Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL PELATIHAN BELA NEGARA BATALYON INFANTERI 721/ MKS

I. NAMA KEGIATAN :
Pelatihan Bela Negara Batalyon Infanteri 721 /MKS

II. DASAR PEMIKIRAN


Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu Negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau suatu
komponen suatu Negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi Negara
tersebut. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi
serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam keberadaan Negara tersebut,
sedangkan secara non fisik, konsep ini diartikan sebagai upaya untuk ikut serta
berperan aktif dalam memajukan bangsa dan Negara, baik melalui pendidikan, moral,
sosial, maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa
tersebut.
Salah satu solusi jangka panjang menjaga keutuhan, keamanan dan
kenyamanan hidup berbangsa dan bernegara, setiap Negara membutuhkan
fundamental ekonomi, budaya dan pertahanan keamanan nasional yang kuat dan
kokoh. Tanpa fundamental ketahanan nasional yang kuat, ancaman keamanan dan
kenyamanan bangsa sangat rentan. Untuk itu, solusinya adalah pendidikan
kewarganegaraan melalui pendidikan bela Negara. Pendidikan bela Negara menjadi
sesuatu hal yang wajib, sejalan dengan kenyataan empiris yang berkembang saat ini,
yaitu jika dikaitkan dengan kondisi empiris Indonesia yang berada pada persimpangan
kepentingan dunia. Realitas empiris inilah yang menjadi satu kebutuhan Indonesia
untuk melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional. Selain itu, adanya kepentingan
masa depan, khususnya dikaitkan dengan potensi ancaman di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, perlu adanya penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda
yang berwawasan kebangsaan, berkarakter serta memiliki integritas sehingga
berkontribusi bagi kemajuan serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
III. LANDASAN KERJA
1. UUD 1945 pasal 30 ayat 1 tentang hak dan kewajiban setiap warga Negara untuk
ikut serta dalam setiap usaha pembelaan Negara
2. Undang-Undang Nomor 14 tahun 1962 pasal 3 tentang Pengerahan Tenaga
Rakyat untuk Pertahanan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih.
4. Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

IV. TUJUAN
Adapun Tujuan Pelatihan bela Negara di Yonif 721 / MKS :
1. Menumbuhkembangkan kemampuan generasi akademisi yang terarah sebagai penerus
bangsa, komponen Pembelaan Negara dan Komponen Pembangunan Nasional
2. Membekali generasi akademisi dalam rangka mewujudkan hak dan kewajiban sebagai
Warga Negara untuk ikut serta dalam Usaha Pembelaan Negara
3. Menanamkan nilai-nilai kejuangan dan keprajuritan kepada generasi penerus bangsa
pada umumnya, kepada generasi akademisi pada khususnya demi kelanjutan
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
4. Membentuk kader pelaksana yang memiliki sikap, mental, pengetahuan dan
keterampilan managemen, kemampuan fisik dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab
5. Terbentuknya sikap dan perilaku kebangsaan:
a. Kognisi dengan pemberian pengetahuan tentang proxy war.
b. Afeksi dengan pemberian penhayatan melalui simulasi, audio visual, observasi,
sehingga menimbulkan kesadaran terhadap kondisi bangsanya.
c. Psikomotor dengan pemberian pengalaman berupa praktek sehingga mereka siap
untuk bertindak.

V. SASARAN
1. Terbangunnya karakter kebangsaan yang tercermin dalam militansi yang tinggi
kepada bangsanya, nasionalisme, semangat untuk rela berkorban.
2. Terciptanya kemanunggalan TNI dengan Rakyat, bersama Rakyat TNI kuat.
3. Terjalinnya kemitraan antara TNI dengan mahasiswa serta komponen bangsa
lainnya di daerah.
4. Terjalinnya hubungan baik antara TNI dengan kampus. Dengan adanya program
bela Negara yang diselenggarakan oleh Batalyon Infanteri 721/Mks maka akan timbul
kecintaan generasi penerus bangsa terhadap TNI sebagai pintu gerbang TNI masuk
kampus.
5. Tersosialisasinya kewiraan dan wawasan kebangsaan. Program bela Negara
Batalyon Infanteri 721/Mks maka akan tertanam rasa nasionalisme, wawasan
kebangsaan dan cinta tanah air sehingga bangsa Indonesia memiliki kewaspadaan
Nasional dan Ketahanan Nasional yang handal didunia internasional.
6. Terbentuknya mitra TNI AD di semua kalangan masyarakat dan semua komponen
bangsa serta kalangan intelektual yang lebih strategis.

