2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
23
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
pengajaran atau wajib belajar selama 12 kehidupan sebagai warga negara yang
tahun sesuai dengan aturan yang sudah baik atau sesuai dengan nilai-nilai
ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga, Pancasila. Penerapan nilai-nilai Pancasila
pendidikan merupakan dasar yang penting dalam sebuah lembaga pendidikan
bagi kehidupan masyarakat Indonesia agar merupakan sebuah tolak ukur akan
tidak buta akan hukum maupun ilmu yang keberhasilan dari implementasi nilai-nilai
berkembang sesuai dengan tuntutan Pancasila yang sudah ada dan dipercaya
zaman. oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Kehidupan bangsa Indonesia memerlukan Secara nyata nilai-nilai Pancasila hidup
adanya implementasi nilai-nilai luhur yang dan berkembang sesuai dengan
terkandung dalam Pancasila yang keberagaman masyarakat Indonesia.
mencerminkan kepribadian asli Penerapan nilai-nilai Pancasila sangat
masyarakat bangsa Indonesia. Nilai, penting dalam proses pembelajaran
norma, dan etika yang selama ini karena penerapan nilai-nilai Pancasila
terkandung dalam Pancasila benar-benar tidak berhenti pada siswa mampu
menjadi bagian yang sangat utuh dan bulat menguasai materi, namun yang terpenting
serta dapat menyatu dengan kepribadian adalah bagaimana cara menanamkan nilai-
setiap warga negara Indonesia sehingga nilai Pancasila dalam diri siswa sehingga
dapat membentuk pola sikap, pola pikir, anak didik memiliki karakter dan pola
dan pola tindakan serta memberikan arah tingkah laku yang baik. Kurikulum 2013
pada masyarakat bangsa Indonesia. Selain mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
itu, Pancasila merupakan sebuah nilai Kewarganegaraan (PPKn) merupakan
karakter yang dapat diimplementasikan ke mata pelajaran penyempurnaan dari mata
dalam kehidupan masyarakat bangsa pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Indonesia. (PKn) yang semula dikenal dalam
Pancasila merupakan dasar bagi bangsa Kurikulum 2006. Penyempurnaan tersebut
Indonesia dalam menata pendididkan dilakukan atas dasar pertimbangan: (1)
sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Pancasila sebagai Dasar Negara dan
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan pandangan hidup bangsa diperankan dan
Nasional, yang berbunyi: Pendidikan dimaknai sebagai entitas inti yang menjadi
Nasional berdasarkan Pancasila dan sumber rujukan dan kriteria
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia keberhasilan pencapaian tingkat
tahun1945. Peran Pancasila dalam kompetensi dan pengorganisasian dari
Pendidikan tentulah sangat penting di keseluruhan ruang lingkup mata pelajaran
Indonesia, karena Pancasila memiliki Pendidikan Pancasila dan
peran penting dalam pembentukan Kewarganegaraan; (2) substansi dan jiwa
karakter melalui penerapan nilai-nilai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi Indonesia Tahun 1945, nilai dan semangat
negara juga merupakan falsafah hidup bagi Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen
seluruh warga negara Indonesia karena Negara Kesatuan Republik Indonesia
nilai-nilai makna yang terkandung dalam ditempatkan sebagai bagian integral
pancasila sangat berguna dan bermanfaat dari Pendidikan Pancasila dan
bagi kehidupan sehari-hari. Kewarganegaraan yang menjadi wahana
Pendidikan Pancasila merupakan suatu hal psikologis-pedagogis pembangunan warga
yang mendasar bagi setiap kehidupan negara Indonesia yang berkarakter
warga negara untuk dijadikan sebuah Pancasila.
patokan atau pegangan dalam menjalin
24
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
25
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
pancasila sangat berguna dan bermanfaat apa saja yang harus mereka lakukan ketika
(Nurgiansah, 2020). berhadapan dengan dunia nyata dan di
Pendidikan kewarganegaraan merupakan mana mereka akan bertemu dengan
salah satu konsep pendidikan yang semua orang yang ada di masyarakat.
berfungsi untuk membentuk siswa sebagai Oleh sebab itu penulis ingin meneliti sejauh
warga negara yang Pancasialis. mana penerapan nilai-nilai Pancasila
Keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dalam pembelajaran di sekolah dasar
terhadap pengembangan karakter sebagai rumusan dalam penelitian ini.
dikemukakan oleh Samsuri (2011: 20)
yang menyatakan bahwa pendidikan METODE
kewarganegaraan memiliki dimensi- Penelitian ini merupakan penelitian
dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari normatif bersifat preskriptif dengan
aspek pembentukan karakter dan moralitas menggunakan pendekatan undang-
publik warga negara. Tujuan pendidikan undang, historis, dan konseptual. Jenis dan
kewarganegaraan di sekolah dasar tidak sumber data yang digunakan yaitu primer
sekadar membekali siswa ke jenjang dan sekunder. Data primer adalah data
selanjutnya tetapi penanaman moral yang yang diperoleh langsung dari sumbernya
diharapkan dapat membentuk warga (Soemitro, 2010) dan dalam penelitian ini
negara yang baik. data primer diperoleh dari hasil observasi
Sumiyati (2008: 1) menyatakan bahwa PKn dan wawancara para murid dan guru. Data
sebagai pendidikan nilai, moral, dan norma sekunder menggunakan dua jenis bahan
tetap ditanamkan pada siswa sejak usia hukum yaitu bahan hukum primer dan
dini. Jika siswa sudah memiliki ketiga nilai sekunder. Bahan hukum primer yaitu
moral tersebut, maka tujuan untuk bahan-bahan hukum yang mengikat
membentuk sebuah warga negara yang berupa undang-undang, yakni: norma atau
baik akan mudah diwujudkan. kaidah dasar yaitu Pembukaan UUD 1945
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, dan peraturan pemerintah. Bahan hukum
dalam prakteknya PKn menghadapi sekunder adalah bahan-bahan hukum
kendala yang mengakibatkan jauhnya yang memberikan penjelasan mengenai
tujuan pembelajaran. Pernyataan dari bahan-bahan hukum primer yang diperoleh
kelemahan PKn diungkapkan oleh Udin S. dari studi kepustakaan berupa literatur-
Winataputra (2009: 37) yang menyatakan literatur yang berkaitan dengan
bahwa proses pembelajaran dan penilaian permasalahan penelitian (Soekanto,
lebih menekankan pada dampak 2003). Teknik pengumpulan data
instruksional yang terbatas pada menggunakan literature research
penguasaan materi pada dimensi kognitif. (Dewantara & Nurgiansah, 2021).
Dengan demikian apa yang diperoleh
peserta didik bukan bersifat kognitif, afektif, HASIL DAN PEMBAHASAN
dan psikomotorik namun masih dalam Nilai adalah ukuran, patokan, anggapan-
lingkup kognitif. anggapan, dan keyakinan-keyakinan yang
Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas ada di dalam masyarakat. Nilai digunakan
bahwa kelemahan mata pelajaran seperti sebagai patokan seseorang berperilaku
Pendidikan Agama dan PKn lebih dalam masyarakat. Selain itu, nilai
difokuskan pada masalah kognitif. Artinya memberi arah bagi tindakan seseorang.
berkaitan dengan pengetahuan siswa Nilai dianut oleh banyak orang dalam suatu
tentang mata pelajaran tersebut, namun masyarakat mengenai sesuatu yang benar,
kurangnya untuk memberikan pembekalan pantas, luhur, dan baik untuk dilakukan
26
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
27
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
28
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
Air, menghormati etika, moral, dan pendapat orang lain dalam diskusi
hukum, menempatkan hak dan antarkelompok menjadi bagian dari
kewajiban secara proporsional. proses pendidikan, proses menentukan
Pembelajaran yang dilakukan guru tidak tujuan lokasi untuk kegiatan wisata
hanya sekadar mentransfermasikan (study tour) juga dilakukan secara
pengetahuan (interaksional) an sich musyawarah dan mufakat.
melainkan harus terdapat proses 5. Sila Kelima, Keadilan Sosial Bagi
internalisasi nilai (transformasional) Seluruh Rakyat Indonesia, berimplikasi
yang menggiring kepada proses pada sikap dan perilaku saling berbagi,
melibatkan seluruh potensi manusiawi peduli, dan memiliki solidaritas dan
siswa; kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagainya.
secara aktif dalam proses pembelajaran
tersebut. Tidak hanya siswa perempuan Keseluruhan kegiatan di atas dilaksanakan
atau laki-laki saja melainkan semua dalam rangka menguatkan (reinforcement)
siswa yang ada di kelas berhak nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar yang
mengikuti pembelajaran di bawah memiliki elemen warga sekolah yang
bimbingan guru. Tindakan yang heterogen. Kegiatan di atas melibatkan
dilakukan guru tersebut merupakan warga sekolah untuk ikut serta dalam
penguatan nilai keadilan. Durrani (2018) kegiatan. Pelaksanaan kegiatan
mengemukakan bahwa pendistribusian penguatan nilai-nilai Pancasila mengalami
pendidikan yang tidak merata akan beberapa kendala yang dapat
menyebabkan konflik. Maka, untuk mempengaruhi kualitas proses dan hasil
menghindari konflik, guru menanamkan pembelajaran jika tidak diatasi dengan
nilai keadilan sejak dini. serius. Hasil penelitian menunjukkan
3. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia, bahwa penguatan nilai-nilai Pancasila di
berimplikasi pada sikap dan perilaku sekolah dasar dijumpai kendala bahwa
menjunjung toleran, tidak memaksakan masih ada beberapa anak yang sulit
kehendak, menghormati kebhinekaan, dinasihati serta ada anak yang memiliki
bela negara, dan mementingkan kebiasaan di luar sekolah yang kurang baik
kehidupan orang banyak di atas kemudian terbawa ke sekolah. Karena itu,
kepentingan pribadi seyogyanya sekolah harus mampu
4. Sila Keempat, Kerakyatan yang mengatasi kendala tersebut dengan terus
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan melakukan pembiasaan, bimbingan, dan
dalam Permusyawaratan Perwakilan pembinaan kepada siswa serta menjalin
berimplikasi misalnya dalam kerjasama yang baik (sinergis) antara
pelaksanaan pemilihan ketua kelas. pihak sekolah dengan orangtua mereka.
Pachur dan Spaar (2015) Sedangkan secara didaktik metodik maka
mengemukakan bahwa musyawarah menjadi tugas pokok, fungsi, gurulah
dapat dikendalikan secara sadar. dalam mengembangkan kurikulum yaitu
Kegiatan ini melatih siswa menanamkan dengan melakukan berbagai kreativitas
nilai demokrasi di sekolah, karena ketua dan tindakan inovatif melalui penggunaan
kelas tidak dipilih murni oleh guru berbagai metode, pendekatan, dan model
melainkan mengikutsertakan siswa pembelajaran yang berorientasi pada
dalam pemilihan ketua kelas. Apabila kebermaknaan, menyenangkan, dan
siswa tidak diikutsertakan dalam berbobot.
pemilihan ketua kelas, berarti praktik
demokrasi tidak berhasil. Menerima SIMPULAN DAN SARAN
29
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
30
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
31
Volume 1, No. 2 Juni 2022
https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita
32