Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BELA NEGARA

KEBIJAKAN PEMBINAAN KESADARAN BELA NEGARA

DOSEN PENGAMPU:

DRS. Imam Ghozali, MM

DISUSUN OLEH :

Nadya Keisha Ferdinasari ( 22011010057 )

Bintang Akbar Nusantara ( 22011010058 )

Mulyani Lestari ( 22011010153 )

Dita Nurlita Silaban ( 22011010154 )

Fahmi Nurdin Baihaqi ( 22011010156 )

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA


TIMUR

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS

EKONOMI PEMBANGUNAN

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadiran Tuhan


YME yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk kuliah Bela
Negara, dengan judul “Kebijakan Pembinaan Bela Negara ” .Dengan adanya ini
maka akan bermanfaat bagi khalayak ramai.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan, Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca makalah ini.

Surabaya, 10 September 2023

Hormat Kami

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 2
1.3 TUJUAN .................................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PRMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Pengrtian Bela Negara ............................................................................................ 3
2.2 Pembinaan Bela Negara ......................................................................................... 4
2.3 Bela Negara Dalam Pembentukan Karakter........................................................ 6
2.4 Kesadaran Mahasiswa Terhadap Bela Negara .................................................. 10
2.5 Implementasi Kesadaran Bela Negara ................................................................ 13
2. 6 Kebijakan Pembinaan Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa .................. 15
BAB III ............................................................................................................................... 18
PENUTUP .......................................................................................................................... 18
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................... 18
3.2 SARAN ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu teknik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan


pertahanan negara adalah melalui pendidikan. Tidak semua warga negara
terlahir dengan kesadaran akan perlunya melindungi bangsanya. Untuk
menanamkan prinsip-prinsip dan cita-cita pertahanan nasional kepada
masyarakat, diperlukan tindakan yang disengaja dan terencana dengan baik.
Metode yang paling efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
nilai-nilai pertahanan nasional adalah melalui pendidikan. Pendidikan memang
mencerahkan pikiran, menggugah dan menghangatkan perasaan atau emosi
jiwa, serta menguatkan karsa atau kehendak warga negara untuk memiliki rasa
memiliki yang kuat, rasa tanggung jawab yang besar, dan komitmen yang
tinggi terhadap masa depan bangsa dan negara sebagai sarana penyadaran.
Semua warga negara diwajibkan oleh konstitusi dan beberapa sumber
hukum nasional untuk berkontribusi pada pertahanan negara. Pasal 27 ayat 3
Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pelatihan kader-kader
pertahanan dapat mengarah pada keterlibatan warga negara dalam pertahanan
negara. Dalam rangka menjaga kelangsungan hidup Republik Indonesia
sebagai negara kesatuan dan bangsa yang berdaulat, maka dilakukanlah
latihan-latihan pertahanan negara. Inisiatif pemerintah yang dikenal sebagai
Pembinaan Kesadaran Bela Negara, atau PKBN, bertujuan untuk
meningkatkan pertahanan negara kesatuan Republik Indonesia terhadap segala
peluang dan ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini diuraikan
dalam Peraturan Menteri No. 32 tahun 2016, yang menyatakan bahwa tujuan
PKBN adalah untuk menanamkan rasa kebanggaan nasional dan kesediaan
untuk membela negara dan warga negaranya pada setiap warga negara
Indonesia. PKBN juga bertujuan untuk menumbuhkan dalam diri setiap warga
negara Indonesia komitmen terhadap ideologi nasional Pancarasira dan
kerelaan berkorban untuk negara.
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia adalah
tujuan negara Indonesia. Tujuannya termasuk melindungi Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
membantu mewujudkan tatanan dunia yang berdasarkan keadilan sosial,
kemerdekaan, dan perdamaian abadi. Ketahanan dan keuletan nasional
diperlukan untuk mencapai tujuan nasional. Berbagai aspek kehidupan
masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh kondisi negara yang terus berubah.
Kemampuan kekuatan nasional perlu ditingkatkan untuk mengatasi kesulitan,
bahaya, pembatasan, dan rintangan. Warga negara harus sadar akan pertahanan
negara untuk mencapai tujuan nasional. Menurut Undang-Undang Dasar 1945
dan Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, warga

1
negara memiliki tanggung jawab dan hak untuk ikut serta dalam pertahanan
negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa itu Bela Negara ?

b. Apa itu pembinaan kesadaran bela negara?

c. Apa hubungan bela negara dengan pembentukan Karakter?

d. Mengapa bela negara penting bagi mahasiswa?