VI. METODA PELATIHAN BELA NEGARA


Metoda yang digunakan selama proses pelatihan Bela Negara dilaksanakan dengan
metode ceramah, diskusi, observasi, sugestif/perenungan, evaluasi, audio visual,
aplikasi serta praktek lapangan yang mengarah pada pembentukan sikap dan prilaku
kebangsaan yang cinta tanah air dan bangsa. Sehingga terbentuk jiwa dan rasa
nasionalisme yang tinggi untuk membela bangsa dan Negara di semua profesi.

VII. MATERI PELATIHAN BELA NEGARA


1. Bidang Pengetahuan
a. Proxy war
b. Materi kampus
c. Pengetahuan TNI AD dan Pembinaan Teritorial
d. Bela Negara dan Wawasan kebangsaan.
e. Kepemimpinan.
2. Bidang Keterampilan
a. Peraturan Baris Berbaris
b. Menembak senjata api dengan munisi tajam
c. Out bound
d. Alarm stelling
e. Caraka malam
f. Jalan peta
g. Karya bakti
h. Malam renungan.

VIII. MEKANISME PELAKSANAAN PELATIHAN BELA NEGARA


Pelatihan bela Negara yang akan diselenggarakan Batalyon Infanteri 721/Mks
dilaksanakan selama 4 hari dan satu hari sebelum pembukaan pelatihan peserta sudah
melaporkan diri di Batalyon Infanteri 721/Mks. Dengan urutan pelaksanaan sebagai
berikut :
1. Hari Pertama. Dilaksanakan dua kegiatan antara lain :
a. Kegian administrasi :
1) Proses penerimaan dengan pengisian formulir oleh peserta latihan.
2) Pemeriksaan kesehatan dan adanya surat keterangan dokter.
3) Pemberrian nomor peserta.
b. Kegiatan brifing peserta :
1) Pemberian petunjuk dan tatatertib selama pelaksanaan pelatihan.
2) Penyampaian rencana kegiatan pelaksanaan pelatihan mulai dari pembukaan
sampai penutupan pelatihan.
2. Hari kedua. Dilaksanakan proses pelatihan sebagai berikut :
a. Materi Pengetahuan
b.
3.
IX.

PROPOSAL PROGRAM
LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN SISWA
PENGURUS ORGANISASI INTRA SEKOLAH (OSIS)
(JUNIOR LEADER TRAINING COURSE)

I. PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan suatu kiat atau kewibawaan yan mampu menggerakan orang lain,
baik secara perseorangan maupun kelompok di dalam suatu organisasi sehingga menimbulkan
kemauan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan meliputi berbagai dimensi, dan berfungsi sebagai salah satu piranti penggerak,
motor atau motivator sumber daya yang ada dalam organisasi, sehingga peran kepemimpinan
diharapkan mampu mendinamisasikan organisasi dalam mencapai tujuan. Demikian pula
halnya dengan kepengurusan OSIS yang berperan sebagai salah satu jalur pembinaan siswa harus
mampu mewujudkan tugas pokok dan fungsinya, kemauan dan kemampuan para pelaku
kepemimpinan OSIS hanya dapat berperan dengan sebaik-baiknya apabila secara tertur,
terencana dan berkesinambungan dilaksanakan pembinaan dan pengembangan bagi para pelaku
kepemimpinan tersebut. Latihan Dasar Kepemimpinan bagi siswa pengurus OSIS,
merupakan salah satu jalur pembinaan generasi muda yang difokuskan pada kompetensi individu
dimana kader-kader penerus perjuangan bangsa bukan hanya slogan Pemuda Harapan Bangsa.
II. DASAR PENYELENGGARAAN
1. UU No. 22 tahun 1999 2. UU No. 2 tahun 1989 3. Program Kerja OSIS
III. MAKSUD DAN TUJUAN
Hasil yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pelatihan dasar kepemimpinan bagi pengurus
OSIS, adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan dan memantapkan mutu kepemimpinan 2.
Meningkatkan kemampuan berorganisasi dan kesadaran politik sebagai warga Negara yag baik
dan bertanggung jawab. 3. Meningkatkan dan mengembangkan serta memperluas wawasan
dalam melaksanakan tugas-tgas kepemimpinan. 4. Memberikan kesempatan belajar bagi peserta
didik.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com-
2-

5. Mendorong, membimbing serta mengarahkan potensi kepemimpinan. 6. Menumbuhkan,


meningkatkan dan memantapkan kesadaran dan tanggung jawab sebagai warga Negara
khususnya generasi muda penerus perjuangan bangsa. 7. Memberikan tuntunan dan
meningkatkan pola piker, sikap dan perilaku, kepribadian, budi pekerti, sopan santun dan
disiplin.
IV. PENYELENGGARAAN
Penyelenggaraan Latihan Dasar Kepemimpinan bagi pengurus OSIS merupakan salah satu
program kerja OSIS yang dilaksanakan setiap tahun.
V. PESERTA
Peserta

