Anda di halaman 1dari 14

Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian
Republik Indonesia

Keynote Speech

dalam acara

FOCUS GROUP DISCUSSION: URGENSI


KELANJUTAN RENCANA PEMBANGUNAN
TANGGUL LEPAS PANTAI DI KAWASAN
PESISIR UTARA JAKARTA DAN PANTURA
(GIANT SEA WALL)
Jakarta

Rabu, 20 Maret 2024

0
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh,

Yang kami hormati:


1. Staf Ahli Menteri PUPR Bidang
Keterpaduan Pembangunan;
2. Rektor Universitas Pertahanan Republik
Indonesia;
3. Para Panelis dan para hadirin tamu
undangan yang berbahagia.

• Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah


SWT karena berkat ridho dan perkenan-Nya
kita masih diberikan kesempatan untuk
bertemu dalam acara Focus Group
Discussion: Urgensi Kelanjutan Rencana
Pembangunan Tanggul Lepas Pantai di
Kawasan Pesisir Utara Jakarta dan
Pantura (Giant Sea Wall)
Hadirin sekalian yang kami hormati,

1
1. Dalam mewujudkan visi Indonesia Emas
2045 yaitu "Indonesia Negara Nusantara
Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan", salah
satu upaya yang perlu dilakukan adalah
mewujudkan pemerataan pembangunan
melalui percepatan pembangunan wilayah,
pengentasan kemiskinan, pemerataan
kesempatan usaha, dan pembangunan
infrastruktur yang merata dan terintegrasi.

2. Pada TW-IV tahun 2023 lalu, Indonesia


berhasil tumbuh hingga 5,07% yoy di tengah
berbagai downside risks yang dihadapi.

3. Namun secara agregat, pertumbuhan


ekonomi Indonesia masih didominasi oleh
Pulau Jawa yang memberikan kontribusi
terbesar dalam PDB Nasional, yakni 57,05%
pada TW- IV 2023. Ini menunjukkan bahwa
Pulau Jawa masih menjadi salah satu mesin
utama pertumbuhan ekonomi Indonesia
secara spasial yang harus dijaga
keberlanjutannya.

2
Bapak/Ibu Sekalian yang kami hormati,

4. Di balik arti pentingnya bagi ekonomi


Indonesia, Pulau Jawa menghadapi
tantangan berat secara daya dukung dan
daya tampung, termasuk ancaman erosi,
abrasi, banjir, rob, penurunan permukaan
tanah/Land Subsidence, serta minimnya
cakupan layanan air bersih dan sanitasi di
sepanjang daerah Pesisir Pantai Utara
(Pantura) Jawa dan Utara Jakarta.

5. Land Subsidence Pantura Jawa dan Utara


Jakarta terpantau bervariasi antara 1-25
cm/tahun, di sisi lain ancaman yang juga
menanti, yaitu kenaikan permukaan air laut
sebesar 1-15 cm/tahun di beberapa lokasi,
serta fenomena banjir Rob.

6. Hasil studi JICA pada Tahun 2020


menunjukan bahwa Kawasan Pantura Jawa
(diluar Jakarta) menyumbang sekitar
20,7% GDP Indonesia (melalui kegiatan

3
industri, perikanan, transportasi, dan
pariwisata). Disamping itu, wilayah Pantura
Jawa juga merupakan tempat tinggal
penduduk yang cukup padat, dengan
estimasi jumlah penduduk lebih dari 50 juta
jiwa, sedangkan Jakarta ±43 juta jiwa
(BPS, 2017, JICA 2020).

7. Adanya ancaman Land Subsidence dan


fenomena banjir Rob yang terjadi di Kawasan
Pantura Jawa tidak hanya membahayakan
keberlangsungan aktivitas ekonomi dan aset
infrastruktur maupun ekonomi nasional di
wilayah tersebut, tetapi juga membahayakan
kehidupan jutaan masyarakat terdampak
yang tinggal di wilayah tersebut yang
berpotensi dapat terkena dampak bencana.

8. Diperkirakan setidaknya terdapat 70


Kawasan Industri, 3 Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK), 28 Kawasan Peruntukan
Industri, 5 Wilayah Pusat Pertumbuhan
Industri, dan wilayah perekonomian lainnya

4
termasuk asset nasional berupa Jalan
maupun Jalur Kereta Api, akan terdampak
apabila penanganan permasalahan
degradasi di Pantura Jawa tidak segera
ditangani dengan baik.

9. Berdasarkan beberapa kajian, estimasi


kerugian ekonomi secara langsung akibat
banjir tahunan di Pesisir Jakarta
mencapai Rp 2,1 T/tahun dan dapat
meningkat terus setiap tahunnya hingga
mencapai Rp 10 T/tahun dalam 10 tahun
kedepannya. Kerugian ekonomi secara
tidak langsung dan potensi kehilangan
kesempatan (opportunity cost) akan jauh
berlipat ganda dari angka kerugian
langsung tadi.

Bapak/Ibu Sekalian yang kami hormati,

10. Kedepan tantangan Indonesia terutama


dalam pengembangan wilayah perkotaan
akan semakin berat dan kompetitif.

5
Sebagaimana diketahui dalam studinya
Worldbank memprediksikan bahwa pada
Tahun 2045 jumlah masyarakat perkotaan
kota akan bertambah pada kisaran angka
70%.

11. Hal ini tentunya akan menjadi tantangan


tersendiri bagi wilayah-wilayah aglomerasi
perkotaan, khusus di Pantura Jawa dan juga
Provinsi Jakarta yang juga akan menuju visi
Global City.

12. Tantangan pemenuhan penyediaan suplai air


baku, layanan sanitasi termasuk peningkatan
konektivitas antar wilayah masih perlu
ditingkatkan, bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga saja, tetapi juga
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan bagi
kawasan industri, SCBD, dan pusat-pusat
perekonomian lainnya di Pantura dan
Jakarta.

Bapak/Ibu Sekalian yang kami hormati,

6
13. Menanggapi kondisi dan tantangan-
tantangan tersebut, diperlukan perhatian
khusus serta intervensi kebijakan
strategis yang komprehensif dalam
penanganannya.

14. Beberapa upaya yang sedang dilakukan


Pemerintah saat ini adalah pembangunan
Tanggul Pengaman Pantai dan Sungai
serta pembangunan sistem polder dan
pompa di Wilayah Utara Provinsi DKI
Jakarta, Banten, dan Jawa Barat yang juga
menjadi salah satu PSN, yang diharapkan
pembangunannya dapat selesai pada akhir
Tahun 2024.

15. Selain itu, upaya lain yang juga dilakukan


adalah pelaksanaan Major Project
Pengaman Pesisir 5 Perkotaan Pantura
Jawa, yaitu di perkotaan Jabodetabek,
Cirebon Raya, Kedungsepur, Petanglong,
dan Gerbangkertosusila, melalui penyediaan
akses air minum perpipaan, pemantauan

7
penurunan tanah dan kualitas air,
pembangunan tanggul pantai, sistem
pengolahan air limbah, dan Jalan Tol
Semarang-Demak yang terintegrasi dengan
tanggul laut, termasuk diantaranya
Kebijakan Percepatan Pengembangan
Kawasan Ekonomi di Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat yang dituangkan
dalam Peraturan Presiden Nomor 79/2019,
80/2019, dan 87/2021 yang juga merupakan
bagian dari Proyek Strategis Nasional.

16. Secara umum hingga Maret Tahun 2024,


Pemerintah telah menyelesaikan
pembangunan 195 PSN dengan total
investasi sebesar Rp1.519 Triliun,

Bapak/Ibu Sekalian yang kami hormati,

17. Selain beberapa upaya


program/kegiatan/kebijakan yang telah dan
sedang dilakukan Pemerintah di atas,
Pemerintah juga telah menyiapkan skenario

8
jangka panjang untuk memitigasi ancaman
risiko dan tantangan yang terjadi di Pantura
Jawa dan Utara Jakarta melalui Konsep
Pembangunan Tanggul Lepas Pantai
yang terintegrasi.

