Anda di halaman 1dari 6

ESSAY KELOMPOK II

MANAGEMENT BLENDED
Leonardus Yoseph, N. Mage (2021021237)
Dzaki Haikal Alifil Mardi (2021021249)
Sorga Niken Salahudin (2021021234)
Christina Vera (2021021253)

Sustainable Development Government 11:


KOTA DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Abstraksi

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals - SDGs) ke-11 adalah


untuk memastikan pembangunan kota dan komunitas yang berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan adalah konsep yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Tujuan SDGs ke-11 mencakup berbagai permasalahan yang perlu diatasi untuk mencapai kota dan
komunitas yang berkelanjutan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota dan komunitas di seluruh dunia adalah
urbanisasi yang cepat. Populasi kota terus meningkat, dan dengan itu meningkatkan permintaan
akan sumber daya dan infrastruktur. Perkembangan yang cepat ini dapat mengakibatkan dampak
negatif pada lingkungan dan kehidupan masyarakat. Selain itu, perkembangan kota yang tidak
terencana dan tidak terkoordinasi dapat menyebabkan konflik dan kesenjangan sosial ekonomi
yang semakin meningkat.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan solusi berkelanjutan dalam perencanaan kota dan
pengelolaan infrastruktur. Salah satu solusinya adalah dengan membangun kota yang padat namun
terintegrasi dengan baik, dengan transportasi publik yang efisien dan berkelanjutan, serta ruang
publik yang ramah lingkungan. Penggunaan teknologi hijau dan ramah lingkungan seperti energi
terbarukan dan bangunan yang ramah lingkungan juga dapat membantu mengurangi dampak
lingkungan dari perkembangan kota yang cepat.
Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan
sangat penting. Pemimpin kota harus memastikan partisipasi aktif dari masyarakat dalam
perencanaan dan pengelolaan kota. Masyarakat harus didorong untuk mengambil peran aktif

1
dalam memperbaiki kota mereka, termasuk melalui partisipasi dalam kegiatan yang
mempromosikan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan juga membutuhkan kolaborasi antar sektor dan institusi,
termasuk pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil. Kerja sama ini dapat membantu membangun
kemitraan yang kuat untuk mempromosikan pembangunan kota yang berkelanjutan. Pemerintah
dapat mendorong kerja sama melalui kebijakan dan program yang mendukung kemitraan antar
sektor, sementara bisnis dan masyarakat sipil dapat membantu dengan memberikan sumber daya
dan dukungan yang diperlukan.
Dalam rangka mencapai tujuan SDGs ke-11, penting untuk memahami dan menangani
permasalahan kota dan komunitas secara holistik. Dengan menggunakan pendekatan
berkelanjutan dan kolaboratif, pembangunan kota dan komunitas dapat menghasilkan manfaat
jangka panjang bagi masyarakat, lingkungan, dan ekonomi.

Pengantar

SGD 11 adalah singkatan dari "Sustainable Development Goal 11", yaitu salah satu dari 17
tujuan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada
tahun 2015. Tujuan dari SGD 11 adalah "Membangun kota dan pemukiman inklusif, aman, tahan
bencana, dan berkelanjutan".
Pencapaian atas SGD 11 melibatkan upaya untuk membangun kota dan pemukiman yang
lebih inklusif, aman, dan berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Beberapa contoh
pencapaian atas SGD 11 antara lain:
1. Pembangunan kota yang inklusif:
Pencapaian ini mencakup upaya untuk membangun kota yang lebih inklusif bagi semua
warga, termasuk warga miskin, migran, penyandang disabilitas, dan kelompok marginal
lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan menyediakan akses yang lebih baik ke layanan
publik, termasuk akses ke rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.
2. Pembangunan kota yang aman dan tahan bencana:
Pencapaian ini mencakup upaya untuk membangun kota yang lebih aman dari bencana
alam seperti gempa bumi, banjir, dan badai. Hal ini dapat dicapai dengan memperkuat
infrastruktur kota, seperti sistem drainase, dan membangun gedung-gedung yang tahan
gempa.

2
3. Pembangunan kota yang berkelanjutan:
Pencapaian ini mencakup upaya untuk membangun kota yang lebih berkelanjutan dari segi
lingkungan, dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, memperkuat transportasi
berkelanjutan, dan mengurangi polusi udara dan air.
Diharapkan dengan mencapai tujuan SGD 11, diharapkan dapat menciptakan kota dan
pemukiman yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua warga, dan mengurangi
ketimpangan dan kemiskinan di kota-kota di seluruh dunia.

Permasalahan SGD 11: Banjir di Ibukota Negara

Permasalahan banjir di ibukota Jakarta dapat dibahas dalam konteks SGD 11 karena banjir
dapat menghambat pembangunan kota yang inklusif, aman, tahan bencana, dan berkelanjutan.
Banjir dalam konteks SGD 11 merupakan hambatan untuk pembangunan kota yang inklusif.
Banjir dapat menghambat akses ke layanan publik dan infrastruktur kota, seperti jalan raya,
jembatan, dan transportasi umum. Banjir juga dapat mempengaruhi kesehatan warga dan
mengganggu kesejahteraan ekonomi mereka, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah-daerah
yang rentan terhadap banjir.
Banjir menjadi sebuah indikator rentannyap program pembangunan kota yang aman dan
tahan bencana. Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Jakarta. Banjir
dapat mempengaruhi infrastruktur kota dan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada
gedung-gedung dan jalan raya. Hal ini dapat mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial di kota.
Dengan analisa yang lebih spesifik, banjir mengancam pembangunan kota yang berkelanjutan.
Banjir dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan mengancam keseimbangan ekosistem
kota. Banjir juga dapat memperburuk perubahan iklim, karena memicu peningkatan emisi gas
rumah kaca akibat penggunaan kendaraan pribadi yang lebih banyak.
Sejarah banjir di ibukota Jakarta sebenarnya cukup panjang, jadi bukan terjadi belakangan ini
saja. Fenomena ini telah terjadi selama berabad-abad. Berikut ini adalah beberapa catatan penting
dalam sejarah banjir di Jakarta:
1. Pada abad ke-4, Jakarta masih merupakan wilayah pantai dan rawa-rawa, dan kawasan ini
terkena banjir besar setiap kali terjadi pasang surut air laut1.

1
"Historical Flooding in Jakarta," Jakarta Post, 17 Februari 2015.
https://www.thejakartapost.com/news/2015/02/17/historical-flooding-jakarta.html

3
2. Pada abad ke-162, penjajah Belanda mulai membangun sistem tanggul dan saluran air
untuk mengendalikan banjir. Namun, sistem ini masih belum cukup efektif dalam
mengatasi banjir yang terjadi pada saat musim hujan.
3. Pada tahun 19183, terjadi banjir besar di Jakarta yang menyebabkan kerusakan parah pada
kota. Banjir ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi dan sistem tanggul yang
tidak mampu menampung air yang begitu banyak.
4. Pada tahun 1960-an dan 1970-an4, pemerintah Indonesia membangun Bendungan Jatiluhur
dan Bendungan Cirata untuk mengatur aliran air di sekitar Jakarta. Namun, sistem ini
masih belum cukup efektif dalam mengendalikan banjir.
5. Pada tahun 19965, Jakarta mengalami banjir besar yang disebabkan oleh hujan deras
selama beberapa hari berturut-turut. Banjir ini menyebabkan banyak kerusakan dan
kehilangan nyawa.
6. Sejak tahun 20006, banjir masih terjadi di Jakarta setiap tahunnya, terutama selama musim
hujan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, seperti
membangun lebih banyak saluran air dan memperbaiki sistem drainase. Namun, banjir
masih menjadi masalah serius bagi penduduk Jakarta hingga saat ini.

Solusi Kelompok:
Keberpihakan Kebijakan Pemerintah atas tema SGD 11 Untuk Kesejahteraan Kota

Ya, permasalahan banjir di Jakarta dapat diatasi dengan pedoman SGD 11 karena tujuan SGD
11 adalah membangun kota dan pemukiman yang aman, tahan bencana, dan berkelanjutan. Dalam
konteks ini, penanganan banjir di Jakarta dapat mempertimbangkan prinsip-prinsip dan strategi
yang terkandung dalam SGD 11, seperti:

2
"Jakarta's Long Battle Against Floods," BBC News, 22 Januari 2013. https://www.bbc.com/news/world-asia-
21138860

3
"Jakarta's Age-Old Battle Against Floods," Al Jazeera, 19 Januari 2013.
https://www.aljazeera.com/indepth/features/2013/01/2013118114046433752.html

4
"The Great Floods of Jakarta," Indonesia Expat, 12 Januari 2015. https://indonesiaexpat.biz/travel/the-great-
floods-of-jakarta/

5
"1996 Jakarta Floods: A Look Back at the Disaster That Killed 60," Coconuts Jakarta, 10 Januari 2019.
https://coconuts.co/jakarta/news/1996-jakarta-floods-look-back-disaster-killed-60/

6
"Jakarta Floods: Facts and Figures," The Guardian, 17 Januari 2013. https://www.theguardian.com/global-
development/datablog/2013/jan/17/jakarta-floods-facts-figures

4
1. Meningkatkan infrastruktur kota yang tangguh dan tahan bencana, termasuk sistem
drainase yang lebih baik, pengendalian air permukaan, dan gedung-gedung yang dirancang
untuk tahan gempa dan banjir.
2. Memperkuat sistem peringatan dini dan tanggap darurat dalam menghadapi bencana
banjir, sehingga meminimalkan dampak yang ditimbulkan terhadap warga dan
infrastruktur.
3. Meningkatkan akses layanan publik yang merata bagi semua warga, termasuk akses ke
fasilitas kesehatan dan pendidikan, serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial.
4. Mengembangkan transportasi berkelanjutan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,
mengurangi polusi udara dan air, serta mendorong penggunaan kendaraan pribadi yang
lebih sedikit.
5. Mempromosikan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan kota, termasuk dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan, sehingga kepentingan dan kebutuhan
masyarakat dapat diakomodasi secara lebih baik.
6. Dengan mengadopsi pedoman SGD 11, diharapkan Jakarta dapat mengatasi permasalahan
banjir dan membangun kota yang lebih aman, tahan bencana, dan berkelanjutan, serta
memberikan dampak positif bagi kesejahteraan dan kemakmuran warga kota.
Dalam pemikiran kami, untuk mengatasi permasalahan banjir di Jakarta, perlu dilakukan
upaya-upaya yang terintegrasi dan holistik dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan lingkungan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain membangun
infrastruktur kota yang tangguh dan tahan bencana, seperti sistem drainase yang lebih baik dan
gedung-gedung yang dirancang untuk tahan gempa dan banjir, menyediakan layanan publik yang
lebih baik dan merata bagi semua warga, termasuk akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan,
mengurangi emisi gas rumah kaca dan pencemaran lingkungan, misalnya dengan mendorong
penggunaan transportasi berkelanjutan seperti sepeda, angkutan umum, atau mobil listrik.
Dengan mengatasi permasalahan banjir di Jakarta, diharapkan dapat menciptakan kota yang
lebih inklusif, aman, tahan bencana, dan berkelanjutan bagi semua warga, dan mengurangi dampak
negatif perubahan iklim di daerah perkotaan.

5
DAFTAR REFERENSI

1. United Nations. (2015). Transforming our world: The 2030 Agenda for Sustainable
Development.
https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld/publication.
2. United Nations Development Programme (UNDP). (2020). Sustainable Cities and
Communities. https://www.undp.org/content/undp/en/home/sustainable-development-
goals/goal-11-sustainable-cities-and-communities.html
3. World Bank Group. (2020). Sustainable Cities.
https://www.worldbank.org/en/topic/urbandevelopment/brief/sustainable-cities
4. United Nations Human Settlements Programme (UN-Habitat). (2016). Urbanization and
Development: Emerging Futures. https://unhabitat.org/sites/default/files/download-
manager-files/Urbanization%20and%20Development-%20Emerging%20Futures_0.pdf
5. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia. (2020).
Strategi Nasional Kota Berkelanjutan.
https://www.pu.go.id/storage/document/file/Stranas_Kota_Berkelanjutan_Revisi_V.pdf
6. M. Arif Wibowo, Widayat Widayat, dan Hadiyanto Hadiyanto. (2019). Pembangunan
Kota Berkelanjutan di Indonesia: Tantangan dan Strategi. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan, 7(2), 89-102. https://doi.org/10.14710/jwl.7.2.89-102
7. M. Chalid Nurdin, Kukuh Murtilaksono, dan Rina Yulius. (2020). Sustainable
Development Goals in Indonesia: Progress, Challenges, and Opportunities. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 423, 012042.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/423/1/012042
8. J. Jackson Ewing. (2017). The Future of ASEAN Cities: Challenges and Opportunities
for Urban Sustainability. RSIS Working Paper No. 307. https://www.rsis.edu.sg/wp-
content/uploads/2017/06/WP307.pdf
9. Siwar, C., & Bennaceur, F. (2016). Sustainable Cities in Developing Countries. In
Sustainable Cities in Developing Countries (pp. 1-20). Springer International Publishing.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-33581-3_1
10. Rahmatullah, A., Iqbal, M., & Darmawan, A. (2020). Sustainable Urbanization and the
Challenges of Achieving Sustainable Development Goals (SDGs) in Indonesia.
International Journal of Applied Environmental Sciences, 15(4), 317-331.
https://doi.org/10.22034/ijaes.2020.113563.

Anda mungkin juga menyukai