Anda di halaman 1dari 41

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN

TATARAN DASAR BELA NEGARA

UNTUK

KADER BELA NEGARA

JAKARTA 2016
KATA PENGANTAR

Tataran Dasar Bela Negara ini merupakan materi dasar yang berisi
gambaran umum tentang nilai-nilai bela negara yang harus dikembangkan
dan disebarluaskan dalam rangka membangun karakter bangsa dan
sebagai prasyarat di dalam membangun Sistem Pertahanan Semesta.

Bahan ajar ini disesuaikan dengan perkembangan keadaan dan


perkembangan pemikiran, dengan harapan dapat dijadikan sebagai
panduan dalam mempelajari pengetahuan tentang bela negara yang
ditujukan bagi semua warga negara Repulik Indonesia, maupun
Widyaiswara/guru/dosen/instruktur/tenaga pengajar, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah.

Dengan mempelajari Hanjar ini diharapkan dapat membantu peserta


Pembentukan Kader Bela Negara memahami ajaran yang disampaikan
Nara Sumber sehingga dapat mempermudah dalam proses pembelajaran.
Berbekal hasil belajar, peserta Pem bentukan Kader Be!a Negara
diharapkan turut menyukseskan Pembangunan Nasional untuk
mewujudkan tujuan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa dan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republiik Indonesia 1945.

Semoga hanjar ini bermanfaat bagi peserta Pembentukan Kader


Bela Negara selama mengikuti proses pembelajaran di lembaga ini dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan sehingga mampu
mengembangkan dan mengimplementasikan dengan baik.

Jakarta, 2016

Direktur Jenderal
Potensi Pertahanan,

Dr. Timbul Siahaan


DAFTAR ISI

BAB JUDUL HAL

KATA PENGANTAR

I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ........................................................... 1


2. Maksud Dan Tujuan ................................................... 2
3. Dasar .......................................................................... 2
4. Ruang Lingkup dan Tata Urut .................................... 2
5. Pengertian .................................................................. 2

II LANDASAN PEMIKIRAN

6. Landasan Filosofos .................................................... 4


7. Landasan Historis ...................................................... 4
8. Landasan Yuridis ....................................................... 6
9. Landasan Teori .......................................................... 6

III NILAI-NILAI DASAR BELA NEGARA

10. Cinta Tanah Air .......................................................... 18


11. Sadar Berbangsa Dan Bernegara ............................. 22
12. Yakin Pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara ....... 23
13. Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara .............. 24
14. Memliki Kemampuan Awal Bela Negara ................... 26

IV INDIKATOR BELA NEGARA

15. Indikator Cinta Tanah Air ........................................... 27


16. Indikator Sadar Berbangsa Dan Bernegara ............... 27
17. Indikator Yakin Pada Pancasila Sebagai Ideologi
Negara ........................................................................ 27
18. Indikator Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara. 27
19. Indikator Memliki Kemampuan Awal Bela Negara .... 28

V IMPLEMENTASI BELA NEGARA


20. Dilingkungan Pendidikan ........................................... 29
21. Dilingkungan Pemukiman .......................................... 29
22. Dilingkungan Pekerjaan ............................................. 30
BAB JUDUL HAL

VI INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBINAAN KESADARAN


BELA NEGARA

23. Indikator Umum .......................................................... 32


24. Indikator Khusus ........................................................ 33

VII PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Suatu Negara dikatakan kuat pertahanan negaranya apabila
bangsa tersebut bersatu padu untuk selalu mempertahankan
dan memperjuangkan serta melindungi hak-hak warga
negaranya. Indonesia pun akan disegani oleh negara lain
apabila seluruh elemen bangsa Indonesia bersatu padu dalam
pertahanan negara. Namun dengan semakin berkembangnya
dan semakin maraknya arus globalisasi dunia, telah membuat
lalai sebagian bangsa Indonesia akan kesadaran untuk
melindungi dan membela negaranya dari segala bentuk
ancaman yang terjadi.
b. Kesadaran bela negara bukanlah bawaan sejak lahir, sehingga
perlu ditumbuh kembangkan melalui proses Pembinaan
Kesadaran Bela Negara. Penyelenggaraan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara dilaksanakan sejak usia dini hingga
usia dewasa guna membangun karakter bangsa Indonesia
yang cinta tanah air, rela berkorban demi negara dan bangsa,
yakin Pancasila sebagai ideologi negara, memiliki kesadaran
berbangsa dan bernegara serta memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara psikis maupun secara fisik.
c. Pembinaan Kesadaran Bela Negara dilaksanakan pada
lingkungan Pendidikan, lingkungan pemukiman dan lingkungan
Pekerjaan. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka
pembinaan kesadaran bela negara diselenggarakan secara
simultan, terpadu dan menyeluruh serta berlanjut, selaras
dengan sasaran Pembangunan Nasional baik secara psikis
maupun secara fisik. Sasaran psikis dimaksud untuk
menumbuhkan sikap mental, antara lain cerdas, kritis, kreatif,
proaktif, disiplin, bertanggung jawab, tahan uji, pantang
menyerah dan rasa bangga sebagai warga negara Republik
Indonesia, sedangkan sasaran fisik dimaksudkan membentuk
sikap dan perilaku menghargai nilai-nilai kesehatan dan
memiliki fisik yang kuat, tangkas, terampil dan displin.
d. Buku Tataran Dasar Bela Negara membahas segala sesuatu
mendasar tentang Pembinaan Kesadaran Bela Negara berupa
nilai-nilai bela negara yang menjadi pijakan warga negara
daiam bersikap dan bertindak terbaik bagi bangsa dan negara

1
sebagai wujud tanggung jawabnya guna menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Penyusunan Tataran Dasar Bela Negara dimaksudkan
untuk memberikan gambaran tentang hal-hal yang mendasar
mengenai bela negara.
b. Tujuan. Penyusunan Tataran Dasar Bela Negara bertujuan
untuk membekali setiap warga negara Indonesia dengan nilai-
nilai bela negara dalam rangka membentuk karakter bangsa
yang ulet tangguh, berwawasan kebangsaan dan memiliki
kesadaran bela negara sebagai prasyarat dalam membangun
sistem pertahanan semesta.

3. Dasar
a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, pasal
27 dan pasal 30.
b. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002, tentang Pertahanan
Negara.
c. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004, tentang Tentara
Nasional Indonesia (TNI).

4. Ruang Lingkup dan Tata urut. Lingkup bahasan Tataran dasar


Bela Negara adalah pembinaan kesadaran bela negara dengan tata
urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Landasan Pemikiran
c. Nilai Bela Negara
d. Implementasi Bela Negara
e. Indikator Keberhasilan Pembinaan Kesadaran Bela Negara
f. Penutup

5. Pengertian
a. Pembinaan1 adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik;

1
http://kbbi.web.id/bina

2
b. Kesadaran2 adalah hal yang dirasakan atau dialami oleh
seseorang.
c. Bela Negara3 adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara
d. Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan
efektif, untuk memperoleh hasil lebih baik terhadap sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
e. Hakikat Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah upaya
untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang memiliki
jiwa nasionalisme dan patriotisme serta memiliki ketahanan
nasional yang tangguh guna menjamin tetap tegaknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar tahun 1945 dan terpeliharanya
pelaksanaan pembangunan nasional dalam mencapai tujuan
Nasional.
f. Tataran dasar bela negara adalah tingkatan mendasar yang
melandasi cara bertindak guna melindungi negara dari segala
bentuk ancaman guna menjaga keutuhan dan kelangsungan
hidup NKRI.
g. Nilai dasar bela negara mencakup nilai-nilai kecintaan kepada
tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin pada
Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban untuk
bangsa dan negara serta memiliki kemampuan bela negara
baik secara psikis maupun fisik.

2
http://kbbi.web.id/sadar
3
Penjelasan UU RI Nomor 3 Tahun 2002 Pasal 9

3
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

6. Landasan Filosofis.
a. Membangun dan mempertahankan semangat nasionalisme
dalam kerangka kesadaran bela negara bagi setiap warga
negara tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan,
terlebih lagi dengan keragaman budaya, agama, adat istiadat,
ras dan lain-lainnya. Oleh karena itu bangsa Indonesia perlu
Pancasila sebagai landasan/ideologi negara yang dapat
menyatukan adanya keragaman bangsa Indonesia dalam
kerangka Bhinneka Tunggal Ika.
b. Pancasila juga sebagai alat membangun karakter bangsa yang
memerlukan semangat kebangsaan dan memerlukan
kesadaran setiap warga negara agar nilai-nilai Pancasila dapat
terus menerus tertanam dengan baik dan dapat menumbuhkan
kesadaran warga negara akan hak dan kewajibannya serta
cerdas menghadapi pengaruh globalisasi.
c. Pembinaan dan pendayagunaan warga negara yang sadar
akan hak dan kewajibannya merupakan bagian integral dari
upaya pembangunan nasional dibidang sumber daya manusia.
Hak dan kewajiban yang paling mendasar bagi setiap warga
negara Indonesia ialah melakukan pembelaan negara, yang
menuntut adanya kesadaran bela negara. Sebab tanpa adanya
upaya bela negara dan kesadaran bela negara, maka
kelangsungan hidup bangsa dan negara akan terancam
eksistensinya.
c. Terkait dengan hal diatas, dikembangkan nilai dasar bela
negara dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Nilai dasar bela negara dimaksud
mencakup: cinta tanah air, sadar berbangsa dan bernegara,
yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban
untuk bangsa dan negara, serta, memiliki kemampuan awai
bela negara secara fisik dan psikis, dalam mengabdi kepada
bangsa dan negara.

7. Landasan Historis. Proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik


Indonesia berjalan cukup panjang dimulai dari kerajaan kutai di
Pulau Kalimantan, Kerajaan Sriwijaya di Sumatera, kerajaan
Majapahit di Jawa Timur, kedatangan bangsa Eropah yang pada

4
mulanya bermaksud melakukan perniagaan dan pada akhirnya
menjajah. Selama kurun waktu tersebut, Bangsa Indonesia tidak
henti-hentinya berjuang untuk menjadi bangsa yang terhormat dan
mempunyai jati diri dan karakter sebagai bangsa yang merdeka.
Oleh para pendiri bangsa kita (The founding father) merumuskan
secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila)
dan diberi nama Pancasila. Secara historis nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai
Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri,
atau bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Sejarah,
telah menunjukkan bahwa kesadaran merebut dan mempertahankan
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, rakyat
Indonesia secara serentak, saling bahu membahu dengan segala
bentuk upayanya, baik secara fisik (militer atau kekuatan bersenjata)
dan non-fisik (perundingan dan diplomasi). Upaya yang dilakukan ini
didorong oleh kesadaran dan rasa tanggungjawab untuk ikut serta
dalam usaha pembelaan Negara. Kekuatan yang terlibat dalam
perjuangan mempetahankan kemerdekaan antara lain.
a. Rakyat. Kekuatan rakyat pada saat itu dapat dibagi dalam 2
bagian
1) Rakyat bersenjata. Komponen rakyat bersenjata
terorganisir dalam beberapa organisasi yang terpisah-
pisah, seperti Pasukan gerilya desa (pager desa),
Organisasi keamanan desa (OKD) dan organisasi
perlawanan rakyat (OPR), Tentara Pelajar dan lain
sebagainya.
2) Rakyat tidak bersenjata terorganisir dalam wujud; Badan
Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), Palang
Merah Indonesia (PMI), Jawatan militer dan perusahaan
pemerintah yang bergerak di bidang kehutanan,
perkebunan, industri, jasa dan transportasi.
b. Tentara. Kekuatan tentara merupakan hasil perkembangan
berkelanjutan dari keinginan rakyat untuk memiliki angkatan
bersenjata sendiri. Mula-mula berbentuk Badan Keamanan
Rakyat (BKR), dari yang berubah menjadi Tentara Keamanan
Rakyat kemudian Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) dan
Tentara Republik Indonesia (TRI) selanjutnya TNI.

8. Landasan Yuridis.

5
a. UUD Tahun 1945 pasal 27 ayat (3) yang menyatakan bahwa
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”,
b. UUD Tahun 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2) yang menyatakan
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara” dan “ Usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung.”
c. Undang-undang RI nomor 39 tahun 1999 Pasal 68 tentang Hak
Asasi Manusia yang didalamnya memuat “setiap warga negara
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”
d. Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 2002, mengamanatkan
bahwa sistem pertahanan negara diselenggarakan dengan
memberdayakan seluruh sumber daya nasional, yang setiap
saat siap didayagunakan.

9. Landasan Teori
a. Wawasan Kebangsaan
1) Setiap warga negara suatu bangsa memiliki rasa
kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan dalam
perasaan atau pikiran dalam hati nuraninya. Rasa
kebangsaan merupakan hal tidak dapat dilihat tapi dapat
dirasakan meskipun susah dipahami. Namun apabila ada
persoalan atau masalah yang dapat membangkitkan
getaran dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh.
Rasa kebangsaan dapat timbul dan terpendam secara
berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya
masing-masing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok
yang berpotensi dahsyat dan sangat luar biasa
kekuatannya.
2) Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yakni
rasa yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan,
sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta
kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa
kini. Dinamika rasa kebangsaan dalam mencapai cita-cita
bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni

6
pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu
bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional
yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu,
akan timbul semangat kebangsaan atau semangat
patriotisme.
3) Tuntutan yang timbul dari wawasan kebangsaan suatu
bangsa adalah perwujudan jati diri bangsa, dan
pengembangan sikap dan perilaku sebagai bangsa yang
meyakini nilai-nilai budaya, yang lahir dan tumbuh
berkembang dan menjelma sebagai kepribadian bangsa.
4) Wawasan Kebangsaan bagi Bangsa Indonesia dipandang
sebagai falsafah hidup bangsa dan digunakan sebagai
“way of life” atau merupakan kerangka/peta pengetahuan
yang mendorong terwujudnya jati diri dan digunakan
sebagai acuan bagi warga negara Indonesia untuk
menghadapi dan menginterpretasi lingkungannya.
5) Empat Konsensus Dasar4. Konsensus dasar yang telah
disepakati bangsa Indonesiaantara lain meliputi:
a) Pancasila, Bangsa Indonesia terbentuk dari
berbagai macam latar belakang etnis dan budaya.
Kemajemukan tersebut selain menjadi kebanggaan
yang tidak ternilai harganya sebagai kekayaan
budaya bangsa, juga sekaligus menjadi potensi
konflik yang dapat menghambat proses integrasi
bahkan dapat mengancam keutuhan NKRI. Oleh
karenanya diperlukan ideologi yang dapat
mempersatukan seluruh kemajemukan tersebut
menjadi potensi bangsa yang berdaulat dan
bermartabat. Kedudukan Pancasila, dapat diuraikan
sebagai berikut:
(1) Pancasila Sebagai Dasar Negara. Pada
umumnya pada setiap UUD suatu negara
terdapat bagian yang disebut Pembukaan,
Preambule, atau Mukaddimah yang merupakan
bagian yang sangat penting bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara, karena dalam
Pembukaan tersebut terdapat berbagai konsep,
prinsip, dan nilai dasar yang dijadikan landasan
berpijak dalam menjalankan roda kenegaraan
4
Disampaikan oleh presiden RI dalam acara peringatan Hari Lahirnya Pancasila di JCC
Jakarta pada tanggal 1 Juni 2006 dan telah dijadikan kesepakatan Bangsa Indonesia.

7
dan pemerintahan dalam mencapai tujuan yang
hendak dicapai.
(2) Pancasila Sebagai Ideologi. Pancasila
merupakan pandangan hidup bangsa dan
negara. Keberadaannya bermula dari
pandangan hidup masyarakat ini belum
disistematisasi dan belum disusun secara logis.
Selain itu, Pancasila pun hanya menjadi
pedoman dalam bersikap dan berperilaku untuk
pribadi-pribadi anggota masyarakat yang
bersangkutan tanpa ada keinginan untuk
disebarluaskan.
b) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945)
Semua konstitusi mengatur kekuasaan
pemerintahan negara terhadap seluruh aset
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Kekuasaan tersebut perlu diatur dan
dibatasi agar tidak digunakan secara absolut. Oleh
karenanya perlu ada pembatasan-pembatasan
terhadapnya yang dituangkan dalam konstitusi. Jadi
setiap konstitusi adalah pengaturan mengenai
pembatasan atau pengawasan terhadap kekuasaan
pemerintahan negara.Adapun esensi UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai berikut:
(1) Nilai demokrasi, mengandung makna bahwa
kedaulatan berada ditangan rakyat, dan setiap
warga memiliki kebebasan yang bertanggung
jawab terhadap penyelenggara pemerintahan;
(2) Nilai kesamaan derajat, setiap warga Negara
memiliki hak, kewajiban, dan kedudukan yang
sama di depan hukum;
(3) Nilai ketaatan hukum, setiap warga Negara
tanpa pandang bulu wajib menaati setiap
hukum dan peraturan yang berlaku.

c) Negara Kesatuan Republik Indonesia ditinjau


dari:

8
(1) Kondisi Geografis. Secara geografis dan
geologis Indonesia terletak di wilayah rawan
bencana. Di wilayah Indonesia terdapat 128
gunung api aktif, 500 sungai besar dan kecil,
Indonesia juga terletak pada pertemuan 3
lempeng utama geologi dunia (Indo-Australia,
Eurasia dan Pasific), serta musim hujan dan
musim kemarau. Kesemuanya memiliki potensi
positif, namun juga memiliki potensi negatif
yang dapat menimbulkan bencana alam,
bencana non alam, maupun bencana sosial.
(2) Kondisi Sosial Budaya. Ciri khas
keberagaman bangsa Indonesia yang
multikultur dan multietnis adalah sebuah
realitas yang telah sejak lama disadari oleh
bangsa Indonesia. Realitas keberagaman ini
dapat bertahan hingga saat ini disebabkan
adanya pemahaman untuk tidak
mempertentangkan disparitas antara satu
dengan yang lain, namun perbedaan tersebut
diterima sebagai suatu kewajaran, dan yang
paling utama adalah menyelaraskan perbedaan
menjadi satu kesatuan, satu tujuan, satu
tindakan menuju cita-cita bersama. Perbedaan
adalah kenyataan yang harus diterima dan
bukan untuk dipertentangkan. Pluralisme
masyarakat dalam tatanan sosial agama dan
suku bangsa telah ada sejak jaman nenek
moyang, kebhinnekaan budaya yang dapat
hidup berdampingan secara damai merupakan
kekayaan yang tak ternilai dalam khasanah
budaya nasional. Nilai budaya yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia,
akan selalu berakar dari kearifan tradisional
yang muncul dan berkembang sejalan dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri.
d) Bhinneka Tunggal Ika. Kemajemukan masyarakat
Indonesia di satu pihak merupakan kebanggaan
yang tidak ternilai harganya sebagai kekayaan
budaya bangsa, namun di sisi lain dapat pula
menjadi potensi konflik besar yang dapat
menghambat proses integrasi bahkan dapat

9
mengancam keutuhan NKRI.Pemahaman tentang
“Bhinneka Tunggal Ika” dapat dijabarkan dalam hal
sebagai berikut :
(1) Berbeda tapi satu.
(2) Menggambarkan gagasan dasar yaitu
menghubungkan daerah-daerah dari suku-suku
berapa di seluruh Nusantara menjadi Kesatuan
Raya.
(3) Berbeda-beda tetapi satu jua. Meskipun
penduduk Indonesia itu beraneka ragam
budaya dan adat istiadatnya, semuanya
bersatu dalam satu wadah NKRI.
(4) Berbeda-beda namun tetap manunggal satu.
(5) Beraneka ragam tapi satu.

Pemahaman di atas walaupun dinyatakan dengan


kalimat berbeda, namun pada dasarnya
mengandung esensi yang senada bahwa dalam
konsep Bhinneka Tunggal Ika mengandung tiga
unsur utama:
(1) Ada keanekaragaman atau kemajemukan;
(2) Keanekaragaman atau kemajemukan
merupakan kenyataan yang tidak dapat ditolak,
alamiah;
(3) Terintegrasi dalam satu negara bangsa
Indonesia.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
kebangsaan sebagai kristalisasi nilai-nilai yang terkandung
dalam konsensus dasar bangsa meliputi adalah Nilai
Ketuhanan, Nilai Persatuan, Nilai Demokrasi, Nilai Keadilan,
Nilai Pluralis dan Multikulturaiis, Nilai Patriotisme.

b. Wawasan Nusantara (Wasantara)


1) Wawasan Nusantara sebagai bagian dari wawasan
kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia yang
timbul karena kesadaran diri dan tempaan sejarah
mengandung nilai-nilai luhur bengsa, diantaranya:
pengorbanan demi kepentingan nasional; kesetaraan

10
dalam perjuangan mewujudkan cita-cita; kekeluargaan
dalam menjalin hubungan harmonis antar individu,
kelompok, antar individu dengan kelompok, masyarakat
bangsa dan antar bangsa; dan gotong-royong dalam
kepedulian untuk saling membantu dengan ikhlas guna
saling memenuhi kebutuhan. Dalam wawasan nusantara
terkandung 4 (empat) nilai pokok, adalah sebagai berikut:
a) Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu
kesatuan politik:
(1) bahwa kebulatan wilayah nasional dengan
segala isi dan kekayaan yang terkandung di
dalamnya merupakan satu kesatuan wilayah,
wadah, ruang hidup dan kesatuan matra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik
bersama bangsa;
(2) bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku, agama, budaya, adat,
kelompok, golongan dan bahasa daerah yang
ada di dalamnya merupakan satu kesatuan
bangsa yang bulat dan solid;
(3) secara psikologis bersatu, senasib,
sepenanggungan, sebangsa dan setanah air,
serta mempunyai satu tujuan dalam mencapai
cita-cita bangsa;
(4) Pancasila adalah satu-satunya falsafah serta
ideologi bangsa dan negara yang melandasi,
membimbing dan mengarahkan bangsa menuju
tujuannya;
(5) kehidupan politik di seluruh wilayah nusantara
merupakan satu kesatuan politik yang
diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945;
(6) seluruh kepulauan nusantara merupakan satu
kesatuan sistem hukum dalam arti hanya ada
satu hukum yang mengabdi kepada
kepentingan nasional;
(7) Bangsa Indonesia yang hidup berdampingan
dengan negara lain ikut menciptakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

11
perdamaian abadi, dan keadilan sosial yang
diabdikan untuk kepentingan nasional.
b) Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu
kesatuan ekonomi;
(1) kekayaan baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan
keperluan hidup sehari-hari harus tesedia
merata di seluruh wilayah nusantara;
(2) perkembangan ekonomi harus serasi dan
seimbang di seluruh daerah tanpa
meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh
daerah dalam pengembangan kehidupan
ekonominya;
(3) kehidupan perekonomian di seluruh wilayah
nusantara merupakan satu kesatuan ekonomi
yang diselenggarakan sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan dan ditujukan
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
c) Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu
kesatuan sosial dan budaya:
(1) masyarakat Indonesia adalah satu,
perikehidupan bangsa harus merupakan
kehidupan yang serasi dengan terdapatnya
tingkat kemajuan masyarakat yang sama,
merata dan seimbang serta adanya
keselarasan kehidupan yang sesuai dengan
tingkat kemajuan bangsa;
(2) budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu,
sedang corak ragam budaya yang ada
menggambarkan kekayaan budaya bangsa
yang menjadi modal dan landasan
pengembangan budaya bangsa dengan tidak
menolak nilai-nilai budaya lain yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa,
yang hasilnya dapat dinikmati oleh bangsa.
d) Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu
kesatuan pertahanan dan keamanan:
(1) bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu
daerah pada hakikatnya merupakan ancaman
terhadap seluruh bangsa dan negara;

12
(2) bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dalam rangka
pembelaan negara dan bangsa.
2) Konsepsi Wasantara. Konsepsi Wasantara menganut
filosofi dasar geopolitik Indonesia dan wawasan
kebangsaan yang mengandung tiga unsur kebangsaan,
yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan
semangat kebangsaan. Ketiga unsur ini menyatu secara
utuh dan mengkristal dalam Pancasila dan Wasantara
serta menjadi jiwa bangsa Indonesia, dan sekaligus
pendorong tercapainya cita-cita proklamasi, sebagaimana
yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Wasantara dapat disebut Geopolitik Indonesia. Apabila
ditinjau dari tataran pemikiran yang berlaku di Indonesia,
Wasantara merupakan prasyarat terwujudnya cita-cita
nasional, suatu cita-cita terbentuknya negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Dalam kalimat pendek dapat diutarakan bahwa Wawasan
Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungan keberadaannya dengan
memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi
denganmenciptakan tanggung jawab, motivasi, dan
rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk
mencapai tujuan nasional.
3) Hakikat Wasantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia tentang ciri dan lingkungan keberadaannya
dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi
dengan menciptakan tanggung jawab dan motivasi atau
dorongan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai
tujuan nasional. Cara pandang tersebut bersifat integratif
karena dijiwai oleh Pancasila yang mendorong
kebersamaan dalam kehidupan nasional dan dilandasi
oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatukan
Indonesia serta dijiwai pula olehpengalaman sejarah dan
budaya bangsa Indonesia yang bersifat kekeluargaan.
4) Prinsip Wasantara adalah tumpuan berpikir,
berkehendak, dan bertindak dalam penyelenggaraan
kehidupan nasional menurut konsep dasar Wawasan
Nasional bangsa Indonesia, yaitu Wawasan Nusantara,
yang tidak lain dari batu bangun wawasan nasional
bangsa Indonesia. Konsep-konsep tersebut terdiri atas

13
persatuan dan kesatuan, Bhinneka Tunggal Ika,
kebangsaan, negara kebangsaan, geopolitik dan negara
kepulauan. Dalam merumuskan prinsip-prinsip Wawasan
Nusantara, acuan dan saringan dalam perumusan ialah
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945, Sumpah Pemuda 1928, dan
semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
5) Asas Wasantara adalah ketentuan-ketentuan atau
kaidah-kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati,
dipelihara, dan diciptakan agar terwujud dan dihayati cara
pandang yang utuh menyeiuruh dalam lingkup dan demi
kepentingan nasional dengan mengutamakan persatuan
bangsa dan kesatuan wilayah Indonesia, juga dengan
tetap menghargai dan menghormati kebinekaan dalam
setiap aspek kehidupan nasional.
6) Wasantara adalah terwujudnya persatuan dan kesatuan
yang dijiwai kekeluargaan dan rasa kebersamaan bangsa
Indonesia. Jiwa kekeluargaan dan persaudaraan
mengandung semangat toleransi yang tinggi dan
kepedulian terhadap sesama bangsa sehingga kehidupan
multikultural dan plural akan menjadi kenyataan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
bagi bangsa Indonesia.
7) Kedudukan Wasantara adalah sebagai ajaran dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk menyikapi realita kehidupan bangsa Indonesia.
Dengan memahami dan menghayati ajaran tersebut,
diharapkan akan bertumbuh sikap integratif, inklusif, dan
akomodatif dalam diri bangsa Indonesia.

c. Ketahanan Nasional (Tannas)


1) Tannas Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa
Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan
nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi
dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan,
dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari
dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai
tujuan nasionalnya.

14
2) Konsepsi Tannas Indonesia adalah konsepsi
pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan
dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang
seimbang, serasi, dan selaras dalam seluruh aspek
kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu
berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan wawasan
nusantara. Dengan kata lain, konsepsi ketahanan nasional
Indonesia merupakan pedoman untuk meningkatkan
keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan.
3) Hakikat Tannas dan Konsepsi Tannas :
a) Hakikat ketahanan nasional Indonesia adalah
keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional untuk dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam
mencapai tujuan nasional.
b) Hakikat konsepsi ketahanan nasional Indonesia
adalah pengaturan dan penyelenggaraan
kesejahteraan dan keamanan secara seimbang,
serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan
nasional.
4) Asas Tannas
a) Asas Kesejahteraan dan Keamanan. Kesejahteraan
dan keamanan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat
dipisahkan dan merupakan kebutuhan manusia yang
mendasar serta esensial, baik sebagai perseorangan
maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian,
kesejahteraan dan keamanan merupakan asas
dalam sistem kehidupan nasional. Tanpa
kesejahteraan dan keamanan, sistem kehidupan
nasional tidak akan dapat berlangsung sehingga
kesejahteraan dan keamanan merupakan nilai
intrinsik yang ada pada sistem kehidupan nasional
itu sendiri.
b) Asas Komprehensif Integral (Menyeluruh Terpadu).
Sistem kehidupan nasional mencakup segenap
aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh,
dan terpadu dalam bentuk perwujudan persatuan

15
dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras
dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian,
ketahanan nasional mencakup ketahan-an segenap
aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh,
dan terpadu (komprehensif integral)
5) Sifat, Kedudukan, dan Fungsi
a) Sifat Tannas. Ketahanan nasional memiliki sifat yang
terbentuk dari nilai-nilai yang terkandung dalam
landasan dan asas-asasnya, yaitu sebagai berikut:
(1) Mandiri, Ketahanan nasional bersifat percaya
pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan
keuletan dan ketangguhan yang mengandung
prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu
pada identitas, integritas, dan kepribadian
bangsa.
(2) Dinamis, Ketahanan nasional tidaklah tetap,
tetapi dapat meningkat ataupun menurun
tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan
negara, serta kondisi lingkungan startegisnya.
(3) Wibawa, Keberhasilan pembinaan ketahanan
nasional Indonesia secara berlanjut dan
berkesinambungan akan meningkatkan
kemampuan dan kekuatan bangsa yang dapat
menjadi faktor yang diperhatikan pihak lain.
Makin tinggi tingkat ketahanan nasional
Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan
nasional yang berarti makin tinggi tingkat daya
tangkal yang dimiliki bangsa dan negara
Indonesia.
(4) Konsultasi dan Kerja Sama, Lebih pada sikap
konsultatif dan kerja sama serta saling
menghargai dengan Konsepsi ketahanan
nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap
konfrontatif dan antagonistis tidak
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik
semata, tetapi mengandalkan kekuatan moral
dan kepribadian bangsa.

16
BAB III
NILAI-NILAI DASAR BELA NEGARA

10. Cinta Tanah Air


Cinta Tanah Air. Secara harfiah tanah air diartikan sebagai negeri
tempat kelahiran. Yang dimaksud Tanah air ialah ruang wilayah
negara baik secara geografis (fisik) maupun non-fisik (tata nilai dan
tata kehidupan masyarakat) telah memberikan sumber kehidupan
dan penghidupan sejak manusia lahir sampai pada akhir hayatnya.
Dengan demikian maka setiap warga negara harus mencintai tanah
air sebagai ruang hidup dalam menjalankan kehidupannya. Dalam
kenyataannya ruang hidup suatu bangsa tidak pernah lepas dari
segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik
dari dalam negeri maupun yang datangnya dari luar negeri sehingga
setiap warga negara harus selalu siap untuk mempertahankan
kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Kecintaan
kepada tanah air dapat ditumbuhkan melalui:
a. Mengenal dan Memahami wilayah Nusantara dengan baik
1) Untuk mencintai sesuatu biasanya diawali dengan
mengenal. Ada pepatah mengatakan tak kenal, maka tak
sayang. Guna membangun rasa cinta tanah air, harus
dimulai dari mengenal tanah air sebagai ruang hidup
dimana kita berada. Dari mengenal kita menjadi cinta dan
merasa bangga bahwa tanah air kita memiliki sumber-
sumber kekayaan, kesuburan dan keindahan alam,
sehingga senantiasa ingin menjaga dan memeliharanya
sepanjang masa.
2) Setiap warga negara harus mengenal wilayah Indonesia
yang mencakup posisi, morfologi, serta kekayaan yang
terkandung didalamya lalu bagaimana sumber daya yang
memungkinkan untuk penghidupan dan kehidupannya.
3) Setiap warga negara sebaiknya juga memahami sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan negara
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia
yang terdiri dari pulau-pulau serta mempunyai sifat dan
corak tersendiri. Deklarasi Djuanda 1957 setidaknya
sempat menggemparkan masyarakat internasional dan
tidak langsung diterima oleh dunia, termasuk Amerika
Serikat dan Australia yang notabene adalah negara
daratan. Perjuangan yang gigih dengan diplomasi panjang

17
dan alot, pada akhirnya menerima dan menetapkan
konsepsi negara nusantara dalam Konvensi Hukum Laut
PBB, United Nation Convention on Law of the Sea
(UNCLOS) 1982. Prinsip-prinsip negara kepulauan
(nusantara) dalam konsepsi tersebut telah berakibat
bertambahnya luas wilayah Indonesia, dan wilayah
Indonesia menjadi bulat dan utuh tidak terpisah-pisah.
Deklarasi Djuanda, 13 Desember 1957 mengumumkan
kepada dunia bahwa wilayah laut Indonesia tidaklah
sebatas sebagaimana diatur dalam Territoriale Zee
Maritiem Kringen Ordonantie (Ordonansi tentang Laut
Teritorial dan Lingkungan Maritim) 1939, tetapi wilayah
laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar, di antara,
dan di dalam Kepulauan Indonesia. Deklarasi tersebut
antara lain berbunyi “Segala perairan di sekitar, di antara
dan yang menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-
pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia,
dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah
bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan
Negara Republik Indonesia dan dengan demikian
merupakan bagian daripada perairan nasional yang
berada di bawah kedaulatan mutlak daripada Negara
Republik Indonesia”.
4) Dari segi geografisnya Indonesia berada diposisi silang di
antara benua Asia dan Australia dan diantara dua
samudera yaitu samudera Pasifik dan samudera
Indonesia (Hindia), sehingga negara Indonesia
mempunyai kedudukan sangat strategis. Mengapa disebut
strategis, karena Indonesia berada di posisi pelayaran
yang amat penting di belahan bumi timur. Semua
pelayaran dari Asia bagian Barat yang menuju ke Asia
bagian Timur dan sebaliknya. Jalan yang terpendek,
termurah dan tidak banyak makan waktu yaitu harus
melewati kawasan Indonesia.
5) Wilayah negara Indonesia terdiri dari banyak pulau yang
membentang dari Sabang sampai Merauke, banyak
dikatakan bangsa asing disebut pulau surga (Paradise
Island), dan selalu menjadi incaran. Menurut pengalaman
dan sejarah dari masa-masa tempo dulu banyak
bangsa/negara asing ingin menguasai Indonesia baik
langsung maupun tidak langsung, dengan berbagai cara.
Kondisi saat ini, persoalan ancaman yang menyangkut

18
keutuhan tanah air Indonesia ancaman dapat berasal dari
dalam maupun luar negeri.
a) Ancaman dari dalam negeri berupapenyebaran
luasan isu-isu, fitnah, sabotase, sara, makar,
pemberontakan dan lain-lain.
b) Ancaman dari luar negeri berupa : penyeludupan,
subversi, infiltrasi, agitasi, propaganda dan perang
urat syaraf serta perang menghadapi militer negara
lain.
6) Kecintaan kepada tanah air, bukan saja harus
memanfaatkannya bagi untuk kesejahteraan akan tetapi
juga untuk kepentingan pertahanan negara. Oleh karena
itu kita harus senantiasa membelanya apabila tanah air
kita terancam. Seorang warga negara yang mencintai
tanah airnya akan selalu siap sedia rela berkorban untuk
nusa, bangsa dan negaranya dengan tidak membeda
bedakan siapa dan daerah mana yang memperoleh
ancaman. Selain itu perlu diperhatikan bahwa ancaman
bukan hanya yang bersifat fisik (militer, perang), akan
tetapi juga bersifat non-fisik (non militer) yang berada di
semua aspek kehidupan (IPOLEKSOSBUD).

b. Mencintai dan Melestarikan Lingkungan Hidup


1) Pelestarian lingkungan hidup sangat penting, sebab tanpa
adanya kemauan untuk menjaga lingkungan hidup, maka
akan dapat menimbulkan kerusakan pada ekosistem,
yang pada akhirnya akan mengancam kehidupan
manusia.
2) Mencintai lingkungan hidup berarti setiap warga negara
harus peka terhadap hal-hal yang dapat merusak,
mengotori dan mencemari ekosistem. Kerusakan
ekosistem dapat menyebabkan efek pemanasan global,
penurunan permukaan air tanah dan lain-lain yang pada
akhirnya akan mengganggu kehidupan semua makhluh
hidup.
3) Warga negara Indonesia maupun orang asing yang akan
membuka usaha untuk mendirikan pabrik, pertanian,
perternakan dan lain sebagainya harus terlebih dahulu
membuat AMDAL yaitu analisa mengenai dampak
lingkungan, untuk diajukan dan disetujui oleh pemerintah

19
baik pemerintah pusat ataupun oleh pemerintah daerah,
dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup.
4) Apa yang tidak boleh dan boleh dilakukan oleh setiap
warga negara dalam menjaga pelestarian lingkungan
hidup, antara lain tidak merusak tanam-tanaman, tidak
merusak daerah aliran sungai, tidak mengotori dan
mencemari areal pemukiman dengan membuang tinja
sembarangan dan sebagainya. Sebaliknya warga negara
harus menjaga dan memelihara tanam-tanaman / tumbuh-
tumbuhan, membantu memperbaiki daerah aliran sungai
yang macet atau memperbaiki tanggul yang bobol karena
banjir dan lain sebagainya.

c. Menjaga Nama Baik dan Mengharumkan Tanah Air Indonesia


1) Telah disebutkan diatas, bahwa tanah air memberikan
kehidupan dan penghidupan kepada warga negara sejak
lahir hingga akhir hayat. Oleh karenanya wajarlah bila
setiap warga negara mempunyai kewajiban untuk
menjaga nama baik dan mengharumkan tanah air
Indonesia. Seorang warga negara dituntut untuk berperan
dalam pembangunan disemua aspek kehidupan yang
mencakup; Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya,
Pertahanan dan Keamanan.
a) Dibidang Ideologi, kita harus menjaga nama baik dan
melestarikan Pancasila. Jadi setiap warga negara
harus menjadi Pancasilais sejati dalam kata dan
perbuatan baik didalam maupun luar negeri yang
tidak bisa terlepas dari pada bangsa dan tanah air
Indonesia.
b) Dibidang politik, Indonesia menganut politik bebas
dan aktif serta menjunjung martabat bangsa dengan
tidak membeda-bedakan ras dan keturunan.
c) Dibidang ekonomi, Indonesia membangun
kerjasama dengan negara-negara lain untuk
meningkatkan volume perdagangan yang saling
menguntungkan. Oleh karenanya setiap warga
negara wajib menjunjung tinggi kaidah-kaidah
nasional dan internasional dalam mengembangkan
hubungan internasional dibidang perdagangan.

20
d) Dibidang sosial budaya, tanah air Indonesia dihuni
oleh berbagai corak, macam dan ragam bahasa adat
istiadat serta bahasa itu merupakan aset nasional
dan patut diperkenalkan dalam forum internasional.
Dalam konteks sosial budaya yang terpenting ialah
bagaimana bangsa Indonesia mengembangkan
sikap toleransi dengan saudara-saudara kita yang
berbeda agama, suku, dan budaya yang memang
sangat plural ini.
e) Dibidang pertahanan dan keamanan negara, bangsa
Indonesia harus siap mempertahankan tanah air dan
kedaulatan NKRI dari serangan musuh yang ingin
menduduki wilayah kita. Pada lingkungan tempat
tinggal kita harus ikut berpartisipasi dalam sistem
keamanan lingkungan.
2) Dengan demikian menjaga nama baik dan mengharumkan
tanah air, bukan saja harus memanfaatkannya untuk
kesejahteraan, akan tetapi juga untuk kepentingan
pertahanan negara. Oleh karena itu kita harus senantiasa
membelanya apabila tanah air kita terancam. Seorang
warga negara yang mencintai tanah airnya akan selalu
siap sedia rela berkorban untuk nusa, bangsa dan
negaranya dengan tidak membeda bedakan siapa dan
daerah mana yang memperoleh ancaman. Selain itu perlu
diperhatikan bahwa ancaman bukan hanya yang bersifat
fisik (militer, perang), akan tetapi juga bersifat non-fisik
(non militer) yang berada di semua aspek kehidupan
(IPOLEKSOSBUD).

11. Sadar Berbangsa dan Bernegara


Kesadaran berbangsa berarti sikap dan tingkah laku harus sesuai
dengan kepribadian bangsa, dan selalu mengkaitkan dirinya dengan
cita-cita dan tujuan hidup bangsanya.
a. Menumbuhkan Rasa Kesatuan dan Persatuan Bangsa dan
Negara Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku
bangsa yang mendiami banyak pulau yang membentang dari
Sabang sampai ke Merauke, dengan beragam bahasa dan
adat-istiadat kebudayaan yang berbeda- beda. Kemajemukan
itu diikat dalam konsep Wawasan Nusantara, yang merupakan
cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan

21
lingkungannya, yang didasarkan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme
1) Setiap warga negara dituntut untuk memiliki jiwa besar
dan patriotisme. Tanpa sikap yang patriotik sulit bagi kita
untuk tetap menjaga kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Sikap dan perilaku yang patriotik dimulai dari hal
yang sederhana, yaitu saling tolong menolong dengan
orang yang berada dalam keluarga, teman, tetangga,
masyarakat sekitarnya sampai dengan sesama warga
bangsa atau bahkan warga dunia mengingat semakin
kompleks permasalahan yang dihadapi umat manusia.
2) Terlebih lagi Indonesia merupakan negara yang sangat
strategis, kaya akan sumber alam, iklim tropis yang ideal
dan subur, yang tidak menutup kemungkinan menjadi
perebutan bangsa lain. Hal ini harus dijaga oleh setiap
warga negara RI siapapun dan dimanapun ia berada atau
bertempat tinggal di seluruh persada nusantara.
c. Memiliki kesadaran atas tanggung jawab sebagai warga negara
Indonesia
1) Sebagai warga negara dituntut untuk mempunyai
kesadaran atas tanggung jawab baik sebagai warga
masyarakat, apa ia berkedudukan sebagai pelajar,
mahasiswa, petani, pedagang, pegawai swasta, pegawai
negeri termasuk sebagai anggota TNI maupun Polisi dan
segala profesi yang melekat pada kedudukan dan
perannya.
2) Tanggung jawab dari setiap warga negara itu akan dapat
terlaksana dengan baik, apabila didukung dengan
pengetahuan, keterampilan, kompetensi serta pribadi
manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap,
kreatif, mandiri dan bersikap demokratis.

12. Yakin Pada Pancasila Sebagai Ideologi Negara


a. Keyakinan dan kesadaran akan kebenaran Pancasila sebagai
ideologi negara. Pancasila telah disepakati sebagai falsafah
dan ideologi bangsa dan negara dalam penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara guna tercapainya tujuan
nasional seperti tercantum dalam alenia ke 4 Pembukaan UUD’

22
1945. Tujuan Nasional tersebut yaitu untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Guna
mewujudkan tujuan nasional tersebut, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
Keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia. Dalam rangka
meningkatkan dan menumbuhkan keyakinan pada Pancasila
sebagai Ideologi Negara, maka setiap warga negara Indonesia
harus benar-benar memahami dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pancasila merupakan sumber hukum dan sekaligus sebagai
kerangka acuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena
Pancasila sebagai dasar negara telah dapat mempersatukan
rakyat Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam agama, suku
bangsa, bahasa, asal usul keturunan dan tingkat sosial
ekonomi. Hal ini terlihat pada perjalanan sejarah bangsa yang
telah berkali-kali dipecah belah oleh bangsa penjajah maupun
pihak-pihak yang tidak menyukai Pancasila, namun bangsa
Indonesia sampai saat ini masih tetap utuh sebagai bangsa
yang bersatu dan kuat terutama dalam menuju cita-cita
nasional yaitu untuk mencapai negara yang adil dan makmur
dalam berkeadilan maupun adil dalam berkemakmuran.
c. Nilai-nilai Pancasila juga dapat dipergunakan dalam
penyelesaian konflik, serta mematahkan setiap ancaman,
tantangan, hambatan serta gangguan terhadap keutuhan
bangsa masih dapat kita atasi bersama berdasarkan kaidah
demokrasi Pancasila, yang menjunjung tinggi sifat
kekeluargaan dan gotong royong.

13. Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara


a. Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi/golongan
1) Didalam melaksanakan kegiatan bernegara, seluruh
bangsa dituntut untuk rela berkorban dengan

23
mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan
pribadi/golongan. Hal ini adalah mutlak diperlukan karena
tidaklah mungkin cita-cita bangsa maupun tujuan nasional
bisa dicapai apabila setiap warga negara Indonesia hanya
mendahulukan kepentingan pribadi golongan saja tanpa
lebih mementingkan atau mendahulukan kepentingan
umum atau kepentingan bangsa dan Negara. Dengan
kata lain rela berkorban untuk tidak mendahulukan
kepentingan pribadidan ataugolongan misalnya didalam
menghadapi serangan baik dari pihak luar negeri maupun
dari pihak dalam negeri yang ingin menghancurkan atau
merusak keutuhan negara, setiap warga negara harus
mementingkan kepentingan nasional sebagai tolak
pangkal berpikir dan bersikap. Sehingga dengan demikian
timbul keyakinan bahwa dengan mendahulukan
kepentingan nasional maka kepentingan-kepentingan
pribadidan ataugolongan sudah tercakup dapat
perlindungan dari ancaman-ancaman tersebut.
2) Mencurahkan perhatian keihlasan tenaga dan pikiran
untuk menyelesaikan tugas, hak dan kewajiban tanpa
pamrih.
a) Cita-cita masyarakat adil dan makmur seperti yang
dimaksud dalam alinea ke-1 pembukaan UUD 1945
tidak akan mungkin dapat dicapai oleh bangsa
Indonesia, apabila setiap warga negara tidak dapat
menyelesaikan kewajibannya dengan sepenuh hati
dan ikhlas dengan mencurahkan tenaga dan
pikirannya.
b) Pepatah Nenek Moyang Kita mengatakan “Sepi Ing
Pamrih, Rame Ing Gawe” adalah suatu pesan naluri
bangsa Indonesia dalam bersikap, dalam
menyelesaikan sejak tugas dan kewajiban sebagai
bangsa Indonesia dan sebagai tuntutan Ibu Pertiwi
kepadaseluruh putra-putri seluruh warga negara
Indonesia dalam melaksanakan tugas dan kewajiban
tersebut.
b. Rela berkorban waktu, harta, raga maupun jiwa untuk
kepentingan nusa dan bangsa
1) Kerelaan berkorban dalam mengabdi pada kepentingan
bangsa dan negara dapat dilaksanakan dalam setiap
kesempatan dan disetiap bidang kegiatan yang kita tekuni

24
atau yang menjadi kegiatan masing- masing atau dibidang
masing-masing. Rela berkorban dapat pula diberikan
dalam macam-macam bentuk pengorbanan, bisa
berbentuk pengorbanan waktu, harta, raga maupun jiwa
menghendaki pengorbanan jiwa dari setiap warga
negaranya demi kelangsungan atau kelestarian kehidupan
bangsa atau generasi yang akan datang.
2) Tidaklah mungkin kita bisa hidup dalam suasana
kemerdekaan sekarang ini, apabila generasi-generasi tua
sebelum kita ini tidak berjuang dan berkorban harta, raga
dan jiwanya untuk tercapainya kemerdekaan bangsa dari
belenggu penjajah. Kerelaan berkorban dalam bentuk jiwa
raga untuk kepentingan bangsa dan negara.
3) Dalam sila pertama Pancasila, yang mengandung nilai
Ketuhanan, yang didalamnya juga terkandung ajaran
agama. Baik itu agama Islam, Kristen maupun Hindu dan
Budha mengajarkan nilai-nilai beia negara dan cinta tanah
air.

14. Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara


a. Kemampuan Psikis (Mental). Memiliki kemampuan awai bela
negara dalam bentuk kemampuan (psikis) yaitu setiap warga
negara dituntut untuk memiliki sikap dan perilaku disiplin, ulet,
bekerja keras mentaati segala peraturan perundangan yang
berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji dan
pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan hidup untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Tanpa 'Sikap mental
yang sebagaimana tersebut diatas sulit bagi sebuah bangsa
untuk mencapai cita- cita dan tujuan nasional, bahkan mungkin
akan membawa kepada jurang kehancuran.
b. Kemampuan fisik. Memiliki kemampuan awal bela negara
dalam bentuk kemampuan fisik (jasmani), yang sehat, tangkas,
postur tubuh yang proporsional akan mendukung pula
kemampuan psikis. Ingat pada pepatah kuno “Men sana in
corpore sano” atau dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang
kuat.

BAB IV
INDIKATOR NILAI BELA NEGARA

25
15. Indikator Cinta Tanah Air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah
Indonesia.
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara.
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia

16. Indikator Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara. Ditunjukkannya


dengan adanya sikap:
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi
maupun politik.
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Ikut serta dalam pemilihan umum.
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negaranya.
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.

17. Indikator Keyakinan Pancasila Sebagai ideologi Bangsa.


Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila.
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara.
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.

18. Indikator Rela Berkorban Untuk Bangsa dan Negara.


Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan bangsa dan negara.
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.

26
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa
dan negara.
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami
kesulitan.
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia

19. Indikator Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara.


Ditunjukkannya dengan adanya sikap:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelejensia.
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
d. Gemar berolahraga.
e. Senantiasa menjaga kesehatannya.

27
BAB V
IMPLEMENTASI BELA NEGARA

20. Dilingkungan Pendidikan


a. Jenis kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
1) Kegiatan intrakurikuler, yang dilakukan dengan berbagai
metode, seperti ceramah, diskusi, Forum Group
Discusión, Workshop, demonstrasi, pemecahan masalah,
belajar sambil bermain, dan lain sebagainya.
2) Kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, palang merah
remaja, kesenian, bahasa, pencinta alam, dan lain
sebagainya.
3) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat /
kemasyarakatan, seperti unjuk kerja atau trip observation
ke desa atau masyarakat sekitarnya, memperingati hari
besar nasional bersama masyarakat.
4) Kegiatan penciptaan kondisi lingkungan sekolah yang
kondusif, seperti membangun lapangan olah raga, tempat
ibadah, berdoa sebelum dan sesudah belajar, konseling,
dan lain sebagainya.
b. Contoh Pengembangan salah satu nilai bela negara
1) Memilih salah satu nilai dasar bela negara. Misal nilai
“yakin pada Pancasila sebagai ideologi Negara”. Dari
Ideologi Pancasila diambil Sila Pertama Pancasila sebagai
nilai inti, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
2) Salah satu kegiatan yang mengacu pada Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah "Berdo’a”.
3) Dari kegiatan “berdo’a” tersebut dapat dikembangkan
nilai-nilai lainnya yaitu keimanan, kejujuran, berakhlak
mulia dan disiplin.

21. Dilingkungan Pemukiman


a. Jenis kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
1) Kegiatan pendidikan dan pelatihan masyarakat.
2) Kegiatan yang menunjang integrasi masyarakat, seperti
gotong royong, olah raga, rekreasi, siraman rohani, pentas
seni budaya, dan lain sebagainya.

28
3) Kegiatan solidaritas sosial, seperti mengunjungi tetangga
yang sakit, musibah kematian, kebakaran, membantu
tetangga yang kesusahan, dan lain sebagainya.
4) Kegiatan penciptaan kondisi lingkungan pemukiman yang
kondusif, seperti membentuk perkumpulan/forum,
membangun lapangan olah raga, membangun rumah
ibadah, Siskamling dan lain sebagainya.
b. Contoh Pengembangan Nilai
1) Memilih salah satu nilai dasar bela negara. Misalnya kita
ambil nilai bela negara yang pertama, yaitu cinta tanah air.
Nilai inti yang dapat dikembangkan ialah nilai
"Kebanggaan”.
2) Pilih kegiatan. Misalnya kita memilih kegiatan "Bangga
menggunakan dan mempromosikan produk dalam negeri”.
3) Dari “kebanggaan” dapat dikembangkan nilai-nilai lainnya,
yaitu menghargai, mandiri, kreatif, dan cakap.

22. Dilingkungan Pekerjaan


a. Jenis kegiatan yang dilaksanakan antara lain:
1) Kegiatan terencana di lingkungan pekerjaan dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti pembekalan
pimpinan atau jam komandan, coffe moming, persentasi
rencana program oleh tiap-tiap unit kerja secara bergiliran,
dan pembentukan organisasi belajar lainnya yang
dibentuk di lingkungan kerja tersebut (kelompok kerja,
kepanitiaan khusus dan lain sebagainya).
2) Kegiatan tambahan yang menunjang semangat kerja;
seperti olah raga bersama, rekreasi, siraman rohani dan
lain sebagainya.
3) Kegiatan yang terkait tanggung jawab sosial
perusahaan/kantor seperti memberikan pelatihan kepada
masyarakat, bakti sosial, menolong korban bencana alam,
kunjungan ke panti asuhan dan anak yatim piatu, donor
darah, bakti sosial dan lain sebagainya.
4) Kegiatan penciptaan kondisi lingkungan kerja yang
kondusif, seperti pembangunan tempat ibadah, lapangan
olah raga, fitness centre, bala: pengobatan, taman,
pengamanan dan lain sebagainya.

29
b. Contoh Pengembangan Nilai
1) Memilih salah satu nilai dasar bela negara. Misalnya kita
ambil nilai Bela Negara yang kelima, yaitu “memiliki
kesiapan awal bela negara”. Nilai inti yang akan
dikembangkan ialah nilai "Kesehatan”.
2) Pilih Kegiatan. Misalnya kita memilih kegiatan "berolah
raga".
3) Dari kegiatan berolah raga, maka dapat dikembangkan
nilai-nilai lainnya, yaitu disiplin, orientasi pada keunggulan,
cakap, dan mandiri.

30
BAB VI
INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBINAAN
KESADARAN BELA NEGARA

23. Indikator Umum


a. Mencintai tanah air,tercermin dalam sikap dan perbuatan
antara lain:
1) Menggunakan produk dalam negeri.
2) Rajin belajar bagi kepentingan bangsa dan negara.
3) Mencintai dan menjaga lingkungan hidup.
4) Melaksanakan hidup bersih.
5) Mengenal wilayah tanah air tanpa rasa fanatisme
kedaerahan.
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara, dicerminkan dalam sikap
dan perbuatannya antara lain:
1) Bersikap disiplin dan bertanggungjawab terhadap tugas
yang dibebankan.
2) Bersikap hormat-menghormati sesama warga masyarakat.
3) Bersikap”satu" dengan warga masyarakat lainnya yang
berlainan etnik/ suku.
4) Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi dan golongan.
5) Bangga terhadap bangsa dan negara sendiri.
6) Rukun dan berjiwa gotong royong dalam pergaulan
masyarakat.
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, tercermin dalam
sikap dan perbuatannya antara lain:
1) Memiliki ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara
baik dan benar.
3) Mempunyai kesadaran membantu sesama warga dalam
masyarakat.
4) Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
5) Melestarikan warisan adat dan budaya bangsa secara
terus menerus.

31
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara, tercermin dalam
sikap dan perbuatan antara lain:
1) Kerelaan menolong sesama warga, apapun latar belakang
sosiokulturalnya.
2) Mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan
pribadi dan golongan.
3) Bersedia menyumbangkan tenaga, pikiran, kemampuan,
keahlian dan materi untuk kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara.
4) Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam
ancaman.
5) Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan
negaranya tidak sia-sia.
e. Memiliki kemampuan awal bela negara, tercermin dalam sikap
dan perbuatannya, antara lain:
1) Memiliki kemampuan, integrasi pribadi dan kepercayaan
diri yang tinggi.
2) Pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan dan
tahan uji.
3) Melaporkan kepada yang berwajib terhadap setiap
kegiatan/peristiwa yang merugikan dan mengganggu
keamanan serta ketertiban masyarakat.
4) Memiliki kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik.
5) Memiliki pengetahuan tentang wawasan kebangsaan yang
memadai (Rasa, Faham dan Semangat Kebangsaan).

24. Indikator Khusus


a. Lingkungan Pendidikan
1) Pelajar/Mahasiswa
a) Menjadi contoh baik sikap maupun perilaku dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
b) Senantiasa disiplin dalam memanfaatkan waktu,
mulai dari masuk sekolah, pada saat belajar, pada
saat mengerjakan tugas, hingga kegiatan di luar
sekolah.
c) Memiliki prestasi yang dapat dibanggakan baik oleh
orang tua maupun sekolah.

32
d) Menjaga kebersihan dan kerapian, mulai dari diri
sendiri, lingkungan kelas hingga lingkungan sekolah.
e) Menjaga ketertiban serta menjaga kerukunan /
persatuan dan kesatuan baik di sekolah maupun di
luar sekolah.
f) Mentaati peraturan dan tata tertib sekolah/kampus
g) Menghargai dan menghormati guru dan orang tua.
h) Memahami Lambang dan Simbol-simbol negara,
2) Guru/Dosen
a) Menjadi contoh baik sikap maupun perilaku dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
b) Mampu menjelaskan secara teori dan contoh
implementasi nilai bela negara dalam kehidupan
sehari-hari baik di lingkungan sekolah/kampus
maupun di luar sekolah/kampus
c) Mampu menjadi contoh/teladan bagi murid /
mahasiswa dalam kedisipilinan, kebersihan dan
kerapihan baik dalam kelas maupun di luar kelas.
d) Mampu mendorong/memajukan peserta didik agar
mempunyai prestasi.
e) Menegur atau memperingatkan siswa/mahasiswa
yang salah dan mendidiknya ke arah yang baik.
f) Menjaga persatuan dan kesatuan serta
persaudaraan antar guru/dosen serta
murid/mahasiswa.
g) Senantiasa meningkatkan kemampuan dalam
pengetahuan dan profesionalisme sebagai modal
dalam memajukan pendidikan.
b. Lingkungan Pekerjaan
1) Instansi pemerintah
a) Menjadi contoh baik sikap maupun perilaku daiam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
b) Disiplin dan tepat waktu dalam bekerja maupun
pelayanan kepada masyarakat.
c) Selalu mentaati peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku

33
d) Dapat menjadi contoh/teladan bagi masyarakat
dalam disipiiin, kebersihan dan ketertiban
lingkungan.
e) Menjaga persatuan dan kesatuan serta
persaudaraan antar pegawai/karyawan.
f) Senantiasa meningkatkan kemampuan dalam
pengetahuan dan profesionalisme.
g) Senantiasa berusaha untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good govemance)
h) Mampu menghargai pendapat orang lain.
i) Mampu menerapkan pola hidup sederhana di dalam
dan diluar kantor,
j) Mampu menciptakan lingkungan pekerjaan yang
tertib, bersih dan aman.
2) Instansi Swasta
a) Menjadi contoh baik sikap maupun perilaku dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
b) Disiplin dan tepat waktu dalam bekerja,
c) Dapat menjadi contoh/teladan bagi masyarakat
dalam disipilin, kebersihan dan ketertiban
lingkungan,
d) Menjaga persatuan dan kesatuan serta
persaudaraan antar pegawai/karyawan di lingkungan
kerjanya,
e) Senantiasa meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan serta profesionalisme.
f) Menegur/memperingatkan anggota atau sesama
karyawan/ pegawai yang tidak disipin dan tidak tertib
serta tidak menjaga lingkungan,
g) Senantiasa berusaha untuk mewujudkan tata kelola
perusahan yang baik,
h) Mampu menghargai pendapat orang iain,
i) Mampu menerapkan pola hidup sederhana di dalam
dan diluar lingkunganpekerjaan,
j) Mampu menciptakan lingkungan pekerjaan yang
tertib, bersih dan aman.

34
c. Lingkungan Pemukiman
1) Pimpinan / Tokoh Masyarakat
a) Dapat memberikan contoh dan keteladanan yang
baik dalam kehidupan sehari-hari.
b) Selalu mentaati peraturan dan tata tertib.
c) Berani menegur anggota masyarakat yang salah dan
mendidiknya ke arah yang lebih baik.
d) Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta
persaudaraan antar warga masyarakat.
e) Mampu menciptakan lingkungan masyarakat yang
tertib, bersih dan aman.
f) Memberikan contoh kepada masyarakat tentang
perlakuan terhadap Lambang dan Simbol-simbol
negara.
2) Organisasi Masyarakat
a) Menjadi contoh baik sikap maupun perilaku dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
b) Memiliki visi dan misi organisasi yang diarahkan
untuk membina wawasan kebangsaan dan
kesadaran bela negara masyarakat.
c) Anggota-anggotanya memahami benar tentang
konstruksi bangsa yang plural dan heterogen dengan
berbagai bentuk konsekuensinya.
d) Dapat berperan sebagai wadah sekaligus kader
penggerak integrasi bangsa
e) Menjalin hubungan baik antar organisasi dan
terhadap warga masyarakat
f) Menjadi katalisator bagi proses penyemaian,
penumbuhan, pengembangan, pembudayaan dan
pelestarian kesadaran bela negara masyarakat
3) Anggota masyarakat
a) Menjadi contoh baik sikap maupun perilaku dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
b) Menghargai dan menghormati Sang Saka Merah
Putih dan Lambang Negara Indonesia, serta simbol-
simbol negara lainnya,
c) Saling membantu sesama warga,

35
d) Menjaga kebersihan dan fungsi fasilitas umum,
e) Selalu menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
f) Selalu menjaga kebersihan dan ketertiban
lingkungan,
g) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
h) Senantiasa mendengarkan petuah / arahan pimpinan
/ tokoh masyarakat sepanjang tidak melanggar
hukum,
i) Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berusaha
dan bekerja keras,
j) Sadar dan patuh terhadap tata tertib dan peraturan
yang berlaku dilingkungan,
k) Mampu menghargai pendapat orang lain,
I) Mampu menerapkan pola hidup sederhana,
m) Mampu menciptakan lingkungan yang tertib, bersih
dan aman.

36
BAB VII
PENUTUP

25. Buku Tataran dasar bela Negara ini diharapkan dapat mempercepat
paya penanaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai bela
Negara kepada masyarakat Indonesia. Sehingga mereka memiliki
daya tangkal dalam menghadapi berbagai tantangan.ancaman,
hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun datang
dalam negeri.Hal - Hal lain yang belum dijelaskan dalam buku ini dan
bila diperlukan perbaikan demi kelancaran pelaksanaan kegiatan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara akan diperbaiki kemudian.

26. Buku ini berlaku sejak tanggal dikeluarkan.

37

Anda mungkin juga menyukai