e. Bagaimana implementasi kesadaran Bela Negara?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian bela negara

b. untuk mengetahui pentingnya pembinaan kesadaran dalam bela negara

c. Untuk mengetahui hubungan bela negara dengan pembentukan karaakter

d. Untuk mengetahui pentingnya bela negaraa bagi mahasiswa

e. untuk mengetahui baagaimana implementasi kesadaran bela negara

2
BAB II

PRMBAHASAN

2.1 Pengrtian Bela Negara

Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh undang-undang dan
pejabat negara mengenai patriotisme seseorang, kelompok, atau seluruh
komponen bangsa untuk mempertahankan negara. Pasal 9 (1) UU No. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara juga mengatur tentang gagasan bela negara,
yang menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara yang diwujudkan dalam bentuk
penyelenggaraan pertahanan negara." Pasal tersebut cukup beralasan ketika
dikatakan bahwa "Upaya Bela Negara" merujuk pada sikap dan perilaku warga
negara yang memiliki kecintaan terhadap Negara dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, semuanya berkaitan erat dengan bela
negara dan perwujudan cita-cita bangsa yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat untuk mendukung
sistem pertahanan semesta yang telah ditetapkan Indonesia adalah bela negara.
Sistem pertahanan semesta mengamanatkan agar setiap lapisan masyarakat
turut berkontribusi aktif dalam melindungi tanah air. Rasa bela negara yang
kuat akan memotivasi setiap individu untuk memberikan yang terbaik dalam
membela negaranya, tetapi jika sentimen tersebut tidak dimiliki, niscaya akan
membuat mereka enggan untuk ikut serta dalam pertahanan global. Dimulai
dari bangku sekolah, rasa bela negara harus ditanamkan sedini mungkin.
Jika pendidikan bela negara diajarkan dengan benar di sini, maka akan
menghasilkan sikap yang baik di kalangan anak muda, karena pendidikan yang
baik akan menghasilkan generasi muda yang baik. Pemuda tidak diragukan
lagi harus dipersiapkan dengan baik karena mereka akan menjadi pemimpin
masa depan Indonesia dan akan mengarahkan negara ini dengan cara yang
lebih baik. Masa depan digerakkan oleh kaum muda karena merekalah yang
akan menghadapi masa-masa sulit di masa depan. Dalam hal ini, generasi tua
berkontribusi untuk membawa generasi muda ke gerbang masa depan sehingga
mereka dapat berjuang seefektif mungkin.

3
2.2 Pembinaan Bela Negara
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah upaya untuk membangun
kesadaran, semangat, dan komitmen warga negara terhadap kepentingan,
keutuhan, dan kedaulatan negara. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
masyarakat memiliki kesadaran dan kesiapan untuk mempertahankan dan
membela negaranya dalam segala situasi, termasuk dalam situasi darurat atau
konflik.

Berikut ini rincian dan komponen penting dari pembinaan kesadaran bela
negara:
1. Pendidikan dan Penyuluhan
• Konten Kurikulum: Pendidikan formal dan informal harus mencakup
materi bela negara, termasuk sejarah, nilai-nilai, dan kewajiban warga
negara terhadap negara
• Pelatihan Guru dan Fasilitator: Guru dan fasilitator harus terlatih
dalam menyampaikan materi bela negara dengan cara yang
memotivasi dan memberikan pemahaman mendalam.
• Program Sosialisasi: Masyarakat harus diberikan kesempatan untuk
mengikuti seminar, lokakarya, atau kampanye sosialisasi untuk
memahami pentingnya bela negara.

2. Latihan Fisik dan Keterampilan


• Program Latihan Fisik: Masyarakat harus dilatih untuk mempertajam
keterampilan fisik, termasuk olahraga atau keterampilan yang dapat
digunakan dalam situasi darurat atau konflik.
• Simulasi Krisis: Latihan simulasi atau permainan peran untuk
mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat.

3. Kampanye Komunikasi dan Informasi

• Media Massa dan Sosial: Menerapkan kampanye melalui media massa


dan sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
bela negara.
• Materi Edukasi: Menyediakan materi edukasi yang jelas dan mudah
dimengerti tentang bela negara.

4. Keterlibatan Komunitas dan Partisipasi Publik

• Kegiatan Komunitas: Mengadakan kegiatan sosial dan kemanusiaan


untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara masyarakat.
• Keterlibatan Aktif Masyarakat: Memberikan ruang bagi masyarakat
untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan program bela negara.

4
5. Dukungan Pemerintah dan Institusi
• Kebijakan dan Anggaran: Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan
yang mendukung pembinaan kesadaran bela negara, termasuk alokasi
anggaran yang memadai.
• Kerjasama dengan Lembaga Non-Pemerintah: Bekerjasama dengan
LSM dan lembaga lain yang memiliki kepentingan serupa dalam
membangun kesadaran bela negara.

