Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

HIDUP
REKLAMASI PANTAI KAPUK NAGA INDAH
(Pulau 2A, 2B dan 1)

Di

Kawasan Pantai Utara Jakarta

Kelurahan Kapuk Muara dan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan,

Kota Administrasi Jakarta Utara

DISUSUN OLEH :

1. FAJAR (197052513)
2. HERDIANSYAH ALKAH (197052510)
3. DIMAS ABDI PRATAMA (197052490)
4. GRANDO ALI FADILLAH (197052519)
5. MUHAMMAD RIZKY FADILAH (197052497)
6. RICO PRANATA SAPUTRA (177052084)

UNIVERSITAS BALIKPAPAN
D4 KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
2020
BAB 1
RENCANA KEGIATAN

2.1 Tahap Pra-Konstruksi


Kegiatan pada tahap prakonstruksi adalah penetapan lokasi proyek Reklamasi
Pantai Kapuk Naga Indah (3 pulau reklamasi) sebagai kegiatan yang menimbulkan
dampak, dapat diuraikan sebagai berikut:

Sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa pada tahun 1997 PT.
Kapuk Naga Indah telah melakukan kegiatan persiapan (perencanaan) reklamasi.
Sehubungan dengan krisis ekonomi dan finansial yang berlangsung hingga tahun
2000 maka kegiatan-kegiatan PT. Kapuk Naga Indah tertunda. Dengan mulai
pulihnya kegiatan perekonomian maka mulai tahun 2005 PT. Kapuk Naga Indah
kembali melakukan pemutakhiran kajian-kajian persiapan, terutama:

1. Pemutakhiran konsep reklamasi oleh konsultan perencana terdahulu.


Sebagaimana halnya pada kajian perencanaan tahun 1997, perencanaan
sekarang ini juga mempertimbangkan hasil kajian pemodelan hidrodinamika
perairan laut dan pertimbangan kajian hidrolika perairan sungai dan estuary.
2. Konsultasi penjabaran Rencana Tata Ruang baik di lingkungan Pemerintah DKI
Jakarta maupun Pemerintah Pusat.
3. Melakukan identifikasi lokasi-lokasi quary pasir laut dan batuan yang
ditawarkan oleh pihak ke tiga, yang pengadaannya nanti akan dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pengukuran dan pemetaan -8 m sistem proyeksi TM30.
5. Melakukan konsultasi dengan berbagai instansi terkait dalam rangka optimasi
rencana pembangunan.
6. Melakukan kajian AMDAL dan melibatkan masyarakat di dalam proses
penyusunan AMDAL agar dapat dilakukan minimasi dampak negatif dan
optimasi dampak positif.
7. Pembuatan UDGL (Urban Design Guide Line).
8. Pekerjaan Pra-Kualifikasi, Kualifikasi dan Tender.
9. Pekerjaan yang masih harus dilakukan berkaitan dengan perijinan
pembangunan fisik, terutama Ketetapan Rencana Kota, Ijin Pendahuluan, Ijin
Membangun Prasarana dan pekerjaan pengukuran, pematokan (uitzet) lokasi
yang akan dibangun.
Mengacu ke Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah DKI Jakarta dan PT.
Kapuk Naga Indah, maka luas areal kerja PT. Kapuk Naga Indah adalah 1.131
Ha dengan rincian:

Pulau 2A : ± 310 Ha
Pulau 2B : ± 285 Ha
Pulau 1 : ± 275 Ha
Perairan laut : ± 261 Ha
Jumlah : ± 1.131Ha

Perlu ditegaskan bahwa kajian AMDAL Tahun 2007 adalah untuk keperluan
telaahan mendalam untuk pulau 2A (Risort Island), berdasarkan Perencanaan
teknis reklamasi Kapuk Naga Indah yang mencakup basic design dan design
engineering yang dilakukan oleh Witteveen Bos Indonesia.

Berdasarkan hasil kajian tersebut PT. Kapuk Naga Indah menugaskan


Witteveen Bos Indonesia untuk melakukan kajian Hydraulic and
Hydrodynamic Pulau 1, Pulau 2A dan Pulau 2B, baik pemodelan pulau per
pulau maupun pemodelan sekaligus 3 pulau. Kajian hidrodinamika yang
dilakukan oleh Witteveen Bos Indonesia mencakup:

1. Identifikasi area proyek dan area sekelilingnya meliputi:


A. Identifikasi integrasi lokasi terhadap rencana BP Pantura,
B. Pola drainase kota,
C. Identifikasi tipologi pesisir pantai, dan
D. Karakteristik lokasi proyek terutama keberadaan ekosistem mangrove,
akumulasi sampah dan bahan pencemar serta keanekaan ikan tangkap.
2. Review kajian-kajian terdahulu dan identifikasi kondisi fisik terutama:
A. Hasil kajian penatalaksanaan air sungai secara konverhensif di
JABODETABEK (JICA, 1997),
B. Kajian NEDECO 1995,
C. Kajian NEDECO – Kapuk Naga 1997.
3. Pelingkupan masalah dan metodologi meliputi:
A. Isu pokok kajian,
B. Dampak terhadap banjir,
C. Dampak terhadap ekosistem pantai,
D. Istrumen mitigasi, dan
E. Asumsi yang digunakan dalam kajian..
4. Deskripsi model meliputi:
A. Uraian umum model hidrodinamika,
B. Pembakuan model/model setup terdiri atas general model properties,
model system island project, grids and bathymetry, schematisation of
project measures, physical coefficients,
C. Kalibrasi dan validasi model, dan
D. Kondisi boundary: kondisi yang diinginkan, model skala pasang air laut,
aliran air sungai, angin dan gelombang.
5. Dampak terhadap tinggi muka air sungai dan system drainase meliputi:
A. Cara pendekatan, dan
B. Dampak terhadap tinggi muka air di sepanjang garis pantai, Kali Angke,
Cengkareng Drain, Muara PU Drain, Kali Tanjungan, Kali Kamal dan Kali
Dadap.
6. Dampak terhadap hidrodinamika pantai meliputi:
A. Hasil pemodelan teluk Jakarta (arus dan tinggi muka air laut serta pola
gelombang laut), dan
B. Hasil pemodelan meliputi dampak konstruksi 3 pulau terhadap
perairan laut, dampak konstruksi dan dampak pendalaman boundary
drain terhadap sirkulasi perairan pantai
7. Dampak terhadap lingkungan pantai meliputi:
A. Sediment transport dan morfologi,
B. Tinjauan histories teluk Jakarta,
C. Tinjaun histories kegiatan di lokasi proyek,
D. Model sediment transport,
E. Dampak terhadap kualitas air laut,
F. Dampak terhadap ekosistem mangrove, dan
G. Analisis sedimentasi di muara Cengkareng Drain.
2.1.1 Fokus Studi

Pembangunan 3 pulau buatan menyebabkan suatu perubahan yang


signifikan terhadap garis pantai, hal ini akan mengubah suatu garis pantai
baru pada kedalaman -8 m kontur di depan garis pantai lama, dan akan
mempengaruhi pergerakan air di daerah pantai lama, lingkungan pantai dan
debit air di muara sungai dan saluran-saluran (drain). Prosedur AMDAL
menginginkan inventarisasi pengaruh-pengaruh tersebut dan dampak terkait
pada morfologinya, seperti keinginan mengetahui prosedur suatu evaluasi,
pengukuran investigasi dalam hal dampak yang akan terjadi. Fokus laporan
meliputi aspek-aspek berikut:

1. Pengaruh pembangunan pulau pada tinggi muka air di daerah saluran


wilayah permukiman. Kriteria, tinggi permukaan air dan kondisinya di
saluran wilayah permukiman di bagian selatan jalan tol disarankan tidak
mangalami kenaikan mencapai kondisi kritis, sebagai perbandingan adalah
kondisi situasi saat ini.
2. Pengaruh pembangunan pulau tersebut pada siklus air di daerah pantai
dan iklim gelombang yang terjadi. Tujuannya adalah mengatur nilai-nilai
yang ada dan memperbaiki batasan-batasan kondisi lingkungan pantai
dikemudian hari, dimana kemungkinan bertanggung jawab terhadap
perairan laut dan sungai terhadap keberadaan hutan mangrove dan
pengurangan dampak negative baik oleh bahan terapung maupun
sampah-sampah di wilayah ini.

2.1.2 Dampak terhadap pencegahan banjir

Untuk pengembangan di wilayah DKI Jakarta baik ke Selatan


maupun ke arah daratan lain yang sangat terbatas, satu-satunya
kemungkinan adalah ke arah laut, hal ini telah terjadi seperti wilayah
Pluit, Muara Karang, Pantai Indah Kapuk serta target pengembangan
lainnya bagi wilayah Kapuk dan Cengkareng. Proses pengembangan ini
akan menghasilkan penambahan wilayah tertutup oleh kegiatan
manusia, hasilnya aliran air permukaan akan bertambah kuat dan besar
dan mengurangi wilayah genangan air.
Adanya saluran-saluran yang ada sudah tidak cukup untuk
menampung urbanisasi yang ada, sehingga masalah banjir menjadi
perhatian utama warga dan politisi, yang menginginkan perbaikan
boundary aliran di daerah tersebut, tetapi tentu saja semuanya
membutuhkan waktu untuk memperbakinya. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan 3 (tiga) pulau buatan adalah tidak
akan menambah masalah saat ini. Bahkan akan menunjukkan bahwa
adanya 3 (tiga) pulau buatan tersebut tidak akan menghalangi
perbaikan-perbaikan di kemudian hari dari kondisi pola alirannya.

2.1.3 Dampak pada sistem wilayah pantai

Rencana pengembangan memperhatikan perlindungan wilayah


hutan mangrove sebagai suatu faktor kelestarian lingkungan. Hal ini
diperlukan untuk menjaga sirkulasi air dan pengendapan sedimen
sebagaimana yang ada saat ini serta mengevaluasi adanya perubahan-
perubahan setelah pulau buatan terbentuk. Dalam usaha mengatur
level sirkulasi air yang sama kondisinya dengan kondisi saat ini,
terutama dalam mengatur interaksi antara air payau, air laut dan air
tawar, debit air sungai dan saluran-saluran air di daerah perencanaan
perlu distimulasi di wilayah perbatasan mangrove. Salah satu aspek
adalah mengurangi jumlah sampah dan sedimen di wilayah mangrove.
Pembentukan pulau buatan akan mengubah kondisi garis pantai lama
dan hal ini akan berdampak terhadap morfologi garis pantai lama dan
juga sepanjang garis pantai baru, instrusi air laut serta pola arus,
gelombang dan pasang surutnya.

2.1.4 Pengamatan mitigasi dan evaluasinya

Pengamatan mitigasi juga dilakukan untuk mencegah dampak-dampak


negatif di pulau-pulau buatan tersebut.
1. Menghilangkan beting lumpur di muara Cengkareng Drain dan
muara Kali Angke.
2. Memperlebar muara Cengkareng Drain dan muara Kali Tanjungan
yang terletak diantara pulau-pulau dan memperdalam muara kanal-
kanal hingga -3,35 m PP/-4.10 m PD sebagaimana telah
direkomendasikan di dalam laporan untuk menampung
penambahan kapasitas sungai.
3. Melengkapi ruang yang cukup untuk menambah lebar muara-
muara kanal terutama di bagian hulu Kali Angke untuk
mengimplementasikan kondisi masa depan di pulau-pulau Pantura
bagian Timur yang akan terjadi.
4. Melengkapi ruang yang cukup untuk memperlebar saluran-saluran
di wilayah Kali Dadap dan Kali Kamal, mengikuti implementasi
rencana reklamasi lepas pantai Propinsi Banten.
5. Melengkapi kanal-kanal antara pantai yang lama dengan pulau baru
dan memperdalam kanal apabila diperlukan untuk sirkulasi air di
wilayah mangrove.

2.1.5 Metode dan objektif

Model hidrodinamika telah digunakan dalam pelaksanaan proyek


ini untuk mendapatkan gambaran pergerakan air di saluran-saluran
permukiman dan wilayah pantainya. Model dimaksudkan untuk
pengendalian terhadap muka air dan sirkulasinya sebelum dan sesudah
terbentuknya pulau-pulau tersebut secara kuantitatif, baik saat
sekarang maupun masa depan tentang situasi aliran dan pengaruhnya,
dengan cara membandingkan model dan pengaruh pengembangan
lepas pantai yang terjadi. Berbagai model telah dikembangkan untuk
mengetahui pengaruh sistem sungai dan sistem pantainya, adakah
interaksi antara air pasang surut dan perubahan muka air serta pola
arus dan muka air di daerah aliran dekat laut wilayah permukiman dan
pengaruh salurannya. Suatu model hidrodinamika yang menyeluruh
(intergrated) yang dikembangkan di sebagian laut Jawa, teluk Jakarta
dan saluran-saluran permukiman perlu dikaji semuanya. Perbedaan-
perbedaan pembuatan model untuk mengetahui sistem sungai dan
sistem daerah pantainya perlu beberapa model yang terdiri dari
pasangan berbeda dari kondisi pisiknya (kecepatan angin, kondisi
pasang surut serta debit sungainya).
Berikut ini hidrodinamika model run dibuat untuk mendapatkan
objektifnya, dengan skenario sungai sebagai berikut:
1. Situasi yang ada (tanpa pengembangan pulau)
2. Pengembangan 3(tiga) pulau dan mitigasi sistem sungai
3. Saat pengembangan (hanya pulau 2A) termasuk mitigasi sistem
sungainya
4. Saat pembangunan 3 pulau termasuk studi mitigasinya pada sistem
sungai untuk mengevaluasi tingkat dampaknya.

Skenario model run sungai untuk menentukan kondisi sungai saat


ini, debit dan kapasitasnya serta disain waktu yang menunjukkan
pengaruh sungai sekarang dan masa depan. Skenario daerah pantai:

1. Situasi yang ada (sebelum pulau dikembangkan),


2. Perkembangan penuh 3 (tiga) pulau buatan termasuk perhitungan
mitigasi sistem sungai,
3. Perkembangan sebagian pulau (2A) beserta mitigasi sistem sungai,
4. Pengembangan penuh ke-3 pulau termasuk mitigasi dalam sistem
sungai untuk keperluan analisis tingkat dampaknya.

2.1.6 Terjadinya debit yang ekstrem

Modeling dilakukan dalam studi ini berdasarkan data sektor-sektor


sungai dan debit yang berbeda tinggi permukaannya, yakni:
1. Kapasitas debit sungai saat ini.
2. Kapasitas discharge yang mewakili discharge yang ada pada eron-
section saluran-saluran urban yang tanggulnya selalu hampir
dibanjiri (penuh).

Deskripsi kajian hydraulik dan hydrodinamika dalam rangka


pembangunan Kapuk Naga Indah sebagaimana diihtisarkan di atas
disajikan sebagai appendix. Proses diskusi di lingkungan BP Pantura,
Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, BPPT, LAPI ITB, FT UGM, FT UI,
Balitbang SDA Departemen PU, Dinas PU, BBWSCC dan PT. Kapuk Naga
Indah telah dilakukan dengan intensif pada tanggal 24 Juli 2007.
Hasil kesimpulan rapat pembahasan tersebut dapat disampaikan
sebagai berikut:

1. Lebar garis pantai dengan pulau reklamasi 300 m (100 m mangrove


dan 200 m alur perairan/lateral kanal). Lebar permukaan basah dan
luas penampang basah pada low water spring vertikal kanal lebih
besar dari lebar permukaan basah dan luas penampang
2. basah pada low water spring muara sungai apabila pulai sebelah kiri
kanan direklamasi.
3. Masih perlu dilakukan kalibrasi model dan validasi parameter
model dengan melakukan pemantauan dan evaluasi selama proses
reklamasi berlangsung terhadap data batimetri, water level,
kecepatan aliran, sedimentasi dan perubahan garis pantai pada
sungai Banjir Kanal Barat, Cengkareng Drain, Kali Tanjungan, Kali
Kamal dan sekitar muara-muara sungai tersebut.
4. Hasil monitoring di atas digunakan untuk Update Model
hidrodinamika, terutama untuk memeriksa kembali pemodelan
yang telah dilakukan.

2.2 Tahap Konstruksi


Secara garis besar pekerjaan yang akan dilaksanakan pada
tahap konstruksi reklamasi adalah sebagai berikut:

2.2.1 Rekrutmen Tenaga Kerja


Pada tahap konstruksi reklamasi, jumlah tenaga kerja yang
akan terserap diperkirakan ± 1.000 orang pada saat puncak.
Untuk komposisi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.4
berikut.

Tabel 2.4. Komposisi Tenaga Kerja Konstruksi


N Kualifikasi Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja
o
Orang %

1 Tenaga Ahli (Perencana) 20 2

2 Tenaga Ahli Teknik Sipil 20 2

3 Tenaga Ahli Bidang Lain 40 4

4 Tenaga Pengawas Lapangan 30 3


5 Pelaksana (Tukang) 250 25

6 Pembantu Pelaksana (Kenek) 600 60

7 Tenaga Penjaga Keamanan 40 4

Jumlah 1000 100

Sumber: PT. Kapuk Naga Indah, 2012

2.2.2 Mobilisasi Alat dan Bahan


Mobilisasi alat konstruksi reklamasi dilakukan melalui
transportasi laut. Sebagaimana dikemukakan pada bagian
terdahulu bahwa pengadaan bahan material reklamasi yang
diperlukan (batu, pasir laut dan tanah urug) dipercayakan
kepada pihak ke-3 melalui mekanisme tender. Landasan hukum
yang berkaitan dengan penambangan bahan galian golongan C
diatur di dalam:
A. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
217/Kpts/M/Pertamben/ 1983 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Bahan
Galian Golongan C yang terletak di Lepas Pantai.
B. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
370/224/M PE/1985 tentang Pelimpahan Wewenang
Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Pasir Laut yang terletak
di Daerah Lepas Pantai Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu.
C. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
0815/800/M PE/1988 tentang Pedoman Teknis Penyusunan
Penyajian Informasi Lingkungan dan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan di Bidang Pertambangan Umum dan
Bidang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan
Sumberdaya Panas Bumi.

Salah satu syarat pemberian ijin usaha penambangan


bahangalian golongan C pasir laut adalah penyusunan dokumen
AMDAL. Kajian dampak lingkungan dimaksud sudah harus
menelaah secara dalam dampak positif dan dampak negatif
penambangan pasir laut sesuai dengan jumlah cadangan, masa
waktu penambangan dan cara penambangan. Dampak
lingkungan dimaksud mencakup dampak terhadap lingkungan
fisik alami, lingkungan hayati dan lingkungan sosial ekonomi,
sosial budaya.

Dalam rangka penyediaan kebutuhan bahan reklamasi bagi


PT. Kapuk Naga Indah maka salah satu syarat utama peserta
tender adalah Izin Operasional Penambangan Bahan Galian
Golongan C dan Rekomendasi AMDAL untuk lokasi quary. Proses
pengangkutan bahan-bahan reklamasi dari lokasi quary ke lokasi
proyek akan menjadi bagian dari studi AMDAL ini. Pengangkutan
bahan material reklamasi (batu) dilakukan melalui transportasi
laut hingga menuju lokasi Reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah,
dimana peralatan angkutan akan disediakan oleh suplier
(perusahaan pemasok bahan material reklamasi), terutama
kapal tongkang. Dengan demikian kajian AMDAL Kapuk Naga
Indah tidak mengkaji dampak penambangan batu terhadap
lingkungan sekitar tambang tetapi difokuskan pada dampak
transportasi bahan-bahan reklamasi.

Bahan Material yang akan disediakan oleh PT. Kapuk Naga


Indah dalam rangka reklamasi pulau adalah:

A. Pengadaan Pasir Laut


1. Kebutuhan Pasir Laut
Kebutuhan material pasir urug untuk areal reklamasi
Pulau 2A (luas 310 Ha) dibutuhkan pasir sebesar
20.900.000 m3, pulau 2B (285 Ha) sebesar 18.663.055 m3
dan pulau 1 (275 Ha) sebesar 19.209.597 m3. Kebutuhan
ini direncanakan disuplai dari daerah Kabupaten Serang,
Provinsi Banten.
2. Lokasi Penambangan Pasir Laut
Pasir urug yang akan digunakan untuk kebutuhan
reklamasi Kapuk Naga Indah Pulau 2A akan disuplai dari
supplier PT. Jetstar yang kuasa penambangan (KP) berada
diperairan laut lepas pantai utara Kabupaten Serang
Provinsi Banten.
PT. Jeztstar memiliki beberapa surat izin usaha pertambangan operasional
produksi (terlampir) seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.5. Lokasi Pengambilan Pasir


No Lokasi Usaha Luas Volume yang dapat Ketebalan Jangka
Area digali Waktu
1 Di lepas pantai utara Kab. 2.076 Ha 20.076.000 m3 2m 4 Tahun
Serang(Blok I, II) Blok Pulau
Panjang
2 Di lepas pantai utara Kab. Serang 1000 Ha 3.000.000 m3 2m 2 Tahun
(Blok I) Blok Pontang
3 Di lepas pantai utara Kab. Serang 1000 Ha 2.500.000 m3 2m 2 Tahun
(Blok II) Blok Pontang
4 Di lepas pantai utara Kab. Serang 940 Ha 1.500.000 m3 2m 2 Tahun
(Blok III) Blok Pontang
5 Di lepas pantai utara Kab. Serang 1000 Ha 3.000.000 m3 2m 2 Tahun

Keterangan :

1. Surat Izin Bupati Serang Nomor 541/SK.04/IUP/DISTAMBEN/2010,


tentang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (Blok I, II) Blok
Pulau Panjang.
2. Surat Izin Bupati Serang Nomor 541/SK.01 s/d.
04/IUP/DISTAMBEN/2012, tentang Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi (Blok I sampai IV) Blok Pontang.

Selain dari sumber di atas, kekurangan pasir urug/pasir laut akan


didatangkan dari daerah Provinsi Lampung dan Provinsi Bangka Belitung.
Saat ini masih dalam penjajakan, antara lain:

1. PT. Samudera Banten Jaya, lepas pantai Utara Kabupaten Serang


(mempunyai Dok. Andal, RKL dan RPL).

2. PT. Tobas Kaula Kencana, alur Sungai Wai Seputih, Kab. Lampung
Tengah, Kab. Lampung Timur dan Kab. Tulang Bawang (mempunyai Dok.
Andal, RKL dan RPL).

3. PT. Nusambada Pratama, Kramat Watu Kab. Serang (mempunyai Dok.


Andal, RKL dan RPL).
B. Proses Penambangan dan Pengangkutan
a. Pengadaan Kapal
Untuk kegiatan penambangan pasir laut di wilayah KP
eksplorasi PT. Jetstar akan dilakukan dengan kapal keruk
hisap (cutter suction dredger, CSD) sebanyak 1 unit. Jenis
kapal ini memiliki kapasitas muat sebesar 500 m3/jam yang
disesuaikan dengan kedalaman laut.

b. Pemasangan Rambu-rambu
Pengadaan sarana penunjang di laut berupa pemasangan
rambu-rambu di lokasi penambangan berupa pelampung di
setiap sudut areal layak tambang dengan menggunakan
instrumen kontrol (GPS).

c. Penambangan Pasir Laut


Sesuai dengan rencana kapasitas produksi PT. Jetstar
direncanakan penambangan dengan menggunakan 1 unit kapal
keruk hisap (cutter suction dredger, CSD) dengan kapasitas
500 m3/jam. Pasir laut beserta material lain yang terdapat di
pasir laut akan direncanakan/diberai dan dihisap sambil
berjalan dengan peralatan, kemudian hasil hisapnya
disemprotkan langsung ke dalam Hopper Barger (Tongkang).

d. Sistem penambangan

Sistem penambangan yang akan diterapkan


adalah crossing system yang merupakan sistem penambangan
yang berwawasan lingkungan, kerjanya dengan sistem
membentuk alur yang sejajar, baik melintang ataupun
membujur blok-blok penambangan. Tahapan kegiatan
penambangan yang akan dilakukan:

1. Wilayah kuasa penambangan yang layak ditambang dibagi


menjadi sub blok-sub blok dengan ukuran 250 m sampai
400 m. pembagian areal ini untuk memudahkan
perencanaan dan pelaksanaan penambangan.
2. Penambangan dilaksanakan berdasarkan sub blok-sub blok
penambangan yang telah ditentukan, agar dampak
lingkungan yang ditimbulkan dapat diperkecil.
Kegiatan penambangan direncanakan dari sub blok I dan
setelah selesai baru pindah ke sub blok II dan seterusnya.

Sistem penambangan

Sistem penambangan
yang akan diterapkan adalah crossing system yang
merupakan sistem penambangan yang berwawasan
lingkungan, kerjanya dengan sistem membentuk alur yang
sejajar, baik melintang ataupun membujur blok-blok
penambangan. Tahapan kegiatan penambangan yang akan
dilakukan:

A. Wilayah kuasa penambangan yang layak


ditambang dibagi menjadi sub blok-sub blok
dengan ukuran 250 m sampai 400 m. pembagian
areal ini untuk memudahkan perencanaan dan
pelaksanaan penambangan.
B. Penambangan dilaksanakan berdasarkan sub blok-
sub blok penambangan yang telah ditentukan, agar
dampak lingkungan yang ditimbulkan dapat
diperkecil.
C. Kegiatan penambangan direncanakan dari sub blok
I dan setelah selesai baru pindah ke sub blok II dan
seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar kontraktor reklamasi pulau menyediakan
tanki-tanki bakar (2.000 ton) di areal Pantai Indah
Kapuk. Selain itu disediakan 1 unit kapal yang
akan membawa bahan bakar ke lokasi tambat
kapal-kapal yang sedang bekerja.
C. Pengangkutan Hasil Galian
Pengadaan dan pengangkutan pasir hasil penambangan
untuk material reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah
akan dilibatkan (dipercayakan) pihak ketiga melalui
mekanisme tender. Sebagai landasan hukum yang
terkait dengan penambangan bahan galian golongan C
diatur di dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 217/KPTS/M/Pertamben/1983, tentang
Pedoman Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha
Pertambangan Bahan Galian Golongan C yang terletak
di lepas pantai. Pasir hasil penambangan setelah
dimuat ke dalam tongkang (hopper barge) dengan
kapasitas 500 m3 akan langsung ditarik oleh tug boat
ke lokasi proyek reklamasi Pantai Kapuk Naga Indah.
Jarak tempuh dari lokasi penambangan sampai ke
lokasi proyek reklamasi diperkirakan sejauh 40 Km.

D. Pengadaan Batu
Lokasi sumber pengadaan batu dalam rangka
memenuhi kebutuhan material proyek Reklamasi
Pantai Kapuk Naga Indah direncanakan dari kegiatan
penambangan bahan galian C (batu andesit) yang
dilakukan oleh:

a. Koperasi Pegawai Maritim, PT Persero Pelindo II;


Penambangan batu adesit di desa Pulo Ampel
Margasari dan Sumuranja, Kecamatan Pulo Ampel
Kabupaten Serang. UKL –UPL tahun 2004.
b. PT. Batu Alam Makmur dengan luas lahan
penambangan ± 25 Ha, berlokasi di Blok Gunung
Perahu, Desa Ukirsari, Kecamatan Bojonegara,
Kabupaten Serang, dimana kegiatan penambangan batu
tersebut dapat memasok kebutuhan material proyek
dan telah memiliki persetujuan UKL/UPL dari Tim
Penilai AMDAL Pemerintah Kabupaten Serang Nomor
666.1/1021/KLH, tanggal 31 Mei 2005.
c. PT. Batu Alam Sari, Penambangan batu andesit, desa
Ukir Sari Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang.
UKL-UPL tahun 2005.
d. PT. Anugerah Batu Gunung Geri Zim. Penambangan
batu andesit di desa Ukir Sari Kecamatan Bojonegara
Kabupaten Serang. UKL-UPL thn 2006.
Tabel 2.6 Kebutuhan Batu

Volume Material (m³) Pulau 2A Pulau 1 Pulau 2B

Luas=310 Ha Luas = 275 Ha Luas = 285 Ha

Quarry Run (0-10 kg) (m³) 166.000 148.964 164.026


Rock 10 214.000 192.037 211.455
- 60 kg (m³)
Rock 60 239.800 215.189 236.948
- 300 kg (m³)
Rock 300 - 1000 kg (m³) 62.600 56.176 61.856
Rock 1000 - 3000 kg (m³) 153.800 138.016 151.971
TOTAL 836.200 750.382 826.256

Sumber: PT. Kapuk Naga Indah (2012)

E.Pengadaan Tanah Urug (Top Soil)


Kebutuhan tanah merah untuk menutup lapisan pasir pada tanggul
3 pulau reklamasi diperkirakan mencapai 105.000 m3. Dengan
demikian kebutuhan tanah merah untuk melapis tanggul tiap pulau
± 35.000 m3. Apabila yang digunakan dump truk kapasitas 20 m3,
maka jumlah rit angkutan tanah untuk 1 pulau adalah 1.750 rit
untuk masa waktu 180 hari (10 rit/hari), pengankutan tanah merah
dilakukan pada malam hari pukul 21.00 – 05.00 WIB. Kebutuhan
tanah merah untuk ruang terbuka hijau 3 pulau reklamasi dan luas
sabuk hijau pada pulau reklamasi akan dikaji pada proses
penyusunan AMDAL pemanfaatan pulau hasil reklamasi,
rencananya akan didatangkan dari daerah Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten

2.2.3
Pengurugan/Reklamasi dan
Pembangunan Tanggul/Breakwater
a. Acuan

a) Acuan Vertikal (Datum)


Sistem acuan vertikal (Datum) ialah Peil Priok, sebagaimana
yang digunakan oleh DKI. Peil Priok (PP*) didefinisikan
sebagai: PP* = MSL (Muka air laut rata rata)–1.20 m.

b) Definisi Elevasi
Definisi elevasi berikut perlu dibedakan:
A.Elevasi desain, yang berupa level permanen yang diperlukan
setelah 50 tahun. Elevasi ini mencakupkan tambahan untuk
kenaikan muka air laut masa datang (tambahan 0,3 m untuk
tanggul).
B.Elevasi pembangunan, yang berupa tinggi permukaan
setelah penyelesaian pembangunan. Elevasi pembangunan ini
lebih tinggi daripada elevasi desainnya. Untuk tanggul elevasi
pembangunan ini mencakupkan tambahan elevasi untuk
mengimbangi penurunan muka-tanah sisa (penurunan muka-
tanah konsolidasi yang belum terjadi selama pembangunan)
dan pengaruh-pengaruh jangka panjang lainnya.
C.Elevasi pengurugan, yang merupakan level langsung setelah
penempatan urugan. Level urugan ini lebih tinggi daripada
level pembangunan dengan tambahan untuk mengimbangi
penurunan muka-tanah konsolidasi.
3.Kondisi Batas Hidrolik
A.Kondisi angin
Nilai ekstrem kondisi angin dianalisa dengan menggunakan
empat perangkat data (Argoss, KNMI, BMG and NCEP).
Evaluasi terhadap ke empat perangkat data ini menunjukkan
bahwa perangkat data Argoss (pengamatan satelit) merupakan
perangkat data yang paling terandalkan untuk situasi sekarang.
Data Argoss dalam kawasan seluas 400x400 km dimana
proyek berada telah dianalisis untuk menentukan nilai-nilai
ekstrem kondisi angin. Nilai-nilai ekstrem untuk setiap arah
angin ditunjukkan pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7. Nilai-nilai ekstrem kecepatan angin untuk setiap arah angin [m/det]

arah angin

345 15 45 75 105 135 165 195 225 255 285 315

[°]

– – – – – – – – – – – –

periode ulang

15 45 75 105 135 165 195 225 255 285 315 345

[yr-1]

100 18 17 14 17 16 19 15 16 16 16 18 19

1000 21 19 16 19 18 20 16 17 17 17 20 21

10000 23 20 18 21 20 21 18 18 17 18 22 23
1.Muka Air
Muka air laut rata-rata ialah pada +1.2 m PP*. Muka air laut pasang
perbani rata-rata (MHWS) ialah kira-kira pada +1.7 m PP*, mean low
water spring kira-kira pada +0.6 m PP*. Kenaikan muka air laut pada
masa mendatang diantisipasi setinggi 0.3 m.

(1) Kondisi Gelombang


Kondisi-kondisi gelombang ekstrem (tinggi gelombang signifikan Hs
dan periode gelombang signifikan Ts) pada pertahanan laut telah
disimulasi dan ditentukan dengan model spektral generasi ketiga
SWAN yang berupa singkatan dari Simulating Waves Nearshore.
Perhitungan-perhitungan SWAN dilakukan untuk kondisi dengan
keberadaan Pulau 1 dan 2B maupun tanpa keberadaan Pulau 1 and
2B. Perhitungan-perhitungan ini dilakukan untuk tiga arah angin:

a) Utara (345° – 15°);


b) Timur (75° - 105°);
c) Utara-utara-barat (315° - 345°).
Gelombang-1/10,000 di tempat pertahanan laut sisi utara memiliki
tinggi gelombang signifikan Hs setinggi 4.1 m, periode rata-rata
TM02 selama 5.7 s dan periode gelombang spektral TM-1.0 = 8.7 s.
B.Umur Konstruksi dan Aspek Keamanan
a. Umur pakai dan persyaratan fungsional
Desain level dan pelindung peninggian-tanah struktur utama (tanggul)
telah didesain berdasarkan umur-pakai fungsional selama 50 tahun.
Persayaratan-persyaratan fungsional berikit diperhitungkan:

a) Kriteria limpasan 1 l/s/m


b) Periode ulang kejadian badai (Tabel 2.8)

Tabel 2.8. Periode Ulang Kejadian Badai

Periode Ulang Periode Ulang


Kejadian Badai Kejadian Badai Bahan
Batas Orientasi Periode t [yr] Perhitungan Pelindung Lereng
Level Puncak [yr- [yr-1]
1
]
Utara 0-50 1.000 10.000
timur / barat 0 -5 100 100
(tidak termasuk keberadaan
pulau 1 and 2B)
timur / barat 5 – 50 1.000 10.000
(termasuk keberadaan pulau 1 and
2B)
Selatan 0 - 50 1.000 10.000

Tabel 2.9. Muka Air Desain

periode ulang [yr-1] 1/100 1/1,000 1/10,000

Muka air laut pasang perbani rata-rata +1.68 m PP* +1.68 m PP* +1.68 m PP*
akibat angina 0.20 m 0.30 m 0.40 m

lonjakan badai 0.06 m 0.12 m 0.18 m

DWL0 years +1.9 m PP* +2.1 m PP* +2.3 m PP*

kenaikan muka air laut 0.30 m 0.30 m 0.30 m

DWL50 years +2.2 m PP* +2.4 m pp* +2.6 m PP*

2.Tanggul, Terbuka Temporer


Derajat keterbukaan tanggul batas tergantung pada keberadaan
Pulau 1 dan 2B. Pulau 2A merupakan pulau pertama yang
akan dikembangkan. Dianggap bahwa 3 tahun setelah
penyelesaian Pulau 2A dan 2B kemudian dibangun Pulau 1.
Tanggul batas sebelah barat dan timur Pulau 2A oleh sebab itu
akan terbuka terhadap gelombang selama periode maksimum 5
tahun (yang bersesuaian dengan periode ulang yang
dipersingkat sebesar 1/100).

Setelah 5 tahun gempuran gelombang pada tanggul sebelah


timur dan barat dikurangi oleh keberadaan Pulau 1 dan 2B.
Periode ulang yang digunakan untuk kondisi permanen
beragam terhadap:

d) Pelindung Lereng
Kelebihan buangan desain dapat menyebabkan kerusakan
pelindung lerengnya. Karena hal ini tidak diinginkan,
digunakan periode ulang yang relatif lama yakni 1/10,000.

a) Level Puncak
Kelebihan buangan desain akan menyebabkan buangan yang
melimpah lebih besar daripada 1 l/s/m. Ini dapat saja
mengganggu tetapi tidak merusak struktur. Digunakan periode
ulang 1/1,000.

3.Pengaruh landsubsidense dan kenaikan muka air laut


Jakarta dan sekitarnya terletak pada zona dataran-rendah
pantai di mana tanahnya sensitif terhadap subsidens. Subsiden
tanah disebabkan oleh:

A.Pengaruh penurunan muka-tanah jangka-pendek atau primer


akibat kegiatan pengurugan dan perubahan-perubahan pada
muka air tanah.
B. Konsolidasi sekunder pada lapisan paling atas endapan baru.sa
C. Konsolidasi pada lapisan akibat penyedotan air tanah.
Tambahan setinggi 1 m untuk mengimbangi pengaruh
subsidens tanah telah dimasukkan ke dalam desain ini: Muka
air laut dapat saja naik akibat pemanasan global. Tambahan
setinggi 0,30 m telah dipertimbangkan dalam desain ini.

4.Penurunan Muka Tanah Sisa

A. Penurunan muka tanah sisa setelah periode konsolitasi (3


bulan setelah penyelesaian penempatan salir tegak) harus
kurang dari 0,3 m di kawasan perumahan.
B. Level desain puncak tanggul (level pembangunan dikurangi
penurunan muka-tanah sisa) harus dipenuhi setelah 50 tahun.
C. Penurunan muka tanah puncak harus dibatasi (hingga kira-
kira 0,5 m) untuk mencegah perlunya pemeliharaan akibat
penurunan muka tanah.
D. Level pembangunan berm harus setinggi mungkin, tetapi
tidak lebih tinggi daripada MHWS (= +1.68 m PP*).

5. Kondisi-kondisi Ekstrem
i. Tsunami
Tsunami ialah sederetan gelombang yang ditimbulkan apabila
sekumpulan air dipindahkan secara cepat dalam skala yang
sangat besar. Gempa, longsor, erupsi gunung berapi dan
benturan meteorit besar semuanya memiliki potensi untuk
menimbulkan tsunami. Ketika gelombang tsunami ini
mendekati perairan dangkal di daerah pantai, periode
waktunya tetap sama, tetapi panjang-gelombangnya berkurang
cepat, dengan demikian menyebabkan air menumpuk dan
membentuk puncak gelombang yang sangat tinggi. Sistem
polder dengan tanggul yang cukup tinggi ini memberikan
pertahanan yang lebih baik terhadap bahaya tsunami.

ii. Gempa
Struktur geoteknis didesain pada percepatan permukaan
selama terjadinya gempa sebesar 0,30g sesuai dengan peta
gempa Indonesia.

Rencana Reklamasi

1.Fase pengembangan
Kegiatan Reklamasi akan diwali dengan Pulau 2A, yang
diikuti oleh Pulau 1 dan 2B. Fase pertama akan berupa
paruhan selatan Pulau 2A dengan kawasan reklamasi kira-kira
100 ha. Pembangunan Pulau 2A dipertimbangkan sebagai
berikut:

A.Langkah 1, 100 ha pertama hingga 130 ha (Pulau 2A)


(1) Pekerjaan persiapan, yang terdiri atas pembangunan
base camp dan pembangunan lapangan pendukung di
Pantai Indah Kapuk, Sektor Utara Barat.
(2) Pekerjaan awal pembangunan di atas air dari kira-kira
kontur kedalam - 4m PP*.
(3) Pembangunan struktur cofferdam pancang-lembaran
dan kawasan reklamasi kira-kira pada kontur
kedalaman -4m PP* sebagai dermaga sementara untuk
pembongkaran batu dan memasok batu ini ke kawasan
penyimpanan.
(4) Pembangunan tanggul batas di selatan kontur
kedalaman –4m PP* sebagai berikut:
A.Penempatan zona urugan pasir dengan bantuan
ponton semprot hingga ke level urugan –1 m PP*
(hingga ke kontur kedalaman –2m PP*)
B.Pembangunan bund dengan bahan quarry run (di
atas geomattras di mana lapisan semprot pasir tidak
tersedia) atau geo tube.
C.Pengurugan tanggul dengan pengurugan hidrolik
sampai dengan elevasi diatas muka air tinggi, hingga
kira-kira +3.6 m PP* untuk membuat lantai temporer
untuk pembangunan tanggul permanen.
D.Penempatan vertikal drain (salir tegak) di atas urugan
pasir.
E.Pelindung peninggian tanah di pantai dengan batu
dan selanjutnya meninggikan level tanggulnya.
(5) Hasil akhir ialah tanggul batas temporer yang berbentuk-U.
(6) Pengurugan pasir hidrolik di kawasan reklamasi dengan
bantuan ponton semprot hingga ke level kira-kira –1 m
PP*. Urugan hidrolik ini bermula dari sisi selatan (di
tempat di mana terdapat kedalaman air yang cukup untuk
menyemprotkan pasir) dan berlanjut menuju ke utara, yang
membentuk pantai pasir di sisi laut.
(7) Penempatan vertikal drain (saluran tegak) oleh
perlengkapan yang bekerja dari urugan pasir. Dalam
sebagian besar keadaan, muka air di daerah urugan pasir
perlu direndahkan agar dapat memasang vertikal drain
(salir tegak) di daerah polder ini dengan level urugan yang
berubah-ubah di antara garis air tinggi dan rendah.
Pembuatan kompartemen melalui pembangunan tanggul
permanen dan bund temporer diperlukan agar dapat
menurunkan muka air, memasang drainase di permukaan
tanah dan di bawah-tanah dan akhirnya drainase tegak.
(8) Penempatan tanggul pertahanan laut temporer timur-barat
di atas urugan pasir, yang dihampari dengan pelindung
batu.
(9) Membangun pemecah-gelombang di kontur-kontur bagian
sisi utara tanggul batas masa mendatang (langkah 2).
Pemecah-gelombang ini terbuat dari onggokan pasir yang
lebarnya 100m hingga ke kontur kedalaman –5m PP* yang
di atasnya dibangun bund geotube hingga ke level kira-kira
+2 m PP* (DWG 27 + 28).
(10) Mengeruk waduk penahan air atau saluran dan
selanjutnya menurunkan level air di kawasan perumahan
hingga ke –1.3 m PP*, di kawasan lapangan golf hingga ke
–2.2 m PP*.
Hasilnya akan berupa kawasan reklamasi fase pertama,
kira- kira 100 ha, yang akan mengalami penurunan
muka-tanah sisa (residual settlement). Level tanah di
kawasan perumahan di bagian tengah akhirnya akan
turun ke level mendekati +0.6 m PP*, kawasan
lapangan golf ke level rata-rata –0.6m PP* pada saat
penyerahan dari Kontraktor kepada PT. Kapuk Naga
Indah.

B.Langkah 2, Penyelesaian Pulau


Reklamasi kemudian akan diperluas ke arah Utara sebagai berikut:
(1) Penempatan suatu zona 100 to 200 m yang
dibangun dari urugan pasir dengan bantuan
ponton semprot hingga ke level urugan –1 m
PP* di bawah zona tanggul masa mendatang,
di belakang pemecah-gelombang geotube.
(2) Pembangunan tanggul batas temporer di
sekeliling kawasan yang tersisa termasuk
lantai untuk membangun tanggul permanen.
Pengurugan kawasan urugan, pembangunan
tanggul permanen termasuk pelindung,
membongkar tanggul pertahanan laut timur-
barat Fase 1, memasang dan merawat sistem
pengelolaan air temporer.

2.Struktur dan Infrastruktur Pendukung


A.Tanggul
Proyek ini dikelilingi oleh tanggul. Tanggul sisi utara
(pertahanan laut), yang terletak pada kontur kedalaman –7.2 m
PP*, dan muara kanal alur-keluar menghadap ke gelombang
yang datang dari Laut Jawa. Tanggul timur dan barat secara
temporer menghadap ke laut, hingga Pulau 1 dan 2B dibangun.
Tanggul-tanggul timur dan barat Pulau 2A menghadap alur-
keluar saluran makro, Cengkareng Drain dan Kali Tanjungan.
Batas sisi selatan tanggul ini menghadap kanal batas, di antara
pantai saat ini dan pulau-pulau tersebut. Tanggul ini hanya
sedikit terbuka terhadap gelombang.

B.Jalan Akses Permanen


Rencana induk ini menunjukkan sebentangan jalan akses
permanen. Jalan akses ini akan dibangun bersamaan reklamasi
Pulau 2A. Jembatan-jembatan di antara Pulau 2A dan pulau-
pulau lainnya masing-masing dibangun selama pembangunan
Pulau 1 dan 2B.

C.Terbuka Temporer Tanggul Di Sepanjang Kanal


Cengkareng Drain and Tanjungan
Peninggian-tanah tanggul batas timur dan barat Pulau 2A
secara temporer akan terbuka terhadap gelombang laut lepas
selama beberapa tahun.

D.Outlet channel (Kanal alur-keluar) untuk saluran perkotaan


Outlet channel (kanal alur-keluar) untuk saluran perkotaan
berikut dilewatkan melalui kawasan proyek ini :

(1)Kanal alur-keluar Kali Angke, yang terletak si sisi timur


proyek ini dan yang menyalurkan air buangan sebagian
kawasan DKI-Jakarta barat. Kanal ini sama-sama digunakan
bersama pulau Pantura pertama di timur kawasan Kapuk Naga
Indah.
(2)Kanal alur-keluar Cengkareng Drain, yang lewat di antara
Pulau 1 dan 2B.
(3)Kanal alur-keluar Kali Tanjungan dan PU-Drain, yang
lewat di antara Pulau 2A and 2B.
(4)Kanal alur-keluar Kali Kamal/Dadap. Kanal ini sama-sama
digunakan bersama pulau Banten pertama di barat kawasan
Kapuk Naga Indah.
Alur-keluar sungai-sungai ini perlu dipertahankan terbuka
selama seluruh fase pengembangan ini, untuk menyediakan
pembuangan yang tidak terhalang. Kanal alur-keluar dan
muara kanal alur-keluar Kali Angke akhirnya diperdalam
hingga ke –4.1 m PP* dan untuk sungai-sungai lain hingga ke
– 3.35 m PP*. Kedua kedalaman ini belum mencakup
tambahan pengerukan-lebih untuk pengendapan. Pendalaman
muara sungai tersebut dilakukan serentak dengan
implementasi pulau-pulaunya.

Anda mungkin juga menyukai