Anda di halaman 1dari 7

Inas Nadia Hanifah

21040112130081
LAGOS: AFRICAS MODEL MEGACITY
I.

PENDAHULUAN
Transformasi suatu kota menjadi sebuah kota besar menjadi magnet
tersendiri bagi penduduk dari daerah lain untuk mencari peluang di dalamnya.
Ketersediaan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan yang lengkap, serta
tersedianya lapangan kerja yang menjanjikan menjadikan kota besar sebagai tujuan
favorit khususnya bagi masyarakat yang berasal dari daerah. Kondisi ini
menyebabkan semakin tingginya penduduk yang tinggal di perkotaan atau yang
disebut sebagai urbanisasi. Urbanisasi terjadi hampir di semua Negara, baik Negara
berkembang maupun Negara maju. Perbedaannya, proses urbanisasi di Negara
maju diupayakan untuk menggerakkan dan meningkatkan ekonomi kota, sementara
di Negara berkembang proses urbanisasi hanya sebatas peningkatan penduduk
dalam jumlah besar yang tidak terkendali dan menyebabkan berbagai
permasalahan di berbagai aspek kehidupan.
Dalam paper ini akan dibahas dua contoh kota besar yaitu Kota Jakarta di
Indonesia dan Kota Lagos di Nigeria. Kedua kota ini sama-sama mengalami
pertumbuhan yang pesat dalam pembangunannya, dengan sisi lain yaitu
permasalahan yang dihadapi masing-masing kota sebagai akibat dari tingkat
urbanisasi yang tinggi. Selain itu juga akan dibahas berbagai kebijakan pemerintah
di masing-masing kota sebagai upaya menghadapi permasalahan yang ada.
II.
1.

2.

3.

LANDASAN TEORI
Pengertian Urbanisasi
Dalam ilmu demografi urbanisasi berarti pertambahan prosentase
penduduk yang tinggal di perkotaan terhadap jumlah penduduk nasional.
Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu penyebab
urbanisasi. Perpindahan itu sendiri dikategorikan menjadi dua macam, yakni
migrasi penduduk dan mobilitas penduduk. Migrasi penduduk adalah
perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal
menetap di kota, sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan
penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.
Faktor Penarik dan Pendorong Urbanisasi
Faktor penarik urbanisasi antara lain: (1) Kehidupan kota yang lebih
modern, (2) sarana dan prasarana perkotaan yang lengkap, (3) Tersedianya
banyak lapangan kerja di perkotaan dan (5) Kualitas pendidikan yang lebih
baik. Sedangkan faktor pendorong urbanisasi antara lain: (1) Semakin
sempitnya lahan pertanian, (2) tidak adanya lapangan kerja di desa, (3)
terbatasnya sarana dan prasarana di desa, (4) Berkurangnya sumber daya
alam, dan (5) Bencana alam.
Dampak Urbanisasi
Terjadinya proses urbanisasi di satu sisi memberikan dampak positif
seperti memodernisasikan dan menambah pengetahuan masyarakat
pedesaan, serta mengimbangi masyarakat perkotaan dan masyarakat

Inas Nadia Hanifah

4.

III.

21040112130081
pedesaan. Namun dampak negatif dari urbanisasi sendiri cukup beragam,
yaitu menjadikan kota raksasa, kepadatan berlebih, kekurangan sarana dan
prasarana, pengangguran dan pekerja di bawah upah minimal, masalah rasial
dan sosial, kerusakan lingkungan, berkurangnya lahan, permukiman kumuh
dan liar dan kemacetan lalu lintas.
Urbanisasi di Negara Berkembang
Menurut Pacione (2001), karakteristik urbanisasi di Negara
berkembang antara lain: 1) Terjadi di Negara yg memiliki perkembangan
ekonomi rendah/lambat, 2) Melibatkan banyak manusia dibanding urbanisasi
di negara maju, 3) Melibatkan negara yang angka harapan hidup rendah, 4)
tingkat asupan gizi rendah, 5) Tingkat pendidikan rendah, 6) Migrasi terjadi
secara besar-besaran, 7) Industrialisasi tertinggal jauh dari urbanisasi, 8)
Wilayah kumuh dan pemukiman spontan lebih mendominasi kota-kota besar
di negara berkembang
PEMBAHASAN
3.1. Perkembangan Lagos sebagai Kota Besar di Nigeria
Lagos merupakan kota dengan ekonomi terbesar ke-11 dan sebagai
kota terbesar kedua di Afrika. Meskipun merupakan kota terkecil di Nigeria
dalam hal luas wilayah, namun Lagos mampu menyumbang lebih dari 60%
pendapatan dari kegiatan industri dan komersial negara ini. Lagos yang layak
secara finansial, menghasilkan lebih dari 75% pendapatan independen dari
hibah federal yang berasal dari pendapatan minyak. Ini merupakan
pendapatan internal tertinggi dari semua negara bagian di Nigeria. Sebagai
salah satu pusat ekonomi Negara, Lagos menjadi tujuan urbanisasi penduduk
dari berbagai Negara di dunia. Tingginya tingkat urbanisasi tercermin dari
populasi Lagos yang hingga saat ini mencapai lebih dari 16 juta penduduk.
Pertumbuhan ekonomi Lagos sebagai pusat industri, keuangan dan komersial
dari negara telah mampu mengimbangi peningkatan populasi, dan meskipun
Pendapatan Kota Internal (IGR) relatif tinggi untuk kota di Nigeria, namun hal
ini tidak cukup untuk memenuhi peningkatan kesejahteraan sosial,
kebutuhan infrastruktur dan lingkungan kota.
Prihatin keberlanjutan keberhasilan ekonomi Lagos dalam menghadapi
penduduk dan tantangan infrastruktur, pemerintah pada Desember 2014
menyusun Rencana Pembangunan Negara Lagos (LSDP) untuk 2012-2025.
Rencana ini bertujuan untuk mengubah Lagos menjadi model megacity yang
produktif, aman, berkelanjutan, fungsional dan aman. Pilar utama dari visi ini
adalah pembangunan ekonomi, pembangunan infrastruktur, pembangunan
sosial, keamanan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Pengembangan
Lagos di mulai sejak tahun 2007, pemerintah negara memulai proyek
pembaharuan infrastruktur padat modal. Keberhasilan pelaksanaan proyekproyek yang sedang berjalan seperti skema kereta ringan, pembangunan
kembali jalan tol Lagos-Badagry menjadi sepuluh jalur, rekonstruksi jalan-jalur

Inas Nadia Hanifah


21040112130081
BRT, dan pembangunan jembatan penghubung Ejigbo- Ajao Estate yang barubaru ini dilakukan telah mengubah dirinya menjadi model kota besar Afrika.
Namun tantangan utama sesungguhnya dalam model kota berkembang
seperti Lagos ini adalah merencanakan perbaikan perkotaan dan
pembaharuan permukiman kumuh. Dalam rangka memberikan program
pembaruan perkotaan dan permukiman kumuh yang berdasar hukum, UU
Model Pembangunan Kota Lagos diberlakukan pada tahun 2009 sementara
UU Perencanaan Wilayah dan Kota ditandatangani pada 7 Juli 2010.
Seperti halnya Jakarta, kota pesisir pantai Lagos, di Nigeria, tidak
pernah absen dari banjir. Hal itu membuat pemerintah berupaya membuka
peluang bagi sektor swasta untuk menata kawasan pantai dengan
merancang kota pantai bertaraf internasional lengkap dengan Great Wall of
Lagos (benteng laut) yang disebut sebagai Eco Atlantic. Eco Atlantic adalah
reklamasi ribuan hektar tanah untuk mengatasi masalah erosi dengan
pengembangan tanpa bantuan dana dari pemerintah. Proyek ini dibangun
diatas tanah seluas 10 km2 dan diperuntukkan bagi 250.000 penduduk dan
150.000 komuter per harinya. Agar tidak tergerus erosi dan banjir, Lagos
dikelilingi oleh Great Wall of Lagos berupa penghalang arus laut yang terbuat
dari 100.000 ton blok beton. Dengan demikian, Eko Atlantic City akan
menjadi kota yang berkelanjutan, bersih, hemat energi dengan emisi karbon
miminal, banyak lapangan kerja, menawarkan kemakmuran dan lahan baru
untuk Nigeria serta berfungsi sebagai benteng dalam memerangi perubahan
iklim.
Namun pembangunan Eko atlantic ini dikritik oleh sebagian pihak
bahwa pembangunan ini hanya mengeksploitasi, memprivatisasi dan
menyebabkan ketimpangan karena hanya diperuntukkan bagi masyarakat
elit yang super kaya. dan sebuah artikel mengklaim pembangunan eko
atlantic akan membawa perpecahan. Eko Antlantic City dianggap justru
memperlebar jurang kemiskiman. Mereka yang tinggal di Eko Atlantic City
dilindungi uang, senjata dan keamanan. Sementara hanya 15 km jauhnya
dari pembangunan proyek tersebut terdapat permukiman kumuh di atas air,
yaitu Makoko. Makoko menjadi rumah bagi 250.000 orang yang merupakan
komunitas nelayan tradisional. Makoko bercirikan miskin, penuh sesak dan
tidak ada pelayanan pemerintah. Di Makoko, akses ke air bersih,
pembuangan sampah dan pembuangan limbah menjadi isu utama yang
mengarah ke masalah penyakit dan kesehatan masyarakatnya, bahkan
angka harapan hidup disana dibawah 40 tahun.
Jikapun megaproyek Eko Atlantic City tetap dikembangkan, pemerintah
perlu untuk menata perkampungan kumuh Makoko menjadi lebih humanis.
Karya arsitek Nigeria, Kunle Adeyemi, berupa sekolah dengan struktur
mengapung di Makoko dapat dijadikan contoh penataan perumahan kumuh.
Struktur terapung yang terbuat dari kayu ini sangat murah dan didukung oleh
satu tong plastik daur ulang, ditopang olah panel surya untuk pencahayaan.
Sementara struktur atap miringnya dimaksudkan untuk dapat menampung

Inas Nadia Hanifah


21040112130081
air hujan semaksimal mungkin. Sedangkan toilet komposnya dibangun untuk
memecahkan masalah sanitasi. Permukiman terapung adalah struktur yang
sesuai dengan lingkungan dan gaya hidup masyarakat Makoko, dan lebih
sensitif terhadap tantangan kenaikan permukaan air laut.
3.2.

Perkembangan jakarta sebagai Kota Besar di Indonesia


Pemerintah memperkirakan pada tahun 2025, 68 persen penduduk
Indonesia akan tinggal di perkotaan. Saat ini separuh dari 240 juta penduduk
Indonesia telah tinggal di kawasan perkotaan. Salah satu kota besar dengan
tingkat urbanisasi tertinggi di Indonesia adalah Kota Jakarta. Setiap tahunnya
khususnya pasca hari-hari besar seperti lebaran hari raya Idul Fitri, sekitar
200-300 ribu orang berpindah ke ibukota untuk mengadu nasib dan mencari
peluang pekerjaan yang lebih menjanjikan disana. Salah satu yang
menyebabkan tingginya arus urbanisasi di ibu kota adalah karena adanya
kesenjangan pembangunan antara desa dan kota. Lembaga Pengkajian
Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia menyatakan, pembangunan infrastruktur Indonesia masih belum
merata. Umumnya pembangunan di fokuskan pada kota-kota besar,
sedangkan daerah-daerah tertinggal masih belum merasakan pembangunan
yang sebenarnya. Hal ini menjadikan tingginya penduduk miskin di desa yang
mendorong pada tingginya tingkat urbanisasi (perpindahan desa ke kota).
Laju urbanisasi yang terus meningkat sangat mengkhawatirkan
dikarenakan kualitas masyarakat yang melakukan urbanisasi masih rendah
jika dilihat dari tingkat pendidikan, keahlian maupun kesadaran akan
lingkungan. Urbanisasi cepat atau lambat akan berdampak pada
permasalahan lingkungan, seperti lingkungan pemukiman menjadi kumuh
dan tidak layak huni, lingkungan yang tidak sehat (banjir dan polusi) serta
kemacetan lalu lintas. Selain itu urbanisasi juga akan berdampak pada
kehidupan sosial masyarakat, karena adanya kesenjangan sosial antara
masyarakat kaya dan masyarakat miskin menyebabkan tingginya angka
kriminalitas di perkotaan sehingga kurangnya rasa aman tinggal di kota
besar.
Di Indonesia sendiri pemerintah sudah menerapkan berbagai kebijakan
baik kebijakan preventif maupun represif dalam menghadapi masalah
urbanisasi. Kebijakan preventif yang telah pemerintah lakukan yaitu antara
lain, konsep otonomi daerah melalui alokasi anggaran dana desa yang
bertujuan untuk mangoptimalkan potensi desa sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya. Masyarakat desa yang berkualitas tentu
menjadi input yang bermanfaat baik bagi desa itu sendiri maupun bagi
daerah lainnya ketika terjadi pola urbanisasi. Sementara, desa yang maju,
akan memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya, tanpa
perlu berpindah ke kota besar. Selain itu, juga terdapat Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) pedesaan yang di prioritaskan untuk
kewirausahaan dan pembangunan ekonomi jangka panjang sehingga

