Anda di halaman 1dari 51

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN

PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA

UNTUK

KADER BELA NEGARA

JAKARTA 2016

KATA PENGANTAR
Identitas nasional Indonesia merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain di dunia ini.
Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia
tersebut meliputi : faktor objektif (geografis, ekologis dan demografis),
faktor subjektif (historis, sosial, politik dan kebudayaan) yang dimiliki
bangsa Indonesia. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia
tersebut meliputi: suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Dalam menentukan identitas nasional Indonesia, yang terpenting
adalah perilaku atau keperibadiab bangsa Indonesia yang sesuai dengan
ideologinya yaitu Pancasila. Perilaku tersebut tercermin dalam nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila yaitu berketuhanan YME,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia,
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keperibadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan ideologi
Pndonesia tersebut dalam era globalisasi ini mudah sekali terkontaminasi
oleh pengaruh kebudayaan dari negara lain. Secara umum melihat fakta-
fakta yang ada saat ini, keadaan jati diri bangsa Indonesia sedang
mengalami kerusakan/keterpurukan. Langkah-langkah paling efektif untuk
mengembalikan jati diri bangsa Indonesia tersebut yang pertama dimulai
dari diri kita sendiri, selanjutnya kita mengajarkan atau mengajak orang
lain yang berada di sekitar kita. Kemudian peran pemerintah untuk
mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dan menumbuhkan karakter
bangsa yang bagus yang sesuai dengan Pancasila yaitu dengan
menggalakkan program wajib belajar ajaran agama (untuk meningkatkan
ketakwaan) dan juga pendidikan umum (untuk meningkatkan rasa
kebangsaan).
Bagi bangsa Indonesia yang sadar akan kondisi nyata yang
dimilikinya itu, tentulah semakin meyakini dasar negara yang telah
disepakati bangsa Indonesia yakni Pancasila dan berusaha
ii

mengimplmentasikannya. Namun masalah besar yang masih harus


dihadapi ialah bagaimana menjabarkannya sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam kehidupan nyata masyarakat di segenap aspek
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut amat diperlukan pada era reformasi saat ini, yang
arahnya Pancasila Nampak telah benar-benar dilupakan oleh berbagai
kelompok dalam masyarakat, walaupun secara formal melalui ketetapan-
ketetapan MPR-RI tetap diakui sebagai dasar negara yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Jati diri bangsa dapat saja luntur oleh gururan gagasan yang datang
dari luar baik dengan sengaja atau tidak. Oleh karena itu perlu adanya
usaha terus menerus untuk memper tahankan jati diri bangsa. Tuhan
mengaruniai manusia dengan berbagai potensi untuk dapat dimanfaatkan
secara optimal sehingga selalu tercipta keseimbangan dalam menghadapi
berbagai gejolak manusia selalu menghadapi perubahan yang tidak
mungkin dihindarinya. Dengan potensi fisik dan psikisnya yang berupa
kemampuan rasional, emosional dan spiritual, manusia mampu membawa
diri sesuai dengan jati dirinya dengan mengadakan adaptasi terhadap
perubahan tersebut.
Untuk merealisasikan pikiran tersebut hanya dengan jalan
mengimplementasikan Pancasila secara nyata dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hanya dengan cara ini, maka Pancasila
sebagai jati diri bangsa akan tetap kokoh dan lestari, yang sekaligus
berarti tetap tegaknya integritas bangsa Indonesia yang sejahtera dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan mempelajari Hanjar ini diharapkan dapat membantu peserta
Pembentukan Kader Bela Negara memahami ajaran yang disampaikan
Nara Sumber sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran.
Berbekal hasil belajar, peserta Pembentukan Kader Bela Negara
diharapkan mengerti dan memahami tentang kondisi umum jati diri
bangsa dan pentingnya pembangunan karakter bangsa bagi masyarakat
Indonesia.
iii

Semoga hanjar ini bermanfaat bagi peserta Pembentukan Kader


Bela Negara selama mengikuti proses pembelajaran di lembaga ini dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan sehingga mampu
mengembangkan dan mengimplementasikan dengan baik.

Jakarta, 2016

Direktur Jenderal
Potensi Pertahanan,

Dr. Timbul Siahaan


iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang .......................................................... 1


2. Deskripsi Singkat ...................................................... 2
3. Manfaat Hanjar .......................................................... 3
4. Tujuan Pembelajaran ................................................ 3

BAB II AKTUALISASI PANCASILA UNTUK KARAKTER BANGSA

5. Umum ........................................................................ 5
6. Faktor yang Mempengaruhi Karakter Bangsa ........... 7
7. Jati Diri Bangsa ......................................................... 10
8. Bentuk-Bentuk Perwujudan Jati Diri .......................... 14
9 Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Jati Diri ...... 15
10. Kondisi Jati Diri Bangsa Indonesia Saat Ini ............... 17
11. Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia .............. 21
12. Rangkuman ............................................................... 25
13. Latihan ....................................................................... 26

BAB III MEWUJUDKAN MASYARAKAT BERKEADABAN DALAM


BERBANGSA DAN BERNEGARA

14. Umum ......................................................................... 27


15. Nilai-Nilai Karakter .................................................... 29
16. Strategi Pengembangan Karakter Bangsa ................. 32
17. Membangun Kebanggaan Sebagai Anak Bangsa .... 32
18. Rangkuman ............................................................... 34
19. Evaluasi ...................................................................... 34

BAB IV PANCASILA SEBAGAI KARAKTER DAN JATI DIRI BANGSA

20. Umum ........................................................................ 35


21. Jati Diri Manusia Pancasila sebagai Pribadi ............. 36
22. Jati Diri Manusia Pancasila sebagai Warga Negara. . . 38
23. Jati Diri Manusia Pancasila sebagai
Tenaga Pembangunan ............................................... 39
24. Revitalisasi Pembangunan Karakter Bangsa ............ 40
25. Karakter yang Diharapkan ......................................... 41
26. Rangkuman ............................................................... 42
27. Evaluasi ..................................................................... 42
v

BABV PENUTUP

28. Kesimpulan ............................................................... 43


29. Evaluasi ..................................................................... 44
30. Tindak Lanjut ............................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.
Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan
tajam masyarakat, baik itu melalui media cetak, wawancara, dialog
dan lain sebagainya. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti
korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan yang terjadi
dimana-mana, sirkulasi ekonomi yang terhambat serta dunia politik
yang menuai pro dan kontra menjadi salah satu topik yang hangat di
masyarakat. Berbagai alternatif penyelesaian masalah ini telah
dilakukan seperti peraturan, undang-undang, penerapan hukum yang
lebih kuat.Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan budaya dan
karakter bangsa juga teiah menjadi perhatian pemerintah.
Pemerintah telah mengembangkan pendidikan budaya dan karakter
bangsa ini melalui Kementerian Pendidikan Nasional.
Salah satu mewujudkan visi dan misi bangsa Indonesia pada
masa mendatang yaitu mewujudkan sistem dan iklim pendidikan
nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak
mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat,
berdisplin dan bertanggung jawab,berketerampilan serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan
kualitas manusia Indonesia.Prioritas pembangunan nasional
sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 - 2025 (UU No. 17
Tahun 2007) antara lain adalah dalam mewujudkan masyarakat yang
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila”. Salah satu upaya untuk
merealisasikannya adalah dengan cara memperkuat jati diri dan
karakter bangsa melalui pendidikan. Upaya ini bertujuan untuk
membentuk dan membangun manusia Indonesia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum,
memelihara kerukunan internal dan antar umat beragama,
2

melaksanakan interaksi antarbudaya, mengembangkan modal sosial,


menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka memantapkan
landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta diklat agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Pendidikan
merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tak pernah
bisa ditinggalkan.

2. Deskripsi Singkat
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-niiai
karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan
maupun kebangsaan. Pengembangan karakter bangsa dapat
dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang. Akan
tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya
tertentu maka perkembangan karakter individu seseorang hanya
dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang
bersangkutan. Artinya, perkembangan budaya dan karakter dapat
dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan
peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya
bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila,
jadi pendidikan budaya dan karakter adalah mengembangkan nilai-
nilai Pancasila pada diri peseta didik melalui pendidikan hati, otak,
dan fisik.
3

Hanjar Pengetahuan Karakter Bangsa ini membahas tentang


PembangunanKarakter Bangsa dan Jati Diri Bangsa yang meliputi
kondisi umum jati diri bangsa dan pentingnya pembangunan karakter
bangsa bagi masyarakat Indonesia khususnya di lingkungan
Kementerian Pertahanan.

3. Manfaat Hanjar.
Berbekal hasil belajar pada HanjarPembangunan Karakter
Bangsa di lingkungan Kementerian Pertahanan ini, peserta
diharapkan memahami tentang kondisi umum jati diri bangsa dan
pentingnya pembangunan karakter bangsa bagi masyarakat
Indonesia khususnya di lingkungan Kementerian Pertahanan serta
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
definisi bangsa Indonesia, jati diri bangsa Indonesia yang
sesungguhnya, kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini, dan cara
mengenbalikan jati diri bangsa Indonesia. Sehingga penulis dapat
megapresiasikan pengetahun tersebut dalam kehidupan sehari-hari
dalam rangka terbentuknya jati diri bangsa indonesia yang
sesungguhnya.

4. Tujuan Pembelajaran.
a. Kompetensi Dasar.
Setelah mempelajari hanjar ini, diharapkan peserta diklat
mengerti, dan memahami memahami tentang kondisi umum jati
diri bangsa dan pentingnya pembangunan karakter bangsa bagi
masyarakat Indonesia khususnya di lingkungan Kementerian
Pertahanan.
b. Indikator Keberhasilan Belajar.
Setelah mempelajari hanjar ini diharapkan peserta diklat
dapat:
1) Memahami kondisi umum Jati Diri Bangsa.
4

2) Memahami Perwujudan Jati Diri Bangsa dalam kehidupan,


bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Memahami pembudayanaan Jati Diri Bangsa.
c. Pokok Bahasan.
Hanjar mata diklat Pembangunan Karakter Bangsa
beberapa aspek mengenai:
1) Jati Diri Bangsa.
2) Bentuk-bentuk Perwujudan Jati Diri Bangsa.
3) Jati Diri Bangsa Indonesia yang Sesungguhnya.
4) Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Jati Diri Bangsa
Indonesia.
5) Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia.
d. Petunjuk Belajar.
Dalam mempelajari hanjar mata diklat ini yang perlu
dilakukan peserta adalah:
a. Banyak membaca berbagai macam buku tentang Karakter
dan Membangun Jati Diri Bangsa.
b. Banyak membaca berbagai macam referensi yang
berkaitan dengan Karakter, Jati Diri, Nilai dan Norma
Kehidupan.
BAB II
AKTUALISASI PANCASILA UNTUK KARAKTER BANGSA

Indikator keberhasilan, setelah mempelajari bab ini, peserta diklat dapat


mengerti dan memahami pengertian Karakter dan Jati Diri sebagai
perwujudan karakter bangsa yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa.
5. Umum
Karakter sering diberi padanan kata watak, tabiat, perangai
atau akhlak. Dalam bahasa inggris character diberi arti a distinctive
differentiating mark, tanda yang membedakan secara khusus.
Karakter adalah kelakuan rohaniahyang nampak dalam keseluruhan
sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh bakat, atau potensi dalam
diri dan lingkungan. Karakter juga diberi makna the stable and
distinctive qualities buiit into an individual’s life which determines his
response regardless of circumstances. Wyne mengungkapkan
bahwa kata karakter berasa! dari bahasa Yunani “karasso” yang
berarti “to mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku. Oleh sebab itu seseorang yang berperilaku tidak
jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter
jelek, sementara orang yang berprilaku jujur, suka menolong
dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter
erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
Sehingga makna dari karakter adalah nilai-nilai yang menjadi
ciri khas tiap individu dan diaplikasikan daiam nilai-nilai kebaikan
yang tercermin baik dalam bentuk tindakan maupun tingkah laku.
Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan
ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Dengan demikian karakter adalah suatu kualitas yang mantap
dan khusus, sebagai pembeda, yang terbentuk dalam kehidupan
individu yang menentukan sikap dalam mengadakan reaksi terhadap
rangsangan dengan tanpa terpengaruh oleh situasi lingkungan.
6

Karakter terbentuk oleh faktor endogeen atau dalam diri dan


faktor exogeen atau luar diri. Sebagai contoh rakyat Indonesia
semula dikenal bersikap ramah, memiliki hospitalitas yang tinggi,
suka membantu dan peduli terhadap lingkungan, dan sikap baik
yang lain; dewasa ini telah luntur tergerus arus global, berubah
menjadi sikap yang kurang terpuji, seperti egois, mementingkan diri
sendiri, mencaci maki pihak lain, mencari kesalahan pihak lain, tidak
bersahabat dan sebagainya. Hal ini mungkin saja didorong oleh
keinginan untuk bersaing sebagai salah satu kompetensi yang harus
dikembangkan dalam era globalisasi. Karakter dapat berubah akibat
pengaruh lingkungan, oieh karena itu perlu usaha membangun
karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang
menyesatkan dan menjerumuskan.
Pembangunan karakter bangsa memiliki andil yang besar untuk
memajukan peradaban bangsa agar menjadi bangsa yang semakin
terdepan dengan Sumber Daya Manusia yang berilmu, berwawasan
dan berkarakter. Pembentukan, pendidikan dan pembinaan karakter
bangsa sangat luas karena terkait dengan pengembangan
muitiaspek potensi- potensi keungguian bangsa dan bersifat. Dalam
hal ini dapat juga disebutkan bahwa:
a. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan
bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya
generasi penerus bangsa.
b. Karakter berperan kekuatan sehingga bangsa ini tidak
terombang-ambing.
c. Karakter harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa
yang bermartabat.
Dalam hal pembinaan karakter bangsa akan mengerucut pada
tiga tujuan besar, yaitu:
a. Untuk menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa.
b. Untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia.
7

c. Untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang


berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.
Pembentukan pendidikan dan pembinaan karakter bangsa harus
diaktualisasikan secara nyata untuk menjaga jati diri bangsa dan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

6. Faktor yang Mempengaruhi Karakter Bangsa.


a. Lingkungan Global.
Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan
internasionalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran
dan batas-batas suatu negara yang disebabkan adanya
peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia melalui berbagai bentuk
interaksi. Globalisasi juga dapat memacu pertukaran arus
manusia, barang, dan informasi tanpa batas. Hal itu dapat
menimbulkan dampak terhadap penyebarluasan pengaruh
budaya dan nilai-nilai termasuk ideologi dan agama dalam
suatu bangsa yang sulit dikendalikan. Pada gilirannya hal ini
akan dapat mengancam jatidiri bangsa.
Berdasarkan indikasi tersebut, globalisasi dapat
membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak
masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat
kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh
oleh nilai-niiai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan
kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu,
diperlukan upaya dan strategi yang tepat dan sesuai agar
masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya
dan jati diri bangsa serta generasi muda tidak kehilangan
kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
8

b. Lingkungan Regional.
Pada lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga
membawa dampak terhadap terkikisnya budaya lokal di zona
negara-negara Asia Tenggara. Dampak tersebut berwujud
adanya ekspansi budaya dari negara-negara maju yang
menguasai teknologi informasi. Meskipun telah dilaksanakan
upaya pencegahan melalui program kerja sama kebudayaan,
namun melalui teknologi infomasi yang dikembangkan,
pengaruh negara lain dapat saja masuk. Perkembangan
regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa
perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat
dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan strategi yang tepat
dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga
nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap
memiliki kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
c. Lingkungan Nasional.
Perkembangan politik di dalam negeri dalam era reformasi
telah menunjukkan arah terbentuknya demokrasi yang baik.
Selain itu telah direalisasikan adanya kebijakan desentralisasi
kewenangan melalui kebijakan otonomi daerah. Namun,
sampai saat ini, pemahaman dan implementasi konsep
demokrasi dan otonomi serta pentingnya peran pemimpin
nasional masih belum memadai. Sifat kedaerahan yang kental
dapat mengganggu proses demokrasi dan bahkan
mengganggu persatuan nasional. Harus diakui bahwa banyak
kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia sejak lebih dari
enam puluh tahun merdeka. Pembangunan fisik dimulai dari
zaman orde lama, orde baru, orde reformasi hingga pasca
reformasi terasa sangat pesat, termasuk pembangunan
infrastruktur pendukung pembangunan yang mencapai tingkat
kemajuan cukup berarti.Kemajuan di bidang fisik harus
diimbangi dengan pembangunan nonfisik, termasuk membina
9

karakter dan jati diri bangsa agar menjadi bangsa yang kukuh
dan memiliki pendirian yang teguh. Sejak zaman sebelum
merdeka hingga zaman pasca reformasi saat ini perhatian
terhadap pendidikan dan pengembangan karakter terus
mendapat perhatian tinggi. Pada awal kemerdekaan
pembangunan pendidikan menekankan pentingnya jati diri
bangsa sebagai salah satu tema pokok pembinaan karakter
dan pekerti bangsa. Pada zaman Orde Lama, Nation and
Character Building merupakan pembinaan karakter dan pekerti
bangsa. Pada zaman Orde Baru, pembinaan karakter bangsa
dilakukan melalui mekanisme penataran Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Pada zaman
Reformasi, sejumlah elemen kemasyarakatan menaruh
perhatian terhadap pembinaan karakter bangsa yang
diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan.
Karakter membentuk ciri khas individu atau entitas, suatu
kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian
rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan
dengan individu atau entitas lain. Kualitas yang menggambarkan
suatu karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi
individu atau entitas dimaksud, yang akan selalu nampak secara
konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas dalam
menghadapi setiap permasalahan.
Realitas menunjukkan bahwa kesadaran kebangsaan rakyat
Indonesia dewasa ini mengalami kemunduran. Hal ini dapat dilihat
pada fenomena yang berkembang dalam masyarakat seperti:
a. Berkembangnya emosi kedaerahan, yang dipicu oleh kesalah
fahaman dalam memaknai dan penerapan kearifan lokal dalam
rangka implementasi otonomi daerah.
b. Penerapan otonomi daerah belum mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berakibat timbulnya
kekecewaan rakyat di daerah.
10

c. Perilaku para elit politik yang dinilai kurang proporsional dalam


menjarabarkan kebijakan yang menyimpang dari tujuan yang
tertera dalam Pembukaan UUD 1945, mengakibatkan sifat
keacuhan masyarakat terhadap pembangunan utamanya
dalam memperkokoh wawasan kebangsaan.
d. Globalisasi yang mengusungnilai kebebasan yang
individualistik berkembangnya sikap pragmatik, konsumeristik,
materialistik, hedonistik, yang mengabaikan nilai-nilai luhur
bangsa seperti gotong royong, kekeluargaan, kerukunan dan
kebersamaan sebagai pencerminan wawasar kebangsaan.
e. Tidak merasa bangga terhadap prestasi anak bangsa dalam
berbagai segi, seperti di bidang olah raga, pendidikan, karya
teknologi dan sebagainya.
f. Daerah perbatasan yang kurang mendapat perhatian dari pusat
maupun daerah yang mengakibatkan perbedaan kesejah-
teraan yang sangat tidak seimbang.
g. Pencurian kekayaan alam baik di darat maupun di laut yang
sangat merugikan masyarakat yang berakibat merosotnya
pendapatan masyarakat.
h. Keadilan di berbagai bidang kehidupan yang menjadi dambaan
masyarakat belum dapat terwujud sebagai akibat belum
terselenggaranya penegakan hukum dengan semestinya.
Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa kemunduran
wawasan kebangsaan sudah merupakan realitas dan perlu
penanganan segera dengan kesungguhan hati agar dapat
membangkitkan kembali wawasan kebangsaan masyarakat dengan
memperkokoh karakter dan jati diri bangsa.

7. Jati Diri Bangsa.


Jatidiri yang dalam bahasa Inggris disebut identity adalah suatu
kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas sedemikian
rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan
11

dengan individu atau entitas yang lain. Kualitas yang


menggambarkan suatu jatidiri bersifat unik, khas, yang
mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud. Jatidiri
merupakan pencerminan individu atau suatu entitas yang
mempribadi dalam diri individu atau entitas yang selalu nampak
dengan konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas
yang bersangkutan dalam menghadapi setiap permasalahan.
Ada sementara pihak yang membedakan antara pengertian
identitas diri dan jatidiri. Identitas diri lebih menggambarkan
penampilan lahiriah dalam bentuk sikap dan perilaku yang membaku
dan mempribadi seperti ramah, pemarah, introvert, extravert,
optimistik, pesimistik, dan sebagainya. Sedang jatidiri adalah kualitas
yang menggambarkan integritas individu atau suatu entitas, sebagai
karunia Tuhan, yang mencerminkan harkat dan martabat individu
atau entitas dimaksud secara utuh. Jatidiri mengandung nilai-nilai
dasar yang akan memberikan corak terhadap jati diri bagi
pendukungnya. Jatidiri suatu bangsa yang menganut faham
individualistik liberalistik akan berbeda dengan jatidiri suatu bangsa
yang menganut faham kolektivistik, sosialistik atau kegotong
royongan.
Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang
merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa
Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang
merupakan pengejawantahan dari konsep religiositas, humanitas,
nasionalitas, sovereinitas dan sosialitas. Membangun jatidiri bangsa
Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang
tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.
a. Nilai dan Norma.
Nilai adalah kualitas yang melekat pada suatu hal ihwal,
perkara atau subyek tertentu yang berakibat dipilih atau
tidaknya hal ihwal, perkara atau subyek tersebut dalam
12

kehidupan masyarakat. Suatu pemerintahan yang adil selalu


menjadi dambaan rakyat. Lukisan yang indah selalu diburu oleh
para kolektor lukisan. Orang yang jujur selalu dihargai oleh
masyarakatnya, dan sebagainya. Apabila nilai idaman dapat
terwujud, maka akan menimbulkan rasa puas diri pada
masyarakat, yang bemuara pada rasa tentram, nyaman,
sejahtera dan bahagia.
Nilai yang dipergunakan sebagai ukuran untuk
menentukan atau menilai suatu tingkah laku manusia disebut
norma. Norma adalah berasal dari bahasa Latin yang artinya
siku-siku, suatu alat untuk mengukur apakah suatu obyek tegak
lurus atau miring. Demikian pula halnya dengan norma
kehidupan, dipergunakan manusia sebagai pegangan atau
ukuran dalam bersikap dan bertindak; apakah sikap dan
tingkah lakunya menyimpang atau tidak menyimpang dari nilai
yang telah ditetapkan. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dikenal berbagai norma, seperti norma agama,
norma adat, norma moral, norma hukum dan sebagainya.
Perkembangan nilai menjadi norma sangat tergantung dari
masyarakat masing-masing serta tantangan zaman. Masing-
masing mendukung nilai sesuai dengan bidangnya.
b. Kaitan Karakter, Jatidiri, Nilai dan Norma Kehidupan.
Karakter, jatidiri, nilai dan norma kehidupan perlu
didudukkan secara tepat dan proporsional agar tidak terjadi
kerancuan dan kakacauan dalam memanfaatkan dan
menerapkannya baik dalam wacana maupun dalam praktek
kehidupan.Setiap subyek, individu, atau entitas untuk dapat
diakui eksistensinya perlu memiliki identitas atau ciri khusus
yang membedakannya dengan subyek, individu atau entitas
lain. Identitas atau ciri khusus yang telah mempribadi, menyatu
dengan subyek, individu atau entitas tersebut disebut jatidiri.
Jatidiri ini akan menampakkan wajahnya dalam bentuk sikap
13

dan perilaku subyek, individu atau entitas terhadap tantangan


yang terkena pada dirinya. Apabila perilaku ini telah membaku
sehingga tidak peduli pada situasi dan kondisi yang
meliputinya, maka sikap dan perilaku tersebut berkembang
menjadi karakter. Dengan demikian jatidiri suatu subyek,
individu atau suatu entitas akan menampakkan dalam karakter,
yang akan terrnanifestasi dalam sikap dan perilaku dalam
mengantisipasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.
Kita kenal individu yang berkarakter teguh dan konsisten, ada
yang memiliki karakter selalu berubah setiap saat, sehingga
sukar sekali ditebak dan diperhitungkan. Yang pertama sering
disebut berkarakter baja, sedang yang kedua berkarakter
bunglon, atau tidak memiliki pendirian.
Karakter merupakan perpaduan antara faktor intern yang
terdapat dalan diri individu dan faktor ekstern yakni lingkungan
tempat individu berhubungan. Sebagai konsekuensinya,
karakter mengandung nilai-nilai tertentu, yang biasanya
bersumber dari nilai yang berkembang dalam masyarakat
tempat individu hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Sebagai akibat karakter akan mengalami
perubahan, sedang jatidiri pada hakikatnya bersifat tetap.
Meskipun perkembangan karakter tidak dibenarkan
menyimpang dari nilai dasar yang menjadi ciri khas jatidiri.
Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa setiap individu
atau entitas perlu memiliki jatidiri yang merupakan ciri khas
yang membedakan dengan individu atau entitas yang lain.
Jatidiri individu atau suatu entitas akan nampak dalam karakter
individu atau entitas dimaksud. Karakter berisi nilai-nilai terpilih
yang dipegang oleh individu atau entitas dalam menghadapi
segala permasalahan. Nilai-nilai terpilih tersebut kemudian
dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku
sehingga menjadi faktor pengukur sikap dan perilaku individu
14

atau entitas. Demikian gambaran secara singkat kaitan antara


jatidiri, karakter, nilai dan norma kehidupan.

8. Bentuk-Bentuk Perwujudan Jati Diri.


Sifat dan kualitas jatidiri manusia yang universal dan particular
diharapkan dapat memberikan pancaran dan meresapi perwujudan
jatidiriseperti dalam bentuk karakter, keperibadian, temperamen dan
identitas.
Beberapa bentuk-bentuk perwujudan jatidiri yang diidealkan
secara normatif adalah sebagai berikut:
a. Sifat dan kesadaran diri untuk menguasai dan
mengembangkan Iptek yangberlandaskan moral agama.
b. Sifat dan kesadaran diri untuk bekerja dengan etos kerja keras
demiterwujudnya excellence with morality.
c. Sifat dan kesadaran diri untuk menjadi intelektual yang religius,
moralis, berakhlak, dan beriman kepada Tuhan YME yang
kokoh.
d. Sifat dan kesadaran diri untuk menjadi intelektual yang
bercitrabaik,menyebarkan Iptek untuk rakyat, bersikap tidak
sombong atau congkak,dan yang mampu mengendalikan
dorongan nafsu liar.
e. Sifat dan kesadaran untuk menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keterbukaan, keikhlasan, dan tanggungjawab.
f. Tempramen tangguh membela dan menjunjung kebenaran,
kebaikan, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan, serta
tidakberkarakter rakus menguasai materi, uang dan kedudukan.
g. Berkarakter yang terbuka, berorientasi ke masa depan, serta
bersikap kritis terhadap dampak perubabahan, modernisasi dan
globalisasi.
h. Berkepribadian demokratis, dan tidak melakukan segala bentuk
tindakan kekerasan, serta yang rasial dan diskriminatif.
15

i. Berwawasan kebangsaan dan nasionalisme yang kokoh, serta


menjaga komitmen nasional dalam berbangsa dan bernegara
(Pancasila, UUD1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika).
j. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai danunsur
kemasyarakatan dan kebudayaan bangsa sendiri, serta mampu
membendung budaya material, sekuler, dan liberal, serta
hedonis yang datang dari bangsa lain, perbuatan yang
dilakukan serta menempatkan tanggung jawab sebagai puncak
budaya; sikap dan tindakan mengembangkan semangat
kebersamaan, solidaritas, gotong royong, dan keharmonisan
hidup; sikap dan tindakan kepatuhan tinggi kepada hukum dan
pranata yang berlaku; sikap dan tindakan apresiatif dan estetik
terhadap karya seni dan budya bangsa.

9. Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Jati Diri Bangsa


Indonesia.
Jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya tercermin pada
periiaku masyarakat Indonesia pada umumnya yang sesuai dengan
nilai yang terkandung dalam pancasila. Periiaku yang sesuai dengan
nilai daiam pancasila dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia
yang sesungguhnya. Berbagai problem mengusik Kehidupan
berbangsa dan bernegara yang kita hadapi pada saat ini. Salah
satunya yaitu adanya isu bahwa semakin banyak kebudayaan
bangsa asing yang masuk di Indonesia. Dewasa ini kita dihadapkan
kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu:
a. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-
suku bangsa, dengan latar belakang sosio-budaya yang
beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin daiam
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap
yang mampu mengatasi ikatan-ikatan primordial, yaitu
kesukuan dan kedaerahan.
16

b. Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat.


Perubahan itu nampak terjadinya pergeseran sistem nilai
budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial,
yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam
kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula
penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat.
Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa
akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa.
c. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan
transportasi, yang membawa pengaruh terhadap intensitas
kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari
luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan
kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya menjadi lebih
besar, tetapi juga penyebarannya berlangsung dengan cepat
dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya
yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai
masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendari
sebagai bangsa.
Budaya asing yang masuk ke Indonesia tersebut tidak menutup
kemungkinan membawa dampak positif maupun negatif bagi bangsa
Indonesia. Pengaruh tersebut diantaranya yaitu:
a. Pengaruh Positif.
1) Memberi inspirasi bagi kita agar tidak tertinggal informasi
tentang kecanggihan teknologi.
2) Menggunakan sebagai motivasi untuk hidup yang lebih
baik dan maju.
3) Memberi semangat bagi kita untuk memperkenalkan
dengan Negara asing bahwa kebudayaan Indonesia yang
beragam mampu bersaing dengan kebudayaan mereka.
b. Pengaruh Negatif.
1) Etika atau cara berperilaku akan merubah seorang
individu perilaku yang lama ke perilaku baru. Pada
17

awalnya individu etika yang lama sudah tidak sesuai


dengan peilaku yang ada sehingga ia cenderung merubah
etikanya untuk menyesuaikan dengan yang baru. Padahal
etika yang baru belum tentu sesuai dengan norma yang
berlaku pada kehidupannya.
2) Cara berpakaian oleh para remaja yang terkena dampak
ini akan menyesuaikan cara berpakaiannya dengan
kebudayaan yang ia pelajari. Pada awalnya individu
merasa tertarik untuk mencoba berpakaian yang berbeda
untuk mengikuti tren yang sedang marak namun lambat
laun akan merubah gaya berpakaian untuk seterusnya.
3) Adanya teknoiogi yang canggih menyebabkan hidup
seesorang cenderung ke arah hedonisme dan arogan.
4) Adanya teknologi yang dirasa lebih berguna sehingga
mengesampingkan tenaga manusia. Padahal sebelum
mengenal teknologi, masyarakat Indonesia menghargai
jasa manusia.

10. Kondisi Jati Diri Bangsa Indonesia Saat ini.


Kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini dapat kita kaji dan kita
identifikasi dengan melihat prilaku dan kepribadian masyarakat
Indonesia pada umumnya yang tercermin pada tingkah laku
masyarakat Indonesia sehari-hari.
Banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak
sesuai dengan butir- butir Pancasila. Sebagai contoh yaitu sekarang
ini banyak generasi muda yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME.
Kita lihat saja, sekarang ini banyak pemuda-pemudi muslim yang
tidak memegang teguh agamanya sesuai syariah Islam. Contohnya
banyak pemuda-pemudi yang sekarang ini menjalin cinta kasih
dengan pasangan yang bukan muhrimnya, dan tidak jarang hal
tersebut sampai kepada prilaku yang sangat memalukan yaitu
berhubungan sek bebas dengan pasangan yang bukan muhrimnya.
18

Tanpa disadari sekarang ini moral para pemuda bangsa indonesia


juga dijajah melalui beredarnya vidio-vidio porno diinternet yang
dapat diakses dengan mudah sehingga banyak diantara pemuda
Indonesia yang melihat dan bahkan menirukan aksi dari video porno
tersebut. Selain itu,model-model pakaian para generasi muda saat
ini kebanyakan telah meniru bangsa barat yang dikenal modis dan
trend masa kini. Mereka lebih bangga mengenakan pakaian-pakaian
tersebut dari pada pakaian asli budaya Indonesia. Padahal belum
tentu model pakaian itu cocok dikenakan di indonesia. Model
pakaian tersebut nampak jelas terutama pada model pakaian cewek
yang terlalu terbuka sehingga menimbulkan gairah lawan jenisnya
dan mengakibatkan sekarang ini tidak jarang kita temui kasus
pemerkosaan di Indonesia ini. Selain masalah penampilan, sekarang
ini masalah akhlak pemuda di negara Indonesia juga kian
memburuk. Faktanya generasi muda saat ini banyak yang
melampiaskan masalah-masalah yang sedang meraka hadapi
seperti: ketika putus dengan pacar, bertengkar dengan orang tua,
merasa terasing dengan lingkungan teman, dan ketika pusing
dengan beban-beban tugas sekolah yang mereka anggap berat.
Mereka mengatasi masalah-masalah tersebut cenderung dengan
jalan pintas. Seperti minum miunuman keras, menggunakn narkoba,
pergi ke tempat-tempat hiburan malam dan bahkan sampai ada yarig
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sungguh ini merupakan
kerusakan moral dari jati diri bangsa yang begitu fatal. Selain moral
dan gaya hidup, ketaqwaan generasi muda bangsa indonesia yang
mencermainkan sila pertama juga luntur seperti contoh nyatanya
banyak generasi muda muslim indonesia yang tidak bisa membaca
Al-Qur’an. Hal itu terjadi karena lemahnya sistem pendidikan agama
di negara ini. Padahal sebenarnya jika generasi muda mempunyai
ketaqwaan yang tinggi pasti tidak akan ada tindakaan-tindakan yang
melanggar hukum seperi korupsi, kolusi, pelecehan seksual, dan
tindakan menyimpang lain, karena mereka menganggap dirinya
19

selalu di awasi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga mereka takut
dosa dan akan selalu berbuat baik.
Secara global dapat kita lihat kerusakan jati diri bangsa
Indonesia saat ini yang berhubungan dengan aspek-aspek
kenegaraan yaitu:
a. Fenomena besar krisis multidimensional yang menimpa
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia adalah suatu fakta
yang signifikan hingga sampai saat ini. Memang telah dilakukan
upaya dan pendekatan untuk menyelesaikan krisis
multidimensional yang mengenai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Namun hasil dari upaya national
recovery, terutama economic recovery belum cukup memadai
dan masih jauh dari harapan seluruh rakyat Indonesia.
b. Fenomena pengelolaan masyarakat, bangsa dan negara yang
keliru atau salah, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang
memiliki sumber daya alam (SDA) dan sumber dalam manusia
(SDM) yang besar, yang pada akhirnya kurang berhasil
membawa masyarakat, bangsa dan negara mencapai tingkat
keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran yang memadai.
Bahkan cenderung membawa sebagian rakyat Indonesia hidup
dalam kemiskinan dan serba kekurangan.
c. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia sedang menghadapi
masalah mendasar dalam memilih peminpin-peminpin bangsa
dan negara yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dan
memiliki kualitas diri yang tinggi, sehingga peminpin bangsa
dan negara tidak mampu memperlihatkan kualitas diri sebagai
“negarawan yang sejati‟. Atau tidak mampu memiliki jati diri
yang berjiwa Pancasilais yang kokoh. Akibatnya banyak
pemimpin bangsa dan negara memiliki moral dan ahlak yang
buruk atau busuk.
d. Persaingan dan perseteruan kekuasaan (power) telah
kehilangan dasar-dasar moral dan akhlak, sehingga dalam
20

kehidupan politik muncul etika materialisme dan vulger yaitu


menghalalkan segala cara atau jalan untuk mencapai tujuan
(kemenangan). Bahkan kondisi tersebut telah memperluas iklim
KKN dan praktik money politics, yang dapat merugikan semua
pihak termasuk bangsa dan negara.
e. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung
kehilangan semangat kemandirian dan harga dirinya sebagai
dampak ketergantungan dengan bangsa dan negara asing,
yang pada akhirnya melahirkan imperialisme gaya baru.
f. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung terjebak
ke dalam pertarungan luas antara budaya modern-materialistik
yang datang dari luar (barat) dengan budaya tradisional dan
konservatif yang hidup di masyarakat Indonesia, sehingga
melahirkan kehidupan bangsa dan negara yang paradoks dan
permisif terhadap gaya hidup materialistik, individualistik,
liberalistik, hedonistik, dan vulgeristik.
g. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung tidak
bersikap tegas, lugas, dan tidak memiliki komitmen kuat dalam
penegakan hukum, sehingga telah teijadi kerusakan lingkungan
hidup dan kondisi SDA, serta munculnya kerugian-kerugian lain
yang lebih parah.
h. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia belum siap
melakukan transformasi sosial sehingga beium mampu
membangun masyarakat Indonesia modern yang lebih rasional,
terbuka, dan menghargai nilai Iptek, yang pada akhirnya sulit
untuk melaksanakan rule oflaw.
i. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan
belum memiliki komitmen yang kuat untuk membangun
kehidupan berdemokrasi yang berkualitas melalui pemilu. Dan,
belum memiliki komitmen dalam membangun pola-pola
kehidupan masyarakat sipil (civil society) yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, sehingga pembangunan demokrasi
21

masih diwarnai dengan tindak kekerasan dan konflik sosial


yang berkepanjangan.
j. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan
belum memiliki tanggung jawab bersama yang kuat dalam
menciptakan ketertiban dan keamanan nasional, regional dan
lokal, sehingga tindak kekerasan dan bahkan tindak kriminalitas
menjadi fenomena yang luas dan signifikan.
k. Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan
mengalami krisis jatidiri yang cukup parah, sehingga
menimbulkan krisis moral dan akhlak yang sangat luas,
sehingga memberi peluang berkembangnya perilaku KKN yang
tercela. KKN tidak akan dapat diberantas bilamana kualitas
moral dan akhlak itu rendah.
Dari uraian kasus dan fakta diatas, dapat kita ambil kesimpulan
bahwa jati diri bangsa Indonesia saat ini sedang mengelami krisis.
Hal itu dapat kita lihat dari ideologi Pancasila sebagai salah satu ciri
khas bangsa Indonesia yang merupakan Indasan dalam bertindak
dan berperilaku sebagai masyarakat Indonesia, sudah tidak
dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat Indonesia sebagai
kepribadiannya.

11. Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia.


Cara efektif yang bisa digunakan untuk membangun dan
mengembalikan jati diri bangsa Indonesia serta menekan pengaruh
buruk pihak lain baik yang berasal dari luar maupun dari dalam yang
mengikis jati diri bangsa Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari
diri kita sendiri. Hal itu dapat dilakukan dengan membiasakan diri
dari sekarang untuk bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung di dalam pancasila sebagai jati diri kita. Seperti harus
bertakwa kepada Tuhan YME, maksudnya kita harus selalu
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nva. Dari sila
pertama ini saja sebanarnya jika diterapkan dengan baik bangsa
22

Indonesia ini pasti akan menjadi bangsa yang damai, tentram, aman,
adil, dan sejahtera. Sebab masyarakat Indonesia akan takut
terhadap dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak dan
berperilaku. Dalam kaitannya dengan sila pertama ada nilai-nilai
yang harus kita kembangkan pada diri kita yaitu:
a. ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui
dan mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan.
Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu
meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap
agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila
dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi
Pancasila bukan ideologi beragama. Sebab Ideologi Pancasila
adalah ideologi beragama.
b. Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong
menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun
diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda
keyakinan maupun berbeda adat istiadat.
c. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak
seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda agama
ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak
langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar
agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih
moralitas.
d. Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama
tertentu untuk dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa
Indonesia. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan
mengajarkan permusuhan.
e. Agama yang diakui di Indonesia ada 6, yaitu Isiam, Kristen,
Katolik, Budha, Hindu, dan Konghuchu.
f. Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama
sebagai standar tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa.
Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama,
23

kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir


standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghuchu
bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas
ataupun minoritas.
Selain itu kita harus bersikap adil dan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan. Maksudnya kita harus memanusiakan orang lain
tanpa pandang bulu dan bersikap adil kepada siapa saja yaitu kita
tidak boleh sewenang-wenang memperlakukan orang yang lemah
kemudian tunduk patuh terhadap orang yang mempunyai kekuasaan
tinggi dan mempunyai uang banyak. Sebab apabila hal ini terjadi
dapat menjadikan keadilan bangsa kita ini menjadi lemah, karena
hukum hanya bersifat tajam bagi masyarakat yang kedudukannya
rendah sementara bagi kalangan atas hukum sangat tumpul dan
bahkan bisa dibeli dengan uang. Sehingga nilai keadilan sosial harus
dikembangkan dan ditegakkan di semua kalangan terutama pada
kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian kita juga harus selalu bersatu sebagai negara
kesauan republik Indonesia, walaupun sebenarnya kita mempunyai
kebudayaan, agama, ras, dan sebagainya yang beranekaragam,
namun dari keberanekaragaman tersebut sebenarnya kalau
disatukan dalam satu wadah besar (NKRI) bisa menjadi kekayaan
besar yang saling melengkapi dan memajukan bangsa Indonesia.
Sehingga kita tidak perlu mempersoalkan kebinekaan tersebut
apalagi terlalu fanatik dan ingin menghancurkan satu sama lain, hal
inilah yang dapat melemahkan persatuan Indonesia dan
memudahkan bangsa Indonesia untuk dihancurkan. Sehingga kita
harus mengikis sikap primordialisme yang berlebihan terhadap
budaya lokal agar kasus-kasus pertikaian antar suku, agama, dan
sebagainya dapat ditekan bahkan dihilangkan dari NKRI. Selanjutnya
kita juga harus ikut menjaga dan melestarikan keutuhan NKRI dan
jangan berusaha melepaskan diri dari wilayah NKRI yang terbentang
luas dari Sabang sampai Merauke.
24

Lalu kita juga harus menanamkan sikap demokrasi yang tingi,


yaitu apabila kita menjadi seorang pemimpin di negara Indonesia ini
kita harus sadar bahwa kita ini sebenarnya sebagai wakil rakyat
untuk mengatur dan mengambil kebijakan daiam rangka memajukan
dan mensejahterakan bengsa Indonesia. Bukan sebaliknya, sebagai
pemimpin hanya untuk mencari harta sebanyak-banyaknya untuk
kepentingan pribadi. Ingat negara Indonesia sebagai negara
demokrasi dengan pemerintahan tertinggi dipegang oleh rakyat, jadi
sebagai seorang pemimpin sebanarnya merupakan pelayan dan
wakil untuk rakyat. Banyak kasus-kasus korupsi di negara ini karena
mensalahartikan kekuasaannya sebagai ajang untuk mencari uang
sebanyak-banyaknya. Hal inilah yang membuat perekonomian
negara Indonesia ini semakin mempuruk. Kemudian dalam
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin kita juga harus
memusyawarahkannya dengan demokratis dan tidak mengambil
keputusan secara sepihak yang menguntungkan kelompok tertentu.
Dan yang tidak kalah pentingnya dalam pemilihan waklil rakyat sikap
adil dan demokratis harus benar-benar kita junjung tinggi. Kita harus
menghindari kasus suap-menyuap, agar negara kita ini benar-benar
menjadi negara yang demokratis sesuai dengan nilai yang
terkandung dalam pancasila sebagai kepribadian yang harus kita
miliki.
Selanjutnya kita juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan
tanpa pandang bulu dan di segala sektor bagi seluruh warga negara
Indonesia. Jika ke-5 sila tersebut sudah tertanam kuat pada diri
sendiri selanjutnya kita harus mengajak orang-orang yang ada di
sekitar kita agar masyarakat Indonesia mampu menjalankan nilai-
nilai Pancasila dengan baik, cara efektif yang dapat dilakukan yaitu
dengan meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan YME. Karena
dengan ketakwaan dan keyakinan yang tingi, masyarakat akan
mempunyai rasa takut terhadap dosa sehingga mereka akan enggan
berbuat salah. Kasus-kasus seperti: korupsi, kolusi, penipuan,
25

pencurian, pembunuhan, pelecehan seksual, ddan sebagainya. Pasti


tidak akan terjadi. Namun jika primordialisme terhadap agama yang
dianut terlalu tinggi maka akan mengakibatkan perpecahan. Hal ini
dapat diatasi dengan menenemkan sikap toleransi melalui
pendidikan di sekolah umum. Maka dari itu, sebaikya pemerintah
mewajibkan para generasi penerus bangsa untuk mendapatkan
program wajib belajar selain sekolah umum juga sekolah
keagamaam seperti madrasah/pondok pesantren bagi yang muslim.
Sehingga untuk meningkatkan ketakwaan agar tidak perprilaku
menyimpang yaitu melalui program pendidikan Agama. Selanjutnya
untuk mendapatkan pendidikan mengenai cara hidup
berkemajemukan (bertoleransi) serta untuk meningkatkan
keahlian/ketrampilan khusus, melalui sekolah umum.
Secara otomatis apabila kita telah menanamkan kuat jati diri
bangsa Indonesia pada diri kita melalui cara-cara diatas, kita akan
mempunyai filter dengan sendirinya untuk memilih dan memilah
pengaruh kebudayaan lain yang masuk ke negara kita, yang baik kita
pakai dan yang buruk atau tidak sesuai dengan jati diri bangsa
Indonesia, kita tinggalkan. Kemudian pengaruh kebudayaan lokal
juga dapat kita saring melalui pendidikan kewarganegaraan di
sekolah umum serta kita juga harus berusaha mengikis
primordialisme yang berlebihan pada diri kita.

12. Rangkuman.
Dalam bab ini peserta diklat diajarkan tentang tentang kondisi
umum jati diri bangsa dan pentingnya pembangunan karakter
bangsa bagi masyarakat Indonesia khususnya di lingkungan
Kementerian Pertahanan serta untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman mengenai definisi bangsa Indonesia, jati diri
bangsa Indonesia yang sesungguhnya, kondisi jati diri bangsa
Indonesia saat ini, dan cara mengembalikan jati diri bangsa
indonesia.
26

13. Latihan
1. Bagaimana pengaruh kebudayaan asing terhadap jati diri
bangsa?
2. Bagaimana kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini?
3. Bagaimana cara mengembalikan jati diri bangsa Indonesia?
BAB III
MEWUJUDKAN MASYARAKAT BERKEADABAN DALAM
BERBANGSA DAN BERNEGARA

Indikator keberhasilan, setelah mempelajari bab ini, peserta diklat dapat


mengerti dan memahami setiap bangsa harus memiliki karakter atau
dasar kepribadian yang tumbuh dari pengalaman bersama. Bagi
bangsa Indonesia, karakter itu bertumpu pada Pancasila sebagai dasar
kelima sila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan.
14. Umum
Melihat kepada fakta obyektif dimasyarakat kita saat ini sedang
terjadi proses pembusukan niiai-nilai jati diri bangsa, bangsa kita
semakin brutal, sadis, individualis, materialis dan sebagainya yang
jauh dari siat-sifat kultur bangsa. Salah satu indikator yang
memperihatinkan adalah korupsi yang semakin menggila yakni
menurut Transparancy Internasional dalam tiga tahun terakhir ini
peringkat Indonesia berdasarkan persepsi bersih dari korupsi
meningkat dari 86 pada tahun 2000 menjadi peringkat 122 pada
tahun 2003. Kita harus menghentikan proses pembusukan ini dan
melakukan arus balik untuk membangun kembali jatidiri nasional
melalui pembangunan karakter bangsa (character building).
Penegasan kembali jati diri bangsa melalui pemantapan dan
penegasan untuk membangun kepribadian yang utuh dan kokoh
akan dapat menampilkan sosok manusia Indonesia dengan watak
yang dapat diandalkan, berprinsip teguh dengan fokus perhatian
pada keinginan untuk bangkit membangun negeri ini.Dengan
memiliki ketahanan pribadi maka setiap manusia Indonesia dapat
menunjukkan ciri atau warna dasar kepribadian Pancasila, sebagai
bekal utama yang dibutuhkan demi terwujudnya integritas dan
identitas bangsa.
Untuk membangun karakter bangsa, diperlukan lima sikap
dasar yang harus diperhatikan yakni jujur, terbuka, berani,
konsekuen dan memiliki komitmen bagi bangsanya dengan selalu
28

mengaitkannya dengan sistem nilai (value system), sikap pandang


(attitude) dan perilaku (behavior). Sebagai bangsa kita harus dapat
menyatukan rasa (nilai), cipta (sikap) dan karsa (perilaku).
Memadukan secara serasi kecerdasan intelektual (Intelligence
Quotient/IQ), kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ) dan
kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/SQ), merupakan langkah
strategis dalam membangun kembali karakter bangsa yang memiliki
integritas, kompetensi dan rasa kebersamaan.
Pembekalan ilmu yang cenderung bebas nilai dan sekuler
karena keotonomian dan kesepesialisasiannya terutama ilmu-ilmu
murni seperti ilmu pasti dan alam dengan metode penalaran yang
dominan menyebabkan tumpulnya apresiasi dan kepekaan sosial
budaya terhadap masalah-masalah kemanusiaan yang tumbuh
disekitarnya. Berpikir secara rasional berarti berpikir dengan nalar
dan akal sehat tanpa dipengaruhi perasaan. Intelektual, profesi dan
keilmuan yang digerakkan oleh kesadaran bela negara, tidak lagi
merupakan sesuatu yang berada di menara gading, melainkan
merupakan daya-daya manusiawi yang berpijak di bumi, sejarah dan
budaya, sehinga dapat digunakan untuk melestarikan nilai-nilai luhur
yang ada serta menemukan niiai- nilai baru yang bermanfaat untuk
meningkatkan harkat dan martabat hidup bangsa.
Oleh karena permasalahan bangsa ini terletak pada moral
bangsa maka pemimpin masa depan hendaknya seorang negarawan
yang teguh pada jatidiri bangsa sebagai bangsa yang bermoral atau
negara yang bermoral (moral State). Rekonsiliasi nasionai untuk
menemukan format baru pembangunan nasional merupakan hal
yang mendesak agar kita tidak larut dalam konflik yang
berkepanjangan, namun menyelesaikan segera perbedaan pandang
di atas landasan kesadaran bela negara menuju upaya percepatan
penyelesaian berbagai krisis dan bangkit untuk meraih kejayaan
bangsa. Konsep Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional perlu
terus dimasyarakatkan agar setiap warganegara dapat
29

melaksanakan hak dan kewajiban bela negaranya sesuai dengan


profesi dan kemampuan masing-masing. Hak dan kewajiban bela
negara dari setiap warganegara patut dihormati dan diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untk berperan dalam setiap
kesempatan baik dilingkungan keluarga, pemukiman, pekerjaan dan
lingkungan yang lebih luas.
Sebagai acuan untuk membangun karakter bangsa, dalam
rangka upaya bela negara adalah:
a. Berjuang untuk menghapuskan segala bentuk dan perwujudan
sistem yang mengakibatkan kesengsaraan secara lahir dan
bathin.
b. Berjuang untuk menegakkan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
c. Berjuang untuk membangun bangsa dan negara berdasarkan
kedaulatan rakyat, kesejahteraan dan keadilan sosial serta
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
d. Berjuang dengan membentuk pemerintahan Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memanjukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia.
e. Dalam melaksanakan perjuangan didasari oleh keinginan luhur
yang bersumber pada tuntunan Ulahi.
Sehingga dalam mewujudkan karakter bangsa yang berbasis
bela negara, dibutuhkan aksi-aksi bela negara yang harus terus
dilakukan, dikembangkan, serta direvisi berbagai kelemahan-
kelemahannya.

15. Nilai-Nilai Karakter.


Upaya dalam mewujudkan nilai-nilai karakter bangsa
merupakan hal sistematik suatu negara berkebangsaan untuk
mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai
30

dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi


kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global
yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan
Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui proses
sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan,
pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen bangsa dan
negara.
Sikap yang terkandung dalam nilai-nilai pembangunan karakter
bangsa adalah:
a. Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
b. Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras, tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
f. Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis, cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
31

i. Rasa Ingin Tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya


untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
I. Menghargai Prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
m. Bersahabat/Komunikatif, sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan
orang lain.
n. Cinta Damai, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
o. Gemar Membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan bagi
dirinya.
p. Peduli Lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya- upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberibantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
r. Tanggung Jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
32

lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, iingkungan (alam,


sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

16. Strategi Pengembangan Karakter Bangsa.


Ada 3 pilar utama untuk mewujudkan karakter bangsa, yaitu:
a. Aspek pada Tataran Individu.
Nilai kehidupan diwujudkan dalam perilaku, diinternalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.Pendidikan
karakter bangsa dimulai dengan pendidikan karakter individu.
b. Aspek pada Tataran Masyarakat.
Masyarakat adalah komunitas yang secara integral memiliki
nilai yang sama, dan akan committed menerapkan nilai yang
mereka anggap baik.Komunitas bisa terbentuk karena
kepentingan, profesi atau tujuan bersama contohnya PGRI,
PMR atau Partai Politik.
c. Aspek pada Tataran Bangsa.
Bangsa terdiri dari sekumpulan bangsa, masyarakat. Pada
komunitas, baik orang atau bangsa, terjadi kontrak sosial atau
perasaan kebersamaan untuk mendukung nilai-nilai luhur yang
ada. Pada tataran bangsa, nilai-nilai iuhur tersebut telah
berhasil dirumuskan menjadi dasar negara bangsa Indonesia,
yaitu Pancasila. Nilai-nilai luhur tersebut adalah:
1) Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Martabat Kemanusiaan.
3) Persatuan.
4) Musyawarah.
5) Adil.

17. Membangun Kebanggaan Sebagai Anak Bangsa.


Kebanggaan sebagai anak bangsa, untuk generasi pasca
angkatan 45, perlu ditumbuhkembangkan melalui pemupukan rasa
cinta tanah air, semangat kebangsaan dan jiwa
33

kepejuangan/patriotisme yang didasari kepada memperkenalkan


secara benar nilai-nilai fisik dan non fisik dari keberadaan nusantara
ditengah-tengah peradaban dunia. Sejarah Indonesia dan potensi
sumberdaya nasional haruslah menjadi kebanggaan setiap anak
bangsa. Rasa cinta produk dalam negeri perlu kembali digalakkan
untuk mengantisipasi membanjirnya produk impor yang sebetulnya
dapat diproduksi dalam negeri. Memupuk rasa bangga terhadap
budaya sendiri yang didukung oleh sifat religius sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing. Mengenal tanah air dan
membandingkannya dengan sumberdaya negara lain untuk
mendapat keyakinan bahwa memang Indonesia adalah negara yang
berpotensi menjadi negara besar dan maju sejajar dengan bangsa-
bangsa lainnya.
Proses pengrusakan baik disengaja maupun tidak disengaja
yang mencakup seluruh nilai-nilai cultural dan potensi sumberdaya
nasional, penyebab utamanya adah tidak adanya rasa memiliki dan
rasa kebanggaan nasional sebagai perwujudan dari rasa cinta tanah
air. Untuk memupuk rasa kebanggaan sebagai anak bangsa perlu
dilakukan penataan ulang sistem pendidikan nasional mulai dari
jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Profesionalisme
haruslah menjadi pelengkap identitas andalan setiap individu untuk
memiliki daya saing sehat mencapai kemajuan, dan menghindari
gejala yang terjadi saat ini bahwa gelar yang berderet panjang telah
berubah menjadi status sosial tanpa makna profesional.
Bangsa Indonesia harus kembali mengembangkan nilai-nilai
idea! Pancasila sebagai karakter bangsa. Untuk itu, penyelenggara
negara dan warga mesti mensosialisasikan dasar Negara secara
lebih kreatif sehingga menghasilkan pikiran, sikap, dan tindakan
sesuai kelima sila itu. Setiap bangsa harus memiliki karakter atau
cetakan dasar kepribadian yang tumbuh dari pengalaman bersama.
Bagi bangsa Indonesia, karakter itu bertumpu pada Pancasila
sebagai dasar kelima sila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
34

kerakyatan, dan keadilan, adalah pandangan dunia yang visioner


dan tahan banting. Namun, nilai-nilai itu sekarang terabaikan. Karena
itu, kita harus kembali mencetak nilai-nilai ideal itu menjadi karakter
kebangsaan dengan mendalami, meyakini, dan mengamalkannya
dalam kehidupan nyata.

18. Rangkuman.
Sangat penting bagi setiap manusia Indonesia untuk
menemukan kembali dan menumbuhkembangkan jati dirinya dalam
rangka pembentukan karakter individu. Karena hanya dengan
dorongan karakter dan semangat yang kuat, bangsa indonesia bisa
bangkit menjadi negara yang maju dan jaya.
Karakter yang kuat dapat dibentuk melalui koridor intenalisasi
nilai-nilai, menyadari mana yang boleh dan yang tidak, membentuk
kebiasaan hingga menjadi pribadi berkarakter kuat yang patut
diteladani. Proses pembentukan karakter bangsa memerlukan
jangka waktu yang lama karena pembentukan karakter memang
merupakan proses tiada henti. Sehingga keteladanan dari para
pemimpin dan kebijakan pemerintah yang mengatur tentang
pembentukan karakter amat diperlukan.

19. Latihan.
1. Sebutkan dan jelaskan upaya dalam mewujudkan karakter
bangsa yang berbasis bela negara, yang harus terus dilakukan
dan dikembangkan?
2. Sebutkan aspek-aspek yang diperlukan dalam membangun
karakter bangsa.
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI KARAKTER DAN JATI DIRI BANGSA

Indikator keberhasilan, setelah mempelajari bab ini, peserta diklat dapat


mengerti dan memahami Membangun karakter bangsa adalah
pencerminan jatidiri bangsa yang merupakan suatu upaya/kerja terus
menerus tanpa henti sehingga diperlukan suatu rancangan program
yang mantap, berkesinambungan dan terpadu.
20. Umum
Jatidiri bangsa akan nampak daiam karakter bangsa yang
merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa
Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang
merupakan pengejawantahan dari konsep religiositas, humanitas,
nasionalitas, sovereinitas dan sosialitas. Membangun jatidiri bangsa
Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang
tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.
Jatidiri bangsa merupakan hal ihwal atau perkara yang sangat
esensial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehilangan
jatidiri bangsa sama saja dengan kehilangan segaianva, bahkan
akan berakibat tereliminasinya negara-bangsa. Oleh karena itu bila
kita tetap menghendaki berdaulat dan dihargai sebagai negara-
bangsa dalam percaturan internasional, perlu menjaga eksistensi
dan kokohnya jatidiri bangsa. Pengalaman sejarah menunjukkan
bahwa hanya bangsa yang memiliki karakter yang kokoh dan
tangguh mampu mengatasi krisis yang dihadapi oleh negara- bangsa
dengan berhasil baik.
Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang
merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa
Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara
Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yakni Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
36

dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan


suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Membangun
jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia
Indonesia, yang tiada lain adalah membangun manusia Pancasila.
Dalam rangka membangun jati diri manusia Pancasila, setiap
manusia Indonesia wajib memahami konsep, prinsip dan nilai yang
terkandung dalam Pancasila, untuk difahami, didalami, serta
diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata, baik dalam
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
Membangun karakter bangsa yang merupakan pencerminan
jatidiri bangsa merupakan suatu kerja terus menerus tanpa henti.
Oleh karena itu perlu di rancang suatu program yang mantap,
berkesinambungan dan terpadu.
Sasaran utama dalam pembangunan karakter dan jatidiri
bangsa adalah para pendidik, tenaga kependidikan dan para
pemimpin masyarakat. Bila para pendidik, tenaga kependidikan dan
para pimpinan masyarakat telah memiliki karakter dan jatidiri seperti
yang diharapkan maka masyarakat luas akan segera mengikutinya.
Suatu realitas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih
bersifat ikutan.
Dalam membangun jatidiri manusia Indonesia akan menyentuh
tiga dimensi yakni dimensi pribadi, dimensi warganegara, dan
dimensi tenaga pembangunan dalam mewujudkan manusia
Indonesia seutuhnya, yakni manusia Pancasila. Untuk itulah periu
difahami karakter manusia sebagai pribadi, sebagai warganegara
dan sebagai tenaga pembangunan. Pembangunan karakter bangsa
diarahkan untuk mewujudkan karakter tiga dimensi tersebut.

21. Jati Diri Manusia Pancasila sebagai Pribadi.


Manusia Pancasila sebagai pribadi bertitik tolak dari suatu
gagasan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, wajib
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia
37

Pancasila meyakini akan kodrat yang dikaruniakan Tuhan Yang


Maha Esa, sehingga selalu rela menerima ketentuanNya, bersyukur
terhadap segala nikmat karuniaNya dan selalu bersikap sabar
terhadap cobaan-Nya.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia
Pancasila dibekali dengan berbagai nafsu, baik yang dapat merusak
maupun membangun diri sendiri dan pihak lain. Adapun nafsu yang
merusak seperti sifat jahil, iri, dengki, pendendam, serakah, malas,
mudah tersinggung, gampang marah, beringas, dan sebagainya;
Sedangkan sifat yang baik adalah cinta dan kasih sayang, simpati,
empati, memiliki ciri tenang, lembut, lembah manah, suka melayani,
berbakti dan sebagainya. Manusia Pancasila mampu mengendalikan
diri terhadap nafsu yang bersifat merusak, serta menyalurkan secara
tepat nafsu yang bersifat membangun.
Manusia Pancasila adalah makhluk monodualis, yang
bermakna sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk
sosial, makhluk jasmani sekaligus makhluk rokhani. Hal ini
merupakan kodrat yang ditentukan oleh Tuhan, maka manusia tidak
mungkin hidup seorang diri, tetapi selalu terikat dalam kelompok
manusia yang disebut komunitas, baik itu namanya keluarga,
masyarakat, ataupun negara-bangsa.
Manusia Panca sila menyadar i dan meyakini bahwa kehidupan
di dunia ini hanya berlangsung sementara dan berlangsung dalam
rangkaian dengan kehidupan lebih lanjut di akhirat. Manusia tidak
hanya terdiri atas materi yang nampak, tetapi menyatu dengan zat
yang tidak nampak yang menyebabkan manusia dapat hidup.
Manusia Pancasila menyadari bahwa dirinya sebagai
mikrokosmos menyatu dengan alam semesta sebagai makrokosmos.
Sebagai konsekuensi dari pandangan monodualistik ini, maka
manusia Pancasila tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan dan
alam sekitarnya, serta dari kehidupannya di masa yang akan datang,
38

la tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri pada masa kini, tetapi juga
memperhitungkan kehidupan setelah hidup di dunia ini.
Manusia Pancasila juga bersifat monopluralis. la adalah
makhluk pribadi yang hidup dalam kondisi kemajemukan dilihat dari
keaneka-ragaman agama yang dipeluk dan kepercayaan yang dianut
oleh masyarakat, keanekaragaman adat budaya, suku dan
sebagainya. Sehingga pola hidup manusia Pancasila bersifat inklusif,
tidak merasa dirinya yang paling benar, paling hebat dan
sebagainya. Kebenaran dapat saja terjadi pada pihak lain.
Manusia Pancasila dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa
dengan berbagai kemampuan dasar seperti kemampuan berfikir,
perasaan, kemauan, budi nurani dan berkarya. Untuk dapat
memanifestasikan kemampuan dasar tersebut, Tuhan mengaruniai
kepada manusia suatu bekal berupa kebebasan yang merupakan
hak untuk memilih dan menentukan sikap dan pendiriannya.
Penerapan kebebasan tersebut harus diselenggarakan secara etis
dan bertanggung jawab.
Manusia Pancasila dalam berhubungan dengan sesama
manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat dan
kesetaraanya, tanpa membedakan suku, agama, ras, keturunan dan
antar golongan sehingga tidak terjadi diskriminasi dan eksploitasi
antar sesama manusia. Dengan demikian manusia diperlakukan
secara adil dan beradab.

22. Jati Diri Manusia Pancasila sebagai Warga Negara.


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seorang manusia
tidak hanya berkedudukan sebagai pribadi, tetapi juga sebagai
seorang warganegara dari suatu negara bangsa. Sebagai seorang
warganegara, manusia Pancasila wajib memahami hak dan
kewajibannya, serta fungsinya dalam hidup berbangsa dan
bernegara, la harus memahami dasar negara yang dijadikan
landasan dalam hal:
39

a. Mengatur tata hubungan sesama warganegara,


b. Mengatur tata hubungan warganegara dengan lembaga-
lembaga negara.
c. Tata cara memperjuangkan haknya serta melaksanakan segala
kewajiban dan fungsinya sebagai warganegara.
Seorang warganegara terikat pada segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan tidak dapat menghindari
serta mengingkari terhadap hukum positif yang sah dan berlaku.
Penyimpangan dari ketentuan hukum akan dikenai sanksi hukum.
Sesuai dengan ketentuan, bahwa norma hukum bersifat memaksa,
harus dipatuhi oleh setiap warganegara tanpa kecuali. Kepatuhan
dan ketaatan warga-negara terhadap segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku merupakan sasaran pembinaan karakter
yang harus dikembangkan.
Seorang warganegara terikat pada negara bangsanya, la harus
merasa dirinya sebagai warga dari suatu negara-bangsa, bangga
terhadap negara-bangsanya, cinta dan rela berkorban demi negara-
bangsanya. Seorang warganegara adalah seorang patriot bangsa,
selalu menjaga persatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Dengan
demikian wawasan kebangsaan merupakan sasaran pembinaan
karakter warganegara.

23. Jati Diri Manusia Pancasila sebagai Tenaga Pembangunan.


Sebagai tenaga pembangunan, manusia Pancasila harus
memiliki profesionalitas serta keterampilan yang diperlukan dalam
berproduksi atau memberikan pelayanan. Seorang tenaga kerja
Pancasila memiliki semangat juang yang tinggi demi negara
bangsanya dan untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, la
adaiah pekerja yang jujur, tangguh, handal, tekun, rajin, pantang
menyerah, bertanggung jawab serta memiliki motivasi yang tinggi
untuk mencapai sukses. Sehingga manusia Pancasila sebagai
40

tenaga pembangunan adalah tenaga kerja yang berani dan mampu


bersaing dengan tenaga kerja dari manapun juga.
Pembangunan karakter perlu dikembangkan d alam
membentuk jatidiri manusia Indonesia adalah karakter yang
bermuatan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, baik
Pancasila sebagai pandangan hidup dalam membentuk manusia
yang berakhlak mulia, Pancasila sebagai dasar negara yang
bermuatan konsep dan prinsip yang dipergunakan sebagai acuan
dalam bers,ikap dan bertingkah laku sebagai seorang warganegara
dengan baik, sehingga memahami serta mampu menerapkan hak
dan kewajibannya, serta berwawasan kebangsaan maupun
Pancasila sebagai ideologi nasional yang memberikan arahan dalam
melaksanakan pembangunan.

24. Revitalisasi Pembangunan Karakter Bangsa.


Ada 3 hal yang bisa dilakukan upaya warga negara dalam
menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman hilangnya identitas
nasional, yaitu:
a. Character builder (pembangun karakter).
Tergerusnya karakter positif—seperti ulet, pantang menyerah,
jujur, dan kreatif—yang dibarengi tumbuhnya karakter negatif
seperti malas, koruptif, dan konsumtif di kalangan masyarakat
Indonesia, menuntut pemuda untuk meresponnya dengan
cepat dan cerdas. Mereka harus menjadi pioner yang
memperlihatkan kesetiaan untuk memegang teguh kearifan
lokal seperti yang dicontohkan pemuda generasi terdahulu.
b. Caharacter Enabler (pemberdaya karakter).
Pembangunan karakter bangsa tentunya tidak cukup jika tidak
dilakukan pemberdayaan yang berkesinambungan. Oleh sebab
itu, warga negara harus memiliki tekad untuk mejadi role model
dari pengembangan karakter bangsa yang positif.
41

c. Character engineer (perekayasa karakter).


Peran ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan
pembelajaran. Pasalnya, pengembangan karakter positif
bangsa menunut adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat
sesuai dengan perkembangan zaman.

25. Karakter yang Diharapkan.


Secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil
keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah
rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan
keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar
guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif,
dan inovatif. Olah raga berkenaandengan proses persepsi, kesiapan,
peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai
sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan
kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan
penciptaan kebaruan. Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila
Pancasila pada masing-masing bagian tersebut, dapat dikemukakan
sebagai berikut.
a. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman
dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan,
bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko,
pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
b. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas,
kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Iptek,
dan reflektif.
c. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain
bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
d. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain
kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong,
kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli,
42

kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum,


cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan
produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

26. Rangkuman.
Dari uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jati
diri bangsa, adalah pandangan hidup yang berkembang dalam
masyarakat yang menjadi kesepakatan bersama, berisi konsep,
prinsip dan nilai dasar, yang diangkat menjadi dasar negara sebagai
landasan statis, dan ideologi nasional, dan sebagai landasan dinamis
bagi bangsa yang bersangkutan dalam menghadapi segala
permasalahan menuju cita- citanya. Jatidiri bangsa Indonesia tiada
lain adalah Pancasila yang bersifat khusus, otentik dan orisinal yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain.

27. Evaluasi.
1. Sebutkan sasaran utama dalam pembangunan karakter dan
jatidiri bangsa
2. Jelaskan secara ringkas permasalahan yang dihadapi dalam
proses pembangunan karakter yang terjadi sekarang ini.
BAB V
PENUTUP

28. Kesimpulan.
Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai dan
beragam suku dan bangsa, agama, budaya dan bahasa. Jika kita
sebagai warga negara dan generasi penerus bangsa ingin
mempertahankan Indonesia tetap sebagai NKRI yang utuh kita harus
menjaga persatuan dan kesatuan serta membudayakan dan
menjaga kredibilitas karakter bangsa dari arus globalisasi yang
mendunia dan tanpa kenal batas. Mempertahankan jati diri dan
karakter bangsa merupakan cerminan sikap yang menjadi identitas
bangsa yang dapat melahirkan manusia-manusia yang berkarakter
baik, memajukan peradaban bangsa kita semakin terdepan dengan
SDM yang berilmu dan berkarakter.Jati diri bangsa Indonesia adalah
jiwa dan semangat sumpah pemuda Indonesia 28 Oktober 1928.
Sumpah pemuda sebagai jati diri bangsa diloengkapi dengan tiga
komponen lain yaitu Proklamasi, Pancasila, dan UUD 1945.
Keampuhan dan kedasyatan Pancasila mampu menyemangati
dan menjiwai karakter pemuda Indonesia yang sekarang menjadi
bangsa Indonesia. Dengan moda! semangat dan karakter yang
dijiwai Pancasila, mulai ditumbuhkembangkan patriotisme dan
nasionalisme. Jati diri bangsa juga merupakan tampilan yang utuh,
menyeluruh dan tepat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara
yang kesemuanya dicerminkan dalam tiga fungsi. Pertama, penanda
keberadaan; kedua, kedewasaan jiwa, daya juang dan kekuatan
yang ditampilkan secara utuh sebagai ketahanan nasional suatu
bangsa; dan ketiga fungsi pembeda dengan bangsa lain di dunia.
Itulah sebabnya mengapa pendidikan karakter harus dapat
membumikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian.
Knowledge is power, character is more. Di sinilah peran penting
serta tanggung jawab kita sebagai anak bangsa.
44

29. Evaluasi
Buatlah Strategi apa saja yang dilakukan untuk
mengembangkan karakter bangsa.

30. Tindak Lanjut


Berbekal hasil belajar pada hanjar ini, para peserta diklat
diharapkan mengerti, dan memahami serta mampu mewujudkan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan
ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam
konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban
untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis,
berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan Pancasila dan dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
45

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-


nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa,
oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan


Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta

http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/jatidiri-bangsa-
indonesia/

http://ideologipancasila.wordpress.com/butir-pancasila/

http://bangka.tribunnews.com/2013/02/07/memajukan-peradaban-bangsa-
dengan-pendidikan-karakter

http://sosbud.kompasiana.eom/2012/11/13/pemuda-dan-pembinaan-
karakter-bangsa-502921.

http://www.pengertiandefinisi.com/2012/04/pengertian-karakter.html

Anda mungkin juga menyukai