Anda di halaman 1dari 30

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6
Riduan Suma Jumadi Tsani (06131282126025)
Rika Damayanti (06131282126022)
Marini Pashadyna Anugrah (06131282126023)
Meirina Arlinda (06131282126077)
Tyara Deselpa Fitri (06131282126076)
Ririn Septiani (06131382126075)
Shafa Nisa Al-Iman (06131282126024)
Eka Cecilia (06131282126043)
Nurul Aullya (06131282126047)
Fanny Khairani(06131282126069)
Yusi Safirah Handini (06131282126045)

Dosen Pengampu: 1. Dra.Hasmalena M.Pd


2. Dr.Makmun Raharjo S.Sn M.Sn

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
berjudul “Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar”. Dalam makalah ini, penulis memberikan
penjelasan tentang Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dasar.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Makmun Raharjo S.Sn M.Sn dan ibu Dra.Hasmalena
M.Pd selaku dosen mata kuliah Agama yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk yang jelas
sehingga mempermudah penulis menyelesaikan tugas ini.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan agar kiranya para pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang konstruktif guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Palembang, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Apa itu Pendidikan Kewarganegaraan?................................................................. 3
B. Apa itu Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan?.................................................... 4
C. Apa saja Landasan Pendidkan Kewarganegaraan?................................................. 6
D. Apa saja Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?......................................... 9
E. Apa Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?..................................... 12
F. Apa Fungsi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?.............. 14
G. Apa saja Metode Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan?............................. 15
H. Apa saja Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan
kewarganegaraan?..................................................................................................... 18
I. Bagaimana Implementasi Pembelajarab Pkn dalam kehidupan Sehari hari?............ 24
J. Bagaimana Permasalahan dan solusi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah
Dasar?......................................................................................................................... 25

BAB III PENUTUP................................................................................................................. 26


A. Kesimpulan............................................................................................................ 26
B. Saran...................................................................................................................... 26

Daftar Pustaka............................................................................................................................. 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sesorang. Pendidikan lah yang
menentukan dan menuntun masa depan dan arah hidup seseorang. Walaupun tidak semua orang
berpendapat seperti itu, namun pendidikan tetaplah menjadi kebutuhan manusia nomor wahid. Bakat
dan keahlian seseorang akan terbentuk dan terasah melalui pendidikan. Pendidikan juga umumnya
dijadikan tolak ukur kualitas setiap orang. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah membawa misi
pendidikan moral bangsa, membentuk warga negara yang cerdas, demokratis, dan berakhlak mulia,
yang secara konsisten melestarikan dan mengembangkan cita-cita demokrasi dan membangun karakter
bangsa. Sedangkan visi pendidikan Kewarganegraan adalah mewujudkan proses pendidikan yang
terarah pada pengembangan kemaampuan individu, sehingga menjadi warga Negara yang cerdas,
partisipatif, dan bertanggung jawab. Dengan demikian akan membentukwarga negara Indonesia yang
didasarkan pada Pancasila dan karakter positip masyarakat Indonesia. Dimensi manusia sebagai
makhluk individual, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk religi dalam kedudukan kita sebagai
warga Negara Indonesia, hendaknya dikembangkan secara seimbang. Dimensi manusia tersebut secara
konsisten diperjelas dan dipertajam di dalam memandang dirinya sendiri dengan potensi diri pribadi,
dan pengembangan kerjasama dengan orang lain untuk membawa keunggulan bangsa dan Negara, serta
kepatuhannya untuk mematuhi norma-norma dalam masyarakat, dan aktualiasi dirinya untuk bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal itulah merupakan beberapa materi Pendidikan Kewarganegraan
Indonesia, disamping materi-materi lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini antara lain:
1. Apa itu Pendidikan Kewarganegaraan?
2. Apa itu Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan?
3. Apa saja Landasan Pendidkan Kewarganegaraan?
4. Apa saja Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
5. Apa Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
6. Apa Fungsi Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?

1
7. Apa saja Metode Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan?
8. Apa saja Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan?
9. Bagaimana Implementasi Pembelajarab Pkn dalam kehidupan Sehari hari?
10. Bagaimana Permasalahan dan solusi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari maklah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui Makna Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
3. Untuk mengetahui Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Untuk mengetahui Pembelajaran Kewarganegaraan.
5. Untuk mengetahui Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
6. Untuk mengetahui Fungsi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
7. Untuk mengetahui Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
8. Untuk mengetahui Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
9. Untuk Mengetahui Implementasi Pembelajaran Pkn dalam Kehidupan Sehari hari.
10. Untuk mengetahui Permasalahan dan Solusi Pendidikan kewarganegaraan.

D. Manfaat
Adapaun manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Pembaca dapat mengetahui Makna Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Pe,baca dapat mengetahui Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
3. Pembaca dapat mengetahui Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
4. Pembaca dapat mengetahui Pembelajaran Kewarganegaraan.
5. Pembaca dapat mengetahui Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
6. Pembaca dapat mengetahui Fungsi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
7. Pembaca dapat mengetahui Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
8. Pembaca dapat mengetahui Macam macam Pendekatan Pendidikan dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
9. Pembaca dapat Mengetahui Implementasi Pembelajaran Pkn dalam Kehidupan Sehari hari.
10. Pembaca dapat mengetahui Permasalahan dan Solusi Pendidikan kewarganegaraan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai Wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.

Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-

hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat dan makhluk ciptaan tuhan yang maha esa,

yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan

dengan hubungan antara warganegara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar

menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

Dengan pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu Membina dan mengembangkan anak didik

agar menjadi warga negara yang baik. Menurut Somantri(1970) warga negara yang baik adalah warga

yang tahu mau dan mampu berbuat baik. Adapun menurut winataputra(1978), warga negara yang baik

adalah warga yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga

negara.

Menurut azyumardi Azra(2005) Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji

dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, Ham, hak

dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Adapun menurut Zamroni Pendidikan

kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga

masyarakat berikut kritis dan bertindak demokratis. Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan

demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan

partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.

