DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Riduan Suma Jumadi Tsani (06131282126025)
Rika Damayanti (06131282126022)
Marini Pashadyna Anugrah (06131282126023)
Meirina Arlinda (06131282126077)
Tyara Deselpa Fitri (06131282126076)
Ririn Septiani (06131382126075)
Shafa Nisa Al-Iman (06131282126024)
Eka Cecilia (06131282126043)
Nurul Aullya (06131282126047)
Fanny Khairani(06131282126069)
Yusi Safirah Handini (06131282126045)
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar”. Dalam makalah ini, penulis memberikan
penjelasan tentang Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Makmun Raharjo S.Sn M.Sn dan ibu Dra.Hasmalena
M.Pd selaku dosen mata kuliah Agama yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk yang jelas
sehingga mempermudah penulis menyelesaikan tugas ini.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan agar kiranya para pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang konstruktif guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Apa itu Pendidikan Kewarganegaraan?................................................................. 3
B. Apa itu Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan?.................................................... 4
C. Apa saja Landasan Pendidkan Kewarganegaraan?................................................. 6
D. Apa saja Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?......................................... 9
E. Apa Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?..................................... 12
F. Apa Fungsi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?.............. 14
G. Apa saja Metode Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan?............................. 15
H. Apa saja Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan
kewarganegaraan?..................................................................................................... 18
I. Bagaimana Implementasi Pembelajarab Pkn dalam kehidupan Sehari hari?............ 24
J. Bagaimana Permasalahan dan solusi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah
Dasar?......................................................................................................................... 25
Daftar Pustaka............................................................................................................................. 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sesorang. Pendidikan lah yang
menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang. Walaupun tidak semua orang
berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan manusia nomor wahid. Bakat
dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah melalui pendidikan. Pendidikan juga umumnya
dijadikan tolak ukur kualitas setiap orang. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah membawa misi
pendidikan moral bangsa, membentuk warga negara yang cerdas, demokratis, dan berakhlak mulia,
yang secara konsisten melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi dan membangun karakter
bangsa. Sedangkan visi pendidikan Kewarganegraan adalah mewujudkan proses pendidikan yang
terarah pada pengembangan kemaampuan individu, sehingga menjadi warga Negara yang cerdas,
partisipatif, dan bertanggung jawab. Dengan demikian akan membentukwarga negara Indonesia yang
didasarkan pada Pancasila dan karakter positip masyarakat Indonesia. Dimensi manusia sebagai
makhluk individual, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk religi dalam kedudukan kita sebagai
warga Negara Indonesia, hendaknya dikembangkan secara seimbang. Dimensi manusia tersebut secara
konsisten diperjelas dan dipertajam di dalam memandang dirinya sendiri dengan potensi diri pribadi,
dan pengembangan kerjasama dengan orang lain untuk membawa keunggulan bangsa dan Negara, serta
kepatuhannya untuk mematuhi norma-norma dalam masyarakat, dan aktualiasi dirinya untuk bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal itulah merupakan beberapa materi Pendidikan Kewarganegraan
Indonesia, disamping materi-materi lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1. Apa itu Pendidikan Kewarganegaraan?
2. Apa itu Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Apa saja Landasan Pendidkan Kewarganegaraan?
4. Apa saja Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
5. Apa Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
6. Apa Fungsi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
1
7. Apa saja Metode Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan?
8. Apa saja Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan?
9. Bagaimana Implementasi Pembelajarab Pkn dalam kehidupan Sehari hari?
10. Bagaimana Permasalahan dan solusi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari maklah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui Makna Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Untuk mengetahui Pembelajaran Kewarganegaraan.
5. Untuk mengetahui Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
6. Untuk mengetahui Fungsi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
7. Untuk mengetahui Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
8. Untuk mengetahui Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
9. Untuk Mengetahui Implementasi Pembelajaran Pkn dalam Kehidupan Sehari hari.
10. Untuk mengetahui Permasalahan dan Solusi Pendidikan kewarganegaraan.
D. Manfaat
Adapaun manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Pembaca dapat mengetahui Makna Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Pe,baca dapat mengetahui Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
3. Pembaca dapat mengetahui Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Pembaca dapat mengetahui Pembelajaran Kewarganegaraan.
5. Pembaca dapat mengetahui Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
6. Pembaca dapat mengetahui Fungsi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
7. Pembaca dapat mengetahui Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
8. Pembaca dapat mengetahui Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
9. Pembaca dapat Mengetahui Implementasi Pembelajaran Pkn dalam Kehidupan Sehari hari.
10. Pembaca dapat mengetahui Permasalahan dan Solusi Pendidikan kewarganegaraan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai Wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-
hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat dan makhluk ciptaan tuhan yang maha esa,
yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan
dengan hubungan antara warganegara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar
menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Dengan pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu Membina dan mengembangkan anak didik
agar menjadi warga negara yang baik. Menurut Somantri(1970) warga negara yang baik adalah warga
yang tahu mau dan mampu berbuat baik. Adapun menurut winataputra(1978), warga negara yang baik
adalah warga yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga
negara.
dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, Ham, hak
dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Adapun menurut Zamroni Pendidikan
masyarakat berikut kritis dan bertindak demokratis. Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan
3
Adapun menurut tim Icce UIN Jakarta, Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik
sehingga yang bersangkutan memiliki politik knowledge, awarennes, attitude, political efficary, dan
dari beberapa definisi pendidikan kewarganegaraan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang memberikan pemahaman dasar
tentang pemerintahan, tata cara demokrasi, tentang kepedulian,sikap, pengaturan politik yang mampu
mengambil politik secara rasional, sehingga dapat mempercepat warga negara yang demokratis dan
partisipatif melalui suatu pendidikan yang berorientasi pada pengembangan berpikir kritis dan
bertindak demokratis. Jadi Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana Dalam
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara,
penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, harga ikut berperan dalam
percaturan global.
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan negara kesatuan Republik
Indonesia.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang 1945 masih
perlu ditingkatkan terus-menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang NKRI.
4
Konsep konstitusi negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa
Indonesia khususnya generasi muda sebagai generasi penerus seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek
hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menurut adanya inovasi baru
yang dapat menimbulkan perubahan secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung
sekolah di mana guru memegang peran utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru
baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.
Kenyataan tersebut di atas belum sepenuhnya dipahami kalangan pendidikan khususnya guru
Sekolah Dasar proses pembelajaran di di kelas sangat membosankan dan membuat peserta didik
tertekan. Hal ini juga terjadi pada mata pelajaran Pendidikan. Mata pelajaran PKN ini merupakan suatu
mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada
Pancasila undang-undang dan norma-norma yang berlaku di masyarakat masih belum optimal
Istilah Pendidikan Kewarganegaraan apabila dikaji secara mendalam berasal dari kepustakaan
asing yang memiliki dua istilah yaitu Civic education dan citizenship education. Cogan (1999:4)
1. Civic education, diartikan sebagai:..... the Foundation course Work in Scholl designer to prepare
young citizens for an active role in their communities in their adult lives ( suatu mata pelajaran Dasar di
sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda agar setelah dewasa dapat berperan
2. Citizenship education atau education for citizenship, diartiakn sebagai berikut:.... The more inclusive
term and encompasses both their in school experiences as well as out-of school or 'non-formal/informal'
5
learning which takes place in the family, the religiouns organizations, commnutyorganizations, the
media etc., Which help to shope the total itu of the citizen ( merupakan istilah generik yang mencakup
pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah seperti yang terjadi di lingkungan keluarga, dalam
organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan dan dalam media yang membantunya untuk
Dari kedua istilah tersebut civic education ternyata lebih cenderung digunakan dalam makna
yang serupa untuk pelajaran di sekolah atau identik dengan PKN yang memiliki tujuan utama
mengembangkan siswa sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Civic Education atau Pendidikan
Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk
mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan
termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara
tersebut.
6
Undang-undang No. 20/1982 adalah tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara 1982 No. 51, TLN 3234).
- Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara sebagai
bagian tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional.
- Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh setiap warga
negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
(1). Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka.
(2) Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan Tinggi.
b. Landasan Ideal
7
1) Pancasila sebagai Dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar pemikiran tindakan negara dan menjadi sumber
hukum positif di Indonesia.Pancasila sebagai dasar negara pola pelaksanaannya dipancarkan
dalam empat pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan
dalam pasal-pasal UUD1945 sebagai strategi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 pokok pikiran pertama yaitu pokok pikiran persatuan yang berfungsi
sebagai dasar negara, merupakan landasan dirumuskannya wawasan nusantara sebagai bagian
dari geopolitik.Pokok pikiran kedua yaitu pokok pikiran keadilan sosial yang berfungsi sebagai
tujuan negara merupakan tujuan wawasan nusantara sekaligus tujuan geopolitik
Indonesia.Tujuan negara dijabarkan langsung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat,
yaitu tujuan berhubungan dengan segi keamanan dan kesejahteraan dan ketertiban
dunia.Geopilitik Indonesia pada dasarnya adalah sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila di
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang diyakini
kebenarannya.Perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila terkandung juga dalam konsep geopolitik
Indonesia demi terwujudnya ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia sehingga
ketahanan nasional ini disusun dan dikembangkan berdasarkan geopolitik Indonesia.
Perwujudan nilai-nilai Pancasila mencakup lima bidang kehidupan nasional yaitu bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam yang disingkat dengan Ipoleksosbud
Hankam. Ipoleksosbud Hankam menjadi dasar pemikiran ketahanan nasional.
Dari lima bidang kehidupan nasional, bidang ideologi merupakan landasan dasar. Ideologi itu
berupa Pancasila sebagai pandangan hidup yang menjiwai empat bidang lainnya. Dasar
pemikiran ketahanan nasional di samping lima bidang kehidupan nasional tersebut yang
merupakan aspek sosial pancagatra didukung pula adanya dasar pemikiran aspek alamiah
trigatra yang merupakan geostrategi Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kesatuan konsep-konsep dasar yang memberikan
arah dan tujuan dalam mencapai cita-cita bangsa dan negara. Cita-cita bangsa dan negara
8
berlandaskan Pancasila dipancarkan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945 merupakan
cita-cita untuk mengisi kemerdekaan, yaitu: bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Pembelajaran PKn Sekolah Dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam
rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia
seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu
masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
berlandaskan pada Pancasila UUD dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan
selama 6 tahun.
Esensi pembelajaran PKN bagi anak adalah bahwa secara kodrati maupun sosiokultural dan
yuridis formal keberadaan dan kehidupan manusia selalu membutuhkan nilai moral dan norma. jangan
kehidupannya, manusia memiliki keinginan, kehendak dan kemauan (human desire) yang berbeda
berikut segala perangkat pendukungnya, sehingga mereka dapat mengarahkan dan mengendalikan
dunia kehidupan baik secara fisik maupun nonfisik ke arah yang lebih baik dan bermakna. Secara tegas,
Kosasih Djahiri menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia di dunia ini tidak ada tempat dan waktu
kehidupan yang bebas nilai (value free), karena dengan nilai moral dan norma ini akan menentukan ke
namun Sangat disayangkan bahwa dalam aplikasinya, pembelajaran PKn ini kurang banyak diminati
dan dikaji dalam dunia pendidikan dan persekolahan, karena kebanyakan lembaga pendidikan formal
dominan pada penyajian materi yang bersifat kognitif dan psikomotorik belaka, kurang menyentuh pada
aspek afektif hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, mainkan karena ketidakpahaman para
9
pengajar. Padahal, bagi guru profesional, dituntut untuk memberikan pembinaan keutuhan dari peserta
didik agar tidak terjerumus pada erosi nilai moral serta menjadi penyebab dehumanisasi, yang pada
akhirnya manusia menjadi arogan, egois dan individualistis, materialistis sekuler dan bahkan
Kenapa PKN itu perlu diajarkan kepada anak setidaknya ada tiga alasan yang melandasi nya
1. Bahwa sebagai makhluk hidup, manusia bersifat multikodrati dan multifungsi- peran (status);
manusia bersifat multikompleks atau neopluralistis. manusia memiliki kodrat Ilahi, sosial, budaya
2. Bahwa setiap manusia memiliki: sense of..., atau value of..., Dan conscience of...Sense of...
menunjukkan integritas atau keterkaitan atau kebutuhan manusia akan sesuatu. Sesuatu ini bisa
3. bahwa manusia ini unik(unique human). Hari ini karena potensinya yang mau di potensi dan fungsi
peran serta kebutuhan atau human desire ya multi peran serta kebutuhan.
Sejalan dengan pendapat Djahiri, Dasim Budimansyah dan sapriya (2012:1) tugas pendapat
bahwa pendidikan PKN ini sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga
pendidikan PKN ini harus dibangun atas dasar tiga paradigma, yaitu:
1. PKN secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia akhlak mulia, cerdas, partisipatif dan
bertanggung jawab.
2. PKN Secara teoritis dirancang sebagai strategi pembelajaran yang memuat dimensi dimensi kognitif,
afektif dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks
substansi ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, warga negaraan yang demokratis dan bela negara.
10
3. PKN sejarah programmatic dirancang sebagai saksi pembelajaran yang menekankan pada isi yang
mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience) dalam
bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan
hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran
lebih lanjut ide, konsep dan moral Pancasila kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.
memerhatikan uraian di atas maka jelas bahwasanya pembelajaran PKn ini pada intinya harus
diajarkan tidak hanya mentransfer ilmunya saja, tetapi harus sampai pada tahap operasional sesuai
dengan peranan peserta didik saat ini dan di masa mendatang. dengan demikian pembelajaran PKn ini
bukan hanya dalam bentuk konsep belaka, singa kurang fungsional tidak muncul sebagai jati diri dan
acuan perilaku praksis. Celakanya pendidikan PKN malah hanya menjadi " pembelajaran hafalan" saja.
Jadi, pendidikan PKN yang secara pragmatis sarat dengan muatan aktif dengan dilaksanakan secara
kognitif.
Kendala lainnya yaitu pendidikan di Indonesia diadakan pada berbagai persoalan dan situasi
Global yang berkembang cepat setiap waktu, baik yang bermuatan positif maupun negatif atau
Dilain pihak, Dasim dan Sapriya(2012:3) mengemukakan beberapa permasalahan kurikuler yang
mendasar dan menjadi penghambat dan peningkatan kualitas pendidikan PKN, sebagai berikut
1. Penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara
kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka terjadwal sehingga kegiatan pembelajaran
2. Pelaksanaan pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi lainnya
menjadi terbengkalai. di samping itu, pelaksanaan pembelajaran diperparah lagi dengan keterbatasan
11
3. pembelajaran yang terlalu menekankan pada dimensi kogitif itu berimplikasi pada penilaian yang
juga menekankan pada penguasaan kemampuan kognitif saja sehingga mengakibatkan guru harus selalu
Dari beberapa penelitian diketahui, Daya tarik terhadap pelajaran PKN masih lemah, karena
membosankan dan cenderung tidak disukai siswa, dan metodenya tidak menentang siswa secara
intelektual (Azis Wahab,2004:2). Pendapat lain menyatakan bahwa mata pelajaran ini dalam
pelaksanaannya menghadapi keterbatasan dan kendala terutama berkaitan dengan kualitas guru
keterbatasan dan kendala terutama berkaitan dengan kualitas guru, keterbatasan fasilitas, dan sumber
belajar (fajar, 2004:2). Kajian kebijakan kurikulum, kesimpulan bahwa pemahaman guru terhadap
standar kompetensi dan kompetensi dasar masih sangat beragam. Sesuai dengan kondisi yang dialami
dalam pembelajaran PKn diperlukan upaya untuk menemukan model pembelajaran dapat memecahkan
masalah pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar adalah untuk membentuk Watak atau karakteristik
warga negara yang baik. Menurut mulyasa (2007) , tujuan mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan
adalah untuk menjadikan siswa agar:
1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun itu
kewarganegaraan di negaranya.
2. mampu berpartisipasi dalam segala kegiatan-kegiatan secara aktif dan bertanggung jawab sehingga
baik bisa bertindak secara cerdas dalam semua.
3. bisa berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain
di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dengan baik. hal ini akan sudah tercapai jika pendidikan nilai dan norma tetap ditanamkan pada siswa
sejak usia dini karena jika siswa tidak memiliki nilai norma yang baik, maka tujuan Untuk mencapai
warga negara yang baik akan mudah terwujudkan.
12
Pentingnya pendidikan kewarganegaraan diajarkan di sekolah dasar ialah sebagai pemberian
pemahaman dan kesadaran bahwa setiap anak didik dalam mengisi kemerdekaan, dimana kemerdekaan
bangsa Indonesia diperoleh dengan keras dan penuh pengorbanan harus diisi dengan upaya membangun
kemerdekaan, mempertahankan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara jadi materinya kita perlu
memiliki apresiasi yang memadai terhadap makna perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang
kemerdekaan. Apresiasikan menimbulkan rasa senang, sayang, cinta, keinginan untuk memelihara
melindungi membela negara untuk yaitu Pendidikan Kewarganegaraan penting diajarkan di sekolah
sebagai upaya sadar menyiapkan warga yang mempunyai kecintaan dan kesetiaan dan keberanian Bella
bangsa dan negara. mereka adalah para penerus bangsa yang akan mengisi bangsa ini pada kehidupan
yang datang. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang bersaru, berilmu, dan berbudaya. maka dari itu
diperlukan generasi muda yang tahu akan hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia baik sebagai makhluk
pribadi maupun sosial demi terjaminnya keutuhan bangsa dan negara dalam payung NKRI dan
terciptanya masyarakat Indonesia yang berbudaya dan bermartabat.
Pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar memberikan pelajaran kepada siswa untuk
memahami dan membiasakan dirinya dalam kehidupan di sekolah atau di luar sekolah, karena materi
Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada pengalaman dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai bekal untuk mengikuti
pendidikan berikutnya.
Selain itu, perlunya Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di sekolah dasar ialah agar siswa sejak dini
dapat memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, dan
memahami nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, kata sikap yang baik terhadap sesamanya, lawan jenisnya,
maupun terhadap orang yang lebih tua. melalui materi Pendidikan Kewarganegaraan juga dapat
mendidik siswa agar dapat berpikir kritis, rasional, dan kreatif menanggapi itu kewarganegaraan; dapat
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, Kak Anti Korupsi; siswa dapat berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Lebih luas tujuan pembelajaran PKN ini adalah agar siswa dapat memahami dan melaksanakan
hak dan kewajiban secara santun jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dan
13
bertanggung jawab. Agar peserta didik menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis
dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Dan
yang tidak kalah pentingnya juga tujuan mempelajari PKN ini agar Siswa memiliki sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai kejuangan cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa tujuan PKN di Sekolah Dasar adalah untuk
menjadikan warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu mau dan sadar akan hak dan
kewajibannya. demikian diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas dan bersikap
baik sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.
Kenapa PKN harus dimulai dari sekolah dasar? Karena usia mereka haus akan pengetahuan,
sangat penting dan tepat untuk memberikan konsep dasar tentang wawasan nusantara dan perilaku yang
demokratis secara benar dan terarah, jika salah maka akan berdampak terhadap pola pikir dan perilaku
pribadi yang mempengaruhi pada jenjang selanjutnya juga pada kehidupan di masyarakat. Jika
diibaratkan mereka adalah bibit biasa yang kita pupuk menjadi bibit unggul, yang diharapkan dapat
tumbuh menjadi pribadi yang bermutu, bermutu akhlaqnya, ilmunya. untuk mencapai itu, kita tidak
boleh salah memberi pupuk, sebagai salah dalam memberi pengetahuan. Tanamkan konsep dasar
tentang hak dan kewajiban, wawasan nusantara, demokrasi, hak asasi, peraturan-peraturan, perilaku
dan sikap moral yang berketuhanan yang maha esa secara benar, terukur dan terencana, mobil samping
mereka juga sudah menjadi bagian dari masyarakat yang berinteraksi jadi segera di arah ke mana yang
baik dan buruk, mana yang benar dan salah.
Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn) mempunyai fungsi sebagai sarana untuk
membentuk peserta didik menjadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya, berkomitmen setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan diri
sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan berkharakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
1945.
14
1. Membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional atau tujuan negara
3. Dapat mengapresikan cita-cita nasional dan dapat membuat keputusan keputusan yang cerdas
4. Wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia
kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan diriny dalam kebiasan berpikir dan
bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI 1945
atom model pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran secara tepat, Iya memenuhi
muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakikat
pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan, seperti yang diinginkan.
Untuk menghadapi kritik masyarakat tersebut di atas, suatu model pembelajaran yang efektif dan
efisien sebagai alternatif, itu model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning), yang
diharapkan mampu melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, serta secara
fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga Siswa memiliki suatu
kebebasan berpikir, berpendapat, aktif dan kreatif. Melalui model pembelajaran portofolio, diupayakan
dapat membangkitkan minat pemahaman nilai-nilai kemampuan berpartisipasi secara efektif, serta
Adapun alasan penggunaan model pembelajaran portofolio, yang mendasari kegiatan serta
pembelajaran PKn mengacu pada pendekatan sistem Contextual Teaching Learning (CTL), model
kegiatan sosial dan PKN, metode bercerita, model pembelajaran induktif, dan model pembelajaran
deduktif.
