DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
EKONOMI PEMBANGUNAN
2023
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan, Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan
yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca makalah ini.
Hormat Kami
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
negara memiliki tanggung jawab dan hak untuk ikut serta dalam pertahanan
negara.
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian bela negara
2
BAB II
PRMBAHASAN
Bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh undang-undang dan
pejabat negara mengenai patriotisme seseorang, kelompok, atau seluruh
komponen bangsa untuk mempertahankan negara. Pasal 9 (1) UU No. 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara juga mengatur tentang gagasan bela negara,
yang menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara yang diwujudkan dalam bentuk
penyelenggaraan pertahanan negara." Pasal tersebut cukup beralasan ketika
dikatakan bahwa "Upaya Bela Negara" merujuk pada sikap dan perilaku warga
negara yang memiliki kecintaan terhadap Negara dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, sebagaimana tercantum
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara.
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, semuanya berkaitan erat dengan bela
negara dan perwujudan cita-cita bangsa yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat untuk mendukung
sistem pertahanan semesta yang telah ditetapkan Indonesia adalah bela negara.
Sistem pertahanan semesta mengamanatkan agar setiap lapisan masyarakat
turut berkontribusi aktif dalam melindungi tanah air. Rasa bela negara yang
kuat akan memotivasi setiap individu untuk memberikan yang terbaik dalam
membela negaranya, tetapi jika sentimen tersebut tidak dimiliki, niscaya akan
membuat mereka enggan untuk ikut serta dalam pertahanan global. Dimulai
dari bangku sekolah, rasa bela negara harus ditanamkan sedini mungkin.
Jika pendidikan bela negara diajarkan dengan benar di sini, maka akan
menghasilkan sikap yang baik di kalangan anak muda, karena pendidikan yang
baik akan menghasilkan generasi muda yang baik. Pemuda tidak diragukan
lagi harus dipersiapkan dengan baik karena mereka akan menjadi pemimpin
masa depan Indonesia dan akan mengarahkan negara ini dengan cara yang
lebih baik. Masa depan digerakkan oleh kaum muda karena merekalah yang
akan menghadapi masa-masa sulit di masa depan. Dalam hal ini, generasi tua
berkontribusi untuk membawa generasi muda ke gerbang masa depan sehingga
mereka dapat berjuang seefektif mungkin.
3
2.2 Pembinaan Bela Negara
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah upaya untuk membangun
kesadaran, semangat, dan komitmen warga negara terhadap kepentingan,
keutuhan, dan kedaulatan negara. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa
masyarakat memiliki kesadaran dan kesiapan untuk mempertahankan dan
membela negaranya dalam segala situasi, termasuk dalam situasi darurat atau
konflik.
Berikut ini rincian dan komponen penting dari pembinaan kesadaran bela
negara:
1. Pendidikan dan Penyuluhan
• Konten Kurikulum: Pendidikan formal dan informal harus mencakup
materi bela negara, termasuk sejarah, nilai-nilai, dan kewajiban warga
negara terhadap negara
• Pelatihan Guru dan Fasilitator: Guru dan fasilitator harus terlatih
dalam menyampaikan materi bela negara dengan cara yang
memotivasi dan memberikan pemahaman mendalam.
• Program Sosialisasi: Masyarakat harus diberikan kesempatan untuk
mengikuti seminar, lokakarya, atau kampanye sosialisasi untuk
memahami pentingnya bela negara.
4
5. Dukungan Pemerintah dan Institusi
• Kebijakan dan Anggaran: Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan
yang mendukung pembinaan kesadaran bela negara, termasuk alokasi
anggaran yang memadai.
• Kerjasama dengan Lembaga Non-Pemerintah: Bekerjasama dengan
LSM dan lembaga lain yang memiliki kepentingan serupa dalam
membangun kesadaran bela negara.
5
• Mengembangkan Disiplin dan Kepatuhan: Membentuk karakter warga
negara yang taat pada hukum dan menghargai otoritas negara.
2. Pembiasaan
3. Penanaman kedisiplinan
6
7. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cintai damai, sikap
sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan
agama.
Bela negara adalah cerminan dari sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) yang berlandaskan Pancasila dan undang undang dasar 1945
dalam pendidikan bela negara sangatlah penting pendidikan bela negara
dipandang relevan dan strategis, di samping untuk pembinaan pertahanan
negara juga berguna untuk meningkatkan pemahaman dan penanaman jiwa
patriotisme dan cinta terhadap tanah air, jadi sudah sepatutnya kesadaran
berbangsa dan bernegara sejogjanya di tumbuh kembangkan kepada seluruh
sumber daya manusia di Indonesia sampah pada tempat sampah, mengerjakan
pekerjaan rumah tepat waktu semua itu sudah mencerminkan sikap sikap
karakter yang baik yang harus diperhatikan kepada peserta didik namun
keterbatasan dosen dalam mengajar bela negara ini adalah belum masuknya
dalam kurikulum tetapi pengajar yang profesional adalah pengajar yang selalu
menguasai keadaan apapun pandai pandainya pengajar untuk menerapkan di
sela-sela pelajaran Non Formal contohnya ekstrakurikuler
7
Masyarakat Indonesia dalam melaksanakan pembinaan kesadaran bela negara
hal yang sangat baik pemerintah juga sudah menerapkan pendidikan bela
negara dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi bela negara
sangatlah baik diterapkan sejak pendidikan dasar sebagai pondasi awal
peserta didik untuk mengenali dan membentuk karakternya contohnya
membuang sampah pada tempat sampah, mengerjakan pekerjaan rumah tepat
waktu semua itu sudah mencerminkan sikap sikap karakter yang baik yang
harus diperhatikan kepada peserta didik namun keterbatasan dosen dalam
mengajar bela negara ini adalah belum masuknya dalam kurikulum tetapi
pengajar yang profesional adalah pengajar yang selalu menguasai keadaan
apapun pandai pandainya pengajar untuk menerapkan di sela-sela pelajaran
Non Formal contohnya ekstrakurikuler.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kehidupan bangsa yang cerdas
merupakan kehidupan yang dilandaskan atas keimanan dan ketaqwaan yang
akan mengingatkan dan terbentuknya karakter yang mulai. Pembentukan
karakter sudah digagas oleh Bung Karno yaitu dalam Pancasila. Upaya
memahami pemikiran Bung karno tentu tidak bisa dilepaskan dari realitas
sosial budaya dan pengalaman sejarah yang melekat pada rakyat Indonesia.
8
Sejarah mengatakan bahwa di era pergerakan nasional merupakan bangkitnya
masyarakat Indonesia secara kultural, ideologis, dan politik untuk mencapai
kemerdekaan sebagai bangsa yang mandiri. Untuk mewujudkan bangsa yang
mandiri perlu dilakukan pengelolaan sumber daya manusia untuk pertahanan
negara yang merupakan suatu keharusan bagi setiap bangsa yang berdaulat.
Salah satu karakter bangsa yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia adalah
Bela Negara. Ciri khas Bela Negara adalah sikap dan tindakan yang selalu
menjunjung tinggi nilai nilai cinta tanah air dan rela berkorban demi
keberlangsungan bangsa dan negara. Karakter pertahanan negara merupakan
kunci bagi kemampuan Indonesia untuk bertahan menghadapi ancaman
global yang dinamis dan kesiapan untuk segera menyerang kedaulatan
bangsa.
9
Karakter ini tidak dapat tumbuh dengan sendirinya tetapi harus ditanamkan
dalam setiap jiwa masyarakat dan dikembangkan sehingga pertahanan
menjadi ciri yang melekat pada setiap rakyat Indonesia. Pemerintah dalam hal
ini Kemhan memiliki Program Pengembangan Bela Negara untuk memupuk
jiwa bela negara. Degradasi moral generasi muda mendorong pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan program
“Pendidikan Kepribadian dan Kebudayaan Nasional” pada tahun 2010
sebagai gerakan nasional. Langkah dianggap tepat, karena masalah utama
yang dihadapi Indonesia saat ini bukan lagi masalah intelektual tetapi moral.
Namun, jika sebelum mereka ikut serta dalam pembangunan negeri ini, harkat
dan moralitas mereka akan rusak. Tentu saja negara ini tidak akan maju jika
dibangun oleh generasi yang tidak bermoral. Untuk itu diperlukan
pembenahan bagi generasi berikutnya agar memiliki akhlak dan moral yang
baik.
10
Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Artinya jika ada sesuatu
yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk
merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Dengan harapan bahwa
suatu hari mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam
membantu pembangunan Indonesia untuk menjadi lebih baik ke depannya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis
terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan
tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu
selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak
11
ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai
masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang
tepat untuk menyelesaikannya.
Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka
bisa menjadi
generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa
disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap
bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, di mana keyakinan
dan pemikiran mereka belum dipengaruhi oleh partai politik, organisasi
masyarakat, dan lain sebagainya. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan
memiliki posisi di antara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan
sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan
keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya.
Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan
melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis
masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan
realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung
jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.Karena
berkurangnya pemahaman akan Pancasila pada mahasiswa dan kalangan
muda lainnya,menyebabkan banyak masalah-masalah yang terjadi dalam
kehidupan bangsa indonesia dan menyebabkan perpecahan antara sesama
umat, dan juga intoleransi masyrakat untuk beribadah secara bebas serta
membuat berkurangnya sikap berbela negara yang harus dilakukan untuk
menjaga kedamaian dan keamanan bangsa indonesia.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat
berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan
mampu membantu mensosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak
salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang
harus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial
tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara
idealisme dan
realita. Tak jarang mahasiswa berat sebelah, saat mahasiswa membela
idealisme ternyata
mahasiswa melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat mahasiswa
berpihak pada
realita, ternyata mahasiswa secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme
mahasiswa dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang
seharusnya mahasiswa miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah
saat terjadi kenaikan harga BBM.
12
2.5 Implementasi Kesadaran Bela Negara
Cinta merupakan perasaan (rasa) yang tumbuh dari hati yang paling dalam
tiap warga negara terhadap Tanah Air yakni Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Untuk
menumbuhkan nilai-nilai rasa cinta Tanah Air perlu memahami Indonesia
secara utuh meliputi:
Rasa cinta Tanah Air yang tinggi dari tiap warga negara, perlu ditopang
dengan sikap kesadaran berbangsa yang selalu menciptakan nilai-nilai
kerukunan, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman di lingkungan
masing-masing serta sikap kesadaran bernegara yang menjunjung tinggi
prinsip-prinsip dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara
hukum berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Untuk
menumbuhkan sikap kesadaran berbangsa dan bernegara yang merdeka
dan berdaulat di antara negara-negara lainnya di dunia, perlu memahami
nilai-nilai yang terkandung dalam konsepsi kebangsaan
yang meliputi :
a. Wawasan nusantara
b. Ketahanan nasional
c. Kewaspadaan nasional
13
d. Politik luar negeri bebas aktif
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, telah terbukti ampuh dalam
menjamin kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pasca
Proklamasi kemerdekaan Indonesia, telah terjadi berulang kali peristiwa
sejarah yang mengancam keberadaan NKRI, namun berbagai bentuk
ancaman tersebut dapat diatasi, berkat kesetiaan rakyat Indonesia terhadap
ideology Pancasila. Untuk membangun kesetiaan iap warga negara
terhadap ideologi Pancasila perlu memahami berbagai faktor yang turut
mempengaruhi berkembangnya pengalaman nilai-nilai Pancasila tersebut
sebagai bagian dari nilai-nilai dasar bela negara yang meliputi:
a. Penegakan disiplin
c. System demokrasi
Kesetiaan tiap warga negara kepada Pancasila sebagai ideologi negara dan
sekaligus sebagai dasar negara, perlu diterjemahkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, merupakan jaminan bagi
kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 (Nurgiansah, 2020).
14
Bentuk bela negara pada umumnya terbagi menjadi dua kategori yaitu bela
negara secara fisik dan bela negara secara non fisik. Bela negara secara
fisik seperti pelatihan komponen cadangan dan pengabdian diri sebagai
prajurit TNI dan Polri.Sedangkan, bela negara non fisik dapat dilakukan
melalui pendidikan kewarganegaraan, pengabdian sesuai profesinya
masing-masing, meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara dengan
cara menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain, Berperan serta dalam memajukan bangsa dan negara
dengan karya nyata, meningkatkan kepatuhan dan kesadaran terhadap
peraturan yang berlaku, menjunjung tinggi hak asasi manusia, Lebih
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai wujud pengamalan
Pancasila sebagai dasar negara, membentuk jiwa kebersamaan dan
solidaritas antar sesame masyarakat untuk saling membantu pada masa
kesulitan. Pembangunan kebudayaan dan karakter bangsa harus dapat
meneguhkan Indonesia sebagai negara bangsa majemuk yang membentuk
satu kesatuan dalam keberagaman Bhineka Tunggal Ika. Setiap komponen
bangsa yang berbeda juga harus
15
bela negara yang identik dengan karakter dan jiwa bela Negara. Satu dari
bentuk aktualisasi diri sebagai kampus bela negara adalah upaya UPN
“Veteran” Jawa Timur untuk menciptakan mahasiswa yang berkarakter
bela negara melalui berbagai program maupun kegiatan, seperti
pendidikan bela negara yang merupakan mata kuliah wajib yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswanya. Implementasi pendidikan bela negara
diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran intrakurikuler mata kuliah
pembentuk kepribadian yaitu Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Widya Mwat Yasa, Kegiatan Outbond Bela negara serta
kegiatan Ekstrakurikuler melalui lembaga kemahasiswaan
16
Timur untuk mengikuti kegiatan pada UKM Bela Negara yang meliputi
Resimen Mahasiswa, Pramuka dan Mahapala. Implementasi kebijakan
pembinaan kesadaran bela negara pada mahasiswa bidikmisi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur belum bisa dikatakan
optimal karena jumlah partisipasi mahasiswa bidikmisi yang masih sangat
rendah. Untuk lebih mengetahui terkait implementasi kebijakan tersebut,
peneliti melaksanakan penelitian dengan mengukur keberhasilan
implementasi kebijakan melalui 4 (empat) faktor yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi kebijakan menurut Edward III yang meliputi
komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasa yang panjang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bela
negara bukan hanya sebagai perilaku dalam membela negara tetapi merupakan
kesadaran terhadap semua aspek yang berhubungan bangsa dan negara. Semua
hal yang kita lakukan untuk kemajuan dan perkembangan bagi bangsa
indonesia. Oelh sebab itu pentingnya kebijakan kesadaran pembinaan bela
negara dalam semua aspek kehidupan. Karena dengan mempunyai kesadaran
bela negara maka sesorang akan membuat karakter dan setiap perilakunya
didasarkan pada kecintaan bangsa dan neggara.
3.2 SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto, A., Bela Negara, Banten: Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi
Banten, 2020.
Jannah, R., & Wibawani, S., Penerapan Nilai-Nilai Cinta Tanah Air Di Kalangan
Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur, Dinamika Governance: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 8(2),
2018.
Siahaan, Timbul. (2016). Bela Negara dan Kebijakan Pertahanan. Wira. Majalah
Wira. Jakarta: Puskom Publik Kemhan. bansa Indonesia dewasa ini
nyaris
Soepandji, Kris Wijoyo & Muhammad Farid. (2018). Konsep Bela Negara dalam
Perpektif Ketahanan Nasional. Jurnal Hukum dan Pembangunaan. 48
(3) 436-456.
Zainal Abidin, D. P., Buku Ajar Pendidikan Bela Negara. Surabaya, Jawa Timur
Indonesia: UPN “Veteran” Jawa Timur, 2014.
19