Anda di halaman 1dari 67

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAPORAN

KEBERADAAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN (STUDI DI


BANGSA DAN POLITIK KOTA MALANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Publik

Disusun Oleh:

Aten Nggala Karanggu Limu

NIM :2019210008

KOMPETENSI KEBIJAKAN PUBLIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
penyusun bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Kebijakan
Pemerintah Tentang Pelaporan Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan
(Studi Di Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Malang). Saya pengucapkan
terimakasih atas bantuan dan dukungan serta motivasi yang sangat membangun
dari:
1. Prof. Dr. Ir. Eko Handayanto, Msc, Selaku Rector Universitas Tribhuwana
Tungggadewi.
2. Dr. Agung Suprojo, S.Kom., M.AP selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi malang.
3. Dr. Asih Widi Lestari, S.AP., M.AP selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Publik, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.
4. Bapak Ignatius Adwidjaja,S.Sos, M,Si selaku dosen pembibing utama yang
terus membibing, mengarahkan dan mendorong penulis dalam penyususn
skripsi.
5. Bapak Firman Firdausi, S..H., M.H selaku dosen pembimbing dua atas
waktunya dan masukan-masukannya yang berarti untuk membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Ndawa Talu Nggadja dan Ibu Korolina Lika Inga selaku orang tua dari
penulis yang selalu ada dari kejauhan yang selalu mendoakan anaknya dengan
tulus sampai berada di tahap ini.
7. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Administrasi Publik yang selalu
memberi semangat, bantuan dan motivasi.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kata Sempurna
dan masih banyak perbaikan, oleh sebab itu, apabila terdapat kekeliruan dalam
menyusun skripsi ini mohon kritikkan dan saran yang membangun bagi penyusun
guna perbaikan. Terima kasih

Malang, 07 januari 2023

i
Peneliti
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i

Daftar Isi ..............................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Perumusan masalah.............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................4

BAB II Kajian Pustaka..........................................................................................5

2.1 Penelitian terdahulu.....................................................................................5

2.2 Landasan Teori Kebijakan Publik..................................................................7

Pengertian Kebijakan Publik................................................8


2.2.1
2.2.2 Jenis-Jenis Kebijakan Publik.................................................9
2.2.3 Tahap Kebijakan Publik.......................................................10
2.3 Tinjauan Umum Tentang Implementasi Kebijakan Publik...............12
2.3.1 Teori-teori Implementasi....................................................14
2.3.2 Teori Donald S.Van Meter dan Carl E. Van Horn.................16
2.3.3 Teori Marilee S. Grindle...........................................................18
2.4 Dasar Kebijakan Tentang Pelaporan Organisasi Masyara UU Nomor 17
Tahun 2013.....................................................................................19
2.4.1 Ciri Dan Sifat...........................................................................20
2.4.2 Tujuan Fungsi Dan Ruang Lingkup..........................................20
2.5 Tinjauan umum Organisasi kemasyarakatan...................................22
2.6 Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)...............................................23
2.7 Organisasi Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik...............................24
Bab Iii Metode Penelitian..........................................................................26

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................26

3.2 Lokasi Penelitian..............................................................................26


3.3 Fokus Penelitian...............................................................................27
3.4 Informan Dan Teknik Penentuan Informan......................................28
3.5 Jenis Dan Sumber Data....................................................................28

ii
3.6 Teknik Pengumpulan Data...............................................................30

3.7 Instrumen Penelitian........................................................................30

3.8 Teknik Analisis Data.........................................................................32

3.9 Keabsahan Data...............................................................................33

BAB IVPEMBAHASAN................................................................................34

4.1. Gambaran Umum Bakesbangpol.............................................................35

4.1.1. Sejarah Bakesbangpol................................................................36

4.1.2. Visi misi ....................................................................................37

4.1.3. Struktur pegawai bakesbangpol kota malang.............................38

4.1.4. Tugas Dan Fungsi Bakesbangpol...............................................39


4.2 Penyajian Data............................................................................................40

4.2.1. Faktor Pendukung.......................................................................41

4.2.2. Faktor Penghambat ....................................................................42


4.3 Pembahasan................................................................................................43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................44

5.1 Kesimpulan ...............................................................................................45

5.2 Saran .........................................................................................................46


Daftar Pusataka..........................................................................................48

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, keberlangsungan Ormas telah diatur dalam konstitusi

dan sistem perundang-undangan. Dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar

1945, terdapat suatu jaminan bagi seluruh warga negara Indonesia untuk

berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan dinilai

memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keikutsertaan

secara aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat.

Pancasila berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka menjamin

pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa, menjamin keberhasilan

pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, dan sekaligus

menjamin tercapainya tujuan nasional.

Undang-Undang No 17 tahun 2013 tentang Ormas, ditegaskan bahwa

Organisasi Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh

masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,

kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam

pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila. ormas merupakan organisasi yang didirikanoleh

individu atau kelompok secara sukarela yang bertujuan untuk mendukung dan

menopang aktivitas atau kepentingan publik tanpa bermaksud mengambil

keuntungan finansial dan dapat terlibat dalam mewujudkan kebijakan

pemerintah yang aspiratif dan berkualitas serta berpihak pada rakyat.

1
2

Membangun sebuah bangsa dapat dicapai melalui proses yang diawali dengan

kesadaran rakyatnya baik secara individu atau bersama kelompok masyarakat

yang berjalan dengan landasan dan tujuan yang sama. Perkembangan Organisasi

Kemasyarakatan (Ormas) baik lokal maupun nasional melaju begitu pesat dengan

demikian kesbangpol Kota Malang menunjukkan bahwa organisasi masyarakat

terdaftar 114 dan masing-masing terdiri dari administrasi hukum umum (AHU) 99

Ormas dan yang bersurat keterangan terdaftar (SKT) 22 Ormas,Akan tetapi

Ormas SKT tidak aktif (registrasi ulang) Terdiri dari 154 Ormas.

Mengingat pentingnya peranan organisasi kemasyarakatan dan sejalan

pula dengan usaha pemantapan penghayatan dan pengamalan pancasila dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka menjamin

kelestarian pancasila, maka organisasi kemasyarakatan perlu menjadikan

pancasila sebagai satu-satunya asas. Kebijakan pemerintah tersebut kemudian

diimplementasikan menjadi peraturan perundang-undangan yang bersifat

mengikat bagi masyarakat.

Organisasi kemasyarakatan menjadi sarana untuk menyalurkan pendapat

dan pikiran bagi anggota masyarakat Warga negara Republik Indonesia dan

dinilai memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan keikutsertaan

secara aktif seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Pancasila

berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dalam rangka menjamin pemantapan

persatuan dan kesatuan bangsa, menjamin keberhasilan pembangunan nasional

sebagai pengamalan Pancasila, dan sekaligus menjamin tercapainya tujuan

nasional
3

Keberadaan organisasi memberikan kontribusi yang tidak kecil dalam

pembangunan, namun di sisi lain masih banyaknya organisasi masyarakat yang

bertindak anarkis dan menganggu dalam lingkungan masyarakat. Sehingga untuk

melaporan keberadaan organisasi yang meliputi pelaporan keberdaan surat

kepengursan ormas, keterangan terdaftar organisasi, program kerja, surat

keterangan domisili, wajib pajak atas nama ormas, mengisi formolir dan lembaga

bendera dan stempel ormas.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di Kota Malang merupakan Lembaga

Teknis Daerah kota malang di lingkungan Pemerintah kota malang yang memiliki

tugas pokok dan fungsi yang di atur di dalam Permendagri No. 56 Tahun 2017

tentang pengawasan organisasi kemasyarakatan yaitu Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Daerah mempunyai tugas melakukan pembinaan, pengawasan pendaftaran,

penyusunan kebijakan daerah dibidang kesatuan bangsa dan politik dalam negri.

Berdasarkan hasil observasi sementara menenjukan bahwa laporan keberdaan

organisasi Kesatuan Bangsa dan Politik di Kota Malang sudah sejak dulu

dilakukan.

Organisasi kemasyarakatan dimaksudkan agar terwujud kemandirian dan

profesionalisme ormas yang sehat, merupakan suatu yang sangat strategis dalam

pembangunan bangsa Organisasi masyarakat yang mandiri, kuat, transparan dan

akuntabel mutlak diperlukan dalam menghadapi perkembangan dunia global.

Sehingga ormas dapat mencapai tujuannya untuk meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat, terutama dalam mengembangkan

kesetiakawanansosial, gotong royong dan toleransi dalam kehidupan


4

bermasyarakat, menjaga memelihara dan memperkuat persatuan dan kesatuan

bangsa. Berdasarkan studi literatur yang didukung hasil penelitian maka penelitian

ini sangat penting di lakukan dengan judul”Implementasi Kebijakan

Pemerintah Tentang Pelaporan Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan

(Studi Di Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Malang)

Rumusan masalah

1. Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah tentang pelaporan

keberadaan organisasi kemasyarakatan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota

Malang?

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat tentang pelaporan keberadaan

organisasi kemasyarakatan di badan kesatuan bangsa dan politik?

Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui implementasi kebijakan pemerintah tentang pelaporan

keberadaan organisasi kemasyarakatan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota

Malang.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat tentang

pelaporan keberadaan organisasi kemasyarakatan di badan kesatuan

bangsa dan politik?

Manfaat Penelitian

Adapun yang di ambil dalam penelitan ini:

1. Untuk menambah ilmu pengetahuan terutama dalam penulisan artikel

ilmiah
5

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang

keberadaan laporan keberadaan organisasi kemasyarakatan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitan


Rifa" I Penerapan Adapun teknik Hasilnya menunjukkan
Muham Kebijakan pengumpulan data bahwa pelaksanaan
dilakukan secara
ad 2019 Resentralisasi Kebijakan
triangulasi (gabungan),
Perizinan analisis data bersifat Resentralisasi Perizinan
Organisasi kualitatif, dan hasil Organisasi
penelitian kualitatif lebih
Kemasyarakata Kemasyarakat di Kota
menekankan makna
n Di Kota daripada Depok belum optimal.
Depok Provinsi generalisasi.Metode yang Hal ini dapat dilihat
digunakan adalah metode
Jawa Barat dari kinerja dan strategi
deskriptif kualitatif
dengan pendekatan kebijakan Kesatuan
induktif. Maksud dari Bangsa dan Politik
penggunaan pendekatan Kota Depok yang
induktif adalah untuk
menggali fakta- fakta masih menghadapi
yang ada di lapangan kendala terkait
terkait dengan sosialisasi, koordinasi
resentralisasi perizinan
dan pengawasan
ormas di Kota Depok dan
menggambarkannya pendaftaran organisasi
secara sistematis dan kemasyarakatan akibat
faktual untuk ditarik
adanya kebijakan
suatu simpulan.
resentralisasi.

6
7

Djuwita Implementasi Kajian ini menggunakan Hasil studi dapat


dan Kebijakan pendekatan kualitatif, dikemukakan: bahwa
Herma Organisasi dengan tujuan agar dapat harus diakui
wan, Kemasyarakata diperoleh informasi yang keberadaan ormas
n Di Kabupaten mendalam dan lengkap memberikan kontribusi
Bandung tentang berbagai hal yang tidak kecil dalam
terkait dengan pembangunan, namun
keberadaan ormas dan kenyataan lainnya
dinamikanya di masih banyaknya
Kabupaten Bandung. organisasi masyarakat
yang bertindak anarkis
dan menganggu dalam
lingkungan masyarakat;
untuk itu seluruh
ketentuan operasional
dalam rangka
implementasi UU
Ormas harus didukung
oleh peraturan daerah
yang lebih spesifik,
terutama yang
berkaitan dengan
fungsi pengawasan dan
pemberdayaan yang
harus dilakukan dengan
lebih efektif; hal-hal
substansial yang perlu
diatur dalam
pengawasan ormas oleh
Pemerintah, dalam hal
ini adalah Badan
8

Kesatuan Bangsa dan


Politik Kabupaten
Wibow Urgensi Kajian ini menggunakan Hasil studi dapat
o dan Pengawasan pendekatan kualitatif, dikemukakan: bahwa di
Harefa, Organisasi dengan tujuan agar dapat satu sisi keberadaan
2015 Kemasyarakata diperoleh informasi yang ormas memberikan
n mendalam dan lengkap kontribusi
Oleh tentang berbagai hal yang tidak kecil dalam
Pemerintah terkait dengan pembangunan, namun
keberadaan ormas dan di sisi lain masih
dinamikanya di banyaknya organisasi
daerah masyarakat yang
bertindak anarkis dan
menganggu dalam
lingkungan masyarakat;
untuk itu seluruh
ketentuan
operasional dalam
rangka implementasi
UU Ormas harus sudah
tersedia; hal-hal
substansial yang perlu
diatur dalam
pengawasan ormas oleh
Pemerintah

2.2 Tinjaun Umum Tentang Kebijakan Publik


9

Kebijakan adalah kata benda yang di bentuk dari kata bijak dengan awal

ke dan akhiran yang berarti skill (ketrampilan, kemampuan dankecakapan.

Sehingga dengan demian kebijakan merupakan karakter atau sifat yang melekat

pada subjeknya, sedangakang kebijaksanaan adalah sifat yang melekat pada sikap,

tingkah laku dan perbuatan (Siyoto dalam setiawan,2017:10). Sedangkan arti

publik itu sendiri memiliki dua arti pertama rakyat sebagai satuan politis atau

milik negara, yang kedua sebagai seluruh penduduk (umum). Public dalam

Bahasa inggris memiliki arti umum masyarakat atau negara sehingga pemerintan

melayani rakyat (pelayan rakyat) Syafie dalam (Setyawan,2017:16).

Perdasarkan kebijakan public dapat di artikan sebagai keputusan yang di

buat oleh pemerintah baik dari tingkat pusat mau tingkat terendah badan lembaga

supra negara.Lebih lanjut kebijakan public senantiasa berhubunga dengan sumber

daya public baik hubungan positif atau aktif dikerahkan sebagai sumber daya

suata isu yang dapat di pakai sebagai pandangan dalam menegaskan yang indentik

dengan wilayah tata kelola pemerintah (Setyawan 2017:18).

Pada dasarnya banyak batasan atau definisi apa yang dimaksud dengan

kebijakan publik (public policy) dalam literatur-literatur ilmu politik. Pada

dasarnya banyak batasan atau definisi apa yang dimaksud dengan kebijakan

publik (public policy) dalam literatur-literatur ilmu politik. Masing- masing

definisi tersebut memberi penekanan yang berbeda-beda.

2.2.1 Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah kebijakan pemerintah yang memengaruhi setiap

orang di suatu negara atau negara bagian atau kebijakan secara umum. David
10

Easton dalam A Systems Analysis of Political Life (1965) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh

anggota masyarakat.

Kebijakan publik merupakan bentuk intervensi pemerintah

menyelesaikan masalah-masalah publik dalam berbagai aspek kehidupan.

Melalui kebijakan publiklah pemerintah memiliki kekuatan dan kewenangan

hukum untuk menata kehidupan masyarakat dan sekaligus memaksakan segala

ketentuan yang telah ditetapkan, sehingga kebijakan publik terkadang menuai

pro kontra dari masyarakat.

2.2.2 Jenis-Jenis Kebijakan Publik

Banyak pakar yang mengajukan jenis kebijakan publik

berdasarkan sudut pandang masing-masing. James Anderson sebagaimana

dikutip Suharno (2010: 24-25) menyampaikan kategori kebijakan publik

sebagai berikut:

a. Kebijakan substantif versus kebijakan procedural Kebijakan substantif

yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan oleh

pemerintah. Sedangkan kebijakan procedural adalah bagaimana kebijakan

substantif tersebut dapat dijalankan.

b. Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan

redistributive Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau

kemanfaatan pada masyarakat atau individu. Kebijakan regulatori

merupakan kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap

perilaku individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan, kebijakan


11

redistributif merupakan kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan,

pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam

masyarakat.

c. Kebijakan materal versus kebijakan simbolik Kebijakan materal adalah

kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya komplet pada

kelompok sasaran. Sedangkan, kebijakan simbolis adalah kebijakan yang

memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran.

d. Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public goods) dan

barang privat (privat goods) Kebijakan public goods adalah kebijakan

yang mengatur pemberian barang atau pelayanan publik. Sedangkan,

kebijakan privat goods adalah kebijakan yang mengatur penyediaan

barang atau pelayanan untuk pasar bebas.

2.2.3 Tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks

karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh

karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji

kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik

kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk

memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik. Tahap-tahap kebijakan

publik menurut William Dunn sebagaimana dikutip (Kadji, 2015). adalah

sebagai berikut :

a. Tahap penyusunan agenda: Para pejabat yang dipilih dan diangkat

menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini


12

berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda

kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda

kebijakan para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu

masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain

ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena

alasanalasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakan: Masalah yang telah masuk ke agenda

kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-

masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah

terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif

atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada.

Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk

dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan

masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor akan bersaing dan

berusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c. Tahap adopsi kebijakan: Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang

ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari

alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

21 legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan: Suatu program kebijakan hanya akan

menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak

diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi

maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah


13

diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang

memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap

implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa

implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana

(implementors), namun beberapa yang lain munkin akan ditentang oleh

para pelaksana.

e. Tahap evaluasi kebijakan: Dalam tahap ini kebijakan yang telah

dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, unuk melihat sejauh mana

kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu

memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu

ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yamh menjadi dasar

untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah

mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.

Secara singkat, tahap – tahap kebijakan adalah sebagai berikut;

Penyusunan kebijakan

Formulasi kebijakan

Adopsi kebijakan

Implemantasi kebijakan

Evaluasi kebijakan
14

Sumber: William Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno (2012)

2.3. Implementasi Kebijakan Publik

Pengertian implementasi di atas apabila dikaitkan dengan kebijakan adalah

bahwa sebenarnya kebijakan itu hanya dirumuskan lalu dibuat dalam suatu bentuk

positif seperti undang-undang dan kemudian dilaksanakan atau

diimplementasikan, tetapi sebuah kebijakan harus dilaksanakan atau

diimplementasikan, agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan dapat dikatakan suatu proses yang dinamis,

dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga

pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau

sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat

diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu:

tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

Berikut akan dijelaskan mengenai konsep Implementasi yang di paparkan oleh

beberapa ahli diantaranya (Purwanto dan Sulistyastuti 2012).

a. Sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu-individu (kelompok-

kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya.

b. Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri

dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian

tujuan, dari hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi

merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan

melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan


15

mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan

itu sendiri.

c. Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sah.

2.3.1 Teori-teori Implementasi

Impelentasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana

yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya.

dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap sah. Suharsono,

mengemukakan beberapa teori dari beberapa ahli mengenai implementasi

kebijakan, yaitu:

1. Teori George C. Edward Dalam pandangan Edward III4 , implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu:

a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan

agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang

menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada

kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi

imlpementasi.

b. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya

kompetensi implementor dan sumber daya financial.

c. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik,


16

maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

d. Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja

dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta

adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang

berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu struktur

Organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah

dan penyampaian laporan Struktur organisasi yang terlalu panjang

akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape,

yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan

aktivitas organisasi tidak fleksibel. Aspek dari stuktur organisasi

adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi.

2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn mendefinisikan

implementasi kebijakan publik sebagai:

Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang

diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-

usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan

operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan

usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang

ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Implementa Implementasi kebijakan merupakan tahap yang

bersifat praktis danberbeda dengan formulasi kebijakan sebagai tahap yang


17

bersifat teoritis. Berdasakan penjelasan di atas, Tachjan (2006:25)

menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan publik merupakan proses

kegiatan adminsitratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dan

disetujui. Dengan demikian, tahap implementasi kebijakan terjadi hanya

setelah undang-Undang ditetapkandan dana disediakan untuk membiayai

implementasi kebijakan tersebut. Meter dan Horn dalam suharsono (2005)

mengemukakan bahwa terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja

implementasi, yakni:

a. Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran

kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. apabila

standar dan sasaran kebijakan kabur,

b. Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan

sumberdaya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non

manusia.

c. Hubungan antar organisasi, yaitu dalam benyak program,

implementor sebuah program perlu dukungan dan koordinasi

dengan instansi lain, sehingga diperlukan koordinasi dan kerja

sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

d. Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup stuktur birokrasi,

norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi

yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi Suatu

program.
18

e. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup

sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-

kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi

kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau

menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan,

serta apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

f. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu

respon implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi

kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu

pemahaman terhadap kebijakan, intensitas disposisi implementor,

yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

2.3.2. Dasar Kebijakan

Menurut UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Masyarakat

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan

yang selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk

oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kehendak,

kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam

pembangunan demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila. Anggaran Dasar yang selanjutnya disingkat AD adalah

peraturan dasar Ormas. Anggaran Rumah Tangga yang selanjutnya disingkat ART

adalah peraturan yang dibentuk sebagai penjabaran AD Ormas. Pemerintah adalah


19

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

1. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

2. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang dalam negeri.

2.3.3. Ciri Dan Sifat

1. Asas Ormas tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang- Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Ormas dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak

dan cita-cita Ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Ormas bersifat sukarela, sosial, mandiri, nirlaba, dan demokratis.

2.4. Tinjauan umum Organisasi kemasyarakatan

Manusia adalah mahluk social yang cinderung untuk hidup

bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai

sautu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak

mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari

manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Organisasi adalah perserikatan orang-

orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu sistem kerja dan
20

pembagian dalam pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan

kemudian digabungkan lagi dalam beberapa bentuk hasil.

Teori Organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah

organisasi, Salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang

bagaimana sebuah organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan

misi organisasi tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja

organisasi tersebut. Menurut Angga Pratama dan Husein (2022:122) bahwa teori

organisasi itu adalah sekumpulan ilmu pengetahuan yang membicarakan

mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk

mempelajari kerjasama pada setiap individu. Dalam pembahasan mengenai teori

organisasi, mencakup masalah teori-teori organisasi yang pernah ada dan berlaku

beserta sejarah dan perkembangannya hingga sekarang. Yaitu meliputi teori

organisasi klasik, teori organisasi neoklasik dan teori organisasi modern.

Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan orang juga dipandang

sebagai proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang menjadi

anggota organisasi. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas

sumberdaya manusia yang saling berinteraksi dan mengembangkan organisasi

yang bersangkutan. Organisasi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam

rangka mengoptimalkan kinerja dalam suatu organisasi tidak terlepas dari

pemberdayaan potensi yang ada.

2.5. Organisasi kemasyarakatan (Ormas)


21

Ormas merupakan organisasi masyarakat yang didirikan oleh individu atau

kelompok secara sukarela yang bertujuan untuk mendukung dan menopang

aktivitas atau kepentingan publik tanpa bermaksud mengambil keuntungan

finansial. Ormas merupakan organisasi legal di mata hukum yang bekerja tanpa

adanya ketergantungan dari pemerintah, atau setidaknya pengaruh dari pemerintah

tidak diberikan secara langsung. Pada kasus dimana Ormas mendapatkan dana

dari pemerintah, tetap tidak boleh ada keanggotaan ormas tersebut dari unsur

pemerintah. Ada beberapa jenis organisasi yang terbentuk antara lain LSM,

yayasan sosial, organisasi keagamaan, organisasi Kepemudaan, dan organisasi

yang didasarkan atas profesi.

Di Indonesia, keberlangsungan Ormas telah diatur dalam konstitusi dan

sistem perundang-undangan. Dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945,

terdapat suatu jaminan bagi seluruh warga negara Indonesia untuk berserikat dan

berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan sebagainya.

Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya

secara kolektif kolegial untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negara. Setiap

orang memiliki hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

pendapat. Maksud dari kebebasan berserikat dan berkumpul berdasarkan UUD

1945 antara lain membentuk koperasi sebagai sarana peningkatan kesejahteraan

ekonomi, membentuk badan usaha, lembaga amal atau yayasan, partai politik, dan

organisasi masyarakat. Namun demikian, kebebasan berserikat, berkumpul, dan

berpendapat tetaplah harus merujuk pada asas Indonesia sebagai negara hukum.

Artinya, bentuk-bentuk institusi dan organisasi yang ada harus tunduk dan patuh
22

pada konstitusi, sistem hukum, dan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia. Perspektif Hukum Administrasi Negara dan Hak Asasi Manusia.

Sementara Ormas, menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2013 Pasal 1

ayat 1, adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara

sukarela atas dasar kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan,

kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya

tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila.

Secara ideal, Ormas adalah organisasi yang muncul dari masyarakat yang

tentunya memperjuangkan hak-hak masyarakat sebagai alternatif pembangunan.

Pembentukan Ormas merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam upaya

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat yang menitik beratkan

kepada pengabdian secara swadaya.

2.7 Kesatuan Bangsa Dan Politik

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai tugas pokok membantu

Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dibidang kesatuan bangsa

dan politik. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah dalam melaksanakan

tugas sebagaimana dimaksud, menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis kesatuan bangsa dan politik, bina ideologi dan

wawasan kebangsaan, kewaspadaan nasional, ketahanan sosial dan

kemasyarakatan, politik dalam negeri;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang kesatuan bangsa dan politik, bina ideologi dan wawasan


23

kebangsaan, kewaspadaan nasional, ketahanan sosial dan kemasyarakatan,

politik dalam negeri;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesatuan bangsa dan politik,

bina ideologi dan wawasan kebangsaan, kewaspadaan nasional, ketahanan

sosial dan kemasyarakatan, politik dalam negeri;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang kesatuan

bangsa dan politik, bina ideologi dan wawasan kebangsaan, kewaspadaan

nasional, ketahanan sosial dan kemasyarakatan, politik dalam negeri;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan ideologi

Pancasila dan wawasan kebangsaan, penyelenggaraan politik dalam negeri

dan kehidupan demokrasi, pemeliharaan ketahan ekonomi, sosial dan

budaya, pembinaan kerukunan antar suku, umat beragama, ras, dan

golongan lainnya, pembinaan dan pemberdayaan organisasi

kemasyarakatan, serta pelaksanaan kewaspadaan nasional dan penanganan

konflik sosial di wilayah kabupaten sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan
24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif, menurut Sugiyono

(2018:26) mengatakan bahwa penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrument kunci. Teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitiannya lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh)

jadi, dalam penelitian ini tidak boleh mengisolasikan individu dan organisasi kedalam

variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu

keutuhan. Penelitian kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

dilapangan, sehingga urutan kegiatan dapat berubah ubah tergantung suatu gejala yang

ditemukan.

3.2. Lokasi Penelitian

Menurut Moleong, (2018:128) lokasi penelitian adalah tempat yang

dimana peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan data-data serta

menangkap fenomena yang sebenarnya terjadi dari objek tersebut. Cara terbaik

yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian adalah

mempertimbangkan teori substansi dan dengan mempelajari serta mendalami

25
26

fokus serta rumusan masalah penelitian dan menjajaki lapangan untuk melihat

kesesuaian dengan kenyatan yang ada dilapangan.

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana seorang peneliti dapat

mengetahui hal yang sebenarnya yang terjadi di badan kesatuan bangsa dan politik

yang akan diteliti. Berdasarkan hal tersebut maka tempat pelaksanaan penelitian

ini akan di laksanakan di Badan kesatuan bangsa dan politik Kota Malang untuk

mengkaji yang berkaitan dengan fonomena penelitian tetang pelaporan

keberadaan organisasi.

3.3. Fokus Penelitian

Spradley dalam sugiyono (2015:34) menyatakan bahwa “A focused refer to

a single cultural domain or a few related domains”. Maksudnya adalah bahwa

fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari

situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus lebih didasarkan pada

tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari lapangan. Sehingga dengan

yang menjadi fukus penelitian ini adalah.

1. Tentang Pelaporan Keberadaan Organisasi Kemasyarakatan di

Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Malang

3.4. Informan Dan Teknik Penentuan Informan

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, maka

menggunakan teknik pengambilan sampel. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik Snowball Sampling. Menurut sugiyono (2014)

snowball sampling merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula


27

jumlahnya kecil, kemudian membesar. Peneliti memilih snowball sampling

karena dalam penentuan sampel, peneliti pertama-tama hanya menentukan satu

atau dua orang saja tetapi karena data yang didapat dirasa belum lengkap maka

peneliti mencari orang lain yang untuk melengkapi data tersebut. Adapun

informan Key yang akan menjadi objek penelitian adalah:

 Kepala Badan

 Bidan Politik Dalam Negeri Dan Organisasi kermasyarakatan

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan

tindakan, sumber data tertulis, foto. Dalam penelitian ini, Peneliti mengambil sumber

data berdasarkan sifatnya yaitu:

1. Data primer yaitu data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data

ini tidak tersedia dalam bentuk terkomplikasi ataupun dalam bentuk file-

file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya

responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang

kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. Data

primer ini didapat dari sumber informan yang diwawancarai.

2. Data sekunder merupakan suatu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain

yang bukan periset untuk tujuan yang lain, artinya data yang diperoleh oleh

pihak kedua. Data ini dapat diperoleh dari beberapa referensi seperti

dokumentasi, arsip dan data yang lain yang berkaitan dengan masalah
28

penelitian berupa data sejarah instansi dan data badan kesatuan bangsa dan

politik.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam

penelitian ini menggunakan tiga macam pengumpulan data yakni:

1. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai biologis dan psikhologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan Sugiyono

(2014:145). Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila

penulisan berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Wawancara (Interview) Menurut Estenberg dalam Sugiyono (2014: 231),

mendefinisikan wawancara sebagai berikut: ‘A metting of two persons to

exchange information and idea throungh questions and responses, resultting

in communication and join construction of meaning about a particular

topic” Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga bisa dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.

3. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Studi

dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan


29

wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

3.7. Instrument penelitian

Menurut Sugiono (2013), instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Sedangkan menurut Purwanto (2018), instrumen penelitian pada dasarnya alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Intrumen penelitian

dibuat untuk satu tujuan penelitian tertentu Bisa adalah menyimpang dari yang

seharusnya. Pewawancara yang tidak dalam posisi netral, misalnya ada maksud

tertentu, diberi sponsor akan memberikan interpretasi data yang berbeda dengan

apa yang disampaikan oleh responden. Responden akan memberikan data bias,

bila responden tidak dapat menangkap dengan jelas apa yang ditanya oleh peneliti

atau wawancara..

Selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang telah dikemukakan diatas,

sangat mempengaruhi vadilitas data sebagai berikut:

1. Menurut Nasution dalam (Sugiyono 2016:224), peneliti sendiri merupakan

alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari linmgkungan

yanmg harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Panduan Wawancara Menurut sugiyono (2016:234), dalam melakukan

wawancara, peneliti hars menggunakan panduan wawancara untuk

mengarahkan peneliti dalam rangka mencari data.

3. Buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber

data.
30

4. Hand phone (Hp), berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu

memberitahu kepada informan apakah dibolehkan atau tidak.

5. Kamera,untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaran

dengan informan/sumber data. Dengan foto ini, dapat meningkatkan

keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul

melakukan pengumpulan data.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data dalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola memilih mana yang penting, dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan dan mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain.

Menurut Seiddel dalam Moleong (2014: 248) menjelaskan proses analisis

dalam kualitatif berjalan sebagai berikut:

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode

agar sumber datanya tetap dan dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan memilah milah, mengklasifikasikaan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.

3. Berfikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola dan hubungan - hubungan dan membuat

temuan - temuan umum.


31

Menurut Sugiyono (2014 : 244) analisis data dalam penelitian kualitatif,

dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan

data dalam periode tertentu. Miles dan huberman dalam Sugiyono (2014:246)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu disebut reduction, data display, dan

conclution/verification yaitu:

1. Reduksi data Menurut Sugiyono (2014:249) reduksi data merupakan proses

berfikir sensitife yang melakukan kecerdasan dan keleluasaan dan kedalaman

wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang baru, dalam melakukan reduksi data

dalam didiskusikan dengan atau sahabat lain yang dianggap ahli. Melalui diskusi

itu maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data

yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2. Data display (penyajian data ) Langkah selanjutnya setelah mereduksi data

adalah menyajikan data. Teknik menyajikan data dalam teknik penelitian

kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti table, grafik dan

sejenis. Miles dan huberman dalam Satori dan Komariah (2014: 219) yang

paling sering digunakan dalam penyajian data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks naratif.

3. Conelusion drawing/verifications Menurut Satori dan Komariah (2014: 220)

kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu subyek yang sebelumnya masih belum jelas atau gelap
32

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kasual interaktif,

hipotesis, atau teori.

3.9 Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (2019 : 361) dalam pengujian keabsahan data

metode penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui uji kredibilitas. Untuk

menguji kredibilitas tingkat kepercayaan data maka peneliti menggunakan

trianggulasi teknik. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara.

Menurut William Wiersma dalam Sugiyono (2018:368) mengatakan

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain. Triangulasi dalam pengujian kredebilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Dalam penelitian ini, peneliti menguji keabsahan data dengan menggunakan

triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data. Misalnya data

yang diperoleh dari wawancara kemudian dicek kembali dengan observasi dan

dokumentasi seperti yang ada pada gambar berikut ini :

Gambar 3.9 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data

Dokumentasi

Wawancara Observasi

Sumber: Satori dan Komariah (2015)


33

Dalam pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan

data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada. peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Sugiyono (2016 : 273), Triangulasi teknik peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang

sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber

berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik

yang sama.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bakesbangpol

4.1.1. Sejarah Bakesbangpol

Kota Malang seperti kota-kota lain di Indonesia pada umumnya baru

tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda. Pada

masa itu tata ruang kota dirancang sedemikian rupa oleh pemerintahan

kolonial dengan tujuan utama memenuhi kebutuhan keluarga-keluarga

Belanda dan bangsa Eropa lainnya. Sementara penduduk pribumi harus puas

bertempat tinggal di pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai.

Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai beroperasi kereta api dan sejak itu

Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan masyarakat

semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.

Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun

bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan

sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.

Penataan ruang Kota Malang pada masa itu tidak lepas dari karya Herman

Thomas Karsten. Arsitek kelahiran Amsterdam tahun 1884 ini diangkat

menjadi penasihat perencanaan Kota Malang pada 1929. Karsten terlibat aktif

dalam rencana pengembangan kota yang disebut Bouwplan I-VIII yang di

dalamnya menyiapkan antisipasi perkembangan hingga 25 tahun ke depan.

34
35

Salah satu karyanya adalah Ijen Boulevard yang hingga kini menjadi salah

satu landmark heritage Kota Malang.

Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi terus berlangsung dan

kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di luar kemampuan

pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat terbatas, yang selanjutnya

akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan liar yang pada umumnya

berkembang di sekitar daerah perdagangan, di sepanjang jalur hijau, sekitar

sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang dianggap tidak bertuan. Selang

beberapa lama kemudian daerah itu menjadi perkampungan, dan degradasi

kualitas lingkungan hidup mulai terjadi dengan segala dampak bawaannya.

Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang

terjadi seandainya masalah itu diabaikan.

Gambar 4.1. Kondisi Gedung Bakesbangpol Kota Malang


36

Sumber: bakesbangpol kota malang

4.1.2. Visi misi

1. Visi

Terwujudnya kehidupan yang demokratis di bidang IPOLEKSOSBUD

dalam rangka Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

2. Misi

a. Memelihara dan menghormati komunitas kehidupan Politik Masyarakat

yang berorientasi pada pengembangan masyarakat modern yang dicita-

citakan berdasarkan Pancasila;

b. Memelihara dan melestarikan heterogenitas masyarakat yang

merupakan potensi kekayaan budaya bangsa untuk tetap utuhnya NKRI


37

yang berorientasi pada pengembangan masyarakat madani yang di cita-

citakan;

c. Mengembangkan kreativitas masyarakat dengan mendorong kearah

kehidupan politik yang sehat menjujung HAM, berkeadilan ,

bertanggung jawab dan mampu berkompetisi secara sehat dan dinamis

sesuai peraturan perundangan yang berlaku;

d. Meningkatkan upaya penyelamatan dari bencana dan rehabilitasi akibat

bencana.

4.1.3. Struktur pegawai bakesbangpol kota malang

Bagan 4.1. struktur kepegawaian bakebangpol


38

Sumber: Bakesbangpol

4.1.4. Tugas Dan Fungsi Bakesbangpol

1. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai tugas melaksanakan

Urusan Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan politik berdasarkan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1),

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang kesatuan bangsa dan politik sesuai

dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan;


39

b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan ideologi Pancasila dan

wawasan kebangsaan, penyelenggaraan politik dalam negeri dan

kehidupan demokrasi, pemeliharaan ketahanan ekonomi, sosial dan

budaya, pembinaan kerukunan antar suku dan intra suku, umat

beragama, ras, dan golongan lainnya, pembinaan dan pemberdayaan

organisasi kemasyrakatan serta pelaksanaan kewaspadaan nasional dan

penanganan konflik sosial sesuai Peraturan Perundang-undangan;

c. pelaksanaan koordinasi di bidang pembinaan ideologi Pancasila dan

wawasan kebangsaan, penyelenggaran politik dalam negeri dan

kehidupan demokrasi, pemeliharaan ketahanan ekonomi, sosial dan

budaya, pembinaan kerukunan antar suku dan intra suku, umat

beragama, ras, dan golongan lainnya, fasilitasi organisasi

kemasyarakatan, serta

d. pelaksanaan kewaspadaan nasional dan penanganan konflik sosial di

wilayah kota sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pembinaan ideologi

Pancasila dan wawasan kebangsaan, penyelenggaran politik dalam

negeri dan kehidupan demokrasi, pemeliharaan ketahanan ekonomi,

sosial dan budaya, pembinaan kerukunan antar suku dan intra suku,

umat beragama, ras, dan golongan lainnya, fasilitasi organisasi

kemasyarakatan, serta pelaksanaan kewaspadaan nasional dan

penanganan konflik sosial di wilayah kota sesuai ketentuan Peraturan

Perundang-undangan;e. pelaksanaan fasilitasi forkopimda;


40

f. pelaksanaan administrasi kesekretariatan Bakesbangpol; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

bidang tugasnya.

1. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

1. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai tugas membantu

Bupati menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dalam bidang

kesatuan bangsa dan politik;

2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana kepala badan kesatuan bangsa

mempunyai fungsi :

a. merumuskan kebijakan teknis dalam bidang kesatuan bangsa dan

politik

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

dibidang kesatuan bangsa dan politik ;

c. membina dan melaksanakan tugas dibidang kesatuan bangsa dan politik

d. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai rincian tugas

e. penetapan kebijakan operasional dibidang ketahanan

idiologi negara, wawasan kebangsaan, bela negara, nilai-nilai sejarah

kebangsaan dan penghargaan kebangsaan skala kabupaten;

f. pembinaan penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan,

kelurahan/nagori dan masyarakat dibidang ketahanan idiologi negara,

wawasan

kebangsaan, bela negara, nilai-nilai sejara kebangsaan dan penghargaan

kebangsaan skala kabupaten;


41

g. pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan,

kelurahan/nagori dan masyarakat dibidang ketahanan idiologi negara,

wawasan kebangsaan, bela negara, nilai-nilai sejarah kebangsaan dan

penghargaan kebangsaan skala kabupaten;

h. koordinasi penetapan kebijakan operasional, pelaksanaan kegiatan,

pembinaan dibidang kewaspadaan dini, kerjasama interkam, bina

masyarakat, perbatasan, penanganan konflik pemerintahan, sosial

pengawasan orang asing dan lembaga asing skala kabupaten;

i. melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan bidang

kesatuan Bangsa dan Politik ;

j. melakukan pembinaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

serta penanggulangan masalah sosial; dan

k. melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

3. Sekretaris

1. mempunyai tugas membantu kepala badan kesatuan bangsa dan politik

dalam penyelenggaraan tugas kesekretariatan, tata usaha dan umum,

keuangan dan penyusunan program.

2. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Sekretaris

menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan program meliputi program anggaran;

b. penyelenggaraan urusan ketatausahaan meliputi :


42

c. urusan rumah tangga, kepegawaian, hokum dan organisasi, hubungan

masyarakat; dan

d. penyelenggaraan urusan keuangan dan perlengkapanmeliputi urusan

perbendaharaan, akuntansi, verifikasi, ganti rugi, tindak lanjut LHP

dan perlengkapan

4. Kepala Bidang Bina Ideologi Wawasan Kebangsaan dan Karakter

Bangsa

1. Kepala Bidang Bina Ideologi Wawasan Kebangsaan dan Karakter Bangsa

mempunyai tugas membantu kepala badan menyusun kebijakan dan

melaksanakan pembinaan ideologi wawasan kebangsaan dan karakter

bangsa

2. Untuk melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud pada kepala bidang

bina ideologi wawasan kebangsaan dan karakter bangsa

menyelenggarakan fungsi :

a. pengkoordinasian penyusunan penetapan kebijakan operasional dan

perencanaan pembinaan dibidang ideologi wawasan kebangsaan dan

karakter bangsa

b. pengkoordinasian pelaksanaan kerjasama pembinaan dibidang ideologi

wawasan kebangsaan dan karakter bangsa dengan instansi terkait; dan

c. monitoring dan evaluasi penyelenggaraa

d. pemerintahan dibidang ideologi wawasan kebangsaan dan karakter

bangsa.

5. Kepala Bidang Penanganan Konflik dan Kewaspadaan Nasional


43

1. Kepala Bidang Penanganan Konflik dan Kewaspadaan Nasional

mempunyai tugas membantu kepala badan menyusun kebijakan dan

melaksanakan pembinaan Kewaspadaan Nasional dan perlindungan

masyarakat.

2. Untuk melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud pada kepala bidang

penanganan konflik dan kewaspadaan nasional menyelenggarakan fungsi:

a. pengkoordinasian penyusunan penetapan kebijakan operasional dan

perencanaan pembinaan di bidang penanganan konflik dan

kewaspadaan nasional;

b. pengkoordinasian pelaksanaan kerjasama pembinaan di bidang

penanganan konflik dan kewaspadaan nasional; dan

c. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan di bidang

penanganan konflik dan kewaspadaan nasional

6. Kepala Bidang Ketahanan Ekonomi, Sosial Budaya, dan Organisasi

Kemasyarakatan

1. Kepala Bidang Ketahanan Ekonomi, Sosial Budaya, dan Organisasi

Kemasyarakatan mempunyai tugas membantu kepala badan menyusun

kebijakan dan melaksanakan pembinaan dibidang ketahanan ekonomi,

sosial budaya, dan organisasi kemasyarakatan;

2. Untuk melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud pad ayat (1) pasal ini,

kepala bidang ketahanan ekonomi, sosial budaya, dan organisasi

kemasyarakatan menyelenggarakan fungsi :


44

a. Penyusunan penetapan kebijakan operasional dan perencanaan dibidang

ketahanan ekonomi, sosial budaya, dan organisasi kemasyarakatan

b. Pengkoordinasian pelaksanaan kerjasama dibidang ketahanan ekonomi,

sosial budaya, dan organisasi kemasyarakatan; dan

c. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dibidang

ketahanan ekonomi, sosial budaya, dan organisasi kemasyarakatan

7. Kepala Bidang Politik Dalam Negeri

1. Kepala Bidang Politik Dalam Negeri mempunyai tugas membantu Kepala

Badan menyusun kebijakan dan melaksanakan pembinaan dibidang politik

dalam negeri;

2. Untuk melaksanakan tugas sebagai mana dimaksud pada kepala bidang

politik dalam negeri menyelenggarakan fungsi :

a. penyusunan penetapan kebijakan operasional dan perencanaan dibidang

Politik Dalam Negeri;

b. pengkoordinasian pelaksanaan kerjasama dibidang Politik Dalam

Negeri; dan

c. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dibidang

Politik Dalam Negeri.

4.2. Penyajian Data

Data yang disajian adalah data yang dihasilkan oleh peneliti melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Berikut hasil penelitian tentang

pendaftaran organisasi di bakesbang pol kota malang secara umum diartiakan

sebagai suatu bentuk menjalankan suatu program yang telah direncanakan


45

oleh suatu orgnisasi. Pengukuran pelaksanaan pendaftaran organisasi di

bakesbangpol maka penulis mengunakan teori George C. Edward sebagai

tolak ukur keberhasilannya. Menurut George C. Edward III , implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variable, yaitu: Komunikasi, yaitu

keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan, Sumber daya tersebut dapat berwujud

sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya

financial. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor. Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit)

kerja dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta

adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda

diintegrasikan atau dikoordinasikan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti

dpat melakukan wawancara dengan beberapa informan, adapun informan yang

telah diwawancarai adalah Ibu Yuni selaku kepala bidang politik dalam negeri

dan organisasi kemasyarakatan. Berikut adalah hasil wawancara:

“Ormas wajib melaporkan keberadaannya dan setiap ada kegiatan ormas


tersebut harus melaporkan, jadi ormas yang sudah terdaftar dikota malang
sebanyak 120 kebijakan itu di permadegri dan pergub tentang ormas
bagaiman instansi bakesbangpol merangkul dan memberdayakan ormas tsb.
Sifatnya ormas tidak liar dan ormas itu menpuyai kekuatan hukum ber
SKT dan AHU dan terdaftar di bakesbangpol kota malang dan bisa
memantau, kebanyakan ormas tidak melaporkan. Untuk sumber daya
manusianya dan sumber anggaran sangat minim. akan tetapi untuk kegiatan
anggaran ormas ini belum bisa untuk memfasilitasi lewat dana, tetapi setiap
kegiatan ormas itu kami selalu suport dan pengawasan. di bakesbangpol ada
25 ASN untuk di podagri ada 4 staf yang terdiri dari kabid 1 dan 3 staf.
Sumber sarana dan prasarana di bakesbangpol lumaya baik. Sampai saat ini
tidak ada masyarakat yang menolak terkait pelaporan keberadaan ormas
karena tidak ada satupun ormas yang anti pancasila dan anti pemerintah.
Untuk tugas dan tupoksi sudah sesuai dengan bagian masing-masing, jadi
apa yang di amanahkan oleh permadagri, pergub, perda semua kita
46

penuhi,sehingga jalannya tidak melenceng apa yang sudah di tentukan”


(wawancara 06 januari 2023)

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa pendaftaran organisasi di balesbangpol dapat dikatakan cukup

baik hal ini dapat dilihat dari 120 ormas yang terdaftar dikota malang, dengan

kebijakan di permadegri dan pergub tentang ormas bagaiman instansi

bakesbangpol merangkul dan memberdayakan ormas.

Dari hal tersebut diatas peneliti telah melakukan observasi bahwa

kebijakan dalam pendaftaran ormas di bakesbangpol sesuai dengan Permendagri

No. 33 Tahun 2012 Tentang Pendaftaran Organisasi Masyarakat Dan Lembaga

Swadaya Masyarakat Di Badan Kesbangpol. sumber daya manusianya dan

sumber anggaran sangat minim. Dengan sumber daya manusia di bakesbangpol

ada 25 ASN untuk di podagri ada 4 staf yang terdiri dari kabid 1 dan 3 staf.

Sumber sarana dan prasarana di bakesbangpol lumaya baik.


47

Gambar 4.1. Surat keputusan pelaporan organisasi kemasyarakatan

Sumber: data sekunder tahun 2023

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu yuni diatas maka peneliti juga

melakukan wawancara dengan Ibu Puji selaku bidang organisasi masyarakat.

Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut

“Alur pelaporan melalui bakesbangpol yang berbadan hukum dan skt.


Komunikasi pemerintah tentang pelaporan organissasi di bakesbangpol.
Alur pelaporan melalui bakesbangpol yang berbadan hukum dan skt.
Permendagri No. 33 Tahun 2012 Tentang Pendaftaran Organisasi
Masyarakat Dan Lembaga Swadaya Masyarakat Di Badan Kesbangpol.
yang ber ahu ke kemenkam dan skt ke kemandagri. Sudah sesuai prosedur
terkait kebijakan pelaporan karena alurnya sangat jelas. Sumber daya di
bakesbangpol. Sumber daya manusianya yaitu s2 dan s1 untuk sma tidak
ada artinya cukup bagus. Sumber anggaran nya itu berasal dari anggaran
belanja daerah. Sumber prasarana ada komputer 4 kursi sova ada 4 kursi
roda 5 kursi lipat 7. Untuk selama ini tidak ada masyarakat yang menolak
terkait pelaporan berjalan dengan baik dan kondusif. Sangat jelas menjalani
sesuai tugas dan fungsi masing-masing bidang yang sudah di tenpatkan”.
(wawancara 06 januari 2023)
48

Berdasarkan hasil diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa. Alur

pelaporan melalui bakesbangpol yang berbadan hukum dan skt. Permendagri No.

33 Tahun 2012 Tentang Pendaftaran Organisasi Masyarakat Dan Lembaga

Swadaya Masyarakat Di Badan Kesbangpol. yang ber ahu ke kemenkam dan skt

ke kemandagri. Sudah sesuai prosedur terkait kebijakan pelaporan karena alurnya

sangat jelas. Sumber daya di bakesbangpol.

Dari hasi observasi pelaksanaan pendaftaran organisasi di bakesbangpol

baik dan terstruktur Sudah sesuai prosedur terkait kebijakan pelaporan karena

alurnya sangat jelas. Sumber daya di bakesbangpol. Sumber daya manusianya

yaitu s2 dan s1 untuk sma tidak ada artinya cukup bagus. Sumber anggaran nya

itu berasal dari anggaran belanja daerah. Sumber prasarana ada komputer 4 kursi

sova ada 4 kursi roda 5 kursi lipat 7. Selama ini tidak ada masyarakat yang

menolak terkait pelaporan berjalan dengan baik dan kondusif.


49

Gambar 4.2. formulir pelaporan keberadaan organisasi kemasyarakatan

Sumber: data sekunder tahun 2023

Hal serupa disampaikan oleh Ibu Widia selaku staf bagian pendaftaran

ormas di di bekesbangpol. berikut adalah hasil wawancara:

“Komunikasi pemerintah di bakesbangpol melalui rapat, sosialisasi dan


silaturahmi demi menjalin komunikasi. Untuk sumber daya manusianya
dan sumber anggaran sangat minim. akan tetapi untuk kegiatan anggaran
ormas ini belum bisa untuk memfasilitasi lewat dana, tetapi setiap kegiatan
ormas itu kami selalu suport dan pengawasan. Terkait dengan penolakan
ataupun penelrimaan organisasi, sampai saat ini belum ada yang menolak
terkecuali yang anti dengan pancasila, kalau untuk struktur organisasi semua
sudah sejalan dengan tugas dan tupoksinya masing-masing”

Berdasarkan hasil wawancara ditatas maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa sumber daya manusianya baik sedangkan sumber anggaran sangat minim.

akan tetapi untuk kegiatan anggaran ormas ini belum bisa untuk memfasilitasi

lewat dana, tetapi setiap kegiatan ormas itu kami selalu suport dan pengawasan.
50

Dari hasil diatas peneliti telah melakukan observasi bahwa Sumber

anggaran nya itu berasal dari anggaran belanja daerah sehingga anggrannya

sangat sedikit. Yang menolak terkait pelaporan berjalan dengan baik dan

kondusif artimya tdka ada penolakan, berkaitan dengan struktur semuanya

sudah berjalan sesuai dengan tugas dan tupoksi serta aturan yang ada.

Gambar 4.3. membangun komunikasi antar ormas dan pemerintah


melalui sosialisasi pemabangnan

Sumber: data sekunder tahun 2023

Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan beberapa pegawai

bakesbangpol maka untuk dapat menyesuaikan fakta yang dijelaskan diatas maka

peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa ormas. Adapun hal tersebut

maka peneliti telah melakukan wawancara dengan Pak kolonel purn ckrisetyono

selaku kepala di PEPABRI. Berikut adalah hasil wawancara peneliti:

“Kita selalu komunikasi dengan bakesbangpol dan setiap kegiatan di


PEPABRI pasti ada komunikasi dan mengundang bakesbangpol untuk ikut
berpartisipasi. Permendagri No. 33 Tahun 2012 Tentang Pendaftaran
Organisasi Masyarakat Dan Lembaga Swadaya Masyarakat Di Badan
51

Kesbangpol. Kita harus menjalani karena sudah menjadi kebijakan


pemerintah daerah maupun pusat melalui bakesbangpol dalam rangka
meningkatkan untuk membela NKRI. Untuk selama ini tidak ada
penolakaan dari masyarakat terkait pelaporan berjalan dengan baik dan
kondusif. Dari sebelumnya memang belum pernah ada yang menolak pada
intinya ormas yang pro terhadap pancasila dan siap membela negara. Untuk
tupoksi nya sudah sesuai dengan apa yang di amanahkan oleh pimpinan”
(wawancara 06 januari 2023)

Perihal tersebut diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

Permendagri No. 33 Tahun 2012 Tentang Pendaftaran Organisasi Masyarakat

Dan Lembaga Swadaya Masyarakat Di Badan Kesbangpol. Kita harus

menjalani karena sudah menjadi kebijakan pemerintah daerah maupun pusat

melalui bakesbangpol dalam rangka meningkatkan untuk membela NKRI.

Berdasarkan hasil obserasi bahwa komunikasi di bakesbangpol itu baik,

entah itu dengan ormas maupun birokrasi didalamnya, klo untuk penolakan

sampai saat ini belum pernah ada yang menolak pada intinya ormas yang pro

terhadap pancasila dan siap membela negara. Untuk tupoksi nya sudah sesuai

dengan apa yang di amanahkan oleh pimpinan.


52

Gambar 4.4. sosialisasi pemerintah kota, bakesbangpol dan berbai ormas


untuk menjaga kota malang bersama, sekaligus membangun komunikasi
yang intens

Sumber: data sekunder tahun 2023

4.1. Gambaran Umum Bakesbangpol

4.2.2. Faktor Penghambat

4.2.1. Faktor Pendukung

Yang menjadi faktor pendukung adalah partisipasi ormas secara

optimal dalam pelaksanaan silaturahmi ormas, LSM, dan paguyuban. Ormas

ini tidak mengikat jadi dia tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah kota

maupun pusat, berdasarkan aturan ormas wajib melaporkan keberadaannya

dan setiap ada kegiatan ormas tersebut harus melaporkan, dan mengadakan

pemberdayaan terhadap ormas dan mengundang mereka untuk rapat

penguatan sifatnya sosialisasi dan bakesbangpol memberikan sosialisasi

tantang penguatan ormas.


53

jadi ormas dikoata malang ini sangat membantu dalam keadaan dan situasi dan

kondisi serta kegiata-kegiatan dan bisa mendukung sifisitas pemerintah kota

malang untuk ormas memang sebagai binaan dikota malang, dengan jumlah ormas

sebanyak 120 ada yang ber AHU dan SKT dan ada juga yang terefikasi di 8

bidang ekonomi, sosial, budaya yang berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

4.2.2. Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka peneliti menemukan beberapa

faktor penghambat dalam proses pendaftaran organisasi maupun permasalahakan

scara umum. Dari hasil wawancara dengan Ibu Yuni selaku kepala bidang politik

dalam negeri dan organisasi kemasyarakatan. Berikut adalah hasil wawancara:

“faktor penghambat bakesbangpol belum bisa memberikan hibah atau


bantuan dana, kalau yang lain ada hibah parpol, mkub, mpk jadi untuk
ormas memang belum ada terkait pendanaan. Jadi harapan dari
bakesbangpol tahun yang akan datang bisa mendanai ormas lewat
bakesbangpol. Karena memang ormas di kota malang lumaya aktif karena
memang ormas yang berjiwa sosial, jiwa pancasila”. (wawancara 06 januari
2023)

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Fuji selaku dengan Ibu Puji selaku

bidang organisasi masyarakat. berikut adalah hasil wawancara:

“Faktor penghambat kebijakannya berbeda, kadang pelaporannya lengkap


menurut kemandagri itu pesyratanya keberadaan ormasnya sekretaritnya
bermasalah, status kepemilikanya bermasalah dan secara otomatis di tolak.
Artinya ketidak jelasan organisasi” (wawancara 06 januari 2023)
Berdasarkan hasil diatas maka pebneliti dapat menyimpulkan bahwa

faktor penghambat bakesbangpol belum bisa memberikan hibah atau bantuan

dana, kalau yang lain ada hibah parpol, mkub, mpk jadi untuk ormas memang

belum ada terkait pendanaan.


54

4.3. Pembahasan

Pembahasan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti di lapangan. Organisasi Masyarakat oleh Pemerintah Daerah

mengandung arti bahwa setiap kelompok masyarakat yang mendirikan

Organisasi di setiap daerah kemudian mereka menjalankan suatu kegiatan

maka kegiatannya harus di awasi yang dalam hal ini pihak yang mengawasi

Organisasi di tingkat daerah adalah Pemerintah Daerah melalui Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah juga akan membawa dampak positif, agar setiap kegiatan

yang dilakukan oleh masing-masing Organisasi berjalan sesuai dengan aturan

yang ada dan tentunya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

sehingga dapat menganggu ketentraman masyarakat sekitar, mengingat

sekarang ini mungkin banyak Organisasi Masyarakat yang bertindak anarkis

hal ini tentunya sangat bertentangan dengan aturan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil dari wawancara diatas dengan beberapa informan,

peneliti menarik beberapa kesimpulan bahwa, yang berkaitan dengan

pelaksanaan kebijakan dalam pendaftaran organisasi masyarakat, dan yang

menjadi standar pelaksanaan pendaftaran organisasi di bakesbangpol dapat

dilihat dari beberapa indikator yang dimaksudkan oleh Edward III.

Komunikasi dapat terlaksana, Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber

daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial

Lalu berkaitan diterimanya suatu kebijakan ini dapat dilihat dari masayarakat

menerima atau tidak, dan sampai saat ini berkaitan dengan kebijakan ini
55

masyarakat. hal ini belum ada penolakan oleh masyarakat. Dalam

mengimplementasikan suatu kebijakan publik pemerintah. Struktur Birokrasi,

merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam organisasi yang

menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan bagaimana

fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau

dikoordinasikan.

1. Komunikasi

Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi komunikator

kepada komunikan. Informasi yang disampikan kepada para pelaksana

kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan

seragam. Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap

suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan

kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan komunikasi, para

pelaksana kebijakan dapat mengetahui suatu harapan yang akan dicapai.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa komunikasi di bakesbangpol sangat baik

dan selallu bangun komunikasi dengan semua ormas yang telah diterdaftar

dimana harus mensosialisakan bersama dalam setiap kegiatan serta di setiap 6

bulan sekali harus melakukan pelaporan dan 1 tahun sekali melaksanakan

melaksanakan pelaporan di dinas sosial dan wali kota.

2. Sumberdaya
56

Sumberdaya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan kebijakan. dalam pelaksanaan badan usaha milik

desa adalah sumberdaya manusia memng sudah cukup bagus akan tetapi yang

masih kurang saat ini adalah anggaran dimana anggaran saat ini sangat tidak

cukup sehingga tidak pariwisata tidak maksimal dalam pembangunan.

Berdasarkan temuan dilapangan bahwa sumber daya di bakesbangpol kota

malang cukup baik dimana sumber daya manusianya sangat baik diataranya

adalah ada 25 ASN untuk di podagri ada 4 staf yang terdiri dari kabid 1 dan 3

staf. Sedangkan sumber sarana dan prasarana di bakesbangpol lumaya baik,

dan sumber anggaran sangat minim, akan tetapi untuk kegiatan anggaran

ormas ini belum bisa untuk memfasilitasi lewat dana, tetapi setiap kegiatan

ormas itu kami selalu suport dan pengawasan.

3. Disposisi

Disposisi dikatakan sebagai kemauan, keinginan dan kecenderungan para

perlaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara sungguh sungguh

sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan. Jika

pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan

tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus

memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya

tidak terjadi bias. Berdasarkan hasil wawnacara dengan beberap informan

diatas bahwa berkaitan dengan penlakan atau penerimaan ormas oleh

masayarakat belum ada atau terkait pelaporan keberadaan ormas karena tidak

ada satupun ormas yang anti pancasila dan anti pemerintah semua ormas yang
57

melaporkan keberadaanya pro terhadap pancasila dan pro pemerintah dan

bakesbangpol selalu memantau lewat media maupun turun langsung di

lapngan.

4. Struktur birokrasi

Implementasi mencangkup aspek-aspek seperti struktur birokrasi, pembagian

kewenangan, hubungan antara unit-unit organnisasi dan sebagainya. tidak

kondusif terhadap implementasi suatu kebijakan, maka hal ini akan

menyebabkan ketidak efektifan dan menghambat jalannya pelaksanaan

kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana suatu kebijakan harus dapat

mendukung kebijakan yang telah diputuskan dengan jalan melakukan

koordinasi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dilapangan bahwa tugas

dan tupoksi sudah sesuai dengan bagian masing-masing, jadi mereka bekerja

sesuai dengan apa yang di amanahkan oleh permadagri, pergub, perda semua

kita penuhi, sehingga jalannya tidak melenceng apa yang sudah di tentukan.

Berikut adalah bidang-bidang di bakesbangpol kota malang 1). bidang politik

dalam negeri dan ormas, 2). bidang ideology, wawasan kebangsaan dan

ketahanan ekonomi, sosial, budaya, agama


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti mengunakan teori dari

Edward III. Yang terdiri dari beberapa indikator yaitu: Komunikasi, Sumber

daya, disposisi, Struktur Birokrasi. Adapun hasil tersebut maka peneliti dapat

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil diatas bahwa komunikasi di bakesbangpol sangat baik

dan selallu bangun komunikasi dengan semua ormas yang telah diterdaftar

dimana harus mensosialisakan bersama dalam setiap kegiatan serta di

setiap 6 bulan sekali harus melakukan pelaporan dan 1 tahun sekali

melaksanakan melaksanakan pelaporan di dinas sosial dan wali kota.

Sumber daya di bakesbangpol kota malang cukup baik dimana sumber daya

manusianya sangat baik diataranya adalah ada 25 ASN untuk di podagri

ada 4 staf yang terdiri dari kabid 1 dan 3 staf. Sedangkan sumber sarana

dan prasarana di bakesbangpol lumaya baik, dan sumber anggaran sangat

minim, akan tetapi untuk kegiatan anggaran ormas ini belum bisa untuk

memfasilitasi lewat dana, berkaitan dengan penerimaan ormas oleh

masayarakat sampai saat ini belum ada terkait pelaporan keberadaan ormas

karena tidak ada satupun ormas yang anti pancasila dan anti pemerintah.

Sudah sesuai tugas dan tupoksi sudah sesuai dengan bagian masing-masing,

jadi mereka bekerja sesuai dengan apa yang di amanahkan oleh

permadagri, pergub, perda semua kita penuhi, sehingga jalannya tidak

58
59

melenceng apa yang sudah di tentukan. Berikut adalah bidang-bidang di

bakesbangpol kota malang 1). bidang politik dalam negeri dan ormas, 2).

bidang ideology, wawasan kebangsaan dan ketahanan ekonomi, sosial,

budaya, agama.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat Pendukung, Faktor pendukung

pelaporannya sistemnya mandiri dengan melakukan laporan tepat waktu di

bekesbangpol. Sedangkan faktor penghambat dalam proses pendaftaran

organisasi maupun permasalahakan secara umum.bakesbangpol belum bisa

memberikan hibah atau bantuan dana, sedangkan yang sudah ada dana

hibahnya parpol, mkub, mpk jadi untuk ormas memang belum ada terkait

pendanaan. Jadi harapan dari bakesbangpol tahun mendatang bisa

mendanai ormas lewat bakesbangpol. Karena memang ormas di kota

malang lumaya aktif karena memang ormas yang berjiwa sosial, jiwa

pancasila.

5.2. Saran

1. Pakesbangpol harus lebih memperdayakan organisasi masyarakat kota

kota malang.

2. Bakesbangpol harus lebih tertip lagi dalam nenjalankan tugas dalam

pementauan organisasi yang bertentangan dengan pancasila.

3. Bakesbangpol harus bekerja sama dengan ormas kota malang dalam

menyelesaikan permasalahan dikota malang yang belum terselesaikan.


DAFTAR PUSTAKA

Adityawan, M. A., Madani, M., & Parawangi, A. (2021). Implementasi Kebijakan


Pemerintah Dalam Merelokasi Pedagang Kaki Lima Di New Mall Pasar
Sentral Kota Makassar. Kajian Ilmiah Mahasiswa Administrasi Publik
(KIMAP), 2(6), 1936-1949.
Easton, D. (1965). A systems analysis of political life.
George C Edward III4 dan Huda, M. F. (2021). Implementasi penanganan
perkara perdata secara e-litigasi pada Pengadilan Negeri Bangil tinjauan
teori implementasi kebijakan George C Edward III (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Grindle M dan Pramesti, D. N. Analisis Teori Pengalihan Kewenangan
Pengelolaan Pendidikan Menengah.
Hahury Fredy J. (2019:55) Etika Administrasi Publik Telaah Konsep
Mewujudkan Birokrasi Yang Responsip Dan Profesional.Srikaton,Jawa
Tengah.Isbn: 978-623-420-145-1 Tim lakeisha (anggota
ikapino.181/jte/2019.
Hidayat, A. (2006). Implementasi Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945 (Studi Yuridis Historis Sejak Tahun
1945.
Kadji, J. (2015). Pembangunan Masyarakat Sebagai Upaya Dalam Rangka
Penanggulangan Kemiskinan Di Desa Leboto. Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Publik, 5(1), 31-37.
Pratama Angga dan Husein (2022:122). Menejem sumber daya manusia.jawa
barat.cv widina media utama.isbn 978-623-459-043-2.
Purwanto A.E. dan Sulistyastuti R. D (2012) Implementasi kebijakan publik
konsep dan aplikasinya di Indonesia. ISBN:9786028545877,
6028545872.: Penerbit Gava Media.
Rahmayanti, Y. K. (2022). Implementasi Kebijakan Tentang Mutasi Aparatur
Sipil Negara (Asn) Di Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (Bkpsdm) Kabupaten Ciamis.

60
61

Santosa Deddy dan wahab (2004:14).pendataan ruangan melalui pendekatan


administrasi publik.Malang.pt.cita intrans selaras. ISBN 978-623-7374-
69-5.
Santoso, Catur Wibowo Budi. (2010: 24-25) Permasalahan Implementasi Undang-
undang Pemerintahan Daerah Nomor 23 Tahun 2014.
Sawir Muhammad.(2021:126) Ilmu Administrasi Dan Analisis Kebijakn Publik
Konseptual Dan Praktik.Jl. Rajawali, G.Elang,6 No,03.Yogyakarta. ISBN
978-623-02-3128-5 Cv Budi Utama.
Setiawan G.(2004:39).Implementasi Dalam Birokrasi Pembagunan.Jakarta.Mitra
Wacana Media.
Sore B.U Dan Sobiri (2017:3) Kebijakan Publik. Perpustakaan Nasional Ri.
Makasar. Isbn 978-602-6928-19-1 Cv Sah Media.
Suharsono dan Parmadi,(2018). Implementasi Kebijakan Program Rumah
Bersubsidi Di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Public Inspiration:
Jurnal Administrasi Publik.

Trisantoso I Nyoman, dkk. (2014:36) Pelayanan publik berbasis


digital.yogyakarta. cv bumi utama.ISBN 978-623-02-4064-5. Undang-
Undang Dasar.(1945,28) Kemerdekaan Berserikat Dan Berkumpul,
Mengeluarkan Pikiran Dengan Lisan, Dan Sebagainya Ditetapkan Dengan
Undang-Undang.

Undang-Undang. (2016,58) .Tentang Pelaksanaan UU No (17.2013).Tentang


Organisasi Kemasyarakatan Peraturan Dalam Negri No (57,2017).
Tentang Pendaftaran Dan Pengelolaan Sistem Informasi Organisasi
Kemasyarakatan.
Undan-undang (2017:16). Tentang Penetapan Peraturan Pemezuntah Pengganti
Undang –Undang Nomor 2 Tahun 27 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan
Menjadi Undang-Undang.
Usman Nurdin.(2002:70) Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.Jakarta.PT.
Raja Grafindo Persada.
62

Winarno Budi (2012) Kebijakan publik teori, proses, dan studi kasus : edisi dan
revisi terbaru

Anda mungkin juga menyukai