3
Adapun menurut tim Icce UIN Jakarta, Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang

dilakukan oleh lembaga pendidikan dimana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik

sehingga yang bersangkutan memiliki politik knowledge, awarennes, attitude, political efficary, dan

political participations, serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.

dari beberapa definisi pendidikan kewarganegaraan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang memberikan pemahaman dasar

tentang pemerintahan, tata cara demokrasi, tentang kepedulian,sikap, pengaturan politik yang mampu

mengambil politik secara rasional, sehingga dapat mempercepat warga negara yang demokratis dan

partisipatif melalui suatu pendidikan yang berorientasi pada pengembangan berpikir kritis dan

bertindak demokratis. Jadi Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar dan terencana Dalam

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kecerdasan, kecakapan, keterampilan serta kesadaran tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara,

penghargaan terhadap hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,

kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, harga ikut berperan dalam

percaturan global.

B. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan negara kesatuan Republik

Indonesia.

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan

bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan undang-undang 1945 masih

perlu ditingkatkan terus-menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang NKRI.

4
Konsep konstitusi negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa

Indonesia khususnya generasi muda sebagai generasi penerus seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek

hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menurut adanya inovasi baru

yang dapat menimbulkan perubahan secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung

jawab melakukan melaksanakan evaluasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di

sekolah di mana guru memegang peran utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru

baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.

Kenyataan tersebut di atas belum sepenuhnya dipahami kalangan pendidikan khususnya guru

Sekolah Dasar proses pembelajaran di di kelas sangat membosankan dan membuat peserta didik

tertekan. Hal ini juga terjadi pada mata pelajaran Pendidikan. Mata pelajaran PKN ini merupakan suatu

mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada

Pancasila undang-undang dan norma-norma yang berlaku di masyarakat masih belum optimal

disampaikan pada siswa.

Istilah Pendidikan Kewarganegaraan apabila dikaji secara mendalam berasal dari kepustakaan

asing yang memiliki dua istilah yaitu Civic education dan citizenship education. Cogan (1999:4)

menjelaskan kedua istilah ini sebagai berikut

1. Civic education, diartikan sebagai:..... the Foundation course Work in Scholl designer to prepare

young citizens for an active role in their communities in their adult lives ( suatu mata pelajaran Dasar di

sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda agar setelah dewasa dapat berperan

aktif dalam masyarakat)

2. Citizenship education atau education for citizenship, diartiakn sebagai berikut:.... The more inclusive

term and encompasses both their in school experiences as well as out-of school or 'non-formal/informal'

5
learning which takes place in the family, the religiouns organizations, commnutyorganizations, the

media etc., Which help to shope the total itu of the citizen ( merupakan istilah generik yang mencakup

pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah seperti yang terjadi di lingkungan keluarga, dalam

organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan dan dalam media yang membantunya untuk

menjadi warga negara seutuhnya).

Dari kedua istilah tersebut civic education ternyata lebih cenderung digunakan dalam makna

yang serupa untuk pelajaran di sekolah atau identik dengan PKN yang memiliki tujuan utama

mengembangkan siswa sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Civic Education atau Pendidikan

Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk

mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus, peran pendidikan

termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara

tersebut.

C. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan


bernegara, meningkatkan keyakinan akan ketangguhan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia. Pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan memiliki 2 (dua) dasar sebagai landasannya,
landasan yang dimaksud adalah landasan hukum dan ideal.
a. Landasan hukum:

1) Undang-Undang Dasar 1945


- Pembukaan UUD 1945. Pembukaan alinea kedua tentang cita-cita mengisi kemerdekaan dan
alinea keempat khusus tentang tujuan negara, yaitu keamanan dan kesejahteraan.
- Pasal 27 (3) (II), setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. Pasal 30 ayat (1) (II), tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Pasal 31 ayat (1) (IV), setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Pasal 28 A-J tentang Hak Asasi Manusia.

2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982

6
Undang-undang No. 20/1982 adalah tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara 1982 No. 51, TLN 3234).
- Pasal 18 Hak dan Kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara sebagai
bagian tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional.
- Pasal 19 ayat (2) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wajib diikuti oleh setiap warga
negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
(1). Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka.
(2) Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan Tinggi.

3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, serta Nomor 45/U/2002
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama,
Pendidikan Bahasa dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok mata kuliah
Pengembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi atau
kelompok program studi.

4) Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43 Tahun 2006


Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 43/DIKTI/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

b. Landasan Ideal

Landasan ideal Pendidikan Kewarganegaraan yang sekaligus menjadi jiwa dikembangkannya


Kewarganegaraan adalah Pancasila.Pancasila sebagai sistem filsafat menjiwai semua konsep ajaran
Kewarganegaraan dan juga menjiwai konsep ketatanegaraan Indonesia. Dalam sistematikanya
dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa dan Pancasila sebagai ideologi negara. Ketiga hal itu dapat dibedakan, namun tidak
dapat dipisahkan.

7
1) Pancasila sebagai Dasar Negara.

Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar pemikiran tindakan negara dan menjadi sumber
hukum positif di Indonesia.Pancasila sebagai dasar negara pola pelaksanaannya dipancarkan
dalam empat pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan
dalam pasal-pasal UUD1945 sebagai strategi pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 pokok pikiran pertama yaitu pokok pikiran persatuan yang berfungsi
sebagai dasar negara, merupakan landasan dirumuskannya wawasan nusantara sebagai bagian
dari geopolitik.Pokok pikiran kedua yaitu pokok pikiran keadilan sosial yang berfungsi sebagai
tujuan negara merupakan tujuan wawasan nusantara sekaligus tujuan geopolitik
Indonesia.Tujuan negara dijabarkan langsung dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat,
yaitu tujuan berhubungan dengan segi keamanan dan kesejahteraan dan ketertiban
dunia.Geopilitik Indonesia pada dasarnya adalah sebagai perwujudan nilai-nilai Pancasila di
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

2) Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa.

Pancasila sebagai pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang diyakini
kebenarannya.Perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila terkandung juga dalam konsep geopolitik
Indonesia demi terwujudnya ketahanan nasional sebagai geostrategi Indonesia sehingga
ketahanan nasional ini disusun dan dikembangkan berdasarkan geopolitik Indonesia.
Perwujudan nilai-nilai Pancasila mencakup lima bidang kehidupan nasional yaitu bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam yang disingkat dengan Ipoleksosbud
Hankam. Ipoleksosbud Hankam menjadi dasar pemikiran ketahanan nasional.
Dari lima bidang kehidupan nasional, bidang ideologi merupakan landasan dasar. Ideologi itu
berupa Pancasila sebagai pandangan hidup yang menjiwai empat bidang lainnya. Dasar
pemikiran ketahanan nasional di samping lima bidang kehidupan nasional tersebut yang
merupakan aspek sosial pancagatra didukung pula adanya dasar pemikiran aspek alamiah
trigatra yang merupakan geostrategi Indonesia.

3) Pancasila sebagai Ideologi Negara.

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kesatuan konsep-konsep dasar yang memberikan

arah dan tujuan dalam mencapai cita-cita bangsa dan negara. Cita-cita bangsa dan negara

8
berlandaskan Pancasila dipancarkan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945 merupakan

cita-cita untuk mengisi kemerdekaan, yaitu: bersatu, berdaulat adil dan makmur.

D. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pembelajaran PKn Sekolah Dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam

rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia

seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu

masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang

berlandaskan pada Pancasila UUD dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan

selama 6 tahun.

Esensi pembelajaran PKN bagi anak adalah bahwa secara kodrati maupun sosiokultural dan

yuridis formal keberadaan dan kehidupan manusia selalu membutuhkan nilai moral dan norma. jangan

kehidupannya, manusia memiliki keinginan, kehendak dan kemauan (human desire) yang berbeda

untuk selalu membina, mempertahankan, mengembangkan dan meningkatkan aneka potensinya

berikut segala perangkat pendukungnya, sehingga mereka dapat mengarahkan dan mengendalikan

dunia kehidupan baik secara fisik maupun nonfisik ke arah yang lebih baik dan bermakna. Secara tegas,

Kosasih Djahiri menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia di dunia ini tidak ada tempat dan waktu

kehidupan yang bebas nilai (value free), karena dengan nilai moral dan norma ini akan menentukan ke

arah pengenalan jati diri manusia maupun kehidupan(Djahiri,1996:2).

namun Sangat disayangkan bahwa dalam aplikasinya, pembelajaran PKn ini kurang banyak diminati

dan dikaji dalam dunia pendidikan dan persekolahan, karena kebanyakan lembaga pendidikan formal

dominan pada penyajian materi yang bersifat kognitif dan psikomotorik belaka, kurang menyentuh pada

aspek afektif hal ini bukan karena tidak disadari esensinya, mainkan karena ketidakpahaman para

9
pengajar. Padahal, bagi guru profesional, dituntut untuk memberikan pembinaan keutuhan dari peserta

didik agar tidak terjerumus pada erosi nilai moral serta menjadi penyebab dehumanisasi, yang pada

akhirnya manusia menjadi arogan, egois dan individualistis, materialistis sekuler dan bahkan

bersombong diri pada penciptaannya.

Kenapa PKN itu perlu diajarkan kepada anak setidaknya ada tiga alasan yang melandasi nya

sebagaimana dikemukakan oleh Djahiri (1996: 8-9), yaitu:

1. Bahwa sebagai makhluk hidup, manusia bersifat multikodrati dan multifungsi- peran (status);

manusia bersifat multikompleks atau neopluralistis. manusia memiliki kodrat Ilahi, sosial, budaya

ekonomi dan politik.

2. Bahwa setiap manusia memiliki: sense of..., atau value of..., Dan conscience of...Sense of...

menunjukkan integritas atau keterkaitan atau kebutuhan manusia akan sesuatu. Sesuatu ini bisa

material, imaterial, atau kondisional atau waktu.

3. bahwa manusia ini unik(unique human). Hari ini karena potensinya yang mau di potensi dan fungsi

peran serta kebutuhan atau human desire ya multi peran serta kebutuhan.

Sejalan dengan pendapat Djahiri, Dasim Budimansyah dan sapriya (2012:1) tugas pendapat

bahwa pendidikan PKN ini sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

pendidikan PKN ini harus dibangun atas dasar tiga paradigma, yaitu:

1. PKN secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia akhlak mulia, cerdas, partisipatif dan

bertanggung jawab.

2. PKN Secara teoritis dirancang sebagai strategi pembelajaran yang memuat dimensi dimensi kognitif,

afektif dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks

substansi ide, nilai, konsep dan moral Pancasila, warga negaraan yang demokratis dan bela negara.

10
3. PKN sejarah programmatic dirancang sebagai saksi pembelajaran yang menekankan pada isi yang

mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experience) dalam

bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan

hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran

lebih lanjut ide, konsep dan moral Pancasila kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

memerhatikan uraian di atas maka jelas bahwasanya pembelajaran PKn ini pada intinya harus

diajarkan tidak hanya mentransfer ilmunya saja, tetapi harus sampai pada tahap operasional sesuai

dengan peranan peserta didik saat ini dan di masa mendatang. dengan demikian pembelajaran PKn ini

bukan hanya dalam bentuk konsep belaka, singa kurang fungsional tidak muncul sebagai jati diri dan

acuan perilaku praksis. Celakanya pendidikan PKN malah hanya menjadi " pembelajaran hafalan" saja.

Jadi, pendidikan PKN yang secara pragmatis sarat dengan muatan aktif dengan dilaksanakan secara

kognitif.

Kendala lainnya yaitu pendidikan di Indonesia diadakan pada berbagai persoalan dan situasi

Global yang berkembang cepat setiap waktu, baik yang bermuatan positif maupun negatif atau

bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Dilain pihak, Dasim dan Sapriya(2012:3) mengemukakan beberapa permasalahan kurikuler yang

mendasar dan menjadi penghambat dan peningkatan kualitas pendidikan PKN, sebagai berikut

1. Penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara

kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka terjadwal sehingga kegiatan pembelajaran

PKn dengan cara tatap muka di kelas menjadi sangat dominan.

2. Pelaksanaan pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi lainnya

menjadi terbengkalai. di samping itu, pelaksanaan pembelajaran diperparah lagi dengan keterbatasan

fasilitas media pembelajaran.

11
3. pembelajaran yang terlalu menekankan pada dimensi kogitif itu berimplikasi pada penilaian yang

juga menekankan pada penguasaan kemampuan kognitif saja sehingga mengakibatkan guru harus selalu

mengajak target pencapaian materi.

