat berakibat pidana bagi pelanggarannya.

5) lmplementasi Kebjikan Publik

lmplementasi kebijakan publik adalah cara agar sebuah kebijakan


dapat mencapai tujuannya (Nugroho, 2012). lmplementasi kebijakan
publik dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu langsung
diimplementaasikan dalam bentuk program, atau melalui formulasi
kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Berbagai macam model implementasi kebijakan publi dapat dipelajari
dari berbagai sumber (buku, jurnal, dan laporan). lmplementasi
kebijakan adalah hal yang paling berat, karena masalah-masalah
yang tidak ditemukan dalam konsep, dapat muncul dilapangan.Selain
itu ancamannya adalah konsistensi implementasi.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


26. Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah

Sebagaimana telah disampaikan, dua landasan hukum yang menjadi


dasar untuk penyusunan perencanaan pembangunan pusat dan daerah
adala Undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang No.23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah . Undang-undang No. 25 Tahun 2004
tentang SPPN Bab II pasal 2 menjelaskan mengenai tujuan SPPN adalah
untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar
daerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara
pusat dan daerah. Ditegaskan kemudian pada pasal 5 yang berbunyi
bahwa RPJMD harus memperhatikan RPJP Daerah dan RPJMN, sedangkan
Undang-undang no.23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah pada
bagian Kedua mengenai Perencanaan Pembangunan Daerah di Pasal
263 menyatakan bahwa Penyusunan RPJMD harus berpedoman pada
RPJPD dan RPJMN. Disusul pasal 264 menyatakan tentang RPJMD dapat
disesuaikan dengan terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Selanjutnya pasal 269 dan pasal 271 berbunyi tentang proses
evaluasi RPJMD Provinsi dan RPJMD Kabupaten/Kota yang dapat dilakukan
uji kesesuaian dengan RPJMN atau RPJMD Provinsi untuk Kabupaten.

Berdasarkan bahasan di atas, terlihat bahwa RPJMN dan RPJMD


adalah dua hal yang saling berhubungan dan harus sinkron satu sama
lain. Gamba ran mengenai proses perencanaan pembangunan pusat dan
daerah dapat dilihat pada Gambar 2.

RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program


Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang
memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program
Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan
dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Rinclan
APBN

RPJP
APBN
Nasion.al

Otacu OIMrhatikan
, .
! lhr~oman
(UV 23/2014)
: Oisensi.bn mc--lalur
: MUS.ft(N6A.N<.i

RPJP
Daer.ah

Gambar 2. Skema Rencana Pembangunan Pusat dan Daerah

RPJMD adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima)


tahun. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD
adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Pasal
263 ayat 2 UU No. 23 Tahun 2014 RPJPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan penjabaran dari visi, misi, arah kebijakan, dan
sasaran pokok pembangunan Daerah jangka panjang untuk 20 (dua
puluh) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPN dan rencana
tata ruang wilayah. Pasal 263 ayat 3 UU No. 23 Tahun 2014 RPJMD
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang
memuat tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, pembangunan Daerah
dan keuangan Daerah, serta program Perangkat Daerah dan lintas
Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat
indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan
berpedoman pada RPJPD dan RPJMN.

Tahun 2015, Indonesia memasuki tahap ketiga dalam rencana


menengahnya yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Bertepatan
dengan hal tersebut, Indonesia memiliki presiden baru dan kemudian
memiliki rumusan kerja untuk masa kerjanya yang tertuang dalam Nawa
Cita, sehingga RPJMN 2015-2019 dapat digambarkan seperti yang
disajikan pada Gambar 3.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


•folfohii
La-tniiMIE•ifi•III
Jllllftlll
• • • •;+;
Gambar 3. Kerangka Kebijakan Pembangunan 2015-2019

Hubungan perencanaan nasional, pusat, dan daerah dalam periode


jangka panjang (20 tahun) yang kemudian dijabarkan dalam perencanaan
menengah (RPJMN) (5 tahun) seperti yang disajikan pada Gambar 4.

RPJP Nasional digunakan selama 20 tahun dan diterjemahkan oleh


kementerian atau lembaga terkait hingga ketingkat daerah. RPJP
kemudian dibagi menjadi RPJM baik nasional, tingkat pusat/kemeterian
atau lembaga, hinggga ke daerah. RPJMN pada tingkat kementerian atau
lembaga juga diterjemahkan sebagai rencana strategis atau Renstra
kementerian/ lembaga. Renstra kementerian atau lembaga inilah yang
pada tingkat daerah diterjemahkan masing-masing oleh SKPD dalam
bentuk renstra SKPD.
Nasional Kemen t e ri an Daerah

Garn bar 4. Hirarki Perencanaan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Berikut RPJPN Indonesia tahun 2005-2025 yang digunakan sebagai
acuan pembangunan diseluruh kementerian atau lembaga maupun
ditingkat daerah.

RPJMNI
(200S -2009)
Menata kem bali
NKRI, fJelliLl:l~l.11 m~_nu"i~
membangun kembali KRI, SttQl'll Indo nesia yang
menintktuknn mcnye h,rnh mand iri. 1naju,
lndoru,sia yang
kualius DM. deng.an adi l. dnn
amandan mcnckanktm
inembilr~su.n makmur mela lu i
damai, yang adil kcnmmpm1.n
dan demokra1is IPTEK.
dengan tingkat mompcrlmal
kesejaht eraan daya sa ing
yang lebih baik. pcrc,konomi~ n

Gambar 5. RPJPN Indonesia 2005-2025

Proses keluarnya RPJMN dapat disimak penjelasan pada Gambar 6.


Dengan melihat proses ini maka dapat diperhatikan aspek waktu dan
momentum dalam memberikan masukan dan rekomendasi untuk RPJMN
selanjutnya.

~~~~~--.,._~~---.)·••--~~~~~~~)~•...•--~~-)~~-
~2014 .,.._,

Gambar 6 Alur penyusunan RPJMN

Materi Pokok Bidang Studi Politik


27. Studi Kasus

Upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan


pembangunan telah dilakukan melalui gerakan-gerakan untuk mengubah
paradigma kebijakan yang sentralistik dengan kebijakan yang desentralistik,
dan hal ini semakin menguat sejak lahirnya Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian digantikan
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan digantikan lagi dengan
UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta direvisi 2 (dua) kali
melalui UU no. 9/2015. Undang-Undang ini memberikan ruang gerak untuk
mewujudkan mekanisme pembangunan yang lebih praktis dengan kebijakan
yang lebih representatif dan mengakomodasikan kepentingan masyarakat.
Dengan kata lain, bahwa pelibatan aktif masyarakat mulai dari tingkat desa
di dalam pengambilan kebijakan pembangunan daerah mutlak diperlukan.
Keberadaan Undang-Undang desa ini, setidaknya memberikan harapan bagi
perubahan tentang tata cara pembangunan wilayah di Indonesia saat ini.
Kebijakan-kebijakan yang dulu selalu diinisiasi dengan pendekatan top-
down diharapkan dapat diinisasiasi dengan pendekatan bottom-up melalui
pelibatan dan partisipasi masyarakat desa dalam perencanan dan pengelolaan
dan pengawasan pembangunan. Partisipasi ini seharusnya dibangun dan
dikembangkan mulai dari lapisan masyarakat terendah. Pertanyaan yang
muncul kemudian adalah "mengapa masyarakat perlu dilibatkan secara
langsung dalam proses pembangunan'~ ketika pada sistem demokrasi, rakyat
telah terwakili melalui kelembagaan legislatif. Dan di Indonesia, bukankah
legislatif menjadi semakin kuat semenjak Orde Reformasi, dibanding orde
sebelumnya. Ada dua jawaban yang dapat menjelaskan pertanyaan tersebut
dan jawaban pertama adalah klasik (serta nyata) adanya, bahwa banyak
motif yang menggerakkan para wakil rakyat kita, dan motif untuk mewakili
suara konstituen dapat jadi bukan motif penggerak utama dalam proses-
proses pengambilan kebijakan publik.Jawaban kedua bersifat lebih substantif
yaitu pelibatan langsung masyarakat sangat dimungkinkan pada level
perencanaan mikro, seperti ditingkatan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga
(RW), hingga tingkatan desa/kelurahan. Semakin mikro (kecil) skala
perencanaan, semakin tinggi pelibatan langsungnya. Dan demikian
sebaliknya. Semakin makro (luas) skala perencanaan, semakin rendah
pelibatan langsungnya, dan perwakilan menjadi dibutuhkan .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


PERANAN POLITIK
DALAM MEWUJUDKAN
V KETAHANAN
NASIONAL

28. Umum

Fenomena aktual yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara di Indonesia terutama diwarnai oleh tiga bentuk "kejahatan"
yang menyebabkan citra bangsa Indonesia memburuk, yaitu adanya
kekerasan, politik uang, dan korupsi. Ketiga bentuk kejahatan tersebut
melekat kuat dengan praktik kekuasaan, sehingga menjadi simbol
pertarungan demi kekuasaan. Oleh karena itu, penyadaran tentang
pentingnya penerapan etika politik merupakan hal yang tidak dapat
dihindari. Selain itu perkembangan pesat di bidang teknologi dan
informasi menyebabkan informasi sangat terbuka, sehingga kebenaran
informasi yang disampaikan oleh pers sangat sulit ditentukan. Dampak
dari hal ini, "pengetahuan-kekuasaan" yang dipraktikkan oleh pers selalu
berpeluang menimbulkan masalah etika sehubungan dengan iklim
berbangsa dan bernegara yang demokratis. Masalah tersebut terutama
sekali dipicu oleh munculnya praktik "pengetahuan-kekuasaan" yang
dilakukan dalam bentuk kekerasan, politik uang, dan korupsi. Menyikapi
hal ini, dibutuhkan komunikasi politik yang beretika.

Di Indonesia, tuntutan bagi partisipasi publik dalam proses-proses


politik setelah demokrasi perwakilan yang dibangun pasca runtuhnya
pemerintahan Orde Barudianggap belum mampu meningkatkan kualitas
demokrasi secara substansial. Pentingnya modal sosial sudah sejalan
dengan pentingnya budaya politik dalam demokrasi. Budaya politik
memiliki posisi penting karena mampu memengaruhi perilaku seseorang,

Materi Pokok Bidang Studi Politik


termasuk membangun demokrasi yang ditandai oleh pelembagaan
Checks and balance, sehingga terdapat akuntabilitas secara horizontal.

Kondisi demokrasi yang diharapkan berupa kedaulatan ada ditangan


rakyat, yang didasarkan pada azas kekeluargaan dan gotong royong,
cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mendapatkan
mufakat, tidak mengenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi,
diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban, menghargai dan
menjunjung tinggi HAM, penyampaian ketidak setujuan terhadap
kebijakan pemerintah disalurkan melalui wakil-wakil rakyat, tidak
menghendaki adanya demonstrasi, pemogakan atau cara lain yang
merugikan semua pihak, tidak menganut sistem monopartai, pemilu
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia, tidak mengenal
adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas, mengutamakan
kepentingan rakyat, dan mengandung sistem terbuka yang pemaknaan
dapat diselaraskan secara aktual. Kepemimpinan nasional yang dijalankan
memerlukan kepercayaan masyakarat kepada pemerintahnya, sehingga
gaya kepemimpinan yang dilakukan tetap berorientasi pada akuntabilitas
dan terciptanya kesejahteraan dan keamanan rakyat.

Solusi dari fenomena aktual di atas hanya dapat dilakukan jika negara
dan bangsa Indonesia memiliki ketahanan nasional yang tangguh, karena
ketahanan nasional sebagai kondisi dinamik bangsa merupakan keluaran
dari seluruh upaya nasional pada saat tertentu guna mewujudkan cita-
cita nasional dan tujuan nasional seperti yang tercantum di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Upaya penyelesaian berbagai
masalah bangsa dan negara dapat dilakukan dengan menggunakan
perspektif ketahanan nasional sebagai konsepsi melalui pendekatan
delapan aspek kehidupan nasional yang disebut astagatra, yaitu terdiri
tiga aspek alamiah dan lima aspek lima aspek sosial. Aspek alamiah
meliputi gatra geografi, demografi dan sumber kekayaan alam, sedangkan
aspek sosial meliputi gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Kedelapan gatra tersebut saling berinteraksi satu
sama lain secara utuh, menyeluruh, serta dapat dinilai untuk mengetahui
tingkat kondisi ketahanan nasional saat ini dan di masa yang akan datang .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Keberhasilan melakukan pembangunan nasional merupakan
kebijakan nasional atau kinerja politik dalam berbagai aspek kehidupan
nasional dapat meningkatkan ketahanan nasional, dan sebaliknya bahwa
ketahanan nasional yang tangguh akan dapat memperlancar jalannya
pembangunan nasional guna mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia.
Dengan demikian persoalan ketahanan nasional merupakan sesuatu hal
yang sangat sangat penting, karena ketahanan nasional akan sangat
berpengaruh terhadap identitas, integritas dan kelangsungan kehidupan
bangsa dan negara, serta keutuhan NKRI di masa yang akan datang.

Pada Bab V - Peranan politik dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional


diuraikan hal-hal keterkaitan bidang studi politik dengan bidang studi
ini meliputi bidang ideologi, Wawasan Nusantara, Ketahanan Nasional,
Kewaspadaan Nasional, Sistem Manajemen Nasional, dan Kepemimpinan.
Selanjutnya dikaji keterkaitan bidang studi politik dengan bidang studi
gatra lain, serta keterkaitan bidang studi politik dengan perkembangan
lingkungan strategik.

29. Keterkaitan Bidang Studi Politik dengan Bidang Studi Inti

Realitas demokrasi di Indonesia saat ini dapat dikatakan bahwa


demokrasi menjadi alat bagi orang-orang yang memiliki modal besar
atau kepopuleran untuk mengambil kekuasaan dan keuntungan pribadi.
Orang-orang tersebut tidak lagi berbicara atau bertindak atas kepentingan
bersama, tetapi berbicara atau bertindak atas kehendak untuk berkuasa
dan mengambil sebesar-besarnya keuntungan ekonomi.Padahal
demokrasi menuntut adanya kesempatan kepada semua pihak, termasuk
didalamnya kesempatan kepada rakyat untuk berpartisipasi dalam semua
proses politik. Oleh karena itu sangat penting dipahami keterkaitan
Bidang Studi inti yang akan mengarahkan calon pemimpin nasional
mampu melaksanakan sistem pemerintah dan pemerintahan yang sesuai
nilai-nilai kebangsaan, kepemimpinan yang menjunjung tinggi moral
dan etika, serta kinerja politik berorientasi pada harkat dan martabat
bangsa. Secara rinci uraian dari masing-masing bidang studi dapat disimak
sebagai berikut:

Materi Pokok Bidang Studi Politik


a. ldeologi

Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh rakyat dan


bukan tujuan pribadi seseorang. Upaya mewujudkan tetap tegaknya
negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun
1945, serta terjaminnya kelancaran pembangunan dan keamanan
nasional yang berkelanjutan, berkaitan erat dengan negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pembagian
kekuasaan.

Dalam kontek berbangsa dan bernegara, ideologi adalah cara


pandang masyarakat terhadap bangsanya berdasarkan nilai-nilai
yang berkembang didalam masyarakat suatu negara. Berdasarkan
sejarah, diyakini bahwa ideologi selalu bersinggungan dengan
kepentingan negara, namun seiring dengan kemajuan jaman selalu
muncul keinginan untuk mengubah ideologi negara. Berbagai
persoalan lain yang dihadapi dalam penyelenggaraan politik, seperti
adanya kecenderungan dan dominasi dari negara adidaya yang
selalu memaksa kehendaknya, kecenderungan proteksionisme dan
meningkatnya masalah perdagangan yang berdimensi politik,
pelaksanaan pemilu yang belum berhasil menghasilkan pemimpin
yang berkualitas dan menghayati aspirasi rakyat yang diwakilinya,
dan sebagainya. Pertanyaannya sejauhmana peran politik negara
mampu menyikapi hal-hal tersebut?.

Pancasila sebagai ideologi negara, falsafah hidup bangsa


Indonesia dan sumber hukum dari segala hukum, secara hakiki
menjadi acuan dalam sistem tatakelola pemerintahan negara
