Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pancasila

Dosen Pengampu : Agam Cendekia, SH., M.KN.

Oleh :

Nama : Salma Faizah

NIM : 215221195

Kelas :1E

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengantar Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pengantar Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bp. Agam Cendekia, SH., M.KN. selaku dosen
Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Boyolali, 7 September  2021

Salma Faizah

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……...………………………………………...………………………………………..i

KATA PENGANTAR…………………...……………………………………..………….….ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...………………………………………………………….....…..1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...….…1

C. Tujuan Pembahasan…………...……………………………………………...………...…2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila…….…………..………………………....…...3

B. Tujuan Pendidikan Pancasila……...…………………………………..…………………..4

C. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila………………...………………………….……...5

D. Landasan Pendidikan Pancasila……………………………………………………...……6

E. Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politik Pendidikan Pancasila…………….…..10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………….......…....………….....14

B. Saran………………………………………………………………...……………….......14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….…………....…..…………...15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Namun, gejala yang terjadi pada
berbagai kelompok masyarakat, kalangan generasi muda, bahkan politisi dan aparatur negara
saat ini, cenderung abai, lupa, bahkan melecehkan nilai-nilai Pancasila.

Pendidikan Pancasila sangat tepat diwajibkan kembali penyelenggaraannya di semua jenjang


pendidikan formal sebab dengan demikian proses internalisasi dan institusionalisasi nilai-nilai
Pancasila dapat dilakukan secara sistemik terhadap anak didik dari tingkat bawah sampai ke
tingkat pendidikan tinggi, meskipun harus diakui bahwa dalam pelaksanaannya banyak hal yang
harus dievaluasi pada bangunan sistem pendidikan Pancasila tersebut

Pendidikan Pancasila di tingkat perguruan tinggi perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh


sebab akan melandasi dan mengantarkan peserta didik untuk memiliki moral Pancasila yang
benar sehingga mereka memiliki semangat untuk mewujudkan nilai praksis Pancasila. Sebagai
calon pemimpin, mereka mempunyai otoritas dan kemampuan intelektual untuk melakukan
kontekstualisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara tepat, sebagai upaya responsif
terhadap dinamika internal dan eksternal bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pendidikan Pancasila?

2. Apa Tujuan Pendidikan Pancasila?

3. Apa Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila?

4. Apa Landasan Filosofis, Sosiologis, Yuridis Pendidikan Pancasila?

5. Apa Sumber Historis, Sosiologi, Politik Pendidikan Pancasila?

1
C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan Pengertian Pendidikan Pancasila
2. Mendeskripsikan Tujuan Pendidikan Pancasila
3. Mendeskripsikan Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila
4. Mendeskripsikan Landasan Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis Pendidikan Pancasila
5. Mendiskripsikan Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Pendidikan Pancasila

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila.

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studi
masing- masing, sehingga mampu memberikan kontribusi yang konstruktif dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Jadi,
mata kuliah Pancasila merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan student
centered learning, untuk mengembangkan knowledge , attitude, dan skill mahasiswa sebagai
calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai dengan program studi
masing-masing dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah penuntun (guiding
principle) sehingga menjadi warga negara yang baik (good citizenship).

Pendidikan Pancasila, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, merupakan mata kuliah yang wajib diselenggarakan secara mandiri di setiap
perguruan tinggi pada tingkat diploma dan sarjana. Setelah Pancasila berdiri sendiri sebagai mata
kuliah, maka memunculkan konsekuensi perlunya kejelasan visi, misi, tujuan, dan ruang lingkup
antara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, agar tidak terjadi tumpang tindih antara
kedua mata kuliah tersebut, meskipun di antara keduanya tetap ada hubungan interface dan
saling terkait satu dengan yang lain.

Sejalan dengan asas Pendidikan Tinggi sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UU No 12


tahun 2012, yaitu: kebenaran ilmiah, penalaran, kejujuran, keadilan, manfaat, kebajikan,
tanggung jawab, kebhinnekaan dan keterjangkauan, maka Pendidikan Pancasila memiliki
peranan yang sangat penting untuk meletakkan pondasi yang kuat dalam Pendidikan Tinggi di
Indonesia. Mata kuliah Pendidikan Pancasila tidak hanya secara kognitif mengajarkan materi-
materi ke-Pancasila-an saja, tetapi juga membangun karakter sebagai intelektual terdidik
sebagaimana asas pendidikan tinggi tersebut.

3
Pendidikan Pancasila bukan hanya merupakan kebutuhan individu sebagai warga negara,
tetapi juga merupakan kebutuhan negara. Kemajuan pendidikan warga negara akan secara
otomatis membawa kebesaran negara tersebut. Pendidikan dalam arti penguasaan ilmu,
teknologi, dan seni belumlah cukup, negara memiliki kepentingan agar siapa pun warga negara
yang mengenyam pendidikan di Indonesia memiliki karakter kebangsaan, konsern yang kuat
untuk memajukan negara, peduli kepada bangsa dan tanah airnya.
Dalam pelaksanaannya, Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah yang dikembangkan
berdasar konsep kurikulum 2013 dan mempertimbangkan Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) sebagai rujukan kriteria kualitas lulusan.
Adapun visi dan misi Pendidikan Pancasila, antara lain:
1. Visi dan Misi Pendidikan Pancasila
1) Visi
Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila
2) Misi
a. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis)
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa
dan negara (misi psikososial)
c. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural)
d. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline/misi akademik)

B. Tujuan Pendidikan Pancasila

Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan dapat


tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk mengkaji Pancasila secara akademik
(genetivus objektivus), dan menjadikan Pancasila sebagai perspektif untuk mengkaji,
menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah bangsa dan negara (genetivus subjectivus).
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk mewujudkan
tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan rangkaian konsep,
4
program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang diamanatkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan demikian, tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari
upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Secara spesifik tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah:
1. Memperkuat implementasi Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa
melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui sistem
pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta penguatan masyarakat
madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat berlandaskan Pancasila, untuk
mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan eksternal bangsa Indonesia.

C. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila


Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila Ada beberapa hal atau kondisi yang menjadi dasar
pemikiran pentingnya pendidikan Pancasila diberikan kepada mahasiswa pada khususnya dan
kepada bangsa Indonesia secara keseluruhan pada umumnya. Dasar pemikiran tersebut antara
lain:
1) Nilai-nilai perjuangan bangsa (semangat kebangsaan) telah mengalami pasang surut
sesuai dengan dinamika kehidupan dan telah mengalami penurunan sampai pada titik
kritis.
2) Pengaruh globalisasi, pengaruh negara maju, dan pengaruh kekuatan lembaga-lembaga
internasional yang telah sering menimbulkan berbagai konflik kepentingan di kalangan
bangsa Indonesia.
5
3) Pengaruh perkembangan IPTEKS, khususnya teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi yang membuat dunia menjadi semakin transparan.
4) Pengaruh isu-isu/persoalan/permasalahan global (demokratisasi, HAM, dan lingkungan
hidup) yang sering dan telah mempengaruhi kondisi nasional.
Berbagai kondisi di atas, secara langsung atau tidak langsung, jelas akan mempengaruhi pola
pikir, pola sikap, dan pola tindakan dari segenap komponen bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
pembinaan moral dan mental spiritual berdasarkan nilai-nilai Pancasila perlu ditingkatkan dan
mendapat perhatian yang serius dan mendalam agar berbagai kemungkinan pengaruh negatif dari
keempat kondisi tersebut di atas dapat ditangkal dan diantisipasi.
Sebagaimana telah diketahui bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia telah dilaksanakan dalam kehidupan 19 bermasyarakat sejak sebelum Pancasila
menjadi dasar negara. Sejak zaman dahulu berbagai wilayah Nusantara ini mempunyai beberapa
nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya seperti percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa,
berperikemanusian, toleransi, gotong royong, musyawarah, kesetiakawanan, dan menegakkan
keadilan dalam kehidupan bermasyarakat.

D. Landasan Pendidikan Pancasila


Dalam memahami Pancasila, perlu kiranya memahami terlebih dahulu landasan pokok
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi yang terdiri atas:
1. Landasan Historis
Landasan Historis adalah fakta-fakta sejarah yang dijadikan dasar bagi pengembangan
pendidikan Pancasila, baik menyangkut formulasi tujuan, pengembangan materi, rancangan
model pembelajaran, dan evaluasinya. Berdasarkan landasan historis, pancasila dirumuskan dan
memiliki tujuan yang dipakai sebagai dasar Negara Indonesia. Proses perumusannya diambil dari
nilai-nilai pandangan hidup masyarakat.
Jadi, secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara telah dimiliki oleh bangsa Indonesia, sehingga
boleh dikatakan bahwa secara historis nilai-nilai Pancasila itu berasal dari bangsa Indonesia itu
sendiri. Dengan kata lain, bangsa Indonesia adalah causa materialis dari Pancasila.

6
Catatan sejarah perjalanan bangsa Indonesia menunjukkan bahwa, pemilihan dan perumusan
Pancasila menjadi dasar negara Indonesia memiliki proses yang cukup panjang. Proses tersebut
diawali dari penggalian dan pembuktian nilai-nilai Pancasila yang telah ada sejak Indonesia ada,
sejak dari zaman Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa asing menjajah serta
menguasai bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut kemudian dirumuskan menjadi dasar falsafah
negara Indonesia oleh para pendiri negara melalui sidang BPUPKI dari tanggal 29 Mei 1945
sampai dengan 1 Juni 1945.

2. Landasan Kultural
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pada suatu azas kultural yang dimiliki dan
melekat pada bangsa itu sendiri. Nilainilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukanlah hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja
melainkan merupakan suatu hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri melalui suatu refleksi
filosofis para pendiri negara seperti Soekarno, Moh. Mamin, Moh. Hatta, Soepomo, serta para
tokoh pendiri negara lainnya. Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan
karya besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang
mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang terutang dalam sila-sila Pancasila.
Nilai-nilai kultural yang terpelihara dan sudah ada sejak Indonesia ada merupakan sumber
ideologi Pancasila. Setiap negara di dunia punya budaya sendiri yang membedakan negara
tersebut dengan negara lainnnya. Bagi bangsa Indonesia kebudayaan merupakan warisan sosial
yang harus dijaga 29 dan dipelihara. Upaya menjaga dan memelihara kebudayaan Indonesia
telah dilakukan oleh para pendiri negara kita melalui karya besarnya yakni Pancasila yang sila-
silanya diangkat dari nilai-nilai kultural bangsa Indonesia sendiri.
Pendidikan Pancasila tidak dapat dilepaskan dengan landasan kultural. Memahami
Pendidikan Pancasila maka harus memahami pula kebudayaan Indonesia, khususnya yang
berkaitan dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai keperibadian
bangsa Indonesia. Sebagai warga negara, seorang mahasiswa tidak boleh kehilangan kepribadian
keindonesiaannya sebagai identitas nasional bangsa dimana pun dia berada. Bangsa yang
religius,
7
santun, peduli, adil, tanggung jawab, beradab, memiliki tenggang rasa, hormat pada orang lain
serta nilai-nilai lainnya harus terpatri dalam diri setiap orang Indonesia. Nilai-nilai kerokhanian
inilah yang kemudian disepakati menjadi nilai bersama seluruh bangsa yang diikat dalam satu
falsafah Ideologi Pancasila.
3. Landasan Yuridis
Dituangkannya Pancasila ke dalam Pembukaan UUD 1945, maka mengisyaratkan bahwa
secara yuridis konstitusional Pancasila telah menjadi dasar negara Republik Indonesia. Untuk
dapat memahamkan Pancasila kepada seluruh warga negara, maka dilaksanakanlah Pendidikan
Pancasila, khususnya di Perguruan Tinggi.
Pada dasarnya landasan yuridis Pendidikan Pancasila juga terdapat dalam beberapa ketentuan
yang pernah berlaku di Indonesia, antara lain:
1) Pembukaan UUD NRI 1945; Pada alinia keempat Pembukaan UUD NRI 1945
disebutkan tentang dasar negara Republik Indonesia yakni Pancasila.
2) Pasal 31 UUD NR1 1945 tentang Pendidikan dan Kebudayaan; dalam Pasal 31 UUD
1945 dijelaskan bahwa (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3)
Pemerintah mengusahakan dan menyeleng-garakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak 30 mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
3) TAP MPRS No XXVIII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan.
4) Instruksi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi No. 1 Tahun 1967 tentang Pedoman
Penyusunan Daftar Perkuliahan dan lain sebagainya.
5) TAP MPR No. IV/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(sudah dicabut).
6) Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional: “Kurikulum
Pendidikan Tinggi wajib memuat Pendi-dikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan
Pendidikan Kewar-ganegaraan“
7) Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya
pada pasal 37 ayat (2). Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan
8
tinggi wajib memuat a) Pendidikan Agama, b) Pendidikan Kewarganegaraan, c) Bahasa.
8) Memang secara eksplisit pendidikan Pancasila tidak tercantum dalam pasal ini, akan
tetapi beberapa muatan dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yakni mengenai
Pancasila khususnya berkenaan dengan filsafat Pancasila.
9) Undang-undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, khususnya pada pasal 35
ayat (3). Upaya memperkuat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian yang diatur dalam
Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 yakni dengan dikeluarkannya UU No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi. Dalam Pasal 35 ayat (3) Undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memuat mata kuliah: a) Agama, b) Pancasila, 3) Kewarga-negaraan; dan 4) Bahasa
Indonesia.
10) Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan:
”Kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris; dan
kurikulum satuan pendidikan tinggi program diploma dan sarjana wajib memuat mata
kuliah yang bermuatan kepribadian, kebudayaan, serta mata kuliah statistika dan atau
matematika“
11) Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyu-sunan Kurikulum Pendidikan
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Kepmendiknas No. 045 U/2002
tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi: “Pendidikan Agama, Pendi-dikan Pancasila,
dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah 31 Pengembangan
Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok
program studi”
12) SK Dirjen Dikti No. 267/DIKTI/Kep/2000 tentang Penyem-purnaan Kurikulum Inti
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan
Tinggi di Indonesia.
13) SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
14) SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. F. Dinamika dan Tinggi.
9
4. Landasan Filosofis

Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal
ini berdasarkan pada kenyataan secara filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam
hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan dirinya pada nilai-nilai yang tertuang dalam
sila-sila Pancasila yang secara filosofis merupakan falsafah bangsa Indonesia sebelum
mendirikan negara.

Pancasila sebagai dasar filsafat merupakan landasan filosofi bagi Pendidikan Pancasila.
Sebagai dasar filsafat, Pancasila mempunyai fungsi 28 sebagai pedoman dan pegangan bangsa
Indonesia dalam bersikap, bertingkah laku dan berbuat dalam kehidupan sehari-hari di segala
bidang baik dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai falsafah hidup bangsa
Indonesia, Pancasila mampu memberi jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan mendasar
kenegaraan.

Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila yang dijadikan sebagai ajaran moral bangsa
merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang dijadikan sebagai dasar
negara merupakan hasil perenungan mendalam bangsa Indonesia yang menjiwai dan membentuk
watak bangsa Indonesia, sehingga menjadi kepribadian nasional yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lainnya. Oleh karena itu nilai tersebut harus diyakini dan dipahami
serta diinternalisasikan dalam diri setiap warga negara Indonesia. Sebagai mahasiswa wajib
kiranya menumbuh kembangkan kepribadiannya sesuai dengan kepribadian Indonesia yaitu
Pancasila.

E. Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politik Pendidikan Pancasila

Dilihat dari segi objek materil, pengayaan materi atau substansi Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan historis,
sosiologis, yuridis, dan politik.

10
1. Sumber Historis Pendidikan Pancasila

Presiden Soekarno pernah mengatakan”jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Pernyataan


tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi penting dalam membangun kehidupan
bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang
filsuf yunani yang bernama Cicero (106-43 SM) yang mengungkapkan “Historia VitaeMagistra”,
yang bermakna, “Sejarah memberikan kearifan”. Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah
menjadi pendapat umum (common-sense), adalah “sejarah merupakan guru kehidupan”.
Implikasinya pengayaan materi perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat
penting dan tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa dikemudian hari.
Melalui pendekatan ini kita dapat mengambil pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa
sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah bangsa-bangsa lain.

2. Sumber Sosiologis Pendidikan Pancasila

Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antar manusia. Didalamnya mengkaji
antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan
kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan
pembaharuan dalam masyarakat. Menurut Soekanto (1982:19) “Sosiologi dapat menetapkan
bahwa suatu masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu” Melalui
pendekatan sosiologis Anda diharapkan mengkaji struktur sosial, proses sosial termasuk
perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan
menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan
bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa
itusendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
bukanlah hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja, melainkan merupakan suatu
hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimilikioleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara
(Kaelan, 2000:13). Menurut Bung Karno, nilai-nilai Pancasila digali dari bumi pertiwi Indonesia.
Dengan kata lain, nilai-nilai Pancasila berasal dari kehidupan sosiologis masyarakat Indonesia.

11
3. Sumber Yuridis Pendidikan Pancasila

Negara Indonesia adalah negara hukum (rechstaat), artinya penyelenggaraan pemerintahan


negara harus berdasarkan hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar negara merupakan
landasan dan sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara hukum tersebut. Ini
berarti pendekatan yuridis merupakan salah satu pendekatan dalam pengembangan atau
pengayaan materi mata kuliah Pendidikan Pancasila. Adapun yang menjadi pendekatan yuridis
materi mata kuliah Pendidikan Pancasila ialah UUD 1945, Undang-undang (UU), Peraturan
Pemerintah, Keppres, Perda dan produk hukum lain sebagai implementasi Pancasila dasar negara
Republik Indonesia. Melalui pendekatan yuridis akan terwujud pelaksanaan negara Indonesia
sebagai negara hukum. Untuk terwujudnya negara hukum di Indonesia, peran mahasiswa sangat
diharapkan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila yang telah dipelajari dari materi Pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi. Terwujudnya negara hukum yang merupakan implementasi dari
nilai-nilai Pancasila yang telah dipelajari di perguruan tinggi akan bermuara kepada terwujudnya
kesejahteraan rakyat yang telah dicita-citakan oleh pendiri bangsa Indonesia.

4. Sumber Politik Pendidikan Pancasila

Salah satu sumber pengayaan materi Pendidikan Pancasila adalah berasal dari fenomena
kehidupan politik bangsa kita. Tujuannya agar kita mampu mendiagnosa dan
mampumemformulasikan saran-saran mengenai bagaimana mewujudkan kehidupan politik yang
ideal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bukankah Pancasila dalam tataran tertentu merupakan
ideologi politik yaitu mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah penuntun dalam mewujudkan
tata tertib sosial politik yang ideal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Budiardjo (1998:32)
yakni: Ideologi politik adalah himpunan nilai-nilai, ide-ide, norma-norma, kepercayaan dan
keyakinan, suatu “Weltanschauung”, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang, atas dasar
mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan
yang menentukan tingkah laku politiknya.

Melalui pendekatan politik ini kita diharapkan mampu menafsirkan fenomena politik dalam
rangka menemukan pedoman yang bersifat moral yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila untuk
mewujudkan kehidupan politik yang sehat. Pada gilirannya kita akan mampu memberikan

12
kontribusi konstruktif dalam menciptakan struktur politik yang stabil dan dinamis.Secara spesifik
fokus telaahan melalui pendekatan politik tersebut yaitu menemukan nilai-nilai ideal yang
menjadi kaidah penuntun atau pedoman dalam mengkaji konsep-konsep pokokdalam politik
yang meliputi negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decisionmaking),
kebijakan (policy), dan pembagian(distribution) sumber daya Negara, baik di pusat maupun di
daerah. Melalui kajian tersebut, kita diharapkan lebih termotivasi berpartisipasi memberikan
masukan konstruktif baik kepada infrastruktur politik maupun suprastruktur politik.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mata Kuliah Pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian, sesuai dengan program studi
masing- masing, sehingga mampu memberikan kontribusi yang konstruktif dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.

Pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter manusia yang profesional
dan bermoral. Hal tersebut dikarenakan perubahan dan infiltrasi budaya asing yang bertubi-tubi
mendatangi masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah pengetahuan dan
teknologi, tetapi juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai kehidupan bangsa.

Oleh sebab itu, Pendidikan Pancasila diselenggarakan agar masyarakat kita tidak tercerabut
dari akar budayanya sendiri yang menjadi identitas suatu bangsa yang menjadi pembeda antara
satu bangsa dengan bangsa lain. Dengan Pendidikan Pancasila ini diharapkan memperkokoh
modalitas akademik mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman masyarakat dan
menanamkan nilai-nilai moral Pancasila kepada generasi penerus cita-cita bangsa.

B. Saran

Menurut saya, perlu diterapkan adanya proses pembelajaran dengan menggunakan


pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan dalam Mata Kuliah Pendidikan Pancasila,
yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student centered learning),
untuk memahami dan menghayati nilai- nilai Pancasila baik sebagai etika, filsafat negara,
Ideologi bangsa secara scientific. Dengan harapan nilai-nilai Pancasila akan terinternalisasi
sehingga menjadi guiding principles atau kaidah penuntun bagi mahasiswa dalam
mengembangkan jiwa profesionalismenya, sesuai dengan Jurusan/Program Studi masing-masing.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://luk.staff.ugm.ac.id/PENDIDIKAN-PANCASILA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/5f52c3516c154c2c50a63302c0dea74f.pdf

https://bpmku.unila.ac.id/wp-content/uploads/2020/04/Buku-Ajar-Bersama-BKS-MK-
Pendidikan-Pancasila.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai