Anda di halaman 1dari 10

Volume 1, No.

2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

PENERAPAN NILAI PANCASILA DALAM


PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR
Application of Pancasila Value in
Learning Process in Elementary School
Julia Bea Kurniawaty
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Indraprasta PGRI
julia_bea@yahoo.com

ABSTRAK: Penerapan nilai Pancasila dalam proses pembelajaran di sekolah dasar


merupakan tujuan dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah pendekatan yuridis,
historis, dan konseptual. Jenis dan sumber bahan hukum yang digunakan yaitu primer dan
sekunder, teknik pengumpulan data menggunakan literature research. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penguatan nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar dijumpai kendala bahwa
masih ada beberapa anak yang sulit dinasihati serta ada anak yang memiliki kebiasaan di luar
sekolah yang kurang baik kemudian terbawa ke sekolah. Karena itu, seyogyanya sekolah
harus mampu mengatasi kendala tersebut dengan terus melakukan pembiasaan, bimbingan,
dan pembinaan kepada siswa serta menjalin kerjasama yang baik (sinergis) antara pihak
sekolah dengan orangtua mereka.

Kata Kunci: Penerapan, Nilai, Pancasila, Pembelajaran, Sekolah Dasar

ABSTRACT: The application of Pancasila values in the learning process in elementary


schools is the goal in this study, the method used is a juridical, historical, and conceptual
approach. Types and sources of legal materials used are primary and secondary, data
collection techniques using literature research. The results showed that strengthening
Pancasila values in elementary schools encountered obstacles that there were still some
children who were difficult to advise and there were children who had bad habits outside of
school and then brought them to school. Therefore, schools should be able to overcome these
obstacles by continuing to do habituation, guidance, and coaching to students and establish
good (synergic) cooperation between the school and their parents.

Keywords: Implementation, Value, Pancasila, Learning, Elementary School

PENDAHULUAN zaman yang tujuannya adalah


Sulianti (2018: 111) menyatakan bahwa meningkatkan kualitas manusia Indonesia
pendidikan nasional merupakan baik itu sosial, spiritual, intelektual, dan
pendidikan yang didasarkan pada profesional dalam bidang keilmuannya.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pendidikan adalah dasar ilmu yang harus
Tahun 1945 yang berakar pada nilai dimiliki oleh setiap warga negara sesuai
agama, kebudayaan, nilai-nilai Pancasila dengan aturan yang sudah berlaku untuk
dan tanggap terhadap tuntutan perubahan setiap warga negara berhak mendapatkan

23
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

pengajaran atau wajib belajar selama 12 kehidupan sebagai warga negara yang
tahun sesuai dengan aturan yang sudah baik atau sesuai dengan nilai-nilai
ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga, Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila
pendidikan merupakan dasar yang penting dalam sebuah lembaga pendidikan
bagi kehidupan masyarakat Indonesia agar merupakan sebuah tolak ukur akan
tidak buta akan hukum maupun ilmu yang keberhasilan dari implementasi nilai-nilai
berkembang sesuai dengan tuntutan Pancasila yang sudah ada dan dipercaya
zaman. oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Kehidupan bangsa Indonesia memerlukan Secara nyata nilai-nilai Pancasila hidup
adanya implementasi nilai-nilai luhur yang dan berkembang sesuai dengan
terkandung dalam Pancasila yang keberagaman masyarakat Indonesia.
mencerminkan kepribadian asli Penerapan nilai-nilai Pancasila sangat
masyarakat bangsa Indonesia. Nilai, penting dalam proses pembelajaran
norma, dan etika yang selama ini karena penerapan nilai-nilai Pancasila
terkandung dalam Pancasila benar-benar tidak berhenti pada siswa mampu
menjadi bagian yang sangat utuh dan bulat menguasai materi, namun yang terpenting
serta dapat menyatu dengan kepribadian adalah bagaimana cara menanamkan nilai-
setiap warga negara Indonesia sehingga nilai Pancasila dalam diri siswa sehingga
dapat membentuk pola sikap, pola pikir, anak didik memiliki karakter dan pola
dan pola tindakan serta memberikan arah tingkah laku yang baik. Kurikulum 2013
pada masyarakat bangsa Indonesia. Selain mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
itu, Pancasila merupakan sebuah nilai Kewarganegaraan (PPKn) merupakan
karakter yang dapat diimplementasikan ke mata pelajaran penyempurnaan dari mata
dalam kehidupan masyarakat bangsa pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Indonesia. (PKn) yang semula dikenal dalam
Pancasila merupakan dasar bagi bangsa Kurikulum 2006. Penyempurnaan tersebut
Indonesia dalam menata pendididkan dilakukan atas dasar pertimbangan: (1)
sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Pancasila sebagai Dasar Negara dan
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan pandangan hidup bangsa diperankan dan
Nasional, yang berbunyi: Pendidikan dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi
Nasional berdasarkan Pancasila dan sumber rujukan dan kriteria
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia keberhasilan pencapaian tingkat
tahun1945. Peran Pancasila dalam kompetensi dan pengorganisasian dari
Pendidikan tentulah sangat penting di keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran
Indonesia, karena Pancasila memiliki Pendidikan Pancasila dan
peran penting dalam pembentukan Kewarganegaraan; (2) substansi dan jiwa
karakter melalui penerapan nilai-nilai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat
negara juga merupakan falsafah hidup bagi Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen
seluruh warga negara Indonesia karena Negara Kesatuan Republik Indonesia
nilai-nilai makna yang terkandung dalam ditempatkan sebagai bagian integral
pancasila sangat berguna dan bermanfaat dari Pendidikan Pancasila dan
bagi kehidupan sehari-hari. Kewarganegaraan yang menjadi wahana
Pendidikan Pancasila merupakan suatu hal psikologis-pedagogis pembangunan warga
yang mendasar bagi setiap kehidupan negara Indonesia yang berkarakter
warga negara untuk dijadikan sebuah Pancasila.
patokan atau pegangan dalam menjalin

24
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

Perubahan tersebut didasarkan pada dan lain-lain (Dewantara & Nurgiansah,


sejumlah masukan penyempurnaan 2021).
pembelajaran PKn menjadi PPKn yang Materi Pancasila dalam Kompetensi Dasar
mengemuka dalam lima tahun terakhir, Pendidikan Dasar dan Menengah dalam
antara lain: (1) secara substansial, PKn Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016
terkesan lebih dominan bermuatan tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
ketatanegaraan sehingga muatan nilai dan Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013
moral Pancasila kurang mendapat Pendidikan Dasar dan Pendidikan
aksentuasi yang proporsional; (2) secara Menengah, Kompetensi yang diharapkan
metodologis, ada kecenderungan setelah mempelajari PPKn untuk ruang
pembelajaran yang mengutamakan lingkup Pancasila adalah:
pengembangan ranah sikap (afektif), ranah 1. Menghayati dan bersikap penuh
pengetahuan (kognitif), dan tanggung jawab sesuai nilai-nilai
pengembangan ranah keterampilan Pancasila dalam kehidupan sehari-
(psikomotorik) belum dikembangkan hari; menganalisis dan menerapkan
secara optimal dan utuh (koheren). PPKn keputusan bersama berdasarkan nilai-
sebagai mata pelajaran memiliki misi nilai Pancasila dalam kehidupan
dalam mengembangkan keadaban sehari-hari.
Pancasila yang diharapkan mampu 2. Mensyukuri dan mendukung
membudayakan dan memberdayakan perwujudan Pancasila sebagai dasar
peserta didik agar menjadi warga negara Negara; menganalisis dan
yang cerdas dan baik serta menjadi mendemonstrasikan langkah-langkah
pemimpin bangsa dan negara Indonesia di untuk mewujudkan Pancasila sebagai
masa depan yang amanah, jujur, cerdas, Dasar Negara.
dan bertanggung jawab. 3. Menghayati dan menghargai nilai-nilai
Selain dengan penanaman nilai-nilai yang melekat dalam pelanggaran hak
pancasila dalam proses pembelajaran, dan pengingkaran kewajiban warga
sebagai salah satu wujud penanaman nilai- negara sesuai dengan Pancasila
nilai Pancasila yang diberikan kepada dalam kehidupan berbangsa dan
siswa melalui proses pembelajaran adalah bernegara;
dengan memberikan pemahaman dan 4. Menganalisis dan menyaji nilai-nilai
keteladanan dalam kehdupan sehari-hari Pancasila terkait dengan kasus-kasus
baik dalam lingkungan sekolah maupun pelanggaran hak dan pengingkaran
luar sekolah. Proses pembelajaran kewajiban warga negara dalam
dianggap sebagai hal yang mendesak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
anak didik dalam fungsinya untuk Namun sayangnya, lembaga
membimbing generasi muda untuk secara pendidikan saat ini kurang terlihat dalam
sukarela mengikatkan diri pada nilai-nilai penerapan nilai-nilai Pancasila karena
dan norma moral yang berkarakter. kurangnya filter atau pembatas masuknya
Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam globalisasi yang kini hampir seluruh
kehidupan sehari hari dapat memberikan masyarakat Indonesia menerapkannya.
dampak yang baik untuk masyarakat agar Sebagian besar warga negara Indonesia
masyarakat mematuhi dan menganut nilai- hanya menganggap Pancasila sebagai
nilai dalam Pancasila karena nilai yang dasar negara atau ideologi semata tanpa
terkandung dalam pancasila mempunyai mempedulikan makna dan manfaatnya
banyak makna untuk kehidupan sehari hari dalam kehidupan. Tanpa manusia sadari
dalam beragama, memberikan pendapat nilai-nilai makna yang terkandung dalam

25
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

pancasila sangat berguna dan bermanfaat apa saja yang harus mereka lakukan ketika
(Nurgiansah, 2020). berhadapan dengan dunia nyata dan di
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mana mereka akan bertemu dengan
salah satu konsep pendidikan yang semua orang yang ada di masyarakat.
berfungsi untuk membentuk siswa sebagai Oleh sebab itu penulis ingin meneliti sejauh
warga negara yang Pancasialis. mana penerapan nilai-nilai Pancasila
Keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dalam pembelajaran di sekolah dasar
terhadap pengembangan karakter sebagai rumusan dalam penelitian ini.
dikemukakan oleh Samsuri (2011: 20)
yang menyatakan bahwa pendidikan METODE
kewarganegaraan memiliki dimensi- Penelitian ini merupakan penelitian
dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari normatif bersifat preskriptif dengan
aspek pembentukan karakter dan moralitas menggunakan pendekatan undang-
publik warga negara. Tujuan pendidikan undang, historis, dan konseptual. Jenis dan
kewarganegaraan di sekolah dasar tidak sumber data yang digunakan yaitu primer
sekadar membekali siswa ke jenjang dan sekunder. Data primer adalah data
selanjutnya tetapi penanaman moral yang yang diperoleh langsung dari sumbernya
diharapkan dapat membentuk warga (Soemitro, 2010) dan dalam penelitian ini
negara yang baik. data primer diperoleh dari hasil observasi
Sumiyati (2008: 1) menyatakan bahwa PKn dan wawancara para murid dan guru. Data
sebagai pendidikan nilai, moral, dan norma sekunder menggunakan dua jenis bahan
tetap ditanamkan pada siswa sejak usia hukum yaitu bahan hukum primer dan
dini. Jika siswa sudah memiliki ketiga nilai sekunder. Bahan hukum primer yaitu
moral tersebut, maka tujuan untuk bahan-bahan hukum yang mengikat
membentuk sebuah warga negara yang berupa undang-undang, yakni: norma atau
baik akan mudah diwujudkan. kaidah dasar yaitu Pembukaan UUD 1945
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dan peraturan pemerintah. Bahan hukum
dalam prakteknya PKn menghadapi sekunder adalah bahan-bahan hukum
kendala yang mengakibatkan jauhnya yang memberikan penjelasan mengenai
tujuan pembelajaran. Pernyataan dari bahan-bahan hukum primer yang diperoleh
kelemahan PKn diungkapkan oleh Udin S. dari studi kepustakaan berupa literatur-
Winataputra (2009: 37) yang menyatakan literatur yang berkaitan dengan
bahwa proses pembelajaran dan penilaian permasalahan penelitian (Soekanto,
lebih menekankan pada dampak 2003). Teknik pengumpulan data
instruksional yang terbatas pada menggunakan literature research
penguasaan materi pada dimensi kognitif. (Dewantara & Nurgiansah, 2021).
Dengan demikian apa yang diperoleh
peserta didik bukan bersifat kognitif, afektif, HASIL DAN PEMBAHASAN
dan psikomotorik namun masih dalam Nilai adalah ukuran, patokan, anggapan-
lingkup kognitif. anggapan, dan keyakinan-keyakinan yang
Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas ada di dalam masyarakat. Nilai digunakan
bahwa kelemahan mata pelajaran seperti sebagai patokan seseorang berperilaku
Pendidikan Agama dan PKn lebih dalam masyarakat. Selain itu, nilai
difokuskan pada masalah kognitif. Artinya memberi arah bagi tindakan seseorang.
berkaitan dengan pengetahuan siswa Nilai dianut oleh banyak orang dalam suatu
tentang mata pelajaran tersebut, namun masyarakat mengenai sesuatu yang benar,
kurangnya untuk memberikan pembekalan pantas, luhur, dan baik untuk dilakukan

26
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

(Nurgiansah, 2021). Menurut Nurgiansah pengalaman belajar. Tujuan mempunyai


(2021), fungsi nilai di antaranya yakni jenjang yang luas atau umum hingga
sebagai pembentuk cara berpikir dan kepada yang sempit atau khusus. Semua
berperilaku yang ideal dalam masyarakat. tujuan itu berhubungan antara satu dengan
Nilai dapat menciptakan semangat pada yang lainnya. Tujuan pembelajaran harus
manusia untuk mencapai sesuatu yang berpusat pada perubahan perilaku peserta
diinginkannya. Nilai dapat digunakan didik yang diinginkan, karenanya harus
sebagai alat pengawas perilaku seseorang dirumuskan secara operasional, dapat
dalam masyarakat. Nilai dapat mendorong, diukur, dan dapat diamati ketercapaiannya
menuntun, dan menekan seseorang untuk (Nana Sudjana dan Wari Suwariyah,
berbuat baik. Nilai dapat berfungsi sebagai 2010).
alat solidaritas di antara anggota Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam
masyarakat. proses pembelajaran melalui pendidikan
Setiap bangsa harus memiliki konsepsi, sangat penting karena pendidikan nasional
ide, dan cita-cita luhur. Mengenai hakikat pada dasarnya berfungsi mengembangkan
yang paling dalam dari negara serta kemampuan dan membentuk watak dan
hakikat yang paling mendalam dari hukum peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
negara, konsepsi kenegaraan dan hukum rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
setiap negara bangsa memiliki ciri khas bertujuan untuk berkembangnya potensi
masing-masing sesuai dengan latar anak didik agar menjadi manusia yang
sejarah, kondisi sosial budaya, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
karakteristik bangsa yang bersangkutan. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
Salah satu karakteristik Indonesia sebagai cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
bangsa negara adalah kebesaran, warga negara yang demokratis serta
keluasan, dan kemajemukannya. Konsepsi bertanggung jawab (Pasal 3 Undang-
tentang dasar negara dirumuskan dengan Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
lima prinsip utama titik temu (yang Pendidikan Nasional). Diharapkan dengan
mempersatukan keragaman bangsa), titik penerapan nilai-nilai Pancasila, maka akan
tumpu (yang mendasari ideologi, norma membentuk manusia yang berpendidikan,
dan kebajukan negara), dan titik tuju (yang berpengetahuan, dan berkarakter.
memberi orientasi kenegaraaan, Adapun konteks kehidupan global,
kebangsaan) bangsa Indonesia. Kelima Pendidikan Pancasila dan
prinsip utama itu dikenal dengan sebutan Kewarganegaraan selain harus
pancasila. Kelima nilai dasar pancasila itu meneguhkan keadaban Pancasila juga
adalah: harus membekali peserta didik untuk hidup
1. Ketuhanan yang maha esa. dalam kancah global sebagai warga dunia
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. (global citizenship). Hal ini dikarenakan
3. Persatuan Indonesia. warga negara tidak hanya hidup dalam
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat lingkungan nasional tetapi juga hidup
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dengan bangsa lain dalam pergaulan
perwakilan. Internasional. Selain itu, perlu disadari
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat bahwa di dunia ini tidak hanya ada kita,
Indonesia. akan tetapi ada orang lain yang bermukim
di seluruh belahan dunia. Maka, kita harus
Tujuan pembelajaran pada dasarnya banyak mempelajari tentang pendidikan
adalah kemampuan yang diharapkan warga global (Hakop Walangadi, Elmia
peserta didik setelah memperoleh Umar, Kian Palilati, 2020).

27
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

Oleh karena itu, substansi dan struktur Kurikulum 2013 dengan


pembelajaran Pancasila perlu Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
diorientasikan untuk membekali warga dalam struktur Kurikulum 2006.
negara Indonesia agar mampu hidup dan Upaya dalam menguatkan nilai-nilai
berkontribusi secara optimal pada Pancasila di sekolah dasar dapat dilihat
dinamika kehidupan abad 21. Penerapan dari kegiatan yang dilakukan. Beberapa
nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran kegiatan di sekolah dasar yang dapat
sekolah dasar selain mengembangkan nilai mendukung untuk menguatkan nilai-nilai
dan moral Pancasila, juga Pancasila dapat dijabarkan sebagai
mengembangkan semua visi dan berikut:
keterampilan abad 21 sebagaimana telah 1. Sila Kesatu, Ketuhanan yang Maha Esa,
menjadi komitmen global. Lebih dari itu berimplikasi pada kegiatan misalnya
sebagai landasan filosofis, empat salat Berjamaah untuk Kelas IV-VI.
konsensus kebangsaan telah menjiwai Puspitasari, Djunaedi, & Putra (2012)
lahirnya Kurikulum 2013. Empat berpendapat bahwa manusia selalu
konsensus kebangsaan tersebut adalah: berusaha ingin mereplikasi dunia suci
(1) Pancasila, sebagai dasar negara, ke dunia nyata, dengan berusaha
ideologi nasional, dan pandangan hidup; menerima kebaikan Tuhan melalui
(2) Undang-Undang Dasar Negara kegiatan religius. Karena itu, suatu
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai wilayah secara material terkait dengan
hukum dasar yang menjadi landasan berbagai (Goh & van der Veer, 2016).
konstitusional kehidupan bermasyarakat, Mulai dari kegiatan wudhu, guru
berbangsa, dan bernegara; (3) Negara mengawasi setiap siswa terutama kelas
Kesatuan Republik Indonesia, sebagai IV yang sekiranya belum menghapal
komitmen terhadap bentuk final Negara gerakan wudhu dan mengondisikan
Republik Indonesia yang melindungi siswa agar tidak membuat keributan di
segenap bangsa dan tanah tumpah darah area musala. Siswanto (2013)
Indonesia; (4) dan Bhinneka Tunggal Ika, mengemukakan bahwa salat juga
sebagai wujud kesadaran atas merupakan pelatihan pembinaan
keberagaman kehidupan bermasyarakat, disiplin dan kontrol diri. Hal ini dapat
berbangsa, dan bernegara yang utuh dan membantu siswa dalam membiasakan
kohesif secara nasional dan harmonis sikap disiplin pada setiap kegiatan di
dalam pergaulan antarbangsa (Sekretariat lingkungan sekolah dan masyarakat.
Jenderal MPR RI, 2012). Kegiatan untuk saling menghargai
Empat konsensus bernegara tersebut setiap kegiatan ibadah yang dilakukan
secara eksplisit juga diajarkan dalam di lingkungan sekolah, saling membantu
struktur kurikulum mata pelajaran PPKn di dalam suatu perayaan agama misalnya
setiap jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA/ saat perayaan hari raya Idul Adha,
SMK). Artinya, setiap bab materi atau pelajar yang beragama selain Islam, ikut
Kompetensi Dasar (KD) dan dalam membantu mendistribusikan daging
Kompetensi Isi (KI) pada PPKn, harus kurban untuk masyarakat yang berhak.
memuat 4 konsensus bernegara secara 2. Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan
eksplisit dalam pembelajaran. Tidak hanya Beradab, berimplikasi antara lain pada
memuat aspek pengetahuan (kognitif), kejujuran, semangat juang, ketulusan,
tetapi juga mancakup aspek sikap dan cinta kasih, toleran, tanggung jawab,
keterampilan. Inilah yang membedakan saling menggembirakan, saling
secara tegas mata pelajaran PPKn dalam memuliakan, tidak egois, cinta Tanah

28
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

Air, menghormati etika, moral, dan pendapat orang lain dalam diskusi
hukum, menempatkan hak dan antarkelompok menjadi bagian dari
kewajiban secara proporsional. proses pendidikan, proses menentukan
Pembelajaran yang dilakukan guru tidak tujuan lokasi untuk kegiatan wisata
hanya sekadar mentransfermasikan (study tour) juga dilakukan secara
pengetahuan (interaksional) an sich musyawarah dan mufakat.
melainkan harus terdapat proses 5. Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi
internalisasi nilai (transformasional) Seluruh Rakyat Indonesia, berimplikasi
yang menggiring kepada proses pada sikap dan perilaku saling berbagi,
melibatkan seluruh potensi manusiawi peduli, dan memiliki solidaritas dan
siswa; kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagainya.
secara aktif dalam proses pembelajaran
tersebut. Tidak hanya siswa perempuan Keseluruhan kegiatan di atas dilaksanakan
atau laki-laki saja melainkan semua dalam rangka menguatkan (reinforcement)
siswa yang ada di kelas berhak nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar yang
mengikuti pembelajaran di bawah memiliki elemen warga sekolah yang
bimbingan guru. Tindakan yang heterogen. Kegiatan di atas melibatkan
dilakukan guru tersebut merupakan warga sekolah untuk ikut serta dalam
penguatan nilai keadilan. Durrani (2018) kegiatan. Pelaksanaan kegiatan
mengemukakan bahwa pendistribusian penguatan nilai-nilai Pancasila mengalami
pendidikan yang tidak merata akan beberapa kendala yang dapat
menyebabkan konflik. Maka, untuk mempengaruhi kualitas proses dan hasil
menghindari konflik, guru menanamkan pembelajaran jika tidak diatasi dengan
nilai keadilan sejak dini. serius. Hasil penelitian menunjukkan
3. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia, bahwa penguatan nilai-nilai Pancasila di
berimplikasi pada sikap dan perilaku sekolah dasar dijumpai kendala bahwa
menjunjung toleran, tidak memaksakan masih ada beberapa anak yang sulit
kehendak, menghormati kebhinekaan, dinasihati serta ada anak yang memiliki
bela negara, dan mementingkan kebiasaan di luar sekolah yang kurang baik
kehidupan orang banyak di atas kemudian terbawa ke sekolah. Karena itu,
kepentingan pribadi seyogyanya sekolah harus mampu
4. Sila Keempat, Kerakyatan yang mengatasi kendala tersebut dengan terus
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan melakukan pembiasaan, bimbingan, dan
dalam Permusyawaratan Perwakilan pembinaan kepada siswa serta menjalin
berimplikasi misalnya dalam kerjasama yang baik (sinergis) antara
pelaksanaan pemilihan ketua kelas. pihak sekolah dengan orangtua mereka.
Pachur dan Spaar (2015) Sedangkan secara didaktik metodik maka
mengemukakan bahwa musyawarah menjadi tugas pokok, fungsi, gurulah
dapat dikendalikan secara sadar. dalam mengembangkan kurikulum yaitu
Kegiatan ini melatih siswa menanamkan dengan melakukan berbagai kreativitas
nilai demokrasi di sekolah, karena ketua dan tindakan inovatif melalui penggunaan
kelas tidak dipilih murni oleh guru berbagai metode, pendekatan, dan model
melainkan mengikutsertakan siswa pembelajaran yang berorientasi pada
dalam pemilihan ketua kelas. Apabila kebermaknaan, menyenangkan, dan
siswa tidak diikutsertakan dalam berbobot.
pemilihan ketua kelas, berarti praktik
demokrasi tidak berhasil. Menerima SIMPULAN DAN SARAN

29
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

Partisipasi sebagai warga sekolah dasar Pancasila dalam kehidupan sehar-hari.


sangat berguna bagi keberhasilan program Adapun dalam konteks proses
atau kegiatan yang dilaksanakan untuk pembelajaran secara khusus, peran kepala
mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam sekolah pun tidak kalah pentingnya, karena
kehidupan siswa sehari-hari. Upaya sebaik apapun program kurikulum, kualitas
penguatan nilai-nilai Pancasila melalui guru, kelengkapan sarana dan prasarana
partisipasi warga sekolah sangat berkaitan (instrumental input), dan lingkungan
dengan perubahan sosial di lingkungan (environmental input) yang kondusif dalam
sekolah karena proses di dalamnya menerapkan nilai-nilai Pancasila kepada
berkaitan dengan munculnya para siswa, tidak akan berhasil jika tidak
permasalahan sosial yang mengakibatkan didukung oleh kehadiran dan keberpihakan
melemahnya nilai-nilai Pancasila. Sekolah sosok kepala sekolah dalam keseluruhan
harus berupaya menguatkan nilai-nilai proses pendidikan pada umumnya di
Pancasila dengan mengubah siswanya sekolah.
agar menjadi lebih baik dari sebelumnya Oleh karena itulah penerapan nilai-nilai
berdasarkan Pancasila. Pancasila di tingkat sekolah dasar sangat
Penerapan nilai-nilai Pancasila pada siswa fundamental karena proses pembentukan
di tingkat sekolah dasar, merupakan suatu nilai-nilai (values) pada setiap individu
hal yang sangat penting dan mendasar, dimulai dari tingkat pendidikan dasar,
karena di tingkat inilah, para siswa belajar karena itulah ada sebuah adagium yang
dari para guru berbagai hal mendasar mengatakan bahwa “lebih mudah
dalam pendidikan seperti bagaimana cara membentuk kebiasaan baik daripada
membaca dan menulis yang baik dan mengubah kebiasaan buruk.”
benar, begitu pula dengan pengenalan Dengan demikian, sesungguhnya hal
terhadap nilai-nilai Pancasila. Para guru terpenting yang perlu mendapat perhatian
memiliki tanggung jawab yang besar terkait kita bersama adalah keterlibatan diri kita
dengan penerapan nilai-nilai Pancasila agar dapat tampil menjadi role model bagi
karena hal ini dilakukan dengan cara siapa pun; orangtua bagi anak-anaknya
khusus serta disesuaikan dengan tingkat dan para guru bagi murid-muridnya.
usia para siswa. Cara ini dilakukan agar Sebuah doktrin pedagogik klasik
penerapan nilai-nilai Pancasila dapat mengatakan: “kita tidak dapat mengajarkan
diterima secara efektif oleh para siswa. Di apa yang kita ketahui, kita tidak dapat
samping itu, para guru pun harus mengajak mengajarkan apa yang kita kehendaki, kita
para siswa untuk menerapkan nilai-nilai hanya dapat mengajarkan apa yang
Pancasila (learning to do) dalam kehidupan memang ada pada diri kita.” Karena itu,
sehari-hari sehingga mereka akan terbiasa marilah kita “bermain” nilai-nilai Pancasila
(habit) berperilaku sesuai dengan nilai-nilai bersama anak-anak didik kita. “Surgant
Pancasila itu. Fueri et, Ludant Coramnubis” (suruh anak-
Dukungan dari berbagai pihak terkait yakni anak mempersiapkan diri dan bermain di
pihak sekolah, para orangtua siswa, dan depan kita).
stakeholder lainnya sangat menentukan
kualitas keberhasilan dalam penerapan
nilai-nilai Pancasila. Peran sekolah dan
orangtua sama pentingnya dengan peran PUSTAKA ACUAN
guru, karena di luar jam sekolah, peran
orangtua sangat besar dalam membimbing ----------------------. (2021). Pendidikan
dan pengawasan penerapan nilai-nilai Pancasila Sebagai Upaya

30
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

Membentuk Karakter Jujur. Jurnal Kompetensi Inti dan Kompetensi


Pendidikan Kewarganegaraan Dasar Pelajaran pada Kurikulum
Undiksha, 9 (1), 33–41. 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Durrani, N., & Halai, A. (2018). Dynamics Pendidikan Menengah.
of gender justice, conflict and Puspitasari, P., Djunaedi, S. A., & Putra, H.
social cohesion: Analysing S. A. (2012). Ritual and space
educational reforms in Pakistan. structure: Pilgrimage and space
International Journal of use in historical urban kampung
Educational Development, context of Luar Batang (Jakarta,
61(January), 27–39. Indonesia). In ASEAN
Goh, D. P., & Van der Veer, P. (2016). Conference on Environment-
Introduction: The sacred and the Behaviour Studies (Vol. 36, hal.
urban in Asia. International 350–360). Bandung: Procedia -
Sociology, 31 (4), 367–374. Social and Behavioral Sciences
Kementerian Pendidikan dan 36.
Kebudayaan. (2016). Materi Samsuri. (2011). Pendidikan Karakter
Pelatihan Guru Implementasi Warga Negara. Yogyakarta:
Kurikulum 2013. Jakarta: Diandra.
Direktorat Pembinaan SMP. Sekretariat Jenderal MPR RI. (2012).
Nana Sudjana dan Wari Suwariyah. Empat Pilar Kehidupan
(2010). Model-Model Mengajar Berbangsa dan Bernegara.
CBSA. Bandung: Sinar Baru Jakarta.
Algesindo. Siswanto, F. Z. (2013). Hubungan antara
Nurgiansah, T. H. (2021). Pendidikan kedisiplinan melaksanakan sholat
Pancasila. In Solok: CV Mitra wajib dengan prokrastinasi
Cendekia Media. akademik pada mahasiswa di
Nurgiansah, T. H., Dewantara, J. A., & Fakultas Farmasi Universitas
Rachman, F. (2020). The Ahmad Dahlan. EMPATHY
Implementation of Character Jurnal Fakultas Psikologi, 2 (1).
Education in the Civics Education Soemitro, Ronny Hanitijo. (2010).
Syllabus at SMA Negeri 1 Dualisme Penelitian Hukum
Sleman. Jurnal Etika Demokrasi, (Normatif dan Empiris).
5 (2), 110–121. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pachur, T., & Spaar, M. (2015). Domain- Soekanto, Soerjono, Sri Mamudji. (2003).
specific preferences for intuition Penelitian Hukum Normatif :
and deliberation in decision Suatu Tinjauan Singkat PT.
making. Journal of Applied Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Research in Memory and Sulianti, Ani. (2018). Revitalisasi
Cognition, 4 (3), 303–311. Pendidikan Pancasila dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Pembentukan Life Skill.
Kebudayaan Republik Indonesia Citizenship jurnal Pancasila dan
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kewarganegaraan, 6 (2), PP.
Standar Isi Pendidikan Dasar dan 110-117. DOI: http://e-
Menengah. journal.unipma.ac.id/index.php/C
Peraturan Menteri Pendidikan dan itizenship.
Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 tentang

31
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita

Sumiati. (2008). Kurikulum Pendidikan


Agama Islam, Jakarta : Pustaka
Jaya.
Walangadi, Hakop, Elmia Umar, Kian
Palilati. (2020). Membentuk siswa
sebagai global citizen melalui
mata pelajaran pkn di sekolah
dasar. Prosiding Webinar
Magister Pendidikan Dasar
Pascasarjana Universitas Negeri
Gorontalo “Pengembangan
Profesionalisme Guru Melalui
Penulisan Karya Ilmiah Menuju
Anak Merdeka Belajar”
file:///C:/Users/USER/Downloads
/402-998-1-PB.pdf diunduh pada
24 Oktpber 2020 jam 16:01.
Winataputra, Udin S. (2006). Konsep dan
Strategi Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah:
Tinjauan Psiko-Pedagogis
(Paper). Pamulang.

32

Anda mungkin juga menyukai