Anda di halaman 1dari 42

JURNAL AGENDA MOOC

ORIENTASI PPPK

Disusun oleh:
Nama : Nurani Arizya Sanusi
NIP : 197512082022212004
Jabatan : Guru Ahli Pertama
Unit Kerja : SMAN 10 BEKASI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH III
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................i


MATERI KEBIJAKAN................................................................................................. 1
AGENDA 1 ..................................................................................................................... 3
MODUL 1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara .............................. 3
A. Beberapa Titik Penting dalam Sejaran Bangsa Indonesia ................................... 3
B. Empat Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara ............................................ 4
C. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan ................................ 5
D. Nilai-nilai Bela Negara ...................................................................................... 5
E. Aktualisasi Kesadaran Bela Negada bagi ASN ................................................... 8
F. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia ............................... 10
MODUL 2. Analisis Isu Kontemporer ..................................................................... 13
A. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis .................. 13
B. Isu Strategis Kontemporer ................................................................................ 14
C. Kelompok Isu .................................................................................................. 18
MODUL 3. Kesiapsiagaan Bela Negara .................................................................. 19
A. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara .............................................................. 20
B. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara ................................................................ 20
C. Kemampuan Awal Bela Negara ....................................................................... 21
D. Rencana Aksi Bela Negara ............................................................................... 21
E. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara ............................................................... 22
F. Implementasi dan Aplikasi Kewaspadaan Dini Bagi CASN ............................. 23
AGENDA 2 ................................................................................................................... 24
MODUL 1. Berorientasi Pelayanan ......................................................................... 24
MODUL 2. Akuntabel .............................................................................................. 25
A. Konsep Akuntabilitas ....................................................................................... 25
B. Aspek Akuntabilitas ......................................................................................... 25
C. Fungsi Akuntabilitas ........................................................................................ 25
D. Panduan Perilaku Akuntabel ............................................................................ 26
MODUL 3. Kompeten .............................................................................................. 27
A. Tantangan Lingkungan Strategis ...................................................................... 27
B. Distrupsi Teknologi ......................................................................................... 27
C. Nilai-nilai Dasar Operasional Ber-Akhlak ........................................................ 27

i
ii

MODUL 4. Harmonis ............................................................................................... 28


MODUL 5. Loyal ...................................................................................................... 29
MODUL 6. Adaptif................................................................................................... 30
A. Dimensi Kreativitas ......................................................................................... 30
B. Organisasi Adaptif ........................................................................................... 30
MODUL 7. Kolaboratif ............................................................................................ 32
AGENDA 3 ................................................................................................................... 33
MODUL 1. Smart ASN ............................................................................................ 33
MODUL 2. Managemen ASN .................................................................................. 36
MATERI KEBIJAKAN

A. Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara RI.


Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Dr. Adi Suryanto, M.Si. terkait
Indonesia dalam menyambut Indonesia Emas 2045, era revolusi industri 4.0 menuntut
kita untuk cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Landasan penting bagi
penerapan ASN cerdas Latsar untuk menjawab tantangan dunia yang semakin
kompleks. MOOCs dapat digunakan untuk pembelajaran yang tidak terbatas pada
interaksi fisik. Namun dapat dilakukan secara mandiri dan dikembangkan dalam
rencana pembelajaran kooperatif, pelaksanaan klasikal dan penguatan.

B. Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN


Penyampaian Sambutan terkait Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN
oleh Dr. Muhammad Taufiq, DEA. selaku Deputi Kebijakan Pengembangan
Kompetensi ASN LAN RI. Kebanggaan ASN karena dapat melayani Bangsa
Indonesia. Penguasaan Core Value bagi ASN dan employer yang dikenal dengan
singkatan BerAKHLAK, yakni:
1. Berorientasi Pelayanan
2. Akuntabel
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaftif
7. Kolaboratif

Penguasaan Core Value dan penguasaan literasi digital (SMART ASN). Selamat
belajar dan semangat mengembangkan diri supaya menjadi ASN yang unggul dan
mendukung daya saing bangsa.

C. Manajemen Penyelenggaraan PPPK


Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK oleh Erna Irawati, S.Sos, M.Pol.,
Adm. Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi
ASN LAN RI. Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK P3K dituntut belajar
mandiri pada materi MOOC. Pembelajaran dibagi 3, yaitu:
1. Sikap perilaku Bela Negara

1
2

2. Nilai- nilai rol value dalam penyelenggaraan pemerintah.


3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintah.
AGENDA 1
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

MODUL 1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara


Deskripsi: Modul pembelajaran Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara
disusun untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta tentang landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara; nilai-nilai dasar bela negara; penghormatan terhadap
lambang-lambang negara dan ketaatan kepada peraturan perundang-undangan; dan
pembinaan kerukunan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Materi ini disajikan untuk
6 Jam Pelatihan (JP), dan dalam proses pembelajarannya disampaikan dengan
menggunakan metode pembelajaran orang dewasa.

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka


mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang
aman, adil, makmur, dan sejahtera.

Tujuan bagi ASN adalah agar para peserta memiliki cara pandang sebagai warga
negara yang berwawasan kebangsaan dan sebagai wujud dedikasi adbi negara.

A. Beberapa Titik Penting dalam Sejaran Bangsa Indonesia


1. Tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi terbentuknya
organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul 09.00. Para
mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat
kecil yang diinisiasi oleh Soetomo.
2. Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama
yang menggunakan istilah “Indonesia”. Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi
pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional Perhimpunan
Indonesia (PI) diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R.N Noto Suroto pada 25
Oktober 1908 di Leiden Belanda.
3. Pada 27-28 Oktober kongres pemuda kedua dilaksanakan dan tanggal 28 OKtober
ditetapkan menjadi Hari Sumpah Pemuda.

3
4

4. Pada 1 maret 1945 dalam situasi kritis Letnan Jendral Kumakici harada pimpinan
pemerintah pendudukan jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
5. Tanggal 7 Agustus terbentuk PPKI.
6. Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Proklamasi Kemerdekaan.
B. Empat Konsensus Dasar Berbangsa dan Bernegara
1. Pancasila
Pancasila berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya negara dan
bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai
ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau
pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia dalam mencapai
cita-cita nasional.

2. Undang-Undang Dasar 1945


Dari sudut hukum, UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar Negara (ground norms) Pancasila beserta norma-
norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.

3. Bhinneka Tunggal Ika


Sesuai makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diuraikan
Bhinna- Tunggal-Ia berarti berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab
meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi pada hakekatnya satu,
satu bangsa dan negara Republik Indonesia. Usaha bina negara baik pada masa
pemerintahan Majapahit maupun pemerintah NKRI berlandaskan pada pandangan
sama yaitu semangat rasa persatuan, kesatuan dan kebersamaan sebagai modal
dasar dalam menegakkan negara.

4. Negara Kesatuan Republik Indonesia


Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat
dipisahkan dari persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena
melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan
negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu
telah ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam sejarahnya dirumuskan


dalam sidang periode II BPUPKI (10 sampai dengan 16 Juli 1945) dan selanjutnya
5

disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Adapun tujuan NKRI seperti
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yakni:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.

Empat tujuan di atas tentu bukan catatan di atas kertas belaka. Harus ada
usaha yang dilakukan, tidak hanya oleh pemerintah, tetapi juga warga Indonesia
agar tujuan itu tercapati.

C. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan


1. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih.

2. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika.

4. Lagu Kebangsaan
Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah
Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.

D. Nilai-nilai Bela Negara


1. Umum
Agresi Militer II Belanda yang berhasil meguasai Ibukota Yogyakarta dan
menwawan Soekarno Hatta tidak meluruhkan semangat perjuangan Bangsa
Indonesia. Yang menjadi sejarah Bela Negara, Semua Negara dan bangsa
6

memiliki ancamannya masing-masing, termasuk Indonesia sehingga dibtuhkan


kewaspadaan dini untuk mencegah potensi ancaman menjadi ancaman. Dengan
sikap dan perilaku yang didasarkan pada kesadaran bela Negara dan
diaktualisasikan oleh ASN tujuan nasional dapat tercapai.

2. Sejarah Bela Negara


Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio antara dari Jakarta
menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel,
akan mengucapkan pidato yang penting. Sementara itu Jenderal Spoor yang telah

berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan


instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai
penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi
Kraai".

3. Ancaman
Ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi, tindakan,
potensi, baik alamiah atau hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik,
berasal dari dalam atau luar negeri, secara langsung atau tidak langsung
diperkirakan atau diduga atau yang sudah nyata dapat membahayakan tatanan
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam rangka pencapaian tujuan
nasionalnya. Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam
atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa.

4. Kewaspadaan Dini
Kewaspadaan dini sesungguhnya adalah kewaspadaan setiap warga negara
terhadap setiap potensi ancaman. Kewaspadaan dini memberikan daya tangkal
dari segala potensi ancaman, termasuk penyakit menular dan konflik sosial.
Peserta Orientasi PPPK diharapkan mampu mewujudkan kepekaan, kesiagaan,
dan antisipasi dalam menghadapi berbagai potensi ancaman.

5. Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
7

keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.

6. Nilai Dasar Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela
Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal bela negara.
7. Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan,
dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan
perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela
Negara diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.

8. Indikator nilai dasar Bela Negara


a. Indikator cinta tanah air ditunjukkan dengan adanya sikap seperti:
1) Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.
2) Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
3) Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
4) Menjaga nama baik bangsa dan negara.
5) Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
6) Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
b. Indikator sadar berbangsa dan bernegara ditunjukkan dengan adanya sikap
seperti:
1) Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun
politik.
8

2) Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan


3) peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Ikut serta dalam pemilihan umum.
5) Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya.
6) Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
c. Indikator setia pada Pancasila sebagai ideologi bangsa, ditunjukkan dengan
adanya sikap seperti:
1) Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
2) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3) Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
4) Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
5) Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
d. Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara, ditunjukkan dengan adanya
sikap seperti:
1) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan negara.
2) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
3) Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.
4) Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
5) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya
tidak sia-sia.
e. Indikator kemampuan awal bela negara, ditunjukkan dengan adanya sikap
seperti:
1) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia.
2) Senantiasa memelihara jiwa dan raga
3) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
4) Gemar berolahraga.
5) Senantiasa menjaga kesehatannya.

E. Aktualisasi Kesadaran Bela Negada bagi ASN


Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea
ke-4 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih
9

dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan


publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, antara
lain:
1. Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku seperti:
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia sesuai peran dan tugas masing-
masing.
c. ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah
Masyarakat.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku, antara lain dengan menjalankan tugas secara profesional dan tidak
berpihak serta membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain:
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain:
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain:
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
10

F. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


1. Umum

Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan
kemudian ditetapkan berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
juga memiliki makna pentingnya kesatuan dalam sistem penyelenggaraan Negara.

2. Perspektif Sejarah Negara Indonesia

Perubahan penting dalam perkembangan tata pemerintahan selama jaman


pendudukan Jepang, ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang No.27 yang
berlaku secara efektif mulai tanggal 8 Agustus 1942.

3. Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara

Indonesia adalah melting pot atau tempat meleburnya berbagai keragaman


yang kemudian bertransformasi menjadi identitas baru yang lebih besar bernama
Indonesia. Indonesia adalah konstruksi masyarakat modern yang tersusun dari
kekayaan sejarah, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan ideologi yang tersebar di
bumi nusantara.

4. Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk
Republik”. Ini berarti bahwa Organisasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia
bersifat unitaris, walaupun dalam penyelenggaraan pemerintahan kemudian
terdesentralisasikan.

5. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling


menonjol ialah sebagai berikut:
a. Perasaan senasib.
b. Kebangkitan Nasional
c. Sumpah Pemuda
d. Proklamasi Kemerdekaan
11

6. Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa.


a. Prinsip Bhineka Tunggal Ika
b. Prinsip Nasionalisme Indonesia
c. Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
d. Prinsip Wawasan Nusantara
e. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.

7. Nasionalisme

Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri.


Nasionalisme terbagi atas masionalisme dalam arti sempit dan nasionalisme dalam
arti luas.
a. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara
berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya,
nasionalisme ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman
pada masa Hitler.
b. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri
dan menggap semua bangsa sama derajatnya.

8. Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi


Pemerintahan

Kebijakan publik dalam format keputusan dan/atau tindakan administrasi


pemerintahan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (“UUAP”) yang diberlakukan sejak tanggal 17
Oktober 2014.

9. Landasan Idiil : Pancasila

Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang


ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik
Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa.

10. UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI

Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-
norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan
12

UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi,
kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.

11. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan Penjelasan Umum UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana
tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan
dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
13

MODUL 2. Analisis Isu Kontemporer


Deskripsi: Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan memahami konsepsi
perubahan dan perubahan lingkungan strategis melalui isu-isu strategis kontemporer
sebagai wawasan strategis ASN dengan menyadari pentingnya modal insani, dengan
menunjukan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis.

Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas
dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai
Negeri Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi
Indonesia dalam percaturan global belum memuaskan.

Terdapat empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan ASN
dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu,
keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture),
Nasional (Society), dan Dunia (Global).

A. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis


1. Modal Intelektual
Pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar curiosity, proaktif dan inovatif
yang dapat dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan strategis
yang cepat berubah.

2. Modal Emosional
Goleman, et. al. (2013) menggunakan istilah emotional intelligence untuk
menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri
sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang
sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain.

3. Modal Sosial
Jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi
pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. (rasa percaya, saling
pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah
jaringan kerja dan komunitas). Modal sosial ditujukan untuk menumbuhkan
kembali jejaringan kerjasama dan hubungan interpersonal yang mendukung
kesuksesan.
14

4. Modal Ketabahan
Konsep modal ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997). Ketabahan
adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan perumpamaan pada
para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia: quitter, camper dan
climber.

5. Modal Etika/Moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-
prinsip universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan
tindakan kita atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan benar dan
salah. Empat komponen modal moral/etika yakni: Integritas (integrity),
Bertanggung-jawab (responsibility), Penyayang (compassionate), dan Pemaaf
(forgiveness).

6. Modal Kesehatan
Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan
fisik adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength),
kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), dan keseimbangan (balance).

B. Isu Strategis Kontemporer


1. Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi beserta revisinya melalui Undang – undang Nomor 20 tahun 2001.
Secara substansi Undang – undang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai
modus operandi tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas
pengertian pegawai negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan
kepada orang perorang tetapi juga pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana
yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah
Pidana Mati, Pidana Penjara, dan Pidana Tambahan.

2. Narkoba
Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan
oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat
15

Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan


kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya dengan istilah
narkotika yang mengandung arti obat – obatan jenis narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah
meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.

3. Terorisme dan Radikalisme


Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan
kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup,
fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun


2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar
strategi global pemberantasan terorisme, yaitu:
a. pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
b. langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
c. peningkatan kapasitas negara-negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
d. penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law
sebagai dasar pemberantasan terorisme. Selain itu, PBB juga telah menyusun
High-Level Panel on Threats, Challenges, and Change yang menempatkan
terorisme sebagai salah satu dari enam kejahatan yang penanggulangannya
memerlukan paradigma baru.

Hubungan Radikalisme dan Terorisme. Terorisme sebagai kejahatan luar


biasa jika dilihat dari akar perkembangannya sangat terhubung dengan
radikalisme. Untuk memahami Hubungan konseptual antara radikalisme dan
terorisme dengan menyusun kembali definsi istilah-istilah yang terkait.
Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total
dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara
drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri sikap dan
paham radikal adalah: tidak toleran (tidak mau menghargai pendapat dan
16

keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang
lain salah); eksklusif (membedakan diri dari umat umumnya); dan revolusioner
(cenderung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan). Radikal
Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran
agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan
senjata politik untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.

4. Money Laundring
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti
perkata) karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang
populer, bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana
layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu
sejarah munculnya money laundering dalam perspektif sebagai salah satu tindak
kejahatan.

5. Proxy War
Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini yang
dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara maupun aktor non
negara. Kepentingan nasional negara negara besar dalam rangka struggle for
power dan power of influence mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war
memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam
mencapai tujuannya.

Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo


menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua
negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam
peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi merupakan
bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang
konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran
kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran. Perang memanfaatkan proxy
perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau
kepemilikan teritorial lawannya.
17

Sasaran Proxy war adalah mematikan kesadaran suatu bangsa dengan cara
menghilangkan identitas atau ideologi atau keyakinan suatu bangsa yang pada
gilirannya akan menghilangkan identitas diri. Bangsa tanpa kesadaran, tanpa
identitas, tanpa ideologi sama dengan bangsa yang sudah rubuh sebelum perang
terjadi.

6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)


Dampak langsung dan tidak langsung terhadap publik terkait cyber crime,
hate speech, dan hoax. Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk
kejahatan yang terjadi dan beroperasi di dunia maya dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer dan internet. Pelakunya pada umumnya harus
menguasai teknik komputer, algoritma, pemrograman dan sebagainya, sehingga
mereka mampu menganalisa sebuah sistem dan mencari celah agar bisa masuk,
merusak atau mencuri data atau aktivitas kejahatan lainnya.

Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau
hasutan yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau
di ruang publik merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
Dengan berkembangnya teknologi informasi, serta kemampuan dan akses
pengguna media yang begitu luas, maka ujaran-ujaran kebencian yang tidak
terkontrol sangat mungkin terjadi. Apalagi dengan karakter anonimitas yang
menyebabkan para pengguna merasa bebas untuk menyampaikan ekspresi tanpa
memikirkan efek samping atau dampak langsung terhadap objek atau sasaran
ujaran kebencian.

Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung
jawabkan atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih
banyak mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi
pemberitaan yang tidak benar. Pelaku hoax dapat dikategorikan dua jenis, yaitu
pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif melakukan atau menyebarkan berita palsu
secara aktif membuat berita palsu dan sengaja menyebarkan informasi yang salah
mengenai suatu hal kepada publik. Sedangkan pelaku pasif adalah individu atau
kelompok yang secara tidak sengaja menyebarkan berita palsu tanpa memahami
isi atau terlibat dalam pembuatannya.
18

C. Kelompok Isu
1. Current Issue
Isu saat ini (current issue) merupakan kelompok isu yang mendapatkan
perhatian dan sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera
mungkin dari pengambil keputusan.

2. Emerging Issue
Isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-lahan
masuk dan menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu
tersebut.

3. Isu Potensial

Kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat


terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis intelijen,
dsb) yang mengidentifikasi adanya kemungkinan merebak isu dimaksud di masa
depan.
19

MODUL 3. Kesiapsiagaan Bela Negara


Deskripsi: Mata pelatihan ini membekali peserta untuk dapat memahami kerangka bela
negara dalam Orientasi PPPL dan dasar- dasar kesiapsiagaan bela negara, menyusun
rencana aksi bela negara dan melakukan kegiatan kesiapsiagaan bela negara sebagai
kemampuan awal bela negara dengan menunjukkan sikap perilaku bela negara melalui
aktivitas di luar kelas melalui kegiatan praktik peraturan baris berbaris, tata upacara sipil,
dan keprotokolan, bermain peran sebagai badan pengumpul keterangan, kemudian diakhiri
dengan melakukan kegiatan ketangkasan fisik dan penguatan mental dengan penekanan
pada aspek kedisiplinan, kepemimpinan, kerjasama, dan prakarsa menggunakan metode-
metode pembelajaran di alam terbuka dalam rangka membangun komitmen dan loyalitas
terhadap negara dalam menjalankan tugas sebagai ASN profesional pelayan masyarakat.

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai- nilai bela negara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character
building.

Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik
memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi
psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara
jiwa dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan uji, merupakan
sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara.

Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi, dan


budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia, merupakan
kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman
sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga
mempengaruhi kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi,
social budaya, pertahanan dan keamanan. Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa dan
bernegara, misalnya yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban
untuk bangsa dan negara, ini adalah contoh awal kesediaan bela negara. Banyak contoh lain
misalnya melestarikan budaya, mentaati aturan. Beberapa contoh lain diantaranya adalah
20

kesadaran untuk melestarikan khasanah budaya bangsa yang adi luhung, terutama
kebudayaan daerah dari Sabang sampai Merauke yang beraneka ragam.

A. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara


Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan
yang berasal dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah
siap siaga dalam segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan
bahwa makna kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan. Aplikasi
kesiapsiagaan Bela Negara dalam Orientasi PPPL selanjutnya juga termasuk
pembinaan pola hidup sehat disertai pelaksanaan kegiatan pembinaan dan latihan
ketangkasan fisik dan pembinaan mental lainnya yang disesuaikan dan berhubungan
dengan kebutuhan serta ruang lingkup pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab, serta
hak dan kewajiban ASN di berbagai lini dan sektor pekerjaan.

Adapun ruang lingkup nilai-nilai dasar bela negara mencakup cinta tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan pancasila sebagai ideologi negara,
rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan memiliki kemampuan awal bela negara,
serta semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil, dan makmur.

Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang
di berbagai lingkungan wilayah Indonesia dan dunia.
1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan
keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran
untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

B. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara


Manfaat kesiapsiagaan bela negara adalah:
1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesame rekan seperjuangan.
21

3. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.


4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotism sesuai dengan
kemampuan diri.
5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam
materi Team Building.
6. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.
7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.
8. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.
9. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
10. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

C. Kemampuan Awal Bela Negara


1. Kesehatan Jasmani

Kesiapsiagaan jasmani merupakan serangkaia kemampuan jasmani atau fisik


yang dimiliki oleh seorang ASN atau CASN yang akan menjadi calon pegawai.

2. Kesehatan Mental

Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami


kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik
tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri
dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.

3. Kesehatan Berpikir

Berpikir sebelum bertindak Untuk melatih kecerdasan emosional Anda jangan


terburu-buru dalam mengambil keputusan atau melakukan sesuatu. Anda perlu waktu
untuk mempertimbangkan segala kemungkinan.

D. Rencana Aksi Bela Negara


Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga
negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang
berdaulat, adil, dan makmur.
22

Sebagai bentuk yuridis dalam modul pembelajaran Agenda Bela Negara ini
yang tertuang dalam Inpres No. 7 Tahun 2018 mengamanatkan setiap K/L dan Pemda
untuk melaksanakan program-program Aksi Nasional Bela Negara yang aplikatif
sesuai dengan spesifikasi, tugas dan fungsinya masing-masing dan melibatkan
seluruh komponen bangsa dan mencakup seluruh segmentasi masyarakat.

E. Kegiatan Kesiapsiagaan Bela Negara


1. Peraturan Baris Berbaris

Manfaat Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan


sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan
demikian peserta Latsar CASN senantiasa dapat mengutamakan kepentingan
tugas diatas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga menanamkan
rasa tanggung jawab.

2. Keprotokolan

Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-


aturan atau kebiasaan-kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah
disepakati dapat dicapai. Dengan kata lain protokol dapat diartikan sebagai tata
cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar berjalan tertib, hikmat, rapi, lancar
dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan yang berlaku, baik
secara nasional maupun internasional.

3. Pelaksanaan Kegiatan Apel

Apel adalah suatu kegiatan berkumpul untuk mengetahui kehadiran dan


kondisi personil dari suatu instansi perkantoran atau lembaga pendidikan yang
dilaksanakan secara terus menerus (rutin). Apel yang biasa dilakukan adalah apel
pagi (masuk kerja/belajar) dan apel siang (selesai kerja/belajar), apel pada
umumnya dilaksanakan di lapangan dengan tertib dan khidmat serta sunguh-
sungguh.

4. Kewaspadaan Dini

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, telah


mengamantkan tujuan Negara adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
23

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang


berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, oleh sebab itu
maka semua warga bangsa mempunyai kewajiban yang sama untuk mewujudkan
tujuan Negara bangsa dimaksud, tidak terkecuali bagi para Calon Aparatur Sipil
Negara (CASN).

F. Implementasi dan Aplikasi Kewaspadaan Dini Bagi CASN


Sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat, CASN memiliki kewajiban untuk
ikut mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dimplementasikan dengan
“kesadaran lapor cepat” terhadap setiap potensi ancaman, baik di lingkungan
pekerjaan maupun lingkungan pemukiman, menorong terbentuknya FKDM di
lingkungan masing-masing atau berkontribusi pada Kominda Namun, sebagai warga
Negara kesadaran lapor cepat adalah perwujudan kewaspadaan dini adalah
perwujudan dari kesadaran bela Negara.
AGENDA 2
NILAI-NILAI DASAR PNS
MODUL 1. Berorientasi Pelayanan
Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan customer
sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu
layanan yang diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing
something better and better). Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang
terdapat dalam Core Values ASN Ber-AKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku Berorientasi
Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
2. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan
3. melakukan perbaikan tiada henti.

Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi


tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat.

Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat
dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih
layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad
memberikan pelayanan yang prima.

Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah
dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something
better and better).

24
25

MODUL 2. Akuntabel
A. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
Konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan
lebih luasnya kepada publik.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi


untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah
seorang ASN menurut Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku
yang sesuai dengan Core Values ASN Ber-AKHLAK.

Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah sebagai berikut:


1. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,
disiplin dan berintegritas tinggi .
2. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien.
3. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.

B. Aspek Akuntabilitas
Aspek akuntabilitas seorang ASN adalah:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja

C. Fungsi Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap
level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
26

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:


1. untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi)
2. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional)
3. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

D. Panduan Perilaku Akuntabel


1. Akuntabilitas dan Integritas

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak
pihak menjadi landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara.

2. Integritas dan Anti Korupsi

Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Hal-
hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel
adalah: kepemimpinan, transparansi, integritas, tanggung jawab (responsibilitas),
keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.

Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and


Official Information Access). ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau
dokumen yang diperoleh selain seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas
yang diberikan oleh institusi. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk
keuntungan pribadi atau komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
Penyalahgunaan informasi resmi termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi
rahasia dan mengungkapkan isi dari surat-surat resmi untuk orang yang tidak
berwenang. ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan
semua arahan yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri,
anggota media dan masyarakat pada umumnya.
27

MODUL 3. Kompeten
A. Tantangan Lingkungan Strategis
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru, perlunya
pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan
aparatur. Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian ASN yang lebih
dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif dan mudah diakses
secara lebih luas oleh seluruh elemen ASN.

B. Distrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan
kinerja organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu
sendiri. Perubahan teknologi informasi bergerak 3 lebih cepat dibandingkan dengan
kemampuan banyak pihak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi untuk
meningkatkan produktivitas organisasi.

C. Nilai-nilai Dasar Operasional Ber-Akhlak


Adapun nilai-nilai dasar operasional ber-Akhlak yang harus dimiliki oleh
seorang ASN adalah:
1. Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelayanan prima demi
kepuasaan masyarakat;
2. Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
3. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
4. Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan;
5. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;
6. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta
menghadapi perubahan; dan
7. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.
28

MODUL 4. Harmonis
Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga, lingkungan bekerja
dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta dalam lingkup masyarakat yang lebih luas.
Semoga kita semua dapat menerapkan dan meciptakan keharmonisan tersebut bersama
kolega rekan sejawat, saat memberikan pelayanan public, dan kehidupan bermasyarakat.

Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga menjadi


sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan tersebut mudah
menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah
yang amat sempit yang sewaktu bias menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.

Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di nusantara disadari


pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan bangsa yang dicantumkan
dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal Ika merupakan perwujudan kesadaran
persatuan berbangsa tersebut. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan
bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu. Oleh karena itu, dengan
diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah:
1. berubah dari penguasa menjadi pelayan;
2. berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’
3. menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah

Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam
suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi
berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam
mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di
lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
29

MODUL 5. Loyal
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan
sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi ASN sebagaimana ketentuan
perundang undangangan yang berlaku. Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk
menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundangundangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.

Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara.

Materi modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan


perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan


perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi,
nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”. Oleh
karena itu peserta Pelatihan Dasar diharapkan dapat mempelajari setiap materi pokok dalam
modul ini dengan seksama dan mengerjakan setiap latihan dan evaluasi yang diberikan.
Jika terdapat hal-hal yang belum dipahami dapat ditanyakan dan didiskusikan dengan
Pengampu Mata Pelatihan ini pada saat fase pembelajaran jarak jauh maupun klasikal.
30

MODUL 6. Adaptif
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan
individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan
adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun
organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat
berpikir kritis versus berpikir kreatif.

Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan


keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya
adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,
masa depan.

Modul Adaptif tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan


dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk
membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan
organisasi untuk mencapai tujuannya.

A. Dimensi Kreativitas
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak
ide atau gagasan baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak
kombinasi dari ide-ide yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan
kedalaman dan komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide
atau gagasan yang dimunculkan.
B. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap
(landscape), pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership).
1. Unsur lanskap terkait dengan bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi
untuk beradaptasi dengan lingkungan.Modul Adaptif strategis yang berubah
secara konstan. Dinamika dalam perubahan lingkungan strategis ini meliputi
31

bagaimana memahami dunia yang kompleks, memahami prinsip ketidakpastian,


dan memahami lanskap bisnis.
2. Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri atas elemenelemen adaptive
organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya adaptif, dan
struktur adaptasi.
3. Yang terakhir adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan peran penting dalam
membentuk adaptive organization.
Organisasi adaptif esensinya adalah organisasi yang terus melakukan perubahan,
mengikuti perubahan lingkungan strategisnya.
32

MODUL 7. Kolaboratif
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat
ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut. Prasojo (2020)
mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua
kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta
mobilitas dan fleksibilitas.

Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-upaya


kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG juga
dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.
Pengertian dari USIP ini menunjukkan bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekatan
yang mencoba mengurangi sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna
mencapai tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip kolaborasi,
kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup keseluruhan aktor dari seluruh
sektor dalam pemerintahan.

Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga seringdisamakan atau minimal


disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting policy-
making, joined-up government, concerned decision making, policy coordination atau cross
government. WoG memiliki kemiripan karakteristik dengan konsep-konsep tersebut,
terutama karakteristik integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal
maupun informal dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor
dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula perbedaannya, dan yang
paling nampak adalah bahwa WoG menekankan adanya penyatuan keseluruhan (whole)
elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada
pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga
penyatuan yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang
relevan.

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan


diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Admin
AGENDA 3
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
MODUL 1. Smart ASN
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan
solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat
Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini
melampaui waktu rata- rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit
setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia
mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja
dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi
kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital
setiap warga negara. Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang
harus dijalankan, yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan
transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya.

Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana


menggunakan komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi
digital juga mengacu pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu,
kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakilidunia; dan memahami
bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi
yang lebih luas.

Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,


memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang

33
34

layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai
literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata- rata
skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga
literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus diperkuat. Penguatan
literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. Roadmap Literasi Digital
2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada tahun 2020 menjadi
panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi digital,
dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang
terbagi atas empat area kompetensi yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital,
dan keamanan digital.

Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah
bagaimana setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis
dirinya telah menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga
Negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk
melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan,
yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika merupakan panduan kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia.
Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang multicultural dan plural dalam banyak
aspek. Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan
sejak dini. Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital native
(warga digital) yang lebih banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan kemampuan
membangun mindfulness communication tanpa stereotip dan pandangan negatif adalah juga
persoalan meningkatkan kemampuan literasi media dalam konteks budaya digital.

Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk
mengakses, menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital
meliputi hak untuk mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman. Hak
harus diiringi dengan tanggung jawab. Tanggung jawab digital, meliputi menjaga hak-hak
atau reputasi orang lain, menjaga keamanan nasional atau atau ketertiban masyarakat atau
kesehatan atau moral publik.

Hak dan kewajiban digital dapat memengaruhi kesejahteraan digital setiap pengguna.
Kesejahteraan digital merupakan istilah yang merujuk pada dampak dari layanan teknologi
35

dan digital terhadap kesehatan mental, fisik, dan emosi seseorang. Siapa yang bertanggung
jawab untuk menciptakan kesejahteraan digital? Jawabannya adalah setiap individu.
Terdapat empat aspek kesejahteraan individu yang digambarkan dalam piramida dan
delapan prinsip praktik digital yang baik yang digambarkan pada lingkaran (Jisc, n.d).
36

MODUL 2. Managemen ASN


Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen
PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan,pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan.

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;


penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin;
pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi
utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan
PNS dengan Manajemen ASN 68 memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan
lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama


2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan
Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi
memenuhi syarat jabatan yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan
madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.

Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Dalam
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara
dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode
etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai
pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan
keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi
ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah Sengketa
37

Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari
keberatan dan banding administratif.

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a)Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).Pegawai ASN berkedudukan
sebagai aparatur Negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan
partai politik Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c) Perekat dan
pemersatu bangsa Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik
dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka
setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN juga berkewajiban
sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.

ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan
kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan
kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam
penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan
juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik
dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian
kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga
instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai
visi dan misinya.

Manajemen ASN Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai system pengelolaan


pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit
38

pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya
yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan
bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
1. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
2. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun
dan hari tua, dan perlindungan
3. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
4. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta
persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
5. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuanperaturan perundang-undangan dan
tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
6. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya
dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun
7. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri
8. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat
menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.
39

9. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa.
10. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah. Sengketa
Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri
dari keberatan dan banding administratif

Anda mungkin juga menyukai