Anda di halaman 1dari 25

MOOC PPPK

(Massive Open Online Course


Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)
Tahun 2023

J U R N A L/TUGAS RESUME

NAMA : ERTIN, S.Pd., Gr


NIPPPK : 19911125 202221 2 014
GOLONGAN : IX
UNIT KERJA : SMA NEGERI 1 LAMBUYA
GELOMBANG/ANGKATAN : I (SATU) / V (LIMA)
NDH : 16

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis menyampaikan salam dan salam sejahtera bagi kita semua.

Kami ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas kesempatan dan dukungan
yang diberikan kepada kami untuk menyusun jurnal MOOC PPPK ini. Jurnal MOOC PPPK
ini disusun sebagai langkah awal untuk mewujudkan ide dan konsep yang kami yakini memiliki
potensi besar dalam memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.

Semua usaha ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung proses penyusunan jurnal MOOC PPPK ini. Semoga ide dan upaya yang kami
perjuangkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perkembangan yang
berkelanjutan.

Kami menyadari bahwa jurnal MOOC PPPK ini masih memerlukan masukan dan saran yang
membangun. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak agar jurnal MOOC PPPK ini dapat terus ditingkatkan dan menjadi landasan
yang kuat untuk pelaksanaan rencana di masa depan.

Akhir kata, semoga jurnal MOOC PPPK ini dapat menjadi langkah awal yang positif dan
bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Terima kasih

Sulawesi Tenggara, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
RESUME AGENDA I ............................................................................................... 1
A. Materi Wawasan Kebangsaan ...................................................... 1
B. Analisis Isu Kontemporer ............................................................. 2
C. Kesiapsiagaan Bela Negara .......................................................... 3
RESUME AGENDA II .............................................................................................. 5
A. Berorientasi Pelayanan ................................................................ 5
B. Akuntabel...................................................................................... 6
C. Kompoten ..................................................................................... 9
D. Harmonis ...................................................................................... 10
E. Loyal ............................................................................................. 12
F. Adaptif .......................................................................................... 15
G. Kolaboratif.................................................................................... 16
RESUME AGENDA III ............................................................................................ 19
A. SMART ASN ............................................................................... 19
B. Majemen ASN .............................................................................. 20
KESIMPULAN .......................................................................................................... 22

ii
RESUME AGENDA I

A. Materi Wawasan Kebangsaan

Penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional dilatarbelakangi

terbentuknya organisasi Boedi Oetomo di Jakarta tanggal 20 Mei 1908 sekira pukul 09.00.

Para mahasiswa sekolah dokter Jawa di Batavia (STOVIA) menggagas sebuah rapat kecil

yang diinisiasi oleh Soetomo. Di depan rekan-rekannya para calon dokter lainnya, Soetomo

menyampaikan gagasan Wahidin Soedirohoesodo tentang pentingnya membentuk

organisasi yang memajukan pendidikan dan kebudayaan di Hindia Belanda. Beberapa

mahasiswa yang hadir saat itu, antara lain : Goenawan Mangoenkoesoemo, Soeradji,

Soewarno, dan lain-lain. Tanpa mereka sadari, rapat kecil tersebut sesungguhnya menjadi

titik awal dimulainya pergerakan nasional menuju Indonesia Merdeka. Juni 1908, koran

Bataviasch Niewsblad mengumumkan untuk pertamakalinya berdirinya Boedi Oetomo.

Dalam maklumat yang ditandatangani oleh Soewarno selaku Sekretaris diumumkan bahwa

: “Boedi Oetomo berdiri untuk memperbaiki keadaan rakyat kita, terutama rakyat kecil”.

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka

mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation

character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari

Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan

berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang

aman, adil, makmur, dan sejahtera.

4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara:


1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia

1
B. Analisis Isu Kontemporer

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi bagian yang

selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita menyikapi terhadap perubahan

adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan

perubahan tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga (family),

Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan

Dunia (Global).

Menurut DePorter (2009:172), selain dapat meningkatkan daya ingat terhadap suatu

informasi, mind mapping juga mempunyai manfaat lain, yaitu sebagai berikut.

1. Fleksibel Anda dapat dengan mudah menambahkan catatan-catatan baru di tempat


yang sesuai dalam peta pikiran tanpa harus kebingungan dan takut akan merusak
catatan yang sudah rapi.
2. Dapat Memusatkan Perhatian Dengan peta pikiran, Anda tidak perlu berpikir
untuk menangkap setiap kata atau hubungan, sehingga Anda dapat berkonsentrasi
pada gagasan-gagasan intinya.
3. Meningkatkan Pemahaman Dengan peta pikiran, Anda dapat lebih mudah mengingat
materi pelajaran sekaligus dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi
pelajaran tersebut. Karena melalui peta pikiran, Anda dapat melihat kaitan- kaitan
antar setiap gagasan.
4. Menyenangkan Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas sehingga menjadikan
pembuatan dan pembacaan ulang catatan menjadi lebih menyenangkan. di
gunakan untuk belajar.

2
C. Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga

negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap

bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and

character building.Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah

perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki

semangat cinta tanah air,kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai

idiologi negara, kerelaan berkorban demi bangsa dan Negara.

Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela

negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara

menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan

rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral

dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang

luhur dan terhormat.

Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar

bela negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun

mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal

sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu dalam Bab III ini sebagai

wujud bahwa kita,memiliki kemampuan awal bela negara, maka kita akan membahas

tentang Kesehatan Jasmani dan Mental; Kesiapsiagaan Jasmani danMental; Etika, Etiket

dan Moral; serta Kearifan Lokal.

3
Untuk melakukan bela negara, diperlukan suatukesadaran bela negara. Dikatakan bahwa

kesadaran bela negaraitu pada hakikatnya adalah kesediaan berbakti pada negara dankesediaan

berkorban membela negara. Cakupan bela negara itusangat luas, dari yang paling halus, hingga

yang paling keras.Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampaibersama-sama

menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.Tercakup didalamnya adalah bersikap dan

berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sebagaimana tercantum dalam Modul IPelatihan

Dasar CPNS tentang Wawasan Kebangsaan dan NilaiNilai

Bela Negara, bahwa ruang lingkup Nilai-Nilai Dasar BelaNegara mencakup:

1. Cinta Tanah Air;

2. Kesadaran Berbangsa dan bernegara;

3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara;

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan

5. Memiliki kemampuan awal bela negara.

6. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat, adil dan makmur.

Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari- hari di zaman sekarang di berbagai

lingkungan:

1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan


keluarga).
2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk
menaati tata tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
4. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan
masyarakat).
5. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat).
6. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
7. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

4
RESUME AGENDA II

A. Berorientasi Pelayanan

Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan

customer sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki

agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan customer. Layanan hari ini

harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari

ini( doing something better and better).” Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai

yang terdapat dalam Core Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN

harus berkomitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi

modul ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan perilaku

Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN

di instansi tempatnya bertugas, yang terdiri dari:

a. memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;

b. ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan

c. melakukan perbaikan tiada henti.

Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi

tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis

pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme

penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan

pelayanan. Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan

masyarakat.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD 1945) mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia,

antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban

5
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang

mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam

rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang

publik, jasa publik, dan pelayanan administrative, sebagaimana tercantum dalam

Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(UU Pelayanan Publik). Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan

masyarakat merupakan muara dari Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi

2010-2025, yang menyatakan bahwa visi Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan

berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan publik yang berkualitas.

frasa pelayanan publik (public service) dalam kamus tersebut memiliki arti “a

service such as education or transport that a government or an official organization

provides for people in general in a particular society (layanan seperti pendidikan atau

transportasi yang disediakan oleh pemerintah atau organisasi resmi untuk orang-orang

pada umumnya dalam masyarakat tertentu)”. Davit McKevitt dalam Modul Pelatihan

Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil “Pelayanan Publik” (2017), menyatakan bahwa “Core

Public Services maybe defined as those sevices which are important for the protection and

promotion of citizen well-being, but are in are as where the market is in capable of

reaching or even approaching a socially optimal state; heatlh, education, welfare and

security provide the most obvious best know example”.

B. Akuntabel

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi

landasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).

Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam

memberikan layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa

6
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya

Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi. Integritas adalah konsepnya telah

disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republic sekitar 25 abad silam, adalah tiang

utama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas

tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada

umumnya. Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak

sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan,

Transparansi, Integritas, Tanggung Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan,

Kejelasan, dan Konsistensi, dapat membangun lingkungan kerja ASN yang akuntabel

➢ Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab,

cermat, disiplin dan berintegritas tinggi;

➢ Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara

bertanggung jawab, efektif, dan efesien.

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah

untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas

adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara

mencapainya. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan

responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut

memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung

jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban

untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.

Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk empertanggungjawabkan

segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina,

dan lebih luasnya kepada public (Matsiliza dan Zonke, 2017).

7
Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap

level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan

pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Dalam beberapa hal, akuntabilitas

sering diartikan berbeda-beda. Adanya norma yang bersifat informal tentang perilaku PNS

yang menjadi kebiasaan (“how things are done around here”) dapat mempengaruhi perilaku

anggota organisasi atau bahkan mempengaruhi aturan formal yang berlaku. Seperti

misalnya keberadaan PP No. 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum

sepenuhnya dipahami atau bahkan dibaca oleh setiap CPNS atau pun PNS. Oleh sebab itu,

pola pikir PNS yang bekerja lambat, berdampak pada pemborosan sumber daya dan

memberikan citra PNS berkinerja buruk. Dalam kondisi tersebut, PNS perlu merubah

citranya menjadi pelayan masyarakat dengan mengenalkan nilai-nilai akuntabilitas untuk

membentuk sikap, dan prilaku bertanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:

• Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);

• untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran

konstitusional);

• untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

Akuntabilitas merupakan kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta

antara pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat. Kontrak antara kedua

belah pihak tersebut memiliki ciri antara lain: Pertama, akuntabilitas eksternal yaitu

tindakan pengendalian yang bukan bagian dari tanggung jawabnya. Kedua,

akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang menuntut

dan yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban, respon,

rectification, dan sebagainya). Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan

8
kekuasaan struktural (pemerintah dan publik) yang dapat dilakukan secara asimetri

sebagai haknya untuk menuntut jawaban (Mulgan 2003).

C. Kompoten

Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini, diharapkan menjadi bagian

ecosystem pembangunan budaya instansi pemerintah sebagai instansi pembelajar

(organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dan

kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan

perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.

1. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.

Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.

Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.

2. Meningkatkan kompetensi diri:

Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah

adalah keniscayaan.

Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga

sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber

pembelajaran utama dari Internet.

Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online

network.

Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para

pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja

atau tempat lain.

Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur

diri sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar

organisasi.

9
3. Membantu Orang Lain Belajar:

Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk

morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.

Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar

pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).

Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam dokumen

kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan memasukkannya ke

dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah, disimpan dan diambil (Knowledge

Repositories).

Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),

dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian

pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi

pengalaman (lessons learned).

4. Melakukan kerja terbaik:

Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap organisasi, baik

instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan berkembang

melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.

Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan

dengan apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.

D. Harmonis

Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam

suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi

berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam

mewujudkan susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di

lingkungan bekerja dan bermasyarakat.

10
1. Peran ASN

Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki

pengetahuan tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri,

sejarah proses perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula

berbagai macam gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang

menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa. Secara

umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas

pegawai ASN adalah sebagai berikut.

a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat

b. Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

c. Memberikan pelayanan publik yang profesional danberkualitas

d. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Budaya Harmonis

Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah.

Realita lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga

mengikutinya. Ibarat baterai yang digunakan untuk menggerakkan motor atau

mesin suatu masa akan kehabisan energi dan perlu di ‘charge’ ulang. Oleh karena

itu upaya menciptakan suasana kondusif yang harmonis bukan usaha yang

dilakukan sekali dan jadi untuk selamanya. Upaya menciptalkan dan menjaga

suasana harmonis dilakukan secara terus menerus. Mulai dari mengenalkan kepada

seluruh personil ASN dari jenjang terbawah sampai yang paling tinggi, memelihara

suasana harmonis, menjaga diantara personil dan stake holder. Kemudian yang

tidak boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut,

sehingga menjadi habit/kebiasaan dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan

11
ASN dan seluruh pemangku kepentingannya. Upaya menciptakan budaya harmonis

di lingkungan bekerja tersebut dapat menjadi salah satu kegiatan dalam rangka

aktualisasi penerapannya.

E. Loyal

Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,

paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa

mendapatkan sikap loyal seseorang, terdapat banyak faktor yang akan

memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh

organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:

a. Taat pada Peraturan

Seorang pegawai yang loyal akan selalu taat pada peraturan. Sesuai dengan

pengertian loyalitas, ketaatan ini timbul dari kesadaran amggota jika peraturan

yang dibuat oleh organisasi semata-mata disusun untuk memperlancar jalannya

pelaksanaan kerja organisasi. Kesadaran ini membuat pegawai akan bersikap

taat tanpa merasa terpaksa atau takut terhadap sanksi yang akan diterimanya

apabila melanggar peraturan tersebut.

b. Bekerja dengan Integritas

Banyak asumsi menyebutkan bahwa kesetiaan seorang pegawai dilihat dari

seberapa besar ketaatan mereka di organisasi. Pegawai yang taat dengan

peraturan dan gaya kerja organisasi, punya rasa loyalitas yang besar pula.

Sesungguhnya seorang pegawai yang loyal dapat dilihat dari seberapa besar dia

menunjukkan integritas mereka saat bekerja. Integritas yang sesungguhnya

adalah “melakukan hal yang benar, dengan mengetahui bahwa orang lain tidak

12
mengetahuinya apakah Anda melakukannya atau tidak”. Secara konsisten

mereka bekerja dengan melakukan hal yang benar, tidak hanya sekedar

mengikuti paham/kepercayaan pribadi dan tanpa peduli orang lain tahu atau

tidak.

c. Tanggung Jawab pada Organisasi

Ketika seorang pegawai memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, maka

secara otomatis ia akan merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap

organisasinya. Pegawai akan berhati-hati dalam mengerjakan tugas-tugasnya,

namun sekaligus berani untuk mengembangkan berbagai inovasi demi

kepentingan organisasi.

d. Kemauan untuk Bekerja Sama

Pegawai yang memiliki sikap sesuai dengan pengertian loyalitas, tidak segan

untuk bekerja sama dengan anggota lain. Bekerja sama dengan orang lain dalam

suatu kelompok memungkinkan seorang anggota mampu mewujudkan Impian

perusahaan untuk dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh

seorang anggota secara invidual.

e. Rasa Memiliki yang Tinggi

Adanya rasa ikut memiliki pegawai terhadap organisasi akan membuat pegawai

memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap organisasi

sehingga pada akhirnya akan menimbulkan sikap sesuai dengan pengertian

loyalitas demi tercapainya tujuan organisasi.

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang

dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan

bangsa dan negara,dengan panduan perilaku:

13
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;

b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta

c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan

panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu

atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.

b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi

keberhasilan suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa

juga berarti pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan

adanya sebuah keyakinan yang teguh.

c) Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang

diberikan dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja,

profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk

mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.

d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan

keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu

sikap cinta tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan

tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud

persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan

kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

a) Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat,

ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau

satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.

14
F. Adaptif

Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh

individu maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam

pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan

lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan

iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui kerja ASN di

sektornya masing-masing memerlukan banyak perbaikan dan penyesuaian dengan

berbagai tuntutan pelayanan terbaik yang diinginkan oleh masyarakat. Kurang

berkualitasnya layanan selalu muncul dalam berbagai bentuk narasi, seperti

misalnya (1) terkait dengan maraknya kasus korupsi, sebagai cerminan

penyelenggaraan pemerintahan yang tidak efisien; (2) banyaknya program

pembangunan sarana fisik yang terbengkalai, sebagai cerminan ketidak-efektifan

roda pemerintahan; (3) kecenderungan pelaksanaan tugas yang lebih bersifat rule

driven dan sebatas menjalankan rutinitas kewajiban, sebagai cerminan tidak adanya

kreativitas untuk melahirkan inovasi; serta terutama (4) masih adanya keluhan

masyarakat karena merasa tidak puas atas mutu layanan aparatur, sebagai cerminan

penyelenggaraan layanan yang kurang bermutu. Standar mutu pelayanan, ASN yang

responsif dan cerdas dalam menyelenggarakan pelayanan, serta literasi publik atas

kualitas layanan yang terus meningkat menjadi faktor-faktor yang mendorong

komitmen mutu yang lebih baik. Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga

tertuang dalam peran Pegawai ASN sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5

Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas

penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui

15
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi

politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.”

Dengan semakin intensnya penggunaan internet dalam hamper semua business

process pelayanan publik, isu keamanan atau cybersecurity menjadi perhatian serius,

karena menyangkut keselamatan dan keamanan individu maupun organisasi. Masyarakat

harus beradaptasi terhadap penggunaan internet ini, bukan hanya dalam hal

penggunaannya saja, tetapi juga harus diiringi dengan peningkatan kesadaran mengenai

pentingnya melindungi diri dan organisasi dari kejahatan saiber. Adaptasi tidak berhenti

di kemampuan menggunakan, tetapi juga antisipasi dari konsekuensi yang mungkin timbul

dari pelaksanaan cara-cara baru dalam bekerja dengan teknologi.

Demikian pula dengan perubahan perilaku komunikasi yang semakin didominasi

oleh penggunaan media sosial. Dulu bentuk komunikasi banyak dilakukan secara

konvensional, yaitu seperti tatap muka atau komunikasi langsung melalui saluran telepon.

Komunikasi masa juga dilakukan melalui media radio atau televisi dengan bentuk yang

terbatas. Bandingkan saat ini di mana komunikasi dapat dilakukan oleh siapapun melalui

media sosial. Pemilik pesan dengan mudah bisa menyebar luaskan pesannya ke publik

tanpa harus melalui media mainstream. Pemerintah seyogyanya mengadaptasi perubahan

ini dengan memastikan kompatibilitas metode komunikasi publik dengan perilaku

komunikasi via media sosial ini.

G. Kolaboratif

Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan

pemerintahan yang melibatkan Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-Badan dan/atau Pejabat

16
Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan

perundangundangan”

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan diatur juga mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan guna kelancaran pelayanan Administrasi

Pemerintahan di suatu instansi pemerintahan yang membutuhkan.

Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan

kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk

melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan tertentu Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:

i. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan

dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan

ii. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan

dan/atau Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang

dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;

iii. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau

Pejabat Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk

melaksanakannya sendiri;

iv. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan

publik, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan

dan berbagai dokumen yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat

Pemerintahan lainnya; dan/atau

17
v. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya,

peralatan, dan fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh

Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.

Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh ASN. Sekat-sekat

birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan.

Calon ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat

mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di

beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN

Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu

tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

18
RESUME AGENDA III

A. SMART ASN

Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai

fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari

informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet

harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit

(APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya

menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19

mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola

kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk

perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki

oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara. Guna

mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:

Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.

2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor- sektor strategis, baik di

pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor

kesehatan, perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.

3) Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.

4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.

5) Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan

transformasi digital dilakukan secepat-cepatnya

Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,

memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan

19
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan

yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut

sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor

indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi

digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey harus diperkuat. Penguatan

literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo.

B. Majemen ASN

Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi menjadikan aksesibilitas

semakin mudah untuk berhubungan dari suatu negara ke negara lain, globalisasi ekonomi

menjadi semakin nyata yang ditandai dengan persaingan yang tinggi di tingkat

internasional. Ketentuan-ketentuan yang berlaku secara internasional harus dapat diikuti

oleh birokrasi kita dengan baik jika kita ingin dapat memenangkan persaingan tersebut.

Selain itu Indeks Persepsi Korupsi (The Corruption Perceptions Index) Indonesia

berdasarkan data dari Transparency International juga masih rendah pada nilai indeks 34

( dari nilai indeks bersih korupsi 100 ) dan berada pada ranking 107 dari 175 negara

pada tahun 2014. Hal ini tentunya menjadi kendala karena pembangunan nasional dalam

era persaingan global menuntut adanya birokrasi yang efisien, berkualitas, transparan, dan

akuntabel, terutama terhadap prospek bidang investasi di Indonesia.

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-

tantangan tersebut, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin

professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara

yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional

20
dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu

menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.

Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap belum

sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat membangun

profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.

Berikut .Beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:

1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan

2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat

sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki

jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK

adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh Pejabat

Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan Instansi

Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.

21
KESIMPULAN

Berdasarkan Resume Agenda yang telah disusun diatas kita dapat menyimpulkan

bahwa, Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik

Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode

etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai

pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan

dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN

diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi Pemerintah Sengketa Pegawai

ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan

banding administratif.

ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan

kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan

kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam

penyelenggaraan birokrasi pemerintah.

Pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan

memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa

langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan

kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat

maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah

mendapatkan pegaway yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya

22

Anda mungkin juga menyukai