Dari beberapa penelitian diketahui, Daya tarik terhadap pelajaran PKN masih lemah, karena

membosankan dan cenderung tidak disukai siswa, dan metodenya tidak menentang siswa secara

intelektual (Azis Wahab,2004:2). Pendapat lain menyatakan bahwa mata pelajaran ini dalam

pelaksanaannya menghadapi keterbatasan dan kendala terutama berkaitan dengan kualitas guru

keterbatasan dan kendala terutama berkaitan dengan kualitas guru, keterbatasan fasilitas, dan sumber

belajar (fajar, 2004:2). Kajian kebijakan kurikulum, kesimpulan bahwa pemahaman guru terhadap

standar kompetensi dan kompetensi dasar masih sangat beragam. Sesuai dengan kondisi yang dialami

dalam pembelajaran PKn diperlukan upaya untuk menemukan model pembelajaran dapat memecahkan

masalah pembelajaran.

E. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar adalah untuk membentuk Watak atau karakteristik
warga negara yang baik. Menurut mulyasa (2007) , tujuan mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan
adalah untuk menjadikan siswa agar:
1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun itu
kewarganegaraan di negaranya.
2. mampu berpartisipasi dalam segala kegiatan-kegiatan secara aktif dan bertanggung jawab sehingga
baik bisa bertindak secara cerdas dalam semua.
3. bisa berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain
di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dengan baik. hal ini akan sudah tercapai jika pendidikan nilai dan norma tetap ditanamkan pada siswa
sejak usia dini karena jika siswa tidak memiliki nilai norma yang baik, maka tujuan Untuk mencapai
warga negara yang baik akan mudah terwujudkan.

12
Pentingnya pendidikan kewarganegaraan diajarkan di sekolah dasar ialah sebagai pemberian
pemahaman dan kesadaran bahwa setiap anak didik dalam mengisi kemerdekaan, dimana kemerdekaan
bangsa Indonesia diperoleh dengan keras dan penuh pengorbanan harus diisi dengan upaya membangun
kemerdekaan, mempertahankan kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara jadi materinya kita perlu
memiliki apresiasi yang memadai terhadap makna perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang
kemerdekaan. Apresiasikan menimbulkan rasa senang, sayang, cinta, keinginan untuk memelihara
melindungi membela negara untuk yaitu Pendidikan Kewarganegaraan penting diajarkan di sekolah
sebagai upaya sadar menyiapkan warga yang mempunyai kecintaan dan kesetiaan dan keberanian Bella
bangsa dan negara. mereka adalah para penerus bangsa yang akan mengisi bangsa ini pada kehidupan
yang datang. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang bersaru, berilmu, dan berbudaya. maka dari itu
diperlukan generasi muda yang tahu akan hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia baik sebagai makhluk
pribadi maupun sosial demi terjaminnya keutuhan bangsa dan negara dalam payung NKRI dan
terciptanya masyarakat Indonesia yang berbudaya dan bermartabat.
Pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar memberikan pelajaran kepada siswa untuk
memahami dan membiasakan dirinya dalam kehidupan di sekolah atau di luar sekolah, karena materi
Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada pengalaman dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai bekal untuk mengikuti
pendidikan berikutnya.
Selain itu, perlunya Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan di sekolah dasar ialah agar siswa sejak dini
dapat memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945, dan
memahami nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, kata sikap yang baik terhadap sesamanya, lawan jenisnya,
maupun terhadap orang yang lebih tua. melalui materi Pendidikan Kewarganegaraan juga dapat
mendidik siswa agar dapat berpikir kritis, rasional, dan kreatif menanggapi itu kewarganegaraan; dapat
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, Kak Anti Korupsi; siswa dapat berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Lebih luas tujuan pembelajaran PKN ini adalah agar siswa dapat memahami dan melaksanakan
hak dan kewajiban secara santun jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dan

13
bertanggung jawab. Agar peserta didik menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis
dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Dan
yang tidak kalah pentingnya juga tujuan mempelajari PKN ini agar Siswa memiliki sikap dan perilaku
sesuai dengan nilai-nilai kejuangan cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa tujuan PKN di Sekolah Dasar adalah untuk
menjadikan warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu mau dan sadar akan hak dan
kewajibannya. demikian diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas dan bersikap
baik sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.
Kenapa PKN harus dimulai dari sekolah dasar? Karena usia mereka haus akan pengetahuan,
sangat penting dan tepat untuk memberikan konsep dasar tentang wawasan nusantara dan perilaku yang
demokratis secara benar dan terarah, jika salah maka akan berdampak terhadap pola pikir dan perilaku
pribadi yang mempengaruhi pada jenjang selanjutnya juga pada kehidupan di masyarakat. Jika
diibaratkan mereka adalah bibit biasa yang kita pupuk menjadi bibit unggul, yang diharapkan dapat
tumbuh menjadi pribadi yang bermutu, bermutu akhlaqnya, ilmunya. untuk mencapai itu, kita tidak
boleh salah memberi pupuk, sebagai salah dalam memberi pengetahuan. Tanamkan konsep dasar
tentang hak dan kewajiban, wawasan nusantara, demokrasi, hak asasi, peraturan-peraturan, perilaku
dan sikap moral yang berketuhanan yang maha esa secara benar, terukur dan terencana, mobil samping
mereka juga sudah menjadi bagian dari masyarakat yang berinteraksi jadi segera di arah ke mana yang
baik dan buruk, mana yang benar dan salah.

F. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn) mempunyai fungsi sebagai sarana untuk
membentuk peserta didik menjadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya, berkomitmen setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan diri
sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan berkharakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
1945.

Sedangkan menurut Mubarokah (2012) Fungsi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


adalah :

14
1. Membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional atau tujuan negara

2. Dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah


pribadi, masyarakat dan negara

3. Dapat mengapresikan cita-cita nasional dan dapat membuat keputusan keputusan yang cerdas

4. Wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia
kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan diriny dalam kebiasan berpikir dan
bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD NKRI 1945

G. Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ialah penggunaan metode

atom model pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran secara tepat, Iya memenuhi

muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakikat

pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari belum memenuhi harapan, seperti yang diinginkan.

Untuk menghadapi kritik masyarakat tersebut di atas, suatu model pembelajaran yang efektif dan

efisien sebagai alternatif, itu model pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning), yang

diharapkan mampu melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, serta secara

fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga Siswa memiliki suatu

kebebasan berpikir, berpendapat, aktif dan kreatif. Melalui model pembelajaran portofolio, diupayakan

dapat membangkitkan minat pemahaman nilai-nilai kemampuan berpartisipasi secara efektif, serta

diiringi Suatu sikap tanggung jawab.

