Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH

SUSUNAN SILA-SILA YANG BERSIFAT HERAGIS PIRAMIDAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu Bapak Yumna Rais,M.Ag

oleh :
MUHAMMAD REZKY YANAPUTRA (1201040102)

TASAWUF PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDIN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Kapitalisme” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang idelogi pancasila dan ideologi
kapitalisme bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Yumna Rais, M.Ag, selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 6 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I......................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN......................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................5
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................6
1.3 TUJUAN...........................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................ 7
POKOK PEMBAHASAN..........................................................................................7
2.1 SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA........................................................7
A. Zaman Penjajahan.........................................................................................7
B. Kebangkitan Nasional...................................................................................8
C. Sidang BPUPKI............................................................................................9
2.2 Makna pancasila sebagai susunan yang bersifat heragis piramidal.............12
Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan
Saling Mengkualifikasi......................................................................................14
2.3 Hakikat dan Muatan dari filsafat Pancasila.................................................16
A. Pancasila Sebagai objek Filsafat.................................................................16
D. Hakikat Sila-Sila Pancasila.........................................................................19
E. Filsafat Bineka Tunggal Ika di dalam Pancasila.........................................26
2.4 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila...........................................28
A. Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa (Nilai Ketuhanan)......................28
B. Sila kedua Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Nilai Kemanusiaan)
29
C. Sila Ketiga Persatuan Indonesia (Nilai Persatuan)......................................30

3
D. Sila Keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan (Nilai Musyawarah)...........................................30
E. Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Nilai
Keadilan)...........................................................................................................31
2.5 Perbandingan Pancasila Dengan Ideologi Lain...........................................32
A. Ideologi pancasila.......................................................................................32
B. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka...........................................................33
C. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Komunis.....................................36
D. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Liberalisme.................................44
E. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Sosialisme.................................47
F. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Fasisme.......................................49
2.6 Peranan pancasila dalam bermasyarakat dan bernegara..............................54
A. Nilai-nilai Pancasila dalam Berbangsa, Bernegara, dan bermasyarakat......54
B. Penerapan dan Pelaksanaan di Masyarakat.................................................56
C. Penerapan Nilai Pancasila Dalam Berbangsa dan Bernegara......................60
D. Pelaksanaan Sikap yang Sesuai dengan sila-sila Pancasila.........................61
BAB III.................................................................................................................... 66
PENUTUP................................................................................................................ 66
A. KESIMPULAN..............................................................................................66
B. SARAN..........................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................68

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia, tidak
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya oleh seseorang seperti yang terjadi
pada ideologi-ideologi lain. Pancasila terbentuk melalui proses dan pembentukan
cukup lama, bukan sekedar diputuskan begitu saja. Ada banyak tokoh yang
terlibat dalam pembentukan dasar negara Indonesia ini. Sebelum di sahkan
menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilai Pancasila telah ada serta berasal dari
bangsa Indonesia sendiri, tidak dicampur tangani oleh ideologi manapun. Nilai-
nilai itu berupa nilai adat istiadat, kebudayaan, serta religious.

Pancasila dalam perjalanan bangsa Indonesia bukan sesuatu yang


baru, melainkan sudah lama dikenal sebagai bagian dalam nilai-nilai budaya
kehidupan bangsa Indonesia. Kemudian nilai-nilai tersebut dirumuskan sebagai
dasar Negara Indonesia. Artinya, Pancasila digali dan berasal dari nilai-nilai
pandangan hidup masyarakat Indonesia.

Pancasila juga berfungsi sebagai pokok pangkal bagi warga negara


Indonesia dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Terdapat lima sila dalam Pancasila, setiap silanya memiliki nilai-nilai
tersendiri. Nilai-nilai tersebut sekaligus sebagai jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia. Nilai Pancasila berkembang sebagai nilai dasar dan puncak budaya
bangsa yang dirumuskan dan ditetapkan melalui pemikiran para tokoh bangsa
sebagai dasar negara dan pandangan hidup. Rumusan Pancasila bukan
merupakan hasil pemikiran seseorang atau kelompok orang, namun diangkat dari

5
nilai-nilai adat-istiadat, dan kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana lahirnya pancasila?
b. Pengertian pancasila sebagai susunan yang bersifat heragis piramidal?
c. Apa muatan dan hakikat dari filsafat dalam pancasila?
d. Apa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila?
e. Apa perbedaan pancasila dengan ideologi lain?
f. Apa Peranan pancasila dalam bermasyarakat dan bernegara?

1.3 TUJUAN
a. Mengetahui proses lahirnya pancasila
b. Mengetahui apa itu pancasila sebagai susunan yang bersifat heragis piramidal
c. Mengetahui muatan dan hakikat dari filsafat dalam pancasila
d. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
e. Mengetahui perbedaan pancasila dengan ideologi lain
f. Mengetahui Peranan pancasila dalam bermasyarakat dan bernegara

6
BAB II

POKOK PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA


A. Zaman Penjajahan
Dengan runtuhnya kerajaan Maja Pahit, maka secara bersamaan
berkembanglah kerajaan-kerajaan Islam, seperti kerajaan Demak, dan
mulailah berdatangan orang-orang Eropa di Nusantara, seperti Portogis,
Spanyol yang ingin menguasai pusat tanaman dan rempah rempah, namun
lama kelamaan peranan mereka meningkat menjadi penjajah. Sehingga pada
tahun 1511 wilayah Malaka di kuasai oleh bangsa Portogis. Demikian pula
dengan Belanda yang masuk Indonesia sejak abad ke XVI dengan VOC nya
(Kompeni) telah melakukan paksaan-paksaan, sehingga banyak mendapatkan
perlawanan dari rakyat nusantara ketika itu. Bahkan sejak abad ke XVII
Belanda makin meningkatkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Dengan
kondisi yang demikian maka perlawanan rakyatpun terjadi diberbagai wilayah
nusantara, yang antara lain :
 Pada tahun 1817 di Maluku perlawanan dipimpin oleh Pahlawan
Patimura.
 Pada tahun 1819 di Palembang dipimpin oleh Baharuddin. ¾ Pada
tahun 1821-1837 di Minangkabau dipimpin oleh Imam bonjol
 Di Jawa Tengah tahun 1825 – 1830 dipimpin oleh Pangeran
Diponegoro.
 Pada tahun 1860 di Aceh dipimpin oleh Teuku Umar, Teuku Tjik di
Tiro, panglima Polim.

7
 Pada tahun 1894-1895 di Lombok dipimpin oleh Anak Agung Made
 Pada tahun 1900 di Tanah Batak dipimpin oleh Sisinga Mangaraja.

Perlawanan rakyat tersebut dilakukan dengan semangat


perlawanan terhadap penindasan dari bangsa Belanda. Namun karena
ketiadaan persatuan dalam perlawanan terhadap penjajah tersebut, maka
semua perlawanan tersebut selalu kandas. Sehingga pada tahun 1830-1870,
bangsa Belanda makin meningkatkan jajahannya dengan menerapkan
sistem monopoli melalui Tanam paksa, serta mewajibkan terhadap rakyat
yang tak berdosa, sehingga penderitaan rakyat makin menjadi-jadi. Ada
beberapa nilai dan pelajaran yang dapat dipetik dari penjajahan oleh
bangsa asing tersebut, misalnya telah “Menimbulkan rasa nasionalisme,
dan menyadarkan kepada rakyat Nusantara ketika itu, bahwa perlawanan
yang dilakukan secara sendiri-sendiri tidaklah akan efektif, sehingga perlu
dibina rasa pesatuan dan persatuan bersama dalam melawan penjajah”. Hal
tersebut sesuai dengan salah satu dari sila dalam Pancasila. Dan dengan
kondisi demikian menyebabkan pendudukan bangsa Belanda berakhir,
tepatnya pada tanggal 10 maret 1940.1

B. Kebangkitan Nasional
Pada abad ke XX dengan tumbuhnya kesadaran akan kekuatan dan
kemampuan diri, terutama di wilayah dunia bagian Timur, maka di Indonesia
pada tahun 1908, atau tepatnya pada tanggal 20 mei 1908, telah lahir suatu
Gerakan Kebangkitan Nasional yang dipelopori oleh dr Wahidin
Sudirohusudo dengan Budi Utomonya. Gerakan ini adalah merupakan awal
pergerakan Nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang merdeka yang

1
Alwi kaderi, PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI, (Banjarmasin, 2015), hal.27

8
berkuasa. Dengan beridirinya Budi Utomo pada Tanggal 20 Mei 1908 tersebut
akhirnya lahir pula berbagai pergerakan nasional lainnya, seperti:
 Serikat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1909, yang kemudian berubah
menjadi Gerakan Politik dengan merubah nama menjadi Syarikat
Islam (SI) pada tahun 1911, yang dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto.
 Indische Partij pada tahun 1913, dipimpin oleh oleh tiga serangkai,
yaitu : Douwes Dekker, Cipto Mangunkosomo, Ki Hajar Dewantara.
 Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 yang dipelopori oleh Ir.
Soekarno, Ciptomangunkusomo, Sartono, beserta tokoh-tokoh lainnya.
 Para pemuda memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928, yang isinya adalah satu Bahasa satu Bangsa dan satu Tanah air
Indonesia.
 Pada tahun 1931 PNI dibubarkan oleh pengikutnya, kemudian diganti
dengan Partai Indonesia atau Pertindo.
 Pada tahun 1933, berdiri Pendidikan Nasional Indonesia oleh golongan
demokrat yang antara lain Moh. Hatta, St. Syahrir, dengan semboyan
“Kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri” 2

C. Sidang BPUPKI
Di awal 1945, tanda-tanda melemahnya kekuasaan fasisme Jepang
mulai terlihat. Untuk itu, pemerintah pendudukan Jepang mulai menjanjikan
Kemerdekaan kepada Indonesia. Tanggal tangga 29 April 1945, dibentuklah
badan bernama Dokuritsu Junbi Cosakai alias Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan yang beranggotakan 59
orang ini didominasi oleh tokoh-tokoh pergerakan, termasuk Sukarno dan
Hatta. Tugas BPUPKI adalah merancang pembentukan negara Indonesia.

2
Ibid., hal.34

9
BPUPKI memulai sidang pertamanya tanggal 29 Mei 1945. Sidang
pertama ini berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama
ini, berbagai tokoh berpidato tentang negara Indonesia, seperti Mohammad
Yamin, Soepomo, dan Hatta. Namun, dari semua tokoh yang berpidato, tak
satupun yang menyinggung dan menjawab pertanyaan Ketua BPUPKI, dr.
Radjiman Wediodiningrat: "Jika Indonesia merdeka, di atas dasar apa negara
ini akan kita dirikan?"

Baru pada saat giliran Soekarno, yang berpidato pada tanggal 1 Juni
1945, pertanyaan itu terjawab. Soekarno berpidato tentang arti penting
Philosofische grondslag (filosofi dasar) dan Weltanschauung (pandangan
hidup) bagi sebuah negara yang merdeka. Sukarno juga menguraikan lima
nilai dasar filosofis tersebut, yakni kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi atau
mufakat, keadilan sosial dan percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Sukarno
kemudian menamai lima nilai filosofi dasar itu dengan nama Pantja-Sila atau
Pancasila.

Pidato Soekarno mendapat tepuk-tangan bergemuruh dari peserta


sidang. Usulannya disetujui. Untuk mematangkan rumusan Sukarno itu,
dibentuklah Panitia Sembilan yang diketuai oleh Soekarno sendiri. Panitia
Sembilan inilah yang mengubah sedikit urutan rumusan Soekarno: Ketuhanan
pindah ke sila pertama, dan ditambahi kata-kata “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Rumusan ini disebut
Piagam Djakarta. Karena itu, Soekarno boleh dikatakan sebagai penemu dari
Pancasila. Tetapi dia sendiri menolak istilah “penemu” itu. Menurutnya, lima
nilai dasar itu sudah ada dan hidup di bumi Indonesia jauh sebelum
kolonialisme datang. Hanya sempat terkubur oleh kolonialisme. Soekarno
hanya menggalinya kembali. Maka ada istilah: Sukarno penggali Pancasila.

