Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PERANAN PEMUDA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN


PENDAHULUAN BELA NEGARA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan
Program studi Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh :
1. Wida Nurpatimah
2. Gugun Gunàwan P S
3. Risdayanti Oktaviani
4. Amelinda Ratna Dewi

UNIVERSITAS BALE BANDUNG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
BANDUNG
2017

1
2
LEMBAR PENILAIAN TUGAS

MAKALAH INI TELAH DIPERIKSA

Di Bandung, Tanggal ..................................

Dengan nilai angka .....................................

Dosen Mata kuliah

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena
atas izin dan kehendak-Nya makalah sederhana ini dapat kami rampungkan tepat
pada waktunya.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun yang kami bahas dalam
makalah sederhana ini mengenai Perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara.

Harap kami, makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami dalam
mengarungi masa depan. Kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
orang lain yang membacanya.

Bandung, 02 juni 2017

Penyusun

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pentingnya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara


2.2. Harapan Pemerintah terhadap Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
2.3. Perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara di Indonesia
2.4. Peran pemuda dalam bela negara

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penegasan secara hukum mengenai Pendidikan Pendahuluan Bela Negara


terdapat dalam Undang-Undang Nomer 20 Tahun 1982 yang membahas tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia:

1. Pasal 1

- Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang teratur,
menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,
kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta keyakinan akan kesaktian
Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan
setiap ancaman baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang
membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan
bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945

- Pendidikan Pendahuluan Bela Negara adalah pendidikan dasar bela negara


guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
Indonesia, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara, kerelaan
berkorban untuk negara, serta memberikan kemampuan awal bela Negara.

2. Pasal 18

Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela Negara diselenggarakan melalui:

a.Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak terpisah dalam


sistem pendidikan nasional;

b.keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib;

6
c.keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara wajib;

d. keanggotaan Cadangan Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara


wajib;

e.keanggotaan Perlindungan Masyarakat secara sukarela.

3. Pasal 19

(1) Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diselenggarakan guna memasyarakatkan


upaya bela negara serta menegakkan hak dan kewajiban warga negara dalam
upaya bela negara.

(2)Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
wajib diikuti oleh setiap warga negara, dan dilaksanakan secara bertahap yaitu:

a. tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas dalam Gerakan
Pramuka;

b. tahap lanjutan dalam bentuk pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan


tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pendahuluan diatas maka dapat dirumuskan


permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :

1.Mengapa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sangat penting diajarkan sejak


dini ?

2.Apa yang diharapkan oleh pemerintah terhadap Pendidikan Pendahuluan Bela


Negara ?

3.Bagaimana perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara di Indonesia ?

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pentingnya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara

Nasionalisme adalah "suatu kondisi pikiran, perasaan atau keyakinan sekelompok


manusia pada suatu wilayah geografis tertentu, yang berbicara dalam bahasa yang
sama, memiliki kesusasteraan yang mencerminkan aspirasi bangsanya, terlekat
pada adat dan tradisi bersama, memuja pahlawan mereka sendiri dan dalam kasus-
kasus tertentu menganut keyakinan yang sama".

Akhir-akhir ini sering dikatakan bahwa semangat nasionalisme dan


patriotisme, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia telah memudar.
Beberapa indikasinya adalah munculnya semangat kedaerahan seiring dengan
diberlakukannya otonomi daerah; ketidakpedulian terhadap bendera dan lagu
kebangsaan; kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan kesenian daerah;
konflik antar etnis yang mengakibatkan pertumpahan darah.

Memudarnya nasionalisme dan patriotisme mungkin juga disebabkan oleh


tiadanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Sedikit
sekali kelompok masyarakat yang merayakan hari Kemerdekaan dengan acara
syukuran dan do'a bersama mengingat jasa para pahlawan yang telah
mengorbankan nyawa mereka untuk mencapai kemerdekaan ini.

Demikian pula Sumpah Pemuda, yang sebenarnya adalah modal awal


persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia jauh sebelum kemerdekaan, kini seolah
hanya merupakan pelajaran sejarah yang tidak pernah dihayati dan diamalkan.
Munculnya gerakan separatisme dan konflik antar etnis membuktikan tidak
adanya kesadaran bahwa kita adalah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

8
Harus diakui bahwa ada faktor-faktor politis, ekonomi dan psikologis yang
menyebabkan gerakan-gerakan separatis maupun konflik antar etnis itu, misalnya
masalah ketidakadilan sosial dan ekonomi, persaingan antar kelompok dan
sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di pusat maupun daerah untuk
mengantisipasi atau segera menangani berbagai permasalahan itu menyebabkan
tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan.

Maka dari itu Pendidikan Pendahuluan Bela Negara perlu diajarkan sejak dini
untuk mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki tekad, sikap dan
tindakan yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut guna meniadakan setiap
ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri yang membahayakan
kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan
wilayah dan yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

2.2. Harapan Pemerintah terhadap Pendidikan Pendahuluan Bela Negara

Melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, pemerintah berharap warga negara


Indonesia dapat mengerti, menghayati dan sadar serta yakin untuk menunaikan
kewajibannya dalam upaya bela negara, dengan ciri-ciri:

1) Cinta Tanah Air

Cinta tanah air ialah mengenal dan mencintai wilayah Indonesia hingga selalu
waspada dan siap membela tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan
hidup bangsa dan negara Indonesia oleh siapapun dan dari manapun.

2) Sadar berbangsa Indonesia

Maksud dari sadar berbangsa Indonesia, selalu membina kerukunan, persatuan,


dan kesatuan di lingkungan keluarga, pemukiman, pendidikan, dan pekerjaan serta

9
mencintai budaya bangsa dan selalu mengutamakan kepentingan bangsa di atas
kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan.

3) Sadar bernegara Indonesia

Sadar bernegara Indonesa yaitu sadar bahwa bertanah air, bernegara dan
berbahasa satu yaitu Indonesia, mengakui dan menghormati bendera Merah Putih,
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Lambang Negara Garuda Pancasila dan Kepala
Negara serta menaati seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Yakin akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara

Yakin akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara berarti yakin akan
kebenaran Pancasila sebagai satu-satunya falsafah dan ideologi bangsa dan negara
Indonesia yang telah terbukti kesaktiannya dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara, untuk tercapainya tujuan nasional.

5) Rela berkorban untuk bangsa dan Negara

Rela berkorban untuk bangsa dan Negara yaitu rela mengorbankan waktu, tenaga,
pikiran, dan harta baik benda maupun dana untuk kepentingan umum, sehingga
pada saatnya siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara.

6) Memiliki kemampuan bela Negara

a) Diutamakan secara psikis (mental) memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja


keras, mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, percaya akan
kemampuan sendiri, tahan uji, pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan
untuk mencapai tujuan nasional.

b) Secara fisik (jasmaniah) sangat diharapkan memiliki kondisi kesehatan dan


keterampilan jasmani, yang dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang
bersifat psikis.

10
2.3. Perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara di Indonesia

Sama halnya dengan Pendidikan formal yang lain, perkembangan


Pendidikan Pendahuluan Bela Negara berdasarkan situasi yang dihadapi oleh
penyelenggara kekuasaan. Periode-periode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1945 sejak NKRI diproklamasikan sampai tahun 1965 disebut


periode lama atau Orde lama.

2. Tahun 1965 sampai tahun 1998 disebut periode baru atau Orde baru.

3. Tahun 1998 sampai sekarang disebut periode Reformasi.

Perbedaan periode tersebut terletak pada hakikat yang dihadapi.

a) Periode Lama

Ancaman yang dihadapi oleh Indonesia pada masa Orde Lama lebih berupa
ancaman fisik. Pada tahun 1954, terbit Undang-Undang tentang Pokok-pokok
Parlementer Rakyat (PPPR) dengan Nomor: 29 tahun 1954. Realisasi dari
undang-undang ini adalah diselenggarakannya Pendidikan Pendahuluan
Perlawanan Rakyat (PPPR) yang menghasilkan organisasi-organisasi perlawanan
rakyat (OPR) pada tingkat pemerintahan desa, yang selanjutnya berkembang
menjadi keamanan desa, OKD.

Di sekolah-sekolah terbentuk organisasi keamanan sekolah, OKS. Dilihat dari


kepentingannya, tentunya pola pendidikan pendahuluan bela Negara yang
diselengarakan pada masa orde lama lebih terarah pada fisik, teknik, taktik, dan
strategi kemiliteran.

b) Periode Orde Baru dan Periode Reformasi

Ancaman yang dihadapi dalam periode-periode ini berupa tantangan non fisik dan
gejolak sosial. Untuk mewujudkan bela Negara dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang tidak lepas dari pengaruh

11
lingkungan strategis baik dari dalam maupun dari luar, langsung maupun tidak
langsung, bangsa Indonesia pertama-tama perlu membuat rumusan tujuan bela
Negara.

Tujuannya adalah menumbuhkan rasa cinta tanah air, bangsa dan Negara.
Untuk mencapai tujuan ini, bangsa Indonesia perlu mendaptakan pengertian dan
pemahaman tentang wilayah Negara dalam persatuan dan kesatuan bangsa.
Mereka juga perlu memahami sifat ketahanan bangsa atau ketahanan nasional
agar pemahaman tersebut dapat mengikat dan menjadi perekat bangsa dalam satu
kesatuan yang utuh. Karena itu, pada tahun 1973 untuk pertama kalinya dalam
periode baru dibuat Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1973, dimana terdapat
muatan penjelasan tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Sesuai dengan perkembangan kemajuan dari periode ke periode dan adanya


rumusan tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam GBHN,
Undang-Undang Nomer 29 Tahun 1954 tentang Pokok-pokok Perlawanan Rakyat
dipandang tidak dapat lagi menjawab kondisi yang diinginkan. Karena itu, pada
tahun 1982 Undang-Undang No.39/1954 dicabut dan diganti dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia. Realisasi dari Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1982 adalah diselenggarakannya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
(PPBN) melalui obyek dan sasaran di lingkungan kerja, lingkungan pemukiman,
dan lingkungan pendidikan.

Agar penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dapat menjadi


pedoman di lingkungan pendidikan, bahan ajaran dibuat dalam dua tahap. Tahap
pertama Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diberikan pada tingkat sekolah
Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tahap kedua
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diberikan kepada mahasiswa. Tahap kedua
ini lebih menitik beratkan pada pemahaman bela Negara secara filosofi.

12
2.4. Peran pemuda dalam bela negara

Strategis peran pemuda sebagai generasi pembangun bangsa, hingga tercetus


adagium siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan suatu
bangsa. Tidak heran bila kemudian panglime besar revolusi Indonesia, Bung
Karno, mengatakan “ beri padaku sepuluh orang pemuda, akan kugoncangkan
dunia.” Ungkapan presiden RI pertama ini, mengidikasikan bahwa beliau paham
akan kekuatan yang mendarah daging dalam diri para pemuda. Pemuda adalah
sokoguru perubahan, berbicara Pemuda, maka berbicara tentang symbol dari
semangat, idealism, progresif dan sosok yang senantiasa berpikir radikal.

Hal yang sama juga diungkapkan Simon Frith bahwa pemuda adalah salah
satu strata kelas yang memiliki suatu identitas budaya tertentu dan merupakan
satu model manusia unik dalm komunitas apapun sehingga ia terdeferensiasi
(berbeda) dengan entitas lainnya, seperti anak kecil, dewasa hingga orangtua.
Tidak heran dengan potensinya yang luar biasa ini, pemuda menduduki kans besar
serta berpeluang menempati posisi penting dan strategid sebagai pelaku-pelaku
pembangunan maupun sebagai generasi penerus untuk berkiprah dimasa depan.

Di jaman sebelum kemerdekaan maupun pada jaman kemerdekaan,


pemuda selalu tampil dengan jiwa dan semangat kepeloporan, perjuangan, dan
patriotismenya untuk mengusung perubahan dan pembaharuan. Karya-karya
monumental pemuda melalui peristiwa bersejarah seperti Boedi Oetomo pada
tanggal 20 Mei 1908, Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, proklamasi
Kemerdekaan republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, gerakan 1966,
serta yang paling fenomenal yang dilakukan adalah gerakan reformasi 1998 yang
telah berhasil menumbangkan rezim otoriter dan merubah zitem ketatanegaraan
Indonesia disegala bidang. Semua Peristiwa tersebut membuat mata seluruh
elemen bangsa ini terpana menyaksikan kiprah dan peran pemuda sebagai garda
terdepan perubahan sekaligus harapan bagi pembangunan bangsa.

Akan tetapi kiprah pemuda sebagaimana generasi pendahulu diatas, kini


mulai memudar. Sosok Pemuda seperti Soe Hiek Gie ataupun Tan Malaka yang

13
memiliki pemikiran kritis dan progresif bagi perubahan dan pembangunan
Republik ini kini sudah semakin langka adanya. Bila tidak ingin dikatakan sosok
Pemuda demikian hanya tinggal catatan yang teronggok manis dimuseum-
museum sejarah. Realitas menunjukkan potensi pemuda sebagai generasi
pembangun bangsa kini semakin tergerus dikikis Budaya apatis, pragmatis, dan
hedonis. Timbul pertanyaan apakah realitas demikian disebabkan factor intern
pemuda sendiri yang kurang peka terhadap realitasa social yang terjadi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara atau mungkin karena factor globalisasi tanpa
diiringi filterisasi.

Jadi Sudah Seyogyanyalah pemuda Indonesia mengembalikan kembali


Khittahnya sebagai pendobrak, agen perubahan, kader bangsa, kader masyarakat
dan kader keluarga. Reformasi Tidak Mungkin dilakukan oleh orang tua dan
anak-anak. Masyarakat Indonesia menaruh harapan besar kepada pemuda-pemudi
sebagai generasi penerus harapan bangsa yang dapat menjamin menjadi sukarno-
sukarno dimasa depan dengan semangat juang yang tinggi sebagai motor
perjuangan bangsa.

Peran Serat dalam usaha Pembelaan Negara di Lingkungan Sekolah yaitu :

Ø mematuhi seluruh tata tertib sekolah secara ikhlas dan bertanggung jawab

Ø mengikuti kegiatan belajar-mengajar dan upacara sekolah dengan baik

Ø menjaga nama baik sekolah baik didalm ataupun diluar sekolah

Ø rajin belajar guna meningkatkan kualitas diri

Ø mengikuti pendidikan bela Negara melalui Pendidikan Kewarganegaraan

Ø aktif dalm kegiatan OSIS, KIR, Kepramukaan, PMR, dan sebagainya

Ø mengikuti Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)

Ø mengikuti upacar bendera

14
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap warga negara berhak mengemukakan pendapatnya untuk tidak setuju


dengan kebijakan pemerintah, tapi warga negara tetap berhak dan wajib membela
negara Indonesia.

Dengan dilaksanakannya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sejak dini,


masyarakat diharapkan siap untuk membela Negara Indonesia baik secara fisik
maupun non-fisik serta mampu untuk menghadapi ancaman terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia baik berupa ancaman dari luar maupun ancaman
dari dalam negeri.

Meskipun dalam jangka waktu pendek ancaman dalam bentuk agresi dari luar
relatif kecil, tapi potensi ancaman dalam bentuk lainnya sudah terlihat cukup jelas,
seperti upaya luar negeri untuk menghancurkan moral dan budaya bangsa
Indonesia melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat
terlarang, serta film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang
mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya
dapat merusak budaya bangsa serta "penjarahan" sumber daya alam Indonesia
melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol yang pada gilirannya
dapat merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak seimbang baik yang
dilakukan secara "legal" maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan pejabat
pemerintah terkait sehingga meyebabkan kerugian bagi negara.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikanpendahuluanbelanegara.blogspot.com/

http://fruixerup.blogspot.com/2012/10/materi-kuliah-pkn-pendidikan.html

http://maradana.wordpress.com/2011/12/18/pendidikan-pendahuluan-bela-negara-
ppbn/

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rj
a&ved=0CDoQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.hukumonline.com%2Fpusatda
ta%2Fdownload%2Flt4c3d573b51857%2Fparent%2F20438&ei=Fa9RUYT0EYi
ZyAGqloGIAw&usg=AFQjCNF7rZZ-
FBEqoY76IS77H4RzagMWfw&sig2=gpCnXA7Q3ZUnDjQA2fpEsw

16

Anda mungkin juga menyukai