LB =
L > 8B
L ≥ 8 x 4,16 m
L ≥ 33,28 m
Jadi, estimasi awal panjang kantong lumpur (L) adalah ≥ 33,28 m dan lebar saluran kantong
lumpur (B) adalah < 4,16 m.
Penentuan In
(Kemiringan energi dasar kantong lumpur pada eksploitasi normal atau kantong lumpur hampir
penuh)
Asumsi :
Vn = 0,40 m/dtk (untuk mencegah tumbuhnya vegetasi) dan agar partikel – partikel yang
besar tidak langsung mengendap di hilir pengambilan)
n = 0,025 (Koefisien kekasaran manning untuk dinding terbuat dari pasangan batu kali)
Keliling basah :
(Kemiringan energi dasar kantong lumpur pada saat pembilasan, kantong lumpur kosong)
Sedimen kantong lumpur berupa pasir halus. Untuk asumsi awal dalam menentukan Is :
Kecepatan pembilasan diambil Vs = 1 m/s
Debit pembilasan (Qs) = 1,2 x Qn =1 x 0,554 = 0,6648 m3/s
,5 = 0,4432 m
Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik kecepatan aliran harus tetap dalam keadaan subkritis
atau Fr < 1,0
OK!
Diperoleh
Penentuan Panjang Kantong Lumpur
125 m
Karena estimasi awal panjang kantong lumpur ≥ 33,28 m, maka ambil panjang kantong
lumpur 125 m.
Karena estimasi awal panjang kantong lumpur ≥ 33,28 m, maka ambil panjang kantong
lumpur 206 m.
Kontrol berfungsinya kantong lumpur (pembilasan 1 minggu)
ωo = 0,00216 m/detik diperoleh do = 0,051 mm (dari lampiran grafik 1) < dari diameter
rencana yaitu 0,07mm, maka material yang sudah mengendap tidak akan berhambur lagi.
maka
Diperoleh efisiensi pengendapan dari lampiran 2 grafik sebesar 0,925. Jadi 92,5%
sedimen masuk ke intake dapat diendapkan pada kantong lumpur
ω = 0,004 m/detik
syarat : (KP-02)
ω = 0,004 m/detik
syarat : (KP-02)
Τo = 9,280 N/m2 diperoleh diameter butir (dari lampiran grafik 3) dm = 13 mm. Jadi
partikel-pertikel yang lebih kecil dari 13 mm akan terbilas.
LAMPIRAN
Grafik 1
Grafik 2
Grafik 3