10
Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara pada tanggal 18 Agustus
1945, dengan mengubah bunyi sila pertama Piagam Djakarta, menjadi:
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Tahun 1947, Departemen Penerangan Republik Indonesia (RI)
mempublikasikan pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 dengan nama
Lahirnya Pancasila. Kata pengantar buku tersebut ditulis oleh Ketua BPUPKI,
Radjiman Wedyodiningrat, menyebut bahwa pidato Bung Karno tanggal 1
Juni 1945 sebagai hari Lahirnya Pancasila. Sedangkan peringatan 1 Juni
sebagai Hari Lahirnya Pancasila baru dimulai secara resmi di tahun 1964. 3

Pada sidang pertama tanggal 29 Mei 1945, Ketua BPUPKI meminta


kepada anggota peserta sidang untuk memberikan masukan-masukan
diseputar Dasar Negara Indonesia ketika sudah merdeka, (Philoshofische
grondslag). Dan Tokoh pertama yang tampil untuk menyampaikan konsep
dasar negara pada sidang pertama ini adalah Mr. Mohammad Yamin. Dalam
pidatonya beliau telah menyampaikan rumusan yang terdiri ata lima dasar,
yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Peri Kesejahteraan.

Namun usulan tersebut mengalami perubahan disaat beliau


menyampaikannya secara tertulis, sebagaimana berikut ini:

3
Perdana RY, 2018, mengenal sejarah pancasila, (madiun), hal.20

11
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadlan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berikutnya pada sidang hari kedua (tanggal 30 Mei 1945) tokoh yang
tampil adalah Ki Bagoes Hadikoesoemo dan K.H. Wahid Hasyim (dua orang
Tokoh muslim), mereka mengusulkan agar yang menjadi dasar negara
Indonesia adalah ajaran Islam, namun mereka tidak menyampaikan sesuatu
rumusan sebagai tindak lanjutnya.4

2.2 Makna pancasila sebagai susunan yang bersifat heragis piramidal


Maksudnya bahwa susunan sila-sila Pancasila tersebut
menggambarkan hubungan yang hierarkhis dalam urut-urutan yang luas
(kwantitas) dan juga dalam hal kwalitasnya (isinya). Maka jika dilihat dari
intinya, urut-urutan dari lima sila tersebut menunjukkan suatu rangkaian
tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya, yang merupakan pengkhususan dari
sila-sila dimukanya. Sehingga dengan demikian maka kelima sila Pancasila
tersebut, mempunyai hubungan yang mengikat antara yang satu dengan yang
lainnya, dan merupakan kesatuan yang bulat.
negara berdasarkan Pancasila, maka segala sesuatu yang berkaitan
dengan sifat dan hakikat negara, haruslah sesuai dengan hakikat dari landasan
Pancasila itu sendiri. Hal tersebut berarti sila pertama Ketuhanan, berarti sifat

4
Alwi kaderi, PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI, (Banjarmasin, 2015), hal.38

12
dan keadaan negara harus sesuai dengan Tuhan. Sila ke dua Kemanusiaan,
berarti sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ke
tiga persatuan, berarti sifat dan keadaan negara harus sesuai dengan hakekat
satu, sila keempat Kerakyatan berarti sifatsifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat rakyat, dan sila ke lima Keadilan, berarti sifat-sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat adil. Kesesuaian yang dimaksud
adalah kesesuaian antara hakikat nilai-nilai dari sila-sila Pancasila dengan
kondisi negara.
 Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa, dia meliputi dan menjiwai
sila kemanusiaan yang adil dan beradab, sila persatuan Indonesia, sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebjaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
 Sila ke dua: sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, berarti dia
diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhahanan Yang Maha Esa, serta
meliputi dan menjiwai sila persatuan Indonesia, sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan, serta sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Sila ke tiga : Persatuan Indonesia. Dia diliputi dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, sila Kemanusiaan yang adil dan beradab,
serta meliputi dan mejiwai sila kerakyatan yang dipimpimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta
sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila ke empat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh
sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan

13
beradab, Persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila ke lima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah
diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan YME, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan serta
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.5

Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling


Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang “Majemuk Tunggal” hierarkhis
piramidal juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal
ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya
atau dengan kata lain dalam setaip sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat
sila lainnya. Adapun rumusan kesatuan sila-sila pancasila yang saling mengisi
dan mengkualifikasi tersebut sebagai berikut :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Adalah berkemanuasiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia,


berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Adalah berKetuhanan Yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia,


berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

5
Ibid, hal.83

14
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

3. Sila Persatuan Indonesia.

Adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan


beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan.

Adalah ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan


beradab, berpersatuan Indonesia, dan berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Adalah berKetuhanan Yang Maha Esa, berkemanuasiaan yang adil dan


beradab, berpersatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.6

2.3 Hakikat dan Muatan dari filsafat Pancasila


A. Pancasila Sebagai objek Filsafat

6
Ibnu Hururi Dan Asep Munajat, Pendidikan Kewarganegaraan (Panduan Untuk Mahasiswa, Pendidik, Dan
Masyarakat Secara Umum), CV Nurani, Bekasi, 2016, Hal.12-14

15
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran
yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Secara
ringkas filsafat pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang
pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya
adalah untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan
menyeluruh. Filsafat pancasila juga mengungkap konsep-konsep yang bukan
saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga manusia pada
umumnya Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan menjadi
ideologi bangsa indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.7

Pembahasan filsafat pancasila dapat dilakukan secara deduktif dan


induktif Secara deduktif dilakukan dengan mencari hakikat pancasila serta
menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan
pandangan yang komprehensif. Secara induktif yakni dengan mengamati
gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti
dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

B. Pancasila Sebagai Identitas Bangsa Indonesia


Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat
internasional dan memiliki sejarah serta prinsip yang berbeda dengan negara
negara lainnya. Para pendiri negara menyadari pentingnya dasar filsafat lalu
mereka meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu BPUPKI.
Kemudian dari dasar filsfat tersebut muncul suatu prinsip dasar filsafat
negara yaitu pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara berakar
pada pandangan hidup yang bersumber pada kepribadiannya sendiri.

7
Dea tita, 2015, PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT, Jurnal STKIP Kusumu Negara,
link:https://www.slideshare.net/mobile/Dea_tita/jurnal-pancasila-sebagai-filsafat

16
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber pada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Jadi filsafat tersebut tidak muncul secara tiba-tiba
atau dipaksakan. Pancasila dirumuskan secara formal yuridis dalam
pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat negara Indonesia yang nilai-
nilanya telah ada dalam diri bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai tersebut
diangkat oleh pendri negara untuk dijadikan dasar negara Republik
Indonesia. Prosesnya dari dilakukannya sidang-sidang BPUPKI, sidang
Panitia 9 yang akhirnya disahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia.8
Kata identitas itu berarti juga sebagai kata jati diri yang menunjuk
kepada kesatuaan yang utuh dan seimbang dari suatu masyarakat atau
seorang manusia." Kesatuan ini merangkum tiga aspek. Aspek pertama
adalah kesatuan yang terbentuk berkat interaksi antara anggota anggota
masyarakat tertentu, dan nilai-nilai yang mempersatukan itu sekaligus
mengikat masing-masing anggota dalam mengarahkan ke hidupannya.
Kesatuan ini disebut kepribadian. Aspek kedua dari jati diri adalah identitas
diri yang lebih menunjuk unsur kesamaan yang memberi ciri khas kepada
masyarakat tersebut dalam perkembang annya dari waktu ke waktu. Aspek
ketiga adalah keunikan masyarakat tersebut dalam hubungannya dengan
masyarakat masyarakat lain. Perlu dicatat bahwa keunikan bukan berarti
isolasi dari yang lain, tetapi merupakan kekhasan yang dimiliki dalam
pergaulannya dengan masyarakat lebih luas. Demi kejelasan maksud dari

8
Wayan latra, 2017, IDENTITAS NASIONALSEBAGAI SALAH SATU DETERMINAN DALAM PEMBANGUNAN
BANGSA DAN KARAKTER, link; https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/73897666bed07ff50b
5b2bf1ed73e60a.pdf&ved=2ahUKEwilxf__ztTuAhVBX30KHcZaABAQFjAJegQICBAB&usg=AOvVaw1xB1bCryne
pJFs7t3nR2MJ

17
pernyataan "Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia", kita perlu
membahas masing-masing aspeknya.9

Jika memeriksa kembali terjadinya perumusan Pancasila. kiranya


sangat tepatlah untuk mengatakan bahwa Pancasila adalah kepribadian
bangsa Indonesia. Pada tanggal 1 Juni 1945, untuk pertama kalinya Soekarno
memberikan nama 'Pancasila' secara eksplisit bagi kesatuan dari butir-butir
utama yang diusulkan untuk dijadikan dasar negara Indonesia. Nama
'Pancasila' ini diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya di depan Sidang
Umum Pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan
tanggal 1 Juni 1945.

Pada tanggal I8 Agustus 1945 disahkan secara resmi Pembukaan


Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Dasar, serta memilih Presiden
dan Wakil Presiden. Pada tanggal itu Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia menerima dan menyetujui bahan-bahan yang telah disiapkan dan
disetujui oleh Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Namun sejarah menunjukkan bahwa perumusan Pancasila
tidaklah sedemikian sederhana dan mudah, tetapi mengalami proses yang
cukup panjang dan menguras tenaga. Di dalam proses terbentuknya rumusan
definitif Pancasila, terdapat rumusan-rumusan yang berbeda.10

Perjalanan Pancasila sendiri tidaklah selalu mulus dan mudah. Setiap


kali dicoba untuk merumuskan secara berbeda, yang dianggap lebih sesuai
dengan tujuan negara. Namun akhirnya disepakati bahwa Pan casila

9
Hardono Hadi, 1994, Hakikat & Muatan Filsafat Pancasila, (Pustaka Filsafat : Yogyakarta), hal.66
10
Sunoto , 1988, Mengenal Filsafat Pancasila, (PT.Hanindita : Yogyakarta), hal.29

18
sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan perumusan yang terbaik di antara kemungkinan kemungkinan
yang ada.

Pancasila inilah yang menjadi rumusan kepribadian bangsa Indonesia.


Dari satu pihak, rumusan kepribadian ini ditarik dari penghayatan
masyarakat Indonesia sendiri. Dari lain pihak, kepribadian inilah yang
dijadikan pedoman kehidupan bersama agar ditaati dan dikem bangkan
secara optimal.

maksud dari perumusan Pancasila sebagai kepribadian bangsa ialah


agar Pancasila mampu meresapi kehidupan masing masing anggota
masyarakat Indonesia, mendasari komunikasi antar orang Indonesia, dan
menjadi pedoman hubungan antara masyarakat sebagai keseluruhan dengan
masing-masing anggotanya, dan sekaligus menjadi sumbangan bangsa
Indonesia dalam tata pergaulan internasional dengan bangsa-bangsa lain di
dunia ini.11

D. Hakikat Sila-Sila Pancasila


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan sila Ketuhanan yang Maha Esa ini artinya bahwa
bangsa Indonesia mengakui dan menghormati agama. Pancasila sebagai
dasar negara merurnilskan hubungan yang sebaik-baiknya antara Tuhan
dan manusia, antara agama dan negara. Dengan sila ini jelas tidak ada
tempat untuk athelsme yaitu faham dan sikap menolak adanya Tuhan.
Juga tidak ada tempat bagi politheisme yaitu faham bahwa banyakTuhan

11
Hardono Hadi, 1994, Hakikat & Muatan Filsafat Pancasila, (Pustaka Filsafat : Yogyakarta), hal.68

19
atau dewa. Juga tidak ada tempat bagi Pantheisme yaitu faham bahwa
semua itu adalah Tuhan dan Moriisme yaitu paham bahwd yang ada
sungguh-sungguh itu hanya tunggal yaitu Tuhan. Nggara kita juga bukan
negara profan atau Sekuler yaitu negara yang sama sekali tidak
menghiraukan masalah keagamaan dan ketuhanan.

Nilai ini mengandung arti keyakinan dan pengakuan yang


diekspresikan dalam bentuk perbuatan terhadap Dzat Yang Maha
Tunggal tiada duanya. Yang Sempurna sebagai penyebab pertama (kausa
prima). Ekspresi dari Nilai Ke Tuhanan Yang Maha Esa menuntut
manusia Indonesia untuk bersikap hidup, berpandangan hidup "taat" dan
"taklim" kepada Tuhan dengan dibimbing oleh ajaran-ajaran-Nya. Taat
mengandung makna setia, menurut apa yang diperintahkan dan hormat
atau cinta kepada Tuhan. Sedangkan taklim mengandung makna
memuliakan Tuhan, memandang Tuhan terluhur.

Nilai KeTuhanan Yang Maha Esa memberikan kebebasan


kepada pemeluk agama sesuai dengan keyakinannya, tak ada paksaan dan
antar penganut agama yang berbeda harus saling hormat dan
menghormati atau toleransi. Dan Tuhan dengan Negara mempunyai
hubungan sebab akibat tidak langsung lewat manusia. Artinya negara
dengan segala aspek pelaksanaanya harus sesuai dengan hakekat Tuhan
sebagai causa prima, Peraturan negara tdk boleh bertentangan dengan
hukum-hukum Tuhan.

Dari segi bentuk rumusannya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa


mencerminkan suatu konsep ketuhanan monoteisme, kepercayaan kepada

20
adanya hanya satu Tuhan Bagi umat Islam, disebut tauhid yang
merupakan ajaran para Nabi yang berasal dari wahyu Allah.12

2. Sila Kemanusiaan Yang adil dan Beradab


Nilai ini mengandung makna kesadaran sikap dan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan
mutlak hati nurani dengan memperlakukan suatu hal sebagaimana
mestinya. Perlu diperhatikan dan merupakan dasar hubungan sesama
umat adalah pengakuan hak asasi manusia, Manusia harus diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk
Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajatnya yang sama hak dan
kewajiban asasinya. Untuk itu perlu dikembangkan sikap saling
mencintai sesama manusia. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab
pada prinsipnya ingin menempatkan manusian sesuai dengan harkatnya
sebagai makhluk Tuhan dan sikap saling harga menghargai antara sesama
manusia, juga sikap penghormatan bangsa Indonesia kepada bangsa-
bangsa lain.

Menempatkan manusia sesuai dengan harkatnya sesuai


kedudukannya sebagai makhluk Tuhan berarti bahwa hak-hak asasinya
harus memperoleh layanan dan perlindungan dengan semestinya. Hak
hidup (keselamatan jiwa), hak atas keselamatan badan, hak atas
kebebasan diri, hak milik dan hak atas kehormatan adalah hak-hak asasi
manusia yang harus memperoleh. Nilai-nilai kemanusiaan seperti
persamaan, keadilan, tenggang rasa, mencintai sesama, kesetia kawanan,
kekeluargaan kemanusiaan dijunjung tinggi.13
12
Syamsudin, Muntoha, Kartini pramono, dkk, 2009, PENDIDIKAN PANCASILA MENEMPATKAN KEISLAMAN
DAN KEINDONESIAAN,( Total Media : Yogyakarta), hal.77
13
Ibid, hal.79

21
3. Sila Persatuan Indonesia
Nilai ini mengandung arti usaha ke arah bersatu dalam
kebulatan rakyat untuk membina nasionalisme dalam negara Indonesia.
Nilai Persatuan Indonesia yang demikian ini merupakan suatu proses
untuk menuju terwujudnya nasionalisme. Dengan modal dasar nilai
persatuan, semua warga negara Indonesia baik yang asli maupun
keturunan asing dan dari macam-macam suku bangsa dapat menjalin
kerjasama yang erat dalam wujud gotong royong dan kebersamaan.

Dalam nilai ini terkandung adanya perbedaan-perbedaan yang


biasa terjadi di dalam kehidupan masyarakat dan bangsa, baik itu
perbedaan bahasa, kebudayaan, adat istiadat, agama maupun suku.
Perbedaan itu jangan dijadikan alasan untuk berselisih tetapi justru
menjadi daya tarik ke arah kerja sama, ke arah resultante sintesa yang
lebih harmonis. Pancasila menjadi perekat dalam keanekaragaman, hal
ini sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Karna banyaknya ragam budaya dan suku yang terdapat di


dunia di maksud kan agar dapat mewujudkan kerjasama dalam
menyelenggarakan kehidupan bersama. Dengan demikian hidup
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku itu merupakan pembawaan kodrat
manusia, sepanjang dapat terwujud kerjasama bangsa bangsa, kebangsaan
atas dasar perasaan bahwa bangsa tertentu lebih tinggi martabatnya dari
bangsa lain sama sekali tidak dibenarkan, bahkan bertentangan dengan
pembawaan kodrat manusia. Jadi dalam kehidupan perseorangan dan
keluarga kecil tempat tinggal merupakan kebutuhan hidup yang bersifat
mutlak dan pemiliknya diberi kebebasan untuk menghuni dan

22
mempertahankannya dari gangguan orang lain, maka bagi satuan sosial
yang lebih luas, suatu bangsa berhak menentukan tempat tinggalnya yang
merupakan wilayah negara dan berhak bahkan berkewajiban
mempertahankannya dari gangguan bangsa lain.14

4. Sila Kerakyatan Yang Di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


Dalam Permusyawaratan Perwakilan

Nilai sila ini mengandung makna suatu pemerintahan rakyat


dengan melalui badan-badan tertentu yang dalam permufakatan atas
kebenaran dari Tuhan, selaras dengan akal sehat serta
mempertimbangkan kehendak rakyat dan rasa kemanusiaan demi
mencapai kebaikan hidup bersama.

Di dalam pengambilan keputusan lewat musyawarah mufakat


ini yang menjadi prioritas utama adalah "kualitas" itu sendiri, yaitu isi,
bobot dari usulan yang diajukan. Meskipun usulan dari golongan
mayoritas tetapi jika isi dan bobot dari usulan tersebut tidak berkualitas
maka tidak bisa diterima, sebaliknya meskipun dari golongan minoritas
jika isi dan bobotnya berkualitas maka bisa diterima. Cara-cara seperti ini
yang dikehendaki oleh sistem "Demokrasi Pancasila" yaitu demokrasi
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Karena titik beratnya musyawarah mufakat
untuk kepentingan bersama, maka Demokrasi Pancasila pahamnya adalah
kekeluargaan dan kebersamaan.

14
Ibid, hal.85

23
Dalam mewujudkan nilai demokrasi Pancasila, semua manusia
Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai
kedudukan hak dan kewajiban yang sama. Oleh karena itu dalam
menggunakan haknya setiap individu harus memperhatikan dan
mengutamakan kepentingan bersama. Dengan etiket baik dan penuh
tanggung jawab harus menghormati dan mentaati setiap hasil keputusan
yang telah disepakati bersama dalam lembaga perwakilan rakyat.
Keputusan yang diambil harus menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebebasan dan keadilan dengan tujuan untuk
membangun dan mengembangkan hidup yang mengutamakan persatuan
dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Nilai demokrasi dalam sila keempat ini harus diwujudkan juga


di bidang ekonomi yaitu untuk mewujudkan adanya persamaan
kedudukan dan peranan dalam bidang ekonomi seperti mewujudkan
kesejahteraan bersama sebagai pencerminan dari sila keempat. Di sini
rakyat dilihat kedudukannya sebagai pendukung kepentingan atau
keperluan hidup. Dengan demikian demokrasi keadilan sosial ini
mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan/kepentingan hidup.15

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Makna yang terkandung dalam sila kelima ini adalah suatu
tatanan masyarakat yang adil dan makmur sejahtera lahiriah dan batiniah
yang setiap warga negara mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi
haknya sesuai dengan esensi adil dan beradab. Sila ini wujud
pelaksanaannya adalah warga harus mengembangkan sikap adil terhadap

15
Ibid, hal.79

24
sesama, menjaga keseimbangan, keserasian keselarasan antara hak dan
kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain

Di samping itu wajib pula melaksanakan keadilan komulatif


(keadilan antara WNI dan WNA): keadilan legal / taat dan loyal terhadap
negara; dan keadilan distributif (membagi kewajiban negara kepada
WNI). Semua keadilan ini perlu diwujudkan dalam sikap solider,
bekerjasama dengan sesamanya, membuka diri bagi kepentingan
bersama, merupakan sifat-sifat perilaku dalam keadilan sosial yang harus
dijunjung tinggi.

Keadilan Sosial bukan saja menjadi dasar negara RI., tetapi


sekaligus menjadi tujuan yang harus dilaksanakan. Pada prinsipnya Sila
Keadilan Sosial menghendaki adanya kemakmuran yang merata di
antara seluruh rakyat; bukan merata yang statis melainkan merata yang
dinamis dan meningkat. Keadilan sosial mempunyai pengertian yang
amat luas, yang bertumpu pada pokok pikiran setiap warga negara
menikmati hidup terhormat, tercukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
dan memperoleh kesempatan untuk mengeksploitasi bakatnya bagi
kepentingan pribadi dan masyarakat. Jika keadilan diartikan memberikan
kepada seseorang apa yang menjadi haknya, maka keadilan sosial dapat
berarti memberikan kepada anggota inasyarakat apa yang meiljadi
haknya atas dasar kelayakan dan keseimbangan. Hak anggota masyarakat
dalam hidup bermasyarakat mencakup banyak ha1 pangan, sandang,
papan, pendidikan, kesehatan, politik, pekerjaan, hidup berkeluarga,
rekreasi dan sebagainya.16

16
Ibid, hal.91

25
E. Filsafat Bineka Tunggal Ika di dalam Pancasila
Bineka Tunggal Ika Menghasilkan Kerinduan akan kesatuan
dari kepelbagaian tersebut secara jelas telah ditunjukkan oleh Eka
Darmaputra yang memantau dan meng identifikasinya di dalam pandangan
dunia yang bersifat totalistis, dua listis, dan hierarkis.'' Dengan pandangan
dunia yang bersifat totalistis dimaksudkan bahwa semua unsur dalam
semesta saling berhubungan, karena semuanya bertemu di dalam Allah.
Allah merupakan asal dan tujuan dari segalanya. Dengan demikian terjadi
keserasian antara unsur-unsur semesta. Sedangkan pandangan dunia yang
bersifat dualistis menekankan prinsip keseimbangan antara kutub-kutub para
doksal. Dengan pandangan itu, segala sesuatu yang kelihatan ber tentangan
justru menyatu dalam satu integritas kenyataan. Akhirnya, pandangan dunia
yang bersifat hierarkis menunjuk kepada pengaturan semesta menurut
tempatnya masing-masing. Pengaturan semesta me nurut pembagian tempat
yang pas akan menyebabkan suatu sistem kesatuan, di mana masing-masing
unsurnya mempunyai peranan yang tidak dapat diabaikan dalam konstalasi
keseluruhan.17

Namun tekanan pada Bhinneka Tunggal Ika yang dihidupi bangsa


Indonesia lebih merupa kan keyakinan implisit daripada ajaran yang jelas
dan tegas. Dia mengharapkan agar yang merupakan "orthopraksi" ini
dikembangkan menjadi "orthodoksi", sehingga perjuangan bersama bangsa
Indone sia mendapat pegangan yang jelas. Dengan kata lain, eksplisitasi dari
apa yang masih implisit itu baginya masih merupakan harapan yang perlu
ditanggapi.18

17
Hardono Hadi, 1994, Hakikat & Muatan Filsafat Pancasila, (Pustaka Filsafat : Yogyakarta), hal.95
18
EKA DARMAPUTRA, 1988, PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DAN MODERNITAS, TINJAUAN ETIS DAN
BUDAYA, (PT BPK : Jakarta), hlm. 80-82.

26
Pancasila secara filosofis daripada mengutarakan filsafat yang
terdapat dalam Pancasila. Sebagai pembenaran filosofis, harus dikatakan bah
wa Pancasila merupakan kewajaran dalam arti sesuai dengan kodrat
manusia. Sebab sesuai pandangan filosofis yang dipegang oleh Dri jarkara,
kesatuan segala ciptaan yang berpusatkan pada manusia men dapatkan
tekanan. Dari kenyataan manusia dengan segala sifat-sifat nya bisa
diterangkan kedudukan Pancasila. Namun hal ini tidak dengan sendirinya
menyajikan filsafat yang terdapat dalam Pancasila. Harus diakui bahwa
pembenaran yang diberikan oleh Drijarkara ini sangat bermanfaat bagi
dialog bangsa Indonesia dengan bangsa bangsa lain yang mempunyai titik
tolak kemanusiaan. Namun apa persis isi filosofis yang dikandung oleh
Pancasila masih tetap belum disentuh. Untuk itu filsafat yang merupakan
sistem ide yang termuat dalam Pancasila perlu mendapatkan perumusannya.

Disadari pula bahwa kesatuan umat manusia sebagai saudara


hanya menjadi nyata bila mendapatkan wujud nyatanya dalam kesatuan
setiap unit yang lebih kecil. Unit yang lebih kecil dari persaudaraan
internasional tersebut biasanya menggejala dalam ke satuan masing-masing
bangsa. Maka sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia, benar-benar merupakan
wujud konkret dari persaudaraan seluruh dunia. Dengan demikian, persatuan
Indonesia didasarkan kepada persaudaraan internasional yang didasarkan
pada kesatuannya di dalam Allah. Kalau Bhinneka Tunggal Ika menjadi
semboyan per juangan bangsa Indonesia, hal itu sekaligus menjadi batu
penguji manusia Indonesia, sejauh mana dia menghayati sila pertama dan
kedua. Tetapi untuk detilnya baiklah kita lihat nanti dalam pembicaraan
mengenai sila ketiga ini.

27
Kesadaran akan kesatuan bangsa, tentu saja juga disertai
kesadaran akan kesamaan hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggung
jawab. Masing-masing manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban
asasi yang sama, sebab masing-masing adalah manusia yang mem punyai
kedudukan sama sebagai manusia. Apalagi kalau kita mengingat bahwa
masyarakat terjadi berkat interaksi intensif, di mana terjadi komunikasi dan
transaksi nilai antara anggota-anggotanya. Dalam menentukan kehidupan
bernegara pun masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Dengan demikian, semangat demokrasi mempunyai tempat dan kedudukan
yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia19

2.4 Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila

A. Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa (Nilai Ketuhanan)


Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan “roh” sekaligus
dasar dari keempat sila lainnya. Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna
bahwa Bangsa Indonesia adalah Negara yang monotheisme percaya
terhadap Tuhan yang satu bukan sebaliknya. Dengan kata lain, negara
Indonesia berlandaskan agama.

Pancasila dengan sila pertamanya, adalah sebuah falsafah yang


sesuai dan bersahabat dengan agama. Oleh karenanya, sudah seharusnya
sebagai Insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah dengan
mendirikan perintahnya guna meningkatkan kesalehan kita. Kita sebagai
bangsa Indonesia sudah sepatutnya menyadari realitas kemajemukan
Indonesia sebagai sebuah berkah dari Allah, yang perlu dikembangkan dan

19
Hardono Hadi, 1994, Hakikat & Muatan Filsafat Pancasila, (Pustaka Filsafat : Yogyakarta), hal.100-101

28
dilestarikan. Keberagaman semestinya tidak bersifat hierarkis, melainkan
egaliter, dan oleh karena itu berimplikasi pada nilai etis toleransi. Sebagai
umat beragama yang beriman dan bertakwa kepada Allah, sudah
semestinya kita menanamkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, kejujuran,
dan kemuliaan dalam diri, sehingga meningkatkan moral bangsa.20

B. Sila kedua Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Nilai


Kemanusiaan)
Nilai yang terkandung dari sila kedua pancasila adalah nilai
kemanusiaan. Kemanusiaan yang dimaksud adalah manusia yang adil dan
beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan, yang diwujudkan dalam semangat saling menghargai,
toleran, yang dalam perilaku sehari-hari didasarkan pada nilai-nilai moral
yang tinggi, serta untuk kepentingan bersama. Dengan mengimplementasikan
sila kedua ini diharapkan bahwa permaslahan yang dialami bangsa saat ini
seperti tidak adanya toleransi, konflik antar golongan, pengangguran,
kemiskinan, mafia kasus, korupsi, diskriminasi dan kesenjangan sosial,
tindakan kekerasan, baik secara vertikal maupun horizontal, dapat teratasi. 21

C. Sila Ketiga Persatuan Indonesia (Nilai Persatuan)


Indonesia adalah Negara yang kaya akan keberagaman suku,
agama, bahasa, budaya, dan ras. Namun dengan terbentuknya NKRI,
dimulailah komitmen bersama untuk terus membentengi keberagaman itu
untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Itulah makna
20
Wendy, 2018, URGENSI MEMAHAMI DAN MENGIMPLEMENTASIKAN NILAINILAI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI SEBAGAI SEBUAH BANGSA, JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR
2, hal.125
21
Ibid, hal.125

29
yang terkandung dari sila persatuan Indonesia. Sesuai dengan konstitusi
tujuan negara ialah berkewajiban memberikan perlindungan kepada
segenap tumpah darah Indonesia dan seluruh isinya dengan semangat
persatuan tersebut. Perlakuan yang sama pada seluruh warga dimananapun
berada haruslah dilakukan oleh pemerintah tanpa memandang latar
belakang suku, ras, budaya, maupun agamanya. Warga negara dalam
semangat kebersamaan seharusnya melakukan tindakan yang tetap
menunjukkan sikap dan perbuatan yang NKRI untuk kebahagiaan dan
kemajuan bersama. Semangat persatuan inilah yang harus terus dijaga agar
NKRI tetap eksis, dan dapat menjadi kuat karena terbangun dari jalinan
keberagaman yang harmonis.22

D. Sila Keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan Perwakilan (Nilai Musyawarah)
Konstitusi mengamanatkan untuk newujudkan negara yang
demokratis, yang mana kedaulatan diserahkan sepenuhnya kepada rakyat.
Nilai yang terkandung Sila keempat pancasila adalah pedoman
berdemokrasi Indonesia. Namun bagaimana cara mengimplementasikan
demokrasi Indonesia masih dalam tahap pencarian identitas. Sejak
merdeka, Indonesia telah melalui be-berapa tahapan demokrasi, yaitu
demokrasi masa revolusi, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin,
demokrasi era orde baru dan demokrasi era reformasi.

Dengan kata lain demokrasi Indonesia adalah musyawarah


mufakat. Namun, dalam kenyataannya, pelaksanaan praktik politik di
Indonesia belum mengutamakan permusyawaratan untuk mufakat.

22
Ibid, hal.126

30
Sebaliknya, tren baru yang berkembang pada saat ini mengarah pada
demokrasi transaksional. Uang menjadi kekuatan dalam menguasai politik,
kelompok yang memiliki uang yang berlimpah yang akan menguasai dan
memenangkan perpolitikan. Inilah yang pada akhirnya dikhawatirkan akan
memberikan negara kepada kendali suatu kelompok tertentu. Kondisi ini
akan diperparah apabila demokrasi ekonomi, dan sosial tidak dilakukan,
dan pemimpin yang visioner tidak dimiliki. Oleh karena itu, penting untuk
mengkaji ulang gagasan demokrasi sesungguhnya sesuai dengan amanat
sila ke empat pancasila.23

E. Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia (Nilai


Keadilan)
Sila keadilan sosial mengandung makna bahwa setiap
warganegara diperlakukan sama tanpa adanya perbedaan suku, ras, agama,
bahasa, kaya dan miskin, maupun jabatan. Semua warganegara harus
diperlakukan adil oleh negara. Perwujudan dari sila keadilan sosial ini
dapat berupa penegakan mukum dengan asas keadilan bukan keuangan dan
jabatan, tidak ada tekanan baik fisik maupun mental terhadap rakyat,
mendapatkan kehidupan yang sejahterah atau terbebas dari kemiskinan,
dan kebodohan, serta dari tekanan pihak asing. Pemerintah berpihak
kepada rakyat yang harus dibela, bukan kepada golongan tertentu yang
mempunyai kepentingan. Itulah prinsip keadilan yang terkandung dalam
sila ke-lima. Namun sesungguhnya prinsip keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia menjadi anak tangga pertama yang harus dipijak dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Keadilan dalam konteks aturan,
kebijakan, tindakan, dan perlakuan yang adil terhadap rakyatnya dapat

23
Ibid, hal.127

31
membuat masyarakat leluasa bermusywarah dan bermufakat mencari
solusi persoalan. Tegaknya keadilan membuat bangsa akan lebih mudah
dalam menyatukan kekuatan untuk dapat mewujudkan kemakmurannya
yang bermartabat. Keadilan juga akan mempertebal rasa kemanusiaan dan
saling mencintai sesama ciptaan Tuhan. Akhirnya keadilan dapat membuat
setiap orang tenang beribadah tanpa harus merasa terancam oleh kelompok
lain yang berbeda keyakinan.

2.5 Perbandingan Pancasila Dengan Ideologi Lain


A. Ideologi pancasila
Ideologi Pancasila terbentuk melewati jalan panjang
perjuangan bangsa Indonesia, sebagai reaksi terhadap kolonialisme.
Ideologi Pancasila mencita-citakan masyarakat yang adil dan makmur
dalam kehidupan spiritual dan material dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam bidang politik Pancasila mengajarkan
demokrasi: kedaulatan ada di tangan rakyat lewat MPR, ada kebebasan
dalam mendirikan partai, sistem pemerintahan presidensial. Bidang
ekonomi menjamin kebebasan individu dengan memberikan kesempatan
kepada sektor swata, hak milik indivudu diakui kebebasan memilih
pekerjaan. pemerintah berperan dan bertanggung jawab terhadap
perekonomian nasional. Sektor-sektor yang penting dikuasai oleh negara.
Di bidang sosial, Pancasila mengakul hak asasi manusia, adanya
persamaan bagi seluruh warga negara. Dalam bidang agama, Pancasila
menganut panam negara Teistik, negara mengakui adanya Tuhan, tetapi
bukan negara agama. Negara bertanggung jawab terhadap pembinaan dan

32
perkembangan kehidupan beragama. Adanya kebebasan beragama, karena
tidak ada agama negara.24

B. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Ideologi seperti organisme yang tumbuh berkembang, bisa
menyusut atau mati. Agar bangsa Indonesia tetap eksis di dunia, ideologi
Pancasila harus bersifat d numis, senantiasa berkembang menyesuaikan
diri dengan perubahan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
Ideologi yang dinamis bersifat Darbuka, yakni dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan senantiasa mengalami dinamika internal.
Adapun ciri ideologi terbuka adalah :
 Bersifat realis, yaitu mencerminkan kenyataan yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat dimana Ideologi tersebut
berkembang. Ideologi yang realis merupakan kenyataan pola hidup
masyarakat itu sendiri.
 Bersifat idealis, yaitu konsep yang terkandung di dalamnya mampu
memberi herapan, optimisme, serta mampu menggugah motivasi
para pendukungnya untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan.
 Bersifat fleksibel, yaitu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
yang terus menerus berkembang dan sekaligus mampu memberi
arah, melalui tafsir-tafsir baru yang konsisten dan relevan.
 Seimbang dan harmonis

Pancasila sebagal ideologi terbuka memiliki tiga nilai yaitu :

 nilai dasar yang bersifat tetap sepanjang masa seperti asas, cita-cita
dan tujuan
24
Iryanto, Ana, Rahayu, Dkk, 2007, BUKU AJAR PENDIDIKAN PANCASILA, (UPT MKU : Semarang), hal.53

33
 nilal instrumental yang penerapan dan pengembangannya dapat
berubah sesuai dengan tuntutan zaman, antara lain berupa arahan
kebijakan, strategi sasaran dan pelaksanaan
 nilal praksis yang merupakan realisasi dari nilai-nilai instrumental
dalam kehidupan nyata dalam bermasyarakat berbangsa dan
bernegara Perubahan-perubahan pada nilai Intrumental tidak boleh
bertentangan dengan nila dasar. Sifat dinamis dan inovatif ideologi
Pancasila memungkinkan bangsa Indonesia mengikuti
perkembangan zaman tanpa meninggalkan prinsip-prinsip dasarnya
(jati diri bangsa).

Usia Pancasila sebagai sebuah ideolog! masih tergolong muda


Jika dibandingkan dengan ideologl-ideologi lain seperti liberalisme,
komunisme, rasisme. Namun, Pancasila sebagai sebuah ideologi terbukti
mampu bertahan di tengah persaingan ideologi-ideologi besar dunia.
Dalam keterpurukan bangsa dan krisis multidimensional yang
berkepanjangan. keunggulan dan keampuhan Pancasila membuat Ideologi
ini tetap eksis. Keunggulan atau kelebihan itu adalah pada dasar ajaran
Pancasila yang tidak hanya menekankan sifat kodrat manusia sebagal
makhluk Individu tetapi juga sebagai makhluk sosial. Kedua sifat kodrat
Ini disatukan secara sinergis. Pancasila tidak berada pada ekstrim kiri yang
beranggapan manusia sebagai makhluk sosial yang merupakan dasar dari
komunisme/sosialisme, atau berada pada ekstrim kanan yang mangajarkan
manusia sebagal individu yang merupakan dasar ideologi Liberalisme.
Bangsa Indonesia dengan Ideologi Pancasila mempunyai keuntungan bisa
dekat dengan liberalisme maupum komunisme sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan tanpa meninggalkan nilai-nilai Pancasila

34
Sejarah membuktikan dengan runtuhnya negara komunis
terbesar di dunia negara-negara lain yang menganut paham itupun banyak
yang runtuh, demikian juga suatu saat jika perkembangan Ideologi
liberalisme mencapai titik jenuh dan mulia surut, maka negara-negara yang
menganut sistem tersebut tentu juga akan ikut hancur. Posisi Pancasila
yang berada di tengah-tengah antara dua ekstrim tersebut merupakan posisi
aman. Yang kedua, Pancasila bukan merupakan ajaren atau doktrin yang
diciptakan dari atas (teori) ke bawah (praktek), tetapi disusun oleh para
pendiri negara dari tata nilal yang ada di temngah masyarakat Indonetla
yang sangat beragam baik suku, agama, ras dan golongan, sehingga
Pancasila merupakan wadai bagi keberagaman Indonesia Pancasila
merupakan pemersatu Kebhinekaan bangsa. Sebagai wadah berarti
Pancasila harus mampu memberikan tempat bagi keberagaman untuk
berkembang dan sekaligus melidung dan memberikan rasa aman dalam
keberagaman ini. Sebagai wadah pemersatu bangsa dalam sejarah telah
menjukkan bukti keampuhannya. Adanya pemberontakan pemberontakan
yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi selalu mengalami
kegagalan karena tidak didukung oleh komponen bangsa yang lain yang
menyadari bahwa Pancasila merupakan wadah yang paling tepat untuk
dapat hidup bersama dalam segala perbedaan. Ideologi Pancasila adalah
ideologi pemersatu bangsa.25

C. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Komunis


a) pancasila

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara indonesia berkembang


melalui proses yang cukup panjang. Pada awalnya secara kausalitas
bersumber dari nilai – nilai yang dimilki oleh bangsa indonesia sebagi
25
Ibid, hal.55

35
pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu, nilai –nilai pancasila berasal dari
pandangan hidup bangsa telah diyakini kebenarannya. Kemudian diangkat
oleh bangsa Indonesia sebagai dasar filsafat negara dan kemudian menjadi
ideologi bangsa dan negara. Oleh karena itu, ideologi Pancasila ada pada
kehidupan bangsa dan terletak pada kelangsungan hidup bangsa dalam rangka
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ideologi Pncasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia


sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu, ideologi
Pancasila mengakui adanya kebebasan dan kemerdekaan individu, tetapi
dalam hidup bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain
secara bersama. Dengan demikian, harus mengakui hak – hak masyarakat.
Selain itu, manusia menurut pancasila sesuai dengan kodratnya berkedudukan
sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena itu, nilai – nilai ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia
dalam hidup bernegara dan bermasyarakat. Kebebasan manusia dalam rangka
demokrasi tidak melampaui hakikat nilai – nilai ketuhanan yang terjelma
dalam bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia.26

Ideologi pancasila mengajarkan kepada manusia untuk beriman dan


bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hidup manusia juga
bergantung kepada-Nya. Pancasila juga menghormati dan menjungjung tinggi
hak asasi manusia, di samping kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan,
demokratsi dan musyawarah, serta keadilan sosial27

26
P.N.H.Simanjuntak,S.H. Pend.Kewarganeg SMP/MTS Kls vii. (Jakarta : PT Grasindo),.hal.4
27
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi Dengan Undang-
Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen, (Jakarta : Grasindo), hal.92

36
Dapat kita analisis dan cermati lebih mendalam bahwa sebenarnya
sikap-sikap dan ciri ideologi Pancasila yang humble dan fleksibel tersebut
telah memuat seluruh nilai-nilai yang ada yang dimiliki ideologi lain, semua
nilai-nilai itu sudah terangkum dengan sistematis dan menyeluruh di dalam
sila-sila dan butir-butir Pancasila., sehingga menempatkan Pancasila sebagai
suatu ideologi yang parit pernah dibandingkan dengan ideal lainnya. Jika kita
lihat ideologi-ideologi lainnya hanya terfokus kepada suatu tujuan yang ingin
dicapai dan terkadang justru menghilangkan sebagian hal-hal yang bernilai
lainnya, hal tersebut justru menunjukkan bahwa ideologi terlihat lebih kaku
terhadap pandangan dasar dari gagasan-gagasan ideologi tersebut, dengan kata
lain, ideologi-ideologi lain di dunia ini masing-masing memiliki pandangan
berbeda-beda. Namun, tidak terkait satu sama lainnya. Sehingga terlihat
seperti monoton dan kaku, sementara ideologi pancasila dengan
keterbukaannya yang fleksibel dan dinamis membuka celah akan adanya
keterkaitan terhadap nilai-nilai yang sebenarnya sudah terwakilkan dan
termuat di dalamnya28

b) Komunis

Ideologi komunisme, ideologi komunisme adalah gerakan sosial dan


politik yang memiliki tujuan menciptakan masyarakat tanpa kelas yang dapat
hidup bernegara dengan tekstur pada kepemilikan umum alat produksi yang
ada, muncul pertama kali di Perancis sekitar tahun 1830 bersama dengan
adanya kemunculan ideologi sosialisme. Dua ideologi ini pada awalnya
memiliki arti yang sama akan tetapi, kata "komunisme" untuk aliran
28
Susi Fitria Dewi, S.Sos.,M.Si.,Ph.D. Perbandingan Ideologi Pancasila & Ideologi – Ideologi di Dunia.
(Yogyakarta : GRE Publishing). hal.3-4

37
"sosialis" yang lebih radikal yang menurut adanya penghapusan total hak-
hak milik dan kesamaan milik konsumsi serta menginginkan suatu keadaan
lebih baik. Bukan dari kebaikan pemerintah atau rezim penguasa melaindari
upaya perjuangan kaum miskin dan kelas bawah (Ebendrein William. 1990)

Ajaran Karl Marx ini yang lebih dikenal dengan (Markisme)


sebenarnya ajaran Karl Marx tersebut tidaklah identik bahkan sama dengan
komunisme yang muncul pada dasawarsa sekarang ini seperti di Rusia,
Indonesia. Pada masa order lama dan orde baru, China dan Kuba misalnya
karena komunisme yang ada merupakan gerakan dan kekuatan politik yang
terorganisir sebagai organisasi kepartaian (Partai Komunis) untuk
mendapatkan kekuasaan. Partai komunis ada pada Oktober 1917 di bawah
pimpinan W.I. Lenin sebagai kekuasaan politik dan ideologi internasional.
Namun demikian, komunis kekuatan politik pastilah membutuhkan ideologi
sebagai perekat kekuatan. Oleh karena itu, ajaran Karl Marx dijadikan
sebagai ideologi Partai Komunis atau ajaran komunisme (Marxisme
Leninisme.) Dengan demikian dijadikan sebagai komponen ideologi Partai
Komunisme bukan komunisme, sebagai kekuatan politik itu sendiri.
Marxisme merupakan pembekuan dari ajaran Karl Marx yang dilakukan oleh
Friedirch Engels (1820 – 1895) dan tokoh teori Marxis Karl Kautsky (1854
– 1938) yang memudahkan pemahaman ajaran Karl Marx sebagai ideologi
perjuangan kaum buruh meskipun hal ini pun menurut george merupakan
penyimpangan dari ajaran yang dikemukakan oleh Karl Marx.29

Oleh karena itu dapat dikatakan Ideologi Komunisme bertentangan


dengan Pancasila, karena hal – hal berikut.

a) Ajaran komunisme bersifat atheis (tidak percaya adanya Tuhan)


29
Ibid, hal.4-6

38
b) Komunisme menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme;
c) Komunisme mengajarkan teori pertentangan kelas dan hanya kaum
proletar sajalah yang akan memegang tampuk pimpinan pemerintahan dan
menjalankan pemerintahan secara diktator,
d) Komunisme tidak menghormati hak asasi manusia;
e) Komunisme menganut sistem politik satu partai dan tidak partai oposisi.30

Komunisme tidak pernah diterima dalam kehidupan masyarakat


Indonesia. Hal ini disebabkan negara komunisme lazimnya bersifat bersifat
atheis yang menolak agama dalam suatu negara. Sedangkan Indonesia sebagai
negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, merupakan pilihan
kreatif dan merupakan proses elektis inkorporatif. Artinya pilihan negara yang
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa adalah khas dan nampaknya
sesuai dengan kondisi objektif bangsa indonesia.

Selain itu, ideologi komunis juga tidak menghormati manusia sebagi


makhluk individu. Prestasi dan hak milik individu tidak diakui. Ideologi
komunis bersifat totaliter, karena tidak membuka pintu sedikit pun terhadap
alam pikiran lain. Ideologi semacam ini bersifat otoriter dengan menuntut
penganutnya bersikap dogmatis, suatu ideologi yang bersifat Pancasila
memberikan kemungkinan dan bahkan menuntut sikap kritis dan rasional
Pancasila bersifat dinamis, yang mampu memberikan jawaban atas tantangan
yang berbeda-beda dalam zaman sekarang.

c) Perbandingan Pancasila Dan Ideologi Komunis


30
P.N.H.Simanjuntak,S.H. Pend.Kewarganeg SMP/MTS Kls vii. (Jakarta : PT Grasindo),.hal.6

39
ideologi pancasila mendasarkan pada kodrat manusia individu
dan makhluk sosial. Oleh karena itu, pancasila mengakui kebebasannya
terhadap hak – hak masyarakat. Selain itu, manusia juga memiliki kodrat
sebagai makhluk pribadi serta sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga nilai religius ketuhanan selalu menjiwai kehidupan manusia dalam
berbangsa dan bernegara. Pandangan terhadap individu sangat diakui
keberadaannya, yakni hubungan individu dengan masyarakat yang selalu
dilandasakan dengan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan

Kodrat manusia sebagai pribadi yang berketuhanan merupakan


konsekuensi dari pandangan bahwa agama sebagai landasan dalam berbangsa
dan bernegara. Adanya berbagai macam agama di indonesia menjadikan
pancasila memberikan kebebasan terhadap individu untuk memeluk agama
yang dipercayainya, sehingga dapat dikatakan bahwa pancasila mampu
mengakomodir semua agama agar mampu berkembang serta yang terpenting,
individu bisa menjalankan syariat agama yang dipercayaiannya.31

Pandangan terhadap individu dan masyarakat pada ideologi pancasila


sangatlah berbanding terbalik dengan ideologi komunisme. Kolektivitas yang
dibentuk negara merupakan hal yang sangat dipentingkan dalam ideologi ini.
Hal ini dikarenakan, komunisme memiliki pandangan bahwa individu tidaklah
penting, bahkan masyarakat juga dianggap tidak penting. Komunisme juga
tidak memiliki agama dan tidak percaya adanya Tuhan, sehingga ajaran agama
dijauhkan dari masyarakat, bahkan golongan ini beranggapan bahwa agama
merupakan candu bagi masyarakat.32

31
Muhammad Zainuddin,SH.,MH, PKN Berbasis Nilai Pancasila dan Ahlussunnah Wal Jama’ah ( Jepara :
UNISNU Press, 2020), hal.101-102
32
Ibid, hal.102

40
Ajaran komunisme tidak dapat diterima oleh bangsa Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh komunisme yang tidak mengenal adanya Tuhan bahkan
beranggapan bahwa agama bagaikan candu. Tentunya ini sangat tidak sesuai
terhadap nilai – nilai keagamaan yang sudah lama berkembang di Indonesia.
Salah satu cara melakukan pemberantasan komunisme adalah dengan
mempelajari ajarannya agar tidak mudah terkena rayuan – rayuan komunisme.
Ajaran kristen pun beranggapan bahwa ajaran komunisme bisa menyesatkan,
karena bertentangan dengan ajaran kristus dan falsafah pancasila 33

34
Tabel 5.2. Perbedaan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Komunisme

Pancasila Komunisme

Bebas memeluk agama Atheis

Hukum guna menjungjung tinggi keadilan dan Hukum untuk melanggengkan komunis,
keberadaan individu dan masyarakat berkuasa hanya satu parpol

Demokrasi Pancasila Demokrasi Rakyat

Tidak terjadi Monopoli ekonomi Monopoli negra dalam ekonomi

33
Jhon Pieris, Tragedi Maluku : Sebuah krisis peradapan-Analisis Krisis Aspek :Politik, Ekonomi, Sosial-
Budaya dan Keamanan, ( Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,2004), hal.212
34
Muhammad Zainuddin,SH.,MH, PKN Berbasis Nilai Pancasila dan Ahlussunnah Wal Jama’ah ( Jepara :
UNISNU Press, 2020), hal.104

41
Individu diakui keberadaannya Individu dan masyarakat tidak penting

HAM dilindungi tanpa melupakan kewajiban


HAM diabaikan
asasi

Nasionalisme dijungjung tinggi Nasionalisme ditolak

Keputusan melalui musyawarah mufakat.


Apabila tidak tercapai mufakat maka diadakan Keputusan di tangan pimpinan partai
pemunguta suara

Tidak ada dominasi Dominasi partai

Ada posisi dengan alasan (sebagai


Tidak ada oposisi
penyeimbang)

Ada perbedaan pendapat dan dihargai Tidak ada perbedaan pendapat

Kepentingan seluruh rakyat Kepentingan negara

Secara sederhana kita mampu menganalisa tentang adanya perbedaan


dari ideologi-ideologi di atas. Mengingat ideologi terbentuk dari apa yang
telah dicita-citakan oleh kelompok atau negara. Di antara faktor yang
mempengaruhinya adalah apa yang akan oleh kelompok atau negara
tersebut. Perbedaan yang sangat menonjol dari ideologi suatu negara adalah
dalam bidang keagamaannya, perekonomian, sudut pandang atau
memposisikan individu atau kelompok politik dan hukum. Bentuk ideologi
yang sangat menonjo adalah ideologi agama. Yang hanya berpedoman pada

42
kitab suci agama yang dipercayainya. Ciri yang paling menonjol dari
ideologi ini adalah hanya terdapat satu agama dalam suatu negara.

Tentunya ideologi ini tidak cocok apabila diterapkan di Indonesia.


Mengingat sangat beragam dalam memeluk agamanya seraya
mengedepankan sikap toleransi. Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia
beragama Islam, bahkan merupakan penduduk dengan pemeluk agama Islam,
terbesar di dunia, tetap saja bukan alasan yang dapat diterima bahwa
ideologiAgama merupakan tujuan bangsa Indonesia. Hal ini terbukti dengan
adanya kelompok-kelompok agama Islam, aliran keras yang ingin merubah
ideologi Pancasila dengan khilafah dan usaha tersebut selalu ditolak oleh
bangsa Indonesia.35

D. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Liberalisme


Liberalisme, berakar pada kata Latin liber, artinya bebas.Seorang yang
berjiwa dan berpikiran liberal berarti orang yang percaya akan kebebasan
sebagai nilai yang utama, di atas nilai-nilai lainnya.

Ada empat ciri pokok dari doktrin liberalisme klasik menurut Ludwig
von Mises (tokoh Liberalisme abad ke-20), yaitu :

 kesejahteraan material
 kecenderungan rasionalistik
 kebaikan bagi lebih banyak orang
 kepemilikan hak pribadi atau property

Masyarakat yang menggunakan prinsip-prinsip liberal seperti 4 ciri


tersebut adalah masyarakat kapitalis. Daam tatanan sosial-ekonomi,
35
Ibid, hal.105

43
kapitalisme didasarkan pada kepemilikan pribadi sarana-sarana produki. Hak
milik pribadi dan kepemilikan atas modal oleh pribadi, yang dilindungi oleh
undang-undang, akan menjamin sebuah aturan permainan yang objektif tanpa
ada campur tangan kekuasaan (prinsip non-intervention) di dalamnya.

Alasannya jika kekuasaan ikut campur tangan, apalagi sampai


mengambil alih hak milik, maka aturan permainan akan jadi berat sebelah
dan kondisi semacam ini tidak memungkinkan bagi perwujudan kebebasan
yang merupakan nilai utama dalam ideologi Liberalisme.

bisa dikatakan bahwa liberalisme adalah suatu ideologi atau ajaran


tentang negara, ekonomi dan masyarakat yang mengharapkan kemajuan di
bidang budaya, hukum, ekonomi dan tata kemasyarakatan atas dasar
kebebasan individu yang dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya
sebebas mungkin. Liberalisme ekonomi mengajarkan kemakmuran orang
perorang dan masyarakat seluruhnya diusahakan dengan memberi
kesempatan untuk mengejar kepentingan masing-masing dengan sebebas-
bebasnya.36

Perbandingan Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberalisme

1. Ideologi Pancasila

Ideologi Pancasila dalam berbagai aspek:


a. Agama
 Bebas memeluk salah satu agama.

36
Surajiyo, 2020, Keunggulan Dan Ketangguhan Ideologi Pancasila, Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3,
hal.151

44
 Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
c. Ekonomi
 Peran Negara sebagai pencegah terjadinya dan monopoli dan lain-
lain yang merugikan masyarakat.
d. Kebudayaan
 Individu diakui keberadaannya.
 Hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3S (Selaras,
Seimbang, Serasi).
 Masyarakat ada karena ada individu-individu.
e. Politik
 Demokrasi pancasila.
 Hukum sebagai penjunjung tinggi keadilan dan keberadaan
individu dan masyarakat.

2. Ideologi Liberalisme
Ideologi Kapitalisme dalam berbagai aspek:
a. Agama
 Ideologi kapitalisme tegak atas dasar pemisahan antara agama
dengan kehidupan (sekularisme). Atas dasar aqidah ini, mereka
berpendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat
peraturan hidupnya.
b. Ekonomi
 Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar.
 Pasar berfungsi memberikan sinyal kepada produsen dan
konsumen dalam bentuk harga-harga..
c. Kebudayaan

45
 Mementingkan individu.
 Memperlakukan pemikiran orang lain secara sama.
 Percaya terhadap persamaan dasar semua manusia.
 Percaya pada Tuhan sebagai pencipta.
 Negara adalah suatu alat yang menjamin kesejahteraan
masyarakatnya.

d. Politik
 Dalam konteks politik bahwa keterkaitan antara Kapitalisme
dengan demokrasi memang ada.
 Pandangan lain menyatakan bahwa: “kebebasan ekonomi” (yaitu
ekonomi kapitalis) harus dihubungkan dengan “kebebasan
politik”(yaitu demokrasi), karena keduanya merupakan ekspresi
dan dorongan yang sama atas kebebasan individu menentang
kekuatan pemaksa dari negara.37

E. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Sosialisme

Pancasila yang merupakan asas kerohanian (asas yang memiliki


derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan) harus
menjadi pandangan dunia, pedoman Lain halnya dengan ideologi
komunisme, dimana ideologi tersebut tidak menghormati manusia sebagai
makhluk individu. Prestasi dan hak milik individu tidak diakui. Ideulogi
komunis bersifat totaliter, karena tidak membuka pintu sedikit pun

37
Kenang Nawangga. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA, KAPITALISME, KOMUNISME DAN
SOSIALISME (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN).

46
terhadap alam pikiran lain ideologi semacam ini bersifat otoriter dengan
menuntut penganutnya bersikap dogmatis. Berbeda sekali dengan
Pancasila yang memberikan kemungkinan dan bahkan hidup, pegangan
hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban, menuntut
sikap kritis dan rasional Pancasila bersifat dinamis, mampu memberikan
jawaban atas tantangan yang berbeda-beda pada zaman sekarang.

Ideologi pancasila memiliki ciri sebagai berikut:

 Hubungan antar warga negara dan negara adalah seimbang


 Agama erat hubungannya dengan agama, artinya warga negara
dijamin kebebasnya untuk memilih salah satu agama yang ada dan
diakui pemerintah

Setelah itu Memasuki tahun 1990-an, ideologi komunis


mengalami kemerosotan atau a mungkin bisa disebut juga sebagai
kehancuran. Hal ini disebabkan oleh sifat tertutupnya ideologi yang tidak
mungkin bertahan di era globalisasi. Sementara itu, ideologi liberalisme
yang memiliki ciri kebebasan dan kesetaraan masih dapat bertahan dan
tersebar didunia. Masuknya liberalisme di beherapa negara berkembang
menimbulkan terjadinya kebebasan yang tidak terkendali. Oleh karena itu,
Pancasila yang merupakan ideologi terbuka memberikan suatu solusi
terhadap permasalahan tersebut.

Hal-hal pokok yang terkandung dalam sosialisme :

47
 Inti pemikiran adalah kolektifitas (kebersamaan atau gotong
royong)
 Falsafahnya adalah pemerataan dan kesetaraan
 Landasan pemikirannya ialah masyarakat dan juga negara adalah
suau pola kehidupan bersama
 Sistem pemerintahan (boleh) berupa demokrasi atau otoriter.
Lalu pada ideologi sosialisme terdapat juga ciri-ciri, yang akan
disebutkan dibawah ini yaitu :
 Mementingkan kekuasaan duri kepentingan negara
 Kepentingan negara lebih diutamakan dari kepentingan warga
negara
 Kebebasan atau kepentingan warga negara dikalahkan untuk
kepentingan negara
 Kehidupan agama juga terpisah dengan negara38

F. Pebandingan Pancasila Dengan Ideologi Fasisme


Fasisme merupakan sebuah bentuk ideologi nasionalis yang radikal dan
otoriter Fasisme menjadi konotasi negatif untuk berbagai rezim otoriter, kaum
fasis meyakini bahwa suatu kebangsann adalah komunitas organik yang
membutuh kan kepemimpinan kuat, perasaan memiliki identitas yang tunggal,
di samping itu juga percaya bahwa kekerasan dan perang melawan musuh
diperlukan untuk menjaga vitalitas bangsa tetap kuat. Mereka
memperjuangkan dibentuknya negara (dengan satu partai serta menolak
oposisi dalam bentuk apapun.
38
Syamsu Ridwan, 2019, MODUL PENDIDIKAN PANCASILA, Modul Universitas Esa Unggul, hal.97

48
Kaum fasis merupakan penantang paling kuat dari prinsip-prinsip utama
pencerahan eropa berikut berbagai ideologi yang mengikutinya, baik
liberalisme dan sistem pasar bebasnya maupun sosialisme. Fasisme menolak
pembagian sosial berdasarkan kelas ekonomi ataupun suatu perjuangan
berbasis kelas, meraka yakin bahwa fasisme adalah suatu gerakan yang
mengakhiri onlik kelas demi menyatukan dunia.

Asal mula ideologi fasis berdasar dari gerakan nasionalis-sindikalis pada


masa perang dunia I (sindikalisme adalah salah satu gerakan buruh dieropa).

Aspek mendasar fasisme adalah :

 Nasionalisme fasisme melihat perjuangan bangsa dan ras adalah


mendasar bagi masyarakat, dan menolak konsep perjuangan kelas
kaum marxis.
 Expansi imperialis sebagai dusar politik luar negri, karena dipercaya
bahwa perang dan expansi adalah bukti ketangguhan bangsa
 Otoritarianisme, kaum fasis mengidealkan negara totariter
 Darwinisme sosial, kaum fasis umumnya mengadopsi pandangan
darwinisme sosial tentang seleksi alamiah" dari Ras dan bangsa
 Intervensi sosial dalam bentuk indoktrinasi secara masif untuk
menanamkan ideologi negara, pengendaian populasi dan program
penyehatan ras melalui eugenika, pelegalan aborsi dalam kasus
kelahiran yang cacat dan pembasmian orang-orang cacat, dan
berpenyakit melalui euthanasia

Latar belakang lahirnya fasisme:

49
 Runtuhnya negara-negara dinastik yang masih bertahan (kecuali
Inggris)
 Revolusi bolshevik (komunis) di Rusia tahun 1917
 Kehancuran ekonomi sebagai akibat perang khustmya bagi negara-
negara yang kalah
 Adanya kekecewaan di negara-negara yang kulah perang (khusunya
lerman) dalam mematuhi syarat-syarat perdamaian.

Pusat gerakan fasis adalah partai Fasis Italia (Benito Mussolini) dan partai
sosialis nasional Jerman (Nazi atau Adolf Hitler), kemudian menyebar ke
negara lain.39

Perbandingan Ideologi Pancasila dan Ideologi Fasisme

Perbandingan Ideologi Pancasila dan Ideologi Nasionalisme dapat dilihat


dalam aspek-aspek berikut:

Ideologi Pancasila

1) Aspek Politik

G. Menghindari sikap dan perilaku yang bermaksud mengembangkan


kebebasan budaya politik yang tidak bertanggung jawab, seperti
melecehkan budaya politik bangsa sendiri

H. Menghindari sikap dan perilaku yang bermaksud mempermasalahkan


dan melecehkan ideologi Pancasila dan UUD 1945.

39
Ibid, hal.98

50
I. Mengindari sikap-sikap dan perilaku yang bermaksud menghalang-
halangi atau menghambat serta mengadu domba antara sesama
kekuatan sosial politik.

J. Menghindari sikap dan perilaku pemaksaan pendapat, kehendak,


merasa benar, ingin menang sendiri, sikap tidak mau melaksanakan
keputusan hasil musyawarah, dan sikap otoriter meraaa berkuasa.

K. Menghindarj sikap dan perilaku yang bermaksud menghambat atau


memggagalkan jalannya pesta demokrasi Pancasila, seperti
menghambat jalannya pemilu, kampanye, serta tidak mau
melaksanakan hak pilih dan dipilih.

2) Aspek Ekonomi

a. Berusaha memgendalikan diri dari sikap dan perilaku yang


menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri sendiri.
Contohnya, menghindari sikap korupsi, penyalahgunaan dana
masyarakat atau negara, pungutan liar, dan komersialisasi jabatan.

b. Berusaha mengendalikan diri dari sikap dan perilaku bergaya


hidup mewah, berfoya-foya, pemborosan, dan konsumerisme.

c. Menghindari dan mengendalikan diri dari sikap dan perilaku yang


ingin menguasai industri hulu, perantara, dan hilir. Artinya, sikap
yang tidak mau menjalin kerja sama dan hubungan kemitraan
dengan sesama pengusaha.

d. Berusaha mengendalikan diri dari sikap perilaku yang ingin


melakukan pemerasan kepada orang lain, hidup bermalas-malasan,

51
silap tidak mau mengeluarkan atau membayar pajak, retribusi,
zakat, dan sikap pamer kekayaan.

e. Menghindari sikap dan perilaku yang bersifat monopoli,


penimbunan barang-barang kebutuhan umum, praktik ijon, dan
kapitalisme atau fasisme.

3) Aspek Sosial Budaya

a. Berusaha mengendalikan diri dari sikap perilaku yang melecehkan


seni dan budaya tradisional bangsa sendiri sambil mengagung-
agungkan seni dan budaya bangsa lain, sikap melecehkan agama
dan kepercayaan orang lain, sikap bermusuhan terhadap sesama
warga masyarakat, dan sejenisnya.

b. Berusaha mengendalikan diri dari sikap dan perilaku egoisme,


sukuisme, primordialisme, individualisme, chaunvinisme, dan
primordialisme.

c. Berusaha mengendalikan dari dari sikap dan perilaku yang


melecehkan nilai-nilai luhur sosial budaya bangsa sendiri, seperti
tidak mau menghormati adat istiadat, bahasa daerah, melanggar
tata krama dan etika pergaulan, melanggar norma-norma agama,
dan sejenisnya.

d. Berusaha mengendalikan diri dari sikap dan perilaku bermalas-


malasan, sikap boros, bergaya hidup mewah, berfoya-foya, dan
sejenisnya.

52
e. Berusaha mengendalikan diri dari sikap dan perilaku tidak mau
bergotong royong, memusuhi orang lain, tidak mau ikut serta
dalam musyawarah untuk mencapai mufakat, sikap tidak mau
menolong sesama manusia, dan sikap memaksakan agama dan
kepercayaan kepada orang lain.

Ideologi Fasisme

1) Aspek politik
Nasionalisme bersifat menumbangkan dominasi politik imperialisme dan
bertujuan menghapus pemerintah kolonial.

2) Aspek Ekonomi
Nasionalisme bersifat menghilangkan kesenjangan sosial yang diciptakan
oleh pemerintah kolonial dan bertujuan menghentikan eksploitasi
ekonomi.

3) Aspek Sosial Budaya


Nasionalisme bersifat menghilangkan pengaruh kebudayaan asing yang
buruk dan bertujuan menghidupkan kebudayaan yang mencerminkan harga
diri bangsa setara dengan bangsa lain.

2.6 Peranan pancasila dalam bermasyarakat dan bernegara


A. Nilai-nilai Pancasila dalam Berbangsa, Bernegara, dan
bermasyarakat

53
Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia, memiliki fungsi yang sangat fundamental. Selain bersifat
yuridis formal yang mengharuskan seluruh peraturan perundang undangan
berdasarkan pada Pancasila yang sering disebut sebagai sumber dari
segala sumber hukum, Pancasila bersifat filosofis. Pancasila sebagai dasar
filsafat negara dan sebagai perilaku kehidupan dan berbangsa dan
bernegara, artinya pancasila merupakan falsafah negara dan pandangan
hidup/cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita
nasional. Sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup, Pancasila
mengandung nilai-nilai luhur yang harus dihayati dan dipedomanioleh
seluruh warga negara Indonesia dalam hidup dan kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.Lebih dari itu nilai-nilai Pancasila
sepatutnya menjadimkarakter masyarakat Indoneaia sehingga Pancasila
menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut way of life.artinya


Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari hari.Dengan
perkataan lain Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan
atau aktivitas hidup dan kehidupan di dalam segala bidang .berarti bahwa
semua tingkah laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai
dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila .Keseluruhan sila di
dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis.Pancasila harus dihayati
adalah Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD
1945.Dengan demikian ,jiwa keagamaan sebagai perwujudan sila Ke
Tuhanan Yang Maha Esa,jiwa yang berperikemanusiaan sebagai
perwujudan sia Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,jiwa kebangsaan

54
sebagai perwujudan sila Persatuan Indonesia,jiwa kerakyatan perwujudan
dari sila Kerakyatan yang di Pimpin oleh Hekmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.dan jiwa yang menjunjung tinggirasa
keadilan sebagai perwujudan sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Selalu terpancar dalam segala tingkah laku dan
tindak/perbuatan serta sikap hidup seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar


pedoman dalam penyelenggaraan negara.Dengan demikian Pancasila
dijadikan dasar da tonggak dalam pembuatan segala peraturan perundang-
undangan negara serta berbagai peratura lainnya yang mengatur di
berbagai bidang kehidupan baik politik,ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan. (Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum bagi NKRI).40

B. Penerapan dan Pelaksanaan di Masyarakat

Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam


kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur
hidup ketatanegeraan. pancasila berperan sebagai pengatur sikap dan tingkah
laku orang Indonesia masingmasing dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa (Sila-I), dengan sesama manusia (sila II) dengan tanah air dan nusa
bangsa Indonesia (Sila-III) dengan kekuasaan dan pemerintahan negara
(kerakyatan) dan dengan negara sebagai kesatuan dalam rangka realisasi
kesejahteraan (sila-V). Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun
dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah Undang-
40
Purwito Adi, 2016, PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI PANCASILA BAGI MASYARAKAT SEBAGAI MODAL DASAR
PERTAHANAN NASIONAL NKRI, JURNAL MORAL KEMASYARAKATAN VOL. 1, NO.1, hal.40

55
Undang Dasar yaitu dalam pembukaan UUD’45, dalam mukadimah konstitusi
RIS dan dalam mukadimah UUDS RI (1950). Pancasila tetap tercantum di
dalamnya. Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional
itu dan menjadi pegangan bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan
ancaman terhadap ekosistem bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa
pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar
kehormatan Indonesia, yaitu sebagai dasar negara, hal ini karena telah
tertanam dalam kalbunya rakyat dan dapat mempersatukan seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia
dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia serta merupakan ciri khas
yaitu membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain. Terdapat kemungkinan,
bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain, bersifat universal yang juga
dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi ke-5 sila yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisah pula itulah yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia.

Kenyataan sehar-hari yang kita lihat dalam masyarakat bangsa Indonesia


antara lain:

1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya


akanadanya zat yang maha kuasa dan mempunyai keyakinan yang
penuh, bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini akan ciptaan
Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita ketahui bahwa kepercayaan
kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba tenaga), lalu
animisme (serba arwah), kemudian menjadi politeisme (serba
dewa)dan akhirnya menjadi monoteisme (kepercayaan akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa) sisanya dalam bentuk peninggalan tempat-
tempat pemujaan dan peribadatan upacara-upacara ritual keagamaan.

56
2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya
semua manusia dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan
menikmati kehadapan sepenuhnya watak mesti bangsa Indonesia yang
sebenarnya, tidak menyukai perbedaan perihal martabat yang
disebabkan karena perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta
seperti yang terjadi masyarakat feodal.

3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu


wilayah dengan wilayah yang lainnya, antar satu pulau dengan pulau
lainnya maka Indonesia terkenal mempunyai banyak perbedaan yang
beraneka ragam sejak dari perbedaan bahasa daerah, suku bangsa, adat
istiadat, kesenian dan kebudayaannya (bhineka), tetapi karena
mempunyai kepentingan yang sama, maka setiap ada bahagian yang
mengancam dari luar selalu menimbulkan kesadaran bahwa dalam
kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang harus diutamkana kesadaran
kebangsaan yang berbeda yaitu sebagai bangsaIndonesia.

4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku,


bangsa Indonesia adalah adanya prinsip musyawarah diantara warga
masyarakat sendiri dalam mengatur tata kehidupan mereka. Sedang
kepala desa, kepala suku,dan sebagainya hanya merupakan pamong
(pembimbing mereka yang dipilih dan dari antara mereka sendiri,
prinsip musyawarah dan masyarakat yang merupakan inti dari
kerakyatan telah dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat adat seperti
: desa marga, kurnia, nagori, banua, dsb.

57
5. . Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang
ekonomi, yang dirumuskan sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial
bagi rakyat Indonesia, asas ini sudah dikenal berabad-abad lamanya
yang sisanya masih dapat kita jumpai dalam masyarakat terutama di
desa, yaitu kebisaaan tolong menolong antara sesama masyarakat,
gotong – royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau
membantu (menolong seseorang yang sangat membutuhkan seperti
materialistik, kapitalisme dan individualisme sama sekali tidak disukai
oleh bangsa Indonesia, karena tidak memungkinkan tercapainya
keadilan / kesejahteraan sosial.

Pancasila sebenarnya adalah citacita yang ingin dicapai


bersama oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila sering
disebut dengan landasan ideal. Maksud dari ideal adalah bahwa
Pancasila merupakan hal yang menjadi sebuah gagasan dan dambaan.
Hal ini sesuai dengan pengeraian Pancasila sebagai ideologi negara.
Dalam era yang hiruk-pikuk ini, eksistensi Pancasila sudah mulai
dipertanyakan. Benarkah Pancasila memang menjadi dasar hidup
bangsa, benarkah Pancasila merupakan identitas bagi bangsa
Indonesia. Melihat realita yang ada, sulit untuk membuktikan bahwa
Pancasila masih menjiwai dan mendarah-daging dalam diri manusia
Indonesia.

Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambangdan


hanya menjadi formalitas yang dipaksakan kehadirannya di
Indonesia.Kehadiran Pancasila pada saat ini bukan berasal dari hati
nurani bangsa Indoensia.Bukti dari semua itu aalah tidak aplikatifnya

58
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan
masyarakat Indonesia.41

C. Penerapan Nilai Pancasila Dalam Berbangsa dan Bernegara

kita berbicara tentang pembudayaan nilai-nilai Pancasila yang


merupakan sumber dari karakter bangsa, berarti kita berbicara tentang
perwujudan nilai-nilai Pancasila tersebut.

Penerapan nilai-nilai Pancasila ,merupakan peningkatan secara


kualitatif dari pemasyarakatan,sehingga mencakup pengertian yang
dalam ,karena tidaknsekedar memahami,akan tetapi juga harus dihayati
dan diwujudkan dalam pengamalannya oleh setiap diriri pribadi dan
seluruh lapisan masyarakat sehingga menumbuhkan kesadaran dan
kebutuhan,mempertajam perasaan,meningkatkan daya tahan ,daya tangkal
dan daya saing bangsa yang kesemuanya tercermin pada sikap tanggap
dan sikap perilaku.Pembudayaan berarti mengusahakan agar sesuatu itu
menjadi budaya di masyarakat luas.Berkaitan dengan hal tersebut
diatas,maka yang ingin dicapai dalam adalah pembudayaan karakter
bangsa yang bersumber pada nilai-nilai luhur Pancasila yaitu:

 Masyarakat yang memiliki kesadaran yang tinggi akan hak dan


kewajiban sebagai pribadi,anggota keluarga/masyarakat dan
sebagai warga negara.

41
Aminullah, INPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, Jurnal Ilmiah
IKIP Mataram, Vol. 3. No.1, hal.624

59
 Sebagai pribadi dapat bersikap dan bertingkahlaku sebagai insan
hamba Tuhan,yang mampu mempergunakan cipta,rasa dan
karsanya secara tepat,sehingga dapat bersikap adil.Ia adalah
seorang yang beriman dan bertaqwa tetrhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
 Sebagai anggota keluarga dan masyarakat ia mampu mendudukkan
dirinya secara tepat sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
 Sebagai warga negara diharapkan fahammakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku,patuh melaksanajan segala ketentuan peraturan
perundangan yang didasarkan atas kesadaran.Sebagai warga negara
mampu membawa diri secara tepat dalammberhubungan dengan
sesama warganegara dan dengan lembagalembaga kenegaraan.
 Sebagai tenaga pembangunan maka ia memahami prinsip-prinsip
dasar program dan pelaksanaan pembangunan,baik pembangunan
di daerah maupun pembangunan nasional.Ia paham apa yang
selayaknya dikerjaakan dan diutaamakan dalam menciptakan
masyarakat yang adil sejahtera dan bahagia42

D. Pelaksanaan Sikap yang Sesuai dengan sila-sila Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila dijadikan dasar
atau pedoman mengatur kehidupan di Indonesia. Sebagai warga negara
yang baik, harus melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila baik dalam kehidupan dirumah, sanggar belajar, masyarakat,

42
Purwito Adi, 2016, PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI PANCASILA BAGI MASYARAKAT SEBAGAI MODAL DASAR
PERTAHANAN NASIONAL NKRI, JURNAL MORAL KEMASYARAKATAN VOL. 1, NO.1, hal.46

60
maupun bernegara. Sikap yang merupakan pengamalan sila-sila pancasila
adalah sebagai berikut43

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini
berhubungan terhadap perilaku kita sebagai umat kepada Tuhannya.
Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila pertama:

a. Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaanya masing-masing.
b. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
c. menjalani perintah agama sesuai ajaran agama yang dianut
masingmasing. Kita tidak boleh membeda-bedakan cara bergaul
hanya karena ras, suku dan agama.
d. Menghormati teman, tetangga, maupun saudara yang berbeda agama
dan kepercayaan saat melaksanakan ibadah sesuai agama dan
kepercayaannya masing-masing.
e. Bersikap ramah, sopan dan santun kepada teman atau saudara yang
berbeda agama dan kepercayaan.
f. Membantu tetangga, teman, sahabat atau keluarga dalam menyiapkan
penyelanggaraan kegiatan keagamaan ketika merayakan hari besar
agama.44
43
Kemendikbud Republik Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Paket A setara
SD/MI Tingkatan II Modul Tema 1, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan,
2017), hlm.18
44
Nadia Vertika, “ Contoh Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari”, Tersedia secara online di
http:// Independent.academia.edu/nadiavertika, 24 Februari 2019

61
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai manusia yang


pada hakikatnya semua sama di Dunia ini. Berikut contoh sikap yang
mencerminkan di sila kedua mengakui persamaan hak, dan kewajiban
asasi setiap manusia tanpa membedakan:

a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan


mertabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia dan tidak
semena-mena terhadap orang lain.
c. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan seperti, acara bakti sosial,
memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan sebagai
bentuk kemanusiaan peduli terhadap sesama.
d. Tidak membeda-bedakan teman, tetangga, dan saudara serta orang
lain antara yang kaya dan miskin dalam pergaulan sehari-hari.
e. Menghormati dan berbicara dengan santun kepada orang lain yang
lebih tua.45

3. Persatuan Indonesia

Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai warga Negara


Indonesia untuk bersatu membangun negeri ini. Berikut contoh sikap
yang mencerminkan sila Ketiga:

45
Ibid.

62
a. Bangga dan cinta terhadap tanah air dan bangsa.
b. Berkomunikasi dengan teman-teman, tetangga, dan saudara yang
berbeda daerah dengan menggunakan bahasa indonesia.
c. Ikut serta dalam menjaga keamanan lingkungan melalui kegiatan
pos kamling/ronda berkeliling di lingkungan sekitar.
d. Memakai pakaian dan peralatan hidup yang merupakan
produksi/buatan Indonesia.
e. Bergaul dengan teman, tetangga, dan orang lain tanpa
membedakan suku, ras dan istiadat.46

4. Kerakyatan Yang di Pimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Sila ini berhubungan terhadap perilaku kita untuk selalu


bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah. Berikut contoh sikap
yang mencerminkan di sila Keempat:

a. Selalu mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat


dalam menyelesaikan permasalahan.
b. Meghargai pendapat orang lain dalam musyawarah dan
berhati besar untuk menerima apapun yang dihasilkan oleh
musyawarah.
c. Melaksanakan setiap hasil keputusan musyawarah bersama
dengan penuh rasa tanggung jawab. d. ikut serta dalam
pemilihan umum, pilpres dan pilkada.
46
Ibid.

63
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila ini berhubungan dengan perilaku kita dalam bersikap adil


terhadap semua orang. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di
sila Kelima:

a. Membantu teman ataupun saudara kita yang terkena bencana alam


seperti gempa, banjir dan musibah lainnya
b. Menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dan gotong royong
c. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan pihak umum
d. Muka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kamajuan dan
keadilan sosial.
e. Menghormati hak-hak orang lain.
f. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.47

47
Ibid.

64
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pancasila itu sendiri dirumuskan oleh banyak orang, sehingga
menghasilkan sebuah pemikiran yang dapat menjadi sebuah ideologi,
yang sampai saat ini digunakan oleh bangsa Indonesia. Dan yang di
maksud dari tujuan Pancasila yakni sebagai ideologi yaitu untuk
mencapai tujuan tertentu, mengatur penyelanggaraan negara, dan
menjadi pedoman bagi setiap warga negara dalam berperilaku agar
tercipa satu visi dan misi yang sama.

Maka dari itu Pancasila merupakan suatu ideologi yang saling


menguatkan. negara yang memiliki ideologi pancasila juga memiliki
sebuah dasar negara yang berdasarkan Pancasila. Dasar negara
menjadi sebuah tatanan untuk mengatur penyelenggaraan negara serta
menjadi pedoman hidup bernegara.Pancasila dapat digolongkan
sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan pedoman bagi masyarakat
Indonesia serta untuk menimbulkan kesadaran di dalam diri seseorang
agar dapat menerapkan nilai-nilai pancasila pada kehidupan sehari-
hari.

Dalam negara Indonesia berfalsafahkan pancasila, hakikat


manusia dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara

65
seimbang. Paduan harmoni antara individu dan sosial dalam diri
bangsa Indonesia diungkap dalam sila kedua dan ketiga pancasila.

B. SARAN
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam
makalah ini, baik dari segi penulisan maupun pengolahan kata. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca guna perbaikan untuk makalah berikutnya. Penulis juga
berharap makalah ini dapat berguna bagi pendidikan Indonesia.

66
DAFTAR PUSTAKA

Alwi kaderi, PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI,


(Banjarmasin, 2015)
Aminullah, INPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, Jurnal Ilmiah IKIP Mataram,
Vol. 3. No.1
Dea tita, 2015, PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT, Jurnal STKIP
Kusumu Negara,
link:https://www.slideshare.net/mobile/Dea_tita/jurnal-pancasila-
sebagai-filsafat
EKA DARMAPUTRA, 1988, PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DAN
MODERNITAS, TINJAUAN ETIS DAN BUDAYA, (PT BPK
: Jakarta)
Hardono Hadi, 1994, Hakikat & Muatan Filsafat Pancasila, (Pustaka
Filsafat : Yogyakarta)
Ibnu Hururi Dan Asep Munajat, Pendidikan Kewarganegaraan (Panduan
Untuk Mahasiswa, Pendidik, Dan Masyarakat Secara Umum), CV Nurani,
Bekasi, 2016,
Iryanto, Ana, Rahayu, Dkk, 2007, BUKU AJAR PENDIDIKAN
PANCASILA, (UPT MKU : Semarang)

Jhon Pieris, Tragedi Maluku : Sebuah krisis peradapan-Analisis Krisis


Aspek :Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Keamanan, ( Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia,2004)
Kemendikbud Republik Indonesia, Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) Paket A setara SD/MI Tingkatan II Modul

67
Tema 1, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan
Kesetaraan, 2017)
Kenang Nawangga, PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA,
KAPITALISME, KOMUNISME DAN SOSIALISME (PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN).

Muhammad Zainuddin,SH.,MH, PKN Berbasis Nilai Pancasila dan


Ahlussunnah Wal Jama’ah ( Jepara : UNISNU Press, 2020)
Nadia Vertika, “ Contoh Penerapan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-
hari”, Tersedia secara online di http://
Independent.academia.edu/nadiavertika, 24 Februari 2019

P.N.H.Simanjuntak,S.H. Pend.Kewarganeg SMP/MTS Kls vii. (Jakarta :


PT Grasindo).
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan
Bangsa: Dilengkapi Dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil
Amandemen, (Jakarta : Grasindo).
Perdana RY, 2018, mengenal sejarah pancasila, (madiun)
Purwito Adi, 2016, PEMBUDAYAAN NILAI-NILAI PANCASILA BAGI
MASYARAKAT SEBAGAI MODAL DASAR PERTAHANAN
NASIONAL NKRI, JURNAL MORAL KEMASYARAKATAN
VOL. 1, NO.1.
Sunoto , 1988, Mengenal Filsafat Pancasila, (PT.Hanindita : Yogyakarta)
Surajiyo, 2020, Keunggulan Dan Ketangguhan Ideologi Pancasila, Jurnal
IKRA-ITH Humaniora Vol 4 No 3.

Susi Fitria Dewi, S.Sos.,M.Si.,Ph.D. Perbandingan Ideologi Pancasila &


Ideologi – Ideologi di Dunia. (Yogyakarta : GRE Publishing).
Syamsu Ridwan, 2019, MODUL PENDIDIKAN PANCASILA, Modul
Universitas Esa Unggul

68
Syamsudin, Muntoha, Kartini pramono, dkk, 2009, PENDIDIKAN
PANCASILA MENEMPATKAN KEISLAMAN DAN
KEINDONESIAAN,( Total Media : Yogyakarta)
Wayan latra, 2017, IDENTITAS NASIONALSEBAGAI SALAH SATU
DETERMINAN DALAM PEMBANGUNAN BANGSA DAN
KARAKTER, link; https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://si
mdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/73897666bed07ff50b
5b2bf1e
d73e60a.pdf&ved=2ahUKEwilxf__ztTuAhVBX30KHcZaABAQFj
AJegQICBAB &usg=AOvVaw1xB1bCrynepJFs7t3nR2MJ
Wendy, 2018, URGENSI MEMAHAMI DAN MENGIMPLEMENTASIKAN
NILAINILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
SEBAGAI SEBUAH BANGSA, JURNAL BHINNEKA
TUNGGAL IKA, VOLUME 5, NOMOR 2

69

Anda mungkin juga menyukai