Anda di halaman 1dari 35

BUKU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 2

MATERI 7-12

Dosen Pengampu:
Abdul Muis, M.Pd

Oleh:

Asa Nadira Pramesti NPM 2210631110011

KELAS PAI 1 B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
TAHUN 2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan buku ini tepat dengan waktunya.

Adapun tujuan penulisan buku ini yaitu untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh
Bapak Abdul Muis, M.Pd pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan .

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Bapak Abdul
Muis, M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan kreatifitas kami.

Selanjutnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan buku ini.
Buku yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu, kritik dan saran kami
perlukan agar bisa lebih baik kedepannya.

Karawang, 19 Desember 2022

Asa Nadira Pramesti

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii
Bab 1 Geostrategi Indonesia ...................................................................... 2
A. Pengertian Geostrategi ............................................................................. 1
B. Tujuan Geostrategi Indonesia................................................................... 2
C. Fungsi Geostrategi Indoensia ................................................................... 2
D. Pengertian Ketahanan............................................................................... 2
E. Konsep Ketahanan Nasional .................................................................... 2
F. Sifat Ketahanan Nasional ......................................................................... 3
G. Model Ketahanan Nasional ...................................................................... 4
Bab 2 Integrasi Indonesia, Politik, Dan Strategi Nasional ..................... 5

A. Integrasi Nasional .................................................................................... 5


B. Aspek Integrasi ........................................................................................ 5
C. Model Integrasi ........................................................................................ 6
D. Strategi Integrasi Nasional ....................................................................... 7
E. Tantangan Integrasi Nasional ................................................................. 7

Bab 3 Kewarganegaraan ............................................................................ 8

A. Pengertian Warga Negara Dan Kewarganegaraan .................................. 8


B. Asas Kewarganegaraan .......................................................................... 10
C. Cara Memperoleh Dan Kehilangan Kewarganegaraan ......................... 12
D. Warga Negara Dan Kewarganegaraan Di Indonesia ............................. 13

Bab 4 Filsafat Pancasila............................................................................ 16

A. Pengertian Filsafat Pancasila ................................................................. 16


B. Pengertian Pancasila Sebagai Suatu Sistem .......................................... 17

ii
C. Karakteristik Dan Filsafat Pancasila ...................................................... 19
D. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila .......................................................... 20
E. Hakekat Nilai-Nilai Pancasila ................................................................ 21

Bab 5 PKN Dan Kompentesi .................................................................... 24

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ............................................. 24


B. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan ............................................ 24

Bab 6 Bangsa, Negara, Dan Hak ............................................................. 27

A. Pengertian Bangsa .................................................................................. 27


B. Pengertian Negara ................................................................................. 27
C. Hak Dan Kewajiban Warga Negara ...................................................... 28
D. Hubungan Warga Negara Dan Negara .................................................. 30

iii
BAB I
GEOSTRATEGI INDONESIA

A. Pengertian Geostrategi
Geostrategi berasal dari kata geografi dan strategi. Geografi merujuk kepada
ruang hidup nasional, wadah, atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia.
Strategi diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atas
dasar pengertian sederhana diatas, bangsa Indonesia memandang geostrategi sebagai
strategi dalam memanfaatkan keadaan atau konstelasi geografi negara Indonesia untuk
menentukan kebijakan tujuan, dan sarana-sarana guna mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional bangsa Indonesia.
Geostrategi berasal dari kata geografi dan strategi. Geografi merujuk kepada
ruang hidup nasional, wadah, atau tempat hidupnya bangsa dan negara Indonesia.
Strategi diartikan sebagai ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atas
dasar pengertian sederhana diatas, bangsa Indonesia memandang geostrategi sebagai
strategi dalam memanfaatkan keadaan atau konstelasi geografi negara Indonesia untuk
menentukan kebijakan tujuan, dan sarana-sarana guna mewujudkan cita-cita
proklamasi dan tujuan nasional bangsa Indonesia.
Secara umum “Geostrategi” diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan
arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur
dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan
bermartabat. Bagi bangsa Indonesia Geostrategi diartikan sebagai metode untuk
mewujudkan cita-cita Proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, melalui proses pembangunan nasional sehingga bangsa Indonesia tetap eksis
dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya dan hankam. Disamping
penduduk, sumber daya alam, lingkungan regional maupun internasional untuk
mencapai kepentingan dan tujuan nasional.

1
B. Tujuan Geostrategi Indonesia
Tujuan Geostrategi Indonesia adalah untuk menunjang keberhasilan tugas pokok
pemerin-tahan, seperti:
1) Tegaknya hukum dan ketertiban.
2) Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran.
3) Terselenggaranya pertahanan dan keamanan.
4) Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial.
5) Adanya kesempatan rakyat untuk mengak-tualisasikan diri.

C. Fungsi Geogstrategi Indonesia


Fungsi Geostrategi Indonesia adalah sebagai daya tangkal segala bentuk ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, eksistensi bangsa dan negara
Indonesia dalam aspek:
1) Ketahanan pada aspek ideologi.
2) Ketahanan pada aspek politik.
3) Ketahanan pada aspek ekonomi.
4) Ketahanan pada aspek sosial budaya.
5) Ketahanan pada aspek pertahanan keamanan

D. Pengertian Ketahanan
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud konsepsi ketahanan
nasional.“Ketahanan Nasional” merupakan suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang
berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan,
hambat-an dan tantangan, baik dari dalam maupun dari luar, langsung maupun tidak
langsung membaha-yakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara
serta perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia.

E. Konsep Ketahanan Nasional


Secara konseptual “ketahanan nasional” suatu bangsa dilatarbelakangi oleh:
1) Kekuatan yang sudah dimiliki oleh suatu bangsa dan negara
2) Kekuatan yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara.
3) Ketahanan atau kemampuan suatu bangsa dan negara untuk tetap jaya.

2
Konsep ketahanan nasional untuk pertama kali dikemukakan oleh Bung Karno pada
tanggal 10 Juni 1948 di Kotaraja, namun gagasan ini tidak dikembangkan oleh pejabat
bawahan. Kemudian gagasan ketahanan nasional dikembangkan oleh Sekolah Staf dan
Komando Angkatan Darat (SESKOAD) Bandung tahun 1962. Isi konsepnya yaitu
pentingnya pengkajian terhadap perkembangan lingkungan strategi di kawasan
Indonesia yang ditandai dengan meluasnya pengaruh komunis. Pada tahun 1965-an
Lembaga Ketahanan Nasional mengembangkan konsep Ketahanan Nasional yaitu
untuk mengembangkan keuletan dan daya tahan, kekuatan nasional untuk menghadapi
dan menangkal ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan yang bersifat internal
maupun eksternal. Sehingga pada saat itu, Ketahanan Nasional dimaknai sebagai
strategi untuk mempertahankan, mengembangkan dan membangun kemampuan
teritorial dan kemampuan kekuatan nasional untuk menghadapi ancaman komunis di
Indonesia. Sejak tahun 1972, Lembaga Ketahaan Nasional terus melakukan pengkajian
tentang Tannas yang lebih sesuai dengan konstelasi Indonesia. Sehingga Tannas
dibatasi sebagai metode untuk mengembangkan potensi Tannas dengan pende-katan
keamanan dan kesejahteraan guna menjaga identitas, kelangsungan, serta integrasi
nasional agar tujuan nasional dapat tercapai. Mulai tahun 1974, Tannas ditegaskan
wujudnya dalam bentuk urusan Tannas sebagai kondisi, metode dan doktrin dalam
pembangunan nasional.

F. Sifat Ketahanan Nasional


Sebagai konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara, sifat-sifat ketahanan nasional adalah sbb:
1. Manunggal. Dalam membangun ketahanan nasional diperlukan adanya
kesatuan yang bersifat komprehensif integral.
2. Mawas ke dalam. Ditujukan ke dalam diri bangsa dan negara sendiri karena
bertujuan untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya. Kewibawaan.
3. Kewibawaan. Bertujuan untuk mewujudkan kewibawaan nasional agar
diperhitungkan pihak lain.
4. Berubah menurut waktu. Bersifat dinamis dan dapat berubah sesuai situasi dan
kondisi bangsa.
5. Tidak membenarkan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan. Dapat dipandang
sebagai suatu alternatif lain dari konsepsi yang menggunakan adu kekuasaan
dan kekuatan yang masih dianut oleh negara-negara maju lainnya
3
6. Percaya pada diri sendiri. Suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat harus
percaya dan yakin, bahwa ia dapat mengurus rumah tangganya sendiri dan tidak
bergantung pada bantuan luar.
7. Tidak tergantung pada pihak lain. Dikembangkan atas kemampuan diri sendiri
dgn memanfaatkan segenap aspek kehidupan nasional. Pengembangan
kemampuan nasional diupayakan utk tdk tergantung pada pihak lain.

G. Model Ketahanan Nasional


Bangsa Indonesia memiliki model Ketahanan Nasional tersendiri yang disebut Asta
Gatra yang terdiri dari Tri Gatra dan Panca Gatra.
1. Tri Gatra, meliputi:
• Letak geografis negara
• Keadaan dan kekayaan alam
• Keadaan dan kemampuan penduduk
2. Panca Gatra, meliputi:
• Ideologi
• Politik
• Ekonomi
• Sosial budaya
• Pertahanan dan keamanan

4
BAB II
INTEGRASI INDONESIA, POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

A. Integrasi Nasional
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi
berasal dari bahasa inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan,
mempersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran
hingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Sedangkan kata Nasional berasal dari
bahasa Inggris, nation yang artinya bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis.Integrasi artinya pembauran
hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Artinya bangsa, sebagai bentuk persekutuan
dari orang-orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah
satu kekuasaan politik. Menurut Riza Noer Arfani (2001), Integrasi Nasional merupakan
upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.
Pembentukan suatu identitas nasional dan penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya
ke dalam suatu kesatuan wilayah. Ramlan Surbakti (2010), Bersatunya suatu bangsa yang
menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat. Proses penyatuan
berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas
nasional. Jadi, integrasi dapat berarti penyatuan, pembauran, keterpaduan, sebagai kebulatan
dari unsur atau aspek aspeknya.

B. Aspek Integrasi
a) Integrasi politik Dimensi vertikal menyangkut hubungan elit dan massa, guna
menjembatani perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik yang
partisipatif.
b) Integrasi ekonomi. Dimensi horisontal menyangkut hubungan yang berkaitan
dengan masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama dan golongan
masyarakat Indonesia. Berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat.
c) Integrasi sosial-budaya. Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur
yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan
lain sebagainya. Juga berarti kesediaan bersatu bagi kelompok kelompok sosial

5
budaya di masyarakat, misal suku, agama dan ras Menurut Myron Weiner dalam
Surbakti (2010). Pemerintah yang berkeabsahan (legitimate) merupakan hal penting
bagi pembentukan negara-bangsa. Tujuan negara hanya akan dapat dicapai apabila
terdapat suatu pemerintah yang mampu menggerakkan dan mengarahkan seluruh
potensi masyarakat agar mau bersatu dan bekerja bersama diperlukan hubungan
yang ideal antara pemerintah dengan rakyatnya sesuai dengan sistem nilai dan
politik yang disepakati. Disintegrasi ketidaksatupaduan, keterpecahan di antara
unsur unsur yang ada. Memudarnya kesatupaduan antar golongan, dan kelompok
yang ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan,

C. Model Integrasi
• Model Kerajaan Majapahit. Struktur kemaharajaan yang sangat luas ini
berstruktur konsentris.
• Model Integrasi Pemerintah Kolonial.Integrasi wilayah dan penguasaan
maritim, integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dibina melalui jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-
ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan
massa rakyat.
Model integrasi nasional membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia
yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau
kesadaran kebangsaan yang baru. Model Integrasi Nasional Indonesia :
1. Masa Perintis. Pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
2. Masa Penegas. Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Masa Percobaan. (Gabungan Politik Indonesia) tahun 1938 mengusulkan
Indonesia Berparlemen.
4. Masa Pendobrak. Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal
17 Agustus 1945.
Menurut Howard Wriggins dalam Muhaimin & Collin Max Andrews (1995),
Faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu negara adalah:
• Adanya ancaman dari luar. Adanya anggapan musuh dari luar mengancam
bangsa juga mampu mengintegrasikan masyarakat bangsa itu.
• Gaya politik kepemimpinan. Kekuatan lembaga-lembaga politik dengan
Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya dan memiliki jasa besar dan

6
umumnya mampu menyatukan bangsanya yang sebelumya tercerai berai
sebagai wadah pemenuhan kebutuahn & penyaluran aspirasi.
• Ideologi Nasional. Pembangunan ekonomi masyarakat meskipun berbeda-
beda tetapi menerima satu ideologi yang sama maka memungkinkan
masyarakat tersebut bersatu. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka
sebuah masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang bersangkutan.
Dengan pembangunan ekonomi yang merata maka hubungan dan integrasi
antar masyarakat akan semakin mudah dicapai

D. Strategi Integrasi Nasional


• Memperkuat nilai bersama.
• Membangun fasilitas.
• Memperkokoh lembaga politik.
• Membuat organisasi untuk bersama.
• Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok.
• Mewujudkan kepemimpinan yang kuat.
• Menghapuskan identitas-identitas lokal
• Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal.
• Menguatkan identitas nasional.

E. Tatangan Integrasi Nasional


• Dimensi vertikal
• Dimensi horisontal
• Dimensi global

7
BAB III
KEWARGANEGRAAN

A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan.


1. Warga Negara
Warga negara berasal dari dua kata, yaitu warga dan negara. Warga diartikan sebagai
anggota atau peserta. Warga mengandung arti peserta atau anggota dari suatu
kelompok atau organisasi perkumpulan. Misalnya, warga sekolah berarti anggota
sekolah dan warga keluarga berarti anggota keluarga. Warga Negara juga diartikan
sebagai penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang
warga dari negara itu. Pengertian Warga Negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan
kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan oleh suatu negara. Warga negara adalah orang-orang yang
menurut hukum atau secara resmi merupakan anggota dari suatu negara tertentu.
Mereka memberikan kesetiaannya pada negara itu, menerima perlindungan darinya,
serta menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik. Mereka mempunyai
hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun yang
bersangkutan telah didomisili diluar negeri, asalkan ia tidak memutuskan
kewarganegaraannya. Di indonesia diantara sesama warga negara masih dibedakan
lagi anatara warga negara asli dan wargan negara keturunan asing. Hal ini dinyatakan
dalam pasal 26 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi: “yang menjadi warga negara ialah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara”. Perbedaan tersebut juga menimbulkan hak
dan kewajiban, walaupun hanya terbatas pada bidang tertentu.
Menurut Para Ahli, Warga Negara adalah :
• A.S. Hikam Menurut A.S. Hikam, pengertian warga negara adalah anggota dari suatu
komunitas atau kelompok yang membentuk suatu negara.
• Koerniatmanto S. Menurut Koerniatmanto S, pengertian warga negara adalah anggota
suatu negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya, memiliki
hubungan hak dan kewajiban yang sifatnya timbal-balik terhadap negaranya.
• Ko Swaw Sik. Menurut Ko Swaw Sik (1957), warga negara adalah semua orang yang
memiliki ikatan hukum dengan suatu negara.

8
• Wolhoff Menurut Wolhoff, pengertian warga negara adalah bentuk keanggotaan dari
suatu bangsa tertentu yaitu sejumlah manusia yang memiliki ikatan satu sama lainnya
karena adanya kesatuan bahasa, kehidupan sosial, budaya, serta kesadaran nasionalnya.
• Undang-Undang No. 12 Tahun 2006. Menurut Undang-Undang No. 12 Pasal 1 angka
1 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian warga negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan Undang-Undang sebagai warga negara Indonesia.
• Graham Murdock. Menurut Graham Murdock, pengertian kewarganegaraan adalah
suatu hak untuk dapat berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur sosial,
politik dan kehidupan kultural serta untuk dapat membantu menciptakan bentuk-bentuk
yang selanjutnya dengan begitu maka memperbesarkan ide-ide.
• Daryono. Menurut Daryono, pengertian kewarganegaraan adalah keanggotaan
seseorang di dalam satuan politik tertentu (Negara) yang dengannya akan membawa
hak untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan
yang disebut dengan warga negara.
2. Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kewarganegaraan adalah hal yang berhubungan
dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara. Menurut pasal 1 angka (2)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara.
Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya
keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.
1) Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan Sosiologis.
a) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum
antara warga negara dengan negara yang menimbulkan akibat-akibat hukum
tertentu. Tanda-tandanya misalnya : akta kelahiran, surat pernyataan, bukti
kewarganegaraan, dll.
b) Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum,
tetapi ikatan emosional, seperti : ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan
sejarah, ikatan tanah air, dll.
2) Kewarganegaraan dalam arti Formil dan Materiil
• Kewarganegaraan dalam arti Formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.
• Kewarganegaraan dalam arti Material menunjuk pada akibat hukum dari status

9
• kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
B. Asas Kewarganegaraan
Pengertian asas kewarganegaraan adalah dasar hukum bagi kewarganegaraan untuk
penduduk (warga) sebuah negara. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak
jatuh pada kekuasaan atau wewenang negara lain. Negara lain tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya. Secara
umum ada 2 asas Kewarganegaraan yang diterapkan disuatu negara yaitu:
1. Asas Ius Sanguinis (keturunan)
Asas ius sanguinis (asas keturunan) yang menetapkan kewarganegaraan
seseorang menurut keturunan atau pertalian darah. Artinya, kewarganegaraan anak
bergantung pada orang tuanya meskipun anak tersebut lahir di negara lain (bukan
kewarganegaraan orang tuanya). Contoh Negara dengan Sistem Asas
Kewarganegaraan Ius Sanguinis :
• Belanda, Belgia, Bulgaria
• Korea Selatan, Kroasia
• Inggris, Irlandia, Islandia, India, Italia
• Jepang, Jerman
• Polandia, Portugal
• Republik Ceko, Rusia
• Spanyol, Serbia
• dll.
2. Asas Ius Soli (tempat kelahiran)
Istilah ini diambil dari bahasa Latin, yakni ius berarti hukum, pedomaan atau dalil,
Soli berasal dari kata solum berarti negeri, tanah atau dareah. Asas yang menyatakan
bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan dari tempat dimana orang tersebut
lahir. Contoh Negara dengan Sistem Asas Kewarganegaraan Ius Soli :
• Argentina, Amerika Serikat
• Brazil, Bangladesh
• Kanada, Kamboja, Kolombia, Kosta Rika
• Panama, Peru, Pakistan, Paraguay
• Grenada, Guatemala, Guyana
• Dll

10
Keberadaan kedua asas kewarganegaraan tersebut kerap kali menimbulkan masalah.
Hal ini karena ada negara yang menganut asas ius sanguinis dan ada pula negara yang
menganut asas ius soli. Sehingga kerap muncul masalah bipatride, multipatride
bahkan apatride.
a. Pengertian Bipatride.
Bipatride adalah orang yang memiliki kewarganegaraan ganda. Dua
kewarganegaraan tersebut bisa terjadi karena anak lahir di negara A yang
menganut asas ius soli (berdasarkan tempat kelahiran) namun orang tua anak
tersebut merupakan warga negara B yang menganut asas ius
sanguinis (berdasarkan keturunan biologis). Dengan demikian si anak akan
mendapat kewarganegaraan dari negara A karena lahir di negara A dan juga
mendapat kewarganegaraan dari negara B karena faktor keturunan dari orang tua
yang merupakan warga negara B.
b. Pengertian Multipatride
Multipatride adalah orang yang memiliki dua atau lebih kewarganegaraan. Hal
ini bisa terjadi jika seseorang yang telah memiliki kewarganegaraan ganda, saat
dewasa menerima atau meminta status kewarganegaraan dari negara lain dengan
tidak melepas status kewarganegaraan yang lama. Namun, sedikit negara yang
memberikan status banyak kewarganegaraan (multipatride) untuk warganya.
c. Pengertian Apatride
Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan. Hal ini bias
terjadi kepada orang tersebut yang lahir di negara yang memiliki asas berbeda.
Anak yang lahir di negara B dengan menganut asas ius sanguinis (berdasarkan
keturunan biologis) namun kedua orangtuanya bukan warga negara B maka negara
B tidak dapat memberikan kewarganegaraan. Meskipun orang tua anak berasal dari
negara A yang menganut asas ius soli (berdasarkan tempat kelahiran), karena tidak
lahir di negara A, maka negara A juga tidak akan memberikan kewarganegaraan.
Oleh karena kedua negara tidak mengakui kewarganegaraan anak tersebut maka
Anak pun menjadi apatride.
Dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara
menggunakan dua stelsel, yaitu:
• Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara aktif
untuk menjadi warga negara(naturalisasi biasa)

11
• Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara
tanpa melakukan suatu tindakan hukum tertentu (naturalisasi istimewa)
Berkaitan dengan kedua stelsel tadi, seorang warga negara dalam suatu negara pada
dasarnya mempunyai:
• Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
• Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)
C. Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan
Ada beberapa cara orang memperoleh status kewarganegaraan dan kehilangan
kewarganegaraan. Cara memperoleh kewarganegaraan adalah:
1. Citizenship by birth, memperoleh kewarganegaraan karena kelahiran. Jadi setiap orang
yang lahir diwilayah negara dianggap sah sebagai warga negara karena suatu negara
menganut asas ius sanguinis.
2. Citizenshipby descent, memperoleh kewarganegaraan karena keturunan. Jadi orang
yang lahir diluar wilayah negara dianggap sebagai warga negara apabila orangtuanya
adalah warga negara dari negara tersebut karena negaranya menganut asas ius
sanguinis.
3. Citizenship by naturalization, pewarganegaraan orang asing atas kehendak sendiri atas
permohonan menjadi warga negara suatu negara dengan memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan.
4. Citizenship by registration, pewarganegaraan bagi mereka yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu yang dianggap cukup dilakukan melalui prosedur asministrasi yang lebih
sederhana dibandingkan naturalisasi.
5. Citizenship by incorporation of territory, proses kewarganegaraan karena terjadi
perluasan wilayah negara.
Selanjutnya orang dapat kehilangan kewarganegaraan karena tiga kemungkinan/cara,
yaitu:
1. Renunciation, tindakan sukarela seseorang untuk meninggalkan status
kewarganegaraan yang diperoleh di dua negara atau lebih.
2. Termination, penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan hukum karena
yang bersangkutan mendapat kewarganegaraan negara lain.
3. Deprivation, pencabutan secara paksa status kewarganegaraan karena yang
bersangkutan dianggap telah melakukan kesalahan, pelanggaran atau terbukti tidak
setia kepada negara berdasar undang-undang.

12
D. Warga Negara Dan Kewarganegaraan Di Indonesia
a. Warga Negara Indonesia
Negara Indonesia telah menetukan siapa saja yang menjadi warga negara di dalam
konstitusinya. Ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD 1945 yang berbunyi
sebagai berikut:
1. Yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”.
2. Penduduk ialah warga indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
indonesia”.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang”.
Ketentuan pasal 26 ayat 1 tersebut memberikan penegasan bahwa untuk orang-
orang bangsa indonesia asli secara otomatis merupakan warga negara, sedangkan bagi
orang-orang bangsa lain untuk menjadi warga negara indonesia harus disahkan
terlebih dahulu dengan undang-undang. Orang-orang bangsa lain yang dimaksud
adalah orang-orang peranakan seperti peranakan Belanda, Tionghoa, dan Arab yang
bertempat tinggal di indonesia, yang mengakui indonesia sebagai tumpah darahnya
dan bersikap setia kepada Republik Indonesia.
b. Asas Kewarganegaraan Indonesia
Asas-asas umum yang dianut dalam UU No.12 tahun 2006 adalah sebagai berikut:
1. Asas ius sanguinis (Law Of The Blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.
2. Asas ius soli (Law Of The Soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam UU ini.
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam UU ini.
c. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia

13
Berdasarkan UU No. 12 tahun 2006 kewarganegaraan Republik Indonesia dapat di
peroleh melalui:
• Kelahiran. Setiap anak yang lahir dari orang tua (ayah atau ibunya)
berkewargaan negara indonesia akan memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia.
• Pengangkatan. Anak warga negara asing yang berumur 5 tahun yang
diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga
negara negara indonesia memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia.
• Perkawinan/Pernyataan. Orang asing yang menikah dengan warga negara
indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia apabila
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 19.
• Turut Ayah atau Ibu. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin,
berada dan bertempat tinggal diwilayah negara Republik Indonesia, dari
ayah atau ibu yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
dengan sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia.
• Pemberian. Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik
Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi
kewarganegaraan Republik Indonesia oleh presiden setelah memperoleh
petimbangan DPR Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian
kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan
berkewarganegaraan ganda (pasal 20).
• Pewarganegaraan. Syarat dan tatacara memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui pewarganegaraan diatur dalam pasal 9 s/d 18
Undang-Undang ini.
d. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
Perihal kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam pasal 123
UU No.12 tahun 2006 yang menyatakan bahwa warga negara indonesia kehilangan
kewarganegaraannya jika yang bersangkutan:
1) Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
2) Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu.
3) Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah kawin,

14
bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
4) Masuk dalam dinas tentara asing tanpa ijin terlebih dahulu dari presiden.
5) Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan semacam itu di
indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan hanya boleh dijabat
oleh warga negara indonesia.
6) Secara sukarela menyatakan sumpah atau janji setia kepada negara asing.
7) Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
8) Mempunyai paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai
kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya.
9) Bertempat tinggal diluar wilayah negara republik indonesia selama 5 tahun
terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan
dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga
negara indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap
menjadi warga negara indonesia kepada perwakilan negara republik indonesia.
e. Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
Dalam pasal 31 UU No.12 tahun 2006 dinyatakan bahwa seseorang yang kehilngan
kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh kembali
kewarganegaraannya melalui procedur pewarganegaraan dengan mengajukan
permohonan tertulis pada Menteri. Bila pemohon bertempat tinggal diluar wilayah
negara indonesia, permohonan disampaikan melalui perwakilan negara Republik
Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon. Permohonan
untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia dapat juga
diajukan oleh perempuan atau laki-laki yang kehilangan kewarganegaraannya
akibat perkawinan dengan orang asing sejak putusnya perkawinan. Kepala
Perwakilan Republik Indonesia akan merumuskan permohonan tersebut kepada
Menteri dalam waktu paling lama 14 hari setelah menerima permohonan.

15
BAB IV
FILSAFAT PANCASILA

A. Pengertian Filsafat Pancasila


Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai
dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.

Hal ini berarti filsafat Pancasila memiliki fungsi dan peranan sebagai pedoman
dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
dalam tatanan hidup berbangsa, bermasyarakat dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

Menurut Ruslan Abdulgani (1989), Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir
sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Mengapa
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, sebab Pancasila merupakan hasil permenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita yang kemudian
dituangkan dalam suatu system yang tepat.

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia memiliki susunan


yang terdiri dari lima sila yang merupakan satu kesatuan yang mutlak atau absolute.
Dan kalau dibedakan dari filsafat teoritis dan filsafat praktis, Pancasila tergolong
filsafat praktis. Hal ini bersrti bahwa filsafat Pancasila dalam melakukan pemikiran
yang mendalam tidak hanya mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tidak hanya sekedar
ingin memenuhi hasrat ingin tahu dari manusia yang tidak ada habisnya tetapi juga dan
terutama hasil pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila dan dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari. Selanjutnya, filsafat Pancasila mengukur adanya kebenaran
yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat yaitu: kebenaran indra, kebenaran
ilmiah, kebenaran filosofis dan kebenaran religius. Kebenaran indra menjelaskan
bahwa Pancasila memiliki nilai-nilai yang memang ada dan hidup di tengah kehidupan
bangsa Indonesia sebagai budaya dan adat istiadat yang hidup di tengah masyaraat yang
heterogen. Kebenaran ilmiah memberikan penegasan bahwa manusia Indonesia mampu
mempertanggungjawabkan apa yang diucapkan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang diyakini sebagai nilai yan paling benar.
Kebenaran filosofis adalah kebenaran yang bertumpu kepada esensi dari hidup yang
lebih mengutamakan harkat dan martabat manusia yang berorientasi kepada nama

16
harum, nama baik sebagai bangsa Indonesia di tengah kehidupan bernegara, berbangsa
dan bermasyarakat, baik bersifat kelompok maupun perseorangan. Kebenaran Religius
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sungguh sangat mengandalkan dan berfokus
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti bangsa Indonesia mengakui adanya
kebenaran mutlak atau kebenaran absolut yang berupa dogma dalam ajaran setiap
agama.

Untuk meyakinkan bahwa Pancasila itu adalah ajaran filsafat sebaiknya kita
kutip pernyataan Moh. Yamin sebagai berikut: bahwa Pancasila tersusun secara
sistematis dan harmonis bersifat integral dan hirarkis saling menjiwai dan dijiwai antara
sila yang satu dengan sila yang lainnya, sehingga menjadi satu kesatuan yag utuh. Dan
nilai-nilai Pancasila tersebut ada di dalam diri setiap insan manusia Indonesia, sehingga
menjadi bagian yang utuh yang tak terpisahkan dalam diri manusia. Dengan kata lain
nilai-nilai Pancasila bukan berada di luar diri manusia, melainkan ada dan dimiliki oleh
setiap manusia Indonesia dalam dirinya.

B. Pengertian Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pembahasan Pancasila sebagai suatu filsafat dapat dilakukan dengan cara


deduktif dan induktif. Cara deduktif berarti dengan mencari hakekat Pancasila serta
menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan yang
komprehensif. Dengan cara induktif yaitu dengan cara mengamati gejala-gejala social
budaya masyarakat merefleksikannya dan menarik arti dan makna yang hakiki dari
gejala- gejala itu. Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakekatnya merupakan
system filsafat. Sistem adalah kesatuan dari bagian-bagian yang saling berhubungan,
dan saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
satu kesatuan yang utuh. Sedangkan ciri-ciri suatu system adalah sebagai berikut:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian

2. Setiap bagian memiliki fungsi sendiri-sendiri

3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung atau pun
tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.
Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah

17
mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk
Indonesia.

Akibat yang langsung dapat terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai


dalam kehidupan kebangsaan yang disebabkan adanya perbenturan kepentingan antara
nasionalisme dan internasionalisme.

Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia sudah semakin


kompleks dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi dan posisi
lain yang muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan masyarakat yang secara
obyektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesenjangan dan keadilan social.

Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah dengan


adanya konflik internal seperti gambaran di atas, mengakibatkan kondisi tarik menarik
kepentingan secara langsung yang mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang
masuk, baik secara subyektif maupun obyektif, serta terjadinya pergeseran nilai di
tengah masyarakat yang pada akhirnya mengancam prinsip-prinsip kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat.

Prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (the Foundings Father)
Negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar hidup
bernegara, itulah filsafat Pancasila. Dengan pemahaman demikian, maka Pacasila
sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya
nilai-nilai baru dari luar dan terjadinya pergeseran nilai yang ada.

Secara ilmiah haru disadari bahwa masyarakat suatu bangsa, senantiasa


memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat Negara masing-masing yang berbeda
dengan bangsa lain di dunia. Inilah yang disebut “local genius” (kreativitas local) dan
sekaligus sebagai “local wisdom” (Kearifan local).

Umum, filsafat memiliki ciri dalam berpikir. Dan ciri atau karakteristik berpikir
filsafat adalah:

• Berpikir sistematis
• Mendalam
• Mendasar
• Analitis
• Komprehensif

18
• Spekulatif
• Representatif
• Evaluatif

C. Karakteristik Dan Filsafat Pancasila

Pertanyaan secara ilmiah adalah bagaimanakah karakteristik Pancasila sebagai


sebuah filsafat? Sebagai filsafat Pancasila memiliki karakerisik system filsafat
tersendiri yang berbeda dengan system filsafat lainnya. Pertama, karakteristik filsafat
Pancasila yaitu bahwa sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan system yang
utuh dan bulat (integral sebagai suatu totalitas). Dengan kata lain, Pancasila dalam
sistematikanya bersifat integral saling menjiwai dan dijiwai satu sama lain. Kedua,
karakteriatik Pancasila bersifat horizontal dan vertical (sila 1 adalah relasi vertical
antara manusia dengan Tuhannya, sila 2,3,4,5 merupakan relasi antara manusia yang
satu dengan yang lainnya dalam tata pergaulan hidup. Ketiga, Pancasila sebagai suatu
substansi merupakan yang berasal dari diri sendiri yang berada dalam diri setiap
manusia, teristimewa bagi manusia Indonesia. Keempat, Pancasila sebagai suatu
filsafat merupakan sebuah realita. Artinya, sebagai satu kenyataan kehidupan bangsa
Indonesia yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari

Filsafat Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Setiap bangsa yang ingin
berdiri kokoh dan sebagai arah tujuan bangsa maka sangat diperlukan falsafah hidup
bangsa. Dengan pandangan hidup bangsa ini suatu bangsa akan memandang segala
permasalahan dan memecahkannya dengan merujuk kepada filsafat Pancasila. Tanpa
memiliki suatu pandangan hidup maka sebuah bangsa akan terombang-ambing dalam
menghadapi segala persoalan bangsa ini baik dalam ruang lingkup kecil maupun besar.
Dengan pandangan hidup yang jelas suatu bangsa akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana harus memecahkan masalah baik ekonomi, politik social, budaya
dan agama. Dengan berpedoman pada pandangan hidupnya sebuah bangsa akan
membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai pembangunan
yang dicita-citakan. Pada akhirnya, pandangan hidup suatu bangsa merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa tersebut yang digali berdasarkan
suasana budaya, psikologis, agama. Filsafat pancasila adalah hasil pemikiran yang
paling mendalam dan dianggap telah dipercaya serta diyakni sebagai suatu kesatuan

19
dari norma dan nilai yang paling dianggap benar, adil, bijaksana, paling baik dan paling
sesuai dengan kaidah didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila
sebagai falsafah dapat diartikan sebagai pandangan hidup dalam kegiatan praktis.
Dalam pengertian lain, filsafat Pancasila merupakan penggunaan nilai-nilai
Pancasila sebagai pedoman atau pandangan hidup bernegara, pada prinsipnya
Pancasila sebagai filsafat yakni perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar dan
ideologi berkembang menjadi produk filsafat (falsafah). Menyusul hal tersebut, filsafat
Pancasila berarti mempunyai fungsi dan peranan untuk manusia sebagai pedoman dan
pegangan dalam sikap dan tingkah laku yang merupakan bentuk perbuatan dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara
untuk bangsa Indonesia.
Pada hakikatnya Pancasila memiliki sistem nilai yang di dapat dari pengertian
nilai-nilai dasar luhur kebudayaan bangsa Indonesia. Dari unsur-unsur kebudayaan
tersebut berakar dan mengalir sehingga membuat secara keseluruhan menjadi terpadu
menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.
Hal inilah yang menjadi hasil dari perenungan jiwa mendalam yang dilakukan oleh
para tokoh pendiri bangsa (Founding Father) bangsa Indonesia dan merumuskannya
ke dalam suatu sistem dasar negara, dari situlah muncul Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
1. Filsafat Pancasila sebagai Dasar Negara
2. Filsafat Pancasila sebagai Jiwa Bangsa
3. Filsafat Pancasila sebagai Alat Pemersatu bangsa
4. Filsafat Pancasila sebagai Kepribadian bangsa
5. Filsafat Pancasila sebagai Perjanjian Luhur bangsa
6. Filsafat Pancasila sebagai Falsafah hidup bangsa

D. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila


Prinsip-prinsip dalam filsafat Pancasila dapat dijelakan sebagai berikut
1. Kausa Material, yaitu sebab yang berhubungan dengan materi atau bahan.
Dalam hal ini materi Pancasila digali dari sosiol budaya bangsa yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sendiri.
2. Kausa Formalis, yaitu sebab yang berhubungan dengan bentuknya. Pancasila
di dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat formal (kebenaran formal)

20
3. Kausa Efisiensi, yaitu kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.
4. Kausa Finalis, yaitu berhubungan dengan tujuan, di mana tujuan yang
diusulkannya Pancasila sebagai dasar Negara.
Inti atau esensi dari nilai-nilai Pancasila adalah sebagai berikut: KeTuhanan
yang berarti sebagai causa prima, yaitu penyebab pertama atau utama yang tiada
disebabkan oleh sebab yang lain, manusia sebagai makluk individu dan social,
Kesatuan yang berarti bangsa Indonesia memiliki kepribadian sendiri, dan rakyat
artinya harus ada kerjasama dengan masyarakat gotong royong, serta rakyat yang
berarti unsure utama dari sebuah Negara berada pada warga itu sendiri.
Pancasila memiliki fungsi sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai dasar
Negara, sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa, sebagai dasar falsafah bangsa
Indonesia, Inti atau esensi dari sila-sila dari Pancasila adalah :
1. Tuhan sebagai kausa Prima
2. Manusia sebagai makluk individu dan social
3. Persatuan, yaitu rasa bersatu sebagai kepribadian bangsa sendiri
4. Rakyat, yaitu unsur mutlak Negara harus bekerjasama dan bergotong-royong
5. Adil, yaitu memberikan keadilan bagi diri sendiri atau orang lain yang menjadi
haknya.

E. Hakekat Nilai-Nilai Pancasil


Nilai adalah suatu ide yaitu konsep tentang apa yang seseorang pikirkan yang
merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai berada di dalam dua kawasan yaitu
kognitif dan afektif. Nilai merupakan sesuatu yang terkandung dalam hati nurani
manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari
keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati. Nilai tidaklah tampak dalam dunia
pengalaman, namun nyata dalam jiwa manusia. Sidney B. Simon (1986) mengatakan
bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban jujur dan benar dari
sebuah pertanyaan : “what you are really”. Studi tentang nilai termasuk dalam ruang
lingkup estetika dan etika. Estetika cenderung melakukan justifikasi tentang
kemampuan manusia menyangkut keindahan atau bagaimana manusia mengagumi
keindahan dunia. Seperti mengagumi tentang keindahan alam dari sisi seni. Sedangan
etika cenderung kepada studi dan justifikasi tentang aturan atau bagaimana manusia

21
berperilaku. Ungkapan etika sering timbaul dari pertanyaan-pertanyaan yang
mempertentangkan antara benar – salah, baik – buruk.
Pada dasarnya studi tentang etika merupakan pelajaran tentang moral yang
secara langsung merupakan pemahaman tentang apa itu benar dan salah. Bangsa
Indonesia sejak awal berdirinya Negara berkonsensus untuk komitmen memegang
Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral bangsa. Konsensus bahwa Pancasila
sebagai anutan untuk pengembangan nilai dan moral bangsa ini secara ilmiah filosofis
merupakan permufakatan yang normative. Dilihat dari epistemologis bangsa Indonesia
mempuanyai keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini
sebagai suatu hasil sublimasi dan kristalisasi dari system nilai budaya dan agama yang
semuanya bersifat vertical dan horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat.
Selanjutnya untuk melakukan sinkronisasi dasar folosofi ideology menjadi wujud jati
diri bangsa yang nyata dan konsekuen secara aksiologis bangsa Indonesia berkehendak
untuk mengerti, menghayati, membudayakan dan melaksanakan Pancasila. Upaya ini
dilakukan melalui jalur keluarga, masyarakat dan sekolah.
Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonagoro untuk menggali nilai-
nilai abstrak sebagai hakekat nilai Pancasila dijadikan pangkal tolak untuk
melaksanakan pengamalan Pancasila baik bersifat subyektif maupun obyektif.
Pengamalan secara obyektif adalah pengamalan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sedangkan pengamalan secara subyektif adalah pengamalan
yang dilakukan oleh manusia secara individual, baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga Negara. Nilai-nilai dalam filsafat Pancasila bersumber dari hakekat Tuhan
dijabarkan melalui konsep etika Pancasila, bahwa hakekat manusia Indonesia memiliki
sifat berperikeTuhanan Yang Maha Esa, berperikemanusiaan, berperikebangsaan,
berperikerakyatan, dan berperikeadilan social. Konsep filsafat Pancasila dijabarkan
menjadi system etika Pancasila yang bercorak normative. Sistem etika ini telah menjadi
bagian dari hidup bangsa Indonesia sejak bangsa Indonesia ini ada, yaitu sejak nenek
moyang kita yang berinduk pada ras Melanesia. Dari keberagaman nenek moyang kita
(ras mongoloid, ras wedoid dan ras negroid) hingga hari ini menjadikan bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang heterogen dalam banyak hal, seperti agama, suku,
bahasa, budaya, adat dan seterusnya.
Ciri berpikir filsafat sesungguhnya adalah :
a) Sistematis,
b) Mendalam,
22
c) Mendasar,
d) Analitik,
e) Komprehensif,
f) Spekulatif,
g) Representative
h) Evaluative.
Demikian pula yang terjadi dalam filsafat Pancasila menggunakan pola berpikir
yang sama. Pola inilah yang melahirkan Pancasila sebagai sebuah filsafat yang
sungguh-sungguh berasal dari sikap hidup dan budaya bangsa yang digali dan disusun
dalam sebuah rumusan yang baku dan tidak dapat diubah atau diganti oleh siapapun
bagi bangsa Indonesia. Hal ini telah digariskan dalam piagam hak asasi bangsa
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

23
BAB V
PKN DAN KOMPETENSI

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi merupakan salah satu bentuk
pendidikan untuk mengembangkan kultur demokratis yang mencakup kebebasan,
persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan untuk menahan diri di kalangan
mahasiswa. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003, tentang sistem
pendidikan nasional, serta SK dirjen DIKTI nomor 43/DIKTI/Kep/2006, mata kuliah
pengembangan kepribadian di perguruan tinggi terdiri atas pendidikan agama, pendidikan
Kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Cakupan materi Mata kuliah pendidikan
Kewarganegaraan meliputi identitas nasional,hak dan kewajiban warganegara, negara dan
konstitusi, demokrasi dan pendidikan demokrasi, HAM dan rule of law, Geopolitik
Indonesia dan Geostrategi Indonesia. Dalam UU Nomor12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi pasal 35 ayat (3) Juga mewajibkan mata kuliah Kewarganegaraan
disampaikan di Perguruan Tinggi. Dalam penjelasan pasal 35 ayat (3), dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan ”mata kuliah kewarganegaraan” adalah pendidikan mencakup
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa
menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Menurut
Nu,man Somantri dalam dikti (2014:7), pendidikan kewarganegaraan adalah program
pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber
pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan
orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis,
analitis, bersikap, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata kuliah
wajib nasional yang harus diambil oleh seluruh mahasiswa pada jenjang pendidikan
diploma maupun sarjana.

B. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan


Menurut Sumarsono, dkk (2002) kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggungjawab, dapat memecahkan masalah

24
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah
bangsa, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional, sedangkan menurut SK Dirjen Dikri
Nomor43 Tahun 2006 Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan adalah menjadi ilmuwan
dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis yang
berkeadaban, menjadi warganegara yang memiliki daya saing, berdisiplin dan
berpartisipasi aktif membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
1. Implementasi model ESD dalam pembelajaran PKN
Pelaksanaan proses belajar mengajar dalam pem-Belajaran PPKn yang
menggunakan materi ESD di-Laksanakan secara berkala disesuaikan dengan
jadwal Pelajaran PKn di kelas eksperimen. Proses pembe-Lajaran terdiri dari
kegiatan awal (pendahuluan), Kegiatan inti, dan penutup. Rangkaian proses pem-
Belajaran ini menjadi satu kesatuan dalam menerap-Kan materi ESD di kelas.
ESD berlaku untuk setiap orang, dan pada setiap Tahapan kehidupan dimana
masing-masing orang me-Nemukan diri mereka. Oleh karena itu, ESD berlaku
Dalam sebuah perspektif belajar sepanjang hidup (lifelong learning), mencakup
semua ruang lingkup belajar yang memungkinkan, baik formal, non-formal Dan
informal, serta dimulai dari usia dini hingga Sampai pada usia dewasa. ESD
menuntut reorientasi Pendekatan pendidikan, struktur dan isi kurikulum, Pedagogi
dan sistem ujian. ESD yang telah dijelaskan Oleh Balitbang Depdiknas (2009)
setidaknya harus Mendemonstrasikan hal-hal sebagai berikut.
• Lintas disiplin dan holistik/menyeluruh
• Nilai pendorong; penting bahwa norma-norma, Nilai- nilai, dan prinsip-
prinsip yang dimiliki ber-Sama dapat menopang pembangunan berkelan-
Jutan dan harus dibuat seeksplisit mungkin se-Hingga dapat diukur, diuji,
diperdebatkan dan Diaplikasikan.
• Berpikir kritis dan pemecahan masalah; menuntun Pada kepercayaan dan
keyakinan untuk mengatasi Dilema dan kebingungan serta tantangan dalam
Pembangunan berkelanjutan.
• Pengambilan keputusan secara partisipatif; murid Berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan ten-Tang bagaimana mereka harus belajar.

25
2. Pengaruh Model ESD terhadap Kompetensi Kewarganegaraan.
Kompetensi kewarganegaraan adalah pengetahu-an, nilai dan sikap, serta
keterampilan siswa yang Mendukungnya menjadi warga negara yang partisipatif
Dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasya-Rakat dan bernegara. Branson
(1999:8-9) menegaskan Tujuan civic education adalah partisipasi yang bermutu
Dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan Masyarakat baik di tingkat
lokal dan nasional. Partisipasi semacam itu memerlukan kompetensi kewarga-
negaraan sebagai berikut:
• Penguasaan terhadap Pengetahuan dan pemahaman tertentu;
• Pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris
• Pengembangan karakter atau sikap mental tertentu
• Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinSip fundamental demokrasi
konstitusional.

26
BAB VI
BANGSA, NEGARA, DAN HAK

A. Pengertian Bangsa
Bangsa adalah orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan
sejarah serta berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya
terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi. Jadi bangsa Indonesia
adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan
dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah: Nusantara/Indonesia.
B. Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan meng-akui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia
tersebut. Negara adalah satu perserikatan yang melaksana-kan satu pemerintahan melalui
hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa untuk ketertiban
sosial. Masyarakat ini berada dalam satu wilayah tertentu yang membe-dakannya dari
kondisi masyarakat lain di luarnya.
1. Teori Terbentuknya Negara
• Teori hukum alam. Pemikiran pada masa Plato dan Aristoteles: Kondisi alam,
Tumbuhnya Manusia, Berkembangnya Negara.
• Teori Ketuhanan. (Islam + Kristen), Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan.
• Teori Perjanjian (Thomas Hobbes). Manusia menghadapi kondisi alam dan
timbulah kekerasan. Manusia akan musnah bila ia tidak mengubah cara-caranya.
Manusia pun bersatu untuk mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan
dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama.
2. Proses Terbentuknya Negara Di Zaman Modern
Proses tersebut dapat berupa penaklukan, peleburan (fusi), pemisahan diri, dan
pendudukan atas negara atau wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya.
3. Unsur Negara
• Bersifat Konstitutif. Dalam negara tsb terdapat wilayah yg meliputi udara,
darat, dan perairan, rakyat atau masyarakat, dan pemerintahan yang
berdaulat.

27
• Bersifat Deklaratif. Sifat ini ditunjukkan oleh adanya tujuan negara, UUD,
peng-akuan dari negara lain baik secara “de jure” maupun “de facto”, dan
masuknya negara dalam perhimpunan bangsa-bangsa (PBB).
4. Bentuk Negara
Sebuah negara dapat berbentuk negara kesatuan (unitary state) dan negara
serikat (federation). Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]. NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang [Bab VI, Pasal 18 (1)].
5. Negara Dan Warga Negara
Kedudukan NKRI. Negara yang pada dasarnya mensyaratkan adanya wilayah,
pemerintahan, penduduk sebagai warga negara, dan pengakuan dari negara lain sudah
dipenuhi oleh NKRI. NKRI adalah negara berdaulat yang mendapatkan pengakuan
dari dunia internasional dan menjadi anggota PBB, memiliki kedudukan dan
kewajiban yang sama dengan negara lain di dunia, yaitu ikut serta memelihara dan
menjaga perdamaian dunia. NKRI adalah sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang (Pasal 25A).
6. Proses Bangsa Dan Bernegara
Proses bangsa yang menegara memberikan gambaran ttg bagaimana
terbentuknya bangsa, dimana sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa
sebagai bagian dari bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa.
Bangsa tersebut merasakan pentingnya keberadaan negara, sehingga tumbuhlah
kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya negara melalui upaya bela
negara. Proses bangsa yang menegara di Indonesia di awali dengan adanya pengakuan
yang sama atas kebenaran hakiki dan kesejarahan yang merupakan gambaran
kebenaran secara faktual dan otentik.

C. Hak Dan Kewajiban Warga Negara


Bab X, Warga Negara dan Penduduk:
a. Pasal 26,
1) Warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.

28
2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia
b. Pasal 27,
1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan
c. Pasal 28,
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
Bab XA, HAM : Pasal 28
a. Untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupan
b. Membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan, hak anak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
c. Mengembangkan diri, mendapat pendidikan, memperoleh manfaat dari IPTEK,
seni dan budaya, memajukan diri secara kolektif
d. Pengakuan yang sama di hadapan hukum, hak untuk bekerja dan kesempatan yg
sama dalam pemerintah-an, berhak atas status kewarganegaraan
e. Kebebasan memeluk agama, meyakini kepercayaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal, kebebasan berserikat, berkumpul dan berpendapat
f. Berkomunikasi, memperoleh, mencari, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi,
g. Perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta benda, dan rasa
aman serta untuk bebas dari penyiksaan
h. Hidup sejahtera lahir dan batin, memperoleh pelayanan kesehatan, mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat guna
mencapai persamaan dan keadilan
i. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuh-an HAM adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah
j. Berkewajiban menghargai hak orang dan pihak lain serta tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan UU

29
Bab XII. Hankam Negara: Pasal 30 UUD ‘45
1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara
2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sishankamrata oleh TNI
dan POLRI sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung
3. TNI (AD, AL, AU), sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara
4. POLRI, sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum
5. Susunan dan kedudukan TNI, POLRI, hubungan kewenangan TNI dan POLRI, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,
serta hal-hal yang terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-
undang

D. Hubungan Warga Negara Dan Negara


a. Warga Negara, Pasal 26 UUD 1945
1. Yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-
orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara. (Misalnya
peranakan Belanda, Tionghoa, dan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia dan
setia kepada NKRI).
2. Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan UU.
b. Kesamaan kedudukan dlm hukum & pemerintahan
NKRI menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama
dihadapan hukum dan pemerintahan (Pasal 27, ayat 1).
c. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas
keadilan sosial dan kerakyatan.
d. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul
Pasal 28 UUD 1945 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan mapun tertulis, dan sebagainya. Pasal ini
mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi.
e. Kemerdekaan memeluk agama, Bab XI, Pasal 29 UUD 1945,
• Negara berdasar atas Ketuhanan YME.
30
• Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
f. Hak dan kewajiban pembelaan negara; Pasal 30 UUD 1945,
• Hak dan kewajiban setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha
pembelaan negara,
• Pengaturan lebih lanjut dilakukan dengan UU. (UU Nomor 20/1982 tentang
Pokok-pokok Pertahanan Keamanan Negara yang antara lain mengatur Sistem
Pertahanan Keamananan Rakyat Semesta).
g. Hak mendapat pengajaran, Pasal 31 UUD 1945,
• Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
• Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya
• Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang (UU Sisdiknas No. 20/2003)
h. Kebudayaan nasional Indonesia, Pasal 32 UUD 1945,
• Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya
• Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional
i. Kesejahteraan sosial, Pasal 33 dan 34 UUD 1945,
• Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
• Cabang-caang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara
• Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

31

Anda mungkin juga menyukai