RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru - Jakarta Selatan (021) 739-5588 Fax (021) 739-5588
NOTULENSI
Kepada Yth. : Bapak Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan Perdesaan
Dari : Staff Bidang Pengembangan Infrastruktur Kota Kecil dan Kawasan Perdesaan
Perihal : Laporan Hasil Rapat Koordinasi Sinkronisasi Program Pembiayaan Pembangunan
Tahun 2020 dan Pembangunan Jangka Pendek Tahun 2021-2023 Keterpaduan
Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR
Tanggal : 3-5 September 2018
b. Acara hari kedua terdiri dari dua sesi yaitu sesi pleno dan sesi desk dari Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesui Tenggara. Sesi pleno diawali dengan Paparan Kepala Pusat
Pemrograman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur Ir. Iwan Nurwanto, M. Soc, Sci,
dilanjutkan Paparan Kepala Pusat Kawasan Perkotaan BPIW Kementerian PUPR, Kepala
Bappeda Sulawesi Selatan dan Paparan Kepala Bappeda Sulawesi Tenggara serta Paparan
Perwakilan Virtue Dragon Industrial Park. Adapun rincian pembahasan adalah sebagai
berikut :
Paparan Kebijakan Nasional dan Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah
oleh Ir. Iwan Nurwanto, M.Soc, Sci selaku Kepala Pusat Pemrograman dan
Evaluasi Keterpaudan Infrastruktur
Isu Strategi dan Arahan Pengembangan Pulau Sulawesi yaitu pengembangan
ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
konservasi laut, pengembangan lumbung pangan padi nasional di Pulau Sulawesi,
pengembangan industri hilir (pertambangan mineral, aspla, panas bumi serta minyak
dan gas bumi), pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari,
ekowisata, dan pengoptimalan upaya menuju jalan sesuai standar nasional dan standar
keselamatan. Sedangkan isu lingkungan RPPLH yaitu penyimpanan air, penyediaan
sumber daya genetik, penyedia pangan, pengatur tata air.
Kondisi Infrastruktur Cipta Karya di Pulau Sulawesi per tahun 2016 yaitu (a) Akses
Air minum layak paling tinggi adalah Sulawesi Tenggara, Akses sanitasi layak paling
tinggi adalah Sulawesi Selatan, Pencapaian penanganan kumuh perkotaan paling
tinggi adalah Sulawesi Barat.
Adapun isu strategis infrastruktur Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
adalah (1) Dukungan infrastruktur untuk mendkung pengembangan KSPN Toraja; (2)
Dukungan infrastruktur pengembangan KPPN Luwu Timur, KPPN Pinrang, dan
KPPN Sidenreng Rappang; (3) Dukungan infrastruktur mendukung metropolitan
Maminasata dan multimoda transportasi alternatif di Maminasata (4) Dukungan
infrastruktur pengembangan kota baru Makassar (5) Dukungan infrastruktur terhadap
pengembangan KI Konawe; (6) Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan PPS
Kendari; (7) Penanganan kawasan kumuh di sepanjang Kawasan Teluk Kendari dan
Kawasan Wakatobi; (8) Dukungan infrastruktur terhadap pengembangan KPPN
Konawe Selatan dan KPPN Muna Barat.
Sumber indikasi program Tahun 2020 dan PJP Tahun 2021-2023 yaitu Data program
stok TA 2019 dari hasil pra konreg 2018, residu program dalam development plan
2015-2019, usulan baru yang memenuhi seluruh kriteria, indikasi program hasil
dokumen perencanaan BPIW, residu dan stock program jangka pendek 2019-2021.
Alternatif pembiayaan infrastruktur diharapkan tidak hanya bersumber dari
pemerintah (APBN dan APBD) tetapi juga berasal dari KPBU baik dari BUMN
maupun swasta.
Paparan Kebijakan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan di Provinsi
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara oleh Ir. Agusta Ersada Sinulingga, MT
selaku Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan
Sasaran pembangunan perkotaan tahun 2015-2045 yaitu Kota Berkelanjutan dan
Berdayasaing untuk Kesejahteraan Masyarakat. Oleh sebab itu, sasaran dalam
pembangunan yaitu menghasilkan kota layak yang aman dan nyaman, kota hijau yang
berketahanan iklim dan bencana serta kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis
teknologi;
Tujuan utama dalam pembangunan perkotaan tahun 2015-2045 yaitu membangun
identitas perkotaan Indonesia berbasis karakter fisik, keunggulan ekonomi dan
budaya lokal serta membangun keterkaitan dan manfaat antar kota dan desa-kota
dalam sistem perkotaan nasional berbasis kewilayahan
Berdasarkan arahan RPJMN prioritas pembangunan metropolitan RPJMN terdapat 7
Kawasan Metropolitan yaitu Mebidangro, Jabodetabek, Cekungan Bandung,
Kedungsepur, Sarbagita dan Gerbangkertasusila serta 6 Kawasan Metropolitan Baru
yaitu Palapa, Patungraya Agung, Banjarbakula, Sambotenggarong, Mataram Raya,
Bimindo.
Metropolitan di Provinsi Selatan yaitu Maminasata. Isu strategis di Kawasan
Metropolitan Maminasata adalah backlog perumahan, permukiman kawasan kumuh,
urban sprawl. Konsep pengembangan kawasan metropolitan Mamminasata yaitu
sebagai pusat pertumbuhan kawasan timur Indonesia melalui penataan kota inti dan
mendorong pembangunan kota sekitarnya menjadi penggerak ekonomi biru ditunjang
konektivitas antar kawasan. Konsep struktur kipas, pengembangan jalan lingkar dan
penentuan sistem kota satelit adalah strategi untuk mengurangi kepadatan pusat kota
lama dan antisipasi pertambahan penduduk.
Sedangkan pembangunan kota baru menurut RPJMN berjumlah 11 kota yaitu
Pontianak, Padang, Palembang, Banjarbaru, Maja, Tanjung Selor, Manado, Makassar,
Sofifi, Jayapura, dan Sorong. Untuk kota sedang berjumlah 21 kota otonom yaitu
Banda Aceh, Tebing Tinggi, Dumai, Bukittinggi. Lubuklinggau, Prabumulih,
Singkawang, Bontang, Palangkaraya, Palopo, Pare-pare, Bau-bau, Tarakan,
Gorontalo, Kotamobagi, Kendari, Ambon, Kupang, Ternate, Sorong dan Jayapura.
Kota Baru di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Kota Makasar, Kota Pare-pare, Kota
Palopo, Kota Bau-bau dan Kota Kendari.
Kota Makassar terletak di geografis yang sangat strategis sehingga menjadi pusat
pertemuan / titik simpul seluruh moda transportasi di Indonesia Timur dan sebagai
konsekuensinya, kapasitas infrastruktur yang ada menjadi tidak sebanding dengan
beban yang terjadi sehingga saat ini sudah terasa bertambahnya titik-titik kemacetan,
selain itu jumlah jalan dengan kondisi rusak pun semakin bertambah. Banyaknya
bencana banjir kiriman, hujan lokal, dan kenaikan muka air laut menyebabkan
pengendalian banjir dan antisipasi pasang laut/rob dan genangan menjadi isu yang
harus diprioritaskan penanganannya Penduduk commuter menjadi fenomena yang
terjadi di Kota Makassar. Yang kemudian menjadi persoalan adalah penduduk
commuter yang bekerja di sektor informal atau mereka yang termasuk dalam
golongan penyandang masalah sosial.
Kota Pare Pare Berdasarkan Perda No. 10 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Pare-
pare, kawasan strategis sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi Kawasan
Perdagangan dan Jasa Lakessi dan sekitarnya; Kawasan Industri dan Pergudangan
Lapadde Kecamatan Ujung – Bukit Harapan Kecamatan Soreang; Kawasan
Pengembangan Pertanian/Agribisnis; Kawasan peternakan di Kecamatan Bacukiki
dan Kecamatan Ujung; Kawasan perikanan di Kecamatan Soreang, Bacukiki Barat
dan Kecamatan Bacukiki; Kawasan Pelabuhan (Nusantara, Cappa Ujung, dan
Pertamina); dan Kawasan Pengembangan PKL (Mattirotasi Baru, Senggol dan
Cempae);
KAPET Parepare ditetapkan melalui KEPPRES No. 164 Tahun 1998 dengan luas
wilayah 6.905,081 Km2. Cakupan wilayah KAPET Parepare meliputi Kota Parepare,
Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang,
dan Kabupaten Barru. KAPET Parepare diharapkan berfungsi sebagai pusat produksi
dan industri pengolahan, sehingga kota Parepare sebagai pusat jasa dan perdagangan
untuk mendorong kegiatan ekonomi dan agroindustri di wilayah belakangnya
(hinterland)
Kota Palopo, Sejak tahun 2002 sesuai dengan UU No 12 Tahun 2002 Kota Palopo
berstatus sebagai daerah otonom. Potensi ekonomi Kota Palopo digerakkan melalui
sektor pertanian, perdagangan dan industri, serta jasa. Sektor pertanian meliputi
beberapa sub sektor andalan, mencakup beberapa diantaranya pertanian tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan.
Kondisi existing saluran drainase yang ada di kota Palopo secara umum masih berupa
saluran terbuka dan belum tertata dalam suatu sistem dengan pola sistem jaringan
drainase yang baik dimana saluran drainase yang terbangun nampaknya belum
memenuhi standar perencanaan yang baik. Keterbatasan air baku yang diakibatkan
oleh pembangunan dan perubahan tata guna lahan di DAS. Masih belum optimalnya
pembangunan lokasi TPA yang telah ada yaitu di Kecamatan Mancani
Arahan dan rekomendasi adalah optimalisasi perbaikan pembangunan lokasi TPA,
pembangunan IPA untuk memenuhi kebutuhan sarana air bersih untuk masyarakat
Kota Palopo, serta arahan untuk pemerintah daerah adalah perlunya dan sinkronisasi
mengenai pembebasan lahan, aksesbilitas jalan daerah dan dokumen perencanaan
serta kesiapan.
Kota Bau-Bau Diarahkan sebagai salah satu lokasi prioritas kota sedang yang
berfokus pada upaya pemerataan wilayah di Sulawesi dengan fokus pengembangan
sebagai kota yang berorientasi pada aktivitas pariwisata bahari-ekowisata yang
memanfaatkan kawasan Taman Laut Nasional Wakatobi yang memiliki nilai global
heritage di bidang keanekaragaman flora dan fauna laut dan pengolahan ikan tangkap.
(RPJMN 2015-2019)
Kota Kendari Memiliki fungsi sebagai PKN dan ibukota provinsi Sulawesi Tenggara
(PP 26/2008 RTRWN). Merupakan pintu gerbang Provinsi Sulawesi Tenggara yang
ditunjang infrastruktur perhubungan Bandara Pengumpul Tersier Haluoleo
(Permenhub 69/2013 Tatanan Kebandarudaraan Nasional). Rencana pengembangan
Pelabuhan Kendari sebagai feeder bagi pelabuhan hub dalam rencana tol laut (jalur
distribusi logistic) yang melibatkan 24 pelabuhan di Indonesia.
Sesuai dengan sasaran pembangunan nawacita point 3 yaitu membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara
kesatuan memiliki tujuan yaitu Mewujudkan kemandirian masyarakat dan
menciptakan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial,
ekonomi dan ekologi serta penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi desa-kota.
Sasaran pengembangan yaitu penurunan desa tertinggal sampai 5000 desa dan
peningkatan desa mandiri sampai 2000 desa serta peningkatan keterkaitan
pembangunan kota desa dengan memperkuat 40 pusat-pusat pertumbuhan baru
menuju kota kecil atau kota baru.
Berdasarkan arahan RPJMN prioritas pengembangan kawasan perdesaan diarahkan
ke dalam empat puluh pusat pertumbuhan yang tersebar di enam puluh kabupaten,
yang selanjutnya disebut Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN). Lokasi
KPPN dalam RPJMN 2015-2019 bukan merupakan lokasi-lokasi baru tapi
merupakan lokasi kawasan agropolitan, minapolitan, kawasan transmigrasi (KTM),
dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang telah dan tengah ditangani
lintas Kementerian.
Lokasi KPPN di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu KPPN Morowali yang disusun
masterplan oleh BPIW. Adapun potensi dari KPPN Morowali adalah perikanan
tangkap. Lokasi KPPN di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu KPPN Sidenreng Rappang,
dan KPPN Luwu Timur yang disusun masterplan oleh BPIW.
Dalam RTR Pulau Sulawesi (Perpres No. 88 Tahun 2011) KPPN Kab. Sidenreng
Rappang merupakan bagian dari Kawasan Andalan Nasional Pare-pare dan
Sekitarnya sebagai Lumbung Padi Nasional, dengan sektor unggulan berupa
pertanian. Potensi KPPN Sidenreng Rappang adalah pertanian padi dan peternakan
ayam petelur.
Dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan KPPN Luwu Timur merupakan Kawasan
Strategis provinsi (KSP) dan termasuk ke dalam pengembangan sistem
pengembangan jaringan transportasi udara bukan pusat penyebaran yaitu Sorowako
dan Malili. Potensi KPPN Kab. Luwu Timur adalah lada dan pertanian padi organik.
Sedangkan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 2 lokasi KPPN yaitu KPPN
Kab. Konawe Selatan dan KPPN Kab. Muna Barat;
Kab. Konawe Selatan merupakan bagian dari WPS 27 yaitu Pusat Pertumbuhan
Baru Mamuju-MakalePalopo-Kendari-Bau Bau-Wangi Wangi. Dalam RTRW
Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Konawe Selatan merupakan Kawasan
Strategis PKIP Kabaena-Torobulu-Wawonii (KARONI). Potensi dari KPPN Kab.
Konawe Selatan adalah Perkebunan Kelapa, pertanian padi dan perikanan.
KPPN Kab. Muna Barat dalam RTRW Kab. Muna Barat disebutkan bahwa PPL
berada di Desa Pajala. Kec, Tiworo Selatan masuk kedalam KSK sebagai KTM dan
Kawasan Agropolitan. Potensi dari KPPN Kab. Muna Barat adalah perikanan
budidaya serta pertanian padi.
Paparan Kebijakan Pengembangan Wilayah dan Dukungan Pembangunan
Infrastruktur PUPR di Sulawesi Selatan oleh Perwakilan Bappeda Provinsi
Sulawesi Selatan
Ekonomi Sulawesi Selatan masih bertumpu pada sektor pertanian tetapi pertumbuhan
didorong oelh hampir seluruh lapangan usuhan khususnya non tambang.
Pertumbuhan sektor pertanian melambat.
Keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi sulsel sedikit melambat disebabkan
import content yang tinggi dalam menyelesaikan proyek infrastrukturnya.
Pertanian mengalami perlambatan disebabkan faktor cuaca yang kurang kondusif
sehingga menyebabkan banjir di wilayah sentra produksi utama (Bone, Sopeng,
Wajo).
Konstruksi menjadi salam satu penopang pertumbuhan sejalan dengan masih
berlanjutnya reformasi struktural melalui pembangunan bendungan dan PLTB.
Adapun fokus pengembangan pada tahun 2019 hingga tahun 2024 adalah (1)
pencapaian SPM, target 100-0-100 dab target SDGs; (2) Prioritas pembangunan jalan;
(3) integrasi infrastruktur untuk Pelabuhan dan Bandara pada pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi; (4) integrasi infrastruktur untuk pelabuhan dan Bandara pada
area Destinasi Wisata; (5) Infrastruktur Sumber Daya Air meliputi waduk, irigasi,
pengolahan air bersih; (6) Penyediaan air minum di pulau-pulau; (7) pengelolaan
persampahan; (8) penanganan Rumah Tidak Layak Huni.
Kebutuhan prioritas infrastruktur yaitu Penanganan Jalan Nasional saat ini kondisi
mantap 90,49%, penanganan jalan provinsi, saat ini kondisi baik sebesar 37,07%
terkhusus penghubung pada kawasan strategis dan kawasan pariwisata, penanganan
jalan kabupaten terkhusus pada area pusat pusat ekonomi, kawasan wisata, serta
pembangunan akses untuk kawasan terpencil, penyelesaian Bypass Maminasata,
middle Ring road, serta pembangunan jalan tol, penyelesaian Poros Makassar-Bone
serta Poros Makassar-Toraja, serta integrasi jalan penghubung pada pelabuhan
(Makassar new Port serta pelabuhan strategis lainnya)serta penguhubung bandara
yang dibangu. Selin itu, tingkat kebutuhan hunian mencapai 134.953 unit.
Kebutuhan prioritas infrastruktur di Provinsi Sulawesi Selatan adalah SPAM
Regional Mamminasata, pengembangan SPAM Regional Ajatappareng, TPA Reional
Mamminasata, pengembangan TPA Regional Toraja, peningkatan kualitas pada TPA,
pembangunan TPS3R serta pengangkutan sampah di kabupaten/kota, pembangunan
prasarana air minum perdesaan dan pulau-pulau kecil, peningkatan kuantitas dan
kualitas air minum perkotaan, pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan air
limbah domestik, penanganan RTLH dan pembangunan rumah MBR serta
penanganan kawasan kumuh.
Adapun kebutuhan prioritas untuk mendukung ketahanan pangan di Provinsi
Sulawesi Selatan adalah penbangunan transmisi air baku khususnya di Kawasan
Mamminasata, pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi untuk menunjang
pertanian, perkebunan dan perikanan, pengelolaan sungai, danau dan kanal serta
pengamanan kawasan sungai dan sempadan sungai untuk pengendalian banjir dan
pengaman sungai serta pantai khususnya pada kawasan permukiman dan kawasan
wisata.
Paparan dari Virtue Dragon Industrial Park yang berada di Kabupaten Konawesi,
Provinsi Sulawesi Tenggara
PT Virtue Dragon Nickel Industrial Park terletak di Kabupaten Konawe di Provinsi
Sulawesi Tenggara. Adapun jarak dari Kendari – Morosi kurang lebih adalah 35 km
(1 jam perjalanan). Sedangkan jarak dari smelter area ke jetty yaitu 11 km (30 menit
perjalanan).
PT Virtue Dragon Nickel Industrial Park mengelola kawasan industrial seluas 2200
hektar dari 5500 hektar yang ditetapkan pemerintah dimana 3300 ha diantaranya akan
dikelola oleh Perusahaan Konawesi.
Adapun CSR yang dilakukan perusahaan adalah rehabilitasi sekolahan, pembangunan
jalan, bekerjasama dengan Universitas Haluoleo untuk merencanaan dan membuat
program CSR yang lebih terstruktur, lebih bermanfaat dan tepat sasaran.
Pembahasan Desk Hari 2
Pembahasan desk hari pertama meliputi Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara. Adaun KPPN yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan hasil
masterplan yang disusun BPIW adalah KPPN Sidenreng Rappang dan KPPN Luwu
Timur, sedangkan untuk yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggaran berdasarkan hasil
masterplan yang disusun BPIW adalah KPPN Konawe Selatan dan KPPN Muna Barat.
Hasil sandingan matriks program KPPN (terlampir).
c. Acara hari ketiga terdiri dari dua sesi yaitu sesi pleno dan sesi desk dari Provinsi Sulawesi
Utara dan Provinsi Gorontalo. Sesi pleno diawali Paparan Kepala Pusat Kawasan Perkotaan
BPIW Kementerian PUPR, Perwakilan Bappeda Sulawesi Utara dan Paparan Perwakilan
Bappeda Gorontalo. Adapun rincian pembahasan adalah sebagai berikut :
Updating
Data dan
Updating
Data dan