18. Berdasarkan hasil kajian yang telah


dilakukan sejak Tahun 2007 s.d. 2020,
terdapat 3 tahapan/fase pembangunan
yang akan dikerjakan untuk perlindungan
dan pengembangan terintegrasi,
khususnya di Utara Jakarta, yaitu:

o Fase A: Pembangunan Tanggul Pantai


dan Sungai, serta pembangunan
sistem pompa dan polder di wilayah
Pesisir Utara Jakarta, dimana untuk Fase
A saat ini sedang dikerjakan oleh
Pemerintah melalui Kementerian PUPR
bersama-sama dengan Pemerintah
Daerah;

o Fase B: Pembangunan Tanggul Lepas


Pantai dengan konsep terbuka (open

9
dike) pada sisi sebelah Barat Pesisir
Utara Jakarta yang harus dikerjakan
sebelum tahun 2030 dengan asumsi
penurunan tanah/land subsidence tidak
dapat dihentikan;

o Fase C: Pembangunan Tanggul Lepas


Pantai pada sisi sebelah Timur Pesisir
Utara Jakarta yang harus dikerjakan
sebelum tahun 2040;

→ Apabila laju penurunan tanah/land


subsidence tetap terjadi setelah tahun
2040, maka konsep Tanggul Lepas
Pantai Terbuka akan dimodifikasi
menjadi Tanggul Lepas Pantai
Tertutup.

19. Hasil kajian tersebut, telah ditetapkan dalam


Keputusan Menteri PUPR No. 112 Tahun
2022 tentang Konsep Pengendalian Banjir
Terpadu Pesisir Ibukota Negara
(PTPIN)/National Capital Integrated Coastal
Development (NCICD) di Pesisir teluk

10
Jakarta, dimana Kementerian PUPR akan
segera menyiapkan konsep dan pra-desain
tanggul tahap B.

20. Adapun estimasi total kebutuhan anggaran


pembangunan Tanggul Lepas Pantai dan
pengembangan kawasan serta penyediaan
air baku dan sanitasi yaitu sebesar Rp86,1
Triliun dengan skema pendanaan melalui
mekanisme Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU).

21. Mengingat konsep dan skenario


pembangunan Tanggul Lepas Pantai
memerlukan analisis yang cukup mendalam,
utamanya untuk meminimalisir potensi
dampaknya terhadap lingkungan dan
kehidupan masyarakat, serta pendetailan
untuk skema pendanaan juga konsep
kelembagaannya, maka diperlukan kajian
dan diskusi dengan berbagai pihak mengenai
prinsip-prinsip pembangunan Tanggul Lepas
Pantai yang berkelanjutan.

11
22. Pemerintah berharap kebijakan
pembangunan infrastruktur tersebut tidak
hanya berperan sebagai bangunan
pelindung, namun sekaligus juga sarana
konservasi lingkungan kelautan dan
perbaikan kehidupan masyarakat,
penyediaan sanitasi dan air bersih lepas
pantai, peningkatan konektivitas antar
wilayah, serta penataan ruang dan
pengembangan kawasan baru yang inklusif
dan adaptif.

23. Untuk itu, melalui penyelenggaraan Focus


Group Discussion hari ini, kami berharap
dapat menjadi forum diskusi untuk bersama-
sama kita mengidentifikasi, memonitor, dan
mengevaluasi upaya yang telah dilakukan
oleh Pemerintah untuk mengatasi
permasalahan di Pantura Jawa dan Utara
Jakarta, termasuk untuk mendiskusikan
konsep kebijakan pembangunan Tanggul
Lepas Pantai serta dalam rangka
perlindungan terpadu wilayah Pesisir Utara

12
Jakarta dan Pantura Jawa guna
mempertahankan dan menjaga berlanjutan
pengembangan fungsi/peran wilayah
tersebut sebagai motor penggerak
perekonomian nasional dan regional.

24. Terima kasih saya sampaikan kepada para


Panelis, dan Bapak/Ibu Hadiri dan Peserta
yang telah hadir.

25. Kiranya Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Esa,


meridhoi dan memudahkan langkah kita
dalam memberikan kontribusi terbaik bagi
masyarakat Indonesia, khususnya pada
wilayah Pantura Jawa dan Jakarta.

Demikian yang dapat saya sampaikan,

Wabillahitaufiq Walhidayah
Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh

Dr. Wahyu Utomo, Staf Khusus Menteri


Koordinator Bidang Perekonomian Bidang
Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang

13

Anda mungkin juga menyukai