Indonesia. Sumber politis Pancasila dapat dicermati dari sejarah
bahwa Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom, budaya,
dan pengalaman bangsa Indonesia termasuk pengalaman dalam
berhubungan dengan bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila, misalnya
nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana kehidupan
pedesaan yang memiliki pola kehidupan bersama yang bersatu dan
demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana
yang tercermin pada bunyi sila ke-4. Semangat seperti makna sila-

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


4 tersebut sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang
mencerminkan musyawarah. Selain itu, Pancasila sebagai dasar
negara dapat diartikan sebagai landasan dan sumber dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara, serta sumber dari segala
sumber hukum negara. Oleh karena itu pemahaman hakikat
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa atau dasar filsafat
negara dalam kehidupan benegara sangat penting, karena peraturan
perundang-undangan yang mengatur organisasi negara, mekanisme
penyelenggaraan negara, hubungan warga negara dengan negara,
semuanya harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

b. Wawasan Nusantara
Pelaksanaan, pengelolaan dan penyelenggaraan sistem
pemerintahan negara, sistem politik, sistem ekonomi, sistem
kehidupan sosial budaya, dan sistem pertahanan keamanan, serta
sistem pembangunan nasional, didasarkan kepada kepentingan
nasional dan kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu
diperlukan suatu wawasan atau cara pandang dan konsepsi yang
mampu membangun dan memelihara kesatuan wilayah negara dan
menjaga persatuan bangsa Indonesia yang plural dan multikultur.
Dengan kata lain penyelenggaraan sistem pemerintahan negara
harus dilandasi dengan prinsip kesatuan wilayah, kesatuan
kebangsaan (rakyat) dan kesatuan kedaulatan. Untuk maksud
tersebut, wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia
dalam mengelola penyelenggaraan negara, mengelola tata
kehidupan berbangsa, mengelola pembangunan, serta untuk
menghadapi berbagai persoalan yang timbul dan harus dihadapi,
menjadi bagian penting dalam kehidupan politik bangsa.

Berbagai persoalan muncul dalam penyelenggaraan


pemerintahan negara, kehidupan berbangsa dan penyelenggaraan
pembangunan dan belum terselesaiakan, diantaranya (1) belum
mantapnya pembagian kewenangan dan penyelenggaran pelayanan
public; (2) munculnya politik identitas dalam rangka penentuan
pimpinan daerah; (3) munculnya egosentrisme dalam kehidupan
berbangsa sehingga terjadi berbagai konflik horizontal; (4) sistem

Materi Pokok Bidang Studi Politik


perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang belum
terintegrasi dari pusat sampai daerah; (5) sistem perencanaan yang
elitisme dan kurang berpihak kepada kepentingan rakyat banyak,
dan lainnya.

Langkah kebijakan sebagai upaya pembenahan memerlukan


kesadaran tentang pentingnya wawasan nusantara sebagai konsepsi
dan prinsip penyelenggaraan dan pengelolaan sistem pemerintahan
negara, sistem pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Disamping itu konsepsi wawasan nusantara perlu diimplementasikan
dalam rangka mengatasi egosentrisme dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, membangun solidaritas dan toleransi, serta
menghindari rasa superioritas, mayoritas, lebih unggul dan
diskriminasi berdasarkan suku, ras, agama dan antar golongan.

c. Ketahanan Nasional

Politik adalah satu aspek kehidupan nasional yang di satu sisi


berkaitan dengan kekuasan atau kekuatan penyelenggaraan
pemerintahan, dan disisi lain berkaitan dengan penyaluran aspirasi
rakyat sebagai wujud dari kedaulatan di tangan rakyat.

Upaya mewujudkan ketahanan politik memerlukan kehidupan


politik bangsa yang sehat dan dinamis yang mengandung
kemampuan memelihara stabilitas politik yang berdasarkan Pancasila
dan UUD NRI 1945. Stabilitas politik yang sehat dan dinamis dapat
diwujudkan oleh adanya keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
hubungan antara penyelenggaraan pemerintahan negara dan
masyarakat. Hubungan ideal tersebut akan tercemin dari fungsi
pemerintahan negara sebagai penentu kebijakan serta aspirasi dan
tuntutan masyaakat sebagai tujuan yang ingin diwujudkan agar
kebijakan pemerintahan negara harus serasi dan selaras dengan
keinginan dan aspirasi masyarakat.

Mencermati kondisi negara bangsa Indonesia saat ini, berbagai


permasalahan politik dalam negeri dan politik luar negeri harus
dihadapi, antara lain pemilu yang masih diwarnai oleh kecurangan,
rekayasa serta manipulasi dapat menyebabkan berkembangnya

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


kehidupan politik yang apatisme, atau kearahan ketidak puasan,
dan dapat berakumulasi pada keresahan dan gejolak sosial. Dalam
menghadapi tantangan pada tingkat global, seperti adanya dominasi
negara adidaya yang memaksakan kehendaknya akan berdampak
negatif bagi kepentingan negara-negara berkembang, sehingga
perlu ditingkatkan kewaspadaan, keteguhan sikap, kemantapan
ideologi dalam mempertahankan tannas.

lmplementasi kebijakan negara yang merupakan produk kinerja


politik, harus berorientasi kepada peningkatan ketahanan nasional
dalam berbagai aspek kehidupan nasional, melalui peningkatan
kepentingan nasional yang berisikan kesejahteraan dan keamanan.
Kinerja politik yang tidak selaras dengan ketahanan nasional yang
tangguh, akan berdampak pada eksistensi bangsa dan NKRI di masa
yang akan datang.

d. Kewaspadaan Nasional

Kewaspadaan Nasional adalah suatu sikap dalam hubungannya


dengan nasionalisme yang dibangun dari rasa peduli dan rasa
tanggungjawab serta perhatian seorang warga negara terhadap
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dari suatu potensi ancaman. Kewaspadaan Nasional juga sebagai
suatu kualitas kesiapan dan kesiagaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia untukmampu mendeteksi, mengantisipasi sejak dini dan
melakukan aksi pencegahan berbagai bentuk dan sifat potensi
ancaman terhadap NKRI. Oleh karena itu peran politik sebagai
regulator keamanan dan kesejahteraan harus mampu mewujudkan
tujuan nasional dengan mengawasi berbagai regulasi yang sudah
operasional ataupun yang sedang dipersiapkan oleh suprastruktur
politik.

Beberapa isu mutakhir yang harus diperhatikan oleh masyarakat,


diantaranya sebagai berikut :
(1) Ancaman Teroris baik dari dalam maupun dari luar negeri
(2) Bahaya ancaman Narkoba
(3) Bahaya Separatisme, Radikalisme serta Konflik Komunal

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


(4) Siber Kriminal serta penyebaran berita dan informasi Hoax melalui
media-media online
(5) Bencana alam
(6) Pengelolaan SKA yang menguntungkan sebagian kelompok
(7) Pragmatisme dalam berpolitik.

Upaya mengatasi atau antisipasi terhadap isu tersebut maka


perlu dilakukan hal-hal berikut:
(1) Perlu adanya penyempurnaan terhadap peraturan -peraturan
yang terkait dengan beberapa permasalahan di atas
(2) Perlu penguatan di bidang SOM, perlengkapan serta metoda
kepada permasalahan penanggulangan Teroris, dan Narkoba
(3) Perlu adanya komunikasi yang sehat, bermartabat serta
mengedepankan kepentingan bersama di semua lapisan dan
berbagai golongan
(4) Pengelolaan SKA yang berbasis kepada kepentingan negara dan
masyarakat luas.
(5) Pendewasaan serta penyempurnaan kepada masalah
perpolitikan di Indonesia.

e. Sistem Manajamen Nasional

Keterkaitan Bidang Studi Politik dengan Bidang Studi Sismennas


adalah pada Tata Pengembambilan Keputusan yang Berkewenangan
(TPKB) yang merupakan inti Sismennas. Proses TPKB terselenggara
pada tatanan dalam (inner setting), yaitu Tata Administrasi Negara
(TAN) bersama Tata Laksana Pemerintahan (TLP) mengemban fungsi
mengolah berbagai kepentingan nasional yang bersumber dari
kepentingan rakyat untuk di transformasikan ke dalam berbagai
keputusan negara yang bersifat kebijakan umum (public policy) dan
program nasional.

Beberapa isu yang harus mendapat perhatian masyarakat, antara


lain:
(1) Sismennas yang berintikan aspirasi dan kepentingan rakyat
merupakan suatu keputusan yang merupakan tanggapan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


pemerintah atas berbagai aspirasi dan kepentingan masyarakat
belum berjalan sebagaimana mestinya.

(2) Berbagai aspirasi dan kepentingan masyarakat disalurkan melalui


Tata Politik Nasional(TPN) dan Tata Kehidupan Masyarakat (TKM)
juga belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Untuk mengatasi atau antisipasi terhadap hal tersebut, perlu


dilakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) Perlunya pendekatan yang lebih rasionalitas antara pemenuhan


aspirasi masyarakat dengan ketersediaan sumber daya/sumber
dana.

(2) Membangun sistem politik masyarakat yang mampu


membangun tata kehidupan masyarakat yang sesuai dengan
budaya lokal.

f. Kepemimpinan

Kondisi aktualisasi moral kepemimpinan berdasarkan Pancasila


dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ssaat
ini menjadi sangat penting apabila dikaitkan dengan tantangan
pembangunan nasional. Berkaitan dengan implementasi moral dan
etika kepemimpinan bagi pemimpin nasional dalam kehidupan
nasional, sangat dibutuhkan integritas. Hal ini disebabkan karena
integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan
yang memancarkan kewibawaan, kejujuran dan integritas sebagai
pemimpin yang dapat membawa yang dipimpin menjadi lebih baik.
Pemimpinan yang memiliki integritas hanya akan berpikir bahwa
dirinya itu melayani siapa saja yang dipimpinnya, bukan sebaliknya.

Beberapa isu yang harus mendapat perhatian masyarakat, antara


lain:

(1) Kurangnya komitmen dan kompetensi bagi Pemimpn Nasional.


Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk

Materi Pokok Bidang Studi Politik


menyelaraskan prilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan
tujuan organisasi.

(2) Masih kentalnya kepentingan pribadi/kelompok dari pada


kepentingan masyarakat dalam keputusan yang diambil oleh
seorang pimpinan.

Untuk mengatasi dan antisipasi terhadap hal tersebut, perlu dilakukan


hal-hal sebagai berikut :

(1) Untuk mengaplikasikan esensi kepemimpinan yang berkaitan


dengan kompetensi, maka sangat diperlukan adanya
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan
aspirasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal ini
menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan,
sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

(2) Setiap pemimpin hendaknya dibekali dengan Wawasan


Kebangsaan atau empat konsensus dasar bangsa.

30. Keterkaitan Bidang Studi dengan Bidang Studi Gatra

Setiap negara melakukan pembangunan nasional dalam rangka


mencapai tujuan nasional masing-masing dan mempertahankan
keberadaannya, keamanan, kesejahteraan, bahkan berupaya menjadi
negara yang memiliki kekuasaan hingga melebihi negara lain. Kegiatan
pembangunan nasional tersebut dilakukan melalui perencanaan dengan
berbagai pertimbangan termasuk pengelolaan dan pemanfaatan potensi
sumber kekayaan alam yang ada, dengan menggunakan sumber daya
manusia dan menguasai kemajuan teknologi, serta strategi pemanfaatan
yang berwawasanlingkungan dalam upaya meningkatkan pembangunan
ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pertahanan
keamanan.

a. Geografi

Geografi dapat dilihat sebagai wadah atau ruang gerak/hidup

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari wilayah daratan, wilayah
perairan dan wilayah udara, ataupun sebagai tempat yang berisi
segala sumber kehidupan yang biasa disebut sumber kekayaan alam
(SKA). Secara politik, sebutan negara jika memenuhi persyaratan,
yaitu ada rakyatnya, ada wilayah negara yang batas-batasnya jelas,
ada pemerintahan yang berdaulat, dan diakui oleh dunia
internasional. Geografi memberikan gambaran tentang kondisi dan
kontur wilayah negara dengan segala potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi masyarakat dan negara,
membangun wilayah pemukinan penduduknya, dimanfaatkan untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan nasional, untuk kepentingan
perhubungan dan migrasi penduduk, kepentingan memenuhi
kebutuhan hidup rakyatnya, dan kepentingan nasional lainnya.

Untuk menghadirkan kembali negara yang mampu melindungi


segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
negara, melalui pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif, keamanan
nasional yang terpecaya dan pembangun pertahanan negara Tri
Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat
jati diri sebagai negara maritim (Nawa Cita). Sebuah realitas dimana
secara geografis luas wilayah lautan melampaui 2/3 dari luas wilayah
daratannya. Dengan kondisi geografis seperti itu maka bidang studi
Politik tak dapat dipraktekan tanpa pertimbangan Geografi. Padahal
kehidupan dan aktivitas manusia akan dipengaruhi oleh letak
geografi, luas wilayah, kekayaan alam, iklim dan sebagainya. Misalnya
letak geografis menentukan apakan suatu Negara akan menjadi
Negara "land power" atau "sea power" demikian juga letak suatu
Negara akan mempengaruhi dalam diplomasi dan strategi perang.

Dalam hal ini, terdapat cabang geografi, yakni Geografi Politik,


menyangkut pendekatan geografis terhadap kegiatan politik
manusia. Hubungan antara politik dan geografi tak dapat dipisahkan,
disamping itu pendekatan geopolitik yang memberikan penafsiran
geografis atas hubungan-hubungan internasional. Geopolitik
berusaha melukiskan hubungan yang erat antara faktor-faktor
geografis dan peristiwa-peristiwa politik.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Bagi sarjana-sarjana Jerman seperti Haushofer, kekalahan Jerman
dalam PD I terutama disebabkan oleh apa yang disebut dengan
"kekalahan geografis" peristiwa tersebut menunjukkan betapa
eratnya hubungan ilmu politik dengan geografi. Dalam konteks
pemerataan pembangunan Indonesia dengan tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya,
membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan menjadi relevan dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat. Sejauh ini pengaruh geografi
terhadap gatra politik dapat dicermati dari sistem politik di Indonesia.

Selama Indonesia merdeka, baik dalam memilih pemimpin


Indonesia, menentukan sistem demokrasi Indonesia, maupun dalam
implementasi sistem demokrasi tesebut sedikit banyak dipengaruhi
oleh kondisi geografi Indonesia. Sistem politik Indonesia yang
berubah-ubah dari waktu ke waktu pada dasarnya mencerminkan
kondisi masyarakat pada jamannya. Keputusan-keputusan politik
yang dituangkan dalam UU banyak yang mempertimbangkan atau
berkaitan dengan aspek / gatra geografi. Beberapa contoh UU yang
berkaitan dengan gatra geografi adalah ratifikasi UNCLOS,
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, penataan ruang,
koordinat geografis, pengelolaan pesisir, pemerintahan daerah, batas
wilayah, kelautaqn, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan
kebijakan politik luar negeri Indonesia, banyak mempertimbangkan
faktor-faktor geopolitik. Berbagai kebijakan pembangunan nasional
juga tidak terlepas dari lingkungan strategis global, regional, dan
nasional, terutama aspek geopolitik. Semua itu menegaskan
keterkaitan antara gatra geografi dan gatra politik.

b. Demografi

Dalam perencanaan pembangunan nasional, penduduk selain


sebagai obyekjuga sebagai subyek pembangunan. Kebijakan politik
akan dapat bermakna apabila diikuti dengan data kependudukan
yang akurat. Dalam dunia politik, data kependudukan sangat
dibutuhkan dan menentukan untuk perkiraan jumlah suara pemilih

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


dalam pemilihan Pilkada maupun Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden.

Kenyataan menunjukkan bahwa keberhasilan yang dicapai dalam


tataran politis (penduduk sebagai salah satu indikator keberhasilan
pesta demokrasi/Pemilu / Pilkada) belum diikuti pada tataran praktek
operasional.

Beberapa isu yang harus mendapat perhatian masyarakat, antara


lain:

(1) Bel um semua penduduk yang berhak memilih, telah terdaftar


sebagai pemilih dalam suatu kegiatan Pilkada/Pemilu.

(2) Kebijakan kependudukan pada Pemilu/Pemilukada sering


merugikan masyarakat.

Untuk mengatasi dan antisipasi terhadap hal tersebut, perlu


dilakukan hal-hal sebagai berikut:

(1) Perlu pendataan ulang tentang penduduk yang telah mempunyai


hak politiknya baik pada Pemilukada maupun Pemilu Presiden
/ Pemilu Legislatif.

(2) Perlunya suatu kebijakan kependudukan yang berpihak kepada


masyarakat, bukan untuk kepentingan politik tertentu.

c. Sumber Kekayaan Alam

Bidang Studi Politik mempunyai peran penting dalam


pengelolaan sumberdaya alam. Pengelolaan sumberdaya alam yang
baik harus mendahulukan kepentingan negara dan rakyat.
Pengelolaan (governance) penting untuk membantu pengelolaan
konflik sumberdaya alam, yaitu bagaimana tata kelola pemanfaatan
sumberdaya alam mengembangkan prinsip dan cara untuk
mengatasi beragam perselisihan yang timbul dalam proses
pembangunan ekonomi dan eksploitasi sumber daya alam yang
seringkali berseberangan dengan prinsip dan nilai-nilai
keseimbangan ekologis. Oleh karena itu dalam studi politik

Materi Pokok Bidang Studi Politik


diperkenalkan mengenai governance sebagai instrumen manajemen
konflik sumberdaya alam (Panggabean dan Winanti, 2013).

Pengelolaan sumber daya alam yang ada di Indonesia pada


kenyataannya masih cukup banyak dikuasai oleh asing. Buktinya,
dapat dilihat dari banyaknya perusahaan asing yang mengelola
sektor pertambangan baik batubara, emas, maupun minyak dan gas.
Jumlah perusahaan asing yang menguasai pertambangan di
Indonesia adalah sebesar 70% sedangkan Pertamina hanya 30%
menguasai total dari jenis pertambangan di negeri sendiri (Harian
Kompas, 2012). Penguasaan sumber daya alam yang ada dirasakan
tidak adil, dimana Indonesia sebagai Negara yang kaya akan sumber
daya alam seperti dikuasai oleh Negara asing. Kondisi seperti ini
kedepan harus diupayakan agar pengelolaan dapat sepenuhnya
dikuasai sendiri, kita dapat mandiri, dan bahkan dapat mewujudkan
kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik (Nawacita).

Dengan adanya pelimpahan wewenang dari pusat dan daerah


tidak lantas merubah kebijakan pembagian hasil dalam pengelolaan
sumber daya alam. Masih banyak sekali pembagian hasil pengelolaan
sumber daya alam yang ada di Indonesia yang berpihak kepada
Negara asing. Banyaknya Negara asing yang menguasai sumber
daya alam Indonesia menjadi bukti bahwasannya dalam pembagian
hasil pengelolaan belum berpihak kepada masyarakat, hal ini
didukung juga dengan banyaknya kemiskinan di Indonesia. Kebijakan
desentralisasi yang didorong pemerintah juga akan membawa
beberapa konsekuensi. Daerah yang kaya sumber daya alam akan
banyak menikmati manfaat dari bentuk pembagian pendapatan
daerah yang baru ini. Misalnya, daerah penghasil produk
pertambangan, kehutanan dan perikanan, kini akan menerima 80%
dari penerimaan pendapatan tersebut, sementara pemerintah pusat
hanya menerima sisanya, yaitu 20%. Daerah penghasil minyak akan
menerima 15% dari seluruh pendapatan yang diterima dari eksploitasi
kekayaan alam ini, sedangkan daerah penghasil gas alam menerima
30% (Kusumastanto dkk. ---) .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Gambaran di atas adalah salah satu implementasi yang terjadi
di Indonesia, dimana pembagian hasil pengelolaan sumber daya
alam belum dapat berpihak kepada masyarakat. Contoh yang lain
adalah pertambangan batubara di Papua, dimana PT Freeport adalah
PT pertambangan terbesar dan menghasilkan sumber daya alam
yang sangat besar dari kandungan bumi Papua, akan tetapi pada
kenyatannya Provinsi Papua masih sangat tertinggal jauh
dibandingkan dengan provinsi yang tidak mempunyai kekayaan
alam melimpah.

Selain itu peran pemimpin menjadi penting, pemimpin yang


mempunyai jiwa ketegasan dalam penegakan hukum, mempunyai
wawasan nasional dan internasional, berani untuk menegakan
kemandirian nasional dan memahami arti kekuasaan yang
sesungguhnya (Umar, 2015). Dengan kata lain terkait dengan politik
pengelolaan sumber kekayaan alam diperlukan pemimpin yang
mengutamakan kepentingan bangsa dibandingkan dengan
kepentingan investor asing yang nantinya merugikan masyarakat
dan bangsanya. Pemimpin yang dimaksud termasuk para pejabat
dalam pemerintahan baik eksekutif, yudikatif dan legislatif yang
mampu melakukan peninjauan ulang undang-undang strategis
seperti UU dibidang pertambangan, penanaman modal, pertanian,
perkebunan dan kehutanan serta undang-undang yang menyangkut
hajat orang banyak.

d. Ekonomi

Perbaikan peran negara dan masyarakat melalui penguatan


struktur politik dan pengokohan kedaulatan NKRI perlu
memprioritaskan pembangungan di bidang ekonomi yang
berkelanjutan, dengan cara (1) memasukkan ekonomi hijau ke dalam
rencana pembangunan nasional; (2) mengembangkan strategi dan
kebijakan yang mendorong partisipasi sektor swasta; dan (3)
menetapkan indikator pencapaian dari masing-masing sektor.

lmplementasi pencapaian tujuan Pembangunan Mileniium


(Mileniium Development Goals, disingkat MDGs) ke tujuan

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals,
disingkat SDGs) telah ditetapkan 17 sasaran pembangunan
berkelanjutan, yang akan dilakukan secara bertahap melalui Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, serta penetapan tahapan
dan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
Sebagai contoh, peran perangkat fiskal dalam pembangunan
berkelanjutan dapat dicapai melalui pengaturan penggunaan
perangkat pajak dan perangkat subsidi untuk meningkatkan
kapasitas konsumsi dan kegiatan produksi, sehingga secara
berkelanjutan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan
pertumbuhan ekonomi nasional melalui pemanfaatan modal dasar
pembangunan secara terarah dan efektif, serta pengawasaan yang
terukur guna mewujudkan ketahanan nasional.

e. Sosial Budaya

Persoalan mendasar bidang gatra politik yang mengemuka di


Indonesia saat ini adalah konflik dan rivalitas intra dan antar elit di
lbu kota yang mempunyai kultur politik modern, dan kehidupan
masyarakat primordial di daerah periferi yang hidup di bawah lapisan
kepemimpinan sendiri dengan kultur politik yang sering kali masih
amat tradisional. Hal ini menjadi tantangan mendasar yang harus
dijawab guna mengintegrasikan seluruh elit nasional, antara elit
dengan masyarakat yang demikian majemuk yang seringkali memiliki
kultur politik yang amat berbeda pula. Persoalan berikutnya dalam
pendekatan Filsafati politik adalah bagaimana kiat pilitik yang pada
dasarnya keputusan politik yang mampu mewujutkan dua tugas
tradisionalnya yaitu Menjamin keamanan dan memenuhi
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia?

Menurut Giddings (dalam Togo, 2016), sarjana-sarjana ilmu politik


harus membekali dirinya dengan pengetahuan dasar sosiologi,
karena sosiologi sebagai ilmu masyarakat dengan hasil-hasil
penyelidikannya, menyebabkan ilmu politik tidak perlu lagi
mengadakan penyelidikan yang telah dihasilkan oleh sosiologi
tersebut. Sosiologi sebagai bidang studi Keilmuan Sosial bersama

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


ilmu-ilmu sosial lainnya bertalian dengan soal revolusi karakter
bangsa, melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan
nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan
kewarganegaraan. Semua itu dilakukan dalam kaitannya dengan
peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia dengan
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional (Nawa Cita). Secara khusus, sosiologi politik, sangat
erat hubungannya dengan ilmu politik, sebab sosiologi politik bagian
dari sosiologi yang menganalisis proses-proses yang menitik beratkan
pada dinamika tingkahlaku politik. Sebagaimana tingkah laku itu
dipengaruhi oleh berbagai proses seperti kerjasama, persaingan,
konflik dsb. Hal-ha I tersebut juga perlu dianalisis oleh ilmu politik.

Bidang Studi Politikjuga mempunyai keterkaitan dengan Budaya,


yang dipelajari dalam llmu Budaya atau Antropologi Budaya. Dalam
hal ini budaya menyelidiki aspek-aspek kultural dari setiap hidup
bersama dimasa lampau dan masa kini. Sebagai ilmu yang
mempelajari kebudayaan masyarakat, maka hasil-hasil penyelidikan
antropologi budaya dapat bermanfaat bagi ilmu politik. Terutama
hasil-hasil penyelidikan kebudayaan di masa lampau yang meliputi
semua aspek kultural masyarakat, termasuk ide-ide dan lembaga-
lembaga politiknya, dapat dijelaskan kepada sarjana-sarjana ilmu
politik menjadi timbul suatu pertumbuhan dan perkembangan ide-
ide dan lembaga-lembaga politik, itu salah satu konsep antropologi
budaya yang merupakan penemuan yang penting adalah "konsep
kebudayaan" sebagaimana dikembangkan oleh Ralph Tipton dan
sarjana-sarjana antropologi lainnya. Bagi seorang sarjana politik,
kesadaran akan kenyataan ini memungkinkan untuk melaksanakanya
beberapa penelitian khusus seperti pengaruh komposisi golongan
penduduk terhadap corak dan gaya kehidupan politik di masing-
masing tempat, sifat serta ciri-ciri khusus yang di miliki suatu suku
bangsa tertentu yang memudahkanya untuk merubah dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan kehidupan modern .

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Hubungan Politik, Sosial dan Budaya, sosial menganalisis proses-
proses yang menitikberatkan pada dinamika tingkahlaku politik.
Sebagaimana tingkahlaku itu dipengaruhi oleh berbagai proses
seperti kerjasama, persaingan, konflik dan sebagainya, sedangkan
budaya menyelidiki aspek-aspek kultural dari setiap kehidupan
masyarakat di masa lampau dan masa kini, sebagai ilmu yang
mempelajari kebudayaan masyarakat. Hal-ha I tersebut juga perlu
dianalisis oleh ilmu politik untuk pendirian sebuah sistem politik
yang berbudaya. Dalam hal ini sistem politik harus menyentuh pada
dimensi Struktur dan Fungsi yang berbudaya untuk melingkupi
pendirian Sistem Politik itu sendiri.

Budaya dalam hubungan dengan politik memberi arti,


memprediksi dan membentuk proses politik. Karena itu budaya
berhubungan penting dengan politik membantu kita untuk mengerti
persoalan-persoalan yang ada dalam masyarakat. Prospek
pemecahan persoalan itu dihubungan dengan konflik, integrasi, dan
stabilitas politik. Selain itu, peran penting dari keterkaitan kedua
bidang studi diharapkan dapat membantu dalam memperteguh
kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan
ruang-ruang dialog antarwarga negara (Nawa Cita).

f. Pertahanan dan Keamanan

Keterkaitan bidang studi Politik dengan Pertahanan dan


Keamanan adalah aspek keutuhan wilayah dan politik, di mana
politik negara di bidang pertahanan bertumpu kepada pertahanan
berdimensi militer dan non militer sebagai wujud dari sistem
pertahanan semesta (Sishanta). Di bidang keamanan dipahami
bahwa semua pihak yang beraktifitas di wilayah yurisdiksi negara
Indonesia harus patuh dan taat pada hukum, dan bagi yang
melanggar harus ditindak dengan tegas. Dengan demikian ketaatan
warga negara pada hukum akan berkontribusi menjaga stabilitas
pertahanan keamanan negara .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Keutuhan wilayah dan politik dilandasi bahwa dalam mengambil
suatu kebijakan politik untuk memenuhi kepentingan negara
dilakukan dengan membentuk sistem pertahanan keamanan negara
sesuai dengan karakteristik dan tujuan nasionalnya. Dalam tatanan
negara- negara di Persatuan Bangsa- Bangsa, politik negara sangat
penting dalam penyelesaian antar negara yang mengedepankan
diplomasi politik. Di era globalisasi, hegemoni negara besar selalu
ingin menguasai suatu negara dengan segala macam cara.

Beberapa isu mutakhir yang berkembang di masyarakat


(1) Ancaman Teroris baik dari dalam maupun dalam negeri.
(2) Bahaya Separatisme, Radikalisme serta Konflik Komunal.
(3) Siber kriminalisasi serta penyebaran berita hoax melalui media
online.
(4) Terdapatnya permasalahan di perbatasan negara dan kawasan
(5) Terdapatnya peraturan dan perundangan yang tumpang tindih
antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
(6) Spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk kepentingan
mereka.
(7) Kegiatan ilegal mining, fishing, logging serta yang lainnya.
(8) Terdapat indikasi adanya hukum yang masih tumpul serta tebang
pilih.
(9) Kehidupan berpolitik dalam mengaktualkan demokrasi belum
berjalan dengan baik ditandai dengan maraknya money politik,
black campaign serta tindak pidana.

Untuk mengatasi dan mengantisipasi permasalahan di atas maka


perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

(1) Meningkatkan diplomasi pertahanan dan CBM (Confidence


Building Meassures) dalam rangka mendukung kebijakan politik
luar negeri yang bebas dan aktif.

(2) Meningkatkan pembangunan pertahanan militer dan non militer.

(3) Mengembangkan industri pertahanan dalam negeri.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(4) Meningkatkan kemampuan bela negara bagi masyarakat luas.

(5) Penegakkan hukum secara profesional, proporsional dan


berkeadilan.

(6) Pembenahan aparat baik aspek struktural menyangkut institusi,


organisasi, susunan dan kedudukan.

(7) Penyempurnaan dan perumusan perundang-undangan yang


berpihak kepada kepentingan masyarakat luas.

(8) Penguatan terhadap nilai -nilai budaya luhur bangsa Indonesia


yang bersumber kepada Pancasila dan UUD 1945.

g. Hukum dan HAM

Sistem politik yang diterapkan oleh suatu negara mempunyai


pengaruh yang sangat signifikan terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara, proses pengambilan keputusan dan
implementasi kebijakan publik, sistem pelayanan publik, pelaksanaan
pembangunan, pemberian perlindungan kepentingan bagi semua
warganegaranya, dan pemberian jaminan keamanan. Sistem politik
suatu negara merupakan cerminan kepentingan dari seluruh rakyat
negara dan harus menjadi suatu kesadaran kolegial (kesadaran
kebangsaan) sehingga kepentingan nasional (nationals interest)
merupakan keputusan politik yang pro-rakyat, dan bukan sebagai
kepentingan yang ditentukan untuk kelompok dan individual
pengasa politik. Jika kepentingan nasional suatu negara dan bangsa
lebih ditentukan oleh individu ataupun kelompok, pasti akan terjadi
resistensi soasial (yang meluas) dan konflik politik. Hal ini akan
berimbas bahwa bangsa tersebut akan kehilangan kemampuannya
untuk menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa dan
kemungkinan besar akan berpengaruh pada kondisi keamanan yang
tidak stabil.

Bangsa Indonesia mempunyai berbagai pengalaman dalam


implementasi pilihan sistem politik. Pertama, ketika menerapkan
sistem demokrasi parlementer dengan jumlah partai politik yang
banyak (multi-partai) sehingga di lembaga perwakilan rakyat tidak

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


terdapat partai politik mayoritas. Keadaan ini berakibat pada ketidak-
stabilan politik, ketidak-stabilan pemerintahan, yang diwarnai oleh
pertentangan antar partai politik, pertentangan antar massa
pendukung, dan jatuh bangunnya pemerintahan. Bahkan lembaga
pembuat konstitusi, yaitu Konstituante, tidak mampu menyelesaikan
tugasnya karena terjadi deadlock. Kedua, saat bangsa Indonesia
menerapkan sistem demokrasi terpimpin, maka terjadi eliminasi
kekuatan-kekuatan partai politik dan dibentuknya golongan pelopor
(yaitu Front Nasional). Hal ini menjadikan terjadinya pemusatan
kekuasaan di tangan presiden, sehingga demokrasi mulai tersisihkan.
Pada saat ini terjadi berbagai perselisihan antar kelompok dan partai
yang ada sehingga timbul ketidak-stabilan politik, ekonomi dan
keamanan . Ketiga, ketika sistem demokrasi terpimpin kemudian
digantikan dengan sistem demokrasi Pancasila oleh Orde Baru. Pada
awalnya dilakukan penataan partai politik dan kelembagaan negara,
sehingga terwujudlah kestabilan politik, ekonomi dan keamanan
sebagai prasyarat untuk terlaksananya pembangunan. Namun dalam
perjalanan selanjutnya mulai terjadi otorianisme-militerisme-
birokratisme dan adanya pembatasan berserikat-berkumpul,
menyampaikan pendapat dan pikiran. Hal ini menyebabkan
tersumbatnya saluran politik rakyat, kontrol sosial dan kontrol politik
tidak berjalan, peranan partai politik dan lembaga-lembaga-lembaga
negara sangat dikontrol oleh kelompok elite penguasa. Keempat,
bersamaan dengan timbulnya krisis ekonomi internasional yang
kemudian diikuti dengan krisis multi-demensional di Indonesia,
mendorong kelompok mahasiswa dan masyarakat (madani)
melakukan gerakan reformasi untuk merubah semua sistem politik
yang ada. Saat ini pilihan sistem politik yang dikembangkan adalah
demokrasi (liberal).

Suatu negara yang menganut sistem demokrasi akan mempunyai


stabilitas politik yang baik bilamana dalam pelaksanaan dilandasi
oleh kesadaran tentang pentingnya ketaatan terhadap aturan-aturan
yang menjadi konsensus konsensus bersama (kesadaran akan
supremasi dan ketaatan hukum), dilandasi oleh moral politik yang
baik dan amanah, dilandasi oleh kesadaran terhadap proses

Materi Pokok Bidang Studi Politik


berdemokrasi, dilandasi oleh sikap negarawan yang bijak, dan
dilandasi oleh kesiapan untuk menang dan kalah dalam persaingan
politik, dan dilandasi oleh pemberian jaminan dan perlindungan
terhadap hak-hak asasi bagi semua warganegaranya tanpa
diskriminasi. Disamping itu, kehidupan demokrasi akan menjadi
lebih baik dalam pelaksanaannya apabila telah dibangun sistem dan
proses yang memberikan kebebasan, ada kontrol sosial dan kontrol
politik oleh rakyat, budaya dan etika politik yang dilandasi oleh nilai-
nilai yang tinggi, masyarakatnya mempunyai kesadaran dan tingkat
pendidikan yang tinggi, mempunyai tingkat kehidupan yang
sejahtera, dan mempunyai kesadaran sebagai warganegara yang
baik.

Berbagai tantangan dalam pelaksanaan sistem politik demokratis


yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia, adalah dengan jumlah
penduduk yang besar (lebih dari 250.000.000 jiwa) yang tersebar di
puluhan ribu pulau, dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah
(miskin), dengan tingkat pendidikan yang rendah, tingkat kesadaran
politik yang tidak memadai, tingkat kesadaran hukum yang kurang,
sehingga demokrasi yang ideal/substansial belum terwujud,
pemberian jaminan dan perlindungan terhadap hak asasi terhadap
warganegaranya secara adil dan tanpa diskriminasi yang belum
memadai. Keadaan ini diperparah oleh peran elite politik yang
"menghalalkan" berbagai cara dalam langkah politiknya. Hal ini
menjadi tantangan dalam pelaksanaan sistem demokrasi dan bahkan
seringkali menimbulkan berbagai konflik horisontal maupun vertikal.

Persoalan yang dihadapi ini akan dapat terselesaikan melalui


dibangunnya kesadaran untuk menjunjung tinggi prinsip supremasi
hukum, terbangunnya kesadaran akan ketaatan hukum,
terbangunnya kebijakan publik (aturan hukum) yang adil dan sesuai
dengan kepentingan rakyat, serta adanya penegakan hukum yang
adil dan menjamin kepastian hukum, serta terimplementasikannya
perlindungan hak asasi yang nyata .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


h. llmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni

Globalisasi merupakan produk perkembangan ilmu


pengetahuan, teknologi, dan daya inovasi yang semakin mengecilkan
arti tapal batas politik dan geografi, serta ekonomi sebagai penggerak
utama era saat ini. Aliran informasi, barang, modal, dan sumberdaya
akan semakin cepat dan semakin seragam kebutuhannya terhadap
barang dan jasa, sehingga hanya barang dan jasa yang unggul yang
akan mendominasi pasar. Perancangan dan produksi barang dan
jasa yang unggul dapat dilakukan oleh dunia usaha dan dunia industri
yang memiliki sumberdaya manusia yang unggul. Dilain pihak,
sumberdaya manusia yang unggul dapat dihasilkan oleh sistem
pendidikan nasional yang berkualitas dan institusipendidikan yang
berkualitas pula, sehingga mampu mewujudkan bangsa yang
memiliki daya saing.

Kebijakan politik terkait penerapan dan penguasaan ipteks dapat


dilakukan melalui pelaksanaan peraturan perundang-undangan
yang ada, dan penerbitan peraturan perundang-undangan yang
baru beserta alokasi anggaran yang berfokus pada (1) peningkatan
daya saing sektor produksi, (2) peningkatan dukungan iptek bagi
keberlanjutan dan pemanfaatan SKA, (3) penyelenggaraan riset sosial
dan kemanusiaan, (4) peningkatan dukungan bagi riset terapan dan
riset pengembangan dasar, dan (5) pengembangan taman tekno
dan taman sains. Sebagai contoh, penyusunan dan pelaksanaan
sistem pemajuan ipteks berdasarkan peta jalan penerapan dan
penguasaan ipteks jangka panjang perlu didukung oleh anggaran
yang memadai, peraturan dan perundangan yang jelas, serta dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan, akuntabel dan
berkeadilan.

i. Hubungan lnternasional

Studi politik mencakup pembelajaran sistem politik secara


internal (dalam negeri) dan sistem politik yang berkaitan dengan
lingkungan eksternal (hubungan luar negeri atau hubungan
internasional). Saat ini, suatu negara tidak mungkin untuk tidak

Materi Pokok Bidang Studi Politik


melakukan hubungan dengan negara lain, baik secara bilateral
maupun multilateral, baik hubungan yang berada dalam lingkup
gouverment to gouverment maupun dalam kerangka hubungan
melalui lembaga-lembaga internasional. Dalam menjalankan
hubungan internasional setiap negara mempunyai kepentingan
nasional (national interest) yang berbeda-beda, yang ingin
diperjuangkan untuk berbagai tujuan, misalnya: kepentingan untuk
menjaga stabilitas keamanan wilayahnya dari gangguan keamanan
dan ancaman, kepentingan untuk memberikan perlindungan kepada
warga negaranya, kepentingan ekonomi, kepentingan kebudayaan,
kepentingan untuk penetapan wilayah negara, dan lain sebagainya.

Pada masa yang lalu peran negara dalam melaksanakan


hubungan internasional menjadi faktor yang sentral, namun saat ini
dengan berkembangnya teknologi komunikasi, transportasi dan
elektronika, yang memicu terjadinya interdeoendensi dan interaksi
antar manusia secara individu maupun melalui berbagai organisasi
(NGO dan institusi bisnis), maka dalam kerangka hubungan
internasional peran pelakunya mulai bergeser dari aktor pemerintah
menjadi aktor non-pemerintah.

Sesuai dengan perkembangan ini timbul berbagai persoalan


yang memerlukan perubahan paradigma dan tata pengelolaannya,
misalnya : bagaimana mengelola aktor non-pemerintah agar
kepentingan nasional di bidang tertentu (contoh ekonimi-
perdagangan) dapat terwujud dengan baik, bagaimana peran negara
dalam kepentingan partisipasi penanganan konflik ataupun bencana
di suatu wilayah, bagaimana memberikan perlindungan yang
maksimal dan sekaligus memanfaatkan warganegara Indonesia yang
bermukim di luar negeri (diaspora) untuk kepentingan nasional,
bagaimana memanfaatkan peran Indonesia di berbagai institusi
internasional untuk menjamin tercapainya berbagai kepentingan
nasional (misal di G-20,di WTO, di PBB) dan sebagainya .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


j. Strategi

Keterkaitan Bidang studi Politik dengan Strategi adalah aspek


terjaminnya tujuan Nasional dan politik yaitu agar dalam perencanaan
pelaksanaan tujuan nasional dapat berjalan dengan baik, harus
dirumuskan dan dilakukan pemikiran-pemikiran strategis yang akan
digunakan dalam mengantisipasi perkembangan keadaan
lingkungan yang dapat mempengaruhi bahkan mengganggu
pelaksanaan strategi nasional. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
melakukan telaahan strategi atau suatu kajian terhadap pelaksanaan
strategi yang memperhatikan berbagai kecenderungannya .
Disamping itu juga melaksanakan perkiraan strategi dengan
menganalisis terhadap berbagai kemungkinan perkembangan
keadaan dan lingkungan, pengembangan sasaran alternatif, cara
bertindak yang ditempuh, analisis kemampuan yang dimiliki dan
pengaruhnya serta batas waktu terhadap pelaksanaan strategi
tersebut.

Pada hakikatnya Tujuan Nasional berdasarkan kebijakan nasional


yang menjadi landasan dalam menyusun konsep strategi nasional
yang menjadi landasan dalam menyusun konsep strategi nasional
sesuai dengan tujuan nasional yang ingin dicapai. Keputusan politik
yang dihasilkan akan menghasilkan kebijakan politik, dan selanjutnya
menghasilkan strategi operasional, serta pada tataran selanjutnya
menghasilkan strategi operasional, serta pada tataran selanjutnya
tercipta taktik dan teknik yang sesuai.

Beberapa isu mutakhir yang harus diperhatikan oleh masyarakat


adalah:
(1) Masih mudahnya masyarakat terprovokasi oleh hal- hal sepele
(2) Belum mandirinya perekonomian Indonesia ditandai dengan
masih banyaknya bahan pangan yang impor
(3) Masih banyaknya angka pengangguran di kalangan masyarakat
luas
(4) Masih rendahnya kesadaran hukum di tengah-tengah masyarakat

Materi Pokok Bidang Studi Politik


(5) Kecenderungan menurunnya rasa cinta kepada tanah air dan
negara
(6) Terdapatnya peraturan dan perundangan yang tumpang tindih
(7) Terdapatnya beberapa permasalahan di perbatasan antara negara
dan di kawasan.

Untuk mengatasi dan antisipasi terhadap isu di atas maka perlu


dilakukan upaya-upaya sebagai berikut :
(1) Perlu adanya upaya guna mewujudkan keamanan nasional demi
tegaknya kedaulatan negara serta kemandirian ekonomi.
(2) Perlunya mewujudkan karakter bangsa yang berkepribadian.
(3) Perlu usaha terus menerus untuk meningkatkan bangsa yang
berdaya saing.
(4) Perlunya kesadaran yang tinggi di masyarakat terhadap
kepatuhan kepada hukum
(5) Meningkatkan kwalitas SOM yang handal, profesional dan
mandiri
(6) Mewujudkan politik luar negeri yang bebas dan aktif
(7) Meningkatkan rasa cinta tanah air serta bela Negara.

31. Keterkaitan Bidang Politik dengan Lingkungan Strategis

Antisipasi terhadap perkembangan lingkungan strategis, perlu


dilalukan perubahan dengan fokus pada isu strategis berikut:

(1) Globalisasi (Standardisasi, efisiensi, keterbukaan, daya saing), meliputi


pasar bebas, privatisasi, deregulasi agar mampu memenangkan
persaingan; menegaskan kewajiban minimum negara yang tidak
dapat diserahkan kepada mekanisme pasar; momentum kemitraan
global dan penguatan jejaring (networking); dan akuntabilitas kepada
pelaku internasional.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


(2) Demokratisasi (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat), yaitu
mengukur keseluruhan proses dan kinerja politikdalam peningkatan
kesejahteraan rakyat, dan akuntabilitas kepada rakyat.

(3) Desentralisasi (keunikan lokal, keterwakilan dan kompromi),


meliputi:
(a) Kewajiban pemda provinsi dan pemda kab/kotamemberikan
layanan yang lebih baik,cepat, mudah, murah, bermutu dan
tanpa diskrminasi.
(b) Proses pengambilan keputusan lebih terbuka dan inklusif.
(c) Standar Pelayanan Minimum.
(d) Akuntabilitas kepada pemda dan rakyat

(4) Indonesia sebagai Asia center of global economy memegang peranan


penting dalam aspek poros maritim dan jalan sutra, transformasi
dan standarisasi. Pada aspek transformasi dan standarisasi, terutama
berkaitan dengan tuntutan perubahan pada:

(1) sistem manajemen, yang didasarkan pada based management;


(2) sistem pelayanan, yang mencakup aspek kebahagiaan, kepuasan,
kenyamanan, keamanan, kecepatan, ketepatan, dan kelengkapan;
(3) sistem transportasi yang harus mempertimbangkan konektivitas
antarwilayah darat, laut dan udara;
(4) sistem logistik yang berfokus pada efisiensi waktu, tenaga, dan
biaya
(5) sistem informasi yang akurat, tepat waktu, terkini dan terpadu.

Keterkaitan gatra politik dengan bidang studi Lingkungan Strategik,


yang perlu dipahami bagi policy maker (penentu kebijakan) adalah
penerapan pola sikap dan perilaku serta etika politik yang berwujud
cepat tanggap dalam mengantisipasi dan menghadapi perubahan
lingkungan strategik, baik yang datang dari luar negeri maupun dari
dalam negeri, seperti yang dijelaskan di atas. Oleh karena itu penentu
kebijakan melalui pemberdayaan elit politik dan elit strategik
menggunakan strategi yang meliputi tiga (3) rangkaian utama, yaitu
sistem, pola atau stratifikasi dan prinsip politik. Ketiga hal tersebut sangat

Materi Pokok Bidang Studi Politik


penting dalam menganalisis lingkungan strategik baik global, regional
maupun nasional agar proses menentukan pilihan kebijakan
politikmampu menghasilkan makna outcome yang akurat, elegan serta
mengagumkan. lmplementasi secara rinci dapar dijelaskan sebagai
berikut:

1) Policy Maker atau pemimpin pembuat kebijakan negaraharus mampu


menjaga stabilitas berlangsungnya segala aktivitas sistem politik
yang meliputi berfungsinya struktur politik dan berfungsinya proses
politik secara baik dan normal. Dalam kaitan menghadapi, menerima
dan mengelola serta menganalisis kondisi perubahan pengaruh
Globalisasi, maka sangat dibutuhkan kecermatan pihak suprastruktur
politik, agar keluaran dan manfaat yang dihasilkan dapat mendukung
kepentingan nasional dan tujuan nasional.

2) Policy Maker, seyogyanya mampu mengendalikan,mengelola dan


memberdayakan elit strategik (kelompok teratas dalam piramida
kekuasaan, termasuk politisi profesional, seperti anggota parlemen,
menteri-menteri kabinet), karena pada kebanyakan masyarakat
modern terdapat pembagian kerja yang amat berbeda di kalangan
elit. Dan juga dalam lapisan stratifikasi pilitik yang terdiri dari
kelompok pembuat keputusan, kaum berpengaruh, aktivis, publik
peminat politik, kaum pemilih, non partisan. Dalam kaitan
menyongsong perubahan lingkungan strategik baik global, regional
maupun peraturan-peraturan nasional dan lokal, segenap lapisan
stratifikasi seyogyanya saling bersinergi guna mencapai tujuan-
tujuan yang di harapkan. Pembuat kebijakan seyogyanya
memberdayakan komponen-komponen lapisan politik serta
memberikan arah dan sasaran yang relevan, baik dituangkan melalui
regulasi apapun yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
implementasinya. Para policy maker dalam rangkaian menentukan
kebijakan politik yang berkaitan dengan lingkungan strategik adalah
"kepatuhan terhadap hukum", harus dijadikan sebagai "Principal
Leadership" seperti yang disebutkan dalamUndang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pembukaan, alinea ke
4," ........dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social". Oleh karena
itu, Indonesia dan faktor-faktor internal lain yang disamping
merupakan keunggulan dan sekaligus merupakan kelemahan, sangat
berkepentingan terhadap ketertiban pengaturan globalisasi. Pada
perspektif politik untuk memantau dan menghadapi proses
globalisasi yang pen uh dengan kemungkinan, baik positif maupun
negatif, negara disamping menuntut keberadaan visi yang sama,
pendekatan sistem, juga membutuhkan sumber daya manusia (SDM)
yang handal (personal mastery), visi yang sama ( Shared Vision J
khususnya dalam menjalankan " visi diplomasi" sehingga
perkembangan interaksi antara politik hukum dan Globalisasi tidak
merugikan kepentingan nasional. Secara konseptual dapat dikatakan
bahwa diplomasi merupakan elemen determinan sosial dari kekuatan
atau ketahanan nasional (Fendrik 2006).

3) Dalam proses globalisasi yang kompleks pada akhirnya fungsi politik


dan hukum disamping untuk menciptakan "Word Legal Order" juga
harus melindungi yang lemah (the protector of the weak), baik berupa
korporasi, negara, organisasi internasional, pengambil keputusan,
di dunia militer atau individu yang berada dalam "Globalizing
Environment" perlindungan harus dilakukan secaraadil, pasti dan
bermanfaat, baik dalam pembuatan hukum maupun dalam
penegakan hukum. Oleh karenanya secara politik pengelolaan
terhadap lingkungan strategik global, regional maupun nasional
harus mampu memberikan perlindungan secara utuh terhadap 4
konsensus dasar serta terlindung secara politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam guna tercapainya kepentingan nasional dan
tujuan nasional.

Materi Pokok Bidang Studi Politik


• Materi Pokok Bidang Studi Politik
PENUTUP

VI
32. Umum

Pemahaman sistem politik nasional secara historikal, empirikal dan


analitikal akan memberikan pengayaan bagi peserta yang mengikuti
pendidikan di Lemhannas RI yang telah berperan sebagai pimpinan
tingkat nasional. Selama mengikuti pendidikan di Lemhannas RI peserta
akan memahami seluruh sistem politik yang pernah dan sedang
diterapkan dengan segala problematikanya serta mampu menyelesaikan
atau mengatasi problematika tersebut berdasarkan kebutuhan pada
tingkat skala keterlibatan masing-masing, dan menjadi kesepakatan
nasional.

33. Kesimpulan

Pemahaman uraian pembangunan politik sistem demokrasi di


Indonesia diharapkan mampu menggugah kesadaran peserta sebagai
warga negara, dan sekaligus pelaku politik dalam negara. Negara sebagai
tatanan politik dengan warga negara sebagai pelaku politik memiliki
ketergantungan yang erat dalam mewujudkan sistem politik bersama
pemerintah dan pemerintahan guna meningkatkan ketahanan nasional.

Dalam prakteknya, upaya peningkatan ketahanan nasional di bidang


politik harus selaras dengan bidang lainnya, yaitu bidang studi inti yang
meliputi Pancasila dan UUD NRI 1945, Wawasan Nusantara, Ketahanan
Nasional, Kewaspadaan Nasional, Sistem Manajemen Nasional, dan

Materi Pokok Bidang Studi Politik •


Kepemimpinan; serta bidang lainnya, seperti Geografi, Demografi, Sumber
Kekayaan Alam, ldeologi, Ekonomi, Sosial Budaya, lptek, Hukum dan
HAM, Pertahanan dan Keamanan, dan juga memperhatikan
perkembangan lingkungan strategik. Selanjutnya, pemaknaan aktual
pada praktik terbaik perkembangan perpolitikan di Indonesia dalam
perannya peserta masing-masing mampu memberikan wawasan cara
berpikir solusi alternatif terhadap realitas aktual, mampu membentuk
karakter negarawan, membekali wawasan strategik, dan mampu
mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah strategik guna
membuat kebijakan publik yang selalu berorientasi untuk kepentingan
rakyat, bangsa dan negaranya.

34. Saran

Dari praktik yang dilakukan selama mengikuti pendidikan di


Lemhannas tahun 2018, terutama didalam penggunaan bahan ajar ini
sebagai rujukan dalam penyelesaian tugas-tugas, kemungkinan masih
terdapat kejanggalan dalam penjelasan substansi, ataupun isu-isu terkini
yang belum terangkai. Sebagai proses pembelanjaran, diperlukan saran
perbaikan materi pengajaran bidang politik agar senantiasa memuat
substansi mutakhir sesuai dengan perkembangan perpolitikan yang
terjadi.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


DAFTAR PUSTAKA

-------------, Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.


UU No 12 Tahun 2006.

-------------, Undang-Undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. UU


No 15 Tahun 2011.

-------------, Undang-Undang tentang Organisasi Masyarakat. UU No 17


Tahun 2013.

-------------, Undang-Undang tentang Partai Politik. UU No 2 Tahun 2008.

-------------, Undang-Undang tentang Wilayah Negara. UU No 43 Tahun 2008.

Aini, Nurul dan Ng. Philipus. 2014. Sosiologi dan Politik, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Ali, As'ad Said. 2009, Negara Pancasi/a Jalan Kemas/ahatan Berbangsa,


Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia.

Almond, Gabriel and Verba, Sidney. 1963. The Civic Culture: Political Attitude
and Democracy in Five Nations . Boston: Little, Brown and
Company

Bahar, Safroedin 2007. "Bagaimana melaksanakan Pancasila sebagai Dasar


Negara melalui Paradigma Fungsional". Tersedia di
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&t
ask=view&id=5, 20&itemid=116. [Diakses tanggal 15 Februari
2008]

Brahimi, Muh Nur. 2010. Bentuk Negara dan Pemerintahan RI. Jakarta: PT
Balai Pustaka

Budiardjo, Miriam. 2015. Dasar-dasar I/mu Politik. Edisi Revisi.

Danusaputra, Munadjat. 1983. Wawasan nusantara: Wawasan nusantara


(dalam gejo/ak teknologi dan konstitusi /aut dan semudera).,
Volume 5. Jakarta: alumni

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Duaji, Susno. 2003. Praktik-Praktik Pelanggaran Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Makalah yang disampaikan Pada Seminar
Pembangunan Hukum Nasional Viii dengan Terna Penegakan
Hukum Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan Diselenggarakan
Oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman
Dan Hak Asasi Manusia RI Denpasar, 14-18 Juli 2003

Fukuyama, Francis, 2003; The End of History and the Last Man, Yogya-karta,
Qalam.Gramedia Pustaka Uta ma, Jakarta.

Hardiman, Budi, 2009, Demokrasi Deliberatif, Yogyakarta: Kanisius,

Hayati, 5., dan Yani, A. 2007, Geografi Politik, Refika Aditama, Bandung,
November 2007.

Hikmat, M. Nahi. 2016. Komunikasi Politik Teori dan Praktik. Jakarta: Simbiosa
Rekatama Media

Huda, Ni'matul. 2012. I/mu Negara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Indonesia, Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah. UU No 32 tahun


2004, LN 23 Tahun 2014

lsra, Sadli. 2010. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 dan lmplikasinya


Terhadap Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Nasional

Kami, Asrori 5. 1999. Civil society & Ummah, Jakarta : Logos .

Kencana Syafiie, lnu. 2012. Teori dan Analisis Politik. Penerbit Pustaka Reka
Cipta, Bandung.

Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta.

KOMNAS HAM RI, 2008; Kewarganegaraan RI dalam Bingkai Jati Diri Bangsa
(Nation and Character Building), Jakarta, Komnas HAM.

Kusumastanto, T., Purwanto, A.B., dan Adrianto, L. Good Governance Dafam


Penge/o/aan Energi Dan Sumberdaya Mineral.

Kusumohamidjojo, Budi. 2015. Fi/safat Politik dan Kotak Pandora Abad Ke


- 21. Percetakan Jalasutra, Yogyakarta .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Latif, Yudi. 2011, Negara Paripurna, Jakarta: Gramedia

Lemhannas RI, 2011; Buku lnduk Nilai-nilai Kebangsaan, Jakarta, Lemhannas


RI.
Magnis-Suseno, Franz. 2016. Etika Politik. Edisi Revisi. Penerbit PT Gramedia
Pustaka Uta ma, Jakarta

Mahfud, Moch. 2017. Pengaruh Politik Dinasti terhadap Nepotisme dan


Perkembangan Demokrasi di Indonesia. (Disampaikan sebagai
ceramah didepan peserta PPRA LVI Tahun 2017 di Lemhanas RI
tanggal 5 Juni 2017)

Mahfud, Moch. 2018. Peran Politik Tinggi Prof.Dr. MAS. Sardjito untuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Disampaikan pada Seminar
"llmuwan Pejuang, Pejuang llmuwan: Peran Prof. Dr. M. Sardjito
MPH dalam Revolusi Fisik Kemerdekaan Republik Indonesia di
Jakarta pada tanggal 27 Februari 2018).

Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi


Pasca-Orde Baru. Penerbit Prenadamedia Group, Jakarta.

Moorlino, Leonardo. 2002. What is a Good Democracy"?. Theory and


Empirical Analysis. Paper yang disampaikan pada the Conference
on "the European Unio, Nation State, and the Quality of Democracy,
Lesson from Southern Europe'; University of California, Berkeley,
31 Oktober - 2 November.

MPR-RI, 2006; Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 beserta Kumpulan Hasil-hasil Notulensi Amandemen, Jakarta.

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan,


Manajemen Kebijakan. Edisi 4. Penerbit PT. Elex Media
Komputindo.

Panggabean, R., dan Winanti, P.S. (2013), Ekonomi Politik Sumber Daya
Alam, Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta:26 Februari 2013 .

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Pureklolon, Thomas Tokan. 2016. Komunikasi Politik. Penerbit PT Penerbit
Gramedia Pustaka Uta ma, Jakarta.

Ramelan, Surbakti.1993. Memahai I/mu Politik. Gramedia Widya

Samekto, Adji dan Kridalaksana, Doddy. 2008. Negara dalam Tata Tertib
Hukum lnternasional (Diktat). Semarang: (Tidak Diterbitkan).

Sanit, Arbi.1997. Partai, Pemilu dan Demokrasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Santoso, Djoko. 2012. Buku Modul Kuliah Kewarganegaraan. Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan

Scoot, Mainwaring. 1993. Presidentialism, Multipartaism, and Democracy:


Difficult Combination. Di dalam Comparative Political Studies,
Vo.26, No.2.

Setiyono, Budi. 2016. Birokrasi dalam Perspektif Politik dan Administrasi.


Penerbit Nuansa, Bandung.

Suwandi, Made. 2009. Kebijakan Pub/ik dalam Konteks Otonomi Daerah


(Perubahan dan Strategi lmplentasi). Makalah

Suyanto. 2014. Demokrasi Kita: 8 Pemikiran Politik.

Tjhin, Christine Sussana. "Menjalin Demokrasi Lokal dengan Regional:


Membangun Indonesia, Membangun ASEAN" CSIS Working Paper
Series, November 2005 . Dapat diakses pada
http://www.csis.or.id/papers/wps054

Togo, Lagae, P.O. (2016), Politik Sosial dan Budaya, http.// (diunduh 15
September 2016)

https://monsawai.wordpress.com/2016/09/15/sosial-budaya-dan-politik/

Umar, N. (2015). Politik Hukum Pengelolaan Sumberdaya Alam di Indonesia,


19 Oktober 2015 .

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


Utrecht, E. Edisi 2013. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. Jakarta: lchiar
Baru

Varma, S.P. 2010. Teori Politik Modern, Jakarta: Raja grafindo Persada

Zuhro, Siti. 2010. Budaya Politik dan Demokrasi. Dimuat dalam harian
Suara Karya, 25 Maret 2010

Materi Pokok Bidang Studi Politik


Lampiran-1
Beberapa Pengertian Terkait Bidang Politik

1. Presidential Threshold adalah ambang batas bagi partai politik


atau gabungan partai politik untuk mengajukan calon Presiden/Wakil
Presiden.

2. Parliamentary Threshold adalah am bang batas perolehan suara


partai politik untuk dapat masuk ke Parlemen. Contoh, ambang
batas yang ditetapkan sebesar 3,0 %, maka partai politik yang hasil
akhir pemilu legislatifnya sama dan atau kurang dari 3,0% tidak
mempunyai wakil di parlemen.

3. Demokrasi Prosedural adalah demokrasi yang menekankan pada


prosedur pelaksanaan demokrasi, seperti bagaimana cara
melaksanakan sesuatu, apakah melalui mufakat atau melalui voting.
Dapat juga dikatakan bahwa prosedural berfokus pada bagaimana
suatu keputusan itu diambil.

4. Demokrasi Substansial adalah proses demokrasi yang melihaat


pada substansinya, yaitu penggunaan prinsip-prinsip demokrasi,
seperti kebebasan individu, dan pengakuan atas hak sipil sebagai
pelaksanaan demokrasi. Dapatjuga dimaknakan bahwa demokrasi
substansial berfokus pada apa yang pemerintah lakukan.

5. Sistem Distrik adalah pemilihan wakil rakyat yang didasarkan pada


satu daerah/wilayah, artinya pada satu daerah/wilayah hanya diwakili
oleh satu orang berdasarkan suara terbanyak, yang kalah suaranya
akan hilang.

6. Sistem Pemilihan Umum Proporsional merupakan sistem


pemilihan yang memperhatikan proporsi atau perimbangan antara
jumlah penduduk dengan jumlah kursi di suatu daerah pemilihan.

7. Sistem Proporsial Tertutup adalah suatu pemilihan umum yang


pemilihnya hanya memilih tanda gambar partai politik peserta
pemilu. Jumlah suara yang diperoleh partai politik akan
didistribusikan ke daftar calon legislatif yang telah disusun oleh
pimpinan partai politik.

• Materi Pokok Bidang Studi Politik


8. Sistem Proporsional Terbuka adalah suatu pemilihan umum yang
tidak lagi memilih tanda gambar parpol, akan tetapi pemilih memilih
ca Ion legislatif yang mengajukan diri yang sudah terdapat di dalam
surat suara.

CATATAN TIM PENULIS

Tim penulis Kelompok Kerja Bidang Studi Politik dan


Kewarganegaraan memanjatkan rasa syukur atas rahmat dan karunia
Tuhan Yang Maha Esa proses penyempurnaan bahan ajar bagi peserta
Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) maupun Program
Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) dan Program Pendidikan lainnya di
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia dapat diselesaikan
sesuai waktu yang direncanakan. Penghargaan dan ucapan terima kasih
tim penulis edisi tahun 2018 sampaikan kepada tim penulis sebelumnya,
yaitu tim penulis edisi tahun 2016 dan tahun 2017. Perubahan yang
dilakukan berupa penyusunan ulang urutan materi, penyesuaian
sistematika penulisan sesuai format yang dipersyaratkan Lembaga, dan
penajaman uraian substansi sesuai standar kompetensi dasar yang
diberikan dan isu-isu mutakhir pada tahun pendidikan berlangsung, dan
hanya dipergunakan di lingkungan terbatas Lemhannas RI.

TIM PENULIS EDISI 2018

Materi Pokok Bidang Studi Politik


1. Prof. Dr. Ir. Sedarnawati Yasni, M.Agr
(Tenaga Ahli Pengajar Bidang Politik dan Kewarganegaraan,
Lemhannnas RI).

2. Mayjen TNI Widagdo H. Sukoco


(Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Politik, Lemhannnas RI).

3. Kisnu Haryo, S.H, M.A


(Tenaga Profesional Bidang Politik Dalam Negeri dan HAM,
Lemhannas RI)

4. Drs. Edijan Tanjung, M.Si.


(Tenaga Profesional Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan
Sismennas, Lemhannnas RI)

5. Mayjen TNI (Purn) Wahab Mokodongan


(Tenaga Profesional Bidang Politik Dalam Negeri dan Pertahanan,
Lemhannas RI)

6. Dr. Sukendra Martha, M.Sc., M.App.Sc.


(Tenaga Profesional Bidang Politik Dalam Negeri, Lemhannas RI)

• Materi Pokok Bidang Studi Politik

Anda mungkin juga menyukai