Inas Nadia Hanifah


21040112130081
masyarakat desa tidak tertarik lagi untuk pindah ke perkotaan dan memilih
untuk membangun desa.
Selain kebijakan preventif yeng pemerintah lakukan, pemerintah juga
menerapkan berbagai kebijakan represif yaitu penerapan kebijakan oleh
peerintah daerah Jakarta bagi pendatang baru yang datang ke Jakarta. Salah
satu kebijakan tersebut adalah dengan Operasi Yuridis. Pendatang baru yang
tidak memiliki tempat tinggal, tidak memilki tujuan yang jelas, tidak memilki
keterampilan, dan tidak memiliki identitas yang jelas akan di pulangkan
kembali ke daerah asalnya. Kebijakan tersebut pun menuai hasil positif,
karena laju urbanisasi di Jakarta bisa berkurang. Data mencatat penduduk
Jakarta menurun yakni 51875 menjadi 47832 jiwa. Selain itu adanya
permukiman kumuh juga diatasi pemerintah dengan merelokasi ke rumah
susun yang lebih layak huni dengan fasilitas yang memadai.
3.3.

Perbandingan Kota Besar Lagos dan Kota Besar Jakarta


Berdasarkan uraian bahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa Lagos
dan Jakarta memiliki karakteristik yang hampir sama. Kesamaan karakteristik
tersebut meliputi tingkat urbanisasi yang tinggi, pembangunan yang
kompleks dalam bidang ekonomi, permasalahan yang dihadapi terkait
dampak dari urbanisasi, dan berkembangnya kota sebagai pusat ekonomi
yang memberikan sumbangan pendapatan tinggi bagi Negara masingmasing.
Sebagai kota besar dari dua Negara bahkan benua yang berbeda tentunya
memiliki karakteristik sosial budaya yang berbeda pula, disamping kesamaan
tersebut juga terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan ini khususnya yang
berkaitan dengan kebijakan pemerintah di masing-masing kota dalam
menghadapi masalah peningkatan jumlah penduduk.
Di Indonesia pemerintah lebih responsif dalam menghadap masalah
ledakan penduduk di ibu kota akibat tingginya arus urbanisasi. Pemerintah
Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan yang dipandang pro
masyarakat miskin seperti penyediaan rumah yang layak huni bagi
masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh dengan penyediaan fasilitas
untuk menunjang kehidupannya. Selain itu pemerintah juga berupaya dalam
peningkatan infrastruktur baik peningkatan kualitas dengan mengupgrade
infrastruktur yang telah ada maupun peningkatan kuantitas dengan
menyediakan infrastruktur baru. Infrastruktur ini meliputi peningkatan
kapasitas jalan, pemenuhan air bersih melalui water treatment, peningkatan
manajemen pengelolaan sampah dan menerapkan program 3R (Reduce,
Reuse, Recycle), dan penyediaan listrik secara merata bagi semua rumah
tangga di Jakarta. Tidak hanya itu pemerintah juga menerapkan beberapa
program untuk mengurai kemacetan ibukota seperti penyediaan transportasi
umum, program ERP (Electronic Road Pricing), disterilisasi jalur busway,
perbaikan jalan hingga mengkaji ulang berbagai kebijakan yang telah ada.

Inas Nadia Hanifah


21040112130081
Sementara di Lagos pemerintah lebih berorientasi pada peningkatan
ekonomi dengan pembangunan di berbagai bidang salah satunya
pembangunan proyek Eko Atlantic. Pembangunan tersebut diharapkan dapat
menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi di Lagos. Namun perbedaan
dengan di Indonesia, pemerintah Lagos lebih memihak kesejahteraan
masyarakat elit dalam rangka untuk memperoleh peningkatan ekonomi kota.
Sementara sebagian besar masyarakat disana hidup miskin di lingkungan
kumuh dengan akses minim terhadap berbagai fasilitas publik. Kondisi inilah
yang kurang diperhatikan oleh pemerintah Lagos sehingga dalam satu kota
(Lagos) terlihat mencolok antara dua status sosial masyarakat yaitu
masyarakat yang sangat kaya dan masyarakat yang sangat miskin dan tidak
berdaya. Adapun kebijakan yang telah pemerintah terapkan hanya sebatas
perbaikan fisik infrastruktur yang hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat dalam jangka pendek karena tidak disertai dengan keberlanjutan
untuk mengantisipasi ledakan penduduk di masa yang akan datang.
IV.

PENUTUP
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintah di
Negara berkembang hanya berfokus pada perbaikan infrastruktur dan expansi
dalam segala bidang untuk mengatasi masalah yang muncul akibat peningkatan
penduduk di perkotaan. Namun hal ini tidak di sertai dengan upaya pemerintah
untuk meningkatkan kualitas masyarakat yang lebih baik. Dengan diberdayakannya
masyarakat secara kualitas maka diharapkan masyarakat dapat secara mandiri
berusaha untuk memperbaiki kehidupannya dan keluar dari kemiskinan yang
menjeratnya. Seharusnya pemerintah di Kota Lagos dan Indonesia tidak hanya
berupaya untuk mengembangkan daerahnya menjadi pusat ekonomi Negara
dengan melakukan pembangunan di berbagai bidang tetapi yang lebih penting
daripada itu adalah untuk memastikan bahwa tidak ada masyarakat yang hidup
tertinggal di daerahnya.
DAFTAR PUSTAKA
N. Daldjoeni. 1998. Geografi kota dan desa. Bandung. Alumni, 1987.
Pacione Michael. 2001. Urban geography: a global perspective. Routledge. Hal 6667.
Journeyman
Pictures.
2014.
Lagos:
Africas
Model
Megacity,
dalam
https://www.youtube.com/watch?v=x5_9m4je3ck.
Wardah, Fathiyah. 2014. Pemerintah Harus Serius Tangani Masalah Urbanisasi,
dalam voaindonesia.com. Diunduh pada Minggu, 1 Oktober 2015.
Miftahudin, Husen. 2015. Urbanisasi di Indonesia Tertinggi Kedua di ASEAN, dalam
metrotvnews.com. Diunduh pada Minggu, 1 Oktober 2015.
Tri, Joko. 2014. Dana Desa Sebagai Solusi Urbanisasi, dalam kemenkeu.go.id.
Diunduh pada Minggu, 1 Oktober 2015.
Harmoko. 2014. Jakarta Kian Sesak, dalam poskotanews.com. Diunduh pada
Minggu, 1 Oktober 2015.

Inas Nadia Hanifah


21040112130081
Irin. 2006. NIGERIA: Lagos The Megacity of Slums, dalam irianews.com. Diunduh
pada Minggu, 1 Oktober 2015.
Thomas. 2015. Lagos 2050: How Should Africa's Biggest City Prepare for Doubling
in Size?, dalam edition.cnn.com. Diunduh pada Minggu, 1 Oktober 2015.
Nwagwu, Ijoema. 2015. Lagos and Its Potentials for Economic Growth, dalam
ng.boell.org. Diunduh pada Minggu, 1 Oktober 2015.
Ogunbiyi, Tayo. 2014. Lagos: A megacity and its mega challenges, dalam
sunnewsonline.com. Diunduh pada Minggu, 1 Oktober 2015.
Cossou, Egon. 2010. Lagos aims to be Africas model megacity, dalam
news.bbc.co.uk. Diunduh pada Minggu, 1 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai