MULTIKULTURAL
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Penyusun
Drs. IMAM NAWAWI, M.Si
MURTININGSIH, S.Pd., M.Pd
Dra. SRI SUGIHARTI, M.Pd
ISBN: 978-602-470-061-4
Pendidikan Multikultural
Drs. Imam Nawawi, M.Si
Murtiningsih, S.Pd., M.Pd
Dra. Sri Sugiharti, M.Pd
• Cetakan I : 2018
KATA PENGANTAR
v
kemampuan dan mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan
multikultural dan pemahaman pluralisme yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Sehingga diharapkan
mahasiswa dapat lebih bersemangat untuk mendidik siswa Sekolah Dasar
bila sudah menyelesaikan studinya.
Agar kompetensi yang diharapkan dalam buku ajar ini dapat tercapai
maka semua materi, mencakup semua Indikator yang terdapat pada
materi umum Pendidikan Multikultural di Sekolah Dasar. Materi bahan
ajar terdiri dari Bab Sebagai berikut :
1. Pendidikan Multikultural
2. Perbandingan Pendidikan Multikultural di beberapa Negara
3. Pendidikan Multikultural di Indonesia
4. Wawasan Multi Budaya
5. Indonesia sebgai Masyarakat Pluralistik
6. Budaya Lokal / Daerah dan Nasional
7. Problematika Pedagogis Pendidikan Multikultural
8. Peranan Sekolah sebagai Lembaga pengembangan Pendidikan
Multikultural
9. Rancangan Pendidikan Multikultural
10. Hubungan Agama dan PendidiKAN Multikultural
11. Model Pengembangan Pendidikan Multikultural
12. Kerangka Pembelajaran dan Penilai Pendidikan Multikultural
Mudah-mudahan buku ini bermanfaat khususnya bagi Mahasiswa
PGSD, Guru-guru SD, serta khalayak Masyarakat yang memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap kehidupan masyarakat dan Bangsa kita
yang memiliki karakter multikultural dan pluralisme yang dikembangkan
sejak usia Sekolah Dasar. Penulis menyadari baku ini jauh dari sempurna,
maka saran dan kritik dari berbagai pihak sangat kami harapkan.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
Rangkuman ............................................... 34
Tugas Latihan ............................................. 35
Daftar Rujukan ........................................... 35
viii
F. Keragaman Masakan dan Pakaian ................. 75
G. Peninggalan Budaya dan Kekayaan Tradisi ....... 76
Rangkuman ................................................ 77
Tugas Latihan ............................................. 78
Daftar Pustaka ............................................ 78
ix
G. Strategi Pembelajaran dan Metode untuk
Humanisasi Pendidikan Multikultural ........... 102
Rangkuman .............................................. 104
Tugas Latihan ........................................... 105
Daftar Rujukan ......................................... 105
x
BAB XII KERANGKA PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL ........................................ 185
Tujuan Pembelajaran .................................... 186
Kerangka Isi ............................................... 186
A. Pembelajaran Berwawasan Pendidikan Multikultural 187
B. Pendekatan - Pendekatan Dalam Pembelajaran
Pendidikan Multikultural ........................... 188
C. Penilaian Pembelajaran Berwawasan Multikultural 191
D. Proses Penyemaian Nilai – Nilai Pendidikan
Multikultural ......................................... 194
E. Aksi Dan Kesadaran Pendidikan Multikultural ... 203
Rangkuman ................................................ 207
Tugas dan Latihan ........................................ 209
xi
xii
BAB I
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mendeskripsikan pengertian pendidikann multikultural.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi pendidikan multikultural.
3. Untuk mendeskripsikan rasional dan tujuan pendidikan multikultural.
Kerangka Isi
Pada bagian ini menjelaskan tentang; pengertian pendidikann
multikultural, fungsi pendidikan multikultural, rasional dan tujuan
pendidikan multikultural.
1
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
I. Pendidikan Multikultural 3
kebudayaannya. Berbagai konsep yang relevan dengan multikulturalisme
antara lain adalah demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya
dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa,
kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan,
ungkapan-ungkapan budaya, domain privat dan publik, hak asasi manusia,
hak budaya komunitas, dan konsep-konsep lainnya yang relevan dari
beberapa individu memiliki karakteristik spesifik yang tidak dimiliki oleh
individu lain. Keanekaragaman karakteristik spesifik ini mengarah pada
suatu muara yaitu bercampurnya berbagai karakteristik. Bervariasinya
karakteristik tersebut sebenarnya sebagai media aliran berkembangnya
kebudayaan yang akan dibangun. Berbeda dengan melting pot, pada
tributaries keberbedaan antar suku tetap dipandang memiliki arti yang
berbeda. Dengan demikian, setiap keberbedaan itu tetap dipertahankan
meskipun berada pada tujuan yang sama untuk mengembangkan dan
mempertahankan budaya masing-masing.
Ketiga, tapestry adalah bagaikan dekorasi pakaian yang terbentuk
dari sehelai benang. Konsep ini diambil untuk menggambarkan
kebudayaan Amerika yang dekoratif. Analog yang dapat disampaikan
antara lain kain yang terdiri dari satu warna kurang memberikan
hasrat bagi pemakainya. Dengan demikian, kain yang multiwarna
sebagai perpaduan dekoratif akan memperkaya seni dekorasi tersebut.
Keempat, garden salad/salad bowl adalah kebudayaan ibarat mangkuk
yang berisi campuran salad. Pada konsep ini yang ada masing-masing
kelompok etnis memperjuangkan keberhasilan kelompoknya sendiri.
Dapat saja masing-masing kelompok etnis hidup berdampingan tetapi
tidak peduli satu dengan yang lainnya. Masing-masing masyarakat
mengurus dirinya sendiri dan dapat hidup bersama sepanjang yang satu
tidak mengganggu kelompok lainnya. Olehnya, Garden Salad/Salad Bowl
tidak memperdulikan adanya komitmen untuk mengetahui dan saling
berbagi antar unsure-unsur kebudayaan yang dimiliki kelompok lain.
Sebagai sebuah ideologi, multikulturalisme terserap dalam berbagai
interaksi yang ada dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia
yang tercakup dalam kehidupan sosial, kehidupan ekonomi dan
bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya di dalam
masyarakat yang bersangkutan. Interaksi tersebut berakibat pada
terjadinya perbedaan pemahaman tentang multikulturalisme. Lebih
jauh, perbedaan ini berimplikasi pada perbedaan sikap dan perilaku
dalam menghadapi kondisi multikultural masyarakat. Sebagai sebuah
4 Pendidikan Multikultural
ideologi, multikulturalisme harus diperjuangkan, karena dibutuhkan
sebagai landasan bagi tegaknya demokrasi, hak asasi manusia dan
kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperjuangkan
multikulturalisme adalah melalui pendidikan yang multikultural.
Pengertian pendidikan multikultural menunjukkan adanya keragaman
dalam pengertian istilah tersebut
James Banks menyatakan bahwa pengertian pendidikan multikultural
sebagai pendidikan untuk people of color. Pengertian ini senada
dengan pengertian yang dikemukakan oleh Sleeter bahwa pendidikan
multikultural adalah sekumpulan proses yang dilakukan oleh sekolah
untuk menentang kelompok yang menindas. Pengertian-pengertian ini
tidak sesuai dengan konteks pendidikan di Indonesia karena Indonesia
memiliki konteks budaya yang berbeda dari Amerika Serikat walaupun
keduanya memiliki bangsa dengan multi-kebudayaan.
Andersen dan Cusher (1994) mengatakan bahwa pendidikan
multikultural adalah pendidikan mengenai keragaman kebudayaan.
Definisi ini lebih luas dibandingkan dengan yang dikemukakan di atas.
Meskipun demikian, posisi kebudayaan masih sama dengan apa yang
dikemukakan dalam definisi di atas, yaitu keragamaan kebudayaan
menjadi sesuatu yang dipelajari dan berstatus sebagai objek studi.
Dengan kata lain, keragaman kebudayaan menjadi materi pelajaran
yang harus diperhatikan para pengembang kurikulum.
Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan
multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan
tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara
yang mendidik. Disisi lain Pendidikan adalah Transfer of knowledge atau
memindah ilmu pengetahuan. Sedangkan Multikultural secara etimologis
multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan kultural berasal dari
kata culture yang mempunyai makna budaya, tradisi, kesopanan atau
pemeliharaan. Rangkaian kata pendidikan dan multikultural memberikan
arti secara terminologis adalah proses pengembangan seluruh potensi
manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai
konsekwensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama).
Dalam Encyclopedia of Multicultural Education (1999) ditulis oleh
Mitchell dan Robert E. Salsbury, yang dimaksud dengan pendidikan
multikultural adalah pendidikan multietnik, pendidikan antirasis, dan
I. Pendidikan Multikultural 5
pendidikan multirasial yang digunakan oleh negara-negara di dunia yang
merujuk pada usaha pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai positif
tentang pluralisme kehidupan manusia dan mengembangkan potensi
belajar untuk seluruh siswa. Melalui pendidikan multikultural, guru
diharapkan memiliki kepekaan atau sensitivitas terhadap nilai-nilai
demokrasi dan hak-hak siswa dalam kebudayaan yang beranekaragam.
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan
pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan
kultural yang ada pada siswa, seperti perbedaan etnis, agama, bahasa,
gender, kelas sosial, ras, kemampuan, dan umur agar proses belajar
menjadi efektif dan mudah (Yaqin, 2005). Pendidikan multikultural
diselenggarakan sekaligus juga untuk melatih dan membangun karakter
siswa agar mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam
lingkungan mereka, khususnya di sekolah.
Al Arifin (2012) mengartikan pendidikan multikultural sebagai
wujud kesadaran tentang keanekaragaman multikultural, hak-hak asasi
manusia serta pengurangan atau penghapusan jenis prasangka untuk
suatu kehidupan masyarakat yang maju dan adil.
Sutjipto (2005) secara singkat memaknai pendidikan multikultural
sebagai proses kulturasi tentang multikultur. Makna dari definisi tersebut
adalah bahwa dalam proses pendidikan terjadi shared meaning yang
terjadi akibat adanya interaksi dengan lingkungan, termasuk interaksi
dalam dunia pendidikan. pendidikan itu sendiri juga merupakan proses
pembentukan kultur multikultur.
Pendidikan Multikultural adalah menginstitusionalkan sebuah filosofi
pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati dan menerima,
memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah keadilan sosial.
Pendidikan Multikultural merupakan reformasi sekolah yang
komprehensif dan pendidikan dasar untuk semua anak didik yang
menentang semua bentuk diskriminasi dan intruksi yang menindas dan
hubungan antar personal di dalam kelas dan memberikan prinsip-prinsip
demokratis keadilan sosial.
Menurut pendapat Blum, pendidikan multibudaya sarat dengan
penghargaan, penghormatan dan kebersamaan dalam suatu komunitas
yang majemuk. Lebih lanjut Blum menegaskan bahwa pendidikan
multibudaya meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian
6 Pendidikan Multikultural
atas budaya seseorang, dan sebuah penghormatan dan keingintahuan
tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi penilaian terhadap
kebudayaan-kebudayaan orang lain, bukan dalam arti menyetujui seluruh
aspek dari kebudayaan-kebudayaan tersebut, melainkan mencoba
melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai
bagi anggota-anggotanya sendiri.
Blum membagi tiga elemen dalam pendidikan multibudaya, pertama,
menegaskan identitas kultural seseorang, mempelajari dan menilai
warisan budaya seseorang. Kedua, menghormati dan berkeinginan untuk
memahami serta belajar tentang etnik/kebudayaan-kebudayaan selain
kebudayaannya. Ketiga, menilai dan merasa senang dengan perbedaan
kebudayaan itu sendiri; yaitu memandang keberadaan dari kelompok-
kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai
kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara.
Dari bebarapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
multikultural mengandaikan adanya penghargaan, penghormatan, dan
pengakuan terhadap keragaman budaya, serta proses pengembangan
sikap dan tata laku pada diri siswa dalam kegiatan pembelajaran
dengan tujuan agar siswa terbiasa dalam kehidupan multikultural baik
di sekolah, di keluarga, maupun di masyarakat.
Menurut The National Council for the Social Studies (Gorski, 2001)
fungsi pendidikan multikultural adalah sebagai berikut:
1. Memberi konsep diri yang jelas
2. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya
ditinjau dari sejarahnya
3. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu
memang ada pada setiap masyarakat
4. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision
making), partisipasi sosial, dan keterampilan kewarganegaraan
(citizenship skills)
I. Pendidikan Multikultural 7
C. Rasional dan Tujuan Pendidikan Multikultural
8 Pendidikan Multikultural
2) Perkembangan Pribadi
Dasar psikologis Pendidikan Multikultural menekankan pada
pengembangan pemahaman diri yang lebih besar, konsep diri yang
positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya. Mengembangkan
pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan pengalaman
budaya dan kelompok etnis yang lain dapat memperbaiki penyimpangan
yang menganggap nilai yang ada pada kelompok yang dominan itu lebih
unggul.
3) Klarifikasi Nilai dan Sikap
Mengajari generasi muda untuk menghargai dan menerima pluralisme
etnis, menyadarkan bahwa perbedaan budaya tidak sama dengan
kekurangan atau rendah diri, dan untuk mengakui bahwa keragaman
merupakan bagian integral dari kondisi manusia. Pengklarifikasian sikap
dan nilai etnis didesain untuk membantu peserta didik memahami
bahwa berbagai konflik nilai itu tidak dapat dielakkan dalam masyarakat
pluralistik; dan bahwa konflik tidak harus menghancurkan dan memecah
belah.
4)Kompetensi Multikultural
Upaya interaksi lintas kultural seringkali terhalang oleh nilai, harapan
dan sikap negatif ; kesalahan budaya (cultural blunders); dan dengan
mencoba menentukan aturan etiket sosial (rules of social etiquette)
dari satu sistem budaya terhadap sistem budaya yang lain. Pendidikan
Multikultural dapat membantu peserta didik mempelajari bagaimana
memahami perbedaan budaya tanpa membuat pertimbangan nilai yang
semena-mena tentang nilai intrinsiknya.
5) Kemampuan Keterampilan Dasar
Tujuan Pendidikan Multikultural adalah untuk memfasilitasi
pembelajaran untuk melatih kemampuan ketrampilan dasar dari peserta
didik yang berbeda secara etnis.
Yaqin (2005) membagi tujuan pendidikan multikultural menjadi dua
yaitu:
a. Membangun wacana pendidikan multikultural di kalangan guru,
dosen, ahli pendidikan, pengambil kebijakan dalam dunia
pendidikan, mahasiswa jurusan di fakultas ilmu pendidikan, dan
mahasiswa jurusan lainnya. Apabila wacana pendidikan multikultural
dipahami oleh banyak pihak, diharapkan siswa atau mahasiswa
yang memperoleh kecakapan kognitif multikultural dapat menjadi
transformator pendidikan multikultural yang mampu menanamkan
I. Pendidikan Multikultural 9
nilai-nilai pluralisme, humanisme, dan demokrasi kepada komunitas
masyarakat di lingkungan terdekat.
b. Terdidiknya siswa atau mahasiswa yang mampu memahami dan
menguasai materi ajar, sekaligus mempunyai karakter yang kuat
untuk bersikap demokratis dan humanis dalam masyarakat plural.
10 Pendidikan Multikultural
RANGKUMAN
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mengandaikan
adanya penghargaan, penghormatan, dan pengakuan terhadap keragaman
budaya, serta proses pengembangan sikap dan tata laku pada diri siswa
dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa terbiasa dalam
kehidupan yang memiliki beraneka ragam budaya baik di sekolah, di
keluarga, maupun di masyarakat. Fungsi pendidikan multikultural yaitu
untuk memberi konsep diri yang jelas, membantu memahami pengalaman
kelompok etnis dan budaya ditinjau dari sejarahnya, membantu
memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu memang ada pada
setiap masyarakat. membantu mengembangkan pembuatan keputusan
(decision making), partisipasi sosial, dan keterampilan kewarganegaraan
(citizenship skills).
Tujuan pendidikan multikultural yaitu agar siswa dari berbagai
latar belakang suku bisa mempunyai konsep diri yang positif mengenai
kelompok lain dan berkontribusi dalam kehidupan sosial yang
beranekaragam. Pendidikan multikultural ingin memastikan agar semua
siswa dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda bisa mendapatkan
kesempatan yang sama dan situasi yang kondusif untuk mencapai prestasi
yang sebaik-baiknya.
TUGAS LATIHAN
I. Pendidikan Multikultural 11
Daftar Rujukan
12 Pendidikan Multikultural
BAB II
PERBANDINGAN
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
DI BEBERAPA NEGARA
13
Tujuan Pembelajaran
1. Mengkaji perihal pendidikan multikultural di Negara Amerika Serikat.
2. Mengkaji perihal pendidikan multikultural di Negara Inggris.
3. Mengkaji perihal pendidikan multikultural Negara Kanada.
4. Mengkaji perihal pendidikan multikultural Negara Australia.
5. Mengkaji perihal pendidikan multikultural di beberapa Negara Asia.
Kerangka Isi
Bada bagian, memaparkan masalah-masalah pokok yang berkaitan
dengan, pendidikan multikultural di Negara Amerika Serikat, pendidikan
multikultural di Negara Inggris, pendidikan multikultural Negara Kanada,
pendidikan multikultural Negara Australia, pendidikan multikultural di
beberapa Negara Asia.
14
A. Pendidikan Multikultural
Kelompok etnik ini pada tahun 1960-an melakukan gerakan hak sipil
yang memenangkan secara legal berupa penghapusan diskriminasi ras,
termasuk penghapusan diskriminasi sekolah, hak sipil, serta penggunaan
fasilitas umum. Masalah umum yang dihadapi oleh kelompok ini adalah
pendapatan yang rendah, bekerja pada jenis pekerjaan kasar dengan
jumlah pengangguran dua kali lebih besar dari orang kulit putih. Kini,
makin banyak orang African Americans yang mencapai kedudukan puncak
kekuasaan sosial, ekonomi, dan politik.
16 Pendidikan Multikultural
1. Orang Amerika Keturunan Asia (Asian Americans)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sekitar 4 persen dari
penduduk Amerika Serikat dengan mayoritas berasal dari Cina dan
Jepang, di samping imigran dari Filipina, Korea, disusul orang Vietnam
yang baru masuk ke Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Tiga kelompok terakhir ini dikenal di Amerika Serikat sebagai Recent
Asian Immigrants..
Pertumbuhan orang Cina di AS kini sangat cepat dibandingkan
pertumbuhan orang Cina di berbagai belahan dunia, termasuk Cina
sendiri. Orang Jepang Amerika (Japanese Americans) adalah imigran
Jepang yang merupakan bagian dari Asian Americans yang mulai
berdatangan ke AS tahun 1860-an. Orang Jepang jumlahnya sedikit
dan dikenal selalu menghindari prasangka dan diskriminasi langsung
sebagaimana yang terjadi atas orang Cina. Hukum imigran tahun 1920-
an menghentikan imigrasi orang Jepang ke benua Amerika.
2. Orang Amerika yang Berkebudayaan Spanyol (Hispanic Americans)
Secara etimologi Hispanis/Hispano berasal dari bahasa Latin
Hispanus, yang merupakan kata sifat dari Hispania, nama yang diberikan
oleh orang Rowawi selama periode Republik Romawi pada seluruh Iberian
Peninsula. Dalam bahasa Spanyol, kata “Hispano” juga digunakan sebagai
elemen pertama yang menunjuk pada Spanyol dan orang Spanyol, sebagai
pembeda dari Anglo yang digunakan untuk menunjuk pada Inggris dan
bahasa Inggris. Jadi, “Spanyol Amerika” adalah Hispano-amerika.
Hispanis Amerika merupakan kelompok etnik yang dapat dikatakan
mewakili tiga budaya. Mexican American (Meksiko), Puerto Rico
dan Cuban American (Cuba). Jumlah keturunan Hispanic Americans
diperkirakan 12% dari jumlah penduduk AS. Persentase ini cenderung
meningkat cepat karena migrasi dan tingkat kelahiran yang tinggi.
3. White Ethnic Americans
White Ethnic Americans merupakan kelompok orang Amerika
berkulit putih yang menyatakan dirinya “tidak terikat” dengan WASP.
Jadi, mereka digolongkan dalam kelompok etnik non-WASP. Mereka
yang termasuk golongan ini adalah orang Jerman, Irlandia, Italia dan
Polandia. Kelompok ini ditambah imigran dari Hongkong, Taiwan, Cina,
Vietnam dan Korea.
Kelompok etnis ini mendapat perlakuan yang sama. Kini, dalam
bidang pendidikan, pengaruh kesetaraan ini melahirkan pedagogik yang
memberikan asal usul serta agamanya. Masalahnya bagaimana menghargai
18 Pendidikan Multikultural
penduduknya. Etnis terbesar dari Perancis dan Inggris selanjutnya dari
etnis lain seperti Jerman, Cina, Italia, penduduk asli Indian, Asia Selatan,
Ukraina serta etnis lain.
Sejarah pertumbuhan penduduk Kanada dapat diidentifikasi atas
empat kelompok :
a. Etnis asli ada sekitar 50 jenis dengan berbagai bahasa yang hidup
secara nomaden sebagai pemburu dan petani.
b. Abad 16 sampai 1760 masuk etnis Perancis sebagai penjajah dan
pedagang karena perdagangan bulu binatang. Percampuran etnis
Perancis dengan penduduk asli Indian melahirkan penduduk Metis.
c. Kedatangan Inggris setelah Treaty of Paris (1763) yang ditambah
etnis Perancis yang terlibat Perang Kemerdekaan Amerika 1776.
d. Imigran dari Eropa (terutama Belanda, Ukraina dan Jerman) dan Asia
(Jepang,India, Cina) dilatar belakangi kebutuhan pekerja di propinsi
tengah dan barat.
20 Pendidikan Multikultural
F. Pendidikan Multikultural di Asia
RANGKUMAN
TUGAS LATIHAN
Daftar Rujukan
22 Pendidikan Multikultural
BAB III
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
DI INDONESIA
Pekan-Budaya-Sumatera-Barat
23
Tujuan Pembelajaran
Kerangka Isi
24
A. Pendidikan Multikultural di Indonesia
26 Pendidikan Multikultural
Pada kenyataannya pendidikan multikultural belum digunakan dalam
proporsi yang benar. Maka, sekolah dan perguruan tinggi sebagai instirusi
pendidikan dapat mengembangkan kurikulum pendidikan multikultural
dengan model masing-masing sesuai dengan otonomi pendidikan atau
sekolahnya sendiri.
Model-model pembelajaran mengenai kebangsaan memang sudah
ada. Namun, hal itu masih kurang untuk dapat mengahargai perbedaan
masing-masing suku, budaya maupun etnis. Hal ini dapat dilihat dari
munculnya berbagai konflik dari realitas kehidupan berbangsa dan
bernegara saat ini. Hal ini berarti bahwa pemahaman mengenai toleransi
di masyarakat masih sangat kurang.
Maka, penyelenggaraan pendidikan multikultural dapat dikatakann
berhasil apabila terbentuk pada diri setiap peserta didik sikap saling
toleransi, tidak bermusuhan, dan tidak berkonflik yang disebabkan oleh
perbedaan budaya, suku, bahasa, dan lain sebagainya.
Menurut Stephen Hill, pendidikan multikultural dikatakan berhasil
apabila prosesnya melibatkan semua elemen masyarakat. Hal itu
dikarenakan adanya multidimensi aspek kehidupan yang tercakup dalam
pendidikan multikultural.
Perubahan yang diharapkan adalah pada terciptanya kondisi yang
nyaman, damai, toleran dalam kehidupan masyarakat, dan tidak selalu
muncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan SARA.
28 Pendidikan Multikultural
e. Evaluasi yang digunakan harus meliputi keseluruhan aspek
kemampuan dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan
dan konten yang dikembangkan.
30 Pendidikan Multikultural
Sedangkan tujuan akhir pendidikan multikultural adalah peserta
didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai materi pelajaran
yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan juga bahwa peserta didik
akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis,
pluralis dan humanis. Karena tiga hal tersebut adalah ruh pendidikan
multikultural.
Hasil yang diharapkan Pendidikan Multikultural terlihat pada
definisi, justifikasi, asumsi, dan pola-pola pembelajarannya. Ada banyak
variasi tujuan khusus dan tujuan umum Pendidikan Multikultural yang
digunakan oleh sekolah sesuai dengan faktor konstektual seperti visi dan
misi belakang sekolah, siswa, lingkungan sekolah, dan perspektif. Tujuan
pendidikan multikultural dapat mencakup tiga aspek belajar ( kognitif,
afektif, dan tindakan ) dan berhubungan baik nilai-nilai intrinsik (ends)
maupun nilai instrumental ( means) Pendidikan Multikultural. Tujuan
Pendidikan Multikultural mencakup:
1. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya
Pendidikan Multikultural adalah mem[elajari tentang latar belakang
sejarah, bahasa, karakteristisk budaya, sumbangan, peristiwa, kritis,
individu yang berpengaruh, dan kondisi sosial, politik, dan ekonomi dari
berbagai kelompok.
2. Perkembangan Pribadi
Dasar psikologis Pendidikan Multikultural menekankan pada
pengembangan pemahaman diri yang lebih besar, konsep diri yang
positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya. Penekanan bidang
ini merupakan bagian dari tujuan pendidikan multikultural yang
berkontribusi pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi pemahaman
yang lebih baik tentang diri yang pada akhirnya berkontribusi terhadap
keseluruhan prestasi intelektual, akademis, dan sosial siswa.
a. Klarifikasi Nilai dan Sikap
b. Kompetensi Multikultural
c. Kemampuan Keterampilan Dasar
d. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan
e. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
f. Memiliki wawasan hidup yang lintas budaya dan lintas bangsa sebagai
warga dunia
g. Memiliki wawasan kebangsaan yang kokoh
h. Hidup berdampingan secara damai.
32 Pendidikan Multikultural
Asas-asas itu adalah
a. Asas wawasan nasional/kebangsaan (persatuan dalam perbedaan).
Asas ini menekankan pada konsep kenasionalan/kebangsaan. Asas
yang didasarkan kepemilikan bersama (sense of belonging) yang
menjadi ciri budaya bangsa. Pancasila yang menjadi kepribadian
bangsa merupakan kristalisasi nilai budaya bangsa yang menjadi ciri
unik Indonesia yang berbeda dengan bangsa lain. Batik, wayang,
musik keroncong, pencak silat, kesenian suku Asmat yang dikenal
dan diterima di segenap wilayah negara ini sudah menjadi ikon
nasional dan ikon bangsa. Dengan menyebut satu budaya itu dunia
mengetahui bahwa itu adalah ciri khas budaya bangsa Indonesia.
b. Asas Bhineka Tunggal Ika (perbedaan dalam persatuan). Konsep ini
menekankan keragaman dalam budaya yang menyatu dalam wilayah
negara kita. Keragaman dalam jenis tarian, pakaian, makanan,
bentuk rumah dan sebagainya menjadikan Indonesia dikenal memiliki
kekayaan budaya yang menjadi mosaik budaya.
c. Asas kesederajatan. Indonesia yang menghormati asas ini. Semua
budaya dipandang sederajat, diakui dan dikembangkan dalam
kesetaraan. Tidak ada dominasi yang memaksakan ke kelompok kecil.
Kalau kebetulan budaya Jawa lebih dikenal itu karena persoalan
jumlah penduduk yang menduduki wilayah Jawa yang padat bukan
dominasi budaya sebagaimana halnya orang barat menganggap
warga kulit putih (White) yang lebih tinggi daripada kelompok kulit
berwarna (colour).
d. Asas selaras, serasi dan seimbang. Semua budaya dikembangkan
selaras dengan perkembangan masing-masing, diserasikan dengan
kondisi riil masingmasing dan seimbang di seluruh wilayah dan
seluruh bangsa Indonesia. ( Sutarno, 2010)
RANGKUMAN
34 Pendidikan Multikultural
sosialnya, untuk membantu peserta didik dalam membangun
ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada
mereka mengenai perbedaan kelompok.
Pendidikan multikultural juga memiliki asas-asas, yakni Asas-asas
itu adalah ssas wawasan nasional / kebangsaan (Persatuan dalam
perbedaan), asas Bhineka Tunggal Ika (Perbedaan dalam persatuan),
asas kesederajatan, asas selaras, serasi dan seimbang.
Menghadapi multikutural di Indonesia dapat diperlajari melalui
pendidikan multikultural, semoga dengan adanya makalah ini dapat
membantu memahami dalam menghadapi multikultural di Indonesia
TUGAS LATIHAN
1. Jelaskan menurut pendapatmu tentang pendidikan multikultural di
Indonesia !
2. Deskripsikan tujuan pendidikan multikultural di Indonesia !
3. Analisiskan azas pendidikan multikultural di Indonesia !
Daftar Rujukan
37
Tujuan Pembelajaran
Kerangka Isi
40 Pendidikan Multikultural
tertentu warga akan melakukan kegiatan ritual yang menjadi ciri khas
suatu masyarakat yang berada pada lingkungan metafisik tertentu.
Contohnya warga daerah Jogja dan Solo akan rela berdatangan dan
berdesakan untuk mengikuti tradisi ”sekaten”. Warga masyarakat akan
memperebutkan gunungan yang tersaji dalam peringatan ”sekaten”
karena mereka meyakini bahwa mereka akan dapat rejeki dan hidup
tenang bila berhasil mendapatkan dan menyimpan nasi atau benda-
benda lain yang ada di gunungan itu.
b. Lagu Daerah :
1. Aceh : Beungong Jeumpa
2. Jambi : Injit-injit semut
3. Riau : Soleram, Jawa Barat, Bubuy Bulan
4. Jakarta : Kicir-kicir
5. Jawa tengah : Suwe Ora Jamu
6. Sulawesi Selatan : Angin Mamiri
7. Kalimantan Selatan : Ampar-ampar Pisang
8. Papua : Apuse
42 Pendidikan Multikultural
C. Wawasan Budaya Nasional
44 Pendidikan Multikultural
Gambar 5. Contoh Budaya Universal
RANGKUMAN
TUGAS LATIHAN
Daftar Rujukan
46 Pendidikan Multikultural
Sutarno. 2010. “ Pendidikan Multikultural”. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Tari kecak-bali
49
Tujuan Pembelajaran
Kerangka Isi
50
A. Pengertian Masyarakat Pluralistik
Secara bahasa, kata pluralis berasal dari bahasa Inggris plural yang
berarti jamak, dalam arti keanekaragaman dalam masyarakat, atau ada
banyak hal lain di luar kelompok kita yang harus diakui. Secara istilah,
pluralisme bukan sekedar keadaan atau fakta yang bersifat plural, jamak,
atau banyak. Lebih dari itu, pluralisme secara substansial termanifestasi
dalam sikap untuk saling mengakui sekaligus menghargai, menghormati,
memelihara, dan bahkan mengembangkan atau memperkaya keadaan
yang bersifat plural, jamak, atau banyak.
Menurut Wikipedia Ensikopedia pluralisme juga dapat berarti
kesediaan untuk menerima keberagaman (pluralitas), artinya, untuk hidup
secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku, gologan,
agama,adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme mengimplikasikan
pada tindakan yang bermuara pada pengakuan kebebasan beragama,
kebebasan berpikir, atau kebebasan mencari informasi, sehingga untuk
mencapai pluralisme diperlukanadanya kematangan dari kepribadian
seseorang dan/atau sekelompok orang. Dari pengertian di atasa dapat
disimpulkan bahwa pengertian pluralisme adalah sikap saling mengakui,
menghargai, menghormati, memelihara, dan bahkan mengembangkan
atau memperkaya keadaan yang bersifat plural, jamak, atau banyak
untuk hidup secara toleran pada tatanan masyarakat yang berbeda suku,
gologan, agama,adat, hingga pandangan hidup
Bangsa Indonesia adalah Negara yang pluralistik yakni terdiri dari
beranekaragam suku bangsa, budaya, etnik, bahasa, dan sebagainya.
Pluralistik bukan berarti pluralisme, pluralisme adalah suatu paham
yang mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak subtansi, akan
tetapi masing-masing subtansi dibiarkan dalam keberadaan tanpa peduli
adanya common denominator pada keanekaragaman tersebut. Masing-
masing entitas berdiri sendiri tidak terikat satu sama lain. Sehingga tidak
perlu adanya substansi pengganti yang menstubstitusi berbagai entitas
tersebut
Dalam konteks sosiologis masyarakat Indonesia, pluralisme tidak
dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
majemuk, beraneka ragam, terdiri dari berbagai suku dan agama. Sebab,
jika hal semacam ini yang menjadi pemahaman, maka bukan pluralisme
yang dipahami, tetapi hanya menggambarkan kesan fragmentasi. Sebab,
cara pandang semacam ini hanya mampu meminimalisasi fanatisme,
B. Konsep Pluralisme
Menurut Prof. Dr. Alwi Shihab konsep pluralisme secara garis bear
yaitu:
1) Pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya
kemajemukan. Namun yang dimaksud dengan pluralisme adalah
keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut.
Pluralisme agama dan budaya, atau multikulturalisme, dapat
dijumpai dimana-mana. Tetapi, seseorang baru dapat dikatakan
menyandang sifat sebagai seorang pluralis apabila ia dapat
berinteraksi secara positif dalam lingkungan kemajemukan tersebut.
Dengan kata lain, pengertian pluralisme agama adalah bahwa setiap
pemeluk agama dituntut untuk bukan saja mengakui keberadaan
dan hak agama lain, tetapi juga dituntut untuk terlibat dalam usaha
memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan
dan kebhinekaan.
52 Pendidikan Multikultural
3) Konsep pluralisme tidak dapat disamakan dengan relativisme.
Seseorang yang menganut relativisme akan berasumsi bahwa
hal-hal yang menyangkut kebenaran atau nilai-nilai ditentukan
oleh pandangan hidup serta kerangka berpikir seseorang atau
masyarakatnya. Sebagai konsekuensi dari paham ini, agama apa pun
harus dinyatakan benar. Atau tegasnya “semua agama adalah sama”.
54 Pendidikan Multikultural
Indonesia sebagai suatu negara yang berdiri di atas keanekarag-
aman kebudayaan merasakan pentingnya multikulturalisme dalam pem-
bangunan bangsa, karena dengan multikulturalisme ini maka prinsip
“Bhineka Tunggal Ika” akan menjadi terwujud dan keanekaragaman bu-
daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan menjadi inspirasi dan
potensi bagi pembangunan bangsa sehingga cita-cita untuk mewu-
judkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar
1945 dapat tercapai. Kesadaran multikultur sebenarnya sudah muncul
sejak Negara Republik Indonesia terbentuk, namun pada masa Orde
Baru kesadaran tersebut dikubur dalam-dalam atas nama kesatuan dan
persatuan dan faham monokulturalisme kemudian dipaksakan, dan
akibatnya sampai saat ini wawasan multikulturalisme bangsa Indo-
nesia masih sangat rendah. Gerakan penyadaran multikultur baru
muncul pada tahun 1980-an yang awalnya mengkritik penerapan
demokrasi, karena demokrasi ternyata pada saat itu hanya berlaku pada
kelompok tertentu, sehingga wacana demokrasi itu sendiri ternyata ber-
tentangan dengan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
Multikultural erat kaitannya dengan pluralistik, hal itu disebabkan
multikultural tidak dapat terjadi pada masyarakat yang homogen,
yakni masyarakat yang memiliki identitas ras atau etnis yang sama.
Multikultural menginginkan suatu penghargaan dan penilaian terhadap
budaya orang lain serta merupakan sebuah ideologi yang mengagungkan
perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun secara
kebudayaan (Suparlan, 2002)
Pancasila kemudian sangat diharapkan mampu menjadi sebuah
ideologi jalan tengah sekaligus jembatan yang menjembatani
terjadinya perbedaan dalam negara Indonesia yang semestinya
mampu mengakomodasi seluruh kepentingan kelompok sosial yang
multikultural, multietnis, dan multiagama, dalam hal ini Pancasila harus
bersifat terbuka dan memberikan ruang terhadap berkembangnya ideologi
sosial politik yang pluralistik dan tidak boleh mereduksi pluralitas
ideologi sosial-politik, etnis dan budaya. Jadi multikulturalisme hanya
menerima adanya perbedaan budaya dan tidak mempelajari budaya lain
atau mendalami budaya lain, sedangkan pluralisme menerima adanya
perbedaan budaya lain dan mempelajari budaya lain untuk menghindari
timbulnya konflik
56 Pendidikan Multikultural
2) Tradisi
a. Tradisi Dugderan-Semarang
d. Tabuik-Sumatrea Barat
Tabuik adalah bahasa Arab yang memiliki arti kata tabut atau
mengarak. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat di Pantai Barat,
58 Pendidikan Multikultural
Sumatera Barat yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara
tabuik ini digelar setiap hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram.
Upacara tradisi ini menjadi simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang
mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhdapat cucu Nabi
Muhammad SAW.
3) Tari Daerah
60 Pendidikan Multikultural
1) Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
2) Strategi pembelajaran secara berkelompok
3) Tersedianya berbagai ekstrakurikuler untuk mewadahi minat dan
bakat siswa
4) Gotong royong dalam acara rutin suatu desa sepeti bersih desa
5) Pentas seni atau perlombaan kesenian daerah
6) Melalui pendidikan seni
62 Pendidikan Multikultural
2) Perbedaan pendapat dan pandangan hidup.
Setiap golongan mempunyai pendapat dan pandangan hidup yang
berbeda. Bahkan setiap individu pun mempunyai pendapat yang berbeda-
beda. Namun ada beberapa orang atu golongan yang memiliki kesamaan
pendapat, perbedaan pendapat dapat menyebabkan perpecahan pada
suatu golongan. Dari perpecahan itu akan muncul sebuah golongan
baru yang terdiri dari orang-orang yang sepaham. Maka perselisihan
antara kedua kelompok itu pun dapat terjadi. Jika hal itu berlarut maka
kejadian serupa akan kembali terjadi dan terjadi lagi begitu seterusnya.
Secara bahasa, kata pluralis berasal dari bahasa Inggris plural yang
berarti jamak, dalam arti keanekaragaman dalam masyarakat. Lebih
dari itu, pluralisme secara substansial termanifestasi dalam sikap untuk
saling mengakui sekaligus menghargai, menghormati, memelihara,
dan bahkan mengembangkan atau memperkaya keadaan yang bersifat
plural, jamak, atau banyak. Masyarakat plural dapat diterjemahkan
sebagai masyarakat majemuk sedangkan masyarakat pluralistik adalah
masyarakat yang meyakini pluralisme. Jadi dapat dikatakan bahwa
masyarakat Indonesia sebagai masyarakat pluralistik yaitu dengan
melihat berbagai bentuk kebudayaan yang beraneka ragam di Indonesia
namun masyarakat tetap dapat menjalin toleransi dan hidup bersama di
tengah keberagaman tersebut.
Menurut Johan Purnama dalam jurnalnya (2015) yang berjudul
Pluralisme dan Multikulturalisme di Indonesia menyatakan bahwa
pluralisme yaitu sebuah keadaan dimana ada interaksi di antara beberapa
kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan
toleransi satu sama lain. Keberagaman yang ada di Indonesia dilihat dari
banyak aspek mulai dari segi agama, latar belakang, suku, adat istiadat,
sosial budaya dan bahasa yang beragam bentuknya. Untuk menciptakan
negara yang aman dan terhindar dari bentuk-bentuk konflik sosial, kita
sangat membutuhkan adanya rasa toleransi tersebut. Bila masyarakat
Indonesia tak sedikitipun yang memiliki toleransi, maka sudah dipastikan
negara akan menemui banyak masalah dan hambatan.
Konsep Bhinneka Tunggal Ika sebagai alat pemersatu bangsa yaitu
Indonesia mengakui adanya pluralistik dan multikulturalistik. Konsep
tersebut terus diterapkan dalam dunia pendidikan sebagai salah satu
usaha untuk menanamkan pemahaman-pemahaman yang positif
terhadap siswa di Indonesia.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca tentang Indonesia
Sebagai Masyarakat Pluraristik.
64 Pendidikan Multikultural
TUGAS LATIHAN
Daftar Rujukan
67
Tujuan Pembelajaran
Kerangka Isi
68
A. Pengertian Budaya Daerah dan Budaya Nasional Indonesia
70 Pendidikan Multikultural
Dari penuturan para tokoh dan pakar budaya di atas dapat disimpulkan
bahwa memang budaya lokal akan selalu terikat dengan letak geografis
termasuk iklimnya, kepecayaan ataupun norma-norma di sekitar.
Komunikasi verbal dan non-verbal juga termasuk ke dalam budaya lokal
karena Indonesia terdiri dari lebih dari 300 suku bangsan dan berbicara
dalam 250 bahasa yang berbeda. Yang berarti setiap daerah memiliki
bahasa yang berbeda dengan karakteristik kebudayaannya masing-
masing. Hal tersebut menjadi unik dan menjadi ciri khas (budaya) lokal
suatu daerah.
B. Bahasa Daerah
C. Lagu-Lagu Daerah
72 Pendidikan Multikultural
misalnya Barero, Sarinande, Rasa Sayange, dan Burung Kaka Tua. Begitu
pula, lagu-lagu dari Papua juga enak didengar, seperti Yamko Rambe
Yamko dan Apuse.
74 Pendidikan Multikultural
F. Keragaman Masakan dan Pakaian
76 Pendidikan Multikultural
Peninggalan Budaya dan Kekayaan Tradisi
RANGKUMAN
TUGAS LATIHAN
1. Jelaskan pengertian budaya daerah dan budaya nasional Indonesia!
2. Identifikasikan bahasa daerah di Indonesia!
3. Identifikasikan lagu-lagu daerah di Indonesia!
4. Identifikasikan alat-alat musik tradisional di Indonesia!
5. Identifikasikan kekayaan tarian di Indonesia!
6. Identifikasikan keragaman masakan dan pakaian di Indonesia!
7. Identifikasikan peninggalan budaya dan kekayaan tradisi di Indonesia!
Daftar Pustaka
Mahfud, Choirul. 2005. Pendidikan Multikultural. Sidoarjo: Pustaka
Pelajar
78 Pendidikan Multikultural
BAB VII
PROBLEMATIKA
PEDAGOGIS PENDIDIKAN
MULTI KULTURAL
Tujuan Pembelajaran
79
4. Menjabarkan faktor-faktor munculnya problematika pedagogis
pendidikan multi kultural.
5. Menjabarkan problematika pendidikan multi kultural.
6. Menjelaskan upaya penyelesaian problematika pendidikan multi
kultural.
Kerangka Isi
80
A. Tantangan-Tantangan Multi Kultural di Indonesia
82 Pendidikan Multikultural
proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis
multikultural.
Pendidikan multikultural hendaknya mampu menanamkan kesadaran
diri siswa bahwa mereka anggota komunitas etnik dan kultural, warga
dari komunitas politik, dan juga bagian dari manusia secara umum. Selain
itu, sistem pendidikan multikultural dapat membantu siswa memahami
sejarah, struktur sosial, budaya, bahasa, dan agama dalam komunitas
kultural dan politik agar mereka dapat memahami diri sendiri secara
lebih baik dan menemukan jalan di sekitar komunitas tersebut (Parekh
dalam Ruminiati, 2011:7).
84 Pendidikan Multikultural
Indonesia sangat membutuhkan semangat nasionalisme yang kokoh
untuk meredam dan menghilangkan isu yang dapat memecah persatuan
dan kesatuan bangsa ini.
d. Fanatisme Sempit
Fanatisme dalam arti luas memang diperlukan, namun yang
salah yaitu fanatisme sempit, yang menganggap menganggap bahwa
kelompoknyalah yang paling benar, paling baik dan kelompok lain harus
dimusuhi. Terjadinya perseteruan dan perkelahian antara oknum aparat
kepolisian dengan oknum aparat tentara nasional Indonesia yang kerap
terjadi di tanah air ini juga merupakan contoh dari fanatisme sempit ini.
Apalagi bila fanatisme ini berbaur dengan isu agama (misalnya di Ambon,
Maluku dan Poso, Sulawesi Tengah), maka akan dapat menimbulkan
gejala ke arah disintegrasi bangsa.
e. Konflik Kesatuan Nasional dan Multi Kultural
Ada tarik menarik antara kepentingan kesatuan nasional dengan
gerakan multikultural. Di satu sisi ingin mempertahankan kesatuan
bangsa dengan berorientasi pada stabilitas nasional. Namun dalam
penerapannya, kita pernah mengalami konsep stabilitas nasional ini
dimanipulasi untuk mencapai kepentingan-kepentingan politik tertentu.
Adanya Gerakan Aceh Merdeka di Aceh dapat menjadi contoh ketika
kebijakan penjagaan stabilitas nasional ini berubah menjadi tekanan
dan pengerah kekuatan bersenjata.
Di sisi multikultural, kita melihat adanya upaya yang ingin
memisahkan diri dari kekuasaan pusat dengan dasar pembenaran budaya
yang berbeda dengan pemerintah pusat yang ada di Jawa ini, contohnya
adalah gerakan OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Papua.
f. Kesejahteraan Ekonomi yang Tidak Merata Antar Kelompok Budaya
Kejadian yang nampak bernuansa SARA seperti Sampit beberapa
waktu yang lalu setelah diselidiki ternyata berangkat dari kecemburuan
sosial yang melihat warga pendatang memiliki kehidupan sosial ekonomi
yang lebih baik dari warga asli. Jadi beberapa peristiwa di tanah air yang
bernuansa konflik budaya ternyata dipicu oleh persoalan kesejahteraan
ekonomi.
g. Keberpihakkan yang Salah dari Media Massa
Di antara media massa tentu ada ideologi yang sangat dijunjung
tinggi dan dihormati. Persoalan kebebasan pers, otonomi, hak publik
untuk mengetahui hendaknya diimbangi dengan tanggung jawab terhadap
dampak pemberitaan. Mereka juga perlu mewaspadai adanya pihak-
86 Pendidikan Multikultural
d. Masalah Kesetaraan Pedagogi (equity paedagogy)
Masalah ini muncul apabila guru terlalu banyak memakai budaya
etnis atau kelompok tertentu dan (secara tidak sadar) menafikan budaya
kelompok lain. Untuk mempersiapkan atau memilih unsur budaya
membutuhkan waktu, tenaga dan referensi dari berbagai sumber dan
pustaka sehingga guru dapat melaksanakan kesetaraan paedagogi. Guru
harus memiliki “khasanah budaya” mengenai berbagai unsur budaya
dalam tema tertentu.
RANGKUMAN
88 Pendidikan Multikultural
memecahbelah. Pada dasarnya usaha yang dilakukan negara cukup baik
dengan mengintegrasikan pemahaman keanekaragaman budaya melalui
pendidikan, walaupun tetap timbul beberapa permasalahan. Oleh karena
itu, walaupun dengan beberapa problematikanya, pendidikan multi
kultural harus tetap berjalan dan seiring waktu dapat terus diperbaiki
dengan mencari solusi atas permasalahan yang timbul nantinya.
TUGAS LATIHAN
Daftar Rujukan
91
Tujuan Pembelajaran
Kerangka Isi
Pada bagian ini mendeskripsikan tentang, peranan sekolah
dasar sebagai sistem sosial, Peranan Sekolah Dasar Sebagai Lembaga
Pengembangan Budaya, peranan multikultural sebagai landasan
pendidikan, perencanaan pembelajaran pendidikan multikultural
itu, pengembangan pendekatan multikultural sebagai ide, langkah-
langkah pembelajaran berbasis budaya menuju transformasi kurikulum
multikultural di sekolah dasar, strategi pembelajaran dan metode untuk
humanisasi pendidikan multikultural.
92
A. Peranan Sekolah Dasar Sebagai Sistem Sosial
94 Pendidikan Multikultural
untuk lebih mengenalkan budaya secara lebih terencana, terorganisir
dan matang, bukan sekedar dititipkan pada materi yang ada pada bidang
studi yang lain.
9. Gaya dan strategi mengajar
Tentunya guru yang sedang mengajar anak didiknya tentunya sarat
dengan nilai budaya. Dia memiliki ideologi dan nilai-nilai budaya yang
diperoleh sepanjang hidupnya. Hal itu tentunya sangat mewarnai gaya
dan strategi mengajar yang dia gunakan di sekolah.
10. Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku staf sekolah
Seluruh staf yang mendukung pembelajaran akan sangat membantu
menciptakan kondisi pembelajaran yang diinginkan dan begitu juga
sebaliknya. Staf sekolah bukan sekedar berurusan dengan benda mati
seperti kertas, penggaris, alat tulis atau tanaman yang ada di sekolah,
namun bergaul dengan seluruh komponen sekolah. Sikap sinis dan tidak
peduli dari staf sekolah akan sangat mempengaruhi kinerja sekolah.
Untuk itu perlulah memilih orang yang benar-benar cocok untuk profesi
itu.
96 Pendidikan Multikultural
Landasan lain yang diperlukan dalam pengembangan pembelajaran
adalah teori belajar. Dalam buku yang berjudul sociocultural origins
of achievement, Maehr (1974) mengatakan bahwa keterkaitan antara
kebudayaan dan bahasa, persepsi, kognisi, keinginan berprestasi,
motivasi berprestasi merupakan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap belajar siswa.
Webb (1990) dan Burnett (1994) menunjukkan pentingnya pertim-
bangan budaya dalam meningkatkan proses belajar siswa. Delpit (Dar-
ling-Hammond, 1996:12) mengatakan bahwa kita semua menginterpre-
tasikan perilaku, informasi, dan situasi melalui lensa budaya kita sendiri,
yang tersirat di dalam cara pandang kita. Hal senada dikemukakan pula
oleh Wloodkowski dan Ginsberg (1995) yang menyatakan bahwa kebu-
dayaan adalah dasar dari motivasi intrinsik dan mengembangkan model
belajar yang komprehensif dalam arti pengajaran yang responsif ter-
hadap kultural. Model ini merupakan pedagogi lintas disiplin dan lintas
budaya.
Pemberlakuan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi
daerah tidak otomatis memberlakukan pendekatan multikultural
dalam pengembangan pembelajaran di Indonesia. Perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan multikultural
haruslah dikembangkan dengan kesadaran dan pemahaman yang
mendalam tentang pendekatan multikultural. Andersen dan Cusher
(1994:320) mengatakan bahwa multikultural adalah pendidikan
mengenai keragaman kebudayaan. Posisi kebudayaan menjadi sesuatu
yang dipelajari; jadi berstatus sebagai obyek studi. Dengan perkataan
lain, keragaman kebudayaan menjadi materi pelajaran yang harus
diperhatikan para pengembang pembelajaran.
98 Pendidikan Multikultural
dan pelaksanaan pembelajaran. Konten pembelajaran haruslah tidak
bersifat formal semata tetapi society and cultural-based, dan terbuka
pada masalah yang hidup dalam masyarakat. Konten pembelajaran
haruslah menyebabkan siswa merasa bahwa sekolah bukanlah institusi
yang lepas dengan masyarakat, tetapi sekolah adalah suatu lembaga
sosial dan lembaga budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Tahap 3. Integrasi
Pada tahap Integrasi, guru melampaui kepahlawanan dan hari
libur dengan menambahkan materi dan pengetahuan substansial
tentang kelompok bukan dominan ke dalam kurikulum. Pengajar dapat
menambahkan pada koleksi buku yang ditulis oleh penulis dari kelompok
lain. Ia dapat menambahkan suatu unit yang mencakup, misalnya,
peranan wanita pada Perang Dunia I. Guru musik dapat menambahkan
tarian Cakalele dari Maluku Utara. Pada level sekolah, sejarah kota
tertentu dapat ditambahkan pada keseluruhan kurikulum. Kekuatan
tahap integrasi adalah melampaui peringatan khusus dengan memberi
isu dan konsep nyata dan yang lebih meletakkan materi baru ke dalam
kurikulum.
RANGKUMAN
TUGAS LATIHAN
Daftar Rujukan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pembelajaran pada bagian ini anda diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Mampu Merancang Pendidikan Multikultural
2. Mengenal Fondasi Pendidikan Multikultural
3. Menjelaskan Perkembangan Mutakhir Pendidikan Multikultural
4. Menjelaskan Focus Domain Pendidikan Multikultural
5. Menjelaskan Kontekstualisasi Pendidikan Multikultural
107
Kerangka Isi
108
A. Fondasi Pendidikan Multikultural
Budaya Ternate
Daftar Pustaka
J.P. Kotter & J.L. Heskett, Dampak Budaya Perusahaan terhadap Kinerja
(Jakarta: Prenhallindo, 1992)
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar Jakarta: Rjneka Cipta, 2003), 50-51.
133
Tujuan Pembelajaran
Kerangka Isi
134
A. Cara Pandang Islam terhadap Pendidikan Multikultural
Tari Jaranan
Daftar Pustaka
Lickona, Thomas, Education for Character How Onr Schools Can Teach
Respect and Responsibility (New York: Bantam Books, 199 1), 25,
Merton, Robert K. Sosial Theory and Sosial Structure (New York: The
Free Press, 1967). Lihat pula, Doyle Paul Jonhson, Teori Sosiologi
Klasik dan Modern (Jakarta: PT Gramedia, 1986), 145.
M. Syafi’i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Sebuah Kajian Politik
tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru (Jakarta. Paramadina,
1995), 230-231.
Tujuan Pembelajaran
153
Kerangka Isi
154
A. Gerakan Pendidikan Multikultural
Pendidikan akan menghasilkan visi dan misi yang jelas jika suatu
proses tujuan dan pembelajaran menjadi pertimbangan yang dipriori-
taskan dalam mencapai suatu hasil. Inilah yang menjadi pertimbangan
mengenai tendensi yang melatar belakangi penyelenggaraan pendidikan
multikultural. Sebab, hal tersebut berkaitan dengan mengenai fungsi
yang dikembangkan dalam membangun sistem fungsional dalam segala
unit sosial. Apalagi proses ini menjadi pentng untuk diprioritaskan, se-
hingga ada kejelasan apakah penyelenggaraan sebuah program sesuai
yang diharapkan dan dalam konteks apa pendidikan multikultural dis-
elenggarakan dan seterusnya. Pada akhirnya, inilah yang akan menjadi-
kan antara starting point dan ultimate goals dalam suatu proses pen-
didikan dapat dipahami titik persinggungannya.
Dalam konteks indonesia, internalisasi nilai-nilai multikultural
harus mempertimbangkan dasar atau ideologi negara indonesia, yaitu
Pancasila. Fungsi suatu ideologi adalah sebagai dogma yaitu serangkaian
nilai-nilai yang dijadikan pegangan dalam suatu organisasi negaranya.
Sehingga pancasila merupakan suatu gambaran manusia yang ingin
diciptakan di dalam proses dehumanisasi (proses menjadi) di negara
Republik Indonesia. Artinya, pancasila sebagai ideologi negara harus
menjadi acuan dalam mengembangkan masyarakat indonesia. Untuk
profil manusia Indonesia dalam matrik berikut ini perlu menjadi bahan
pertimbangan dalam merumuskan konsep pendidikan multikultural.
Dalam kenyataanya, konflik atau bahkan perang ideologi individu
dan ideologi negara selalu terjadi tarik ulur dalam menentukan ruang
privat dan ruang publik, apalagi saat terjadinya proses sintesis seringkali
ditumpangi oleh berbagai faktor di dalam kehidupan seperti politik,
ekonomi dan kepentingan lainnya. Dengan demikian bisa jadi pendidikan
multikultural menjadi penguat terhadap benturan berbagai kepentingan
tersebut. Sebuah kondisi yang kondusif belum cukup menjamin suksesnya
suatu program berjalan secara optimal.
Prinsip-prinsip multukulturalisme sebenarnya telah digunakan
sebagai acuan oleh pendiri bangsa ini dalam mendesain apa yang
dinamakan sebagai kebudayaan bangsa. Sebagimana yang terungkap
dalam penjelasan UUD 1945 Pasal 32 yang berbunyi; “kebudayaan bangsa
(Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”. Pasal di atas
memberikan pengertian bahwa, masalah multikulturalisme bukan hanya
RANGKUMAN
Dalam memahami dan memaknai pendidikan multikultural hendaknya
tidak dipertentangkan atau setidaknya menyikapinya secara prporsional
antara satu konsep yang di punyai oleh seorang ahli dengan konsep yang
di punyai ahli lainnya, untuk itu maka konsep tentang multicultural
education berdasarkan atas keyakinan dan asumsi sebagai berikut
pertama perbedaan budaya memunyai kekuatan dan nilai. Kedua sekolah
harus dibentuk untuk mengekspresikan makna hak asasi manusia dan
menghormati hak asasi manusia. Ketiga keadilan sosial dan persamaan
hak bagi seluruh masyarakat harus menjadi puncak kepentingan dalam
mendesain dan melaksanakan kurikulum. Keempat sikap dan nilai
nilai penting yang dapat membentuk masyarakat demokrasi, perlu di
promosikan di sekolah. Kelima para pendidik seharusnya bekerjasama
dengan keluarga dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung multikulturalisme
Pendidikan Multikultural dengan pola pikir yang demikian itu lebih
dipsisikan sebagai bagian dari materi pembelajaran yang harus menjadi
pertimbangan dalam penyusunan kurikulum yang secara substansial
memperkenalkan perbedaan sebagai hal yang alami, memberi alasan
185
Tujuan Pembelajaran
Kerangka Isi
186
A. Pembelajaran Berwawasan Pendidikan Multikultural
RANGKUMAN