Anda di halaman 1dari 19

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru - Jakarta Selatan  (021) 739-5588 Fax (021) 739-5588

NOTULENSI
Kepada Yth. : Bapak Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan Perdesaan
Dari : Staff Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan Kawasan Perdesaan
Perihal : Laporan Hasil Rapat Koordinasi Sinkronisasi Program Pembiayaan Pembangunan
Tahun 2020 dan Pembangunan Jangka Pendek Tahun 2021-2023 Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR
Tanggal : 3-5 September 2018

Sehubungan telah diselenggarakannya kegiatan Rapat Koordinasi Sinkronisasi Program Pembiayaan


Pembangunan Tahun 2020 dan Pembangunan Jangka Pendek Tahun 2021-2023 Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR pada tanggal 3-5 September 2018 di Hotel
Mercure Kota Palu, perkenankan kami melaporkan dengan hormat hal-hal sebagai berikut :
1. Rapat Koordinasi Sinkronisasi Program Pembiayaan Pembangunan Tahun 2020 dan
Pembangunan Jangka Pendek Tahun 2021-2023 Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan
Infrastruktur PUPR bertujuan sebagai wadah konsolidasi program infrastruktur dengan program
pemerintah daerah bidang PUPR termasuk sinkronisasi antar sector serta mensinergikan dan
menterpadukan kebutuhan infrastruktur di masing-masing Wilayah Pengembangan Strategis;
2. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Unit Organiasi Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, perwakilan dari Pemerintah Daerah dari Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi
Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo yang terdiri dari
Bappeda Provinsi, Dinas Bina Marga Provinsi, Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Provinsi,
Dinas, Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Provinsi, Balai Pelaksana Jalan
Nasional, Balai Wilayah Sungai, Satuan Kerja Cipta Karya PLP, Satuan Kerja Cipta Kerja
SPAM, Satuan Kerja Cipta Karya PBL, Satuan Kerja Cipta Karya PKP, SNVT Penyediaan
Perumahan, SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional dan Pengelola Kawasan
Ekonomi Khusus Palu dan Kawasan Industri Konawe .
3. Acara berlangsung selama 3 hari, dimana masing-masing terdiri dari dua sesi, yaitu sesi pleno dan
sesi desk :
a. Acara hari pertama terdiri dari dua sesi yaitu sesi pleno dan sesi desk dari Provinsi Sulawesi
Barat dan Provinsi Sulawesi tengah. Sesi pleno diawali dengan Paparan Kepala Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Ir. Iwan Nurwanto, M. Soc, Sci,
dilanjutkan Paparan Kepala Bappeda Sulawesi Tengah dan Paparan Kepala Bappeda
Sulawesi Barat serta Paparan Direktur BPST Kawasan Ekonomi Khusus Palu. Adapun rincian
pembahasan adalah sebagai berikut :
 Paparan Kebijakan Nasional dan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah
oleh Ir. Iwan Nurwanto, M.Soc, Sci selaku Kepala Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaudan Infrastruktur
 Pilar visi Indonesia 2045 yaitu (1) Pembangunan SDM dan Penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, yang memfokuskan pada penanganan demografi,
pendidikan, penguasaan iptek, kesehatan dan kebudayaan; (2) Pembangunan
Ekonomi Berkelanjutan, yang memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi,
infrastruktur dan energy, investasi, ketenagakerjaan, industry dan ekonomi kreatif,
pariwisata, maritime dan kelautan, pangan, perdagangan, lingkungan; (3) Pemerataan
Pembangunan, yang memfokuskan pada pemerataan pendapatan, pengentasan
kemiskinan, kesejahteraan petani, pemerataan pembangunan daerah, pemerataan
infrastruktur; (4) Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Pemerintahan, yang
memfokuskan pada politik dalam negeri, reformasi birokrasi dan kelembagaan,
hokum serta pencegahan dan pemberantasan korupsi, pertahanan dan keamanan,
politik luar negeri.
 Dalam perwujudan pilar Indonesia 2045, misi yang ditargetkan dalam jangka wattu
2020-2025 terkait pembangunan ekonomi berkelanjutan dari segi pembangunan
infrastruktur adalah (a) Terwujudnya jalan tol trans Sumatera (b) Terwujudnya kota
tanpa kumuh (c) Regionalisasi SPAM di kota metropolitan (d) keandalan prasarana
banjir perkotaan kala ulang 10 tahun (e) Biaya logistic 16% PDB.
 Dari segi pembiayaan infrastruktur dimana diharapkan adanya sharing pembiayaan
antara pemerintah (baik dari APBN, obligasi, availability payment, dll), BUMN
(pasar modal, obligasi, penugasan pemerintah), KPBU (Konvensional : BOT, BOL,
BOO, aliansi strategis, PINA), dan swasta murni (agenda pemerintah (solicited)
insiatif swasta (unsolicited). Porsi dari sharing pembiayaan infrastruktur yaitu
pemerintah 35%, BUMN 25%, KPBU 25% dan Swasta Murni 15%.
 Dari segi ketahanan pangan dimana strategi yang dilakukan adalah Peningkatan
pemerataan infrastruktur/penunjang pertanian (jaringan irigasi, waduk, embung,
bending irigasi) ke seluruh Indonesia.
 Dari segi ketahanan air, dimana strategi yang dilakukan adalah pembangunan
iinfrastruktur sumber daya air, pengelolaan terpadu berkelanjutan pada danau, rawa,
situ, sungai, dan perairan darat lainnya, pembangunan infrastruktur untuk mencegah
erosi dan sedimentasi, pembangunan rain water harvesting, peningkatan rehabilitasi
dan manajemen DAS.
 Adapun visium Kementerian PUPR Tahun 2030 adalah Bidang Sumber Daya Air
yaitu Kapasitas Tampung 120 m3/c/th dengan anggaran Rp 1.423 T, Bidang Bina
Marga yaitu Jalan Mantap 99%, Jalan Tol 2.000 Km, Jalan Baru 3.000 Km, Jembatan
Baru/FO 70.000 M dengan anggaran Rp 448 T dan Investasi Rp 390T, Bidang Cipta
Karya yaitu 100% Air Minum, 0 ha Kumuh, 100% Sanitasi dengan anggaran Rp 170
T, Bidang Penyediaan Perumahan yaitu 3 juta Backlog MBR, Pembangunan 4.88 juta
unit dengan Anggaran Rp 1.220 T, 20%-30% APBN/APBD, 70%-80%
Swasta/Masyarakat.
 Berdasarkan arah pengembangan wilayah Pulau Sulawesi, perekonomian Pulau
Sulawesi bertumpu pada sektor industri pengolahan.
 Fokus pembangunan infrastruktur PUPR mendukung Kawasan Prioritas Nasional
Sulawesi adalah KSPN Toraja, KSPN Wakatobi, KI Bantaeng, KI Palu, KI Bitung,
KI Morowali, KI Konawe, KEK Bitung, KEK Palu, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan
Pantoloan, Metropolitan Mamminasata, Metropolitan Bimindo, Kota Baru Makassar,
Kota Baru Mamuju, Kota Baru Manado, KPPN Kab. Pinrang, KPPN Kab. Luwu
Timur, KPPN Kab. Sidenreng Rappang, KPPN Kab. Morowali, KPPN Kab.
Boalemo.
 Hal-hal yang perlu menjadi perhatian kedepan adalah (a) Pembangunan Infrastruktur
kedepan dihadapkan pada tantangan ketidakpastian ekonomi global yang diikuti oleh
pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS, (b) Dukungan infrastruktur PUPR kedepan
mendorong pertumbuhan sektor ekonomi strategis seperti industri, pertanian dan
pariwisata, (c) Program pembangunan infrastruktur KSPN diarahkan untuk
peningkatan sektor pariwisata untuk menarik devisa dari wisatawan asing, (d) Dalam
membangun infrastruktur pemerintah berkomitmen mendorong peningkatan
penggunaan komponen lokal, hal ini harus diikuti juga dengan dukungan pemerintah
daerah untuk peningkatan kapasitas SDM konstruksi di daerah, (e) Pengembangan
infrastruktur PUPR bersinergi dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatan daya
dorong belanja pemerintah untuk menggerakkan ekonomi domestic yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi oleh perkembangan Kawasan-Kawasan Tematik
seperti Kawasan Industri, Kawasan Pertanian, Kawasan Pariwisata.
 Isu Strategi dan Arahan Pengembangan Pulau Sulawesi yaitu pengembangan
ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
konservasi laut, pengembangan lumbung pangan padi nasional di Pulau Sulawesi,
pengembangan industri hilir (pertambangan mineral, aspla, panas bumi serta minyak
dan gas bumi), pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,
ekowisata, dan pengoptimalan upaya menuju jalan sesuai standar nasional dan standar
keselamatan. Sedangkan isu lingkungan RPPLH yaitu penyimpanan air, penyediaan
sumber daya genetik, penyedia pangan, pengatur tata air.
 Kondisi Infrastruktur Cipta Karya di Pulau Sulawesi per tahun 2016 yaitu (a) Akses
Air minum layak paling tinggi adalah Sulawesi Tenggara, Akses sanitasi layak paling
tinggi adalah Sulawesi Selatan, Pencapaian penanganan kumuh perkotaan paling
tinggi adalah Sulawesi Barat.
 Adapun isu strategis infrastruktu di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat adalah (1)
Dukungan KI, KEK Palu dan KI Morowali terhadap air baku, aksesbilitas, air minum,
sanitasi, air limbah, penanganan kumuh dan perumahan; (2) Dukungan infrastruktur
terhadap pengembangan Bandara Tampa Padang; (3) Pengembangan Konektivitas
Lintas Barat Sulawesi; (4) Dungan infrastruktur terhadap pengembangan Kota Baru
Mamuju; (5) Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan KPPN Morowali; (6)
Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan Kawasan Ekonomi baru Sulawesi
Bagian Timur (Luwuk); (7) Pengembangan Konektivitas PKN Mamuju – PKW
Palopo.
 Adapun isu strategis infrastruktur Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
adalah (1) Dukungan infrastruktur untuk mendkung pengembangan KSPN Toraja; (2)
Dukungan infrastruktur pengembangan KPPN Luwu Timur, KPPN Pinrang, dan
KPPN Sidenreng Rappang; (3) Dukungan infrastruktur mendukung metropolitan
Maminasata dan multimoda transportasi alternatif di Maminasata (4) Dukungan
infrastruktur pengembangan kota baru Makassar (5) Dukungan infrastruktur terhadap
pengembangan KI Konawe; (6) Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan PPS
Kendari; (7) Penanganan kawasan kumuh di sepanjang Kawasan Teluk Kendari dan
Kawasan Wakatobi; (8) Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan KPPN
Konawe Selatan dan KPPN Muna Barat.
 Sumber indikasi program Tahun 2020 dan PJP Tahun 2021-2023 yaitu Data program
stok TA 2019 dari hasil pra konreg 2018, residu program dalam development plan
2015-2019, usulan baru yang memenuhi seluruh kriteria, indikasi program hasil
dokumen perencanaan BPIW, residu dan stock program jangka pendek 2019-2021.
 Alternatif pembiayaan infrastruktur diharapkan tidak hanya bersumber dari
pemerintah (APBN dan APBD) tetapi juga berasal dari KPBU baik dari BUMN
maupun swasta.
 Paparan Arah Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Provinsi Sulawesi Barat oleh
Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Barat
 Gambaran umum mengenai Provinsi Sulawesi Barat yaitu terdiri dari 6 kabupaten, 69
kecamatan, 71 kelurahan dan 575 desa. Luas daratan mencapai 16.937,16 Km 2,
sedangkan luas lautan yaitu 20.342 Km2, panjang pantai 617,5 Km, jumlah pulau
yaitu 40 pulau. Untuk jumlah penduduk yaitu 1.531.930 jiwa;
 Potensi daerah Provinsi Sulawesi Barat yaitu pertanian dengan komoditas padi,
jagung dan kedelai; perkebunan dengan komoditas kelapa sawit, kakao, kopi, dan
kelapa dalam; kelautan dan perikanan dengan komoditas perikanan tangkap,
perikanan budidaya; pertambangan dengan komoditas mugas, radioaktif, bahan galian
materi emas, batubara, mangan, logam, bijih besi, sulfida dll; perdagangan sebagai
pintu gerbang perdagangan dunia Filipina dan Malaysia serta pelabuhan Belang-
Belang Internasional Port dan pelabuhan pengumpan lainnya; pariwisata yaitu
penetapan Kab. mamasa sebagai Destinasi Wisata di Provinsi Sulawesi Barat yang
terpadu dengan Wisata Tana Toraja serta Patung Bunda Maria tertinggi di dunia dan
wisata alam dan budaya.
 Rencana pengembangan wilayah di Sulawesi Barat yaitu
 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Matabe sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) Mamuju (Ibukota Kab. Mamuju) – Tampa Padang – Belang-Belang
(Matabe) yang potensial berfungsi sebagai pusat kegiatan terpadu kepelabuhan,
kebadaraudaraan, industri, perdagangan, pergudangan, peti kemas dan pariwisata;
 Kawasan Pendidikan yaitu arahan RTRW Prov. Sulbar menetapkan Kawasan
Pendidikan di Ibukota Kab. Majene;
 Kawasan Lahan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) yaitu kawasan pertanian
berkelanjutan (sawah beririgasi teknis yang dipaduselaraskan dengan
perencanaan dan manajemen DAS). Lokasi Polewali Mandar, Mamuju, Mamuju
Utara dan Mamuju Tengah;
 Kawasan Pariwisata di Mamasa Ibukota Kab, Mamasa mendukung KSP
Pariwisata Tana Toraja dan sekitarnya;
 Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Tobadak dengan mengembangkan Pusat-
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Tobadak (Ibukota Kab. Mamuju Tengah)
sebagai pusat pengembangan Kota Agropolitan;
 Kawasan Perkebunan dengan komoditas kelapa sawit di Kab. Mamuju Utara,
Mamuju tengah dan Mamuju serta perkebunan Kakao di seluruh wilayah Provinsi
Sulawesi Barat;
 Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yaitu arahan RTRW Prov. Sulawesu
Barat menetapkan Pulau Karangpuang, Pulau Balabalakang dan Pulau
Lerelerekang.
 Berdasarkan rencana penanganan Jalan Provinsi Tahun 2019-2022 total kebutuhan
penanganan jalan provinsi tahun 2019-2022 sepanjang = 216,979 Km serta total
kebutuhan dana tahun 2019-2022 adalah Rp 711,697 Milyar;
 Selain itu, kebutuhan perumahan berdasarkan backlog rumah Provinsi Sulawesi Barat
tahun 2016 adalah 24.428 unit dan rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Tahun 2017
adalah 41.249 unit. Adapun target penganggaran hingga tahun 2022 adalah 2.062 unit
RTLH;
 Beberapa program prioritas pembangunan infrastruktur PUPR Provinsi Sulawesi
Barat adalah sebagai berikut :
Jaringan jalan dan jembatan
 Usulan peningkatan status jalan provinsi menjadi jalan nasional di Ruas Salubatu
– Bonehau – Kalumpang – Batas Sulsel (Luwu Utara) = 108,71 Km.
 Usulan peningkatan jalan nasional ruas Mambi – Malabo – Mamasa – Tabang
(Batas Sulsel) = (152,282 Km)
 Usulan peningkatan jalan nasional ruas Polewali – Tabone – Malabo (72,82 Km)
 Pelebaran jalan 2 jalur menjadi 4 jalur di ruas Polewali – Wonomulto sepanjang =
20 Km
 Relokasi jalan nasional Poros Topoyo – Polohu sepanjang 10 Km
 Pembangunan jembatan gantung sebanyak 6 jembatan
Sumber Daya Air
 Pembangunan bendung dan jaringan irigasi
 Pembangunan pengendali banjir
 Pembangunan bendung dan transmisi jaringan pipa untuk air baku
 Pembangunan irigasi tambak
Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
 Pembangunan rumah susun PNS, rumah susun pekerja untuk balai latihan kerja,
rumah susun pondok pesantren, rumah susun MBR
 Pembangunan rumah khusus nelayan
 Peningkatan kualitas rumah swadaya
 Pembangunan PSU rumah

 Paparan Arah Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Provinsi Sulawesi Barat oleh


Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah
 Gambaran Provinsi Sulawesi Tengah yaitu terdiri dari 12 kabupaten, 1 kota, 175
kecamatan dan 2017 desa/kelurahan. Luas wilayah berdasarkan daratan yaitu
65.526,72 Km2, laut yaitu 193.923,75 Km2, garis pantai sepanjang 4.013 Km, jumlah
pulau 1.140 pulau. Jumlah penduduk tahun 2017 2.966.326 jiwa.
 Berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah tumbuh 6,62
persen dibandingkan dengan triwulan I tahun 2017. Pertumbuhan terjadi di semua
sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi pada triwulan I tahun 2018 pada sektor
pertambangan dan penggalian (15,43%), industri pengolahan (12,64%), dan listri gas
(10,27%). Sumber pertumbuhan tertinggi pada triwulan I tahun 2018 yaitu
tertambahan dan penggalian (2,08%); industri pengolahan (1,52%) serta pertanian,
ketahuan dan perikanan (0,77%).
 Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Sulawesi Tengah pada Februari 2018
sebesar 3,19% (50,1 ribu orang) dimana angka ini naik 0,22 persen poin (2,8 ribu
orang) terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka bulan Februari tahun 2017 sebesar
2,97% (46,3 orang).

 Pembahasan Desk Hari 1


Pembahasan desk hari pertama meliputi Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah.
Adapun KPPN Morowali yang disusun oleh BPIW berada di Provinsi Sulawesi Tengah.
Hasil sandingan matriks program KPPN Morowali (terlampir).

