Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ PKN SEBAGAI PENDIDIKAN BELA NEGARA “

DOSEN PEMBIMBING :

Mhd. Faisal Husna, S.Sos., S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5

Adelia Syafitri 201214005

Nathasya Rizqie Ananda 201214011

Widhea Suci Adetia 201214008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH

MEDAN

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kami nikmat iman dan kesehatan, sehingga kami diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“PKN Sebagai Pendidikan Bela Negara”.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami haturkan untuk junjungan Nabi Agung kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai tentang pendidikan
kewarganegaraan sebagai pendidikan bela Negara.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Pak Dosen Mhd. Faisal Husna,
S.Sos., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembaca, khususnya Pak Dosen Mhd. Faisal Husna, S.Sos., S.Pd., M.Pd.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca, khususnya Pak
Dosen Mhd. Faisal Husna, S.Sos., S.Pd., M.Pd.untuk memberikan kritik serta saran yang
membangun mengenai penulisan makalah kami ini untuk kedepannya makalah yang kami
susun bisa lebih baik lagi.

Medan, 24 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN.........................................................................................................2

1.4 MANFAAT PEMBAHASAN.....................................................................................................2

BAB II...................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN...................................................................................................................................3

2.1 SEJARAH BELA NEGARA.......................................................................................................3

2.2 PENGERTIAN BELA NEGARA...............................................................................................4

2.3 UNSUR DASAR, TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT BELA NEGARA.............................4

A. DASAR BELA NEGARA.....................................................................................................4

B. TUJUAN BELA NEGARA...................................................................................................5

C. FUNGSI BELA NEGARA....................................................................................................5

D. MANFAAT BELA NEGARA...............................................................................................5

2.4 KONSEP BELA NEGARA.........................................................................................................6

2.5 DASAR HUKUM BELA NEGARA...........................................................................................7

2.6 LANDASAN HUKUM UNDANG – UNDANG TENTANG BELA NEGARA........................8

1) Landasan Idiil........................................................................................................................8

2) Landasan Konsitusional.........................................................................................................8

3) Landasan Operasional..........................................................................................................10

iii
2.7 IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP BANGSA DAN NEGARA..................................11

2.8 CONTOH SIKAP ATAU PERILAKU BELA NEGARA.........................................................11

BAB III................................................................................................................................................14

PENUTUP...........................................................................................................................................14

3.1 SIMPULAN...............................................................................................................................14

3.2 SARAN.....................................................................................................................................14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki tujuan umum bagaimana menjadikan
warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Baik dalam artian
demokratis, yaitu warganegara yang cerdas, berkeadaban, dan bertanggung jawab bagi
kelangsungan Negara Indonesia. Nantinya diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi
menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai
Pancasila. Materi-materi pembelajaran PKn mengemban misi sebagai pendidikan nilai
kepribadian, pendidikan yang membekali pemahaman tentang hubungan antara warga negara
dengan negara (civic education), pendidikan politik (political education) atau demokrasi, dan
pendidikan bela negara. Secara khusus materi-materi yang berkenaan dengan pendidikan bela
negara dimuat dalam Geopolitik Indonesia atau Wawasan Nusantara dan Geostrategi
Indonesia atau Ketahanan Nasional.

17 Agustus 1945 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia,
dimana bangsa ini memproklamasikan kemerdekaannya setelah terjajah 3,5 abad oleh
belanda disusul jepang 3,5 tahun. Kemerdekaan bangsa Indonesia bukanlah hadiah semata
dari penjajah melainkan atas kegigihan bangsa indonesia berjuang melawan penjajah dengan
mengorbankan jiwa dan raganya. Sudah 69 tahun bangsa ini merdeka namun kenyataannya
bangsa ini masih banyak permasalahan seperti kemiskinan, pendidikan yang belum merata,
pemerataan kesejahteraan, kesehatan dsb. Bahkan sekarang negeri ini mulai hilang jati
dirinya, era globalisasi telah merubah cara pandang bangsa ini sehingga banyak yang
terjerumus dan melupakan para pejuang dahulu yang telah mengorbankan jiwa dan raganya
untuk kemerdekaan bangsa ini. Seakan-akan tugas yang mempertahankan bangsa ini
hanyalah TNI (Tentara Nasional Indonesia) saja. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945 menyatakan
bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Pemahaman masyarakat tentang bela negara masih sangat beragam,
meskipun bela negara merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam implementasi sistem
pertahanan negara yang bertumpu pada kekuatan TNI dan rakyat.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana sejarah bela negara ?

2. Apa yang dimaksud dengan bela negara ?

3. Apa saja unsur dasar, tujuan, fungsi dan manfaat bela negara ?
1
4. Bagaimana konsep bela negara ?

5. Apa dasar hukum bela negara ?

6. Apa landasan hukum undang – undang tentang bela negara ?

7. Bagaimana identifikasi ancaman terhadap bangsa dan negara ?

8. Seperti apa contoh sikap atau perilaku bela negara ?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


1. Mengetahui sejarah bela negara.

2. Mengetahui yang dimaksud dengan bela negara.

3. Mengetahui unsur dasar, tujuan, fungsi dan manfaat bela negara.

4. Mengetahui konsep bela negara.

5. Mengetahui hukum bela negara.

6. Mengetahui landasan hukum undang – undang tentang bela negara.

7. Mengetahui identifikasi ancaman terhadap bangsa dan negara.

8. Mengetahui contoh sikap atau perilaku bela negara.

1.4 MANFAAT PEMBAHASAN


1. Menambah pengetahuan tentang bela negara dalam pendidikan kewarganegaraan.

2. Meningkatkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme.

3. mampu menempatkan diri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan
hak dan kewajibannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BELA NEGARA


Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo.
Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk
melawan Kaum Padri. Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang
dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir
Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda,
kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang
menjadi sebuah stadsgemeente (kota) dan berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche
Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.

Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian


pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan
Thailand. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah
pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Pada masa itu, kota ini berganti nama dari
Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas
dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau,
Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah. Setelah kemerdekaan Indonesia,
berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947,
Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera dengan gubernurnya Mr. Teuku
Muhammad Hasan. Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi
berperan sebagai kota perjuangan dan ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah
Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik
Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh
Syafruddin Prawiranegara.

Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006. Untuk mengenang sejarah
perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), pemerintah Republik
Indonesia membangun Monumen Nasional Bela Negara di salah satu kawasan yang pernah
menjadi basis PDRI dengan area seluas 40 hektare, tepatnya di Jorong Sungai Siriah, Nagari
Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Bela negara Ke 65, pada tanggal 21 Desember
2013 Menteri Pertahanan saat itu (Purnomo Yusgiantoro) didampingi oleh Kabadiklat
Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin dan Plt Dirjen Pothan Timbul Siahaan serta Muspida
Provinsi Sumatera Barat meninjau pembangunan Monumen Nasional Bela Negara.

Menhan Purnomo Yusgiantoro berpesan dalam amanatnya “pembangunan monumen


ini merupakan bentuk penghargaan pemerintah kepada seluruh masyarakat Sumatera Barat
atas perannya pada masa perjuangan bangsa Indonesia di masa lalu untuk kelangsungan
Negara Kesatuan Rapublik Indonesia. Monumen ini sebagai penghargaan dan pengingat serta
3
pelajaran bagi generasi muda Indonesia untuk dijadikan contoh dalam memahami arti dari
bela negara dan arti cinta tanah air”

2.2 PENGERTIAN BELA NEGARA


Kata ”bela negara” dalam konteks kekinian bukan berarti harus angkat senjata dan
dilakukan oleh militer sebagai alat dan pilar negara dalam mempertahankan NKRI dari
serangan negara lain. Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan
UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara

Membela Negara Indonesia adalah hak dan kewajiban dari pada setiap warga Negara
Indonesia. Dikutip dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 bahwa “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Setiap warga negara juga berhak dan
wajib ikut serta dalam pembelaan negara. Selanjutnya dalam Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945
bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”. Berdasarkan kutipan kedua pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha
pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara
Indonesia. Produk turunannya adalah peraturan Perundang-undangan No.3 Tahun 2002
tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara”.

Penjelasan UU No. 3 Tahun 2002 tentang pembelaan negara menyatakan bahwa


upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar menusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.

2.3 UNSUR DASAR, TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT BELA NEGARA

A. DASAR BELA NEGARA


Di dalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting di
antaranya:

 Cinta tanah air

 Kesadaran berbangsa dan bernegara

 Yakin akan pancasila sebagai ideologi negara

 Rela berkorban untuk bangsa dan negara Memiliki kemampuan awal bela negara
4
B. TUJUAN BELA NEGARA
Untuk tujuan bela negara sebagai berikut:

 Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara

 Melestarikan budaya

 Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945

 Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara

 Menjaga identitas dan integritas bangsa atau negara.

C. FUNGSI BELA NEGARA


Bela negara memiliki fungsi sebagai berikut:

 Mempertahankan negara dari berbagai ancaman

 Menjaga keutuhan wilayah negara

 Merupakan kewajiban setiap warga negara

 Merupakan panggilan sejarah

D. MANFAAT BELA NEGARA


Berikut beberapa manfaat dari bela negara:

 Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.

 Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.

 Membentuk mental fisik yang tangguh.

 Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri.

 Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.

 Membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.

 Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama.

 Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.

5
 Menghilangkan sikap negatif, seperti malas, apatis, boros, egois, dan tidak disiplin.

 Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

2.4 KONSEP BELA NEGARA


Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara fisik yaitu
dengan cara mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi musuh. Bela negara secara
fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sementara, bela negara secara nonfisik
dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan Republik
Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara.

Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk
berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara, kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional,
serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh
nasionalis medan patriotisme dari setiap warga negara.

Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan


warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara
Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran
diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Rakyat Terlatih
(Ratih) adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982.

Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa
(Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan
Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer,
dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi, yaitu ketertiban Umum, Perlindungan
Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama
umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana alam atau darurat
sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah daerah dalam menangani
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsi Perlawanan Rakyat dilakukan dalam
keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi
pasukan regular TNI dan terlibat langsung di medan perang.

Disisi nonfisik, merujuk Undang-Undang No.3 Tahun 2002, keikutsertaan warga


Negara dalam bela negara dapat diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan dan
pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga negara dalam
bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan
dalam segala situasi, misalnya dengan cara:

1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati demokrasi


dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak, menanamkan
kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada masyarakat,
6
2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan
retorika),

3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi Hak


Azazi Manusia, dan

4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal


pengaruhpengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa
Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ibadah sesuai
agama/kepercayaannya masing-masing.

Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian
sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2002.
Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai Pendidikan Kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan
semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.

2.5 DASAR HUKUM BELA NEGARA


Undang Undang Dasar Tahun 1945,

 Pasal 27 ayat (3) mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”.

 Pasal 30 ayat (1) mengamanatkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usha pertahanan dan keamanan negara”

Undang Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan NegaraPasal 9 ayat (1)
mengamanatkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”. Selanjutnya pada ayat
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), diselenggarakan melalui:

1. pendidikan kewarganegaraan;

2. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

3. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib; dan

4. pengabdian sesuai dengan profesi.

7
2.6 LANDASAN HUKUM UNDANG – UNDANG TENTANG BELA NEGARA
landasan hukum bela negara yang sudah ada dan diberlakukan di Indonesia. Landasan
bentuk hukum bela negara tersebut akan diuraikan di bawah ini:

1) Landasan Idiil

Sama halnya dengan landasan hukum semua akitivitas Bangsa Indonesia, landasan
idiilnya adalah Pancasila. Artinya semua kegiatan yang berlangsung harus sesuai dengan
pancasila sebagai dasar dan ideologi nasional. Landasan hukum bela negara terdapat dalam
lima sila Pancasila.

1. Sila Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, Bangsa Indonesia meyakini bahwa kemerdekaan
dan kedaulatan setiap individu dan setiap bangsa adalah hak asasi manusia. Di mana
kemerdekaan dan kedaulatan ini diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan dalam pokok
pikiran pembukaan UUD 1945 alinea ketiga disebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

2. Sila Kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, menunjukkan bahwa bela negara wajib
hukumnya bagi setiap warga negara terkait dengan kemanusiaan dan keadilan.

3. Sila ketiga, persatuan Indonesia, dapat dijadikan sebuah landasan idiil yang sangat
mendasar karena bela negara terkait langsung hubungannya dengan rasa cinta tanah air dan
kewajiban membelanya.

4. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan dan perwakilan, menunjukkan landasan bela negara yang menyeluruh dan
terorganisir diatur oleh negara.

5. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai landasan idiil. Di dalam
sila ini terkandung makna kerja keras, giat belajar, ikut serta dalam kegiatan pembangunan,
yang merupakan perwujudan bela negara dalam kehidupan sehari-hari.

2) Landasan Konsitusional

Landasan konsitusional pelaksanaan bela negara adalah UUD 1945, karena UUD
1945 merupakan konstitusi Negara Indonesia, dan sumber hukum tertinggi di Indonesia.
Dalam tiap batang tubuh UUD 1945 ini, tercantum hak dan kewajiban bela negara bagi setiap
warga negara Indonesia.

1. Pasal 27 ayat 3 UUD 1945

Hasil amandemen yang menyatakan bahwa : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”. Berdasarkan pasal ini setiap warga negara berhak
dalam upaya membela negara, artinya tidak selalu dalam bela negara secara fisik. Namun
dapat berarti setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan melakukan semua
upaya memajukan dirinya, yang nantinya dapat ikut memajukan negara Indonesia. Selain
8
hak, bela negara adalah kewajiban, terutama bila keadaan darurat perang di indonesia. Untuk
saat ini bisa dilakukan dengan cara ikut memelihara lingkungan, melaksanakan aturan dan
tata tertib di Indonesia, dan lain-lain.

2. Pasal 30 ayat 1 UUD 1945

Tentang hak dan kewajiban bela negara dalam kondisi yang berbeda. Bunyi pasal tersebut
adalah,”Tiap-tiap warga negara berhak dan ikut serta dalam pertahanan dan keamanan
negara”. Sekilas dapat berarti kewajiban dan hak membela negara dalam bentuk fisik, ketika
Indonesia dalam keadaan perang. Namun dapat juga diartikan sebagai kewajiban menjaga
ketertiban dan pertahanan negara sebagai makna sila pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
dengan tidak melakukan tindakan yang melanggar persatuan dan kesatuan Indonesia.

3. Pasal 30 ayat 2

Menjelaskan tentang pertahanan dan keamanan negara yang dilakukan oleh TNI dan Polri,
sesuai dengan isinya,”Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Polri sebagai kekuatan utama, dan
rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Dengan demikian menurut pasal ini, kemanan dan
perlindungan negara, termasuk di dalamnya perlindungan terhadap segenap rakyat Indonesia
dilakukan oleh TNI dan Polri dengan dukungan rakyat. TNi dan Polri dalam tugasnya
mengatasi semua ancaman terhadap NKRI baik dari luar maupun dari dalam, ikut membantu
korban bencana alam, mengatasi keriminalitas, dan sebagainya. Rakyat sebagai pendukung
diharapkan ikut berpartisipasi dalam menjaga pertahanan dan keamanan, dengan berlaku
sesuai aturan, tidak melakukan tindakan kriminal, dan tetap mejaga keutuhan negara
Indonesia yang Bhinnneka tunggal Ika.

4. Pasal 30 ayat 3 UUD 1945

Berisikan tentang tugas Tentara Nasional Indonesia. Pasal ini berisi pemisahan TNI dan Polri
yang menyatakan bahwa.”Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, memelihara
keutuhan, dan kedaulatan negara”.

Secara garis besar tugas TNI dalam hal ini adalah upaya menjaga keutuhan, kemerdekaan,
dan kedaulatan negara Republik Indonesia. Semua tugas tersebut selanjutnya diatur oleh
undang-undang.

5. Pasal 30 ayat 4 UUD 1945

Yang juga hasil amandemen merupakan pasal yang menjelaskan tugas kepolisian dan
wewenangnya. Pasal ini hanya terdapat dalam UUD 1945 hasil amandemen dan
berbunyi,”Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum”. Dalam hal ini kepolisian yang berhubungan langsung
dengan masyarakat dan bertugas melindunginya dari berbagai tindakan kejahatan.
Pelaksanaan tugas dan fungsi Polri juga diatur selanjutnya oleh undang-undang.
9
6. Pasal 30 ayat 5 UUD 1945

Berisikan tentang kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan hubungan keduanya. pasal ini juga merupakan hasil amandemen UUD 1945
masa reformasi, yang berbunyi, “ Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara diatur oleh undang
– undang ”.

3) Landasan Operasional

Landasan operasional adalah dasar hukum penyelenggaraan suatu kegiatan dalam


negara yang memuat aturannya secara lebih terperinci. Ini dilakukan agar semua kegiatan
penyelenggaraan negara lebih kuat secara hukum, termasuk dalam hal bela negara. Beberapa
landasan operasional bela negara, yaitu:

 Tap MPR Nomor VI Tahun 1973

Ketatapan MPR ini berisikan tentang konsep wawasan nusantara, yang mejelaskan di mana
pun warga negara Indonesia berada, ia adalah sebagai satu kesatuan Negara Indonesia.

 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiki manusia. Dan dalam UU ini dijelaskan
bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban dalam mebela negara sesuai
ketentuan yang berlaku.

 Tap MPR No VI dan VII Tahun 2000 tentang TNI dan Polri

Ketetapan MPR Nomopr VI tahun 2000 menjelaskan tentang pemisahan TNI dan Polri yang
semula menjadi satu lembaga. Kemudian UU Nomor VII menjelaskan peranannya masing-
masing, yang kemudian diatur lebih lanjut dalam undangundang.

 Undang-Undang Nomor 2 dan 4 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia

Menurut UU Nomor 2 tahun 2002 ini, Kepolisian Negara Ri berfungsi memelihara keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum, perlindungan dan pengayoman, serta
pelayanan terhadap masyarakat. Sedangkan UU Nomor 4 tahun 2002 menunjukkan tujuan
kepolisian negara RI, yaitu mewujudkan keamanan dalam negeri yang termasuk di dalamnya
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, dan jaminan tegaknya hukum.
terselenggaranya hal tersebut adalah dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia

 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara

Dalam UU ini dijelaskan secara terperinci tentang pengertian pertahanan negara dan
pelaksanaanya yang menganut sistem pertahanan rakyat semesta, yaitu pertahanan yang
10
melibatkan seluruh rakyat Indonesia sesuai kemampuan dan profesinya masing-masing.
Dalam pasal 5 UU No.3 juga disebutkan fungsi pertahanan negara untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah NKRI sebagai satu kesatuan.

 Undang-Undang Nomor 34 TAhun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia

Dalam undang-undang ini menjelaskan tentang define Tentara Nasional Indonesia, yaitu
tentara yang berjuang mengakkan RI, dan fungsi secara terperinci dalam pertahanan dan
keamanan negara yangs esuai dengan hak asasi manusia. Landasan Idiil bela negara tidak
akan berubah sesuai pedoman Bangsa Indonesia yang juga tidak berubah, yaitu Pancasila.
Sedangkan landasan konstistusional dapat berubah sesuai kesepakatan, apabila ada
amandemen terhadap UUD 1945. Landasan operasional dapat berubah sesuai kebijakan
pemerintah tentang bela negara yang akan dilaksanakan, karena landasan ini rincian aturan
yang akan dilaksanakan terkait bela negara.

2.7 IDENTIFIKASI ANCAMAN TERHADAP BANGSA DAN NEGARA


Menurut UU No. 20 Tahun 1982, istilah ancaman meliputi ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan (ATHG). Merujuk UU No.3 Tahun 2002, Ancaman adalah setiap
usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Konsep
ancaman mencakup hal yang sangat luas dan spektrum yang senantiasa berkembang berubah
dari waktu ke waktu.

Dewasa ini, ancaman terhadap kedaulatan negara yang bersifat konvensional (fisik)
berkembang menjadi multidimensional (fisik dan non fisik), baik yang berasal dari luar
negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman yang bersifat multidimensional tersebut dapat
bersumber baik dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, maupun
permasalahan keamanan yang terkait dengan kejahatan internasional, antara lain terorisme,
imigran gelap, bahaya narkotika, pencurian kekayaan alam, bajak laut, dan perusakan
lingkungan.

2.8 CONTOH SIKAP ATAU PERILAKU BELA NEGARA


 Mempelajari sejarah perjuangan pahlawan

Salah satu perwujudan cinta tanah air adalah mengetahui perjuangan pahlawan
dalam meraih kemerdekaan. Tujuannya adalah agar setiap warga negara juga ikut
merasakan perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan. Selain itu, diharapkan
setiap warga negara mengamalkan nilai sosial dan norma sosial yang diberikan para
pahlawan.

 Mempelajari budaya daerah

11
Budaya daerah adalah akar dari budaya nasional. Mempelajari budaya daerah
adalah salah satu cara untuk melestarikan budaya nasional. Banyaknya budaya asing
yang masuk ke negara kita mengancam lunturnya budaya asli. Untuk menjaganya,
maka setiap warga negara alangkah lebih baik tetap mempelajari, melestarikan dan
mengenalkan budaya kita kepada negara lain.

 Memperkanalkan wisata lokal kepada dunia

Banyak wisata lokal yang belum dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan.
Masyarakat lebih memilih berwisata ke luar negeri. Padahal dengan mengunjungi
tempat wisata dalam negeri akan meningkatkan pendapatan daerah maupun nasional.
Banyaknya tempat wisata bahkan juga dapat menarik wisatawan luar negeri.

 Menggunakan produk dalam negeri

Menggunakan produk dalam negeri akan meningkatkan penghasilan para


pengrajin atau produsen dalam negeri. Impactnya adalah pendapatan perkapita negara
akan meningkat. Selain itu, juga akan mengurangi berbagai jenis pengangguran yang
ada di suatu negara.

 Meningkatkan keterampilan dan bakat yang dimiliki

Setiap orang mempunyai bakat masing-masing. Hanya saja perlu diasah agar
dapat meningkatkan kemampuannya. Keterampilan yang diasah juga memudahkan
untuk menekuni pekerjaan sesuai dengan bidang yang diminatinya. Hal ini juga akan
mengurangi penambahan penggangguran di dalam negeri.

 Membayar pajak tepat waktu

Salah satu wujud kesadaran berbangsa adalah membayar pajak tepat waktu.
Pajak digunakan untuk membiayai kebutuhan belanja negara dan kebutuan warga
negara. Jadi seharusnya pajak akan kembali kepada rakyat itu sendiri. Hal yang tidak
boleh dilakukan adalah menunda membayar pajak atau memanipulasi pajak.

 Menghindari konflik

Menghindari konfik merupakan salah satu perwujudan sadar berbangsa dan


bernegara. Pecahnya suatu negara diawali dari pecahnya masyarakat dan tidak adanya
persatuan di dalamnya. Sehingga akan mudah dicampuri dan dikuasai oleh negara
lain.

 Pedagang bekerja keras meningkatkan kualitas pasarnya

Pedagang juga bisa menerapkan bela negara dengan meningkatkan kualitas


pasarnya, menjaga produknya. Kalau bisa membawa produknya ke pasar dunia dan
yang paling penting adalah bisa mengurangi jumlah pengangguran di dalam negara.

 Industri film mengangkat nilai-nilai ke-Indonesia-an


12
Bukan hanya perorangan, industry pun juga bisa turut terlibat dalam bela
negara. Seperti mengangkat film bertemakan nasionalisme atau nilai-nilai ke-
Indonesiaan yang lain agar meningkatkan perasaan cinta tanah air para penonton film.

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan umum bagaimana menjadikan warga negara
yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Baik dalam artian demokratis, yaitu
warga negara yang cerdas, berkeadaban, dan bertanggung jawab bagi kelangsungan Negara
Indonesia. Sehubungan bela negara, konstitusi UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengatur bahwa;
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”. Setiap
warga Negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan negara sebagaimana
tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa; “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang
13
pertahanan negara menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain
sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan
dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa.

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa
dan negara yang seutuhnya. Kemerdekaan yang telah kita miliki harus dijaga dan
dipertahankan. Tugas generasi muda pada saat ini adalah mengisi kemerdekaan ini dengan
memberikan kontribusinya dalam bentuk apapun. Sebab, meskipun bangsa Indonesia telah
merdeka, bukan berarti terlepas dari segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan. Oleh karena itu, kita sebagai warganegara harus menjaga keutuhan bangsa dan
membela negara dari masalah apapun.

3.2 SARAN
Sebagai warga Negara tentunya kita wajib ikut serta dalam pembelaan Negara. Untuk itu kita
seharusnya dapat menunjukkan kerja nyata untuk memajukan bangsa Negara ini sebagai
wujud dari keikutsertaan kita dalam upaya bela Negara dalam berbagai bentuk maupun
bidang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap individu.

14

Anda mungkin juga menyukai