Adapun alasan penggunaan model pembelajaran portofolio, yang mendasari kegiatan serta

pembelajaran PKn mengacu pada pendekatan sistem Contextual Teaching Learning (CTL), model

kegiatan sosial dan PKN, metode bercerita, model pembelajaran induktif, dan model pembelajaran

deduktif.

15
1.Model Contextual Teaching Learning

Model Contextual Teaching Learning (CTL) adalah bentuk pembelajaran yang memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Keadaan yang mempengaruhi langsung kehidupan siswa dan pembelajarannya.

b. Dengan menggunakan waktu/ kekinian, yaitu masa yang lalu, sekarang dan yang akan akan datang.

c. Lawan dari textbook centered.

d. Lingkungan budaya, sosial, pribadi, ekonomi, dan politik.

e. Belajar tidak hanya menggunakan ruang kelas, bisa dilakukan di dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara.

f. Mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara

pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.

g. Membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke

permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain.

Model CTL disebut juga REACT, yaitu relating ( media dalam kehidupan nyata), experiencing

( dalam konteks eksplorasi, penemuan dan penciptaan). apllying ( belajar dengan menyajikan

pengetahuan untuk kegunaannya), cooperating( belajar dalam konteks interaksi kelompok), dan

transferring( belajar dengan menggunakan penerapan dalam konteks baru atau kontak lain).

2. Model kegiatan sosial dan pendidikan kewarganegaraan

Model yang dipelopori oleh Free Newman mencoba mengajarkan pada siswa bagaimana

mengaruhi kebijakan umum. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba memperbaiki kehidupan siswa

dalam masyarakat atau negara, mencoba mengembangkan kompetensi lingkungan dan memberikan

dampak pada keputusan-keputusan kebijakan, memiliki tingkat kompetensi dan komitmen sebagai

pelaksana yang bermoral. Model ini mendorong partisipasi aktif siswa dalam kehidupan politik,

16
ekonomi, dan sosial dalam masyarakat.

3. Metode Bercerita

Menciptakan pembelajaran PKn yang menyenangkan dengan metode bercerita, menjadi salah

satu teknik pembelajaran yang berguna dalam membangun karakter dan kepribadian siswa. Dalam

kegiatan ini, guru harus pandai memilih cerita yang sesuai dengan perkembangan anak, juga

diselaraskan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang sedang ditanamkan. Ajaklah

anak-anak duduk melingkar di atas karpet. Perlihatkan buku yang akan dibacakan. kondisikan siswa

agar fokus pada cerita yang akan disampaikan.

Selain mengambil kisah-kisah dari buku cerita yang sudah ada guru dapat menciptakan sebuah cerita

dengan melibatkan anak dalam alur cerita. setelah selesai bercerita, guru dapat mengajukan pertanyaan

baik lisan maupun tertulis sesuai dengan isi cerita yang telah didengarkan. Selain berguna mengukur

sejauh mana pemahaman terhadap cerita, sebagai alat penilaian Di akhir pembelajaran.

4. Metode Pembelajaran Induktif

Pendekatan ini dikembangkan oleh filsuf Francis bacon yang menghendaki penarikan

kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta

semakin mendukung kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model

pembelajaran induktif ini, sebagai berikut:

a. Pemilihan prinsip; Guru harus memiliki konsep, , aturan yang akan disajikan dengan pendekatan

induktif.

b. pemberian contoh; guru menyajikan contoh khusus, yang mendukung prinsip, atau aturan yang

memungkinkan siswa untuk memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.

C. Pemberian contoh lain; guru menyajikan contoh khusus, pendukung prinsip, atau aturan yang

memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh.

17
d. Menyimpulkan; guru menyimpulkan, memberi penegasan dari beberapa contoh kemudian

disimpulkan dari contoh tersebut menuju sebuah prinsip yang hendak dicapai siswa.

5. Model Pembelajaran Deduktif

Pendekatan deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke

khusus. langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif,

sebagai berikut:

a. guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan.

b. Menyajikan aturan prinsip yang bersifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contoh.

c. guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus

dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok.

d. guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu

merupakan gambaran dari keadaan khusus.

H. Macam Macam Pendekatan Pendidikan dalam Pendidikan kewarganegaraan

Beberapa pendekatan nilai dan moral yang digunakan dalam pembelajaran PKn adalah sebagai
berikut :
1. Evokasi
Pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk mengekspresikan dirinya secara spontan
yang didasarkan pada kekebasan dan kesempatan. Pendekatan seperti ini baik sekali namun dilihat dari
budaya masyarakat ini terumata yang jauh dari kehidupan kota melaksanakan pendekatan tersebut
tentulah menghadapi kendala-kendala cultural dan psikologikal. Untuk dapat mengimplementasikan
pendekatan ini, pernana guru amat diperlukan dalam apa yang disebut dengan “breaking the ice” agar
setiap anak merasakan adanya suasana terbuka, bersahabat dan kondusif untuk dapat “menyatakan
dirinya” menyatakan apa yang menjadi pemikirannya dan mengungkapkan perasaannya.
Melatih siswa dengan cara seperti itu pada dasarnya merupakan salah satu bentuk pendewasaan
agar terbiasa dalam merasakan manfaat situasi seperti itu, sehingga untuk masa-masa yang akan dating

18
mereka pun dapat berbuat yang sama atau bahkan melebihinya. Keberhasilan pendekatan tersebut juga
amat bergantung pada dorongan dan rangsangan yang diberikan guru dengan mengandalkan pada
stimulus-stimulus tertentu. Selain peranan guru, peranan keluarga dan masyarakat juga amat penting
oleh karena apa yang dibicarakan dalam kelas yang dibatasi oleh empat dinding kelas dapat member
makna dalam belajar siswa.
Peranan kedua unsut tersebut dalam menumbuhkan keyakinan siswa tentang nilai mora yang dibahas di
kelas, harus sejalan dengan apa yang di lihat dan dialaminya dalam kehidupan di keluarga dan di
masyarakat. Jika tidak ada kesesuian di antara ketifa unsut tersebut maka akan terjadi konflik dalam diri
anak yang dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan disebut intra personal conflict yaitu konflik yang
terjadi dalam diri siswa. Konflik dalam diri pribadi anak itu dapat berlanjur menjadi konflik antar
pribadi yang disebut inter personal conflict karena melihat tidak adanya keajekan antara nilai yang
dipelajari dan diuakininya dengan apa yang terjadi di sekolah dan di masuarakat secara keseluruhan.
Pengalaman dan pembiasaan nilai-nilai Pancasila sebagai tujuan PKn merupakan langkah-
langkah penting dalam pengajaran nilai. Hal itu sejalan dengan pendapat Dewey yang menyatakan
bahwa “…intellectual and ethical competence could be achieved only by reflecting on one’s actual,
concrete, concrete experience.” Sebabnya adalah walaupun dikenalkan berbagai konsep nilai misalnya
tentang demokrasi, keadilan dan menghargai orang lain jika struktur kelas dan sekolah tetap saja
mencontoh dan menekankan pada hubungan social yang otoriter maka hangan diharapkan aka nada
belajar yang efektif.
Kepedulian terhadap hubungan antara abstraksi dengan pengalaman siswa sendiri dalam
pemahaman Dewey disebut dengan istilah “child centeredness.” Anak membutuhkan moral yang ideal
yang diharapkan dapat dikuasainya secara intelektual. Pendidikan moral yang didasarkan pada kerangka
kerja Dewey adalah kegiatan kerjasama kelompok, bekerja dengan orang lain dalam masalah yang
katual atai masalah yang sebenarnya, dalam bidang apa saja (seni, sains, politik, mekanik) akan
membantu anak menghargai pandangan dan nilai saling member dan menerima (mutual exchange).
Moralita memang tidak dapat diajarkan hanya melalui contoh kata-kata yang disampaikan oleh
guru. Siswa membutuhkan untuk saling berinteraksi pada kegiatan-kegiatan yang betul-betul
merupakan kepedulian dan perhatian mereka. Teknik mengajar yang dapat digunakan dalam
menggunakan pendekatan ini diantaranya adalah teknik mengungkapkan nilai yang dikenal dengan
Value Clarification Technique.
Hersh (1980) dkk. Misalnya menjelaskan bahwa “Morality…depends on the orchestration of human

19
caring, objective thingking, and determinan action. …Morality is neither good motives nor right reason,
nor resolute action. It is all three. …three was no discernible separation between his feelings, thoughts,
and action; they seemed to fit together at once, as part og a united front against a common threat.”
Sikap atau perilaku moralitas itulah yang kiranya menjadi tugas dan sekaligus tantangan utama guru
SD. Masalah akan semakin rumit terutama jika dikaitkan pengajar nilai dan moral untuk SD.

2. Inkulkasi (Menanamkan)
Pendekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai yang telah disusun terlebuh dahulu
oleh guru. Tujuannya adalah agar pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah nilai tersebut dapat
digunakan untuk mempengaruhi dan sekaligus mengarahkan siswa kepada suatu kesimpulan nilai yang
sudah direncanakan. Peranan guru dalam hal ini amat menentukan oleh karena gurulah yang menentuka
kearah mana siswa akan dibawa atau diarahkan atau dikondisikan secara halus dan hati-hati.
Gurulah dengan pertanyaan dan arah kesimpulan atau pendapat yang menentukan dalam
penkdekatan ini adalah Teknik Inkuiri Nilai (Value Inquiru Question Technique) di mana target nilai
yang diharapkan dapat dicapai dengan memanipulasi kedalam sejumlah pertanyaan.

3. Pendekatan Kesadaran
Dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah bagaimana mengungkap dan membina kesadaran
siswa tentang nilai-nilai tertentu yang ada pada dirinya atau pada orang lain. Tentu saja kesadaran itu
akan tumbuh menjadi sesuatu yang menumbuhkan kesadarannya tentang nilai atau seperangkat nilai-
nilai tertentu. Hanya dengan kesadaran tertentu itu melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang
direncanakan oleh guru anak dapat mengungkapkan nilai-nilai dirinya atau nilai-nilai orang lain.
Jendela Johary (Johary Window) kiranya dapat membantu menumbuhkan kesadaran siswa tentan
gidirnya atau diri orang lain.

4. Penalaran Moral
Salah satu pendekatan dalam pendidikan moral adalah penalaran moral dimana anak dilibatkan
dalam suatu dilemma moral sehingga keputusan yang diambil terhadap dilemma moral harus dapat

20
diberikan alas an-alasan moralnya yang masuk akal. Dilemma moral adalah satu bentuk teknik
mengajar nilai dan miral yang dianggap tepat terutama bagi kelas-kelas yang tinggi, misalnya kelas IV,
V dan VI. Patut disadari bahwa dalam pendidikan nilai dan moral berbagai cara dapat digunakan
sebagai stimulus dalam melibatkan nalar dan afeksi siswa adalah melalui pertanyaan, pernyataan,
gambar, ceritera, dan gambar keadaan yang bersifat dilematis.
Dalam pengajaran PKn misalnya melibatkan siswa sebagai individu yang “merasakan” dan “larut”
dalam situasi yang sengaja diciptakan untuk mendorong siswa menggunakan nalar dan perasaannya
terhadap suatu situasi atau kejadian, prinsip, pandangan atau masalah merupakan upaya-upaya dasar
dalam pendidikan nilai dan moral. Tanpa upaya-upaya dasar semacam itu, pendidikan nilai dan moral
serta PKn khususnya akan sulit mencapai tujuan-tujuannya secara optimal. Dalam pendekatan dilematis
sebagai salah satu pendekatan akan lebih efektif jika guru berhasil melibatkan secara intens nalar dan
perasaan siswa sebab walaupun yang menjadi dasar utama adalah nalarnya atau reasoning-nya, namun
factor perasaan siswa jufa akan memegang peranan penting dalam member alas an-alasan moral
tersebut.
Peranan stimulus amat besar sebab stimulus yang didasarkan pada hal yang bersifat dilematis, akan
mengundang siswa mengkaji dengan nalar nilai dan moral yang terlibat dalam masalah yang bersifat
dilematis tersebut. Dalam proses pengkajian tersebut siswa akan melibatkan nilai-nilai yang dimilikinya
dihadapkan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam masalah dilematis tersebut. Dengan itu juga
diharapkan siswa sekaligus menghubungkannya dengan nilai-nilai yang umum dimiliki oleh orang lain
atau umum dalam menghadapi masalah-masalah dilematis seperti itu. Oleh karena dalam pendekatan
ini yang menajdi focus adalah nalar atau yang berkaitan dengan kognitifnya maka pendekatan ini amat
sesuai dengan apa yang kita sebut dengan Cognitive Moral Development dari Kohlberg. Bagi Kohlberg
terhadap kaitan yang erat antara perkembangan kognitif dan kematangan atau perkembangan moral
seseorang.

5. Pendekatan Analisis Nilai


Melalui pendekatan ini siswa diajak untuk mengaji atau menganalisis nilai yang ada dalam suatu
media atau stimulus yang memang disiapkan oleh guru dalam mengajarkan pendidikan nilai dan moral.
Dalam melakukan pengkajian tentu saja para siswa sudah dibekali dengan kemampuan analisisnya.
Melakukan analisis sebagaimana diketahui adalah merupakan salah satu tahapan dalam tingkat

21
pengetahuan atau ingatan dan analisis adalah satu tahapan dalam keterampilan berpikir sebelum sampai
pada sintesis dan evaluasi.
Dalam melakukan analisis nilai tentu saja siswa akan sampai pada tahapan menilai apakah suatu nilai
itu dianggap baik atau tidak. Jika menggunakan nanalisis nilai, tentu saja disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Analisis nilai dapat dimulai oleh siswa yang dimulai dari sekedar melaporkan apa
yang dilihat dan dihadapi sampai pada memilih dan mengemukakan hasil pengkajian yang lebih teliti
dan lebih tepat.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pendekatan ini berkaitan dengan kognitif maka
jelas bahwa antara pendekatan lima berkaitan erat dengan pendekatan empat yaitu penalaran moral.
Pendekatan ini banyak sekali digunakan dalam teknik mengungkap nilai.

6. Pengungkapan Nilai
Pengungkapan Nilai melihat pendidikan moral lebih pada upaya meningkatkan kesadaran diri
(self-awareness) dan memperhatikan diri sendiri (self-caring) dan bukannya pemecahan masalah.
Pendekatan ini juga membantu siswa menemukan dan memeriksa nilai mereka untuk menemukan
keberartian dan rasa aman diri. Oleh sebab itu maka pertimbangan (judging) adalah merupakan factor
kunci dalam model tersebut, namun pertimbangan yang dimaksud adalah pertimbangan tentang yang
disenangi dan yang tidak disenangi, dan bukan sesuatu yang diyakini seorang sebagai hal yang benar
atau salah.
Melalui pendekatan ini siswa dibina kesadaran emosionalnya tentang nilai yang ada dalam dirinya
melalui cara-cara kritis dan rational dan akhirnya menguji kebenaran, kebaikan atau ketepatannya.
Pengungkapan nilai tidak menganggap nilai moral sebagai sebuah status dalam rentangan nilai-nilai.
Semua nilai termasuk moral dianggap sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan relativf. Walaupun
dikatakan bahwa Teknik Pengungkapan Nilai ini banyak dipakai ternyata juga banyak menghadapi
tantangan, oleh karena itu pendekatan ini dianggap memiliki banyak kelemahan.

7. Pendekatan Komitmen
Pendekatan komitmen dalam pendidikan nilai dan moral mengarahkan dan menekankan pada
seperangkat nilai yang akan mendasari pola piker setiap guru yang bertanggung jawab terjadap

22
pendidikan nilai dan moral. Dalam PKn sudah barang tentu yang menjadi komitmen dasarnya adalah
nilai-nilai moral Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945. Nilai moral tersebut telah menjadi
komitmen bangsa dan negara Indonesia untuk terus dilestarikan sebagai nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia.
Dalam mengajarkan nila dan moral tersebut nilai moral Pancasila merupakan nilai sentralnya
tanpa menutup kemungkinan mengajarkan nilai-nilai lainnya yang sesuai dan tidak bertentangan
dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Hal itu merupakan perwujudan dari komitmen
Bangsa Indonesia khususnya Orde Baru untuk senantiasa melaksanakannya secara murni dan
konsekuen. Untuk terlaksananya hal tersebut sudah barang tentu komitmen terutama guru, orang tua,
serta masyarakat dan juga siswa merupakan hal yang paling pokok bagi keberhasilan PKn tersebut.
Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk melatih disiplin siswa dalam pola pikir dan
tindakannya agar senantiasa sesuai dengan nilai-nilai moral yang telah menjadi komitmen bersama itu.
Oleh karena nilai—nilai yang telah menjadi komitmen tersebut adalah nilai-nilai bersama maka
pendekatan tersebut diharapkan pula dapat membina integritas social para siswa. Persoalan utama
sekarang adalah bagaimana hal itu dilakukan pada tingkat SD.

8. Pendekatan Memadukan (Union Approach)


Pedekatan ke delapan yang diajukan Superka adalah menyatukan diri siswa dengan pengalaman
dalam kehidupan “riil” yang dirancang oleh guru dalam proses belajar-mengajar. Proses penyatuan
tersebut tidak lain adalah dimaksud agar siswa benar-benar mengalami secara langsung pengalaman-
pengalaman yang direncanakan guru melalui berbagai metode mengajar yang dipilih guru untuk tujuan

tersebut. Untuk mencapai tujuan pengajaran seperti yang diharapkan itu, guru dapat menggunakan
berbagai metode diantaranya Partisipatori, Simulasi, Sosio Drama, dan Studi Proyek.
Siswa SD sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan berpikirnya memang lebih
menyenangi contoh-contoh konkrit. Contoh konkrit tersebut adalah contoh-contoh perilaku yang dapat
dilaksanakan dlaam kehidupan siswa. Penerapannya mungkin dalam kelompok diskusi di kelas, dalam
kelompok bermain di sekolah atau dalam kehidupan di tengah-tengah keluarga. Karena itu dalam
prinsip pengajaran dianjurkan agar guru {Kn SD dalam mengajarnya memulai dari hal-hal konkrit
kepada yang abstrak apalagi materi pendidikan moral pada dasarnya bersifat abstrak.

23
Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi guru adalah bagaimana mencari contoh-contoh
konkrit yang memang secara langsung menyentuh aspek kehidupan anak. Apa yang secara langsung
menyentuh kebuthan seorang akan lebih mudah dihayati dan dilaksanakan. Kiranya demikian pula
dengan mata pelajaran PKn SD.
Oleh sebab itu dalam mengajarnya guru PKn SD diharapkan dapat (a) mengemukakan berbagai contoh
perilaku, (b) membantu siswa agar dapat mengikuti/mencontoh berbagai perilaku yang sesuai dengan
nilai-nilai moral Pancasila dan tuntutan kehidupan masuarakat sekitarnya yang tidak bertentangan
dengan nilai-nilai moral Pancasila tersebut. Sebagai contoh misalnya adalah, guru dalam mengajarnya
sebaiknya lebih menekankan pada contoh-contoh yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Contoh-contoh pengalaman nilai-moral dalam berbagai situasi dan konteks kiranya dapat
membantu siswa untuk lebih memahami dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai moral yang
disampaikan memalui mata pelajaran PKn SD. Nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku dalam
keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain serta lingkungan yang lebih luas haru merupakan materi
penting untuk dipahami anak-anak SD.
Nilai-nilai dalam keluarga dimaksud diantaranya adalah kasih saying, saling menghormati, menyenangi
kebersihan dan keindahan, kepatuhan. Dapat juga yang berkaitan dengan lingkungan belajar anak
seperti, saling menyayangi, tolong menolong, adil, berdisiplin, mematuhi aturan permainan, tertib dan
jujur, dan bersikap sportif. Nilai-moral dalam lingkungan kelas atau sekolah juga perlu diperhatikan
misalnya dating dan menyelesaikan tugasnya tepat waktu, berbari dengan rapih saat memasuki kelas,
memelihara kebersihan kelas dan sekolah, memelihara buku dan peralatan sekolah, menghormati guru
dan petugas sekolah lainnya.

I. Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kehidupan Sehari hari


Kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa hal antara lain kesalahan sistem pengajaran di
sekolah yang kurang menanamkan sistem nilai, transisi kultural, kurangnya perhatian orang tua, dan
kurangnya kepedulian masyarakat pada masalah remaja.
Untuk mengatasi permasalahan remaja tersebut perlu dilakukan secara sistemik dan
komprehensip melalui lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan melalui kebijakan pemerintah.
Hal ini dapat dapat dikaji dan dilakukan melalui berbagai disiplin ilmu (interdisipliner) yaitu agama,

24
moral (PPKn), olahraga kesehatan, biologi, Psikologi, sosial, hukum, dan politik.

J. Permasalahan dan Solusi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar

Berikut ini merupakan beberapa permasalahan & solusi Pendidikan Kewarganegaraan di


Sekolah Dasar menurut (Hendrizal, 2017).

Permasalahannya

Mengapa selama ini PKn cenderung kurang di minati siswa? Mengapa PKn kurang mendapat
perhatian seperti pelajaran matematika, IPA, bahasa Indonesia? Apakah karena PKn tidak di UN kan di
tingkatkan sekolah dasar? Pertanyaan ini muncul bila melihat kenyataan bahwa sebagian orang yang
mengganggap remeh pelajaran PKn ini, yang pasti terdapat dampak pada pencapaian pelajaran PKn
yang kurang maksimal. Apa kita harus menyalahkan peserta didik?

Penyelesaiinya:

Sudah seharusnya sebagai pendidik melakukan intropeksi diri. Apakah selama ini kita sudah
mengajar dengan baik serta bisa membuat tertarik pelajaran PKn ini ke peserta didik ? Masalah demi
masalah yang di alami begitu kompleks. Seperti kurikulum yang terlalu berat, kurangnya kemampuan
dalam menangkap kata kunci dalam SK dan KD mengajar berdasarkan buku teks (textbook centre)
praktek mengajar PKn selama ini lebih banyak berlangsung dengan pendekatan onvensional
pembelajaran tidak kontekstual evaluasi cenderung mengarah pada aspek kognitif kurikulum
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa SD menangkap esensi atau kata kunci dalam SK dan KD
secara benar mengajar harus punya persiapan RPP.

RPP memegang peranan penting bagi guru dalam mengajar mengajar dengan pendekatan
konstruktivisme. Melaksanakan pendekatan konstruktivisme akan banyak memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengeksplor potensi dirinya belajar berdasarkan realita. Belajar akan bermakna bagi
siswa kalau apa yang dipelajari itu bermanfaat bagi kehidupannya evaluasi bersifat total (kognitif,
afektif, psikomotor). Hasil belajar tidak cuma diukur dari kemampuan kognitif

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk
mengebangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia.
Tujuan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu untuk membentuk karakteristik warga
negara yang baik

Dalam penerapanya ada beberapa netode yang diterapakan dalam pendidikan keewarganegaraan
yaitu model Contextual Teaching Learning, Metode Kegiatan Sosial dan Pendidikankewarganegaraan,,
metode bercerita, metode pembelajaran induktif, dan metode pembelajaran deduktif.

Dalam penerapannya Pendidikan kewarganegaraan masih sangat kurang untuk diminati,


sepatutnya sebagai seorang pendidik haruslah bisa membuat pelajaran tersebut menarik dan dapat
disenangi oleh para siswa yaitu bisa dengan melakukan pendekatan konstruktivisme dimana pendekatan
ini akan banyak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplor potensi dirinya belajar
berdasarkan realita.

B. Saran

Semoga setelah membaca makalah ini dapat menambah wawasan kita semua, khusunya bagi
para pendidik dan calon pendidik, agar di dalam mendidik peserta didik, para pendidik tahu apa saja
yang akan dilakukannya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Buku Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar Edisi Kedua Oleh Dr. Ahmad Susanto, M.Pd

EL-Shalih. 16 November 2010. Web. 8 November 2021. http://elshalih.blogspot.com/2010/11/makalah-


pkn-sd.html?m=1

Magdalena, Ina dkk. (2020). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar Negeri
Bojong 3 Pinang."Visual Post: Bintang : Jurnal Pendidikan dan Sains Volume 2, Nomor 3, Desember
2020; 418-430, 1-13

Neliti. 2016. Web. 8 November 2021. https://www.neliti.com/id/publications/235045/pendidikan-


kewarganegaraan-merupakan-salah-satu-pengejawantahan-dimensi-manusia

Pgsd.upy. 6 JUNE 2018 .Web. 8 November 2021. http://pgsd.upy.ac.id/index.php/jadwal/profil-


lulusan/2-uncategorised/12-pendidikan

27

Anda mungkin juga menyukai