Anda di halaman 1dari 98

Peran Pendidikan Pancasila Dalam Membentuk Karakter Bangsa

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Prof. H. Bambang Suyitno, M.Ag.

Disusun oleh: Kelompok 1


Iman Sariman (2008105075) Ferry Adyansyah (2008105064)
Triana Citra Lestari (2008105067) Fikriah Abdillah A (2008105062)
Siti Rahmah (2008105070) Yuniar Siti K (2008105060)
Virna Disha A (2008105083) Annis Sholiha S (2008105059)
Puput Putriyani (2008105078)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Materi dalam makalah ini disajikan
dengan runtut disertai contoh dan ilustrasi yang jelas, dengan kalimat yang sederhana dan bahasa
yang komunikatif.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Hadits yang diampu
oleh Prof. Dr. H. Bambang Suyitno, M.Ag. Dimana di makalah ini kami akan menjelaskan
materi tentang Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, penulis berharap makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca
dalam mengaplikasikan pendidikan Nasional berlandaskan Pendidikan berbasis Islam. Serta
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih memiliki banyak kekurangan dikarenakan satu lain hal oleh
karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Serta agar kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Cirebon, 25 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1

1.3. Tujuan........................................................................................................................................1

BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................................................................2

2.1. Gambaran Umum Pentingnya Pendidikan Pancasila.............................................................2

2.1.1. Definisi pendidikan pancasila...............................................................................................2

2.2. Landasan Pendidikan Pancasila.............................................................................................14

2.3. Konsep dan Latar Belakang Urgensi Pendidikan Pancasila................................................17

2.3.1. Menelusuri Konsep Pendidikan Pancasila..........................................................................17

2.3.2. Latar Belakang Urgensi Pendidikan Pancasila....................................................................24

2.4. Menggali Sumber Historis, Sosiologi, Politik, Pendidikan Pancasila...................................26

2.5. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila..................................................................35

2.5.1. Dinamika Pendidikan Pancasila..........................................................................................35

2.5.2. Tantangan Pendidikan Pancasila........................................................................................38

2.6. Rasionalisasi Pendidikan Pancasila........................................................................................43

2.6.1. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila...............................................................................44

2.6.2. Kompetensi Yang Diharapkan............................................................................................45

2.6.3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Pancasila Sebagai Pendidikan Nilai..............................46

2.6.4. Pelaksanaan Pancasila.......................................................................................................47

2.6.5. Peran Pendidikan Pancasila...............................................................................................47

2.7. Eksistensi Pendidikan Pancasila.............................................................................................51

ii
2.7.1. Eksistensi Pendidikan Pancasila pada Era Sekarang...........................................................54

2.7.2. Pendidikan Pancasila dalam Membentuk Karakter Bangsa................................................58

2.7.3. Penerapan Pendidikan Pancasila Sebagai Pendidikan Karakter.........................................60

2.7.4. Pentingnya Menjaga Eksistensi Nilai-Nilai Pendidikan Pancasila......................................62

2.8. Runtuhnya Karakter Bangsa Dalam Pandangan Pendidikan Pancasila.............................63

2.8.1. Kemerosotan Karakteristik Bangsa Indonesia....................................................................63

2.8.2. Krisis Multidimensional Bangsa Indonesia.........................................................................65

2.8.3. Karakteristik Bangsa Indonesia..........................................................................................66

2.8.4. Penanaman Nilai Nasionalisme dan Patriotisme................................................................67

2.9. Implementasi Pancasila Dalam Menumbuhkan Dan Menguatkan Karakter Bangsa........71

2.9.1. Strategi Implementasi Pancasila........................................................................................73

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................78

2.4. Kesimpulan...............................................................................................................................78

2.5. Saran.........................................................................................................................................78

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................80

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nilai-nilai luhur Pancasila sudah sejak lama diterapkan pada kehidupan masyarakat Indonesia.
Bahkan Pancasila sudah dikenal semenjak zaman kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit.
Maka sudah tidak heran dan sudah tidak asing lagi dengan sila-sila Pancasila di telinga
masyarakat. Namun masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui betapa pentingnya Nilai-
nilai Pancasila ini sehingga dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib. Kita sebagai
masyarakat Indonesia tidak hanya sekedar hapal dengan sila-sila Pancasila, tetapi juga harus
mengetahui apa saja yang terkandung pada setiap sila-sila Pancasila. Disamping kita mengetahui
kandungan dari Pancasila, dengan pendidikan Pancasila dapat mengetahui betapa banyaknya
perjuangan rakyat Indonesia didalam menjadikan Pancasila sebagai dasar negara.
Zaman globalisasi saat ini pendidikan Pancasila sering terlupakan sebab banyak sekali
masyarakat yang lebih mengutamakan ilmu-ilmu bidang teknologi. Hal ini tidak menjadi
problem besar bagi bangsa Indonesia namun akan sangat menjadi problem apabila Pancasila
benar-benar dilupakan oleh para orang-orang yang berpendidikan dan oleh para penyelenggara
negara nya, bahkan dikalangan masyarakat biasa pun akan menjadi masalah. Oleh sebab itu
pendidikan Pancasila ini sangatlah penting bagi setiap sendi-sendi kehidupan seperti dalam
beretika, berperilaku, menghormati agama lain, dan lain sebagainya.
Pendidikan Pancasila ini sangat di perlukan bagi anak-anak bangsa sebagai penerus untuk
generasi selanjutnya, supaya tidak seperti generasi sebelumnya. Sebetulnya jika diteliti banyak
sekali pelanggar-pelanggar yang terjadi baik di kehidupan masyarakat nya maupun di kehidupan
pemerintah nya. Namun yang akan menjadi dampak besar bagi bangsa Indonesia adalah
pelanggar-pelanggaran yang terjadi di kehidupan kepemerintahan. Oleh sebab itu Pancasila ini
sangat diperlukan untuk pembentukan karakter bangsa terutama untuk para penerus bangsa.
Pendidikan Pancasila sebagai karakter bangsa merupakan identitas bangsa Indonesia yang
akan selalu melekat pada diri bangsa Indonesia. Seperti yang kita ketahui, bahwa setiap bangsa-
bangsa itu memiliki karakter masing-masing yang tentunya sebagai pembeda dengan bangsa-
bangsa lain. Maka sebagai identitas ini lah harus selalu tetap terjaga agar nilai-nilai nya tak
pernah luntur pada generasi penerusnya.

1
Pancasila ini menjadi karakter bangsa Indonesia seperti pada sila pertama ‘Ketuhanan Yang
Maha Esa’ ini menjadikan ciri atau identitas bahwa bangsa Indonesia itu adalah bangsa yang
berketuhanan, maka negara berkewajiban melindungi dan memfasilitasi kehidupan beragama dan
kehidupan antar umat beragama. Kemudian pada sila kedua ‘kemanusiaan yang adil dan
beradab', identitas dari sila kedua ini adalah bahwa bangsa Indonesia ini menjunjung tinggi nilai-
nilai hukum yang berkeadilan dan juga beradab, maka negara (pemerintah/yudikatif)
berkewajiban melaksanakan hukum yang menjunjung tinggi hukum yang beradab dan
berkeadilan tanpa melihat kelompok, suku, agama, dan lain-lain. Kemudian pada sila ketiga
‘Persatuan Indonesia’, identitas dari sila ketiga ini adalah bahwa Indonesia negara majemuk
memiliki bermacam-macam suku, ras, budaya, dan lainya itu tidak menjadikan bangsa Indonesia
ini terpecah belah seperti semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika, maka negara
berkewajiban memelihara dan menjaga persatuan. Kemudian pada sila keempat ‘Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan’, identitas dari
sila keempat ini adalah bahwa sistem ketatanegaraan Indonesia adalah menganut sistem
perwakilan di parlemen yang dihasilkan oleh pemilihan legislatif (pileg) (DPR dan MPR).
Kemudian pada sila kelima ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia', identitas dari sila
kelima ini adalah bahwa negara /pemerintah melakukan pembangunan nasional yang merata baik
sumber daya alam maupun sumber daya manusia.
Dengan demikian kita wajib menghapal dan memahami Pancasila sehingga kelak nanti
menjadi penyelenggara negara bisa melaksanakan nilai-nilai luhur yang termaktub dalam sila-
sila Pancasila.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja gambaran umum dari pentingnya pendidikan pancasila?


1.2.2 Adakah landasan dari pendidikan pancasila itu sendiri?
1.2.3 Bagaimana konsep dan latar belakang dari urgensi dari pendidikan pancasila?
1.2.4 Bagaimana proses menggali sumber historis, sosiologi, politik, pendidikan pancasila?
1.2.5 Apa saja dinamika dan tantangan bagi pendidikan pancasila?
1.2.6 Seperti apa rasionalisasi dari pendidikan pancasila?
1.2.7 Bagaimana eksistensi yang ada pada pendidikan pancasila?
1.2.8 Bagaimana runtuhnya karakter bangsa dalam pandangan pendidikan pancasila?

2
1.2.9 Seperi apa implementasi pancasila dalam menumbuhkan dan menguatkan karakter
bangsa?

1.3. Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui gambaran umum dari pentingnya pendidikan pancasila


1.3.2 Untuk mengetahui seperti apa Landasan Pendidikan Pancasila
1.3.3 Untuk memahami konsep dan latar belakang dari urgensi pendidikan pancasila
1.3.4 Untuk memahami proses dalam menggali sumber historis, sosiologi, politik, pendidikan
pancasila
1.3.5 Untuk mengetahui dinamika dan tantangan dari pendidikan pancasila
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana caranya rasionalisasi pendidikan pancasila itu sendiri
1.3.7 Untuk memahami eksistensi dari pendidikan pancasila
1.3.8 Untuk memahami bagaimana bisa runtuhnya karakter bangsa dalam pandangan pendidikan
pancasila
1.3.9 Untuk memahami cara mengimplementasi pancasila dalam menumbuhkan dan
menguatkan karakter bangsa

3
BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Gambaran Umum Pentingnya Pendidikan Pancasila


2.1.1. Definisi pendidikan pancasila
A. Definisi dan Tujuan Pendidikan Secara Umum

Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk mencerdaskan generasi bangsa dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan tujuan dan cita-cita
bangsa Indonesia serta dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum. Pendidikan adalah
masalah yang tidak pernah tuntas untuk didiskusikan, karena pendidikan itu menyangkut
persoalan manusia dalam rangka memberi makna dan tujuan normal kepada eksistensi fitrahnya
yang masih bersifat bawaan. Pendidikan di Indonesia pada saat ini menganut sistem pendidikan
dualism (umum dan agama), yang dimulai sejak pemerintahan Belanda yang memperkenalkan
sistem pendidikan yang bersifat sekuler. Pendapat lain mengenai definisi pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara sadar dan aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang
mulia, serta keterampilan dan kemampuan yang diperlukan dirinya, masyarakat, agama, bangsa
dan Negara.

Jauh sebelum datangnya sistem pendidikan yang baru, MPR telah merumuskan apa saja
tujuan pendidikan yang berlandaskan pendidikan pancasila, sebagaimana yang tercantum dalam
TAP MPR No II/MPR/1988 tentang GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) yang berbunyi,
“Pendidikan yang berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia
bangsa Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian yang baik, berdisiplin dengan bagus, bekerja keras,
tangguh, tanggung jawab, mandiri, cerdas, terampil, serta sehat baik jasmani dan rohaninya.”
Pada tahun berikutnya yaitu di tahun 1989, MPR kembali merevisi tujuan pendidikan yang
tertuang dan dirumuskan dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional pada
Bab II pasal 4 yang berbunyi “ Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

4
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab terhdapa kemasyarakatan dan kebaangsaan” Karena UU No. 2 tahun
1989 tidak sesuai lagi dengan perkembangan pendidikan di Indonesia serta sesuai dengan amanat
perubahan UUD 1945, maka UU No. 2 tahun 1989 diganti dengan UU No. 20 tahun 2003.
Dengan demikian tujuan pendidikan nasional yang berlaku saat ini ialah tujuan pendidikan
sebagaimana yang tercantum pada UU No. 20 tahun 2003, baik itu pendidikan yang bersifat
normal, Non formal, maupun informal ini dikarenakan rumusan tujuan pendidikan nasional yang
termaktub dalam UU No. 20 tahun 2003 merupakan rumusan tujuan pendidikan nasional yang
terakhir sampai saat ini belum ada yang melakukan revisi atau bahkan mengganti terhadap UU
tersebut. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang sering mengalami perubahan dari periode ke
periode itu sebenarnya tidak mengurangi hakikat dari tujuan pendidikan nasional itu sendiri,
karena pancasila itu ditempatkan sebagai dasar pendidikan nasional dan tujuan-tujuannya,
sehingga sebab panacasila sebagai landasan dasar pendidikan yang harus mampu menjiwai dan
harus diyakini kebenarananya, disamping keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dalam masing-masing kepercayaan warga Negara sebagai modak utama nilai kerohaniannya,
kecuali tujuan pendidikan yang dirumuskan pada masa sebelum masa orde baru.

5
3.

Pada dasarnya perubahan-perubahan tersebut itu sifatnya hanyalah inprinsip yang tidak
pernah terjadi sebelumnya. Perubahan hanya terjadi pada perumusan kalimat yang sifatnya hanya
mempertegas atau bisa jadi hanya sekedar menyempurnakan perubahan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Terkait pada poko bahasan kita yaitu mengenai tujuan pendidikan nasional yang
tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003, bahwa pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional di Bab II pada pasal 3 berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu,
kreatif, madiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.” Maka dari
itu setelah ditetapkannya tujuan pendidikan nasional yang telah disebutkan tadi, maka telah
sempurnalah cita-cita bangsa Indonesia, kita tinggal melihat hasil penerapan yang diterapkan di
masing-masing lembaga dan dunia pendidikan yang ada di Indonesia.
B. Pengertian Pancasila

Seperti yang telah kita maklumi bahwa pancasila merupakan dasar Negara kita, yang berarti
pancasila adalah jiwa seluruh bangsa Indonesia yang telah memberikan kekuatannya kepada
bangsa imdonesia serta membinanya dalam mengejar kehidupan lahir maupun batin sehingga
menjadi lebih baik, di dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang adil dan sejahtera.
Lahirnya pancasila tidak akan lepas dari sejarah panjang bangsa Indonesia dalam mendapatkan
kemerdekaan, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pancasila adalah dasar Negara bangsa
Indonesia dimana hal ini tertulis dalam pembukaan UUD RI tahun 1945 pada alinea ke-4 dimana
disebutkan bahwa pancasila adalah amanat cita-cita mulia dari para pendiri bangsa dalam
membangun sebuah dasar Negara yang besar yang Ber_Bhineka Tunggal Ika, “Berbeda-beda
tetapi tetap satu jua” yang sekarang kita kenal Negara besar tersebuta adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia merupakan suatu
kesepakatan politik para pendiri ketika Negara Indonesia baru akan didirikan, sejak dari awal
pendiriannya. Negara Indonesia mengalami perjalanan yang sangat sukar, sebagai sebuah bangsa
baru Indonesia membutuhkan satu perekat yang benar-benar ampuh, jika ingin Republik yang
bernama Indonesia tetap eksis, perekat itu menjadi penting untuk menjaga eksistensi sebuah
Negara yang majemuk dengan suku, Bahasa, budaya, dan bangsa yang jumlahnya bisa ribuan itu

6
memang dibutuhkan suatu formula yang benar-benar tepat, bahkan bukan hanya tepat tapi ia
harus canggih dan memiliki sifat universal yang dapat menaungi segala keparsialan masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, pancasila tidak boleh lagi dilihat hanya dari kacamata kebutuhan
pada masa lalu, orde lama, atau bahkan orde baru. Pancasila harus dilihat secara dinamis, ia tidak
boleh absolut dan lalu mati, pancasila harus mampu diterjemahkan dengan berbagai macam
pandangan yang lebih tepat sesuia zaman dan keadaan pada saat itu.
Menurut Ir. Soekarno pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun, yang
sekarang telah sekian lamanya terpendam dan bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan hal ini
pancasila tidak saja menjadi falsafah suatu Negara, tetapi lebih luas lagi, yakni sebagai falsafah
Negara dan bangsa Indonesia. Sedangkan menurut Muhammad Yamin, pancasila berasal dari
kata panca yang berarti Lima dan sila yang berarti sendi, atas, dasar, atau peraturan tingkah laku
yang penting dan baik. Pendapat lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Notonegoro,
pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia, yang diharapkan menjadi landasan pandangan
hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai
pertahanan bangsa dan Negara Indonesia.
Dari pendapat yang telah kami sampaikan di atas, maka kami dapat menyimpulakn dengan
mengutip yang disampaikan para pakar bahwa pancasila adalah suatu dasar dari Negara,
pancasila yang telah menjadi landasan dari dari segala keputusan yang dihasilkan secara mufakat
bangsa Indonesia, dimana juga mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri.
Pancasila juga dapat diartikan sebagai lima (5) dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang
tingkah laku yang penting dan baik, dan pancasila ietu memiliki makna, sesuai seperti yang telah
kami sampaikan tadi bahwa pancasila terbentuk dari dua kata yaitu panca artinya lima dan sila
artinya dasar, yang kemudian dibuatlah masing-masing lambang dari pancasila tersebut yang
jumlahnya 5, isi dari pancasila juga berjumlah lima sesuai arti dari makna kata pancasila
tersebut.

C. Hakikat Pancasila

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pancasila merupakan ideologi bangsa
Indonesia, tentu jika sebagai ideologi maka pancasila berhakikat sebagai:
a) Pandangan hidup bangsa;

7
b) Dasar Negara Indonesia; dan
c) Tujuan Negara/Nasional

Disini akan kita bahas dari masing-masing hakikat pancasila tersebut, pertama Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa, hakikat pancasila ini diwujudkan dalam P-4 yaitu Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau yang lebih dikenal sebagai Eka Prasetya Pancakarsa
yang saat ini telah dicabut oleh MPR berdasarkan hasil siding istimewa tahun 1998, yang
sekarang ini lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Anggaran Dasar bagi masing-masing
oragnisasi sosial/politik seperti Ormas, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), Parpol, dan
sebagainya. Dan dengan memperhatikan kode etik bagi masing-masing organisasi
profesi/keahlian yang teknis operasionalnya berupa Anggaran Rumah Tangga (ART). Kedua
pancasila sebagai dasar Negara, hakikat pancasila ini diwujudkan dalam batang tubuh UUD 1945
yang akan lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan seperti TAP
MPR, UU,PP, dan sebagainya dimana teknis operasionalnya berbentuk surat edaran berupa
petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Ketiga pancasila sebagai tujuan Negara/Nasional,
hakikat pancasila yang satu ini diwujudkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang akan lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Repetanas, yang teknis operasionalnya berupa
proyek.
Setelah mengetahui hakikat pancasila yang telah dipaparkan diatas, maka pertama hakikat
pandangan hidup pancasila terbentuk dari norma-norma moral bangsa Indonesia, kedua hakikat
dasar Negara pancasila terbentuk dari norma hukum bangsa Indonesia, dan ketiga hakikat tujuan
Negara/Nasional terbentuk pada norma politik pembangunan nasional bangsa Indonesia.
Pemahaman demikian bersumber dari kerangka dan substansi nilai-nilai yang tercantum pada
pembukaan UUD tahun 1945, yang mana ini merupakan teks proklamasi kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang lengkap dan rinci. Teks proklamasi tersebut sendiri terbentuk
melalui proses sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Yang pada intinya hakikat
pancasial serta termasuk di dalamnya UUD tahun1945 tidak terbentuk secara mendadak, tetapi
mereka diterpa oleh sejarah lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu Negara
dan Bangsa.
Selain dari tiga (3) hakikat yang telah dipaparkan diatas ada beberapa lagi hakikat pancasila,
diantaranya yaitu hakikat pancasila sebagai kepribadian Bangsa Indonesia. Kepribadian disini

8
berarti gambaran tentang sikap dan perilaku atau amalan perbuatan manusia yang khas, yang
membedakan dengan bangsa-bangsa lain. Ciri khas kepribadian bangsa Indonesia tercermin
dalam sila-sila pancasila, yaitu bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang:
1. Berketuhanan Yang Maha Esa;
2. Berkemanusian yang adil dan beradab;
3. Berjiwa kesatuan dan persatuan bangsa
4. Berjiwa musyawarah mufakat untuk mencapai himah kebijaksanaan; dan
5. Bercita-cita mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hakikat pancasila yang lainnya ialah pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia,
yang leih jelasnya gambaran pencasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia akan
tampak pada rincian dari tujuan bangsa Indonesia yang terdapat pada pembukaan UUD tahun
1945 pada alinea ke-4 yang telah kami himpun sebagai berikut:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. Memajukan kesejahteraan umum;
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4. Ikut dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdsarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.

Selanjutnya hakikat pancasila terakhir yang ingin kami sampaikan adalah pancasila sebagai
perjanjian luhur bangsa Indonesia, istilah ini muncul dalam pidato kenegaraan yang disampaikan
oleh presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno di depan sidang perwakilan rakyat. Pada
tanggal 16 Agustus 1967 pancasila dinyatakan sebagai perjanjian luhur seluruh rakyat Indonesia.
Dari penjelasan yang telah kami paparkan tadi maka pancasila sebagai hakikat suatu pendidikan
adalah bahwa pancasila sedang membicarakan tentang hal-hal yang hakiki atau mendasar.
Demikian juga halnya dengan upaya memahami hakikat pancasila dan kehidupan berbangsa dab
bernegara. Karena pancasila mempunyai keluasan arti filosofis, maka dari pengertian pokok
tersebut dapat diberi pengertian yang bermacam-macam, salah satunya ialah pancasila sebagai
dasar Negara Indonesia.

D. Pendidikan Pancasila

9
Dalam konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pendidikan pancasila meliputi
pendidikan dasar (SD); Menengah (SMP/SMA/SMK), dan pendidikan pancasila untuk
Perguruan Tinggi (PT). Semuanya meliki tujuan yang sama yaitu “Membina kesadarandan
kebanggaan nasional, sebagai subjek penegak budaya dan moral politik NKRI sekaligus sebagai
bhayangkari integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan pancasila. Tema ini diklarifikasi dalam
pendekatan filosofis-ideologis dan konstitusional, berdasarkan asas imperatif.” Yang memilki
makna setiap bangsa dan Negara secara mutlak melaksanakan visi-misi nilai filsafat Negara yang
di dalamnya termasuk dasar Negara, dan atau ideologi Negara sebagai salah satu fungsi bangsa
dan negaranya. Pendapat lain yang berdasarkan asas normative filosofis-ideologis dan
konstitusional sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UUD tahun 1945 seutuhnya, dan
demi integritas wawasan nasional dan Sumber Daya Manusia masyarakat Indonesia yang adil
dan beradab/bermartabat, maka dengan melihat hal-hal serta alasan yang dikemukakan di atas
pemerintahan khususnya menteri pendidikan menetapkan program pendidikan pancasila di
lembaga pendidikan. Dengan demikian amanat nilai-nilai dasar Negara dan UUD tahun 1945,
maka sistem pendidikan nasional wajib melaksanakan visi-misi pembudayaan nilai dasar Negara
pancasila, baik pancasila sebagai dasar Negara maupun sebagai ideologi Negara/Nasional.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai tujuan pendidikan pancasila kita kan membahas
terlebih dahulu tujuan dan fungsi pendidikan nasional terlebih dahulu dimana seperti yang telah
kami paparkan pada pembahasan awaal makalah ini bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
untuk menjamin berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman serta
bertaqwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demoktratis serta me,iliki rasa
tanggungjawab yang tinggi. Sendankan fungsi pendidikan nasional adalah lebih kepada
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka dan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dijelaskan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana Surat Keputusan
Dirjen Dikti nomor 265 tahun 2000 yang berbunyi “Wajib diberikan pendidikan pancasila
kepada peserta didik.” Dirancangnya pendidikan dengan maksud untuk memberikan pengertian
kepada peserta didik tentang dasar dan ideology negaranya yaitu pancasila dengan segala
implikasinya. Sedangkan yang menjadi tolak ukur tujuannya alah untuk menghasilkan peserta
didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berprikemanusiaan yang adil

10
dan beradab, mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama atau rakyat di
atas kepentingan individu/golongan, mendukung upaya mewujudkan suatu keadilan sosial dalam
ruang lingkup masyarakat. Setelah kita mengetahui isis dari Surat Keputusan Ditjen Dikti Nomor
265 Tahun 2000, maka dapat kita simpulkan bahwa pendidikan pancasila merupakan bagian dari
pendidikan nasional yang mempunyai tujuan mempersiapkan calon penerus bangsa yang
berkualitas, berdedikasi tinggi kepada Negara, dan bermatabat agar tercapainya:
1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;
3. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai dengan hati
nurani;
4. Mampu mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
5. Mampu ikut mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan sejahtera.

Dengan demikian setelah menyelesaikan pendidikan para peserta didik telah memiliki bekal
pendidikan pancasila yang diharapkan setelah mengenal pendidikan pancasila para peserta didik
agar tidak hanya sekedar berkembang daya intelektualitasnya saja, namun sikap dan juga
perilakunya. Maka dari itu, pendidikan pancasila juga bertujuan sebagai berikut:
1. Dapat memahamkan, menghayati dan melaksanakan pancasila dan UUD tahun 1945 dalam
kehidupan sebagai warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa pancasila;
2. Dapat menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, beragama, berbangsa, dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandaskan pancasila dan UUD tahun1945;
3. Memupuk sikap, tingkah laku, dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma
pancasila dan UUD tahun 1945.

Bicara mengenai pendidikan pancasila kurang lengkap jika kita tidak membahas kompetensi
apa saja yang diajarkan oleh pendidikan pancasila. Sebelum masuk ke ranah itu mari kita telusuri
dulu tujuan, ternyata kompetensinya itu bertujuan untuk menguasai kemampuan berfikir,
bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual. Selanjutnya
kompetensi yang diharapkan oleh pendidikan pancasila adalah sebagai berikut:
1. Mengenali kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuia dengan sikap
hati nuraninya;

11
2. Mengenali kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara
pemecahannya;
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi ,dan seni;
4. Mengenali kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa
untuk menggalang persatuan Indonesia.

Sebagai suatu program pemdidikan yang wajib ada di lembaga pendidikan, maka pendidikan
pancasila memiliki dasar substansinya, substansi kajian pendidikan pancasila meliputi pokok-
pokok bahasan sebagai berikut:
a. Pancasila sebagai filsafat;
b. Pancasila sebagai etika politik;
c. Pancasila sebagai ideologi Nasioanal;
d. Pancasila dalam konteks sejarah dan perjuangan bangsa Indonesia;
e. Pancasila dalam konteks tata Negara Republik Indonesia;
f. Pancasila sebagai paradigm kehidupan;
g. Pancasila sebagai identitas karakater bangsa; (ini yang akan kita bahas lebih detail
selajutnya)
h. Pancasila dalam 10 sistem politik dan demokrasi Indonesia;
i. Pancasila dalam konteks HAM, rule of law, dan hak serta kewajiban warga Negara
Indonesia;
j. Pancasila dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

E. Hakikat Pendidikan Pancasila

Seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya bahwa pancasila berasal dari
dua kata yang dimana dua kata ini berasal dari Bahasa sansekerta, dua kata yang dimaksud
adalah panca dan sila yang masing-masing memiliki arti yaitu lima dan prinsip atau asas. Dengan
demikian pancasila adalah prinsip pedoman yang menjadi landasan masyarakat Indonesia dan
sebagai sumber hukum Negara. Sedangkan hakikat pendidikan pancasila itu senduri adalah
upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagi landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam
usaha bela Negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara. Sehingga

12
dengan adanya upaya mencerdaskan kehiduoan bangsa, memberi ilmu tentang tata Negara, dan
menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri dan moral bangsa.
Disamping itu pendidikan pancasila lebih mengarah perhatiannya kepada moral, yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara berperilaku yang
memancarkan cahaya iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa di dalam kehidupan
bermasyarakat yang terdiri dari berbagi golongan agama. Perilaku yang bersifat kemanusiaan
yang adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam perilaku yang mendukung
kebudayaan, dan beraneka ragam perilaku yang mendukung kerakyatan yang akan
mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan individu dan golongan.

Pendidikan Pancasila merupakan salah satu program pendidikan yang berisi nilai-nilai luhur
bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan memiliki tujuan
untuk membentuk karakter, perilaku, dan sikap positif manusia lainnya yang dapat
mendatangkan perubahan positif ke pada diri manusia. Menilai berarti menimbang, yaitu
kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu untuk selanjutnya mengambil sebuah
keputusan.

Keputusan nilai dapat mengatakan “berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik
atau tidak baik, religius atau tidak religius”. Sesuatu itu dikatakan mempunyai nilai apabila
sesuatu itu berguna, berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral dan etis),
religius (nilai agama).Mengutip dari Notonagoro pada tahun 1975 bahwa Notonagoro membagi
nilai pendidikan Pancasila menjadi tiga bagian yaitu:
a. Nilai materil, yaitu hal-hal yang berguna bagi jasmani.
b. Nilai vital, yaitu hal-hal yang berguna bagi manusia dalam melakukan aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu hal-hal yang berguna bagi rohani manuisa,nilai kerohanian ini dibagi
menjadi empat nilai yaitu:
1. Nilai kebenaran/kenyataan adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia;
2. Nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada unsur rasa manusia;
3. Nilai kebaikan atau nilai moral adalah nilai yang bersumber pada unsur
kehendak/kemauan manusia;
4. Nilai religious adalah nilai ketuhanan yang tertinggi yang sifatnya mutlak dan abadi.

13
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hakikat dari pendidikan Pancasila adalah upaya-upaya untuk
meningkatkan sikap-sikap positif manusia yang sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Pendidikan Pancasila dapat pula sebagai upaya-upaya yang sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa demi
kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa negara sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban bela negara. Dengan adanya pendidikan Pancasila ini mampu menumbuhkan
kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa dengan memberikan ilmu tentang tata
negara. Dalam Hakikat pendidikan Pancasila juga perlu memahami hakikat dari nilai sila-sila.
Pancasila secara hakikit agar mendapatkan gambaran dari arti dan makna dari Pancasila.
Mengutip dari Notonagoro pada tahun 1975, beliau mengatakan bahwa inti kesamaan dari segala
keadaan yang beragam tidak dapat dikembalikan kepada salah satu sila dari Pancasila oleh sebab
itu sila-silaPancasila itu dimasukankedalam dasar filsafat negara. Berikut adalah hakikat dari
sila-sila Pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Pancasila sebagai dasar negara dan Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila pertama
pancasila bahwa ciri atau identitas dari kehidupan berbangsa dan bernegara adalah berketuhanan
dan beragama, negara beragama dimaksud bahwa Negara Republik Indonesia perlu hukum
positif yang disepakati oleh seluruh bangsa, termasuk seluruh penyelenggara negara (MPR, DPR,
pemerintah) yang agama nya beraneka ragam dan negara wajib memfasilitasi dan melindungi
segenap agama yang diakui keberadaannya serta negara tidak dibenarkan mencampuri urusan
akidah agama apa pun.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Dalam sila kedua ini berkaitan dengan penegakan hukum artinya wajib menegakan hukum
seadil-adilnya berdasarkan supremasi hukum serta ingin mungusahakan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa. Di samping itu, mengembangkan budaya IPTEK berdasarkan adab cipta,
karsa, rasa, dan karya yang berguna bagi nusa dan bangsa tanpa melahirkan primordial dalam
budaya.
3. Persatuan Indonesia

14
Dalam sila ketiga ini dapat menggambarkan bahwa indonesia ini sangat beraneka ragam yang
meliputi wilayah, sumber daya alam, dan sumber daya manusia dalam kesatuan yang utuh.
Selain itu, persatuan bangsa yang bersifat nasional mendiami seluruh wilayah Indonesia, bersatu
menuju kehidupan bangsa yang berbudaya bebas dalam wadah negara Republik Indonesia yang
merdeka dan berdaulat, menuju terbentuknya suatu masyarakat madani.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sila keempat ini berarti bahwa kekuasan tertinggi itu bepada pada rakyat, rakyat yang
berdaulat dan berkuasa serta rakyat yang memerintah. Didalam penggunaan ration yang sehat itu
selalu mempertimbangkan persatuan, kesatuan bangsa, kepentingan rakyat yang dilaksanakan
dengan sadar, jujur, dan bertanggung jawab, serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati
nurani. Permusyawaratan, artinya suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
atau memutuskan sesuatu hal ber dasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai keputusan yang
berdasarkan kebulatan pendapat (mufakat) untuk kepentingan rakyat.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

15
Keadilan sosial berkaitan dengan negara atau pemerintah berkewajiban melaksanakan
pemerataan pembangunan dan infrastruktur, pemberdayaan baik sumber daya alam dan
lingkungan hidup maupun sumber daya manusia secara merata. Sehingga terciptanya
pertumbuhan ekonomi secara merata.

Penjabaran dari hakikat sila-sila Pancasila diatas dapat menerangkan bahwa hakikat
pendidikan Pancasila itu bukan hanya untuk peserta didik yang mendiami bangku sekolah saja
tetapi yang wajib menguasai pendidikan Pancasila itu sendiri adalah para wakil-wakil
rakyat/pemerintah. Jikalau ada satu rakyat yang melanggar Pancasila sebab dia tidak tahu
pendidikan Pancasila tidak adak merugikan bagi banyak pihak. Tetapi sangat berkebalikan
jikalau pemerintah itu sendiri yang melanggar Pancasila karena sebab dia tidak menjiwai dari
nilai sila-sila Pancasila maka akan sangat berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup
masyarakatnya. Seperti contohnya pembangunan infrastruktur yang tidak merata, hal ini sangat
berdampak bagi keberlangsungan hidup masyarakatnya sebab akan terhambatnya roda
perekonomian masyarakat setempat. Sebetulnya masih banyak contoh lainnya yang dapat
memperlihatkan betapa buruknya dampak dari pemerintah yang tidak memahami betul mengenai
nilai sila-sila Pancasila.

Pada hakikatnya dengan menyimak makna, inti, dan arti dari kelima sila Pancasila tersebut di
atas, tampaklah bahwa Pancasila secara bulat dan utuh sangat sesuai menjadi milik bangsa
Indonesia sebagai dasar negara, juga sebagai suatu ideologi. Manurut Notonagoro pada tahun
1975 bahwa sebagai dasar filsafat, sila-sila Pancasila mengandung arti mutlak bahwa negara
Republik Indonesia harus menyesuaikan dengan hakikat dalam arti hakikat abstrak dari Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil. Landasa sila-sila Pancasila diambillah sebuah kesimpulan bahwa
sebetulnya yang wajib melaksanakan sila-sila Pancasila diatas adalah pemerintah itu sendiri dan
pemerintahlah yang menjembatani terciptanya masyarakat yang berketuhanan, berkemanusiaan,
berkesatuan, berkerakyatan, berkeadilan.

16
2.2. Landasan Pendidikan Pancasila

Landasan pendidikan Pancasila adalah hal-hal yang mendasari untuk terbentuknya pendidikan
yang mana pembelajarannya itu adalah Pancasila, seperti yang diketahui bahwa Pancasila itu
sebagai ideologi bangsa jadi perlu lah diadahannya pendidikan Pancasila. Adapun landasan
Pancasila ini terbagi menjadi 4 landasan diantaranya yaitu:
A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis adalah pengembangan dari pemikiran landasan nilai-nilai filsafat Pancasila
dan dijadikan sebagai sumber dari seluruh tindakan bagi para penyelenggara negara. Dalam
Landasan filosofis ini memiliki beberapa alasan yang pertama adalah alasan fungsional, alasan
ini digunakan unruk dapat menggunakan fungsi praktis Pancasila yaitu dijadikan pedoman
bertindak dan mengambil langkah komplit dalam hidupnya dan fungsi teoritis dalam Pancasila
yaitu menemukan kebenaran yang mendasar dalam rangka mencari solusi hal-hal yang dihadipi
didalam hidup. Kedua, alasan material dalam landaan filosofis pendidikan pancasila yaitu
memahami dan menginternalisasikan dunia tempat dia hidup, memberikan pandangan yang
rasional terhadap hidup, dapat menjawab pertanyaan dalam diri apakah sebenarnya hidup ini
sehingga rakyat Indonesia dapat merasa at home hidup di Indonesia. Ketiga, alasan Formal
edukasi landasan filosofis pendidikan pancasila adalah sebagai manusia Indonesia peserta didik
seharusnya tumbuh dan berkembang sesuai kepribadian pancasila.
B. Landasan Historis

Landasan historis adalah salah satu dasar Pancasila yang mana mengambil dari fakta-fakta
sejarah. Landasan historis pendidikan pancasila Nilai-nilai hidup yang berkembang dalam suatu
bangsa memiliki ideologi dan pandanga hidupnya sendiri-sendiri. Pancasila digali dari bangsa
Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang semenjak lahirnya bangsa Indonesia bahwa
terbetuknya bangsa Indonesia dimulai dari jaman kerajaan kutai, sriwijaya, majapahit sampai
datangnya penjajah di Indonesia.
Perumusan Pancasila juga timbul dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat. Landasan
histori ini lah yang menjadikan nilai-nilai Pancasila sangan melekat pada Warga Negara
Indonesia sehingga dapat. Hal ini juga menjadikan Pancasila sebagai hasil sejarah yang sangat

17
berharga dan bersepakat untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga
saat ini.
C. Landasan Kultural

Landasan kultural adalah landasan yang terbentuk dari nilai-nilai yang diangungkan dalam
kehidupan nasional seperti keberagaman adat istiadat, tulisan, bahasa, seni-budaya, slogan dan
lain sebagainya, hal ini lah yang menjadikan ciri dari Indonesia yang harus diwariskan dari
generasi ke generasi selanjutnya. Alasan yang pertama Landasan historis pendidikan pancasila
adalah alasan fungsional, yaitu dapat menempatkan diri, berkomunikasi, dan bekerjasama
dengan orang lain sesuai dengan kebudayaan bangsanya berdasarkan pancasila dan dapat
mengapresiasikan/menghargai hasil karya budaya yang dalam hal kebenaran, keindahan, atau
kebaikannya dapat dipertanggung jawabkan di Pancasila. Alasan yang kedua adalah alasan
material, yaitu mengerti dengan baik Bahasa Indonesia, adat tatacara atau cara bergaul orang
indonesia, hubungan orang Indonesia dengan orang-orang berkebangsaan lain dapat menunjukan
hal-hal penting yang mencerminkan keistimewaan bangsa Indonesia. Alasan yang ketiga adalah
alasan formal edukasi, yaitu para peserta didik harus tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kepribadiannya yang mencirikan kepribadian yang keindonesiaan yang sesuai dengan nilai-nili
pancasila serta berkembang di dalam lingkungan kepribadia yang keindonesiaan.
D. Landasan Yuridis

18
Landasan yuridis adalah berkaitan dengan aturan perundang-undangan yang mendasari
pendidikan Pancasila seperti yang termuat pada pembukaan UUD NRI tahun 1945 dan landasan
yuridis ini bisa ditelusuri dari UUD 1945, ketetapan MPR, undang-undang,peraturan pemerintah,
dan lain sebagainya. Alasan pertama Landasan yuridis pendidikan pancasila adalah alasan
fungsional, yaitu dapat menerangkan bahwa secara hukum pancasila itu harus dihayati dan
dipahami oleh seluruh rakyat Indonesia terutama pemerintah atau wakil rakyat. Alasan yang
kedua adalah alasan material, yaitu bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 pancasila sudah
terdapat dalam kehidupan bangsa indonesia lalu mendapatkan kedudukan yuridis formal sebagai
dasar filsafat dan ideologi Negara republic Indonesia. Alasan yang ketiga adalah alasan formal,
yaitu menjadi manusia pancasila harus dijadikan sebagai cita-cita bagi para peserta didik
sebagaimana bahwa pancasila adalah ideologi bangsa.
Adapun landasan tambahan lainnya adalah landasan Hukum, yang mana sudah tertuang
dalam UUD 1945, TAP MPR, undang-undang Republik Indonesia dan juga sudah tertuang
dalam surat putusan dari Dirjen Pendidikan tinggi. Landasan hukum yang dimaksud ialah
sebagai berikut:
1. UUD 1945
 UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat, yang memuat cita-cita tujuan dan
aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaan.
 Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa segala warga negara bersama kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
 Pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
 Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
2. MPR No.II/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.
3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
 Undang-Undangisebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelnggaraan negara.
 Pasal 9 ayat (2) disebutkan bahwa keikutsertaan warga negara dalam bela negara
sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui :
 Pancasila dan Kewarganegaraan;

19
 Pelatihan kemiliteran secara wajib
 Pengabdian sebagai prajurit tentara nasional Indonesia secara suka rela dan secara
wajib; dan
 Pengabdian secara profesi.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
 Merujuk pada beberapa Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
a. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
b. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pen didikan Agama, Pendidikan Bahasa, dan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK), yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap
program studi/kelompok program studi.
 Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
No. 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

20
2.3. Konsep dan Latar Belakang Urgensi Pendidikan Pancasila
1.
2.3.1. Menelusuri Konsep Pendidikan Pancasila

Pancasila yang dijadikan sebagai dasar filsafat serta idieologi bangsa bagi negara Indonesia
sendiri tidaklah terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana halnya ideologi-ideologi lain di dunia ini, ideologi Pancasila terbentuk dengan
proses yang cukup panjag dalam sejarah bangsa indonesia. Sebelum disahkan sebagai dasar
filsafat negara, secara kualitas nilai -nilai dalam pancasila sudah terdapat & berasal dari bangsa
Indonesia itu sendiri . Dimana didalamnya mempunnyai nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan &
nilai–nilai religius. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang
besar dan bangsa yang heterogen. Alasan karena disebut bangsa yang besar karena jumlah
penduduk yang ada pada negara ini jumlahnya sangat banyak menempati urutan ke empat
terbanyak di dunia setelah RRC, Amerika Serikat & India.

Banyak suku bangsa yang terdapat di negara ini dengan berbagai macam agama yang dipeluk
oleh setiap sukunya, macam-macam budaya yang berbeda dari setiap daerahnya, beribu macam
bahasa yang begitu khas dari setiap suku yang ada dan adat istiadat yang tak bisa ditemukan
dilain daerah. Hal inilah Indonesia disebut sebagai negara heterogen, karena itulah kita patut
bersyukur bahwa bangsa yang besar dan heterogen ini bisa bersatu dan saling menghiasi dalam
naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Begitu banyak bangsa-bangsa yang memiliki
bangsa yang besar dalam sejarahnya hancur karena mereka tidak mampu untuk menjaga dan
melindungi semangat persatuan dan kesatuan yang ada dalam bangsanya.
Nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila adalah sebuah kesepakatan secara bersama-sama,
dimana ini menjadikan pancasila sebagai titik temu bagi setiap kelompok maupun golongan
masyarakat yang ada di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai
iseologi negara diterima dan dijadikan pegangan bersama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

21
Datangnya berbagai permasalahan maupun polemik yang mendera Indonesia, menunjukkan
bahwa nilai-nilai Pancasila ini telah mulai tergerus secara perlahan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena inilah,Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa Indonesia harus kita menjaga dan mempertahankannya.

Istilah ideologi sendiri berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Secara etimologis, memiliki arti sebagai ilmu yang
menjelaskan tentang ide-ide (the science of ideas), atau pengajaran dari pengertian dasar. Pada
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi ini memiliki definisi sebagai kumpulan konsep
bersistem yang dijadikan sebagai asas dari pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup. Ideologi juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu golongan.
Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik.
Dalam pengertian tersebut, kita dapat menangkap beberapa komponen penting dalam sebuah
ideologi, yaitu sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial, dan politik.

Dalam sejarahnya konsep yang ada didalam ideologi dapat kita telusuri lebih dalam, sebelum
istilah seperti itu digunakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke -18. Tracy menyampaikan
bahwa ideologi tersebut sebagai technology of ideas, yaitu suatu program atau pengaplikasian
dengan tujuan agar bisa membawa perubahan yang besar dalam institusional bagi masyarakat
Perancis. Namun, Napoleon sendiri mengkritisi istilah dari ideologi tersebut, karena menurutnya
ideologi hanyalah sebuah khayalan belaka. yang tidak mempunyai arti praktis. Hayalan seperti
itu hanya menjadi bualan bekala dan tidak akan bisa diwujudkan dalam kehidupan yang nyata.

Konsep ideologi kembali ditegaskan oleh Jorge Laarin dimana ia menyampaikan bahwa
ideologi ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan perjuangan-perjuangan dalam
pembebasan borjuis dari belenggu feudal dan ideologi juga sangat mencerminkan sikap dari
pemikiran present day baru yang kritis.
Niccolo Machiavelli merupakan salah satu pelopor yang menyuarakan persoalan yang
berhubungan dengan fenomena ideologi secara langsung. Machiavelli juga merupakan seorang
yang sering mengamati praktik-praktik politik yang dilakukan ole para pangeran, dan mengamati
bagaimana tingkah laku manusia dalam berpolitik, meskipun Ia tidak menyebutkan istilah
“ideology” sama sekali. Terdapat tiga aspek dari konsep ideologi yang Machiavelli bahas, yaitu

22
agama, kekuasaan, dan dominasi. Dalam pandangan yang ia lihat orang-orang yang sezamannya
lebih dahulu memperoleh kebebasan, hal tersebut terjadi, karena adanya perbedaan yang terletak
dalam pendidikan yang didasarkan pada perbedaan dari konsepsi keagamaan.

Sikap seperti itu yang menjadikan Machiavelli sebagai seorang tokoh yang dapat
menghubungkan antara ideologi dan pertimbangan mengenai pemakaian kekuatan serta tipu daya
guna memperoleh juga mempertahankan kekuasaan. Para pangeran ini harus bisa belajar dalam
mempraktikkan tipuannya, karena jika bertumpu pada kekuatan fisik saja hal tersebut tidak
pernah cukup. Machiavelli mengisyaratkan bahwasannya hampir tidak akan ada orang memilki
sifat berbudi akan memperoleh kekuasaan besar “hanya dengan memakai kekuatan yang terbuka
dan tidak berkedok”, kekuasaan ini dapat dilaksanakan dengan baik, meskipun hanya dengan
tipuan. Machiavelli meneruskan analisis yang dibuatnya tentang sebuah kekuasaan dengan
mengatakan bahwa sekalipun menjalankan kekuasaan sangat diperlukan kualifikasi yang baik,
seperti dengan menepati janji, belas kasihan, tulus ikhlas. Menjadi seorang penguasa sangatlah
tidak perlu memiliki semua persyaratan tersebut, tetapi dia harus bisa menunjukkan dengan
meyakinkan kepada para rakyatnya bahwa ia memiliki kesemua klasifikasi itu. Ungkapannya ini
dikenal dengan istilah adagium, “Sebuah tujuan dengan menghalalkan berbagai macam cara”.

Beberapa definisi ideologi dari tokoh – tokoh atau pemikir Indonesia, yaitu:
a) Menurut Soerjanto: “Ideologi adalah hasil refleksi dari manusia itu sendiri yang berasal
dari kemampuan yang dimilikinya karena ia dapat menjaga jarak dengan dunia
kehidupannya”.
b) Menurut Mubyarto:”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-simbol
dari sekelompok masyarakat ataupun suatu bangsa yang menjadi kaidah maupun jalan
hidup dalam sebuah perjuangan untuk dicapainya tujuan dari masyarakat atau bangsa itu
sendiri.”
c) Menurut Sastrapratedja:”Ideologi adalah sebuah gagasan ataupun pemikiran yang
diorientasikan kepada suatu tindakan dan dapat diorganisir menjadi suatu sistem yang
lebih teratur”.

23
Teori ideologi yang disuarakan oleh tokoh-tokoh pemikir ideologi sebagai berikut:
a) Menurut Martin Seliger: “Ideologi merrupakan sekumpulan kepercayaan maupun
penolakan yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk pernyataan yang bernilai dan
dirancang untuk dipergunakan sebagai dasar-dasar permanen yang sifatnya relatif bagi
sekelompok orang.”
b) Menurut Alvin Gouldner: “Ideologi ini berperan sebagai Proyek Nasional Gouldner yang
menyatakan bahwasannya ideologi adalah sesuatu yang timbul dari suatu system terbaru
dalam wacana politis. Wacana ini melibatkan otoritas atau sebuah tradisi maupun
retorika emosi. Selanjutnya, Gouldner mengatakan bahwasannya ideologi itu sendiri
haruslah dipisahkan baik dari kesadaran mitis maupun religius, sebab ideologi ini
merupakan sebuah perbuatan yang dilakukan karena didukung dari adanya nilai-nilai
yang masuk akan yang berdasarkan atas kepentingan sosial.”

Beberapa corak ideologi diantara lain, yaitu:


a) Merupakan sebuah prinsip dari dasar bersosial politik yang menjadi pedoman dalam
kehidupan sosial politik yang diinkorporasikan pada dokumen resmi negara.
b) Merupakan Suatu pemahaman dalam hidup yang menggambarkan sebuah penafsiran dari
sebuah realitas serta mementingkan nilai-nilai tertentu yang dapat memengaruhi kehidupan
sosial, politik, budaya.
c) Merupakan suatu paradigma mengenai perubahan sosial yang tidak dijelaskan sebagai
ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya dalam ideologi pembangunan.
d) Beragam pandangan yang memperlihatkan nilai-nilai tertentu yang menjadi pedoman
gerakan suatu kelompok

Fungsi ideologi sebagai berikut:


a) Struktur kognitif: dimana keseluruhan pengetahuan yang ada bisa dijjadikan sebagai
landasan udalam memahami dan menafsirkan dunia, serta kejadian-kejadian di sekitar
lingkungannya.
b) Sebagai orientasi dasar dengan mengungkapkan wawasan yang ada guna memberikan
pemahaman serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
c) Norma-norma yang ada menjadi pedoman dan pegangan bagi siapapun yang ingin
melangkah dan bertindak.

24
d) Sebagai bekal dan jalan untuk seseorang dalam mencari identitasnya
e) Menjadi kekuatan yang bisa memberikan semangat dan dorongan bagi seseorang ketika
melakukan kegiatan dan mencapai tujuan..
f) Memberikan sebuah pendidikan bagi seseorang maupun masyarakat agar bisa memahami,
menghayati serta dapat merubah tingkah lakunya agar bisa menyesuaikan dengan orientasi
dan norma-norma yang ada di dalamnya.

Beberapa jenis ideologi dunia sebagai berikut:


a) Marxisme-Leninisme: “Terdapat dua prinsip yang didasarkan dalam prespektif evolusi
sejarah bagi suatu paham yang telah ditelakkan pada ideologi, yakni: pertama, sebagai
penentu akhir dari adanya perubahan sosial yakni perubahan dari cara produksi; kedua,
merupakan proses dari adanya perubahan sosial bersifat dialektis.”
b) Liberalisme: “Menjadikan kebebasan individual sebagai pemahaman yang diletakkan
pada sebuah ideologi, artinya lebih mengutamakan hak-hak individu.”
c) Sosialisme: “Menjadikan perspektif kepentingan masyarakat saebagai suatu paham yang
diletakkan dalam ideologi, artinya seluruh masyarakat wajib disejahterakan oleh negara
atau yang dikenal dengan kosep welfare state.”
d) Kapitalisme: “Menitik beratkan kepada suatu pemahaman yang memberikan kebebasan
bagi setiap individu guna bisa menguasai sistem pereknomian dengan kemampuan modal
yang ia miliki.”

Pancasila sebagai dasar negara menjadi sebagai pedoman utama dalam negeri ini disamping
itu juga Pancasila menjadi sumber kaidah hukum yang utama dalam mengatur negara Republik
Indonesia, dimana dalamnya juga termasuk seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah
dan rakyat. Pancasila memiliki kedudukan seperti ini menjadikannya sebagai dasar pijakan
dalam penyelenggaraan negara maupun seluruh kehidupan negara Republik Indonesia. Pancasila
menjadi dasar negara juga memilki arti sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan
pemerintahan.
Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia tentunya ini
menjadi sebuah konskuensi yang sangat besar.. Artinya hal ini menempatkan Pancasila sebagai
dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bagi semua peraturan

25
perundang-undangan di negara Republik Indonesia harus bersumber pada Pancasila. Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwasannya Pancasila sangat
begitu terikat oleh suatu kekuatan yang begitu kuat secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan
secara formal, dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar
negara.
Pancasila tentunya memiliki beberapa fungsi yang sangat penting sebagai dasar negara, antara
lain
1) Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Sikap hidup yang diyakini kebenarannya bagi bangsa Indonesia bernama Pancasila. Pada
Pancasila nilai-nilai yang terkandung disetiap sila-silanya berasal dari budaya masyarakat bangsa
Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila menjadi sebuah inti dari nilai-nilai budaya
Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral dari bangsa Indonesia. Cita-cita
moral inilah memberikan sebuah pedoman, pegangan atau kekuatan rohaniah bagi bangsa
Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2) Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Setiap bangsa memiliki jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat
atau Jiwa Bangsa. Sejak jaman dahulu kala Pancasila ini telah ada sebagai jiwa Bangsa Indonesia
lahir yang bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia sendiri. Kehadira Pancasila juga
memberikan corak yang sangat khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang menjadi pembeda bagi bangsa Indonesia
dengan bangsa yang lain. Sangat kemungkinan bahwa setiap sila yang ada secara terlepas dari
yang lain bersifat universal ataupun umum, yang dimiliki juga oleh bangsa-bangsa lainnya di
dunia ini, akan tetapi kelima sila yang terdapat dalam Pancasila ini merupakan satu kesatuan
yang utuh dan saling berkesinambungan nilainya dari satu sila dengan sila lainnya yang tidak
terpisahkan, menjadikan hal itu menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
3) Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila ini muncul bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia dan menjadikan ciri
khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga hal ini menjadi
perbedaan yang mencolok dengan bangsa lain. Dalam Pancasila terkandung berbagai macam
nilai yang bisa dijadikan dasar dalam motivasi dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan hidup

26
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, untuk mencapai tujuan nasional, yaitu memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan berbangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pancasila juga
sebagai kaidah dan prinsip yang dipegang dalam pembangunan bangsa dan Negara agar dapat
berdiri dengan kokoh. Selain itu, pancasila merupakan identitas diri bangsa yang akan selalu
melekat pada di jiwa bangsa Indonesia. Pancasila diidealkan sebagai kepribadian bangsa
sepanjang masa, bukan hanya sebagai pegangan yang di gali dari masa lampau atau di jadikan
kepribadian bangsa yang hanya sesaat.
4) Pancasila sebagai Perjanjian Luhur

Artinya Pancasila merupakan sebuah pedoman atau jalan hidup bangsa ini yang telah
dirumuskan dan telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18 Agustus 1945
melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).
5) Pancasila sebagai sumber dari segala sumber tertib hukum 

Artinya bahwa Pancasila ini menjadi rujukan dan sumber utama untuk segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia atau tidak bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945,
kemudian dijabarkan lebih lanjut kedalam pokok-pokok pikiran, meliputi suasana kebatinan dari
UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum
positif-positif lainnya.
6) Pancasila sebagai cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia

Yaitu menjadikan masyarakat adil dan makmur yang sangatr merata secara materiil dan
spiritual berdasarkan Pancasila. Dalam persoalan ini akan diwujudkan oleh bangsa Indonesia
adalah masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik secara materiil maupun spiritual
berdasarkan Pancasila sebagai wadah NKRI yang merdeka.
7) Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia

27
Pancasila menjadi sarana yang penting dalam mempersatukan Bangsa Indonesia. karena
Pancasila berperan sebagai palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar, adil, bijaksana
dan tepat untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia.
8) Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia.
Ideologi bisa kita artikan sebagai Ilmu tentang ide ataupun gagasan yang bersifat
mendasar. Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya bagi suatu bangsa yang
meyakininya dan digunakan untuk mengatur masyarakatnya. Pancasila sebagai ideologi nasional
menggambarkan kumpulan nilai-nilai yang sangat diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia
dan digunakan untuk mengatur masyarakatmya. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila sebagai ikatan budaya( cultural bond) yang berkembang secara alami dalam kehidupan
masyarakat Indonesia tidak secara paksaan. Ideologi akan bertahan ataupun pudar secara
perlahan dalam menghadapi perubahan masyarakat yang terjadi dan sangat tergantung dari daya
tahan dari ideologi itu. 
2.3.2. Latar Belakang Urgensi Pendidikan Pancasila

Begitu banyak tantangan yang dating kepada Pancasila sebagai ideologi negara. Dan saat ini
globalisasi adalah salah satu tantangan yang paling dominan yang harus dihadapi. Era saling
terbukanya antara masyarakat suatu bangsa dengan masyarakat bangsa yang lain mesikpun
berada di tempat yang berbeda membuat masyarakat dunia saat ini menjadi lebih terbuka, itulah
gambaran kondisi dari era globalisasi itu sendiri. Dengan demikian, kebudayaan global menjadi
terbentuk karena adanya pertemuan dari beragam kepentingan yang mendekatkan masyarakat
dunia. Sastrapratedja menjelaskan beberapa karakteristik kebudayaan global sebagai berikut:
a) Setiap bangsa dan kebudayaan akan menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh timbal balik
yang terjadi.
b) Adanya pengakuan akan sebuah identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam berbagai
kelompok dengan pluralisme etnis dan religius.
c) Menjadikan masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda akan saling
bekerjasama dan bersaing sehingga tidak ada satu pun ideologi yang dominan.
d) Kebudayaan global merupakan sesuatu yang kekhasan tersendiri secara utuh, tetapi hal ini
tetap saja bersifat plural dan heterogen.

28
e) Nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi nilai-nilai yang
dihayati secara bersama-sama, tetapi dengan interpretasi yang berbeda-beda.

Fase-fase perkembangan globalisasi itu adalah sebagai berikut:


a) Fase embrio:

Fase ini terjadi di Eropa pada abad ke-15 sampai abad ke-18 dengan ditandai munculnya
komunitas nasional dan runtuhnya sistem transnasional dari Abad Tengah.
b) Fase pertumbuhan:

Fase ini meliputi abad ke-18 dimana fasae ini dicirikan dengan terjadinya pergeseran kepada
gagasan negara kesatuan, kristalisasi konsep hubungan internasional, dan standarisasi konsep
kewarganegaraan.
c) Fase take off

Fase ini berlangsung dari 1870 sampai pertengahan 1920 dimana ditandai dengan diterimanya
konsep-konsep baru mengenai negara kebangsaan, identitas dan kepribadian Nasional, dan mulai
masuknya negara-negara non- Eropa ke dalam masyarakat Internasional.
d) Fase perjuangan

Hegemoni yang telah dimulai sejak 1920 sampai dengan pertengahan 1960 yang ditandai
dengan meningkatnya berbagai konflik internasional dan ideologis, seperti kapitalisme,
sosialisme, fasisme, dan nazisme, dan jatuhnya bom atom yang memunculkan pemikiran tentang
masa depan manusia yang diikuti terbentuknya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
e) Fase ketidakpastian:

Fase ini berlangsung dari 1960--1990 ditandai dengan munculnya berbagai gagasan dunia
ketiga, proliferasi nuklir, konsepsi individu menjadi lebih kompleks, hak-hak kewarganegaraan
semakin tegas dirumuskan, dan berkembangnya media global yang semakin canggih.
f) Fase kebudayaan global:
Fase ini muncul karena adanya perubahan radikal di Eropa Timur dan Uni Soviet (dimana
runtuhnya dominasi komunisme di beberapa negara), dan berakhirnya perang dingin, juga
melemahnya konfrontasi ideologi.

29
Disisi lain itu pemahaman tentang Urgensi Pendidikan Pancasila pada Mata kuliah Pendidikan
Pancasila sangat penting untuk diberikan, karena adanya kesadaran akan perlunya pendidikan
yang berkesinambungan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dengan harapan,
setiap anak memiliki pemahaman yang semakin mendalam akan nilai-nilai Pancasila, generasi
muda dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, Pendidikan Pancasila juga
dihadirkan karena telah terjadi kemerosotan penghayatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, baik individual maupun kolektif sebagai bangsa pada kenyatannya. Dengan kata lain,
mata kuliah ini dimunculkan karena timbulnya sebuah kesenjangan antara kata/pengetahuan dan
perbuatan/tingkah laku.

30
Pendidikan Pancasila dimaksudkan agar kesadaran akan semakin berkembangnya arus
ideologi asing, khususnya kapitalisme dan neoliberalisme, yang berkat sayap raksasa globalisasi
menggempur seluruh pelosok Indonesia tanpa henti setiap waktunya. Materialisme, hedonisme,
konsumtivisme, serta gaya hidup yang tidak sepatutnya diterapkan bagi masyarakat kita kini
justru perlahan terbentuk telah ada dan sedang menerjang sudut-sudut terpencil Indonesia. Nilai-
nilai asing ini yang tentunya sangat digandrungi baik dari remaja maupun kaum muda itu
dikhawatirkan akan membuat pemahaman mereka dan penerapan mereka dalam kehidupan
sehari-harinya semakin melunturkan nilai-nilai Pancasila. Sebab itu dirasakan pendidikan
Pancasila sebagai suatu keharusan.

Adanya pendidikan Pancasila ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar akan
Pancasila. Tidak kita sadari, sering Pancasila yang diajarkan akan Pancasila yang tidak benar,
yang merupakan bentuk tersamar dari ideologi yang justru bertentangan dengan pemahaman
Pancasila yang aslinya. Oleh sebab itu, Pancasila yang diajarkan pada Pendidikan Pancasila
merupakan Pancasila yang dapat dipertanggungjawabkan secara juridis-konstitusional dan
obyektif-ilmiah. Secara yuridiskonstitusional Pancasila merupakan dasar Negara yang dimana
menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Secara obyektif-ilmiahpun
Pancasila adalah paham filsafat yang bisa diuraikan dan diterima secara rasional. UU No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang ditertuang dalam PP No.19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan kurikulum tingkat Satuan Perguruan Tinggi
wajib memuat mata kuliah pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa
Indonesia serta bahasa Inggris. Pendidikan kewarganegaraan tersebut memuat pemahaman dalam
pendidikan Pancasila sebagai landasan pengenalan mahasiswa terhadap ideologi negara.

2.4. Menggali Sumber Historis, Sosiologi, Politik, Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila adalah salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan
manapun. Pendidikan pancasila merupakan mata pelajaran yang memuat materi pembelajran
yang ber-hubungan dengan nilai-nilai yang ada didalam Pancasila. Pendidikan Pancasila itu
sering dikaitkan dengan penanaman moral, akhlak, karakter peserta didik. Selain itu pendidikan
pancasila juga berkaitan dengan Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila.
Hal ini juga ditunjukkan dengan tujuan dari mata pelajaran pendidikan Pancasila yaitu
membentuk setiap insan menjadi warga negara yang baik, taat terhadap hukum dan mentaati

31
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menjadi
tolak ukur maju atau tidaknya suatu bangsa, pendidikan sekarang menjadi kebutuhan yang sangat
penting untuk mengikuti perkembangan suatu zaman pada negara tersebut . Perkembangan
teknologi yang semakin pesat diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena
dapat mempermudah pelaksanaan pembelajaran.Oleh karena itu, media pembelajaran memiliki
peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran juga merupakan
sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang bersangkutan dengan indra
penglihatan dan pendengaran seseorang.
Di dalam pendidikan Pancasila terkandung banyak nilai- nilai yang terkandung di mana dari
keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa
negara. Perjuangan atas memperebutkan kemerdekaan tak juga lepas dari nilai Pancasila. Sejak
zaman penjajahan hingga sampai sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan
Pancasila tersebut. Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku,
bangsa, budaya dan agama. Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.
Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan
semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia
tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar
kebudayaan yang menyatukan budaya satu dengan yang lain. Pancasila menjadi inspirasi
berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia
Implikasinya, pengetahuan materi perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah
amat sangat penting dan tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di masa
yang akan datang. Melalui pendekatan historis ini, mahasiswa diharapkan agar dapat mengambil
pelajaran atau hikmah dari berbagai peristiwa sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah
bangsa-bangsa lain. Dengan pendekatan historis, Kita diharapkan akan memperoleh inspirasi
untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa yang sesuai dengan program studinya masing-
masing. Selain itu, Kita juga dapat berperan secara aktif dan efektif dalam berbagai kehidupan
berbangsa dan bernegara, serta dapat berusaha menghindari perilaku yang bernuansa mengulangi
kembali kesalahan sejarah.
Dari Pidato Presiden Soekarno dalam peristiwa sejarah nasional, banyak hikmah yang dapat
kita ambil, misalnya mengapa bangsa Indonesia sebelum masa pergerakan nasional selalu
mengalami kekalahan dari penjajah? Jawabannya antara lain yaitu karena perjuangan pada masa

32
itu masih bersifat kedaerahan atau kurang adanya persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah
dalam penguasaan IPTEK termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini berarti bahwasanya
apabila integrasi 27 diselenggarakan dan sebaiknya diselenggarakan sebagai mata kuliah yang
berdiri sendiri dan harus dimuat dalam kurikulum masing-masing perguruan tinggiyang ada.
Dengan demikian, keberadaan mata kuliah pendidikan Pancasila merupakan kehendak negara,
bukan kehendak perseorangan atau golongan, demi terwujudnya tujuan bernegara.
Kita dipersilakan untuk mendiskusikan dengan kelompok mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. mencari dari berbagai sumber tentang alasan pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk
negara Indonesia.
2. menemukan alasan mengapa pendidikan Pancasila harus dilaksanakan di perguruan tinggi.
3. menunjukkan apa yang akan terjadi apabila pendidikan Pancasila tidak ada dalam dunia
pendidikan Indonesia.

Kemudian kita diminta untuk melaporkan secara tertulis untuk diserahkan kepada dosen mata
pelajara tersebut.Untu menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pendidikan Pancasila
Dilihat dari segi objek materil, pengayaan materi atau substansi mata kuliah pendidikan
Pancasila dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan historis,
sosiologis, dan politik. Sementara, dilihat dari segi objek formil, pengayaan materi mata kuliah
pendidikan Pancasila dilakukan dengan pendekatan ilmiah, filosofis, dan ideologis. Materi
perkuliahan ini dikembangkan dari fenomena sosial untuk dikaji dan ditemukan solusinya yang
rasional dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Pancasila oleh mahasiswa. Dengan
demikian, kesadaran sosial seluruh mahasiswa turut serta dalam memecahkan permasalahan
sosial.
Hal ini akan terus bertumbuh melalui mata kuliah pendidikan Pancasila. Pada gilirannya,
mahasiswa akan memiliki argumentasi bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila itu bermakna
sangat penting dalam sistem pendidikan tinggi di tanah air.
Sumber Historis Pendidikan Pancasila Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-
kali meninggalkan sejarah.” Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai
fungsi yang sangat penting dalam membangun kehidupan bangsa dengan lebih bijaksana di masa
yang akan datang . Hal tersebut sejalan dengan ungkapan seorang filsuf Yunani yang bernama
Cicero (106-43SM) yang mengungkapkan, “Historia Vitae 28 Magistra”, yang bermakna,

33
“Sejarah memberikan kearifan”. Pengertian lain dari istilah tersebut yang sudah menjadi
pendapat umum (common-sense) adalah “Sejarah merupakan guru kehidupan”. Implikasinya,
pengayaan materi perkuliahan Pancasila melalui pendekatan historis adalah amat penting dan
tidak boleh dianggap remeh guna mewujudkan kejayaan bangsa di kemudian hari.
Hal ini berarti bahwa apabila integrasi 29 bangsa lemah dan penguasaan IPTEK lemah, maka
bangsa Indonesia dapat kembali terjajah atau setidak-tidaknya daya saing bangsa melemah.
Implikasi dari pendekatan historis ini adalah meningkatkan motivasi kejuangan bangsa dan
meningkatkan motivasi belajar agar kita mampu dalam menguasai IPTEK sesuai dengan prodi
masing-masing.
Nilai-nilai pendidikan Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan terdahulu. Misalnya, sila
Ketuhanan yaitu sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang sangat
beranekaragam macamnya,akan tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui oleh
semua warga negara indonesa. Dalam Encyclopedia of Philosophy disebutkan bahwa beberapa
unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada 65 kekuatan supranatural, perbedaan
antara yang sakral dan yang profan, tindakan yang ritual pada objek sakral, sembahyang atau
doa sebagai bentuk komunikasi antara manusia dengan Tuhan, takjub sebagai perasaan khas
keagamaan masing- masing , tuntunan moral yang diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia
dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama dan seiman.
Adapun pendapat lain secara historis, pendidikan pancasila dalam arti substansi telah dimulai
jauh sebelum Indonesia diproklamasikan sebagai negara merdeka. Dalam sejarah kebangsaan
Indonesia, berdirinya organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 disepakati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional karena pada saat itulah dalam diri bangsa Indonesia mulai tumbuh kesadaran sebagai
bangsa walaupun belum menamakan Indonesia. Setelah berdirinya Boedi Oetomo, berdiri pula
juga organisasi organisasi pergerakan kebangsaan lain seperti Syarikat Islam, Muhammadiyah,
Indische Party, PSII, PKI, NU, dan organisasi lainnya yang tujuan akhirnya ingin melepaskan
diri dari penjajahan Belanda. Pada tahun 1928, para pemuda yang berasal dari wilayah Nusantara
berikrar menyatakan diri sebagai bangsa Indonesia, bertanah air, dan berbahasa persatuan
bahasa Indonesia.
Pada tahun 1930-an, organisasi kebangsaan indonesia baik yang berjuang secara terang-
terangan maupun diam-diam, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sekalipun tumbuh

34
bagaikan jamur di musim hujan. Secara umum, organisasi- organisasi tersebut bergerak dan
bertujuan untuk membangun rasa kebangsaan dan mencita-citakan Indonesia agar merdeka.
Indonesia sebagai negara yang merdeka yang dicita-citakan adalah negara yang mandiri yang
terlepas dari penjajahan dan ketergantungan terhadap kekuatan negara asing. Inilah cita-cita
yang dapat dikaji dari karya para Pendiri Negara-Bangsa (Soekarno dan Hatta). Pada akhirnya
Indonesia merdeka setelah melalui banyak sekali perjuangan panjang, pengorbanan jiwa dan
raga semua orang , pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dan Hatta, dengan atas nama
bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia menyatakan
kemerdekaan, melepaskan diri dari para penjajahan negara asing , bangsa Indonesia masih harus
banyak berjuang mempertahankan kemerdekaan karena nyatanya penjajah negara lain belum
mengakui kemerdekaan dan belum sepenuhnya ikhlas melepaskan Indonesia sebagai wilayah
jajahannya.
Oleh karena itu,saat periode pasca kemerdekaan Indonesia, tahun 1945 pada sampai saat ini,
bangsa Indonesia telah berusaha mengisi perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui
berbagai cara yang mereka lakukan, baik perjuangan secara fisik maupun diplomatis.
Perjuangan saat mencapai kemerdekaan dari penjajah telah selesai, namun tantangan untuk
menjaga dan mempertahankan kemerdekaan indonesia yang hakiki belumlah selesai. Prof. Nina
Lubis (2008), seorang sejarawan menyatakan bahwa, “... dahulu, musuh itu sangat jelas: penjajah
yang tidak memberikan ruang untuk mendapatkan keadilan, kemanusiaan, yang sama bagi
warga negara. Kini, musuh bukan dari luar, akantetapi dari dalam negeri sendiri yaitu : korupsi
yang merajalela, ketidakadilandalam bentuk apapun , pelanggaran HAM, kemiskinan,
ketidakmerataan ekonomi, penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat
orang lain, suap-menyuap, dll.” Dari penyataan tersebut tampak bahwa proses perjuangan untuk
menjaga eksistensi negara-bangsa, mencapai tujuan nasional sesuai cita-cita para pendiri
negara-bangsa belumlah selesai bahkan masih sangat panjang.
Oleh karena itu, diperlukan adanya proses pendidikan atau pembelajaran bagi warga negara
yang dapat memelihara semangat perjuangan kemerdekaan indonesia, rasa kebangsaan, dan
cinta tanah air. Pendidikan pancaila pada saat permulaan atau awal kemerdekaan lebih banyak
dilakukan pada tataran sosial kultural dan dilakukan oleh semua para pemimpin negara- bangsa.
Dalam pidato-pidatonya, para pemimpin mengajak seluruh rakyat untuk mencintai tanah air dan
bangsa Indonesia. Seluruh pemimpin bangsa membakar menyemngatkan rakyat indonesia untuk

35
mengusir penjajah yang hendak kembali menguasai dan menduduki Indonesia yang telah
dinyatakan merdeka. Pidato-pidato dan ceramah-ceramah yang dilakukan oleh para pejuang,
serta kyai-kyai di pondok pesantren yang mengajak umat untuk erus berjuang mempertahankan
tanah air merupakan Pendidikan pancasila dalam dimensi sosial kultural.
Inilah sumber Pendidikan pancasila dari aspek sosiologis. Pendidikan panasia dalam dimensi
sosiologis sangat diperlukan oleh masyarakat indonsia dan akhirnya negara-bangsa untuk
menjaga, memelihara, dan mempertahankan eksistensi negara-bangsa. Upaya pendidikan
pancaila pasca kemerdekaan tahun 1945 belum dilaksanakan di sekolah-sekolah sehingga
terbitnya buku Civics pertama di Indonesia yang berjudul Manusia dan Masjarakat Baru
Indonesia yang disusun bersama oleh Mr. Soepardo, Mr. M. Hoetaoeroek, Soeroyo Warsid,
Soemardjo, Chalid Rasjidi, Soekarno, dan Mr. J.C.T. Simorangkir.
Pada cetakan kedua, Menteri Pendidikan indonesia , Pengajaran dan Kebudajaan, Prijono
dalam sambutannya menyatakan bahwanya setelah keluarnya dekrit Presiden kembali kepada
UUD 1945 sudah sewajarnya agar dilakukan pembaharuan pendidikan nasional. Tim Penulis
diberi tugas untuk membuat buku pedoman yang berkaitan mengenai kewajiban-kewajiban dan
hak- hak warga negara Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi Kemerdekaan
Republik Indonesia. Menurut Prijono, buku Manusia dan Masjarakat Baru Indonesia identik
dengan istilah “Staatsburgerkunde” (Jerman), “Civics” (Inggris), atau “Kewarganegaraan”
(Indonesia).
Secara politis, pendidikan pancasila itu mulai dikenal dalam pendidikan sekolah yang
dapat digali dari dokumen kurikulum sejak tahun 1957 sebagaimana dapat diidentifikasi dari
pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama mulai dikenal istilah:
(1) Kewarganegaraan (1957);
(2) Civics (1962); dan
(3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968).
Pada masa awal Orde Lama sekitar tahun 1957, isi mata pelajaran pancasila membahas
tentang bagaimana cara pemerolehan dan kehilangan kewarganegaraan, sedangkan dalam Civics
(1961) lebih banyak membahas tentang bagaimna sejarah Kebangkitan Nasional, UUD, pidato-
pidato politik kenegaraan yang terutama diarahkan untuk "nation and character building” bangsa
Indonesia.

36
Bagaimana sumber politis pendidikan pancasila pada saat Indonesia saat memasuki era
baru, yang disebut Orde Baru? Pada awal pemerintahan Orde Baru, Kurikulum sekolah yang
berlaku itu dinamakan Kurikulum 1968. Dalam kurikulum tersebut di dalamnya tercantum
berbagai mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam mata pelajaran tersebut materi
maupun metode yang bersifat indoktrinatif dihilangkan dan diubah dengan materi dan metode
pembelajaran baru yang dikelompokkan menjadi Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila,
sebagaimana tertera dalam Kurikulum Sekolah Dasar (SD) 1968 sebagai berikut.“Kelompok
Pembinaan Jiwa Pancasila ialah Kelompok segi pendidikan yang terutama ditunjukan kepada
pembentukan mental dan moral Pancasila serta pengembangan manusia yang sehat dan kuat
fisiknya dalam rangka pembinaan Bangsa. Sebagai alat yang formil dipergunakan segi
pendidikan-pendidikan: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan Negara, pendidikan Bahasa
Indonesia, Bahasa Daerah dan Olahraga.Pendidikan Agama diberikan secara intensif sejak dari
kelas I sampai kelas VI dan tidak dapat diganti pendidikan budi pekerti saja.
Begitu pula, Pendidikan Kewargaan Negara, yang mencakup semua pembelajaran sejarah
Indonesia, Ilmu Bumi, dan Pengetahuan Kewargaan Negara, selama masa pendidikan yang
enam tahun itu diberikan terus menerus. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia kelompok ini
mendapat tempat yang penting sekali, sebagai alat pembinadengan caraberpikir dan kesadaran
nasional. Sedangkan Bahasa Daerah digunakan sebagai langkah pertama bagi sekolah-sekolah
yang menggunakan bahasa tersebut sebagai bahasa pengantar sampai kelas III dalam membina
jiwa dan moral Pancasila. Olahraga yang berfungsi sebagai pembentukan manusia Indonesia
yang sehat rohani dan jasmaninya diberikan secara teratur semenjak anak-anak menduduki
bangku sekolah." Bagaimana dengan Kurikulum Sekolah Menengah? Dalam Kurikulum 1968
untuk jenjang SMA, mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara termasuk dalam sekelompok
pembina Jiwa Pancasila bersama Pendidikan Agama, bahasa Indonesia dan Pendidikan Olah
Raga. Mata pelajaran Kewargaan Negara di SMA berintikan:
(1) Pancasila dan UUD 1945;
(2) Ketetapan-ketetapan MPRS 1966 dan selanjutnya; dan
(3) Pengetahuan umum tentang PBB.
Dalam Kurikulum 1968, mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang wajib
untuk SMA. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan korelasi, artinya mata
pelajaran Pendidikan pancasila dikorelasikan dengan mata pelajaran lain, seperti Sejarah

37
Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, Hak Asasi Manusia, dan Ekonomi, sehingga mata pelajaran
Pendidikan kewargaan Negara menjadi lebih hidup, menantang, dan bermakna. Oleh karena itu,
Kurikulum Sekolah tahun l968 akhirnya mengalami perubahan menjadi Kurikulum Sekolah
Tahun 1975. Nama mata pelajaran pun berubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila dengan
kajian materi secara khusus yakni menyangkut Pancasila dan UUD 1945 yang dipisahkan dari
mata pelajaran sejarah, ilmu bumi, dan ekonomi.
Hal-hal yang menyangkut Pancasila dan UUD 1945 berdiri sendiri dengan nama yaitu
Pendidikan Moral Pancasila (PMP), sedangkan gabungan mata pelajaran Sejarah, Ilmu Bumi
dan Ekonomi menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (lPS). Pada masa pemerintahan
Orde Baru, mata pelajaran PMP ditujukan untuk membentuk manusia yang Pancasilais. Tujuan
ini bukan hanya tanggung jawab atau mata pelajaran PMP semata. Sesuai dengan Ketetapan
MPR, Pemerintah telah menyatakan bahwa P4 bertujuan membentuk Manusia Indonesia yang
Pancasilais. Pada saat itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) telah
mengeluarkan Penjelasan Ringkas tentang Pendidikan Moral Pancasila (Depdikbud, 1982), dan
mengemukakan beberapa hal penting sebagai berikut.“Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
secara konstitusionalini mulai dikenal dengan adanya TAP MPR No. lV/MPR/1973 tentang
Garis-garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Dengan adanya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Paneasila (P4), maka materi PMP didasarkan
pada misi P4 tersebut.
Oleh sebab itu, TAP MPR No. II/ MPR/1978 merupakan penuntun dan penganan hidup
bagi sikap dan tingkah laku setiap manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat serta
bernegara. Selanjutnya TAP MPR No. II/MPR?1978 dijadikanlah sumber, tempat berpijak, isi,
dan evaluasi PMP. Dengan demikian, hakikat pembelajaran PMP tiada lain adalah pelaksanaan
P4 melalui jalur pendidikan formal. Di samping itu juga pelaksanaan pe,melajaran PMP di
sekolah-sekolah, di dalam masyarakat umum giat diadakan usaha pemasyarakatan P4 lewat
berbagai penataran. “... dalam rangka menyesuaikan Kurikulum 1975 dengan P4 dan GBHN
1978, ... mengusahakan adanya buku pegangan bagi murid dan guru Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ... usaha itu yang telah
menghasilkan Buku Paket pembelajaran PMP...." Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwanya :

38
(l) P4 merupakan sumber dan tempat berpijak, baik isi maupun cara evaluasi maupun mata
pelajaran PMP melalui pembakuan kurikulum 1975;
(2) melalui Buku Paket PMP untuk semua jenjang pendidikan di sekolah apapun maka Buku
Pedoman Pendidikan Kewargaan Negara yang berjudul Manusia dan Masyarakat Baru
lndonesia (Civics) dinyatakan tidak berlaku lagi; dan
(3) bahwa P4 tidak hanya diberlakukan untuk sekolah-sekolah akan tetapi juga untuk
masyarakat pada umumnya melalui berbagai penataran P4 itu sendiri . Sesuai dengan
perkembangan iptek dan tuntutan serta kebutuhan masyarakat, kurikulum yang terdapat di
sekolah mengalami perubahan menjadi Kurikulum 1994.
Selanjutnya nama mata pelajaran PMP pun mengalami perubahan yang sangat segnifikan
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang terutama didasarkan pada
ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pada ayat 2 undang- undang tersebut dikemukakan bahwanya isi
kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat brbagai jenis yaitu:
(1) Pendidikan Pancasila;
(2) Pendidikan Agama; dan
(3) Pendidikan Kewarganegaraan.
Pasca Orde Baru sampai saat ini, nama mata pelajaran pendidikan pancasil kembali
mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat bisa diidentifikasi dari dokumen mata pelajaran
PKn (2006) menjadi mata pelajaran PPKn (2013). Sebagaimana telah diuraikan secara jelas di
atas, bahwanya secara historis, pendidikan pancasila Indonesia senantiasa mengalami perubahan
baik istilah maupun substansi sesuai dengan perkembangan yag memuat peraturan perundangan,
iptek, perubahan masyarakat, dan tantangan global. Secara sosiologis, Pendidikan pancasila
Indonesia sudah sewajarnya mengalami perubahan mengikuti perubahan yang terjadi di
masyarakat. Secara politis, Pendidikan pancasila Indonesia akan terus mengalami perubahan
sejalan dengan perubahan sistem ketatanegaraan dan pemerintahan, terutama perubahan
konstitusi.

39
2.5. Dinamika dan Tantangan Pendidikan Pancasila
2.5.1. Dinamika Pendidikan Pancasila.

Seperti diketahui, bahwa Pendidikan Pancasila pengimplementasiannya mengalami pasang surut. Jika
diselidiki secara historis, usaha dalam rangka pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut
sudah secara konsisten dilaksanakan sejak awal kemerdekaan hingga sekarang. Tetapi, bentuk dan
intensitasnya berubah dari zaman ke zaman. Pembudayaan nilai-nilai tersebut dilaksanakan pada awal
kemerdekaan, yakni berupa bentuk pidato-pidato para tokoh bangsa dalam rapat-rapat besar yang disiarkan
melalui radio dan surat kabar. Kemudian, pada 1 juli 1947 telah diterbitkan sebuah buku yang di dalamnya
berisikan pidato Bung Karno tentang lahirnya Pancasila, di dalam buku tersebut juga memuat kata
pengantar dari Dr. K.R.T. Radjiman Wedyo-diningrat yang sebelumnya diketahui bahwa beliau menjadi
Kaitjoo (ketua) Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan).

Perubahan yang signifikan terlihat dalam metode pembudayaan/ Pendidikan Pancasila yaitu
setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Departemen P dan K menerbitkan buku, yang berjudul
Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia. Tujuan diterbitkannya buku tersebut yaitu dengan
maksud untuk membentuk manusia Indonesia baru yang patriotik melalui pendidikan. Selain itu,
diterbitkan juga sebuah buku yang berjudul “Penetapan Tudjuh Bahan-bahan Pokok
Indokrinasi”, tahun 1961, yang diterbitkan oleh CV. Dua-R, ditambahkan dengan kata pengantar
dari Presiden Republik Indonesia. Sepertinya buku tersebut lebih ditujukan kepada masyarakat
umum dan aparatur negara.
Tidak lama setelah lahirnya ketetapan MPR RI, nomor II/MPR/1978, tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4) atau yang sering disebut dengan Ekaprasetia
Pancakarsa. Kemudian P-4 dijadikan sebagai salah satu sumber materi pokok Pendidikan
Pancasila. “Pendidikan Pancasila” termasuk mengajarkan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4), sesuai dengan TAP MPR RI nomor II/MPR/1988 tentang GBHN.
Dalam rangka menggenapkan perkulihan Pendidikan Pancasila yang tergolong ke dalam
mata kuliah dasar umum di perguruan tinggi, Dirjen Dikti telah menerbitkan SK nomor
25/DIKTI/ KEP/1983, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah Dasar Umum
(MKDU). Sebelumnya, Dirjen Dikti sudah mengeluarkan SK pada tanggal 5 Desember 1983,
Nomor 86/DIKTI/Kep/1983, tentang Pelaksanaan Penataran Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila Pola seratus jam di perguruan tinggi. Dan kemudian disempurnakan
dengan SK Kepala BP-7 pusat tanggal 2 Januari 1984, Nomor Kep/01/BP-7/I/1984, tentang

40
Penataran P-4 Pola Pendukung seratus jam bagi Mahasiswa Baru Universitas/Institut/Akademi
Negeri dan Swasta, kemudian disusul dengan diterbitkannya SK tanggal 13 April 1984, No.
KEP-24/BP-7/IV/1984, tentang Pedoman Penyusunan Materi Khusus sesuai Bidang ilmu dan
dikepalai oleh Fakultas/Akademi dalam Rangka Penyelenggaraan Penataran P-4 Pola Pendukung
100 jam bagi setiap Mahasiswa Baru Universitas/Institut/Akademi/Negeri dan Swasta.
Akibat yang timbul dari beberapa kebijakan pemerintah mengenai pelaksanaan penataan
P-4, ada beberapa perguruan tinggi terutama perguruan tinggi swasta yang tidak bisa
melaksanakan penataan P-4 100 jam sehingga tetap melaksanakan mata kuliah Pendidikan
Pancasila dibarengi dengan atau tanpa penataran P-4 pola 45 jam. Sedangkan di pihak lain,
terdapat pula beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta yang melaksanakan penataan P-4
pola 100 jam dan berbarengan dengan itu juga melaksanakan mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, diterbitkan Instruksi Direktur Jenderal
Perguruan Tinggi, Nomor 1 Tahun 1967, tentang Pedoman Penyusun Daftar Perkuliahan,
sebagai landasan yuridis bagi keberadaan mata kuliah Pancasila di Perguruan Tinggi.
Keberadaan mata kuliah Pancasila semakin diperkuat dengan berlakunya Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada pasal
39 ditetapkan bahwa kurikulum pendidikan tinggi hendaklah berisi mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Kemudian, diterbitkan pula peraturan pelaksanaan dari ketentuan yuridis tersebut
yakni khususnya pada Pasal 13 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal 1 SK Dirjen Dikti nomor 467/Dikti/ Kep/1999
substansinya menentukan bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah yang
harus ditempuh oleh semua mahasiswa baik program diploma maupun program sarjana. Pada
tahun 2000, Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat keberadaan dan
menyempurnakan pelaksanaan mata kuliah Pendidikan Pancasila, yaitu:
1) Mencetuskan SK Dirjen Dikti, Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi.
2) SK Dirjen Dikti, Nomor 265/Dikti/2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum dasar Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadiaan (MKPK).
Setelah itu, Dirjen Dikti mencetuskan SK Dirjen Dikti, Nomor 38/Dikti/Kep/2002,
tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Berbarengan dengan terjadinya peristiwa reformasi pada 1998, terbitlah

41
Ketetapan MPR, Nomor XVIII/MPR, tentang Pencabutan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa). Semenjak
itu tidak lagi dilaksanakan Penataran P-4.
Dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,
langkah pembudayaan pancasila melalui pendidikan menjadi berkurang. Dalam undang-undang
tersebut Pendidikan Pancasila tidak diakui sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi
sehingga beberapa universitas menyatukannya dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan. Hasil
survei Direktorat Pendidikan Tinggi 2004 yang diselenggarakan di 81 perguruan tinggi negeri
menunjukkan kondisi yang memprihatinkan, yaitu Pancasila tidak lagi tercatat dalam kurikulum
mayoritas perguruan tinggi. Kenyataan tersebut sangat memprihatinkan karena perguruan tinggi
adalah tempat pembinaan calon-calon pemimpin bangsa dikemudian hari. Tetapi, masih ada
beberapa perguruan tinggi negeri yang tetap mempertahankan mata kuliah Pendidikan Pancasila,
salah satunya yaitu Universitas Gajah Mada (UGM).
Dalam rangka mengintensifkan kembali pembudayaan nilai-nilai Pancasila kepada
generasi penerus bangsa lewat jalur pendidikan tinggi, pencinta negara proklamasi, baik elemen
masyarakat, pendidikan tinggi, maupun instansi pemerintah, melaksanakan berbagai langkah,
antara lain yaitu mengadakan seminar-seminar yang membahas mengenai pentingnya
membudayakan Pancasila melalui pendidikan, khususnya melalui Pendidikan Pancasila. Di
beberapa kementerian, khususnya di Kementrian Pendidikan Nasional menyelenggarakan
seminar-seminar dan salah satu hasilnya adalah terbitnya Surat Edaran Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Nomor 941/E/T/2011, pada tanggal 30 juni 2011, tentang penyelenggaraan
Pendidikan Pancasila sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Dalam surat edaran tersebut,
Dirjen Dikti menganjurkan agar Pendidikan Pancasila diselenggarakan di perguruan tinggi
minimal 2 (dua) SKS secara terpisah, atau diselenggarakan bersama dengan mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan dengan nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
dengan bobot minimal 3 (tiga) SKS.
Keberadaan mata kuliah Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi diperkuat dalam pasal
35 dan pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 2012, tentang Pendidikan
Tinggi, yang menetapkan ketentuan bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila harus dianut dalam
kurikulum perguruan tinggi yaitu sebagai berikut:

42
1) Pasal 2 menuturkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila, Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka
Tunggal Ika.
2) Pasal 35 ayat (3) menetapkan bahwa kurikulum pendidikan tinggi harus menganut mata kuliah
Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.
Dengan demikian, penyusun undang-undang menginginkan agar mata kuliah Pendidikan
Pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah wajib yang ada di perguruan tinggi.
2.5.2. Tantangan Pendidikan Pancasila

Abdulgani menyebutkan bahwa Pancasila ialah leitmotive dan leitstar, yakni dorongan pokok
dan bintang penunjuk jalan. Kekuasaan negara akan menyeleweng tanpa adanya leitmotive dan
leitstar Pancasila ini. Oleh karena itu, berbagai bentuk penyelewengan itu harus dibendung
dengan cara mengutamakan Pancasila sebagai dasar filsafat dan dasar moral. Nilai-nilai
Pancasila harus diarahkan kepada seluruh mahasiswa melalui mata kuliah pendidikan Pancasila,
agar Pancasila menjadi dorongan pokok dan bintang penunjuk jalan bagi generasi penerus
pemangku estafet kepemimpinan nasional.
Tantangannya adalah menentukan bentuk dan format agar mata kuliah pendidikan
Pancasila dapat dilaksanakan di berbagai program studi dengan menarik dan efektif. Tantangan
ini dapat bersumber dari internal perguruan tinggi, misalnya faktor ketersediaan sumber daya,
dan spesialisasi program studi yang makin tajam (yang menimbulkan rasa kurang tertarik
sebagian mahasiswa terhadap pendidikan Pancasila). Adapun tantangan yang bersifat eksternal,
antara lain adalah krisis keteladanan dari para elite politik dan ramainya gaya hidup hedonistik di
dalam masyarakat.
Tantangan yang sedang dialami dalam proses pembelajaran pendidikan pancasila pada
era revolusi saat ini ialah peserta didik yang tidak bisa terlepas dari ponsel pintar, saat ini mereka
dengan gampangnya memperoleh informasi dari luar melalui internet yang terkadang informasi
tersebut tidak selaras dengan nilai-nilai pancasila. Tetapi hal tersebut juga bisa diatasi dengan
cara memanfaatkan perkembangan informasi serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
menjadi sarana dalam penumbuhan dan penguatan Pancasila di era revolusi. Guru dan dosen
diminta agar dapat lebih kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran pendidikan
Pancasila melalui media pembelajaran, seperti membuat game serta film animasi yang

43
mangajarkan nilai-nilai Pancasila dan sekaligus dapat juga membangun karakter peserta didik.
Nilai nilai Pancasila harus ditancapkan kepada para mahasiswa lewat mata kuliah Pendidikan
Pancasila, agar Pancasila menjadi pendorong dan ajaran bagi generasi penerus pemangku estafet
kepemimpinan nasional
Adapun tantangan Pendidikan Pancasila yang dihadapi di perguruan tinggi yaitu
menentukan bentuk dengan format pembelajarannya agar mata kuliah Pendidikan Pancasila
dapat dilaksanakan di berbagai program studi dengan menarik dan efektif. Tantangan ini bisa
bersumber dari internal perguruan tinggi, yaitu berupa sumber daya manusia (dosen) yang bisa
mengupas materi Pendidikan Pancasila yang berhubungan dengan program studi yang dipilih
oleh mahasiswa. Disamping itu, ada pula pimpinan perguruan tinggi yang memandang mata
kuliah Pendidikan Pancasila tidak dibutuhkan karena tidak berkaitan dengan ekonomi (product
oriented) yang selama ini dihubungkan dengan penelitian yang dikembangkan di perguruan
tinggi. Sedangkan tantangan yang bersifat eksternal antara lain ialah karena nilai-nilai Pancasila
itu tidak diselenggarakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara yang menjadi sebab krisis
ekonomi tahun 1998 bahkan pada waktu terjadinya krisis ekonomi tersebut mahasiswa Program
Studi Ilmu Politik Universitas Andalas Padang tahun ajaran 1998/1999 menolak adanya mata
kuliah Pendidikan Pancasila karena terjadinya krisis ekonomi itu adalah pada saat bangsa
Indonesia mempunyai dasar negara Pancasila. Pada saat itu penulis menjelaskan bahwa Pancasila
diibaratkan sebagai rumah mewah yang berisi perabot yang ada di dalam rumah itu dirusak oleh
tikus-tikus yang berkeliaran di dalam rumah tersebut, apakah rumah itu pantas untuk di bakar?
Jika rumah tersebut di bakar, tentu pemilik rumah tersebut akan mengalami kerugian yang cukup
besar. Salah satu langkah yang benar adalah memusnahkan tikus-tikus yang merusak rumah
tersebut. Disamping itu tantangan yang bersifat eksternal merupakan krisis keteladanan dari para
elite politik dan ramainya gaya hidup hedonistik di dalam masyarakat.
Pendekatan pembelajaran yang disarankan dalam mata kuliah pendidikan Pancasila
adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student centered learning),
untuk menyelami dan menghayati nilai-nilai Pancasila baik sebagai etika, filsafat negara,
maupun ideologi bangsa secara scientific. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor
20 tahun 2003, pasal 3 menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi menumbuhkan dan
mencentak watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi insan

44
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan demikian, penafsiran nilai-nilai Pancasila dikalangan mahasiswa sangat penting, tanpa
membeda-bedakan pilihan profesinya di masa depan, baik yang akan berprofesi sebagai
pengusaha/entrepreneur , pegawai swasta, pegawai pemerintah, dan lain sebagainya. Dinamika
dan Tantangan Pancasila sangat berhubungan dengan dinamika kehidupan perjalanan
masyarakat, bangsa Indonesia yang tidak dapat terlepas dari dinamika kehidupan yang bersifat
internal maupun eksternal dari NKRI.
Hal tersebut bisa dilihat dari sejarah perjalanan Pancasila sebagai dasar negara,
pandangan hidup bangsa, ideologi nasional, sumber dari segala sumber hukum negara yang
diwarnai oleh berbagai rancangan mengenai bagaimana upaya untuk mewujudkan cita–cita dan
tujuan nasional, termasuk konsepsi yang digagas oleh penganut paham yang bukan berasaskan
Pancasila.
Oleh karena itu, sebagai ideologi terbuka dan konsep falsifikalisme, Pancasila selalu
dihadapkan dengan berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Hanya keteguhan
yang sungguh–sungguh dari setiap warga Indonesia yang bisa menjamin eksistensi Pancasila
dapat lestari sepanjang masa. Pendidikan Pancasila terutama untuk setiap kalangan generasi
muda (mahasiswa) merupakan suatu langkah yang sangat penting untuk dilakukan. Mengingat,
mereka akan menjadi penentu kesuksesan dan perwujudan cita–cita Proklamasi 17 Agustus
Tahun 1945. Ditekankan kembali bahwa secara historis, yang muncul sebagai pejuang dan
pendiri Bangsa dan Negara ini, ialah kalangan generasi muda pada masanya. Oleh karena itu,
generasi muda pada saat ini harus tahu, mau dan bisa mewarisi nilai–nilai historis, bagaimana
eksistensi generasi muda dalam membangun dan mengisi kemerdekaan NKRI termasuk
mewujudkan konsepsi Pancasila yang dimulai pada sidang BPUPKI 29 Mei – 1 Juni 1945, 22
Juni 1945, dan 18 Agustus 1945. Perlu ditekankan kembali bahwa secara Sosiologis, Pancasila
ialah tampilan sikap dan perilaku warga Indonesia dalam pergaulan sosial kemasyarakatan
sehari-hari yang sekaligus menjadikannya sebagai karakter masyarakat bangsa Indonesia. Oleh
karena itu, generasi muda diharuskan untuk tetap memelihara perilaku sosial yang tetap
berkarakter Pancasila, walaupun dinamika kehidupan sosial saat ini dibumbui oleh berbagai
pengaruh dan penetrasi sosial budaya asing. Era globalisasi tidak hanya menampilkan berbagai
kemajuan dalam berbagai bidang yang bisa membantu mempermudah pekerjaan manusia,

45
melainkan secara simultan memunculkan berbagai eksesnegatif yang tidak bisa diprediksi. Agar
mampu menjawab berbagai persoalan globalisasi yang mengemuka, dibutuhkan kompetensi
warga negara yang bisa menyikapi berbagai persoalan globalisasi secara bijaksana, baik
kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mumpuni. Pancasila sebagai Ideologi
dan Dasar Negara Indonesia merupakan pilihan ideologi yang sangat bijak yang harus dijadikan
pijakan utama bagi setiap warga negara dalam berbuat dalam konteks global. Hal ini tidak lain
agar sikap dan perilaku yang dibawakannya selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata
lain, sikap dan perilaku berkarakter Pancasila, yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara adalah kekayaan bangsa yang tidak
ternilai harganya bagi eksistensi dan kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa Indonesia. Bisa
dimaknai bahwa tidak ada Indonesia jika tidak ada Pancasila. Mengingat posisinya yang sangat
penting dan strategis maka bangsa Indonesia harus menempatkan Pancasila dalam wadah yang
kuat, tegas, dan sah secara hukum.
Untuk membentuk sebuah negara memerlukan dasar fundamental yang kuat, agar negara
tersebut dapat menjadi negara yang kuat pula. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila diibaratkan
sebagai dasar bangunan sebuah gedung yang kokoh dan kuat. Memilih Pancasila sebagai dasar
fundamental negara tidaklah melalui proses yang singkat, akan tetapi melalui proses yang
panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Kita sudah memilih Pancasila sebagai dasar
fundamental negara kita. Dengan demikian kita mengemban kewajiban untuk memelihara dan
mengurus dasar fundamental tersebut supaya tetap kokoh, kekal, abadi sampai akhir zaman.
Usaha untuk menjaga dan memelihara Pancasila salah satunya bisa dilakukan melalui
Pendidikan Pancasila. Dalam penyelenggaraannya, Pendidikan Pancasila menghadapi berbagai
macam dinamika dan tantangan. Tantangan Pendidikan Pancasila bisa dibedakan menjadi dua
bagian yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal ialah tantangan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pembelajaran pendidikan Pancasila di dalam kelas.
Pembelajaran yang memusatkan pada pencapaian target kurikulum serta interaksi instruksional
satu arah masih mendominasi pembelajaran Pendidikan Pancasila selama ini. Proses
pembelajaran yang masih berpusat pada mengajar dari pada belajar membuat peserta didik
kurang berminat mata kuliah ini, apalagi pembelajarannya masih menggunakan sistem hafalan.
Sehubungan dengan itu, Mustofa, Ali menuturkan bahwa ada beberapa pandangan kritis
dalam ranah Pendidikan Pancasila selama ini yakni: Pertama, substansi Pendidikan Pancasila

46
dianggap terlalu idealis dan utopis, bahkan kadang terlihat tidak jelas. Dalam tingkatan tersebut,
Pancasila sulit untuk diintegrasikan dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia.
Kedua, peserta didik kurang berminat, bahkan sudah apriori terhadap Pendidikan Pancasila
karena selama ini belajar secara indoktrinatif, monoton, dan statis sebagai syarat formalitas
semata untuk dijadikan mata pelajaran, atau pemelajaran P4 di sekolah seperti pada era Orde
Baru. Ketiga, hasil Pendidikan Pancasila hanya menumbuhkan orang-orang yang pandai
menghafal dan berhenti pada titik kognisi saja. Sedangkan pada kondisi psikomotorik dan
afektif, belum terlihat penggarapan yang ideal dan optimal. Tantangan berikutnya yaitu
tantangan eksternal.
Tantangan eksternal adalah tantangan yang dipengaruhi oleh faktor lain dari segala aspek
bidang kehidupan, baik yang secara langsung maupun tidak langsung bisa merubah pola pikir
warga negara seperti :
1) Adanya pengaruh globalisasi yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan tidak terkecuali
pada aspek ideologi.

Saat ini era globalisasi dan teknologi sudah mempengaruhi berbagai macam aspek
kehidupan manusia. Bagi bangsa Indonesia hal ini adalah tantangan bukan sebagai ancaman.
Terdapat pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi yang bisa mengubah
mind set (pola pikir) seseorang, masyarakat atau warga negara yang ingin dikuasai oleh
negara lain adalah salah satu dampak negatif dari globalisasi tersebut. Salah satu ancaman
bagi bangsa Indonesia adalah upaya-upaya untuk menyelewengkan Pancasila dan untuk
mengubah ideologi Pancasila lewat perang pemikiran
Salah satu upaya untuk membatasi pengaruh negatif ini yakni melalui penguatan
ketahanan mental ideologis warga negara. Penguatan ketahanan mental ideologis adalah
upaya memperkuat dan mempertahankan diri dari segala macam ancaman dan permasalahan
melalui ideologi negaranya. Ketahanan mental ideologi akan tumbuh dalam diri warga
negara apabila warga negara tersebut paham betul dengan apa yang menjadi ideologi
negaranya. Ketidakpahaman terhadap arti nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
merupakan salah satu penyebab terjadinya penyelewengan terhadap ideologi Pancasila.
Dalam kondisi ini dibutuhkan pemahaman yang tepat terhadap ideologi Pancasila.
2) Kehidupan elit politik yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila sebagai etika berbangsa.

47
Disadari bahwa kurangnya keteladanan elit politik bangsa serta diperlihatkannya konflik
antar lembaga menjadi sebuah contoh tidak baik dalam kehidupan berbangsa. Nilai
musyawarah, toleransi antar sesama, dan nilai-nilai lainnya seakan tidak lagi jadikan dasar
dalam pengambilan keputusan. Sebagai acuan normatif, nilai-nilai Pancasila tidak seharusnya
dijadikan norma etik dalam menyelesaikan konflik.
3) Lemahnya ketaatan dan kesadaran moral untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup
dalam berbangsa.
Ketaatan merupakan kewajiban secara moral karena berpangkal pada nilai hakikat sifat
kodrat manusia, sebagai makhluk hidup dan makhluk social. Untuk mendapatkan ketaatan
dan kesadaran moal, maka setiap warga negara harus mempunyai pengetahuan yang tapat
mengenai Pancasila baik pada aspek nilai maupun aspek praksisnya. Mempunyai
pengetahuan terhadap Pancasila saja tidak cukup, namun harus meresapi, menghayati hingga
akhirnya bisa mengaktualisasikan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan.
Pada saat ini, sangatlah perlu untuk menegaskan kembali kedudukan Pancasila sebagai dasar
falsafah hidup bangsa. Pancasila harus dijadikan sebagai sumber dalam bersikap dan berperilaku
dalam kehidupan berbangsa, baik penyelenggara negara maupun warga negara. Menjadikan
Pancasila sebagai kekuatan pemersatu sangatlah diperlukan sebagai upaya menghadapi
permasalahan bangsa di masa depan.

48
2.6. Rasionalisasi Pendidikan Pancasila

Rasionalisasi Pendidikan hakekatnya sebagai upaya sadar dari masyarakat dan pemerintah
suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya selaku
warga masyarakat, bangsa dalam Negara, secara berguna dan bermakna serta mampu
mengantisipasi hari depan dengan dinamika perubahannya karena adanya pengaruh global.
Untuk menjawab itu dibutuhkan pembekuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamann dan nilai-nilai budaya bangsa yang dapat menjadi pedoman
hidup warga Negara. Keanekaragaman suku, adapt-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan
pulau yang berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman
kehendak dalam Negara karena tumbuhnya sikap premordalisme sempit, yang akhirnya dapat
terjadi konflik yang negative, oleh karena itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa
dengan adanya kesamaan cara pandang tentang misi dan visi Negara melalui wawasan nusantara
sekaligus akan menjadi kemampuan menangkal ancaman pada berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dan kita, sudah mempunyai atau memiliki alat perekat
bangsa tersebut, yaitu pancasila. Oleh karena itu sangat diperlukan rasionalisasi dari pancasila
itu, karena keberadaan bangsa kita sendiri yang majemuk, masalah-masalah sosial, dan
anacaman globalisasi.
Rasionalisasi pendidikan pancasila pada hakekatnya merupakan upaya kesadaran dari
masyarakat dan pemerintah sendiri dalam pemahaman serta pengamalan pancasila. Pancasila
yang sebagai ideologi bangsa, yang sebagai pandangan hidup bangsa sepatutnya mendapat
perhatian yang penuh, karena hal ini penting dilakukan. Karena kita ketahui, bahwa kita sekarang
telah berada dalam zaman globalisasi. Karena demikian pentingnya rasionalitas seseorang
terhadap pancasila, maka disini dijelaskan proses bagaimana rasionalitas tersebut berjalan dalam
tiap-tiap individu. Menurut John Dewey, proses rasinalitas manusia sebagai berikut:
a. Ide-ide yang diuraikan dalam larutan rasional melalui pembentukan implikasi
mengumpulkan bukti (data).
b. Memperkuat bukti tentang ide-ide ini dan menyimpulkan melalui kesaksian atau percobaan.
c. Yang timbul dari solusi yang mungkin dalam bentuk spekulatif, hipotesis, inferensi atau
teori.

49
d. Timbul rasa keras, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit untuk mengetahui sifat,
atau dalam menjelaskan hal-hal yang muncul tiba-tiba.
e. Kemudian arti dari definisi yang diberikan dalam bentuk masalah yang sulit.

Pendidikan moral Pancasila adalah mempancasilakan warga negara Indonesia atau


menciptakan manusia Indonesia yang pancasilais. Artinya menciptakan manusia Indonesia yang
berwatak, bersikap, dan bermoral pancasila. Moral sendiri artinya; Suatu sikap perbuatan yang
merupakan keharusan untuk dijalankan atau diikuti, karena adanya tuntutan tertentu. Sikap
sendiri diartikan dengan kecendrungan untuk berbuat sesuatu.

2.6.1. Dasar Pemikiran Pendidikan Pancasila

Rakyat Indonesia, melalui mejelis perwakilannya menyatakan bahwa Pendidikan Nasional


yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan,
harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat indonesia yang beriman
serta bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan mandiri, sehingga mampu membangun dirinya
dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Yaitu
manusia beriman dan bertaqwa terhadapa tuhan yang maha esa, berbudi pekerti, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung
jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa
patriotisme, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan,
kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa serta sikap menghargai jasa para
pahlawan, berorientasi ke masa depan. UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional
menyebutkan bahwa kurikulum dan isi pendidikan yang memuat pendidikan pancasila,
pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan terus di tingkatkan dan di kembangkan
disemua jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti ketepatan materi intruksional pendidikan
pancasila, kecocokan metodologi pengjaran yang dikembangkan, dan efektivitas manajemen
pembelajaran termasuk kualitas dan prospek karier pengampunya dibenahi.

50
2.6.2. Kompetensi Yang Diharapkan

Kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang
harus dimiliki seseorang sehingga Ia diangggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang
pekerjaan tertentu. Kompetensi warga negara yang telah mempelajari pendidikan pancasila
adalah seperangkat tindakn cerdas, penuh tanggung jawab, yang ditunjukkan oleh orang tersebut
dalam memecahkan berbagai maslah hidup bermasyarakat, berbngsa dan bernegara melalui
pemikiran yang berlandaskan falsafah bangsa. Sifat cerdas tersebut tampaklah pada kemahiran,
ketepatan dan keberhasilan. Sedangkan penuh tanggung jawab tampak dari kebenaran
tindakannya bila dipandang dari segi ipteks, etika maupun dari kepatutan ajaran agama dan
budaya. Pendidikan pancasila yang berhasil akan membuahkan cerdas, penuh tanggung jawab
dari peserta didik yang disertai dengan perilaku berikut:
a. Beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa;
b. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab;
c. Mendukung persatuan bangsa;
d. Mendukung kerakyatan yang mendukung kepentingan bersama di atas kepentingan
peroragan;
e. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial.
Melalui pendidikan pancasila, warga negara republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat
bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti
yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945. Pada saatnya ia dapat menghayati filsafat dan
ideologi pancasila, sehingga menjiwai tingkah lakunya sebagai warga negara republik indonesia
dalam melaksanakan profesinya. Melalui pancasila peserta didik diharapkan akan lebih dulu
menjadi manusia Indonesia sebelum menguasai memiliki ipteks yang dipelajarinya. Warga negra
Indonesia diharapkan unggul dalam penguasaan ipteks, namun tidak kehilangan jati dirinya,
apalagi tercabut dari akar budaya bangsa dan keimananya.

51
2.6.3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Pancasila Sebagai Pendidikan Nilai

Pendidikan pancasila merupakan pendidikan nilai yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda. Oleh karena itu strategi belajar mengajar pendidikan pancasila hendaknya berorientasi
pada sistem pendekatan pendidikan nilai, tanpa mengabaikan teori belajar pada umumnya. Teori
belajar dapat dikelompokkan dalam empat aliran yaitu: aliran tingkah laku, kognitif, humanistik
dan sibernetif. Teori tingkah laku menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulasi dan respon. Teori ini sangat memperhatikan
faktor penguat artinya pengauatan berupa apa saja dapat memperkuat timbulnya respon. Secara
umum aplikasi teori tingkah laku antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menentuka tujuan intruksional;
b. Menganilis lingkungan kelas;
c. Menentukan materi pelajaran;
d. Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian kecil;
e. Menyajikan materi pelajaran;
f. Memberikan stimulus berupa pertanyaan, tes, latihan dan tugas.

Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan itu tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan
di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertera dalam bentuk struktur kognitif. Oleh
karena itu proses belajar akan berjalan baik bilamana materi pelajaran yang baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik.
Teori belajar humanis: bahwa tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika pesertadidik telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Teori belajar sibernatik: berkembang sejalan dengan perkembangan sistem informasi dan
menurut teori ini adalah belajar yang merupakan sistem informasi. Proses belajar mengajar
sangat ditentukan oleh sistem informasi.

52
2.6.4. Pelaksanaan Pancasila

Pelaksanaan pancasila dapat dibedakan ke dalam dua cara yaitu: Pertama pelaksanaan secara
obyektif, pelaksanaan pancasila sebagai dasar negara, dalam arti pelaksanaan pancasila dalam rangka untuk
mengatur penyelengaraan pemerintah negara. Karena pancasila sebagai sumber hukum, maka pada
dasarnya untuk nelaksanakan pancasila sebagai dasar negara tidak lain adalah melaksanakan semua
ketentuan yang tercantum dalam semua peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena semua
peraturan perundng-undangan dalam negara republik Indonesia bersumber kepada pancasila. Pelaksanaan
pancasila secara obyektif dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Pembukaan undang-undang dasar 1945 merupakan pencerminan falsafah pancasila dan


mengandung empat pokok pikiran;
b. Pokok-pokok pikiran tersebut dijelmakan dalam pasal-pasal dalam batang tubuh undang-
undang dasar 1945;
c. Penjelasan otentik undang-undang dasar 1945 merupakan petunjuk yang sangat penting
dalam memberikan interprestasi ketentuan-ketentuan dalam undang-undang dasar 1945;
d. Ketepatan-ketepatan mejelis permusyawaratan rakyat sebagai hasil keputusan dari lembaga
negara tertinggi pemeganng kedaulatan tertinggi negara menurut undang-undang dasar 1945
adalah sumber petunjuk yang sangat penting dalam pelaksanaan pancasila sebagai dasar
negara.

Kedua pelaksanaan secara subyektif yaitu pelaksanaan pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa yaitu melaksanakan pancasila sebgai petunjuk hidup sehari-hari. Karena hidup sehari-hari
itu meliputi bidang yang sangat luas dan selalu berkembang maka dalam prakteknya setiap
warga negara harus melaksanakan pancasila dalam pengamalannya seperti yang telah dituangkan
dalam ketepatan majelispermusyawaratan rakyat. Pelaksanaan pancasila secara sunyektif adalah
lebih penting karena hal ini merupakan persyaratan bagi berhasilnya pelaksanaan pancasila
secara obyektif. Pelaksanaan pancasila secara subyektif akan terlaksana dengan baik, apabila
pada tiap pribadi warga negara indonesia terhadap ketaatan.
2.6.5. Peran Pendidikan Pancasila
Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan

53
kebangsaan indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara indonesia, yang terbentuk
dari suatu susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada
ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, pegangan hidup, pedoman hidup. Dengan kata
lain, pancasila digunakan sebagai pedoman arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dalam
kehidupan dibeberapa bidang, sehingga semua tingkah laku dan tindak perbuatan setiap manusia
Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila pancasila. Peran Pancasila
diantaranya sebagai berikut:
1. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Menurut Astrid S. Susanto, pada abad ke 21 keadaan sosial politik bangsa di dunia berada
dalam posisi disruption (lepas ikatan terdahulu dengan kemungkinan memisahkan diri). Dengan
dampak disintegrasi apabila tidak ditangani dengan baik. Penyebab discruption secara sosila-
politiok-ekonomi dan budaya ini adalah kemajuan dan pemanfaatan dari tekhnologi informasi
yang mengakibatkan lahirnya informasi society (masyarakat informasi) dan tekhnologi transport
yang mengakibatkan mobilisasi manusia. Nilai-nilai sosial yang dijadikan moral baru masyarakat
informasi adalah sebagai berikut:
a. Nilai toleransi;
b. Nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
c. Nilai kejujuran dan commitmen (tindakan sesuai kata);
d. Bermoral berdasarkan konsensus.

Dikaitkan dengan masyarakat Indonesia maka nilai pancasila dapat ditungkan dalam empat
nilai moral yang ada di atas. Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi ini kita
harus mengangkat nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya
bersifat humanis artinya nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya, sesuai dengan sila kedua.
Tidak kalah pentingnya kepribadian kolektif bagi suatu bangsa dalam menegakkan
kedaulatan di tengah-tengah era globalisasi dewasa ini. Kepribadian yang kuat harus dibangun

54
sejak dini melalui pendidikan dlam lingkingan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat, dilandasi nilai-nilai pancasila sebagai etos budaya bangsa yang telah disepakati
bersama. Hanya dengan kepribadian yang kuat setiap warga negara dapat diandalkan untuk
membangun dirinya dan masyarakatnya yang berkeadilan sosial, demokratif dan inovatif dalam
mengejar kemajuan yang beradab.
2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Nasional

Pembangunan pada hakikatnya upaya melakukan perubahan dari satu kondisi kepada kondisi
yng lebih baik. Setiap negara membutuhkan pembangunan untuk melakukan perubahan sosial
kesuatu tujuan yang ditentukan dan disepakati bersama. Dalam alinea ke-empat pembukan UUD
1945 tercantum tujuan Nasional, antara lain adalah:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b. Memajukan kesejahteraan umum;
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
kedamaian sosial.

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasioal


mengandung suatu konsekwensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai pancasila. Dalam realisasi pembangunan nasioanal dalam
berbagai bidang untuk meweujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan pada nilai-nilai hakekat kodrat manusia. Maka pembangunan nasional harus
meliputu aspek jasmani dan aspek rohani kemudian pada gilirannya dijabarkan dengan berbagai
bidang pembangunan antara lain: IPTEK, hukum, ekonomi, politik. Sosial budaya dan hukum.
Pancasila telah diterima secara luas sebagai lima aksioma politik yang disarikan dari
kehidupan masyarakat indonesia yang majemuk dan mempunyai sejarah yang sudah tua. Namun
ada masalah dalam penuangannya kedalam sistem kenegaraan dan sistem pemerintahan. Yang
ditata menurut exemplar sentralistik yang hanya dikenal dalam budaya politik jawa dan perlu
disempurnakan dengan melengkapi bhinika tunggal ika. Pada saat ini ada perubahan yang
dikandung pancasila dengan format kenegaraan dan kenegaraan dan pemerintahan yang
mewadainnya.
3. Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan

55
Menurut koento wibisosno dengan memasuki kawasan filsafat ilmu pencasila sebagai
paradigmanya perlu dipahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek:

Ontologi: bahwa hakikat ilmu pengetahuan merupakan aktifitas manusia yang tidak
mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.
Sebagai proses ilmu pengetahuan menggambrkan suatu aktifitas warga masyarakat ilmiyah yang
melalui abstraksi, spekulasi, imanjinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi, komparasi dan
eksploitasi untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai produk iptek
adalah hasil yang diperoleh melalui proses yang berwujud karya-karya ilmiyah beserta
aplikasinya yang berwujud fisik maupun non fisik.

Epistimologi: bahwa pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya kita jadikan
’’metode berfikir’’, dalam arti kita jadikan dasar dan arah di dalam kita mengembangkan ilmu
pengetahuan yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil- hasil yang dicapai adalah nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri

Aksiologi bahwa dengan menggunakan epistimologi tersebut diatas, kemanfaatan dan efek
pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan ideal pancasila dan
secara positif mendukung atau mewujudkan nilai-nilai pancasila.

Pancasila yang merupakan satu kesatuan dari sila-silanya hrus menjadi sumber nilai,
karangka berfikir serta asas moralitas bagi pengembangan IPTEK. Apabila kita melihat sila demi
sila, setiap sila menunjukkan sistem etika dlam pengemabangan iptek. Hubungan antara
pancasdila dengan iptek tidak dapat lagi ditempatkan secara dikotomis, saling bertentangan,
pancasila tanpa disertai sikap kritis ilmu pengetahuan akan menjadikan pancasila itu sebgaia
sesuatu yang represif dan contraproduktif. Sebaliknya ilmu pengetahuan tanpa didasari dan
diarahkan oleh nilai-nilai pancasila akan kehilangan arah konstruktifnya dan terdistorsi menjadi
sesuatu yang melahirkan akibat-akibat deadly bagi kehidupan umat manusia.
4. Pancasila Sebagai Pengembangan Ditinjau Dari Segi Etika
Setiap orang pasti mempunyai moral, tetapi belum tentu setiap orang berpikir kritis
tentang moralnya. Pemikiran yang kritis tetang moral inilah yang disebut etika. Manusia yang
baik tidak cukup hanya bermoral, tetapi juga harus beretika. Dengan berpikir kritis terhadap

56
moral yang diyakininya, ia tidak akan gamang apabila sewaktu-waktu orang yang dijadikan
panutan moralnya telah tiada atau kehilangan pamornya. Nilai, Norma dan moral terkandung
dalam pancasila sebagai dasar dan falsafah bangsa Indonesia harus dikaji secara kritis, sehingga
kita menerima pancasila bukan sesuatu yang diwariskan dari para orag tua atau pendahuluan kita.
Dengan mengkaji secara objektif dan ilmiyah, kit tidk mudah goyah oleh masuknya ideologi lain
yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Jadi, pancasila sebagai etika, mengajak kita utuk berfikir kritis, otokritik, kaji banding
sehingga pancasila yang kita terima sebagai dasar negara dan dasar kehidupan berbangsa benar-
benar hasil pilihan bangsa dan negara indonesia, buka sesuatu yang dipaksakan. Dalam suasana
reformasi sekarang ini pancasila juga merupakan etika politik. Artinya kehidupan berpolitik
(berpemerintahan, bernegara, dan sebagainya) harus dilandasi nilai-nilai pancasila sehingga arah
perjuangan reformasi benar-benar sesuai dengan cita-cita nasional Indonesia. Kehidupan
berpolitik diarahkan tidak untuk kpentingan politik tertentu tetapi untuk kelangsungan bngsa dan
negara Indonesia.

Suatu dasar negara akan kuat bila dasar tersebut berasal dan berakar pada diri bangsa
tersebut. Bangsa Indonesia mempunyai dasar negara yang bukan jiblakan dari luar akan tetapi
asli indonesia, yaitu unsur-unsurnya telah ada sejak zaman pra sejarah. Unsur pancasila terdapat
dalam berbagai agama, kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan bangsa Indonesia pada
umumnya, oleh karena itu dalam agama kepercayaan, adat istiadat dan kebudayaan itu
terkandung nilai-nilai antara lain nilai moral, maka pancasila juga mengandung nilai moral
dalam dirinya. Oleh karena itu dengan pendekatan etika kita akan memahami secara mendalam
tentang pancasila sehingga pancasila cukup etik. Disamping itu pancasila merupakan perjanjian
luhur bangsa Indonesia baik sebelum maupun sesudah proklamasi, sehingga pancasila harus di
unjung tinggi untuk menunjukkan nilai luhur dan moral. Pancasila mempunyai nilai-nilai yang
luhur yang berasal dari dirinya sendiri.

2.7. Eksistensi Pendidikan Pancasila


Jika kita melihat dari proses lahirnya Pancasila yang cukup panjang dan penuh lika-liku
perjuangan dari para pencetusnya, mulai dari Muh.Yamin sampai dengan bapak proklamator kita
Ir.Soekarno, Pancasila sendiri jika dimanifestasikan secara sederhana memiliki makna 5(lima)

57
aturan dasar yang sangat mendalam, aturan-aturan yang menjadi pegangan bangsa ini dalam
pelaksanaan bertata negara. Tidak hanya dijadikan sebagai aturan-aturan dasar, Pancasila ini juga
dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa ini,karena itulah sudah selayaknya Pancasila menjadi
acuan bagi bangsa ini dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat.
Saat dahulu di era Orde Baru, Presiden Soeharto pernah melaksanakan sebuah kebijakan
berkaitan dengan ideologi Pancasila yakni dengan membuat sebuah peraturan sistem pendidikan
yang mewajibkan adanya P4 dalam proses kegiatan belajarnya, namun semua itu juga tidak dapat
menghasilkan apa yang telah diharapkan, harapan yang semulanya untuk melestarikan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila untuk bisa diterapkan dalam sendi-sendi kehidupan masyarkat,
namun peraturan tersebut justru dipandang sebagai proses ideologi Pancasila versi Soeharto yang
menimbulkan kekhawatiran bagi sebagian masyarakat yang kontra terhadap Soehartopun
akhirnya menolaknya , mereka beranggapan bahwa P4 ini merupakan salah satu cara untuk
melanggengkan kekuasaanya. Selepas lengsernya pemerintahan Orde baru dan dimulainya era
Orde paling baru, Pancasila ini justru semakin terjerumus kedalam dimensi kegelapannya,
pancasila semakin ditinggalkan, bila dikolersikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila justru keadaan bangsa saat itu semua hal yang terjadi di dalam masyarakat sudah
sangat jauh dari ekspektasi perlahan dilupakan. Masyarakat semakin melupakan dan pemerintah
pun semakin meniggalkanya, nilai-nilai luhur yang terdapat didalam Pancasila pun semakin sulit
untuk dimanifeskan dalam kehidupan, maka tidak menjadi hal yang aneh jika kehidupan
bermasyarakat bangsa ini pun perlahan semakin jauh dari harapan ataupun cita-cita luhur yang
harusnya mencerminkan bangsa yang besar dan menghargai sesamanya. Padahal sudah menjadi
keharusan bagi kita para penerus bangsa untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dengan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimulai tindakan maupun
hal terkecil sampai hal yang bernilai asasi, dan ketika semua masyarakat di bangsa ini telah
mampu mengamalkan nilai tersebut, bukan menjadi hal yang tidak mungkin jika bangsa ini akan
menjadi bangsa yang maju, makmur , dan sejahtera nantinya. Jika kita mencermati keberadaan
pancasila dalam pelaksanaannya pada kehidupan politik yang terus saja mengalami perubahan
konstitusional dan rezim kekuasaan, Pancasila justru selalu dipertahankan.
Dengan demikian kita bisa mengetahui bahwa pendidikan dalam nilai Pancasila ini
mengandung kenyataan yang hidup dan terus tumbuh dalam setiap sanubari orang per orang
dalam masyarakatnya pada bangsa ini, sehingga pancasila akan selalu terus dipertahankan oleh

58
rakyat Indonesia yang mendukung tiap-tiap negara nasional yang lahir di atas bumi tumpah
darah Indonesia. Dengan pancasila ini rakyat Indonesia perlahan untuk terus bersatu dalam
revolusi dan dalam perjuangan sejak hari proklamasi.Pancasila merupakan kristalisasi daripada
intisari perjuangan kemerdekaan nasional itu sendiri di abad ke-20 ini. Namun pemahaman dari
Pendidikan yang terdapat pada pancasila diakhir-akhir ini perlahan sudah mulai tenggelam.
Maksudnya adalah sekarang sudah banyak orang yang tidak tahu dan tidak mengerti apa itu
pancasila dan untuk apa Pancasila itu ada. Pancasila itu adalah dasar negara republik Indonesia.
Maksud dari dasar negara disini, contohnya, dalam pembuatan UUD kita harus selalu mengambil
dasarnya dari Pancasila, untuk membuat sebuah peraturan perundang-undangan kita harus
mengambil dasarnya dari Pancasila, dll.
Karena itulah Pancasila disebut Dasar Negara.di era reformasi ini, Pancasila justru seakan
tidak memiliki kekuatan yang begitu besar untuk mempengaruhi dan menuntun
masyarakat.Pancasila tidak lagi menjadi pilihan utama seperti pada masa lalu.elit politik dan
masyarakat terkesan menajdi acuh dalam melaksanakan implementasi terhadap nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Panitia Lima (Bung Hatta,
Subardjo, Maramis, Sunarjo, Pringgodigdo) Pancasila dapat kita pahami bukan hanya dengan
membaca teksnya saja, melainkan bisa kita pahami dengan mempelajari terjadinya teksitu.
Fleksibilitas Pancasila ini yang justru akan mampu membingkai nasionalisme menjadi aset
penting bagi kehidupan era saat ini, sebab beraneka ragam sosial dan kemajemukan dari berbagai
macam budaya (agama, suku,geografis, pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks butuh
''kesadaran seacara bersama-bersama yang baru secara rohaniah'' sebagai bangsa. Pancasila pada
era Presiden Soekarno yang tidak terkontaminasi kepentingan kaum elit. Hak menafsirkan ini
tidak dimonopoli oleh perorangan.melainkan Pancasila ini milik kita bersama, karena Pancasila
ini digali dari nilai-nilai budaya leluhur yang begitu melekat dalam beragam aktivitas masyarakat
yang terus terjadi sebagai pegangan sosial dalam mewujudkan kepentingan bersama.
Menurut Sartono Kartodirdjo, Pancasila nantinya akan menjadi sebuah penentu dalam
orientasi tujuan sistemsosial - politik, kelembagaan dan kaidah-kaidah pola dari kehidupan, yang
bukan hanya menjadifaktor determinan, juga sebagai payung ideologis bagi berbagai unsur
dalam masyarakat yang bersifat kemajemukan.

59
2.7.1. Eksistensi Pendidikan Pancasila pada Era Sekarang

Pancasila ini telah terlahir jauh sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri. Artinya
bahwa dalam mendirikan sebuah negara hanyalah semata-mata guna untuk mewujudkan sebuah
tatanan masyarakat yang sejahtera, makmur dan sentosa. Nilai dari Pancasila sendiri sebagai
landasan ideal bagi bangsa Indonesia dan ditempatkannya teks Pancasila dalam pembukaan
UUD 1945, menghadirkan dampak yang begitu besar bagi seluruh segi kehidupan untuk bangsa
Indonesia. Dari sudut pandang yuridis sendiri hal ini bisa diwujudkan dengan sinkronisasi
dengan segala bentuk peraturan perundang-undangan di bawah UUD dengan maksud dan tujuan
agar Pancasila dapat tercapai melalui bentuk penjabaran norma-norma hokum yang ada.
Namun, sinkronisasi jiwa Pancasila yang diterdapat dalam norma-norma hukum ternyata
itu masih memiliki banyak persoalan tentang persoalan dari eksistensi Pancasila dalam
kehidupan nyata bangsa Indonesia. Sebagai suatu norma tentunya kita akui bahwa nilai dari
Pendidikan dalam nilai Pancasila ini haruslah bisa menjadi pegangan bagi segala bentuk
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di negara ini. Beragam masalah bangsa
yang tak pernah kunjung selesai adalah bentuk dari merosotnya nilai-nilai Pancasila dari jiwa
bangsa Indonesia. Oleh karena itu semua persoalan tersebut sejatinya merupakan persoalan yang
hanya membutuhkan satu solusi saja, yakni dengan sebuah karakater sebagai identitas bangsa
Indonesia. Sebuah karakater ini seharusnya bisa dan juga mampu menghantarkan bangsa ini ke
depan gerbang kesejahteraan, dan karakater ini bernama pancasilais.
Eksistensi dari Pendidikan Pancasila sendiri sangat berperan sebagai pandangan hidup
yang memiliki nilai filosofis dan sosiologis kini menjadi hal perlu untuk menjadi kajian generasi
bangsa.Penumbuhan kembali pemahaman Pancasila sebagai pandangan hidup yang telah
tertanam dalam jiwa manusia Indonesia merupakan hal yang mendesak dan persoalan utama kita
sebagai bangsa Indonesia. Bila kita sendiri tidak ingin Pancasila ini hanya bernilai semantik
belaka, dan hanya menjadi slogan-slogan di setiap upacara. Yang pada akhirnya kita hanya akan
menjadi bangsa yang pengekor bukan sebagai bangsa pelopor di tengah globalisasi yang terus
menggencar mewarnai dunia.
Negara yang mengeluarkan kebijakan bukan berdasarkan kepentingan partai, bangsa asing,
pemilik modal atau kelompoknya merupakan negara yang baik dan benar dalam mengamalkan
Pancasila. Negara yang tidak akan mendukung kolonialisme di belahan dunia manapun dan

60
dalam bentuk apapun bisa disebut sebagai negara pancasialis, Negara yang pancasilais pastilah
membangun perekonomian rakyatnya, Negara yang pancasilais juga merupakan negara yang
menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, Negara yang pancasilais tentunya memberikan
kesempatan-kesempatan kepada semua rakyatnya yang berpotensi untuk menjadi seorang
pemimpin, Negara yang pancasilais sudah pastinya akan mempersiapkan generasi penerus
bangsa menjadi generasi yang mandiri dan bermoral baik, Negara yang pancasila pastilah akan
mempertahankan budaya yang ada di lingkungan masyarakatnya, Negara yang pancasilais
pastilah mewujudkan masyarakat yang berkepribadian pancasilais juga.
Ketika Negara sudah bisa berjalan baik dengan berpijak diatas pancasila secara benar,
maka akan memiliki efek domino yakni akan terwujudnya sebuah tatanan orang-orang yang
pancasilais di negeri ini. Bahwa seorang pancasilais merupakan orang yang bisa menghargai
antara pemeluk keyakinan, seorang pancasilais juga merupakan orang yang bersaing tanpa harus
membuat duka orang lain, seorang pancasilais adalah orang yang tidak mengagung-agungkan
tindakan kejahatan dan kebejatan, seorang pancasilais adalah seoorang yang turut merasakan
kepedihan sewaktu saudara sebangsanya merasakan kepedihan, seorang pancasilais adalah orang
yang begitu menjunjung tinggi mengenai kebenaran dan keadilan, seorang pancasilais adalah
orang yang begitu semangat dalam bekerja dengan gigih mengembangkan seluruh potensinya,
seorang pancasilais adalah orang yang begitu kritis terhadap kebijakan Negara yang tidak
berpihak kepadanya.
Nilai Pendidikan yang termuat dalam Pancasila haruslah menjadi pegangan utama bagi
Negara ini, dimana pegangan ini akan berguna untuk mengarahkan negara ini menuju
masyarakat yang sejahtera. Di era sekarang ini, keeksistensian Pendidikan pancasila sangatlah
buruk sekali, Pancasila hanya terlihat sebagai symbol dan dongeng Negara saja, mereka (baik
masyarakat ataupun pemerintah) hanyalah mengerti bahwa Pancasila sebagai dasar Negara,
tetapi pada kenyataannya, ternyata begitu banyak sekali masyarakat yang tidak menghargai dan
memahami Pancasila itu sendiri, mereka tidak begitu memerhatikan akan pentingnya nilai
Pendidikan yang terkandung Pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Contoh kecil dari bentuk masyarakat yang tidak begitu menghargai dari nilai Pendidikan
yang yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri adalah seperti keadaan di salah satu Sekolah
Dasar di Serang, di mana di sd tersebut semua kelasnya memiliki poster panacsila yang sudah
tidak terurus lagi, ada yang poster Pancasilanya miring, dan bahkan ada juga di salah satu kelas

61
yang tidak memiliki poster pancasila tersebut. Dari contoh itu, bisa kita dapati bahwa nilai dari
Pendidikan Pancasila ini sudah tidak ada harganya lagi. Bahkan pada masyarakat umum ada juga
yang tidak tahu apa itu maksud dari pemahaman tentang Pendidikan Pancasila, banyak juga
masyarakat dan bahkan anggota dari kepemerintahan itu sendiri yang tidak hafal akan isi dari
sila-sila pancasila itu sendiri. Kondisi ini sungguh memprihatikan, jika saja masyarakat kita mau
menghargai dan melaksanakan isi kandungan yang terdapat dalam pancasila, maka niscaya
negara ini akan menjadi negara yang kokoh yang tak akan mudah untuk dibecah belah.
Berbagai kasus-kasus besar dalam masyarakat banyak bermunculan, seperti;
1. Pertama, banyaknya aliran-aliran sesat yang bermunculan secara terang-terangan. Aliran-
aliran sesat ini muncul dari berbagai penjuru di Indonesia seperti Inkar Sunnah, Teguh Esha,
HMA Bijak Bestari, Jam,iyyatul Islamiyah, Lia Aminuddin (LIA EDEN), “Rasul” Ahmad
Moshaddeq, Rasul Sabda Kusuma dari Kudus, Agus Imam Solihin atau Satrio Paningit, Surga
Eden Di Cirebon dan Tuhannya Ahmad Tantowi, Aliran Hidup Di Balik Hidup (HDH),
Ahmadiyah, Jaringan Islam Liberal (JIL), hingga NII di Sumatera, hal ini tentunya menjadikan
kekawatiran besar di lingkungan masyarakat akan agama yang disampaikan oleh orang per orang
kepada mereka. Mereka hanya mengetahui orangnya ataupun tanpa mengetahui orangnya, yang
mengakibatkan banyak terjadi kemarahan massa ditempat-tempat diadakannya ajaran sesat
tersebut karena kelambatan pemerintah untuk menangani kegiatan dari ajaran-ajaran sesat yang
sudah mendeklarasikan diri di dalam lingkungan masyarakat itu. Meskipun sekarang ini telah
ada LPPI tetapi lembaga tersebut tidak menjamin sepenuhnya untuk memberhentikan
penyebaran aliran-aliran sesat di Indonesia, dikarenakan lembaga ini hanya bersifat
memberantas. Sedangkan untuk pencegahannya secara langsung untuk memberantas
kemunculan-kemunculan aliran sesat kembali, sangat begitu tergantung pada kesadaran
masyarakat terhadap agamanya masing-masing dengan menanamkan kesadaran pada pancasia
sila pertama.
2. Kedua, Pada era sekarang ini, rakyat hanya dijadikan subjek dalam pelaksanakan
keputusan pemerintah, setiap kali terjadinya kenaikan BBM rakyat antri untuk mendapatkan
BBM, Pemerintah merasa ragu bahwa pemerintah daerah, dusun/rt bisa melakukan pelayanan
yang baik kepada rakyatnya. Pembagian BLT rakyat kembali menjadi subjek yang begitu
memprihatinkan karena mereka diminta antri, akhirnya ada beberapa kejadian yang tak
terelakkan akibat terjadinya antrian yang berdesak-desakan dengan korban jiwa yang tidak

62
sedikit atau lebih dari 2.Rakyat yang sudah antri terluka atupun meninggal dalam antrian tidak
diberikan hak-haknya sebagai orang yang menjadi subjek kebijakan pemerintah. Subjek dalam
kebijakan pemerintah adalah pelaku kebijakan, yang tanpa adanya subjek tersebut kebijakan
tidak akan pernah bisa berjalan. Tanpa rakyat penerima BLT ikhlas mengantri, kebijakan
pemberian BLT menurut cara SBY-JK tidak akan pernah berjalan. Sehingga hak-haknya ini
sebagai subjek kebijakan pemerintah tentunya harus dipenuhi oleh Pemerintah, entah dalam
bentuk santunan atau jaminan hidup bagi keluarga yang ditinggal. Konsekuensi-konsekuensi
kebijakan pemerintah dalam era SBY-JK tidak dapat berjalan, “target tercapai selesai”.Sehingga
setiap kali ada kebijakan yang sudah berjalan dan selesai masih menyisakan permasalahan-
permasalahan lain. Dengan adanya keraguan ini pemerintah pada pemerintah daerah, dusun/rt
memperlihatkan bahwa pemerintahpun menilai adanya suatu keganjalan pada pemerintah daerah,
dusun/rt akan tugas-tugas yang diampunya apakah benar-benar tersampaikan pada masyarakat
atau hanya berhenti ditengah jalan. Hal seperti ini sangat perlu untuk dibenahi terutama
kesadaran pemerintah akan pancasila pada berbagai kinerjanya agar tertanam pemerintah yang
pancasialis.
3. Ketiga, Banyaknya masalah bencana yang tidak bisa terselesaikan. Bencana-bencana yang
tidak sepenuhnya terselesaikan ini menjadi sebuah masalah penting dalam kehidupan
masyarakat, Baik berupa bencana alam yang terjadi seperti tsunami di Aceh, letusan gunung
berapi di Yogyakarta dan daerah lain, angin puting beliung yang melululantahkan rumah warga
di berbagai wilayah dan masih banyak bencana alam lainnya yang belum terselesaikan.
Ditambah lagi dengan adanya bencana lumpur lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur yang salah satu
versi menyatakan bahwa luapan lumpur panas ini diakibatkan karena wilayah ini digunakannya
oleh salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BP-MIGAS
untuk melakukan proses guna pengeboran minyak dan gas bumi tanpa adanya suatu pemikiran
yang matang terhadap dampak yang akan terjadi nantinya, melainkan hanyalah mencari
keuntungan bisnis semata. Hal ini sangatlah memprihatinkan, begitu kerugian yang dirasakan
bangsapun teramat banyak akibat meluapnya lumpur lapindo.
4. Keempat adalah Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu , adanya berbagai kontroversi yang
datang baik sebelum maupun sesudah diresmikannya susunan reshuffle kabinet ini merupakan
respon yang begitu baik dari berbagai pakar-pakar politik maupun masyarakat yang turut serta
dalam berpendapat dengan diadakannya reshuffle ini. Tidaklah ada yang salah dari pendapat

63
yang disuarakan mereka baik pro maupun kontra yang didasarkan pada kenyataan yang logis.
Sayangnya, keributan yang ada setelah peresmian reshuffle ini sangatlah tidak diduga dan tidak
berguna juga, beberapa mantan menteri ketika ditanya soal keputusan reshuffle ini meluapkan
kekecewaanya dibeberapa media umum kepada Presiden RI karena jabatannya yang dipindah
tugaskan kepada orang lain dengan alasan bahwa mereka telah menyelesaikan kinerjanya dengan
baik. Padahal, diadakanya reshuffle kabinet ini dikarenakan baik pemerintah maupun masyarakat
merasakan ketidakpuasan terhadap kinerja terhadap cabinet dalam pemerintah
sebelumnya.Penggantian susunan kabinetpun dipilih berdasarkan kemampuan dan kesanggupan
seseorang untuk mengatur Negara pada masing-masing bidangnya.

Disinilah begitu tampak keeksistensian dari penerapan nilai dalam Pendidikan pancasila
pada kepemerintahan Indonesia bahwasanya pancasila tidak hanya dijadikan sebagai ideologi
yang bersifat statis, namun seiring perkembangan zaman pancasila harus tetap dapat dijadikan
sebagai landasan dalam menjalankan kebijakan pemerintahan.
Karena itulah nilai yang terkandung di dalamnya tidak dapat muncul beitu saja dalam
wujud perilaku nyata dari warga negara. Pancasila hanyalah sebatas tema dan semboyan semata-
mata. Semangat dan ideologi kebangsaan itu akan lahir dan berkembang jika jati diri dari bangsa
itu sendiri telah ber-semayam di hati seluruh bangsa Indonesia. Semangat dan ideologi
kebangsaan tidak bisa dilahirkan dan dikembangkan dengan cara-cara kekerasan, melainkan
harus dengan membangkitkan ”kesadaran yang dalam pada setiap pemikiran yang ada disetiap
warga negaranya”.
Dalam kajian kita selama ini masyarakat Indonesia sangat kurang percaya dan tidak begitu
meyakini akan kedudukan dari semangat dan ideologi kebangsaan dalam hidup berbangsa dan
bernegara. Akhirnya semangat mencintai dan setia kepada bangsa dan negara sendiri perlahan
menjadi lemah. Berbagai tindak kejahatan yang merusak perlahan telah berkembang untuk
menghancurkan bangsa.dan negara dari dalam seperti berkembangnya tindakan korupsi yang
sangat luas dan terus terjadi dibangsa ini. Semangat dan ideologi kebangsaan sebenarnya dapat
menjadi kekuatan bangsa dan negara untuk melawa ”hadirnya inntervensi dari kekuatan asing”
serta menjadi kekuatan untuk membangun semangat kemandirian yang kokoh bagi bangsa kita
sendiri. China, India dan Brazil telah berhasil mengembangkan semangat dan ideologi
kebangsaan mereka sendiri untuk mem-bangun kemandirian bangsa.

64
2.7.2. Pendidikan Pancasila dalam Membentuk Karakter Bangsa
Pancasila sendiri merupakan suatu dasar negara bagian dari nilai – nilai yang luhur baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta menjadi pedoman hukum.Dan
juga sebagai pilar dalam pendidikan.Maka setiap negara memiliki sebuah latar belakang yang
berbeda-beda baik dari sejarah,budaya dan pandangan hidup sehingga mempunyai hubungan
dalam kehidupan yang moderen. Pancasila sebagai dasar negara tentunya pada sila – silanya
sendiri akan saling keterkaitan satu sama lainya.sehingga setiap silanya memiliki makna yang
mendasar. Pada sila pertama yakni ketuhanan yang maha esa,memiliki kandungan tentang nilai
sikap yang relegius,pada sila kedua telah dijiwai pada sila pertama maksudnya di sini setiap
manusia pasti memiliki sifat yang dermawan terhadap sesamanya. Misalnya terjadinya kasus
perundung,penganiyayan guru dan pelecehan seksual siswi SMP, dalam pendidikan nasional
yang berlandaskan pancasila dan undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Undang – Undang No, 20 Th 2003 menjelaskan tentang sistem pendidikan nasional berbunyi
,untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa,yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang,bertujuan untuk membuat
berkembang nya potensi,peserta didik supaya bisa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
sepenuhnya kepada tuhan yang maha esa.
Maka bisa kita pahami bersama bahwa Pancasila mempunyai pengertian secara umum
merupakan persetujuan dari para leluhur para pendiri negara Indonesia,sebagai dasar untuk
melayani pandangan hidup dan kepribadian bangsa.maka Pancasila juga disebut sebagai sumber
dari segala sumber. Pancasila secara simbolis sebagai lambang burung garuda Indonesia. Pada
setiap organ dan sesuatu hal yang berkaitan dengan hal tersebut memiliki filosofis sendiri. Guna
mencapai keseimbangan baik diantara hak dan kewajiban, maka kita perlu memahami posisi diri
kita sendiri. Sebagai warga negara. Seorang pejabat ataupun seorang anggota pemerintahan juga
harus tentang hak dan tugas – tugasnya.Sebagai mana dinyatakan dalam peraturan perundang –
uandangan yang berlaku.Bila hak dan kewajiban yang seimbang dan terpenuhi,maka kehidupan
masyarakat akan menjadi makmur. Pada hak dan kewajiban di negara Indonesia ini tidak akan
pernah bisa seimbang. Ketika orang tidak bergerak mengubahnya. Artinya jika seorang pejabat
tidak memperhatikan dengan baik terhadap masyarakatnya, maka orang tersebut hanyalah orang
yang selalu mementingkan diri sendiri.itulah sebabnya,sebagai warga negra demokrasi, kita
harus perlahan bangun dari mimpi buruk yang kita rasakan dan mengubahnya agar mendapatkan

65
haknya dan tidak lupa memenuhi kewajibanya kita sebagai rakyat Indonesia. “Bangsa yang besar
yang mengingat sejarah bangsanya” Oleh karena itu perlu kita sadari bahwa kehidupan perlu
saling membutukan satu sama yang lainya artinya saling bersinergi dengan sesamanya ,sehingga
memunculkn sikap saling tolong menolong, hormat menghormati tengang rasa dan tepo seliro
kalau kita sadari bahwa manusia pada dasarnya tidak lepas dari apa yang kita miliki pada diri
kita.artinya kalau kita tarik dengan keimanan kita yang sudah memiliki dasar hukum yang
mendasar atau yang sudah dibawa dari kelahirannya, yang kita miliki dasasr hukum atau aturan
yang hakiki yaitu sedulur papat limo pancer.Dasar hukum seperti ini tidak bisa akan dirubah oleh
siapapun maka menjadi pegangan hidup baik dalam keluarga, masyarakat, pemerintahan
lembaga-lembaga negara maupun dunia pendidikan dan nantinya akan membawa karakter
masing-masing.

66
2.7.3. Penerapan Pendidikan Pancasila Sebagai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha dalam membangun masyarakat di Indonesia khususnya bagi
para pemuda, karena pemuda merupakan aset masa depan sebagai pemimpin bangsa Indonesia di
masa yang akan datang. Apabila ingin masa depan Indonesia cerah, maka kita harus bisa
membangun pengetahuan, keterampilan, dan karakter pemuda yang begitu baik dan terdidik dari
era sekarang. Nasionalisme adalah sebuah karkater yang wajib dimiliki oleh setiap masyarakat
Indonesia, karena karakter tersebut bisa menyatukan bangsa Indonesia sehingga negara ini bisa
merdeka pada tahun 1945. Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah menerapkan
pemahaman dari Pendidikan Pancasila dimana para Pendidikan tersebut menggunakan strategi
agar peserta didik mampu memiliki karakter nasionalisme. Awalnya peserta didik diperkenalkan
dengan karakter-karakter yang memiliki kepribadian bangsa Indonesia khususnya karakter
nasionalisme dan juga dikenalkan tentang karakter buruk yang tidak memiliki sikap
nasionalisme, selanjutnya peserta didik diharuskan untuk mencintai karakter-karakter yang baik
tersebut khususnya karakter nasionalisme itu. Tahap selanjutnya peserta didik dituntut untuk bisa
mengaplikasikan sifat dari karakter-karakter tersebut khususnya karakter nasionalisme dengan
selalu hidup rukun sesama teman, dengan mengikuti upacara bendera dan lain sebagainya. Tahap
terakhir yakni peserta didik diharuskan untuk membiasakan diri dengan bertingkah laku untuk
selalu cinta terhadap tanah air di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Konteks Pancasila sebagai suatu dasar filsafat negara dan sebagai pegangan dalam
pembentukan karakter bangsa, maka sila dalam Pancasila merupakan suatu sistem nilais
sehingga hakikatnya Pancasila adalah satu kesatuan yang terbentuk dengan sebuah karakter kuat
untuk terus menajaga kesatuan yang ada tersebut. Kelima dasar yang terdapat di dalam sila-sila
Pancasila saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama untuk satu tujuan tertentu
sehingga dapat disebut sebagai sistem. Meskipun pada setiap sila dalam hakikatnya merupakan
sebuah asas yang memiliki fungsi sendiri-sendiri, namun pada akhirnya tujuannya tetaplah sama
yaitu mencapai untuk masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
semua masyarakatnya berkepribadian yang sudah selayaknya seperti dalam pemahaman dari
nilai-nilai yang ada Pancasila itu sendiri Aktualisasi nilai Pancasila dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki nilai segala hal yang sangat sangat

67
berkaitan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara yang seharusnya bisa dijiwai dengan
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan
kepercayaan yang seharusnya ada bagi sang pencipta alam semesta dan isinya.
Keyakinan ini dapat diperjelaskan dengan pengetahuan ilmiah, kebenaran-kebenarannya
bisa dijelaskan pula melalui kaidah logika dan berakar dari pemikiran yang sistematis.
Aktualisasi Pancasila merupakan bagaimana proses dari nilai-nilai Pancasila yang benar-benar
dapat tercermin dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari pimpinan negara,
aparatur negara sampai kepada rakyat biasa. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila ini haruslah bisa
berperan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimana pastinya
memerlukan situasi dan kondisi yang memungkinkan seluruh lapisan masyarakat yang dapat
mencerminkan nilai-nilai Pancasila tersebut dan bisa terlihat dalam perilaku bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
MS Branson dalam Winarno menyampaikan tiga kompetensi dalam pendidikan
kewarganegaraan yakni civic knwoledge (pengetahuan kewarganegaraan), civic skill
(keterampilan kewarganegaraan) dan civic virtue yang meliputi civic commitmen dan civic
disposition. Pada Civic commitmen yakni dengan menerima dan memiliki komitmen, sedangkan
civic disposition merupakan nilai-nilai dasar. Berdasarkan penjelasan tersbut, maka civic
knowledge dalam pembahasan tentang nasionalisme adalah sebuah pengetahuan tentang
nasionalisme, civic skill meliputi keterampilan peserta didik dalam menjelaskan, menganalisis,
berfikir kritis tentang nasionalisme, kemudian civic commitmen di sini diharuskan bisa
menerima dan berkomitmen pada nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan UUD 1945.
Civic disposition meliputi bahwasannya peserta didik diharuskan untuk memiliki karakter
nasionalisme, patriotisme, semangat kebangsaan, religius, tanggung jawab dan lain-lain.
Zainuddin juga ikut menjelaskan kepentingan sekolah itu tidak hanya membuat anak didik
menjadi cerdas dan cerdik serta bertambah ilmu pengetahuannya, melainkan lebih menekankan
kepada kewajiban mereka dalam memperbaiki sifat dan perilaku anak-anak dan mencetaknya
agar sesuai dengan dunia yang akan datang dan menghasilkan tujuan pendidikan sebenarnya juga
menjadi orang yang memiliki karakter bangsa yang begitu kuat. Sekolah inilah menjadi jalan
untuk memperbaiki dan mempertinggi pergaulan suatu bangsa. Dengan demikian, manajemen
sekolah merupakan menjadi salah satu media yang paling efektif dalam penanaman karakter.
Penanaman karakter nasionalisme di sekolah menjadi salah satu wujud nyata yang bisa

68
ditunjukkan dengan mengenang perjuangan para pahlawan, di dalam perjuangan tersebut
terpendam suatu karakter yang memilkki sifat kokoh yang dilandasi rasa cinta tanah air. Karakter
nasionalisme bisa diteruskan dengan mengisi kemerdekaan yang sudah kita peroleh dengan
mengenang perjuangan para pahlawan lewat upacara bendera.
2.7.4. Pentingnya Menjaga Eksistensi Nilai-Nilai Pendidikan Pancasila

Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki nilai-nilai yang menjadi barometer moral dari
kerangka kewarganegaraan dimana harus didasarkan.Pancasila secara fundamental yang
merupakan kerangka yang kuat untuk pendefinisian konsep kewarganegaraan yang inklusif,
sebab didalamnya memiliki komitmen-komiteman yang begitu kuat terhadap pluralisme dan
toleransi. Komitmen inilah yang seharusnya mampu dan bisa mempersatukan dan menjaga
keutuhan bangsa yang terdiri 400 lebih kelompok etnis dan bahasa. Inilah menjadi suatu hal yang
penting bagi kita untuk kembali peduli kepada Pancasila, melaksanakan komitmen-komitmennya
secara bersama-sama dan menegakkan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Sebagai warga negara,
tentunya kita juga harus memiliki tanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan komitmen-
komitmen tersebut, agar tidak melenceng dari garisnya.
Dalam pandangan hidup Pancasila sendiri mengandung pendidikan yang memiliki konsep
mengenai dasar kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Pancasila juga di dalamnya
terkandung pikiran-pikiran yang begitu dalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud dari
kehidupan yang dicita-citakan. dimana pada akhirnya pandangan hidup tersebut bisa
diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang sudah dimiliki oleh suatu bangsa
yang sangat diyakini kebenarannya serta menunjukkan tekad bagi bangsa yang bersangkutan
untuk mewujudkannya.
Karena itu, pada pergaulan yang ada pada kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa
Indonesia tidak bisa begitu saja meniru model yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain, tanpa
menyesuaikan terlebih dahulu dengan pandangan hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.
Bangsa dan rakyat Indonesia harus sangat patut bersyukur bahwa founding fathers telah
merumuskan dengan jelas pandangan hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia yang dikenal
dengan nama Pancasila ini.
Oleh sebab itu, bangsa Indonesia harus memilki akar-budaya dan harus bisa mengikat diri
dengan nilai-nilai agama, adat istiadat, serta tradisi yang selalu tumbuh dalam masyarakat.

69
Pancasila dapat kita tetapkan sebagai dasar negara karena dalam sistem nilainya mengakomodasi
semua pandangan hidup dunia internasional tanpa harus mengorbankan kepribadian Indonesia
sendiri. Hal ini tentunya akan menjaga nilai-nilai luhur bangsa dan semangat untuk ber-
nasionalisme. Nasionalisme bangsa Indonesia bisa terus dipertahankan dan bisa dilestarikan
dengan mengimplementasikan seluruh nilai-nilai Pancasila dalam keseluruhan kehidupan
berbangsa dan bernegara.yang sesuai dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila pada sila ke-3
yakni Persatuan Indonesia yang memilki makna untuk menjaga persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, juga harus bisa rela berkorban demi bangsa dan negara. cinta pada
tanah air, selalu berbangga sebagai bagian dari Indonesia dan terus memajukan pergaulan demi
persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika yang merujuk pada semangat
nasionalisme bangsa.

2.8. Runtuhnya Karakter Bangsa Dalam Pandangan Pendidikan Pancasila

2.8.1. Kemerosotan Karakteristik Bangsa Indonesia

Karakter bangsa Indonesia semakin menghilang, banyak faktor penyebab menghilangnya


moral bangsa ataupun karakter bangsa Indonesia. Contohnya semakin berkurangnya sikap
toleransi beragama dan menghormati nilai-nilai pluralisme sehingga kekerasan dengan mudah
terjadi. Banyak terjadi tawuran antar warga desa ataupun tawuran antar pelajar. Bahkan tidak ada
alasan yang jelas mengapa tawuran itu terjadi. Karena hal tersebut sering terjadi, maka
masyarakat pun menyikapinya biasa saja.
Pendidikan menjadi perhatian penuh atas kejadian-kejadian tersebut. Pasalnya pendidikan
merupakan pintu masuk untuk mengantarkan para siswanya agar menjadi manusia yang berbudi
pekerti luhur berbudaya, berilmu pengetahuan, mempunyai keterampilan yang memadai dan
beradab serta berkarakter yang baik sebagai penerus bangsa.

70
Agar sebuah negara dapat menjadi negara yang maju tumpuannya adalah memiliki pendidikan
yang lebih baik. Karena sejarah telah membuktikan bahwa bangsa yang maju ialah bangsa yang
dengan serius mengelola pendidikan bagi para penerus bangsanya. Pendidikan dalam negara
maju selalu diutamakan sebelum hal-hal yang lainnya. Karena merupakan suatu hal yang penting
maka semua warga negara dalam suatu negara tersebut berbondong-bondong membangun
pendidikan yang baik sehingga melahirkan lulusan yang berkualitas.

Karena hal-hal tersebut di atas kebijakan pendidikan harus dicermati kembali yaitu
menyangkut merosotnya karakter bangsa Indonesia ini sehingga menimbulkan anomali dan
anarkisme yang terjadi. Contohnya saja penghapusan pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan
menjadi hanya pendidikan kewarganegaraan di semua jenjang pendidikan membawa
konsekuensi ditinggalkannya nilai-nilai luhur yang selama ini ada.
Perubahan tersebut mengakibatkan sulitnya bagi para pengajar untuk menanamkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Karena Pendidikan Kewarganegaraan lebih mengenai
hakikat negara dan bentuk-bentuk kenegaraan, sistem hukum dan peradilan nasional, hak asasi
manusia, pemberantasan korupsi, dan kedudukan warga negara. Mengenai Pancasila hanya
disinggung sedikit, Karena itu menjadi wajar jika nilai-nilai moral di kalangan peserta didik kita
luntur.
Berdasarkan hasil penelitian dari Kompas tentang kebijakan mengenai pendidikan Pancasila
mengalami dinamika pasang surut. Diawali tahun 1965, Presiden Soekarno menetapkan
kebijakan Sistem Pendidikan Nasional dimana pelajaran Pancasila wajib diajarkan sejak tingkat
pra sekolah hingga perguruan tinggi. Kebijakan tersebut ditegaskan lagi oleh Presiden Soeharto
pada tahun 1967 dengan mengatakan bahwa dasar sistem pendidikan nasional adalah Pancasila.
Tahun 1976 Mata Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) mulai diajarkan untuk pertama
kali di sekolah, menggantikan pelajaran civics (Kewarganegaraan) yang sudah diajarkan
sebelumnya. Tahun 1979 Presiden Soeharto membentuk sebuah lembaga yang secara khusus
mengkaji nilai-nilai Pancasila dan merumuskan program nasional P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila).
Kendati P4 dinilai sebagai proyek hegemoni pemerintah terhadap masyarakat, harus diakui
program tersebut berhasil dengan baik. Nilai-nilai Pancasila berhasil merasuk dalam jiwa seluruh
warga masyarakat. Tahun 1983, berangkat dari filsafat bahwa bangsa yang besar adalah mereka

71
yang mau mengetahui dan mempelajari sejarah bangsanya, maka pemerintah memandang
penting pelajaran sejarah. Karena itu, sejak tahun itu mata Pendidikan Sejarah mulai diajarkan di
semua jenjang pendidikan. Tahun 1994, Mata Pelajaran Pancasila dan Sejarah digabung menjadi
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Penggabungan tersebut
terasa janggal. Sebab, dengan digabung muatan masing-masing menjadi sangat berkurang.
Karena itu, langkah penggabungan tersebut menurut hemat penulis merupakan titik awal
memudarnya nilai-nilai moral di kalangan anak didik kita yang dampaknya kita rasakan saat ini.
Para pengambil kebijakan pendidikan mungkin tidak pernah membayangkan dampak
penggabungan tersebut. Karena pendidikan adalah sebuah proses, maka dampaknya, positif
maupun negatif, baru akan tampak beberapa tahun kemudian.
Seiring dengan tumbuhnya iklim demokratis yang berkembang pasca-berakhirnya kekuasaan
Orde Baru di mana hak politik setiap warga negara dihargai, aspirasi dapat disampaikan dengan
bebas di tengah hiruk pikuk euforia politik dan reformasi disemua bidang, maka tuntutan untuk
mereformasi Pendidikan Pancasila yang dianggap buah dari Orde Baru tak terelakkan. Hasilnya,
pada tahun 2001 Mata Pelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) diganti menjadi Mata
Pelajaran Kewarganegaraan, tanpa Pancasila. Sejak tahun itu, Pancasila seolah hanya menjadi
hiasan dinding di kantor-kantor pemerintah.
2.8.2. Krisis Multidimensional Bangsa Indonesia

Pada saat terjadinya krisis multidimensional yang melanda pada sekitar tahun 1997-an,
bangsa ini dilanda oleh berkembangnya sikap anarkis dan ketidakpercayaan pada pemerintahan
pada masa itu, yaitu pemerintahan Orde Baru, yang akhirnya terjadi reformasi pada negeri ini.
Salah satu efek buruk yang terjadi pada era reformasi itu adalah berkembangnya sikap skeptis
pada ideologi negara, yaitu Pancasila yang diakibatkan oleh trauma masyarakat atas pendekatan
doktriner P4, yang mana dengan pendekatan P4 ini menjadikan Pancasila tidak mencerminkan
keseimbangan perlindungan antara moralitas institusional, moralitas sipil, dan moralitas sosial.
Bahkan P4 menjadikan Pancasila sebagai ideologi tertutup di luar penafsiran nilai-nilai yang
formal.
Tujuan utama dari reformasi seharusnya adalah mengembalikan jati diri bangsa dengan
mensucikan kembali nilai-nilai Pancasila yang telah ternoda oleh kediktatoran era Orde Baru.
Akibat dari hal tersebut adalah menyurutnya makna ideologis Pancasila sebagai perekat

72
persatuan bangsa, maupun sebagai sarana untuk menumbuhkan kepercayaan bangsa negara
lainnya yang akan berhubungan dengan Indonesia.
Terkait dengan sila Pancasila yang ketiga, yaitu Persatuan Indonesia maka terdapat kondisi
negatif terjadi pada bangsa ini. Sebagai indikatornya adalah munculnya terorisme, munculnya
gerakan radikalisme yang tidak jarang disertai dengan langkah anarkis yang berakibat pada amuk
massa, toleransi yang lemah pada perbedaan pendapat, munculnya gerakan separatisme di
elemen kedaerahan, ketiadaan tokoh panutan, memburuknya iklim investasi, dan sebab-sebab
lainnya.
Maka saat ini memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila adalah langkah utama yang
harus dilakukan demi mengembalikan jati diri bangsa ini. Dalam kondisi semacam itu, bangsa
Indonesia harus diyakinkan bahwa persatuan dan kesatuan nasional baik yang bernuansa
struktural maupun kultural/ solidaritas sosial tetap bisa dipertahankan di negeri ini. Karena
sesungguhnya bangsa ini terbentuk dari rasa penderitaan yang sama, yaitu pengalaman dijajah
selama ratusan tahun, bukan terbentuk dari falsafah kedaerahan atau primordialisme. Dengan
kesadaran itulah bangsa ini seharusnya dapat bersatu kembali dalam toleransi tinggi dan karakter
bangsa yang majemuk dan dapat mengembalikan jati diri bangsa dalam satu fondasi kokoh yang
termaktub dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Mengembalikan jati diri bangsa tersebut pertama kali harus dibentuk melalui contoh perilaku
pemimpin-pemimpin bangsa yang tangguh dan bervisi kebangsaan, yang mempunyai semangat
perubahan terhadap hal yang positif demi kepentingan bangsa, global dalam perencanaan
pembangunan negara dan transformasional serta tetap memiliki semangat kebangsaan yang kuat.
Maka generasi bangsa ini diharapkan dapat menemukan tokoh yang memiliki karakter-karakter
tersebut agar bangsa ini dapat menjadi bangsa yang makmur, penuh toleransi, dan disegani di
dunia internasional dengan karakter kebudayaan bangsanya yang beragam.
Maka dari itu kita perlu untuk memasukkan kurikulum anti tentang pendidikan karakter di
sekolah, tetapi itu hanya sebagian kecil dari langkah yang diperlukan. Yang paling utama adalah
para orang tua, para pejabat Negara, guru-guru sekolah, para ahli-ahli harus memberi contoh
sehari-hari pada para generasi muda, tentang seperti apakah karakter yang baik itu.
2.8.3. Karakteristik Bangsa Indonesia
Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat Tarman Azzam menyatakan, melemahnya karakter
bangsa membuat masyarakat mudah terpecah. Makanya perlu peran pemerintah daerah dan pusat

73
untuk menguatkan kembali karakteristik bangsa. Karakter Bangsa, dulu dan kini karakter bangsa
Indonesia terbilang kuat sebelum zaman kemerdekaan, tatkala mencapai kemerdekaan, dan saat
mempertahankan kemerdekaan. Bayangkan, hanya bermodalkan bambu runcing, penjajah
Belanda yang dilengkapi persenjataan canggih persenjataan canggih berhasil diusir anak-anak
bangsa ini. Kini, karakter masyarakat Indonesia tidak sekuat pada masa lalu, karena sudah sangat
rapuh. Daya juang bangsa ini nyaris hilang ditelan berbagai godaan kepentingan sesaat. Masih
tingginya praktik korupsi di Indonesia.
Menurut Berkowitz kebanyakan orang mulai tidak memperhatikan lagi bagaimana
pendidikan itu dapat berdampak terhadap perilaku seseorang. Itulah cacat terbesar pendidikan
gagal untuk menghadirkan generasi anak-anak bangsa yang berkarakter kuat. Pendidikan
seharusnya mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat.
Itulah makanya filsuf Aristoteles mengingatkan, sebuah masyarakat yang budayanya sudah
tidak lagi memperhatikan pentingnya pendidikan akan membuat masyarakat menjadi terbiasa
dengan kebiasaan-kebiasaan buruk. Karakter adalah istilah yang diambil dari bahasa Yunani
yang berarti “menandai”, yaitu menandai tindakan atau tingkah laku seseorang. Jadi, seseorang
disebut berkarakter bila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Karena itu, seseorang perlu
mendapatkan pendidikan karakter.
Dengan pendidikan karakter, budi pekerti dan tingkah laku orang tersebut akan terbentuk.
Hasilnya akan terlihat dalam tindakan nyata. Orang tersebut akan bertingkah laku baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, bekerja keras, dan lain-lain.
Membangun sebuah kebiasaan untuk berbuat baik itu tak selalu mudah, mesti adanya
dorongan untuk berbuat kebaikan memang ada. Tapi, jika dorongan yang tidak baik itu terus
dibiarkan ada, keinginan yang baik dengan mudah hilang. Bila kecenderungan-kecenderungan ke
arah yang tidak baik berkembang semaunya, kekacauanlah yang terjadi. Karena itu, dalam
banyak hal karakter yang baik lebih patut dipuji dibandingkan bakat yang luar biasa. Bakat
adalah anugerah, sedangkan karakter yang baik tidak dianugerahkan. Karakter yang baik lahir
dari latihan dan perjuangan yang keras, terus- menerus.
2.8.4. Penanaman Nilai Nasionalisme dan Patriotisme
Pengertian nasionalisme ini diimplementasikan dalam bentuk pewarisan, yang ditanamkan
melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang didalamnya diselipkan prinsip dan nilai
nasionalisme dan patriotisme. Pendidikan moral ini diterapkan dalam penjelasan tentang

74
nasionalisme dan patriotisme, contohnya negara Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
negara Indonesia bisa berdiri sejak proklamasi kemerdekaan, serta mengkaji setiap bait dalam
lagu Garuda Pancasila.
Secara nyata pada saat siswa melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin. Apabila
terdapat siswa yang tidak serius dalam menjalankan upacara, guru harus mengambil tindakan
agar sikap siswa tidak kebablasan. Tindakan ini merupakan pencegahan agar siswa tidak
berperilaku menyimpang, utamanya untuk membentuk tujuan karakter bangsa.
Peneladanan dan pewarisan yang diajarkan oleh guru tentu tidak hanya sebatas pada saat
pembelajaran sedang berlangsung, tetapi juga pada saat kegiatan sehari-hari siswa, baik di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Kegiatan di sekolah untuk mewujudkan nilai
nasionalisme selalu menggunakan produk dalam negeri seperti memakai seragam batik setiap
hari Rabu dan Kamis. Wujud patriotisme dengan menyanyikan lagu Indonesia, mencintai
simbol-simbol bangsa yaitu bendera Merah-Putih.
Pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme yang diajarkan oleh guru di
kelas , sebagian besar siswa menjawab bisa mengamalkan nilai-nilai Pancasila, karena didalam
Pancasila dijelaskan tentang tujuan mengamalkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Nilai
yang harus ditanamkan oleh guru pada saat pembelajaran, yaitu nilai kedisiplinan, nilai bela
negara, nilai Pancasila, dan memahami bentuk-bentuk negara Indonesia.
Penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme yang diajarkan oleh guru, tidak terlepas
dari pedoman dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Penanaman ini dimaksudkan agar siswa
senantiasa memahami tentang pentingnya kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kerangka
NKRI. Kemudian nilai nasionalisme dan patriotisme, diintegrasikan kepada kegiatan-kegiatan di
sekolah seperti upacara bendera, kerja bakti yang mencerminkan cinta akan lingkungan, kegiatan
ini juga dimaksudkan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi bangsa
serta selalu menjaga amanat dari pahlawan agar senantiasa menjaga lingkungan.
Penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme guna mewujudkan pendidikan karakter,
ternyata mengalami hambatan yang dirasa sangat penting. Hambatan ini ditemui dalam tiga
faktor utama yaitu, dari segi perkembangan IPTEK, lingkungan sekolah, serta lingkungan
masyarakat. Hambatan IPTEK berasal dari informasi-informasi yang berasal dari media massa
dan media elektronik.

75
Meskipun perkembangan IPTEK yang sedikit menggeser nilai nasionalisme dan
patriotisme yang berlandaskan pendidikan karakter, siswa juga diajarkan tentang bagaimana
memilah-milah informasi dan sarana yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Cakupan untuk menanamkan nilai nasionalisme dan patriotisme yang dilakukan oleh
guru hanya sebatas melalui pelajaran PKn saja, sehingga guru tidak bisa menerapkan secara
maksimal. Hambatan yang dialami oleh guru dalam menanamkan nilai nasionalisme dan
patriotisme, juga dirasakan oleh sebagian besar siswa. Mayoritas siswa banyak yang membolos
pada saat jam pelajaran sedang berlangsung, dan pada saat pelaksanaan upacara bendera setiap
hari Senin siswa juga banyak yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. Aturan dan sanksi yang
dibuat oleh sekolah tidak ditaati dan dipatuhi oleh para murid.
Hambatan yang terakhir yaitu dari lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar.
Lingkungan keluarga ikut ambil andil dalam hambatan untuk menanamkan nilai nasionalisme
dan patriotisme, sebab lingkungan keluarga dan masyarakat yang menentukan sikap dan perilaku
seorang individu siswa. Kegiatan yang dilakukan siswa lebih banyak berada di luar sekolah
khususnya di lingkungan keluarga, sehingga disini siswa lebih sering berinteraksi dengan
keluarga. Perilaku dan didikan orang tua diharapkan ada sumbangsih atau perhatian khusus
untuk selalu memperhatikan dalam pembinaan anaknya saat di rumah. Apabila orang tuanya
bijak akan dirasa penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme di sekolah juga tidak akan sulit
untuk diterapkan.
Berdasarkan pernyataan sumber data dan sebagian besar siswa, nilai nasionalisme dan
patriotisme yang diajarkan oleh guru melalui mata pelajaran PKn pada dasarnya untuk
membentuk pribadi siswa yang tidak terlepas dari norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan karakter. Penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme ini lah yang menjadi dasar
seorang siswa untuk berperilaku disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras. Perilaku disiplin
merupakan cerminan dari pendidikan karakter. Apabila karakter sudah terbentuk, secara otomatis
siswa selalu menghargai pengetahuan dan wawasan. Pendidikan karakter merupakan cikal bakal
dalam menampilkan sikap nasionalisme dan patriotisme di lingkungan sekolah, masyarakat, dan
negara.
Upaya dalam menanamkan nilai nasionalisme dan patriotisme untuk mewujudkan
pendidikan karakter, yaitu yang pertama melalui peran guru sebagai sumber informasi dan
tenaga pendidik, harus mampu memberikan contoh berkaitan dengan upaya menanamkan nilai

76
nasionalisme dan patriotisme melalui mata pelajaran PKn. Seperti yang dicantumkan dalam
kajian pustaka sebelumnya, berdasarkan pendapat Kiswanto bahwa nasionalisme dan patriotisme
merupakan suatu konsep penting yang harus tetap dipertahankan untuk menjaga agar suatu
bangsa tetap berdiri dengan kokoh dalam kerangka sejarah pendahulunya, dengan semangat
nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, maka eksistensi suatu negara akan selalu terjaga dari
segala ancaman, baik ancaman secara internal maupun secara eksternal. Salah satu upaya yang
dapat ditempuh untuk menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme pada peserta didik melalui
mata pelajaran PKn. Penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme akan mengembangkan
kreativitas peserta didik untuk melakukan kajian-kajian berbagai peristiwa, untuk kemudian
dipahami dan diintegrasikan kepada masing-masing individu sehingga melahirkan contoh untuk
bersikap dan bertindak yang berpijak pada pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah-
sekolah.
Mengacu pada pendapat Kiswanto bahwa peran guru dalam upaya mengatasi hambatan
penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme, dengan cara menyelipkan nilai penting
nasionalisme dan patriotisme yang diintegrasikan melalui kegiatan formal di sekolah.
Penyampaian guru dalam menanamkan nilai nasionalisme dan patriotisme, harus disertakan
dengan contoh- contoh sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditujukan kepada Warga Negara
Indonesia khususnya siswa dalam menghadapi masalah. Peristiwa dan teladan terhadap
masyarakat yang menggusur nilai nasionalisme dan patriotisme, dimana kepentingan pribadi
mengalahkan kepentingan golongan dan nasional.
Guru selalu berusaha memberikan stimulus dan contoh-contoh terkait dengan
nasionalisme dan patriotisme, seperti partisipasi siswa dalam upacara bendera serta memaknai
lagu wajib nasional yang terkandung didalamnya, memberi pengarahan tentang pentingnya rela
berkorban dan membela negara disaat bangsa kita diremehkan bangsa lain. Kegiatan seperti ini
bisa diarahkan pada lima aspek perkembangan sikap perilaku maupun kemampuan dasar. Pada
aspek sikap perilaku, melalui cerita bisa menghargai dan mencintai bendera merah putih dan lagu
nasional, mengenal cara mencintai bendera merah putih dengan merawat dan menyimpan dengan
baik, menghormati bendera ketika dikibarkan. Dorongan dan contoh-contoh yang diberikan oleh
guru, diharapkan siswa mampu mengikuti, meneladani, dan menerapkan perilaku yang baik
pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal ini sejalan dengan tujuan mata pelajaran PKn

77
berupa berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam
lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Upaya yang selanjutnya melalui penanaman nilai-nilai luhur budi pekerti, menanamkan
nilai-nilai karakter bangsa, serta menanamkan nilai-nilai Pancasila. Diantaranya pembiasaan
yang ada di sekolah, doa bersama sebelum memulai pembelajaran dan pada saat Program
Intensif Belajar (PIB), hal ini dimaksudkan agar siswa selalu bertaqwa kepada Tuhan YME. Hal
ini terbukti dengan adanya kegiatan Shalat Jumat berjamaah pada siang hari yang diadakan
setiap hari Jumat. Kegiatan Shalat Jumat dan PIB merupakan salah satu implementasi pendidikan
karakter yang menjurus pada nilai agama.
Implementasi penanaman nilai nasionalisme dan patriotisme sebagai wujud pendidikan
karakter, untuk membentuk perilaku siswa agar menjadi baik terkadang banyak sekali
hambatan-hambatan yang harus dihadapi oleh guru. Hambatan ini diantaranya adalah berupa
perkembangan IPTEK yang sedikit menggeser nilai nasionalisme dan patriotisme, serta perilaku-
perilaku siswa yang ingin melanggar tata tertib sekolah, membolos saat upacara bendera setiap
hari Senin, kondisi siswa yang mempunyai karakter dasar yang kurang bagus, atau mungkin dari
guru yang kurang disiplin. Yang menjadi faktor utama yang perlu dibina oleh guru.
Proses belajar mengajar guru sudah menerapkan pendidikan karakter dengan baik dengan
menyisipkan beberapa nilai pendidikan karakter dalam keseharian di kelas seperti nilai religius
yaitu membimbing siswa sebelum dan sesudah pelajaran untuk berdoa terlebih dahulu kebiasaan
tersebut dapat membuat siswa selalu senantiasa ingat terhadap Tuhan YME. Kebiasaan guru
dalam membimbing siswa berdoa dalam proses belajar mengajar dapat mengimplementasikan
nilai disiplin yang membuat siswa selalu menaati tata tertib sekolah yang sudah ada dengan cara
selalu datang ke sekolah tepat waktu, selalu mengerjakan tugas-tugas dari guru dan berpakaian
rapi.

78
2.9. Implementasi Pancasila Dalam Menumbuhkan Dan Menguatkan Karakter Bangsa

Pancasila merupakan ideologi bangsa atau sebagai jati diri bangsa. Pancasila adalah landasan
filosofis, nilai-nilai yang terkandung didalamnya sebagai satu kesatuan komunitas serta wilayah.
Implementasi pancasila dalam menumbuhkembangkan bangsa sebagai dasar suatu bangsa atau
pandangan hidup bangsa yang berkaitan dengan fenomena budaya masyarakat yang pluralistis.
Sedangkan di Indonesia sendiri banyak sekali keragaman budaya yang sangat penting bagi
bangsa terutama pada era reformasi ini. Keberagaman budaya harus diberdayakan dan diakui
keberadaannya karena itu merupakan suatu identitas bangsa indonesia. Pentingnya pendekatan
keberagaman budaya sebagai pondasi penyangga revolusi total.
Menurut Sastrapratedja terdapat lima alasan kenapa pentingnya keberagaman budaya untuk
masa depan di Indonesia, yaitu :
1. Semakin dewasa hampir semua masyarakat menjadi multikultural, dan lebih mampu
menyerap budaya lain sehingga semakin lebih terbuka, apalagi dalam era globalisasi ini,
hubungan antar budaya semakin lebih mudan dan lebih cepat;
2. Kemajemukan budaya memperluas lingkup pilihan dan kebebasan;
3. Multikultural membentuk identitas kelompok, tetapi selalu dengan yang lain, maka harus ada
penerimaan dan pengakuan satu sama lain;
4. Multikultural juga memperluas imaginasi dan simpati dalam mengembangkan sikap
toleransi, mendorong kompetisi yang sehat, menambah warna dan memperkaya kehidupan
sosial serta memperdalam apresiasi terhadap hakikat dan kemungkinan eksistensi manusia;
5. Tidak ada kebudayaan yang mampu mewujudkan semua nilai, oleh karena itu adanya
multikultural atau keberagaman budaya yang akan saling melengkapi dan mendorong untuk
merefleksi diri.

79
Menurut Ki Hajar Dewantara, pancasila adalah intisari dari kebudayaan Indonesia secara
nasional. Pancasila merupakan hasil dari nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh warna
negara yang sangat berbeda-beda latar belakang kebudayaan lokal atau etnisnya. Nilai-nilai
pancasila berfungsi sebagai simbol simbol pengikat yang memiliki kekuatan integratif diantar
masyarakat yang memiliki keragaman etnis. Dalam proses implemetasi nilai-nilai pancasila
yang berorientasi kepada pendekatan keberagaman budaya akan menjadi faktor pengikat
integrasi bangsa yang memiliki sentripetal dengan berbagai fenomena praksis nyata yang
berdasarkan latar belakang budaya etnik yang memiliki sentrifugal. Karena hal ini lah yang dapat
menumbuhkankembangkan wawasan bangsa yang diliputi semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Implementasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila sangat penting dalam kehidupan
bangsa Indonesia. Hal ini diperlukan agar nilai norma dan etika yang terdapat dalam pancasila
bisa menjadi bagian yang utuh dan mampu menyatu dengan kepribadian masyarakat Indonesia
yang dapat membentuk pola sikap, pola tindak, dan pola pikir kepada masyarakat Indonesia.
Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pandangan hidup dan menjadi alat pemersatu
bangsa. Nilai yang tertera pada lima sila tersebut, merupakan ideologi yang digunakan sebagai
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia Menurut pendapat
Notonagoro dalam buku Sunoto.

80
2.9.1. Strategi Implementasi Pancasila

Melalui strategi implementasi pancasila yang mensinegriskan sitem sentripetal dan unsur-
unsur sentrifugal yang dapat berkembang dimasyarakat sekaligus pembudayaan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan bangsa secara menyeluruh. Keberadaan dan keberlangsungannya
sesuai dengan berkembangkannya jaman. Budaya yang digunakan adalah ‘Budaya Dialog’ yang
merupakan proses belajar dalam kebersamaan dan kesetaraan budaya. Karena keberagaman
budaya yang ada di Indonesia ini maka sangat penting adanya dialog budaya baik secara vertikal
maupun horizontal sehingga dalam pendekatan ini mampu berkesinambungan dengan
masyarakat sesuai dengan implementasi pancasila yang mengharapkan bertumbuhkembangnya
karakter bangsa yang efektif, sejalan dengan adanya perubahan gerakan kehidupan berbangsa
dan bernegara terhadap seluruh masyarakat indonesia dalam kehidupan yang dinamis.

Di era golobalisasi ini kita sebagai bangsa Indonesia harus melestarikan nilai-nilai pancasila
dalam kelangsungan hidupnya. Hal ini dilakukan agar generasi penerus bangsa dapat
mengamalkan intisari nilai-nilai pancasila yang luhur, sehingga dapat terjaga dan menjadi
pedoman bangsa Indonesia sepanjang masa. Perubahan tatanan dunia baik nasional maupun
internasional yang dipengaruhi dengan adanya globalisasi. Dalam menghadapi golobalisasi ini
merupakan tantangan mental yang mendasar dalam kehidupan nasional, politik, dan sosial
sehingga menjadikan benteng dari keyakinan nasional atas dasar negara pancasila.
Pada era globalisasi ini merupakan momentum yang tepat dengan menerapkan nilai-nilai
pancasila kepada peserta didik dengan adanya hari-hari besar seperti hari kemerdekaan, hari
sumpah pemuda, hari pahlawan, dan hari-hari besar lainnya. Namun sekarang ini banyak peserta
didik dan generasi muda yang moralnya rusak karena berbagai hal yang mempengaruhi pikiran
mereka sehingga berdampak buruk terhadap perkembangan pola pikir generasi muda sekarang
seperti dalam media elektronik yang semuanya canggih, teman bermain yang salah, narkoba,
minum-minuman keras, dan masih banyak lagi. Keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan
karena seorang generasi muda ini adalah generasi penerus bangsa yang meneruskan perjuangan-
perjuangan generasi tua untuk mengembangkan bangsa Indonesia.
Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 dengan merencang program “Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa” yang merupakan hasil dari dorongan generasi muda kepada
pemerintah sebagai gerakan nasional. Langkah tersebut termasuk kedalam langkah yang tepat,

81
karena pada dasarnya masalah utama Bangsa Indonesia adalah bukan lagi tentang intelektual
melain adalah masalah terhadap moral. Karena pada dasarnya apa bila negara ini di bangun oleh
masyarakat yang tidak memiliki akhlak dan moral sudah jelas maka negara ini akan kacau dan
tentu saja negara ini tidak akan pernah maju. Oleh karena itu negara ini sangat membutuhkan
generasi muda yang memiliki akhlak dan moral yang baik dalam membangun negara yang maju.
Hal dasar yang perlu diperhatikan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara ini
adalah pendidikan karakter bangsa. Oleh karena itu pendidikan dan pembangunan karakter
bangsa ini secara konstitusional yang memiliki landasan yang kuat. Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah landasan utama dalam pendidikan karakter bangsa yang menciptakan
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral yang dilandasi dengan
pancasila. Terdapat empat pilar yang di tegakkan di negara Indonesia sebagai dasar
negara yaitu :
1. Proklamasi Kemerdekaan (sebagai pesan eksistensial tertinggi);
2. Undang-Undang Dasar 1945;
3. Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Bhinneka Tunggal Ika

Pembangunan karakter bangsa pada masa-masa sekarang merupakan harga mati. Karena pada
masa sekarang banyak sekali perilaku-perilaku yang menyimpang yang membuat budaya serta
pola pikir bangsa berubah. Apalagi dengan keberagaman bangsa Indonesia seperti etnis, agama,
budaya, dan sebagainya. Dengan demikian kita seharusnya kembali menggunakan nilai-nilai
luhur bangsa yang terkandung dalam pancasila.
UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 2 menyatakan bahwa
“pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”.UndangUndang Dasar 1945
mengamanatkan “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional”, dapat diartikan bahwa kurikulum pendidikan nasional seharusnya adalah untuk
memperkokoh sikap cinta tanah air atau nasionalisme, dengan kata lain kurikulum pendidikan
nasional seharusnya membudayakan pola pikir ketunggalikaan di tengah realita keberagaman
atau kebhinnekaan Indonesia. Hakikatnya sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan,
meskipun sila yang satu dengan yang lainnya semua berbada tetapi dari semua sila itu
merupakan satu kesatuan yang sistematis.

82
A. Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan karakter adalah suatu sistem yang bertujuan menanamkan nilai-nilai
sebuah karakter, dimana terdapat komponen kesadaran, kemauan, pengetahuan, dan tindakan
serta suatu usaha untuk memberdayakan potensi peserta didik agar memiliki karakter yang
bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, maupun negara. Tujuan dari pendidikan karakter yaitu
dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan, mengkaji,
menginternalisasi dan mempersonalisasikan nilai serta mengembangkan keterampilan sosial dan
akhlak mulia dalam diri siswa, sehingga dapat mewujudkannya dalamperilaku sehari-hari dalam
berbagai konteks sosial budaya yang berbhineka.
B. Penguatan Karakter Bangsa

Indonesia ini memiliki masyarakat yang sangat beragam budayanya atau multikultural,
kemampuan untuk mengendalikan diri untuk kepentingan bersama ini merupakan suatu sikap
yang memiliki arti penting yang akan menumbuhkan keseimbangan masyarakat. Kunci
keberhasilan suatu negara yaitu bersumber dari msyarakat yang memiliki mutu tinggi. Dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan: ”Pendidikan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Nilai-nilai
karakter yang diterapkan dari nilai-nilai karakter bangsa Indonesia yang merupakan cerminan
dari pancasila. Menurut Suko Wiyono nilai-nilai karakter bangsa indonesia yaitu sebagai berikut:
 Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Kepercayaan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Kebebasan beragama dan berkepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai hak yang
paling asasi bagi manusia;
c. Toleransi di antara umat beragama dan berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
d. Kecintaan pada semua makhluk ciptaan Tuhan, khususnya makhluk manusia.
 Nilai-nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
a. Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa kemanusiaan adalah satu
adanya;

83
b. Kejujuran;
c. Kesamaderajatan manusia;
d. Keadilan;
e. Keadaban.
 Nilai-nilai Persatuan Indonesia
a. Persatuan;
b. Kebersamaan;
c. Kecintaan pada bangsa;
d. Kecintaan pada tanah air;
e. Bhineka Tunggal Ika.
 Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
a. Kerakyatan;
b. Musyawarah mufakat;
c. Demokrasi;
d. Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).
 Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Keadilan;
b. Keadilan sosial;
c. Kesejahteraan lahir dan batin;
d. Kekeluargaan dan kegotongroyongan;
e. Etos kerja
Kompetensi dasar yang akan dicapai dalam proses pembelajaran merupakan penerapan yang
ditetapkan oleh nilai karekter. Karena itu nilai karakter digunakan untuk mendiskusikan berbagai
isu-isu terbaru yang berkembang dimasyarakat dengan menggunakan sudut pandang dalam
pancasila. Sehingga masyarakat akan terbiasa menyikapi memandang, menganalisis, menyikapi,
serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai karakter dalam pancasila terhadap suatu isu atau
fenomena di sekitarnya.Karena itu, semua masyarakat sudah siap dan mampu mengikuti
perkembangan globalisasi ini dan harus tetap mempertahankan nilai-nilai dalam pancasila
sebagai landasan utama.

84
Nilai-nilai pancasila merupakan pengikat sekaligus suatu dorongan usaha dalam menegakan
dan memperjuangkan kemerdekaan sehingga pancasila adalah bukti nyata yang sesuai dengan
keinginan dan kepribadian bangsa Indonesia. Nilai-nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 harus ditanamkan pada peserta didik dengan cara mengaplikasikan sila-sila yang
terkandung didalamnya pada kegiatan pembelajaran maupun kegiatan sehari-hari.

85
BAB III PENUTUP

2.4. Kesimpulan
Hadirnya pendidikan pancasila memiliki peran yang begitu penting sebagai gambaran besar
untuk mencerdaskan generasi bangsa Indonesia dan juga memiliki peran untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya dengan maksud untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia serta dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum. Pancasila sebagai ideologi
bangsa Indoneisa sendiri berhakikat sebagai:
a) Pandangan hidup bangsa, dimana hakikat ini diwujudkan dalam Pedoman, Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila atau pelaksanannya yang kini terbantuk dalam Anggaran
Dasarr yang dilakukan oleh seiap organisosial/politik
b) Dasar Negara Indonesia, hakikat pancasila yang satu ini telah diwujudkan di dalam
batang tubuh UUD 1945, kemudian dilaksanakan melalui bentuk peraturan perundang-
undangan.
c) Tujuan Negara/Nasional, hakikat pancasila yang ini diwujudkan melalui bentuk Garis-
garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang selanjutnya dijalankan dalam bentuk berupa
Repetanas, yang teknis operasionalnya berupa sebuah proyek.
Tujuan dari diterapkannya pendidikan pancasila bukan hanya untuk membuat peserta didik
menjadi berkembang dalam segi daya intelektuakitas maupun sikap dan perilakunya saja,
melainkan juga bertujuan untuk :
1. Dapat memahamkan, menghayati dan melaksanakan pancasila dan UUD tahun 1945 dalam
kehidupan sebagai warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa pancasila;
2. Dapat menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, beragama, berbangsa, dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan
pemikiran yang berlandaskan pancasila dan UUD tahun1945;
3. Memupuk sikap, tingkah laku, dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma
pancasila dan UUD tahun 1945.
Landasan Pancasila ini terbagi menjadi 4 landasan diantaranya yaitu:
1).Landasan filosofis

86
Landasan ini merupakan pengembangan dari adanya pemikiran dari landasan nilai-nilai filasafat
Pancasila itu sendiri, dimana landasan ini dijadikan sebagai sumber uatama dari seluruh tindakan
yang terjadi dalam penyelenggaraan negara.
2). Landasan historis
Landasan ini merupakan salah satu dasar yang ada dalam Pancasila dimana dasarnya ini diambil
berdasarkan fakta-fakta sejarah yang telah terjadi.
3). Landasan kultural
Landasan ini merupakan landasan yang terbuat beradasarkan dari nilai-nilai yang terus
dianggungkan pada kehidupan nasional seperti dalam keberagaman adat istiadat, tulisan-tulisan,
bahasa, seni-budaya, slogan dan lain sebagainya, hal ini lah yang tentunya harus menjadikan ciri
dari Indonesia yang harus diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
4). Landasan yuridis
Landasan ini tentu berkaitan dengan aturan perundang-undangan yang ada dan yang terdapat dari
orang-orang yang ingin menyampaikan bahwa hal tersebut merupakan hal-hal mendasari
pendidikan Pancasila seperti yang dilihat pada pembukaan UUD NRI tahun 1945 dan landasan
yuridis pun bisa akan bisa ditelusuri dari UUD 1945, ketetapan MPR, maupun undang-
undang,peraturan pemerintah, dan lain sebagainya
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi negara tidak terbentuk mendadak secara langsung
melainkan butuh pemrosesan yang begitu Panjang samapi diakui bagi semua rakyat Indonesia.
Sudah sedari dulu sifat dari Pancasila itu sendiri sudah tertanam pada setiap masing-masing
penduduknya sebelum Pancasila ini dibentuk. Didalam Pancasila terdapat nilai-nilai adat istiadat,
kebudayaan, dan nilai-nilai religius yang menjadi sebuah kesepakatan secara bersama-sama
sebagai titik temu oleh semua golongan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung ini
diterima sebagai ideologi dan dijadikan sebagai pegangan bersama dalam kehidupan bernegara
dan berbangsa. Terdapat beberapa fungsi yang sangat penting bagi Pancasila yang menjadi dasar
negara untuk bangsa Indonesia ini, antara lain:
1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
2. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
4. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber tertib hukum 

87
6. Pancasila sebagai cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
7. Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia
8. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia.
Munculnya globalisasi menjadi tantangan yang begitu kuat yang harus dihadapi oleh Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia. Karena itulah adanya Pendidikan Pancasila ini dimaksudkan
agar bisa menjadi sebuah pengingat guna menyadarkan betapa diharuskannya kuatnya untuk
selalu kita dalam mengahdapi arus globalisasi yang begitu tak terbendung karena pengaruh dari
kehadirannya menggempur berbagai sisi maupun berbagai macam kebutuhan. Beberapa
kebudayaan dari kehadiran globalisasi seperti Materialisme, hedonisme, konsumtivisme
merupakan gaya hidup yang begitu buruk untuk diterapkan, namun perilaku ini sudah mandarah
bagi setiap remaja Indonesia saat ini. Membuat penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari mereka perlahan luntur dan terlupa, hal ini yang membuat Pendidikan Pancasila wajib
diberikan dalam penyelenggaraan hidup berbangsa dan bernegara. Dimana Pendidikan Pancasila
ini mengajarkan tentang pengenalan terhadap idelogogi negara kita yakni Pancasila.
Secara historis Pendidikan Pancasila ini memang sudah ada sejak dulu jauh sebelum negara ini
merdeka bahkan sebelum Pancasila ini disahkan sebagai idelogi bangsa ini, karena jika kita
pahami bersama nilai-nilai dari pendidikan Pancasila sudah memuat adat isti adat, kebudayaan,
dan agama yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman terdahulu.
Dalam aspek sosiologis Pendidikan Pancasila ini sangat diperlukan kehadirannya bagi
masyarakat Indoensia karena untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan terus eksistensi-
eksistensi dari negara ini dimana upaya dalam Pendidikan ini sudah dilaksanakan sejak awal
kemerdekaan dengan menggunakan terbitan buku civitas pertama, kemudian dalam percetakan
kedua buku ini diplot sebagai buku pedoman yang membahasa berkaitan mengenai kewajiban-
kewajiban dan hak- hak warga negara Indonesia dan sebab-sebab sejarah serta tujuan Revolusi
Kemerdekaan Republik Indonesia dalam upaya pembaharuan Pendidikan nasional setelah
dikeluarkannya dekrit presiden saat itu.
Sementara untuk secara apolitis, Pendidikan Pancasila sudah terlaksana sejak tahun 1957 dimana
kita bisa mengidentfikasinya dari pernyataan Somantri (1972) bahwa pada masa Orde Lama
mulai dikenal istilah:
(1) Kewarganegaraan (1957);
(2) Civics (1962); dan

88
(3) Pendidikan Kewargaan Negara (1968).
Sepeti kita ketahui Bersama dinamika dalam Pendidikan Pancasila bahwa dalam
pengimplementasiannya ini mengalami pasang surut setiap tahunnya. Secara historis,
pemberdayaan sebagai usaha untuk mempertahankan kehadiran Pendidikan Pancasila ini dalam
rangka pembudayaan maupun pewarisan nilai-nilai Pancasila tersebut sudah secara konsisten
terlaksana sejak awal kemerdekaan hingga sekarang. Tetapi, bentuk dan intensitasnya berubah
dari zaman ke zaman.
Tantangan dari Pendidikan Pancasila bisa kita klasifikasikan menjadi 2 hal yakni tantangan
internal dan eksternal. Tantangan internal berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Pancasila di kelas kurang begitu disukai oleh anak didik karena system pembelajaran
yang disampaikan hanya berfokus satu arah untuk mencapai target kurikulum dan interaksi
instruksional semata ditambah dengan pembelajarannya masih menggunakan system hafalan
tentunya hal ini memuat anak didik menjadi kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran ini
dengan baik. Tantangan eksternal sendiri berkaitan tantangan yang dipengaruhi oleh faktor lain
dari segala aspek bidang kehidupan, baik yang secara langsung maupun tidak langsung bisa
merubah pola pikir warga negara seperti :
1. Adanya pengaruh globalisasi yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan tidak
terkecuali pada aspek ideologi
2. Kehidupan elit politik yang tidak selaras dengan nilai-nilai Pancasila sebagai etika
berbangsa.
3. Lemahnya ketaatan dan kesadaran moral untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman
hidup dalam berbangsa.
Karena beragam dinamika dan tantangan ini sudah sepatutnya bagi kita untuk menjadikan
Pancasila sebagai sumber kita dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan berbangsa dan
negara. Hal ini juga menjadi upaya untuk pemersatu bangsa kedepannya sebagai bekal
menghadapi permasalahan bangsa yang akan terjadi di masa depan.
Rasionalisasi pendidikan pancasila pada hakekatnya sebagai upaya kesadaran dari masing-
masing baik masyarakat maupun pemerintah itu sendiri dalam pemahaman serta pengamalan
pancasila. Pancasila yang berperan sebagai ideologi bangsa, yang sebagai pandangan hidup
bangsa sudah sepatutnya mendapat perhatian yang sangat penuh dari semua pihaks, karena hal
seperti ini begitu penting dilakukan. Kita sendiri bisa mengetahui, bahwa kita sekarang telah

89
berada dalam zaman globalisasi. Dimana saat ini sangat diperlukannya rasionalitas seseorang
terhadap Pancasila.
Eksistensi dari Pendidikan Pancasila sendiri memiliki peran penting sebagai pandangan hidup
yang memiliki nilai filosofis dan sosiologis yang sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai
kajian generasi bangsa. Penumbuhan kembali pemahaman dari pendidikan Pancasila sebagai
pandangan hidup yang sebenarnya telah ada dan tertanam dalam jiwa manusia Indonesia
merupakan hal yang bgeitu mendesak sebagai persoalan utama masyarakat bangsa Indonesia.
Kesadaran yang harusnya dating karaena keinginan yang kuat dari kita sendiri tentunya akan
membawa perubahan dalam yang begitu cepat dan kuat, bila kita sendiri merasa jika Pancasila
ini tidak hanya menjadi sesuatu hal bernilai semantik belaka, dan tidak hanya menjadi slogan-
slogan di setiap upacara. Yang pada akhirnya kita hanya akan menjadi bangsa yang pengekor
bukan sebagai bangsa pelopor di tengah globalisasi yang terus menggencar mewarnai dunia.
Perlu ada upaya yang harus dilakukan baik dimulai oleh kita sendiri sebaga bangsa Indoneisa
maupun tindakan nyata dari pemerintah negara yang mengeluarkan kebijakan bukan berdasarkan
kepentingan partai, bangsa asing, pemilik modal atau kelompoknya merupakan negara yang baik
dan benar dalam mengamalkan Pancasila.
Runtuhnya karakater bangsa terjadi karena adanya kemerosotan karakteristik bangsa Indonesia.
Karakter bangsa perlahan semakin menghilang karena diakibatkan beberapa hal seperti semakin
menghilangnya sikap untuk saling toleransi beragama satu sama lain, hilangnya sikap dalam
nilai-nilai pluralisme, kekerasan perlahan semakin banyak ditemui, dan lainnya. Karena
kurangnya perhatian pemerintah dalam menangani persoalan tersebut dan tidak ada upaya yang
begitu serius dalam penangannya makan mengakibatkan kejadian seperti itu akan terus terulang.
Hal ini akan membuat masyarakat menyikapi hal tersebut dengan biasa saja dan menjadikan
sebagai hal yang lumrah. Karena hal-hal tersebut di atas kebijakan pendidikan harus dicermati
kembali yaitu menyangkut merosotnya karakter bangsa Indonesia ini sehingga menimbulkan
anomali dan anarkisme yang terjadi. Dilain waktu juga pernah terjadi krisis multidimensional
yang melanda pada sekitar tahun 1997-an, bangsa ini dilanda oleh berkembangnya sikap anarkis
dan ketidakpercayaan pada pemerintahan pada masa itu, yaitu pemerintahan Orde Baru, yang
akhirnya terjadi reformasi pada negeri ini. Salah satu efek buruk yang terjadi pada era
reformasi itu adalah berkembangnya sikap skeptis pada ideologi negara, yaitu Pancasila yang
diakibatkan oleh trauma masyarakat atas pendekatan doktriner P4, yang mana dengan

90
pendekatan P4 ini menjadikan Pancasila tidak mencerminkan keseimbangan perlindungan antara
moralitas institusional, moralitas sipil, dan moralitas sosial Tujuan utama dari reformasi
seharusnya adalah mengembalikan jati diri bangsa dengan mensucikan kembali nilai-nilai
Pancasila yang telah ternoda oleh kediktatoran era Orde Baru. Akibat dari hal tersebut adalah
menyurutnya makna ideologis Pancasila sebagai perekat persatuan bangsa, maupun sebagai
sarana untuk menumbuhkan kepercayaan bangsa negara lainnya yang akan berhubungan dengan
Indonesia.
Dalam proses implementasi Pancasila sendiri ketika mengembangkan bangsa Indonesia agar
perlahan semakin tumbuh dan terus menguatkan karakter bangsa dalam setiap masyarakatnya
diperlukan adanya pendekatan kebergaman budaya maupun meningkatkan kesadaran dalam
nilai-nilai dari sikap pluralisme karena ini menjadi faktor penting untuk mengikat integrase
bangsa agar bisa menumbuhkembangkan wawasan bangsa yang meliputi semangat Bhineka
Tunggal Ika. Hal ini sangat diperlukan supaya norma dan etika dalam Pancasila bisa menjadi
menyatu dengan kepribadian masyarakat bangsa Indonesia agar membentuk pola sikap, pola
tindak, maupun pola pikir yang begitu kuat dalam upaya menumbuhkan dan menguatkan
karakter bangsa ini. Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila yang terdapat dalam UUD 1945
merupakan pengikat juga menjadi dorongn dalam usaha kita untuk menerapkannya pada
kegiatan pembelajaran maupun kegiatan sehari-hari agar berguna juga dalam membentuk
kepribadian kita yang kuat terhadap bangsa Indonesia.

91
2.5. Saran

Saran kami sebagai penyusun makalah ini adalah agar makalah ini dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin ketika kita sudah terjun ke dunia pendidikan dan semoga apa yang kami
susun ini dapat bermanfaat pula bagi teman-teman dalam memahami hubungan pendidikan islam
dengan pancasila. Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu apabila ada kesalahan baik dari segi bahasa maupun tulisan pada
makalah ini, kami sangat mengharapkan krirtik dan saran yang besifat membangun dari dosen-
dosen dan teman-teman semuanya. Agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami ketika
membuat makalah seperti ini lagi.

92
93
DAFTAR PUSTAKA

94

Anda mungkin juga menyukai