15
1.Model Contextual Teaching Learning
Model Contextual Teaching Learning (CTL) adalah bentuk pembelajaran yang memiliki
b. Dengan menggunakan waktu/ kekinian, yaitu masa yang lalu, sekarang dan yang akan akan datang.
e. Belajar tidak hanya menggunakan ruang kelas, bisa dilakukan di dalam kehidupan keluarga,
f. Mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
g. Membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke
Model CTL disebut juga REACT, yaitu relating ( media dalam kehidupan nyata), experiencing
( dalam konteks eksplorasi, penemuan dan penciptaan). apllying ( belajar dengan menyajikan
pengetahuan untuk kegunaannya), cooperating( belajar dalam konteks interaksi kelompok), dan
transferring( belajar dengan menggunakan penerapan dalam konteks baru atau kontak lain).
Model yang dipelopori oleh Free Newman mencoba mengajarkan pada siswa bagaimana
mengaruhi kebijakan umum. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba memperbaiki kehidupan siswa
dalam masyarakat atau negara, mencoba mengembangkan kompetensi lingkungan dan memberikan
dampak pada keputusan-keputusan kebijakan, memiliki tingkat kompetensi dan komitmen sebagai
pelaksana yang bermoral. Model ini mendorong partisipasi aktif siswa dalam kehidupan politik,
16
ekonomi, dan sosial dalam masyarakat.
3. Metode Bercerita
Menciptakan pembelajaran PKn yang menyenangkan dengan metode bercerita, menjadi salah
satu teknik pembelajaran yang berguna dalam membangun karakter dan kepribadian siswa. Dalam
kegiatan ini, guru harus pandai memilih cerita yang sesuai dengan perkembangan anak, juga
diselaraskan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang sedang ditanamkan. Ajaklah
anak-anak duduk melingkar di atas karpet. Perlihatkan buku yang akan dibacakan. kondisikan siswa
Selain mengambil kisah-kisah dari buku cerita yang sudah ada guru dapat menciptakan sebuah cerita
dengan melibatkan anak dalam alur cerita. setelah selesai bercerita, guru dapat mengajukan pertanyaan
baik lisan maupun tertulis sesuai dengan isi cerita yang telah didengarkan. Selain berguna mengukur
sejauh mana pemahaman terhadap cerita, sebagai alat penilaian Di akhir pembelajaran.
Pendekatan ini dikembangkan oleh filsuf Francis bacon yang menghendaki penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta
semakin mendukung kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model
a. Pemilihan prinsip; Guru harus memiliki konsep, , aturan yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif.
b. pemberian contoh; guru menyajikan contoh khusus, yang mendukung prinsip, atau aturan yang
memungkinkan siswa untuk memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.
C. Pemberian contoh lain; guru menyajikan contoh khusus, pendukung prinsip, atau aturan yang
17
d. Menyimpulkan; guru menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian
disimpulkan dari contoh tersebut menuju sebuah prinsip yang hendak dicapai siswa.
khusus. langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
sebagai berikut:
b. Menyajikan aturan prinsip yang bersifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contoh.
c. guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus
dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok.
d. guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu
Beberapa pendekatan nilai dan moral yang digunakan dalam pembelajaran PKn adalah sebagai
berikut :
1. Evokasi
Pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk mengekspresikan dirinya secara spontan
yang didasarkan pada kekebasan dan kesempatan. Pendekatan seperti ini baik sekali namun dilihat dari
budaya masyarakat ini terumata yang jauh dari kehidupan kota melaksanakan pendekatan tersebut
tentulah menghadapi kendala-kendala cultural dan psikologikal. Untuk dapat mengimplementasikan
pendekatan ini, pernana guru amat diperlukan dalam apa yang disebut dengan “breaking the ice” agar
setiap anak merasakan adanya suasana terbuka, bersahabat dan kondusif untuk dapat “menyatakan
dirinya” menyatakan apa yang menjadi pemikirannya dan mengungkapkan perasaannya.
Melatih siswa dengan cara seperti itu pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pendewasaan
agar terbiasa dalam merasakan manfaat situasi seperti itu, sehingga untuk masa-masa yang akan dating
18
mereka pun dapat berbuat yang sama atau bahkan melebihinya. Keberhasilan pendekatan tersebut juga
amat bergantung pada dorongan dan rangsangan yang diberikan guru dengan mengandalkan pada
stimulus-stimulus tertentu. Selain peranan guru, peranan keluarga dan masyarakat juga amat penting
oleh karena apa yang dibicarakan dalam kelas yang dibatasi oleh empat dinding kelas dapat member
makna dalam belajar siswa.
Peranan kedua unsut tersebut dalam menumbuhkan keyakinan siswa tentang nilai mora yang dibahas di
kelas, harus sejalan dengan apa yang di lihat dan dialaminya dalam kehidupan di keluarga dan di
masyarakat. Jika tidak ada kesesuian di antara ketifa unsut tersebut maka akan terjadi konflik dalam diri
anak yang dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan disebut intra personal conflict yaitu konflik yang
terjadi dalam diri siswa. Konflik dalam diri pribadi anak itu dapat berlanjur menjadi konflik antar
pribadi yang disebut inter personal conflict karena melihat tidak adanya keajekan antara nilai yang
dipelajari dan diuakininya dengan apa yang terjadi di sekolah dan di masuarakat secara keseluruhan.
Pengalaman dan pembiasaan nilai-nilai Pancasila sebagai tujuan PKn merupakan langkah-
langkah penting dalam pengajaran nilai. Hal itu sejalan dengan pendapat Dewey yang menyatakan
bahwa “…intellectual and ethical competence could be achieved only by reflecting on one’s actual,
concrete, concrete experience.” Sebabnya adalah walaupun dikenalkan berbagai konsep nilai misalnya
tentang demokrasi, keadilan dan menghargai orang lain jika struktur kelas dan sekolah tetap saja
mencontoh dan menekankan pada hubungan social yang otoriter maka hangan diharapkan aka nada
belajar yang efektif.
Kepedulian terhadap hubungan antara abstraksi dengan pengalaman siswa sendiri dalam
pemahaman Dewey disebut dengan istilah “child centeredness.” Anak membutuhkan moral yang ideal
yang diharapkan dapat dikuasainya secara intelektual. Pendidikan moral yang didasarkan pada kerangka
kerja Dewey adalah kegiatan kerjasama kelompok, bekerja dengan orang lain dalam masalah yang
katual atai masalah yang sebenarnya, dalam bidang apa saja (seni, sains, politik, mekanik) akan
membantu anak menghargai pandangan dan nilai saling member dan menerima (mutual exchange).
Moralita memang tidak dapat diajarkan hanya melalui contoh kata-kata yang disampaikan oleh
guru. Siswa membutuhkan untuk saling berinteraksi pada kegiatan-kegiatan yang betul-betul
merupakan kepedulian dan perhatian mereka. Teknik mengajar yang dapat digunakan dalam
menggunakan pendekatan ini diantaranya adalah teknik mengungkapkan nilai yang dikenal dengan
Value Clarification Technique.
Hersh (1980) dkk. Misalnya menjelaskan bahwa “Morality…depends on the orchestration of human
19
caring, objective thingking, and determinan action. …Morality is neither good motives nor right reason,
nor resolute action. It is all three. …three was no discernible separation between his feelings, thoughts,
and action; they seemed to fit together at once, as part og a united front against a common threat.”
Sikap atau perilaku moralitas itulah yang kiranya menjadi tugas dan sekaligus tantangan utama guru
SD. Masalah akan semakin rumit terutama jika dikaitkan pengajar nilai dan moral untuk SD.
2. Inkulkasi (Menanamkan)
Pendekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai yang telah disusun terlebuh dahulu
oleh guru. Tujuannya adalah agar pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah nilai tersebut dapat
digunakan untuk mempengaruhi dan sekaligus mengarahkan siswa kepada suatu kesimpulan nilai yang
sudah direncanakan. Peranan guru dalam hal ini amat menentukan oleh karena gurulah yang menentuka
kearah mana siswa akan dibawa atau diarahkan atau dikondisikan secara halus dan hati-hati.
Gurulah dengan pertanyaan dan arah kesimpulan atau pendapat yang menentukan dalam
penkdekatan ini adalah Teknik Inkuiri Nilai (Value Inquiru Question Technique) di mana target nilai
yang diharapkan dapat dicapai dengan memanipulasi kedalam sejumlah pertanyaan.
3. Pendekatan Kesadaran
Dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah bagaimana mengungkap dan membina kesadaran
siswa tentang nilai-nilai tertentu yang ada pada dirinya atau pada orang lain. Tentu saja kesadaran itu
akan tumbuh menjadi sesuatu yang menumbuhkan kesadarannya tentang nilai atau seperangkat nilai-
nilai tertentu. Hanya dengan kesadaran tertentu itu melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang
direncanakan oleh guru anak dapat mengungkapkan nilai-nilai dirinya atau nilai-nilai orang lain.
Jendela Johary (Johary Window) kiranya dapat membantu menumbuhkan kesadaran siswa tentan
gidirnya atau diri orang lain.
4. Penalaran Moral
Salah satu pendekatan dalam pendidikan moral adalah penalaran moral dimana anak dilibatkan
dalam suatu dilemma moral sehingga keputusan yang diambil terhadap dilemma moral harus dapat
20
diberikan alas an-alasan moralnya yang masuk akal. Dilemma moral adalah satu bentuk teknik
mengajar nilai dan miral yang dianggap tepat terutama bagi kelas-kelas yang tinggi, misalnya kelas IV,
V dan VI. Patut disadari bahwa dalam pendidikan nilai dan moral berbagai cara dapat digunakan
sebagai stimulus dalam melibatkan nalar dan afeksi siswa adalah melalui pertanyaan, pernyataan,
gambar, ceritera, dan gambar keadaan yang bersifat dilematis.
Dalam pengajaran PKn misalnya melibatkan siswa sebagai individu yang “merasakan” dan “larut”
dalam situasi yang sengaja diciptakan untuk mendorong siswa menggunakan nalar dan perasaannya
terhadap suatu situasi atau kejadian, prinsip, pandangan atau masalah merupakan upaya-upaya dasar
dalam pendidikan nilai dan moral. Tanpa upaya-upaya dasar semacam itu, pendidikan nilai dan moral
serta PKn khususnya akan sulit mencapai tujuan-tujuannya secara optimal. Dalam pendekatan dilematis
sebagai salah satu pendekatan akan lebih efektif jika guru berhasil melibatkan secara intens nalar dan
perasaan siswa sebab walaupun yang menjadi dasar utama adalah nalarnya atau reasoning-nya, namun
factor perasaan siswa jufa akan memegang peranan penting dalam member alas an-alasan moral
tersebut.
Peranan stimulus amat besar sebab stimulus yang didasarkan pada hal yang bersifat dilematis, akan
mengundang siswa mengkaji dengan nalar nilai dan moral yang terlibat dalam masalah yang bersifat
dilematis tersebut. Dalam proses pengkajian tersebut siswa akan melibatkan nilai-nilai yang dimilikinya
dihadapkan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam masalah dilematis tersebut. Dengan itu juga
diharapkan siswa sekaligus menghubungkannya dengan nilai-nilai yang umum dimiliki oleh orang lain
atau umum dalam menghadapi masalah-masalah dilematis seperti itu. Oleh karena dalam pendekatan
ini yang menajdi focus adalah nalar atau yang berkaitan dengan kognitifnya maka pendekatan ini amat
sesuai dengan apa yang kita sebut dengan Cognitive Moral Development dari Kohlberg. Bagi Kohlberg
terhadap kaitan yang erat antara perkembangan kognitif dan kematangan atau perkembangan moral
seseorang.
21
pengetahuan atau ingatan dan analisis adalah satu tahapan dalam keterampilan berpikir sebelum sampai
pada sintesis dan evaluasi.
Dalam melakukan analisis nilai tentu saja siswa akan sampai pada tahapan menilai apakah suatu nilai
itu dianggap baik atau tidak. Jika menggunakan nanalisis nilai, tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Analisis nilai dapat dimulai oleh siswa yang dimulai dari sekedar melaporkan apa
yang dilihat dan dihadapi sampai pada memilih dan mengemukakan hasil pengkajian yang lebih teliti
dan lebih tepat.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pendekatan ini berkaitan dengan kognitif maka
jelas bahwa antara pendekatan lima berkaitan erat dengan pendekatan empat yaitu penalaran moral.
Pendekatan ini banyak sekali digunakan dalam teknik mengungkap nilai.
6. Pengungkapan Nilai
Pengungkapan Nilai melihat pendidikan moral lebih pada upaya meningkatkan kesadaran diri
(self-awareness) dan memperhatikan diri sendiri (self-caring) dan bukannya pemecahan masalah.
Pendekatan ini juga membantu siswa menemukan dan memeriksa nilai mereka untuk menemukan
keberartian dan rasa aman diri. Oleh sebab itu maka pertimbangan (judging) adalah merupakan factor
kunci dalam model tersebut, namun pertimbangan yang dimaksud adalah pertimbangan tentang yang
disenangi dan yang tidak disenangi, dan bukan sesuatu yang diyakini seorang sebagai hal yang benar
atau salah.
Melalui pendekatan ini siswa dibina kesadaran emosionalnya tentang nilai yang ada dalam dirinya
melalui cara-cara kritis dan rational dan akhirnya menguji kebenaran, kebaikan atau ketepatannya.
Pengungkapan nilai tidak menganggap nilai moral sebagai sebuah status dalam rentangan nilai-nilai.
Semua nilai termasuk moral dianggap sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan relativf. Walaupun
dikatakan bahwa Teknik Pengungkapan Nilai ini banyak dipakai ternyata juga banyak menghadapi
tantangan, oleh karena itu pendekatan ini dianggap memiliki banyak kelemahan.
7. Pendekatan Komitmen
Pendekatan komitmen dalam pendidikan nilai dan moral mengarahkan dan menekankan pada
seperangkat nilai yang akan mendasari pola piker setiap guru yang bertanggung jawab terjadap
22
pendidikan nilai dan moral. Dalam PKn sudah barang tentu yang menjadi komitmen dasarnya adalah
nilai-nilai moral Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945. Nilai moral tersebut telah menjadi
komitmen bangsa dan negara Indonesia untuk terus dilestarikan sebagai nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia.
Dalam mengajarkan nila dan moral tersebut nilai moral Pancasila merupakan nilai sentralnya
tanpa menutup kemungkinan mengajarkan nilai-nilai lainnya yang sesuai dan tidak bertentangan
dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Hal itu merupakan perwujudan dari komitmen
Bangsa Indonesia khususnya Orde Baru untuk senantiasa melaksanakannya secara murni dan
konsekuen. Untuk terlaksananya hal tersebut sudah barang tentu komitmen terutama guru, orang tua,
serta masyarakat dan juga siswa merupakan hal yang paling pokok bagi keberhasilan PKn tersebut.
Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk melatih disiplin siswa dalam pola pikir dan
tindakannya agar senantiasa sesuai dengan nilai-nilai moral yang telah menjadi komitmen bersama itu.
Oleh karena nilai—nilai yang telah menjadi komitmen tersebut adalah nilai-nilai bersama maka
pendekatan tersebut diharapkan pula dapat membina integritas social para siswa. Persoalan utama
sekarang adalah bagaimana hal itu dilakukan pada tingkat SD.
tersebut. Untuk mencapai tujuan pengajaran seperti yang diharapkan itu, guru dapat menggunakan
berbagai metode diantaranya Partisipatori, Simulasi, Sosio Drama, dan Studi Proyek.
Siswa SD sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan berpikirnya memang lebih
menyenangi contoh-contoh konkrit. Contoh konkrit tersebut adalah contoh-contoh perilaku yang dapat
dilaksanakan dlaam kehidupan siswa. Penerapannya mungkin dalam kelompok diskusi di kelas, dalam
kelompok bermain di sekolah atau dalam kehidupan di tengah-tengah keluarga. Karena itu dalam
prinsip pengajaran dianjurkan agar guru {Kn SD dalam mengajarnya memulai dari hal-hal konkrit
kepada yang abstrak apalagi materi pendidikan moral pada dasarnya bersifat abstrak.
23
Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi guru adalah bagaimana mencari contoh-contoh
konkrit yang memang secara langsung menyentuh aspek kehidupan anak. Apa yang secara langsung
menyentuh kebuthan seorang akan lebih mudah dihayati dan dilaksanakan. Kiranya demikian pula
dengan mata pelajaran PKn SD.
Oleh sebab itu dalam mengajarnya guru PKn SD diharapkan dapat (a) mengemukakan berbagai contoh
perilaku, (b) membantu siswa agar dapat mengikuti/mencontoh berbagai perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai moral Pancasila dan tuntutan kehidupan masuarakat sekitarnya yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai moral Pancasila tersebut. Sebagai contoh misalnya adalah, guru dalam mengajarnya
sebaiknya lebih menekankan pada contoh-contoh yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Contoh-contoh pengalaman nilai-moral dalam berbagai situasi dan konteks kiranya dapat
membantu siswa untuk lebih memahami dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai moral yang
disampaikan memalui mata pelajaran PKn SD. Nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku dalam
keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain serta lingkungan yang lebih luas haru merupakan materi
penting untuk dipahami anak-anak SD.
Nilai-nilai dalam keluarga dimaksud diantaranya adalah kasih saying, saling menghormati, menyenangi
kebersihan dan keindahan, kepatuhan. Dapat juga yang berkaitan dengan lingkungan belajar anak
seperti, saling menyayangi, tolong menolong, adil, berdisiplin, mematuhi aturan permainan, tertib dan
jujur, dan bersikap sportif. Nilai-moral dalam lingkungan kelas atau sekolah juga perlu diperhatikan
misalnya dating dan menyelesaikan tugasnya tepat waktu, berbari dengan rapih saat memasuki kelas,
memelihara kebersihan kelas dan sekolah, memelihara buku dan peralatan sekolah, menghormati guru
dan petugas sekolah lainnya.
24
moral (PPKn), olahraga kesehatan, biologi, Psikologi, sosial, hukum, dan politik.
Permasalahannya
Mengapa selama ini PKn cenderung kurang di minati siswa? Mengapa PKn kurang mendapat
perhatian seperti pelajaran matematika, IPA, bahasa Indonesia? Apakah karena PKn tidak di UN kan di
tingkatkan sekolah dasar? Pertanyaan ini muncul bila melihat kenyataan bahwa sebagian orang yang
mengganggap remeh pelajaran PKn ini, yang pasti terdapat dampak pada pencapaian pelajaran PKn
yang kurang maksimal. Apa kita harus menyalahkan peserta didik?
Penyelesaiinya:
Sudah seharusnya sebagai pendidik melakukan intropeksi diri. Apakah selama ini kita sudah
mengajar dengan baik serta bisa membuat tertarik pelajaran PKn ini ke peserta didik ? Masalah demi
masalah yang di alami begitu kompleks. Seperti kurikulum yang terlalu berat, kurangnya kemampuan
dalam menangkap kata kunci dalam SK dan KD mengajar berdasarkan buku teks (textbook centre)
praktek mengajar PKn selama ini lebih banyak berlangsung dengan pendekatan onvensional
pembelajaran tidak kontekstual evaluasi cenderung mengarah pada aspek kognitif kurikulum
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa SD menangkap esensi atau kata kunci dalam SK dan KD
secara benar mengajar harus punya persiapan RPP.
RPP memegang peranan penting bagi guru dalam mengajar mengajar dengan pendekatan
konstruktivisme. Melaksanakan pendekatan konstruktivisme akan banyak memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengeksplor potensi dirinya belajar berdasarkan realita. Belajar akan bermakna bagi
siswa kalau apa yang dipelajari itu bermanfaat bagi kehidupannya evaluasi bersifat total (kognitif,
afektif, psikomotor). Hasil belajar tidak cuma diukur dari kemampuan kognitif
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk
mengebangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia.
Tujuan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu untuk membentuk karakteristik warga
negara yang baik
Dalam penerapanya ada beberapa netode yang diterapakan dalam pendidikan keewarganegaraan
yaitu model Contextual Teaching Learning, Metode Kegiatan Sosial dan Pendidikankewarganegaraan,,
metode bercerita, metode pembelajaran induktif, dan metode pembelajaran deduktif.
B. Saran
Semoga setelah membaca makalah ini dapat menambah wawasan kita semua, khusunya bagi
para pendidik dan calon pendidik, agar di dalam mendidik peserta didik, para pendidik tahu apa saja
yang akan dilakukannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Edisi Kedua Oleh Dr. Ahmad Susanto, M.Pd
Magdalena, Ina dkk. (2020). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar Negeri
Bojong 3 Pinang."Visual Post: Bintang : Jurnal Pendidikan dan Sains Volume 2, Nomor 3, Desember
2020; 418-430, 1-13
27