Anda di halaman 1dari 23

Laporan Akhir

Penyusunan Masterplan Drainase


Kota Rantauprapat

Bab V
M ASTERPLAN DRAINASE

5.1. Umum

Berdasarkan kondisi drainase saat ini dan hambatan-hambatan yang


ditemui serta kondisi drainase yang diinginkan, disusunlah strategi untuk
menyusun rencana dan pelaksanaan pembangunan Drainase sebagai
berikut:

1. Drainase perkotaan adalah drainase diwilayah kota yang berfungsi


mengendalikan air permukaan, sehingga tidak mengganggu
masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan
manusia. Rencana induk sistim drainase perkotaan adalah
perencanaan dasar yang menyeluruh pada suatu daerah perkotaan
untuk jangka panjang.

2. Sistim saluran drainase untuk Kota Rantauprapat terdiri atas:

a. Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dar


saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air.

b. Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari


saluran tertier dan menyalurkannya ke saluran primer

c. Saluran tertier adalah saluran drainase yang menerima air dari


sistim drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran sekunder.

3. Sistim saluran drainase yang ada saat ini di Kota Rantauprapat masih
belum berpola dan terstruktur dengan baik (saluran Primer, Sekunder,
dan Tersier). Pembangunan saluran baru sebagian besar dilakukan
secara parsial. Untuk mengatasi hal itu perlu dibuat suatu rancangan
(Masterplan) drainase kota, sehingga walaupun pembangunan
dilakukan secara parsial, tetapi yang dilakukan merupakan bagian dari

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 1|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

rencana induk pembangunan drainase (pembangunan mengikuti


master plan). Langkah awalnya adalah dengan melakukan pemetaan
photo udara kota Rantauprapat.

4. Kapasitas saluran dan gorong-gorong yang tidak memadai. Kondisi ini,


dapat disebabkan oleh desain yang tidak memadai atau karena
volume limpasan permukaan yang sudah jauh meningkat dibanding
ketika saluran drainase didesain/dibangun. Khusus untuk saluran
primer drainase kota Rantauprapat, perlu dilakukan revisi terhadap
kapasitas saluran dan kemiringan saluran agar memenuhi persyaratan
teknis saluran drainase.
a. tinggi jagaan disesuaikan dengan besaran debit, dan jenis
material
b. debit maksimum bangunan perlintasan (gorong-gorong) = 1,5
kali debit maksimum saluran,
c. Kecepatan aliran maksimum dalam saluran Vmak = 1,5 m/detik,
dan minimum = 0,3 m/detik
5. Luapan dan genangan limpasan permukaan (limpasan hujan) yang
terjadi pada hampir setiap kejadian hujan. Kondisi ini berpotensi,
merusak atau mempercepat kerusakan sarana dan prasarana kota,
memberikan ketidaknyaman bagi warga. Banyak jalanan di kota
Rantauprapat yang rusak akibat genangan. Strategi untuk
penanganannya adalah dengan meninggikan badan jalan dengan
membuat kemiringan yang tepat agar air hujan tetap masuk ke dalam
saluran, dan memperbanyak jumlah inlet (gorong-gorong) pada
kawasan perkotaan.
6. Khusus untuk gorong-gorong yang ada di kota Rantauprapat umunya
menyebabkan terjadi kondisi bottle neck, yaitu kondisi saluran yang
menyempit akibat dimensi gorong-gorong yang tidak sesuai dengan
saluran drainase yang melintasinya. Akibatnya terjadi penumpukan
sedimen dan sampah di lokasi gorong-gorong tersebut. Dimensi
gorong-gorong disyaratkan sama dengan saluran yang dialirkan.

7. Menurunnya kapasitas saluran diakibatkan oleh beberapa hal. Sering


kali ditemukan saluran-saluran yang kapasitas awalnya mencukupi,
namun akibat pemeliharaan yang tidak memadai, terjadi
pengendapan lumpur yang mempersempit saluran secara perlahan-
lahan, sehingga kapasitas saluran yang ada sudah tidak mencukupi

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 2|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

lagi untuk menampung debit maksimal. Kasus seperti ini dapat diatasi
dengan meningkatkan pemeliharaan saluran dalam satu tahun sekali
sampai tiga kali pembersihan, serta usaha yaitu dengan pengadaan
perlombaan kebersihan tingkat kota dan lomba angkat lumpur. Saluran
yang secara fisik dimensinya kurang (umumnya akibat dimensi yang
tidak seragam pada saluran di depan rumah, dimana pada rumah-
rumah tertentu terjadi perubahan umumnya mengecil), akan dilakukan
pembangunan saluran dengan dimensi yang seragam dan cukup
mengalirkan debit air sehingga tidak lagi terjadi hambatan pada aliran
air hujan.

8. Pembangunan perumahan oleh developer ada yang kurang/tidak


memperhatikan sungai yang berada disekitar lahan, sehingga saluran
yang sudah ada tertimbun tanah galian yang menjadikan sungai
menjadi dangkal dan sempit.

9. Sangat rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terkait


dengan optimalisasi fungsi saluran/system drainase. Terdapat di
hampir setiap lokasi prioritas, saluran drainase yang ada tidak dapat
berfungsi atau bahkan saluran sudah tidak tampak lagi karena
sedimentasi dan sampah.

10.Strategi untuk mengatasi berubahnya tata guna lahan dimana areal


resapan dibangun menjadi kawasan perumahan, pertokoan serta
kawasan komersial lainnya adalah dengan melakukan koordinasi
antara Dinas Pekerjaan Umum Rantauprapat, karena dapat
memberikan input areal mana yang harus dipertahankan untuk daerah
resapan dan areal mana yang boleh dibangun. Termasuk dalam point
ini adalah agar Dinas Pekerjaan Umum Tata Kota Rantauprapat
konsisten menjaga agar tidak terjadi pembangunan rumah ataupun
toko diatas saluran seperti yang sering terjadi selama ini. Jika lahan
resapan terpaksa harus dibangun diusahakan pelaksanaan
pembangunan dilakukan dengan konstruksi yang tidak banyak
pengaruhnya/ tidak merubah fungsi lahan resapan (rumah panggung/
tidak diurug)

11.Perubahan kepemimpinan disertai dengan kebijakan baru disiasati


dengan pembuatan pembangunan drainase dituangkan dalam Pola

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 3|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Pembangunan jangka Pendek, menengah dan panjang yang diketahui


banyak pihak (termasuk dewan atau masyarakat luas). Kesepakatan
dibuat berdasarkan Master Plan yang ada.

12.Untuk lahan yang dibangun pengembang/developer kedepan


diupayakan agar pengelolaan drainase dilakukan sepenuhnya oleh
pengembang, berkoordinasi dengan dinas teknis terkait , jadi bisa
mengurangi beban Bidang Pengairan Rantauprapat. Jika pengembang
tidak bisa meneruskan pengelolaan, maka masyarakat dikomplek
tersebut harus mengelola dengan swadaya mereka sendiri.

13.Lemahnya koordinasi antar sektor, kedepan diusahakan dengan


memanfaatkan tim Pokja sanitasi. Tim ini diharapkan menjadi
koordinator antar dinas dalam melaksanakan tugasnya.

14.Dalam hal meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang


sampah/ tinja ke sungai/saluran, selama ini telah dilakukan dengan
menyebarkan pamflet-pamflet himbauan untuk tidak membuang
sampah ke saluran, pada waktu perlombaan angkat lumpur
dilaksanakan. Namun hal ini dapat ditingkatkan dengan berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Kebersihan untuk mengadakan
sosialisasi/kampanye PHBS agar masyarakat tidak membuang sampah
dan limbah rumah tangga ke saluran drainase/ sungai.

15.Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada saluran primer


eksisting saat ini, rekomendasi teknis berdasarkan hasil survey di
lapangan dan koordinasi dengan instansi terkait antara lain :

a. Dibutuhkannya saluran pengalih pada saluran primer Jl. KH. Ahmad


Dahlan ke Aek Tapa di Jalan Kartini diarahkan langsung ke Sei Bilah
dengan cara mengalihkan saluran primer melintasi Jalan Ahmad Yani
mengikuti saluran primer pada jalan Gang Aman.
b. Adanya sebuah kolam retensi untuk mengatasi genangan di Jalan
Sei Tawar. Debit yang melimpah dari hulu bersamaan dengan debit
pada saluran primer yang berujung di Sei Tawar, mengakibatkan
genangan setinggi 50 cm setiap kali hujan datang.
c. Dibutuhkan DED untuk saluran drainase di kawasan terminal.
Adapun Target yang ada Yang ingin Dicapai sampai dengan tahun 2030
meliputi:

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 4|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

a. Pertama diusahakan agar drainase kota bisa lancar alirannya


sehingga bisa mengurangi genangan, paling tidak bisa
mempercepat proses pengaliran air sesudah terjadi hujan.

b. Drainase kota Rantauprapat sebaiknya di tata dengan prinsip


kanalisasi dan berwawasan lingkungan (Eco-Drainase), dalam arti,
sungai-sungai yang ada ditata dan difungsikan secara maksimal
sebagai pengendali genangan di Kota Rantauprapat, dengan
memperhatikan fungsi ekologisnya. Oleh karena itu perlunya peran
aktif Pengairan Rantauprapat dalam memberikan rekomendasi
perencanaan penataan sistim tata air untuk pengembang/investor,
sehingga pengembangan yang terjadi di wilayah Kota Rantauprapat
dapat dikendalikan dengan baik.

c. Agar kanalisasi ini dapat berhasil baik, maka sangat diperlukan


peran serta masyarakat Rantauprapat sebagai salah satu
stakeholders penting dalam kegiatan pengelolaan drainase. Karena
masyarakat yang paham akan pentingnya menjaga lingkungan
merupakan asset suatu kota. Untuk itu diperlukan program
penyadaran masyarakat yang intensif dalam hal pengelolaan
lingkungan. Dialog sampai di tingkat RW dan RT merupakan
program yang paling jitu untuk dilakukan agar penyadaran
lingkungan ini tercapai.

d. Untuk mengantisipasi kecepatan perubahan tata guna lahan di Kota


Rantauprapat, maka Pemerintah Kota Rantauprapat harus segera
mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) yang
mengatur mengenai Garis Sepadan Sungai. Hal ini sangat penting
untuk memberikan kekuatan dan kepastian hukum bagi Pengairan
Pekerjaan Umum dalam mengatur dan menjaga kelestarian daerah
aliran sungai, selain itu garis sepadan sungai juga bermanfaat untuk
menjaga kelestarian badan sungai dari
penggunan/penyerobotan/penyempitan alur sungai sehingga setiap
pembangunan/perizinan di sepanjang aliran sungai harus
memperhatikan ketentuan mengenai Garis Sepadan Sungai.

e. Dam parit merupakan salah satu teknik bangunan panen air dengan
membendung dan menampung air hujan dan aliran permukaan

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 5|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

dengan volume tertentu dalam suatu jalur aliran berupa parit atau
anak sungai. Bangunan dam parit dapat dibuat secara bertingkat
(cascade series) dari hulu ke hilir sehingga dampak terhadap
pengurangan volume dan intensitas banjir dan luas layanan irigasi
makin meningkat. Skema pembangunan dam parit secara
bertingkat disajikan pada Gambar 5.1.

Gambar 4.1. Ilustrasi Pembangunan Dam Parit Secara Bertingkat Yang


Berfungsi Mengurangi Volume Debit Puncak, Menambah Waktu Respon Dan
Meningkatkan Cadangan Air tanah.

f. Keuntungan dam parit dapat antara lain: (a) dapat menurunkan resiko
banjir , sehingga dapat mengurangi resiko erosi/sedimentasi di wilayah
hilir, (b) dapat menekan resiko kekeringan dan meningkatkan luas areal
irigasi karena terjadi peningkatan cadangan air (water stock) menurut
skala ruang dan waktu, (c) adanya irigasi suplemen dapat menciptakan
diversifikasi jenis tanaman yang dibudidayakan dan pada akhirnya
meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani (d) penyediaan
air bagi keperluan rumah tangga, (Balitklimat, 2007). Desain
pengembangan dam parit dilakukan dengan memperhatikan unsur posisi,
dimensi/kapasitas tampung dan jumlahnya dalam suatu kawasan sub DAS
atau DAS. Berdasarkan penelitian tahun 2005-2008 dam parit ternyata
dapat mengurangi ntensitas banjir dan kekeringan yang cukup signifikan,
sehingga teknologi ini layak untuk dikembangkan dalam suatu sistem
pegelolaan DAS.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 6|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

g. Selain itu di dalam program jangka panjang juga perlu dilakukan


pembangunan beberapa kolam retensi (retarding basin),seperti ilustrasi
gambar di bawah ini.

Filosofi metode kolam retensi ini adalah mencegah air yang mengalir dari
hulu dengan membuat kolam-kolam retensi (retarding basin) sebelum
masuk ke hilir. Metoda ini sudah pernah di implementasikan untuk
mengurangi resiko banjir di kota kota wilayah negara Jerman dan Belanda
di bagian hilir dengan membuat kolam retensi di beberapa aliran sungai
Rhein. Retarding basin dibuat di bagian tengah dan hulu kanan-kiri alur
sungai-sungai yang masuk kawasan yang akan diselamatkan. Retarding
basin harus didesain ramah lingkungan, artinya bangunannya cukup
dibuat dengan mengeruk dan melebarkan bantaran sungai,
memanfaatkan sungai mati atau sungai purba yang ada, memanfaatkan
cekungan-cekungan, situ, dan rawa-rawa yang masih ada di sepanjang
sungai, dan dengan pengerukan areal di tepi sungai untuk dijadikan kolam
retarding basin. Disarankan, dinding retarding basin tidak diperkuat
pasangan batu atau beton karena selain harganya amat mahal, juga tidak
ramah lingkungan dan kontra produktif dengan ekohidraulik bantaran
sungai. Desain retarding basin cukup diperkuat dengan aneka tanaman
sehingga secara berkelanjutan akan meningkatkan kualitas ekologi dan
konservasi air.

h. Untuk upaya melakukan pembangunan berkelanjutan maka Pengairan PU


Kota Rantauprapat perlu melaksnakan konservasi air tanah. Pemerintah
dan masyrakat dapat mengusahakan suatu kawasan atau wilayah tertentu
yang khusus diperuntukan sebagai daerah pemanen (peresapan) air hujan
yang dijaga diversifikasi vegetasinya dan konstruksi apa pun tidak boleh
dibangun di atas areal tersebut. Untuk keperluan ini harus dipilih daerah
yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan.
Konsep ini belum banyak dikenal di Indonesia, maka setiap daerah perlu

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 7|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

segera mencari lokasi atau kawasan yang dapat dikembangkan menjadi


cagar alam resapan air hujan ini.

i. Upaya lain yang bisa dilakukan dalam waktu dekat adalah revitalisasi
danau/rawa/situ yang ada di Kota Rantauprapat, dengan melakukan
inventarisasi dan penataan kembali. Revitalisasi danau, telaga, atau situ
kaitannya dengan memanen air hujan sebaiknya dilakukan dengan konsep
ekologi-hidraulik, yaitu upaya memperbaiki dan menyehatkan seluruh
komponen ekologi (flora-fauna) dan hidraulikhidrologi (sistem keairan)
penyusun danau, telaga, atau situ yang bersangkutan, sehingga dapat
berfungsi menampung air yang dapat digunakan untuk keperluan air
bersih masyarakat, meresapkan air hujan untuk pengisian air tanah, dan
dapat berkembang menjadi wilayah ekosistem wilayah danau, situ dan
telaga yang hidup dan lestari.

j. Target berikutnya adalah pengeringan kawasan. Maksud dari pengeringan


disini bukan berarti kota Rantauprapat harus benar-benar kering,
melainkan diusahakan agar level air tertinggi tidak sampai
meluap/menggenangi jalan/halaman. Pengeringan total lahan di kota
Rantauprapat tidak mudah dicapai, karena daerah sebelah utara berada
didataran rendah dengan kemiringan relatif datar. Selain itu pengeringan
total juga tidak dianjurkan karena situ/rawa sangat diperlukan untuk
menyerap debit-debit puncak pada saat muka air di sungai meninggi.
Lokasi pentargetan penanganan dibagi menjadi 2 (dua) tahapan dengan
memperhitungkan kriteria wilayah dan kepadatan penduduk. Tiap tahap
dilaksanakan dalam waktu 20 (dua puluh) tahun. Tahap pertama akan
dilaksanakan sampai 2030, sebab kawasan ini harus secepatnya ditangani
yang merupakan tampak depan kota.

5.2. SISTIM MASTER PLAN DRAINASE PERKOTAAN KOTA


RANTAUPRAPAT

Sistim Drainase Perkotaan Kota Rantauprapat mengikuti konsep sistim


drainase berkelanjutan dengan menerapkan kaidah satu sungai satu
manajemen terutama untuk sungai yang memiliki daerah pengaliran di
bagian hulunya berada di wilayah Kota Rantauprapat sehingga akan
mempermudah dalam pola penanganannya.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 8|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Sistim drainase berkelanjutan merupakan implementasi Sistim Eco-drainase


yang sangat memperhatikan masalah lingkungan yang berkelanjutan.
Selama ini sistim drainase menerapkan sistim konvensional, dimana sungai
hanya difungsikan sebagai upaya membuang atau mengalirkan air kelebihan
secepat-cepatnya ke sungai terdekat. Konsep ini diperkenalkan sejak tahun
1970-an sampai sekarang hampir tidak berubah dan terus diajarkan di
seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan sebagai konsep dasar yang
digunakan para praktisi dalam pembuatan Masterplan Drainase di seluruh
kota besar dan kecil di Indonesia.

Dalam konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh ke di


suatu wilayah harus secepat-cepatnya dibuang ke sungai dan seterusnya
mengalir kelaut. Jika hal ini dilakukan pada semua kawasan, akan
memunculkan berbagai masalah, baik di daerah hulu, tengah, maupun hilir.

Konsep Ecodrainase juga akan berusaha menerapkan manajemen satu


sungai dengan satu sistim, sehingga penanganannya lebih mudah dan
koordinasi penanganannya lebih jelas.

Pengendalian banjir dilakukan berdasarkan konsep pengelolaan sumber daya


air secara utuh dalam kesatuan wilayah sungai dari hulu sampai dengan
hilirnya melalui kerangka Satu Sungai, Satu Rencana, dan Satu Pengeloaan
Terpadu. Kebijakan sumber daya air dengan pedoman pengendalian dan
penanggulangan daya rusak air serta peningkatan kesiapan dan
keswadayaan masyarakat menghadapi bencana banjir dan daya rusak
lainnya guna mengamankan daerah produksi pangan dan permukiman serta
memulihkan ekosistem dari kerusakan akibat daya rusak air.

Penerapan eco-drainase dapat dilakukan dengan pendekatan


hidromorfometri yang menjelaskan hubungan antara aspek-aspek
morfometri dan variabel-variabel hidrologi (Seyhan, 1976). Pendekatan
hidromorfometri dapat menjelaskan respon limpasan maupun masukan air ke
tanah di dalam suatu sistem DAS sebagai reaksi dari variabel morfometri
DAS terhadap masukan hujan. Selain variabel morfometri, variabel fisik
permukan lahan lainnya seperti vegetasi, penggunaan lahan, yang
membantu dalam analisis hidrologi. Suatu daerah aliran sungai atau DAS
adalah sebidang lahan yang menampung air hujan dan mengalirkannya
menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara ke danau atau laut. Istilah yang

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 9|BAB V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

juga umum digunakan untuk DAS adalah daerah tangkapan air (DTA) atau
catchment atau watershed. Batas DAS adalah punggung perbukitan yang
membagi satu DAS dengan DAS lainnya.

Gbr 5.2. Skema Sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS)

Karena air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah
sepanjang lereng maka garis batas sebuah DAS adalah punggung bukit
sekeliling sebuah sungai. Garis batas DAS tersebut merupakan garis khayal
yang tidak bisa dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta.

Batas DAS kebanyakan tidak sama dengan batas wilayah administrasi.


Akibatnya sebuah DAS bisa berada pada lebih dari satu wilayah administrasi.
Karakteristik DAS yang ada di Kota Rantauprapat termasuk type bulu burung
yang memiliki karakteristik Jalur anak sungai di kiri dan kanan sungai utama
mengalir menuju sungai utama, debit banjir kecil karena waktu tiba banjir
dari anak anak sungai berbeda beda dan banjir berlangsung agak lama.

Kawasan hulu DAS merupakan suatu daerah topografi lebih tinggi dengan
kemiringan antara 5-15 %, alur sungai rapat dan merupakan daerah
konservasi. Kemiringan yang terjal menyebabkan aliran langsung permukaan
sangat tinggi akan tetapi apabila konservasi pada daerah hulu ini relative
baik, vegetasi dengan kerapatan tinggi dan system drainase yang tertata
serta kondisi tanah yang stabil maka aliran langsung permukaan tersebut
akan tertahan dan sebagian besar meresap ke dalam tanah, sehingga
cadangan air dalam tanah sangat tinggi. Akan tetapi apabila konservasi

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 10 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

daerah hulu yang buruk baik dari segi pengelolaan vegetasi dan tanah maka
air hujan yang jatuh sebagian besar akan menjadi aliran langsung
permukaan dan masuk pada system sungai. Hal ini dapat menyebabkan
longsor pada wilayah hulu dan menjadikan banjir di kawasan tengah dan hilir
DAS. Wilayah hulu DAS merupakan daerah yang penting karena berfungsi
sebagai perlindungan terhadap seluruh DAS karena konservasi yang
dilakukan pada hulu DAS akan berdampak pada seluruh DAS.

Karakteristik DAS pada umumnya tercermin dari penggunaan lahan, jenis


tanah, topografi, kemiringan, panjang lereng, serta pola aliran yang ada. Pola
aliran dalam das dapat terbentuk dari karakteristik fisik dari DAS. Pola aliran
merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari lembah-
lembah, baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak
dialiri sungai (riil). Pola aliran dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan,
struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan geomerfologi dari daerah
alairan sungai. Dengan demikian pola aliran sangat berguna dalam
interpretasi kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur geologi.

Orde atau tingkat percabangan sungai adalah posisi percabangan alur sungai
di dalam urutannya terhadap induk sungai dalam satu AS (Soewarno, 1991).
Alur sungai paling hulu yang tidak memiliki cabang disebut orde pertama,
pertemuan dua orde pertama disebut orde kedua, pertemuan orde pertama
dengan orde kedua disebut orde kedua, dan pertemuan dua orde kedua
disebut orde ketiga, begitu seterusnya. Secara umum dapat dinyatakan
bahwa pertemuan dua orde yang sama menghasilkan nomor orde satu
tingkat lebih tinggi, sedangkan pertemuan dua orde sungai yang berbeda
memberikan nomor orde yang sama nilainya dengan nomor orde tertinggi
diantarakedua orde yang sungai yang bertemu.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 11 | B A B V

Gbr 5.3. Urutan Nomor Orde Aliran Sungai (DAS)


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

5.3. Adaptasi Dalam Perencanaan Pembangunan

Master Plan Drainase Perkotaan Kota Rantauprapat saat ini perlu melakukan
adaptasi masalah perubahan iklim dan lingkungan hidup semata, namun
juga perkembangan tata guna lahan yang sangat pesat menjadi tanggung
jawab Pemerintah Daerah Kota Rantauprapat. Oleh karena itu koordinasi
semua instansi terkait dan badan perencanaan nasional perlu
mempertimbangkan dampak perubahan iklim ini ke dalam program masing-
masing. Berbagai persoalan besar seperti pengentasan kemiskinan,
pemberdayaan masyarakat, perencanaan tata ruang, ketahanan pangan,
pemeliharaan infrastruktur, pengendalian penyakit, perencanaan perkotaan,
semuanya mesti ditinjau ulang dari perspektif perubahan iklim.

Tantangannya adalah membuat perencanaan pembangunan menjadi


tangguh terhadap iklim. Dampak perubahan iklim terhadap ekonomi dan
pembangunan manusia harus dievaluasi secara seksama dan dipetakan.
Kemudian strategi adaptasi harus diintegrasikan ke dalam berbagai rencana
dan anggaran, baik pada tingkat pusat maupun daerah. Upaya-upaya
pengentasan kemiskinan harus ditingkatkan di bidang-bidang yang khusunya
rentan terhadap perubahan iklim dan dibutuhkan berbagai investasi
tambahan untuk menggiatkan pengurangan risiko bencana.

Semua upaya ini juga harus dipadukan ke dalam berbagai upaya di tingkat
masyarakat dan rumah tangga. Bagaimanapun, masyarakat sudah
berpengalaman lama dalam beradaptasi dengan berbagai tindakan yang
sudah dipraktikkan selama berabad-abad. Orang-orang yang tinggal di
wilayah yang rentan banjir sejak dulu membangun rumah panggung dan
banyak masyarakat masa kini masih meneruskan praktik ini, meski bahan-
bahan yang digunakan sudah modern seperti tiang beton atau genteng. Di

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 12 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

wilayah rawan longsor, orang-orang membangun tanggul penahan longsor


yang kukuh. Para petani yang terpapar kemarau panjang sudah belajar untuk
mendiversifikasikan sumber pendapatan mereka, menanam tanaman pangan
yang tahan kekeringan dan mengoptimalkan penggunaan air yang terbatas,
bahkan bermigrasi sementara untuk mencari pekerjaan di tempat lain.
Apakah itu melalui prakarsa di tingkat publik atau individual, adaptasi
hendaknya mencakup penguatan sumber-sumber penghidupan dan
mengurangi kerentanannya. Hal ini akan mempersyaratkan suatu perubahan
dalam arah pembangunan. Di masa lalu sebagian besar pembangunan di
Indonesia didasarkan pada eksploitasi sumber daya alam dengan manfaat
ekonomi yang dinikmati di perkotaan dan biaya lingkungannya dibebankan
ke wilayah pedesaan. Pola itu harus diubah. Baik masyarakat di pedesaan
maupun di perkotaan sudah seyogyanya menargetkan pembangunan
manusia yang berkelanjutan dan ancaman perubahan iklim kini makin
mendesakkan kepentingannya. Jika kita tidak mengubah pola pembangunan,
maka seluruh sumber daya yang tersedia bagi rakyatpangan, air, dan
wilayah pemukiman kemungkinan dapat menjadi makin sulit didapat.
Perubahan pola pembangunan ini memerlukan strategi adaptasi yang lebih
luas yang melibatkan pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta
memadukan antara pendekatan pada tingkat pemerintahan dan
kelembagaan dengan pendekatan bottom-up yang berakar pada
pengetahuan kewilayahan, kebangsaan, dan lokal. Sementara adaptasi
merupakan faktor vital dalam seluruh aktivitas pembangunan, secara khusus
adaptasi penting dilakukan dalam bidang-bidang pertanian,wilayah pesisir,
penyediaan air, kesehatan dan wilayah perkotaan, dengan air memainkan
peran lintas sektoral di berbagai bidang ini.

5.4. SISTIM DRAINASE PRIMER DI KOTA RANTAUPRAPAT

Hasil analisa dan evaluasi sistim drainase untuk wilayah Kota Rantauprapat
terdapat 2 (sebelas) aliran sungai/saluran yang bisa dijadikan sebagai
saluran drainase/pembuang dan penanganannya dilakukan oleh Pengairan
PU Pemda Kota Rantauprapat.

1. Umum

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 13 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang


terbentuk secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai
besar di bagian hilir. Air hujan yang jatuh di atas permukaan bumi dalam
perjalanannya sebagain kecil menguap dan sebagian besar mengalir
dalam bentuk alur-alur kecil, kemudian menjadi alur-alur sedang
seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama. Dengan
demikian dapat dikatakan sungai berfungsi menampung curah hujan dan
mengalirkannya ke laut.

Dilihat dari fungsi mengalirkan atau mendrainasi, sungai sering disebut


drainasi alam dan daerah yang dikeringkan merupakan drainage area
(Catchment Area). Lebih jauh, daerah darimana sungai memperoleh air
merupakan daerah tangkap hujan yang biasanya disebut dengan Daerah
Aliran Sungai (DAS). Dengan demikian DAS dapat dipandang sebagai
suatu unit kesatuan wilayah tempat air hujan mengumpul ke sungai
menjadi aliran sungai. Garis batas antara DAS ialah punggung permukaan
bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan sewaktu menyentuh
tanah, ke masing-masing DAS.

Sesuai dengan karakteristik fenomena hidrologi suatu DAS, debit sungai


yang bersangkutan berubah-ubah tidak beraturan, oleh karenanya
sukarlah untuk meramalkan besarnya debit yang akan melintasi suatu
penampang sungai secara pasti pada suatu saat tertentu. Di dalam
periode existensinya, bangunan ini diharapkan untuk dapat dilalui dengan
aman oleh banjir-banjir sampai dengan ketinggian dan debit tertentu
tanpa terjadi kerusakan ataupun kehancuran pada bangunan yang
bersangkutan.

2. Geometri Sungai
Kemiringan lereng suatu DAS merupakan salah satu faktor yang perlu
mendapat perhatian khusus karena kemiringan tersebut sangat
mempengaruhi pola alur sungai dan tingkat sedimen yang akan terjadi.
Kemiringan lereng rata-rata antara dua lokasi ketinggian dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :

i
Id
w

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 14 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Di mana :

Id = Kemiringan lereng (m/km)


I = Interval kontur (m)
W = a/e
a = Luas bidang diantara dua kontur (km2)
e = Panjang rata-rata dua kontur (km)

Geometri DAS lainnya yang perlu diketahui adalah panjang dan lebar rata-
rata serta luas genangan di dalam DAS yang dimaksud. Panjang DAS
adalah jarak datar dari muara sungai ke batas sebelah hulu sepanjang
sungai induk. Sedangkan lebar DAS dihitung dari luas DAS dibagi panjang.

3. Pola Aliran dan Bentuk DAS


Meskipun semua jaringan alur sungai bercabang-cabang dengan cara
yang sama akan tetapi masing-masing menunjukkan pola yang berbeda
satu dengan yang lain tergantung pada medan dan kondisi geologinya.
Pola sungai akan menentukan bentuk dari suatu Daerah Aliran Sungai.
Bentuk suatu DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan
aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan terpusatnya aliran.
Secara fisik setelah batas DAS ditentukan garis batasnya, maka bentuk
DAS nya dapat diketahui. Pada umumnya dapat dibedakan menjadi empat
bentuk yaitu aliran sungai berbentuk :

a. Memanjang
Biasanya induk sungai memanjang dengan anak-anak sungai
langsung mengalir ke induk sungai. Kadang-kadang berbentuk
seperti bulu burung.

b. Radial
Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada suatu titik
sehingga menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-kadang
gambaran tersebar memberi bentuk kipas atau lingkaran.

c. Paralel

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 15 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di bagian hilir.

d. Komplek
Merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa bentuk DAS
yang dijelaskan di atas.

Untuk sungai di wilayah Kota Rantauprapat unumnya memiliki bentuk


memanjang seperti bulu burung, dengan lebar catchment areanya yang
kecil. Hal ini bisa terjadi mengingat wilayah Kota Rantauprapat memiliki
areal relatif datar untuk wilayah perkotaan dengan kemiringan rata-rata
2-10%, sedangkan wilayah pegunungan (bukit barisan) memiliki
kemiringan hingga 45%. Dengan memperhatikan bentang alam yang ada
umumnya aliran sungai yang ada mengalir dengan kecepatan rendah-
sedang di daerah resapan air (dahulunya sebagai daerah endapan sungai
atau daerah genangan).

4. Alur Sungai
Secara sederhana alur utama sungai dapat dibagi menjadi tiga bagian
yaitu :

a. Bagian hulu
Bagian hulu merupakan daerah sumber erosi sungai melalui daerah
pegunungan, perbukitan atau lereng gunung api yang kadang-
kadang mempunyai cukup ketinggian dari muka laut. Alur sungai di
bagian hulu ini biasanya mempunyai kecepatan aliran yang lebih
besar dari pada bagian hilir, sehingga pada saat banjir material hasil
erosi yang diangkut tidak saja partikel sedimen yang halus akan
tetapi juga pasir, kerikil bahkan batu.

b. Bagian tengah
Merupakan daerah peralihan dari bagian hulu dan hilir. Kemiringan
dasar sungai lebih landai sehingga kecepatan aliran relatip lebih
kecil dari pada bagian hulu. Umumnya penampang sungai berbentuk V
sehingga daya tampung masih mampu menerima aliran banjir.

c. Bagian hilir
Biasanya melalui daerah pedataran yang terbentuk dari endapan pasir halus
sampai kasar, lumpur, endapan organik dan jenis endapan yang lainnya yang
sangat labil. Alur sungai yang melalui daerah pedataran mempunyai

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 16 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

kemiringan dasar sungai yang landai sehingga kecepatan alirannnya lambat,


keadaan ini memungkinkan terjadi proses pengendapan. Gambaran secara
umum untuk wilayah Kota Rantauprapat berada di daerah Middle Strean dan
Downs Stream seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Catatan:
Wilayah Kota Rantauprapat berada di daerah Middle Stream dan Downs Stream

Sungai yang melintas di wilayah Kota Rantauprapat secara umum dapat di


gambarkan berdasarkan asal kejadiannya sesuai arah jurus dan kemiringan
formasinya sebagai berikut:

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 17 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Pola Sungai Berdasarkan Arah Jurus dan Kemiringan (Asal Kejadiannya) :

a. Sungai konsekuen (K) adalah sungai yang alirannya mengikuti


kemiringan batuan.

b. Sungai subsekuen (S) adalah sungai yang arah alirannya


sejajar dengan jurusa lapisan batuan.

c. Sungai obsekuen (O) adalah sungai yang arah alirannya


berlawanan dengan arah kemiringan lapisan batuan.

d. Sungai resekuen (R) adalah sungai yang arah alirannya


searah dengan sungai konsekuen dan alirannya masuk ke
sungai subsekuen.

e. Sungai insekuen (I) adalah sungai yang arah alirannya miring


terhadap sungai konsekuen atau jurus batuan.

5. Sketsa Kondisi Daerah Aliran Sungai

Aliran sungai yang ada di Kota Rantauprapat umumnya memiliki satu alur
yang panjang dan lurus, secara prinsip masing masing anak sungai dari
DAS terbentuk akibat perkembangan kota yang pesat dan terbentuknya
daerah pemukiman sebagai enclave-enclave sehingga untuk memenuhi
kebutuhan saluran pembuangan membuat saluran drainase/pembuangan
yang dihubungkan dengan aliran sungai yang ada.

Kondisi inilah yang menyebabkan sistim drainase yang ada di Kota


Rantauprapat tidak tertata dengan baik, di tambah perkembangan
pembangunan perumahan tidak bersamaan (sesuai dengan
perkembangan kota dan investasi pengembang perumahan). Akibatnya
saluran drainase yang dibangun pada awalnya hanya untuk satu kawasan
perumahan disambung dengan perumahan berikutnya yang berada di
belakangnya menyebabkan beban saluran drainase tidak mencukupi dan
terjadi limpasan/luapan banjir.

Saluran drainase yang ada di kawasan perumahan umumnya adalah


saluran drainase jalan, mengingat pembangunan saluran drainase
biasanya di buat di kiri dan kanan jalan sesuai dengan pola site plan
perumahan. Jadi tidak heran apabila terkajinya banjir bukan hanya
disebabkan alirannya tidak lancar tetapi bisa juga akibat luapan dari

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 18 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

limpasan dari sungai yang mengalami debit ekstrim dan menjadi effek
balik ke areal perumahan. Kondisi topografi yang relatif datar untuk
wilayah perkotaan menimbulkan problem tersendiri, misalnya di beberapa
aliran sungai ternyata alirannya bolak-balik (reversible).

Kondisi yang sangat memprihatinkan untuk penataan saluran drainase


Kota Rantauprapat adalah akibat adanya zone cekungan rawan yang
membatasi aliran air secara alamiah dengan sistim gravitasi tidak bisa
berjalan dengan semestinya dan terjadi penumpukan di areal cekungan
tersebut. Ada 9 (lima) lokasi zone cekungan rawan genangan di wilayah
Kota Rantauprapat mulai dari selatan ke utara, yaitu :

1. Jalan Ahmad yani (depan showroom Yamaha)

2. Jalan Sirandorung (ke arah jalan bypass)

3. Jalan Sei Tawar

4. Jalan Tualang lingkungan Aek Matio

5. Jalan Diponegoro

6. Jalan Imam Bonjol

7. Jalan Ahmad Dahlan

8. Jalan Urip Sumodiharjo

9. Jalan Surau (belakang eks pasar baru)

6. Parameter Data Aliran Sungai

Apabila ditinjau dari segi hidrologi, alur sungai mempunyai dua peranan
yaitu mengalirkan air dan membawa atau mengendapkan partikel
sedimen yang terangkut. Berdasarkan peranannya itu maka parameter
data hidrologi sungai yang utama dan langsung bermanfaat dalam
perencanaan bangunan pengamanan sungai adalah data :

a. tinggi muka air;

b. besar aliran;

c. debit sedimen dan;

d. data hujan sebagai sumber air sungai.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 19 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

7. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kota Rantauprapat


Kondisi daerah aliran sungai di wilayah kota Rantauprapat tidaklah rumit.
Hal ini disebabkan daerah mempunyai kontur yang menurun secara terus
menerus namun perlu diperhatikan dibeberapa titik karena area cekungan.
Sedangkan sungai utama (Sei Bilah) kondisi yang ada di lapangan saat ini
masih dipergunakan sebagai sistim jaringan irigasi dan pemanfaatanya
juga menjadi bahan baku untuk supply air minum (PDAM) di wilayah
Rantauprapat. Sehingga perlu analisa debit banjir maksimum DAS di Kota
Rantauprapat.

Analisa debit banjir DAS diperlukan untuk menentukan dimensi saluran


(lebar badan air) di bagian hilir DAS (perbatasan dengan wilayah
kabupaten/kota diluar wilayah Kota Rantauprapat) yang efektif untuk
perencanaan banjir 50 tahunan.

8. Tipikal Struktur Drainase Sekunder dan Tertier


Analisa Saluran Drainase Perencanaan saluran drainase tergantung pada
besarnya debit rencana dan curah hujan rencana. Kapasitas saluran harus
mampu menampung air agar tidak terjadi genangan.

Tipe konstruksi yang akan digunakan pada umunya adalah :

Saluran terbuka berbentuk trapesium;

Saluran terbuka berbentuk persegi;

Gorong-gorong

Box culvert

Kapasitas dan Dimensi

Dimensi dan ukuran mengacu kepada grafik dan parameter yang terkait
dengan bentuk dari masing masing saluran. Dalam hal ini untuk saluran
dianggap menggunakan ukuran standar yang biasa digunakan. Ketentuan
tentang hubungan antara debit saluran (kapasitas saluran) dengan tinggi
jagaan (Freeboard), kaitannya dengan dimensi saluran, dapat dilihat pada
Tabel 4.2. dan Tabel 4.3.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 20 | B A B V


Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Tabel 5.1.
Hubungan Antara Debit dengan Freeboard (Fr)

Q (m3/dt) Fr (m)
0,00 0,30
0.30 - 0.50 0,40
0.50 - 1.50 0,50
1.50 - 15.0 0,60
15.00 -
0,75
25.00
> 25.00 1,00

Sumber : Salamun, Diktat Kuliah Irigasi, UNDIP - 1999.

Tabel 5.2.
Kecepatan Aliran Air Yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material

Kecepatan Aliran yang


Jenis Bahan
diizinkan (m/detik)

Pasir halus 0,45


Lempung kepasiran 0,50
Lanau alluvial 0,60
Kerikil halus 0,75
Lempung kokoh 0,75
Lempung padat 1,10
Kerikil kasar 1,20
Batu-batu besar 1,50
Pasangan batu 1,50
Beton 1,50
Beton Bertulang 1,50

Sumber : Tata cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Dewan Standarisasi Nasional DSN

Bentuk Typikal Saluran Drainase Sekunder dan Tertier

Bentuk saluran drainase sekunder di wilayah perumahan di pakai


beberapa jenis dengan bentuk typikal sesuai dengan kebutuhan
dilapangan. Namun untuk nilai estetika kawasan pemukiman, sebaiknya di
gunakan saluran yang memiliki dimensi yang seragam sesuai kebutuhan.
Nilai estetika akan menambah kenyamanan dan keasrian kawasan
pemukiman seperti contoh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Ruang Kolam
Sal. terbuka retensi
hijau
PT. KONSULINDO CITRA ERNALA drainase 21 | B A B V
Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

Gbr 5.4. Contoh kawasan perumahan asri, saluran drainase terkonsep, RTH,
dan kolam retensi

Ada 4 (empat) bentuk saluran yang bisa dipakai untuk wilayah


perumahan, yaitu: Single Box culvert, U Ditch dengan penutupnya, Saluran
berbentuk Trapesium dan Gorong gorong bulat.

Gbr 5.5. Box Culvert Gbr 5.6. Saluran Trapesium

PT. 5.6.
Gbr KONSULINDO CITRA ERNALA
Gorong-gorong 22 | B
Gbr 5.7. Saluran U Cahnnell AB V
Tertutup
Laporan Akhir
Penyusunan Masterplan Drainase
Kota Rantauprapat

5.5. PENYIAPAN JADWAL PEMBANGUNAN FISIK

Jadwal pembangunan fisik perlu disusun guna mencapai hasil yang


optimal dari program pemerintah dalam pembangunan. Dalam hal ini
pemerintah kota Rantauprapat melalui Badan Perencana Pembangunan
kota Rantauprapat telah melaksanakan penyusunan rencana induk sistem
drainase kota Rantauprapat. Berdasarkan rencana induk tersebut dapat
digunakan sebagai acuan dalam melakukan langkah langkah ketahap
berikutnya.

Langkah langkah yang telah dan perlu disiapkan adalah meliputi :

1. Penyusunan Master Plan Drainase kota Rantauprapat, yang sesuai


penyusunan

laporan ini.

2. Berdasarkan Masterplan ini disusun pula Detail Engineering Desain


(DED), dimana berdasarkan hasil analisis, diskusi dengan pemerintah
daerah yang diwakili oleh BAPPEDA kota Rantauprapat.

PT. KONSULINDO CITRA ERNALA 23 | B A B V

Anda mungkin juga menyukai