Anda di halaman 1dari 86

0

KATA PENGANTAR

Business Law Society Fakultas Hukum Universitas Indonesia (BLS FH UI)


merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan Badan Semi Otonom (BSO) di FH UI
yang telah berdiri sejak tahun 2002. BLS FH UI berfokus untuk mengkaji, berdiskusi,
bertukar pikiran, serta menyalurkan ketertarikan dan memperluas pengetahuan
mengenai permasalahan dan isu-isu terkait bidang hukum bisnis. BLS FH UI terdiri
dari 2 (dua) bidang utama, yaitu Bidang Kajian dan Bidang Organisasi, serta 2 (dua)
bidang pendukung, yaitu Bidang Kesekretariatan dan Bidang Keuangan.
Divisi Banking and Finance BLS FH UI merupakan salah satu divisi dalam
Bidang Kajian yang berperan sebagai sebagai divisi kajian yang membahas mengenai
hukum bisnis pada sektor perbankan, keuangan, dan sistem keuangan. Untuk
meningkatkan kemampuan soft skills para anggota BLS FH UI, Divisi Banking and
Finance BLS FH UI memiliki berbagai macam program kerja. Pada kesempatan ini,
Divisi Banking and Finance BLS FH UI akan melaksanakan program kerja BLS CALL
FOR PAPER DIVISI BANKING AND FINANCE dengan tema "Public Private
Partnership: Key To Optimizing Infrastructure Provision in Nusantara National
Capital".
Tema tersebut dipilih untuk mengetahui penerapan Public Private Partnership
(PPP) sebagai salah satu skema pendanaan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
Kompilasi ini bertujuan untuk mengapresiasi semua karya yang telah ditulis oleh para
peserta kompetisi CFP dengan harapan agar ilmu yang diperoleh oleh semua peserta
kompetisi ini dapat dibagikan kepada masyarakat luas yang ingin mengetahui topik
tersebut

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
ANALISIS UPAYA SOLUTIF DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SKEMA KERJA
SAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA SEBAGAI KATALIS PEMBANGUNAN
IBU KOTA NUSANTARA.........................................................................................................3
Pendahuluan........................................................................................................................... 3
Pembahasan............................................................................................................................ 5
Penutup.................................................................................................................................16
Lampiran.............................................................................................................................. 19
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 23
MENGOPTIMALKAN POTENSI KPBU: PERAN KUNCI DUKUNGAN
PEMERINTAH UNTUK IKN.................................................................................................27
Pendahuluan......................................................................................................................... 27
Pembahasan.......................................................................................................................... 31
Kesimpulan...........................................................................................................................40
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 42
TINJAUAN YURIDIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP (PPP) BESERTA STRATEGI DALAM MEREALISASIKAN
PEMBANGUNAN IBU KOTA NEGARA BARU INDONESIA......................................... 46
Pendahuluan......................................................................................................................... 46
Pembahasan.......................................................................................................................... 48
Kesimpulan...........................................................................................................................56
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 58
EFEKTIVITAS SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA
GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN IBU KOTA NUSANTARA.............................61
Pendahuluan......................................................................................................................... 61
Pembahasan.......................................................................................................................... 64
Penutup.................................................................................................................................67
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 69
UPAYA OPTIMALISASI PPP: ANALISIS RISIKO DAN FORMULASI KONTRAK
PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IKN............................................................70
Pendahuluan......................................................................................................................... 70
Pembahasan.......................................................................................................................... 71
Penutup.................................................................................................................................79
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 82

2
ANALISIS UPAYA SOLUTIF DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SKEMA KERJA
SAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA SEBAGAI KATALIS
PEMBANGUNAN IBU KOTA NUSANTARA

Fatherine Putri Rahmani dan Adillah Shafa Yustisia


Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Angkatan 2020
I. PENDAHULUAN
Pembangunan infrastruktur di wilayah Ibu Kota Nusantara (“IKN”) seharusnya
dapat berlangsung secara efektif melalui dukungan pembiayaan kolaboratif yang
optimal. Pembangunan tersebut dilakukan sebagai komitmen Pemerintah Indonesia
dalam menghadapi urgensi pemindahan ibu kota negara, yakni untuk mendorong
percepatan pengurangan kesenjangan dan peningkatan pertumbuhan perekonomian
daerah di luar pulau Jawa terutama Kawasan Timur Indonesia.1 Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2022 tentang Perincian Rencana Induk IKN
(“Perpres 63/2022”), terdapat lima tahapan prioritas pembangunan IKN yang
berlangsung sejak 2022 hingga 2045 dengan capaian akhir berupa pengembangan
industri berkelanjutan dan pertumbuhan penduduk yang stabil serta proyeksi
populasi sejumlah 1,7 hingga 1,9 juta jiwa (Lampiran 1).2
Dalam merealisasikan seluruh tahapan pembangunan IKN, pemerintah harus
menyiapkan dana sekitar Rp466,98 triliun.3 Alokasi sumber dana tersebut
ditargetkan sejumlah Rp90,4 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(“APBN”), Rp123,2 triliun dari badan usaha swasta, dan Rp252,5 triliun dari
skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (“KPBU”).4 Rancangan tersebut
menunjukkan bahwa pemerintah berkomitmen untuk mendapatkan lebih dari 50%
(lima puluh persen) kebutuhan dana dari skema KPBU.
Komitmen pemerintah tersebut dapat terlihat dengan diaturnya pelaksanaan
KPBU IKN dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Anggaran dalam Rangka Persiapan, Pembangunan, dan
Pemindahan Ibu Kota Negara serta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus

1
Undang-Undang Tentang Ibu Kota Negara, UU Nomor 3 Tahun 2022, LN Tahun 2022 No. 41 TLN
No. 6766, selanjutnya disebut UU IKN, Penjelasan umum.
2
Peraturan Presiden Tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara, Perpres Nomor 63
Tahun 2022, LN No. 103 Tahun 2022, Lampiran 6.
3
Zaki Vernando, “Skema KPBU, Apa Perannya Dalam Mendukung Pembangunan IKN?,”
kpbu.kemenkeu.go.id, tersedia pada
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-1364/umum/orangjugabertanya/skema-kpbu-apa-perannya-dalam
- mendukung-pembangunan-ikn, diakses pada tanggal 30 Juli 2023.
4
Ibid.

3
IKN (“PP 17/2022”).5 Lebih lanjut, melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
220/PMK.08/2022 tentang Dukungan Pemerintah untuk Kerja Sama Pemerintah
dengan Badan Usaha serta Pembiayaan Kreatif dalam rangka Percepatan
Penyediaan Infrastruktur di IKN (“PMK 220/2022”), pemerintah telah
mempersiapkan berbagai bentuk dukungan pemerintah.6 Tidak hanya itu, fasilitas
kemudahan bagi setiap investor IKN juga diberikan melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2023 tentang Pemberian Perizinan Berusaha, Kemudahan
Berusaha, dan Fasilitas Penanaman Modal bagi Pelaku Usaha di IKN (“PP
12/2023”).7
Meskipun demikian, kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut dirasa belum
mewujudkan implementasi KPBU IKN yang signifikan. Hingga Mei 2023, realisasi
investasi masih belum terjadi sehingga pembiayaan pembangunan IKN masih
sangat bergantung pada APBN.8 Salah satu faktornya adalah mengenai
permasalahan pemberesan lahan di wilayah IKN yang menghambat ketersediaan
lahan untuk dikerjasamakan. Terlebih lagi, pembangunan IKN masih berada pada
tahap awal yang belum dapat menunjukkan adanya iklim investasi yang
menjanjikan bagi para investor. Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat peminat
investasi di IKN hingga saat ini masihlah tergolong rendah.
Oleh karena itu, tulisan ini berupaya menganalisis masalah penyelenggaraan
KPBU sebagai skema pendanaan pembangunan IKN sehingga dapat dirumuskan
solusi yang tepat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pada bagian pembahasan,
tulisan ini akan mengulas peran KPBU dalam percepatan pembangunan
infrastruktur di Indonesia, perkembangan dan tantangan terkini mengenai KPBU
IKN, dan komparasi KPBU dunia, untuk kemudian dilanjutkan dengan perumusan
solusi atas penyelenggaraan KPBU IKN.
5
Peraturan Pemerintah Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Anggaran dalam Rangka Persiapan,
Pembangunan, dan Pemindahan Ibu Kota Negara Serta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus
Ibu Kota Nusantara, PP Nomor 17 Tahun 2022, LN No. 101 Tahun 2022 TLN No. 6789.
6
Peraturan Menteri Keuangan Tentang Dukungan Pemerintah untuk Kerja Sama Pemerintah dengan
Badan Usaha serta Pembiayaan Kreatif dalam Rangka Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Ibu Kota
Nusantara, PMK 220/PMK.08/2022.
7
Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian Perizinan Berusaha, Kemudahan Berusaha, dan Fasilitas
Penanaman Modal bagi Pelaku Usaha di Ibu Kota Nusantara, PP Nomor 12 Tahun 2023, LN No. 37
Tahun 2023 TLN No. 6854.
8
Tim Editor, “Pembangunan IKN Belum Pakai Dana Investasi, Otorita Beberkan Penyebabnya,”
KumparanBISNIS, tersedia pada
https://kumparan.com/kumparanbisnis/pembangunan-ikn-belum-pakai-dana-investasi-otorita-beberkan-pe
nyebabnya-20R16hRvUYR/full, diakses pada tanggal 30 Juli 2023.

4
II. PEMBAHASAN
A. KPBU sebagai Strategi Percepatan Pembangunan Infrastruktur di
Indonesia
Di tengah-tengah tingginya kebutuhan infrastruktur di Indonesia dengan
keterbatasan sumber daya yang ada, pemerintah menerapkan KPBU sebagai
alternatif pendanaan dari APBN.9 Skema KPBU telah lama menjadi suatu
langkah serius bagi pemerintah untuk mendukung realisasi pembangunan
berbagai proyek strategis nasional, seperti yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah. Hal ini dapat terlihat pada dinamika aturan
mengenai KPBU sejak tahun 2005 yang kemudian pada akhirnya
disempurnakan melalui Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
(“Perpres 38/2015”) untuk memperluas kesempatan pemilik otoritas dalam
menstrukturkan proyeknya sebagai proyek KPBU.10
Konsep public private partnership yang ditranslasikan menjadi KPBU
ini secara umum bertujuan untuk mencapai penyediaan infrastruktur yang
berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran, dan tepat waktu dengan skema kerja
sama berbasis pembagian risiko antara pemerintah melalui Penanggung Jawab
Proyek Kerjasama (“PJPK”) dengan Badan Usaha Pelaksana KPBU
(“BUP”).11 BUP akan memberikan berbagai sumber daya pendukung
infrastruktur, seperti pembiayaan, proses pembangunan (termasuk desainnya),
hingga manajemen operasi yang kemudian akan diberikan return of investment
(“ROI”) dalam bentuk tarif atau pembayaran ketersediaan layanan
(“availability payment” atau “AP”) oleh PJPK secara bertahap (Lampiran
2).12 Di sisi lain, PJPK juga berperan dalam menyukseskan penyelenggaraan

9
Ditjen Pembiayaan Infrastruktur PUPR, “Tentang KPBU,” simpul KPBU, tersedia pada
http://simpulkpbu.pu.go.id/ppp/re/tentang-kpbu, diakses pada tanggal 1 Agustus 2023.
10
Zaki Vernando, “Skema KPBU, Apa Perannya Dalam Mendukung Pembangunan IKN?,”
kpbu.kemenkeu.go.id, tersedia pada
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-1364/umum/orangjugabertanya/skema-kpbu-apa-perannya-dalam
- mendukung-pembangunan-ikn, diakses pada tanggal 1 Agustus 2023.
11
Peraturan Presiden Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, Perpres Nomor 38 Tahun 2015, LN No. 62 Tahun 2015, Pasal 3.
12
Peraturan Presiden Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur, Perpres Nomor 38 Tahun 2015, LN No. 62 Tahun 2015, Pasal 11.

5
KPBU, seperti proses pengadaan tanah untuk proyek KPBU, pemberian
dukungan infrastruktur dan jaminan pemerintah yang sebagian besar berupa
dukungan finansial, serta insentif perpajakan.13 Kerja sama ini menjadi suatu
investasi jangka panjang tersendiri bagi investor dan juga sebagai wujud
simbiosis mutualisme dengan pemerintah. Pihak swasta pun berkesempatan
untuk memprakarsai proyek KPBU (unsolicited) yang dapat diberikan suatu
kompensasi dalam rangka perencanaannya oleh PJPK.14
Namun, ketergantungan KPBU pada investasi swasta menjadi tantangan
bagi pemerintah untuk menumbuhkan minat investor melalui terwujudnya
iklim investasi yang baik dan kondusif. Salah satu indikatornya adalah adanya
perlindungan investasi oleh pemerintah untuk meminimalisasi kerugian bagi
investor terhadap risiko-risiko yang ada.15 Investasi berupa KPBU bagi swasta
merupakan komitmen pendanaan jangka panjang bersama pemerintah sehingga
dimungkinkan adanya dinamika intervensi politik yang memicu potensi
kerugian.16
Oleh karena itu, penyelenggaraan KPBU memerlukan adanya timbal
balik yang baik dan adil antara pemerintah dengan swasta. Tidak hanya tegas
secara kerangka regulasi, tetapi juga dalam harmonisasi pelaksanaannya, baik
di tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Terutama bagi pelaksanaan KPBU
di IKN, yang dirasa memiliki sejumlah tantangan mendasar, diperlukan
kepekaan pemerintah terhadap berbagai proyeksi risiko dan aspek pendukung
KPBU lainnya sehingga dapat dilakukan mitigasi risiko.

B. Tantangan-Tantangan dalam Mengimplementasikan KPBU sebagai


Skema Pendanaan Pembangunan IKN
Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang
Ibu Kota Negara (“UU IKN”) dan Perpres 63/2022, pembangunan Tahap 1
IKN sudah dimulai pada awal Desember 2022 yang ditandai dengan fokus

13
Ibid., BAB VIII.
14
Ibid., Pasal 14 ayat (2).
15
Wahyu Adi Mudiparwanto dan Ade Gunawan, “Urgensi Pembentukan Peraturan Daerah tentang
Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur,” Diversi Jurnal Hukum,
Vol. 8, No. 1 (2022), hlm. 118.
16
Ibid., hlm. 119.

6
pembangunan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (“KIPP”). Pada 17 Agustus
2024, ditargetkan bahwa presiden sudah dapat berkantor dan memperingati
hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 di IKN. Artinya, pembangunan
KIPP harus dapat beroperasi secara baik pada pertengahan tahun 2024. Di sisi
lain, per Juli 2023, pembangunan IKN masih berada di bawah 30% (tiga puluh
persen), padahal Presiden Joko Widodo menargetkan bahwa perpindahan ibu
kota negara resmi dilakukan pada semester pertama tahun 2024.17
Diketahui bahwa dana sejumlah Rp26 triliun telah dialokasikan dari
APBN untuk pembangunan IKN, yang mengutamakan pembangunan KIPP.18
Sementara itu, untuk kawasan lainnya, rencana pembiayaan pembangunan
akan menggunakan APBN, badan usaha swasta, dan skema KPBU. Terdapat
beberapa negara, seperti Korea, Jepang, dan Swiss yang telah berkunjung
langsung ke IKN untuk mengamati kemajuan pembangunan dan
mengeksplorasi peluang investasi.19 Setidaknya terdapat 167 investor yang
berminat untuk berpartisipasi dalam pembangunan IKN dengan ditandai
adanya penerimaan letter of intent oleh pemerintah.20 Menurut Otorita IKN, hal
ini menjadi salah satu indikasi tingginya minat dari negara lain untuk
berinvestasi di IKN. Lalu, dari sejumlah rencana pembangunan infrastruktur
yang menggunakan skema KPBU berdasarkan Perpres 63/2022, hingga saat ini
hanya hunian Aparatur Sipil Negara dan Pertahanan Keamanan saja yang
sedang berjalan. Proyek KPBU ini dianggarkan sebesar Rp47 triliun.21 Akan
tetapi, proyek tersebut pun masih belum memulai tahap konstruksinya per Juni

17
CNN Indonesia, “Pembangunan IKN Masih di Bawah 30%,” CNN Indonesia, dipublikasikan
tanggal 17 Juli 2023, video: 00.44-3.06, tersedia pada https://www.youtube.com/watch?v=Lofxgv29d-Y,
diakses pada tanggal 5 Agustus 2023.
18
CNN Indonesia, “Pembangunan IKN Masih di Bawah 30%,” CNN Indonesia, dipublikasikan
tanggal 17 Juli 2023, video: 00.44-1.24, tersedia pada https://www.youtube.com/watch?v=Lofxgv29d-Y,
diakses pada tanggal 5 Agustus 2023.
19
Muhammad Ridwan, “Agung Podomoro (APLN Masih Ragu Investasi di IKN, Ini Gara-garanya,”
Bisnis.com, 16 April 2023, tersedia
pada
https://ekonomi.bisnis.com/read/20230416/47/1647387/agung-podomoro-apln-masih-ragu-investasi-di-ik
n-ini-gara-garanya, diakses pada tanggal 5 Agustus 2023.
20
Ibid.
21
Afiffah Rahmah Nurdifa, “Yuk, Intip Pembangunan Hunian di IKN untuk Pekerja Konstruksi, ASN
hingga Menteri,” Harian Jogja, 14 Juni 2023, tersedia pada
https://news.harianjogja.com/read/2023/06/14/500/1138576/yuk-intip-pembangunan-hunian-di-ikn-untuk
- pekerja-konstruksi-asn-hingga-menteri, diakses pada tanggal 9 Agustus 2023.

7
2023. Di sisi lain, tidak sedikit pula calon investor yang masih ragu untuk
berinvestasi melalui KPBU IKN.
Adapun optimalisasi upaya pemerintah dalam menarik calon investor
pembangunan IKN salah satunya adalah dengan melakukan penawaran kepada
pasar (market sounding), misalnya dengan menghadiri undangan-undangan
forum bisnis.22 Selain itu, pemerintah juga telah membuka peluang kemudahan
berinvestasi dengan adanya dukungan fasilitas penyiapan dan pelaksanaan
transaksi proyek, dukungan kelayakan, pemanfaatan barang milik negara
(“BMN”), penjaminan pemerintah, dan AP.23 Penawaran atas kemudahan
berinvestasi dalam hal perizinan berusaha, jaminan kepastian jangka waktu hak
guna usaha, hak guna bangunan, atau hak pakai kepada pelaku usaha, dan
lain-lain juga telah diberikan oleh pemerintah.24 Akan tetapi, sejumlah upaya
tersebut masih terhambat oleh beberapa tantangan yang menyebabkan
rendahnya minat investor. Adapun tantangan tersebut antara lain sebagai
berikut.
1. Ketidaksiapan lahan untuk investasi
Kepastian status kepemilikan lahan dan proses alih guna lahan yang
belum jelas merupakan wujud dari tidak siapnya lahan untuk berinvestasi
di IKN. Tantangan tersebut merupakan faktor keengganan investor yang
paling utama dalam memberikan kontribusinya. Para investor
menginginkan agar status lahan di IKN adalah jelas dan telah bebas dari
pihak ketiga.25

22
Aji Cakti, “Upaya pemerintah menarik minat investor asing ke IKN,” Antara, 4 Februari 2023,
tersedia pada
https://makassar.antaranews.com/berita/459939/upaya-pemerintah-menarik-minat-investor-asing-ke-ikn,
diakses pada tanggal 6 Agustus 2023.
23
Peraturan Menteri Keuangan Tentang tentang Dukungan Pemerintah untuk Kerja Sama
Pemerintah dengan Badan Usaha serta Pembiayaan Kreatif dalam rangka Percepatan Penyediaan
Infrastruktur di IKN, PMK Nomor 220/PMK.08/2022, Pasal 3.
24
Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian Perizinan Berusaha, Kemudahan Berusaha, dan
Fasilitas Penanaman Modal bagi Pelaku Usaha di IKN, PP Nomor 12 Tahun 2023, LN No. 37 Tahun
2023, TLN No. 6854.
25
Ficky Ramadhan, “IKN Kurang Diminati Investor, Status Lahan Jadi Masalah Utama,” Media
Indonesia, 22 Mei 2023, tersedia
pada
https://mediaindonesia.com/ekonomi/583219/ikn-kurang-diminati-investor-status-lahan-jadi-masalah-uta
ma, diakses pada tanggal 6 Agustus 2023.

8
Perolehan tanah di IKN dapat dilakukan melalui mekanisme pelepasan
kawasan hutan dan/atau pengadaan tanah.26 Tanah yang diperoleh tersebut
ditetapkan sebagai BMN dengan diberikan hak pakai dan/atau Aset Dalam
Penguasaan Otorita IKN (“ADP”) dengan diberikan hak pengelolaan
kepada Otorita IKN.27 Lebih lanjut, Otorita IKN berwenang dalam
mengikatkan diri dengan perorangan atau badan hukum untuk perjanjian
pemanfaatan tanah di IKN.28 Misalnya, pemberian hak atas tanah yang
dapat dilekati di atas hak pengelolaan seperti hak guna usaha, hak guna
bangunan, atau hak pakai.29 Dengan demikian, pengelolaan tanah di IKN
masih bergantung pada persetujuan Otorita IKN sehingga BUP, yang akan
memanfaatkan tanah, harus tunduk pada ketentuan teknis dari Otorita IKN.
Namun, Otorita IKN hingga saat ini belum menyiapkan ketentuan teknis
pertanahan di IKN, seperti tidak adanya Standar Operasional Prosedur
(“SOP”) yang mengatur transaksi jual beli tanah berdasarkan Perpres
65/2022.30 Hal ini akan menyebabkan ketidaksiapan lahan yang akan
dipergunakan untuk proyek KPBU.
Ketidaksiapan lahan menjadi risiko infrastruktur yang akan
berdampak langsung pada dimulainya tahapan konstruksi proyek dan
kelayakan proyek. Tanpa lahan, maka BUP tidak bisa memulai
konstruksinya dan kelayakan proyek akan dibiarkan menggantung tanpa
kepastian. Meskipun insentif mengenai tanah yang menjanjikan telah
diberikan oleh pemerintah melalui PP 12/2023, nyatanya hal tersebut
dinilai belum cukup untuk menarik minat investor. Sebab, kembali lagi,
terhambat karena permasalahan mengenai tanah belum selesai apabila
tidak ada SOP jual beli tanah IKN.

26
Peraturan Presiden Tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan Pertanahan di Ibu Kota Nusantara,
Perpres Nomor 65 Tahun 2022, LN No. 105 Tahun 2022, Pasal 2.
27
Peraturan Presiden Tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan Pertanahan di Ibu Kota Nusantara,
Perpres Nomor 65 Tahun 2022, LN No. 105 Tahun 2022, Pasal 11 jo. Pasal 13 jo. Pasal 14.
28
Peraturan Presiden Tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan Pertanahan di Ibu Kota Nusantara,
Perpres Nomor 65 Tahun 2022, LN No. 105 Tahun 2022, Pasal 15.
29
Peraturan Presiden Tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan Pertanahan di Ibu Kota Nusantara,
Perpres Nomor 65 Tahun 2022, LN No. 105 Tahun 2022, Pasal 16 ayat (2).
30
Kaltim Post, “Realisasi Investasi di IKN Nihil, Masalah Tanah Jadi Penghambat,” kaltimpost.com,
29 April 2023, tersedia
pada
https://kaltimpost.jawapos.com/utama/29/04/2023/realisasi-investasi-di-ikn-nihilmasalah-tanah-jadi-peng
hambat, diakses pada tanggal 6 Agustus 2023.

9
2. Risiko berinvestasi yang tinggi
Pada tahun 2045 mendatang, jumlah penduduk IKN diperkirakan akan
mencapai sekitar 1,7 juta sampai dengan 1,9 juta penduduk. Namun, para
investor menilai bahwa jumlah penduduk IKN masih tergolong rendah
sehingga menjadi salah satu faktor risiko berinvestasi yang tinggi.
Contohnya adalah Softbank yang merupakan salah satu calon investor
yang menyatakan kemundurannya. Softbank menilai bahwa apabila IKN
hanya dihuni oleh sekitar 2 juta penduduk, maka secara ekonomi tidak
akan menarik untuk berinvestasi, sebab pasar tidak akan bergerak dengan
layak.31 Jumlah penduduk yang dinilai sedikit pun akan menyebabkan
sulitnya investor dalam memasarkan produknya.32 Dengan demikian, hal
ini juga akan berpengaruh dengan ROI atau pendapatannya.33 Selain itu,
para investor juga menunggu agar pembangunan Tahap 1 IKN selesai
terlebih dahulu, baru akan berinvestasi.34 Adapun hal ini adalah wajar,
sebab investor cenderung untuk berinvestasi pada aset-aset yang aman,
sementara proyek IKN saat ini masih berpusat Tahap 1 yang fokus pada
infrastruktur pemerintahan.
Di samping itu, risiko politik menjadi pertimbangan bagi calon
investor untuk turut serta dalam penyelenggaraan KPBU IKN. Misalnya,
Indonesia yang sedang berada dalam transisi tahun politik. Pembangunan
IKN merupakan kebijakan politik era pemerintahan Presiden Joko
Widodo. Dalam hal ini, terdapat kekhawatiran bagi investor perihal
kepastian pembangunan IKN, seperti apakah presiden Indonesia
selanjutnya merupakan perpanjangan tangan pembangunan IKN atau

31
Abdul Rahman Ma’mun, “Problematika Komunikasi Politik Pendanaan Pembangunan Ibu Kota
Nusantara,” Politicos: Jurnal Politik dan Pemerintahan, Vol. 3, No. 1 (2023), hlm 13.
32
MIW, “Tak Semua Investor Minat Investasi IKN, Ini Alasannya!,” Kliknews, 17 April 2023,
tersedia pada https://kliklegal.com/tak-semua-investor-minat-investasi-ikn-ini-alasannya/, diakses pada
tanggal 7 Agustus 2023.
33
Insi Nantika Jelita, “Duh.. Proyek IKN Masih Minim Minat Investor, Kenapa Ya?,” Medcom.id, 22
Mei 2023, tersedia
pada
https://www.medcom.id/ekonomi/makro/0k8mrXOK-duh-proyek-ikn-masih-minim-minat-investor-kenap
a-ya, diakses pada tanggal 7 Agustus 2023.
34
Bambang Ismoyo, “Tarik Minat Swasta, Pembangunan Infrastruktur IKN Harus Dimulai Oleh
Pemerintah,” Tribunnews.com, 24 Oktober 2022, tersedia
pada
https://www.tribunnews.com/bisnis/2022/10/24/tarik-minat-swasta-pembangunan-infrastruktur-ikn-harus-
dimulai-oleh-pemerintah, diakses pada tanggal 7 Agustus 2023.
10
tidak.35 Selain itu, terdapat pula risiko politik mengenai seringnya
perubahan kebijakan. Masa konsesi skema KPBU rata-rata berlangsung
selama 25-30 tahun, sedangkan aturan pelaksananya seringkali
berubah-ubah seiring dengan perubahan era pemerintahan. Ketika
pemerintahan berubah, maka agenda prioritas pun dapat berubah dan
berpotensi menghambat penyelenggaraan KPBU.36
Tidak heran apabila risiko-risiko tersebut menjadi suatu pertimbangan
serius bagi setiap calon investor. Hal ini dikarenakan terdapat tanggung
jawab yang lebih besar pula bagi BUP KPBU IKN dalam pemenuhan
pembiayaan dibandingkan dengan KPBU pada umumnya. Dalam skema
KPBU IKN, berdasarkan Pasal 26 PP 17/2022, pemenuhan pembiayaan
oleh BUP harus terpenuhi paling lama empat bulan sejak tanggal
ditandatanganinya perjanjian KPBU IKN. Apabila dalam jangka waktu
tersebut BUP belum dapat memperoleh pembiayaan, maka BUP dapat
mengajukan permohonan perpanjangan waktu yang diberikan paling lama
dua bulan. Di sisi lain, dalam skema umum KPBU, berdasarkan Perpres
38/2015, pemenuhan pembiayaan oleh BUP harus terpenuhi paling lambat
dua belas bulan sejak tanggal ditandatanganinya perjanjian KPBU.

C. Evaluasi Penyelenggaraan KPBU dalam Berbagai Proyek: Studi


Komparasi
Pada praktiknya, implementasi KPBU tidaklah selalu berhasil untuk
percepatan pembangunan infrastruktur. Berdasarkan evaluasi yang termuat
dalam PPP Book 2023 yang diterbitkan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (“Bappenas”), sepanjang tahun 2022 hingga Mei 2023
terdapat enam belas proyek KPBU di Indonesia yang justru dihentikan.
Sebanyak 14 proyek diantaranya merupakan proyek yang berada dalam tahap

35
Insi Nantika Jelita, “Duh.. Proyek IKN Masih Minim Minat Investor, Kenapa Ya?,” Medcom.id, 22
Mei 2023, tersedia pada
https://www.medcom.id/ekonomi/makro/0k8mrXOK-duh-proyek-ikn-masih-minim-minat-investor-kenap
a-ya, diakses pada tanggal 7 Agustus 2023.
36
Daniel Ginting, et al., “Infrastructure series: Public Private Partnerships (PPP) in Indonesia,” Allen
& Overy, 7 Maret 2022, tersedia
pada
https://www.allenovery.com/en-gb/global/news-and-insights/publications/infrastructure-series-public-priv
ate-partnerships-ppp-in-indonesia, diakses pada tanggal 9 Agustus 2023.

11
persiapan, sedangkan 2 proyek lainnya sudah dilakukan pengadaan BUP
(already tendered projects).37 Hal ini tidak jauh dari permasalahan mengenai
risiko-risiko infrastruktur sebagaimana telah diuraikan beberapa pada bagian
sebelumnya. Pengelolaan risiko yang buruk hanya akan menghambat
pelaksanaan KPBU hingga akhirnya proses operasional tertunda bahkan
terhenti.
Apabila melihat pada praktik KPBU di negara-negara dunia,
permasalahan yang sama juga umum dijumpai dan menjadi fokus perhatian
tersendiri untuk mengkaji penyelesaiannya. Misalnya, negara Nigeria yang
menerapkan pembagian risiko dengan menitikberatkan pada pihak swasta
sebagai penanggung risiko terbesar.38 Kebijakan terbaru mengenai KPBU di
Nigeria mengambil pendekatan yang lebih berorientasi pada pasar dan
menekankan peranan swasta dalam tahapan persiapan infrastrukturnya,
sedangkan peranan pemerintah hanya terbatas sebagai pendukung dan
regulator.39 Namun, kebijakan ini kerap menjadi permasalahan mangkraknya
proyek KPBU di Nigeria karena kinerja yang buruk dan kurangnya
performance dari pihak swasta dalam mengeksekusi pembangunan proyek,
seperti dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.40 Contohnya,
proyek KPBU Malaysian Garden di Wilayah Ibu Kota Federal Nigeria, Abuja,
yang seharusnya skema KPBU harus selesai dalam kurun waktu sepuluh tahun,
tetapi berhenti di tahun kedelapan karena progres pembangunan per tahunnya
yang kurang dari 2% (dua persen) akibat dari buruknya eksekusi proyek oleh
swasta.41 Selain mengenai pembagian risikonya, adanya risiko lain seperti
perubahan besar dalam kebijakan, iklim ekonomi yang buruk, praktik korupsi,
institusi yang lemah, serta poor governance juga mempengaruhi faktor
keberhasilan KPBU di Nigeria.

37
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Public Private Partnership Infrastructure Projects
Plan in Indonesia 2023 (Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2023), hlm. xix.
38
Yusuf Mohammed Abdullahi dan Anuar Alias, “The Success Factor of Public-Private Partnership in
Malaysia and Nigeria’s Housing Sectors,” Journal of Design and Built Environment, Vol. 22, No. 1
(2022), hlm. 14-15.
39
Ibid.
40
Ibid.
41
Ibid.

12
Di sisi lain, negara Malaysia menerapkan pengelolaan distribusi risiko
yang berbeda dari Nigeria, yaitu pembagian risiko yang mengutamakan
keseimbangan antara pihak pemerintah dan swasta.42 Pihak swasta juga tidak
terlalu terbebani oleh pengaturan risiko dari otoritas pemerintah Malaysia,
sebab kedua belah pihak menuangkan distribusi risiko yang jelas dan pasti
dalam KPBU.43 Selain itu, kinerja dan performance sektor swasta Malaysia
pun dinilai sangat mengesankan sebagaimana ditunjukkan oleh angka 90%
(sembilan puluh persen) kebutuhan country’s housing Malaysia yang sukses
disediakan oleh swasta melalui skema KPBU.44
Di Indonesia sendiri, pelaksanaan manajemen risiko dilakukan melalui
pendekatan koordinasi dengan pihak swasta terkait risiko-risiko yang ada serta
berdasarkan pertimbangan kajian hukum, teknis, dan finansial proyek KPBU.
Maka, pengalokasian risiko setiap proyek KPBU adalah berbeda-beda, sebab
tergantung pada profil proyek dan hasil penilaian risiko proyek. Adapun risiko
proyek KPBU di Indonesia seperti risiko lokasi, finansial, pendapatan, politik,
dan lain-lain.45
Mengadopsi konsep manajemen risiko dalam KPBU dari negara lain
secara keseluruhan mungkin bukan menjadi pilihan yang bijak karena faktor
dan masalah di setiap negara belum tentu sama. Namun, dari komparasi
tersebut, terlihat nyata adanya bahwa risiko-risiko yang ada beserta
pengelolaannya merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan KPBU di
suatu negara.

D. Solusi
Berdasarkan analisis pada uraian-uraian sebelumnya, dapat dipahami
pembangunan IKN masih terbilang cukup pradini untuk menjadi proyek yang
dapat diinvestasikan sehingga wajar apabila penyelenggaraan KPBU IKN
belum efektif. Infrastruktur dasar yang belum rampung disertai proyeksi

42
Yusuf Mohammed Abdullahi dan Anuar Alias, “The Success Factor of Public-Private Partnership in
Malaysia and Nigeria’s Housing Sectors,” Journal of Design and Built Environment, Vol. 22, No. 1
(2022), hlm. 15.
43
Ibid.
44
Ibid.
45
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Acuan Alokasi Risiko 2020 (Jakarta: PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia, 2020), hlm. 43-46.

13
jumlah penduduk yang sedikit menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat kesulitan investor dalam berinvestasi, terkhususnya KPBU. Akan
tetapi, pemerintah dapat membangun dan mempercepat persiapan KPBU IKN
dengan mempertimbangkan gagasan solusi sebagai berikut.
1. Aspek Regulasi
Dalam rangka menyiapkan ketersediaan lahan untuk dapat
dikerjasamakan, maka sudah selayaknya pemerintah melalui Otorita
IKN mempercepat penyusunan SOP jual beli tanah yang akan
digunakan untuk keperluan proyek KPBU IKN. Jika Perpres 65/2022
ditelaah lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa perolehan dan
pengelolaan tanah di IKN masih bergantung pada birokrasi persetujuan
Otorita IKN. Artinya, proses perolehan dan pemanfaatan hak atas tanah di
IKN masih terbatas serta tertentu berdasarkan kewenangan Otorita IKN.
Otorita IKN berperan sebagai pemegang hak pengelolaan atas tanah yang
ditetapkan sebagai ADP sehingga berwenang dalam penggunaan dan
pemanfaatan seluruh atau sebagian tanah hak pengelolaan untuk digunakan
sendiri atau dikerjasamakan dengan pihak lain.46
Di sisi lain, belum terdapat kepastian informasi mengenai ketentuan
dalam melakukan jual beli tanah di IKN yang diakui dan sah secara
hukum. SOP jual beli tanah dapat menjadi acuan bagi investor mengenai
kepastian penetapan harga yang jelas dengan berdasarkan pada kondisi
topografi, geologi, dan aksesibilitasnya. Lebih lanjut, pengaturan SOP jual
beli tanah juga akan meminimalisasi risiko-risiko dalam pengadaan tanah
yang mampu menghambat berjalannya proses KPBU. Hal ini dikarenakan
SOP jual beli yang jelas juga mampu berdampak pada kepastian status hak
atas tanah sehingga tidak lagi ada gugatan dari pihak ketiga yang dirasa
dirugikan maupun permasalahan sertifikat tanah yang berganda.

2. Aspek Sosialisasi dan Bisnis


Pemindahan ibu kota negara dengan realisasi pembangunan IKN
merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia berskala besar yang
46
Peraturan Presiden Tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan Pertanahan di Ibu Kota Nusantara,
Perpres Nomor 65 Tahun 2022, LN No. 105 Tahun 2022, Pasal 14.

14
berhubungan dengan berbagai aspek, seperti ekonomi, politik, hukum, dan
alam. Selain itu, 80% (delapan puluh persen) pembiayaan pembangunan
IKN menggunakan skema KPBU. Maka, sudah seharusnya pemerintah
menerbitkan handbook khusus untuk KPBU IKN sebagai bentuk
transparansi terhadap publik serta panduan informasi yang mudah
dijangkau dan dimengerti oleh swasta. Selain itu, handbook KPBU IKN
juga untuk mempermudah pemerintah dalam melakukan sosialisasi skema
KPBU IKN kepada swasta. Handbook KPBU IKN ini dapat disusun oleh
Bappenas seperti halnya PPP Book yang dikeluarkan oleh Bappenas
pertahunnya (Lampiran 3). Di sini, Bappenas juga dapat bekerja sama
dengan stakeholder lain seperti PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia
sebagai pelaksana penjaminan pemerintah kepada BUP dalam hal risiko
infrastruktur.
Hal-hal yang dapat dimuat dalam handbook KPBU IKN ini antara lain
mengenai:
a. Informasi umum IKN, seperti latar belakang dan dasar hukum
pemindahan ibu kota negara;
b. Regulatory framework, berisi kumpulan peraturan
perundang-undangan penyelenggaraan KPBU yang relevan;
c. Manajemen risiko, berisi acuan terhadap manajemen alokasi
risiko antara para pihak yang bertujuan agar kemudian perolehan
manfaat finansial yang sebesar-besarnya dapat dicapai oleh
pemangku kepentingan melalui proses pengelolaan risiko
tersebut;
d. Perkembangan IKN, seperti rincian pembiayaan pembangunan,
daftar investor maupun calon investor agar dapat menarik minat
calon investor lainnya, jumlah penduduk IKN, dan sebagainya;
dan
e. Proyek yang terdaftar, proyek yang siap tender, dan proyek yang
sedang dalam tahap perencanaan dan persiapan.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan kepercayaan dan
keyakinan swasta agar menggunakan skema KPBU IKN, pemerintah

15
dapat mendorong kesertaan Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”)
dalam penyelenggaraan KPBU IKN. Dalam hal ini, kelancaran dan
kesuksesan penyelenggaraan KPBU antara pemerintah dengan BUMN
dapat menjadi acuan dan preseden bagi pihak swasta. Selain itu, reputasi
dan prestasi BUMN Indonesia pun telah diakui baik secara nasional,
maupun internasional sehingga BUMN cukup untuk menjadi katalisator
KPBU IKN.
Saat ini, penyelenggaraan IKN masih berpusat pada pembangunan
infrastruktur tata kelola pemerintahan sehingga wajar saja apabila belum
adanya proyek beraktivitas bisnis dan perdagangan. Maka, dalam hal ini
pihak swasta perlu untuk memperhatikan pemilihan proyek yang
sesuai dengan strategi bisnisnya. Selain memilih proyek, swasta juga
dapat memprakarsai proyek sesuai dengan kebutuhan IKN dan
strategi bisnisnya. Misalnya, proyek yang minim risiko permintaan atau
demand risk. Lalu, pihak swasta juga harus dapat memproyeksikan
permintaan dengan benar agar tercipta pasar yang sehat dan menarik
investor lainnya untuk turut menggunakan skema KPBU.47

III. PENUTUP
Dalam merealisasikan seluruh tahapan pembangunan IKN, pemerintah
mengupayakan beberapa sumber pendanaan di luar APBN. KPBU menjadi langkah
strategis pemerintah dengan target kontribusi terbesar untuk menyeimbangi
keterbatasan APBN dengan banyaknya jumlah target infrastruktur. Melalui KPBU,
pemerintah akan memperoleh sumber daya pendukung infrastruktur yang
mencakup pembiayaan, proses pembangunan (termasuk desainnya), hingga
manajemen operasi, sedangkan BUP akan mendapatkan kepastian ROI dengan
disertai berbagai dukungan infrastruktur dan jaminan pemerintah.
Hingga saat ini, pembangunan infrastruktur dasar di IKN masih belum rampung
dan penyelenggaraan KPBU IKN pun masih belum menunjukkan hasil yang
signifikan. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk menarik minat

47
Yusuf Mohammed Abdullahi dan Anuar Alias, “The Success Factor of Public-Private Partnership in
Malaysia and Nigeria’s Housing Sectors,” Journal of Design and Built Environment, Vol. 22, No. 1
(2022), hlm. 19.

16
investor, baik melalui kegiatan forum bisnis dan kunjungan negara maupun
pembuatan kebijakan kemudahan berinvestasi melalui PMK 220/2022 dan PP
12/2023. Akan tetapi, beberapa investor masih meragukan IKN sebagai sarana
investasi yang dapat menjanjikan.
Hal tersebut dipicu oleh beberapa faktor, seperti ketidaksiapan lahan untuk
investasi dan juga adanya risiko-risiko berinvestasi yang tinggi. Tanah-tanah di
kawasan IKN masih bergantung kepada kewenangan Otorita IKN sehingga dalam
pemanfaatan dan pengalihan hak atas tanahnya harus sesuai dengan kebijakannya.
Di sisi lain, Otorita IKN belum pula mengatur tata cara untuk melakukan perbuatan
hukum terhadap tanah di IKN yang akan dikerjasamakan sebagaimana Perpres
65/2022 sehingga masih menimbulkan potensi risiko tanah untuk KPBU. Selain itu,
risiko politik juga menjadi pertimbangan investor. Ditengah-tengah transisi tahun
politik dan panjangnya periode konsesi memicu kekhawatiran calon investor akan
adanya perubahan-perubahan kebijakan yang berpotensi merugikan proses KPBU
di IKN.
Melihat pada praktik KPBU di negara-negara dunia permasalahan mengenai
pengelolaan risiko menjadi fokus perhatian dalam mengkaji penyelesaiannya.
Misalnya, Nigeria mengambil pendekatan yang lebih berorientasi pada pasar dan
menitikberatkan pihak swasta sebagai penanggung risiko terbesar, sedangkan
Malaysia lebih mengutamakan keseimbangan para pihak dalam distribusi risikonya.
Risiko beserta pengelolaannya di kedua negara tersebut menjadi wujud nyata
bahwa kedua hal tersebut menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan KPBU.
Berdasarkan tantangan pengimplementasian KPBU IKN yang telah diuraikan
sebelumnya, terdapat solusi yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah, maupun
swasta. Dalam aspek regulasi, pemerintah melalui Otorita IKN seharusnya
mempercepat penyusunan SOP jual beli tanah yang digunakan untuk keperluan
proyek KPBU IKN agar terdapat mekanisme jual beli tanah yang diakui dan sah
secara hukum. SOP jual beli tanah tersebut juga menjadi acuan bagi investor
terhadap kepastian penetapan harga yang jelas berdasarkan topografi, geologi, dan
aksesibilitasnya.
Dalam aspek sosialisasi, pemerintah dapat menerbitkan handbook KPBU IKN
sebagai transparansi terhadap publik, panduan informasi yang mudah dijangkau dan

17
dimengerti oleh swasta, serta untuk mempermudah pemerintah dalam melakukan
sosialisasi skema KPBU IKN kepada swasta. Handbook KPBU IKN ini dapat
memuat mengenai informasi umum IKN, regulatory framework, manajemen risiko,
perkembangan IKN, dan proyek-proyek IKN. Pemerintah juga dapat mendorong
kesertaan BUMN agar dapat menjadi acuan, preseden, serta katalisator KPBU IKN
dalam rangka meningkatkan kepercayaan dan keyakinan swasta untuk
menggunakan skema KPBU IKN. Dalam aspek bisnis, pihak swasta dapat memilih
proyek maupun memprakarsai proyek sesuai dengan kebutuhan IKN dan strategi
bisnisnya.
Dengan berbagai tantangan tersebut, maka sebaiknya upaya-upaya yang
disarankan dan diuraikan sebelumnya dapat dilakukan secara keseluruhan dan
bertahap. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dalam
mendorong minat swasta untuk berkontribusi terhadap penyelenggaraan KPBU
IKN sehingga pembangunan IKN dapat terlaksana dengan lancar.

18
LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Proyeksi Tahapan Pembangunan IKN berdasarkan Perpres


63/2022

Tahapan Fokus Pengembangan Capaian


Populasi

Tahap 1 Pembangunan di Ibu Kota Nusantara pada Tahap 1 488.409


(2022 – difokuskan pada KIPP dengan infrastruktur utama dan jiwa
2024) jalur transportasi yang masih dalam proses pembangunan (tahun
serta ditargetkan dapat mulai dimanfaatkan pada tahun 2024)
2024 ketika ASN mulai berpindah ke Ibu Kota
Nusantara. Selama Tahap 1, kebutuhan infrastruktur dan
transportasi bersifat sementara dan menjadi bagian dari
perencanaan manajemen konstruksi untuk kepentingan
pembangunan kawasan.
Tahap 2 Infrastruktur utama ditargetkan sudah terhubung ke 1.283.589
(2025 – kawasan baru yang dikembangkan. Sementara itu, untuk jiwa
2029) mencapai KPI kota 10 menit, fasilitas transportasi umum
baik primer maupun sekunder direncanakan sudah dapat
digunakan pada kawasan yang dihuni oleh penduduk Ibu
Kota Nusantara. Pada pengembangan di tahun terakhir
pada Tahap 2 ini, jumlah penduduk di dalam wilayah Ibu
Kota Nusantara diperkirakan meningkat seiring dengan
tahap awal pembangunan universitas unggulan yang
mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi berbasis
riset dan teknologi pada periode tahun 2035 menuju
2045.
Tahap 3 Fokus pengembangan kawasan semakin progresif pada 1,45 juta
(2030 – pengembangan kawasan-kawasan lain selain KIPP, serta jiwa
2034) lainnya dalam klaster ekonomi superhub.
Tahap 4 ditandai dengan dimulainya perkembangan pesat di 1,6 juta
(2035 – bidang pendidikan, dan kesehatan yang akan menjadi jiwa
2039) motor penggerak sektor ekonomi lain di Ibu Kota
Nusantara. Perluasan kawasan perkotaan pada tahap ini
telah mencapai Ibu Kota Nusantara Utara, terutama pada
kawasan yang terhubung langsung dengan Ibu Kota
Nusantara Timur.
Tahap 5 Pengembangan Ibu Kota Nusantara diharapkan telah 1,7 – 1,9
(2040 – mencapai puncaknya ditandai dengan pengembangan juta jiwa
2045) industri berkelanjutan serta pertumbuhan penduduk yang
telah stabil.

19
2. Lampiran 2: Skema Proses Pelaksanaan KPBU beserta Dukungan
Pemerintah yang diberikan

Sumber:
https://www.ahlikpbuindonesia.or.id/berita-dan-kegiatan/webinar-nasional-pap
- kpbu-pembiayaan-non-apbn-pembangunan-ibu-kota-nusantara/

3. Lampiran 3: PPP Book tahun 2022 oleh Bappenas

20
21
22
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Tentang Ibu Kota Negara, UU Nomor 3 Tahun 2022. LN Tahun 2022
No. 41 TLN No. 6766.
Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Perizinan Berusaha, Kemudahan Berusaha,
dan Fasilitas Penanaman Modal bagi Pelaku Usaha di Ibu Kota Nusantara, PP
Nomor 12 Tahun 2023, LN No. 37 Tahun 2023 TLN No. 6854.
Peraturan Pemerintah Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Anggaran dalam Rangka
Persiapan, Pembangunan, dan Pemindahan Ibu Kota Negara Serta
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Nusantara, PP Nomor
17 Tahun 2022, LN Tahun 2022 No. 101 TLN No. 6789.
Peraturan Presiden Tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan Pertanahan di Ibu Kota
Nusantara, Perpres Nomor 65 Tahun 2022, LN No. 105 Tahun 2022.
Peraturan Presiden Tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara, Perpres
Nomor 63 Tahun 2022, LN No. 103 Tahun 2022.
Peraturan Presiden Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, Perpres Nomor 38 Tahun 2015, LN No. 62 Tahun
2015. Peraturan Menteri Keuangan tentang Dukungan Pemerintah untuk Kerja
Sama Pemerintah dengan Badan Usaha serta Pembiayaan Kreatif dalam
Rangka Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Ibu Kota
Nusantara. PMK 220/PMK.08/2022.

ARTIKEL
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Public Private Partnership Infrastructure
Projects Plan in Indonesia 2023. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, 2023.
Mohammed Abdullahi, Yusuf dan Anuar Alias. “The Success Factor of Public-Private
Partnership in Malaysia and Nigeria’s Housing Sectors.” Journal of Design and
Built Environment, Vol. 22, No. 1 (2022). Hlm. 14-15.

23
Mudiparwanto, Wahyu Adi dan Ade Gunawan. “Urgensi Pembentukan Peraturan
Daerah tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.” Diversi Jurnal Hukum, Vol. 8, No. 1 (2022). Hlm. 118.
PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia. Acuan Alokasi Risiko 2020. Jakarta: PT
Penjaminan Infrastruktur Indonesia, 2020.
Rahman Ma’mun, Abdul. “Problematika Komunikasi Politik Pendanaan Pembangunan
Ibu Kota Nusantara.” Politicos: Jurnal Politik dan Pemerintahan, Vol. 3, No. 1
(2023). Hlm 13.

INTERNET
Cakti, Aji. “Upaya pemerintah menarik minat investor asing ke IKN.” Antara, 4
Februari 2023. Tersedia pada
https://makassar.antaranews.com/berita/459939/upaya-pemerintah-menarik-minat
- investor-asing-ke-ikn. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2023.
CNN Indonesia. “Pembangunan IKN Masih di Bawah 30%.” CNN Indonesia.
Dipublikasikan tanggal 17 Juli 2023. Durasi video: 00.06.35. tersedia pada
https://www.youtube.com/watch?v=Lofxgv29d-Y. Diakses pada tanggal 5
Agustus 2023.
Ditjen Pembiayaan Infrastruktur PUPR. “Tentang KPBU.” simpul KPBU. Tersedia pada
http://simpulkpbu.pu.go.id/ppp/re/tentang-kpbu. Diakses pada tanggal 1 Agustus
2023.
Ginting, Daniel. Et al. “Infrastructure series: Public Private Partnerships (PPP) in
Indonesia.” Allen & Overy, 7 Maret 2022. Tersedia pada
https://www.allenovery.com/en-gb/global/news-and-insights/publications/infrastru
cture-series-public-private-partnerships-ppp-in-indonesia. Diakses pada tanggal 9
Agustus 2023.
Ismoyo, Bambang. “Tarik Minat Swasta, Pembangunan Infrastruktur IKN Harus
Dimulai Oleh Pemerintah.” Tribunnews.com, 24 Oktober 2022. Tersedia pada
https://www.tribunnews.com/bisnis/2022/10/24/tarik-minat-swasta-pembangunan-
infrastruktur-ikn-harus-dimulai-oleh-pemerintah. Diakses pada tanggal 7 Agustus
2023.

24
Kaltim Post. “Realisasi Investasi di IKN Nihil, Masalah Tanah Jadi Penghambat.”
kaltimpost.com, 29 April 2023. Tersedia pada
https://kaltimpost.jawapos.com/utama/29/04/2023/realisasi-investasi-di-ikn-nihil
masalah-tanah-jadi-penghambat. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2023.
MIW. “Tak Semua Investor Minat Investasi IKN, Ini Alasannya!.” Kliknews, 17 April
2023. Tersedia pada
https://kliklegal.com/tak-semua-investor-minat-investasi-ikn-ini-alasannya/.
Diakses pada tanggal 7 Agustus 2023.
Nantika Jelita, Insi. “Duh.. Proyek IKN Masih Minim Minat Investor, Kenapa Ya?.”
Medcom.id, 22 Mei 2023. Tersedia pada
https://www.medcom.id/ekonomi/makro/0k8mrXOK-duh-proyek-ikn-masih-mini
m-minat-investor-kenapa-ya. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2023.
Rahmah Nurdifa, Afiffah. “Yuk, Intip Pembangunan Hunian di IKN untuk Pekerja
Konstruksi, ASN hingga Menteri.” Harian Jogja, 14 Juni 2023. Tersedia pada
https://news.harianjogja.com/read/2023/06/14/500/1138576/yuk-intip-pembangun
an-hunian-di-ikn-untuk-pekerja-konstruksi-asn-hingga-menteri. Diakses pada
tanggal 9 Agustus 2023.
Ramadhan, Ficky. “IKN Kurang Diminati Investor, Status Lahan Jadi Masalah Utama.”
Media Indonesia, 22 Mei 2023. Tersedia pada
https://mediaindonesia.com/ekonomi/583219/ikn-kurang-diminati-investor-status-
lahan-jadi-masalah-utama. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2023.
Ridwan, Muhammad. “Agung Podomoro (APLN Masih Ragu Investasi di IKN, Ini
Gara-garanya.” Bisnis.com, 16 April 2023. Tersedia pada
https://ekonomi.bisnis.com/read/20230416/47/1647387/agung-podomoro-apln-ma
sih-ragu-investasi-di-ikn-ini-gara-garanya. Diakses pada tanggal 5 Agustus 2023.
Tim Editor. “Pembangunan IKN Belum Pakai Dana Investasi, Otorita Beberkan
Penyebabnya.” KumparanBISNIS. Tersedia
pada
https://kumparan.com/kumparanbisnis/pembangunan-ikn-belum-pakai-dana-inves
tasi-otorita-beberkan-penyebabnya-20R16hRvUYR/full. Diakses pada tanggal 30
Juli 2023.
Vernando, Zaki. “Skema KPBU, Apa Perannya Dalam Mendukung Pembangunan
IKN?.” kpbu.kemenkeu.go.id. Tersedia pada

25
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-1364/umum/orangjugabertanya/skema-kp
bu-apa-perannya-dalam-mendukung-pembangunan-ikn. Diakses pada tanggal 30
Juli 2023.

26
MENGOPTIMALKAN POTENSI KPBU: PERAN KUNCI DUKUNGAN
PEMERINTAH UNTUK IKN
Michael Ho
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Angkatan 2021

Abstrak
Pada upaya mencapai tujuan menjadi negara maju, Indonesia menetapkan
pembangunan infrastruktur sebagai salah satu jalur utama. Pembangunan IKN menjadi
proyek strategis pemerintah untuk pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
Indonesia. Namun, biaya pembangunan infrastruktur yang besar mendorong
pemerintah untuk mengadopsi skema KPBU yang melibatkan partisipasi swasta. Skema
KPBU memberikan berbagai manfaat, termasuk efisiensi dalam pengiriman proyek,
akses tambahan sumber modal, dan peningkatan kualitas layanan publik. Namun, ada
tantangan yang harus diatasi, seperti risiko politik, keuangan, transparansi,
pemantauan yang efektif,dan kebijakan, serta perlunya adanya manajemen risiko.
Pemerintah harus menciptakan ekosistem bisnis yang kondusif dengan mengeluarkan
regulasi yang stabil, insentif finansial, lingkungan yang kondusif serta perlindungan
hukum dan kepastian hak atas aset. Dengan peran pemerintah yang strategis dan daya
tarik bagi sektor swasta yang efektif, diharapkan Indonesia dapat mencapai
keberhasilan penuh dalam implementasi KPBU dan mewujudkan infrastruktur yang
berkualitas serta pelayanan publik yang lebih baik bagi masyarakat.
Kata Kunci: KPBU, IKN, Pembangunan Infrastruktur

I. Pendahuluan
Setiap negara punya keinginan untuk menjadi sebuah negara maju, tidak
terkecuali Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu caranya adalah
melalui pembangunan infrastruktur. Pemerintah sudah mematok target yakni
menjadi negara dengan gross domestic product terbesar nomor 5 pada tahun
2045 dan lolos dari middle income trap.1 Presiden Joko Widodo juga sudah

1
Eddy Cahyono Sugiarto, “Melanjutkan Pembangunan Infrastruktur dan Indonesia Maju,”
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 29 Agustus 2019, tersedia pada
https://setneg.go.id/baca/index/melanjutkan_pembangunan_infrastruktur_dan_indonesia_maju, diakses
pada tanggal 26 Juli 2023.

27
dalam berbagai kesempatan menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur
untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan Indonesia.2
Infrastruktur merupakan aset utama bagi suatu bangsa dan memainkan
peran sentral dalam mendukung sektor ekonomi, sosial budaya, serta kesatuan
dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan antara wilayah.3 Salah satu
proyek strategis yang dimiliki pemerintah saat ini adalah pembangunan Ibu Kota
Nusantara (“IKN”). Presiden Joko Widodo sejak pertengah tahun 2019 telah
mengumumkan bahwa ibu kota Indonesia akan dipindah ke luar Jawa, tepatnya
di Kalimantan.4 IKN dibangun agar adanya pemerataan pembangunan di seluruh
Indonesia, bukan hanya di pulau Jawa.5
Sejak itu, Pemerintah telah menjalankan konstruksi pada beberapa
infrastruktur untuk mendukung pembangunan IKN; seperti bendungan, jalan
Kerja/Logistik IKN, pembangunan Jalan Lingkar Sepaku, Jalan Tol IKN
Segmen Karangjoang - Kariangau, Kariangau - Simpang Tempadung, dan
Simpang Tempadung - Jembatan Pulau Balang.6 Pembangunan IKN dibagi
menjadi lima tahap. Tahap pertama, dari 2022 hingga 2024, berfokus pada

2
Makna Zaesar, “Pembangunan Infrastruktur Dukung Pertumbuhan Ekonomi,” Indonesia.go.id,
25 Agustus 2021, tersedia pada
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/3156/pembangunan-infrastruktur-dukung-pertumbuhan-ekonomi
#:~:text=Presiden%20Joko%20Widodo%20dalam%20pidato%20penyampaian%20RAPBN%20Tahun,pe
merataan%20infrastruktur%20dan%20akses%20teknologi%20informasi%20dan%20komunikasi, diakses
pada 26 Juli 2023.
3
William Bunkharisma, "Pentingnya Infrastruktur untuk Kemajuan Sebuah Bangsa",
Kompasiana, 15 September 2019, tersedia pada
https://www.kompasiana.com/williambunkharisma9953/5d7dcd05097f3672286745d2/pentingnya-infrastr
uktur-untuk-kemajuan-sebuah-bangsa, diakses pada 26 Juli 2023.
4
Teatrika Handiko Putri, “Perjalanan Ibu Kota Baru yang Diumumkan Jokowi Pertama Kali
2019,” IDN Times, 28 Maret 2021, tersedia pada
https://www.idntimes.com/news/indonesia/teatrika/perjalanan-ibu-kota-baru-yang-diumumkan-jokowi-pe
rtama-kali#:~:text=Pada%2026%20Agustus%202019%2C%20Presiden%20Jokowi%20mengumumkan%
20lokasi,di%20Kabupaten%20Penajam%20Paser%20dan%20Kabupaten%20Kutai%20Kartanegara,
diakses pada 26 Juli 2023.
5
Ira Gita Natalia Sembiring, “Jokowi Ingin Pemerataan Pembangunan di Seluruh Nusantara
Indonesia, Bukan Hanya di Pulau Jawa,” Kompas, 20 Oktober 2022, tersedia pada
https://video.kompas.com/watch/198051/jokowi-ingin-pemerataan-pembangunan-di-seluruh-nusantara-in
donesia-bukan-hanya-di-pulau-jawa#:~:text=Presiden%20Joko%20Widodo%20mengatakan%2C%20Ibu
%20Kota%20Negara%20%28IKN%29,terjadi%20di%20pulau-pulau%20lain%2C%20tak%20hanya%2
0 Pulau%20Jawa, diakses pada 26 Juli 2023.

28
pengembangan kompleks Istana Kepresidenan, perkantoran pemerintah,
perumahan ASN dan personil pertahanan dan keamanan, serta telekomunikasi,
energi/kelistrikan, dan simpul konektivitas/transportasi. Tahap berikutnya, dari
2025 hingga 2029, menitikberatkan pada infrastruktur dan lingkungan,
pengembangan kawasan IKN, serta perluasan kawasan strategis. Sementara
tahap-tahap berikutnya hingga tahun 2045 akan terus mendorong pembangunan
infrastruktur yang canggih, lingkungan yang berkelanjutan, serta pertahanan
yang tangguh.7
Pembangunan infrastruktur IKN berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 membutuhkan Rp466 Triliun.8
Angka ini bukan merupakan jumlah yang sedikit, karena selain IKN, Indonesia
masih punya banyak proyek-proyek strategis maupun pengeluaran lainnya. Hal
inilah yang membuat pemerintah memiliki selisih pendanaan (funding gap)
antara Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (“APBN”) dengan uang yang
diperlukan untuk membangun infrastruktur.9 Oleh sebab itu, Pembangunan IKN
tidak bisa hanya dilaksanakan oleh pemerintah, tapi dengan berbagai skema
yang melibatkan pihak swasta. Hal ini menjadi dasar diperkenalkannya skema
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (“KPBU”) sebagai alternatif pada
berbagai proyek infrastruktur di Indonesia.
Konsep KPBU pertama kali digunakan di Indonesia pada pembangunan
proyek Jalan Tol Jakarta – Bogor – Ciawi10, dan baru dibuat payung hukumnya
pada tahun 1998 melalui Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1988 tentang
Kerjasama Pemerintah Dan Badan Usaha Swasta Dalam Pembangunan Dan
Atau Pengelolaan Infrastruktur. KPBU memiliki banyak manfaat dalam

6
Maulandy Rizky Bayu Kencana, “IKN Nusantara Sudah Mulai Dibangun, Ini Daftar
Proyeknya,” Liputan 6, 22 Oktober 2022, tersedia pada
https://www.liputan6.com/bisnis/read/5104567/ikn-nusantara-sudah-mulai-dibangun-ini-daftar-proyeknya
#:~:text=Kementerian%20PUPR%20telah%20memulai%20pembangunan%20fisik%20infrastruktur%20
dasar,Karangjoang-Kariangau%2C%20Kariangau-Simpang%20Tempadung%2C%20dan%20Simpang%2
0 Tempadung-Jembatan%20Pulau%20Balang, diakses pada 26 Juli 2023.
7
Diva Lufiana Putri, “5 Tahap Pembangunan IKN Dimulai 2022 Selesai 2045,” Kompas, 1
Maret 2022, tersedia pada
https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/01/170000965/5-tahap-pembangunan-ikn-dimulai-2022-sele
s ai-2045, diakses pada 27 Juli 2023.

29
pengembangan infrastruktur publik. Keuntungan utama KPBU adalah efisiensi
dalam pengiriman proyek pemerintah skala besar, seperti jalan, jembatan, atau
rumah sakit, yang dapat selesai lebih cepat atau terwujud berkat keterlibatan
sektor swasta yang membawa keahlian, inovasi, dan efisiensi dalam pengiriman
proyek.11
Selain itu, KPBU memindahkan risiko keuangan dari pemerintah kepada
investor.12 KPBU juga memberikan akses tambahan sumber modal bagi proyek
infrastruktur dan mendorong inovasi, keahlian, dan pengetahuan khusus dari
sektor swasta, yang meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan publik.13
Terakhir, KPBU memfasilitasi manajemen dan pemeliharaan aset secara
berkelanjutan oleh pemerintah dengan memanfaatkan keahlian sektor swasta.14
Meskipun ada tantangan, KPBU membuktikan diri sebagai alat yang berharga
untuk pembangunan infrastruktur suatu negara
Secara global, semakin banyak negara yang mengadopsi model KPBU
sebagai sarana untuk mempercepat pembangunan infrastruktur yang diperlukan
untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.15 KPBU telah
sukses diterapkan untuk berbagai proyek strategis yang meliputi sektor
transportasi, energi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.16 Sementara itu, di
tingkat nasional, pemerintah Indonesia juga telah memperlihatkan komitmen
dalam mendorong KPBU sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan dana
APBN dalam membangun dan mengoperasikan infrastruktur yang diperlukan.
Dengan membuat kebijakan, dan peraturan yang menguntungkan bagi pihak
swasta, penerapan KPBU di Indonesia diharapkan dapat mengoptimalkan
kinerja proyek infrastruktur dan memberikan manfaat yang signifikan bagi
masyarakat luas.
8
Robertus Mahatma “ Tahapan Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara,” Kompas, 1
April 2022, tersedia
padahttps://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2022/04/01/tahapan-pembangunan-ibu-kota-negara-ikn-n
usan tara, diakses pada 27 Juli 2023.
9
Annisa Rahman, “Analisis Risiko Pada Skema Kerjasama Pemerintah Dan Badan Usaha (Kpbu)
Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Jalan Tol
Serang-Panimbang Seksi 2),” Tesis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, 2021.
10
Mochamad Rifki Maulana, “Pemahaman dan Pembelajaran Tahap Perencanaan dan Penyiapan
Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Melalui Skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan dalam
Penyediaan Infrastruktur (KPBU),” Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, Vol. 5, No. 1 (2021).
11
Faisal Amur Said Hamed Al Habsi dan Asad Ullah, “The Role of the Public-Private
Partnership (PPP) in Achieving the Optimal Economic and Social Benefits Through the Port Sector,”
International Journal of Management Science and Business Administration, Vol. 8, No. 5 (2022), hlm.
57-65.

30
Artikel ini bertujuan untuk mengangkat signifikansi pentingnya KPBU
dan mengadvokasi mengapa pemerintah harus lebih proaktif dalam memberikan
insentif dan The Role of the Public-Private Partnership (PPP) in Achieving the
Optimal Economic and Social Benefits Through the Port Sectorerumuskan
kebijakan yang mendorong partisipasi pihak swasta dalam investasi proyek
pembangunan infrastruktur di Kawasan IKN. Setelah memaparkan
pendahuluan, artikel ini akan mengulas secara rinci konsep, mekanisme
pelaksanaan, dan kerangka hukum dari skema KPBU di IKN dan dalam konteks
Indonesia. Selain itu, artikel ini juga akan menyelidiki berbagai tantangan dan
risiko yang mungkin muncul dalam penerapan skema KPBU dalam proyek
pembangunan di IKN. Terakhir, artikel ini akan membahas bagaimana
pemerintah dapat menarik partisipasi pihak swasta untuk terlibat dalam
pembangunan menggunakan skema KPBU di Indonesia.

II. Potret Skema KPBU di Indonesia


Skema KPBU merupakan suatu bentuk kerjasama antara pemerintah dan
sektor swasta dalam membangun infrastruktur. Pemerintah Indonesia telah
menggunakan KPBU dalam berbagai kesempatan dengan dasar hukum
utamanya yaitu Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerja Sama
Pemerintah dengan Badan Usaha (“Perpres 38/2015”) dalam penyediaan
infrastruktur. Tujuan dari implementasi KPBU adalah untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan infrastruktur secara berkelanjutan dengan mendatangkan
investasi dari sektor swasta.17 Selain itu, KPBU bertujuan untuk menciptakan
infrastruktur berkualitas, efektif, efisien, tepat sasaran, dan tepat waktu.18 Di
dunia, ada beberapa bentuk KPBU yang umum digunakan. Bentuk-bentuk ini

12
Peter Smet, “The Key Advantages of Using Public-Private Partnerships for Major US
Infrastructure Projects,” Reason Foundation, 12 Agustus 2019, tersedia pada
https://reason.org/commentary/the-key-advantages-of-using-public-private-partnerships-for-major-us-infr
astructure-projects/, diakses pada 27 Juli 2023.
13
Ibid
14
Public-Private Partnership Legal Resource Center, “Government Objectives: Benefits and
Risks of PPPs,” The World Bank, tersedia pada
https://ppp.worldbank.org/public-private-partnership/overview/ppp-objectives, diakses pada 27 Juli 2023.
13
Ibid
14
Public-Private Partnership Legal Resource Center, “Government Objectives: Benefits and
Risks of PPPs,” The World Bank, tersedia pada
https://ppp.worldbank.org/public-private-partnership/overview/ppp-objectives, diakses pada 27 Juli 2023.

31
meliputi kontrak layanan dan kontrak manajemen, kontrak turnkey, kontrak
sewa, konsesi, dan inisiatif pembiayaan swasta dan kepemilikan swasta.19
Kontrak layanan dan kontrak manajemen adalah suatu hubungan
kontraktual yang memungkinkan perusahaan swasta untuk mengelola atau
memanajemeni sebagian atau seluruh proyek publik. Melalui kontrak ini, sektor
swasta dapat memberikan keahlian dalam mendesain dan menyediakan layanan,
mengendalikan operasi, mengelola tenaga kerja, serta menyediakan peralatan
tanpa menanggung risiko komersial. Pemerintah tetap menjadi pemilik fasilitas
dan peralatan, sementara swasta mendapatkan bayaran berbasis kinerja untuk
tugas pengelolaan dan operasionalnya.20
Selain itu, kontrak turnkey melibatkan seleksi kontraktor swasta melalui
proses penawaran untuk mendesain dan membangun fasilitas dengan biaya tetap
atau biaya keseluruhan tertentu. Risiko pada tahap desain dan konstruksi
ditanggung oleh kontraktor. Kontrak tersebut umumnya berjangka pendek,
investasi swasta yang relatif kecil, dan umumnya digunakan dalam
proyek-proyek seperti pembangkit listrik.21
Kontrak Sewa (Affermage/Lease) di sisi lain melibatkan operator yang
bertanggung jawab untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas infrastruktur
yang sudah ada serta menyediakan layanan. Dalam kontrak ini, operator tidak
berinvestasi. Bentuk kontrak ini seringkali dikombinasikan dengan model lain
seperti "build-rehabilitate-operate-transfer". Periode kontrak umumnya lebih
panjang dan swasta harus melakukan investasi yang cukup signifikan. Lease
dalam hal ini berarti operator menahan pendapatan dari konsumen atau
pengguna fasilitas dan membayar biaya sewa tertentu kepada pihak pemberi
kontrak yakni pemerintah, sementara affermage berarti operator dan pemberi
kontrak berbagi pendapatan dari konsumen atau pengguna. Pada akhir periode
kontrak, kepemilikan fasilitas akan kemudian diserahkan kembali ke
pemerintah.22
15
Kate Bayliss dan Elisa Van Waeyenberge, “Unpacking the public private partnership revival,”
Journal of Development Studies, Vol. 54, No. 4 (2018), hlm. 577-593.
16
Akintola Akintoye, Matthias Beck dan Cliff Hardcastle, Public‐Private Partnerships:
Managing Risks and Opportunities, (Oxford: Blackwell Science, 2003), hlm. 4-5.
17
Jeffrey Delmon, Private Sector Investment in Infrastructure: Project Finance, PPP Projects,
(Belanda: Kluwer Law International, 2021), hlm. 8-9.
18
Esther Cheung, et al., “A comparative study of critical success factors for public private
partnerships (PPP) between Mainland China and the Hong Kong Special Administrative Region,”
Facilities, Vol. 30, No. 13 (2012).

32
Model selanjutnya adalah konsesi yang melibatkan pemberian hak oleh
pemerintah kepada perusahaan swasta untuk membangun dan mengoperasikan
fasilitas dengan jangka waktu tertentu. Pemerintah tetap sebagai pemilik proyek
dan memiliki hak untuk menerima layanan dari swasta. Pembayaran dalam
konsesi dapat berlangsung dalam dua cara, yaitu pihak yang menerima konsesi
membayar pemerintah karena hak konsesi atau pemerintah membayar pihak
yang menerima konsesi. Bentuk pembayaran ini ditentukan oleh kesepakatan
antara kedua belah pihak dengan syarat-syarat khusus. Periode konsesi dapat
berkisar antara 5 hingga 50 tahun.23
Komitmen konsesi memiliki banyak varian atau turunan model, termasuk
Build-Own-Operate, Build-Operate-Transfer, Build-Own-Operate-Transfer,
Design-Build-Operate, Build-Develop-Operate, Build-Own-Lease-Transfer,
Rehabilitate Operate and Transfer, Design-Build-Finance-Operate/Maintain.24
Setiap model memiliki perbedaan dalam hal kepemilikan, pendanaan, dan
transfer fasilitas kepada pemerintah setelah periode tertentu. Contohnya, BOT
digunakan dalam pembangunan dan pengoperasian jalan, sedangkan BOOT
diterapkan pada proyek pelabuhan udara.
Inisiatif Pembiayaan Swasta melibatkan perusahaan swasta yang
bertanggung jawab penuh atas desain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan
fasilitas. Dalam beberapa kasus, pemerintah memberikan hak kepemilikan aset
kepada swasta, namun dalam jangka panjang, pemerintah akan membeli
infrastruktur tersebut dari swasta. Pada model ini, pemerintah mentransfer risiko
dan biaya desain dan konstruksi kepada swasta.25
KPBU di Indonesia sendiri didefinisikan melalui Pasal 1 Perpres 38/2015
sebagai “kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/ Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian
atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan

19
Jeffrey Delmon, “Understanding options for public-private partnerships in infrastructure :
sorting out the forest from the trees : BOT, DBFO, DCMF, concession, lease..,” Policy Research Working
Paper Series 5173 (2010), hlm. 8.
20
Darrin Grimsey dan M.K. Lewis, “Public private partnerships and public procurement,” Agenda,
Vol. 14, No. 2 (2007).
21
Delmon, Understanding options for public-private partnerships, hlm. 29-32

33
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.” Berdasarkan definisi
tersebut, ada lima unsur dari KPBU yang bisa disimpulkan.
Pertama, KPBU merupakan sebuah kerjasama antara pemerintah dengan
badan usaha, di mana pemerintah sebagai pemilik proyek menugaskan badan
usaha untuk mendesain, membangun, membiayai, dan mengelola infrastruktur
sesuai aturan sektor yang berlaku. Kedua, skema KPBU ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atau kepentingan umum, dengan spesifikasi
yang ditetapkan sebelumnya untuk pelayanan yang lebih baik. Ketiga,
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”) menetapkan spesifikasi
proyek, dan badan usaha bebas menentukan rancangan detailnya berbasis hasil
(output-based).
Selanjutnya, sumber daya sebagian atau seluruhnya berasal dari pihak
swasta, menghemat anggaran pemerintah dan memberi fleksibilitas untuk
membangun infrastruktur lain (leverage project). Terakhir, KPBU melibatkan
pembagian risiko antara pemerintah dan badan usaha, di mana masing-masing
pihak menanggung risiko sesuai yang dapat mereka kendalikan. Pembagian
risiko ini memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Dalam ranah regulasi, implementasi KPBU didukung oleh berbagai
peraturan, seperti Peraturan Menteri Perencana Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 2 Tahun 2020 (“Permen
PPN 2/2020”) dan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015. Selain itu, terdapat
peraturan-peraturan lain yang relevan, termasuk yang mengatur tentang
pembayaran ketersediaan layanan dalam kerangka KPBU.26
Pelaksanaan KPBU dapat dilihat dalam Permen PPN 2/2020, yang
mencakup empat tahap utama yaitu perencanaan, penyiapan, transaksi, dan
pelaksanaan perjanjian KPBU. Dalam tahap perencanaan, dilakukan penyusunan
rencana anggaran dana KPBU dan identifikasi proyek KPBU. Pada tahap
penyiapan, dilakukan kajian dan konsultasi publik. Sementara pada tahap
transaksi, dilakukan konsultasi pasar, penandatanganan perjanjian KPBU, dan

22
Delmon, Understanding options for public-private partnerships, hlm. 12-21.23 Delmon,
Understanding options for public-private partnerships, hlm. 8-9.
24
Delmon, Understanding options for public-private partnerships, hlm. 8.
25
Delmon, Understanding options for public-private partnerships, hlm. 11.

34
pemenuhan pembiayaan. Tahap terakhir yaitu pelaksanaan perjanjian KPBU
melibatkan persiapan pengendalian dan pelaksanaan proyek secara bertahap.
Pada setiap tahap, dilakukan koordinasi dengan tim KPBU untuk
melaksanakan kegiatan terkait pemenuhan pembiayaan. Dalam kerangka KPBU,
subjek yang dapat melakukan kerja sama di pihak Pemerintah sebagai PJPK
adalah Menteri, Kepala Lembaga, Kepala Daerah, atau Direksi BUMN/BUMD
sesuai dengan pengaturan dan kewenangannya masing-masing. Di sisi Badan
Usaha, subjek yang dapat melakukan kerja sama adalah BUMN/BUMD, Badan
Usaha Asing, Perseroan Terbatas, dan/atau Koperasi. Perpres 38/2015 mengatur
bahwa jika KPBU merupakan gabungan dari 2 atau lebih jenis infrastruktur,
PJPK yang memiliki kewenangan terhadap sektor yang dikerjasamakan tersebut
akan bertindak bersama-sama sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama.
PJPK menetapkan bentuk pengembalian investasi yang meliputi
penutupan biaya modal, biaya operasional, dan keuntungan Badan Usaha
Pelaksana (“BUP”). Sumber pengembalian investasi BUP biasanya berasal dari
pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif atau Pembayaran Ketersediaan
Layanan (“AP”). Pembayaran AP adalah pembayaran berkala yang dilakukan
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada BUP atas tersedianya
layanan infrastruktur sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria yang ditetapkan
dalam perjanjian KPBU.27
Dalam rangka pengembalian investasi BUP, pihak PJPK juga bisa
menggunakan tarif atas layanan infrastruktur yang disediakan. Tarif awal ini
beserta penyesuaiannya diatur sedemikian rupa untuk memastikan bahwa dalam
jangka waktu tertentu, investasi yang meliputi biaya modal, biaya operasional,
dan keuntungan BUP dapat terpenuhi secara proporsional. Jika ternyata tarif
awal dan penyesuaiannya belum mencukupi untuk mengembalikan seluruh
investasi BUP, maka tarif dapat disesuaikan berdasarkan kemampuan finansial
dari pengguna layanan tersebut.28 Dalam konteks ini, PJPK memberikan

26
Kementerian Keuangan, “Dasar Hukum Skema KPBU,” tersedia pada
http://kpbu.kemenkeu.go.id/read/24-229/umum/tentang-kpbu/apa-dasar-hukum-skema-kpbu, diakses
pada 27 Juli 2023
.27Arief Darmawan, “Skema KPBU dengan Mekanisme Availability Payment sebagai Alternatif
Pembiayaan Pembangunan Sarana-Prasarana (Infrastruktur) Publik di Daerah,” Jurnal Ilmu Komunikasi,
Vol. 4, No. 1 (2018).

35
Dukungan Kelayakan agar BUP dapat memperoleh pengembalian investasi yang
wajar dan berimbang.
Dengan regulasi dan skema yang ada, KPBU diharapkan dapat terus
berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur yang berkualitas, berkelanjutan,
dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta mendorong partisipasi sektor
swasta dalam pembangunan negara.

III. Tantangan dan Risiko Pemanfaatan KPBU untuk Pengembangan


Infrastruktur di Ibu Kota Nusantara
Implementasi skema KPBU di berbagai negara, termasuk Indonesia,
telah menjadi instrumen penting dalam pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur. Namun, untuk mencapai manfaat yang diharapkan dari skema
KPBU, tantangan yang perlu diidentifikasi dan diatasi secara komprehensif juga
muncul. Beberapa kasus telah mengilustrasikan bagaimana proyek KPBU dapat
terhenti atau bahkan mengakibatkan beban berlebih bagi pihak pemerintah.
Dalam konteks pengembangan IKN, tantangan-tantangan ini menjadi relevan
karena perencanaan dan implementasi infrastruktur yang kompleks dan luas
akan memerlukan partisipasi swasta yang kuat dan dukungan pemerintah yang
strategis.
Salah satu tantangan utama yang harus diidentifikasi oleh pemerintah
dalam menghadapi implementasi KPBU untuk IKN adalah risiko politik dan
kebijakan. Perubahan politik dan prioritas pemerintah yang fluktuatif dapat
menyebabkan ketidakstabilan dalam pelaksanaan proyek KPBU. Akibatnya,
proyek-proyek tersebut dapat mengalami pembatalan atau menghadapi resistensi
dari investor swasta akibat ketidakpastian arah kebijakan. Untuk mengatasi
tantangan ini, pemerintah harus memastikan adanya kontinuitas dalam
perencanaan infrastruktur IKN dan mendapatkan dukungan bipartisan yang kuat
untuk proyek ini, terutama mendekati pemilihan presiden 2024. Menciptakan
strategi pengembangan infrastruktur yang konsisten dan berkelanjutan, terlepas
dari perubahan politik, akan menjadi hal yang krusial bagi pembangunan IKN.
Selanjutnya, risiko keuangan menjadi tantangan yang perlu ditangani
secara cermat dalam implementasi skema KPBU untuk IKN. Kehati-hatian

36
investor swasta dalam membiayai proyek KPBU, terutama pada tahap awal,
dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan. Dalam konteks IKN, yang
memerlukan investasi besar dan jangka panjang, pemerintah harus menciptakan
lingkungan yang menarik bagi investor swasta dengan memberikan insentif
finansial yang menguntungkan dan merancang perencanaan keuangan secara
transparan.
Aspek transparansi dan integritas juga menjadi hal yang sangat penting
dalam implementasi skema KPBU untuk IKN. Pengadaan dan penawaran
proyek yang tidak transparan dapat menyebabkan sengketa, penundaan, dan
potensi kasus korupsi dalam pelaksanaan proyek KPBU. Mengingat
kompleksitas dan skala proyek IKN, penting bagi pemerintah untuk menetapkan
aturan dan prosedur pengadaan yang kuat dan transparan untuk memastikan
pelaksanaan proyek berjalan efisien dan adil, serta untuk mendorong partisipasi
aktif sektor swasta.
Selain itu, pemantauan dan pengawasan yang efektif harus menjadi
bagian integral dari implementasi skema KPBU untuk IKN. Dalam konteks IKN
yang menjadi proyek nasional strategis, penting bagi pemerintah untuk
membentuk badan regulasi yang bertanggung jawab dalam memantau dan
mengevaluasi proyek KPBU secara berkala. Pelaporan yang tepat waktu dan
audit yang teratur akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan proyek IKN.
Pemerintah juga harus mampu mengelola risiko proyek dengan
bijaksana. Risiko yang terkait dengan proyek infrastruktur IKN seringkali
melibatkan aspek teknis, keuangan, dan lingkungan. Dalam rangka mencapai
keberhasilan penuh dalam implementasi KPBU untuk IKN, pemerintah harus
mengadopsi pendekatan manajemen risiko yang efektif untuk mengurangi
potensi kerugian dan membangun kepercayaan di antara investor swasta.
Dalam menghadapi tantangan dan risiko implementasi skema KPBU
untuk IKN, pemerintah harus mengambil pendekatan yang komprehensif dan
berfokus pada kolaborasi dengan sektor swasta. Dengan mengatasi
tantangan-tantangan ini, Indonesia dapat memanfaatkan potensi skema KPBU

28
Kristianus Jimy Pratama, “Tinjauan Kritis Terhadap Manajemen Risiko Pengembalian Investasi
Asing Pada Pembangunan Ibu Kota Nusantara,” Majalah Hukum Nasional, Vol. 52, No. 1 (2022).

37
untuk mendorong pembangunan infrastruktur IKN yang berkelanjutan dan
berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat.
IV. Menuju Keberhasilan KPBU: Peran Pemerintah dan Daya Tarik bagi
Swasta
Pengembangan infrastruktur yang kokoh dan penyediaan pelayanan
publik yang efisien merupakan elemen kunci bagi pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya mencapai tujuan ini, Skema KPBU
telah menjadi pilihan populer di berbagai negara. Melalui kerjasama antara
sektor publik dan swasta, KPBU menawarkan peluang untuk mengoptimalkan
sumber daya dan keahlian yang beragam guna mewujudkan proyek infrastruktur
yang berdampak positif. Namun, untuk meraih keberhasilan penuh dalam
implementasi KPBU, peran strategis pemerintah dan daya tarik bagi sektor
swasta harus menjadi dua pilar utama yang diberdayakan. Peningkatan daya
tarik bagi sektor swasta akan menjadi penentu penting dalam menarik partisipasi
mereka dalam pembangunan infrastruktur, terutama dalam proyek IKN.
Pemerintah telah mengimplementasikan beberapa langkah untuk
mendukung pelaksanaan KPBU di Indonesia. Pertama, pemerintah menyediakan
fasilitas Pengembangan Proyek yang berperan dalam membantu PJPK dalam
melakukan analisis akhir terkait kelayakan studi, menyusun dokumen lelang,
serta memberikan pendampingan dalam proses transaksi proyek KPBU hingga
berhasil memperoleh pembiayaan dari lembaga pembiayaan atau mencapai
kesepakatan keuangan (financial close).29 Selain itu, pemerintah juga dapat
memberikan bantuan finansial berupa viability gap fund, di mana pemerintah
turut berkontribusi secara tunai untuk sebagian biaya konstruksi pada proyek
KPBU yang telah memenuhi syarat secara ekonomi namun belum mencapai
kelayakan finansial.30 Terakhir, terdapat penjaminan infrastruktur yang bertujuan
29
Kementerian Keuangan, “Fasilitas Penyiapan Proyek,” tersedia pada
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1094-1255/pjpk/dukungan-pemerintah/fasilitas-penyiapan-proyek#:~:te
xt=Fasilitas%20Penyiapan%20Proyek%20atau%20Project%20Development%20Facility%20%28PDF%2
9,hingga%20memperoleh%20pembiayaan%20dari%20lembaga%20pembiayaan%20%28financial%20clo
se%29, diakses pada 27 Juli 2023.
30
Miftahul Huda Noor, “Mengenal Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), Skema
Public Private Partnership (PPP) di Indonesia, Kementerian Keuangan, 19 Desember 2016, tersedia pada
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/11824/Mengenal-Kerjasama-Pemerintah-dengan-Badan-U
saha-KPBU-Skema-Public-Private-Partnership-PPP-di-Indonesia.html#:~:text=Dikarenakan%20banyak%
20proyek%20KPBU%20tidak%20layak%20secara%20finansial,finansial%20sebuah%20proyek%20yang
%20biasanya%20digunakan%20dalam%20pembangunan, diakses pada 27 Juli 2023.

38
untuk memberikan jaminan atas kewajiban finansial PJPK dalam membayar
kompensasi kepada badan usaha saat terjadi risiko yang terkait dengan
infrastruktur tersebut, sesuai dengan alokasi yang disepakati dalam perjanjian
KPBU, yang menjadi tanggung jawab PJPK.31
Di luar dukungan pemerintah yang telah diberikan, salah satu hal yang
memberikan daya tarik bagi sektor swasta adalah keberadaan ekosistem bisnis
yang kondusif. Di sinilah peran pemerintah sangat krusial. Pertama-tama,
pemerintah harus menetapkan kebijakan dan regulasi yang jelas dan stabil.
Walaupun hal ini sudah tercapai melalui adanya Undang-undang Nomor 6 Tahun
2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang (“UU Cipta
Kerja”) yang memberikan keuntungan bagi investor. Namun masih banyaknya
pertentangan dari masyarakat membuat kepastian hukum UU tersebut
dipertanyakan.32 Ketidakpastian hukum dapat menjadi kendala bagi investasi
swasta dalam proyek infrastruktur jangka panjang.33 Dengan mengeluarkan
regulasi yang konsisten dan memberikan lingkungan ramah investasi,
pemerintah dapat membangun kepercayaan di antara para pemangku
kepentingan, termasuk investor swasta.
Faktor yang paling menarik bagi investor swasta adalah potensi
pengembalian investasi yang menjanjikan. Oleh karena itu, pemerintah perlu
merumuskan model pembagian risiko dan keuntungan yang menguntungkan
kedua belah pihak. Pembagian risiko yang tepat dan pembagian keuntungan
yang adil akan mendorong minat investor swasta untuk berpartisipasi dalam
proyek KPBU.

31
Ibid
32
Rofiq Hidayat, “Perppu Cipta Kerja Mengisi Kepastian Hukum Pelaku Usaha, Rawan
Digugat,” Hukum Online, 6 Januari 2023, tersedia pada
https://www.hukumonline.com/berita/a/perppu-cipta-kerja-mengisi-kepastian-hukum-pelaku-usaha--rawa
n-digugat-lt63b7bdb8594f0/#:~:text=Perppu%20Cipta%20Kerja%20Mengisi%20Kepastian%20Hukum%
20Pelaku%20Usaha%2C,digugat%2C%20malah%20bisa%20berakibat%20tidak%20memberikan%20kep
astian%20hukum, diakses pada 27 Juli 2023.
33
Nancy Junita, “5 Kendala Investasi di Indonesia,” Bisnis, 4 Februari 2017, tersedia pada
https://ekonomi.bisnis.com/read/20170204/9/625806/5-kendala-investasi-di-indonesia#:~:text=%22Regul
asi%2C%20peraturan%20yang%20berlebihan%2C%20kualitas%20konsistensi%20regulasi%2C%22%20
kata,perpajakan%20yang%20tidak%20memberikan%20ruang%20lebih%20kepada%20pengusaha,
diakses pada 27 Juli 2023.

39
Selanjutnya, pemerintah juga dapat memberikan insentif finansial untuk
menarik investasi swasta. Insentif ini dapat berupa keringanan pajak, pendanaan
modal, atau subsidi yang memungkinkan investor swasta untuk mengurangi
risiko finansial dalam proyek. Dengan cara ini, sektor swasta akan merasa lebih
aman dan percaya diri dalam berinvestasi dalam proyek KPBU.
Tidak hanya itu, pemerintah juga harus menjamin kepastian hak atas aset
dan memberikan perlindungan hukum bagi investor swasta. Hak atas aset harus
dijamin secara tegas agar investor merasa aman dalam berinvestasi dalam
infrastruktur jangka panjang. Perlindungan hukum yang kuat juga sangat penting
untuk memastikan bahwa investor memiliki mekanisme yang efektif untuk
menyelesaikan sengketa atau masalah hukum yang mungkin timbul selama
pelaksanaan proyek.
Terakhir, pemerintah harus menciptakan lingkungan yang transparan dan
akuntabel dalam pelaksanaan KPBU. Komunikasi yang jelas dan terbuka antara
pemerintah dan sektor swasta akan membantu membangun kepercayaan dan
menjaga kelancaran proyek. Pelaporan yang tepat waktu dan akurat tentang
proyek KPBU juga akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan proyek.
Dalam rangka menuju keberhasilan KPBU, pemerintah harus terus
menerus meningkatkan perannya dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung dan mengelola proyek infrastruktur secara efektif. Daya tarik bagi
sektor swasta harus menjadi perhatian utama untuk memastikan partisipasi
mereka dalam pembangunan infrastruktur nasional. Dengan peran pemerintah
yang strategis dan daya tarik bagi sektor swasta yang efektif, Indonesia dapat
mencapai keberhasilan penuh dalam implementasi KPBU dan mewujudkan
infrastruktur yang berkualitas serta pelayanan publik yang lebih baik bagi
masyarakat.
V. Kesimpulan
Penerapan skema KPBU di Indonesia menjadi alat yang berharga dalam
mengoptimalkan potensi pembangunan infrastruktur, terutama dalam konteks
pembangunan IKN. Pembangunan IKN menjadi proyek strategis yang
memerlukan dukungan berbagai pihak, termasuk sektor swasta, karena besarnya

40
pendanaan yang dibutuhkan. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan
infrastruktur yang canggih, berkelanjutan, dan berkualitas, skema KPBU
menjadi pilihan yang tepat karena memberikan berbagai manfaat, seperti
efisiensi dalam pengiriman proyek, peningkatan sumber modal, dan akses
keahlian dari sektor swasta. Selain itu, KPBU juga memindahkan risiko
keuangan dari pemerintah kepada investor dan memfasilitasi pemeliharaan aset
secara berkelanjutan.
Penerapan skema KPBU di Indonesia didukung oleh berbagai peraturan
dan regulasi, seperti Perpres 38/2015. Dalam skema KPBU, pemerintah
berkolaborasi dengan badan usaha untuk menyediakan infrastruktur yang
berkelanjutan dan berkualitas, dengan berbagi risiko dan keuntungan sesuai
perjanjian. Namun, dalam mengoptimalkan potensi KPBU untuk pengembangan
infrastruktur di IKN, terdapat sejumlah tantangan dan risiko yang harus diatasi
secara cermat. Tantangan-tantangan tersebut meliputi risiko politik dan
kebijakan, risiko keuangan, transparansi dan integritas, serta manajemen risiko
proyek yang efektif.
Untuk menghadapi tantangan dan risiko tersebut, pemerintah perlu
mengambil pendekatan yang komprehensif. Pemerintah harus menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi sektor swasta dengan memberikan kebijakan dan
regulasi yang jelas, memberikan insentif finansial, serta menjamin kepastian hak
atas aset dan perlindungan hukum bagi investor swasta.
Dukungan pemerintah menjadi kunci penting dalam meraih keberhasilan
penuh dalam implementasi KPBU. Pemerintah harus terus meningkatkan
perannya dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan mengelola
proyek infrastruktur secara efektif. Selain itu, meningkatkan daya tarik bagi
sektor swasta juga menjadi perhatian utama untuk memastikan partisipasi
mereka dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Dengan peran pemerintah yang strategis dan daya tarik bagi sektor
swasta yang efektif, Indonesia dapat mencapai tujuan pembangunan IKN dan
mengoptimalkan potensi KPBU untuk mewujudkan infrastruktur yang
berkualitas, berkelanjutan, dan memberikan manfaat yang signifikan bagi
masyarakat luas.

41
Daftar Pustaka

Jurnal
Bayliss, Kate dan Elisa Van Waeyenberge. “Unpacking the public private partnership
revival.” Journal of Development Studies. Vol. 54. No. 4 (2018).
Darmawan, Arief. “Skema KPBU dengan Mekanisme Availability Payment sebagai
Alternatif Pembiayaan Pembangunan Sarana-Prasarana (Infrastruktur) Publik di
Daerah.” Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 4. No. 1 (2018).
Grimsey, Darrin dan M.K. Lewis. “Public private partnerships and public procurement.”
Agenda. Vol. 14. No. 2 (2007).
Habsi, Faisal Amur Said Hamed Al dan Asad Ullah. “The Role of the Public-Private
Partnership (PPP) in Achieving the Optimal Economic and Social Benefits
Through the Port Sector.” International Journal of Management Science and
Business Administration. Vol. 8. No. 5 (2022). hlm. 57-65.
Maulana, Mochamad Rifki. “Pemahaman dan Pembelajaran Tahap Perencanaan dan
Penyiapan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia Melalui Skema Kerja Sama
Pemerintah dan Badan dalam Penyediaan Infrastruktur (KPBU).” Jurnal Ilmu
Sosial Dan Pendidikan. Vol. 5. No. 1 (2021).
Pratama, Kristianus Jimy. “Tinjauan Kritis Terhadap Manajemen Risiko Pengembalian
Investasi Asing Pada Pembangunan Ibu Kota Nusantara.” Majalah Hukum
Nasional. Vol. 52. No. 1 (2022).

Buku
Akintoye, Akintola, Matthias Beck dan Cliff Hardcastle. Public‐Private Partnerships:
Managing Risks and Opportunities. Oxford: Blackwell Science, 2003.
Jeffrey Delmon. Private Sector Investment in Infrastructure: Project Finance, PPP
Projects. Belanda: Kluwer Law International, 2021.

Tesis
Rahman, Annisa. “Analisis Risiko Pada Skema Kerjasama Pemerintah Dan Badan
Usaha (Kpbu) Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia (Studi Kasus:

42
Proyek Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang Seksi 2).” Tesis Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, 2021.

Internet
Bunkharisma, William. "Pentingnya Infrastruktur untuk Kemajuan Sebuah Bangsa."
Kompasiana. 15 September 2019. Tersedia pada
https://www.kompasiana.com/williambunkharisma9953/5d7dcd05097f3672286
745d2/p entingnya-infrastruktur-untuk-kemajuan-sebuah-bangsa. Diakses pada
26 Juli 2023.
Hidayat, Rofiq. “Perppu Cipta Kerja Mengisi Kepastian Hukum Pelaku Usaha, Rawan
Digugat.” Hukum Online. 6 Januari 2023. Tersedia pada
https://www.hukumonline.com/berita/a/perppu-cipta-kerja-mengisi-kepastian-hu
kum-pelaku-usaha--rawan-digugat-lt63b7bdb8594f0/#:~:text=Perppu%20Cipta
%20Kerja%20Mengisi%20Kepastian%20Hukum%20Pelaku%20Usaha%2C,dig
ugat%2C%20malah%20bisa%20berakibat%20tidak%20memberikan%20kepast
i an%20hukum. Diakses pada 27 Juli 2023.
Junita, Nancy. “5 Kendala Investasi di Indonesia.” Bisnis. 4 Februari 2017. Tersedia
pada
https://ekonomi.bisnis.com/read/20170204/9/625806/5-kendala-investasi-di-ind
onesia#:~:text=%22Regulasi%2C%20peraturan%20yang%20berlebihan%2C%2
0kualitas%20konsistensi%20regulasi%2C%22%20kata,perpajakan%20yang%2
0t idak%20memberikan%20ruang%20lebih%20kepada%20pengusaha. Diakses
pada 27 Juli 2023.
Kementerian Keuangan. “Dasar Hukum Skema KPBU.” Tersedia pada
http://kpbu.kemenkeu.go.id/read/24-229/umum/tentang-kpbu/apa-dasar-hukum-
s kema-kpbu. Diakses pada 27 Juli 2023.
Kementerian Keuangan. “Fasilitas Penyiapan Proyek.” Tersedia pada
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1094-1255/pjpk/dukungan-pemerintah/fasilita
s-penyiapan-proyek#:~:text=Fasilitas%20Penyiapan%20Proyek%20atau%20Pro
ject%20Development%20Facility%20%28PDF%29,hingga%20memperoleh%2
0pembiayaan%20dari%20lembaga%20pembiayaan%20%28financial%20close
%29. Diakses pada 27 Juli 2023.
Kencana, Maulandy Rizky Bayu. “IKN Nusantara Sudah Mulai Dibangun, Ini Daftar

43
Proyeknya.” Liputan 6. 22 Oktober 2022. Tersedia pada
https://www.liputan6.com/bisnis/read/5104567/ikn-nusantara-sudah-mulai-diban
gun-ini-daftar-proyeknya#:~:text=Kementerian%20PUPR%20telah%20memulai
%20pembangunan%20fisik%20infrastruktur%20dasar,Karangjoang-Kariangau
%2C%20Kariangau-Simpang%20Tempadung%2C%20dan%20Simpang%20T
e mpadung-Jembatan%20Pulau%20Balang. Diakses pada 26 Juli 2023.
Mahatma, Robertus. “ Tahapan Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.”
Kompas. 1 April 2022. Tersedia pada
https://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2022/04/01/tahapan-pembangunan-i
bu-kota-negara-ikn-nusantara. Diakses pada 27 Juli 2023.
Noor, Miftahul Huda. “Mengenal Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU),
Skema Public Private Partnership (PPP) di Indonesia.” Kementerian Keuangan.
19 Desember 2016. Tersedia pada
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/11824/Mengenal-Kerjasama-Pem
erintah-dengan-Badan-Usaha-KPBU-Skema-Public-Private-Partnership-PPP-di-
Indonesia.html#:~:text=Dikarenakan%20banyak%20proyek%20KPBU%20tidak
%20layak%20secara%20finansial,finansial%20sebuah%20proyek%20yang%20
biasanya%20digunakan%20dalam%20pembangunan.Diakses pada 27 Juli
2023.
Public-Private Partnership Legal Resource Center. “Government Objectives: Benefits
and Risks of PPPs.” The World Bank. Tersedia pada
https://ppp.worldbank.org/public-private-partnership/overview/ppp-objectives.
Diakses pada 27 Juli 2023.
Putri, Diva Lufiana. “5 Tahap Pembangunan IKN Dimulai 2022 Selesai 2045.”
Kompas. 1 Maret 2022. Tersedia pada
https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/01/170000965/5-tahap-pembanguna
n-ikn-dimulai-2022-selesai-2045. Diakses pada 27 Juli 2023.
Putri, Teatrika Handiko. “Perjalanan Ibu Kota Baru yang Diumumkan Jokowi Pertama
Kali 2019.” IDN Times. 28 Maret 2021. Tersedia pada
https://www.idntimes.com/news/indonesia/teatrika/perjalanan-ibu-kota-baru-yan
g-diumumkan-jokowi-pertama-kali#:~:text=Pada%2026%20Agustus%202019%
2C%20Presiden%20Jokowi%20mengumumkan%20lokasi,di%20Kabupaten%2
0Penajam%20Paser%20dan%20Kabupaten%20Kutai%20Kartanegara. Diakses

44
pada 26 Juli 2023.
Smet, Peter. “The Key Advantages of Using Public-Private Partnerships for Major US
Infrastructure Projects.” Reason Foundation. 12 Agustus 2019. Tersedia pada
https://reason.org/commentary/the-key-advantages-of-using-public-private-partn
erships-for-major-us-infrastructure-projects/. Diakses pada 27 Juli 2023.
Sugiarto, Eddy Cahyono. “Melanjutkan Pembangunan Infrastruktur dan Indonesia
Maju,” Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 29 Agustus 2019.
Tersedia pada
https://setneg.go.id/baca/index/melanjutkan_pembangunan_infrastruktur_dan_in
donesia_maju. Diakses pada tanggal 26 Juli 2023.
Zaesar, Makna. “Pembangunan Infrastruktur Dukung Pertumbuhan Ekonomi,”
Indonesia.go.id. 25 Agustus 2021. Tersedia pada
https://indonesia.go.id/kategori/editorial/3156/pembangunan-infrastruktur-dukun
g-pertumbuhan-ekonomi#:~:text=Presiden%20Joko%20Widodo%20dalam%20p
idato%20penyampaian%20RAPBN%20Tahun,pemerataan%20infrastruktur%20
dan%20akses%20teknologi%20informasi%20dan%20komunikasi. Diakses pada
26 Juli 2023.

45
TINJAUAN YURIDIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PUBLIC
PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) BESERTA STRATEGI DALAM
MEREALISASIKAN PEMBANGUNAN IBU KOTA NEGARA BARU
INDONESIA

Halwah Zhafirah dan Eidensia Clara


Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Angkatan 2022

1. Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu indikator pendukung


keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagai sebuah negara kepulauan,
pembangunan infrastruktur di Indonesia berperan sangat penting untuk membantu
meningkatkan aksesibilitas antarpulau. Begitu pula dengan pembangunan Ibu Kota
Nusantara (IKN) yang saat ini sedang gencar dilakukan sebagai persiapan untuk
pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Tujuan utama
dibangunnya IKN ini adalah untuk mencapai pemerataan, baik dari segi ekonomi,
penduduk, maupun pembangunan.1 Selama ini, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi
dan kepadatan penduduk Indonesia masih tersentralisasi di Pulau Jawa. Pada pencatatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal I 2023, sebesar 57,17 persen
perekonomian nasional Indonesia disumbangsih dari Pulau Jawa.2 Selain itu,
berdasarkan data penyebaran penduduk Indonesia per 2020, hasil sensus penduduk
menyatakan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia masih terpusat di Pulau
Jawa, yakni sebesar 56,1%.3 Hal ini pun menjadikannya sebagai pulau dengan
kepadatan penduduk tertinggi

1
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Presiden Jokowi: Alasan Utama
Pembangunan IKN Adalah Pemerataan,” setneg.go.id, 22 Februari 2023, tersedia pada
https://www.setneg.go.id/baca/index/presiden_jokowi_alasan_utama_pembangunan_ikn_adalah_pemerat
aan#:~:text=Menurut%20Kepala%20Negara%2C%20alasan%20utama,ekonomi%2C%20penduduk%2C
%20maupun%20pembangunan, diakses 5 Agustus 2023.
2
CNN Indonesia, “BPS: Perekonomian Indonesia Masih Terpusat di Jawa,” cnnindonesia.com, 5
Mei 2023, tersedia pada
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230505113652-532-945647/bps-perekonomian-indonesia-mas
ih-terpusat-di-pulau-jawa#:~:text=Tercatat%20secara%20share%20Jawa%20memberikan,Jumat%20(5%
2F5), diakses 5 Agustus 2023.

46
47
di dunia.4 Berdasarkan hal-hal tersebut, pemindahan ibu kota ini diharapkan mampu
membawa perubahan yang signifikan terhadap tatanan kehidupan dan budaya kerja
pada masyarakat Indonesia.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, kelancaran pembangunan infrastruktur


merupakan kunci utama dalam membangun sarana dan prasarana di IKN agar siap
menjadi ibu kota baru di Indonesia. Adapun dana yang akan digelontorkan untuk
pembangunan IKN ini adalah sebesar Rp466 triliun yang mana 20% akan didanai oleh
APBN dan 80% akan memanfaatkan investasi dari pihak swasta.5 Untuk merealisasikan
pelaksanaan investasi tersebut, upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan
menerapkan skema Public Private Partnership (PPP) atau di Indonesia dikenal pula
dengan sebutan Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). PPP adalah
bentuk kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta untuk menyediakan infrastruktur
bagi kepentingan umum dengan berpedoman pada spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
menteri.6 Pada PPP, sumber daya badan usaha dapat digunakan sebagian atau
seluruhnya dengan memperhatikan pembagian risiko di antara para pihak yang
bersangkutan.7

Di Indonesia, PPP bukanlah sesuatu yang baru. Skema ini telah dikenal di
Indonesia sejak zaman orde baru, tetapi baru berkembang pesat pada tahun 1998 pasca
krisis moneter. Saat ini, peraturan perundang-undangan yang mengatur pengoperasian
KPBU di Indonesia adalah Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerja Sama

3
Dwi Hadya Jayani, “Lebih dari Setengah Penduduk Indonesia Tinggal di Jawa,”
databoks.katadata.co.id, 22 Januari 2021, tersedia pada
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/22/lebih-dari-setengah-penduduk-indonesia-tinggal-di
-jawa#:~:text=Belum%20punya%20akun%3F,Daftar%20sekarang!&text=Hasil%20Sensus%20Penduduk
%202020%20menunjukkan,1%25%20dari%20total%20penduduk%20Indonesia, diakses 5 Agustus 2023.

4
Alex, “The World’s Most Populated Islands,” vividmaps.com, tersedia pada
https://vividmaps.com/most-populated-islands/#:~:text=Java%2C%20Indonesia%3A%20With%20a%20p
opulation,populous%20island%20in% 20the%20world, diakses 5 Agustus 2023.
5
Pijar Anugerah, “IKN Nusantara: Siapa yang Mendanai Pembangunan Ibu Kota Baru,” bbc.com,
12 November 2022, tersedia pada https://www.bbc.com/indonesia/articles/cpd17vpr8kjo, diakses 3
Agustus 2023.

48
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (Perpres KPBU).
Sementara, untuk pembangunan infrastruktur di IKN, terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan yang secara lebih lanjut mengatur pelaksanaan IKN, di antaranya
adalah Undang-Undang (UU) No. 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara, Peraturan
Presiden (Perpres) No. 63 Tahun 2022 tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota
Negara, Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 Tahun 2022 tentang Pendanaan dan
Pemindahan IKN serta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Khusus IKN, dan
Peraturan Menteri Keuangan No. 220/PMK.08/2022 tentang Dukungan Pemerintah
untuk Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha serta Pembiayaan Kreatif, dan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 12 Tahun 2023 tentang Pemberian Perizinan Berusaha,
Kemudahan Berusaha, dan Fasilitas Penanaman Modal bagi Pelaku Usaha di IKN.
Meskipun demikian, hingga saat ini pembangunan infrastruktur di IKN masih belum
menunjukkan progress yang signifikan. Salah satu penyebabnya adalah kekhawatiran
para investor terhadap kepastian pembangunan infrastruktur di IKN, seperti risiko
investasi yang tinggi, masalah pengadaan tanah, belum adanya standar operasional
prosedur (SOP) dalam transaksi jual- beli tanah di IKN, serta inkonsistensi dan tumpang
tindih regulasi KPBU di IKN.

Maka dari itu, dalam tulisan ini, penulis hendak membahas mengenai
signifikansi dan status quo kerangka hukum implementasi PPP di Indonesia dalam
pembangunan IKN, permasalahan yuridis terkait dengan implementasi PPP dalam
pembangunan infrastruktur di IKN, dan pengintegrasian People-First Public Private
Partnership (PfPPP) ke dalam regulasi yang mengatur tentang pembangunan
infrastruktur di IKN dalam rangka menciptakan inovasi dasar hukum PPP di Indonesia,
serta hal-hal lainnya yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan seputar
regulasi PPP dalam pembangunan infrastruktur di IKN supaya dapat meningkatkan
minat investasi dari badan usaha.

2. Pembahasan
A. Analisis Signifikansi dan Status Quo Kerangka Hukum Implementasi PPP
dalam Pembangunan Infrastruktur di IKN

Untuk mencapai keberhasilan dalam penyelenggaraan PPP, kerangka hukum


yang komprehensif merupakan aspek yang sangat krusial untuk diperhatikan.

49
Menurut World Bank, terdapat beberapa alasan yang menjadikan aspek hukum
sebagai faktor pendukung esensial dalam melaksanakan PPP, di antaranya adalah8:
1. Mampu menarik para investor yang kompeten, termasuk investor asing
Kerangka hukum yang jelas mencerminkan keseriusan pemerintah dalam
berkomitmen untuk mengembangkan skema PPP dalam pembangunan proyek
sehingga dapat meningkatkan kepastian dan menarik perhatian para investor.
2. Menjadi sarana untuk memastikan bahwa implementasi PPP dapat memenuhi
kebutuhan publik dan pemerintah
Unsur-unsur yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam penyelarasan
pemenuhan kebutuhan publik dan pemerintah tersebut adalah dengan
menyediakan kebijakan PPP yang komprehensif, memperhatikan penerapan
konsep Value for Money, menyeimbangkan ketahanan fiskal, sosial, dan
lingkungan, serta mendorong transparansi, akuntabilitas, dan integritas.
Di Indonesia, sudah banyak proyek pembangunan infrastruktur pemerintah yang
berhasil mengimplementasikan pola PPP, seperti proyek Sampah Regional Nambo
(Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, dan Provinsi Banten), proyek jalan tol
Manado-Bitung, dan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Batang.9
Seperti yang telah disebutkan di atas, ketentuan mengenai skema PPP dalam
penyediaan infrastruktur diatur dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015.
Sementara, khusus untuk pembangunan IKN, pemerintah mengeluarkan PP No. 17
Tahun 2022 untuk mengatur kepastian hukum pelaksanaan PPP di IKN dan PMK
220/2022. Bahkan, pemerintah juga telah mengeluarkan PP No. 12 Tahun 2023
tentang Pemberian Perizinan Berusaha, Kemudahan Berusaha, dan Fasilitas
Penanaman

6
Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Kementerian Keuangan Republik Indonesia, “Apa
itu KPBU,” kpbu.kemenkeu.go.id, tersedia pada https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/32-35/pjpk/apa-itu-
kpbu, diakses 5 Agustus 2023.
7
Ibid.
8
World Bank, Guidance on PPP Legal Frameworks, (Washington DC: International Bank for
Reconstruction and Development/The World Bank, 2022), hlm. 11.
9
Ipotnews, “Bappenas: 15 Proyek Infrastruktur Sukses Dibiayai dengan Skema KPBU,”
indopremier.com, 4 Desember 2018, tersedia pada
https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Bappenas 15_Proyek_Infrastruktur_Sukse
s_Dibiayai_Dengan_Skema_KPBU&news_id=98834&group_news=IPOTNEWS&news_date=&taging_
subtype=INFRASTRUKTUR&name=&search=y, diakses 3 Agustus 2023.
50
Modal bagi Pelaku Usaha di IKN sebagai upaya untuk menarik perhatian dan
memberikan kemudahan bagi para investor untuk berinvestasi di IKN.
Namun, hingga saat ini pengaturan mengenai skema PPP di Indonesia memang
belum ada yang disusun dalam bentuk undang-undang. Padahal, berdasarkan Pasal 7
ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah10:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR);
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Hierarki peraturan perundang-undangan tersebut menunjukkan bahwa peraturan
presiden, peraturan pemerintah, dan peraturan kementerian memiliki kedudukan yang
berada di bawah undang-undang (UU). Apalagi, pada hakikatnya peraturan presiden
dikeluarkan untuk melaksanakan implementasi dari UU dengan memberikan
prosedur dan detail yang diperlukan.11 Selain itu, peraturan presiden juga lebih
bersifat fleksibel daripada UU. Tidak dapat dimungkiri bahwa fleksibilitas dalam
peraturan presiden tersebut memiliki sisi positif karena dapat diterbitkan oleh
eksekutif dalam waktu yang relatif cepat, terutama apabila ada masalah mendesak
atau diperlukan perubahan dalam waktu singkat. Namun, hal ini pula yang dapat
menimbulkan keraguan terhadap efektivitas peraturan presiden sebagai regulasi
tertinggi dalam memayungi pelaksanaan PPP di Indonesia karena cenderung
memiliki tingkat “probabilitas berubah-ubah” yang tinggi.12 Melalui analisis di atas,
dapat disimpulkan bahwa kerangka hukum yang mengatur skema PPP dalam
penyediaan infrastruktur di

10
Undang-Undang Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU Nomor 12
Tahun 2011, LN Tahun 2011 No. 82 TLN No. 5234, Pasal 7 ayat (1).
11
Cindy Meiza Lintang, “Dasar Hukum Public Private Partnership Melalui Peraturan Presiden:
Analisis Terhadap Efektivitasnya di Indonesia,” Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 19, No. 2 (2022), hlm.
248.
12
Ibid.

51
Indonesia, mulai dari Perpes No.38 Tahun 2015 hingga peraturan khusus terkait
pembangunan IKN, masih belum dapat dinilai sebagai kerangka hukum yang kuat
untuk menjadi pedoman dalam menyelenggarakan proyek infrastruktur di IKN.

B. Problematika Yuridis Peraturan Perundang-Undangan IKN Terkait


Implementasi PPP
Penjelasan mengenai pentingnya kerangka hukum PPP yang kuat dan
komprehensif serta keadaan regulasi hukum PPP di Indonesia saat ini memicu
analisis yang lebih mendalam terkait problematika yuridis yang ada pada peraturan
perundang- undangan penyelenggaraan PPP dalam pembangunan infrastruktur di
IKN. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945, Indonesia adalah negara hukum.13
Sebagai bentuk realisasi konsepsi negara hukum tersebut, pemerintah harus
senantiasa mengintegrasikan aspirasi dari masyarakat dalam setiap proses
pembentukan peraturan perundang-undangan, baik dari segi proses maupun
substansi.14 Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, proses pembentukan peraturan
perundang-undangan harus memenuhi beberapa asas, salah satunya adalah asas
keterbukaan.15 Asas keterbukaan ini menjamin setiap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang akurat, jujur, dan tidak bersifat diskriminatif terkait
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi diri
pribadi, golongan, dan rahasia negara.16 Apabila kita menilik kualitas UU IKN dari
segi proses pembentukannya, UU ini jelas tidak memenuhi asas keterbukaan yang
ditandai dengan minimnya keterlibatan publik dalam proses pembentukannya. Pada
UU IKN, masih terdapat persoalan lokasi yang masih harus dioptimalkan, yaitu
masalah tanah pemukiman, lahan perkebunan, dan

13
Undang-Undang Dasar 1945, Ps. 1 ayat (3).
14
Nor Fadillah, “Penerapan Asas Keterbukaan dalam Pembentukan Undang-Undang tentang
Cipta Kerja dan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara,” Jurnal Lex Renaissance, Vol. 7, No. 2
(2022), hlm. 245. (243-264).

15
Undang-Undang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU Nomor 12 Tahun 2011,
LN Tahun 2011 No. 82 TLN No. 5234.
16
Bachsan Mustafa, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1990), hlm. 13.

52
tanah adat.17 Artinya, UU IKN belum melindungi dan mengakomodasi hak-hak
masyarakat adat atas tanah mereka yang akan terdampak oleh pembangunan IKN.
Maka dari itu, saat ini UU IKN sedang dalam tahap revisi agar berbagai saran dan
aspirasi dari masyarakat dapat diterima dan diinternalisasi ke dalam UU dengan baik.
Selain itu, kasus lain yang baru-baru ini ditemukan oleh Ombudsman Republik
Indonesia (RI) adalah dugaan maladministrasi dalam implementasi regulasi terkait
layanan permohonan surat keterangan tanah dan pendaftaran tanah di wilayah IKN.
Hasil investigasi dari Ombudsman menyatakan bahwa penghentian layanan tersebut
disebabkan oleh ketidaksesuaian dan tumpang tindih (overlapping) regulasi.18 Kondisi
ini membuat para petugas di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa merasa ragu
dan bingung dalam menjalankan tugasnya sehingga layanan permohonan surat
keterangan tanah dan pendaftaran tanah pun menjadi terganggu.19 Dalam Surat Edaran
(SE) Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah Kementerian ATR/BPN
Nomor 3/SE400.HR.02/II/2022 tentang Pembatasan Penerbitan dan Pengalihan Hak
Atas Tanah di Wilayah Ibu Kota Negara, terdapat beberapa pembatasan terhadap ruang
lingkup pendaftaran tanah yang meliputi penerbitan hak atas tanah, perbuatan hukum
yang dimaksudkan untuk mengalihkan hak atas tanah, serta penerbitan surat keterangan
yang dimaksudkan sebagai keterangan atas penguasaan dan pemilikan tanah. Akan
tetapi, ketentuan tersebut ternyata berlainan dengan Pasal 21 ayat (1) Perpres No. 65
Tahun 2022 yang menyatakan bahwa “Seluruh bidang tanah di wilayah IKN yang
belum terdaftar tetap dapat didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
Jika dikaitkan dengan persoalan transaksi jual-beli tanah di IKN yang belum
memiliki standar operasional prosedur (SOP), kedua permasalahan ini juga dapat

17
Kaltim Post, “Abdul Rasid Harap RUU Perubahan IKN Berikan,” kaltimpost.jawapos.com, 8
Agustus 2023, tersedia pada https://kaltimpost.jawapos.com/kaltim/08/08/2023/abdul-rasid-harap-ruu-
perubahan-ikn-berikan-dampak-kesejahteraan, diakses 9 Agustus 2023.
18
Ombudsman Republik Indonesia, “Inkonsistensi Implementasi Regulasi, Ombudsman RI
Temukan Penghentian Layanan Pertanahan di Wilayah IKN Nusantara,” ombudsman.go.id, 27 Juli 2023,
https://ombudsman.go.id/news/r/inkonsistensi-implementasi-regulasi-ombudsman-ri-temukan-
penghentian-laya nan-pertanahan-di-wilayah-ikn-nusantara, diakses 5 Agustus 2023.
19
Ibid.

53
memperparah permasalahan transaksi jual-beli tanah tersebut. Hal ini menandakan
bahwa proses pengadaan tanah di IKN tidak berjalan sesuai dengan landasan hukum.
Padahal, pengadaan tanah yang adil dan tertib merupakan salah satu kunci utama
untuk menarik dan memberikan kepastian kepada investor sehingga dapat
mendorong kelancaran pembangunan IKN.

C. Studi Komparatif Mengenai Regulasi PPP di Korea Selatan

Salah satu negara yang sangat berhasil dalam pembangunan infrastruktur publik
yang modern adalah Korea Selatan. Sejak tahun 1990-an, PPP telah diterapkan oleh
pemerintah Korea Selatan sebagai skema utama dalam pembangunan infrastruktur.
Kontribusi PPP di Korea Selatan sangat besar hingga dapat mengurangi sekitar
10,7% beban anggaran pemerintah per tahun dalam pembangunan infrastruktur serta
dapat mencakup berbagai sektor, yaitu sektor jalan, jembatan, sistem pengelolaan air,
dan bandara. Keberhasilan pembangunan infrastruktur di Korea Selatan tentunya
dipengaruhi oleh adanya landasan hukum yang kuat dan prosedur yang jelas.20
Terdapat beberapa landasan hukum dalam melaksanakan PPP di Korea Selatan, yaitu
The Public-Private Partnerships Act yang selanjutnya disebut sebagai UU PPP
Korea Selatan, Public-Private Partnerships Enforcement Decree, Public-Private
Partnerships Basic Plan, dan Public-Private Partnerships Implementation
Guidelines.21

Jika dibandingkan dengan landasan hukum PPP di Indonesia, Korea Selatan


memiliki payung hukum PPP tertinggi berupa UU. Sama halnya dengan Indonesia,
hierarki peraturan perundang-undangan di Korea Selatan juga dimulai dari konstitusi
dan tingkatan yang kedua adalah UU. Perbedaan lainnya adalah kerangka hukum

20
Khumairotun Nisa, “Penerapan Public Private Partnership (PPP) di Korea Selatan dan
Indonesia,” kompasiana.com, 14 Mei 2020, tersedia pada
https://www.kompasiana.com/nisakhumairo/5ebd481c097f363e36682a32/penerapan-public-private-
partnership-ppp-di-korea-selatan-dan-indonesia, diakses 8 Agustus 2023.
21
Yong-Seong Kim, “Public and Private Partnerships in Korea,” unece.org, tersedia pada
https://unece.org/fileadmin/DAM/ceci/ppt_presentations/2011/TOS_PPP3/5.3_Yong-Seong_Kim.pdf,
diakses 10 Agustus 2023.

54
Korea Selatan yang mencakup prosedur penyelesaian sengketa (dispute settlement)
secara efisien dan cepat.22 Sementara, kerangka hukum PPP di Indonesia, termasuk
yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur di IKN, masih belum
mengakomodasi mekanisme penyelesaian sengketa dengan para investor dalam
proses pengoperasian PPP. Padahal, suatu sengketa sangat mungkin terjadi di
tengah-tengah pelaksanaan PPP karena skema PPP itu melibatkan investasi yang
besar dalam kurun waktu yang lama. Aspek penyelesaian sengketa ini perlu
diperhatikan dalam rangka memberikan perlindungan kepada investor terhadap risiko
yang tidak terduga, mendorong kepercayaan antara pemerintah dan pihak swasta,
serta memberikan kepastian hukum sebagai panduan dalam pembuatan kontrak dan
perjanjian terkait penyelesaian sengketa.

D. Pengintegrasian People-First Public Private Partnership (PfPPP) Sebagai Inovasi


Panduan Dasar Hukum PPP pada Pembangunan Infrastruktur di IKN
Sebagaimana dijabarkan sebelumnya, kita dapat menemukan berbagai
permasalahan dalam kerangka hukum PPP di Indonesia saat ini, termasuk yang
berkaitan dengan pembangunan infrastruktur di IKN. Untuk mencari jalan keluar dari
persoalan- persoalan tersebut, setidaknya kita perlu menelisik dan meninjau kembali
tujuan dari pembangunan IKN. Selain bertujuan untuk mencapai sentralisasi
pembangunan nasional, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 2 UU No. 3 Tahun
2022 tentang IKN, pembangunan IKN juga bertujuan untuk menjadi kota berkelanjutan
di dunia.23 Hal ini dipertegas pula pada Pasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa IKN
akan dibangun berdasarkan prinsip kesetaraan, keseimbangan ekologi, ketahanan,
keberlanjutan pembangunan, kelayakan hidup, konektivitas, dan kota cerdas.24 Maka
dari itu, diperlukan inovasi pembentukan hukum PPP yang mampu mengakomodasi
tujuan IKN serta menciptakan keseimbangan antara keuntungan, ketahanan lingkungan,
dan kepentingan hidup masyarakat setempat.

22
Kang-Soo Kim, et al, Public-Private Partnership Systems in the Republic of Korea, the
Philippines, and Indonesia, (Manila: Asian Development Bank, 2018), hlm. 19.
23
Undang-Undang Tentang Ibu Kota Negara, UU Nomor 3 Tahun 2022, LN Tahun 2022 No.41
TLN No. 6766, Ps. 2.
24
Ibid, Ps. 3 ayat (2).

55
Untuk mencapai hal-hal tersebut, langkah awal yang dapat dilakukan adalah
dengan memperhatikan pedoman hukum PPP dalam ruang lingkup internasional. Pada
tahun 2020, United Nation Commision for International Trade Law (UNCITRAL)
mengeluarkan suatu panduan pembentukan hukum PPP yang berjudul “UNCITRAL:
Legislative Guide on Public Private Partnership” bagi lembaga legislatif di negara-
negara anggotanya (Indonesia terpilih menjadi anggota UNCITRAL untuk periode
2019- 2025).25 Penerbitan dokumen tersebut bertujuan untuk membantu negara-negara
anggota dalam membuat atau meninjau kembali regulasi mengenai penyelenggaraan
PPP. Selain itu, adapun konsep PPP yang diprioritaskan oleh United Nation of
Economics Commission for Europe (UNECE) adalah People-First Public Private
Partnership (PfPPP). Konsep PfPP ini memang terbilang baru sehingga belum
diintegrasikan secara komprehensif ke dalam kerangka hukum PPP di Indonesia. PfPPP
merupakan suatu konsep PPP yang mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan
masyarakat dalam rangka akselerasi kualitas hidup masyarakat, seperti meningkatkan
kesetaraan gender, akses terhadap seluruh infrastruktur, dan menghilangkan segala
bentuk diskriminasi.26 Oleh karena itu, PfPPP kerap kali disebut sebagai suatu bentuk
reformasi skema PPP yang memiliki tujuan selaras dengan agenda sustainable
development goals (SDGs) 2023. Hal ini karena selama ini PPP tradisional dinilai tidak
terlalu memperhatikan pembangunan berkelanjutan karena lebih berorientasi pada
keuntungan atau yang lebih dikenal sebagai konsep Value for Money (VfM). Dalam
rasionalitas implementasinya, konsep VfM ini cenderung menderogasikan kewajiban
pemerintah untuk menyediakan layanan masyarakat dengan tetap memperhatikan
ketahanan lingkungan.
Dilansir dari buku yang berjudul “History RePPPeated: How Public-Private
Partnerships are Failing” karya Heinrich-Boll-Stiftung, terdapat bukti empiris
mengenai kegagalan implementasi konsep PPP yang hanya berfokus pada VfM, salah
satunya adalah bandara internasional Chincero di Kota Cuzco, Peru.27 Pada saat
penentuan lokasi

25
UNCITRAL, Legislative Guide on Public-Private Partnerships, (Vienna: United Nations,
2020), hlm. 26.
26
Ibid.
27
KPBU, “People-first PPP: Alat untuk Meningkatkan Dampak Manfaat Infrastruktur kepada
Masyarakat,” kpbu.kemenkeu.go.id, tersedia pada https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1122-

56
pembangunan proyek, para pihak ternyata belum melakukan konsultasi yang inklusif
dengan para komunitas di area terdampak. Selain itu, konsep proyek tersebut juga
belum didasarkan pada kesetaraan gender dan sosial sehingga berpotensi mengancam
eksistensi budaya leluhur. Berkaca pada kasus tersebut, problematika ketentuan
pengadaan tanah di IKN (seperti yang dijelaskan di atas) yang tidak mementingkan
partisipasi publik dan perlindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat adat
dikhawatirkan nantinya dapat berpotensi mengalami kegagalan juga. Hal ini karena
dukungan sosial dan partisipasi warga memegang peranan yang sangat penting sebagai
faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan PPP.28
Maka dari itu, konsep PPP tersebut diusung untuk mengatasi kekurangan-
kekurangan yang ada di PPP tradisional. Adapun indikator penilaian terhadap evaluasi
outcomes dari PfPPP adalah access and equity, economic effectiveness and fiscal
sustainability, environmental sustainability and resilience, replicability, and stakeholder
engagement.29 Karena keselarasan antara tujuan, prinsip, dan konsistensi tujuan
pembangunan berkelanjutan, model PfPPP sangat potensial untuk diterapkan di
pembangunan IKN dengan mekanisme yang fit for purpose (sesuai dengan tujuan) serta
mengedepankan konsep Value for People (VfP) dan Value for Future (VfF).

3. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa skema
PPP sangat memengaruhi tingkat keberhasilan suatu proyek pembangunan infrastruktur,
termasuk pembangunan IKN. Apalagi, keterlibatan investasi dari sektor swasta
ditargetkan untuk 80% pendanaan pembangunan infrastruktur di IKN. Akan tetapi,

Khalid Almarri and Halim Boussabaine, “Critical Success Factors for


28

Public-Private Partnerships in Smart City Infrastructure Projects,” Construction Innovation,


hlm. 1484.
29
KPBU, “People-first PPP: Alat untuk Meningkatkan Dampak Manfaat Infrastruktur kepada
Masyarakat,” kpbu.kemenkeu.go.id, tersedia pada https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1122-
1283/umum/kajian-opini-publik/people-first-ppp-alat-untuk-meningkatkan-dampak-manfaat-infrastruktur
-kepada-masyarakat, diakses 6 Agustus 2023.

57
hingga saat ini minat investor untuk menanamkan modal masih terbilang rendah karena
berbagai permasalahan pada pembangunan IKN.

Permasalahan pertama adalah eksistensi peraturan perundang-undangan PPP di


Indonesia saat ini masih belum ada yang berupa UU sehingga dikhawatirkan tidak dapat
menciptakan konsistensi dalam penerapan hukumnya karena besarnya kemungkinan
perubahan secara cepat oleh peraturan presiden. Permasalahan kedua, proses
pembentukan UU IKN yang belum memenuhi asas keterbukaan dan masih adanya
tumpang tindih regulasi dalam proses pengadaan tanah di IKN yang dapat berimplikasi
pada terjadinya inkonsistensi regulasi. Selanjutnya, permasalahan yang ketiga adalah
hasil komparasi antara Indonesia dan Korea Selatan yang menunjukkan bahwa regulasi
PPP di Indonesia masih belum mencakup prosedur penyelesaian sengketa sebagaimana
yang telah diakomodasi dalam UU PPP Korea Selatan.

Untuk menangani persoalan-persoalan tersebut, pemerintah Indonesia sekiranya


dapat melakukan reformasi dasar hukum PPP di Indonesia dalam bentuk UU dengan
mengintegrasikan pendekatan People-First Public Private Partnership guna mencapai
tujuan pembangunan IKN sebagai kota yang berkelanjutan. Dalam reformasi peraturan
perundang-undangan PPP di IKN ini, poin-poin lainnya yang harus diperhatikan juga
adalah melakukan studi banding dan analisis terhadap regulasi lain agar tidak terjadi
tumpang tindih regulasi, mengedepankan partisipasi publik dan memperhatikan seluruh
asas dalam proses pembentukan UU, memasukkan penjelasan secara detail terkait
mekanisme penyelesaian sengketa, serta meminta peninjauan dari para ahli dan publik
terhadap penerapannya. Tujuan dari reformasi dasar hukum PPP ini adalah agar dapat
menjadi landasan hukum yang kuat dalam pelaksanaan pembangunan IKN sehingga
menjamin kepastian hukum dan membangun kepercayaan antara pihak pemerintah dan
pihak swasta.

Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan penyelarasan kebijakan


administratif terhadap beberapa regulasi yang berkaitan dengan proses pengadaan tanah
untuk mencegah terjadinya sengketa tanah yang dapat menghambat proses
pembangunan infrastruktur di IKN. Hal ini perlu dilakukan supaya seluruh petugas
dalam lembaga yang bersangkutan mempunyai peran dan fungsi yang jelas dalam
menjalankan tugasnya serta menjamin kepastian hukum bagi masyarakat.

58
Daftar Pustaka
Buku
Mustafa, Bachsan. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1990.

Jurnal
Almarri, Khalid dan Halim Boussabaine. “Critical Success Factors for Public-Private
Partnerships in Smart City Infrastructure Projects.” Construction Innovation.
(2023). Hlm. 1471-4175.
Fadillah, Nor. “Penerapan Asas Keterbukaan dalam Pembentukan Undang-Undang
tentang Cipta Kerja dan Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara.” Jurnal Lex
Renaissance. Vol. 7. No. 2 (2022). Hlm. 243-264.
Lintang, Cindy Meiza. “Dasar Hukum Public Private Partnership Melalui Peraturan
Presiden: Analisis Terhadap Efektivitasnya di Indonesia.” Jurnal Legislasi
Indonesia. Vol. 19. No. 2 (2022). Hlm. 244-257.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Tentang Ibu Kota Negara, UU Nomor 3 Tahun 2022. LN Tahun 2022
No.41 TLN No. 6766.
Undang-Undang Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, UU Nomor
12 Tahun 2011, LN Tahun 2011 No. 82 TLN No. 5234.

Artikel Lembaga dan Organisasi


Kim, Kang-Soo, et al. Public-Private Partnership Systems in the Republic of Korea. the
Philippines, and Indonesia. Manila: Asian Development Bank, 2018.
World Bank, Guidance on PPP Legal Frameworks, Washington DC: International Bank
for Reconstruction and Development/The World Bank, 2022.

59
Internet
Alex. “The World’s Most Populated Islands.”
vividmaps.com. Tersedia pada
https://vividmaps.com/mostpopulatedislands/#:~:text=Java%2C%20Indonesia%
3A%20With%20a%20population,populous%20island%20in%20the%20world.
Diakses 5 Agustus 2023.
Anugerah, Pijar. “IKN Nusantara: Siapa yang Mendanai Pembangunan Ibu Kota Baru.”
bbc.com. 12 November 2022. Tersedia pada
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cpd17vpr8kjo. Diakses 3 Agustus 2023.

CNN Indonesia. “BPS: Perekonomian Indonesia Masih Terpusat di Jawa.”


cnnindonesia.com. 5 Mei 2023. Tersedia pada
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230505113652-532-945647/bps-per
ekonomian-indonesia-masih-terpusat-di-pulau-jawa#:~:text=Tercatat%20secara
%20share%20Jawa%20memberikan,Jumat%20(5%2F5). Diakses 5 Agustus
2023.

Ipotnews. “Bappenas: 15 Proyek Infrastruktur Sukses Dibiayai dengan Skema KPBU.”


indopremier.com. 4 Desember 2018. Tersedia pada
https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Bappenas 15_Pro
yek_Infrastruktur_Sukses_Dibiayai_Dengan_Skema_KPBU&news_id=98834&
group_news=IPOTNEWS&news_date=&taging_subtype=INFRASTRUKTUR
&name=&search=y_general&q=pembiayaan%20infrastruktur,KPBU&halaman
=1. Diakses 3 Agustus 2023.
Jayani, Dwi Hadya. “Lebih dari Setengah Penduduk Indonesia Tinggal di Jawa.”
databoks.katadata.co.id. 22 Januari 2021. Tersedia pada
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/22/lebih-dari-setengah-pe
nduduk-indonesia-tinggal-dijawa#:~:text=Belum%20punya%20akun%3F,Da
ftar%20sekarang!&text=Hasil%20Sensus%20Penduduk%202020%20menunjuk
kan,1%25%20dari%20total%20penduduk%20Indonesia. Diakses 5 Agustus
2023.
Kaltim Post, “Abdul Rasid Harap RUU Perubahan IKN Berikan,”
kaltimpost.jawapos.com, 8 Agustus 2023, tersedia pada
https://kaltimpost.jawapos.com/kaltim/08/08/2023/abdul-rasid-harap-ruu-peruba
han-ikn-berikan-dampak-kesejahteraan, diakses 9 Agustus 2023.

60
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. “Presiden Jokowi: Alasan Utama
Pembangunan IKN Adalah Pemerataan.” setneg.go.id. 22 Februari 2023.
Tersedia pada
https://www.setneg.go.id/baca/index/presiden_jokowi_alasan_utama_p
embangunan_ikn_adalah_pemerataan#:~:text=Menurut%20Kepala%20Negara
%
2C%20alasan%20utama,ekonomi%2C%20penduduk%2C%20maupun%20pemb
angunan. Diakses 5 Agustus 2023.
Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, “Apa itu KPBU.” kpbu.kemenkeu.go.id. Tersedia pada
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/32-35/pjpk/apa-itu-kpbu. Diakses 5 Agustus
2023.
Khumairotun Nisa. “Penerapan Public Private Partnership (PPP) di Korea Selatan dan
Indonesia.” kompasiana.com, 14 Mei 2020. Tersedia pada
https://www.kompasiana.com/nisakhumairo/5ebd481c097f363e36682a32/pener
apan-public-private-partnership-ppp-di-korea-selatan-dan-indonesia. Diakses 8
Agustus 2023.
Kim, Yong-Seong. “Public and Private Partnerships in Korea.” unece.org. Tersedia pada
https://unece.org/fileadmin/DAM/ceci/ppt_presentations/2011/TOS_PPP3/5.3_
Yong-Seong_Kim.pdf. Diakses 10 Agustus 2023.
KPBU. “People-first PPP: Alat untuk Meningkatkan Dampak Manfaat Infrastruktur
kepada Masyarakat.” kpbu.kemenkeu.go.id. Tersedia pada
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1122-1283/umum/kajian-opini-publik/people-
first-ppp-alat-untuk-meningkatkan-dampak-manfaat-infrastruktur-kepada-masya
rakat. Diakses 6 Agustus 2023.
Ombudsman Republik Indonesia. “Inkonsistensi Implementasi Regulasi: Ombudsman
RI Temukan Penghentian Layanan Pertanahan di Wilayah IKN Nusantara.”
ombudsman.go.id, 27 Juli 2023, https://ombudsman.go.id/news/r/inkonsistensi-
implementasi-regulasi-ombudsman-ri-temukan- penghentian-laya nan-
pertanahan-di-wilayah-ikn-nusantara. Diakses 5 Agustus 2023.

61
EFEKTIVITAS SKEMA KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN
USAHA GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN IBU KOTA NUSANTARA
Natasya Maria Pasaribu
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Angkatan 2022

ABSTRAK
Pembangunan Ibu Kota Negara (“IKN”) di Kalimantan Timur merupakan bagian dari
Visi Indonesia 2045 yang penting dalam perwujudan pembangunan nasional. Pendanaan
untuk proyek ini melibatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (“APBN”) serta
skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (“KPBU”) untuk mendorong
partisipasi swasta. Namun, adanya hambatan dalam pelaksanaan skema tersebut dapat
mengganggu kelancaran pembangunan IKN. Hambatan tersebut berasal dari rendahnya
minat swasta yang disebabkan oleh ketidakpastian kesiapan lahan investasi yang
ditawarkan. Apabila partisipasi swasta berjumlah sedikit, hal tersebut dapat
mengganggu pembangunan IKN yang ditargetkan untuk selesai pada tahun 2045. Oleh
karena itu, penting untuk mengoptimalisasikan skema KPBU dan pelaksanaannya untuk
mendukung pembangunan IKN.
Kata kunci: Ibu Kota Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Negara,
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah negara yang telah berkembang dalam segala aspek
dengan potensi dan keutuhannya sebagai suatu bangsa. Perjalanan Indonesia sejak
kemerdekaannya pada tahun 1945 telah membuahkan berbagai pelajaran dan mimpi
baru untuk masa depan tanah air yang lebih maju. Pembangunan nasional telah menjadi
salah satu pilar utama yang mampu mengarahkan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Melalui berbagai rencana pembangunan, Indonesia berhasil menggapai berbagai
pencapaian yang signifikan, seperti pertumbuhan ekonomi yang kuat, peningkatan
kesejahteraan masyarakat, serta perkembangan infrastruktur yang mendukung
konektivitas antarwilayah.
Munculnya Visi Indonesia 2045 menjadi awal dari pembangunan Indonesia untuk
meraih kemajuan yang berkelanjutan di era modern ini. Dalam mencapainya, salah satu
upaya yang sedang dituju adalah pembangunan Ibu Kota Negara (“IKN”). IKN
merupakan ibu kota baru yang sedang dibangun di provinsi Kalimantan Timur.

62
Pembangunan IKN ini merupakan bagian dari strategi dalam usaha pemerataan, baik
dari sisi ekonomi, penduduk, maupun pembangunan di Indonesia. Selain itu,
pembangunan ibu kota yang baru ini khususnya menjadi salah satu upaya untuk
membantu kondisi Jawa atau Jakarta yang telah mengalami tekanan besar terhadap daya
dukung lingkungan yang harus dijaga keberlanjutannya. Sehingga, pemindahan ibu kota
ini diharapkan dapat mengubah orientasi pembangunan nasional menjadi
Indonesia-sentris serta mewujudkan 4 pilar dalam Visi Indonesia 2045, yaitu
pembangunan manusia dan penguasaan IPTEK, pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata
kelola pemerintahan.
Tentunya, perwujudan suatu pembangunan nasional tidak lepas dari hukum yang
mengaturnya, terutama dalam negara seperti Indonesia yang merupakan negara hukum.
Adapun pengimplementasian norma hukum yang dilakukan secara komprehensif
mampu mendorong perwujudan pembangunan nasional tersebut secara terstruktur.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai dasar dan acuan pembangunan IKN, Dewan
Perwakilan Rakyat (“DPR”) pun mengesahkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (“UU IKN”). UU tersebut pun disertai
dengan berbagai instrumen hukum lainnya yang mengatur mengenai sejumlah aspek
yang diperlukan dalam pembangunan IKN. Dengan ini, diharapkan bahwa
pembangunan IKN mampu memuat nilai kepastian, keadilan, dan kemanfaatan hukum
secara padu.
Salah satu aspek penting dalam pembangunan IKN ini adalah pendanaannya.
Sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(“RPJMN”) tahun 2020-2024, pembangunan IKN ini menjadi salah satu proyek
prioritas strategis. Menindaklanjuti hal tersebut, dalam UU IKN disebutkan bahwa
pendanaan pembangunan ibu kota ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (“APBN”) dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan. Untuk sumber yang berasal dari APBN akan dibahas dalam
penyusunan APBN dan berfokus pada infrastruktur dasar dan kompleks pemerintahan
utama. APBN pun berperan menjadi katalis untuk menarik dana swasta dalam
pembangunan IKN secara hati-hati dan akuntabel. Sedangkan, sumber di luar APBN
berasal dari sejumlah skema, salah satunya adalah melalui skema Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (“KPBU”). Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (“KPBU”)
atau Public-Private Partnerships (“PPP”) merupakan kerjasama yang dilakukan antara

63
Pemerintah dan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur dan/atau layanannya
untuk kepentingan umum, yang mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh pemerintah dan menggunakan sumber daya badan usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko di antara para pihak. Melalui skema tersebut,
pemerintah ingin memaksimalkan peran serta sektor swasta dan menarik
sumber-sumber dana di luar pemerintah untuk berpartisipasi dalam penyediaan
infrastruktur di IKN.
KPBU merupakan sebuah skema yang sudah sering dilakukan oleh pemerintah
dengan pihak swasta, bahkan sudah mewujudkan berbagai proyek-proyek sukses dalam
rangka pembangunan infrastruktur di Indonesia. Namun dalam proyek pembangunan
IKN, rencana pendanaan melalui skema KPBU ini masih mengalami berbagai
hambatan. Hal tersebut dapat dilihat dari ketidaktampakan keterlibatan pihak swasta
dalam mendanai pembangunan ini. Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan hal
tersebut adalah rendahnya minat atau keengganan pihak swasta untuk berinvestasi di
IKN sebab adanya risiko yang tinggi untuk melakukan hal tersebut. Risiko tersebut
muncul dari belum adanya Standar Operasional Prosedur (“SOP”) yang mengatur
tentang transaksi jual beli tanah sehingga menyulitkan pihak swasta untuk memastikan
kesiapan lahan investasi. Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan bagaimana
efektivitas strategi pemerintah untuk menyiapkan dana pembangunan IKN, sebab
apabila terdapat keraguan dari pihak swasta untuk berkontribusi, maka pembangunan
tersebut dapat mengalami gangguan. Terutama ketika diketahui bahwa partisipasi
non-APBN yang diharapkan dapat membantu mendukung pembangunan IKN adalah
sebesar 80 persen.
Dengan demikian, ditemukan sebuah urgensi untuk mengoptimalisasikan
efektivitas strategi kerja sama pendanaan antara Badan Usaha dengan Pemerintah dalam
pembangunan IKN. Maka dari itu, tulisan ini akan meninjau secara hukum mengenai
skema KPBU yang telah direncanakan untuk pembangunan IKN serta bagaimana
realisasi skema KPBU tersebut guna mendukung pendanaan pembangunan IKN.
Sebagai penutup, tulisan ini akan diakhiri dengan kesimpulan dan sejumlah saran yang
diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitian hukum
(legal research) empiris, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan mengkaji
ketentuan hukum yang berlaku serta kenyataan atau penelitian yang dilakukan terhadap
keadaan sebenarnya yang terjadi di tengah masyarakat, dengan maksud menemukan

64
fakta-fakta yang dijadikan data penelitian untuk kemudian dianalisis dan diidentifikasi
masalahnya hingga ditemukan penyelesaiannya. Oleh karena itu, data dan informasi
yang menunjang penulisan ini dikumpulkan melalui penelusuran pustaka, pencarian
sumber-sumber yang relevan, dan pencarian sumber-sumber melalui internet. Data dan
informasi yang digunakan yaitu jurnal hukum, buku yang relevan dengan tema
penulisan, dan beberapa media elektronik.

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Hukum terhadap Skema KPBU untuk Pembangunan IKN
Pengaturan mengenai sumber dan skema pendanaan dalam persiapan,
pembangunan, serta pemindahan ibu kota diatur secara rinci melalui Peraturan
Pemerintah (“PP”) Nomor 17 Tahun 2022 tentang Pendanaan dan Pemindahan
IKN serta Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Khusus IKN Nusantara. Peraturan
tersebut ditujukan untuk menjamin kepastian hukum pelaksanaan KPBU.
Berdasarkan peraturan tersebut, skema KPBU yang ditentukan untuk
pembangunan IKN adalah sebagai berikut.
1. KPBU Tarif (User Payment):
a. pengembalian investasi berupa pembayaran dari pengguna (user
payment);
b. diproritaskan untuk penyediaan infrastruktur di IKN;
c. dalam hal dibutuhkan untuk lebih memastikan perolehan pembiayaan
swasta (bankability), dapat diberikan dukungan yang bersumber dari
APBN dalam bentuk antara lain penjaminan infrastruktur, dukungan
sebagian konstruksi dan/atau dukungan kelayakan proyek (viability
gap fund).
2. KPBU Availability Payment/AP:
a. pengembalian investasi berupa pembayaran ketersediaan layanan
(availability payment);
b. diprioritaskan untuk penyediaan infrastruktur di IKN;
c. bersumber dari APBN melalui belanja penanggung jawab proyek
kerja sama;

65
d. dalam hal dibutuhkan untuk memastikan kelayakan proyek dengan
skema KPBU availability payment, dapat diberikan dukungan yang
bersumber dari APBN dalam bentuk antara lain penjaminan
infrastruktur, dukungan sebagian konstruksi dan/atau dukungan
kelayakan proyek.
Sebagai pendukung PP Nomor 17 Tahun 2022 tersebut, maka Kementerian
Keuangan (“Kemenkeu”), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(“PPN”) atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (“Bappenas”), dan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa (“LKPP”) telah mengeluarkan
beberapa regulasi pelaksana.
Pertama, terdapat Peraturan Menteri Keuangan (“PMK”) Nomor 220 Tahun
2022 tentang Dukungan Pemerintah untuk Kerja Sama Pemerintah dengan Badan
Usaha serta Pembiayaan Kreatif dalam Rangka Percepatan Penyediaan
Infrastruktur di Ibu Kota Nusantara. Peraturan yang dikeluarkan oleh Kemenkeu
bertujuan untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa investasi di IKN
adalah suatu kesempatan yang menarik. Namun, tentunya keterlibatan sektor
swasta haruslah disertai dengan tata kelola yang baik, termasuk dalam
memberikan kepastian nilai imbal hasil atas investasi yang dilakukan secara
akuntabel, adil, dan transparan, sebagaimana dikatakan oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Suminto.
Kedua, adalah Peraturan Menteri (“Permen”) PPN/Bappenas Nomor 6
Tahun 2022 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah dan Badan
Usaha di Ibu Kota Nusantara. Aturan ini berisi penjelasan mengenai ruang lingkup
pengaturan, kebijakan dan inovasi baru dalam upaya percepatan pelaksanaan
skema KPBU di IKN, dukungan Bappenas dalam pelaksanaan skema KPBU di
IKN, dan hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan KPBU di
IKN.
Ketiga, yaitu Peraturan LKPP Nomor 1 Tahun 2023 tentang Tata Cara
Pengadaan Badan Usaha melalui Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha di
Ibu Kota Nusantara. Melalui regulasi tersebut, LKPP mengedepankan konsep
metode pengadaan yang lebih mudah, cepat, dan sederhana, untuk nantinya
diterapkan di IKN. Aturan ini kemudian akan menjadi pedoman bagi para
Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (“PJPK”), pelaku usaha, dan seluruh

66
stakeholders untuk melakukan pengadaan melalui skema KPBU. Selain itu, LKPP
juga memasukkan kebijakan penggunaan Produk Dalam Negeri (“PDN”) dan
pemberdayaan pelaku usaha mikro dan kecil dalam pelaksanaan skema KPBU,
sebagai bentuk dukungan terhadap program prioritas pemerintah dalam upaya
pemulihan ekonomi nasional.
Apabila ditinjau melalui regulasi yang telah dikeluarkan, skema pelaksanaan
KPBU telah diatur dengan jelas. Adanya peraturan-peraturan tersebut mampu
mendukung adanya kepastian hukum dalam pendanaan pembangunan IKN.
Pemerintah pun berharap agar dengan regulasi yang ada, para investor semakin
yakin dan berminat untuk berinvestasi dan turut serta melancarkan pendanaan
IKN.

B. Realisasi Skema KPBU dalam Mendukung Pendanaan Pembangunan IKN


Langkah selanjutnya untuk menyukseskan sebuah skema ataupun
perencanaan adalah dengan merealisasikannya sebagaimana telah disusun
sebelumnya. Realisasi yang dilakukan haruslah nyata dan jelas serta sesuai dengan
apa yang telah dijanjikan. Meskipun skema KPBU untuk pendanaan
pembangunan IKN sudah cukup jelas dan diatur berdasarkan sejumlah regulasi,
namun hal tersebut belum berhasil didukung oleh realisasi yang nyata.
Hingga saat ini, sebenarnya sudah terdapat banyak perusahaan swasta yang
berminat untuk berinvestasi di IKN. Namun, realisasi investasi tersebut masih
belum tampak. Hal tersebut disebabkan oleh adanya ketidakjelasan SOP transaksi
jual beli tanah di ibu kota tersebut. Transaksi jual beli tanah memang dibekukan
untuk sementara agar pembangunan IKN Nusantara bersifat clean and clear
sehingga tidak ada tumpang tindih, dan akan dibuka kembali ketika Badan Otorita
IKN sudah berfungsi. Namun, hal itu justru menjadi sebuah persoalan karena para
investor yang berinvestasi kini tidak mendapatkan kepastian. Terlebih lagi, hal ini
dapat mengurangi minat investor lainnya karena jika ingin berinvestasi, maka
harus menghadapi risiko ketidaksiapan lahan yang ditawarkan. Ketidakpastian ini
mengakibatkan terhambatnya efektivitas skema KPBU yang telah disusun oleh
pemerintah. Apabila skema KPBU terhambat, maka hal tersebut dapat berakibat
kepada terganggunya kelancaran pendanaan pembangunan IKN.

67
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah menerbitkan PP Nomor 12 Tahun
2023 tentang Pemberian Perizinan Berusaha, Kemudahan Berusaha, dan Fasilitas
Penanaman Modal bagi Pelaku Usaha di Ibu Kota Nusantara. Selanjutnya,
Presiden juga telah menugaskan Otorita IKN untuk segera membuat SOP terkait
transaksi jual beli tanah di IKN. Sebab, Pasal 21 Ayat (1) Peraturan Presiden
(“Perpres”) Nomor 65 Tahun 2022 tentang Perolehan Tanah dan Pengelolaan
Pertanahan di IKN menerangkan bahwa seluruh bidang tanah di wilayah IKN
yang belum terdaftar tetap dapat didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Dengan demikian, untuk memberikan kepastian kepada para pelaku usaha
yang hendak berinvestasi guna mendukung pembangunan IKN, maka pemerintah
harus terus mendorong Otorita IKN untuk menyiapkan SOP yang jelas sehingga
investor dapat melakukan transaksi jual beli tanah dengan lancar.

PENUTUP
Pembangunan IKN di Kalimantan Timur merupakan langkah strategis yang
diambil untuk membawa negara Indonesia ke arah yang lebih maju dan berkelanjutan.
Sebagai bagian dari Visi Indonesia 2045, pembangunan IKN memiliki peran penting
dalam mewujudkan pilar-pilar Visi Indonesia 2045, seperti pembangunan manusia dan
penguasaan IPTEK, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan
pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional serta tata kelola pemerintahan.
Pendanaan menjadi faktor kunci dalam merealisasikan proyek pembangunan IKN ini,
dan pemerintah telah merancang skema KPBU sebagai solusi untuk mendapatkan dana
dari sektor swasta. Melalui skema ini, pemerintah ingin mengoptimalkan peran serta
sektor swasta serta menarik sumber-sumber dana di luar pemerintah untuk berpartisipasi
dalam penyediaan infrastruktur di IKN. Skema KPBU ini sudah banyak digunakan
dalam proyek-proyek pembangunan di Indonesia dan telah menghasilkan berbagai
kesuksesan. Namun, dalam konteks pembangunan IKN, realisasi pendanaan melalui
skema KPBU masih mengalami hambatan. Rendahnya minat dan keengganan pihak
swasta untuk berinvestasi dalam pembangunan IKN menjadi salah satu permasalahan
utama yang perlu diatasi. Ketidakjelasan SOP transaksi jual beli tanah membuat para
investor merasa ragu dan mengurangi minat mereka untuk berpartisipasi.

68
Ketidakpastian mengenai kesiapan lahan investasi menjadi kendala serius dalam
efektivitas skema KPBU yang telah disusun oleh pemerintah.
Sebelumnya, pemerintah telah menerbitkan regulasi yang lebih rinci mengenai
skema KPBU untuk pembangunan IKN, termasuk dukungan yang diberikan serta upaya
untuk mempermudah berusaha dan perizinan bagi pelaku usaha di IKN. Langkah ini
merupakan langkah positif, namun perlu dipastikan agar regulasi-regulasi ini dapat
diimplementasikan secara efektif dan dijalankan dengan penuh transparansi. Dalam
konteks realisasi skema KPBU, pentingnya kolaborasi antara pemerintah, Badan Otorita
IKN, dan sektor swasta tidak dapat diabaikan. Pengembangan SOP yang jelas, serta
peningkatan kepastian hukum dan kemudahan berusaha, menjadi kunci dalam menarik
minat investasi dan memastikan kelancaran realisasi proyek pembangunan IKN.
Koordinasi yang efektif antara berbagai instansi terkait juga perlu dijaga agar skema
KPBU dapat berjalan dengan lancar.
Sebagai rekomendasi, perlu diperkuat upaya untuk menyusun SOP yang jelas
terkait transaksi jual beli tanah di IKN. Kejelasan ini akan memberikan kepastian
kepada para investor dan mengurangi risiko yang mungkin terjadi dalam proses
investasi. Dalam jangka panjang, efektivitas skema KPBU ini akan menjadi contoh bagi
proyek-proyek pembangunan besar lainnya di Indonesia, dan hal ini akan mempercepat
terwujudnya visi kemajuan Indonesia pada tahun 2045. Dengan demikian, pemerintah
perlu terus memantau, mengevaluasi, dan melakukan perbaikan terus-menerus terhadap
pelaksanaan skema KPBU agar dapat berperan efektif dalam mendukung pendanaan
dan realisasi pembangunan IKN.

69
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL
Pratama, Kristianus Jimy. “Tinjauan Kritis terhadap Manajemen Risiko Pengembalian
Investasi Asing pada Pembangunan Ibu Kota Nusantara.” Majalah Hukum
Nasional. Vol. 52. No. 1 (2022). Hlm. 48-67.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang tentang Ibu Kota Negara, UU Nomor 3 Tahun 2022. LN Tahun 2022 No.
41 TLN No. 6766.

INTERNET
Kaltim Post. “Realisasi Investasi di IKN Nihil, Masalah Tanah Jadi Penghambat,” Kaltim
Post, 29 April 2023. Tersedia pada https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-
1364/umum/orang-juga-bertanya/skema-kpbu-apa-perannya-dalam-mendukung-
pembangunan-ikn, diakses pada tanggal 8 Agustus 2023.
Kementerian PPN/Bappenas. “Pemerintah Dorong Skema KPBU IKN Guna Percepatan
Penyediaan Infrastruktur di IKN,” Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 9 Februari 2023. Tersedia
pada https://www.bappenas.go.id/berita/bappenas-kemenkeu-lkpp-luncurkan-
skema-kpbu-untuk-pembangunan-ikn-5ankR, diakses pada tanggal 5 Agustus
2023.
Puspasari, Rahayu. “Pemerintah Dorong Skema KPBU IKN Guna Percepatan Penyediaan
Infrastruktur di IKN,” Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 9 Februari
2023. Tersedia pada https://www.kemenkeu.go.id/informasi-
publik/publikasi/siaran-pers/Pemerintah-Dorong-Skema-KPBU-IKN, diakses
pada tanggal 5 Agustus 2023.
Vernando, Zaki. “Skema KPBU, Apa Perannya dalam Mendukung Pembangunan IKN?”
Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha Kementerian Keuangan Republik
Indonesia. Tersedia pada https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-
1364/umum/orang-juga-bertanya/skema-kpbu-apa-perannya-dalam-mendukung-
pembangunan-ikn, diakses pada tanggal 2 Agustus 2023.

70
UPAYA OPTIMALISASI PPP: ANALISIS RISIKO DAN FORMULASI
KONTRAK PADA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IKN

Zaldy Salim Mhd. Hamid


Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Angkatan 2022

I. Pendahuluan
Pada sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia tanggal 16
Agustus 2019, Presiden Joko Widodo menegaskan rencana pemindahan Ibu Kota
Negara (“IKN”) dari Jakarta ke lokasi baru di Pulau Kalimantan.1 Alasan utama dari
kebijakan ini adalah karena terpusatnya kegiatan perekonomian di Jakarta dan Jawa
yang menyebabkan kesenjangan ekonomi antara wilayah Jawa dan luar Jawa. Terlebih
lagi, hasil kajian menunjukkan bahwa Jakarta telah mengalami masalah serius, seperti
pertumbuhan penduduk yang cepat dan tidak terkendali, penurunan kondisi dan fungsi
lingkungan, serta tingkat kenyamanan hidup yang semakin menurun.2 Sebagai upaya
mewujudkan rencana tersebut, pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (“UU IKN”) pada tanggal 15 Februari 2022.
Sebagai “kota dunia untuk semua,” Ibu Kota Nusantara dibangun dan dikelola
dengan tujuan untuk: (a) menjadi kota berkelanjutan di dunia; (b) sebagai penggerak
ekonomi Indonesia di masa depan; dan (c) menjadi simbol identitas nasional yang
merepresentasikan keberagaman bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.3 Tujuan yang telah dirumuskan ini harus dijadikan acuan dalam mengeksekusi
rencana pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Dalam upaya yang lebih konkrit melalui Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah menyatakan bahwa
pembangunan IKN merupakan salah satu proyek prioritas strategis yang diindikasi
membutuhkan pendanaan sebesar Rp466 triliun.4 Menurut Juru Bicara RUU IKN, Diani
Sadiawati, tidak akan ada perubahan komposisi anggaran dalam pendanaan IKN, yang
terdiri dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (“APBN”) sekitar Rp89,4 triliun
(20%), skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (“KPBU”) dan swasta sekitar

1
BPMI Setpres, “Presiden Jokowi Tegaskan Rencana Pemindahan Ibu Kota di Hadapan Anggota
Dewan,” presidenri.go.id, 16 Agustus 2019, tersedia pada
presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-jokowi-tegaskan-rencana-pemindahan-ibu-kota-di-hadapan-anggota
dewan, diakses pada tanggal 30 Juli 2023.

71
Rp253,4 triliun (54%), serta Badan Usaha Milik Negara (“BUMN”) & Badan Usaha
Milik Daerah (“BUMD”) sekitar Rp123,2 triliun (26%).5
Meskipun pendanaan IKN sangat bergantung pada keterlibatan pihak swasta,
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, menyatakan
bahwa hingga saat ini belum ada investasi yang mendanai pembangunan IKN. Menurut
Basuki, hal ini disebabkan teknis pembelian tanah di IKN yang belum terealisasi.6
Sementara itu, menurut Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S Atmawidjaja, belum
adanya investasi dikarenakan pihak swasta yang masih wait and see terhadap realisasi
pembangunan pemerintah melalui APBN.7
Masalah-masalah yang telah disebutkan diatas harus menjadi perhatian utama
pemerintah Indonesia untuk memastikan pembangunan IKN tidak berhenti karena
alasan pendanaan. Penulis membawakan tulisan ini dengan maksud untuk meninjau
permasalahan yang ada serta tindakan-tindakan yang harus diambil oleh pemerintah
Indonesia baik melalui penyelarasan peraturan perundang-undangan maupun dengan
menciptakan situasi yang optimal bagi pemerintah dan pihak swasta dalam skema
KPBU. Melalui pengalokasian risiko yang optimal dan dapat menjamin kepentingan
kedua pihak, pihak swasta akan tertarik untuk bekerjasama dengan pemerintah.

II. Pembahasan
2.1. Konsep Public-Private Partnership
Tidak ada standar yang diterima secara internasional dalam mendefinisikan
Public-Private Partnership (“PPP”). Istilah ini digunakan untuk menggambarkan
berbagai jenis perjanjian antara entitas sektor publik dan swasta. Saat ini berbagai
negara telah mengadopsi definisi yang berbeda seiring berkembangnya program
kemitraan antara pemerintah dan swasta di masing-masing negara.
The World Bank mendefinisikan PPP sebagai kontrak jangka panjang antara
pihak swasta dan entitas pemerintah, untuk menyediakan aset atau layanan publik, di
2
JDIH MARVES, “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara,”
jdih.maritim.go.id, 18 Februari 2022, tersedia pada
jdih.maritim.go.id/id/undang-undang-nomor-3-tahun-2022-tentang-ibu-kota-negara, diakses pada tanggal
30 Juli 2023.
3
Undang-undang tentang Ibu Kota Negara, UU Nomor 3 Tahun 2022, LN Tahun 2022 No. 41
TLN No. 6766, selanjutnya disebut UU IKN, Pasal 2.
4
Zaki Vernando, “Skema KPBU, Apa Perannya dalam Mendukung Pembangunan IKN?”
kemenkeu.go.id, tersedia pada
kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-1364/umum/orang-juga-bertanya/skema-kpbu-apa-perannya-dalam-men
dukung-pembangunan-ikn, diakses pada tanggal 30 Juli 2023.
5
Ibid.

72
mana pihak swasta membawa risiko signifikan dan tanggung jawab manajemen.8 Lebih
lanjut, jenis-jenis PPP dapat dibedakan berdasarkan tiga parameter utama, yaitu jenis
aset, fungsi pihak swasta, dan mekanisme pembayaran.9
a. Jenis Aset
1. Greenfield Projects: PPP yang melibatkan pembangunan aset baru dari
awal, seperti pembangunan sekolah, rumah sakit, atau fasilitas
pertahanan.
2. Brownfield Projects: PPP yang melibatkan pengelolaan atau peningkatan
aset infrastruktur yang sudah ada.
b. Fungsi Pihak Swasta
Fungsi-fungsi yang menjadi tanggung jawab pihak swasta dapat
bervariasi dan tergantung pada jenis aset dan layanan yang terlibat, secara umum
terbagi menjadi 5 jenis, yaitu Design/Engineering, Build/Rehabilitate, Finance,
Maintain, dan Operate.
c. Mekanisme Pembayaran
1. User Pays: Pihak swasta mendapatkan pendapatan dari pengguna jasa
melalui biaya atau tarif yang dibayarkan oleh pengguna.
2. Government Pays: Pemerintah menjadi sumber pendapatan tunggal bagi
pihak swasta, membayar berdasarkan ketersediaan layanan atau jumlah
pelayanan yang disampaikan. Mekanisme pembayaran ini juga disebut
sebagai Availability Payment.
Kombinasi dari parameter-parameter ini menghasilkan beragam jenis kontrak
PPP, yang mencakup spektrum dari penyediaan infrastruktur oleh pihak publik hingga
penyerahan tanggung jawab dan risiko yang lebih besar kepada sektor swasta.
Meskipun kontrak-kontrak PPP pada umumnya dapat dikategorikan menggunakan
parameter di atas, tidak ada standar internasional yang konsisten untuk mendefinisikan
PPP. Perlu diingat bahwa panduan referensi oleh World Bank menggunakan istilah PPP
untuk menggambarkan berbagai jenis kontrak, tanpa menghiraukan istilah yang
digunakan di yurisdiksi tertentu.

6
Dian Erika Nugraheny, “Menteri Basuki: Belum Ada Investasi Terealisasi di IKN, Baru APBN
Semua,” KOMPAS, 2 Mei 2023, tersedia pada
nasional.kompas.com/read/2023/05/02/18083921/menteri-basuki-belum-ada-investasi-terealisasi-di-ikn-b
aru-apbn-semua,” diakses pada tanggal 30 Juli 2023.
7
Ferry Sandi, “Duit Investor Belum Ada Masuk di Proyek IKN, Begini Alasannya,” CNBC, 3
Mei 2023, tersedia pada
cnbcindonesia.com/news/20230503155312-4-434168/duit-investor-belum-ada-masuk-di-proyek-ikn-begi
ni-alasannya, diakses pada tanggal 30 Juli 2023.

73
Raisbeck et al. (2010) melakukan studi untuk membandingkan antara skema PPP
dengan metode pengadaan tradisional. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
PPP memberikan kinerja yang lebih unggul dari segi biaya maupun waktu dalam tahap
pengiriman proyek.10 Keunggulan skema PPP sebagai dalam pembangunan
infrastruktur terlihat jelas melalui semakin banyaknya negara yang mengadopsi skema
tersebut. Bagi sektor publik, tujuan utama dari skema PPP adalah mencapai nilai
manfaat/Value for Money (VfM) dalam aset dan layanan yang disediakan serta
memanfaatkan kapasitas dan efisiensi sektor swasta. Meskipun demikian, masih
terdapat proyek dengan skema PPP yang mengalami kegagalan.

2.2. Public-Private Partnership pada Pembangunan IKN Indonesia


Di Indonesia, PPP dikenal sebagai Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU). Dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, KPBU didefinisikan
sebagai,
“kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian
atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.”11
Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024,
pembangunan IKN dirancang akan membutuhkan sekitar Rp466 triliun, dimana sebesar
Rp253,4 triliun berasal dari skema KPBU dan swasta. Upaya pemerintah dalam
mengakomodasi kerangka hukum yang khusus mengatur mengenai skema KPBU dalam
pembangunan IKN dapat dilihat melalui berbagai peraturan yang ada. Tata cara
pelaksanaan skema KPBU di IKN telah diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 6 Tahun 2022 (“Permen PPN 6/2022”).

8
World Bank, Public-Private Partnerships Reference Guide Version 2.0, (Washington: World
Bank Publications, 2014), hlm. 14.
9
Ibid., hlm. 18-19.
10
Peter Raisbeck, Colin Duffield, dan Ming Xu, “Comparative performance of PPPs and
traditional procurement in Australia,” Construction management and economics, Vol. 28, No. 4 (2010),
hlm. 358.
11
Peraturan Pemerintah tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur, PP Nomor 38 Tahun 2015, LN Tahun 2015 No. 62, selanjutnya disebut PP
38/2015, Pasal 1.
74
Dalam penerapannya, skema KPBU diwujudkan melalui perjanjian kerjasama
yang melibatkan Menteri, Kepala Lembaga, Direksi BUMN dan/atau Kepala Otorita
Ibu Kota Nusantara sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”) dan
Badan Usaha yang dapat berupa berbagai jenis entitas, seperti BUMN, BUMD, badan
usaha swasta berbentuk perseroan terbatas, badan hukum asing, atau koperasi.12 Dalam
periode kerjasama, infrastruktur yang dikerjasamakan akan dialihserahkan kepada
PJPK.13 Perjanjian KPBU didasarkan pada alokasi risiko antara Pemerintah (melalui
PJPK) dan Badan Usaha, di mana setiap risiko diberikan kepada pihak yang lebih
mampu mengendalikan, mengelola, mencegah, dan/atau memitigasinya.14
Dalam skema KPBU IKN, PJPK memiliki peran untuk membentuk Panitia
KPBU yang dilakukan pada tahap perencanaan untuk proyek KPBU IKN atas prakarsa
PJPK atau pada tahap penyiapan untuk proyek KPBU IKN atas prakarsa Badan Usaha.
Panitia KPBU IKN akan memiliki peran dan tanggungjawab untuk membantu PJPK
dalam pelaksanaan KPBU IKN sejak tahap perencanaan, penyiapan, transaksi, hingga
pelaksanaan perjanjian kerja sama serta perumusan kebijakan dan/atau koordinasi yang
diperlukan.15 Sementara itu, Badan Usaha dapat dibebankan tanggung jawab atas
pembiayaan, desain, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan proyek KPBU. Tanggung
jawab Badan Usaha ini menentukan bentuk kerjasama proyek KPBU, mulai dari
kerjasama operasi dan pemeliharaan fasilitas infrastruktur hingga pembiayaan,
penyediaan, dan pengoperasian fasilitas infrastruktur.16
Lebih lanjut, Peraturan tersebut mengatur mengenai pengadaan Badan Usaha
Pelaksana meliputi tender, penggabungan prakualifikasi dan tender, swiss challenge,
dan penunjukan langsung, hingga mekanisme pengembalian investasi berupa user
payment dan Availability Payment. Dapat disimpulkan bahwa Permen PPN 6/2022
sebenarnya cukup memadai dalam mengatur tata cara pelaksanaan skema KPBU IKN.
Namun, hingga saat ini masih belum ada bagian dari pembangunan IKN yang didanai

12
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Pemerintah Dan Badan Usaha Di
Ibu Kota Nusantara, Permen PPN Nomor 6 Tahun 2022, BN Tahun 2022 No. 1381, selanjutnya disebut
Permen PPN 6/2022, Pasal 1.
13
Maman Suhendra, “Penyediaan Infrastruktur dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha (Public-Private Partnership) di Indonesia,” Jurnal Manajemen Keuangan Publik, Vol 1, No. 1
(2017), hlm. 43-44.
14
Ibid., hlm. 44.
15
Permen PPN 6/2022, Pasal 7 ayat (5).
16
Suhendra, “Penyediaan Infrastruktur dengan Skema…,” hlm. 44.

75
melalui skema KPBU, meskipun ketertarikan investor sudah terlihat melalui 220 Letter
of Intent berdasarkan laporan hingga Mei 2023. Beberapa hal yang menurut penulis
dapat menjadi langkah pemerintah untuk mempercepat pihak swasta untuk bekerjasama
dengan pemerintah dalam pembangunan IKN adalah sebagai berikut.
a. Percepatan porsi pembangunan menggunakan APBN
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam memicu
partisipasi sektor swasta dalam pembangunan IKN. Dengan mengalokasikan
seluruh porsi dana dari APBN secara optimal untuk mendorong proyek ini,
pemerintah akan mengirimkan sinyal yang kuat kepada pelaku swasta bahwa
mereka serius dan berkomitmen penuh terhadap pembangunan IKN. Langkah ini
akan menghilangkan keraguan dan kekhawatiran yang mungkin dimiliki oleh
pihak swasta dalam menginvestasikan modal mereka.
b. Pemberian dukungan melalui peraturan formal
Pemerintah telah mengambil langkah dalam memberikan jaminan dan
dukungan kepada para investor melalui Peraturan Menteri Keuangan 08 Nomor
220 Tahun 2022. Beberapa bentuk dukungan yang diberikan mencakup fasilitas
untuk mempersiapkan dan melaksanakan transaksi proyek, jaminan dari
pemerintah, proses pengolahan dokumen untuk skema pengembalian investasi
melalui Availability Payment, penilaian kelayakan dengan pendekatan inovatif
untuk menyederhanakan tahapan, pemanfaatan barang milik negara (BMN),
serta dukungan dalam menyediakan pembiayaan untuk proyek infrastruktur.
Peraturan tersebut harus disertai dengan komitmen dalam penerapannya untuk
menjamin kepentingan pihak swasta yang kemudian dapat menarik partisipasi
pihak swasta dalam pembangunan IKN.

c. Availability Payment sebagai skema pengembalian investasi yang optimal


Dalam Peraturan Menteri Keuangan 08 Nomor 220 Tahun 2022,
pemerintah memposisikan Availability Payment sebagai mekanisme
pengembalian investasi yang diprioritaskan.17 Kebijakan tersebut merupakan
pilihan tepat yang mewujudkan keadaan paling optimal bagi pemerintah
maupun

75
pihak swasta. Pertama, bagi pihak swasta, skema Availability Payment tidak
memberikan kekhawatiran akan demand risk layaknya pada skema user
payment yang bersandar pada permintaan pasar dan kuantitas konsumen. Kedua,
bagi pemerintah, skema Availability Payment dapat menjamin ketersediaan
layanan dan kualitas jasa yang diberikan oleh pihak swasta. Hal ini dapat
menjamin tujuan pembangunan IKN sebagai kota berkelanjutan

2.3. Analisis Kontrak KPBU melalui Manajemen Risiko


Dalam kontrak KPBU, harus diuraikan secara tegas apa yang diharapkan dari
pihak swasta terkait kualitas dan jumlah penyediaan infrastruktur yang dilakukan serta
layanan yang akan disediakan.18 Mengingat bahwa skema Availability Payment
diprioritaskan oleh pemerintah, penting pula ditetapkan target kinerja yang jelas atau
persyaratan hasil produksi, bagaimana kinerja akan dipantau, serta konsekuensi jika
tidak mencapai target kinerja yang disetujui. Target kinerja yang jelas atau persyaratan
hasil produksi harus bersifat spesifik, dapat diukur, realistis, dapat dicapai, dan tepat
waktu sehingga tidak membebankan satu pihak.19 Namun demikian, tetap perlu ada
klausul dalam kontrak yang dapat ditegakkan atas ketidakmampuan pihak swasta dalam
mencapai standar kinerja yang telah ditetapkan dalam kontrak, meliputi pembayaran
denda, potongan pembayaran atas kinerja yang buruk, serta prosedur peringatan resmi,
di antara hal-hal lainnya.
Salah satu prinsip utama dari proyek infrastruktur dengan skema KPBU adalah
bagaimana risiko dialokasikan secara optimal di antara pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek tersebut. Tujuannya adalah meminimalisasi transfer risiko untuk mencapai Value
for Money (VfM) terbaik. Secara teori, transfer risiko hanya akan meningkatkan VfM
jika harga yang dikenakan oleh sektor swasta untuk mengelola risiko lebih rendah
daripada biaya yang diperlukan pemerintah untuk mengelola risiko tersebut sendiri.
Alokasi risiko yang ada dalam kontrak KPBU ini akan menimbulkan
kewajiban-kewajiban yang didasarkan pada risiko-risiko tersebut, disebut sebagai

17
Peraturan Menteri Keuangan tentang Dukungan Pemerintah untuk Kerja Sama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Serta Pembiayaan Kreatif Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Infrastruktur di
Ibu Kota Nusantara, PMK.08 Nomor 220 Tahun 2022, BN Tahun 2022 Nomor 1448, selanjutnya disebut
PMK.08 220/2022, Pasal 46 ayat (4).

76
kewajiban kontinjen.20 Secara kasar, risiko yang ditanggung oleh satu pihak akan
menyebabkan pihak tersebut memiliki kewajiban, dalam hal ini kewajiban kontinjen,
untuk mengeluarkan biaya yang diperlukan ketika suatu kondisi tertentu muncul.21
Dalam tahap penyiapan skema KPBU IKN, PJPK harus menyusun dokumen
prastudi kelayakan, kegiatan pendukung, dan market sounding. Dokumen prastudi
kelayakan setidaknya harus memuat kajian mengenai: (a) hukum dan kelembagaan; (b)
teknis, termasuk penetapan lokasi, perencanaan pengadaan tanah, analisis lingkungan
dan sosial, dan analisis bentuk KPBU IKN; (c) ekonomi dan komersial; dan (d) risiko.22
Sebelum dimulainya tahap transaksi KPBU IKN, prastudi kelayakan harus dilakukan,
termasuk di dalamnya kajian risiko yang memuat identifikasi risiko, pengukuran
besaran risiko, penentuan alokasi risiko, dan penyusunan mitigasi risiko.23 Alokasi
risiko proyek dalam KPBU pada dasarnya selalu dipahami dengan konsep bahwa risiko
sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang memiliki kemampuan terbaik untuk
mengelola risiko tersebut.24 Dalam skema KPBU untuk penyediaan infrastruktur,
alokasi risiko yang optimal menjadi salah satu faktor kunci yang menentukan Value for
Money (VfM).25
Beberapa jenis utama risiko pada skema KPBU meliputi risiko konstruksi, risiko
teknologi, risiko sponsor, risiko lingkungan, risiko komersial, risiko operasional, risiko
hukum, risiko regulasi, risiko politik, dan force majeure (risiko akibat peristiwa alam
dan buatan manusia yang tidak dapat diprediksi).26 Sementara itu, suatu penelitian oleh
Rybnicek et al. (2020) terhadap 92 jurnal menunjukkan bahwa faktor utama risiko
berada di kontrak, kemudian diikuti oleh sumber daya, tujuan, struktur, komitmen, dan
seterusnya.27

18
Henry Junxiao Liu, et al. “Conceptual framework for the performance measurement of
public-private partnerships,” Journal of Infrastructure Systems, Vol. 21, No. 1 (2015), hlm. 6.
19
Edward Farquharson, et al, How to engage with the private sector in public-private
partnerships in emerging markets, (Washington, DC: World Bank Publications, 2011) hlm. 34.
20
Timothy Irwin dan Tanya Mokdad, Managing contingent liabilities in public-private
partnerships: Practice in Australia, Chile, and South Africa, (Washington, DC: World Bank, 2010), hlm,
6.
21
Ibid., hlm 6-7
22
Permen PPN 6/2022, Pasal 24 ayat (2).
23
Lampiran I Permen PPN 6/2022, bagian A nomor 6.
24
Pauline Hovy, “Risk allocation in public-private partnerships: Maximizing value for money,”
International Institute for Sustainable Development, (2015), hlm 6.

77
Dalam teorinya, pendekatan sistematis dalam manajemen risiko di industri
konstruksi terdiri dari tiga tahap utama, yaitu identifikasi risiko, analisis dan evaluasi
risiko, serta tanggapan terhadap risiko.28 Wang et al. (2004) mengusulkan
langkah-langkah manajemen risiko yang ditujukan khusus untuk proyek konstruksi di
negara berkembang, meliputi: 29
(1) Identifikasi risiko yang relevan dan potensial;
Langkah pertama adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin
dihadapi oleh suatu proyek. Jenis risiko yang mungkin dihadapi oleh proyek
KPBU IKN dalam jangka waktu dekat adalah: (1) risiko politik berkaitan
dengan ketidakstabilan politik pada 2024; dan (2) risiko hukum berkaitan
dengan persetujuan dan izin. Selain itu, proyek KPBU untuk infrastruktur
memiliki jangka waktu kerjasama yang panjang, sehingga pengaturan dalam
kontrak harus meliputi jangka waktu yang panjang. Kontrak yang “sempurna”
tidak mungkin dapat disusun, mengingat adanya berbagai aspek dan peristiwa
yang akan terjadi di masa depan.30
(2) Analisis risiko dan evaluasi dampak potensial; dan
Langkah berikutnya adalah menganalisis dan mengevaluasi konsekuensi
jika risiko-risiko tersebut terjadi. Pada negara berkembang, risiko
ketidakstabilan politik dan risiko persetujuan dan izin merupakan risiko level
negara yang berkaitan dengan kestabilan politik dan makroekonomi.31
Sementara itu, berkaitan dengan faktor risiko berupa kontrak, kontrak yang
samar atau tidak lengkap mengakibatkan distribusi tugas dan tanggung jawab
yang tidak jelas, membahayakan komitmen keuangan, dan sering kali
menyebabkan renegosiasi antara mitra. Namun, di sisi lain, perjanjian-perjanjian
yang kompleks dan rinci juga memiliki kekurangan dan menghasilkan kondisi
kontraktual yang sangat rumit dengan informasi yang tidak teratur dan
membingungkan.32

25
Sajani Jayasuriya, Guomin Zhang, dan Rebecca Jing Yang, “Challenges in public private
partnerships in construction industry: A review and further research directions,” Built Environment
Project and Asset Management, Vol. 9, No. 2 (2019), hlm. 175.
26
Abdul Quium, Public-Private Partnerships In Infrastructure Development: A Primer,
(Bangkok: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific, 2008), hlm. 67.
27
Robert Rybnicek, Julia Plakolm, dan Lisa Baumgartner, “Risks in Public–Private Partnerships:
A Systematic Literature Review of Risk Factors, Their Impact and Risk Mitigation Strategies,”
29
Ibid., hlm. 246-250.
30
Rybnicek, Plakolm, dan Baumgartner, “Risks in Public–Private Partnerships…,” hlm. 1181.
31
Wang, Dulaimi, dan Aguria, “Risk management framework…,” hlm. 238.
32
Rybnicek, Plakolm, dan Baumgartner, “Risks in Public–Private Partnerships…,” hlm. 1182.
78
(3) Tanggapan terhadap risiko untuk merumuskan strategi pengelolaan risiko
yang sesuai atau tindakan mitigasi;
Mengingat bahwa faktor risiko utama ada pada kontrak, berikut mitigasi
risiko dari segi hukum yang penulis usulkan kepada pemerintah dan pihak
swasta.
a. Ketidakstabilan politik: Memuat klausul pemutusan atau penundaan
dalam kontrak yang dapat diaktifkan dalam situasi ketidakstabilan
politik. Selain itu, pihak swasta dapat mengamankan asuransi untuk
risiko politik melalui International Development Association (IDA) dan
International Bank for Reconstruction and Development (IBRD), yang
menawarkan asuransi produk relevan berkaitan dengan tidak adanya
pembayaran dari negara dalam suatu proyek PPP. Salah satunya adalah
berupa “Partial Risk Guarantee” yang melindungi investor dari berbagai
alasan akibat risiko politik.
b. Persetujuan dan izin: Mengajukan segala dokumen yang diperlukan
dengan tepat waktu, seperti pengajuan pemberian dukungan pemerintah
dalam bentuk persetujuan pemanfaatan BMN/BMD dan/atau ADP.
Selain itu, membentuk lembaga satu pintu yang mengurus semua
persetujuan pada pembangunan IKN.

III. Penutup
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan
beberapa hal, yaitu:
a. Pemerintah menyatakan bahwa pembangunan IKN merupakan salah satu
proyek prioritas strategis yang diindikasi membutuhkan pendanaan
sebesar Rp466 triliun, dengan lebih dari setengah berasal dari skema
KPBU dan swasta.
b. Kerangka hukum yang mengatur mengenai tata cara pelaksanaan skema
KPBU di IKN telah diatur. Selain itu, dukungan pemerintah untuk
percepatan penyediaan infrastruktur juga telah direalisasikan. Meskipun
begitu, hingga kini belum ada investasi yang terealisasi di IKN.

79
c. Jenis risiko yang mungkin dihadapi oleh proyek KPBU IKN dalam
jangka waktu dekat adalah: (1) risiko politik berkaitan dengan
ketidakstabilan politik pada 2024; dan (2) risiko hukum berkaitan dengan
persetujuan dan izin. Selain itu, proyek KPBU untuk infrastruktur
memiliki jangka waktu kerjasama yang panjang, sehingga pengaturan
dalam kontrak harus meliputi jangka waktu yang panjang.

3.2. Saran
Dalam rangka mengoptimalisasi skema KPBU, penulis memberikan saran
berupa hal-hal yang dapat diimplementasikan baik oleh Pemerintah Indonesia maupun
pihak swasta untuk mengatasi berbagai permasalahannya, yakni:
a. Kepada pemerintah, untuk mengalokasikan seluruh porsi dana dari
APBN secara optimal. Langkah ini akan menghilangkan keraguan dan
kekhawatiran yang mungkin dimiliki oleh pihak swasta dalam
menginvestasikan modal mereka.
b. Kepada pemerintah, peraturan mengenai bentuk dukungan yang
diberikan harus disertai dengan komitmen dalam penerapannya untuk
menjamin kepentingan pihak swasta yang kemudian dapat menarik
partisipasi pihak swasta dalam pembangunan IKN.
c. Kepada pemerintah, memastikan kemungkinan untuk pihak swasta
memasukkan klausul pemutusan atau penundaan dalam kontrak yang
dapat diaktifkan dalam situasi ketidakstabilan politik bagi pihak swasta.
d. Kepada pemerintah, untuk membentuk lembaga satu pintu yang
mengurus semua persetujuan pada pembangunan IKN.
e. Kepada pihak swasta, untuk mengamankan asuransi untuk risiko politik
melalui International Development Association (IDA) dan International
Bank for Reconstruction and Development (IBRD), yang menawarkan
asuransi produk relevan berkaitan dengan tidak adanya pembayaran dari
negara dalam suatu proyek PPP. Salah satunya adalah berupa “Partial
Risk Guarantee” yang melindungi investor dari berbagai alasan akibat
risiko politik.

80
f. Kepada pihak swasta, untuk mengajukan segala dokumen yang
diperlukan dengan tepat waktu, seperti pengajuan pemberian dukungan
pemerintah dalam bentuk persetujuan pemanfaatan BMN/BMD dan/atau
ADP.

81
Daftar Pustaka

Buku
Farquharson, Edward. Et al. How to engage with the private sector in public-private
partnerships in emerging markets. Washington, DC: World Bank Publications,
2011.
Irwin, Timothy dan Tanya Mokdad, Managing contingent liabilities in public-private
partnerships: Practice in Australia, Chile, and South Africa. Washington, DC:
World Bank, 2010.
Quium, Abdul. Public-Private Partnerships In Infrastructure Development: A Primer.
Bangkok: United Nations Economic and Social Commission for Asia and the
Pacific, 2008.
World Bank. Public-Private Partnerships Reference Guide Version 2.0. Washington,
DC: World Bank Publications, 2014.

Jurnal
Jayasuriya, Sajani, Guomin Zhang, dan Rebecca Jing Yang. “Challenges in public
private partnerships in construction industry: A review and further research
directions.” Built Environment Project and Asset Management. Vol. 9. No. 2
(2019). Hlm. 172-185.
Liu, Junxiao Henry. Et al. “Conceptual framework for the performance measurement of
public-private partnerships.” Journal of Infrastructure Systems. Vol. 21. No. 1
(2015). Hlm. 1-15.
Raisbeck, Peter, Colin Duffield, dan Ming Xu. “Comparative performance of PPPs and
traditional procurement in Australia.” Construction management and
economics. Vol. 28. No. 4 (2010). Hlm. 345-359.
Rybnicek, Robert, Julia Plakolm, dan Lisa Baumgartner. “Risks in Public–Private
Partnerships: A Systematic Literature Review of Risk Factors, Their Impact and
Risk Mitigation Strategies.” Public Performance & Management Review. Vol.
43. No. 5 (2020). Hlm 1174-1208.
Suhendra, Maman. “Penyediaan Infrastruktur dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (Public-Private Partnership) di Indonesia.” Jurnal Manajemen
Keuangan Publik. Vol 1. No. 1 (2017). Hlm. 41-46.

82
Wang, Shou Qing, Mohammed Fadhil Dulaimi, dan Muhammad Yousuf Aguria. “Risk
management framework for construction projects in developing countries.”
Construction management and economics. Vol. 22. No. 3 (2004). Hlm. 237-252.

Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur. PP Nomor 38 Tahun 2015. LN Tahun 2015 No. 62,
selanjutnya disebut PP 38/2015.
Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja
Sama Pemerintah Dan Badan Usaha Di Ibu Kota Nusantara, Permen PPN
Nomor 6 Tahun 2022. BN Tahun 2022 No. 1381.
Peraturan Menteri Keuangan tentang Dukungan Pemerintah untuk Kerja Sama
Pemerintah Dengan Badan Usaha Serta Pembiayaan Kreatif Dalam Rangka
Percepatan Penyediaan Infrastruktur di Ibu Kota Nusantara, PMK.08 Nomor
220 Tahun 2022. BN Tahun 2022 Nomor 1448.
Undang-undang tentang Ibu Kota Negara, UU Nomor 3 Tahun 2022, LN Tahun 2022
No. 41 TLN No. 6766.

Artikel Lembaga dan Organisasi


Hovy, Pauline. “Risk allocation in public-private partnerships: Maximizing value for
money.” International Institute for Sustainable Development. (2015).

Internet
BPMI Setpres. “Presiden Jokowi Tegaskan Rencana Pemindahan Ibu Kota di Hadapan
Anggota Dewan.” Presidenri.go.id, 16 Agustus 2019. Tersedia pada
presidenri.go.id/siaran-pers/presiden-jokowi-tegaskan-rencana-pemindahan-ibu-
kota-di-hadapan-anggota-dewan. Diakses pada tanggal 30 Juli 2023.
JDIH MARVES. “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara.”
Jdih.maritim.go.id, 18 Februari 2022. Tersedia pada
jdih.maritim.go.id/id/undang-undang-nomor-3-tahun-2022-tentang-ibu-kota-neg
ara. Diakses pada tanggal 30 Juli 2023.

83
Nugraheny, Dian Erika. “Menteri Basuki: Belum Ada Investasi Terealisasi di IKN, Baru
APBN Semua.” KOMPAS, 2 Mei 2023. Tersedia pada
nasional.kompas.com/read/2023/05/02/18083921/menteri-basuki-belum-ada-inv
estasi-terealisasi-di-ikn-baru-apbn-semua.” Diakses pada tanggal 30 Juli 2023.
Sandi, Ferry “Duit Investor Belum Ada Masuk di Proyek IKN, Begini Alasannya.”
CNBC, 3 Mei 2023. Tersedia
pada
cnbcindonesia.com/news/20230503155312-4-434168/duit-investor-belum-ada-
masuk-di-proyek-ikn-begini-alasannya. Diakses pada tanggal 30 Juli 2023.
Vernando, Zaki. “Skema KPBU, Apa Perannya dalam Mendukung Pembangunan
IKN?” Kemenkeu.go.id. Tersedia
pada
kpbu.kemenkeu.go.id/read/1142-1364/umum/orang-juga-bertanya/skema-kpbu-
a pa-perannya-dalam-mendukung-pembangunan-ikn. Diakses pada tanggal 30
Juli 2023.

84

Anda mungkin juga menyukai