Pelatihan Dasar Kepemimpinan OSIS adalah siswa-siswi dengan persyaratan sebagai berikut : 1.
Pengurus OSIS dan Ketua Seksi Ekstrakurikuler 2. Menyerahkan Biodata Peserta 3.
Menyerahkan pas photo ukuran 3x4 = 2 lembar
VI. NAMA KEGIATAN
Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) Kepengurusan OSIS Tahun
. VII. BENTUK KEGIATAN
Latihan dasar Kepemimpinan (LDK) pengurus OSIS merupakan teori dan praktek yang
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan diruangan maupun diluar ruangan.
VIII. TEMA KEGIATAN

Membentuk Kader-kader Pemimpin Bangsa Yang Berkualitas, Berkompeten, Bertanggung


jawab dan Penuh Dedikasi.

IX. MATERI KEGIATAN


1. Program Umum Merupakan latihan wajib yang harus diikuti oleh seluruh peserta Pelatihan
yang menyangkut bahan-bahan/materi yang menunjang usaha penanaman kesadaran berbangsa
dan bernegara. 2. Program Pokok Materi ini merupakan kegiatan yang langsung diperlukan
dalam usaha meningkatkan kemampuan dibidang Kepemimpinan. 3. Program Penunjang
Program ini merupakan pengetahuan yang menunjang program pokok yamg diharapkan lebih
membuka cakrawala pandangan para peserta pelatihan dalam usaha meningkatkan kemampuan
dibidang Kepemimpinan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com-
3-

X. WAKTU PENYELENGGARAAN
Waktu kegiatan dilaksanakan (
disesuaikan jadwal sekolah)

XI. TEMPAT PENYELENGGARAAN


Tempat penyelenggaraan dilaksanakan
(disesuaikan hasil keputusan rapat pengurus dan sekolah)

XII. ANGGARAN
Alokasi biaya Pelatihan Dasar Kepemimpinan (LDK) pengurus OSIS dari dana kesiswaan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com-
4-

Lampiran II MATERI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN SISWA BAGI PENGURUS


OSIS 1. Materi Teori
(diruangan)
Materi Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi bagi pengurus OSIS adalah sebagai
berikut : a.

Tipologi Kepemimpinan dalam Era Reformasi dan Tipologi Kepemimpinan Umum b.

Etika dan Perilaku / Sikap Mental Pemuda c.

Motivasi Belajar dan Motivasi Berorganisasi d.

Komunikasi Massa e.

Manajemen konflik dan Pengambilan Keputusan f.

Cara Berpikir Kreatif bukan Reaktif g.


Keprotokolan h.

Fungsi, Struktur, Keadministrasian dan Kebendaharaan OSIS i.

Gali Potensi Diri


(Aura)

2. Materi Pengembangan Potensi


a.

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Dalam materi ini peserta dituntut untuk memiliki
kedisipinan yang tinggi, terlebih selama kegiatan berlangsung. Adapun materinya sebagai berikut
: a.1 Tata Upacara Bendera a.2. Baris Berbaris Tk.Dasar a.3. Baris Berbaris Tk.Menengah a.4.
Baris Berbaris Tk.Tinggi b.

Dinamika Kelompok / Studi Lapangan


(Outbound, dll)
b.1 Outbound
-
Low Impact : Berkelompok
-
Midle Impact : Semi Group
-
High Impact : Pengambilan Keputusan strategik b.2 Kegiatan Fisik
-
Halang Rintang berkelompok b.3. Kegiatan Alam - Hiking - Nyebrang dan Susur sungai
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com-
5-

PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com-


6-

Lampiran II

RENCANA JADWAL KEGIATAN LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN SISWA (LDKS)


PENGURUS OSIS
NO.
EKSPLORASI WACANA
Pendidikan lingkungan harus mampu mendorong terjadinya integraswikearifan sikap dan
perilaku dalam menghadapi masalah yang timbul karena tatanan alam (gempa bumi, meletusnya
gunung berapi, dsb) dengan kerusakan atau kerugian karena perilaku jenis makhluk hidup
termasuk mmanusia. Kemudian harus di integrasikan pula dalam upaya mengurangi dan
memperkecil kerusakan serta pencemaran sebagai akibat perbuatan kita.
Jadi pengelolaan lingkungan dilaksanakan melalui pendidikan lingkungan yang misinya
adalah pendidikan kearifan sikap, moral, maupun spiritual dalam realitas perilaku kehidupan saat
ini dan masa depan bagi keselamatan dan kesejahteraan ekosistem dimana kita berada.
Dalam mengarahkan kearifan sikap dan perilaku bagi keselamatan dan kesejahteraan seluruh
ekosistem dibumi diperlukan pemahaman tentang hubungan timbal balik keterkaitan antara
faktor alam.
Tugas kita bersama sebagai sebuah lembaga pendidikan baik formal maupun non formal
untuk mendidik dan menghasilkan studi, untuk berbagi tingkat dan jenis pendidikan, sesuai
dengan berbagai jenis bidang studi Ilmu pengetahuan maupun ketrampilan yang diprogramkan,
hal ini berarti bahwa kita juga mempunyai tugas untuk memelihara dan mengembangkan disiplin
ilmu yang ada. Tetapi pembinaan, pemeliharaan dan pengembangan ilmu tersebut selamanya
berada dalam kawasan lmu pendidikan yang setiap saat boleh diberikan sumbang saran demi
kemajuan bersama.
Rasa cinta tanah air atau nasionalisme dalam seminar ini adalah rasa kebanggaan, rasa
memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas yang dimiliki oleh setiap
individupada Negara tempat ia tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya,
menjaga dan melindungi tanah airnya, rela berkirban demi kepentingan bangsa dan negaranya,
mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan melestarikan
alam serta lingkungan.
Individu yang memiliki rasa cinta pada tanah airnya akan berusaha dengan daya upaya
yang dimilkinya untuk melindungi, menjaga kedau;latan, kehormatan dan segala apa yang
dimiliki oleh Negara. Rasa cinta tanah air inilah yang mendorong perilaku individu untuk
membangun negaranya dengan penuh dedikasi.
Oleh karena itu, rasa cinta tanah air perlu ditubuh kebangkan dalam jiwa setiap individu
yang menjadi warga dalam setiap Negara atau bangsa agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.
Salah satu cara untuk menumbuh kembangkan rasa cinta tanah airadalah dengan
menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air adalah dengan menumbuhkembangkan rasa bangga
terhadap tanah airnya melalui proses menjaga lingkungan agar ekosistem tetap terjaga dan sehat.
Rasa bangga terhadap tanah air dapat ditumbuhkembangkan dengan memberikan pengetahuan
dan dengan membagi dan berbagi nilai nilai pengetahuan lingkungan hidup yang kita miliki
bersama. Oleh karena itu, pendidikan lingkungan hidup berbagiatasis nilai nilai budaya dapat
dijadikan sebagai sebuah alternative untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan
melandasi munculnya rasa cinta tanah air.

2. BENTUK KEGIATAN
Adapun bentuk kegiatan ini adalah Seminar dan Sosialisasi Pengurus dan Anggota
Dewan Pimpinan Cabang Penerus Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia Satuan Khusus
Bela Negara Demak, adapun jenis kegiatannya antara lain :
a. Pengetahuan Kebangsaan tentang Cinta Tanah Air
b. Bhakti Sosisal

3. TUJUAN
Adapun tujuan diadakannya kegiatan ini adalah :
a. Memberikan pemahaman secara sederhaa tentang Cinta Tanah Air
b. Mengetahui dan memahami tentang persatuan dan kesatuan NKRI
c. Mengetahui dan bisa menghayati Undang Undang Dasar Negara
d. Terciptannya lingkungan yang kondusif damai dengan memahami perundang undangan
Negara

4. LANDASAN GERAK
Landasan gerak dalam kegiatan ini adalah :
a. Program kerja DPC PPKRI SATSUS BN Demak
b. Musyawarah Pengurus DPC PPKRI SATSUS BN Demak dan panitia Penyelenggara agenda
c. Partisipasi dalam penegakan undang undang pemerintah dikabupaten Demak
5. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan ini akan diselenggarakan pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 17 2014
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Markas Komando Satsus BN Demak Jl. Sultan Fatah No. 47 Demak.

6. TEMA KEGIATAN
Tema kegiatan ini berdasarkan rapat pengurus dan kepanitiaan DPC SATSUS BN Demak adalah
CINTA TANAH AIR DAN PEMAHAMAN SERTA PENGHAYATAN UNDANG UNDANG
.

7. PEMBICARA
Sesuai dengan hasil rapat kepanitiaan, maka agenda ini akan dihadiri oleh :
a. Panglima SATSUS BN dari Jakarta
b. Pangkorwil SATSUS BN Jateng DIY
c. Ketua DPD SATSUS BN Jateng
Dengan materi :
4 Pilar (Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal ika, NKRI)

8. PESERTA
Peserta kegiatan ini adalah seluruh jajaran anggota SATSUS BN Demak juga serta
mengundang ORMAS dan LSM sekabupaten Demak.

9. STRUKTUR PANITIA
Terlampir

10. ESTIMASI DANA


Terlampir
11. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dan diajukan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
kegiatan ini. Untuk itu kami mohon bantuan kepada Bapak/Ibu baik berupa dana, sarana,
maupun tenaga demi terlaksananya kegiatan ini dan berjalan lancar.

PANITIA PELAKSANA
SEMINAR DAN SOSIALISASI 4 PILAR
SATSUS BELA NEGARA DEMAK

Pendahuluan

Dilihat dari struktur kependudukannya, Indonesia merupakan negara besar dengan jumlah
penduduk. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 mencatat, jumlah penduduk
Indonesia mencapai 237.6 juta jiwa dengan rata-rata angka pertumbuhan 1.49 dan rata-rata angka
kematian 0.4. Dilihat dari aspek etnis, Indonesia termasuk negara yang sangat multi etnik dengan
1340 etnik yang tersebar dari Sabang di Aceh, sampai Merauke di Papua. Demikian pula dari
aspek agama dan kepercayaan, Indonesia termasuk masyarakat yang sangat multi religious,
dengan enam agama resmi, Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu, dan
masih banyak sistem kepercayaan yang berkembang dan menjadi sempalan dari berbagai agama
yang ada, tapi tidak bisa menyatu dalam agama besarnya, kendati belum memperoleh pengakuan
negara.

Dilihat dari kemampuan ekonomi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumbangan
GDP (Gross Domestic Product) terbesar ke-10 di dunia. Dengan demikian, Indonesia termasuk
salah satu dari 10 negara kaya. Akan tetapi, kemiskinan masih cukup tinggi dengan 11.25% dari
total populasi nasional hasil perhitungan BPS tahun 2014. Dengan demikian, persoalannya
kemudian adalah distribusi dan pemerataan. Dan sampai kini negara belum memiliki sistem
bagaimana mendistribusikan kekayaan kepada masyarakat miskin kecuali dengan bekerja, dan
untuk bekerja diperlukan skill dan ketrampilan. Bila didekatkan kemiskinan dan pendidikan,
akan menjadi sebuah ancaman, karena keterlambatan memperbaiki sektor pendidikan akan
berakibat langsung pada perekonomian bangsa, khususnya kemampuan ekonomi keluarga. Dan
Indonesia merupakan negara yang sangat sensitif dengan pendidikan keagamaan, karena
berkembang di desa-desa, dan bahkan berkembang pendidikan keagamaan tradisional di
kantong-kantong kemiskinan, sehingga seringkali agama dijadikan pembenaran terhadap aksi-
aksi perlawanan terhadap kekuasaan atau yang menguasai sektor ekonomi, karena
ketidakberdayaan mereka untuk menjangkau apa yang ada dalam imajinasinya.

Terkait dengan itu semua, salah satu inti persoalan bangsa adalah bela negara. Memang persoalan
bela negara masih menyisakan pekerjaan bagi kekuatan pertahanan dan keamanan Indonesia,
karena aksi-aksi terorisme yang mengunakan simbol-simbol keagamaan untuk pembenaran aksi
mereka, masih sesekali terjadi. Apalagi kini muncul gerakan Islamic State of Iraq and
Syria (ISIS) yang juga menarik bagi sebahagian kecil anak muda Indonesia, yakni mereka yang
pernah belajar agama, dan tahu agama hanya dalam satu perspektif, tertarik dengan propaganda-
propaganda mereka untuk melakukan jihad, dengan janji prosperity di dunia dan akhirat nanti.
Oleh sebab itu Jenderal TNI Muldoko menegaskan bahwa Indonesia potensial untuk terpenetrasi
gerakan ISIS, karena lapisan anak muda potensial gampang terpengaruh oleh propaganda cara
cepat hidup bahagia, dengan menggulingkan regim, dan kalau gagal dalam perjuangan, ditunggu
oleh surga. Beliau menyerukan agar bersama-sama dengan masyarakat, TNI dan Kepolisian RI
harus mewaspadai gerakan ini agar bisa melakukan penangkalan sedini mungkin.

Bela negara kini memasuki dua konsep pertahanan dan ketahanan nasional Indonesia. Pertahanan
merupakan ranahnya TNI-POLRI yang terlatih secara professional, dan masyarakat harus
berpartisipasi untuk menangkal dan mencegahnya, sementara ketahanan merupakan kewajiban
bersama seluruh rakyat Indonesia, untuk memperkuat ketahanan nasional dalam bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial dan budaya (IPOLEKSOSBUD). Untuk kepentingan inilah, bangsa
Indonesia harus diperkuat karakter kebangsaannya, sehingga terus bersama-sama memajukan
bangsa dalam peningkatan ekonominya, dengan kapasitas dan kompetensinya masing-masing.

Bela Negara dan Ketahanan Nasional

Semua warga negara berkewajiban untuk ikut serta dalam bela negara, sebagaimana ditegaskan
pada pasal 27 ayat 3 UUD 1945, yang berbunyi: Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
dalam upaya pembelaan terhadap negara. Akan tetapi, kini pemaknaan bela negara itu tidak
mutlak dengan berperang atau aktifitas heroik lain yang menggunakan senjata, karena berperang
itu harus profesional dan terlatih. Sejalan dengan itu, Pasal 9 UU Nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara menegaskan bahwa:

(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan
dalam penyelenggaraan pertahanan negara

(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
diselenggarakan melalui :

1. pendidikan kewarganegaraan

2. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib

3. pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib, dan

4. pengabdian sesuai profesi.

(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang undang.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara sudah secara eksplisit
menjelaskan bahwa salah satu bentuk bela negara adalah berkarya yang dedikatif untuk bangsa
dengan skil, ketrampilan dan keahlian untuk kemajuan bangsa. Masyarakat yang bekerja dalam
sektor industri, sektor perdagangan, sektor tambang, sektor pertanian, adalah para pembela
negara, karena kalau mereka tidak bekerja serius, Indonesia tidak akan masuk 10 negara terbesar
GDP-nya di dunia. Tapi mereka tidak akan jadi mulia sebagai pahlawan-pahlawan ekonomi jika
mereka melakukan pembangkangan terhadap kewajiban bayar pajak, dan mereka juga bukan
pahlawan jika menjadi pengusaha eksploitasi hutan dengan melakukan illegal loging dan yang
lainnya. Demikian pula mereka yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, mereka juga
melakukan bela negara bila mampu melakukan perbaikan sektor layanan publik dengan baik,
mampu meningkatkan akuntabilitas layanan publik, akuntabel dalam pembangunan proyek-
proyek untuk layanan publik. Tapi sebaliknya mereka akan menjadi musuh negara jika justru
melakukan korupsi uang negara dalam pelaksanaan proyek negara tersebut. Dengan demikian,
untuk semua jenis profesi dan keahlian, diperlukan enguatan-penguatan karakter bangsa sebagai
bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera untuk memperkuat ketahanan nasional.

Ketahanan Nasional menurut Sutarman (2011) adalah kondisi yang dinamis yang merupakan
integrasi dan kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara yang berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, didalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman , baik dalam maupun dari luar negeri yang langsung
maupun tidak langsung membahayakan identitas, keutuhan, kelangsungan hidup bangsa dan
negara, serta dalam mencapai tujuan nasionalnya. Kemudian, Presiden Joko Widodo (2014)
dalam pidato beliau pada acara Peringatan Hari Bela Negara menegaskan bahwa bela negara
memiliki spektrum yang sangat luas di berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Bela negara bisa dilakukan oleh setiap warga negara dari berbagai latar
belakang profesi: mulai dari petani, buruh, profesional sampai dengan pedagang. Bela negara
bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai peran dan profesi warga negara.

Dengan demikian, bela negara untuk memperkuat ketahanan nasional harus didiversifikasi tidak
sekedar dalam pengertian pertahanan negara, tapi juga ketahanan dalam pancagatra ideologi,
politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang harus dimotori oleh inovasi dan kreatifitas bangsa
untuk membina dan membangun bangsa untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia,
memiliki stabilitas ideologi dan politik serta memiliki ketahanan sosial dan budaya, dengan
membina basis filosofi bangsa harmony in diversity. Ketahanan nasional juga harus siap
menghadapi tantangan yang muncul dari luar, karena Indonesia tidak sendirian di dunia ini, tapi
berdampingan dengan negara-negara serumpun di ASEAN, dan juga berdampingan dengan
negara-negara Asia Pasifik, yang kemajuan dan perubahan di negara-negara tersebut, akan
berakibat langsung pada Indonesia. Dengan demikian, ketahanan Nasional Indonesia akan sangat
ditentukan oleh ketahanan dalam semua astagatranya, tidak hanya panca gatra dari gatra sosial
ideologi, politik, ekonomi , sosial dan budaya, tapi juga ketahanan aspek gatra demografi,
geografi dan sumber daya alam.

Indonesia merupakan negara dengan komposisi penduduk yang sangat multi etnik, multi
religious, sehingga sangat mudah terkena serangan-serangan asimetris. Soal Syiah, Ahmadiyah
dan aliran-aliran keagamaan lain yang berkembang di Indonesia, sudah membuat hubungan
sosial terganggu, dan kemudian aparat keamanan harus turun menyelesaikan dan mendamaikan
mereka. Padahal keretakan sosial satu minggu saja, berapa kerugian eknonomi yang harus
ditanggung oleh negara, bukan saja pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk mengatasi
konflik, tapi kevakuman bekerja dan berkarya itu sudah merugikan bangsa, dan keraguan
investor asing yang akan masuk, karena mereka juga akan sangat khawatir jika investasinya
merugi.

Serangan yang amat marak saat ini adalah teknologi informasi dengan teknologi gadgetdalam
genggaman. Mesin kecil tersebut bisa dengan mudah mengakses situs-situs radikalisme, ajakan-
ajakan provokatif dengan atas nama agama. Dengan demikian, Indonesia harus mengembangkan
Islam yang ramah, damai, dan mengajak pada harmony in diversity. Karena kekhawatiran akan
penetrasi radikalisme, Menteri Komunikasi dan Informatika pada 30 Maret 2015 menutup dan
memblokir 22 situs yang dicurigai mempropagandakan ajaran-ajaran radikalisme dan kekerasan
dengan mengatasnamakan agama. Kemudian pada gatra sosial, Indonesia juga menghadapi
masalah besar untuk mencapai visi ekonomi ke depan knowledge based economy, yang
mengandalkan temuan-temuan kreatif yang bisa menjadi komoditi, dan berdya saing kuat di
pasar global. Kemudian Indonesia juga memiliki visi penguatan SDM sehingga visi pendidikan
nasional menjadi simple, yakni smart and competitive citizen 2025. Anak-anak bangsa yang
cerdas bisa bekerja dalam sektor jasa di mana saja di dunia, dan akan memperoleh penghasilan
yang baik, akan memperkuat komposisi devisa bagi Indonesia, sejauh mereka tetap menjadi
orang Indonesia, dan kembali ke Indonesia dengan membawa uang dan kekayaan hasil
profesinya.

Hampir semua gatra-gatra yang terkait dengan ketahanan nasional memerlukan dukungan
karakter ke-Indonesiaan yang kuat, karena banyak dari anak-anak bangsa Indonesia yang
berdiaspora di luar negeri, dan merasa nyaman di luar negeri, tidak memiliki skema untuk
kembali ke Indonesia atau paling tidak memperkuat ekonomi dan dignity Indonesia dengan
keahliannya. Dengan demikian, pendidikan karakter bangsa menjadi sangat urgen untuk menjadi
agenda penting pendidikan nasional, dalam rangka menghadapi Indonesia Emas 2045, satu abad
Indonesia, yang diperkirakan Indonesia akan memiliki 130 juta jiwa dalam usia produktif, dan
merupakan jumlah yang sangat besar untuk menguasai dunia.

Pendidikan Karakter

Martin Luther King pernah menyatakan sebuah ungkapan yang menarik banyak orang di dunia
berbunyi intelligence plus character-that is the goal of true education. Dari ungkapannya,
King berpendapat, bahwa kepintaran saja tidak cukup, butuh karakter. Dengan begitu, karakter
sangat penting atau mungkin lebih penting, karena anak pintar yang tidak memiliki karakter baik,
dia akan menjadi petaka bagi bangsa, karena kepintarannya akan digunakan untuk merusak.
Thomas Lickona (1991) seorang sarjana psikologi yang mempropagandakan kembali pendidikan
karakter di akhir abad ke 20 menawarkan tujuh (7) karakter baik yang harus ditanamkan pada
setiap anak didik, meliputi:

1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty).

2. Belas kasih (compassion);

3. Kegagahberanian (courage);

4. Kasih sayang (kindness);


5. Kontrol diri (self-control);

6. Kerja sama (cooperation);

7. Kerja keras (deligence or hard work).

Sementara itu, penelitian Dalmeri (2014) dari Universitas Indrapasta PGRI, Jakarta, mencatat
adanya sembilan pilar karakter yang perlu ditegakkan dalam kerjasama sekolah, keluarga,
masyarakat dan dunia usaha, agar anak Indonesia menjadi generasi tangguh berdaya saing, yang
dapat mengolah kecerdasan pengetahuan dan keahliannya menjadi produktifitas bangsa.
Sembilan pilar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tanggungjawab (Responsibility);

2. Rasa Hormat (Respect);

3. Keadilan (Fairness);

4. Keberanian (Courage);

5. Belas kasih (Honesty);

6. Kewarganegaraan (Citizenship);

7. Disiplin diri (Self-descipline);

8. Peduli (Caring ), dan

9. Ketekunan (Perseverance).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2010) juga telah merancang disain program
pendidikan karakter yang didekatkan pada bingkai visi pendidikan nasional, sehingga menjadi
empat kelompok besar, yaitu:

1. Olah Hati (spiritual and emotional development);

2. Olah Fikir (intellectual development);

3. Olah Raga dan Kinestetik (physical and kinesthetic development); dan

4. Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development).

NO Kelompok Konfigurasi Karakter Karakter Inti (Core Characters)


01. Olah Hati
Religius
Jujur, mandiri

Tanggung Jawab, disiplin, kerja keras

Peduli Sosial, tolerans, demokratis, ci

Peduli Lingkungan, semangat kebangs

02. Olah Fikir


Cerdas

Kreatif

Gemar Membaca,

Rasa Ingin Tahu

03. Olah Raga


Sehat

Bersih

04. Olah Rasa dan Karsa


komunikatif dan peduli sosial

Kerja sama (gotong royong)

Berbagai karakter ini, harus ditransformasikan pada seluruh siswa yang akan menjadi penerus
bangsa. Akan tetapi bukan hanya menjadi moral knowing, juga harus menjadimoral
feeling dan moral behaviour. Dengan demikian, jika ini menjadi pelajaran di sekolah, guru
pengampu mata pelajaran ini harus kreatif dan inovatif, harus mampu membelajarkan siswanya
dalam semua aspek pendidikan karakter ini, sehingga bukan hanya pengetahuan tapi mereka
harus sampai mengkarakterisasi diri mereka dengan nilai-nilai tersebut, lalu
mengimplementasikannya dalam kehidupan mereka, atau mereka merasa bertanggung jawab
untuk mengimplementasikan nilai-nilai tersebut kelak sesudah dewasa, dan menjadi profesional
di negeri ini.

Beberapa Saran untuk Model Pembinaan Bela Negara Sebagai Karakter Bangsa
Sejalan dengan fakta kemajuan di dunia akademik, regulasi dan berbagai kebijakan pendidikan
untuk pembinaan karakter bangsa, bela negara yang sudah menjadi isu strategis dan diangkat
oleh Kementrian Pertahanan, pada hakikatnya sudah merupakan komitmen bersama antara sipil
dan militer, dengan tugas dan kewenangan yang berbeda. Untuk itu disarankan:

1. Pembinaan bela negara sebagai karakter bangsa untuk masyarakat sipil harus dilakukan
dalam dua ranah, kesadaran bela negara dan ketrampilan dan keahlian bela negara.
Kesadaran bela negara dalam program pendidikan formal harus dimulai pada jenjang
pendidikan tertinggi wajib belajar, karena mereka akan segera keluar, memasuki pasar
tenaga kerja, berkeluarga dan bermasyarakat. Pematangan penyadaran bela negara
dikembangkan pada jenjang-jenjang berikutnya.

2. Pada jalur pendidikan formal, disarankan untuk tidak memiliki mata pelajaran dan/atau
mata kuliah independen, karena bela negara bukan sebuah cabang ilmu, tapi
sebuah behaviour yang akan mempengaruhi kecakapan, ketrampilan dan keahlian dari
mata pelajaran atau mata kuliah lain. Oleh sebab itu, pembinaan kesadaran bela negara
bisa diinsersikan pada mata pelajaran atau mata kuliah yang relevan.

3. Muatan pembinaan kesadaran bela negara bisa mengadaptasi berbagai disain yang sudah
dijalankan. Tema-tema yang paling penting adalah: religiusitas, cinta tanah air dan
patriotisme, jujur, mandiri, pemberani, mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan pekerja
keras, toleran, demokratis, respect dan menghargai perbedaan, bertanggung jawab, peduli
sosial, peduli lingkungan, kreatif, inovatif, dan bisa bekerjasama dengan orang lain.
Mungkin masih ada karakter-karakter baik lain yang bisa ditambahkan.

4. Sementara bela negara sebagai sebuah skill, ketrampilan dan keahlian untuk memperkuat
gatra ekonomi, sosial dan budaya dilakukan dengan mata kuliah, bengkel kerja, workshop
skil, ketrampilan dan keahlian, agar menjadi bagian dari proses pemajuan bangsa ke
depan, dengan menciptakan komoditas baru barang dan jasa yang dapat meningkatkan
kemampuan perekonomian bangsa. Skil dan ketrampilan profesional yang diimbangi
dengan kesadaran bela negara yang kuat, nasionalisme yang tinggi, akan menjadikan
bangsa ini besar, maju, mandiri dan sejahtera, disegani oleh dunia internasional.

5. Khusus untuk jenjang pendidikan tinggi, mata kuliah kewiraan yang menjadi jembatan
penyebrangan semangat militerisme pada masyarakat sipil, sudah tidak relevan lagi, isi
saja dengan tema-tema yang relevan untuk menjadi warga negara yang baik.

*Makalah dipresentasikan pada FGD (Focus Group Discussion) di Kemenhankam RI, April,
2014.

Sumber Bacaan

Dalmeri (2014). Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas
Lickona dalam Educating for Character). Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, Jurnal Al-Ulum,
Volume. 14 Nomor 1.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

Lickona, Thomas (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.

Sutarman (2011). Persepsi dan pengertian Pembelaan negara berdasarkan UUDN RI 1945.
Jurnal Magistra, No. 75 tahun XXIII,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Undang-Undang No. 3 tahun 2002, tentang Pertahanan Negara.

Widodo, Joko (Presiden RI), Sambutan Presiden Republik Indonesia pada Upacara Peringatan
Hari Bela Negara tahun 2014.

Views: 12.370
Ditulis oleh
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
03/06/2015

Anda mungkin juga menyukai