ARTAMA INTERKONSULTINDO
Tingkat keparahan banjir di ibukota telah menjadi isu nasional yang mengakibatkan
dampak dan kerugian finansial yang besar pada masyarakat di wilayah Jakarta. Untuk
mengatasi tenggelamnya Jakarta, Pemerintah Pusat dan Pemda DKI telah
menyelesaikan Master plan NCICD pada bulan November 2014. Strategi NCICD terdiri
dari beberapa alternatif penanganan termasuk memperkuat dan meninggikan tembok
laut yang ada dan untuk jangka panjang dengan menciptakan tanggul di laut yang
berbentuk Garuda.
Merupakan hal yang penting untuk menyepakati dan konsisten dalam perencanaan dan
pelaksanaan hulu-hilir untuk pengelolaan banjir di wilayah Jakarta. Perencanaan hulu-
hilir harus didasarkan pada visi jangka panjang dan strategi praktis yang didukung oleh
Pemerintah Pusat dan Pemda DKI.
Master plan NCICD, melalui pengembangan wilayah pesisir memberikan solusi untuk
perlindungan jangka panjang wilayah Jakarta dalam menghadapi banjir dari laut.
Pengembangan wilayah pesisir ini menciptakan lahan baru bagi Ibukota Negara, dengan
memperluas daratan ke arah laut. Lokasi rencana pengembangan (Gambar 1.) pada
dasarnya difokuskan pada sepanjang garis pantai saat ini (A) sampai ke Teluk Jakarta
(B dan C).
Gambar 5.1 Lokasi perencanaan NCICD dari garis pantai saat ini (A) sampai Teluk
Jakarta (B dan C).
Master plan NCICD memberikan solusi penanganan banjir dari laut. Sedangkan banjir
perkotaan akibat hujan di kota dan/atau banjir dari daerah hulu sungai di luar lingkup
NCICD. Penanganan kedua banjir ini masih diperlukan dan NCICD mengasumsikan
bahwa perencanaan dan pelaksanaan pengendalian banjir yang ada di hulu dan hilir
daerah aliran sungai (DAS) telah selaras. Daerah ‘Hulu-Hilir' DKI Jakarta mencakup
seluruh daerah dari garis pantai saat ini (A) sampai ke hulu DAS. Daerah perencanaan
utama meliputi DKI sampai ke hulu DAS, tetapi perencanaan dan pelaksanaan strategi
‘Hulu-Hilir’ perlu diselaraskan dengan Sungai Cisadane dan Sungai Bekasi yang
mencakup interkoneksi antar-basin. Dengan demikian daerah perencanaannya meliputi
hampir seluruh wilayah pengelolaan Wilayah Sungai Ciliwung- Cisadane (WS Cil-Cis).
Untuk pengendalian banjir di daerah hilir, Pemda DKI sudah mulai dengan persiapan
dan implementasi system pemompaan/polder skala besar dikombinasikan dengan
pelaksanaan NCICD Fase A.
Krukut dan desain Banjir Kanal Timur disertai polder dan sistem drainase di hilir
(Gambar 4). NEDECO 1973 dilanjutkan oleh JICA 1991, 1997, WJEMP 2002; JFM
2007-2009, JCDS 2012, JFMO 2014 dan NCICD 2014. Sedangkan Strategi
Penanganan Banjir‘Hulu-Hilir’ menjadi rencana berikutnya.
NEDECO 1973 sudah mengidentifikasi perlunya polder besar untuk melindungi dan
mengalirkan air banjir di dataran rendah, di daerah utara (yang terjadi penurunan secara
perlahan). Strategi pengendalian banjir mempunyai 3 prinsip:
1) mengalihkan aliran sungai dari hulu melalui saluran banjir (menghindari air banjir
mengalir melalui daerah padat penduduk),
3) mengalirkan sisa air yang tidak melalui polder ke laut melalui saluran gravitasi.
Gambar 5.2 Drainase utama Jakarta dalam Master Plan 1973 (NEDECO, 1973)
Dorongan akhir untuk dimulainya pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) dilakukan
melalui Jakarta Flood Management Project (JFM 2007-2009). Pada saat yang sama
diakui pula bahwa dengan selesainya BKT, strategi pengelolaan banjir dapat
Untuk muara saluran dari sistem drainase perkotaan di sepanjang pantai utara Jakarta
yang akan ditutup dengan pintu dan pompa, maka skema pompa/polder harus
diselaraskan dengan peninggian tanggul pantai saat ini (NCICD, Fase A). Sedangkan
untuk muara saluran yang tidak ditutup seperti Cengkareng Drain, BKB, Cakung Drain
dan BKT peninggian tanggul sungainya juga perlu diselaraskan dengan peninggian
tanggul pantai saat ini (NCICD, Fase A).
rencana manajemen banjir. Rancana Induk ini ditujukan untuk menjadi katalisator untuk
pengembangan wilayah pesisir. Kebutuhan mendesak akan tanggul laut untuk
perlindungan banjir menjadi tumpuan untuk rencana terpadu itu.
Melaksanakan solusi yang berkelanjutan akan membutuhkan waktu yang jauh lebih
lama daripada waktu yang tersedia. Oleh sebab itu tanggul laut dan sungai saat ini
haruslah diperkuat dan dipertinggi sedikitnya 1,5 meter guna memberi kelongaran
waktu. Karena penurunan muka tanah secara perlahan menurunkan permukaan
tanggul, upaya ini akan menyediakan perlindungan terhadap banjir hingga tahun 2022,
yang memberi kesempatan untuk mengembangkan solusi-solusi yang tangguh.
Tindakan paling mendesak di dekat Pluit, Pantai Mutiara dan di sepanjang Ancol. Pada
ketiga tempat ini tingkat pertahanan sudah sedemikian rendahnya sehingga pelimpasan
mungkin saja terjadi pada kondisi normal tahunan.
Mengingat keadaan seperti ini, perancangan awal telah dibuat (seperti pada Gambar
5.3). Untuk keperluan ini, Jakarta bagian utara dan sekitarnya telah dibagi ke dalam
sistem yang terdiri atas 7 lingkaran tanggul yang melindungi daerah-daerah yang berada
di dalamnya dari genangan. Untuk 5 sungai dan kanal, DPU telah menyiapkan
pembangunan stasion pompa baru yang akan menyekat kelima sungai ini dari Teluk
Jakarta: air tidak akan mengalir lagi secara alami tetapi akan dipompakan ke teluk ini.
Menyekat sungai-sungai ini akan sangat mengurangi panjang penanggulan sungai yang
harus diperkuat. Mengingat penanggulan ini terletak di daerah perkotaan yang padat,
pengurangan panjang ini juga akan mengurangi jumlah orang yang perlu direlokasi.
Karenanya, upaya ini juga disarankan untuk Kali Grogol, Kanal Ancol, dan Kali Sunter.
Pelaksanaan penguatan tanggulsudah dimulaisejak tahun 2014. Di banyak tempat,
ruang yang tersedia untuk peningkatan tanggul ini sangat terbatas. Oleh sebab itu
perencangan telah dibuat yang dipadukan dalam lingkungan perkotaan yang padat
penduduk. Jika memungkinkan, fungsinya akan digabungkan dengan atau pada
tanggul- tanggul ini.
Mengingat keadaan seperti ini, perancangan awal telah dibuat (seperti pada Gambar
5.3). Untuk keperluan ini, Jakarta bagian utara dan sekitarnya telah dibagi ke dalam
sistem yang terdiri atas 7 lingkaran tanggul yang melindungi daerah-daerah yang berada
di dalamnya dari genangan. Untuk 5 sungai dan kanal, DPU telah menyiapkan
pembangunan stasion pompa baru yang akan menyekat kelima sungai ini dari Teluk
Jakarta: air tidak akan mengalir lagi secara alami tetapi akan dipompakan ke teluk ini.
Menyekat sungai-sungai ini akan sangat mengurangi panjang penanggulan sungai yang
harus diperkuat. Mengingat penanggulan ini terletak di daerah perkotaan yang padat,
pengurangan panjang ini juga akan mengurangi jumlah orang yang perlu direlokasi.
Karenanya, upaya ini juga disarankan untuk Kali Grogol, Kanal Ancol, dan Kali Sunter.
Pelaksanaan penguatan tanggul sudah dimulai sejak tahun 2014. Di banyak tempat,
ruang yang tersedia untuk peningkatan tanggul ini sangat terbatas. Oleh sebab itu
perencangan telah dibuat yang dipadukan dalam lingkungan perkotaan yang padat
penduduk. Jika memungkinkan, fungsinya akan digabungkan dengan atau pada
tanggul-tanggul ini.
Solusi lepas-pantai ini terdiri atas tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta, yang
menciptakan danau pemompaan yang sangat luas (waduk raksasa) yang terletak di
lepas pantai. Dengan menggabungkan tanggul laut dengan reklamasi lahan, pertahanan
laut yang tangguh dan tidak bisa bobol dapat dibuat. Danau penahan yang ada di
belakang tanggul ini akan memiliki muka air yang lebih rendah yang akan
mempermudah aliran alami sungai-sungai yang membelah Jakarta. Instalasi
pemompaan akan mempertahankan muka air di danau retensi ini cukup rendah. Akan
tetapi, alternatif ini menimbulkan tantangan baru. Untuk mewujudkan mutu air yang
diizinkan di dalam waduk raksasa ini, polusi pada sungai harus dikurangi kira-kira
sebesar 75 %. Pembuatan pengumpul air selokan dan sistem pengolahannya di wilayah
pesisir Jakarta harus lebih dipercepat. Waduk raksasa ini akan memperkecil keperluan
pembangunan waduk di dalam kota. Pilihan ini akan memberikan perlindungan yang
kokoh hingga tahun 2080, yang memberikan waktu untuk mengurangi penurunan muka
tanah. Di samping itu, solusi ini memberikan kesempatan pengembangan sosioekonomi
yang sejalan dengan MP3EI karena tanggul ini dapat digabungkan dengan
pengembangan perkotaan. Tanggul dan reklamasi ini memungkinkan terbangunnya
jalan lingkar kedua dan ketiga di Jakarta. Waduk raksasanya memberikan sumber air
baku tambahan dan terbukanya kesempatan untuk perluasan pelabuhan. Solusi ini
membutuhkan investasi besar, tetapi dapat dibiayai melalui penggabungannya dengan
pengembangan kota berbatasperairan. Kota berbatas-perairan ini akan menjadi daratan
berbatas-perairan yang menawan yang pantas dimiliki Jakarta.
Pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa disebut
dengan pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
pada hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Instrument untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Dalam AMDAL terdapat istilah penapisan yaitu proses tahapan awal yang digunakan
untuk menentukan suatu proyek memerlukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
atau tidak. Penapisan untuk menentukan suatu proyek pembangunan yang
memerlukan AMDAL dilakukan penapisan secara nasional. Hasil penapisan nasional
tercermin pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 dan
lampirannya yang menetapkan suatu jenis usaha usaha yang wajib dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Jenis kegiatan yang tidak muncul
dalam daftar, tidak wajib AMDAL, tetapi harus menyusun UKL dan UPL.
Penyusunan
Penilaian dilakukan Rencana Pengelolaan
Melaksanakan
Pembangunan
oleh Komisi AMDAL Lingkungan (RKL)
Melaksanakan
pembangunan
Setiap rencana kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap
lingkungan wajib dibuatkan AMDAL apabila kegiatan tersebut berupa :
Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam.
Eksploitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui.
b. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan.
Penyusunan dokumen
Kerangka Acuan
Pengumpulan data sekunder dan informasi awal tentang :
a. Rencana kegiatan
b. Kondisi lingkungan hidup di lokasi dan wilayah sekitarnya
c. Pelingkupan untuk mendapatkan isu utama, key issues, dampak
besar dan penting.
d. Rencana studi, analisis data, metoda prakiraan dan evaluasi
dampak besar dan penting.
Keempat dokumen tersebut saling berkaitan satu sama lain dan erat kaitannya dengan
tahapan/proses perencanan dan pelaksanaan dari suatu kegiatan pembangunan serta
diperlukan dalam mengurus perizinan suatu usaha/kegiatan yang direncanakan.
Rencana kegiatan sangatlah beraneka ragam menurut bentuk, ukuran, tujuan serta
menurut letak geografis, keanekaan faktor lingkungan, faktor manusia, dll.
Kemungkinan timbulnya dampak lingkungan pun akan berbeda-beda pula.
KA diperlukan untuk memberikan arahan tentang komponen kegiatan yang
manakah yang harus ditelaah dan komponen lingkungan manakah yang perlu
diamati selama penyusunan ANDAL.
(45 hr)
Surat Keputusan
Gambar 5.6 Skema Tata Laksana dan Batasan Waktu dalam Evaluasi AMDAL (PP No 27 tahun 1999)
3. Efisiensi
Pengumpulan data dan informasi untuk kepentingan ANDAL perlu dibatasi pada
faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kebutuhan. Dengan demikian maka
ANDAL dapat dilaksanakan dengan efisien.
Pemakai hasil ANDAL adalah para pengambil keputusan, perencana dan pengelola
lingkungan dalam usahanya untuk melengkapi pengelolaan rencana kegiatan
tersebut. Studi KA harus lebih ditekankan pada pendugaan dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan tersebut terhadap lingkungan dan usaha penanganannya
ditinjau dari segi teknologi, ekonomi dan lingkungan secara komprehensif.
6. Kualitas udara,
7. Daya dukung lingkungan,
8. Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan.
b. Komponen lingkungan yang berubah secara mendasar oleh kegiatan baik yang
tercantum maupun tidak dalam sasaran kegiatan, yaitu :
1. Taraf hidup masyarakat,
2. Lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat,
3. Pemanfaatan sumberdaya alam antara lain kepemilikan dan penguasaan
lahan,
4. Modal pembangunan,
5. Kualitas manusia,
6. Kelembagaan dan citra masa depan kehidupan manusia dan lingkungan,
7. Kesehatan masyarakat.
Istilah pelingkupan berasal dari terjemahan aslinya yaitu scoping, yang berarti
pemusatan pandangan atau pelingkupan (Suratno, 1990).
Dalam proses pelingkupan tersebut, harus dijelaskan juga dasar penentuan dampak
penting hipotetik, batas wilayah studi dan batas waktu kajian. Dampak-dampak
potensial yang tidak dikaji lebih lanjut, juga harus dijelaskan alasan-alasannya
dengan dasar argumentasi yang kuat mengapa dampak potensial tersebut tidak
dikaji lebih lanjut.
Deskripsi Rencana
Kegiatan
Dampak Dampak Potensial Prioritas Dampak
Potensial Hipotetik Potensial Hipotetik
Rona Lingkungan
Hidup
Bagan alir pelingkupan secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut :
H) Pelingkupan
1. Ruang Lingkup Studi (Langkah I)
2. Isu – isu Pokok / Penting (Langkah II)
3. Batas Wilayah Studi (Langkah III)
4. Jenis Data, Informasi yang Perlu Dikumpulkan I) Draft KA – ANDAL
(terfokus dan yang penting) (Langkah III)
5. Pakar Penyusunan yang Dibutuhkan (Langkah III)
6. Metodologi AMDAL J) Evaluasi : Sidang Komisi
7. Batas Waktu Studi dan Jadwal Studi Penilai AMDAL
8. Biaya yang Diperlukan
K) Dokumen KA – ANDAL
A) Tim Penyusun
Tim penyusun AMDAL, pada saat melakukan pelingkupan hanya merupakan tim
kecil (tim inti), yang diketuai oleh seorang yang telah memiliki kualifikasi dan
memiliki Sertifikat Penyusun Dokumen AMDAL (AMDAL Tipe B). Selanjutnya
adalah menyusun draft KA – ANDAL yang sudah dilengkapi dengan Tim
Penyusun AMDAL yang sesungguhnya, sesuai dengan kebutuhan dan
karakterisitik jenis dan dimensi kegiatan/proyek yang direncanakan, serta luas
wilayah kegiatan. Dalam pelaksanaan pelingkupan hanya dilakukan oleh tim
kecil/inti, ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas kerja agar lebih hemat tenaga
dan waktu.
B) Deskripsi Kegiatan/Proyek
1. Fase pra konstruksi yaitu fase dimana kegiatan fisik belum dilakukan.
Kegiatan non fisik yang ada adalah pengukuran lahan, pemetaan,
pembebasan lahan. Fase pra konstruksi ini berakhir jika telah dilakukan
kegiatan-kegiatan fisik di lokasi proyek.
2. Fase konstruksi yaitu fase dimana telah dilakukan kegiatan – kegiatan fisik,
mulai dari penggalian, mobilisasi pekerjaan, bahan, alat sampai terwujudnya
bangunan, dan lain-lain. Fase konstruksi berakhir, jika pekerjaan konstruksi
telah selesai dan proyek siap dioperasikan.
3. Fase operasi yaitu fase dimana fasilitas tersebut sudah siap dan sudah dapat
dilakukan uji coba produksi dan dioperasikan untuk menghasilkan produk.
Fase ini berakhir apabila sudah berhenti berproduksi.
4. Fase pasca operasi yaitu fase dimana fasilitas yang ada (untuk beroperasi)
sudah dinyatakan berhenti tidak beroperasi. Selanjutnya dilakukan pengkajian,
kemungkinan-kemungkinan untuk pemanfaatan yang lain atau mungkin pula
dibongkar dan dibangun kegiatan / proyek baru dan seterusnya.
Dalam hal ini Ketua Tim penyusun harus pandai-pandai mendeteksinya dari
awal sebelum kontrak kerja ditandatangani. Hal yang harus dihindari adalah
jangan bersedia menyusun dokumen AMDAL apabila rencana deskripsi
kegiatan/proyek belum ada/belum lengkap termasuk rencana
pengembangannya di masa yang akan datang.
Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 5 - 20
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO
Data, informasi dan uraian tentang Rona Lingkungan Hidup di lokasi rencana
kegiatan / proyek dan sekitarnya, antara lain :
1. Komponen lingkungan hidup yang memiliki nilai – nilai ekologis dan sosial
ekonomi diperhatikan lebih mendalam.
4. Data informasi rona lingkungan hidup pada setiap komponen secara fisik,
antara lain, meliputi :
a) Fisik – Kimia
i. Iklim
a. Komponen iklim (tipe iklim, suhu, curah hujan, kelembaban,
angin, intensitas radiasi matahari)
b. Data periodik bencana alam (banjir, gempa bumi, kelongsoran,
angin ribut, gelombang tsunami, dll).
c. Kualitas udara
d. Sumber kebisingan, getaran
ii. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morfologi), struktur geologi dan jenis
tanah.
b. Indikator lingkungan yang berhubungan dengan stabilitas
geologis dan stabilitas tanah, terutama ditekankan bila
terdapat gejala ketidakstabilan dan harus diuraikan dengan
jelas dan seksama (kelongsoran, gempa, sesar, dll).
c. Keunikan, keistimewaan dan kerawanan bentuk lahan dan
batuan secara geologis.
b) Biologi
i. Flora
Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 5 - 24
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO
ii. Fauna
a. Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat,
penyebaran pola migrasi, populasi hewan budidaya (ternak)
serta satwa dan habitatnya yang dilindungi.
b. Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan
invertebrata yang dianggap penting karena memiliki peranan
dan potensi sebagai bahan makanan atau sumber hama dan
penyakit.
c. Perikehidupan hewan penting, siklus dan neraca hidupnya,
cara pemijahan, cara bertelur, dan beranak, cara memelihara
anaknya, perilaku dalam daerah dan teritorinya.
i. Sosial – Demografi
a. Struktur penduduk (umur, jenis kelamin, mata pencaharian,
pendidikan dan agama)
b. Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk.
c. Angkatan kerja produktif
d. Tingkat – tingkat : kelahiran, kematian kasar, kematian bayi.
e. Pola perkembangan penduduk.
ii. Ekonomi
a. Kesempatan kerja dan berusaha
b. Pola kepemilikan dan penguasaan sumber daya alam.
c. Tingkat pendapatan penduduk.
d. Prasarana dan sarana perekonomian jalan, pasar, pelabuhan.
e. Perbankan, pusat pertokoan.
iii. Budaya
a. Pranata sosial atau lembaga – lembaga kemasyarakatan yang
tumbuh di kalangan masyarakat.
b. Adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku.
c. Proses sosial (kerjasama, akomodasi, konflik dikalangan
masyarakat).
d. Akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai kelompok
masyarakat.
e. Kelompok – kelompok dan organisasi sosial.
f. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat.
g. Perubahan sosial yang tengah berlangsung di kalangan
masyarakat.
h. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan/
proyek.
D) Analisis Isi
Metode ini dapat digunakan untuk identifikasi dampak potensial yang akan
timbul menurut persepsi atau pandangan masyarakat. Persepsi masyarakat
“ditangkap” secara tidak langsung melalui metode analisis isi (content
analysis) ini. Partisipasi masyarakat dilibatkan secara langsung dengan cara
menelaah berita – berita yang disampaikan melalui berbagai media massa,
seperti koran, majalah, dan televisi. Telaah terutama difokuskan pada respon
E) Interaksi Kelompok
1. Rapat
2. Lokakarya
Metode ini dapat digunakan untuk evaluasi terhadap dampak besar dan
penting. Melalui metode ini dapat dilibatkan berbagai pihak (pemrakarsa,
penyusun AMDAL, instansi yang berwenang, wakil masyarakat, dll) untuk
terlibat dalam pelingkupan. Lokakarya akan memberikan manfaat yang
besar bila persiapan dilakukan dengan lengkap, misalnya draft hasil
pelingkupan, dan seterusnya.
3. Brainstorming
F) Studi Pustaka
Bagi anggota tim penyusun AMDAL yang masih pemula, maka dengan
informasi dari pustaka, maka dapat dipelajari tentang : metodologi, teknik
pengambilan/penarikan sampel, menyusun daftar pertanyaan, dll, terutama
tentang peraturan – peraturan yang masih berlaku tentang AMDAL dan
sebagainya.
G) Studi Banding
Studi banding atau studi comparative untuk mempelajari kinerja dan proses
produksi suatu kegiatan sejenis seperti yang kita kehendaki. Hal ini
dimaksudkan untuk mengamati langsung perubahan – perubahan lingkungan
yang terjadi di suatu lokasi setelah kegiatan / proyek tersebut beroperasi.
Dengan cara pendekatan semacam ini, maka dapat diperoleh manfaat –
manfaatnya, antara lain dapat menangkap isu – isu pokok dengan lebih tajam
dan memperoleh informasi – informasi, misalnya tentang teknik pengelolaan
dan pemantauan lingkungan, organisasi yang menangani limbah, dll.
H) Pelingkupan
Contoh :
Dampak penurunan kualitas air akibat tercemar pembangunan waduk
atau dampak pencemaran pembangunan waduk menurunkan kualitas air
sungai A.
Lingkup Studi, maka setelah dikaji dan dipilah – pilah lebih dalam, serta
setelah memperoleh masukan – masukan dari masyarakat, studi pustaka,
diskusi kelompok, dan studi banding.
1) Batas Proyek
2) Batas Ekologis
3) Batas Sosial
4) Batas Administrasi
penyelesaian, studi dan jenis, jumlah pakar dan anggita tim lainnya, serta
jarak jangkauan lokasi studi dengan tempat analisis data / laboratorium,
maka kini baru dapat dihitung rencana biaya studi AMDAL yang
diperlukan.
K) Dokumen KA – ANDAL
Apabila KA – ANDAL telah disetujui oleh Komisi Penilai, maka dapat segera
dilakukan proses penyusunan ANDAL, RKL dan RPL.
mendapatkan penilaian. Apabila dokumen ANDAL telah baik dan benar maka akan
mendapatkan pengesahan dari Komisi AMDAL.
e. Laporan ANDAL yang telah selesai harus dibuatkan ringkasan eksekutif (Evecutive
Summary) yang terpisah dari dokumen ANDAL. Ringkasan tersebut mencakup :
Mudah dipahami isinya oleh semua pihak termasuk masyarakat dan mudah
disarikan bagi pemuatan media massa.
Rencana kegiatan dengan berbagai dampak penting yang mungkin timbul dan
berbagai upaya yang dilakukan oleh pemrakarsa dan pihak lain yang
berkepentingan untuk menangani dampak tersebut, baik pada tahap pra
konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.
Dalam ANDAL ada 5 (lima) tahapan kegiatan utama yang dilaksanakan sebagai
berikut :
c. Metodologi
Hasil kajian terhdap besarnya perubahan dari rona lingkungan awal dengan
kondisi lingkungan akibat adanya rencana kegiatan yang kelak dilaksanakan.
Untuk mengetahui suatu dampak termasuk penting atau tidak, dapat
dibandingkan dengan kriteria ukuran dampak penting atau baku mutu lingkungan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sasaran prakiraan dampak adalah
mencari besaran dampak dan pentingnya dampak.
a. Evaluasi dampak penting yang bersifat holistik terhadap seluruh dampak yang
diprakirakan misalnya dampak positif maupun dampak negatif dianalisis
sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan pengaruh mempengaruhi,
sehingga akan diketahui perimbangannya.
a. Komponen lingkungan terkena dampak, sumber dampak, tolok ukur dan bobot
dampak untuk kepentingan pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
Berdasarkan tahapan kegiatan utama dalam ANDAL di atas, maka penentuan aspek
kegiatan yang ditelaah dalam studi ini didasarkan terhadap hasil pelingkupan dampak
penting. Sehingga tidak seluruh kegiatan dianalisis tetapi hanya kegiatan-kegiatan yang
diduga akan menjadi sumber terjadinya dampak penting dan akan dikaji secara lebih
mendalam, yaitu:
Kegiatan yang perlu dikaji secara lebih mendalam pada tahap ini yaitu kegiatan
pengadaan/ pembebasan lahan.
2. Tahap Konstruksi
Kegiatan-kegiatan tahap konstruksi yang perlu dikaji secara lebih mendalam yaitu :
a. Pembangunan jalan masuk;
b. Penerimaan dan mobilisasi tenaga kerja;
c. Pembangunan dan kegiatan base camp;
d. Mobilisasi alat berat dan material bahan bangunan;
e. Pembukaan dan pembersihan lahan;
f. Pekerjaan galian dan timbunan;
g. Pekerjaan struktur jaringan irigasi serta bangunan pelengkapnya;
h. Pengelolaan jaringan irigasi dan borrow area;
a. Iklim, dikaji berkaitan dengan adanya dampak perubahan iklim mikro di sekitar
daerah pembangunan jaringan irigasi D.I Pitab selain itu juga merupakan data
dasar bagi penghitungan besaran dampak terhadap komponen lingkungan lain.
Parameter-parameter yang diteliti meliputi temperatur udara, kelembaban, arah
dan kecepatan angin dan curah hujan.
c. Hidrologi dan Kualitas Air, dikaji sehubungan dengan adanya dampak perubahan
penurunan kualitas air sungai, peningkatan sedimen, peningkatan potensi
sumberdaya air permukaan dan air tanah. Parameter yang dikaji meliputi kondisi
badan dan pola aliran drainase jalan, debit aliran saluran drainase, dan kualitas
air drainase.
d. Ruang, Tanah dan Lahan, dikaji sehubungan dengan adanya dampak perubahan
struktur kimia, fisika dan kesuburan tanah pada lokasi borrow area, peningkatan
erosi dari lahan yang dibuka untuk jalan dan bangunan pelengkap serta borrow
area. Sementara itu, komponen lahan dikaji sehubungan dengan adanya
perubahan penggunaan lahan di lokasi tapak proyek dan lingkungan sekitarnya.
Paremater yang dikaji meliputi, fisik, kimia dan kesuburan tanah, erosi potensial
dan erosi aktual serta penggunaan lahan (present land use) lokasi tapak proyek,
daerah genangan dan lingkungan sekitarnya.
a. Flora/Vegetasi
Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 5 - 41
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO
b. Satwa Liar
c. Organisme/Biota Perairan
a. Kependudukan (Demografi)
b. Sosial Ekonomi
c. Sosial Budaya
d. Kesehatan Masyarakat
RKL berfungsi sebagai pedoman dalam menanggulangi dampak, sehingga RKL dapat
mengikat semua pihak untuk ikut membantu menanggulangi kemungkinan terjadinya
dampak negatif dalam pembangunan. Dalam RKL dapat dikemukakan instansi yang
bertindak sebagai pelaksana, instansi sebagai pengawas, dan instansi yang
bertanggungjawab. Penyusunan dokumen RKL menjadi tanggung jawab pemrakarsa
kegiatan.
Dalam pembuatan RKL dapat dilaksanakan tanpa pengumpulan data di lapangan. RKL
didasarkan pada adanya dampak penting yang timbul. RKL yang akan dilaksanakan
disusun dengan pendekatan teknologi, ekonomi dan institusional. RKL berisi uraian
tentang komponen lingkungan yang terkena dampak, tujuan, sumber dampak, bobot dan
tolok ukur dampak serta upaya pengelolaan lingkungan.
RPL merupakan pedoman yang lebih rinci tentang bagaimana seharusnya pemantauan
lingkungan dilaksanakan, kapan dilaksanakan dan siapa yang bertanggungjawab
terhadap upaya pemantauan dari hasil pemantauan. RPL dapat memberikan pedoman
bagi setiap instansi terkait tentang apa, bagaimana, kapan untuk ikut menjaga,
mempertahankan, serta meningkatkan mutu lingkungan.
RPL disusun atas dasar rekomendasi yang terdapat dalam dokumen ANDAL dan
dokumen RKL. RPL sangat penting artinya terutama terkait dengan upaya
mempertahankan mutu kualitas lingkungan dan mengurangi pemborosan sumberdaya.
RPL berisikan uraian tentang dampak penting yang timbul, faktor lingkungan yang
dipantau, tolok ukur dampak, lokasi dan periode pemantauan. Selain itu diuraikan pihak-
pihak yang berkewajiban sebagai pelaksana untuk memantau lingkungan dan kewajiban
pihak-pihak lain (selain pemrakarsa) yang memanfatkan umpan balik hasil pemantauan
yang dilaksanakan.
Penyusunan RPL sama halnya dengan KA dan ANDAL, RKL menjadi tanggung jawab
pemrakarsa yang melimpahkan pembuatannya kepada konsultan. Konsultan yang
ditunjuk harus cukup kualifikasinya dan bukan perusahaan yang ada hubungannya
secara organisator dengan pemrakarsa.
A. Pengertian
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang rumah atau tempat tinggal makhluk,
terutama timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup
dalam organisasinya memiliki spektrum biologi yaitu protoplasma-sel-organ-sistem-
organ-organisma-spesies-populasi-komunitas-ekosistem biosfer. Komponen ekologi
dapat dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu bahan (matter), energi (energy), ruang
(space), waktu (time), dan diversitas (diversity). Lima komponen tersebut berinteraksi
satu dengan lainnya di dalam setiap proses ekologi tertentu.
Yang termasuk bahan (matter) adalah mineral, air, tanah, dan udara. Bahan tersebut
berpengaruh terhadap makhluk hidup dan habitatnya. Perubahan terhadap materi
tersebut akan memberikan perubahan pula terhadap rantai makanan dan jaring-jaring
kehidupan pada ekosistem suatu wilayah.
Gambaran energi (energy) dalam sistem kehidupan dapat terjadi dalam beberapa cara,
misalnya tanaman harus mendapatkan energi matahari yang cukup. Hewan perlu energi
dari tumbuhan atau hewan lain. Manusia dapat memperoleh energi dari sumber hewan
maupun tumbuhan. Karena kebutuhan energi tersebut maka akan terjadi saling
membutuhkan, saling memangsa, dan saling memberikan. Dari konsep ketergantungan
tersebut muncul konsep simbiosis antara makhluk hidup.
5.4.2 Ekosistem
A. Pengertian
Sebuah unit terpadu yang terdiri dari komunitas organisme hidup (komponen hayati,
tumbuhan binatang, pengurai) dan komponen mati (abiotik) di suatu kawasan tertentu,
dimana terjadi hubungan timbal balik, terjadi interaksi, interdependensi, dan bahkan
negasi, baik yang bersifat parasit maupun non parasit. Ekosistem dapat diidentifikasi
dalam skala yang luas. Secara garis besar ada dua jenis ekosistem yang alamiah dan
pokok yaitu ekosistem terestrial (hutan, padang rumput, padang pasir), dan ekosistem
air (sungai, danau, laut).Dalam sebuah ekosistem terdapat berbagai komponen
Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 5 - 47
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO
penyusun antara lain produsen, konsumen, dan pengurai. Dari komponen penyusun
tersebut bila ditinjau dari terjadinya saling hubungan dan saling ketergantungan maka
ekosistem akan memiliki fungsi tertentu.
B. Fungsi Ekosistem
Setiap jengkal lahan di permukaan bumi merupakan salah satu komponen penyusun
suatu ekosistem. Ekosistem memiliki fungsi secara ekologis bila dikaitkan dengna
kehidupan flora, fauna, dan kehidupan manusia. Dari berbagai kepentingan fungsi
terhadap komponen ekologi tersebut, maka terdapat beberapa fungsi yang dapat
diemban dari suatu ekosistem. Berbagai fungsi tersebut antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Ekosistem lahan sesungguhnya memiliki potensi alami yang sangat peka terhadap
setiap sentuhan pembangunan yang merubah pengaruh perilaku air (hujan, air
sungai, dan air laut) pada bentang lahan tersebut;
Bentuk pemanfaatan yang utama dan merupakan fungsi perlindungan pada lahan
terhadap sistem penyangga kehidupan, antara lain:
(1). Fungsi pemasok air (kualitas dan kuantitas air)
(2). Fungsi pengendalian air, terutama pengendali banjir
(3). Fungsi pencegah intrusi air laut.
(4). Fungsi lindung
(5). Fungsi penangkapan dan/atau pengendapan sedimen
(6). Fungsi penangkapan dan/atau pengendapan unsur hara
(7). Fungsi penangkapan dan/atau pengendapan bahan-bahan beracun
(8). Fungsi pemasok kekayaan alam ( di dalam areal lahan)
Selanjutnya manfaat sampingan dapat dipanen dan dinikmati masyarakat sampai batas-
batas tertentu tanpa merusak ekologis yang diperankan oleh ekosistem tersebut.
Bentuk pemanfaatan golongan ini antara lain: (1) sumber air bagi penduduk (setempat);
(2) sumber produk alami (nipah dan ikan); (3) sumber energi (kayu dan gambut); dan (4)
sumber kesegaran dan keindahan (wisata).
Bertolak dari pemahaman akan arti penting fungsi-fungsi ekologis maupun fungsi
ekonomis yang diperankan oleh ekosistem lahan tersebut, maka upaya untuk
melestarikan keberadaan mutu dan fungsi ekosistem lahan patut direalisasikan. Ini
antara lain dilakukan melalui pendekatan peraturan perundangan yang melindungi
komponen-komponen kawasan yang berfungsi penting dan strategis. Pelestarian
sumberdaya kawasan lahan dimungkinkan oleh adanya ketentuan UU Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta UU Nomor
5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Ketentuan perundangan tersebut meliputi
jenis flora dan fauna serta benda cagar budaya, yang tidak jarang banyak ditemukan
pada daerah lahan.
Lingkungan hidup tersusun dari materi yang memiliki fungsi sebagai pendukung
kehidupan. Ekosistem berfungsi karena adanya aliran energi dan daur materi. Aliran
energi adalah perpindahan energi di dalam rantai makanan, mulai dari produsen ke
konsumen I, II, III, dan berakhir dengan pengurai (dekomposer). Bila hasil penguraian
dikembalikan pada produsen terbentuklah daur materi.
Pasangan burung dengan serangga adalah hubungan antar spesies mangsa (serangga)
dan predator (burung). Pada pasangan serangga-burung, serangga menjadi mangsa,
sementara burung sebagai predator. Pada setiap pasangan mangsa dinamakan
predator, namun tidak pernah punah, akan selalu mengalami perputaran. Keadaan
dimana terjadi keseimbangan, dan keberlanjutan dimana antara mangas dan predator
tridak mengalami kepunahan dan tetap hidup berkelanjutan, dinamakan Homeostatis,
atau Equilibrium. Puncak homeostatis, artinya terjadi jumlah maksimum dari mangsa
dan predator, adalah batas daya dukung ekosistem. Daya dukung ekosistem (Carrying
Capacity) adalah kemampuan alami ekosistem untuk melanjutkan kehidupan dan
pertumbuhannya. Bila daya dukung ekosistem mendapat masukan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terciptalah daya tampung (Supporting capacity).
Daya tampung lebih tinggi kemampuannya dibandingkan daya dukung.
Tekanan Populasi
Penurunan Populasi
Kajian ekologi sebagai dasar penyusunan AMDAL didasari suatu pemikiran sebagai
berikut :
Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 5 - 50
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO
4) Setiap ekosistem mengandung bentuk kehidupan lain, di luar manusia baik fungsi
secara fisik alam, kehidupan ekologi, maupun siklus hara;
6) Perubahan terhadap ekosistem akan merubah fungsi yang diemban oleh ekosistem
yang bersangkutan;
7) Kajian AMDAL secara prinsip memprediksi perubahan fungsi ekosistem yang dapat
terjadi dampaknya terhadap lingkungan abiotik, biotik dan budaya. Rekomendasi
dalam kajian AMDAL ditujukan untuk menciptakan keseimbangan baru yang masih
mampu memberikan dampak positif maksimum pada lingkungan dan minimalisasi
dampak negatif yang terjadi.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan bila telah dilakukan kajian secara menyeluruh.
Pengelolaan lingkungan harus dilakukan dengan mengintegrasikan antara lingkungan
fisik alami, manusia dan sistem sosialnya. Perkembangan pemikiran ini mengandung
konsekuensi bahwa pemahaman lingkungan tidak hanya sebatas lingkungan fisik akan
tetapi juga aspek sosial ekonomi budaya serta politik masyarakat dalam suatu sistem
waktu dan tempat khusus. Dalam memahami lingkungan memadukan pemikiran dan
konsep ABC untuk menjelaskan tiga komponen lingkungan yang tidak terpisahkan yaitu
Abiotic (A), Biotic (B), dan Culture (C).
1) Perubahan
Perubahan ini terjadi dalam lingkungan sendiri. Dalam falsafah Jawa dikenal bahwa
alam ini hidup, artinya bahwa disadari manusia atau tidak lingkungan alam kita
sebenarnya mengalami proses yang memungkinkan terjadinya perubahan
komponen dan struktur alam. Dinamika perubahan alam harus dipahami sehingga
manusia mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan mengarahkannya.
2) Kompleksitas
Kompleksitas diartikan sebagai keadaan dimana proses perubahan lingkungan
disebabkan oleh begitu banyak faktor, atau variabel, yang berada di luar manusia
untuk memahaminya. Selama ini kita berfikiran bahwa seluruh perubahan dapat kita
identifikasi, sehingga intervensi terhadap proses perubahan lingkungan dilakukan
secara deterministik dengan target yang jelas. Bila kerangka pemikiran
dikembalikan bahwa perubahan tidak semua dalam kemampuan manusia maka hal
tersebut baru dapat dipahamkan adanya keterbatasan.
3) Ketidakpastian
Merupakan keadaan dimana proses perubahan lingkungan terjadi begitu dinamik,
dan di luar jangkauan dalam memperkirakan atau melakukan prediksi. Prediksi
perubahan lingkungan sifatnya masih semu dan belum menggambarkan seluruh
variabel yang berpengaruh. Tingkat ketepatan di sini menjadi sumir ketika harus
melakukan pengelolaan lingkungan. Perkembangan pemikiran ini mengandung
konsekuensi bahwa kita harus memahami lingkungan secara holistik tidak terbatas
pada aspek fisik alami semata, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, budaya, serta
politik masyarakat dalam suatu sistem waktu dan tempat yang khusus. Dalam
Penyusunan Amdal Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara Tahap 2 5 - 52
PENAWARAN TEKNIS PT. ARTAMA INTERKONSULTINDO
beberapa tulisan, saat ini banyak dipakai konsepsi ABC yang menjelaskan tiga
komponen lingkungan yang tidak terpisahkan yakni Abiotik, Biotik, dan Culture.
Abiot
ik
Cultu
Biotik
re
Gambar 5.10
Keterkaitan Tiga Komponen
Lingkungan