Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN DOSEN

MATA KULIAH MATA KULIAH WAJIB UMUM (MKWU)


MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
DI PERGURUAN TINGGI

A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Namun, gejala yang
terjadi pada berbagai kelompok masyarakat, kalangan generasi muda, bahkan politisi dan
aparatur negara saat ini, cenderung abai, lupa, bahkan melecehkan nilai-nilai Pancasila.
Penyebabnya dapat ditelusuri pada simpul-simpul analisis berikut. Pertama, Pancasila pernah
dijadikan sebagai alat legitimasi kekuasaan oleh Orde Baru, maka ketika Orde Baru tumbang,
banyak orang mempertanyakan apakah Pancasila masih perlu dipertahankan atau tidak.
Kedua, revitalisasi nilai-nilai Pancasila terlambat mengikuti perubahan yang berlangsung
sangat cepat sehingga nilai-nilai tersebut kurang aktual dan kontekstual. Ketiga, tidak ada
lagi lembaga yang secara khusus melestarikan, mengembangkan, dan mensosialisasikan
Pancasila. Keempat, terjadinya inkonsistensi pada tataran nilai praksis, hal ini ditengarai
dengan perilaku penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan, dan tokoh-tokoh masyarakat
yang tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Kelima, pembelajaran
Pancasila tidak eksplisit dalam penyelenggaraan pendidikan nasional sehingga berdampak
pada kurang dikenalnya Pancasila oleh peserta didik dan miskinnya pengkajian Pancasila
secara akademik.
Pendidikan Pancasila sangat tepat diwajibkan kembali penyelenggaraannya di semua
jenjang pendidikan formal sebab dengan demikian proses internalisasi dan institusionalisasi
nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan secara sistemik terhadap anak didik dari tingkat bawah
sampai ke tingkat pendidikan tinggi, meskipun harus diakui bahwa dalam pelaksanaannya
banyak hal yang harus dievaluasi pada bangunan sistem pendidikan Pancasila tersebut.
Pertama, pendidikan Pancasila yang dilakukan terlalu fokus pada pembinaan kognitif tingkat
rendah (menghafal dan memahami) sehingga mengabaikan pembinaan afektif dan konatif.
Dalam idiom Taman Siswa, pendidikan Pancasila selama ini telah mengabaikan pembinaan
rasa dan karsa. Padahal, pembinaan afektif dan konatif itulah yang memupuk kepekaan sosial,

1
rasa tanggung jawab, dan kemampuan bertindak (praksis) untuk mewujudkan suatu tanggung
jawab moral.
Kedua, berkaitan dengan hal pertama di atas, yaitu menyangkut persoalan
metodologi penyelenggaraan pendidikan Pancasila yang lebih bersifat pengajaran, padahal
internalisasi dan/atau institusionalisasi nilai-nilai Pancasila terhadap anak didik diperlukan
juga metodologi institutional building untuk membangun lingkungan yang ber-Pancasila atau
Pancasilais.
Ketiga, materi pendidikan belum tersaji dengan baik, baik dari pendekatan vertikal
maupun horizontal. Pendekatan vertikal membutuhkan pemikiran evaluatif-integratif
terhadap kurikulum dan silabi pendidikan Pancasila dari tingkat sekolah dasar sampai ke
peguruan tinggi. Sementara, pendekatan horizontal memerlukan keberkaitan rumusan
hubungan yang jelas antara materi pendidikan Pancasila dan materi-materi pendidikan agama,
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia. Tumpang tindih materi yang selama ini terjadi perlu
dirunut dan diurai dengan kajian yang lebih jelas dan terpilah (clear and distinct), tetapi
memiliki kompetensi inti yang sama sehingga dapat dirunut pula kesinergian dan
keintegrasiannya sebagai Mata Kuliah Wajib Umum dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan Pancasila di tingkat perguruan tinggi perlu diperhatikan secara sungguh-
sungguh sebab akan melandasi dan mengantarkan peserta didik untuk memiliki moral
Pancasila yang benar sehingga mereka memiliki semangat untuk mewujudkan nilai praksis
Pancasila. Sebagai calon pemimpin, mereka mempunyai otoritas dan kemampuan intelektual
untuk melakukan kontekstualisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara tepat, sebagai
upaya responsif terhadap dinamika internal dan eksternal bangsa Indonesia.

B. Landasan Yuridis
Eksistensi mata kuliah Pendidikan Pancasila sebagai sebagai mata kuliah yang diajarkan
di perguruan tinggi secara yuridis berpijak pada ketentuan perundang-undangan sebagai
berikut:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2
3. Undang-Undang nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
4. Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang 2005--2025’
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 032 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan:
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.
7. Surat Edaran Dirjen Dikti No 914/E/T/2011 tentang Penyelenggaraan Perkuliahan
Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.

C. Kerangka Konseptual
Pendidikan Pancasila, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, merupakan mata kuliah yang wajib diselenggarakan secara
mandiri di setiap perguruan tinggi pada tingkat diploma dan sarjana. Setelah Pancasila berdiri
sendiri sebagai mata kuliah, maka memunculkan konsekuensi perlunya kejelasan visi, misi,
tujuan, dan ruang lingkup antara Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, agar tidak
terjadi tumpang tindih antara kedua mata kuliah tersebut, meskipun di antara keduanya tetap
ada hubungan interface dan saling terkait satu dengan yang lain.
Sejalan dengan asas Pendidikan Tinggi sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UU No
12 tahun 2012, yaitu: kebenaran ilmiah, penalaran, kejujuran, keadilan, manfaat, kebajikan,
tanggung jawab, kebhinnekaan dan keterjangkauan, maka Pendidikan Pancasila memiliki
peranan yang sangat penting untuk meletakkan pondasi yang kuat dalam Pendidikan Tinggi
di Indonesia. Mata kuliah Pendidikan Pancasila tidak hanya secara kognitif mengajarkan
materi-materi ke-Pancasila-an saja, tetapi juga membangun karakter sebagai intelektual
terdidik sebagaimana asas pendidikan tinggi tersebut.
Pendidikan Pancasila adalah bagian dari kelompok Mata Kuliah Wajib Umum
(MKWU) yang keseluruhannya terdiri atas mata kuliah agama, kewarganegaraan, bahasa
Indonesia, dan Pancasila itu sendiri. MKWU ini merupakan mata kuliah yang merupakan
kurikulum nasional sehingga memiliki visi dan misi terkait dengan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional itu sendiri. Fungsi Pendidikan nasional adalah mengembangkan

3
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun tujuannya adalah untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan, dengan demikian, bukan hanya merupakan kebutuhan individu sebagai
warga negara, tetapi juga merupakan kebutuhan negara. Kemajuan pendidikan warga negara
akan secara otomatis membawa kebesaran negara tersebut. Pendidikan dalam arti penguasaan
ilmu, teknologi, dan seni belumlah cukup, negara memiliki kepentingan agar siapa pun warga
negara yang mengenyam pendidikan di Indonesia memiliki karakter kebangsaan, konsern
yang kuat untuk memajukan negara, peduli kepada bangsa dan tanah airnya.

Dalam pelaksanaannya, Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah yang


dikembangkan berdasar konsep kurikulum 2013 dan mempertimbangkan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagai rujukan kriteria kualitas lulusan.

D. Visi dan Misi Pendidikan Pancasila


1. Visi
Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila
2. Misi
a. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis)
b. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara (misi psikososial)
c. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan
(misi sosiokultural)
d. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem
pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline) (misi
akademik)
E. Disain Mata Kuliah
• KOMPETENSI INTI (KI) merupakan kemampuan atau kompetensi yang bersifat
generik yang isinya merujuk pada esensi Tujuan Pendidikan Nasional (UU No. 20

4
/2003) Tujuan Dikti (UU No. 12/2012), KKNI (Permendikbud 73/2013), dan SKL
(Permendikbud SNPT). Kompetensi Inti yang terdiri atas nilai spiritual, nilai sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, berfungsi sebagai organisator Mata Kuliah Wajib
Umum yang terdiri atas Pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan
Bahasa Indonesia.
• KOMPETENSI DASAR (KD) bersifat spesifik yang isinya mendeskripsikan
kemampuan terkait substansi mata kuliah, dalam hal ini mata kuliah Pendidikan
Pancasila sebagai salah satu dari empat elemen Mata Kuliah Wajib Umum. Dalam
konteks KKNI, Kompetensi Dasar sepadan dengan konsep dan posisi capaian
pembelajaran.
• KOMPETENSI INTI 1 DAN 2 (KI 1 DAN KI 2) dikembangkan secara koheren
dan harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects). KI 1 dan KI 2 secara
filosofis berfungsi sebagai pendasaran aksiologis mata kuliah.
• KOMPETENSI INTI 3 DAN 4 (KI 3 DAN KI 4) dikembangkan secara konsisten
dan interaktif sebagai dampak instruksional (instructional effects). KI 3 dan KI 4
secara filosofis berfungsi sebagai pendasaran ontologis dan epistemologis mata
kuliah.
• Kompetensi Inti 1, 2, 3, 4 secara bersama-sama merupakan entitas utuh learning
outcomes (capaian pembelajaran) dalam konteks utuh proses psikologis
pedagogis/andragogis suatu proses pencapaian/perwujudan tujuan pendidikan
nasional.
• Dalam konteks Pendidikan Pancasila, Kompetensi Dasar dijabarkan secara utuh,
koheren dan konsisten berdasar kerangka Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4, yang
kemudian dikembangkan dalam materi pembelajaran.

F. Tujuan Pendidikan Pancasila


Dengan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, diharapkan
dapat tercipta wahana pembelajaran bagi para mahasiswa untuk mengkaji Pancasila secara
akademik (genetivus objektivus), dan menjadikan Pancasila sebagai perspektif untuk
mengkaji, menganalisis, dan memecahkan masalah-masalah bangsa dan negara (genetivus
subjectivus).

5
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan Nasional bertujuan untuk
mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Sistem pendidikan nasional yang ada merupakan
rangkaian konsep, program, tata cara, dan usaha untuk mewujudkan tujuan nasional yang
diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, tujuan Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Secara spesifik tujuan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi adalah:
1. Memperkuat implementasi Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi
bangsa melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar Pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, serta membimbing
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (living Pancasila)
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi terhadap
berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui
sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal dan
eksternal bangsa Indonesia.

G. Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi Pancasila, meliputi:
1. Pengantar Pendidikan Pancasila
Pokok bahasan ini akan menjelaskan Latar Belakang Pendidikan Pancasila;
Kebijakan Nasional Pembangunan Bangsa dan Karakter; Landasan Hukum
Pendidikan Pancasila; Kerangka Konseptual Pendidikan Pancasila; Visi dan Misi;
Tujuan Pendidikan Pancasila Disain Mata Kuliah; Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar; Ruang Lingkup Materi Pembelajaran; dan Penilaian.

6
2. Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pokok bahasan ini akan mengkaji dinamika Pancasila pada Era Pra
Kemerdekaan, Era awal Kemerdekaan, Era Orde Lama, Era Orde Baru dan
Era Reformasi.
3. Pancasila sebagai Dasar Negara
Pokok bahasan ini akan mengkaji Hubungan Pancasila dengan dengan
Proklamasi, Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945,
Penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD NRI tahun 1945, Implementasi
Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang Politik, Ekonomi,
Sosial Budaya dan Hankam
4. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pokok bahasan ini mengkaji Pengertian dan Sejarah Ideologi, Pancasila dan
Ideologi Dunia, Pancasila dan Agama.
5. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pokok bahasan ini mengkaji Pengertian Filsafat, Filsafat Pancasila, Hakikat
Sila- sila Pancasila
6. Pancasila sebagai Sistem Etika
Pokok bahasan ini mengkaji Pengertian Etika, Etika Pancasila, Pancasila
sebagai solusi problem bangsa, seperti korupsi, kerusakan lingkungan,
dekadensi moral, dan lain-lain
7. Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pokok bahasan ini mengkaji nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan sebagai dasar pengembangan ilmu

H. Pembelajaran
Strategi pengembangan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila menggunakan
pendekatan Student Active Learning. Dengan pendekatan ini, mahasiswa lebih banyak
melakukan eksplorasi daripada secara pasif menerima informasi yang disampaikan oleh
pengajar. Pendekatan scientific approach juga perlu dilakukan agar mahasiswa dapat

7
langsung menerapkan ilmunya ketika menghadapi masalah. Keuntungan dari pendekatan
ini adalah mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan bidang keahliannya saja, tetapi juga berkembang keterampilan
komunikasi, inisiatif, bekerja dalam kelompok, berbagi informasi, dan penghargaan
terhadap orang lain. Metode pendekatan ini meliputi antara lain:
1. Studi kasus
Pada metode pembelajaran ini mahasiswa diberikan kasus atau mencari kasus yang
perlu dicari pemecahan masalahnya sesuai dengan pokok bahasan yang sedang
dibahas.
2. Diskusi
Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan cara mahasiswa ditugaskan untuk
membahas dan bertukar pendapat mengenai topik atau masalah tertentu untuk
memperoleh suatu pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti.
3. Seminar
Mahasiswa diminta untuk mempersiapkan makalah/paper, kemudian
mempresentasikannya di depan mahasiswa lainnya dan dalam kesempatan ini akan
diperoleh masukan dan pertanyaan, baik dari sesama mahasiswa lainnya maupun dari
staf pengajar.
4. Debat
Suatu metode pembelajaran dengan cara mahasiswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok dan setiap kelompok terdiri atas 4 orang. Di dalam kelompok tersebut
mahasiswa melakukan perdebatan tentang topik tertentu.
5. Kerja lapangan
Suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa mahasiswa langsung kepada
objek atau pokok bahasan yang akan dipelajari di luar kelas.
6. Bermain peran
Bermain peran adalah salah satu permainan pendidikan yang digunakan untuk
menjelaskan perasaan, sikap, perilaku, dan nilai dengan tujuan untuk menghayati
peran, sudut pandang dan cara berpikir orang lain dengan memainkan peran orang
lain.

8
7. Simulasi
Suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan mahasiswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan
mahasiswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan
ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu tergantung kepada apa
yang diperankan.
8. Tugas kelompok
Metode pembelajaran dengan memberikan tugas kepada mahasiswa yang telah dibuat
kelompok, misalnya dalam bentuk karangan atau makalah, kliping, dan/atau
mengamati suatu kejadian.
9. Permainan
Merupakan cara penyajian bahan pengajaran dengan melibatkan mahasiswa untuk
melakukan permainan sehingga diperoleh atau ditemukan pemahaman dan konsep
tertentu. Metode permainan ini dapat dilakukan, baik secara individual maupun
kelompok.
10. Collaborative Learning (CL)
Merupakan proses belajar kelompok, yang memungkinkan keterlibatan setiap
anggota untuk menyumbangkan informasi, pengetahuan, pengalaman, ide, sikap,
pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya sehingga secara bersama-
sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
11. Problem-Based Learning (PBL)
Metode belajar yang menggunakan masalah yang kompleks dan nyata untuk memicu
pembelajaran sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru.
12. Bola salju menggelinding
Dalam pembelajaran ini, mahasiswa melakukan tugas individu kemudian
berpasangan. Dari pasangan tersebut, kemudian mencari pasangan yang lain sehingga
semakin lama anggota kelompok semakin besar bagai bola salju yang menggelinding.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari mahasiswa
secara bertingkat. Dimulai dari kelompok yang lebih kecil, berangsur-angsur kepada

9
kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga
jawaban yang telah disepakati oleh mahasiswa secara kelompok.
Pilihan terhadap metode sebagaimana diuraikan di atas sangat tergantung pada
kebutuhan dari kompetensi dasar/capaian pembelajarannya. Kesiapan staf pengajar,
sarana prasarana yang ada pada masing-masing perguruan tinggi, termasuk kondisi
mahasiswa, juga perlu dipertimbangkan demi suksesnya pembelajaran.

I. Penilaian
1. Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan melalui tiga kelompok besar penilaian,
yaitu penilaian otentik, portofolio, penilaian diri, dan test. Dalam melakukan
penilaian, penggunaan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tertulis perlu menjadi
unsur penilaian.
2. Kriteria penilaian dan pembobotannya diserahkan kepada dosen pengampu dan
disesuaikan dengan Pedoman Evaluasi Akademik yang berlaku pada Perguruan
Tinggi masing-masing.
3. Sistem penilaian perlu dijelaskan kepada mahasiswa dalam kontrak belajar.

J. Dosen

No. KUALIFIKASI SERTIFIKASI PENYEGARAN


AKADEMIK (Dikti/ASPROF/

Kolaborasi

1. Magister PPKn P4/PMP/PPKn/PKN PKn 40 Jam

2 Magister Filsafat (UGM) P4/PMP/PPKn/PKN PKn 40 Jam

3 Magister Ilmu Sosial lainnya P4/PMP/PPKn/PKN PKn 60 Jam

10
Kelembagaan, Sarana dan Prasarana
a. Kelembagaan
Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi pada dasarnya
merupakan tugas universitas, tetapi dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) MKWU, fakultas, atau jurusan.
b. Sarana dan prasarana
1) Ruang kuliah yang memadai.
2) Media pembelajaran (Papan Tulis, OHP, LCD, dll sesuai dengan kondisi masing-
masing Perguruan Tinggi)
3) RPKPS (Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester)
4) Ketersediaan sumber belajar

No. JENIS SUMBER BELAJAR RASIO KETERANGAN

1. Buku Teks Mata Kuliah 1:1 Dikti

2 Buku Referensi Baku 1 : 10 Pemerintah dan Umum

3 Buku Tematik Relevan 1 : 20 Pemerintah dan Umum

4 Dokumen Negara relevan 1 : 10 Pemerintah/LN

5 Website Indonesia/Global Bebas Umum

6 Mas Media Bebas Umum

Lampiran: Kompetensi Inti dan Kopetensi Dasar

11
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

PENDIDIKAN PANCASILA

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR


KI 1. SIKAP SPIRITUAL 1.1 Bersyukur atas karunia kemerdekaan
Menghayati dan mengamalkan dan Pancasila sebagai dasar negara
ajaran agama yang dianutnya Indonesia.
sebagai pola hidup dalam konteks 1.2 berkomitmen menjalankan ajaran
akademik, dan/atau profesi serta agama dalam konteks Indonesia yang
kehidupan. berdasar pada Pancasila dan UUD
NRI tahun 1945.
1.3 Taat beragama dalam kehidupan
individu, bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan dalam pengembangan
keilmuan serta kehidupan akademik
dan profesinya
1.4 Bersikap inklusif, toleran dan gotong
royong dalam keragaman agama dan
budaya
1.5 Sadar dan berkomitmen
melaksanakan Pancasila, Undang
Undang Dasar NRI tahun 1945 dan
ketentuan hukum di bawahnya,
sebagai wujud kecintaannya pada
tanah air
KI 2. SIKAP SOSIAL 2.1 Menunjukkan sikap positif terhadap
Mengembangkan perilaku (jujur, Pendidikan Pancasila
disiplin, tanggung jawab, peduli, 2.2 Mengaktualisasikan nilai-nilai
santun, ramah lingkungan, Pancasila dalam bentuk pribadi yang

12
gotong royong, kerja sama, cinta saleh secara individual, sosial, dan
damai, responsif dan pro-aktif), alam.
menunjukkan sikap sebagai 2.3 Mengembangkan karakter Pancasilais
bagian dari solusi atas berbagai yang teraktualisasi dalam sikap jujur,
permasalahan bangsa, serta disiplin, tanggungjawab, peduli,
memosisikan diri sebagai agen santun, ramah lingkungan, gotong
transformasi masyarakat yang royong, cinta damai, responsif, dan
berakhlak mulia dalam proaktif.
membangun peradaban bangsa 2.4 Bertanggung jawab atas keputusan
yang memancarkan nilai dan yang diambil berdasar pada prinsip
moral Pancasila, dan membangun musyawarah dan mufakat.
dunia yang sejahtera, aman, dan 2.5 Berkontribusi aktif dalam kehidupan
damai. berbangsa dan bernegara, berperan
dalam pergaulan dunia dengan
menjunjung tinggi penegakkan moral
dan hukum
KI 3. PENGETAHUAN 3.1 Menjelaskan tujuan dan fungsi
Memahami, menerapkan, pendidikan Pancasila sebagai
menganalisis, mengevaluasi, dan komponen mata kuliah wajib umum
mencipta pengetahuan faktual, pada program diploma dan sarjana.
konseptual, prosedural, dan 3.2 Memahami dan menganalisis
metakognitif dengan wawasan dinamika Pancasila secara historis,
kemanusiaan, kebangsaan, dan merefleksikan fungsi dan
kenegaraan, dan peradaban kedudukan penting Pancasila dalam
terkait berbagai fenomena dan perkembangan Indonesia mendatang.
kejadian, serta menggunakannya 3.3 Mengidentifikasi dan mengevalusi
pada bidang kajian yang spesifik peraturan perundang-undangan dan
sesuai dengan bakat dan kebijakan negara, baik yang bersifat

13
minatnya. idealis maupun praktis-pragmatis
dalam perspektif Pancasila sebagai
dasar negara.
3.4 Menganalisis ideologi besar dunia
dan ideologi-ideologi baru yang
muncul dan menjelaskan Pancasila
sebagai ideologi yang cocok untuk
Indonesia.
3.5 Memahami dan menganalisis hakikat
sila-sila Pancasila serta
mengaktualisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya sebagai
paradigma berfikir, bersikap, dan
berperilaku.
3.6 Menguasai pengetahuan tentang
pengertian etika, aliran-aliran etika,
etika Pancasila, dan Pancasila sebagai
solusi problem moralitas bangsa.
3.7 Merumuskan Pancasila sebagai
karakter keilmuan Indonesia
KI 4. KETERAMPILAN
Mengolah, menalar, mencipta, dan 4.1 Menalar dan menyusun argumentasi
menyaji berbagai hal dalam ranah pentingnya Pendidikan Pancasila
konkret dan abstrak secara sebagai komponen mata kuliah wajib
mandiri serta bertindak secara umum dalam Sistem Pendidikan di
efisien, efektif, dan kreatif serta Indonesia.
menggunakannya sesuai kaidah 4.2 Mempresentasikan dinamika
keilmuan dan/atau keprofesian. Pancasila secara historis, dan

14
merefleksikan fungsi dan kedudukan
penting Pancasila dalam
perkembangan Indonesia mendatang.
4.3 Mengkritisi peraturan perundang-
undangan dan kebijakan negara, baik
yang bersifat idealistis maupun
praktis-pragmatis dalam perspektif
Pancasila sebagai dasar negara.
4.4 Menalar perbedaan pandangan
tentang beragam ideologi dan
membangun pemahaman yang kuat
tentang Ideologi Pancasila
4.5 Mengelola hasil kerja individu dan
kelompok menjadi suatu gagasan
tentang Pancasila yang hidup dalam
tata kehidupan bangsa Indonesia.
4.6.1 Terampil merumuskan solusi atas
problem moralitas bangsa dengan
pendekatan Pancasila
4.6.2 Melaksanakan proyek belajar
implementasi Pancasila dalam
kehidupan nyata
4.7.1 Merumuskan konsep karakter
keilmuan berdasar Pancasila
4.7.2 Menciptakan model pemimpin,
warga negara, dan ilmuwan yang
Pancasilais

15

Anda mungkin juga menyukai