A. Pengertian Pembelajaran
Kewarganegaraan/PKN....................................................
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan
Kewarganegaraan.............................................................
C. Perkembangan Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia........................................
1. Perubahan Nama Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia..................................
2. Kurikulum 1984, Kurikulum 1975
yang disempurnakan..................................................
3. Kurikulum 1994 dan Suplemen
Kurikulum 1999.........................................................
4. Kurikulum 2006, “KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).................
D. Karakteristik Pembelajaran PKN di
Sekolah Dasar...................................................................
E. Pentingnya Pembelajaran PKN di Sekolah
Dasar................................................................................
1. Hakikat Pembelajaran PKN di
Sekolah Dasar............................................................
2. Tujuan Pembelajaran PKN di
Sekolah Dasar............................................................
3. Fungsi Pembelajaran PKN di
Sekolah Dasar............................................................
4. Manfaat Pendidikan
Kewarganegaraan......................................................
F. Metode dan Model Pembelajaran PKN di
Sekolah Dasar...................................................................
1. Metode Pembelajaran PKN di
Sekolah Dasar............................................................
2. Model Pembelajaran PKN di
Sekolah Dasar............................................................
1. Pancasila................................
2. Pancasila Sebagai Ilmu
Filsafat..........................................................
3. Perkembangan Ilmu dan
Teknologi
4. Peranan Pancasila Sebagai
Landasan Perkembangan IPTEK..................
5. Dimensi Moral
Pengembangan dan Penerapan Ilmu.............
6. Sumber Historis, Sosiologis,
dan Politik Pancasila Sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Iptek.....................................
7. Dampak Positif dan Negatif
Perkembangan Iptek.....................................
8. Pancasila Sebagai Pandangan
Hidup Bangsa................................................
A. Pendidikan di Dunia....................................
B. Keadaan Mata Pelajaran Pancasila di
Indonesia..........................................................................
C. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat...............
1. Filsafat Pancasila...........................
2. Hakikat Sila-Sila Pancasila............
3. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.
4. Konsep Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat........................................................................
5. Dasar Axiologis Sila-Sila
Pancasila....................................................................
D. Budaya dan Karakter Indonesia di Era
Globalisasi........................................................................
1. Pengertian Kebudayaan.................
2. Perkembangan Kebudayaan di
Indonesia....................................................................
3. Pembelajaran Tentang Budaya
Lokal..........................................................................
4. Upaya - Upaya Dalam
Melestarikan Budaya Indonesia.................................
5. Karakter Generasi Muda................
6. Globalisasi Terhadap Budaya........
7. Globalisasi Terhadap Kehidupan...
8. Pembangunan Karakter di Era
Globalisasi..................................................................
E. Implementasi nilai-nilai pancasila sebagai
dasar negara......................................................................
F. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila
Melalui Budaya Sekolah Di Era Digital...........................
BAB I
PEMBELAJARAN KEWARGANEGARAAN
A. Pengertian Pembelajaran Kewarganegaraan/PKN
Menurut Sardiman (2007), belajar merupakan perubahan tingkah
laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
Belajar juga suatu proses usaha yang dilakukan seeorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan (Slameto, 2003).
Peserta didik di era society 5.0 harus mampu menguasai
beberapa kompetensi, yaitu leadership,digital literacy,
communication, emotional intelligence, enterpreneurship,
globalcitizenship, problem solving, dan team work (Ely dan Abdu,
2020).
Secara bahasa, istilah Civic Education menurut beberapa ahli
menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan
Kewargaan dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada tahun 1886, Civics adalah suatu ilmu tentang
kewarganegaraan yang berhubugan dengan manusia sebagai individu
dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungannya
dengan Negara (Winarno, 2007).
Menurut Kerr (Winataputra dan Budimansyah, 2012) bahwa
Citizenship education or civics education didefinisikan sebagai
berikut: Citizenship or civics education is construed broadly to
encompass the preparation of young people for their roles and
responsibilities as citizens and, in particular, the role of education
(trough schooling, teaching, and learning) in that preparatory
process. Maksud pendapat Kerr yaitu kewarganegaraan umumnya
mencakup proses mempersiapkan generasi muda untuk mengambil
peran dan tanggung jawab sebagai warga negara. Sedangkan secara
khusus, peran pendidikan meliputi pendidikan sekolah, proses
belajar mengajar, dalam proses mempersiapkanwarga negara
tersebut.
Menurut Cogan (1999) mengemukakan Civic Education yaitu
sebagai “the foundational course work in school designed to prepare
young citizens for an active role in their communities in their adult
lives”. Maksudnya yaitu mata pelajaran dasar di sekolah yang
dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda agar setelah
dewasa dapat berperan aktif dalam Masyarakat
Kosasih Djahiri mengemukakan bahwa hakikat Pkn atau civic
education adaah program pendidikan pembelajaran yang secara
programatik-prosedural yang berupaya memanusiakan (humanizing)
dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering)
manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara
yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/yurudis konstitusional
bangsa/negara (Budimansyah dan Syam, 2006).
Stanley E. Dimond dan Elmer (1970:5) menyatakan bahwa
secara terminologis civics diartikan sebagai studi yang berhubungan
dengan tugas-tugas pemerintahan dan hak-kewajiban warganegara.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional di dalam batang tubuhnya menjelaskan bahwa
pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran atau mata
kuliah wajib, sehingga di perguruan tinggi khususnya di setiap
program studi, mata kuliah pendidikan kewarganegaraan harus
diberikan kepada mahasiswa dan pada mata Pelajaran di Sekolah
Dasar juga begitu demikian.
PKN adalah salah satu mata pelajaran pokok atau wajib di
sekolah termasuk di jenjang sekolah dasar yang muatan materi nya
diajarkan kepada siswa untuk mampu menjadi seorang warga negara
yang baik (Efri Yuni Astuti, 2015). Menurut Gustilianto, 2017
menyatakan bahwa pembelajaran PKn merupakan sarana untuk
pengimplementasian nilai-nilai Pancasila. Sedangkan tujuan PKn
adalah untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang memiliki
pemahaman serta sanggup melakukan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan yang tercantum dalam UUD
1945 dan Pancasila (Magdalena et al., 2020). Menurut Budimansyah
& Suryadi (Kariadi, 2017: 31) “PKn merupakan salah satu bidang
kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yaitu
mengembangkan siswa menjadi warga negara yang baik yang
memiliki rasa kebanggaan terhadap Negara Indonesia, cinta tanah
air, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi di lingkungan rumah, sekolah, dan sekitarnya
serta berbangsa dan bernegara (Supriyanto, 2018: 116).
Konfigurasi atau kerangka sistematik PKn dibangun atas dasar
paradigma sebagai berikut Kosasih djahiri (1997; Kariadi, 2017: 31):
Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek
pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia,
cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara
teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat
dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat
konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks
substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan
yang demokratis, dan bela negara.
Seharusnya di era sekarang, tujuan pendidikan tidak hanya
bersumber pada penguatan kognitif peserta didik, akan tetapi
penguatan afektif dan psikomotorik juga harus dimiliki peserta didik
sebagai hasil dari proses Pendidikan (Nurizka, 2019: 191). Ketiga,
PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran
yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content
embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience)
dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam
kehidupan seharihari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral
Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.
Sebagaimana yang tercantum dalam (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI, 2006) mengenai ruang lingkup dan materi
pembelajaran PKn di Sekolah Dsasar yang disajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 1. Ruang Lingkup dan Materi Pembelajaran PKn di SD
No Ruang Lingkup Materi
a. Hidup rukun dalam perbedaan
b. Cinta lingkungan
c. Kebanggaan sebagai Bangsa
Persatuan dan
1 Indonesia
Kesatuan Bangsa
d. Sumpah Pemuda
e. Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
a. Tertib dalam kehidupan
keluarga
Norma, Hukum, b. Tata tertib di Sekolah
2
dan Peraturan c. Norma yang berlaku di
Masyarakat
d. Peraturan-peraturan daerah
a. Hak dan Kewajiban Anak
Hak Asasi
3 b. Hak dan Kewajiban Anggota
Manusia
Masyarakat
a. Hidup Gotong Royong
b.Harga diri sebagai Warga
Kebutuhan Warga
4 Masyarakat
Negara
c. Kebebasan berorganisasi
d. Menghargai keputusan Bersama
Konstitusi
5 -
Negara
a. Pemerintahan desa dan
Kekuasaan dan Kecamatan
6
Politik b. Pemerintahan daerah
c. Pemerintahan pusat
a. Proses perumusan Pancasila
sebagai dasar negara
7 Pancasila
b. Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari
a.Globalisasi di lingkungannya
8 Globalisasi b.Politik luar negeri Indonesia di
era Globalisasi
Jenjang pendidikan memiliki ruang lingkup materi PKn yang
sama (Winarno, 2014). Namun terdapat perubahan ruang lingkup
materi PKN SD dalam kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya
yaitu KTSP yakni adanya penyederhanaan materi yang harus
dikuasai oleh siswa (Prastowo, 2013).
Mengajarkan pembelajaran PKn di Sekolah Dasar harus
memiliki kemampuan atau kompetensi seperti yang diharapkan di
dalam (Undang-Undang Republik Indonesia, 2005) yakni meliputi
pedaogik, kepribadian, sosial dan professional. Sedangkan seperti
yang telah tertera dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi bahwa “Dalam kurikulum pendidikan
tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan kewarganegaraan”
(Nurmalisa et al., 2020).
Menurut (Pirol & Ag, 2008) generasi muda kita saat ini sedang
mengalami degradasi, nilai-nilai kearifan lokal dengan mudahnya
dilupakan karena kuatnya arus globalisasi. Kejadian seperti
memakai narkoba, seks bebas, tawuran, dan lain-lain sudah jelas
bukanlah karakter asli yang ada dalam nilai-nilai kehidupan bangsa
Indonesia sehingga mengindikasikan bahwa moral generasi kita saat
ini buruk (Budiarto, 2020).
Usaha penguatan karakter saat ini sudah dilakukan pemerintah,
melalui Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa yang
dilanjutkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) (Ismail
et al., 2021).
Guru berperan sangat penting bagi peserta didik, utamanya guru
PPKn (Safitri & Dewi, 2021) dan Guru PPKn harus memberikan
contoh dan teladan serta memberikan dorongan moral keras
terhadap peserta didik menjadi lebih baik (Widianti, 2014).
Guru adalah salah satu unsur dalam bidang pendidikan, dimana
guru harus menempatkan posisinya secara profesional dan mampu
memenuhi kebutuhan pendidikan yang semakin berkembang
(Hamid, 2017).
Guru berperan bukan hanya berperan sebagai pengajar yang
tugasnya hanya mentransfer ilmu, tapi guru juga harus mentransfer
of values, sekaligus menjadi contoh, panutan, dan pembimbing yang
menuntun siswa saat belajar (Roqib & Nurfuadi, 2020).
Guru memiliki tugas utama untuk mendidik, melatih,
membimbing, menuntun, menilai dan mengevaluasi kemampuan
siswa pada pendidikan mulai pendidikan dasar sampai pendodokan
menengah (Musa, 2016). Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional juga ditujukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (Saragih, 2008).
Menurut (Maya, 2013) peran guru yang paling utama dalam
pendidikan karakter adalah:
1) Keteladanan.
Keteladanan adalah satu hal yang paling penting yang harus
dimiliki oleh guru. Keteladanan guru merupakan konsistensi
guru dalam memberikan contoh yang baik kepada siswa baik
dari sikap spiritual, sosial, pengetahuan dan karya yang
dimiliki. Guru juga harus cerdas dalam membaca dan
memanfaatkan peluang secara produktif dan kompetitif
dalam mengembangkan diri dan siswa.
2) Inspirator
Guru yang memiliki sifat inspirator adalah guru yang bisa
membangkitkan semangat belajar siswa dengan memberikan
contoh nyata kepada siswa dan mengajak siswa untuk
mengembangkan potensi dan bakatya serta mengajaknya
untuk berprestasi.
3) Motivator
Guru menjadi seorang motivator artinya guru harus
membangkitkan semangat dan potensi yang dimiliki siswa
agar mereka mampu menunjukan kemampuan mereka.
4) Dinamisator
Dinamisator artinya guru selain bertugas memberikan
semangat kepada siswa, tapi juga menjadi sarana yang benar
-benar mendorong kemampuan sisswa agar menciptakan apa
yang mereka cita-citakan.
5) Evaluator
Guru harus selalu mengevaluasi pembelajaran yang ia
lakukan dalam mendidik karakter anak. Guru juga harus
mampu menggambarkan dan memberikan solusi kepada
siswa terkait permasalahan baik dari akademik, sikap dan
pengembangan bakat anak.
Sebagai calon pendidik bukan harus memiliki penguasaan materi
PKn yang baik tetapi perlu juga memiliki kemampuan intepretasi
yang tinggi mengenai cara penyampaian materi pembelajaran
tersebut (Susanto, 2014) dan juga sebagai seorang calon guru atau
mahasiswa harus mampu merefleksikan ilmu yang telah didapatkan
selama menjalani perkuliahan agar menjadi sebuah pembiasaan diri
untuk kedepannya (Pahlevi, 2017).
Undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945
tersebut mengamanatkan pemerintah mengusahakan dan
meyelenggarakan satu sistem Pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada tuhan yang maha
esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur denganundang-undang.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas
dikatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terancam untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan kewarganegaraan itu sama halnya dengan pendidikan
demokrasi karena bertujuan untuk membentuk dan mempersiapkan
warga Negara masyarakat untuk memiliki pemikiran kritis dan juga
demokratis (Suhardiyansyah et al., 2016).
Menurut Isep (2013: 15) “fungsi dan tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk membentuk atau mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang baik”.
Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, Pancasila sebagaiideologi terbuka (Wihardit, 2010).
Tahun 1954 Civic menjadi Kewarganegaraan Tahun 1961
Kewarganegaraan menjadi Kewargaan Negara atas prakarsa Prof.
Dr. Sahardjo, SH. (disesuaikan dengan pasal 26 UUD 1945) Tetapi
istilah Kewargaan Negara baru dipakai secara resmi tahun 1967
dengan instruksi Dirjen Dikdas No.31/1967/ tanggal 28 Juni 1967.
Mendikbud ketika tahun 1996 itu mengeluarkan instruksibahwa
materi civic dapat diambil dari: 1) Pancasila 2) UUD 1945 3)
Ketetapan Ketetapan MPRS Perserikatan bangsa-bangsaDitambah
dengan: 1) Orde Baru 2) Sejarah Indonesia dan 3) Ilmu Bumi
Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship) merupakan
pembelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang
beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku
bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil,
danberkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945
(Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).
Landasan PPKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap
pada tuntutan perubahan zaman,serta Undang Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Menengah- Direktorat Umum (Wahab,
2011)
Dalam Kurikulum KBK Tahun 2004 dan Kurikulum KTSP
Tahun 2006, PPKn menjadi PKn, sedangkan dalam Kurikulum
Tahun 2013 PKn kembali berganti nama menjadi PPKn. Pada saat
melakukan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi), guru benar-benar
mampu memberdayakan peserta didik secara bermakna sesuai
dengan UU nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Fungsi pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana
untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan
berkepribadian yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia
dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945
(Depdiknas, 2001:1).
PPKn harus mampu membekali kompetensi siswa dengan
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skills) dan etika atau karakter
kewarganegaraan (civic disposition) (Alfiansyah & Wangid, 2018) .
Menurut Budimansyah (2014) Hakekat Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan tidak terlepas dari perkembangan sikap
seseorang meliputiberapa tahap antara lain sebagai berikut:
a. Anomous: Pada tahap ini sikap seseorang "tidak tahu
terhadap sesuatu yangdianggap baik dan buruk la
melakukan sesuatu hanya atas dasar dorongan naluri
semata.
b. Heteronomous: Pada tahap ini, seseorang sudah mempunyai
sikap tertentu tetapi masih "bunglon". Artinya masih
bersikap ikut-ikutan, belum mempunyai pendapat yang
mandiri. Seseorang melakukan sesuatu kegiatan hanya
karena senang mengikuti apa yang dilakukan oleh orang
lain yang adadi sekelilingnya.
c. Socionomous: Pada tahap ini seorang peserta didik
melakukan sesuatu karenakesadaran dan keyakinan dirinya
bahwa sesuatu itu perlu dan baik untuk dilaksanakan,
sebagai pola hidupnya. Pada tahap ini seseorang sudah
sadar betul apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukannya. Artinya seseorang itu sudah punya pendirian
sendiri yang tetap.
d. Aotonomus: Pada tahap ini seseorang sudah mencapai
tingkat kedewasaan, sehingga seseorang melakukan sesuatu
itu sudah melalui proses pemikiran yang matang, dan sadar
akan sebab akibat dari perbuatan yang dilakukannya itu.
Berdasarkan Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan mencakup :
a) Tujuan Umum. Untuk memberikan pengetahuan dan
kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai hubungan
antara warga negara dengan negara serta PPBN agar
menjadi warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan
negara. untuk mengembangkan wawasan mahasiswa
tentang makna pendidikan bela negara sebagai salah satu
kewajiban warganegara sesuai dengan Pasal 30 UUD 1945.
Kedua mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang wajib
diikuti oleh seluruh mahasiswa, yang mulai tahun 2000
disebut sebagai Mata Kuliah Pembinaan Kepribadian atau
MKPK.
b) Tujuan Khusus :
Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan
hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis
serta ikhlas sebagawai WNI terdidik dan bertanggung
jawab.
Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai
masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya
dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang
berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan
Ketahanan Nasional.
Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air,
serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau
nasionalisme yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun
masa depan bersama di bawah suatu negara sama walaupun warga
negara tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya
(Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998).
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia 1945).
Tilaar (2005:14) meyakini bahwa semakin banyak pihak yang
peduli dan bekerja keras mengupayakan pembentukan bangsa
Indonesia menjadi religius, beriman, bertaqwa, dan berbudi pekerti
yang luhur semakin lebih baik adanya. Serta harus sebanyak
mungkin warga masyarakat mempunyai mutu tinggi untuk dapat
melakukan kerjasama dan persaingan bangsa dan warga negara
(Hafidh and Anwar, 2016).
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih berorientasi
pada Transfer of knowledge dari masayrakat ke masyarakat dan
pendekatan ekspositori masih mendominasi yang menyebabkan
terabaikannya pendekatan inquiri, pemecahan masalah dan
rendahnya keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan dan
perencanaan pembelajaran sehingga muncul budaya belajar
menghapal hal ini disebabkan oleh rendahnya motivasi mengajar
pendidik karena menyangkut kemampuan aspek kompetensi
pendidik yang dimiliki (Halimah, 2018).
Penanaman nilai-nilai pendidikan berbasis nilai kejujuran,
kebenaran dan keadilan akan melahirkan generasi emas yang
berkarakter Pancasilais berbasis budaya nasional Indonesia (Abi,
2017).
Dalam dekade terakhirnya, ada kecenderungan menipisnya jiwa
nasionalisme dikalangan generasi muda (Widiyono 2019).
Untuk menanggulangi masalah kehilangan generasi muda yang
rendahakan sikap nasionalisme dan untuk menambah rasa
nasionalisme bangsa Indonesia adalah dengan dilatih tentang sikap-
sikap yang baik sesuai dengan nilai-nilai dari Pancasila, tidak
mengajarkan hal-hal yang melanggar nilai-nilai Pancasila,
menanamkan rasa cinta tanahair sejak dini, melestarikan budaya
Bangsa Indonesia, dan memberi penyuluhankepada seluruh bangsa
Indonesia akan pentingnya nasionalisme terhadap masadepan
bangsa Indonesia (E. Y. Lestari, Janah, and Wardanai 2019).
Kewarganegaraan berperan dalam pembangunan dan
pengembangan karakter dalam diri generasi muda, tentu dapat
terjawab jika kontribusi yang diberikan pendidikan
kewarganegaraan berhasil mengarahkan generasi muda saat ini
untuk berpartisipasi mengusung karakter bangsa (Kaelan, 2010).
KESIMPULAN
.......................................................................................Dalam pembela
sangat berperan untuk mengajarkan materi-materi yang berisi
nilai-nilai moral. Anak akan melihat dan mengamati apa yang di
lakukan model kemudian menirukannya dalam perilaku. Selain
guru model yang di gunakan dalam pembelajaran PKn dapat
berupa:
......................................................................................Metode Demons
atau menunjukan suatu prosedur yang harus dilakukan peserta
didik yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.
Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta
didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk
tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain
yang memahami atau ahli dalam topik bahasa yang harus di
demonstrasi. Tujuan metode demontrasi yaitu sebagai berikut:
........................................................................................Metode bermai
Supriyati dalam Winda Gunarti, dkk. (2008: 10) bahwa metode
bermain peran adalah permainan yang memerankan tokoh-tokoh
atau benda sekitar anak sehingga dapat mengembangkan daya
khayal (imajinasi) dan penghayatan terhadap bahan kegiatan
yang dilaksanakan.
.........................................................................................Melalui metod
memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial
yang anggotanya teman-temannya sendiri. Dengan kata lain
metode ini berupaya membantu individu melalui proses
kelompok sosial.
..................................................................................................
mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia
dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam
kelas. Proses belajar dengan menggunakan metode bermain
peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang
dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu
akan menetukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan
identifikasi diri terhadap nilai berkembang. Tujuan dari
penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut:
.............................................................................................Pengertian
pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa dengan
keadaan nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
...............................................................................................Dalam Pe
pembelajaran kontekstual ada beberapa komponen yang
dilibatkan dalam pembelajaran. Komponen-komponen CTL
(contextual teaching and learning) tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kontrukstivisme
......................................................................................Dalam CTL,
berdasarkan pengalaman yang dialami dan diamati.
2. Bertanya
Dalam CTL, siswa diharapkan mampu menumbuhkan
rasa ingin tahu sehingga akan menjadikan siswa selalu
bertanya terhadap hal-hal yang baru.
3. Inkuiri
......................................................................................Dalam CTL,
yang dipelajari melalui proses belajar yang sistematis.
4. Masyarakat belajar
Dalam CTL, siswa diharapkan mampu bekerjasama atau
bertukar pikiran dengan orang lain yang tidak terbatas dalam
proses pembelajaran.
5. Pemodelan (Modelling)
CTL dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata
atau konkret kepada siswa. Melalui pemodelan ini akan
menghindarkan siswa dari pengetahuan yang bersifat abstrak
dan teoritis.
6. Refleksi
Dalam CTL, refleksi yang diperlukan untuk
mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh siswa melalui
pengalaman yang ia dapatkan.
7. Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Authentic assessment diperlukan untuk mengetahui
perkembangan belajar siswa dan dapat mengetahui apakah
pengalaman belajar siswa dapat memberikan dampak postif
atau negatif.
1. Pendahuluan
2. Kegiatan Inti
3. Penutup
Kegiatan penutup dilakukan sepuluh menit sebelum pertemuan
tatap muka usai. Guru memberi penegasan dan penguatan
(debriefing) terhadap nilai yang secara implisit melekat dalam
pertanyaan triger, yakni nilai-nilai yang terkandung dalam hak,
kewajiban, dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, seperti
peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk
kebaikan, empatik, argumentatif, dan prospektif dalam konteks
kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh
pemahaman dan pengenalannya secara utuh dalam praksis
kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
KESIMPULAN
BAB 2
PEMBELAJARAN PANCASILA
terbuka.
5. Konstitusi Negara
Dalam aspek ini yaitu konstitusi negara. Aspek ini meliputi:
konstitusikonstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, proklamasi
kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, hubungan antara dasar
negara erat kaitannya dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik
Aspek yang keenam adalah kekuasaan dan politik yang
meliputi: sistem pemerintahan, pemerintahan daerah dan otonomi,
pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan pusat, demokrasi
dan sistem politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
budaya politik, pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Ideologi Pancasila
Aspek yang berikutnya adalah Pancasila yang merupakan dasar
negara. Aspek ini meliputi: proses perumusan pancasila sebagai
dasar negara, kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi
3. Persatuan Indonesia
KESIMPULAN