b. Acara hari kedua terdiri dari dua sesi yaitu sesi pleno dan sesi desk dari Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesui Tenggara. Sesi pleno diawali dengan Paparan Kepala Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Ir. Iwan Nurwanto, M. Soc, Sci,
dilanjutkan Paparan Kepala Pusat Kawasan Perkotaan BPIW Kementerian PUPR, Kepala
Bappeda Sulawesi Selatan dan Paparan Kepala Bappeda Sulawesi Tenggara serta Paparan
Perwakilan Virtue Dragon Industrial Park. Adapun rincian pembahasan adalah sebagai
berikut :
 Paparan Kebijakan Nasional dan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah
oleh Ir. Iwan Nurwanto, M.Soc, Sci selaku Kepala Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaudan Infrastruktur
 Isu Strategi dan Arahan Pengembangan Pulau Sulawesi yaitu pengembangan
ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
konservasi laut, pengembangan lumbung pangan padi nasional di Pulau Sulawesi,
pengembangan industri hilir (pertambangan mineral, aspla, panas bumi serta minyak
dan gas bumi), pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,
ekowisata, dan pengoptimalan upaya menuju jalan sesuai standar nasional dan standar
keselamatan. Sedangkan isu lingkungan RPPLH yaitu penyimpanan air, penyediaan
sumber daya genetik, penyedia pangan, pengatur tata air.
 Kondisi Infrastruktur Cipta Karya di Pulau Sulawesi per tahun 2016 yaitu (a) Akses
Air minum layak paling tinggi adalah Sulawesi Tenggara, Akses sanitasi layak paling
tinggi adalah Sulawesi Selatan, Pencapaian penanganan kumuh perkotaan paling
tinggi adalah Sulawesi Barat.
 Adapun isu strategis infrastruktur Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
adalah (1) Dukungan infrastruktur untuk mendkung pengembangan KSPN Toraja; (2)
Dukungan infrastruktur pengembangan KPPN Luwu Timur, KPPN Pinrang, dan
KPPN Sidenreng Rappang; (3) Dukungan infrastruktur mendukung metropolitan
Maminasata dan multimoda transportasi alternatif di Maminasata (4) Dukungan
infrastruktur pengembangan kota baru Makassar (5) Dukungan infrastruktur terhadap
pengembangan KI Konawe; (6) Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan PPS
Kendari; (7) Penanganan kawasan kumuh di sepanjang Kawasan Teluk Kendari dan
Kawasan Wakatobi; (8) Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan KPPN
Konawe Selatan dan KPPN Muna Barat.
 Sumber indikasi program Tahun 2020 dan PJP Tahun 2021-2023 yaitu Data program
stok TA 2019 dari hasil pra konreg 2018, residu program dalam development plan
2015-2019, usulan baru yang memenuhi seluruh kriteria, indikasi program hasil
dokumen perencanaan BPIW, residu dan stock program jangka pendek 2019-2021.
 Alternatif pembiayaan infrastruktur diharapkan tidak hanya bersumber dari
pemerintah (APBN dan APBD) tetapi juga berasal dari KPBU baik dari BUMN
maupun swasta.
 Paparan Kebijakan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara oleh Ir. Agusta Ersada Sinulingga, MT
selaku Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan
 Sasaran pembangunan perkotaan tahun 2015-2045 yaitu Kota Berkelanjutan dan
Berdayasaing untuk Kesejahteraan Masyarakat. Oleh sebab itu, sasaran dalam
pembangunan yaitu menghasilkan kota layak yang aman dan nyaman, kota hijau yang
berketahanan iklim dan bencana serta kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis
teknologi;
 Tujuan utama dalam pembangunan perkotaan tahun 2015-2045 yaitu membangun
identitas perkotaan Indonesia berbasis karakter fisik, keunggulan ekonomi dan
budaya lokal serta membangun keterkaitan dan manfaat antar kota dan desa-kota
dalam sistem perkotaan nasional berbasis kewilayahan
 Berdasarkan arahan RPJMN prioritas pembangunan metropolitan RPJMN terdapat 7
Kawasan Metropolitan yaitu Mebidangro, Jabodetabek, Cekungan Bandung,
Kedungsepur, Sarbagita dan Gerbangkertasusila serta 6 Kawasan Metropolitan Baru
yaitu Palapa, Patungraya Agung, Banjarbakula, Sambotenggarong, Mataram Raya,
Bimindo.
 Metropolitan di Provinsi Selatan yaitu Maminasata. Isu strategis di Kawasan
Metropolitan Maminasata adalah backlog perumahan, permukiman kawasan kumuh,
urban sprawl. Konsep pengembangan kawasan metropolitan Mamminasata yaitu
sebagai pusat pertumbuhan kawasan timur Indonesia melalui penataan kota inti dan
mendorong pembangunan kota sekitarnya menjadi penggerak ekonomi biru ditunjang
konektivitas antar kawasan. Konsep struktur kipas, pengembangan jalan lingkar dan
penentuan sistem kota satelit adalah strategi untuk mengurangi kepadatan pusat kota
lama dan antisipasi pertambahan penduduk.
 Sedangkan pembangunan kota baru menurut RPJMN berjumlah 11 kota yaitu
Pontianak, Padang, Palembang, Banjarbaru, Maja, Tanjung Selor, Manado, Makassar,
Sofifi, Jayapura, dan Sorong. Untuk kota sedang berjumlah 21 kota otonom yaitu
Banda Aceh, Tebing Tinggi, Dumai, Bukittinggi. Lubuklinggau, Prabumulih,
Singkawang, Bontang, Palangkaraya, Palopo, Pare-pare, Bau-bau, Tarakan,
Gorontalo, Kotamobagi, Kendari, Ambon, Kupang, Ternate, Sorong dan Jayapura.
 Kota Baru di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Kota Makasar, Kota Pare-pare, Kota
Palopo, Kota Bau-bau dan Kota Kendari.
 Kota Makassar terletak di geografis yang sangat strategis sehingga menjadi pusat
pertemuan / titik simpul seluruh moda transportasi di Indonesia Timur dan sebagai
konsekuensinya, kapasitas infrastruktur yang ada menjadi tidak sebanding dengan
beban yang terjadi sehingga saat ini sudah terasa bertambahnya titik-titik kemacetan,
selain itu jumlah jalan dengan kondisi rusak pun semakin bertambah. Banyaknya
bencana banjir kiriman, hujan lokal, dan kenaikan muka air laut menyebabkan
pengendalian banjir dan antisipasi pasang laut/rob dan genangan menjadi isu yang
harus diprioritaskan penanganannya Penduduk commuter menjadi fenomena yang
terjadi di Kota Makassar. Yang kemudian menjadi persoalan adalah penduduk
commuter yang bekerja di sektor informal atau mereka yang termasuk dalam
golongan penyandang masalah sosial.
