Anda di halaman 1dari 15

JURNAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN


STRES PADA LANSIA DI DESA PASREPAN KECAMATAN
PASREPAN KABUPATEN PASURUAN

WAHYU DWI RIZKIYANTI


201001037

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2014
PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit
Mojokerto:

Nama : WAHYU DWI RIZKIYANTI


NIM : 201001037
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Setuju/tidak setuju*) naskah jurnal ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan
setelah arahan dari Pembimbing, dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan
nama tim pembimbing sebagai co-author.

Demikian harap maklum.

Mojokerto, Juni 2015

WAHYU DWI RIZKIYANTI


NIM. 201001037

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Sudarsih, S.Kp,M.Kes Mujiadi, S.Kep.Ns


HALAMAN PENGESAHAN

JURNAL SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN STRES


PADA LANSIA DI DESA PASREPAN KECAMATAN PASREPAN
KABUPATEN PASURUAN

WAHYU DWI RIZKIYANTI


201001037

Pembimbing I Pembimbing II

Sri Sudarsih, S.Kp,M.Kes Mujiadi, S.Kep.Ns


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN STRES
PADA LANSIA DI DESA PASREPAN KECAMATAN PASREPAN
KABUPATEN PASURUAN

WAHYU DWI RIZKIYANTI


S1 Keperawatan
wahyudwirizkiyanti@gmail.com

ABSTRAK
Banyak orang takut memasuki masa lanjut usia, karena asumsi mereka
lansia itu adalah tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan,
pelupa, pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban
orang lain, dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu. Tujuan
dalampenelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga
dengan kejadian stres pada lansia di desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan
Kabupaten Pasuruan. Desain penelitian ini menggunakan desain dengan
pendekatan cross sectional, variabel independennya adalah dukungan keluarga,
variabel dependennya adalah stres pada lansia, dengan populasi adalah seluruh
lansia beserta keluarga di Desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten
Pasuruan yang berjumlah 104 orang. Sampelnya sebanyak 83 responden sesuai
dengan kriteria inklusi, menggunakan simple random sampling, instrumen yang
digunakan adalah kuesioner tertutup, pengolahan data, editing, coding, scoring,
processing/entry, cleaning, analisa bivariat dengan uji korelasi spearman rank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga sebagian besar dalam
kategori sedang sebanyak 45 responden (54.2%), kejadian stres pada lansia
hampir setengahnya dalam kategori sedang sebanyak 33 orang (39.8%). Ada
hubungan dukungan keluarga dengan kejadian stres pada lansia di Desa Pasrepan
Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan mempunyai hubungan yang signifikan
(bermakna) berdasarkan hasil uji spearmen rank diperoleh nilai p = 0,031 dimana
α < 0,05. Upaya dalam meningkatkan pemahaman keluarga dalam memberikan
dukungan kepada anggota keluarganya yang lansia agar tidak terjadi stres pada
lansia. Tenaga kesehatan bisa memberikan pelayanan pada lansia sebagai upaya
untuk menurunkan kejadian stres melalui penyuluhan dan konseling.
Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kejadian Stres, Lansia

ABSTRACT
Many people are afraid of entering the elderly, due to their assumption
that the elderly are useless, weak, had a zest for life, sickly, forgetful, senile, not
noticed by the family and society, a burden to others, and therefore some people
already feel stressed because they do not know what kind of life faced, family
support can strengthen each individual, creating a family strength, increase self-
esteem, have potential as a primary prevention strategy for the whole family in
facing the challenges of everyday life. The purpose of this research is to find out
how to support families with stressful events in older adults in the village of the
District Pasrepan Pasrepan Pasuruan. The design of this study using a cross
sectional design, the independent variable is family support, the dependent
variable is the stress in the elderly population is elderly and their entire family in
the village of Pasuruan Pasrepan Pasrepan the District totaling 104 people. And
the sample were 83 respondents in accordance with the inclusion criteria, using
probability sampling with simple random sampling type of instrument used was a
closed questionnaire, data processing, editing, coding, scoring, processing/entry,
cleaning, bivariate analysis with Spearman rank correlation test. The results of
this study indicate that the majority of family support in the medium category by
45 respondents ( 54.2 % ), the incidence of stress in the elderly was nearly halved
in the category of 33 persons ( 39.8 % ) There are family support relationship
with the incidence of stress in the elderly in the village of Pasuruan Pasrepan the
District has a significant relationship significant Efforts to improve the
understanding of the family in providing support to elderly family members to
avoid stress in the elderly . Health workers can provide services to the elderly in
order to reduce the incidence of stress through counseling and counseling .
Keywords : Family Support , Incident Stress , Elderly

PENDAHULUAN
Proses menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang
wajar yang akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, proses
ini terjadi terus-menerus dan berkelanjutan secara alamiah (Nugroho, 2004).
Banyak orang takut memasuki masa lanjut usia, karena asumsi mereka lansia itu
adalah tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan, pelupa,
pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang
lain, maka dari itu sebagian orang sudah merasa stres karena tidak tahu kehidupan
macam apa yang dihadapi (Wirakusuma, 2008). Pada hasil penelitian dari
Rosmiaty (2006) didapatkan faktor support sistem keluarga merupakan faktor
yang dapat menentukan tingkat stres lansia dimana semakin tinggi support sistem
keluarga maka semakin kecil stres yang dialami lansia, sedangkan faktor perasaan
terbuang juga dapat meningkatkan stres lansia dimana dengan dititipkannya
mereka di panti mereka merasa seakan terbuang.
Menurut Ambarwari (2010) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat
setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan
terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama
bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.
Badan pusat statistik (BPS) mensurvai bahwa jumlah lansia di Indonesia
pada tahun 2010 sebanyak 3,255,327.00 atau 9,77 % (U.S. Census Bureau,
International Data Base, 2010) jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah
China, India dan Jepang. Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk usia
lanjut di Indonesia pada tahun 2020 akan meningkat sekitar 30-40 juta jiwa atau
11,34 %. Prevalensi kejadian stres pada lansia karena dukungan keluarga di
Indonesia mencapai 8,34 % (BPS, 2007). Di Jawa Timur jumlah angka kejadian
stresnya sebanyak 7,18 %, stres menjadi salah satu problem gangguan mental
yang sering ditemukan pada lanjut usia (Kaplan, 2010). Jumlah lansia di
kabupaten sebanyak 90.866 juta jiwa untuk lansia laki-laki, sedangkan lansia
perempuan mencapai 28.703 juta jiwa (Dinkes, 2012). Berdasarkan studi
pendahuluan di desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan,
didapatkan data dari 10 lansia yang diukur dengan skala DASS yang terdiri atas
42 pertanyaan yang telah dijawab oleh lansia sendiri, yaitu 60% (6 orang)
termasuk stres berat, 20% (2 orang) termasuk stres sedang, dan sisanya 20% (2
orang) termasuk stres ringan. Dari 6 orang lansia yang termasuk dalam stres berat
diantaranya kurang dukungan dari suami/istri, anak cucu dan saudara-saudara
lansia tersebut.
Usia tua atau lebih sering dikenal dengan usia lanjut adalah periode penutup
dalam rentang hidup seseorang beranjak jauh dari periode yang dahulunya
menyenangkan. Pada umumnya setelah orang mengalami usia lanjut maka ia akan
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Penurunan fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian sehingga
menyebabkan reaksi atau perilaku lansia semakin melambat. Sementara
penurunan fungsi psikomotoriknya meliputi gerakan, tindakan, koordinasi yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan, dari hal tersebutlah seorang lansia
dapat mengalami stres. Stres memberikan kewaspadaan kepada manusia dalam
menghadapi ancaman dari luar. Bahkan stres dapat menjadi dorongan bagi
individu tertentu dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup untuk terus
berusaha dalam menyelesaikan permasalahannya (Hurlock, 2011). Menurut
Lieberman (1992) dalam Azizah (2011) mengemukakan bahwa secara teoritis
dukungan keluarga dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang
dapat menyebabkan stres. Apabila kejadian stres terjadi, interaksi dengan adanya
anggota keluarga dapat memodifikasi dan mengubah persepsi lansia untuk
mengurangi potensi stres. Dukungan keluarga dapat mengubah respon lansia
terhadap kejadian stres dan mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres.
Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga yang
termasuk pada penatalaksanaan stres pada lansia. Karena melalui keluarga
berbagai masalah-masalah kesehatan itu bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Jadi
dengan adanya dukungan keluarga yang mempunyai ikatan emosional setidaknya
akan memberikan kekuatan pada lansia untuk menjalani hari tua yang lebih baik.
Karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak, mulai dari instansi pemerintah
hingga tingkatan keluarga untuk ikut peduli terhadap kehidupan lansia baik itu
melalui posyandu lansia, meningkatkan peran lansia dalam organisasi, pembinaan
hubungan antargenerasi, maupun pelatihan keterampilan bagi para lansia. Karena
didalam kelompok, para lansia dapat berdiskusi tentang kesehatan, bertukar
pikiran, serta senam bersama (Amareta,2008). Santrock (2004) mengemukakan
bahwa lansia yang berhubungan dekat dengan keluarganya mempunyai
kecenderungan lebih sedikit untuk stres dibanding lansia yang hubungannya jauh,
oleh karena itu lansia yang berada di lingkungan keluarga atau tinggal bersama
keluarga serta mendapat dukungan dari keluarga akan membuat lansia merasa
lebih sejahtera. Sedangkan peran perawatnya adalah memberi pendidikan dan
konseling pada keluarga, merawat orang tua lanjut usia dengan anggota keluarga
yang bermasalah, mengkaji kebutuhan/ permasalahan keluarga dan berupaya
menanggulanginya (Ali, 2005).
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Hubungan dukungan keluarga dengan kejadian stres pada lansia di desa
Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan”.

METODE
Desain penelitian ini menggunakan desain dengan pendekatan cross
sectional, variabel independennya adalah dukungan keluarga, variabel
dependennya adalah stres pada lansia, dengan populasi adalah seluruh lansia
beserta keluarga di Desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan yang
berjumlah 104 orang. Sampelnya sebanyak 83 responden sesuai dengan kriteria
inklusi, menggunakan simple random sampling, instrumen yang digunakan adalah
kuesioner tertutup, pengolahan data, editing, coding, scoring, processing/entry,
cleaning, analisa bivariat dengan uji korelasi spearman rank.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Tabulasi Silang Hubungan merokok anggota keluarga dengan
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Hubungan dukungan keluarga dengan
kejadian stres pada lansia di Desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan
Kabupaten Pasuruan
Kejadian Stres Lansia
Dukungan
Sangat Total
Keluarga Normal Ringan Sedang Berat
Berat
Baik 5 1 12 4 0 22
6.0% 1.2% 14.5% 4.8% 0% 26.5%
Sedang 3 14 20 8 0 45
3.6% 16.9% 24.1% 9.6% 0% 54.2%
Kurang 0 4 1 10 1 16
0% 4.8% 1.2% 12.0% 1.2% 19.3%
Total 8 19 33 22 1 83
9.6% 22.9% 39.8% 26.5% 1.2% 100%
P value : 0.031 < α: 0.05

Berdasarkan tabel 1 di atas diperoleh data bahwa dukungan keluarga baik


dengan kejadian stres lansia ringan sebanyak 1 responden (1,2%), dan 12
responden (14.5%) mengalami stres sedang serta 4 lansia (4.8%) mengalami stres
berat. Pada dukungan keluarga sedang dengan kejadian stres lansia berat sebanyak
8 responden (9,6%). Sedangkan pada dukungan keluarga kurang dengan kejadian
stres lansia ringan sebanyak 4 responden (4.8%).
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan kejadian
stres peneliti menggunakan uji spearman rank yang menunjukkan nilai koefisien
korelasi Spearman(rs) = 0,237 dengan p = 0,031 dimana p < 0,05 dengan arah
korelasi negatif, artinya semakin baik tingkat dukungan keluarga maka kejadian
stres lansia semakin rendah/berkurang. Sebaliknya semakin kurang tingkat
dukungan keluarga maka kejadian stres lansia semakin meningkat. Berdasarkan
hasil pengujian dengan uji spearman rank menunjukkan bahwa dukungan
keluarga dengan kejadian stres pada lansia di Desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan
Kabupaten Pasuruan mempunyai hubungan yang signifikan (bermakna).
Pembahasan
1. Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 83 responden
sebagian besar dukungan keluarga dalam kategori sedang sebanyak 45
responden (54.2%) dan sebagian kecil dukungan keluarga kurang sebanyak 2
orang (19.3%).
Menurut Setiadi (2008) bahwa keluarga adalah unit pelayanan karena
masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara
sesama anggota dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya atau masyarakat sekitarnya atau dalam konteks yang luas
berpengaruh terhadap negara. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-
tahap perawatan kesehatan, mulai dan tahap peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan sampai dengan rehabilitasi. Dukungan sosial sangat
diperlukan oleh setiap individu didalam setiap sikius kehidupannya.
Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang
mengalami masalah atau sakit, disinilah peran anggota keluarga diperlukan
untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat (Efendi, 2009).
Salah satu faktor dukungan keluarga bagi lansia adalah status keluarga.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari responden hampir sebagian besar status
keluarga adalah anak kandung sebanyak 63 responden (75.9%). Sebagian
besar anak kandung lebih memperhatikan lansia dibandingkan menantu dan
cucu. Meskipun sibuk dengan pekerjaan dan tidak memiliki waktu banyak
dengan lansia, mereka masih memiliki rasa kasih sayang yang lebih besar.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat sebagian besar keluarga dengan
dukungan sedang, dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh hubungan
keluarga dengan lansia, dalam penelitian ini mempunyai hubungan sebagai
anak kandung, terutama anak perempuan. Dimana anak perempuan memiliki
keterikatan dengan orang tuanya lebih erat, karena anak perempuan lebih
banyak mengurus semua keperluan anggota keluarga dibanding anak laki-laki
yang sering meninggalkan rumah untuk bekerja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat keluarga yang kurang memperhatikan
kesehatan lansia dan tidak menjaga lansia itu dengan baik. Hal ini dapat
diketahui bahwa faktor yang menyebabkan dukungan keluarga belum
maksimal bisa karena faktor keluarga yang memperebutkan harta, keluarga
yang mementingkan ego masing-masing, perbedaan argumentasi yang bisa
menyebabkan pertikaian antar keluarga.
2. Kejadian stres lansia
Berdasarkan hasil penelitian tentang kejadian stres pada lansia
menunjukkan bahwa hampir setengahnya kejadian stres pada lansia dalam
kategori sedang sebanyak 33 orang (39.8%) dan sebagian kecil stres sangat
berat sebanyak 1 orang (1.2%).
Dari fakta diatas kejadian stres pada lansia dalam katefori sedang. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan kondisi tempat tinggal
lansia dan beban dalam kehidupan yang semakin berat, karena lansia sudah
tidak bisa berbuat banyak atas keperluan dirinya sendiri sehingga perasaan
menjadi tidak menentu.
Stres akan muncul jika ada yang memicunya untuk muncul. Segala
tuntutan dan tekanan yang dapat menyebabkan stres disebut stresor. Dengan
kata lain, stresor adalah segala kondisi atau peristiwa yang menimbulkan
respon stres dari seseorang. Stresor dapat mengganggu kondisi fisik,
emosional, intelektual, sosial, ekonomi, ataupun spiritual dalam diri
seseorang. Stresor pun dapat berupa hal yang nyata dan imajinasi, tetapi
respon manusia terhadap penyebab stres apapun selalu nyata (Girdano, 2005).
Sumber-sumber stres dibagi menjadi 3 yaitu : Dari dalam diri, Stres akan
muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang
melawan bila seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber
utama stres. Dari keluarga, stres dapat bersumber dari interaksi di antara para
anggota keluarga seperti perselisihan dalam masalah keuangan, kehadiran
anggota keluarga baru, perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling
acuh tak acuh, perbedaan yang tajam dalam menentukan tujuan, atau keluarga
yang tinggal di lingkungan yang terlalu sesak. Beberapa pengalaman stres
orangtua bersumber dari lingkungan kerjanya (Indriana, 2010). Gejala
terjadinya stres berupa gejala fisik yaitu beberapa bentuk gangguan fisik yang
sering muncul pada stres adalah : nyeri dada, diare selama beberapa hari,
sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah, sukar tidur. Dan gejala psikis
yaitu Sementara bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah : cepat
marah, ingatan melemah, tak mampu berkonsentrasi, tidak mampu
menyelesaikan tugas, perilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal
sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat,
tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi tidak terkendali
(Hidayat, 2009). Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner pada responden
didapatkan hasil bahwa sebagain besar responden mengalami stres sedang,
dengan gejala sering sakit kepala, kelelahan dan sukar tidur. Hal ini karena
terjadinya penurunan kondisi fisik yang disebabkan oleh faktor usia. Sebagian
besar responden berusia 60-74 tahun yaitu sebanyak 41 orang (49.4%).
Dengan usia tersebut kondisi fisik seseorang akan menurun dan fungsi organ
tubuh sudah tidak stabil sehingga lansia mudah kelelahan dan kurang tidur
yang mempengaruhi psikologinya sehingga mudah terjadi stres. Selain faktor
usia, pekerjaan juga dapat mempengaruhi kejadian stres, karena dengan tidak
bekerja lansia merasa menjadi beban keluarga dan tidak bisa memenuhi
kebutuhanya sendiri dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa responden yang
tidak bekerja sebanyak 31 lansia (37.3%).
3. Hubungan dukungan keluarga dengan kejadian stres pada lansia
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa dukungan keluarga
baik dengan kejadian stres lansia ringan sebanyak 1 responden (1,2%), dan 12
responden (14.5%) mengalami stres sedang serta 4 lansia (4.8%) mengalami
stres berat. Pada dukungan keluarga sedang dengan kejadian stres lansia berat
sebanyak 8 responden (9,6%). Sedangkan pada dukungan keluarga kurang
dengan kejadian stres lansia ringan sebanyak 4 responden (4.8%).
Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan
kejadian stres peneliti menggunakan uji spearman rank yang menunjukkan
nilai koefisien korelasi Spearman(rs) = 0,237 dengan p = 0,031 dimana p <
0,05 dengan arah korelasi negatif, artinya semakin baik tingkat dukungan
keluarga maka kejadian stres lansia semakin rendah berkurang. Sebaliknya
semakin kurang tingkat dukungan keluarga maka kejadian stres lansia
semakin meningkat. Berdasarkan hasil pengujian dengan uji spearman rank
menunjukkan bahwa dukungan keluarga dengan kejadian stres pada lansia di
Desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan mempunyai
hubungan yang signifikan (bermakna).
Dukungan keluarga bukanlah satu satunya faktor yang mempengaruhi
stres pada lansia. Terdapat faktor- faktor lainnya yang berasal dari individu
itu sendiri, misalnya penyakit, menopause, keadaan emosi, dan faktor yang
berasal dari luar lansia yaitu perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi
stres pada lansia (Azizah 2011). Secara teoritis dukungan keluarga dapat
menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat menyebabkan
stres. Apabila kejadian stres terjadi, interaksi dengan adanya anggota keluarga
dapat memodifikasi dan mengubah persepsi lansia untuk mengurangi potensi
stres. Dukungan keluarga dapat mengubah respon lansia terhadap kejadian
stres dan mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres. Hal ini selaras dengan
pernyataan Santrock (2006) dalam Azizah (2011) mengemukan bahwa
dukungan keluarga dapat membantu lansia mengatasi masalah secara efektif,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Hal ini diperkuat oleh Potter &
Perry (2005, hh. 23 & 502) yang menyatakan bahwa keluarga memainkan
peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan konsep diri
anggotanya. Salah satu reaksi responden dan keluarga terhadap perubahan
konsep diri bergantung pada dukungan yang tersedia. Seseorang yang
memiliki sistem pendukung yang baik cenderung lebih nyaman dan tenang
menjalani kehidupan.
Dukungan keluarga bagi lanjut usia sangat penting , karena dukungan
keluarga yang baik telah terbukti meningkatkan derajat kekebalan terhadap
stres dan bertindak sebagai suatu pelindung bagi lanjut usia yang
bersangkutan dari akibat stres. Kejadian stres pada penelitian ini berada pada
kategori sedang. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa responden sudah
mengalami stres dalam kehidupannya apabila keluarga tidak memberikan
dukungan dan perhatian dengan baik. Stres pada lansia bukan hanya
dipengaruhi oleh dukungan keluarga, dalam kenyataanya meskipun dukungan
keluarga baik namun masih terdapat lansia yang mengalami stres berat
sebanyak 4 lansia (4.8%) dari 22 responden, hal ini dikarenakan adanya
faktor yang mempengaruhi stres berat pada lansia tersebut diantaranya karena
kondisi kesehatan fisik sudah menurun sehingga tidak bisa berbuat banyak
atas kebutuhan dirinya. Faktor usia juga bisa mempengaruhi semakin
bertambahnya usia lansia tersebut maka lansia akan merasa mempunyai
tanggungan hidup yang semakin berat, serta faktor lainnya yaitu kehilangan
pekerjaan dimana lansia tersebut yang sehari-harinya melakukan kegiatan
atau bekerja sekarang sudah tidak beraktifitas seperti biasanya. Pada hasil
penelitian juga ditemukan 4 lansia (4.8%) yang hanya mengalami stres ringan
walaupun dukungan keluarganya kurang. Hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor
emosional dari lansia tersebut, karena dengan emosional yang stabil maka
stres akan berkurang.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa dukungan keluarga sebagian
besar dalam kategori sedang di Desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten
Pasuruan, kejadian stres pada lansia hampir setengahnya dalam kategori sedang di
Desa Pasrepan Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan dan ada hubungan
dukungan keluarga dengan kejadian stres pada lansia di Desa Pasrepan
Kecamatan Pasrepan Kabupaten Pasuruan.
Saran Teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam rangka penyusunan teori atau konsep-konsep baru terutama dukungan
keluarga dengan kejadian stres pada Lansia. Saran praktis bagi peneliti hasil
penelitian ini dapat menjadi informasi dan data tambahan bagi penelitian
keperawatan selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan yang
terkait dengan dukungan keluarga dan stres pada lansia, bagi institusi kesehatan
hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada institusi kesehatan
bagaimana cara menanggulangi kejadian stres pada lansia, bagi Keluarga hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman
keluarga dalam memberikan dukungan kepada lansia agar tidak terjadi stres, dan
bagi Lansia hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada lansia agar
bisa menjaga pola makan dan menjaga kesehatan serta mengurangi aktivitas
fisiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M.H. 2012. Model Pemberdayaan Lansia Di Jawa Timur. Skripsi. UNAIR.
Online http://madib.blog.unair.ac.id. Diakses pada tangal 29 November
2013
Ali, H. Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Ambarwari. 2010. Hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian
sosial pada pasien skizorenia pasca perawatan di Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya. Skripsi. UNAIR. Online http://ambarwari.pdf. Diakses
pada tanggal 20 November 2013
Azizah, L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu: Yogyakarta
Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut usia & keperwatan gerontik. Jakarta: Medical Book
Darmojo, B & Martono, H. 2006. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi 3. Jakarta : FKUI
Departemen Kesehatan Jawa Timur. 2010. Profil Kesehatan Jawa Timur.
Surabaya
Effendi, F. 2009. Keperawatan Keehatan Komunitas : teori dan praktik dalam
keperawatan Jakarta : Salemba Medika
Fajar, Ibnu dkk. 2009. Statistika Untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta: Graha
Ilmua
Hidayat, D.R. 2009. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : TIM
Hurlock, E.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid satu. Editor :Dr. I.Made
Wiguna S. Jakarta :Bina Rupa Aksara
Maryam, Siti,R. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
Mubarok, W. I. 2009. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori & Aplikasi
Dalam Praktik Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan, Gerontik dan
Keluarga. Jakarta: Salemba medika
Ninawati, dkk.2010. Hubungan antara resiliensi dan tingkat stress pada masa
persiapan pensiun.Skripsi. UNTAR. Online http://www.psikologi-
untar.com/psikologi/skripsi/tampil.php?id=341. Diakses pada tanggal18
Desember 2013
Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT. Rineka Cipta
Nugroho, W. 2004. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Nursalam. 2008. Konsep dan pedoman metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta : EGC
Setiadi. 2006. Konsep dan proses Keperawatan Keluarga. Edisi 1. Yogyakarta :
Graha ilmu
Sugiono. 2007. Statistika untuk penelitian. ALFABETA: Bandung
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta
: EGC
Surbakti, E.P. 2008. Stress dan koping lansia pada masa pensiun dikelurahan
pardomuan kec.siantar timur kota madya pematang siantar. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Online http://09E01612_Lansia.pdf. Diakses
pada tanggal 15 November 2013
Stuart, G.W., Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5.
Terjemahan Kapoh, R.P., Yudha, E.K. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Styawan, Dodiet A. 2012. konsep dasar keluarga.Online
http://adityasetyawan.files.wordpress.com. Diakses tanggal 11 November
2013

Anda mungkin juga menyukai