PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
LOMAN BOLAM
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang dan Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ............ 2
B. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK) ..................................................... 7
C. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi ................. 11
iii
BAB VI NEGARA DAN KONSTITUSI
A. Pengertian Negara dan Konstitusi .................................................... 63
B. Konstitusi pada Negara Republik Indonesia ..................................... 70
iv
BAB I
PENGANTAR
Di dalam kehidupannya manusia membutuhkan pendidikan yang merupakan
usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran
atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 Ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, Ayat (3)
menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.
2. Menjelaskan gejala fenomena patologi sosial dalam masyarakat Indonesia dewasa ini.
v
b. Pendidikan kewarganegaraan dalam kelompok mata kuliah pengembanga n
kepribadian (MPK).
c. Sejarah pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi.
Perjalanan bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama
penjajahan, kemudian berlanjut ke-era merebut dan mempertahankan kemerekaan,
hingga era pengisian kemerdekaan, berhadapan dengan kondisi dan tuntutan yang
berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda itu ditanggapi oleh
bangsa Indonesia dengan kesamaan nilai- nilai perjuangan bangsa yang dilandasi oleh
jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan, yang kemudian menjadi kekuatan pendoro ng
proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah nusantara.
vi
Dalam menghadapi globalisasi menuju masa depan untuk mengisi kemerdekaan,
kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing- masing dan
perjuangan ini tetap harus dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia. Kita
harus memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan prilaku yang cinta tanah air
dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa demi tetap utuh dan tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
vii
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandir i,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya Pasal
37 ayat 2 menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa. Cara paling strategis untuk
membangun masyarakat demokratis adalah melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang
di dalamnya terkandung makna sosialisasi, diseminasi dan aktualisasi konsep, sistem,
nilai, budaya, serta praktek demokrasi yang berkeadaban.
Pelanggaran atas hak-hak individual, penjarahan atas hak milik orang lain dan
penjarahan tanah adat secara sistematis merupakan kasus yang semakin banyak dijumpa i
di negeri ini. Problem mental yang sangat serius mengancam kepentingan bersama
masyarakat, yaitu tanggung jawab atas pemeliharaan fasilitas-fasilitas umum. Berbagai
kasus kekecewaan sosial di negeri ini sering berujung pada perusakan fasilitas- fasilitas
umum, seperti anarkhisme demonstrasi dan aksi masa, pembakaran milik orang lain dan
sebagainya.
viii
Penyeragaman yang selama ini dilakukan rezim otoriter membuat akibat buruk pada
harmonitas masyarakat yang plural, sehingga nilai-nilai lokal – tradisiona l
termarginalisasi secara sistematis. Pada saat kontrol negara mulai melemah maka
keberagaman sosial yamg dahulu yang dimarginalisasikan akhirnya menguat secara
chauvinistic, sehingga mengancam harmoni dalam pluralistik di negeri ini. Intolerans i
semakin menggejala dalam konteks interaksi antar agama, antar daerah, antar etnis, antar
partai politik dan lain-lain sehingga sering terjadi pertikaian. Kencenderungan untuk
memaksakan kehendak suatu kelompok sosial juga semakin sering terjadi dalam transisi
masyarakat menuju demokratisasi.
Melemahnya nilai-nilai dalam keluarga merupakan akibat saling pengaruh antar faktor
eksternal dan faktor internal keluarga. Kekerasan terhadap anak dan eksploitasi anak
untuk bekerja mencukupi kebutuhan hidup terutama di kalangan keluarga miskin
merupakan fenomena yang menggejala di perkampungan-perkampungan kumuh
perkotaan akibat krisis ekonomi. Upaya pendidikan melalui keluarga juga semakin
memprihatinkan, orang tua harus bekerja lebih keras dan menghabiskan waktu untuk
pekerjaan guna mencukupi kebutuhan keluarga.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi yang paling buruk di muka
bumi. Akses masyarakat terhadap informasi dan transparansi penyelenggaraa n
pemerintahan banyak terhambat yang akhirnya memberikan peluang praktek Korupsi
Kolusi dan Nepotisme (KKN). Penegakkan hukum terhadap penjarah uang negara dan
rakyat juga sering terabaikan. Pelayanan publik seperti KTP, SIM, STNK, dan
sebagainya juga sering kali masih bersifat kolusif dan tidak transparan. Kesadaran
kontrol masayarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari KKN juga
belum terlalu tinggi.
ix
7. Kerusakan Sistem dan Kehidupan Ekonomi
Reformasi menuju warga negara yang baik (good citizen) bagi Indonesia
bukanlah hal yang mudah karena luasnya wilayah, beragamnya suku, tingkat pendidikan,
kesenjangan ekonomi, serta jumlah penduduk yang sangat besar. Secara teoritis dan dan
praktis, lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam usaha mengubah
masyarakat menuju good citizen. Hal ini disebabkan karena prosesnya yang sistematis,
kurikulum yang terencana, tahapan proses yang jelas, serta pendidik yang terlatih. Istilah
pembentukan good citizen melalui pendidikan inilah yang kemudian dikenal sebagai
Pendidikan Kewarganegaraan.
x
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Sehubungan dengan dasar, fungsi, dan tujuan
pendidikan nasional diatas maka setiap jenjang pendidikan diwajibkan memuat
Pendidikan Kewarganegaraan (Pasal 37). Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air (Penjelasan pasal 37).
Dalam istilah civic education, Pro. Dr. Achmad Sanusi, SH. MPA. Yang dikutip
C.S.T. Kansil mengatakan bahwa civic telah memilih orientasinya pada fungs i
pendidikan dalam arti “Usaha-usah dan proses pembinaan warga negara”. Studi civic
yang smula berorientsi pada ilmu politik, kemudian bergeser dan berkembang menjadi
program pendidikan. Tujuan pendidikan kewarganegaraan dalah untuk membentuk
watak dan karakteistik warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau dan
mampu berbuat baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan
menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara (Winata
Putra, 1978).
Kelompok Mata
No. Deskripsi
Kuliah
xi
1. Pengembangan Kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk
Kepribadian (MPK). mengembangakan masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan YME. Dan berbudi
pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta
mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Berkehidupan
Bermasyarakat
(MBB).
5.
xii
menggunakan dan memanfaatkan keahlian yang dimilikinya untuk kepentingan dirinya,
masyarakat, dan bangsanya.
Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu mata kuliah yang termasuk dalam
kelompok mata kulian Pengembangan Kepribadian (MPK). Kelompok ini memilik i
fungsi strategis dalam kurikulum secara keseluruhan, dengan sasaran pengembanga n
munusia beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mantap, mandiri, serta bertanggung jawab terhadap masyarakat dan
bangsa. Sasaran yang lengkap tersebut merupakan kepribadian unggul yang harus
dimiliki oleh seorang mahasiswa. Dengan memiliki kepribadian unggul tersebut akan
memberi kontribusi pada pencapaian kelompok mata kuliah yang lain. Dengan
kepribadian mantap dan mandiri, maka ia akan selalu berupaya untuk mengembangka n
penguasaan terhadap keakhlian tertentu. Dengan iman, takwa dan ahlak mulia maka ia
akan menjadi seorang profesional yaitu ahli dibidangnya, bertanggung jawab pada
keakhlian yang dimilikinya, digunakan untuk kepentingan dirinya, masyarakatnya dan
bangsanya serta menghindari perbuatan-perbuatan tercela, seperti menyalahgunaka n
keahliannya.
Sejak memasuki priode reformasi ada beberapa Surat Keputusan Direktur Jendral
pendidikan Tinggi yang mengatur tentang pedoman atau rambu-rambu pelaksanaan
Mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), yaitu SK. Nomor
267/DIKTI/Kep/2000 , SK. Nomor 38/DIKTI/Kep/2002, dan SK. Nomor : 43 / DIKTI /
Kep / 2006 yang berlaku sekarang. Dalam setiap surat keputusan tersebut terdapat
perkembangan/perubahan terutama pada substansi kajian. Perubahan dan perkembangan
itu dimaksudkan sebagai tanggapan terhadap perubahaan situasi dan kondisi bangsa yang
begitu pesat di era repormasi ini.
1. Visi kelompok MPK di Perguruan Tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman
dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna menghantarka n
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya.
2. Misi kelompok MPK di Perguruan Tinggi membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai dasar keagamaan dan
kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasa i,
xiii
menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.
3. Standar kompetensi kelompok MPK yang wajib dikuasai mahasiswa meliputi
pengetahuan tentang nilai-nilai agama, budaya dan kewarganegaraan, serta mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut Dalam Kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian
yang mantap; berpikir kritis, bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis;
berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban
5. Substansi Kajian :
a) Filsafat Pancasila
b) Identitas Nasional
e) Demokrasi Indonesia
g) Geopolitik Indonesia
h) Geostrategi Indonesia
Mengenai substansi kajian ini, sekarang sudah ada perubahan dan penyesuaian lagi.
Materi Pancasila yang semula ada yang hanya dimasukkan atau bagian dari materi
mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, sekarang edaran Dirjen Dikti mewajibkan
Pancasila diberikan dalam mata kuliah tersendiri. Kondisi masyarakat kita dewasa ini
dinilai sudah melupakan nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai moral Pancasila yang
merupakan nilai luhur bangsa kita ada kecendrungan memudar tergusur oleh pengaruh
globalisasi.
xiv
a. Proses pembelajaran diselengarakan secara interktif, inspiratif, menyenangka n,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian dengan menempatkan
mahasiswa sebagai subyek pendidikan, mitra dalam proses pembelajaran, dan
sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat, dan warga negara.
b. Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses yang memndidik yang
didalamnya terjadi pembahasan kritis, analitis, induktif, deduktif dan reflektif
melalui dialog kreatif, partisipatori untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran
substansi dasar kajian, berkarya nyata dan untuk menumbuhkan motivasi belajar
sepanjang hayat
c. Bentuk aktivitas proses pembelajaran : kuliah tatap muka, ceramah, diskusi
interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas seminar kecil dan kegiatan
kokurikuler.
d. Menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian
merupakan kebutuhan hidup untuk dapat eksis alam masyarakat global.
Landasan Yuridis MPK Pendidikan Kewarganegaran
a. Pembukaan UUD 1945 alenia II dan IV, sebagai cita-cita dan tujuan nasional bangsa
Indonesia.
b. Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 30 ayat (1 dan 5), Pasal 31 ayat (1 sampai 5)
xv
C. Sejarah Pendidikan Kearganegaran di Perguruan Tinggi
xvi
Tahun 1952 :
Masalah pertahanan dimasukkan didalam kurikulum oleh Universitas Gadjah Mada
(Dosen Mayjen TB Simatupang).
Tahun 1954 :
Diperkenalkan pendidikan pendahuluan pertahanan rakyat (PPPR) dan wajib latih,
menyusul diundangkannya Undang-undang No. 29 Tahun 1954 tentang pertahanan
Negara Republik Indonesia.
Tahun 1961 :
Dikeluarkan surat keputusan No. NI / 0307 / 1961, tentang latihan kemiliteran di
perguruan tinggi menyusul dikumandangkannya Trikora oleh Menteri Keamanan
Nasional.
Tahun 1963 :
Dikeluarkan surat keputusan bersama (SKB) tentang bentuk pendidikan pertahanan
Tahun 1974 :
Pendidikan Kewiraan mulai dilaksanakan di tiga perguruan tinggi sebagai proyek
perintis yang selanjutnya diperluas secara bertahap di lima perguruan tinggi,
kemudian di delapan perguruan tinggi dan seterusnya.
Tahun 1977 :
xvii
Seluruh Perguruan Tinggi Negeri (40 PTN) telah melaksanakan Pendidikan
Kewiraan, kemudian berangsur-angsur diikuti oleh PTS dan Perguruan Tinggi
Kedinasan.
Tahun 1978 :
Pendidikan Kewiwaraan dilaksanakan tergabung dalam Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU).
Tahun 1980 :
Pelaksanaan Sistem Kredit Semester (SKS), Pendidikan Kewarganegaraan diberi
bobot 2 sks.
Tahun 2000 :
Menyusul gerakan reformasi tahun 1988, dikeluarkan surat keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 232/U/2000 tentang pedoman
penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa.
Dalam pasal 10 ayat 1 keputusan Menteri Pendidikan Nasional tersebut menyatakan:
Kelompok MPK pada kurikulum inti yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap
program studi / kelompok program studi terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan demikian berarti nama mata
kuliah Pendidikan Kewiraan yang digunakan sebelumnya diganti dengan nama
Pendidikan Kewarganegaraan dengan substansi kajian yang tidak jauh berbeda. Dasar
subtabsi kajian Pendidikan Kewarganegaraan dari tahun 2000 sampai sekarang terus
mengalami perubahan / penyesuaian sebagai tanggapan kurikulum terhadap
perkembangan yang terjadi di masyarakat, bangsa, dan negara.
TUGAS :
xviii
3. Tuliskan landasan yuridis pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan
4. Prilaku apa yang seharusnya ditunjukkan sebagai tanda tercapainya kompetensi
dasar Pendidikan Kewarganegaraan.
5. Simpulkan perubahan atau perkembangan materi Pendidikan Kewarganegaraan
sejak masa perang kemerdekaan sampai sekarang
Sajikan hasil diskusi kelompok kecil kedalam diskusi kelas untuk mendapat tanggapan,
masukan, dan koreksi dari kelompok l
xix
BAB II
Warga negara merupakan salah satu unsur pokok suatu negara, status
kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dengan
negara. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya, sebaliknya
negara memiliki kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya.
2. Menjelaskan konsep hak dan kewajiban sebagai sifat hakikat manusia dan sifat hakikat
manusia yang lainnya.
4. Menjelaskan hak dan kewajiban warga negara Indonesia yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 serta pengaturannya dalam undang-undang.
Agar tujuan diatas dapat tewujud maka dalam bagian ini akan disajikan 4 sub
materi seperti berikut :
xx
d. Hak dan kewajiban warga negara Indonesia
Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu
wilayah negara (menetap). Biasanya penduduk adalah mereka yang lahir secara turun
menurun dan besar di dalam suatu negara (dapat memiliki KTP).
Bukan Penduduk adalah mereka yang berada dalam wilayah suatu negara hanya untuk
sementara waktu, seperti para turis mancanegara, tamu-tamu negara atau instansi tertentu
dalam suatu negara.
Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari
suatu negara.
Bukan Warga Negara (orang asing) adalah mereka yang berada pada suatu negara tetapi
secara hukum tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan namun tunduk pada
pemerintah dimana mereka berada, seperti Duta Besar, Konsuler, Kontraktor Asing dan
sejenisnya.dan bukan warga negara memiliki hak dan kewajiban yang berbeda
xxi
Pengertian warga negara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) adalah
penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan
sebagainya, yang memiliki kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari
negara itu. Bagi negara Indonesia, pengertian tentang warga negara Indonesia, yang
diatur oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 menyatakan : yang menjadi warga
negara ialah orang-orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
1. Asas Ius Sanguinis (Law of The Blood) adalah asas yang menentuka n
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan merupakan negara tempat
kelahiran.
2. Asas Ius Soli (Law of The Soil) secara terbatas adalah asas yang menentuka n
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan
terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-unda ng
ini.
3. Asas Kewarganegaraan Tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraa n
bagi setiap orang.
4. Asas Kewarganegaraan Terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraa n
ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda
(Bipatride) ataupun tanpa Kewarganegaraan (Apatrde). Kewarganegaraan ganda yang
diberikan pada anak dalam undang-undang ini merupakan suatu pengecualian.
Selain itu asas tersebut diatas penyusunan Undang-Undang No. 12 Tahun 2006
didasarkan pada asas khusus yaitu :
xxii
3. Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan adalah asas yang menentuka n
bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama dalam
hukum dan pemerintahan.
4. Asas Kebenaran Substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya
bersifat administratif, tetapi juga disertai subtansi dan syarat-syarat permohonan yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Asas Non Diskriminatif adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala
hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama,
golongan, jenis kelamin dan gender.
6. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia adalah asas yang
dalam segala hal ikhwal berhubungan dengan warga negara harus menjamin,
melindungi, dan memuliakan Hak Asasi Manusia pada umumnya dan Hak Warga
Negara pada khususnya.
7. Asas Keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka.
8. Asas publisitas adalah asas yang menetukan bahwa seseorang yang memperoleh atau
kehilangan Kewarganegaraan RI diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia
agar masyarakat mengetahuinya.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI antara lain
memuat :
1. Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara
Indonesia. Yang dimaksud dengan Bangsa Indonesia asli adalah orang Indonesia yang
menjadi Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain atas atas kehendak sendiri.
2. Warga Negara Indonesia adalah :
a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan / atau
berdasarkan perjanjian Pemerintah RI dengan negara lain sebelum undang-unda ng
ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang Ayah Warga Negara
Indonesia dan Ibu Warga Negara Asing
xxiii
d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang Ayah Warga Negara Asing
dan Ibu Warga Negara Indonesia
e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang Ibu Warga Negara
Indonesia tetapi Ayahnya tidak memunyai kewarganegaraan atau hukum negara
asal Ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
f. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia
dari perkawinan yang sah dan Ayahnya Warga Negara Indonesia
g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang Ibu Warga Negara
Indonesia
h. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang Ibu Warga Negara Asing
yang diakui oleh seorang Ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun dan / atau belum
kawin
i. Anak yang lahir di wilayah Negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas status kewarganegaraan Ayah dan Ibunya
j. Anak yang baru lahir yang di ketemukan di wilayah RI selama Ayah dan Ibunya
tidak diketahui
k. Anak yang lahir di wilayah Negara RI apabila Ayah dan Ibunya tidak mempunya i
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
l. Anak yang lahir di luar wilayah RI dari seorang Ayah dan Ibu Warga Negara
Indonesia yang karena ketentuan dari Negara tempat anak tersebut dilahirka n
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
m. Anak dari seorang Ayah atau Ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian Ayah atau Ibunya sebelum mengucapkan sumpah
atau janji setia.
3. Syarat-syarat memperoleh kewarganegaraan RI melalui pewarganegaraan :
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin
b. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tingga l di wilayah Negara
RI paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-
turut
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD RI
Tahun 1945
xxiv
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI tidak menjadi berkewarganegaraa n
ganda
g. Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap
h. Membayar uang pewarganegaraan ke kas Negara
4. Tata cara memperoleh kewarganegaraan RI :
a. Mengajukan permohonan pewarganegaraan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
di atas kertas bermaterai cukup kepada Presiden melalui Menteri
b. Menteri meneruskan permohonan tersebut disertai dengan pertimbangan kepada
Presiden dalam waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan
diterima
c. Presiden mengabulkan atau menolak permohonan kewarganegaraan
d. Pengabulan permohonan kewarganegaraan ditetapkan dengan keputusan Presiden
e. Keputusan Presiden tentang pengabulan kewarganegaraan ditetapkan paling
lambat 3 bulan terhitung sejak permohonan diterima oleh Menteri dan
diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14 hari terhitung sejak keputusan
Presiden diputuskan
f. Penolakan permohonan kewarganegaraan harus disertai alasan dan diberitahuka n
oleh Menteri kepada yang bersangkutan paling lambat 3 bulan terhitung sejak
tanggal permohonan diterima oleh Menteri
g. Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan pewarganegaraa n
berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohonan mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia
h. Paling lambat 3 bulan terhitung sejak keputusan Presiden dikirim kepada pemohon,
pejabat memanggil kepada pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia
i. Lafal sumpah sebagai berikut :
Demi Allah / Demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah melepaskan seluruh
kesetiaan saya kepada kepada kekuasaan asing, mengakuai, tunduk, dan setia
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan akan membelanya dengan
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara
kepada saya sebagai warga negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.
xxv
j. Lafal janji setia :
B. Karakter Bangsa
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Dasar Negara, ini berarti Pancasila telah
menjadi pandangan hidup banga Indonesia yang memberikan pola perilaku atau karakter
bangsa Indonesia. Dengan kata lain karakter bangsa Indonesia tercermin oleh karakter
yang terkandung di dalam :
KARAKTER
xxvi
penganut dan keselamatan masyarakat dan dan kegotong
kepercayaan kewajiban bangsa diatas negara royongan
2) Saling kepentingan 2) Sikap adil
2) Saling 2) Tidak
menghormati pribadi atau 3) Menjaga
mencintai memaksakan
kebebasan golongan keharmonisan
kehendak kepada
menjalankan 3) Tenggang 2) Rela berkorban antara hak dan
orang lain
ibadah sesuai rasa untuk kewajiban
dengan agama kepentingan 3) Mengutamakan 4) Hormat
dan 4) Tidak bangsa dan terhadap hak-
musyawarah
kepercayaan semena-mena negara hak orang lain
untuk mufakat
itu. terhadap 3) Bangga menjadi 5) Suka menolong
3) Tidak orang lain bangsa 4) Beritikad baik orang lain
memaksakan Indonesia yang dan bertanggung 6) Jauh dari sikap
5) Gemar
agama dan bertanah air jawab dalam pemerasan
melakukan
kepercayaan Indonesia serta melaksanakan 7) Tidak boros
kegiatan
kepada orang menjunjung keputusan 8) Tidak bergaya
kemanusiaan
lain tinggi bahasa bersama hidup mewah
6) Menjunjung
4) Hubungan Indonesia 9) Suka bekerja
tinggi nilai- 5) Menggunakan
antar manusia 4) Memajukan keras
nilai akal sehat dan
dan dengan persatuan dan 10) Menghargai
kemanusiaan nurani luhur
manusia kesatuan yang karya orang lain
7) Berani dalam
ber-Bhineka
membela bermusyawarah
Tunggal Ika
kebenaran
6) Mengambil
dan keadilan
keputusan yang
8) Merasakan
secara moral
dirinya
dapat
sebagai
dipertanggung-
bagian dari
jawabkan kepada
seluruh umat
Tuhan YME serta
manusia serta
nilai-nilai
mengembang
kebenaran dan
kan sikap
keadilan
hormat
menghormati
xxvii
Karakter bangsa merupakan karakter yang harus ada untuk membangun
hehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar negara. Dari karakter
bangsa ini harus dapat diturunkan untuk dapat membangun karakter individu yang
diterapkan di berbagai macam komunitas masyarakat, diantaranya adalah masyarakat
akademik
Muatan karakter yang berasal dari olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan
karsa yang diturunkan dari setiap sila Pancasila, kemudian dipilih satu jenis karakter dari
keempat olah tersebut. Adapun berbagai macam jenis karakter dan karakter yang dipilih
adalah sebagai berikut :
Dari jenis-jenis karakter yang terdapat dalam ranah olah hati, olah pikir, olah raga,
olah rasa dan karsa, masing- masing diambil satu karakter sebagai nilai-nilai dasar
karakter yang diberlakukan di lingkungan Pendidikan Tinggi, yaitu Jujur, Cerdas,
xxviii
Tangguh, dan Peduli. Secara harfiah nilai-nilai dasar karakter tersebut, dimuat dalam
tabel berikut ini.
xxix
karakter (jujur, cerdas, tangguh, peduli) kedalam setiap mata kuliah, gerakan anti
menyontek, anti plagiat. Sektor Non Kurikuler, memasukkan nilai- nilai dasar karakter
kedalam seluruh kegiatan ekstra kurikuler dan ko-kurikuler.
Sebelum kita membicarakan hak dan kewajiban warga negara Indonesia menurut
UUD 1945, terlebih dahulu kita bicarakan pengertian hak dan kewajiban sebagai salah
satu sifat hakikat manusia. Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian filsa fat
khususnya filsafat antropolgi dan menjadi keharusan bagi dunia pendidikan terutama
Pendidikan Kewarganegaraan untuk dibahas secara mendasar, karena landasan dan
tujuan pendidikan itu sendiri bersifat filosofis normatif.
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestas i
dari manusia mahluk sosial dan mahuk individu. Kewajiban dan hak merupakan
pasangan yang tidak dapat dipisahkan, yang satu ada hanya karena ada yang lainnya.
Tidak ada hak tanpa kewajiban atau sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak, dengan
kata lain hak itu ada karena adanya kewajiban atau sebaliknya kewajiban itu ada karena
adanya hak. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu, maka tentu ada
pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut.
xxx
kita rasakan menyenangkan. Sebenarnya kewajiban bukanlah suatu beban melainka n
suatu keniscayaan, artinya selama seseorang menyebut dirinya manusia dan mau
dipandang sebagai manusia, maka wajib itu menjadi keniscayaan baginya. Jika mengelak
dari kewajiban maka berarti mengingkari kemanusiaannya sebagai mahluk sosial. Makin
menyatu seseorang dengan kewajiban maka nilai dan mertabat kemanusiaannya semakin
tinggi dimata masyarakat. Dengan kata lain melaksanakan kewajiban itu adalah suatu
keluhuran, alangkah baiknya seorang guru yang melaksanakan kewajaban sebaik-
baiknya tanpa pamrih, atau seorang pejabat yang melakukan kewajiban dengan sebaik-
baiknya.
Pemenuhan hak dan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan, keadilan bisa
terwujud bila ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kemampuan menghaya ti
kewajiban sebagai keniscayaan tidaklah lahir dengan sendirinya tetapi tumbuh melalui
suatu proses usaha. Usaha menumbuhkembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai
suatu keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin, benih-benih kedisiplina n
seharusnya sudah mulai ditumbuhkan sejak dini melalui latihan kebiasaan.
b. Kata Hati
Kata hati atau berbagai istilah lain seperti hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita
hati, adalah kemampuan pada diri manusia yang memberikan penerangan tentang baik
buruknya perbuatan sebagai manusia. Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan
kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang baik / benar dan yang buruk /
salah atau kemampuan dalam mengambil keputusan hanya dari sudut pandang tertentu
misalnya hanya berdasarkan kepentingan dirinya dikatakan memiliki kata hati yang
tumpul.
c. Tanggung Jawab
xxxi
kepada Tuhan. Tanggung jawab pada diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati,
apabila dilanggar akan berakibat sanksi berupa rasa penyesalan. Tanggung jawab kepada
masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial, apabila dilanggar akan
mendapatkan sanksi masyarakat berupa cemo’ohan, dikucilkan atau hukuman penjara.
Bertanggung jawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama,
sanksi pelanggarannya akan menimbulkan perasaan berdosa dan terkutuk. Pada setiap
warga negara seharusnya tiga macam tanggung jawab tersebut dikembangkan sejak dini
dengan membiasakan berbuat hal-hal yang sesuai dengan kata hati, sesuai dengan
norma sosial, dan sesuai dengan norma agama
d. Rasa Kebebasan
Kebebasan diartikan tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Dalam pengertian diatas terdapat dua hal yang saling
bertentangan yaitu rasa bebas (tidak terikat sesuatu) dan harus sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia (ikatan). Dengan demikian kebebasan dalam arti yang sebenarnya
berlangsung dalam keterikatan, artinya bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan
dengan tuntutan kodrat manusia. Pernyataan diatas menunjukkan bahwa merdeka tidak
berarti berbuat tanpa ikatan. Perbuatan bebas membabi-buta tanpa memperhatika n
petunjuk kata hati, sebenarnya hanya merupakan kebebasan semu, sebab kelihata nnya
bebas tetapi justru tidak bebas karena perbuatan itu segera disusul oleh sanksi-sanksi
yang mengundang kegelisahan. Upaya pendidikan adalah mengusahakan agar peserta
didik dibiasakan menginternalisasi nilai-nilai, aturan-aturan kedalam dirinya sehingga
dirasakan sebagai miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi dirasakan
sebagai sesuatu yang merintangi gerak hidupnya.
Kemampuan menyadari diri merupakan anugrah yang luar biasa dimana manusia
bisa melihat dan menilai dirinya sendiri. Kaum rasionalis menunjuk kunci perbedaan
manusia dengan hewan ada pada kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia
itu. Berkat adanya kemampuan ini maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri
khas atau karakteristik diri. Hal ini dapat menyebabkan manusia dapat membedakan
dirinya dengan AKU-AKU yang lain disekitarnya dan kemampuan ini bisa dijadikan
landasan untuk membina toleransi baik sesama manusia maupun dengan lingkungannya.
xxxii
Lebih dari itu manusia dapat membuat jarak dengan lingkungan baik yang berupa
pribadi maupun non-pribadi yang berupa benda. Kemampuan membuat jarak dengan
lingkungan ini berarah ganda yaitu arah keluar dan arah kedalam. Dengan arah keluar,
AKU memandang dan menjadikan lingkungan sebagai objek dan memanipulas inya
untuk memenuhi kebutuhan AKU. Puncak aktivitas yang mengarah keluar ini dapat
dipandang sebagai gejala egoisme. Dengan arah kedalam, AKU memberi status pada
lingkungan sebagai subjek yang berhadapan dengan AKU sebagai objek yang isinya
adalah pengabdian, pengorbanan, tenggang rasa, dsb. Dalam proses pendidikan
kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara seimbang demi tercapainya
keseimbangan antara mahluk individu dan mahluk sosial.
Yang lebih istimewa lagi dari kemampuan menyadari diri ini adalah manusia
dapat membuat jarak dengan AKU-nya sendiri, ia keluar dari dirinya dengan berperan
sebagai subjek kemudian memandang dirinya sebagai objek, untuk melihat kelebihan dan
kekurangan pada dirinya. Implikasi faedahgogisnya adalah keharusan pendidikan untuk
menumbuhkembangkan peserta didik agar mampu mendidik diri sendiri.
Hak dan kewajiban warga negara Indonesia yang dimuat dalam UUD Tahun 1945
adalah :
Pasal 27 : (1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan tidak ada
kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara
xxxiii
Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan fikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.
xxxiv
a. Unjuk rasa atau demonstrasi, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisa n dsb, secara
demonstratif di muka umum.
b. Pawai, yaitu cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum.
c. Rapat umum, yaitu pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampa ika n
pendapat dengan tema tertentu.
d. Mimbar bebas, yaitu kegiatan penyampaian pendapat di muka umum yang
dilakukan secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu.
6. Tata cara penyampaian pendapat di muka umum adalah :
a. Dilaksanakan di tempat terbuka untuk umum kecuali di lingkungan istana
Kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara
atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan objek-objek vital
nasional serta pada hari besar nasional.
b. Peserta penyampaian pendapat di muka umum dilarang membawa benda-
benda dapat membahayakan keselamatan umum.
c. Penyampaian pendapat di muka umum wajib memberi tahu secara tertulis
kepada Polri selambat-lambatnya 3 x 24 jam sebelum kegiatan dimulai.
d. Pemberitahuan secara tertulis yang dimaksud tidak berlaku bagi kegiatan
ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan.
e. Surat pemberitahuan harus memuat :
(a) Maksud dan tujuan.
(b) Tempat, lokasi dan rute.
(c) Waktu dan lama.
(d) Bentuk.
(e) Penanggung jawab.
(f) Nama dan alamat organisasi, kelompok atau perorangan.
(g) Alat peraga yang diperlukan.
Bab XA Pasal 28 A - 28 J :
xxxv
Penambahan rumusan HAM ke dalam Undang-Undang Dasar 1945, bukan hanya
untuk mengakomodasi pandangan HAM sebagai isu global, akan tetapi juga HAM
merupakan salah satu syarat negara hukum, menjadi indikator tingkat peradaban, tingkat
demokrasi, dan tingkat kemajuan suatu negara.
Terkait dengan keseimbangan antara hak dan kewajiban yang sudah kita
bicarakan pada konsep Hak dan Kewajiban pada sub bagian terdahulu, hal ini terlihat
pada Pasal 28J yang berbunyi :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nila i-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Pasal 29 :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut seta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Kepolisian Negara RI sebagai
kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
(3) TNI terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, sebagai alat
negara yang bertugas mempertahankan, melindungi, dan memlihara keutuhan
dan kedaulatan negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayo mi,
melayani masyarakat serta menegakkan hukum.
xxxvi
(5) Susunan dan kedudukan TNI, Kepolisian Negara RI dalam menjala nka n
tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan
diatur dengan Undang-Undang.
Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang nomor 3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara yang memuat antara lain :
1. Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
peyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
2. Tujuan pertahanan negara adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan
negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman.
3. Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan TNI
sebagai komponen utama dan didukung oleh komponen cadangan dan komponen
pendukung
4. Komponen cadangan terdiri atas warga negara, Sumber Daya Alam, Sumber
Daya Buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah dipersiapkan untuk
dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen
utama.
5. Komponen pendukung terdiri atas warga negara, Sumber Daya Alam, Sumber
Daya Buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan
komponen cadangan.
6. Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan Kewarganegaraan
b. Pelatihan dasar Kemiliteran secara wajib
c. Pengabdian sebagai prajurit TNI
d. Pengabdian sesuai dengan profesi
Pasal 31 :
xxxvii
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-Undang
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh
persen dari APBN serta APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraa n
pendidikan nasional
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.
Pasal 33 :
xxxviii
Latihan :
Untuk mengukur taraf pemahaman saudara terhadap bab ini, kerjakan tugas
berikut ini secara berkelompok, Kelas dibagi menjadi 5 kelompok, hasil kerja kelompok
tampilkan dalam diskusi kelas untuk memperoleh masukan dari kelompok lain.
1. Jelaskan apa yang dimaksud penduduk dan bukan penduduk, warga negara dan bukan
warga negara.
2. Apa yang dimaksud dengan asas Ius Songuinis dan Ius Soli dalam kewarganegaraan.
3. Jelaskan syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan RI.
4. Jelaskan karakter yang terdalam sila-sila Pancasila (pilih dua karakter untuk setiap
sila)
5. Sebutkan empat macam olah dalam karakter bangsa yang bersumber dari sila
Pancasila
6. Sebutkan empat karakter dasar yang dipilih untuk dilaksanakan di pendidikan tinggi
serta jelaskan bagaimana pelaksanaannya
7. Jelaskan 5 sifat hakikat manusia yang digunakan dalam pembinaan warga negara.
8. Berikab minimal 4 contoh pelanggaran yang sering terjadi terhadap Undang -
Undang nomor 9 tahun 1998.
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Sistem Pertahanan Rayat Semesta.
10. Jelaskan penyelengaraan keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara.
xxxix
BAB III
IDEOLOGI PANCASILA
xl
A. Pengertian Ideologi Pancasila
Secara etimologis kata ideologi berasal dari bahasa Yunani “idea” yang berarti
gagasan atau cita-cita dan “logos” yang berarti ilmu sebagai hasil pemikiran.
Berdasarkan pengertian dua kata tersebut, maka dapat dipahami bahwa ideologi adalah
suatu gagasan atau cita-cita yang berdasarkan hasil pemikiran. Dengan demikian
ideologi dapat diartikan sebagai keseluruhan gagasan, cita-cita, keyakinan, dan nilai-
nilai dasar yang dijunjung tinggi sebagai pedoman bagaimana manusia harus berpikir,
bersikap dan bertindak.
Pancasila dirumuskan oleh para pendiri negara adalah digali, ditemukan dari
kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat Indonesia, serta bersumber dari
pandangan hidup bangsa. Dengan demikian maka ideologi Pancasila adalah milik
semua rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu rakyat Indonesialah yang
berkewajiban untuk mewujudkan ideologi Pancasila dalam berkehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila merupakan ideologi terbuka,
ideologi yang dapat beradaptasi terhadap proses kehidupan baru dan mampu bersaing
dengan bangsa-bangsa lain, namun tetap konsisten mempertahankan identitas dalam
ikatan persatuan Indonesia.
BPUPKI yang dibentuk 29 April 1945, baru dilantik pada tanggal 28 Mei 1945
dan keesokan harinya langsung mengadakan sidang pertamanya. BPUPKI mengadakan
2 kali masa sidang yaitu pertama tanggal 29 Mei s.d. 1 Juni 1945, dan kedua 10 s.d. 17
Juli 1945. Masa sidang pertama ini adalah membicarakan dasar Indonesia Merdeka, dan
muncul rumusan dasar negara dari Mr. Muhamad Yamin (29 Mei 1945), Prof. Dr.
Soepomo (31 Mei 1945), dan Ir. Soekarno (1 Juni 1945) dan Ir. Soekarno menyebutkan
rumusan tersebut diberi nama Pancasila.
xli
Pada tanggal 22 Juni 1945, panitia kecil tersebut berhasil merumuskan “Piagam
Jakarta” yang didalamnya terdapat rumusan dan sistematika Pancasila seperti berikut :
3. Persatuan Indonesia
Pada tanggal 14 Juli 1945 (masa sidang kedua 10 s.d.17 Juli 1945) BPUPKI menerima
Piagam Jakarta sebagai pembukaan dari Rancangan Undang-undang Dasar yang
dipersiapkan untuk negara Indonesia merdeka.
c. Mempunyai wewenang untuk meletakkan Dasar Negara (pokok kaidah negara yang
fundamental) (Udin S. Winataputra, 2002).
xlii
C. Pancasila sebagai Pandang Hidup Bangsa Indonesia
a. Pengakuan dan keyakinan bangsa Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang Maha
Esa
c. Mengakui dan memberikan kebebasan pada orang lain untuk memeluk agama dan
mengamalkan ajaran agamanya
xliii
a. Kesadaran dan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan hati
nurani
e. Memunculkan sikap tenggang rasa dan tepo slira dalam hubungan sosial
Pada masa Orde Baru, upaya untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam
masyarakat cukup inten, hal ini bisa dilihat melalui program yang sangat populer yang
bernama Podoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang disingkat P-4.
Program ini diharapkan menjadi penuntun bagi manusia Indonesia untuk bersikap dan
berperilaku sesuai dengan Pancasila. Kemudian masing-masing sila Pancasila
dibuatkan butir-butir wujud pengamalannya, yang berjumlah 45 butir. Setiap butir P-4
xliv
itu merupakan penuntun yang perlu dilaksanakan dan diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila yang dikembangkan pada
masa Orde Baru melalui butir-butir pedoman penghayatan dan pengamalan ini menurut
hemat kami cukup baik untuk menjadi pedoman, tapi sayangnya pada masa Orde Baru,
butir-butir pedoman ini hanya dibicarakan, didiskusikan, dalam ruang penataran saja,
orang hanya hapal Pancasila dengan butir-butir pedomannya, sementara itu
kenyataannya sama sekali tidak diamalkan dalam kehidupan sehari bahkan perilakunya
sangat bertentangan dengan nilai- nilai Pancasila. Oleh sebab itu begitu tiba masa
reformasi, upaya yang populer dengan sebutan P-4 itu ditentang habis-habisan,
termasuk badan pelaksananaya yang bernama BP-7 dibubarkan seolah olah menjadi
barang terlarang di Indonesia.
xlv
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
8. Berani membela kebenaran dan keadilan
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunya i
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentinga n
bersama
4. Musyawaraah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah
6. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
xlvi
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nila i
kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentinga n
bersama
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk melaksanakan
permusyawaratan
Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Moral kemanusiaan yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa
Indonesia adalah :
xlvii
a. Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing- masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Saling menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Moral kemanusiaan yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa
Indonesia adalaah :
Moral Persatuan Indonesia yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku
bangsa Indonesia adalah :
xlviii
Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan
Moral kerakyatan yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa
Indonesia adalah :
Moral keadilan sosial yang harus dihayati dan harus menjadi perilaku bangsa
Indonesia adalah :
xlix
Indonesia, kalau kita ingin hidup aman, damai, adil, makmur, dan sejahtera di bumi
Indonesia ini. Dengan mengamalkan nilai-nilai ini kita yakin akan dapat berhasil
membangun negara ini menjadi negara yang maju bersing dengan negara-negara maju
lainnya dan tujuan negara yang diamanatkan pembukaan UUD 1945 bisa kita capai.
Pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari disebut juga dengan pengamalan
Pancasila secara subyektif yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan
kebudayaan. Selain itu juga meliputi lingkungan hidup pribadi, , hidup keluarga, dan
hidup kemasyarakataan.
Untuk menambah wawasan anda berikut ini dikutipkan tata urutan peraturan
perundang-undangan menurut Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2011 adalah
seperti berikut :
l
c. Undang-Undang ; Peraturan perundang-undanganan yang dibentuk oleh DPR dengan
persetujuan bersama Presiden
d. Peraturan Pengganti Undang-Undang (PERPU) ; Peraturan perundang-unda nga n
yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal yang memaksa
e. Peraturan Pemerintah ; Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden
untuk menjalankan undang-undang sebagai mana mestinya
f. Peraturan Presiden ; Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden,
materinya adalah yang diperintahkan oleh undang-undang atau untuk melaksanakan
peraturan pemerintah
g. Peraturan Daerah ; Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan
persetujuan bersama Kepala Daerah
Latihan
li
4. Berikan contoh perilaku yang bertentangan dan yang sesuai dengan nilai-nila i
Pancasila !
(5 yang bertentangan dan 5 yang sesuai, berdasarkan masing- masing sila-sila
Pancasila)
lii
BAB IV
IDENTITAS NASIONAL
1. Memahami identitas nasional, bagaimana identitas itu terbentuk, dan apa pentingnya
identitas nasional.
2. Dapat menjelaskan unsur-unsur pembentuk identitas nasional
3. Memahami realitas masyarakat yang majemuk dan dapat menempatkan diri di tengah-
tengah masyarakat dengan baik.
4. Memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi yang merupakan bagian identitas
nasional
Identitas Nasional terdiri dari dua kata yaitu identitas dan nasional. Identitas
diartikan sebagai ciri, tanda, atau jatidiri; sedangkan nasional dalam kontek pembahasan
ini berarti kebangsaan. Dengan demikian Identitas Nasional dapat diartikan sebagai jati
diri nasional atau kepribadian nasional. Jatidiri nasional suatu bangsa tentu saja berbeda
dengan jati diri bangsa lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan latar belakang sejarah,
liii
kebudayaan, maupun geografi. Jatidiri nasional bangsa Indonesia terbentuk karena rakyat
Indonesia memiliki pengalaman sejarah yang sama. Berawal dari pengalaman masing-
masing daerah dalam menghadapi kaum penjajah, timbullah perasaan senasib untuk
menghadapi para penjajah. Perasaan senasib ini kemudian mendorong tumbuhnya
kesadaran bahwa kita memang banyak memiliki perbedaan, tetapi perbedaan itu tidak
dapat menutup kenyataan bahwa kita memiliki kesamaan sejarah dalam melawan kaum
penjajah. Pengalaman sejarah yang sama ini kemudian menumbuhkan kesadaran
kebangsaan yang akhirnya melahirkan identitas nasional.
Lahirnya identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari dukungan
faktor obyektif, yaitu faktor yang berkaitan dengan geografis-ekologis dan demografis;
dan faktor subyektif, yaitu faktor-faktor historis, politik, sosial, dan kebudayaan yang
dimiliki bangsa itu. Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai
daerah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikas i
antar wilayah dunia di Asia Tenggara ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan
demografis, ekonomis, sosial, dan kultural bangsa Indonesia.
Robert de Ventos yang dikutip Manuel Castells (Asykuri ibn Chamim dkk, 2002)
mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional sebagai hasil interaksi historis
antara empat faktor penting yaitu :
1. Faktor primer mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang sejenis.
2. Faktor pendorong meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya
angkatan bersenjata moderen, dan sentralisasi monarkis
3. Faktor penarik mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,
tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional.
4. Faktor reaktif meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian identitas
alternatif melalui memori kolektif rakyat
Dalam kontek ke-Indonesiaan, identitas nasional merupakan manifestasi nila i-
nilai dasar yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dasar
tersebut kemudian diformulasikan dan diberi nama Pancasila. Dengan demikian hakikat
identitas nasional bangsa Indonesia adalah Pancasila yang aktualisasinya tercermin
dalam penataan kehidupan dalam arti luas, misalnya dalam aturan perundang-unda nga n
dan hukum, sistem pemerintahan, serta nilai etika dan moral yang secara normatif
diterapkan di dalam pergaulan nasional maupun internasional.
liv
Secara fundamental, Pancasila sebagai identitas nasional bangsa Indonesia
memiliki kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, ideologi negara, dan sebagai dasar negara
membentuk identitas nasional bangsa Indonesia, menjadi cita-cita bersama berisi konsep,
prinsip, dan nilai-nilai dasar. Secara instrumental, unsur identitas nasional meliputi UUD
1945 dan tata peraturan perundang-undangan, lembaga negara, semboyan negara,
bendera negara, dan lagu kebangsaan.
1. Wilayah geografi
Wilayah geografi Indonesia secara historis adalah wilayah yang semula menjadi
wilayah kekuasaan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya dan Majapahit, yang meliputi
seluruh wilayah nusantara, sebagian wilayah Thailand, Malaysia, Singapura hingga
wilayah Filipina terutama dibawah pemerintahan Raja Sriwijaya : Balaputradewa, dan
dibawah pemerintahan Raja Majapahit : Hayamwuruk. Ketika Bangsa Indonesia
menyatakan diri menjadi Bangsa yang merdeka, bersatu, dan berdaulat, secara politik
para pendiri bangsa menetapkan bahwa wilayah geografi yang menjadi identitas nasional
Republik Indonesia adalah seluruh wilayah nusantara yang meliputi seluruh wilayah
bekas jajahan Belanda.
2. Suku Bangsa
Suku bangsa sebagai unsur pembentuk identitas nasional dapat dibagi kedalam
dua kelompok yaitu suku bangsa Askriptif dan kelompok migran. Suku bangsa Askriptif
adalah suku bangsa yang sudah ada di wilayah geografi nusantara, sedangkan kelompok
migran yang telah menyatakan diri menjadi warga negara dan setia terhadap Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa, ideologi negara, dan dasar negara, meliputi kelompok
migran asal Asia seperti Tionghoa, Arab, dan India. Kelompok migran asal Eropa seperti
Belanda, Jerman, dan Italia. Kelompok migran asal Amerika seperti Kanada dan Amerika
Serikat. Kelompok migran asal Afrika seperti Mesir dan Nigeria. Oleh karena itu bangsa
Indonesia terbentuk dari RAS dan suku bangsa yang majemuk, sebagian besar termasuk
suku bangsa Askriptif. Di Indonesia terdapat lebih kurang 300 suku bangsa dengan
bahasa dan dialek yang berbeda.
lv
3. Agama
4. Kebudayaan
5. Bahasa Indonesia
lvi
kemudian ditetapkan oleh para pemuda dari Sabang sampai Marauke sebagai bahasa
persatuan yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta.
lvii
wilayah Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
sekutu, keesokan harinya 15 Agustus 1945 para tokoh pemuda meminta Ir. Soekarno
menyatakan kemerdekaan Indonesia, tetapi Ir. Soekarno menolak sebelum
membicarakannya terlebih dahulu dengan PPKI. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
diboyong ke Rengasdengklok dan didesak untuk segera melaksanakan proklamasi
kemerdekaan. Pada malam harinya kedua tokoh tersebut dijemput oleh Ahmad Soebardjo
kembali ke Jakarta untuk menyelenggarakan rapat PPKI di rumah Laksana Muda Maeda
di jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Menjelang rapat PPKI, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
menemui Mayjen Nisyimura untuk meminta pendapat mengenai pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Nisyimura tidak bisa memberikan keputusan apapun karena
Jepang dalam kondisi bangsa yang kalah perang. Hal ini mendorong bangsa Indonesia
untuk mengambil keputusan menyatakan diri sebagai bangsa merdeka, berdaulat dan
mengatur diri menurut kekuatan sendiri tanpa campur tangan pemerintah kolonial
Jepang. Malam itu teks proklamasi dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan
Ahmad Soebardjo, selanjutnya diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Setelah
disetujui oleh anggota PPKI dan para pemuda yang hadir di jalan Imam Bonjol I Jakarta,
atas saran Soekarni teks proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia. Pada saat itu juga diputuskan bahwa teks proklamasi
akan dibacakan di kediaman Ir. Soekarno jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, pada pukul
10 WIB. Keesokan harinya 17 Agustus 1945 pukul 10 WIB teks proklamasi
dikumdangkan melalui siaran radio milik pemerintahan jajahan Jepang ke seluruh dunia.
Proklamasi kemerdekaan tahun 1945 serta perang kemerdekaan yag berlangsung antara
tahun 1945-1949 merupakan wujud yang paling nyata dari meluapnya kesadaran
kebangsaan di kalangan rakyat Indonesia.
lviii
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila harus mampu diwujudkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai nilai praksis yang mencerminkan nilai-
nilai dasar tersebut.
Pengaruh sistem ideologi liberal sebagai misi utama globalisasi harus mampu
ditempatkan dalam proporsinya sebagai nilai praksis milik ideologi asing, sehingga
kualitas kesadaran dan komitmen dari bangsa Indonesia untuk memegang teguh nilai-
nilai dasar ideologi Pancasila harus tetap terjaga dan direalisasikan dalam kehidupan
berbangsa yang mencakup bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan
keamanan.
lix
1. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif terus dikembangkan dan
ditingkatkan
2. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlevansikan dan diaktualisas ika n
nilai instrumentalnya agar tetap mampu membimbing dan mengarahkan kehidupan
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, selaras dengan peradaban dunia yang
berubah dengan cepat, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia
3. Bhinneka Tunggal Ika dan konsep Wawasan Nusantara yang bersumberdari Pancasila
harus terus dikembangkan dan ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai
upaya untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah serta moralitas
yang royal dan bangga terhadap bangsa dan negara.
4. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara harus dihayati dan
diamalkan secara nyata oleh setiap penyelenggara negara, lembaga kenegaraan,
lembaga kemasyarakatan, serta setiap warga negara Indonesia agar kelestarian dan
keampuhannya terjaga dan tujuan nasional serta cita-cita bangsa Indonesia terwujud.
5. Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila, harus menunjukkan keseimbanga n
antara fisik material dengan mental spiritual untuk menghindari tumbuhnya
materialisme dan sekularisme. Pembangunan harus adil dan merata di seluruh wilayah
negara dengan memperhatikan kondisi geagrafis negara untuk memupuk rasa
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.
6. Pendidikan Moral Pancasila harus ditanamkan sejak dini melalui kurikulum setiap
tingkat pendidikan dengan cara mengintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran.
Pendidikan Moral Pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat melalui
pendidikan pendidikan luar sekolah dengan mengintegrasikan kedalam setiap
program pendidikan non formal yang ada di masyarakat.
lx
6. Dasar Negara (Pancasila)
Latihan :
lxi
BAB V
DEMOKRASI INDONESIA
Bab ini memuat dua bagian yaitu : pertama, membicarakan tentang Konsep dan
Prinsip Demokrasi, kedua, membicarakan Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia. Setelah
mempelajari bagian ini, diharapkan mahasiswa mampu :
lxii
pemerintahan itu, dan bagaimana agar pemerintahan itu diperuntukkan bagi rakyat,
dalam pelaksanaan semua itu mengundang perdebatan panjang.
Demokrasi tidak akan efektif dan lestari tanpa substansi yang berwujud ideologi
yang mewarnai pengorganisasian berbagai elemen politik seperti partai politik, lembaga -
lembaga pemerintahan maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan. Kelestarian
demokrasi memerlukan partisipasi rakyat yang bersepakat mengenai makna dan paham
bekerjasama serta kegunaan demokrasi bagi kehidupan mereka. Demokrasi yang kuat
bersumber kepada kehendak rakyat dan bertujuan untuk mencapai kemaslahata n
bersama. Dewasa ini istilah demokrasi sudah lebih luas mencakup demokrasi ekonomi,
kebudayaan, dan bahkan demokrasi menjadi sikap hidup yang mencakup segala bidang
kehidupan.
Penerapan demokrasi di berbagai negara bisa jadi berbeda-beda hal ini tidak
terlepas dari sejarah, kondisi sosial kultural, ideologi, tujuan nasional, dan aspek-
lxiii
aspek lain yang tidak sama di setiap negara. Sebagai suatu kondisi ideal demokrasi
tentu dicita-citakan oleh banyak kalangan, tetapi upaya menuju demokrasi yang ideal
merupakan sebuah proses yang tidak mudah. Dibawah pemerintahan yang otoriter tidak
ada demokrasi karena hak rakyat untuk berpartisipasi dalam kegiatan poilitik,
kebudayaan, atau ekonomi dibatasi. Karena itu dukungan rakyat terhadap demokratisas i
akan sangat menentukan keberhasilan proses tersebut. Demokratisasi biasanya diawali
dengan meluasnya kebebasan, media massa diberi kelonggaran, masyarakat luas
melakukan partisipasi sosial melalui organisasi serta berkembangnya penghargaan
terhadap keragaman.
lxiv
Dalam pengertian yang mendasar, demokrasi berarti pemerintahan oleh rakyat
yang berarti partisipasi rakyat sangat penting. Tetapi partisipasi tersebut tidak akan dapat
dilaksankan dengan baik jika tidak terdapat kebebasan dan kesetaraan di antara warga
negara. Selain itu harus ada hukum yang mengatur segenap aspek kehidupan dan juga
harus ada wahana yang menjadi tempat menyalurkan aspirasi warga negara. Setiap warga
negara seharusnya terlibat dalam pembuatan keputusan politik, baik secara langsung
maupun melalui wakil-wakil pilihan mereka.
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap negara yang
menerapkan demokrasi memiliki kecenderungan yang sama dalam hal prinsip-prins ip
yang dianut. Beberapa prinsip demokrasi yang dianut secara universal, mencakup :
Masalah persamaan, menjadi kepentingan utama dalam teori dan praktek politik. Pada
umumnya tingkat persamaan yang dituju antara lain persamaan politik, persamaan
dimuka hukum, persamaan kesempatan, persamaan ekonomi, persamaan sosial atau
persamaan hak.
4. Suremasi hukum.
lxv
Penghormatan terhadap hukum harus dikedepankan baik oleh penguasa maupun oleh
rakyat, tidak terdapat kesewenang-wenangan yang bisa dilakukan atas nama hukum,
karena itu pemerintah harus didasakan pada hukum yang berpihak kepada keadilan
(rule of law). Setiap warga negara berdiri setara dihadapan hukum tanpa ada
pengecualian. Jika hukum dibuat atas nama keadilan dan disusun dengan
memperhatikan pendapat rakyat, maka tidak ada alasan untuk mengabaikan apalagi
melecehkan hukum dan lembaga hukum.
lxvi
Rumusan singkat demokrasi pancasila tercantum dalam sila ke-empat Pancasila
yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan. Rumusan tersebut pada dasarnya merupakan rangkaian totalitas yang terkait
erat antara satu sila dengan sila lainnya secara bulat dan utuh. Beberapa rumusan
mengenai pengertian Demokrasi Pancasila yang dikutip S. Sumarsono dkk. (2005) :
c. S. Sumarsono dkk.,(2005)
3) Demokrasi Indonesia yang dituntun oleh nilai-nilai Pancasila adalah konsekuensi dan
komitmen pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen di
bidang pemerintahan atau politik.
lxvii
5) Pelaksanaan demokrasi Indonesia dengan benar adalah pengamalan Pancasila melalui
politik pemerintahan.
PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI
lxviii
7. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita
nasional.
Paham yang dianut dalam sistem kenegaraan Republik Indonesia adalah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Penyelenggara kekuasan adalah rakyat dan membaginya
dalam lembaga-lembaga pemegang kekuasaan, yaitu :
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang anggotanya dipilih dari setiap provinsi
melalui pemilihan umum BAB VIIA Pasal 22C ayat (1)
lxix
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilihan umum, BAB VIIB
Pasal 22E ayat (5)
Komisi Yudisial (KY), berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim Agung,
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
BAB IX Pasal 24B ayat (1)
Mahkamah Konstsitusi (MK), berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan
memutus perselisihan tentang hasil pemilu. BAB IX Pasal 24C ayat (1)
a. Periode 1945 – 1949, dengan UUD 1945 seharusnya berlaku demokrasi pancasila
namun dalam penerapan berlaku demokrasi liberal.
b. Periode 1949 – 1950, dengan konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), berlaku
demokrasi liberal.
c. Periode 1950 – 1959, dengan UUDS 1950, berlaku demorasi liberal dengan
multipartai. Selama pemberlakuan demokrasi liberal, kehidupan politik dan
pemerintahan tidak stabil, Dewan Konstituante gagal menetapkan Undang-Undang
Dasar baru, suhu politik yang memanas membahayakan keselamatan bangsa dan
negara, yang akhirnya menyebabkan Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
Presiden kembali ke UUD 1945 yaitu pada tanggal 5 Juli 1959
d. Periode 1959 – 1965, dengan UUD 1945, seharusnya berlaku demokrasi pancasila,
namun yang diterapkan demokrasi terpimpin.
Demokrasi terpimpin dilaksanakan atas kesadaran dan keyakinan tidak cocoknya
praktik demokrasi Parlementer (Demokrasi Liberal) yang mengakibatkan rakyat
terpecah. Secara konsep demokrasi terpimpin memiliki keunggulan yang bisa dilihat
dari amanat Presiden dihadapan Dewan Konstituante 22 April 1959 tentang pokok-
pokok demokrasi terpimpin :
lxx
1) Demokrasi Terpimpin bukan diktator,
2) Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar
hidup bangsa Indonesia, yaitu kekeluargaan dan gotong royong
5) Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun
diharuskan dalam Demokrasi Terpimpin.
Akan tetapi dalam praktiknya konsep itu tidak terealisasi sepenuhnya dan sering
menyimpang dari nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
e. Periode 1966 – 1998, dengan UUD 1945, seharusnya berlaku demokrasi pancasila,
akan tetapi pelaksanaannya cenderung otoriter. Berbagai penyimpangan dari Pancasila
dan UUD 1945 yang terjadi antara lain :
1) Penyelenggaraan Pemilu yang tidak adil dan tidak jujur
2) Pengekangan kebebasan berpolitik bagi warga negara terutama pegawai negeri sipil
f. Periode 1998 – sekarang, dengan UUD 1945, berlaku demokrasi pancasila cenderung
ada perubahan menuju demokratisasi :
1) Pemilihan Umum lebih demokratis
lxxi
4) Lembaga demokrasi lebih berfungsi
LATIHAN
1. Mengapa warga negara perlu berpartisipasi aktif dalam sistem politik demokrasi.
2. Apa ukuran suatu pemerintahan yang demokratis.
3. Salah satu prinsip demokrasi yang berlaku universal adalah tingkat kebebasan
atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai warga negara. Bagaima na
pelaksanaannya di Indonesia selama masa orde baru.
4. Buat rumusan tentang demokrasi pancasila menurut kalimat anda sendiri!
5. Sikap apa yang perlu dikembangkan dalam sistem demokrasi terhadap
masyarakat Indonesia yang majemuk.
6. Jelaskan pendapat saudara bagai mana memberantas KKN dan mafia peradilan
lxxii
BAB VI
Dalam sebuah negara, rakyat harus tunduk dan patuh pada kekuasaan negara dan,
sebaliknya kekuasaan pemerintahan negara harus dibatasi agar penyelenggaraa n
kekuasaan tidak bertindak sewenang-wenang, sehingga hak-hak warga negara akan
terlindungi. Gagasan inilah yang kita kenal dengan istilah konstitusi atau undang-unda ng.
Bab V ini akan membahas tentang Negara dan Konstitusi, pengetahuan ini sangat penting
untuk dipelajari oleh mahasiswa baik ia sebagai warga negara terlebih lagi mereka
dipersiapkan untuk menjadi calon pemimpin generasi mendatang.
Setelah mempelajari materi yang berjudul Negara dan Konstitusi ini diharapkan
mahasiswa :
lxxiii
A. Pengertian Negara dan Konstitusi
1. Pengertian Negara.
Kata negara yang digunakan di Indonesia berasal dari bahasa sansekerta Nagari
atau Nagara yang berarti wilayah, kota, atau penguasa. Dari pengertian dasar tersebut,
berikut ini dikutipkan pengertian negara menurut beberapa pakar kenegaraan yaitu :
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami atau wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia tersebut (Supriatnoko, 2008). Negara adalah suatu bentuk pergaulan hidup
tertentu yang harus memenuhi tiga syarat pokok : rakyat tertentu, daerah tertentu, dan
pemerintahan yang berdaulat (M. Nasrun, 1978). Negara adalah suatu organisasi
manusia atau kumpulan manusia yang berada dibawah suatu pemerintahan yang sama
(Djokosutono, 1982).
Dari ketiga pengertian diatas paling tidak ada tiga pokok pengertian yang
terkandung di dalamnya yaitu :
ketiga, kelompok manusia itu mengakui adanya pemerintahan yang berdaulat untuk
mengurus tata-tertib dan keselamatannya.
1) Wilayah, yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat tingga l
bagi rakyatnya yang meliputi darat, laut, dan udara.
2) Rakyat, yaitu penduduk yang bertempat tinggal di wilayah suatu negara, tunduk pada
kekuasaan negara, dan mendukung negara bersangkutan.
3) Pemerintah, yaitu suatu organisasi yang bertindak atas nama negara dan
menyelenggarakan kekuasaan negara. Pemerintah berwenang untuk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam
wilayahnya.
lxxiv
4) Kedaulatan, yaitu kekuasaan untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya
dengan cara yang tersedia. Negara memiliki kekuasaan untuk memaksa semua
penduduknya menaati undang-undang dan peraturannya baik kedalam maupun
kedaulatan keluar. Untuk itu negara menuntut loyalitas mutlak dari warga negaranya.
Berdasarkan uraian diatas maka unsur negara dapat juga dikelompokkan menjadi
:
a. Bersifat Konstitutif, yang berarti bahwa di dalam negara tersebut terdapat wilayah,
rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat.
b. Bersifat Deklaratif, yang ditandai oleh adanya tujuan negara, undang-undang dasar,
dan pengakuan dari negara lain atau masuk dalam perhimpunan bangsa-bangsa di
dunia.
Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan berdasarkan UUD 1945 yang
mengatur tentang kewajiban negara terhadap warganya, hak dan kewajiban warga negara
terhadap negaranya dalam suatu sistem kenegaraan. Kewajiban negara terhadap
warganya pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan hidup dan keamanan lahir
batin sesuai dengan sistem demokrasi yang dianutnya.
Ketiga : Keadaan bernegara yang kita cita-citakan belum tercapai hanya dengan
adanya pemerintahan, wilayah, dan bangsa, melainkan harus kita isi untuk
menuju keadaan merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
lxxv
Keempat : Terjadinya negara adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekedar keingina n
golongan yang kaya dan yang pandai atau golongan ekonomi lemah yang
menentang golongan ekonomi kuat seperti dalam teori kelas.
Fungsi Negara :
Menjaga ketertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah berbagai bentrokan
dalam masyarakat, negara bertindak sebagai stabilisator
Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, fungsi ini sangat penting
terutama bagi negara-negara sedang berkembang.
Mengusahakan pertahanan untuk menangkal kemungkinan serangan dari luar, untuk
itu maka negara harus dilengkapi dengan alat-alat pertahanan yang kuat dan canggih.
Menegakkan keadilan yang dilaksanakan oleh badan-badan peradilan.
Tujuan Negara
lxxvi
MPR adalah lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang
terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD. Adapun tugas dan wewenang MPR antara
lain :
lxxvii
negara. Badan bersifat bebas dan mandiri, tidak dipengaruhi atau mempengar uhi
kekuasaan pemerintah. Tugtas BPK anatara lain :
lxxviii
3) Memutus pembubaran Partai Politik
2. Pengertian Konstitusi.
Konstitusi bagi suatu negara adalah keseluruhan sistem aturan yang menetapkan
dan mengatur tata kehidupan kenegaraan melalui sistem pemerintahan negara dan tata
hubungan secara timbal balik antara pemerintahan negara dan orang-seorang yang berada
dibawah pemerintahannya (Supriatnoko : 2008).
lxxix
Pada hakikatnya konstitusi itu mengandung pokok-pokok sebagai berikut :
Material, : bahwa isi konstitusi menyangkut hal-hal yang bersifat dasar atau pokok
bagi rakyat dan negara.
Fleksibel : konstitusi itu mudah mengikuti perkembangan jaman, memuat hal- hal
yang pokok, dan untuk mengubahnya tidak memerlukan prosedur yang
istimewa, cukup dilakukan oleh badan pembuat Undang-Undang biasa.
Kaku (rigid) : jika konstitusi itu tidak mudah mengikuti perkembangan jaman,
memuat hal-hal yang pokok dan pembuat konstitusi menetapkan
prosedur perubahan yang tidak mudah.
Perlu diketahui bahwa yang menentukan perlu atau tidaknya suatu konstitus i
diubah adalah kekuatan politik yang berkuasa pada suatu orde. Betapa kakunya suatu
konstitusi akan tetapi bila kekuatan politik yang berkuasa pada orde itu menghendak i
perubahan, maka konstitusi akan diubah. Sebaliknya, walaupun konstitusi fleksibel tetapi
jika kekuatan politik yang berkuasa tidak menghendaki adanya perubahan, konstitus i
tetap tidak akan berubah.
lxxx
a. Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antar badan legislatif, eksekutf,
dan yudikatif.
b. Hak Asasi Manusia
c. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar
d. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-Undang
Dasar
Meskipun Undang-Undang Dasar bukanlah merupakan salah satu syarat untuk
berdirinya suatu negara serta penyelenggaraan negara yang baik, dalam perkembangan
zaman modern dewasa ini Undang-Undang Dasar mutlak diperlukan. Sebab dengan
Undang-Undang Dasar baik penguasa negara maupun masyarakatnya dapat mengetahui
aturan atau ketentuan yang pokok / mendasar mengenai ketatanegaraannya. Undang-
Undang Dasar sebagai hukum tertinggi harus ditaati baik oleh rakyat maupun oleh alat-
alat perlengkapan negara. Untuk menjamin agar ketentuan Undang-Undang Dasar benar-
benar diselenggarakan menurut jiwa dan kata-kata sesuai dengan naskah, maka setiap
negara membentuk lembaga / badan yang berwenang terhadap Undang-Undang Dasar
atau konstitusi. Di Indonesia lembaga yang berwenang adalah Majelis Permusyawarata n
Rakyat (MPR) yang terdiri dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
lxxxi
Mekanisme demokrasi Pancasila tercantum dalam penjelasan Undang-Undang
Dasar 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam sistem pemerintahan negara sebagai
berikut :
lxxxii
1945. Sikap politik pemerintah yang diperkukuh dengan dasar hukum Ketetapan MPR
Nomor IV/MPR/1983 terntang referendum yang berisi kehendak untuk tidak melakukan
perubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
perkembangan selanjutnya, tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Kemudian tuntutan
itu diwujudkan secara komprehensif, bertahap, dan sistematis dalam emapat kali
perubahan pada empat kali sidang MPR sejak tahun 1999 sampai dengan 2002.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, telah sesuai
dengan Pasal 3 dan Pasal 37 yang menyatakan MPR berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar dan untuk mengubah Undang-Undang Dasar
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR harus hadir. Putusan diambil dengan
pertsetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.
lxxxiii
umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum dicita -
citakan oleh Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling
mengawasi dan saling mengimbangi yang lebih ketat an transparan, dan pembentukan
lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan
bangsa dan tantangan zaman
5. menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban
negara mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa,
menegakkan etika, moral an solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan
mewujudkan negara sejahtera.
6. Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagi
eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan
wilayah negara dan pemilihan umum.
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai
sesuai dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan
negara Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecendrungannya untuk kurun
waktu yang akan datang.
Latihan :
lxxxiv
2. Sebutkan lembaga-lembaga negara yang ada di Indonesia serta jelaskan fungsi masing
lembaga tersebut !
3. Tuliskan pengertian konstitusi dan jelaskan sifat-sifat konstitusi !
4. Bagaimana keterkaitan antara Negara dengan Konstitusi ?
5. Apa saja yang menjadi tuntutan Reformasi, dan apakah semua tuntutan tersebut sudah
tepenuhi ?
6. Jelaskan apa latar belakang dan tujuan amandemen / perubahan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 !
7. Identifikasi perubahan mana saja yang berhubungan dengan pelaksanaan demokrasi
di Indonesia !
lxxxv
BAB VII
GEOPOLITIK
lxxxvi
A. Pengertian Geopolitik
Istilah Geopolitik adalah singkatan dari Geographical Politic, dicetuskan oleh
seorang sarjana ilmu politik Swedia yang bernama Rudolf Kjellen (1864–1922) pada
tahun 1900. Kjellen mencetuskan istilah tersebut dalam rangka mengemukakan sua tu
sistem politik yang menyeluruh, meliputi Geopolitik, Demopolitik, Ekonomipolitik,
Sosiopolitik, dan Kratopolitik. Istilah geopolitik semula dipakai sebagai sinonim dari
Ilmu Bumi Politik (Political Geography) suatu cabang Ilmu Bumi yang dikembangka n
oleh Frederich Ratzel (1844–1904). Istilah Geopolitik kemudian dipopulerkan oleh
seorang Jerman yang bernama Karl Haushofer (1869-1946) pengembangannya menjurus
pada Ekspansionisme dan Rasialisme.
Menurut Encyclopedia Americana ; Ilmu Bumi Politik (Political Geography)
mempelajari fenomena geografi dari aspek politik, Sedangkan Geopolitik mempelaja r i,
fenomena politik dari aspek geografi. Dengan kata lain perbedaannya terletak pada fokus
perhatian di masing- masing bidang, bidang geografi atau bidang politik.
Istilah Politik berasal dari bahasa Yunani Polistaia; polis berarti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri (negara), sedangkan taia berarti urusan. Dalam bahasan
ini pengertian politik kita batasi pada dua konsep yaitu politik yang berasal dari bahasa
Inggris politics dan policy. Politics mengandung makna kepentingan umum warga negara
atau segala usaha untuk kepentingan umum, baik yang berada di bawah kekuasaan negara
di pusat maupun di daerah. Policy mengandung arti kebijaksanaan, yaitu penggunaa n
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu
usaha, keinginan atau keadaan yang kita kehendaki.
Dari pengertian kedua istilah diatas, maka politik nasional mengintegras ika n
kedua pengertian itu baik untuk kepentingan umum maupun sebagai kebijaksanaan.
Dengan demikian Politik Nasional adalah: asas haluan, usaha serta kebijaksanaan
tindakan dari negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaa n,
dan pengendalian), serta penggunaan secara totalitas dari potensi nasional untuk
mencapai tujuan nasional. (Lemhannas, 1996).
Berdasarkan uraian diatas, maka Geopolitik menurut bangsa Indonesia diberi arti:
Asas haluan, usaha, serta kebijaksanaan negara dalam mencapai tujuan nasional
dengan memanfaatkan kentungan kondisi geografis negara.
lxxxvii
1. Prederich Ratzel
Ratzel seorang ahli geografi kemudian mendalami biologi untuk memperluas
cakrawala pengetahuannya. Dalam bukunya Anthropo Geography dan Potische
Geography, dia menyatakan bahwa pertumbuhan negara mirip pertumbuhan organisme
yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang mencukupi agar dapat tumbuh dengan
subur. (Lemhannas, 1996). Pokok-pokok ajaran Ratzel yang disebut Teori Ruang,
menyebutkan bahwa :
a. Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme (mahluk hidup), yang
memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur
melalui proses lahir, tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut, dan
mati.
b. Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti
kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut makin besar kemungkinan kelompok
politik itu tumbuh.
c. Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari
hukum alam. Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup terus dan
langgeng.
d. Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhannya akan sumber daya
alam. Apabila wilayah atau ruang hidup tidak mendukung, bangsa tersebut akan
mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam di luar wilayahnya, hal ini berarti
melegitimasi hukum ekspansi. Perkembangan atau dinamika budaya dalam bentuk
kegiatan ekonomi, perdagangan, perindustrian/produksi harus diimbangi dengan
pemekaran wilayah. Batas- batas suatu negara pada hakikatnya bersifat sementara,
ruang hidup dapat diperluas baik secara damai maupun dengan jalan kekerasan atau
peperangan.
2. Rudolf Kjellen.
Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme biologis, dia dengan
tegas mengatakan bahwa negara adalah suatu organisme dan tunduk pada hukum biologi.
Pokok ajaran Kjellen adalah seperti berikut :
a. Negara merupakan suatu biologis, suatu organisme hidup yang memilik i
intelektualitas, negara dimungkinkan untuk mendapatkan ruang yang cukup luas agar
kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas.
b. Negara merupakan sistem politik yang meliputi geopolitik, ekonomi politik, demo
politik, dan krato politik.
lxxxviii
c. Negara harus mampu berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan
teknologi untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya : ke dalam untuk mencapai
persatuan dan kesatuan yang harmonis, sedangkan keluar untuk mendapatkan batas-
batas negara yang lebih baik. Kekuasaan imperium kontinental dapat mengontro l
kekuataan maritim.
3. Karl Haushofer
Pokok-pokok teori Haushofer pada dasarnya menganut ajar Kjellen yang bersifat
ekspansionis dan rasial, bahkan dicurigai teori yang menuju kepada peperangan.
Haushofer dalam disertasinya mengutip Herakleitos menyatakan bahwa Perang adalah
bapak dari segala hal atau dengan kata lain Perang merupakan hal yang diperlukan untuk
mencapai kejayaan bangsa dan negara. Pandangan Karl Haushofer berkembang di
Jerman ketika negara berada dibawah kekuasaan Adolf Hitler dan juga di Jepang dalam
ajaran Hako Ichiu yang dilandasi semangat militerisme dan pasisme. Inti ajaran
Haushofer adalah sebagai berikut:
a. Lebensraum (ruang hidup)
Hak suatu bangsa atas ruang hidup untuk dapat menjamin kesejahteraan dan
keamanannya, tuntutan atas hak itu didasarkan pada teori negara adalah suatu
organisme yang tunduk pada hukum biologi. Hanya negara besar yang dianggap
tumbuh sedangkan negara kecil sudah ditakdirkan akan mati terserap oleh negara
besar.
b. Autarki (cita-cita untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri)
Setiap kesatuan politik harus menghasilkan apa yang diperlukannya, cita-cita ini
cukup rasional bila tidak diembel-embeli dengan ajaran organisme yang menyatakan
bahwa suatu negara berhak mendapatkan sumber alam dari negara tetangga yang kecil
bila membutuhkannya.
c. Pan-region (Perserikatan Wilayah)
Aspirasi teritorial yang ekspansionis itu diperluas dengan mengusulka n
pengelompokan politik dunia kedalam tiga atau empat Pan-region yang masing-
masing akan dikepalai oleh salah satu negara besar yang ada diwilayah itu, dan autarki
dapat dilaksanakan di wilayah tersebut. Usul perserikatan wilayah adalah sebagai
berikut :
1) Pan-Amerika, Wilayahnya adalah benua Amerika dasn pemimpinnya adaalah
Amerika Serikat (USA)
lxxxix
2) Pan-Asia, terdiri dari bagian timur benua Asia, Autralia, dan kepulauan yang ada
diantaranya. Pemimpinnya adalah Jepang dia memberi nama wilayah ini
“Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”
3) Pan-Euro-Afrika yang akan dipimpin atau dikuasai Jerman
4) Pan- Uni Soviet, menguasai wilayah Rusia dan India.
d. Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasaan imperium
maritim untuk menguasai pengawasan di laut.
e. Geopolitik adalah doktrin negara yang menitik beratkan perhatian pada strategi
perbatasan, geopolitik adalah landasan ilmiah bagi tindakan politik dalam perjuangan
mendapatkan ruang hidup.
C. Wawasan Nusantara
1.Pengertian
Kata wawasan mengandung arti pandangan, tinjauan, penglihatan, atau
tanggapan inderawi, sedangkan istilah nusantara dipergunakan untuk menggambarka n
kesatuan wilayah perairan dan gugus pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara
Samudra Pasifik dengan Samudra Indonesia serta diantara benua Asia dengan benua
Australia.
Untuk membina dan menyelenggarakan kehidupan nasional, bangsa Indonesia
merumuskan suatu landasan visional yang dapat membangkitkan kesadaran untuk
menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan yang menjadi cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya. Landasan visional ini dikenal dengan istila h
Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional dan diberi nama Wawasan Nusantara.
Sebagai geopolitik Indonesia, berikut ini dikutipkan pengertian Wawasan
Nusantara:
a. Rumusan berdasarkan Tap. MPR No. II tahun 1993 dan tahun 1998 tentang GBHN.
Wawasan Nusantara yang merupakan Wawasan Nasional yang bersumber pada
Pancasila dan UUD 1945, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengena i
diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
b. Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkunganhya berdasarkan ide
nasionalnya, yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi
xc
bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat, serta menjiwai tata hidup
dan tindak kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan nasional. (Lemhannas,
Kewiraan Untuk Mahasiswa, 1996)
c. Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional. (Pokja Wawasan Nusantara Lemhannas, 1999).
Ketiga rumusan Wawasan Nusantara di atas pada dasarnya memiliki kesamaan,
pokok pengertian yang bisa diambil dari ketiga rumusan itu adalah :
a) Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia.
b) Cara pandang itu berkenaan dengan diri dan lingkungan bangsa dan negara Indonesia
c) Yang dijadikan dasar memandang adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
d) Cara pandang yang kita sebut Wawasan Nusantara itu berfungsi sebagai landasan dan
pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
e) Sebagai cara pandang bangsa, maka ia akan menjiwai setiap kebijaksanan negara serta
perilaku warganya
2. Landasan Filosofi
Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia dikembangkan berdasarkan
landasan filosofi sebagai berikut:
a. Falsafah Pancasila
Wawasan Nusantara dikembangkan berdasarkan falsafah Pancasila yang mengandung
nilai- nilai keimanan dan ketakwaan, keadilan dan keberadaban, persatuan dan
kesatuan, musyawarah untuk mencapai mupakat, serta kesejahteraan untuk mencapai
suasana damai dan tenteram dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dari generasi
ke generasi.
b. Apek kewilayahan Nusantara
Kondisi objektif geografi Indonesia terdiri atas 17.508 pulau yang tersebar dan
terbentang di khatulistiwa, serta terletak pada posisi silang yang strategis, pada batas-
batas astronomis: Utara 06-08 LU; Selatan 11-15 LS; Barat 94-45 BB; Timur 141-05
BT. Jarak Utara-Selatan 1.888 km, Barat-Timur 5.110 km, memiliki karakteristik
tersendiri berbeda dengan negara lain. Secara keseluruhan, geografi Indonesia
menyandang keunggulan dan kelemahan, sehingga setiap pengambilan kebijaksanaan
politik negara harus mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografi Indonesia.
c. Aspek Sosial Budaya
xci
Wawasan Nusantara dikembangkan berdasarkan kondisi objektif bangsa Indonesia
yang beraneka ragam budaya, adat istiadat, agama, bahasa, dan sistem
kemasyarakatannya. Bersumber dari keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia, dibutuhkan kesamaan persepsi guna mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa. Faktor-faktor nigatif yang dapat menimbulkan dis-integrasi bangsa, harus
dihindari oleh seluruh rakyat secara bersama-sama.
d. Aspek Kesejarahan
Bangsa Indonesia lahir melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang sejak
kedatangan bangsa-bangsa Eropa : Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda yang
mula-mula sebagai pedagang kemudian menjadi penjajah. Perlawanan bangsa
terhadap penjajah dilakukan oleh setiap wilayah dari Aceh sampai Irian Jaya. Iskandar
Muda di Aceh (1636), Sisingamangaraja dari daerah Batak (1900), Imam Bonjol
daerah Minangkabau(1822-1837), Mahmud Badarudin di Palembang (1817), Sultan
Tirtayasa di Banten (1650), Sultan Agung di Mataram Jawa Tengah (1613), Untung
Surapati dari daerah Jawa Timur (1670), Jalantik di Bali (1850), Anak Agung Made
di Lombok (1895), Pangeran Antasari di Kalimantaan (1860), Hasanudin di Makasar
(1660), Patumurah di Ambon (1817), dan masih banyak lagi yang lain. Sedangkan
semangat kebangsaan untuk menjadi bangsa merdeka ditandai dengan lahirnya
organisasi Budi Utomo 20 Mei 1908, kemudian Sumpah pemuda 28 Oktober 1928.
Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan buah dari perjuangan yang dilandasi
semangat kebangsaan tersebut. Oleh karena itu semangat kebangsaan yang telah
dibangun susah payah oleh generasi terdahulu, seharusnya dapat tetap dipelihara dan
dipertahankan oleh generasi saat ini.
3. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara.
a. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara merupakan landasan visional bagi rakyat Indonesia dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional. Wawasan Nusantara diciptakan oleh bangsa
Indonesia dan dijalankan oleh seluruh rakyat dalam upaya mencapai dan
mewujudkan cita-cita nasional.
b. Fungsi Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-
rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, dan tidakan bagi
penyelenggara negara maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidup an
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
xcii
c. Tujuan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara bertujuan menanamkan sikap dan mewujudkan nasionalis me
yang tinggi pada setiap rakyat Indonesia sehingga mampu mewujudkan persatuan
dan kesatuan yang harmonis dalam segenap aspek kehidupan nasional menuju cita-
cita dan tujuan nasional (tujuan ke-dalam). Wawasan Nusanatara juga bertujuan
turut serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia (tujuan ke-luar)
4. Unsur Dasar Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara memiliki tiga unsur dasar, yaitu wadah (contour), isi
(conten), dan tata laku (conduct). Wadah dan isi membentuk konsepsi dasar Wawasan
Nusantara, sedangkan tata laku merupakan konsepsi pelaksanaannya.
a. Wadah, mencakup tiga unsur yaitu :
1) Batas ruang lingkup yang berwujud :
(a) Nusantara, batas-batas negara ditentukan oleh laut yang didalamnya terdapat
pulau-pulau serta gugusan pulau-pulau yang satu sama lainnya disatukan oleh
air baik berupa selat maupun laut. Disamping bentuk wujud diatas, nusantara
memiliki geografi yang khas terletak di posisi silang dunia yang turut
mempengaruhi tata kehidupan dan sifat kehidupan nasional.
(b) Manunggal dan Utuh Menyeluruh, menunjukkan sifat dan ciri pokok, yaitu
sebagai persatuan dan kesatuan dalam wilayah, bangsa, ideologi, politik,
ekonomi, sosial, kebudayaan, pertahanan keamanan, dan psikologi.
2) Tata Susunan Pokok Organisasi
Tata susunan pokok organisasi Wawasan Nusantara bersumber pada landasan
konstitusional UUD 1945 yang meliputi : bentuk dan kedaulatan negara, kekuasaan
pemerintah negara, sistem pemerintahan, dan sistem perwakilan.
3) Tata Kelengkapan Organisasi
Tata kelengkapan organisasi yang diperlukan adalah: Aparatur Negara; Kesadaran
politik masyarakat dan kesadaran bernegara; Pers yang bebas, bertanggung jawab,
jujur, efektif dan edukatif, penyalur suara, serta pengontrol; Partisipasi Masyarakat.
(Lemhannas, 1996)
b. Isi
Isi Wawasan Nusantara mencakup :
1) Cita-cita dan tujuan, yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alenia 2 dan
4.
xciii
2) Sifat : manunggal yaitu keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap
aspek kehidupan baik aspek alamiah maupun aspek sosial. Utuh menyeluruh bagi
nusantara dan rakyat Indonesia.
3) Cara Kerja : Cara kerja Wawasan Nusantara berpedoman pada Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia.
c. Tata Laku
Tata laku Wawasan Nusantara dapat dirinci dalam dua unsur, yaitu tata laku batiniah
dan tata laku lahiriah.
1) Tata laku batiniah tumbuh dan terbentuk dalam proses pertumbuhan hidupnya yang
dipengaruhi oleh keyakinan/agama, pendidikan dan tuntunan budi pekerti yang
bersumber dari nilai-nilai moral Pancasila.
2) Tata laku lahiriah dituangkan dalam suatu pola tata laksana yang dapat dirinci
menjadi : Tata Perencanaan; Tata Pelaksanaan; dan Tata Pengawasan
GAMBAR : 1
PETA WILAYAH RI 17 AGUSTUS 1945 S.D. 13 DESEMBER 1957
xciv
Penerapan pengukuran laut menurut ordonansi 1939 sudah barang tentu sangat
merugikan bangsa Indonesia dan bertentangan dengan gagasan Wawasan Nusantara yang
bertolak dari konsepsi negara kepulauan (archipelagic state concept). Penerapan
ordonansi tahun 1939 akan mempersulit praktik penyelenggaraan pemerintahan dan
tugas-tugas kenegaraan lainnya serta sangat rawan pembinaan keamanan dan persatuan
bangsa.
Atas dasar pertimbangan di atas maka pada tanggal 13 Desember 1957
Pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman mengenai wilayah perairan negara
Republik Indonesia yang dikenal dengan Deklarasi Djuanda yang menyatakan :
1) Bahwa bentuk geografi Indonesia sebagai suatu negara kepulauan mempunya sifat dan
corak tersendiri.
2) Bahwa menurut sejarah sejak dulu kala kepulauan Indonesia merupakan satu kesatuan.
3) Bahwa batas laut teritorial yang termaktub dalam Territoriale Zee en Maritieme
Kringen Ordonnantie 1939 memecah keutuhan teritorial Indonesia karena membagi
wilayah daratan Indonesia dalam bagian-bagian terpisah dengan teritorialnya sendiri-
sendiri.
4) Cara penarikan batas laut wilayah adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik
ujung terluar dari pulau-pulau terluar, kemudian 12 mil ke arah luar dari garis lurus
tersebut merupakan lebar laut wilayah.
Disamping itu pemerintah Indonesia menyatakan bahwa lalu lintas damai di
perairan pedalaman bagi kapal asing dijamin, dan pendirian Indonesia akan dikemukakan
dalam Konferensi Internasional mengenai Hukum Laut Internasional. Dalam konferensi
hukum laut internasional yang diselenggarakan di Jenewa pada tahun 1958, pendirian
Indonesia diperdebatkan, namun keunikan negara Indonesia sebagai negara kepulauan
belum dapat dipahami oleh negara-negara maritim yang berpengaruh meskipun
xcv
kenyataannya integritas teritorial Indonesia sangat terganggu oleh adanya kapal perang
Belanda yang lalu lalang diperairan nusantara. Penyebab lain yang menyulitkan dalam
meyakinkan kebenaran pendirian Indonesia adalah pada saat itu yang dikenal baru rezim
archipelago, sedangkan rezim archipelagic state belum dikenal.
Untuk memperkuat kedudukan hukumnya, Deklarasi Djuanda dipertegas dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor: 4 Tahun 1960 tanggal
18 Pebruari 1960 (Lembaran Negara No. 22 Tahun 1960) tentang perairan Indonesia, dan
diikuti dengan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1962 tentang lalu lintas damai
kendaraan laut asing. Perpu No. 4 tahun 1960 menyatakan bahwa lebar laut wilayah
adalah 12 mil diukur dari garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik terluar
pulau-pulau terluar Indonesia. Cara pengukuran ini minjadikan Indonesia dalam satu
kesatuan wilayah nusantara yang utuh seperti terlihat pada gambar peta wilayah
Indonesia dibawah ini.
GAMBAR : 2
PETA WILAYAH RI 13 DESEMBER 1957
xcvi
(1) Segala sumber-sumber mineral dan sumber-sumber kekayaan alam lainnya, termasuk
organisme-organisme hidup yang merupakan jenis sedentair yang terdapat pada
dasar laut dan tanah di bawahnya di landas kontinental, tetapi di luar daerah perairan
Indonesia sebagaiman diatur dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1960, hingga suatu
batas kedalaman yang memungkinkan penggalian dan pengusahaannya, merupakan
hak milik Indonesia dan berada dibawah yurisdiksinya yang eksklusif.
(2) Dalam hal landas kontinental Indonesia, termasuk depresi-depresi (bagian yang
dalam) yang terdapat dalam landas kontinental atau kepulauan Indonesia berbatasan
dengan suatu negara lain, maka Pemerintah Republik Indonesia bersedia untuk
melalui perundingan dengan negara yang bersangkutan menetapkan suatu garis batas
sesuai dengan prinsip-prinsip hukum dan keadilan.
(3) Menjelang tercapainya persetujuan seperti dimaksud diatas, Pemerintah Republik
Indonesia akan mengeluarkan izin untuk mengadakan eksplorasi serta memberika n
izin untuk produksi minyak dan gas bumi dan untuk eksploitasi sumber-sumb er
mineral ataupun kekayaan alam lainnya, hanya untuk daerah sebelah Indonesia dari
garis tengah (median line) yang ditarik antara pantai daripada pulau-pulau Indonesia
yang terluar atau dalam wilayah kedua negara terletak berbatasan pada pulau yang
sama, pada daerah sebelah Indonesia dari suatu garis yang titik-titiknya terletak sama
jauhnya dari titik-titik terdekat pada garis pangkal laut teritorial masing- mas ing
negara.
(4) Ketentuan-ketentuan tersebut diatas tidak akan mempengaruhi sifat serta status dari
pada perairan di atas landas kontinental Indonesia sebagai laut lepas, demikian pula
ruang udara diatasnya. (M. Budiarto, S.H., 1980)
Pengumumaan pemerintah tentang Landas Kontinental tahun 1969 dikukuhkan dengan
Undang-Undang No. 1 tahun 1973.
Pada tanggal 21 Maret 1980, Pemerintah Indonesia mengumumkan Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia yang lebarnya 200 mil diukur dari garis pangkal laut
wilayah Indonesia. Didalam Zona Ekonomi Eksklusif tersebut, Indonesia mempunya i
dan melaksanakan :
a. Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan, dan
pelestarian sumber daya hayati dan non-hayati dan hak berdaulat lainnya atas
eksplorasi dan eksploitasi sumber tenaga dari air, arus, dan angin.
xcvii
b. Hak yurisdiksi yang berhubungan dengan : pembuatan dan penggunaan pulau buatan,
instalasi, dan bangunan lainnya; penelitian ilmiah mengenai laut; pelestarian
lingkungan laut, serta hal lain berdasarkan hukum Internasional.
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 5
tahun1983 tertanggal 18 Nopember 1983.
Pada tahun 1982 konvensi hukum laut memberikan perluasan yurisdiksi negara -
negara pantai di laut bebas, asas Zona Ekonomi Eksklusif diterima, pokok-pokok asas
negara kepulauan diakui dan dicantumkan dalam United Nation Convention on the Law
of the Sea (UNCLOS 1982). Hasil konvensi tersebut disahkan pada bulan Agustus 1983
dalam seminar Konvensi Hukum Laut Internasional di New York. Dengan demikian
rumusan negara RI sebagai satu kesatuan wilayah laut yang di dalamnya terhampa r
pulau-pulau besar dan kecil dengan jumlah 17.508 pulau menjadi sah.
GAMBAR : 3
PETA WILAYAH RI UNCLOS 1982 DAN UU RI No. 6 TAHUN 1999 S.D.
SEKARANG
GAMBAR : 4
BATAS DIRGANTARA INDONESIA
xcviii
Karakteristik Geografi Indonesia
1. Negara terbesar di Asia Tenggara
2. Negara Kepulauan (17.508 pulau)
3. Luas daratan =2.027.087 Km2
4. Luas laut = 3.166.163 Km2
5. Luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) = 1.577.300 Mil Persegi
6. Jarak terjauh Utara – Selatan = 1.888 Km
7. Jarak terjauh Barat – Timur = 5.110 Km.
8. Terletak di Khatulistiwa, iklim Tropis
9. Wilayah merupakan satu kesatuan dengan sebutan Tanah Air Indonesia
Latihan :
Untuk mengukur pemahaman saudara terhadap materi BAB VII ini, jawablah pertanyaan
berikut ini secara berkelompok (anggota kelompok 4/5 orang).
1. Tuliskan pengertian Geopolitik menurut bangsa Indonesia !
2. Jelaskan perbedaan Ajaran Geopolitik menurut tiga tokoh (Frederich Ratzel, Rudolf
Kjellen, dan Karl Haushofer) dengan Geopolitik menurut cara pandang bangsa
Indonesia !
3. Tuliskan pokok-pokok pengertian Wawasan Nusantara !
4. Apa tujuan dan fungsi Wawasan Nusantara !
5. Jelaskan unsur dasar Wawasan Nusantara !
xcix
6. Apa tujuan bangsa Indonesia mengeluarkan Deklarasi Juanda (13 Desember 1957) dan
Deklarasi Landas Kontinental (17 Pebruari 1969) ?
7. Jelaskan perbedaan wilayah Indonesia antara TZMKO 1939 dengan Deklarasi Juanda
13 Desember 1957 !
8. Bagaimana konsep wilayah menurut Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ?
9. Dengan telah ditetapkannya ZEE dalam UNCLOS 1982, jelaskan pendapat saudara
apa yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia ?
c
BAB VIII
GEOSTRATEGI INDONESIA
A. Pengertian Geostrategi.
Geostrategi merupakan gabungan dari kata Geografi dan Strategi. Geografi
merujuk kepada ruang hidup nasional, wadah, atau tempat hidupnya bangsa dan negara
Indonesia. Strategi diartikan sebagai seni dan ilmu menggunakan dan mengembangka n
kekuatan nasional (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Sumarsono dkk, 2005).
Dalam bahasan ini pengertian strategi yang kita bicarakan terkait dengan strategi
nasional. Strategi Nasional adalah seni dan ilmu mengembangkan dan menggunaka n
kekuatan-kekuatan nasional (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer)
dalam masa damai maupun masa perang untuk mendukung pencapaian tujuan yang
ditetapkan oleh politik nasional. (Sabarti Akhadiah dkk, 1986). Pengertian diatas
menunjukkan bahwa strategi nasional tidak terlepas dari politik nasional, atau dengan
kata lain strategi nasional adalah pelaksanaan dari politik nasional.
Berdasarkan uraian diatas, maka Geostrategi kita artikan pelaksanaan dalam
menentukan tujuan-tujuan dan sarana serta cara penggunaan sarana tersebut guna
mencapai tujuan nasional dengan memanfaatkan kondisi geografis negara. Geostrategi
Indonesia dirumuskan sebagai kondisi, metode, dan doktrin mengembangkan potensi
kekuatan nasional dalam melaksanakan pembangunan nasional untuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Geostrategi
Indonesia selanjutnya dirumuskan dalam wujud konsepsi Ketahanan Nasional Republik
Indonesia.
B. Ketahanan Nasional
1. Pengertian Ketahanan Nasional
Untuk mewujudkan kondisi kehidupan nasional, rumusan baku tentang
Ketahanaan Nasional harus ditetapkan agar semua warga negara Indonesia mengerti serta
memahami bagaimana membina kondisi kehidupan dan secara terus menerus
mengembangkan keuletan dan ketangguhan diri pribadi, keluarga, daerah, dan nasional.
Rumusan yang disusun oleh Lembaga Ketahanan Nasional adalah seperti berikut:
Ketahanan Nasional adalah Kondisi dinamis suatu bangsa meliputi seluruh aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang
ci
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan, baik yang datang dari
luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar
tujuan nasionalnya. (Lemhannas, 1989).
GAMBAR : 5
SKEMA PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Ada beberapa pokok pengertian yang terdapat dalam rumusan diatas yaitu :
a. Kondisi dinamis adalah keadaan yang selalu berubah atau bergerak. Ketahanan
nasional merupakan keadaan yang selalu berubah atau bergerak sehingga ia harus
dibina terus menerus sepanjang masa.
b. Seluruh aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Aspek kehiduan nasional terdiri
dari aspek Alamiah dan aspek Sosial. Di dalam aspel alamiah terdapat tiga gatra (tri
gatra) yaitu Geografi, Kekayaan Alam, dan Keadaan Penduduk, sedangkan di dalam
aspek sosial terdapat lima gatra (panca gatra) yaitu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial
Budaya, serta Pertahanan dan Keamaanan. Baik aspek alamiah (tri gatra) maupun
aspek sosial (panca gatra) harus dilihat menyeluruh secara terpadu atau terintegrasi.
c. Keuletan dan Ketangguhan bangsa. Keuletan adalah usaha yang terus menerus secara
giat dengan kemauan yang keras dalam menggunakan kemampuan dan kecakapan,
serta tidak mudah menyerah atau tidak mudah putus asa untuk mencapai cita-cita.
cii
Ketangguhan adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang dapat bertahan, kuat
menanggulangi beban.
d. Tantangan, Ancaman, Hambatan, dan Gangguan. (TAHG).
Tantangan adalah suatu hal atau upaya yang bersifat atau bertujuan mengguga h
kemampuan.
Ancaman adalah suatu hal atau upaya yang bersifat atau bertujuan merubah dan
merombak kebijaksanaan yang dilaksanakan secara konsepsional.
Hambatan adalah suatu hal yang bersifat melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional yang berasal dari dalam.
Gangguan adalah suatu hal yang bersifat melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional berasal dari luar.
Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional adalah Konsepsi pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang dan serasi dalam
kehidupan nasional yang melingkupi seluruh aspek kehidupan secara utuh menyeluruh
berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara.
Dalam konsepsi diatas penyelenggaraan Ketahanan Nasional dilakukan dengan
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan Kesejahteraan dan pendekatan
Keamanan. Yang dimaksud dengan pendekatan kesejahteraan adalah : Kemampuan
bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan (mengolah dan memanfaatkan) nilai-
nilai nasional untuk kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Sedangkan pendekatan
Keamanan adalah : Kemampuan bangsa untuk melindungi nilai-nilai nasional terhadap
TAHG dari dalam maupun dari luar negeri.
Dari uraian diatas maka dapat kita ambil dua hakikat pokok dari Ketahanan
Nasional Indonesia yaitu :
a. Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional.
b. Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara selaras, serasi, dan seimbang
dalam seluruh aspek kehidupan nasional.
ciii
a. Asas Kesejahteraan dan Keamaan ; Kesejahteraan dan keamanan dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang mendasar dan
esensial. Kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam sistem kehidupan
nasional, tanpa kesejahteraan dan keamanan sistem kehidupan nasional tidak akan
dapat berlangsung. Tingkat kesejahteraan dan keamanaan yang dicapai dalam
kehidupan nasional merupakan tolok ukur Ketahanan Nasional.
b. Asas Komprehensif Integral ; Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek
kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang,
serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Ketahanan Nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan
bangsa secara utuh, menyeluruh, dan terpadu.
c. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar ; Mawas kedalam ditujukan untuk
menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional berdasarkan nilai-nila i
kemandirian, tetapi tetap membuka diri terhadap perkembangan dunia. Mawas ke luar
ditujukan untuk mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkunga n
strategis luar negeri dan memerima kenyataan adanya interaksi dan pengaruh
perkembangan dunia. Pengembangan kekuatan nasional diharapkan memberi dampak
keluar dalam bentuk daya tangkal. Interaksi dengan pihak luar diutamakan dalam
bentuk kerja sama yang saling menguntungkan.
d. Asas Kekeluargaan ; Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan,
kebersamaan, kesamaan, gotong-royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Asas kekeluargaan mengakui
adanya perbedaan yang dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan agar
tidak berkembang menjadi konplik.
3. Sifat Ketahanan Nasional Republik Indonesia :
a. Mandiri ; Ketahanan Nasional percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan
tumpuan pada identitas, integritas, dan kepribadian bangsa. Kemandirian menjadi
prasyarat dalam menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dalam
perkembangan global.
b. Dinamis ; Ketahanan Nasional selalu bergerak atau berubah, dapat meningkat atau
menurun tergantung situasi dan kondisi bangsa serta lingkungan strategisnya. Karena
itu upaya peningkatan Ketahanan Nasional harus senantiasa diorientasikan kemasa
depan dan dinamikanya diarahkan pada pencapaian kondisi kehidupan nasional yang
lebih baik.
civ
c. Wibawa ; Keberhasilan pembinaan Ketahaanan Nasional Indonesia akan
meningkatkan kemampuan dan kekuatan bangsa. Makin tinggi tingkat Ketahanan
Nasionaal, makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang dimilik i
oleh bangsa dan negara Indonesia.
d. Konsultasi dan Kerjasama ; Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia tidak bersikap
konfrontatif dan antagonistik, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik
semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama, serta saling
menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
cv
Geografi mempunyai unsur-unsur :
a. Letak Wilayah suatu negara ; ditentukan berdasarkan segi astronomis dengan garis
lintang dan garis bujur.
b. Luas Wilayah suatu negara ; luas mendatar yang meliputi darataan, lautan, landas
kontinen, dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sesuai dengan letak berdasarkan segi
astronomis.
c. Iklim suatu negara ; iklim suatu negara dipengaruhi letak dari segi astronomis, iklim
dapat mempengaruhi kehidupan yang ada seperti jenis tumbuh-tumbuhan, jenis
hewani, dan sosial budaya bangsa
d. Bentang Alam ; wujud permukaan bumi baik yang alami seperti gunung, danau, laut,
pantai dan lain-lain, ataupun yang mengalami perubahan karena budaya manusia
seperti tata kota, daerah perindustrian, pertanian, dan sebagainya,
e. Perbatasan Wilayah ; perbatasan wilayah suatu negara ditentukan antara lain oleh
proses kesejarahan, ketentuan politik dan hukum nasional, ketentuan hukum
internasional sperti perjanjian perbatasan dan keputusan pengadilan atau mahkamah
internasional.
2) Kekayaan Alam
Kekayaan alam suatu negara adalah segala sumber dan potensi alam yang terdapat
di lingkungan ruang angkasa, atmosfir, permukaan bumi (daratan dan lautan), dan di
dalam bumi yang berada di wilayah kekuasaan/yurisdiksinya.
Menurut jenisnya, kekayaan alam dapat dibedakan dalam 8 golongan sebagai
berikut : a) Hewani (fauna), b) Nabati (flora), c) Mineral (minyak bumi, uranium, biji
besi, batu bara, dan lain-lain), d) Tanah, e) Udara, f) Potensi Ruang Angkasa, g) Energi
alami (gas alam, panas alam, air arthetis, geotermis), h) Air dan lautan. Sedangkan
menurut sifatnya, kekayaan alam dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu : a) yang
dapat diperbaharui / tidak habis dipakai, b) yang tidak dapat diperbaharui / habis dipakai,
dan c) yang tetap.
Kekayaan alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh manusia berdasarkan
asas maksimal, lestari, dan berdaya saing. Untuk itu diperlukan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kesadaran membangun, pembinaan, kebijaksanaan yang mempertimbangka n
jenis dan sifat kekayaan alam, serta penduduk yang rasional. Pemanfaatan kekayaan alam
dengan memperhatikan asas-asas diatas akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan
nasional yang berarti meningkatakan Ketahanan Nasional.
cvi
Mengingat persebaran sumber kekayaan alam yang tidak teratur dan tidak merata
di dunia ini, maka dalam pemanfaatannya tidak dapat dielakkan adanya saling
ketergantungan antar negara yang menimbulkan problem hubungan internasional yang
kompleks. Setiap bangsa wajib mengembangkan potensi alamiah sederajat dengan
kemampuan bangsa lain agar bentrokan ekonomi dan budaya di dunia modern ini dapat
dihindari. Ketimpangan dalam perkembangan potensi alam dan penduduk, baik secara
nasional maupun dalam konteks global, dapat membahayakan Ketahanan Nasional.
3). Kependudukan.
Penduduk adalah manusia yang mendiami suatu tempat atau wilayah. Tinjaua n
masalah kependudukan umumnya dikaitkan dengan pencapaian tingkat kesejahteraan
dan keamanan. Dalam hubungan ini maka pembahasan masalah penduduk yang
berkaitan dengan Ketahanan Nasional diarahkan pada hal-hal berikut ini :
a. Jumlah Penduduk ; Faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk adalah mortalitas,
pertilitas, dan migrasi. Segi positif dari pertambahan penduduk adalah pertambahan
angkatan kerja atau bertambahnya tenaga kerja sebagai potensi peningkataa n
kapasitas produksi, apabila disertai dengan pertambahan peningkatan kapasitas
produksi dan pertambahan kesmpatan kerja (job opportinities). Jika tidak demikian
maka akan timbul pengangguran dan diiringi oleh problem sosial yang akibatnya akan
melemahkan Ketahanan Nasional.
b. Komposisi Penduduk ; Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan
suatu kreteria tertentu, seperti menurut umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan, dan sebagainya. Komposisi penduduk juga
dipengaruhi oleh mortalitas, pertilitas, dan migrasi. Faktor pertilitas mempunya i
pengaruh yang sangat besar terhadap umur dan kelompok umur. Bertambahnya
penduduk golongan muda menimbulkan persoalan dalam menyediakan pasilitas
pendidikan, kesehatan, perluasan lapangan kerja, dan sebagainya. Bila persoalan
tersebut tidak dapat diatasi, maka akan timbul kegoncangan sosial yang akhirnya akan
melemahkan Ketahanan Nasional.
c. Persebaran Penduduk ; Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang
sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran
yang proporsional. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia ingin bertempat tingga l
di tempat yang aman, secara ekonomis kehidupan terjamin, serta daerah-daerah yang
sudah digarap dan dipersiapkan sebelumnya. Akibatnya adalah di daerah-daerah
tertentu penduduknya terlampau padat, sedangkan di daerah lain penduduknya sedikit,
cvii
bahkan ada daerah yang tidak berpenduduk sama sekali. Keadaan yang seperti ini
dapat melemahkan Ketahanan Nasional, karena ditempat yang telalu padat akan
memunculkan problem-problem sosial, sedangkan di tempat-tempat yang
penduduknya sedikit atau tidak ada penduduk berarti tidak ada potensi yang tergali
dan juga pemerataan pertahanan tidak ada. Dengan demikian dapat dikatakan
persebaran penduduk yang tidak merata atau tidak proporsional akan melemahka n
Ketahanan Nasional.
d. Kualitas Penduduk ; Fsaktor yang mempengaruhi kualitas penduduk adalah faktor fisik
dan non fisik. Faktor fisik terdiri dari kesehatan, gizi, dan kebugaran, sedangkan faktor
non fisik adalah mentalitas dan intelektualitas. Jumlah penduduk yang terlalu banyak
akan menimbulkan masalah dalam pelayanan kesehataan dan pendidikan, pada hal
keduaanya merupakan syarat pokok untuk meningkatkan kualitas penduduk. Layanan
pendidikan terhadap penduduk yang jumlahnya besar bermuara pada dilema output
pendidikan yaitu antara kuantitas dan kualitas output. Mengutamakan kualitas output
akan mengorbankan kuantitas, demikina juga sebaliknya mengutamakan kuantitas
output akan mengabaikan kualitas, sedangkan kualitas manusia atau kualitas
penduduk sangat ditentukan oleh kualitas output pendidikan.
Untuk mengatasi masalah penduduk diperlukan kebijaksanaan pemerintah yang
mengatur, mengendalikan atau menciptakan iklim yang berkaitan dengan jumlah,
komposisi, persebaran, dan kualitas penduduk melalui bebagai cara seperti pusat-pusat
pertumbuhan, keluarga berencana, transmigrasi, layanan pendidikan, pembinaan sikap
mental, layaanaan kesehatan, pengembangan kualitas ekonomi, serta keserasian
kesejahteraan dan keamanan nasional dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan
pembangunan.
b. Panca gatra (Aspek Sosial).
Aspek sosial menyangkut pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan, dan norma-norma tertentu.
Panca gatra meliputi : ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan. Dipilihnya lima gatra dalam kehidupan nasional, karena tantangan, ancaman,
hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh suatu bangsa selalu ditujukan pada kelima
atau panca gatra ini. Oleh sebab itu untuk menanggulanginya perlu ditingkatka n
ketahanan di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan,
Kelima gatra ini mengandung unsur yang bersifat dinamis dan kualitas kelima gatra
cviii
kehidupan nasional tersebut secara terintegrasi mencerminkan tingkat Ketahanan
Nasional bangsa itu.
1) Ketahanan di bidang Ideologi.
Suatu bangsa memerlukan falsafah sebagai landasan bagi kelangsungan hidupnya
yang sekaligus berfungsi sebagai dasar dan cita-cita serta tujuan nasional yang hendak
dicapai yang disebut Ideologi. Ideologi diartikan sebagai perangkat prinsip pengarahan
yang dijadikan dasar serta memberikan arah dan tujuan untuk dicapai di dalam
melangsungkan dan mengembangkan hidup dan kehidupan nasional suatu bangsa dan
negara (Lemhannas, 1989) Sehubungan dengan kompleksitas kehidupan manusia maka
ideologi menjabarkannya di dalam beberapa nilai yang perangkaiannya dinamaakan
sistem nilai. Oleh karena itu ideologi bisa diartikan suatu sistem nilai, yaitu serangkaian
nilai yang tersusun secara sistematis atau norma yang merupakan kebulataan ajaran atau
doktrin.
Keampuhan suatu ideologi bergantung pada rangkaian nilai yang dikandungnya
yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia, baik
secara pribadi, mahluk sosial, maupun sebagai warga negara sesuai dengan kodrat dan
irodat Tuhan Yang Maha Esa. Memiliki nilai yang cocok memenuhi aspirasi hidup,
belum menjamin Ketahanan Nasional bangsa di bidang ideologi. Untuk itu masih
diperlukan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai tersebut secara benar dan sungguh-
sungguh.
Pengamalan ideologi negara dapat dibedakan dua macam yaitu pengamala n
obyektif dan pengamalan subyektif. Pengamalan obyektif adalah pengamalan dalam
Undang-Undang Dasar dan segala peraturan hukum dibawahnya serta segala kegiatan
penyelenggaraan negara. Pengamalan subyektif adalah pengamalan oleh pribadi
perseorangan. Makin tinggi kesadaran dan ketaatan suatu bangsa mengamalkan ideologi
negara, baik secara obyektif maupun secara subyektif, maka semakin tinggi tingkat
Ketahanan Nasional di bidang ideologinya.
2) Ketahanan di bidang Politik.
Kehidupan politik bertumpu pada dua sektor penting, yaitu sektor pemerintah dan
sektor non pemerintah, Sektor non pemerintah berfungsi memberikan masukan berwujud
pernyataan, keinginan, dan tuntutan rakyat, sedangkan pemerintah berfungs i
mengeluarkan ketentuan berupa kebijaksanaan umum yang bersifat keputusan politik.
Negara yang demokrasi yaitu pemerintahan oleh, dari, dan untuk rakyat, maka rakyat
sangat menentukan di dalam kehidupan politik. Berdasarkan dua sektor pokok diatas,
cix
maka persoalan utama ialah bagaimana kebijaksanaan pemerintah dapat sesuai dengan
keinginan dan tuntutan rakyat yang tetap mengarah pada pencapaian tujuan nasional.
Bagaimana kehidupan politik dilaksanakan, ditentukan oleh sistem politik yang
mencakup struktur politik (badan perwakilan, badan ekskutif, badan yudikatif, badan
pengawasan, partai politik, golongan kepentingan) dan kultur politik (bagaimana
kehidupan politik diatur, ditentukan, dan dilaksanakan). Proses politik merupakan
mekanisme yang menetukan dan mengatur bagaimana keputusan politik atau
kebijaksanaan umum ditentukan.
Keterbelakangan negara berkembang terutama di bidang ekonomi dan teknologi
menyebabkan ketergantungannya ke pada bantuan negara maju. Kelemahan tersebut
seharusnya dapat diimbangi kesadaran nasional yang tinggi, namun kenyataan
menunjukkan bahwa justru negara berkembang upaya mewujudkan dan meningkatka n
kesadaran nasional masih menjadi persoalan yang perlu mendapat perhatian secara
serius. Berdasarkan hal tersebut maka beban yang harus dipikul oleh sistem politik
negara berkembang adalah lebih berat dan komplek. Kemampuan sistem politik
menanggulangi beban tersebut merupakan petunjuk ketahanan di bidang politik.
3) Ketahanan di bidang Ekonomi.
Kegiatan ekonomi adalah salah satu aspek kehidupan manusia yang berkaitan
dengan kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang mencakup :
a. Produksi, distribusi, dan konsumsi barang-barang dan jasa.
b. Usaha-usaha untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat secara individu atau
kelompok.
c. Cara-cara atau alat yang dipergunakan di dalam kehidupan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.
Tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan terhadap stabilitas maupun
kelangsungan kehidupan ekonomi suatu bangsa dapat berasal dari dalam maupun dari
luar. Adanya perbedaan pada aspek alamiah (trigatra) maupun aspek sosial (pancagatra)
yang dimiliki oleh masing- masing negara, akan menimbulkan atau menciptakan kondisi
dan situasi serta akibat yang berbeda terhadap kehidupan ekonomi negara yang
bersangkutan.
Faktor-faktor internal maupun iksternal yang secara obyektif berpengaruh
terhadap stabilitas maupun kelangsungan hidup ekonomi seatu bangsa adalah :
a) Sifat Keterbukaan Perekonomian ; Dua kutub sistem ekonomi yang memberi corak
terhadap keterbukaan kehidupan ekonomi suatu negara adalah sistem ekonomi liberal
cx
dan sistem ekonomi sosialis. Namun dewasa ini tidak ada lagi negara yang
menerapkan sistem liberal murni, atau sistem sosialis murni.
b) Struktur Ekonomi ; Struktur ekonomi suatu negara seperti terlihat pada komposisi
sumbangan sektor-sektor ekonomi pada pembentukan produk domestik bruto (PDB)
akan menentukan stabilitas dan kondisi ekonomi yang terjadi di negara yang
bersangkutan. Stuktur ekonomi di negara-negara berkembang yang lebih banyak
didominasi oleh sektor non industri terutama pertanian, akan menghadapi tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan yang lebih berat. Disamping itu struktur ekonomi
yang belum seimbang antara pertanian dan industrian mengandung kerawanan berupa
timpangnya nilai tukar perdagangan yang lebih menguntungkan negara industri.
c) Potensi dan Pengelolaan Sumber Alam ; Negara-negara yang memiliki potensi sumber
alam yang besar dan beraneka ragam kemudian didukung oleh suber daya pengelolaa n
yang baik, akan mampu menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan ganggua n
bidang ekonomi. Memiliki potensi sumber alam saja tanpa memiliki kemampuan
mengelola akan berpengaruh terhadap stabilitas serta kondisi kehidupan ekonomi
suatu negara.
d) Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia ; Sumber daya manusia yang
berkualitas dan berjiwa entrepeneur dalam pengelolaan sumber daya alam,
mempunyai arti positif bagi pembinaan dan pengembangan ketahanan di bidang
ekonomi. Dilain pihak sumber daya manusia yang relatif besar jumlahnya tetapi
berkualitas rendah, pensebarannya tidak merata, akan menjadi beban dan menjadi
sumber timbulnya kerawanan sosial serta ekonomi.
e) Potensi dan Pengelolaan Sumber Dana ; Sumber dana baik dari dalam maupun dar i
luar negeri sangat penting bagi upaya meningkatkan pembangunan dan
pengembangan ekonomi. Sumber dana dari luar yang terlalu besar menimbulka n
ketergantungan suatu negara dan akan berakibat kerawanan oleh karena itu perlu
diimbangi peningkatan mobilisasi dana dalam negeri melalui perpajakan dan dana
masyarakat sebagai salah satu sumber pembanguan ekonomi.
f) Teknologi ; Teknologi menjadi faktor penting bagi upaya peningkatan berbagai
kegiatan ekonomi. Pemanfaatan teknologi secara tepat guna dapat meningkat ka n
kemampuan ekonomi suatu negara, dengan teknologi canggih potensi sumber daya
alam lebih dapat didayagunakan.
g) Birokrasi dan Sikap Masyarakat ; sistem birokrasi yang baik, efisien, efektif, tidak
berbelit-belit, akan mendukung kegiatan serta kehidupan ekonomi nasional.
cxi
Partisipasi masyarakat yang dilandasi kesadaran yang tinggi serta kemampuan yang
cukup akan meningkatkan pembangunan ekonomi menuju ketahanaan ekonomi
nasional.
h) Infrastruktur ; Sarana dan prasarana yang memadai akan melancarkan arus barang dan
jasa, kegiataan ekonomi akan terhambat bahkan bisa macet tanpa adanya sarana
prasarana yang mendukung, Angkutan melalui darat, laut, dan udara yang dikelola
secara terpadu dan didukung oleh jaringan komunikasi yang luas merupakan syarat
perkembangan ekonomi.
i) Diversifikasi Pemasaran ; Peningkatan produksi tidak banyak artinya kalau tidak bisa
dipasarkan oleh karena itu harus diikuti oleh mencari pasar baru bagi produk yang
dihasilkan, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.
4) Ketahaanan di bidang Sosial Budaya.
Istilah sosial budaya menunjuk kepada dua segi utama kehidupan bersama
manusia yaitu segi kemasyarakatan (sosial) dan segi kebudayaan (budaya). Pengertian
sosial pada hakikatnya adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang
mengandung nilai- nilai kebersamaan. Kerja sama atau kebersamaan itu akan berjalan
lancar dalam keadaan tertib sosial berdasarkan pengaturan dan mekanisme tertentu yang
merupakan produk budaya dan sekaligus merupakan wadah bagi pertumbuhan dan
perkembangan kebudayaan. Proses sosial berlangsung dalam sistem sosial tertentu dan
sistem sosial itu sendiri merupakan salah satu wujud kebudayaan, sehingga terjadi
integrasi antara ciri-ciri sosial dan ciri-ciri budaya. Masyarakat tidak mungkin ada tanpa
kebudayaan, dan kebudayaan hanya ada dalam masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan di bidang sosial budaya adalah : kehidupan
beragama, tradisi, pendidikan, kepemimpinan nasional, tujuan nasional, kepribadian
nasional, dan kondisi sosial ekonami.
5) Ketahanan di bidang Pertahanan Keamanan.
Pertahanan keamanan adalah daya upaya suatu bangsa dengan segala potensinya
untuk melindungi kepentingan bangsa dan negara demi tetap terwujudnya kelangsunga n
hidup, perkembangan kehidupan bangsa dan negara serta terpenuhinya hak dan
kewajiban warga negara dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan Pertahanan Keamanan antara lain adalah : a.
Doktrin Hankam, b. Wawasan Nasional, c. Sistem pertahanan keamanan, d. Geografi,
kesadaran masyarakat membela negara, e. Pendidikan Bela Negara, f. Ilmu pengetahua n
dan teknologi, kondisi ekonomi, dan lain sebagainya.
cxii
Latihan :
Untuk menguji pemahamaan saudara terhadap materi BAB VII ini, jawablah
pertanyaan berikut :
1. Tuliskan pengertian Geostrategi dan jelaskan hubungannya dengan Geopolitik.
2. Tuliskan pengertian Ketahanan Nasional dan jelaskan pokok-pokok pengertiannya.
3. Sebagai mahasiswa yang ulet dan tangguh, apa yang harus saudara lakukan
4. Berikan masing-masing satu contoh dari Tantangan, Ancaman, Hambatan, dan
Gangguan.
5. Jelaskan aspek kehidupan nasional bangsa Indonesia
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan Kesejahteraan dan pendekatan
Keamanan dalam penyelenggaraan Ketahanan Nasional.
7. Tuliskan jenis dan sifat kekayaan alam serta jelaskan apa guna pemahaman kedua hal
tersebut bagi kehidupan bangsa.
8. Berikan contoh penyelenggaraan pendekatan Kesejahteraan dan pendekatan
Keamanan terhadap gatra geografi dan gatra kekayaan alam.
cxiii
DAFTAR PUSTAKA
C.S.T. Kansil, Prof. Drs. SH. Dan Cristine S.T. Kansil, SH.,M.H. (2003). Pendidikan
Kewaarganegaraan di Perguruan Tinggi, PT. Pradnya Paramita : Jakarta
Kartono dkk., (2013). Modul Pendalaman Materi Bidang Studi, Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) : Konsorsium Sertifikasi Guru
Lembaga Ketahanan Nasional, (1996). Kewiraan Untuk Mahasiswa, Kerja sama Dirjen
Dikti dengan P.T. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Loman Bolam dkk., (2010). Pengantar Ilmu Pendidikan, Program Hibah Kompetisi
(PHK) S1 PGSD-A Universitas Sriwijaya : Palembang
cxiv
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, (2008). Materi Sosialisasi
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretariat
Jenderal MPR RI : Jakarta.
Tim Nasional Penataran P-4 Siswa SLTP dan SLTA, (1996). Bahan Penataran P-4 Bagi
Siswa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Udin S. Winataputra dkk., (2002). Modul : Materi dan Pembelajaran PKN SD, Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka : Jakarta
cxv