 Kota Pare Pare Berdasarkan Perda No. 10 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Pare-
pare, kawasan strategis sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi Kawasan
Perdagangan dan Jasa Lakessi dan sekitarnya; Kawasan Industri dan Pergudangan
Lapadde Kecamatan Ujung – Bukit Harapan Kecamatan Soreang; Kawasan
Pengembangan Pertanian/Agribisnis; Kawasan peternakan di Kecamatan Bacukiki
dan Kecamatan Ujung; Kawasan perikanan di Kecamatan Soreang, Bacukiki Barat
dan Kecamatan Bacukiki; Kawasan Pelabuhan (Nusantara, Cappa Ujung, dan
Pertamina); dan Kawasan Pengembangan PKL (Mattirotasi Baru, Senggol dan
Cempae);
 KAPET Parepare ditetapkan melalui KEPPRES No. 164 Tahun 1998 dengan luas
wilayah 6.905,081 Km2. Cakupan wilayah KAPET Parepare meliputi Kota Parepare,
Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang,
dan Kabupaten Barru. KAPET Parepare diharapkan berfungsi sebagai pusat produksi
dan industri pengolahan, sehingga kota Parepare sebagai pusat jasa dan perdagangan
untuk mendorong kegiatan ekonomi dan agroindustri di wilayah belakangnya
(hinterland)
 Kota Palopo, Sejak tahun 2002 sesuai dengan UU No 12 Tahun 2002 Kota Palopo
berstatus sebagai daerah otonom. Potensi ekonomi Kota Palopo digerakkan melalui
sektor pertanian, perdagangan dan industri, serta jasa. Sektor pertanian meliputi
beberapa sub sektor andalan, mencakup beberapa diantaranya pertanian tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan.
 Kondisi existing saluran drainase yang ada di kota Palopo secara umum masih berupa
saluran terbuka dan belum tertata dalam suatu sistem dengan pola sistem jaringan
drainase yang baik dimana saluran drainase yang terbangun nampaknya belum
memenuhi standar perencanaan yang baik. Keterbatasan air baku yang diakibatkan
oleh pembangunan dan perubahan tata guna lahan di DAS. Masih belum optimalnya
pembangunan lokasi TPA yang telah ada yaitu di Kecamatan Mancani
 Arahan dan rekomendasi adalah optimalisasi perbaikan pembangunan lokasi TPA,
pembangunan IPA untuk memenuhi kebutuhan sarana air bersih untuk masyarakat
Kota Palopo, serta arahan untuk pemerintah daerah adalah perlunya dan sinkronisasi
mengenai pembebasan lahan, aksesbilitas jalan daerah dan dokumen perencanaan
serta kesiapan.
 Kota Bau-Bau Diarahkan sebagai salah satu lokasi prioritas kota sedang yang
berfokus pada upaya pemerataan wilayah di Sulawesi dengan fokus pengembangan
sebagai kota yang berorientasi pada aktivitas pariwisata bahari-ekowisata yang
memanfaatkan kawasan Taman Laut Nasional Wakatobi yang memiliki nilai global
heritage di bidang keanekaragaman flora dan fauna laut dan pengolahan ikan tangkap.
(RPJMN 2015-2019)
 Kota Kendari Memiliki fungsi sebagai PKN dan ibukota provinsi Sulawesi Tenggara
(PP 26/2008 RTRWN). Merupakan pintu gerbang Provinsi Sulawesi Tenggara yang
ditunjang infrastruktur perhubungan Bandara Pengumpul Tersier Haluoleo
(Permenhub 69/2013 Tatanan Kebandarudaraan Nasional). Rencana pengembangan
Pelabuhan Kendari sebagai feeder bagi pelabuhan hub dalam rencana tol laut (jalur
distribusi logistic) yang melibatkan 24 pelabuhan di Indonesia.
 Sesuai dengan sasaran pembangunan nawacita point 3 yaitu membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara
kesatuan memiliki tujuan yaitu Mewujudkan kemandirian masyarakat dan
menciptakan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial,
ekonomi dan ekologi serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi desa-kota.
Sasaran pengembangan yaitu penurunan desa tertinggal sampai 5000 desa dan
peningkatan desa mandiri sampai 2000 desa serta peningkatan keterkaitan
pembangunan kota desa dengan memperkuat 40 pusat-pusat pertumbuhan baru
menuju kota kecil atau kota baru.
 Berdasarkan arahan RPJMN prioritas pengembangan kawasan perdesaan diarahkan
ke dalam empat puluh pusat pertumbuhan yang tersebar di enam puluh kabupaten,
yang selanjutnya disebut Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Lokasi
KPPN dalam RPJMN 2015-2019 bukan merupakan lokasi-lokasi baru tapi
merupakan lokasi kawasan agropolitan, minapolitan, kawasan transmigrasi (KTM),
dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang telah dan tengah ditangani
lintas Kementerian.
 Lokasi KPPN di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu KPPN Morowali yang disusun
masterplan oleh BPIW. Adapun potensi dari KPPN Morowali adalah perikanan
tangkap. Lokasi KPPN di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu KPPN Sidenreng Rappang,
dan KPPN Luwu Timur yang disusun masterplan oleh BPIW.
 Dalam RTR Pulau Sulawesi (Perpres No. 88 Tahun 2011) KPPN Kab. Sidenreng
Rappang merupakan bagian dari Kawasan Andalan Nasional Pare-pare dan
Sekitarnya sebagai Lumbung Padi Nasional, dengan sektor unggulan berupa
pertanian. Potensi KPPN Sidenreng Rappang adalah pertanian padi dan peternakan
ayam petelur.
 Dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan KPPN Luwu Timur merupakan Kawasan
Strategis provinsi (KSP) dan termasuk ke dalam pengembangan sistem
pengembangan jaringan transportasi udara bukan pusat penyebaran yaitu Sorowako
dan Malili. Potensi KPPN Kab. Luwu Timur adalah lada dan pertanian padi organik.
 Sedangkan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 2 lokasi KPPN yaitu KPPN
Kab. Konawe Selatan dan KPPN Kab. Muna Barat;
 Kab. Konawe Selatan merupakan bagian dari WPS 27 yaitu Pusat Pertumbuhan
Baru Mamuju-MakalePalopo-Kendari-Bau Bau-Wangi Wangi. Dalam RTRW
Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe Selatan merupakan Kawasan
Strategis PKIP Kabaena-Torobulu-Wawonii (KARONI). Potensi dari KPPN Kab.
Konawe Selatan adalah Perkebunan Kelapa, pertanian padi dan perikanan.
 KPPN Kab. Muna Barat dalam RTRW Kab. Muna Barat disebutkan bahwa PPL
berada di Desa Pajala. Kec, Tiworo Selatan masuk kedalam KSK sebagai KTM dan
Kawasan Agropolitan. Potensi dari KPPN Kab. Muna Barat adalah perikanan
budidaya serta pertanian padi.
 Paparan Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Dukungan Pembangunan
Infrastruktur PUPR di Sulawesi Selatan oleh Perwakilan Bappeda Provinsi
Sulawesi Selatan
 Ekonomi Sulawesi Selatan masih bertumpu pada sektor pertanian tetapi pertumbuhan
didorong oelh hampir seluruh lapangan usuhan khususnya non tambang.
Pertumbuhan sektor pertanian melambat.
 Keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi sulsel sedikit melambat disebabkan
import content yang tinggi dalam menyelesaikan proyek infrastrukturnya.
 Pertanian mengalami perlambatan disebabkan faktor cuaca yang kurang kondusif
sehingga menyebabkan banjir di wilayah sentra produksi utama (Bone, Sopeng,
Wajo).
 Konstruksi menjadi salam satu penopang pertumbuhan sejalan dengan masih
berlanjutnya reformasi struktural melalui pembangunan bendungan dan PLTB.
 Adapun fokus pengembangan pada tahun 2019 hingga tahun 2024 adalah (1)
pencapaian SPM, target 100-0-100 dab target SDGs; (2) Prioritas pembangunan jalan;
(3) integrasi infrastruktur untuk Pelabuhan dan Bandara pada pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi; (4) integrasi infrastruktur untuk pelabuhan dan Bandara pada
area Destinasi Wisata; (5) Infrastruktur Sumber Daya Air meliputi waduk, irigasi,
pengolahan air bersih; (6) Penyediaan air minum di pulau-pulau; (7) pengelolaan
persampahan; (8) penanganan Rumah Tidak Layak Huni.
 Kebutuhan prioritas infrastruktur yaitu Penanganan Jalan Nasional saat ini kondisi
mantap 90,49%, penanganan jalan provinsi, saat ini kondisi baik sebesar 37,07%
terkhusus penghubung pada kawasan strategis dan kawasan pariwisata, penanganan
jalan kabupaten terkhusus pada area pusat pusat ekonomi, kawasan wisata, serta
pembangunan akses untuk kawasan terpencil, penyelesaian Bypass Maminasata,
middle Ring road, serta pembangunan jalan tol, penyelesaian Poros Makassar-Bone
serta Poros Makassar-Toraja, serta integrasi jalan penghubung pada pelabuhan
(Makassar new Port serta pelabuhan strategis lainnya)serta penguhubung bandara
yang dibangu. Selin itu, tingkat kebutuhan hunian mencapai 134.953 unit.
 Kebutuhan prioritas infrastruktur di Provinsi Sulawesi Selatan adalah SPAM
Regional Mamminasata, pengembangan SPAM Regional Ajatappareng, TPA Reional
Mamminasata, pengembangan TPA Regional Toraja, peningkatan kualitas pada TPA,
pembangunan TPS3R serta pengangkutan sampah di kabupaten/kota, pembangunan
prasarana air minum perdesaan dan pulau-pulau kecil, peningkatan kuantitas dan
kualitas air minum perkotaan, pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan air
limbah domestik, penanganan RTLH dan pembangunan rumah MBR serta
penanganan kawasan kumuh.
 Adapun kebutuhan prioritas untuk mendukung ketahanan pangan di Provinsi
Sulawesi Selatan adalah penbangunan transmisi air baku khususnya di Kawasan
Mamminasata, pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi untuk menunjang
pertanian, perkebunan dan perikanan, pengelolaan sungai, danau dan kanal serta
pengamanan kawasan sungai dan sempadan sungai untuk pengendalian banjir dan
pengaman sungai serta pantai khususnya pada kawasan permukiman dan kawasan
wisata.
 Paparan dari Virtue Dragon Industrial Park yang berada di Kabupaten Konawesi,
Provinsi Sulawesi Tenggara
 PT Virtue Dragon Nickel Industrial Park terletak di Kabupaten Konawe di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Adapun jarak dari Kendari – Morosi kurang lebih adalah 35 km
(1 jam perjalanan). Sedangkan jarak dari smelter area ke jetty yaitu 11 km (30 menit
perjalanan).
 PT Virtue Dragon Nickel Industrial Park mengelola kawasan industrial seluas 2200
hektar dari 5500 hektar yang ditetapkan pemerintah dimana 3300 ha diantaranya akan
dikelola oleh Perusahaan Konawesi.
 Adapun CSR yang dilakukan perusahaan adalah rehabilitasi sekolahan, pembangunan
jalan, bekerjasama dengan Universitas Haluoleo untuk merencanaan dan membuat
program CSR yang lebih terstruktur, lebih bermanfaat dan tepat sasaran.
 Pembahasan Desk Hari 2
Pembahasan desk hari pertama meliputi Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara. Adaun KPPN yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan hasil
masterplan yang disusun BPIW adalah KPPN Sidenreng Rappang dan KPPN Luwu
Timur, sedangkan untuk yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggaran berdasarkan hasil
masterplan yang disusun BPIW adalah KPPN Konawe Selatan dan KPPN Muna Barat.
Hasil sandingan matriks program KPPN (terlampir).
c. Acara hari ketiga terdiri dari dua sesi yaitu sesi pleno dan sesi desk dari Provinsi Sulawesi
Utara dan Provinsi Gorontalo. Sesi pleno diawali Paparan Kepala Pusat Kawasan Perkotaan
BPIW Kementerian PUPR, Perwakilan Bappeda Sulawesi Utara dan Paparan Perwakilan
Bappeda Gorontalo. Adapun rincian pembahasan adalah sebagai berikut :

 Paparan Kebijakan Nasional dan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah


dan Paparan Kebijakan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di
Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo
 Isu Strategi dan Arahan Pengembangan Pulau Sulawesi yaitu pengembangan
ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
konservasi laut, pengembangan lumbung pangan padi nasional di Pulau Sulawesi,
pengembangan industri hilir (pertambangan mineral, aspla, panas bumi serta minyak
dan gas bumi), pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,
ekowisata, dan pengoptimalan upaya menuju jalan sesuai standar nasional dan standar
keselamatan. Sedangkan isu lingkungan RPPLH yaitu penyimpanan air, penyediaan
sumber daya genetik, penyedia pangan, pengatur tata air.
 Kondisi Infrastruktur Cipta Karya di Pulau Sulawesi per tahun 2016 yaitu (a) Akses
Air minum layak paling tinggi adalah Sulawesi Tenggara, Akses sanitasi layak paling
tinggi adalah Sulawesi Selatan, Pencapaian penanganan kumuh perkotaan paling
tinggi adalah Sulawesi Barat.
 Isu strategis infrastruktur di Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo adalah (1)
Dukungan infrastruktur terhadap Pulau Kecil Terdepan provinsi Sulawesi Utara; (2)
Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan Kota Baru Manado; (3) Tindak
lanjut Bendungan Lolak dan Kuwil (Penyelesaian dan Jaringan Irigasi); (4)
Dukungan KI dan KEK Bitung (air baku, aksesbilitas, air minum, sanitasi, air limbah,
penanganan kumuh dan perumahan); (5) Konektivitas Manado-Bitung (Tol Manado-
Bitung); (6) Dukungan infrastruktur perumahan, penyediaan air minum (SPAM
Regional), sanitasi, drainase dan penanganan kumuh untuk Metropolitan Bimindo; (7)
Dukungan infrastruktur KEK Wisata Likupang dan kawsan Tomohon Tondano; (8)
Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan KPPN Boalemo; (9) Dukungan
infrastruktur terhadap pengembangan usulan Kawasan Pariwisata Teluk Tomini; (10)
Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan usulan KEK Gopandang.
 Sumber indikasi program Tahun 2020 dan PJP Tahun 2021-2023 yaitu Data program
stok TA 2019 dari hasil pra konreg 2018, residu program dalam development plan
2015-2019, usulan baru yang memenuhi seluruh kriteria, indikasi program hasil
dokumen perencanaan BPIW, residu dan stock program jangka pendek 2019-2021.
 Alternatif pembiayaan infrastruktur diharapkan tidak hanya bersumber dari
pemerintah (APBN dan APBD) tetapi juga berasal dari KPBU baik dari BUMN
maupun swasta.
 Sasaran pembangunan perkotaan tahun 2015-2045 yaitu Kota Berkelanjutan dan
Berdayasaing untuk Kesejahteraan Masyarakat. Oleh sebab itu, sasaran dalam
pembangunan yaitu menghasilkan kota layak yang aman dan nyaman, kota hijau yang
berketahanan iklim dan bencana serta kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis
teknologi;
 Tujuan utama dalam pembangunan perkotaan tahun 2015-2045 yaitu membangun
identitas perkotaan Indonesia berbasis karakter fisik, keunggulan ekonomi dan
budaya lokal serta membangun keterkaitan dan manfaat antar kota dan desa-kota
dalam sistem perkotaan nasional berbasis kewilayahan
 Berdasarkan arahan RPJMN prioritas pembangunan metropolitan RPJMN terdapat 7
Kawasan Metropolitan yaitu Mebidangro, Jabodetabek, Cekungan Bandung,
Kedungsepur, Sarbagita dan Gerbangkertasusila serta 6 Kawasan Metropolitan Baru
yaitu Palapa, Patungraya Agung, Banjarbakula, Sambotenggarong, Mataram Raya,
Bimindo.
 Metropolitan di Provinsi Sulawesi Utara adalah Kawasan Metropolitan Bimindo
(Bitung-Minahasa-Manado). Isu strategis Metropolitan Bimindo adalah perubahan
penggunaan lahan yang menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor,
bertambahnnya jumlah penduduk, lahirnya kawasan urban sprawl akibat dari
pertambahan penduduk. Adapun proyek strategis nasional di Metropolitan Bimindo
adalah pembangunan Bendungan Kuwil Kawangkoan, pembangunan Bendungan
Lolak, Tol Manado-Bitung (39 Km), dan jalan penghubung Gorontalo-Manado
(301,7Km). Skenario pengembangan Kawasan Metropolitan Bimindo selain konsep-
konsep diatas adalah Konsep Metropolitan Hijau yaitu konsep pengembangan
metropolitan konvensional denan menekankan pada pencadangan sumbr-sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, dan peningkatan mutu kehidupan secara
berkelanjutan dan berkeseimbangan dengan tetap mengembangkan intensifikasi
fungsi dan peran metropolitan secara efektif dan efisien namun tetap terkendali.
 Isu pengembangan wilayah, Kota Kendari berdasarkan RTRW Nasional bagian dari
perkotaan Manado-Bitung sebagai PKN dan KSN. Berdasarkan RTRW Provinsi
Sulawesi Utara merupakan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Manado-Bitung dan merupakan Kawasan Strategis Provinsi.
 Isu strategi Kota Baru Kendari yaitu masih terhambatnya jalan dari pusat kota menuju
bandara yang disebabkan oleh macet mengingat masih banyak nya titik kemacetan di
Kota Manado, tingginya kebutuhan pengembangan perumahan (housing backlog)
kota Manado sekitar 16.425 rumah, tumbuhnya perumahan tertata secara sporadic,
TPA Kota Manado sudah masuk ke tahap “collapse” karena sanitary landfill pernah
tertutup sampah.
 Arahan dan rekomendasi di Kota Baru Manado adalah diperlukan pembangunan jalan
Tol dari Pusat Kota menuju Bandara Sam Ratulangi, mengingat semakin
meningkatnya kemacetan dari arah kota ke Bandara, pembangunan Rusun bagi PNS
Pemerintah Daerah mengingat akan adanya isu wilayah Kota Baru Mapanget akan
dijadikan pusat pemerintahan baik Provinsi ataupun Kota, pembangunan sarana TPS
sehingga dapat mengurangi penumpukan sampah, arahan untuk Pemerintah Daerah
adalah perlunya koordinasi dan sinkronisasi mengenai pembebasan lahan,
aksesibilitas jalan daerah dan dokumen perencanaan serta kesiapan.
 Berdasarkan RTRWN, Kota Kotamobagu berfungsi sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW). Dalam Perpres 58/2017, Proyek Bendungan Lolak Kabupaten
Bolaang Mongondow, Jalan Tol Manado – Bitung 39 km, Pengembangan Pelabuhan
Hub International Bitung, di Provinsi Sulaewsi utara. Sedangkan dalam Perda No 8
Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kotamobagu 2014-2034,
bertujuan mewujudkan Kotamobagu menjadi Kota Model Jasa dengan
memaksimalkan fungsi kawasan sebagai pendorong pusat pertumbuhan ekonomi
sektor jasa dan perdagangan, sosial dan budaya kawasan sekitarnya dengan tetap
menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
 Isu strategis kawasan yaitu sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, Kota Kotamobagu
memiliki intensitas kegiatan yang tinggi, namun kapasitas infrastruktur tidak
seimbang dengan beban yang terjadi sehingga titik-titik kemacetan semakin
meningkat, masih terdapat lokasi genangan dan banjir seperti di kecamatan
Kotamobagu Barat dan Kotamobagu Timur di karenaksn topografi wilayah yang
relative datar, juga karena kurangnya kapasitas jaringan drainase kota, terdapat lokasi
Permukiman Kumuh yaitu pada Kecamatan Kotamobagu Barat dengan luas 198,98
ha atau 70,48% dari luas seluruh wilayah Kotamobagu, masih banyaknya kurangan
kebutuhan (backlog) perumahan pada Kota Kotamobagu, belum optimalnya Kota
Kotamobagu sebagai kawasan agropolitan.
 Arahan dan rekomendasi di Kota Kotamobagu adalah perlu peningkatan secara fisik
jalan kota, jalan provinsi dan jalan nasional untuk memenuhi laju pertumbuhan
ekonomi terhadap kebutuhan jalan, pembangunan infrastruktur pengendali banjir
kotamobagu secara administrasi yang topografi yang relatif datar dan mengantisipasi
akibat dari perkembangan perkotaan, peningkatan kualitas rumah swadaya, terutama
di kawasan kumuh, arahan untuk Pemerintah Daerah adalah perlunya koordinasi dan
sinkronisasi mengenai pembebasan lahan, aksesibilitas jalan daerah dan dokumen
perencanaan serta kesiapan.
 Isu pengembangan wilayah Kota Gorontalo adalah Diarahkan sebagai Kota
Agropolitan yang berfungsi sebagai PKN dgn orientasi produksi pertanian, pusat
pengolahan ikan tangkap, & wisata bahari yang memanfaatkan potensi Teluk Tomini,
terdapat KSN Gorontalo, Kota – Limboto dsk. Dengan daya tarik bentang alam,
wisata pantai/bahari, taman nasional laut, taman nasional, taman bertema, situs
sejarah/tempat ibadah, serta adat tradisi, berdasarkan RTRW Kota Gorontalo
diarahkan sebagai pusat pelayanan jasa dan pariwisata, serta proyek strategis nasional
yaitu Jalan Penghubung Gorontalo-Manado (301,7 Km) dan Bendungan
Bolangohulu.
 Arahan dan rekomendasi pengembangan Kota gorontalo adalah Diperlukan
pembangunan jalan yang menghubungkan Gorontalo – Manado, Diperlukan
pembangunan Jalan Lintas Timur (Pentadu – Bilato – Biluhu Barat – Gorontalo), dan
Diperlukan pembangunan Jalan Gorontalo Outer Ring Road (GORR) III sepanjang
14,62 km.
 Sesuai dengan sasaran pembangunan nawacita point 3 yaitu membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara
kesatuan memiliki tujuan yaitu Mewujudkan kemandirian masyarakat dan
menciptakan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial,
ekonomi dan ekologi serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi desa-kota.
Sasaran pengembangan yaitu penurunan desa tertinggal sampai 5000 desa dan
peningkatan desa mandiri sampai 2000 desa serta peningkatan keterkaitan
pembangunan kota desa dengan memperkuat 40 pusat-pusat pertumbuhan baru
menuju kota kecil atau kota baru.
 Berdasarkan arahan RPJMN prioritas pengembangan kawasan perdesaan diarahkan
ke dalam empat puluh pusat pertumbuhan yang tersebar di enam puluh kabupaten,
yang selanjutnya disebut Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Lokasi
KPPN dalam RPJMN 2015-2019 bukan merupakan lokasi-lokasi baru tapi
merupakan lokasi kawasan agropolitan, minapolitan, kawasan transmigrasi (KTM),
dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang telah dan tengah ditangani
lintas Kementerian.
 Lokasi KPPN di Provinsi Gorontalo yang disusun masterplannya oleh BPIW adalah
KPPN Boalemo. Berdasarkan isu pengembangan wilayah, KPPN Boalemo termasuk
ke dalam pengembangan pusat pertumbuhan baru Kwandang di provinsi Gorontalo
yang diarahkan berfungsi sebagai Kawasan Sentra Pertanian Jagung dan Padi. Dalam
RTRW Kabupaten Boalemo, KPPN Wonosari merupakan Kawasan Strategis
Kabupaten dari sudut kepentingan daerah cepat tumbuh pada sektor pertanian.
KPPN Wonosari merupakan bagian dari pengembangan Transmigrasi Nasional yaitu
dengan adanya KTM (Kota Terpadu Mandiri) Pawonsari.
 Potensi dari KPPN Boalemo adalah jagung dan padi. Produksi jagung telah
memenuhi permintaan dalam skala internasional dengan kota outlet Gorontalo, Bali,
Filipina. Sedangakn produksi padi telah memenuhi permintaan skala nasional dengan
kota outlet Gorontalo, Palu dan Manado.
 Pembahasan Desk Hari 3
Pembahasan desk hari ketiga meliputi Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Adapun
KPPN yang disusun oleh BPIW berada di Provinsi Gorontalo yaitu KPPN Boalemo.
Hasil sandingan matriks program KPPN Boalemo (terlampir).
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Updating
Data dan

Updating
Data dan

Anda mungkin juga menyukai