6. Keterlibatan Generasi Muda


• Program Pendidikan Khusus: Menyelenggarakan program pendidikan
khusus untuk generasi muda dengan fokus pada nilai-nilai bela negara.
• Kegiatan Ekstrakurikuler: Mendorong partisipasi dalam klub,
organisasi, atau kegiatan ekstrakurikuler yang mempromosikan
semangat bela negara.

7. Keamanan dan Pertahanan Nasional


Pentingnya pertahanan:
• Memahamkan masyarakat tentang pentingnya keamanan dan
pertahanan nasional untuk kelangsungan hidup negara.
• Penekanan pada peran setiap warga negara dalam memastikan
kedaulatan negara terjaga.

8. Integrasi Teknologi dan Inovasi


• Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk menjangkau dan melibatkan masyarakat lebih luas.
• Pengembangan Aplikasi atau Platform: Membuat aplikasi atau
platform digital untuk memfasilitasi pelatihan dan pendidikan bela
negara.

9. Evaluasi Dampak dan Keberlanjutan


• Mengukur Ketercapaian Tujuan: Melakukan evaluasi menyeluruh
untuk mengukur sejauh mana program pembinaan kesadaran bela
negara mencapai tujuannya.
• Pembaharuan dan Penyesuaian: Menggunakan hasil evaluasi untuk
memperbaiki dan menyempurnakan program agar tetap relevan dan
efektif.

10. Pembinaan Karakter dan Nilai- Nilai


• Mengajarkan Rasa Cinta Tanah Air: Mendorong rasa cinta,
kebanggaan, dan rasa memiliki terhadap negara.

5
• Mengembangkan Disiplin dan Kepatuhan: Membentuk karakter warga
negara yang taat pada hukum dan menghargai otoritas negara.

11. Pemberdayaan Perempuan dan Minoritas


• Inklusivitas: Memastikan bahwa semua lapisan masyarakat, termasuk
perempuan dan kelompok minoritas, terlibat dan mendapat manfaat
dari program pembinaan kesadaran bela negara.

Pembinaan kesadaran bela negara adalah upaya berkelanjutan dan


memerlukan komitmen jangka panjang dari pemerintah, lembaga pendidikan,
masyarakat, dan sektor swasta. Hal ini penting untuk membangun fondasi
yang kuat bagi pertahanan dan keamanan negara.

2.3 Bela Negara Dalam Pembentukan Karakter

1.. Pemberntukan Karakter

Pembentukan karakter-karakter pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor


genetik dan lingkungan. Laughn (2001) sepertiga kepribadian manusia
dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan dua pertiga sisanya dipengaruhi
oleh lingkungan. Lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan pada
kepribadian manusia. Anak dilahirkan melalui asal-usul genetik yang baik
dan akan berinteraksi dengan lingkungan saat tumbuh dan berkembang. Jika
anak tersebut tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kurang
mendukung, maka potensi yang dimiliki pun tidak akan berkembang dengan
baik. Karakter manusia dapat Untuk menumbuhkan watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
perlu menggunakan strategi sehingga terbentuk karakter yang idealis.
Menurut Crossbie (2005), ada beberapa strategi dalam pembentukan
karakter, termasuk karakter bela negara, antara lain:

1. Keteladanan; memiliki integritas tinggi serta memiliki kompetensi:


pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional

2. Pembiasaan

3. Penanaman kedisiplinan

4. Menciptakan suasana yang konduksif

5. Integrasi dan internalisasi

6. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam


pendidikan jasmani.

6
7. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cintai damai, sikap
sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan
agama.

8. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-


tugas ajar dalam pendidikan jasmani.

9. Mengembangkan keterampilan untuk melakukan aktivitas jasmani dan


olahraga, serta memahami alasan-alasan yang melandasi gerak dan kinerja.

10. Menumbuhkan kecerdasan emosi dan penghargaan terhadap hakhak


asasi orang lain melalui pengamalan fairplay dan sportivitas.

11. Menumbuhkan self-esteem sebagai landasan kepribadian melalui


pengembangan kesadaran terhadap kemampuan dan pengendalian gerak
tubuh.

12. Mengembangkan keterampilan dan kebiasaan untuk melindungi


keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.

13. Menumbuhkan cara pengembangan dan pemeliharaan kebugaran


jasmani dan pola hidup sehat.

14. Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif


secara teratur dalam aktivitas fisik dan memahami manfaat dari
keterlibatannya.

15. Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang


dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

2. Bela Negara Dalam Pembentukan Karakter

Bela negara adalah cerminan dari sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) yang berlandaskan Pancasila dan undang undang dasar 1945
dalam pendidikan bela negara sangatlah penting pendidikan bela negara
dipandang relevan dan strategis, di samping untuk pembinaan pertahanan
negara juga berguna untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman jiwa
patriotisme dan cinta terhadap tanah air, jadi sudah sepatutnya kesadaran
berbangsa dan bernegara sejogjanya di tumbuh kembangkan kepada seluruh
sumber daya manusia di Indonesia sampah pada tempat sampah, mengerjakan
pekerjaan rumah tepat waktu semua itu sudah mencerminkan sikap sikap
karakter yang baik yang harus diperhatikan kepada peserta didik namun
keterbatasan dosen dalam mengajar bela negara ini adalah belum masuknya
dalam kurikulum tetapi pengajar yang profesional adalah pengajar yang selalu
menguasai keadaan apapun pandai pandainya pengajar untuk menerapkan di
sela-sela pelajaran Non Formal contohnya ekstrakurikuler

7
Masyarakat Indonesia dalam melaksanakan pembinaan kesadaran bela negara
hal yang sangat baik pemerintah juga sudah menerapkan pendidikan bela
negara dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi bela negara
sangatlah baik diterapkan sejak pendidikan dasar sebagai pondasi awal
peserta didik untuk mengenali dan membentuk karakternya contohnya
membuang sampah pada tempat sampah, mengerjakan pekerjaan rumah tepat
waktu semua itu sudah mencerminkan sikap sikap karakter yang baik yang
harus diperhatikan kepada peserta didik namun keterbatasan dosen dalam
mengajar bela negara ini adalah belum masuknya dalam kurikulum tetapi
pengajar yang profesional adalah pengajar yang selalu menguasai keadaan
apapun pandai pandainya pengajar untuk menerapkan di sela-sela pelajaran
Non Formal contohnya ekstrakurikuler.

3. Hubungan Bela Negara Dengan Pembentukan Karakter

Masyarakat dan bangsa Indonesia memerlukan kesatuan arah dalam


mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 1945 (Tilaar: 2012). Dalam
UUD 1945 pada pembukaan dinyatakan sebagai berikut: “Kemudian daripada
itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” (Nurgiansah, 2021)..

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kehidupan bangsa yang cerdas
merupakan kehidupan yang dilandaskan atas keimanan dan ketaqwaan yang
akan mengingatkan dan terbentuknya karakter yang mulai. Pembentukan
karakter sudah digagas oleh Bung Karno yaitu dalam Pancasila. Upaya
memahami pemikiran Bung karno tentu tidak bisa dilepaskan dari realitas
sosial budaya dan pengalaman sejarah yang melekat pada rakyat Indonesia.

Gambaran sosok pribadi manusia Indonesia. Pancasila yaitu seorang pribadi


yang cerdas dan bermartabat, seseorang yang cerdas merupakan pribadi yang
cekatan dan siap untuk bersaing di era globalisasi ini mempunyai pandangan
yang luas untuk melakukan suatu perubahan meskipun secara bertahap dan
diharapkan juga bisa mengubah Indonesia agar dikenal di dunia Internasional.
Seseorang yang menjunjung tinggi nilai Pancasila yang yang telah digali dari
kebudayaan Indonesia yang multicultural. Identitas manusia nasional jika
dilihat dari ideologinya adalah jelas mendapatkan kedudukan yang netral.

8
Sejarah mengatakan bahwa di era pergerakan nasional merupakan bangkitnya
masyarakat Indonesia secara kultural, ideologis, dan politik untuk mencapai
kemerdekaan sebagai bangsa yang mandiri. Untuk mewujudkan bangsa yang
mandiri perlu dilakukan pengelolaan sumber daya manusia untuk pertahanan
negara yang merupakan suatu keharusan bagi setiap bangsa yang berdaulat.

Untuk menjamin keberlangsungan perjalan hidup bangsa, proteksi terhadap


berbagai ancaman, baik militer dan non militer, sangat diperlukan terhadap
keselamatan bangsa dalam wilayah NKRI.

Kesiapan seluruh warga terhadap program mulia bela negara dijadikan


sebagai momentum untuk meningkatkan produktivitas dengan cara berlatih
dan mendisiplinkan diri sehingga menjadikan bangsa terhindar dari
perpecahan dan kerentanan terhadap masuknya budaya luar yang merusak
tatanan kehidupan bangsa dan negara. Keterpaduan dan kekuatan SDM
bangsa merupakan modal utama penyokong terhadap majunya peradaban
suatu bangsa. Dengan SDM yang andal, tentu akan mampu mengelola sumber
daya alam (SDA) dengan baik dan benar untuk kesejahteraan warganya.
Tantangan yang saat ini sedang hadir di depan mata dan tidak boleh dinafikan
adalah tingkat kecintaan generasi muda terhadap bangsa dan negara.

Dengan semakin berkurang rasa nasionalisme mahasiswa, ditakutkan bangsa


akan mudah disetir kepentingan luar yang dapat merugikan bangsa dan
negara. Kecintaan Tanah Air perlu dilatih secara berjenjang dan sistematis
agar rasa memiliki terhadap bangsa dan negara tertanam dalam jiwa dan raga
sanubari yang dalam. Karena itu, bentuk kecintaan yang dilahirkan tidak
merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses pembentukan
karakter bangsa dapat dilaksanakan di dalam dunia Pendidikan dengan
memanfaatkan generasi muda penerus bangsa. Dengan memberikan pelajaran
Kewarganegaraan secara teoritis dan Pendidikan moral secara praktis. Hal ini
dinilai efektif untuk membuat generasi muda memiliki wawasan dan karakter
bangsa di era globalisasi saat ini.

Hubungan antara bela negara dengan pembentukan karakter berada


pemahaman bela negara yang tidak berkutat dengan istilah saja, melainkan
memiliki keterkaitan dengan konsep wawasan nusantara dan ketahanan
nasional. Hakikat dari pembinaan kesadaran bela negara merupakan upaya
untuk membangun karakter bangsa Indonesia yang memiliki jiwa
nasionalisme dan patriotism.

Salah satu karakter bangsa yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia adalah
Bela Negara. Ciri khas Bela Negara adalah sikap dan tindakan yang selalu
menjunjung tinggi nilai nilai cinta tanah air dan rela berkorban demi
keberlangsungan bangsa dan negara. Karakter pertahanan negara merupakan
kunci bagi kemampuan Indonesia untuk bertahan menghadapi ancaman
global yang dinamis dan kesiapan untuk segera menyerang kedaulatan
bangsa.

9
Karakter ini tidak dapat tumbuh dengan sendirinya tetapi harus ditanamkan
dalam setiap jiwa masyarakat dan dikembangkan sehingga pertahanan
menjadi ciri yang melekat pada setiap rakyat Indonesia. Pemerintah dalam hal
ini Kemhan memiliki Program Pengembangan Bela Negara untuk memupuk
jiwa bela negara. Degradasi moral generasi muda mendorong pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan program
“Pendidikan Kepribadian dan Kebudayaan Nasional” pada tahun 2010
sebagai gerakan nasional. Langkah dianggap tepat, karena masalah utama
yang dihadapi Indonesia saat ini bukan lagi masalah intelektual tetapi moral.
Namun, jika sebelum mereka ikut serta dalam pembangunan negeri ini, harkat
dan moralitas mereka akan rusak. Tentu saja negara ini tidak akan maju jika
dibangun oleh generasi yang tidak bermoral. Untuk itu diperlukan
pembenahan bagi generasi berikutnya agar memiliki akhlak dan moral yang
baik.

2.4 Kesadaran Mahasiswa Terhadap Bela Negara


Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan
tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi,
dan yang paling umum adalah universitas. Sepanjang sejarah, mahasiswa
diberbagai negara mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara.
Misalnya, di Indonesia pada Mei 1998, ratusan ribu mahasiswa berhasil
mendesak Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya.
Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di
masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa
mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekoki
oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dan lain
sebagainya. Mahasiswa adalah seseorang yang potensial dalam memahami
perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan
masyarakat. Yang memiliki posisi dan peran sebagai agent of change, social
controler, dan the future leader. Mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda
dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam
tiap fenomena sosial, harus mampu mengimplementasikan kemampuan
keilmuannya dalam akselerasi perubahan
keumatan ke arah berkeadaban.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh
mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan
kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan
negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar,
bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah.
Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun
bukan berartimemisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu
dirumuskan perihal peran, fungsi,
dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi
mahasiswa tersebut. Adapun peran, fungsi, dan posisi mahasiswa dalam
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Agent Of Change (Generasi Perubahan)

10
Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Artinya jika ada sesuatu
yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk
merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Dengan harapan bahwa
suatu hari mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam
membantu pembangunan Indonesia untuk menjadi lebih baik ke depannya.

2. Social Control (Generasi Pengontrol)


Sebagai generasi pengontrol seorang mahasiswa diharapkan mampu
mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Jadi, selain
pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar dalam
bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan. Mahasiswa
diupayakan agar mampu mengkritik, memberi saran dan memberi solusi
jika keadaan sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan
bangsa. Mahasiswa harus memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi
nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual.

3. Iron Stock (Generasi Penerus)


Sebagai tulang punggung bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan
menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak
mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di
pemerintahan kelak. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan,
harapan bangsa untuk masa depan bangsa Indonesia.

4. Moral Force (Gerakan Moral)


Mahasiswa sebagai penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan
untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila di lingkungan sekitar terjadi
hal-hal yang menyimpamg dari norma yang ada, maka mahasiswa dituntut
untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang
diharapkan. Mahasiswa sendiripun harus punya moral yang baik agar bisa
menjadi contoh bagi masyarakat dan juga harus bisa merubah ke arah yang
lebih baik jika moral bangsa sudah sangat buruk, baik melalui kritik secara
diplomatis ataupun aksi.

5. Guardian of Value (Penjaga nilai-nilai)


Mahasiswa sebagai “guardian of value” artinya penjaga nilai-nilai. Sesuai
dengan artinya mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai, nilai-nilai
tersebut bukanlah nilai-nilai yang negatif melainkan nilai-nilai yang
positif. Tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang
selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu
sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense
of crisis dan selalu mengembangkan dirinya.

Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis
terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan
tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu
selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak

11
ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai
masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang
tepat untuk menyelesaikannya.
Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka
bisa menjadi
generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa
disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap
bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, di mana keyakinan
dan pemikiran mereka belum dipengaruhi oleh partai politik, organisasi
masyarakat, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan
memiliki posisi di antara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan
sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan
keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya.
Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan
melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis
masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan
realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung
jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.Karena
berkurangnya pemahaman akan Pancasila pada mahasiswa dan kalangan
muda lainnya,menyebabkan banyak masalah-masalah yang terjadi dalam
kehidupan bangsa indonesia dan menyebabkan perpecahan antara sesama
umat, dan juga intoleransi masyrakat untuk beribadah secara bebas serta
membuat berkurangnya sikap berbela negara yang harus dilakukan untuk
menjaga kedamaian dan keamanan bangsa indonesia.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat
berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan
mampu membantu mensosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak
salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang
harus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial
tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara
idealisme dan
realita. Tak jarang mahasiswa berat sebelah, saat mahasiswa membela
idealisme ternyata
mahasiswa melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat mahasiswa
berpihak pada
realita, ternyata mahasiswa secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme
mahasiswa dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang
seharusnya mahasiswa miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah
saat terjadi kenaikan harga BBM.

12
2.5 Implementasi Kesadaran Bela Negara

1. Cinta tanah air

Cinta merupakan perasaan (rasa) yang tumbuh dari hati yang paling dalam
tiap warga negara terhadap Tanah Air yakni Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Untuk
menumbuhkan nilai-nilai rasa cinta Tanah Air perlu memahami Indonesia
secara utuh meliputi:

a. Pengetahuan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia

b. Potensi sumber daya alam

c. Sumber daya manusia

d. Posisi geografi yang sangar strategis dan terkenal dengan keindahan


alamnya sebagai zamrud khatulistiwa yang merupakan anugerah dari
tuhan yang maha Esa kepada bangsa Indonesia.

Dengan memahani keberadaan Indonesia seutuhnya, akan menumbuhkan


nilai-nilai dasar bela negara sebagai rasa bangga sebagai bangsa pejuang,
rasa memiliki sebagai generasi penerus, dan rasa bertanggung jawab
sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
tumbuhnya rasa cinta Tanah Air pada tiap warga negara Indonesia akan
lahir sikap bela negara yang kuat sebagai modal dasar kekuatan bangsa
dan negara yang siap berkorban untuk menjaga, melindungi dan
membangun bangsa dan negara menuju terwujudnya citacita nasional.

2. Sadar bangsa dan bernegara.

Rasa cinta Tanah Air yang tinggi dari tiap warga negara, perlu ditopang
dengan sikap kesadaran berbangsa yang selalu menciptakan nilai-nilai
kerukunan, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di lingkungan
masing-masing serta sikap kesadaran bernegara yang menjunjung tinggi
prinsip-prinsip dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara
hukum berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Untuk
menumbuhkan sikap kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka
dan berdaulat di antara negara-negara lainnya di dunia, perlu memahami
nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi kebangsaan

yang meliputi :

a. Wawasan nusantara

b. Ketahanan nasional

c. Kewaspadaan nasional

13
d. Politik luar negeri bebas aktif

Dengan memahami konsepsi kebangsaan yang dianut oleh bangsa


Indonesia, diharapkan akan melahirkan sikap bela negara yang
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan banga berbasis pada
sikap nasionalisme dan patriotisme untuk memperkokoh ketahanan
nasional yang berwawasan Nusantara.

3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, telah terbukti ampuh dalam
menjamin kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pasca
Proklamasi kemerdekaan Indonesia, telah terjadi berulang kali peristiwa
sejarah yang mengancam keberadaan NKRI, namun berbagai bentuk
ancaman tersebut dapat diatasi, berkat kesetiaan rakyat Indonesia terhadap
ideology Pancasila. Untuk membangun kesetiaan iap warga negara
terhadap ideologi Pancasila perlu memahami berbagai faktor yang turut
mempengaruhi berkembangnya pengalaman nilai-nilai Pancasila tersebut
sebagai bagian dari nilai-nilai dasar bela negara yang meliputi:

a. Penegakan disiplin

b. Pengembangan etika politik

c. System demokrasi

d. Menumbukan taat hukum

Kesetiaan tiap warga negara kepada Pancasila sebagai ideologi negara dan
sekaligus sebagai dasar negara, perlu diterjemahkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, merupakan jaminan bagi
kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 (Nurgiansah, 2020).

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara

Perjuangan bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan dan


mempertahankannya hingga saa ini, adalah berkat tekad para pejuang
bangsa yang rela berkorban demi bangsa dan negaranya. Sikap rela
berkorban telah menjadi bukti sejarah, bahwa kemerdekaan Indonesia
diperoleh dengan perjuangan yang tulus tanpa pamrih dari seluruh
kekuatan rakyat melawan colonial belanda dan kelompok yang anti kepada
NKRI. Dengan semangat pantang menyerah, para pejuang bangsa maju ke
medan perang, baik perang fisik militer maupun perang diplomasi untuk
mencapai kemenangan.

5. Memiliki kemampuan awal bela negara

14
Bentuk bela negara pada umumnya terbagi menjadi dua kategori yaitu bela
negara secara fisik dan bela negara secara non fisik. Bela negara secara
fisik seperti pelatihan komponen cadangan dan pengabdian diri sebagai
prajurit TNI dan Polri.Sedangkan, bela negara non fisik dapat dilakukan
melalui pendidikan kewarganegaraan, pengabdian sesuai profesinya
masing-masing, meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara dengan
cara menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain, Berperan serta dalam memajukan bangsa dan negara
dengan karya nyata, meningkatkan kepatuhan dan kesadaran terhadap
peraturan yang berlaku, menjunjung tinggi hak asasi manusia, Lebih
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai wujud pengamalan
Pancasila sebagai dasar negara, membentuk jiwa kebersamaan dan
solidaritas antar sesame masyarakat untuk saling membantu pada masa
kesulitan. Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa harus dapat
meneguhkan Indonesia sebagai negara bangsa majemuk yang membentuk
satu kesatuan dalam keberagaman Bhineka Tunggal Ika. Setiap komponen
bangsa yang berbeda juga harus

senantiasa menjaga persatuan memperkuat kohesi sosial dan membangun


harmoni dalam perbedaan dan keragaman yang dilandasi oleh semangat
dan jiwa gotong royong sebagai jati diri bangsa. Kekuatan bangsa
Indonesia terletak pada keberagaman dan perbedaan bukan pada
persamaan dan keseragaman.

2. 6 Kebijakan Pembinaan Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa


Bela negara merupakan sebuah kewajiban konstitusional bagi setiap warga
negara yang termaktub dalam berbagai bentuk dasar yuridis dalam suatu
negara. Kewajiban bela negara termaktub dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 pasal 27 ayat 3 yang menjelaskan bahwa
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. Keterlibatan warga negara dalam sistem pertahanan negara dapat
terwujud dalam implementasi pendidikan bela negara yang dilaksanakan
untuk mencetak kader bela negara (Pratama C. D., 2020). Pendidikan bela
negara dilaksanakan sebagai wujud implementasi dari pembinaan
kesadaran bela negara untuk dapat mempertahankan eksistensi Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu negara yang berkedaulatan.

Pelaksanaan PKBN menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 pasal


8 ayat 1 dilaksanakan melalui sistem pendidikan yang didalamnya
mencakup kurikulum wajib yang mencantumkan pendidikan
kewarganegaraan, keagamaan dan bahasa dalam seluruh jenjang
pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi.
UPN “Veteran” Jawa Timur merupakan lembaga pendidikan tinggi yang
menanamkan pendidikan bela negara sehingga disebut sebagai kampus

15
bela negara yang identik dengan karakter dan jiwa bela Negara. Satu dari
bentuk aktualisasi diri sebagai kampus bela negara adalah upaya UPN
“Veteran” Jawa Timur untuk menciptakan mahasiswa yang berkarakter
bela negara melalui berbagai program maupun kegiatan, seperti
pendidikan bela negara yang merupakan mata kuliah wajib yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswanya. Implementasi pendidikan bela negara
diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler mata kuliah
pembentuk kepribadian yaitu Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Widya Mwat Yasa, Kegiatan Outbond Bela negara serta
kegiatan Ekstrakurikuler melalui lembaga kemahasiswaan

Menurut Tachjan (2006) implementasi kebijakan publik merupakan proses


kegiatan administratif yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan atau
disetujui. Hal ini sejalan dengan pendapat Lestari (2018;172) yang
menjelaskan implementasi merupakan suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh berbagai aktor sehingga pada akhirnya akan mendapatkan
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran
kebijakan itu sendiri.

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur merupakan


kampus yang memiliki identitas sebagai kampus bela negara sehingga
dalam proses pembelajarannya dilaksanakan sesuai kurikulum yang
disusun oleh UPN “Veteran” Jawa Timur yang mana kurikulum tersebut
disusun dan dikembangan untuk setiap program studi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan Tinggi dengan melibatkan pemangku
kepentingan dan/atau instansi terkait yang dilandasi dengan nilai-nilai bela
negara. Kampus bela negara merupakan implementasi dari UUD 1945
pasal 27 ayat 3 tentang kewajiban tiap warga negara untuk bela negara.
Wujud bela negara yang dilaksanakan oleh UPN “Veteran” Jawa Timur
adalah dengan melaksanakan pendidikan yang merupakan suatu upaya
pembinaan kesadaran bela negara sesuai Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2019 pasal 3 ayat 2 yang menjelaskan penyelenggaraan pembinaan
kesadaran bela negara dilaksanakan melalui sistem pendidikan nasional.
Maka dari itu, Pimpinan lembaga UPN “Veteran” Jawa Timur membuat
suatu kebijakan tentang pembinaan kesadaran bela negara pada mahasiswa
bidikmisi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang
tertuang pada Form 3.0/PPMB/UPNJATIM/2021. Pembinaan kesadaran
bela negara pada mahasiswa bidikmisi UPN “Veteran” Jawa Timur
dilaksanakan melalui kegiatan ektrakurikuler dalam kampus dengan
mewajibkan setiap mahasiswa penerima bidikmisi UPN “Veteran” Jawa

16
Timur untuk mengikuti kegiatan pada UKM Bela Negara yang meliputi
Resimen Mahasiswa, Pramuka dan Mahapala. Implementasi kebijakan
pembinaan kesadaran bela negara pada mahasiswa bidikmisi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur belum bisa dikatakan
optimal karena jumlah partisipasi mahasiswa bidikmisi yang masih sangat
rendah. Untuk lebih mengetahui terkait implementasi kebijakan tersebut,
peneliti melaksanakan penelitian dengan mengukur keberhasilan
implementasi kebijakan melalui 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edward III yang meliputi
komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasa yang panjang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bela
negara bukan hanya sebagai perilaku dalam membela negara tetapi merupakan
kesadaran terhadap semua aspek yang berhubungan bangsa dan negara. Semua
hal yang kita lakukan untuk kemajuan dan perkembangan bagi bangsa
indonesia. Oelh sebab itu pentingnya kebijakan kesadaran pembinaan bela
negara dalam semua aspek kehidupan. Karena dengan mempunyai kesadaran
bela negara maka sesorang akan membuat karakter dan setiap perilakunya
didasarkan pada kecintaan bangsa dan neggara.

3.2 SARAN

Bagi semua masyarakat khususnya mahasiswa pentinya pembinaan bela negara


karena akan menguatkan karakter dan kesadaran serta kemajuan bagi bangsa
indonesia. Oleh sebab itu dibutukan dukungan dan sokongan semua pihak
untuk terlibat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, S., Kebijakan public, Bandung: Pustaka Setia, 2014.

Ariyanto, A., Bela Negara, Banten: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi
Banten, 2020.

Jannah, R., & Wibawani, S., Penerapan Nilai-Nilai Cinta Tanah Air Di Kalangan
Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur, Dinamika Governance: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 8(2),
2018.

Siahaan, Timbul. (2016). Bela Negara dan Kebijakan Pertahanan. Wira. Majalah
Wira. Jakarta: Puskom Publik Kemhan. bansa Indonesia dewasa ini
nyaris

Soepandji, Budi Susilo. (2012). Bangga Indonesia: Menjadi Komponen


Cadangan Tanah Air. Jakarta: Grasindo.

Soepandji, Kris Wijoyo & Muhammad Farid. (2018). Konsep Bela Negara dalam
Perpektif Ketahanan Nasional. Jurnal Hukum dan Pembangunaan. 48
(3) 436-456.

Tahjan, Implementasi Kebijakan Publik, Bandung: AIPI, 2006.

Tim edukasi perpajakan direktorat jendral pajak. (2016). Materi Terbuka


Kesadaran Pajak untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat Jendral
Pajak Kementerian Keuangan Rapublik Indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019

Wiyani, N., A. (2012). Manajemen pendidikan karakter: konsep dan


implementasinya di sekolah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Zainal Abidin, D. P., Buku Ajar Pendidikan Bela Negara. Surabaya, Jawa Timur
Indonesia: UPN “Veteran” Jawa Timur, 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai