Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PANCASILA

PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu : Fariz Satria Alam, S.H., M.H

Disusun Oleh:

Adela Dwi Yanti (012020001)

Cecilia Alpha Karen (012020007)

Guruh Novan Aldianto (012020014)

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN
POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN
PRODI RELASI INDUSTRI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pengantar Pendidikan
Pancasila” dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila tahun ajaran 2020/2021.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini terwujud berkat adanya dorongan dan bantuan dari
banyak pihak. Penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
terutama kepada:
1. Bapak Faris Satria Alam, S.H., M.H selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila.
2. Rekan-rekan satu kelompok dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari berbagai
kesalahan. Proses penulisan makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik materi
maupun cara penulisannya. Kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Dengan demikian, kami terbuka menerima
masukan, saran, dan usul demi penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 Maret 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................................. 1
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 3
2.1 Konsep Pendidikan Pancasila .................................................................................................... 3
2.1.1 Konsep Pendidikan Pancasila ............................................................................................... 3
2.1.2 Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila ................................................................................. 3
2.2 Pentingnya Pendidikan Pancasila.............................................................................................. 5
2.2.1 Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ........................................... 5
2.2.2 Pancasila Sebagai Dasar Etika Berbangsa dan Bernegara .................................................... 5
2.2.3 Pemberdayaan Etika Pancasila dalam Konteks Kehidupan Akademik................................. 6
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politik Pendidikan Pancasila ............................... 7
2.3.1 Sumber Historis Pendidikan Pancasila.................................................................................. 7
2.3.2 Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila.............................................................................. 7
2.3.3 Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila .................................................................................. 8
2.3.4 Sumber Politik Pendidikan Pancasila.................................................................................... 8
2.4 Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila ..................................................................... 9
2.4.1 Dinamika Pendidikan Pancasila ............................................................................................ 9
2.4.1 Tantangan Pendidikan Pancasila ......................................................................................... 10
2.5 Esensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan ........................................... 11
2.5.1 Esensi Pendidikan Pancasila ............................................................................................... 11
2.5.2 Urgensi Pendidikan Pancasila ............................................................................................. 11
2.6 Implementasi Nilai-Nilai Pancasila ......................................................................................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 14
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 14
DARTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian,
sesuai dengan program studinya masing-masing. Mata kuliah ini dapat lebih fokus dalam
membimbing pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa terkait ideologi bangsa
Indonesia. Dengan begitu, pendidikan Pancasila diharapkan dapat membentuk jati diri
mahasiswa dalam mengembangkan serta meningkatkan jiwa profesionalitas mereka. Selain
itu, sesuai dengan ketentuan pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, sistem
pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Artinya, sistem pendidikan
tinggi di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai segi
kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila secara sungguh-
sungguh dan bertanggung jawab.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang mengatur Pendidikan


nasional Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi, mata kuliah Pancasila
merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student centered
learning, untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill mahasiswa sebagai calon
pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai dengan program
studinya masing-masing dengan menjadikan nilai nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun
(guiding principle) sehingga menjadi warga negara yang baik (good citizenship).

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pentingnya pendidikan Pancasila.
2. Mengetahui sumber historis, sosiologis, yuridis, dan politik pendidikan Pancasila.
3. Mengetahui dinamika dan tantangan pendidikan Pancasila.
4. Mengetahui esensi dan urgensi pendidikan Pancasila.
5. Mengetahui implementasi nilai-nilai Pancasila.

1.3 Manfaat Penulisan

1
1. Pembaca dan penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pendidikan
Pancasila.

2. Pembaca dan penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pentingnya
pendidikan Pancasila.
3. Penulis dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Pancasila.

4. Dosen pengampu dapat menilai pengetahuan yang dimiliki oleh penulis setelah
penyusunan makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pendidikan Pancasila


2.1.1 Konsep Pendidikan Pancasila
Krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1998 sebagai akibat tidak dilaksanakannya
Pancasila secara konsisten oleh pemerintah Indonesia. Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa secara tegas melarang rakyat Indonesia mencuri, tidak satupun agama di muka
bumi ini membenarkan pengikutnya melakukan pencurian, penipuan, manipulasi
terhadap orang lain. Di Indonesia pada akhir pemerintahan Orde Baru justru korupsi
sudah merupakan perbuatan yang biasa dilakukan oleh pejabat publik sehingga
menyebabkan terjadinya krisis ekonomi yang menyengsarakan seluruh rakyat
Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa pelaksanaan Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi mengalami pasang surut karena kebijakan penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila tidak diimplementasikan oleh perguruan tinggi dengan baik
oleh perguruan tinggi negeri maupun swasta. 14 Hal ini terjadi karena dasar hukum
yang mengatur berlakunya Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi selalu
mengalami perubahan dan persepsi serta pengembangan kurikulum di masing-
masing perguruan tinggi yang sering berganti-ganti. Lahirnya ketentuan Pasal 35
ayat (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Agama,
Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
negara menghendaki agar Pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat
dalam kurikulum perguruan tinggi sehingga mata kuliah Pendidkan Pancasila dapat
lebih fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan mahasiswa mengenai
ideologi bangsa Indonesia. Ini berarti Pendidikan Pancasila diharapkan dapat menjadi
ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa guna mengembangkan jiwa
profesionalismenya sesuai dengan bidang studinya masing-masing. Selain itu dengan
mengacu kepada ketentuan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Ini berarti
bahwa Perguruan Tinggi di Indonesia harus terus menerus mengembangkan nilai-
nilai Pancasila dalam berbagai segi kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah
pendidkan Pancasila secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.

2.1.2 Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila


Ada beberapa hal atau kondisi yang menjadi dasar pemikiran pentingnya
pendidikan Pancasila diberikan kepada mahasiswa pada khususnya dan kepada
bangsa Indonesia secara keseluruhan pada umumnya. Dasar pemikiran tersebut
antara lain:

3
1) Nilai-nilai perjuangan bangsa (semangat kebangsaan) telah mengalami pasang
surut sesuai dengan dinamika kehidupan dan telah mengalami penurunan
sampai pada titik kritis.
2) Pengaruh globalisasi, pengaruh negara maju, dan pengaruh kekuatan lembaga-
lembaga internasional yang telah sering menimbulkan berbagai konflik
kepentingan di kalangan bangsa Indonesia.
3) Pengaruh perkembangan IPTEKS, khususnya teknologi informasi, komunikasi,
dan transportasi yang membuat dunia menjadi semakin transparan.
4) Pengaruh isu-isu/persoalan/permasalahan global (demokratisasi, HAM, dan
lingkungan hidup) yang sering dan telah mempengaruhi kondisi nasional.

Berbagai kondisi di atas, secara langsung atau tidak langsung, jelas akan
mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan dari segenap komponen
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pembinaan moral dan mental spiritual
berdasarkan nilai-nilai Pancasila perlu ditingkatkan dan mendapat perhatian yang
serius dan mendalam agar berbagai kemungkinan pengaruh negatif dari keempat
kondisi tersebut di atas dapat ditangkal dan diantisipasi. Sebagaimana telah diketahui
bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia telah
dilaksanakan dalam kehidupan 19 bermasyarakat sejak sebelum Pancasila menjadi
dasar negara. Sejak zaman dahulu berbagai wilayah Nusantara ini mempunyai
beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya seperti percaya adanya
Tuhan Yang Maha Esa, berperikemanusian, toleransi, gotong royong, musyawarah,
kesetiakawanan, dan menegakkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang menunjukkan bahwa
nilai-nilai Pancasila belum dilaksanakan dengan baik dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Diantara masalah yang dihadapai bangsa
Indonesia sekarang antara lain:

a) Masalah Korupsi
b) Masalah Disintegrasi Bangsa
c) Masalah Dekadensi Moral
d) Masalah Narkoba.
e) Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan
f) Masalah Terorisme

Munculnya masalah-masalah tersebut di atas tidak lain adalah karena pemahaman


dan penghayatan serta pengamalan terhadap nilai-nilai Pancasila belum terwujud
dengan baik sehingga Pendidikan Pancasila sangat penting diajarkan di setiap jenjang
pendidikan khususnya di perguruan tinggi.

2.2 Pentingnya Pendidikan Pancasila

4
2.2.1 Pancasila Sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Pancasila sebagai dasar negara, berarti Pancasila dijadikan pedoman dalam
bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 menegaskan, bangsa Indonesia memiliki dasar
dan pedoman dalam berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai
dasar negara mendasari pasal-pasal dalam UUD 1945. Serta menjadi cita-cita hukum
yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

2.2.2 Pancasila Sebagai Dasar Etika Berbangsa dan Bernegara


Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa
Indonesia, juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan
tuntunan atau panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku. Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan
dimensi moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan
menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-
akademik yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat
mewarnai setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan
ilmiah yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi
dunia ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –
free). Anda sebagai mahasiswa berkedudukan sebagai makhluk individu dan sosial
sehingga setiap keputusan yang diambil tidak hanya terkait dengan diri sendiri, tetapi
juga berimplikasi dalam kehidupan sosial dan lingkungan. Pancasila sebagai sistem
etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan
konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila
Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga
mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.
Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang Pancasilais
melalui berbagai sikap yang positif, seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri,
dan lainnya

Adapun Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika, tercermin dalam sila-silanya,


yaitu sebagai berikut:

1) Sila Pertama: menghormati setiap orang atau warga negara atas berbagai
kebebasannya dalam menganut agama dan kepercayaannya masing-masing,
serta menjadikan ajaran-ajarannya sebagai panutan untuk menuntun maupun
mengarahkan jalan hidupnya.
2) Sila Kedua: menghormati setiap orang dan warga negara sebagai pribadi
(persona) “utuh sebagai manusia”, manusia sebagai subjek pendukung,

5
3) penyangga, pengemban serta pengelola hak-hak dasar kodrati, merupakan
suatu keutuhan dengan eksistensi dirinya secara bermartabat.
4) Sila Ketiga: bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segmentasi
segmentasi atau primordialisme sempit dengan jiwa dan semangat “Bhineka
Tunggal Ika”, yaitu bersatu dalam perbedaan dan berbeda dalam persatuan.
5) Sila Keempat : kebebasan, kemerdekaan, kebersamaan, dimiliki dan
dikembangkan dengan dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan secara
jujur dan terbuka dalam menata berbagai aspek kehidupan.
6) Sila Kelima: membina dan mengembangkan masyarakat yang berkeadilan
sosial yang mencakup kesamaan derajat (equality) dan pemerataan (equity)
bagi setiap orang atau setiap warga negara. Sila-sila dalam Pancasila
merupakan satu kesatuan integral dan integratif menjadikan dirinya sebagai
referensi kritik sosial kritis, komprehensif serta sekaligus valuatif bagi
pengembangan etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun
bernegara. Konsekuensi dan implikasinya ialah bahwa norma etis yang
mencerminkan satu sila akan mendasari dan mengarahkan sila-sila lain

2.2.3 Pemberdayaan Etika Pancasila dalam Konteks Kehidupan Akademik


Pancasila sebagai dasar etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara diberdayakan melalui kebebasan akademik untuk mendasari suatu sikap
mental atau attitude. Kebebasan akademik adalah hak dan tanggung jawab seorang
akademisi. Hak dan tanggung jawab itu terikat pada susila akademik, yaitu sebagai
berikut.
a) Curiosity, dalam arti terus menerus mempunyai keinginan untuk mengetahui
hal-hal baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tidak mengenal titik henti
yang dampak dan pengaruhnya dengan sendirinya juga terhadap
pengembangan etika.
b) Wawasan luas dan mendalam dalam arti bahwa nilai-nilai etika sebagai norma
dasar bagi kehidupan suatu bangsa dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara tidak terlepas dari unsur - unsur budaya yang hidup dan berkembang
dengan ciri-ciri khas yang membedakan bangsa itu dan bangsa lain.
c) Terbuka, dalam arti luas bahwa kebenaran ilmiah adalah sesuatu yang
tentative, bahwa kebenaran ilmiah bukanlah sesuatu yang hanya sekali
ditentukan dan bukan sesuatu yang tidak dapat diganggu gugat, yang
implikasinya ialah bahwa pemahaman suatu norma etika tidak hanya tekstual
melainkan juga kontekstual untuk diberi makna baru sesuai dengan kondisi
aktual yang berkembang dalam masyarakat.
d) Open mindedness, dalam arti rela dan dengan rendah hati (modest) bersedia
menerima kritik dan pihak lain terhadap pendirian atau sikap intelektualnya. e.

6
e) Jujur, dalam arti menyebutkan setiap sumber atau informasi yang diperoleh dan
pihak lain dalam mendukung sikap atau pendapatnya.

2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politik Pendidikan Pancasila


2.3.1 Sumber Historis Pendidikan Pancasila
Sejarah mempunyai makna yang sangat penting dalam membangun kehidupan
bangsa supaya lebih bijaksana di masa depan. Pentingnya sejarah dalam membangun
bangsa ditegaskan oleh Soekarno presiden pertama Indonesia, “Jangan sekali-kali
meninggalkan sejarah”. Hal ini dipertegas oleh salah seorang fisuf Yunani yang
bernama Cicero (106-43SM) yang menyatakan bahwa “Sejarah memberikan
kearifan”. Pendapat umum menegaskan bahwa “Sejarah merupakan guru yang sangat
berharga dalam kehidupan”. Dengan demikian pengayaan materi Pendidikan
Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat penting untuk belajar dari sejarah
22 bangsa Indonesia guna mewujudkan kejayaan bangsa Indonesia di kemudian hari.
Melalui pendekatan historis ini mahasiswa diharapkan dapat mengambil pelajaran
atau hikmah dari berbagai sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah bangsa-
bangsa lain. Dengan pendekatan historis, mahasiswa diharapkan akan memperoleh
inspirasi untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa sesuai dengan program
studi masing-masing, sekaligus dapat berperan serta secara aktif dan arif dalam
berbagai kehidupan berbangsa dan bernegara, serta berusaha menghindari perilaku
yang bernuansa mengulangi kesalahan sejarah Dalam peristiwa sejarah nasional
banyak pelajaran yang dapat dipetik misalnya sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
sebelum masa pergerakan nasional perjuangan rakyat Indonesia selalu gagal
mewujudkan kemerdekaan karena belum dilandasi semangat nasionalisme. Hal ini
berarti agar bangsa Indonesia diperhatikan dan diperhitungkan oleh bangsa di dunia
perlu memelihara integrasi bangsa dan meningkatkan pengusaan IPTEK sehingga
implikasi dari pendekatan historis adalah meningkatkan persatuan dan meningkatkan
motivasi belajar sesuai dengan bidang masingmasing. Di samping itu sejarah
terjadinya krisis ekonomi yang sangat berat di Indonesia tahun 1998 akibat tidak
dilaksanakan nilai-nilai Pancasila dapat dijadilkan pelajaran yang sangat berharga
bagi mahasiswa untuk tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dalam
melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

2.3.2 Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila


Soekarno (1982), menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologis suatu
masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai tertentu. Melalui
pendekatan sosiologis ini juga diharapkan dapat mengkaji struktur sosial, proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial dan masalah-masalah sosial yang patut
disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai Pancasila dasar negara.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan

7
hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil
konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil karya 23 besar bangsa Indonesia
sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara (Kaelan, 2000). Bung
Karno menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia. Ini
berarti bahwa nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis bangsa
Indonesia. Dengan demikian materi mata kuliah Pendidikan Pancasila jelas berasal
dari kenyataan hidup masyarakat Indonesia bukan diadopsi dari budaya lain sehingga
masyarakat Indonesia adalah merupakan Causa Prima dari Pancasila.

2.3.3 Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila


Negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat), artinya penyelenggaraan
pemerintahan negara harus berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar
negara merupakan landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan
negara hukum tersebut. Ini berarti pendekatan yuridis merupakan salah satu
pendekatan dalam pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Adapun yang menjadi pendekatan yuridis materi mata kuliah Pendidikan
Pancasila ialah UUD 1945, Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah, Keppres,
Perda dan produk hukum lain sebagai implementasi Pancasila dasar negara Republik
Indonesia. Melalui pendekatan yuridis akan terwujud pelaksanaan negara Indonesia
sebagai negara hukum. Untuk terwujudnya negara hukum di Indonesia, peran
mahasiswa sangat diharapkan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila yang telah
dipelajari dari materi Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Terwujudnya negara
hukum yang merupakan implementasi dari nilai-nilai Pancasila yang telah dipelajari
di perguruan tinggi akan bermuara kepada terwujudnya kesejahteraan rakyat yang
telah dicita-citakan oleh pendiri bangsa Indonesia

2.3.4 Sumber Politik Pendidikan Pancasila


Salah satu sumber pengayaan materi Pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara
merupakan ideologi politik bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan
kaidah penuntun dalam mewujudkan tata tertib sosial yang ideal. Hal ini sejalan
dengan pendapat Budiarjo (1998) yang menyatakan sebagai berikut: Ideologi politik
adalah himpunan nilai-nilai, ide-ide, normanorma, kepercayaan, dan keyakinan,
suatu ”Weltanschaung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Atas dasar
mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema 24 politik yang
dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya.... Melalui pendekatan
politik ini mahasiswa diharapkan mampu menafsirkan fenomena politik dalam
rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai

8
Pancasila untuk mewujudkan politik yang sehat sehingga bisa memberikan
kontribusi yang konstruktif dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan
dinamis. Kegiatan politik yang dilaksanakan oleh negara Indonesia yang bisa
dijadikan sumber pengayaan materi Pendidikan Pancasila adalah yang sesuai dengan
budaya bangsa dan dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia seperti pemilihan
presiden secara langsung yang telah terlaksana dengan baik sejak tahun 2004.

2.4 Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila


2.4.1 Dinamika Pendidikan Pancasila
Pada awal kemerdekaan, pembudayaan nilai-nilai Pancasila dilakukan dalam
bentuk pidato para tokoh bangsa dalam rapat-rapat akbar yang disiarkan baik melalui
radio maupun surat kabar. Pada 1 Juli 1947, diterbitkan sebuah buku yang berisi
Pidato Bung Karno tentang Lahirnya Pancasila. Buku ini disertai kata pengantar dari
Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat yang sebagaimana beliau menjadi Ketua
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan).

Perubahan yang signifikan dalam metode pendidikan Pancasila adalah setelah


terjadinya Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Pada tahun 1960, diterbitkan sebuah
buku dengan judul Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia oleh Departemen P dan
K, buku tersebut diterbitkan dengan tujuan membentuk manusia Indonesia baru yang
patriotik melalui pendidikan. Sejak lahirnya Ketetapan MPR RI, Nomor
II/MPR/1978, tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila yang mana
menjadi salah satu sumber pokok materi Pendidikan Pancasila. Kemudian diperkuat
lagi dengan Tap MPR RI Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN yang mencantumkan
bahwa “Pendidikan Pancasila” termasuk Pendidikan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.

Pada era kepemimpinan Presiden Soeharto, terbit Instruksi Direktur Jenderal


Perguruan Tinggi, nomor 1 Tahun 1967, tentang Pedoman Penyusunan Daftar
Perkuliahan, yang menjadi landasan yuridis bagi keberadaan mata kuliah Pancasila di
perguruan tinggi. Keberadaan mata kuliah Pancasila semakin kokoh dengan
berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang pada pasal 39 ditentukan bahwa kurikulum
pendidikan tinggi harus memuat mata kuliah pendidikan Pancasila. Kemudian, terbit
peraturan pelaksanaan dari ketentuan yuridis tersebut, yaitu khususnya pada pasal 13
ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999, tentang
Pendidikan Tinggi. Pasal 1 SK Dirjen Dikti Nomor 467/DIKTI/Kep/1999, yang
mana menentukan bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila adalah mata kuliah yang
wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa baik program diploma maupun program
sarjana. Pada 2000, Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh

9
keberadaan dan menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan
Pancasila, yaitu:

1) SK Dirjen Dikti, Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum


Pendidikan Tinggi,
2) SK Dirjen Dikti, Nomor 265/Dikti/2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK), dan
3) SK Dirjen Dikti, Nomor 38/Dikti/Kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003,


kembali mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan. Dalam
Undang-Undang tersebut pendidikan Pancasila tidak lagi disebut sebagai mata kuliah
wajib di perguruan tinggi oleh karenanya beberapa universitas menjadikan materi
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan Pancasila menjadi satu.

Dalam rangka mengintensifkan kembali pembudayaan nilai-nilai Pancasila


kepada generasi penerus bangsa melalui pendidikan, pecinta negara proklamasi, baik
elemen masyarakat, pendidikan tinggi, maupun instansi pemerintah, melakukan
berbagai langkah, antara lain mendorong dengan seminar-seminar yang membahas
tentang pentingnya membudayakan Pancasila melalui pendidikan, khususnya dalam
melalui pendidikan tinggi. Penguatan keberadaan mata kuliah Pancasila di perguruan
tinggi ditegaskan dalam Pasal 35 dan Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi, yang menetapkan ketentuan
bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila wajib dimuat dalam kurikulum perguruan
tinggi, yaitu sebagai berikut:

1) Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila, Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.
2) Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
mata kuliah: agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.
Dengan demikian, pembuat undang-undang menghendaki agar mata kuliah
pendidikan Pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi.

2.4.1 Tantangan Pendidikan Pancasila


Menurut Abdulgani Pancasila adalah leitmotive dan leitstar, dorongan pokok dan
bintang penunjuk jalan. Tanpa adanya leitmotive dan leitstar Pancasila ini, kekuasaan
negara akan menyeleweng. Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan itu harus
dicegah dengan cara mendahulukan Pancasila dasar filsafat dan dasar moral
(1979:14). Agar Pancasila menjadi dorongan pokok dan petunjuk jalan bagi generasi

10
penerus, maka nilai-nilai Pancasila harus dididikkan kepada para mahasiswa melalui
mata kuliah pendidikan Pancasila.

Tantangannya ialah menentukan bentuk dan format agar pendidikan Pancasila


dapat diselenggarakan di berbagai program studi dengan menarik dan efektif.
Tantangan ini dapat berasal dari internal perguruan tinggi, misalnya faktor
ketersediaan sumber daya, dan spesialisasi program studi yang makin tajam. Adapun
tantangan yang bersifat eksternal, antara lain adalah krisis keteladanan dari para elite
politik dan maraknya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat.

2.5 Esensi Dan Urgensi Pendidikan Pancasila Untuk Masa Depan


2.5.1 Esensi Pendidikan Pancasila
Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah
pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan
landasan tersebut, Ditjen Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila
yang meliputi:
1) Pengantar perkuliahan pendidikan Pancasila
2) Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia
3) Pancasila sebagai dasar negara
4) Pancasila sebagai ideologi negara
5) Pancasila sebagai sistem filsafat
6) Pancasila sebagai sistem etika
7) Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu

Pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan dalam mata kuliah pendidikan


Pancasila adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student
centered learning), untuk memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila baik
sebagai etika, filsafat negara, maupun ideologi bangsa secara scientific. Dengan
harapan, nilai-nilai Pancasila akan terinternalisasi sehingga menjadi penuntun bagi
mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalismenya sesuai dengan
jurusan/program studi masing-masing. Implikasi dari pendidikan Pancasila tersebut
adalah agar mahasiswa dapat menjadi insan profesional yang berjiwa Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, urgensi pendidikan
Pancasila adalah untuk membentengi dan menjawab tantangan perubahan-perubahan
di masa yang akan datang.

2.5.2 Urgensi Pendidikan Pancasila


Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan tinggi ini berlaku untuk semua
jurusan/program studi, sebab nasib bangsa tidak hanya ditentukan oleh segelintir

11
profesi yang dihasilkan oleh sekelompok jurusan/program studi saja, tetapi juga
merupakan tanggung jawab semua bidang. Adanya Pendidikan Pancasila di
perguruan tinggi ialah agar mahasiswa tidak menyimpang dari jati diri bangsa yang
merupakan budaya sendiri sehingga memiliki pedoman dan kaidah penuntun dalam
berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu urgensi Pendidikan Pancasila adalah agar dapat memperkokoh
jiwa kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi pendorong utama untuk merubah dan
memperlihatkan sikap sebagai salah seorang Pancasilais yang sejati dalam bertindak
dan bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Selain itu Pendidikan Pancasila bagi mahasiswa sebagai calon pemegang tongkat
estafet kepemimpinan bangsa untuk berbagai bidang tingkatan agar tidak terpengaruh
oleh paham-paham asing yang negatif yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya
bangsa sendiri. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan Pancasila disebarluaskan
secara masif, antara lain melalui mata kuliah pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi. Riyanto (2009: 4) menyatakan bahwa pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi merupakan suatu keniscayaan karena mahasiswa sebagai agen perubahan dan
intelektual muda yang di masa yang akan datang akan menjadi inti pembangunan dan
pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan lembaga-lembaga
negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur politik, lembaga-
lembaga bisnis, dan sebagainya. Dengan demikian, pemahaman nilai-nilai Pancasila
di kalangan mahasiswa amat penting, tanpa membedakan pilihan profesinya di masa
yang akan datang, baik yang akan berprofesi sebagai pengusaha/entrepreneur,
pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan sebagainya. Semua lapisan masyarakat
memiliki peran amat menentukan terhadap eksistensi dan kejayaan bangsa di masa
depan.

2.6 Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Pancasila


Pancasila berisi lima sila yang hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-
nilai Pancasila tersebut adalah sebagai berikut :
1) Nilai Ketuhanan
Nilai Ketuhanan mengandung arti adanya keyakinan dan pengakuan bangsa
Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta.
Contoh nilai ketuhanan yaitu saling menghormati dan menghargai antara pemeluk
agama yang berbeda-beda serta memberi kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
2) Nilai Kemanusiaan
Nilai Kemanusiaan mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai
dengan moral dalam kehidupan bermasyarakat, dan adanya pengakuan terhadap hak
asasi manusia. Contoh nilai kemanusiaan adalah pengakuan terhadap adanya harkat
dan martabat manusia; tidak berbuta semena-mena terhadap orang lain.

12
3) Nilai Persatuan
Nilai Persatuan Indonesia mengandung makna ke arah bersatu dalam kebulatan atau
kesadaran rakyat untuk membangun rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Contoh nilai persatuan adalah memiliki rasa cinta tanah air dan
bangsa, serta rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
4) Nilai Kerakyatan
Nilai Kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat yang mana pengambilan keputusannya dengan cara musyawarah
mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Contoh nilai kerakyatan adalah
mengutamakan musyawarah dalam setiap mengambil keputusan; mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau golongan.
5) Nilai Keadilan
Nilai Keadilan mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah ataupun batiniah.
Keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh bangsa.
Contoh nilai keadilan adalah bersikap adil dan suka memberi pertolongan kepada
orang lain; cinta akan kemajuan dan pembangunan bangsa baik material maupun
spiritual.

Sebagai mahasiswa, implementasi nilai-nilai pancasila dapat dilakukan kapan saja


dan dimana saja karena memiliki lingkungan yang tepat untuk mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila. Implementasi Pancasila sebagai paradigma kehidupan kampus tidak
berbeda jauh dengan kehidupan bernegara karena pada dasarnya tananan kehidupan di
kampus memiliki kesamaan dengan tatanan negara. Jadi kampus itu memiliki tatanan
pembangunan seperti tatanan negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum, dan
kehidupan beragama. Untuk mencapai tujuan dari sebuah tatanan kehidupan
bermasyarakat terutama masyarakat kampus maka mahasiswa perlu merefleksikan nilai-
nilai Pancasila tersebut dalam kesehariannya. Salah satu upaya meningkatkan
pemahaman mengenai pancasila adalah dengan adanya kegiatan bela negara. Dengan
adanya kegiatan seperti itu, maka akan memperkuat rasa cinta dan bangga terhadap
bangsa Indonesia.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Generasi penerus harus benar-benar dipersiapkan, dengan berkembangnya zaman bukan
berarti menghilangkan nilai dasar dan mengubah standar nilai dasar. Warga negara
Indonesia dihadapkan berbagai informasi yang bermuatan dari berbagai nilai dasar.
Sehingga, pendekatan dalam pemahaman kebenaran Pancasila kepada generasi muda
menjadi sebuah tantangan bagi program Pendidikan khusunya Pendidikan Pancasila.
Pancasila harus dapat menjadi solusi dari berbagai masalah yang terjadi, nilai-nilai dalam
Pancasila harus mampu memiliki sifat yang aktual dengan kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi, sehingga Pancasila dapat menjadi sebuah ideologi yang terus menjadi
pedoman utama walau di tengah perubahan. Oleh karena itu, nilai-nilai dasar Pancasila harus
sangat dimengerti dan dipahami oleh setiap warga Indonesia agar nilai-nilai tersebut dapat
diamalkan oleh warga.
Nilai-nilai dalam Pancasila harus dapat diwariskan sebagai penerus negara kebangsaan
Indonesia. Jika gagal dalam mewarsikan Pancasila, maka merupakan kegagalan dalam
mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, sistem
pendidikan di Indonesia harus mampu mengembangkan atau menghasilkan warga negara
yang Pancasilais. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar filsafat
Negara yang sangat penting dan harus dipelajari dan dipahami oleh seluruh warga negara
Indonesia agar tidak melakukan kesalahan dalam berkehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara

3.2 Saran
Dengan perkembangan zaman begitu banyak hal-hal yang akan masuk ke dalam suatu
negara, baik hal positif maupun yang negatif. Sangat disayangkan jika para penerus bangsa
ikut terpengaruh akan hal-hal yang negatif sehingga dapat merusak moral dan jati diri
bangsa. Oleh sebab itu, seluruh masyarakat khususnya para penerus bangsa diminta untuk
meningkatkan kesadaran dan menjadikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan baik
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, agar dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan
apa yang telah diwariskan oleh para pendahulu secara turun-temurun agar menjadi warga
negara yang sesuai dengan cita-cita bangsa.

14
DARTAR PUSTAKA

Syamsir, dkk. 2017. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Palembang: BKS PTN-
Barat

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Pancasila Untuk


Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi

Danniarti, Rahma. 2017. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Pendukung Tumbuh


Kembang Wawasan Kebangsaan Pada Mata Pelajaran PPKn di SMP Negeri 7
Palembang. Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan. 2(2): 187-202

Putri, Tri Endang Sungkowo. 2012. Pentingnya Pendidikan Pancasila sebagai Materi
Pembelajaran di Perguruan Tinggi (Studi Kasus di Sekolah Tinggi Teknik Malang). Jurnal
Teknik. 1(2): 9-14

Putri, Arum Sutrisni. 2020. Arti Penting Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan
Hidup. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/070000769/arti-penting-pancasila-
sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-
hidup?page=all#:~:text=Pancasila%20sebagai%20dasar%20negara%2C%20berarti,berban
gsa%20dan%20bernegara%20yaitu%20Pancasila. (diakses pada 18 Maret 2021)

Yudha, Riki. 2016. Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Kampus.


https://rikiyudha.web.ugm.ac.id/2016/04/21/implementasi-pancasila-dalam-kehidupan-
kampus/. (diakses pada 18 Maret 2021)

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/4833/mod_resource/content/1/BAB%20VI.pdf#
:~:text=Pancasila%20sebagai%20sistem%20etika%20adalah,persatuan%2C%20kerakyata
n%2C%20dan%20keadilan. (diakses pada 19 Maret 2021)

15

Anda mungkin juga menyukai