Anda di halaman 1dari 142

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

HIDUP
KEGIATAN REKLAMASI PULAU I BAGIAN BARAT
SELUAS 202,5 HA

DI KELURAHAN ANCOL, KECAMATAN PADEMANGAN


KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA-PROV DKI JAKARTA

DISUSUN OLEH :

1. FAJAR (197052513)
2. RICO PRANATA SAPUTRA (177052084)
3. DIMAS ABDI PRATAMA (197052490)
4. GRANDO ALI FADILLAH (197052519)
5. MUHAMMAD RIZKY FADILAH (197052497)
6. HERDIANSYAH ALKAH (197052510)

UNIVERSITAS BALIKPAPAN
D4 KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
2020
BAB 1
RENCANA KEGIATAN

1.4. RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN


Deskripsi rencana kegiatan yang diuraikan dalam bab ini didasarkan pada
dokumen Kerangka Acuan, namun dalam beberapa hal terdapat modifikasi atau
perubahan sesuai dengan hasilhasil kajian yang berkaitan dan peraturan atau
kebijakan tentang rencana kegiatan.

1.4.1. Lokasi Kegiatan


Lokasi rencana Reklamasi Pulau I Bagian Barat seluas ± 202,5 Ha terletak di
Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Kota Administrasi Jakarta Utara,
dengan batas-batas geografis sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Perairan Teluk Jakarta
b. Sebelah Timur : Perairan Laut lokasi rencana Reklamasi Pulau I Bagian Timur
(PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk)
c. Sebelah Selatan : Perairan Teluk Jakarta dan Pabrik PT Asahi Mas
d. Sebelah Barat : Perairan Teluk Jakarta, Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zachman dan Pelabuhan Kelas III Sunda Kelapa

Karakter/tipologi lingkungan dan kegiatan sekitar lokasi proyek secara singkat


dapat diuraikan sebagai berikut dan pada Gambar 3:
a. Saat ini lokasi proyek Reklamasi Pulau I Bagian Barat ini masih berupa
perairan laut terbuka, bukan areal tangkapan ikan dan juga bukan fishing
ground.
b. Di sebelah utara lokasi proyek saat ini terdapat pipa gas bawah laut milik PT
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
c. Di sebelah selatan lokasi proyek saat ini berupa kawasan Industri Ancol Barat
dan Perumahan Ancol Barat serta area rekreasi Taman Impian Jaya Ancol.
d. Di sebelah timur lokasi proyek saat ini berupa perairan laut yang merupakan
lokasi rencana reklamasi Pulau I Bagian Timur yang akan dikelola oleh PT
Pembangunan Jaya Ancol Tbk.
e. Di sebelah barat lokasi proyek saat ini berupa perairan laut Teluk Jakarta,
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Nizam
Zachman.
f. Di sekitar lokasi proyek terdapat komunitas dan aktivitas nelayan yang
berpusat pada PPS (Nizam Zachman).
g. Pemukiman penduduk terdekat berada di perumahan Ancol Barat
(Perumahan Marina).
h. Di sekitar lokasi proyek terdapat Jalur Kabel Telekomunikasi Bawah Laut
(SKKL) PT Indosat dan Kabel Optik Bawah Laut PT Telkom dan fasilitas penting
nasional yang dikelola oleh SKK Migas dan dioperasikan oleh PHE ONWJ yaitu
pipe line 26" dari anjungan (platform) lepas pantai menuju ke Onshore
Receiving Facilities (ORF) Muara Karang dan ORF Tanjung Priok yang berfungsi
menyuplai bahan bakar gas ke PLN. Untuk itu akan dilakukan risk assessment
terhadap keamanan dan keselamatan jalur pipa.
i. Reklamasi Pulau I sebagian masuk Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Blok
ONWJ dengan operator PHE ONWJ sehingga akan dibuatkan suatu MoU
antara pihak pengembang Pulau I dengan SKK Migas dan PHE ONWJ untuk
mengatur hak, kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab para pihak dan
saat ini sedang dilakukan penjajagan/koordinasi.
j. Kekhasan lokasi Pulau I Bagian Barat yang membedakan dengan lokasi Pulau I
Bagian Timur adalah : Keberadaan Kabel Telekomunikasi Bawah Laut (SKKL)
Jasa Raus PT Indosat dan Kabel Optik Bawah Laut PT Telkom di Pulau I bagian
barat dan berbatasan dengan Pelabuhan Nusantara Sunda Kelapa. Sedangkan
Pulau I Bagian Timur, terdapat Telekomunikasi Bawah Laut (SKKL) Jasa Raus
PT Indosat dan berbatasan dengan rencana reklamasi Pulau J.
k. Batas antara Pulau I bagian Barat dan Pulau I bagian Timur nantinya akan
dipisahkan oleh pembatas jalan. Lokasi Pulau I berjarak ± 300 m dari daratan
sehingga tidak menempel dengan daratan. Panjang pulau I Bagian Barat
adalah ± 2.800 m dan Lebar ± 700 m.
Lebih jelasnya terkait kegiatan lain di sekitar dijelaskan pada Bab Rona
Lingkungan Sub bab Kegiatan Lain di sekitar.

1.4.2. Tahapan Rencana Kegiatan


Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. Jaladri Kartika Pakci
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pra-reklamasi, reklamasi, dan pasca
reklamasi.
1.4.2.1. Tahap Pra Reklamasi
Kegiatan pada tahap ini mencakup penetapan lokasi proyek, perencanaan teknis,
dan perijinan reklamasi.
1) Penetapan Lokasi.
Penetapan wilayah reklamasi Pulau I diperlukan untuk memastikan bahwa
rencana kegiatan ini secara administrasi formal dapat dilakukan. Penetapan lokasi
telah didapatkan berdasarkan Surat Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1292/-
1.794.2 tanggal 21 September 2012 hal Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau I dan
kemudian diperbaharui dengan Surat Nomor 541/-1.794.2 tanggal 10 Juni 2014
hal Perpanjangan Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau I atas nama PT. Jaladri
Kartika Pakci.
2) Survei dan Perencanaan Teknis
Sesuai kewajiban yang tertuang dalam Izin Prinsip Reklamasi Pulau I Bagian Barat,
maka dilakukan berbagai perencanaan teknis studi pendukung seperti kajian dan
perencanaan reklamasi, pembuatan desain teknis reklamasi dan tanggul, kajian
hidrodinamika dan lain-lain. Perencanaan teknis yang telah dilakukan adalah:

i) Kajian penanggulangan banjir yang disyahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum.


Kajian ini telah selesai dilakukan. Hasil kajian antara lain adalah:
• Kemiringan saluran drainase arah memanjang minimum 1 permil atau
perbedaan ketinggian sebesar 1 m untuk setiap panjang 1 Km saluran.
• Pada Pulau I direncanakan ada 2 lokasi yang menjadi kolam penampung air
hujan yang letaknya di tengah pulau bagian kiri dan kanan, kolam
penampung ini menjadi tempat pembuangan akhir dari sistim drainase,
dengan demikian panjang saluran drainase maksimum kurang dari 1.500 m
sehingga memungkinkan seluruh aliran air dilakukan dengan cara gravitasi.
• Saluran drainase berupa saluran berbentuk U atau box dari beton dengan
ukuran standar, diletakan secara horizontal sepanjang pinggir jalan dengan
bagian atas yang sama tinggi, kemiringan saluran terjadi karena adanya
perbedaan tinggi saluran yang makin ke hilir makin besar, sehingga terjadi
perbedaan ketinggian dasar saluran.
ii) Kajian hidrodinamika dan sedimentasi berkaitan dengan penentuan jarak/lebar
kanal baik vertikal maupun horizontal yang disyahkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum. Kajian hidrodinamika dan sedimentasi ini juga mempertimbangkan
keberadaan reklamasi pulau di sekitarnya (Pulau J, Pulau K dan Pulau L). Kajian
hidrodinamika dan sedimentasi ini dilakukan dengan bantuan dari konsultan PT.
LAPI ITB. Kajian ini telah selesai dilakukan.
Hasil kajian antara lain adalah:
• Keberadaan Pulau I dan pulau-pulau di sekitarnya menurunkan tinggi
gelombang periode 50 tahunan antara 0,0 – 2,05 cm.
• Terjadi peningkatan kecepatan arus antara 0,08 – 6,89 cm/detik.
• Peningkatan permukaan (elevasi muka air laut) di perairan antara Pulau I
dan daratan berkisar antara 0,1 – 2 cm.
• Peningkatan elevasi seabed akibat sedimentasi antara 0,1 – 9 cm dalam
waktu 50 tahunan.

Dengan demikian kesimpulan yang diperoleh dari kajian hidrodinamikan dan


sedimentasi adalah sebagai berikut:
• Dari hasil kajian hidrodinamika dan sedimentasi dapat disimpulkan bahwa
keberadaan Pulau I tidak mempengaruhi hidrodinamika, dan sedimentasi
di Jakarta Utara. Dalam hal ini perubahan elevasi muka air, kecepatan
arus, dan sedimentasi ditunjukkan dengan selisih yang sangat kecil saat
kondisi tanpa reklamasi dan dengan adanya reklamasi. Hal ini disebabkan
karena masih adanya chanel (badan air) antara sesama pulau dan pesisir
Jakarta Utara.
• Desain Reklamasi Pulau I memiliki elevasi puncak lahan reklamasi pada
+8.80 dari LLWL pada bagian utara, dan +7.80 dari LLWL pada bagian
selatan.
• Terdapat tiga tipe tanggul yang akan dibangun untuk melindungi area
reklamasi.
Parameter dan properti tanggul dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Parameter dan Properti Tanggul

Paramete Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3


r
Kedalaman -9m s/d -8m -8m s/d -6m -6m s/d -4m
Tinggi Gelombang 3.61m 3.33m 1.44 m
Rencana
Armor Layer Tetrapod 4.68ton Tetrapod 2.10ton Batu Alam 350-
500kg
Filter Layer Batu Alam 450- Batu Alam 200- Batu Alam 45-50kg
500kg 250kg
Core Layer Batu Alam 45-50kg Batu Alam 45-50kg -
Sumber: PT Jaladri Kartika Pakci, 2014
Keterangan: Semua batuan dan tetrapod yang digunakan dalam kondisi solid

• Berdasarkan kajian geoteknik yang dilakukan, tinggi timbunan tambahan yang


diperlukan setelah konsolidasi terjadi agar dicapai elevasi puncak sesuai rencana
dan nilai faktor keamanan untuk setiap profil tanggul adalah sebagai berikut :
✓ Profil 1 membutuhkan timbunan tambahan setinggi 1.72 meter agar
dicapai elevasi puncak sesuai rencana, dengan nilai faktor keamanan 1.81.
✓ Profil 2 membutuhkan timbunan tambahan setinggi 1.65 meter agar
dicapai elevasi puncak sesuai rencana, dengan nilai faktor keamanan
sebesar 1.87.
✓ Profil 3 membutuhkan timbunan tambahan setinggi 1.44 meter agar
dicapai elevasi puncak sesuai rencana, dengan nilai faktor keamanan
sebesar 2.03.
Ketiga profil tersebut dinilai aman terhadap keruntuhan dengan nilai faktor
keamanan lebih besar dari 1.75.

• Material utama yang dibutuhkan adalah Pasir dan Batu


• Lokasi pengambilan material yang diusulkan untuk pengambilan pasir adalah
Pulau Buruh, Banten dan daerah Serang. Sedangkan untuk material batu dapat
diambil dari lokasi Bojonegara.

iii) Kajian geoteknik berkaitan dengan penentuan disain reklamasi telah dilakukan
dengan bantuan dari konsultan PT. LAPI ITB. Kajian ini telah selesai dilakukan. Hasil
kajian antara lain adalah:

• Kondisi tanah dasar pada bagian dasar laut Pulau I mempunyai lapisan yang
lunak hingga mencapai kedalaman sekitar 14 m. Sedangkan rencana
pembuatan pulau ini mengharuskan adanya konstruksi tanggul dan timbunan
reklamasi yang tinggi. Akibatnya daya dukung tanah dasar tidak dapat
memikul beban di atasnya sehingga diperlukan suatu metode perbaikan tanah
untuk menanggulangi permasalahan ini.
• Perbaikan tanah yang dimaksud adalah pemasangan vertical drain pada area
timbunan reklamasi dan pembuatan sandkey pada bagian bawah tanggul.
Pemasangan vertical drain bertujuan untuk mempercepat proses konsolidasi
dan meningkatkan daya dukung tanah dasarnya sedangkan pembuatan
sandkey akan menggantikan tanah yang kurang baik dengan material pasir
sehingga tidak ada lagi tekanan air pori ekses yang terbentuk di bagian bawah
tanggul. Pada analisis ini, kedalaman sandkey di Pulau I adalah hingga lapisan
clayed silty yaitu pada kedalaman rata-rata ±6 m (sebaran kedalaman 6-11 m).

iv) Kajian global warming terkait dengan peningkatan muka air laut (sea level rise)
didapatkan tinggi penaikan muka air laut hingga 50 tahun kedepan adalah 0,40 m.

v) Kajian disain reklamasi menghasilkan bentuk tanggul adalah revetment dengan


bahan penyusun berupa batu alam berbagai ukuran dan tetrapod dalam beberapa
bobot.

Sedangkan survei yang akan dilakukan adalah survei material dasar. Survei ini perlu
dilakukan untuk mengetahui kondisi dibawah permukaan tanah dasar (seabed).
Survei ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa dibawah dasar perairan yang akan
direklamasi tidak terdapat fasilitas, alat-alat, atau material yang bernilai penting,
peninggalan sejarah, atau berbahaya yang dapat mengganggu kegiatan reklamasi.
Survei terdiri dari pemboran (boring) dangkal atau menggunakan multibeam
echosounder.

3) Perizinan Reklamasi

Untuk kegiatan reklamasi Pulau I Bagian Barat, PT. Jaladri Kartika Pakci telah memiliki
beberapa izin dan rekomendasi yaitu:

• Persetujuan Prinsip Reklamasi Pulau I dari Gubernur DKI Jakarta dengan Surat
Nomor 1292/-1.794.2 Tanggal 21 September 2012 dan diperpanjang dengan
Surat Nomor 541/-1.794.2 Tanggal 10 Juni 2014.
• Rekomendasi Keselamatan Pelayaran untuk Kegiatan Pengerukan dari KSOP
Klas III Sunda Kelapa dengan Surat No. PP.201/1/3/KSOP-SKA/14 Tanggal 8
Desember 2014.

Izin terkait yang akan diproses antara lain adalah :

• Izin Lingkungan sebagai dasar untuk pengurusan izin teknis operasional


lainnya. Izin lingkungan didapatkan dari BPTSP Prov. DKI Jakarta.
• Rekomendasi Teknis Pengambilan Material Reklamasi dari Dinas Perindutrian
dan Energi Provinsi DKI Jakarta.
• Izin Membangun Prasarana dari Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta.
• Izin olah gerak kapal dari KSOP Klas III Sunda Kelapa.
• Izin Pelaksanaan Reklamasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dalam proses perizinan ini, akan dilakukan juga koordinasi dengan pemilik atau
pengelola utilitas yang mungkin terkena dampak dari kegiatan reklamasi Pulau I.
Sebelum reklamasi dilakukan maka dilakukan dahulu kegiatan penanganan terhadap
utilitas yang terkena dampak.

Proses koordinasi dengan pemilik atau pengelola utilitas masih berlangsung.


Berdasarkan hasil koordinasi terbaru (Lampiran 3), beberapa kesepakatan yang telah
dicapai adalah:

• Telah dilakukan koordinasi dengan anggota Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel


Laut Seluruh Indonesia yang memiliki jalur SKKL di Pantura Jakarta yang
kemungkinan terkena dampak kegiatan reklamasi.
• Melakukan reroute terhadap jaringan SKKL dengan cara mengganti dengan
kabel yang baru. Metode, koordinat reroute masih dikoordinasikan.ANDAL
Kegiatan Reklamasi Pulai I Bagian Barat Luas 202,5 Ha

1.4.2.2. Tahap Reklamasi

Secara garis besar pekerjaan yang akan dilaksanakan pada tahap reklamasi dapat
dijelaskan sebagaimana disajikan pada Gambar 4 dengan tahapan sebagai berikut

1) Rekrutmen Tenaga Kerja


Pada tahap reklamasi Pulau I Bagian Barat seluas ± 202,5 Ha, tenaga kerja yang
akan terserap ±687 orang (Tabel 3). Sebagian besar tenaga kerja ini adalah tenaga
kerja tetap dari kontraktor pelaksana dan awak kapal dari kontraktor /
subkontraktor. Tenaga kerja sebagian besar akan berada di kapal TSHD atau CSD
baik sewaktu bekerja maupun tidak bekerja. Pengemudi truk akan berada di truk
dan bila istrirahat (off duty) akan berada di pangkalannya. Dengan demikian
diperlukan basecamp atau mess sebagai tempat istirahat bagi operator yang
sedang tidak dalam tugas (off duty). Basecamp atau mess ini akan menyewa
rumah-rumah milik penduduk yang ada di Muara Baru. Basecamp atau mess ini
juga akan berfungsi sebagai kantor atau direksi kit proyek.

Tabel 3. Kebutuhan Tenaga Kerja Reklamasi Pulau I Bagian Barat

Jumlah
No. Jabatan / Posisi Kualifikasi
(Orang)
1 Site Manajer S1, Pengalaman 1
2 Sekretariat D3, Pengalaman 3
3 Surveyor SLTA, Pengalaman 4
4 Supervisor SLTA, Pengalaman 4
5 Penyelam Sertifikat, Pengalaman 4
6 Awak Kapal CSD Sertifikasi 30
7 Awak Kapal TSHD Sertifikasi 80
8 Awak Kapal Tugboat dan Barge Sertifikasi 48
9 Operator Crane Barge Lisensi 9
10 Operator Bulldozer Lisensi 6
11 Operator Crane Lisensi 6
12 Operator Loader / Excavator Lisensi 6
13 Transportation Boat Crew + pembantu Lisensi 3
14 Sopir dan kenek truk SIM B1 467
15 Catering - 3
16 Pembantu - 10
17 Sekuriti Lisensi 3
Jumlah - 687
Sumber : PT Jaladri Kartika Pakci, 2014

2) Mobilisasi Alat dan Bahan Reklamasi


Jenis-jenis peralatan yang dibutuhkan dan akan digunakan dalam kegiatan
reklamasi Pulau IBagian Barat dapat dilihat pada Tabel 4. Alat reklamasi ini
sebagian besar akan dimobilisasilewat laut kecuali crane (vibro) dimobilisasi
melalui darat kemudian diseberangkan dengan menggunakan ponton. Mobilisasi
seluruh alat kerja reklamasi ini merupakan tanggung jawab kontraktor atau
subkontraktor pelaksana reklamasi.

Tabel 4. Kebutuhan Alat Berat Reklamasi Pulau I Bagian Barat

No. Jenis Kapasitas Jumlah (Unit)


Alat
1 Cutter Suction Dredger 1.000 m3/jam 1
2 Kapal Keruk TSHD 20.000-30.000 2
m3
3 Tugboat + Barge 1.000 - 1.600 6
HP
4 Crane Barge 80 ton 3
5 Bulldozer - 2
6 Crane (Vibro Compactor) 80 ton 2
7 Pipa 6” – 10 “ 300 – 400 m
8 Transportation Boat 20-30 pax 1
9 Dump truck 15 m3 233
10 Loader / excavator 3-6 2
m3
Sumber : PT Jaladri Kartika Pakci, 2014
Material yang digunakan untuk mereklamasi Pulau I Bagian Barat terutama
adalah batu berbagai ukuran, pasir laut, tetrapod dan tanah urug. Perkiraan
kebutuhan material reklamasi diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan Material Reklamasi Pulau I Bagian

Uraia Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Total


n
Kedalaman Perairan (m) -9 s/d -8 -8 s/d -6 -6 s/d -4 -
Pasir untuk Sandkey (m3) 557.229 613.714 1.105.714 2.276.657
3
Batu Alam 45 - 50 kg (m ) 510.299 497.155 710.867 1.718.321
3
Batu Alam 450 - 500 kg (m ) 46.313 - - 46.313
Batu Alam 200 - 250 kg (m3) - 26.150 - 26.150
3
Batu Alam 350 - 500 kg (m ) - - 59.087 59.087
Tetrapod 4.68 ton (m3) 159.676 - - 159.676
3
Tetrapod 2.10 ton (m ) - 128.035 - 128.035
3
Pasir Laut / Urug (m ) - - - 40.878.22
0
Geotextile (m2) 75.900 81.943 140.057 297.900
3
Tanah top soil (m ) - - - 243.000
Air bersih (m3/hari) - - - 46,74
Sumber : PT Jaladri Kartika Pakci, 2014Keterangan: Tipe 1 = Tanggul yang dibangun pada kedalaman
-8 hingga -9 m; Tipe 2 = Tanggul yang dibangun pada kedalaman -6 hingga -8 m dan Tipe 3 = Tanggul
yang dibangun pada kedalaman -4 hingga -6 m

Berdasarkan Kajian Sumber Material Reklamasi yang dilakukan oleh PT LAPI ITB
(2013) diperoleh informasi bahwa bahan urugan reklamasi (pasir dan batu) akan
diangkut melalui laut dari wilayah pemegang konsesi Kuasa Penambangan yang
telah memiliki Izin UsahaPertambangan dan Izin Lingkungan serta sertifikat Clean
and Clear. Beberapa wilayah yang dapat menjadi sumber material adalah di Selat
Sunda, Banten, Lampung dan Bangka Belitung. Proses pengangkutan merupakan
tanggung jawab pemasok atau supplier, sedangkan PT Jaladri Kartika Pakci
menerima material ditempat reklamasi atau franco on board (FOB).

Pengangkutan pasir laut menggunakan kapal TSHD kapasitas 20.000 – 30.000 m3.
Kapal TSHD (Trailing Suction Hopper Dredger) adalah kapal keruk yang menghisap
/ menyedot pasir di area quarry, menyimpannya dalam hopper, berlayar
mengangkut ke area reklamasi dan untuk kemudian ditimbunkan di areal
reklamasi.
Pengadaan batu alam didatangkan dari Bangka Belitung Belitung atau
Bojonegara. Pengangkutan batu alam menggunakan tongkang (barge/flip barge)
kapasitas ±5.000 m3 yang ditarik (towing) atau didorong (pushing) oleh tug boat.

Geotextile dan tetrapod dibeli dari pemasok dan selanjutnya diangkut


menggunakan barge ke langsung ke lokasi reklamasi. Sedangkan tanah untuk top
soil diangkut dengan menggunakan dump truck kapasitas ±15 m3ke pelabuhan
terdekat (Pelabuhan Sunda Kelapa) kemudian diangkut menggunakan barge /
flipbarge ke lokasi reklamasi. Dengan demikian perkiraan frekuensi pengangkutan
dapat diuraikan sebagaimana Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Perkiraan Ritasi Pengangkutan Material Reklamasi

Alat
Angkut Lama
Material Jumlah Asal Material
TSH Barg Truk Pekerjaa
D e n
Kap Rit/Hari Kap Rit/Hari Kap Rit/Hari
Bangka
3 Belitung,
Pasir laut (m ) 40.878.220 25,000 5 - - - - 1 tahun
Selat Sunda,
Lampung

Lumpur sandkey (m3) 2.276.657 - - 1000 36 - - 64 hari Area Pulau I


Bangka,
Batu alam (m3) 1.849.872 - - 5000 2 - - 185 hari
Bojonegara
Tetrapod (m3) 287.711 - - 1000 3 96 hari Jakarta

Geotextile (m2) 297.900 - - 1000 3 100 hari Jakarta

Tanah (Top soil) (m3) 243.000 - - 5000 1 15 333 49 hari Bogor

Jumlah 5 28 45 467

Sumber : Hasil Perhitungan Tim Penyusun, 2014


Gambar 5. Lokasi Rencana Pengambilan Material Reklamasi

3) Pengerukan Sandkey
Berdasarkan kajian geoteknik, kondisi seabed material disusun oleh lumpur.
Lapisan lumpur ini diperkirakan tidak cukup kuat untuk menahan beban tanggul
di atasnya. Maka untuk itu dilakukan penguatan dengan pembuatan sandkey.
Sandkey adalah teknologi penguatan dengan membuang lapisan lumpur dan
kemudian menggantinya dengan material yang lebih Rute Pengangkutan kuat
dan mempunyai kemampuan menahan beban yang direncanakan. Lapisan
lumpur yang akan dibuang berkisar pada kedalaman 6-11 m, hal ini berdasarkan
hasil boring yang memperlihatkan bahwa kedalaman ketebalan lapisan clayey silt
bervariasi mulai dari 6 – 11 m dengan nilai N-SPT 1/100 hingga 3. Sedangkan
lapisan silty clay ditemukan pada lapisan dibawah clayey clay dengan nilai N-SPT
lebih dari 4.
Pembuatan sandkey dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemasangan rambu-rambu kerja
Rambu-rambu kerja adalah rambu-rambu atau tanda-tanda yang dapat
memberikan informasi tentang keberadaan kegiatan pembuatan sandkey.
Rambu-rambu ini berguna baik bagi pekerja maupun bagi orang-orang atau
kapal-kapal yang berlayar di sekitar area kerja. Rambu-rambu kerja ini akan
dikoordinasikan dengan Distrik Navigasi yang membawahi perairan sekitar.
Umumnya rambu-rambu kerja ini adalah bola-bola merah –putih – merah.
Rambu-rambu kerja akan dipasang di areal pembuatan sandkey dan areal
pembuangan (dumping site).

b. Pre Sounding
Kegiatan pre sounding adalah kegiatan pemetaan kedalaman dan kondisi
seabedmenggunakan echosounder (pemeruman) single atau multibeam.
Kegiatan ini diperlukan untuk mengetahui kondisi dasar perairan dan
mendeteksi ada tidaknya benda yang mengganggu aktvitas pengerukan dan
atau benda-benda yang perlu penanganan khusus. Benda-benda yang
menganggu seperti bangkai kapal yang telah lama tenggelam, kayu atau besi
yang dapat membahayakan peralatan keruk. Benda-benda yang perlu
penanganan khusus antara lain adalah jaringan pipa bawah laut atau jaringan
kabel bawah laut. Hasil dari pre sounding adalah peta yang menunjukkan
kondisi dasar perairan yang akan berguna untuk menentukan posisi kapal dan
kedalaman pengerukan.

c. Pengerukan dan Pemindahan Material Tapak Sandkey


Material tapak sandkey berupa lumpur lunak dipindahkan dengan
pengerukan. Pengerukan dilakukan menggunakan kapal keruk tipe cutter
suction dredger CSD. Beberapa tahapan kegiatan pengerukan dalam rangka
pemindahan material ini adalah:
• Pengambilan Material Lumpur Seabed. Pengambilan material lumpur
seabed endapan atau pengerukan adalah kegiatan pemindahan material
penyusun sea bed sehingga volume dan yang telah diperhitungkan.
Material yang dikeruk menggunakan suction dredger adalah material yang
bersifat lepas seperti pasir atau pasir lanauan. Apabila material yang akan
dikeruk berupa lumpur maka perlu ditambahkan alat pemotong atau alat
pemberai (cutter). Jumlah material ini yang akan dikeruk adalah
±2.276.657m3. Pengambilan material keruk diawali dengan menurunkan
ladder hingga mendekati atau mencapai seabed. Ladder adalah belalai CSD
sebagai platform cutter dan pipa hisap. Selanjutnya cutter diputar untuk
memberaikan lumpur. Lumpur yang terberai langsung dihisap (suction)
melalui pipa hisap dan disalurkan ke ke hopper barge yang telah standby.
Kapasitas CSD yang digunakan adalah ±1.000 m3/jam. Sedangkan
kapasitas tongkang (hopper barge) adalah ±1.000 m3, sehingga dalam
waktu satu jam pengisian tongkang selesai.
• Pengangkutan dan Dumping Material Keruk. Hopper barge yang telah
penuh kemudian ditarik (towing) atau didorong (pushing) ke lokasi
dumping menggunakan tugboat. Penentuan lokasi dumping ditentukan
setelah berkoordinasi dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan (KSOP) Klas III Sunda Kelapa. Koordinat dumping site
berdasarkan rekomendasi tersebut adalah sebagaimana Tabel 7 dibawah
ini dan Gambar 6. Luas dumping area ini ± 1.112 ha.

Tabel 8. Lama Siklus Pengerukan dan Dumping Material Keruk

Waktu
Kegiata
(menit)
n
Pengangkutan ke dumping area (full loaded) 60
Proses pembuangan (dumping) 10
Pengangkutan ke areal pengerukan (empty loaded) 30
Penambatan / pengikatan ke CSD 10
Pengikatan ke tugboat 10
Waktu satu siklus 120
Sumber : Hasil Analisis, 2014 Keterangan:1)

Ilustrasi/tipikal pengangkutan material hasil keruk ke lokasi dumping dapat


dilihat pada Gambar 7 sampai Gambar 10.
Gambar 7. Tipikal Pengangkutan Material Keruk Ke Lokasi Dumping Area

Gambar 8. Tipikal Proses Dumping Material Keruk Melalui Bottom Door


Gambar 9. Tipikal Kondisi Perairan di Sekitar Pada Saat Dumping

Gambar 10. Tipikal Kekeruhan Setelah Dumping

d. Filling Tapak Sandkey


Untuk mencegah longsornya kembali tebing yang telah dikeruk, maka lembah
yang telah terbentuk segera diisi dengan pasir yang memenuhi persyaratan
untuk sandkey. Pengisian (filling) dilakukan dengan memompakan pasir yang
terdapat dalam hopper kapal keruk TSHD menggunakan waterjet yang ada.
Pasir dalam hopper dipompa dan disaluran menggunakan pipa. Posisi ujung
diatur dengan tali-tali sling yang ada sehingga pasir dapat ditimbunkan pada
posisi yang tepat. Untuk mengontrol kerataan dan elevasi timbunan sandkey
maka dilakukan pemeruman menggunakan echosounder. Lapisan sandkey
kemudian dipadatkan menggunakan vibro flot yang dipasang pada crane
barge

Gambar 11. Kegiatan Pemadatan Dengan Vibroflot Diatas Crane Barge

Ilustrasi pekerjaan pembuatan sandkey diperlihatkan pada Gambar 12


berikut.

Kondisi Existing
Gambar 12. Ilustrasi Penguatan Tanah Dengan Sandkey

4) Pembangunan Tanggul
Berdasarkan hasil kajian disain tanggul yang dilakukan oleh konsultan PT. LAPI ITB
(dalam Rencana Pengerukan Pulau I, 2013) yang telah mempertimbangkan
berbagai aspek yaitu bathimetri, pasang surut, gelombang, sea level rise akibat
pemanasan global, land subsidenceakibat beban di atas tanah, tsunami, storm
surge maka direncanakan terdapat tiga tipe tanggul seperti diperlihatkan pada
Tabel 9 dan Gambar 13 sampai Gambar 15. Lebih jelas tipe-tipe tanggul yang
dibangun adalah:
- Tanggul tipe 1: Tanggul ini dibangun pada kedalaman -8 hingga -9 m.
Tanggul ini dibangun untuk mampu menahan gelombang dengan
ketinggian gelombang rencana hingga 3,61 m. Tanggul ini terdiri dari
lapisan paling dalam (core layer) berupa susunan batu alam dengan bobot
45-50 kg per unit, kemudian dilapis dengan filter layer dari batu alam
dengan bobot 450 – 500 kg per unit. Pada lapisan terluar dilengkapi
dengan tetrapod untuk meredam energy gelombang. Bobot masing-
masing tetrapod adalah 4,68 ton.
- Tanggul tipe 2: Tanggul ini dibangun pada kedalaman -6 hingga -8 m.
Tanggul ini dibangun untuk mampu menahan gelombang dengan
ketinggian gelombang rencana hingga 3,33 m. Tanggul ini terdiri dari
lapisan paling dalam (core layer) berupa susunan batu alam dengan bobot
45-50 kg per unit, kemudian dilapis dengan filter layer dari batu alam
dengan bobot 450 – 500 kg per unit. Pada lapisan terluar dilengkapi
dengan tetrapod untuk meredam energy gelombang. Bobot masing-
masing tetrapod adalah 2,10 ton.
- Tanggul tipe 3: Tanggul ini dibangun pada kedalaman -4 hingga -6 m.
Tanggul ini dibangun untuk mampu menahan gelombang dengan
ketinggian gelombang rencana hingga 1,44 m. Tanggul ini terdiri dari
lapisan paling dalam berupa susunan batu alam dengan bobot 45-50 kg
per unit. Karena gelombang yang dating di area ini sudah kecil (1,44 m)
maka lapisan terluar cukup dilindungi dengan batu alam dengan bobot 350
– 500 kg/unit.
Tabel 9. Parameter dan Properti Tanggul

Paramete Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3


r
Warna
Kedalaman -9 m s/d -8 m -8 m s/d -6 m -6 m s/d -4 m
Tinggi Gelombang Rencana 3,61m 3,33 m 1,44 m
Armor Layer Tetrapod 4,68 ton Tetrapod 2,10 ton Batu Alam 350-500
kg
Filter Layer Batu Alam 450-500 Batu Alam 200-250 Batu Alam 45-50kg
kg kg
Core Layer Batu Alam 45-50 kg Batu Alam 45-50 kg -
Sumber : PT. Jaladri Kartika Pakci, 2014

Proses kegiatan pembangunan tanggul dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemasangan Rambu-rambu Kerja Rambu-rambu kerja adalah rambu-


rambu atau tanda-tanda yang dapat memberikan informasi tentang
keberadaan kegiatan reklamasi. Rambu-rambu ini berguna baik bagi
pekerja reklamasi maupun bagi orang-orang atau kapal-kapal yang
berlayar di sekitar area reklamasi. Rambu-rambu kerja ini akan
dikoordinasikan dengan Distrik Navigasi yang membawahi perairan sekitar.
Umumnya rambu-rambu kerja ini adalah bola-bola merah – putih – merah.

b. Penggelaran Geotextile
Setelah sandkey terbentuk maka selanjutnya dilakukan penggelaran atau
penghamparan geotextile. Geotextile dipasang pada lokasi sesuai gambar
desain. Geotextile yang akan dipasang dibawa menggunakan barge untuk
kemudian dipasang di lokasi. Penyelam dapat digunakan untuk membantu
pemasangan geotextile pada lokasi yang memiliki elevasi pemasangan
cukup rendah dari muka air laut. Geotextile yang sudah terpasang di lokasi
kemudian diberi pemberat agar tidak terangkat ke permukaan atau
bergeser dari posisi yang seharusnya. Pemberat tersebut dapat berupa
batu-batu yang nantinya akan menjadi lapisan core layer. Ilustrasi
pemasangan geotextile diperlihatkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Ilustrasi Pemasangan Geotextile

c. Penyusunan Core Layer Revetmen


Setelah geotextile dipasang pada lokasi, reklamasi memasuki tahap
pemasangan core layer revetment. Material core pada revetment ini
adalah berupa batu alam dengan berat 45-50 kg. Batu yang akan dipasang
dibawa ke lokasi dengan menggunakan barge dan diletakkan di lokasi
sesuai dengan gambar desain. Batu alam dapat dipindahkan dari barge ke
lokasi pemasangan dengan menggunakan alat berat excavator yang
ditempatkan pada ponton. Ilustrasi pemasangan revetment diperlihatkan
pada Gambar 17 berikut.

d. Penyusunan Filter Layer


Setelah bagian core revetment selesai dipasang, filter layer dapat mulai
dikerjakan. Material filter layer merupakan batu alam dengan berat yang
bervariasi tergantung desain masing-masing jenis tanggul. Pemasangan
material filter layer lakukan sesuai gambar desain. Material filter layer
dipindahkan ke lokasi pemasangan dengan menggunakan barge. Excavator
dapat digunakan untuk memindahkan material dari barge ke
lokasipemasangan. Untuk pemasangan material yang lebih berat,
excavator dapat diganti dengan menggunakan crane.
Gambar 17. Ilustrasi Pembuatan Tanggul / Revetment

e. Penyusunan Armour Layer


Armour layer adalah lapisan terluar dari revetment. Pada desain
revetment ini, material armour layer adalah berupa tetrapod dan batu
alam. Penggunaan tetrapod ataupun batu alam disesuaikan dengan
gambar desain. Tetrapod dan batu alam yang digunakan untuk revetment
ini cukup berat (tetrapod 4.68 ton dan 2.10 ton, batu alam 350-500 kg)
sehingga untuk melaksanakan pemasangan material ini diperlukan alat
berat berupa barge yang dilengkapi dengan crane (crane barge). Lokasi
dan pemasangan dilakukan sesuai dengan gambar desain.

5) Pengurugan / Reklamasi
Pekerjaan reklamasi dalam bagian ini adalah pekerjaan penimbunan dan
pemadatan material pasir yang digunakan untuk mengisi area reklamasi yang
sudah dikelilingi tanggul laut berupa revetment. Pekerjaan reklamasi baru boleh
dilaksanakan setelah area reklamasi dikelilingi oleh revetment. Hal ini dilakukan
agar material yang digunakan tidak berpindah dari tempat yang seharusnya.
Dengan demikian, reklamasi atau pengurugan baru dapat dilakukan setelah
tanggul atau revetment di Pulau I bagian timur telah terpasang dan menyatu
dengan tanggul di bagian barat. Proses reklamasi dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Penimbunan Sampai Elevasi HHWL


Setelah revetment yang mengelilingi area reklamasi selesai dibangun,
kegiatan penimbunan pertama dapat dilakukan. Penimbunan pertama
dilakukan hingga elevasi HHWL (+1,08 m dari LLWL). Penimbunan
dilakukan dengan cara rainbowing dengan menggunakan TSHD.
Rainbowing adalah salah satu metode pembuangan material dari TSHD
dengan cara menembakkan material ke atas. Contoh kegiatan rainbowing
dengan TSHD dapat dilihat pada Gambar 18. Selain dengan rainbowing
pengisian dapat juga dilakukan dengan menggunakan pipa dan material
digerakan dengan pompa dan booster(Gambar 19).Karena lebarnya area
reklamasi mencapai 1,5 km, dan terbatasnya jarak material yang dapat
ditembakkan oleh TSHD, maka akan terdapat beberapa bagian area
reklamasi yang tidak dapat dijangkau sehingga diperlukan alat berat di
bagian dalam area reklamasi untuk meratakan penyebaran material ke
bagian-bagian yang tidak terjangkau tersebut. Untuk menangangi masalah
ini, dapat digunakan buldozer. Buldozer di bagian dalam area reklamasi
dapat digunakan untuk mendorong material ke bagian-bagian yang tidak
terjangkau langsung oleh TSHD. Namun jika jarak terlalu jauh untuk
dijangkau bulldozermaka diperlukan bantuan truk untuk mengangkut
tumpukan material dan kemudian diratakan dengan bulldozer.Material
yang ditimbun harus dipadatkan sebelum dilakukan kegiatan penimbunan
selanjutnya. Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
vibratory roller (roller dengan penggetar).

Gambar 18. Rainbowing dengan TSHD.

Gambar 19. Sistem Pengurugan dengan Pompa dan Booster

b. Penimbunan dan Pemadatan Material Reklamasi Setiap 20 Cm Sampai


Elevasi Prefabricated Vertical Drain (PVD)
Setelah material timbunan dipadatkan pada tahap sebelumnya,
penimbunan dilakukan lagi hingga dicapai elevasi pemasangan PVD
(Prefabricated Vertical Drain). Penimbunan dilakukan setiap 20 cm, dan
langsung dilakukan pemadatan untuk setiap 20 cm tinggi timbunan.
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibratory roller.

c. Pemasangan PVD
Setelah didapat elevasi pemasangan PVD (1,5 meter di bawah elevasi
rencana) dan material sudah dipadatkan, kegiatan berikutnya adalah
pemasangan PVD untuk mempercepat proses terjadinya konsolidasi. PVD
dipasang dengan pola segitiga dengan jarak 1,30 meter dengan kedalaman
pemasangan sampai kedalaman -16.00 meter dari LLWL.

d. Waktu Tunggu Konsolidasi


Setelah PVD dipasang, proses konsolidasi diharapkan akan segera terjadi.
Berdasarkan kajian geoteknik yang sudah dilakukan, konsolidasi total akan
terjadi dalam jangka waktu 90 hari setelah PVD dipasang. Pada tahap ini
tidak ada pekerjaan yang perlu dilakukan selain menunggu konsolidasi
terjadi.

e. Penimbunan dan Pemadatan Hingga Elevasi Rencana


Setelah konsolidasi total terjadi, 90 hari setelah PVD dipasang, area
reklamasi sudah tidak akan mengalami penurunan akibat konsolidasi.
Elevasi area reklamasi pada waktu ini adalah lebih rendah dari elevasi
rencana akibat terjadinya konsolidasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penimbunan tambahan untuk mendapatkan elevasi akhir sesuai dengan
elevasi rencana. Penimbunan dan pemadatan untuk tahap ini dilakukan
setiap 20 cm tinggi timbunan. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan
vibratory roller.Ilustrasi metode pengisian dan pemadatan lahan reklamasi
dapat dilihat pada Gambar 20 sampai dengan Gambar 27.
Gambar 20. Penimbunan Sampai Elevasi HHWL

Gambar 21. Pemadatan Timbunan


Gambar 22. Penimbunan dan Pemadatan Hingga Elevasi PVD

Gambar 23. Hasil Penimbunan dan Pemadatan Hingga Elevasi PVD


Gambar 24. Pemasangan PVD

Gambar 25. Waktu Tunggu Konsolidasi

Gambar 26. Penimbunan dan Pemadatan Hingga Elevasi Rencana


Gambar 27. Lahan Reklamasi dengan Elevasi Sesuai Rencana

f. Penimbunan Top Soil


Top soil adalah atau tanah penutup lahan reklamasi diperlukan untuk
penanama tanaman pelindung dan ruang terbuka hijau. Oleh karena itu
tidak semua lahan reklamasi ditimbun dengan top soil. Tanah urug dari
barge / flip barge dibongkar atau dipindahkan truk mengguanakan loader.
Selanjutnya truk membawa tanah urug ke area yang akan ditimbun dan
membongkarnya, kemudian dipadatkan dengan roller compactor.
Ketebalan lapisan tanah urug untuk pembentukan top soil direncanakan
setebal 60 cm.

6) Aktivitas Tenaga Kerja


Selama pekerjaan reklamasi Pulau I Bagian Barat dilibatkan sebanyak 687 orang
tenaga kerja. Tenaga kerja ini sebagian akan berada di kapal (TSHD, CSD dan
Tugboat) baik ketika mendapat giliran bertugas (on duty) maupun ketika tidak
bertugas (off duty). Untuk operator pada saat bertugas akan berada di peralatan
di lokasi reklamasi dan pada saat tidak bertugas akan berada di basecamp atau
mess yang terdapat didaerah Muara Baru. Sedangkan supir dan knek truk akan
berada di truk ketika bertugas dan di pangkalan masing-masing apabila tidak
bertugas. Dengan demikian tenaga kerja yang akan berada di basecamp adalah ±
62 orang. Apabila tenaga kerja ini terbagi dalam 2 shift maka setiap hari akan ada
31 orang tenaga kerja di basecamp.

7) Penanganan Limbah B3Limbah B3 dihasilkan dari kegiatan pengoperasian alat-


alat berat, seperti oli bekas dan spare part alat berat. Penanganan limbah B3
langsung ditransfer kepada pihak pengumpul yang telah memiliki izin dari instansi
yang berwenang.

1.4.2.3. Tahap Pasca Reklamasi

Pada Tahap Pasca Reklamasi kegiatan yang ada meliputi:

1) Demobilisasi Peralatan
Setelah pekerjaan reklamasi selesai maka peralatan reklamasi akan
didemobilisasi oleh kontraktor ke base masing-masing.
2) Keberadaan Pulau I Hasil Reklamasi
Setelah proses reklamasi selesai, akan dihasilkan lahan hasil reklamasi Pulau I
Bagian Barat seluas ± 202,5 Ha. Lahan reklamasi ini sebelum dimanfaatkan akan
dibiarkan selama beberapa bulan (biasanya 9 bulan) agar konsolidasi tanah dapat
berjalan maksimal. Di atas lahan reklamasi ini nantinya akan dibangun berbagai
fasilitas perkotaan. Untuk kegiatan ini akan diurus izin lingkungan tersendiri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada.

1.4.3. Skedul / Jadwal Rencana Kegiatan

Skedul Rencana Reklamasi Pulau I yang telah disepakati bersama oleh PT Jaladri Kartika
Pakci dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Jadwal Pelaksanaan Reklamasi Laut Pulau I

Tahu 2015 2016 20


No. Rencana Kegiatan n
Bula 1 2 3 4 5 6 7 8 91 1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 91 1 1 1 2 3 4 5 6
n 0 1 2 0 1 2
Tahap Pra Reklamasi
1 Penetapan Lokasi
2 Perencanaan Teknis
3 Perizinan Reklamasi
Tahap Reklamasi
1 Rekrutmen Tenaga Kerja
2 Mobilisasi Alat dan Material
3 Pembuatan Sandkey
4 Pembangunan Tanggul
5 Pengurugan / Reklamasi
6 Aktivitas Tenaga Kerja
Tahap Pasca Reklamasi
1 Demobilisasi Peralatan
2 Keberadaan Pulau Hasil
Reklamasi
Sumber : PT Jaladri Kartika Pakci (2014)

1.4.4. Alternatif Yang Akan Dikaji

Rencana kegiatan reklamasi Pulau I, berlokasi pada area yang telah ditetapkan dalam
RTRW DKI Jakarta 2030, sistem atau mekanisme reklamasi telah dikaji dalam Rencana
Reklamasi Pulau I (2013). Dengan demikian tidak ada kajian alternative dalam studi
ANDAL ini.
BAB II. RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
2.1. KOMPONEN GEO FISIK KIMIA
2.1.1. Iklim
Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi
Maritim (SMM) Tanjung Priok (Jakarta) selama 10 tahun terakhir (Tahun 2004 – 2013).
Data iklim tersebut terdiri atas: suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, penyinaran
matahari, curah hujan dan angin.
Seperti halnya daerah lain yang termasuk dalam wilayah Indonesia, maka di Kota Jakarta
juga hanya mengenal dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Keadaan ini
berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di Indonesia. Pada bulan Juni sampai
dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap
air, sehingga mengakibatkan musim kemarau di Indonesia. Sebaliknya pada bulan
Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari
Asia dan Samudera Pasifik setelah melewati beberapa lautan, dan pada bulan-bulan
tersebut biasanya terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun
setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - November.

2.1.1.1. Suhu Udara


Suhu udara di suatu tempat ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat terhadap permukaan
laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan data SMM Tanjung Priok, suhu udara selama
periode tahun 2004 – 2013 berkisar pada 21,4 oC – 36,7oC.
Berdasarkan kondisi rata-rata suhu, untuk maksimum berkisar 30,1 oC – 36,7 oC dan
minimum 21,4 oC – 26,9 oC. Pola perubahan suhu maksimum menunjukkan pada musim
peralihan II (bulan September – Nopember) menunjukkan suhu mencapai maksimum dan
mencapai minimum pada musim Barat (bulan Desember – Februari), pada peralihan I
(bulan April – Mei) kembali naik, sedangkan pada musim timur (bulan Juni – Agustus)
kembali menurun. Pada suhu minimum rata-rata menunjukkan pola pada musim barat
menurun kemudian naik pada musim peralihan I dan musim timur sampai musim
peralihan II, sebagaimana disajikan pada Gambar 31 berikut.
34.5

32.0

Suhu Udara ( oC)


29.5

27.0

24.5

22.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Maks 32.6 32.4 33.3 33.6 33.9 33.4 33.1 33.8 34.2 34.2 34.0 33.2
Rata-Rata 28.2 27.9 28.8 29.0 29.2 29.0 28.7 29.1 29.6 29.3 29.1 28.7
Min 24.1 23.8 24.6 24.9 24.9 24.9 24.6 24.8 25.3 24.8 24.7 24.7

Gambar 31. Grafik Suhu Udara (OC) Minimum Rata-Rata Bulanan Dalam Periode 10
Tahun (2004 – 2013)

2.1.1.1. Kelembaban Udara


Kelembaban udara di wilayah Jakarta berdasarkan data dari SMM Tanjung Priok selama
periode tahun 2004 – 2013 berkisar 64,9 – 83,5, perbedaan ini lebih kecil bila
dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia, hal ini kemungkinan karena faktor
topografi wilayah Jakarta yang relatif datar. Berdasarkan kelembaban udara rata-rata
selama periode tahun 2004 – 2013, kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan
Februari (80,3%) dan terendah pada bulan Agustus (70,1%), sebagaimana disajikan pada
Gambar 32. Dari gambar tersebut menunjukkan pola kelembaban udara rata-rata dari
bulan Maret (musim peralihan I) sampai bulan Agustus (musim timur) terus menurun dan
menaik lagi pada musim peralihan II sampai mencapai puncaknya pada bulan Februari
(musim barat).
Kelembaban Udara (%)

Bulan

Gambar 32. Grafik Kelembaban Udara (%) Rata-Rata Bulanan


Dalam Periode 10 Tahun (2004 – 2013)
2.1.1.2. Tekanan Udara

Tekanan udara merupakan berat sebuah kolom udara persatuan luas di atas sebuah
titik, di mana tekanan udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Berdasarkan
data SMM Tanjung Priok selama periode tahun 2004 – 2013 tekanan udara di wilayah
Jakarta berkisar 1007,4 – 1012,8 mbar. Fluktuasi tekanan udara di daerah Jakarta
sangat kecil, hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kondisi geografis wilayah Jakarta yang merupakan
daerah dataran rendah. Secara rata-rata tekanan udara selama tahun 2004 – 2013
berkisar 1009,0 – 1011,1 mbar, dimana terendah terjadi pada bulan Desember dan
tertingi pada bulan September, sebagaimana disajikan pada Gambar 33. Dari gambar
tersebut menunjukkan bahwa pada musim barat dan musim peralihan I tekanan udara
menurun sedangkan pada musim timur dan peralihan tekanan udara meningkat.

1011.5
1011.0 1011.1
1011.0
Tekanan Udara (mb)

1010.6
1010.5 1010.6
1010.0
1010.0 1009.9 1009.9

1009.8 1009.8
1009.5 1009.5
1009.5
1009.0
1009.0
1008.5

1008.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan

Gambar 33. Grafik Tekanan Udara (Mbar) Rata-rata Bulanan


Dalam Periode 10 Tahun (2004 – 2013)
2.1.1.1. Penyinaran Matahari

Penyinaran matahari berdasarkan data SMM Tanjung Priok selama periode tahun
2004 – 2013 di wilayah Jakarta berkisar 14,9% sampai 94,3%, sedangkan secara
rata-rata berkisar 34,4% sampai 76,8% dimana maksimum terjadi pada bulan
September dan terendah terjadi pada bulan Desember sebagaimana disajikan pada
Gambar 34. Dari gambar tersebut juga menunjukkan pola penyinaran matahari
rata-rata pada bulan Maret (musim timur) terus naik sampai bulan September
(musim Peralihan II), kecuali bulan Juni yang menurun. Selanjutnya saat
memasuki bulan Oktober terus menurun sampai Desember (musim barat).
80.0
76.8
Penyinaran Matahari (%)

73.9

70.0
64.8
60.7
60.0 61.3
53.8
51.2 53.5
50.0

42.6 44.8
40.0
35.1
34.4
30.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Gambar 34. Grafik Penyinaran Matahari (%) Rata-Rata


Bulanan Dalam Periode 10 Tahun (2004 – 2013)

2.1.1.1. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan
horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Sedangkan hari hujan
adalah periode sehari semalam dengan CH 0.5 mm.
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi
dan perputaran/pertemuan arus udara. Berdasarkan data dari SMM Tanjung Priok
pada periode tahun 2004 – 2013 curah hujan di wilayah Jakarta berkisar 0 mm
sampai 707,3 mm dengan jumlah hari hujan dari tidak terjadi hujan sampai 23
hari hujan. Oleh karena pengaruh geografis Jakarta dan perubahan iklim global
(dampak elnino dan lanina) sangat terasa di daerah ini. Kondisi curah hujan rata-
rata di wilayah Jakarta tertinggi terjadi pada bulan Februari (381,8 mm) dan
terendah pada bulan Agustus (48,3 mm), sebagaimana disajikan pada Gambar 35.
Dari gambar tersebut juga menunjukkan pola bahwa pada bulan maret (musim
peralihan I) terus menurun sampai bulan Agustus (musim timur) dan terus menaik
saat memasuki musim peralihan II sampai mencapai maksimum bulan Februari
(musim barat).
Hujan

Gambar 35. Grafik Curah Hujan (Mm) Rata-Rata Bulanan


Dalam Periode 10 Tahun (2004 – 2013)

2.1.1.3. Arah dan Kecepatan Angin

Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi yang disebabkan
oleh beda tekanan horisontal. Berdasarkan data angin rata-rata bulanan dari
BMKG Tanjung Priok untuk wilayah Jakarta, selama tahun 2004 – 2014 yang
kemudian dianalisis untuk menentukan frekuensi dan persentase kecepatan angin
sebagaimana disajikan pada Tabel 14, sedangkan Gambar 36 adalah wind rose.
Diperoleh arah angin dominan dari arah barat (31,5 %), kemudian dari arah timur
laut (22 %), dengan kecepatan angin dominan pada interval 5,4 – 7,9 m/s (36,2
%), sedangkan angin dengan kecepatan ≥ 13,8 m/s sebesar 26,8%.

Tabel 14. Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Selama Tahun 2004 – 2014
Wind 0 - 5,4 m/s 5,4 - 7,9 m/s 7,9 - 10,7 m/s 10,7 - 13,8 m/s ≥ 13,8 m/s Total
Direction Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - 5 3,9 1 0,8 2 1,6 4 3,1 12 9,4
NE - - 14 11,0 5 3,9 3 2,4 6 4,7 28 22,0
E - - 4 3,1 5 3,9 3 2,4 3 2,4 15 11,8
SE - - 3 2,4 - - 1 0,8 1 0,8 5 3,9
S - - - - 1 0,8 - - 1 0,8 2 1,6
SW - - 1 0,8 2 1,6 2 1,6 4 3,1 9 7,1
W - - 13 10,2 11 8,7 3 2,4 13 10,2 40 31,5
NW - - 6 4,7 5 3,9 3 2,4 2 1,6 16 12,6
Total - - 46 36,2 30 23,6 17 13,4 34 26,8 127 100
Sumber: Hasil analisis konsultan, 2014
Gambar 36. Windrose Dalam Periode 10 Tahun (2004 – 2013) Di
Daerah Jakarta

Untuk perubahan arah dan kecepatan angin maksimum pada tiap musimnya
selama Tahun 2004 – 2014, sebagaimana disajikan pada Tabel 15 sampai Tabel
18 dan Gambar 37 dan Gambar 38) menunjukkan bahwa untuk daerah Jakarta,
pada musim barat (Bulan Desember
Februari) arah angin dominan berasal dari barat (59,4 %) kemudian
barat laut (18,8 %), untuk kecepatannya sebagian besar berkisar
pada interval ≥ 13,8 m/s (37,5 %). Pada musim peralihan I (Bulan
Maret – Mei), arah angin sudah bervariasi meskipun masih dominan
dari arah barat (48,5 %) dan dari barat laut (21,2%), untuk
kecepatannya melemah dengan arah dominan pada interval 5,4 – 7,9
m/s (39,4 %), sedangkan kecepatan ≥13,8 m/s menurun menjadi
27,3%. Pada musim timur (Bulan Juni – Agustus) kecepatan angin
sudah berubah dengan arah dominan dari arah timur laut dan timur
(masing-masing 31,3 %) dengan kecepatan dominan pada interval
5,4 – 7,9 m/s meningkat menjadi 43,8 %, sedangkan kecepatan
≥13,8 m/s kembali menurun menjadi 21,9%. Pada musim peralihan
II (Bulan September – Nopember) arah angin sudah lebih dominan
dari arah timur laut (43,3 %), dengan kecepatan mulai pada interval
5,4 – 7,9 m/s menurun hanya 36,7 sedangkan kecepatan ≥13,80 m/s
sebesar 20,0%.
Tabel 15. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Barat
Selama Tahun 2004 – 2014

Wind 0 - 5,4 m/s 5,4 - 7,9 m/s 7,9 - 10,7 m/s 10,7 - 13,8 /s ≥ 13,8 m/s Total
Direction Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - 1 3,1 - - 1 3,1 2 6,3
NE - - - - - - - - - - - -
E - - - - - - - - - - - -
SE - - - - - - - - 1 3,1 1 3,1
S - - - - - - - - 1 3,1 1 3,1
SW - - 1 3,1 - - 1 3,1 1 3,1 3 9,4
W - - 6 18,8 5 15,6 1 3,1 7 21,9 19 59,4
NW - - 1 3,1 3 9,4 1 3,1 1 3,1 6 18,8
Total - - 8 25,0 9 28,1 3 9,4 12 37,5 32 100
Sumber: Hasil analisis konsultan, 2014

Tabel 16. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim


Peralihan I Selama Tahun 2004-2014

Wind 0 - 5,4 m/s 5,4 - 7,9 m/s 7,9 - 10,7 m/s 10,7 - 13,8 m/s ≥ 13,8 m/s Total
Direction Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - - - - - - - - - - -
NE - - 4 12,1 - - 1 3,0 - - 5 15,2
E - - 1 3,0 1 3,0 - - - - 2 6,1
SE - - - - - - - - - - - -
S - - - - - - - - - - - -
SW - - - - - - 1 3,0 2 6,1 3 9,1
W - - 4 12,1 4 12,1 2 6,1 6 18,2 16 48,5
NW - - 4 12,1 1 3,0 1 3,0 1 3,0 7 21,2
Total - - 13 39,4 6 18,2 5 15,2 9 27,3 33 100
Sumber: Hasil analisis konsultan, 2014

Tabel 17. Frekuensi dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim Timur
Selama Tahun 2004-2014
Wind 0 - 5,4 m/s 5,4 - 7,9 m/s 7,9 - 10,7 m/s 10,7 - 13,8 m/s ≥ 13,8 m/s Total
Direction Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - 4 12,5 - - 1 3,1 1 3,1 6 18,8
NE - - 4 12,5 1 3,1 2 6,3 3 9,4 10 31,3
E - - 2 6,3 3 9,4 2 6,3 3 9,4 10 31,3
SE - - 3 9,4 - - 1 3,1 - - 4 12,5
S - - - - - - - - - - - -
SW - - - - - - - - - - - -
W - - 1 3,1 1 3,1 - - - - 2 6,3
NW - - - - - - - - - - - -
Total - - 14 43,8 5 15,6 6 18,8 7 21,9 32 100
Sumber: Hasil analisis konsultan, 2014
Tabel 18 Frekuensi Dan Persentase Angin Maksimum Pada Musim
Peralihan II Selama Tahun 2004- 2014
Wind 0 - 5,4 m/s 5,4 - 7,9 m/s 7,9 - 10,7 m/s 10,7 - 13,8 m/s ≥ 13,8 m/s Total
Direction Frek % Frek % Frek % Frek % Frek % Frek %
N - - 1 3,3 - - 1 3,3 2 6,7 4 13,3
NE - - 6 20,0 4 13,3 - - 3 10,0 13 43,3
E - - 1 3,3 1 3,3 1 3,3 - - 3 10,0
SE - - - - - - - - - - - -
S - - - - 1 3,3 - - - - 1 3,3
SW - - - - 2 6,7 - - 1 3,3 3 10,0
W - - 2 6,7 1 3,3 - - - - 3 10,0
NW - - 1 3,3 1 3,3 1 3,3 - - 3 10,0
Total - - 11 36,7 10 33,3 3 10,0 6 20,0 30 100
Sumber: Hasil analisis konsultan, 2014

Gambar 37. Windrose Musim Barat dan Musim Peralihan I di Daerah Jakarta

Gambar 37. Windrose Musim Barat dan Musim Peralihan I di Daerah Jakarta
2.1.2. Kualitas Udara

Untuk mengetahui kondisi kualitas udara ambien sesaat telah dilakukan pengukuran
yang dilakukan pada 2 lokasi berbeda, yaitu: di lokasi dekat dengan pelabuhan Sunda
Kelapa dan di lokasi Jalan Lodan. Hasil analiais dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Kualitas Udara Ambien Sesaat


HASIL
No. Parameter Unit BML*)
U1 U2
1 Nitrogen Dioxide, NO2 µg/Nm3 26,78 <26,28 400
2 Sulfurdioxide, SO2 µg/Nm3 72,06 <47,9 600
3 Carbon monoxide, CO µg/Nm3 4230 2015 26.000
4 Dust, Particulate µg/Nm3 39,45 10,77 230
5 Lead, Pb µg/Nm3 <0,04 <0,04 2
Sumber: Hasil Uji Laboratorium Global Quality Analitical, tanggal 27-10- 2014

Keterangan: * SK Gubernur No. 551 tahun 2001 Tentang Bakumutu Kualitas Udara dan Baku Mutu Tingkat Kebisingan
di Provinsi DKI Jakarta

Lokasi: U1= Dekat dengan Musium Bahari; U2 = Pemukiman Warga dekat Pesisir

Berdasarkan uraian pada tabel di atas dapat dikemukakan bahwa seluruh parameter
kualitas udara nilainya masih di bawah nilai baku mutu lingkungan.

2.1.3. Kebisingan
Pengukuran yang lazim dipakai untuk menyatakan tingkat kebisingan adalah ‘desibel’
terukur pada skala A (‘A’ weighted decibels (dBA)). Satuan ini merupakan suatu skema
yang memadukan tingkat kebisingan dalam rentang frekuensi yang dapat didengar oleh
manusia dan diukur terhadap spektrum intensitas fisik dengan frekuensi. Skala ukuran
ini bersifat logaritmik (dari pada linear). Tingkat kebisingan 10 dBA dianggap sebagai
‘ambang batas pendengaran’ tipikal (minimum) dan 130 dBA – 140 dBA adalah ‘ambang
batas menyakitkan’ (maksimum). Untuk mengetahui rona awal sesaat mengenai tingkat
kebisingan diluar ruangan, dilakukan pengukuran di 2 lokasi berbeda, yaitu: di lokasi
dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa dan di lokasi Jalan Lodan. Hasil analiais dapat
dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Tingkat Kebisingan (dBA)


No Lokasi Baku Mutu*) Hasil
1 Dekat Musium Bahari 55 55,2
2 Pemukiman dekat dengan pesisir 55 53.4
Sumber: Hasil Uji Laboratorium, tanggal 27-10- 2014

Keterangan: * SK Gubernur No. 551 tahun 2001 Tentang Bakumutu Kualitas Udara dan Baku Mutu Tingkat Kebisingan
di Provinsi DKI Jakarta

Lokasi: U1= Dekat dengan Musium Bahari; U2 = Pemukiman Warga dekat Pesisir
Berdasarkan hasil pengukuran sesaat ini dapat diketahui bahwa secara umum intensitas
kebisingan di deekat lokasi Musium Bahari nilainya sudah melebihi baku mutu lingkungan yaitu
55,2 dBA sementara BML = 55 dBA. Kemudian hasil pengukuran di lokasi pemukiman nilainya
dibawah nilai baku mutu lingkungan yaitu 53,4 dBA. Tingginya nilai di lokasi U1 dikarenakan
suara yang berasal dari kendaraan yang relatif padat.

2.1.4. Geomorfologi, Stratigrafi, dan Geologi Teknik

Kawasan Pantura Jakarta terletak pada satuan geomorfologi dataran pantai dan satuan
geomorfologi daratan alluvial dengan kelerengan datar hingga landai. Stratigrafi daerah
tersebut tersusun oleh endapan kuarter dengan ketebalan mencapai 100 meter (PPGL,
1996 dalam Anonimous, 2013). Endapan tersebut dibedakan menjadi satuan batuan
yang terdapat di daratan dan di laut atau lepas pantai Teluk Jakarta. Satuan batuan di
daratan dapat dibedakan menjadi endapan vulkanik, endapan sungai, endapan rawa,
endapan pematang pantai, endapan laut, dan terumbu karang (Situmorang, 1997 dalam
Anonimous, 2013). Kondisi litologi mengindikasikan bahwa kawasan tersebut terdapat
tanah batuan yang relatif lunak, yakni endapan pasir dan lempung serta sebagian
merupakan rawa-rawa.
Di lepas pantai Teluk Jakarta terdapat sedimen permukaan dasar laut yang terdiri atas:
• Endapan pasir lumpuran, pada kedalaman laut antara 17- 29 m. umumnya didominasi oleh
pasir berukuran sedang sampai halus, sedangkan pasir kasar sampai kerikil hanya berkisar
kurang dari 10%
• Endapan lumpur pasiran merupakan transisi antara endapan pasir lumpuran dan endapan
lumpur. Endapan lumpur pasiran dijumpai pada kedalaman 15 m.
• Endapan lumpur, menempati 70% dari keseluruhan endapan di Teluk Jakarta dengan
kedalaman laut sangat bervariasi. Endapan ini tersebar hampir merata terutama di bagian
timur Teluk Jakarta, diduga dipengaruhi oleh muara Sungai Citarum.
• Endapan pasir.
Berdasarkan data seismik PPGL (1995 dalam Anonimous, 2013), di bawah lapisan
penutup dengan ketebalan +10 m terdapat kanal-kanal yang diduga merupakan
sungai-sungai purba. Sedimen pengisi sungai-sungai purba ini terdiri dari pasir dan
kerikil dengan ketebalan mencapai 50 m, dan di beberapa tempat kedalamannya
mencapai 54m . penyebarannya berarah hampir Utara - Selatan atau Baratdaya -
Timurlaut. Kondisi di bawah permukaan bagian teratas dari lempung laut yang lunak
dengan ketebalan 7 – 10 m. lempung ini didasari oleh lanau lempungan yang kaku
dengan ketebalan bervariasi antara 5 – 10 m. Lempung yang kaku ini merutupi
lapisan pasir lanauan yang padat dengan ketebalan 8 – 20 m. Di bawah lapisan
pasir atau pada kedalaman di bawah 30 - 40 m terdapat lempung alluvial yang
mempunyai batas plastisitas tinggi dan sangat kaku (Sengara dkk, 1997 dalam
Anonimous, 2013). Data pengeboran (Dinas pertambangan DKI Jakarta – LPM ITB
(1997 dalam Anonimous, 2013) menunjukkan bahwa kondisi bawah permukaan di
daerah lepas pantai Teluk Jakarta terdiri dari endapan laut di bagian atas, yang
dialasi oleh endapan pantai. Endapan laut terdiri dari lempung, lanau, dan pasir
halus dengan ketebalan bervariasi antara 10-19m. endapan pantai terdiri dari
lempung lanauan, lanau lempungan, pasir lempungan, dan pasir dengan variasi
ketebalan 7 – 15 m.

2.1.5. Geoteknik
Berdasarkan data dari hasil survey geoteknik yang dilakukan oleh LAPI-ITB, 2013
(Anonimous, 2013 terhadap tanah dasar yang dilakukan pada empat titik yang lokasinya
dapat dilihat pada Gambar 39. Hasil kegiatan survei geoteknik berupa data hasil uji
laboratorium disajikan pada Tabel 21.

Gambar 39. Lokasi Survey Geoteknik (Sumber: LAPI-ITB,2014)


Tabel 21. Data Tanah Dasar Hasil Rekapitulasi Boring Log Dan Uji Laboratorium
Kedalaman Klasifikasi γ c ϕ cv mv
Titik N-SPT Cc eo
(m) Tanah (kN/m3) (kPa) (o) (m2/y) (m2/MN)

0 - 5 Clayey silt 1/100 - - - - - - -


5 - 6 Clayey silt 3 13,8 11,7 3,8 1,48 3,21 0,4 3,77
6 - 12 Silty clay 7-9 15,5 44,2 6,1 0,67 1,78 2 0,25
NBH-01 12 - 21 Silty sand 40 - 100 - - - - - - -
21 - 27 Silty clay 15 - 19 - - - - - - -
27 - 28,7 Sandy silt - - - - - - - -
28,7 - 40 Silty clay 20 - 32 - - - - - - -
0 - 5 Clayey silt 1/100 - - - - - - -
5 - 11 Clayey silt 2-3 13 10 2,7 1,4 3,31 0,6 3,22
11 - 14 Silty clay 13 - 16 18,3 37,1 5,3 0,29 0,98 2,7 0,17
BH-02 14 - 21,5 Silty sand 50 - 80 - - - - - - -
21,5 - 26 Silty clay 10 - 15 14,4 101,5 9,3 0,49 2,29 2,5 0,16
26 - 29,5 Silty sand 35 - - - - - - -
29,5 - 35 Silty clay 13 - 25 - - - - - - -
0 - 5 Clayey silt 1/45 - - - - - - -

5 - 7,5 Clayey silt 2 12,9 9,5 4 0,97 3,55 0,6 1,83

7,5 - 11,5 Silty clay 5-6 - - - - - - -

11,5 - 13,7 Silty clay 17 - - - - - - -

BH-03 13,7 - 20,5 Silty sand 43 - 100 - - - - - - -

20,5 - 22 Silty clay 8 13,3 54 5,4 0,48 3,42 3 0,39

22 - 25 Silty sand 27 - - - - - - -

25 - 33 Silty clay 27 - 34 - - - - - - -

33 - 40 Silty sand 52 - 64 - - - - - - -

0 - 5 Clayey silt 1/45 - - - - - - -

5 - 6 Clayey silt 2 13 10,6 3,6 1,11 3,75 0,4 2,36

6 - 15,6 Silty clay 4-8 14,6 49,5 6,7 0,27 2,28 2,5 0,29
BH-04
15,6 - 22 Silty sand 18 - 32 - - - - - - -

22 - 27 Coral reef 2-4 - - - - - - -

27 - 35 Silty clay 18 - 24 17,5 93 7,7 0,31 1,1 2,2 0,21

Sumber: LAPI-ITB, 2014

Terlihat pada umumnya kondisi tanah sampai kedalaman 0-6 m dengan N-SPT<3
adalah clayey silt dan 12m-15m dengan 3<N-SPT<20 adalah silty clay. Dengan nilai c
(kohesi) yang besar dan nilai ϕ (sudut geser) yang kecil. Hal ini mengindikasikan tanah
dasar adalah lumpur (silty).

2.1.6. Hidrooseanografi
2.1.2.1. Batimetri
Wilayah studi terdapat di wilayah utara daerah DKI Jakarta atau perairan Teluk Jakarta.
Berdasarkan data sekunder yang ada pada lembaran peta Dishidros (Lembar 86 dan
86A). Dari peta tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui bentuk profil
batimetrinya. Dari analisis peta batimetri di lokasi studi menunjukkan kedalaman cukup
landai, di mana untuk kedalaman 2 m ditemukan pada jarak 250 m km dari pantai,
untuk kedalaman 5 m ditemukan pada jarak 1
– 2 km dari pantai. Sedangkan untuk kedalaman 8 m ditemukan pada jarak 2,7-3,5 km dari
pantai dan > 10 m ditemukan pada jarak 3,7 – 4,8 km dari pantai. Batimetri di lokasi studi dan
sekitarnya sebagaimana Gambar 40.
Kedalaman pada sebelah barat DKI Jakarta (Kabupaten Tanggerang) umumnya lebih
dangkal dibandingkan dengan sebelah timur DKI Jakarta. Daerah barat umumnya
bervegetasi mangrove, sehingga mudah terjadi pendangkalan, oleh karena mangrove
merupakan perangkap alami sedimen. Untuk daerah timur sudah banyak yang
direklamasi untuk kawasan pemukiman, pelabuhan dan industri.

2.1.2.2. Pasang Surut


Pasang surut adalah proses naik turunnya paras laut (sea level) secara berkala yang
ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan
bulan, terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari
massa matahari, tetapi karena jaraknya jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik
bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik
bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari. Fenomena ini memberikan kekhasan karakteristik pada kawasan pesisir dan
lautan, sehingga menyebabkan kondisi fisik perairan yang berbeda-beda (Ali et al., 1994
dalam Baharuddin, 2006).
Permasalahan mengenai kondisi pasut di Indonesia sangat penting artinya bagi
Indonesia yang memiliki panjang garis pantai sekitar 81.000 km, untuk berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan laut atau pantai seperti pelayaran antar pulau,
reklamasi pantai (dermaga/pelabuhan dan pemecah gelombang), budidaya laut,
pencemaran laut dan pertahanan nasional.
Berdasarkan data tabel pasang surut dari Dishidros TNI-AL, diperoleh 9 konstanta
harmonik pasang surut di Perairan Teluk Jakarta, sebagaimana disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22. Konstanta Harmonik Pasang Surut di Perairan Teluk Jakarta (Marunda)
Komponen
So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
Pasut
A (cm) 120 6 4 4 28 13 1 10 1 9
g(°) - 350 287 335 146 121 148 232 287 146
Dari konstanta harmonik pasut di atas menunjukkan bahwa amplitudo komponen
pasang surut harian utama (K1 dan O1) tersebut lebih besar yakni 28 dan 13
dibandingkan komponen pasang surut ganda utama (M2 dan S2) yakni hanya 6 dan 4.
Selain itu berdasarkan nilai konstanta harmonik pasang surut tersebut diperoleh
bilangan Formzahl (F) sebesar 4,1 maka berdasarkan kriteria courtier range nilai
tersebut termasuk dalam tipe pasut tipe tunggal (diurnal). Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 41, menunjukkan dalam satu hari/piantan pengamatan terjadi satu kali air
pasang dan satu kali air surut. Gambar grafik peramalan pasang surut selama 30
hari/piantan (1 Nopember – 30 Nopember 2014) ini diperoleh dari hasil analisis
software pasut yang dikembangkan oleh BPPT (1998) berdasarkan konstanta harmonik
dari Tabel di atas. Pola pasang surut di perairan Teluk Jakarta sangat dipengaruhi
oleh rambatan pasang surut dari perairan Laut Jawa.

Gambar 41. Gambar Grafik Peramalan Pasang Surut di Perairan Teluk Jakarta

Nilai tunggang air pasang surut pasang purnama ( spring tide), pada air tinggi rata-rata
pasang (MHHWS) sebesar 161 cm atau sebesar 41 cm di atas MSL dan air rendah pada
rata-rata surut (MLLWS) adalah 79 cm atau –41 cm di bawah MSL. Untuk nilai tunggang
air pasang surut pada saat pasang perbani (neap tide), air tinggi rata-rata pasang
(MHHWN) sebesar 135 cm atau sebesar 15 cm di atas MSL sedang untuk air rendah pada
rata-rata surut (MLLWN) sebesar 105 cm atau –15 cm di bawah MSL. Untuk nilai Air tinggi
tertinggi pada pasang besar (HAT) adalah 171 cm atau 51 di atas MSL dan nilai air rendah
terendah pada surut besar (LAT) adalah 69 cm atau –51 di bawah MSL. Untuk nilai
tunggang pasut antara MHHWS dan MLLWS ( tidal range) adalah 82 cm. Dapat dilihat
pada Tabel 23.
Pola pasang surut di perairan Teluk Jakarta sangat dipengaruhi oleh aliran massa air dari
perairan Laut Jawa, selain itu amplitudo dan fasenya juga turut dipengaruhi oleh aliran
debit sungai yang terdapat pada daerah ini.

Tabel 23. Tunggang Air Pasang Surut Untuk Tipe Pasang Surut Tipe Tunggal (Diurnal) Pada
Referensi MSL dan Palem Pasut

Formula Referensi
Karakteristik Pasang Palem
Iwagaki dan Sawaragi 1979; Beer 1997 dalam MSL LWL
Surut Pasut
Baharudin, 2006 (m) (m)
(m)
HAT = LAT + 2 (AK1 + AO1 + AS2 + AM2) 0,51 1,08 1,71
MHHWS = LAT + 2 (AK1 + AO1) + AS2 + AM2 0,41 0,92 1,61
MHHWN = LAT + 2 AK1 + AS2 + AM2 0,15 0,66 1,35
MSL = So 0,51 1,20
MLLWN = LAT + 2 AO1 + AS2 + AM2 -0,15 0,36 1,05
MLLWS = LAT + AS2 + AM2 -0,41 0,10 0,79
LAT = MSL – AK1 – AO1 – AS2 – AM2 -0,51 0,0 0,69
Tidal Range = MHHWS - MLLWS 82,0
Sumber : Hasil analisis 2014.

2.1.2.3. Gelombang
Gelombang yang paling umum dikaji dalam bidang teknik pantai adalah gelombang yang
dibangkitkan oleh angin dan pasang surut. Gelombang tersebut membawa/memiliki energi
untuk membentuk pantai, arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan
sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Gelombang merupakan salah satu faktor utama dalam penentuan morfologi dan
komposisi pantai serta penentuan proses perencanaan dan desain pembangunan
pelabuhan, terusan (waterway), struktur pantai, alur pelayaran, proteksi pantai dan
kegiatan pantai lainnya (CERC 1984).

Prediksi parameter gelombang dengan menggunakan metode SMB (Sverdrup Munk


Bretschneider), metode ini berdasarkan pertumbuhan energi gelombang, dengan
mentranformasikan data angin dari pengukuran di darat menjadi angin laut. Analisis
angin yang dapat membangitkan gelombang pada wilayah studi adalah dari barat, barat
laut, utara, timur laut dan dan sedangkan dari arah lain tidak digunakan, oleh karena
angin tersebut di anggap dari darat yang tidak dapat membangkitkan gelombang.

Hasil prediksi gelombang setiap musim selama Tahun 2004 – 2014 dari arah angin yang
membangkitkan gelombang disajikan pada Tabel 25, dimana terlihat pada musim barat
gelombang maksimum yang terbentuk dominan berasal dari arah barat (70,37 %) dan
dari barat laut (22,22 %) dengan tinggi dan periode gelombang masing-masing berkisar
pada interval 0,9 – 2,7 m dan 3,6 – 5,2 s (dari arah barat) dan 1,8 – 3,5 m dan 5,4 – 6,7
s (dari arah barat laut).
Pada musim peralihan I arah gelombang yang terbentuk sudah lebih bervariasi, meskipun
masih dominan dari arah barat (53,33 %) dengan tinggi dan periode gelombang berkisar
1,0 – 3,2 dan 3,7 - 5,5.

Pada musim timur gelombang maksimum sudah berubah arah dengan dominan dari arah
timur laut dan timur (masing-masing 37,04 %) dengan tinggi dan periode gelombang
pada berkisar 1,6 – 3,4 m dan 5,2 – 6,7 s (timur laut) 1,3 – 2,5 m dan 4,4 – 5,5 s.

Pada musim peralihan II arah gelombang maksimum sudah dominan dari arah timur laut
(50
%), tinggi dan periode gelombang berkisar 1,7 – 3,2 m dan 5,5 – 6,8 s.

Dari hasil prediksi gelombang menunjukkan bahwa setiap musim parameter gelombang
yang terbentuk terjadi perbedaan. Hal ini disebabakan karena adanya perbedaan faktor
yang mempengaruhi dan membangkitkan gelombang seperti kecepatan angin, durasi,
arah angin, dan fetch (CHL 2006). Angin yang berhembus di atas permukaan laut
menimbulkan tegangan pada permukaan laut, dimana semakin lama angin bertiup,
semakin besar pula energi yang dapat membangkitkan gelombang (Davis 1991;
Triatmodjo 1999).
Perbedaan faktor koreksi angin (U*) dan panjang fetch (Feff) mempengaruhi tinggi dan
periode gelombang signifikan (Hs dan Ts). Meskipun faktor koreksi angin dari dari koreksi
kecepatan angin darat menjadi angin laut dari kelima arah angin setiap arah hampir
sama, akan tetapi yang diperoleh panjang fetch-nya yang membangkitkan gelombang
(dari arah utara, timur, barat dan barat laut) perbedaanya cukup besar (lihat Tabel 25).
Hal ini disebabakan karena panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang
untuk terbentuk akibat energi
yang ditransfer angin juga terpengaruh, sehingga faktor koreksi angin berpengaruh
terhadap tinggi, periode dan durasi pertumbuhan gelomban (CERC 1984). Hal ini terlihat
pada semua arah disetiap musim.

Panjang gelombang (Lo) di laut dalam hanya dipengaruhi oleh periode gelombang, dimana
semakin besar periodenya maka kecepatan dan panjang gelombangnya juga besar.
Perhitungan panjang gelombang laut dalam (Lo) dengan menggunakan persamaan
amplitudo kecil (CHL 2006) :

Perairan Dangkal Perairan Transisi Perairan Dalam


Kedalaman Relatif d 1 1 d 1 d 1
   
L 20 20 L 2 L 2
L 2d L gT
Kecepatan C= = gd C = T = 2 tanh L  C =C = =
L gT
gelombang T  
o
T 2
Panjang gelombang L = T gd = CT gT 2  2d  L = Lo =
gT 2
= CoT
L= tanh  2
2  L 
1 4d L  1 gT
Kecepatan grup Cg = C = gd C g = nC = 1 + C C = C=
2 sinh (4d L) g
2 4
 

Sebagaimana terlihat pada Tabel 25 oleh karena periode gelombang dari arah barat lebih
besar, sehingga kecepatan dan panjang gelombang juga besar bila dibandingkan dengan arah
lainnya.

Tabel 25. Hasil Analisis Parameter Gelombang Setiap Musim Selama Tahun 2004 – 2014
Jumlah
Musim Arah F (m) UA (m/s) Hmo (m) T (s) Lo (m) Hb (m) db (m)
(%)
U 197.490 0,4-0,6 2,2-3,3 6,0-6,8 56-72 2,33-3,32 3,0-4,2 7,41
Barat B 60.725 0,3-0,8 0,9-2,7 3,6-5,2 21-43 0,91-2,54 1,2-3,3 70,37
BL 157.124 0,3-0,7 1,8-3,5 5,4-6,7 45-70 2,0-3,6 0,12-0,16 22,22
TL 192.470 0,3-0,5 1,7-3,0 5,5-6,6 46-69 1,49-2,58 1,9-3,3 16,67
T 95.267 0,3-0,4 1,3-1,6 4,4-4,7 30-35 1,09-1,31 1,4-1,7 6,67
Peralihan I
B 60.725 0,3-1,0 1,0-3,2 3,7-5,5 21-48 0,97-2,97 1,2-3,8 53,33
BL 157.124 0,3-0,7 1,6-3,5 5,2-6,7 42-70 1,42-2,87 1,8-3,6 23,33
U 197.490 0,3-0,6 1,7-3,4 5,5-6,9 47-75 1,82-3,49 2,3-4,4 22,22
TL 192.470 0,3-0,6 1,6-3,4 5,3-6,9 44-74 1,41-2,86 1,8-3,6 37,04
Timur
T 95.267 0,3-0,6 1,3-2,5 4,4-5,5 30-47 1,09-2,01 1,4-2,6 37,04
B 60.725 0,36 1,2 4,0 25 1,19 1,5 3,70
U 197.490 0,3-0,6 1,8-3,6 5,6-7,1 49-78 1,93-3,65 2,4-4,7 15,38
TL 192.470 0,3-0,6 1,7-3,2 5,5-6,8 46-71 1,49-2,72 1,9-3,5 50,00
Peralihan II T 95.267 0,3-0,5 1,4-1,9 4,6-5,0 32-39 1,20-1,57 1,5-2,0 11,54
B 60.725 0,3-0,4 1,0-1,2 3,8-4,1 22-26 1,03-1,24 1,3-1,6 11,54
BL 157.124 0,3-0,5 1,6-2,8 5,2-6,2 42-60 1,42-2,32 1,8-2,9 11,54
Sumber : Hasil analisis 2014.
Gelombang yang merambat dari laut dalam ( deep water) menuju pantai mengalami
perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses transformasi seperti refraksi dan shoaling
karena pengaruh perubahan kedalaman laut, difraksi, dan refleksi. Berkurangnya
kedalaman laut menyebabkan semakin berkurangnya panjang dan kecepatan gelombang
serta bertambahnya tinggi gelombang. Pada saat kelancipan gelombang (steepnes)
mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah dengan membentuk sudut tertentu
terhadap garis pantai.

Berdasarkan hasil analisis transformasi gelombang yang terbentuk sebagaimana disajikan


pada table di atas menunjukkan bahwa pantai dengan bentuk kontur kedalaman
gabungan antara submarine ridge (kontur yang menjorok ke luar) dan submarine canyon
(kontur yang menjorok ke dalam) terlihat adanya perubahan garis ortogonal gelombang
yakni garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan arah
perambatan gelombang yang membelok dan berusaha untuk tegak lurus dengan garis
kontur, sedangkan garis puncak gelombang berusaha sejajar dengan garis kontur saat
menuju perairan yang lebih dangkal (proses refraksi).

Hal ini disebabkan karena adanya perubahan kecepatan rambat gelombang, dimana
perubahan cepat rambat gelombang terjadi di sepanjang garis puncak gelombang yang
bergerak dengan membentuk sudut terhadap kontur, karena bagian dari gelombang di
laut dalam bergerak lebih cepat dari pada bagian laut yang lebih dangkal. Perubahan
tersebut menyebabkan puncak gelombang membelok dan berusaha untuk sejajar dengan
garis kontur kedalaman. Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap tinggi
gelombang, dengan menganggap periode konstan, tinggi gelombang mula-mula menurun
di perairan transisi dan dangkal namun di perairan yang sangat dangkal tinggi gelombang
membesar sampai terjadi pecah (Latief 1994).
Selain itu banyaknya pulau-pulau yang berada di depan perairan Teluk Jakarta (Kepulauan
Seribu) menyebabkan daerah pesisir Jakarta lebih terlindung dari serangan gelombang
langsung dari laut dalam (Laut Jawa).
Konvergensi (penguncupan gelombang) umumnya terjadi pada garis kontur/pantai yang
menjorok ke luar maupun bangunan pantai (daerah reklamasi, breakwater, jeti dan
pelabuhan), sedangkan divergensi (penyebaran gelombang) terjadi pada garis
kontur/pantai yang menjorok ke dalam. Daerah yang mengalami konvergensi umumnya
menyebabkan tinggi gelombang pecah yang lebih besar jika dibandingkan dengan daerah
divergensi. Hal ini dapat dilihat pada gambar model transformasi gelombangnya pada
Gambar 42 sampai Gambar 44.
Gambar 42. Model Transformasi Gelombang dari Arah Utara di Perairan Teluk Jakarta
Gambar 43. Model Transformasi Gelombang dari Arah Timur Laut di Perairan Teluk Jakarta
Gambar 44. Model Transformasi Gelombang dari Barat Laut di Perairan Teluk Jakarta
2.1.2.1. Kualitas Sedimen

Untuk mengetahui kandungan logam berat dalam sedimen dan tekstur sedimen, dilakukan
pengamblan sampel dalam sedimen. Hasil analisis disajikan pada Tabel 26 dibawah ini.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan bahwa kandungan logam berat dalam
sedimen secara umum masih tergolong baik. Semua parameter kecuali kadmium sudah
berada di bawah baku mutu lingkungan berdasarkan Quality standard in the Netherland
dalam The Environmental Impact of Dredging Study of Problems and Solution, 1992.
Pemenuhan Baku Mutu ini bermakna bahwa sedimen yang akan dikeruk dapat didumping
di perairan laut secara open dumping dan tidak memerlukan topping (lapisan penutup).
Selanjutnya tekstur atau ukuran sedimen terdiri dari fraksi pasir, debu dan liat dengan
masing- masing ukuran sebagaimana tersaji pada Tabel 26. Pada lokasi stasiun SED-1
terlihat bahwa fraksi terbesar adalah liat dengan prosentase 42,27 % dan sisanya terdiri
dari debu 36,45% dan pasir 21,28%. Hal yang sebaliknya di stasiun DED-2 fraksi tersbesar
adalah pasir 62,15.
Tabel 26. Kualitas dan Fraksi Sedimen
Hasil
NO. Parameter Satuan BAKU MUTU*)
SED - 1 SED - 2
I Logam Sedimen
1 Arsen (As) mg/kg 3,53 3,28 85
2 Nikel (Ni) mg/kg 22,72 22,55 35
3 Kadmium (Cd) mg/kg 1,59 0,79 2
4 Khrom Total(Cr) mg/kg 11,36 16,81 480
5 Tembaga (Cu) mg/kg 19,73 48,85 35
6 Timbal (Pb) mg/kg 2,79 17,01 530
7 Merkuri (Hg) mg/kg 0,04 0,14 0,5
8 Selenium (Se) mg/kg 4,18 0,90 -
9 Kobalt (Co) mg/kg 41,05 34,81 -
10 Seng (Zn) mg/kg 55,20 129,75 480
II Tekstur :
1 Pasir/sand % 21,28 62,15 -
2 Debu/silt % 36,45 25,76 -
3 Liat/clay % 42,27 12,09 -
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium, tanggal 27-10- 2014

Keterangan: *) Quality standard in the Netherland dalam The Environmental Impact of Dredging Study of Problems and
Solution, 1992

Selanjutnya untuk membandingkan hasil analisis sedimen, juga disajikan hasil analisis sedimen di
rencana Reklamasi Pulau F dalam Amdal Reklamasi Pulau F (Tabel 27). Hasil analisis menunjukkan
bahwa semua parameter dibandingkan dengan Quality standard in the Netherland dalam The
Environmental Impact of Dredging Study of Problems and Solution, 1992 berada dibawah standar
tersebut.
Tabel 27. Hasil Analisis Sedimen di Areal Rencana Pulau F
Hasil
No. Parameter Sedimen 1 Sedimen 2 Sedimen 3
BAKU MUTU*) UNIT

1 Oil and Grease 210 90 93 - mg/Kg


2 Mineral Oil 202 88 86 - mg/Kg
3 Tin, Sn 2.21 4.02 2.81 - mg/Kg
4 Barium, Ba 455 627 538 - mg/Kg
5 Copper, Cu 8.33 13.2 17 35 mg/Kg
6 Zink, Zn 207 64 89 480 mg/Kg
7 Chromium, Cr 15.7 10.2 18.6 480 mg/Kg
8 Cadmium, Cd 0.61 0.92 1.46 2 mg/Kg
9 Mercury, Hg 0.007 0.007 0.008 0,5 mg/Kg
10 Lead, Pb 11 17.3 10.2 - mg/Kg
11 Arsenic, As <1 <1 <1 85 mg/Kg
12 Selenium, Se <1 2 1 - mg/Kg
13 Nickel, Ni 0.74 0.88 0.13 35 mg/Kg
14 Silver, Ag < 0,4 < 0,4 < 0,4 mg/Kg
15 Iron, Fe 40380.3 19385.2 28185.5 - mg/Kg
16 Manganese, Mn 243 291 571 - mg/Kg
17 Cobalt, Co 13.6 15.2 33.17 - mg/Kg
18 Molybdenum, Mo < 0,6 < 0,6 < 0,6 - mg/Kg
19 Alumunium, Al 1096 1609 3144 - mg/Kg
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Amdal Reklamasi Pulau F, 2014

Keterangan: *) Quality standard in the Netherland dalam The Environmental Impact of Dredging Study of Problems and
Solution, 1992

2.1.2.4. Pola Arus Pasang Surut Berdasarkan Model


Pola dan kecepatan arus pasang surut ini di analisis berdasarkan model SMS ( Surface
Modeling System). Model SMS menggunakan persamaan kontinuitas dan persamaan
momentum dengan perata-rataan kedalaman dalam memodelkan pola dan kecepatan arus
pasut. Penyelesaian persamaan tersebut menggunakan pendekatan metode beda hingga
(finite difference).
Untuk mengetahui pola arus pasang surut di wilayah studi, maka digunakan data pasang
surut. Dari hasil model tersebut diperoleh empat bentuk pola arus pasang surut yakni pola
arus pasang surut saat pasang tertinggi, pola arus pasang surut saat menuju pasang, pola
arus pasang surut saat surut terendah, dan pola arus pasang surut saat menuju surut,
sebagaimana disajikan pada Gambar 45 sampai Gambar 48.
Pada saat kondisi air pasang maksimum menunjukkan kecepatan arus di wilayah/areal
rencana reklamasi pulau melemah hanya mencapai 0,01 m/s, sedangkan di wilayah
muara Teluk Jakarta kecepatannya masih dapat mencapai >0,05 m/s. Hal ini disebabkan
karena di wilayah rencana reklamasi pulau merupakan daerah teluk dan dangkal,
sehingga mendapat pengaruh gaya gesek dasar perairan. Pada saat kondisi air menuju
pasang maksimum di wilayah rencana reklamasi pulau kecepatan arus meningkat
mencapai 0,09 m/s, sedangkan di wilayah muara Teluk Jakarta kecepatannya dapat
mencapai >0,2 m/s. Pola arus pada saat pasang maupun menuju pasang menunjukkan
arah pergerakkannya bergerak dari arah utara ke selatan dan memasuki daerah pantai.
Hal ini berbanding terbalik pada saat kondisi air mencapai surut minimum maupun saat
menuju surut. Pola arus pada saat surut minimum maupun saat menuju surut
menunjukkan arah pergerakkannya bergerak dari arah selatan ke utara dan keluar lepas
pantai. Demikian halnya kecepatan lebih melemah dibanding dengan kondisi pasang.
Pada air surut minimum menunjukkan kecepatan di wilayah/areal rencana reklamasi pulau
melemah hanya mencapai 0,009 m/s, sedangkan di wilayah muara Teluk Jakarta dapat
mencapai >0,02 m/s. Pada saat kondisi air menuju surut minimum, di wilayah rencana
reklamasi pulau kecepatan arus meningkat mencapai 0,05 m/s, sedangkan di wilayah
muara Teluk Jakarta kecepatannya dapat mencapai >0,1 m/s.
Gambar 46. Simulasi Arus Saat Kondisi Muka Laut Menuju Pasang (Kecepatan Maksimum)
Gambar 47. Simulasi Arus Saat Kondisi Muka Laut Mencapai Surut Terendah
Gambar 48. Simulasi Arus Saat Kondisi Muka Laut Menuju Surut (Kecepatan Maksimum)

2.1.7. Validasi Hasil Pemodelan


Model RMA2 menghitung perubahan tinggi muka air berdasarkan kondisi batas yang
diberikan pada pemodelan, dalam hal ini yaitu hasil pemodelan kawasan besar. Hasil data
tersebut divalidasi menggunakan data lapangan (data survei).
A. Validasi Model Elevasi Muka Air dengan Data Dishidros TNI-AL dan Data Survei Lapangan

Setelah model disimulasikan, hasilnya dibandingkan terhadap data pengukuran


langsung di lapangan. Lokasi titik observasi lapangan untuk validasi adalah seperti
terlihat pada Gambar 49. Validasi antara data pengukuran lapangan dengan hasil
model terlihat pada Gambar 50 sampai dengan Gambar 51. Titik T1 divalidasi
dengan data Dishidros TNI-AL. Titik T2 divalidasi dengan data survei lapangan.
Gambar 49. Titik pengukuran pasang surut di lapangan untuk validasi model

0.8

0.6
EMA (m) thd MSL

0.4

0.2

0.0

01 04 07 10 13 16 19 22 25 28 31
Tanggal (Juli 2013)

Dishidros Simulasi RMA2 Err: 6.4%


Gambar 50. Grafik kalibrasi pasang surut di T1 : Tanjung Priok.

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
01 04 07 10 13 16 19 22 25 28 31
Tanggal (Juli 2013)

Survei Simulasi RMA2 Err: 6.9%

Gambar 51. Grafik kalibrasi pasang surut di T2 : Ancol.

B. Validasi Model Arus dengan Data Lapangan

Setelah model disimulasikan, hasilnya dibandingkan terhadap data pengukuran


langsung di lapangan. Lokasi titik observasi lapangan untuk validasi adalah seperti
terlihat pada Gambar 52. Validasi antara data pengukuran arus lapangan dengan
hasil model terlihat pada Gambar 53 sampai dengan Gambar 55.
Kalibrasi Arus :

A1 – A3 : Survei Juli 2013

Gambar 52. Titik lokasi kalibrasi arus untuk kawasan kecil.

Gambar 53. Grafik kalibrasi arus di titik A1


Gambar 54. Grafik kalibrasi arus di titik A2

Gambar 55. Grafik kalibrasi arus di titik A3.


Hasil perbandingan antara data pengukuran lapangan dan data simulasi menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda, baik untuk elevasi muka air maupun di kecepatan arus.
Hasil ini menjadi dasar yang baik bahwa model yang telah dibuat kondisinya hampir sama
dengan kondisi yang terjadi di alam.

2.1.8. Kualitas Air Laut


Kualitas air laut dapat dilihat dari hasil analisis di 5 lokasi (Lihat Peta Lokasi Pengambilan
Sampel Gambar 58), yaitu depan lokasi yaitu AL-1 (sebelah barat daya lokasi reklamasi),
AL-2 (sebelah Tenggara areal reklamasi), AL-3 sebelah Barat Laut areal reklamasi ),
stasiun AL-4 (di sebelah Timur Laut areal reklamasi ) dan stasiun AL-5 (lokasi Dumping
Site) . Hasil analisis di ke lima lokasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 28. Berdasarkan
tabel tersebut diketahui bahwa semua parameter berada dibawah baku mutu lingkungan
berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 tentang Bakumutu Kualitas Air Laut Lampiran
III Biota Laut.

Tabel 28. Hasil Analisis Kualitas Air Laut


Hasil Analisis
No. Parameter Satuan BML*)
AL-1 AL-2 AL-3 AL-4 AL-5
I FISIKA :
1 Kecerahan m 1,5 2,5 4,2 4,2 4,6 >3
2 Kebauan - Alami Alami Alami Alami Alami Alami
3 Kekeruhan NTU 0,79 2,19 1,05 0,92 0,15 <5
4 Padatan Tersuspensi (TSS) mg/L <8 11 <8 8 <8 20 - 80
5 Sampah - Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
6 Lapisan Minyak - Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
Hasil Analisis
No. Parameter Satuan BML*)
AL-1 AL-2 AL-3 AL-4 AL-5
o alami
7 Suhu C 30 30,1 30 30,1 30,1
(28 - 32)
II KIMIA :
1 pH *) - 8,09 8,1 8,12 8,1 8,12 7-8,5
2 Salinitas o/oo 30 30,0 30,0 30 30 33 - 34
3 Oksigen Terlarut (DO) mg/L 5,8 5,8 6,1 6,4 6,4 >5
4 BOD5 mg/L 2,0 1,6 1,8 2,0 2,1 20
5 Ammonia (NH3-N) + mg/L 0,011 0,166 0,082 0,137 0,116 0,3
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,023 0,052 0,026 0,049 0,100 -
7 Orto Fosfat (PO4-P) + mg/L 0,013 0,034 0,005 0,010 0,015 0,015
8 Sianida (CN) mg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,5
9 Sulfida (H2S) mg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,01
10 Minyak dan Lemak mg/L <1 <1 <1 <1 <1 1
11 Fenol Total mg/L <0,0005 <0,0005 <0,0005 <0,0005 <0,0005 0,002
12 Surfaktan (MBAS) mg/L <0,010 <0,010 <0,010 <0,010 <0,010 1
13 Pestisida (Organokhlorine) µg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,01
14 PCB mg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,01
15 PAH mg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,003
16 TBT mg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,01
III LOGAM TERLARUT :
1 Raksa (Hg) µg/L <0,020 <0,020 <0,020 <0,020 <0,020 1
2 Khromium heksavalen (Cr6+) mg/L <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0,005
3 Arsen (As) µg/L <0,020 <0,020 <0,020 <0,020 <0,020 12
4 Kadmium (Cd) mg/L <0,001 <0,001 <0,001 0,001 <0,001 0,001
5 Tembaga (Cu) mg/L 0,002 <0,002 0,002 0,002 <0,002 0,008
6 Timbal (Pb) mg/L <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 0,008
7 Seng (Zn) mg/L 0,012 0,013 0,011 0,011 0,009 0,05
8 Nikel (Ni) mg/L <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 0,05
IV BIOLOGI :
1 Total Coliform MPN/100mL 110 33 70 17 26 1000
2 Fecal Coli MPN/100mL 110 13 70 7 22 Nihil

Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Proling Fakultas Perikanan IPB, tanggal 27 -10-2014
Keterangan: *) Baku Mutu Berdasarkan Kepmen-LH 51 Tahun 2004 ( Untuk Biota Laut)
AL- 1 6° 6'37.10"S 106°48'35.71"E AL- 4 6° 4'41.71"S 106°50'19.17"E
AL- 2 6° 6'31.33"S 106°50'12.87"E AL- 5 05⁰56'19,44" S 106⁰44'40,55" E
AL- 3 6° 4'40.92"S 106°47'56.41"E

Selanjutnya sebagai pembanding disajikan juga data hasil pengukuran analisis kualitas air
laut dari Amdal Reklamasi Pulau F (Tabel 29). Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat
dikemukakan bahwa hampir semua parameter air laut berada di bawah baku mutu
lingkungan. Parameter yang telah melebihi baku mutu lingkungan adalah cadmium dan
seng.
Tabel 29. Hasil Analisis Kualitas Air Laut di Sekitar Lokasi Rencana Pulau F
Hasil
TEST REGULAT
No. UNIT
DESCRIPTION SW1 SW2 SW3 SW4 SW5 SW6 ORY LIMIT

I Phisical
1 Brightness >5 >5 >5 >5 >5 >5 >3 Meter
2 Odour Natural Natural Natural Natural Natural Natural Natural -
3 Turbidity 0.8 1.2 0.9 2.3 2.1 2.3 <5
coral : 20
4 TSS 5 5 6 10 13 15 mangrove mg/L
: 80
5 Rubbish none none none none none none none -
0
6 Temperature 30 30 30 30 30 30 Natural C
7 Oil Film none none none none none none none -

II Chemical
1 pH 8 8 8.1 8.1 8.1 7.9 7 - 8,5 pH units
2 Salinity 29.3 29.4 29.5 29.1 29.3 29.1 Natural
3 DO 6.5 6.4 6.3 6 5.9 5.5 >5 mg/L
4 BOD5 4 4 5 6 8 6 20 mg/L
5 Amonia, NH3-N 0.11 0.15 0.18 0.21 0.23 0.19 0.3 mg/L
6 Phospate, PO4-P <0,11 <0,01 <0,01 <0,01 0.01 <0,01 0.015 mg/L
7 Nitrate, NO3-N <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0.008 mg/L
8 Cyanide, CN <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 0.5 mg/L
9 Sulhide, H2S <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 <0,01 0.01 mg/L
10 PAH <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0.003 mg/L
11 Phenol <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0.002 mg/L
12 PCB's <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0.01 mg/L
13 Surfactant, MBAS 0.026 0.029 0.037 0.033 0.044 0.028 1 mg/L
14 Oil and Grease <1 <1 <1 <1 <1 <1 1 mg/L
15 Pesticide <0,0024 <0,0024 <0,0024 <0,0024 <0,0024 <0,0024 0.01 mg/L
16 Tri Butil Tin, TBT <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 0.01 mg/L

III Metals :
1 Mercury, Hg <0,0002 <0,0002 <0,0002 <0,0002 <0,0002 <0,0002 0.001 mg/L

2 Cr -6 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0.005 mg/L

3 Arsenic, As <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 0.012 mg/L

4 Cadmium, Cd 0.012 0.015 0.012 0.014 0.012 0.014 0.001 mg/L

5 Copper, Cu 0.006 0.007 0.007 0.008 0.007 0.008 0.008 mg/L

6 Lead, Pb <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0.006 mg/L

7 Zink, Zn 0.067 0.081 0.068 0.055 0.057 0.046 0.05 mg/L

8 Nickel, Ni 0.02 0.01 0.01 0.04 0.01 0.02 0.05 mg/L

IV Biological
MPN/100
1 Total Coliform 25 30 45 60 70 55 1000
ml
Cell/100
2 Patogen none none none none none none none
ml
Sumber: Hasil Analisis kualitas air laut dalam Amdal Reklamasi Pulau F, 2014 Keterangan: *)
Baku Mutu Berdasarkan Kepmen-LH 51 Tahun 2004 ( Untuk Biota Laut)

Kemudian mengingat di bagian sebelah Tenggara tepatnya di daerah Marina letaknya


pada jarak kurang lebih 700 m dari lokasi reklamasi terdapat muara dari aliran Saluran
Ciliwung. Lokasi ini termasuk daerah yang selalu dipantau oleh pemerintah Provinsi DKI
dengan kode stasiun nomor 30. Hasil pemantauan yang selama ini dilakukan
menunjukkan bahwa parameter-parameter kunci dari aliran saluran Ciliwung sudah
melebihi baku mutu lingkungan (Tabel 30).

Tabel 30. Kualitas Air Saluran Ciliwung yang Bermuara di Marina Ancol Tahun 2011
Hasil Analisis
No Parameter Satuan BML*)
April Juli Sept Okt Des
1 Fosfat Mg/l 0,60 0,97 0,85 1,60 1,40 0,5
2 BOD Mg/l 25 30 25 22 22 20
3 COD Mg/l 90 90 100 80 70 30
Sumber: Status Lingkungan Hidup Daerah Prov. DKI, 2011

Keterangan: *) Pergub DKI No. 582 Tahun 1995 Tentang Penetapan Peruntukan Dan Baku Mutu Air Sungai / Badan Air
Serta Baku Mutu Limbah Cair Dl Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lampiran D: Pertanian Dan
Usaha Perkotaan)

BOD dan COD

BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau KOB (kebutuhan oksigen biokimiawi) adalah
jumlah oksigen yang diperlukan untuk degradasi biologis dari senyawa organik dalam
suatu sampel. Pengukuran BOD dengan sendirinya digunakan sebagai dasar untuk
mendeteksi kemampuan senyawa organik dapat didegradasi (diurai) secara biologis dalam
air. Perbedaan antara BOD dan COD (Chemical Oxygen Demand) adalah bahwa COD
menunjukkan senyawa organik yang tidak dapat didegradasi secara biologis.

Secara analitis BOD (biochemical oxygen demand) adalah jumlah mg oksigen yang
dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara biokimiawi dalam 1 liter air selama
pengeraman 5 x 24 jam pada suhu 20 oC. Sedangkan COD (chemical oxygen demand)
atau KOK (kebutuhan oksigen kimiawi) adalah jumlah (mg) oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasikan zat organik dalam 1 liter air dengan menggunakan oksidator
kalium dikromat selama 2 jam pada suhu 150
o
C.

Data parameter BOD dan COD di lokasi Saluran Ciliwung di Marina Ancol sebagai mana
tersaji pada tabel di atas tercatat antara 22 mg/l sampai 30 mg/l sementara baku mutu
lingkungan 20 mg/l. Dengan demikian parameter BOD telah melebihi baku mutu
lingkungan. Selanjutnya parameter COD tercatat antara 70 mg/l sampai 100 mg/l
sementara baku mutu lingkungan 30 mg/l). Dengan demikian nilai COD sudah jauh diatas
baku mutu lingkungan. Tingginya nilai BOD dan COD diperairan ini diduga karena
banyaknya buangan dari limbah domestik dari penduduk di sekitar saluran Ciliwung. Selain
itu Saluran Ciliwung yang berada di lokasi Marina Ancol digunakan untuk tambatnya
kapal-kapal.

Total Fosfat

Fosfor merupakan nutrisi penting untuk semua tanaman air dan ganggang. Fosfor di
alam dibutuhkan hanya dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga kelebihan fosfor dapat
dengan
mudah terjadi. Kelebihan fosfor biasanya dianggap polutan karena dapat menyebabkan
eutrofikasi yaitu suatu kondisi dimana nutrisi kandungannya berlebih yang menyebabkan
peningkatan pertumbuhan alga. Eutrofikasi dapat menurunkan tingkat oksigen terlarut
dalam air dan dapat membuat air ditumbuhi oleh banyak organisme air. Fosfor sering
menjadi faktor pembatas yang menentukan tingkat eutrofikasi yang terjadi .
Sebagian besar fosfor dalam air permukaan hadir dalam bentuk fosfat. Ada empat
klasifikasi fosfat sering disebut dalam literatur lingkungan yaitu:

• Ortofosfat adalah bentuk anorganik fosfat , seperti PO 3- , HPO


4
2-
, dan
4 H PO . Ini
2 adalah
4 bentuk
fosfat yang digunakan pembuatan pupuk dan sering muncul ke permukaan perairan melalui
limpasan.
• Fosfat organik terikat ditemukan dalam kotoran manusia dan hewan atau membusuk organik
materi.
• Fosfat terkondensasi (juga disebut polifosfat), seperti P3O 5-10
, kadang-kadang ditambahkan ke
pasokan air dan proses industri untuk mencegah pembentukan skala dan untuk menghambat
korosi. Ini adalah bentuk fosfat yang umum ditemukan dalam deterjen di masa lalu .
• Total fosfat adalah jumlah dari semua ortofosfat, fosfat organik dan fosfat terkondensasi.
Total fosfat adalah yang paling sering digunakan untuk menilai konsentrasi fosfat .

Hasil analisis parameter total fosfat tercatat antara 0,6 mg/l sampai 1,6 mg/l sementara
nilai baku mutu lingkungan adalah 0,5 mg/l. Dengan demikian parameter fosfat sudah
melebihi baku mutu lingkungan. Tingginya nilai fosfat di lokasi tersebut dimungkinkan
karena banyaknya kontribusi dari limbah domestik dari pemukim-pemukim yang ada di
sekitar sungai.
2.1. KOMPONEN BIOLOGI

2.1.1. Fitoplankton

Fitoplankton merupakan biota yang penting di dalam perairan. Hal ini disebabkan karena
dalam kehidupannya selain dapat menyumbang bahan organik atau sebagai pakan dari
strata rantai makanan juga menghasilkan oksigen di dalam ekosistem perairan. Oleh
karena pentingnya posisi dari fitoplankton ini, maka keberadaannya dapat dipergunakan
sebagai tolok ukur stabilitas perairan yang dicirikan oleh nilai indeks biologisnya seperti
indeks keanekaragaman, dominansi dan keseragamannya serta status kesuburan
perairan. Perkem- bangan fitoplankton dapat menyumbang siklus tropik perairan dicirikan
oleh kemampuan fungsionalnya yang terukur baik dalam bentuk produktivitas primer.
Sedangkan oksigen hasil fotosintesisnya berguna untuk respirasi biota akuatik lainnya.
Kemampuan berproduksi fitoplankton merupakan implementasi kemampuan biota ini
mengubah energi kinetik cahaya matahari dengan bantuan nutrien untuk diubah sebagai
energi dan asam amino. Keterangan ini diperjelas oleh Nyabakken (1992) bahwa unsur
utama yang mempengaruhi sistem biologik fitoplankton adalah intensitas cahaya
matahari, nutrien serta suhu sebagai katalis enzimatis. Dikaitkan dengan fenomena
pencemaran lingkungan perairan dan kemampuan fisiologis serta efek sirkulasi materi
energi perairan melalui fitoplankton, maka masukan berbagai unsur kimia dalam perairan
tidak semata berpengaruh lethal sesaat terhadap biota tingkat tinggi (yang dikonsumsi
manusia) secara langsung, akan tetapi melalui jalur food web (jejaring makanan)
keseragaman biota air dapat menggambarkan kondisi ekosistem disamping juga menilai
produktivitasnya.
Kriteria stabilitas perairan berdasarkan keberadaan fitolankton mengacu kepada pendapat
Pillou (1985) yaitu ditentukan oleh nilai indeks keanekaragamannya, yang dikelompokkan
menjadi 3 golongan yaitu :
• Nilai indeks keanekaragamannya < 1,5 berarti perairan tidak stabil,
• Nilai indeks keanekaragamannya 1,5 – 2,5 berarti perairan cukup stabil,
• Nilai indeks keanekaragamannya > 2,5 berarti perairan stabil
Tabel 31. Hasil Identifikasi Fitoplankton
Hasil Identifikasi
ORGANISME Satuan
AL - 1 AL - 2 AL - 3 AL - 4 AL - 5
BACILLARIOPHYCEAE
Chaetoceros sp. Sel/m3 173.076.750 1.318.680 178.516.305 64.285.650 145.310.220
Coscinodiscus sp. Sel/m3 828.864 414.432 103.608 155.412 500.772
Thalassiosira sp. Sel/m3 1.226.028 0 1.139.688 483.504 552.576
Skeletonema sp. Sel/m3 1.674.996 0 414.432 656.184 14.867.748
Thalassiothrix sp. Sel/m3 224.484 189.948 103.608 120.876 189.948
Pleurosigma sp. Sel/m3 51.804 17.268 51.804 34.536 120.876
Nitzschia sp. Sel/m3 103.608 0 0 0 259.020
Streptotheca sp. Sel/m3 51.804 51.804 328.092 293.556 51.804
Rhizosolenia sp. Sel/m3 34.536 69.072 51.804 17.268 120.876
Climacodium sp. Sel/m3 103.608 0 0 0 0
Bacteriastrum sp. Sel/m3 120.876 0 0 0 69.072
Hemiaulus sp. Sel/m3 0 0 0 0 51.804
DINOPHYCEAE
Peridinium sp. Sel/m3 483.504 0 379.896 103.608 967.008
Ceratium sp. Sel/m3 466.236 17.268 379.896 120.876 673.452
Dinophysis sp. Sel/m3 17.268 0 17.268 17.268 0
Noctiluca sp. Sel/m3 17.268 2.193.036 34.536 86.340 34.536
Prorocentrum sp. Sel/m3 0 0 0 0 17.268
Jumlah Taksa taksa 15 8 12 12 15
Kelimpahan (Sel/m³) Sel/m3 178.481.634 4.271.508 181.520.937 66.375.078 163.786.980
Indeks Keragaman - 0,19 1,23 0,12 0,20 0,45
Indeks Keseragaman - 0,07 0,59 0,05 0,08 0,17
Indeks Dominansi - 0,94 0,37 0,97 0,94 0,80
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Proling Fakultas Perikanan IPB, tanggal 27 -10-2014
Keterangan: Lokasi Pengambilan sama dengan kualitas air laut

Berdasarkan hasil analisis terhadap komposisi fitoplankton sebagaimana disajikan pada


Tabel 31, diperoleh keterangan bahwa kestabilan perairan termasuk dalam kategori tidak
stabil karena nilai indeks keragaman pada seluruh lokasi sampling kurang dari 1,5.
Meskipun hasil analisis kualitas air sesaat yang disajikan di atas tergolong baik, dugaan
penyebab rendahnya nilai keragaman adalah karena tekanan dari kualitas air dan karena
migrasike areal lainnya.

2.1.9. Zooplankton
Zooplankton adalah jenis plankton hewani. Jenis ini hanya mampu memanfaatkan
fitoplankton sebagai sumber energinya. Berbeda dengan fitoplankton yang mampu
memanfaatkan unsur inorganik sebagai sumber nutrisinya. Biota ini sudah mampu
bergerak baik dalam upaya untuk mempertahankan diri maupun di dalam mencari makan.
Jenis zooplankton mempunyai ukuran relatif beragam sesuai dengan sejarah hidupnya.
Dalam hal ini ada diantaranya yang
selamanya terdapat dalam ukuran planktonik, namun sebagian besar merupakan jenis
yang dapat berubah ukuran pada umur dewasanya.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, kemampuan fungsional zooplankton sangat
ditentukan oleh kualitas maupun kuantitas fitoplankton. Hal ini disebabkan sumber nutrisi
utama bagi kehidupannya adalah fitoplankton. Sama halnya dengan pengamatan yang
telah dilakukan sebelumnya di wilayah studi maka dapat diperlihatkan profil zooplankton.
Ini juga dimaksudkan untuk memperlihatkan sejauh mana lingkungan fisik memberikan
konstribusi kehidupan biota yang ada.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 32), indeks keragaman berkisar antara
1,50 sampai 1,85. Nilai ini menunjukkan perairan memiliki kestabilan cukup stabil dan
tingkat pencemaran ringan.
Tabel 32. Hasil Identifikasi Zooplankton
Hasil Identifikasi
ORGANISME Satuan
AL - 1 AL - 2 AL - 3 AL - 4 AL - 5
CRUSTACEAE
Nauplius Ind/m3 267.750 37.800 92.925 40.950 266.175
Oithona sp. Ind/m3 61.425 12.600 15.750 12.600 107.100
Euchaeta sp. Ind/m3 1.575 0 0 0 0
Neocalanus sp. Ind/m3 26.775 11.025 9.450 17.325 96.075
Euterpina sp. Ind/m3 7.875 0 1.575 20.475 12.600
Calanus sp. Ind/m3 11.025 14.175 4.725 4.725 4.725
Candacia sp. Ind/m3 1.575 0 0 0 4.725
Paracalanus sp. Ind/m3 4.725 0 0 0 0
Balanus sp. Ind/m3 6.300 1.575 0 0 25.200
Corycaeus sp. Ind/m3 0 0 1.575 0 0
Lucifer sp. Ind/m3 0 0 0 1.575 0
Calocalanus sp. Ind/m3 0 0 0 1.575 0
Oncaea sp. Ind/m3 0 0 0 1.575 0
Acartia sp. Ind/m3 0 0 0 0 3.150
Penilia sp. Ind/m3 0 1.575 0 0 0
CILIATA
Favella sp. Ind/m3 6.300 6.300 3.150 0 11.025
Codonella sp. Ind/m3 1.575 0 0 0 0
Codonellopsis sp. Ind/m3 0 0 3.150 0 1.575
Eutintinnus sp. Ind/m3 0 0 0 0 1.575
Tintinnopsis sp. Ind/m3 6.300 0 3.150 0 3.150
UROCHORDATA
Oikoleura sp. Ind/m3 18.900 0 9.450 6.300 26.775
POLYCHAETA (Larva) Ind/m3 3.150 0 0 0 6.300
BIVALVIA (Larva) Ind/m3 17.325 9.450 12.600 7.875 20.475
ROTIFERA
Trichocerca sp. Ind/m3 0 0 0 0 1.575
Jumlah Taksa taksa 15 8 11 10 16
Kelimpahan (Ind/m3) Ind/m3 442.575 94.500 157.500 114.975 592.200
Indeks Keragaman - 1,50 1,72 1,51 1,85 1,74
Indeks Keseragaman - 0,55 0,83 0,63 0,80 0,63
Indeks Dominansi - 0,39 0,23 0,37 0,20 0,27
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Proling Fakultas Perikanan IPB, 2 tanggal 27 -10-2014
Keterangan:
AL- 1 6° 6'37.10"S 106°48'35.71"E AL- 4 6° 4'41.71"S 106°50'19.17"E
AL- 2 6° 6'31.33"S 106°50'12.87"E AL- 5 05⁰56'19,44" S 106⁰44'40,55" E
AL- 3 6° 4'40.92"S 106°47'56.41"E
2.1.1. Benthos

Benthos sebenarnya dapat terdiri dari fitobenthic dan zoobenthic, yang termasuk ke
dalam biota fitobenthic di samping tumbuhan tingkat rendah seperti fitoplankton, dapat
juga algae atau rumput laut (sea grasses). Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga
baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah
yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya
perubahan faktor- faktor lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan bentos terus
menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah.
Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh factor biotik
maupun abiotik. Faktor biotik seperti produsen, yang merupakan salah satu sumber
makanan bagi hewan bentos. Sedangkan faktor abiotik seperti suhu, arus, oksigen terlarut
(DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N),
kedalamam air dan substrat dasar. Secara fungsional, biota ini mempunyai peranan yang
mendasar dalam mekanisme rantai makanan sebagaimana halnya dengan Fitoplankton.
Peranan utamanya adalah sebagai hirarkhi dasar dalam food web benthik. Komponen
nekton demersal sangat menggantungkan kepada kekayaan komponen ini, di samping
sebagian diantaranya akan pemakan serasah. Perbedaannya dengan fitoplankton adalah
dalam memanfaatkan pakan, maka biota ini sebagian besar bersifat filter feeder.
Meskipun nekton demersal tidak seluruhnya memanfaatkan biota ini, namun
keberadaannya cukup penting. Di samping kepentingan fungsional, maka oleh sifatnya
yang sessile maka beberapa jenis dari komponen hewan biota makrobenthos seringkali
dipergunakan sebagai indikator pencemaran perairan.
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 33) indeks keragaman (indeks diversitas) bentos
diperoleh nilai 0,24 sampai 0,61. Hal ini menunjukkan bahwa perairan tidak stabil. Kondisi
ini disebabkan oleh karena tekanan dari kualitas air sebagai media hidup benthos,
meskipun hasil analisis sesaat menunjukkan kualitas air lebih baik.
Tabel 33. Hasil Identifikasi Benthos
Hasil Identifikasi
ORGANISME Satuan
AL - 1 AL - 2 AL - 3 AL - 4 AL - 5
POLYCHAETA
Nereis sp. Ind/m2 116 29 0 0 116
Ancistrosylis sp. Ind/m2 145 0 0 29 29
Eunice sp. Ind/m2 174 145 0 0 0
Nephtys sp. Ind/m2 29 145 87 87 87
Glycera sp. Ind/m2 29 0 0 0 0
Notomastus sp. Ind/m2 0 0 29 0 0
ECHIURIDA Ind/m2
Thalassema sp. Ind/m2 0 0 0 29 29
Jumlah taksa taksa 5 3 2 3 4
Kepadatan (Ind/m²) Ind/m2 493 319 116 145 261
Indeks Keragaman - 0,61 0,41 0,24 0,34 0,45
Indeks Keseragaman - 0,87 0,85 0,81 0,83 0,87
Indeks Dominansi - 0,27 0,42 0,63 0,51 0,38
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Proling Fakultas Perikanan IPB, 2 tanggal 27 -10-2014
Keterangan:
AL- 1 6° 6'37.10"S 106°48'35.71"E AL- 4 6° 4'40.92"S 106°47'56.41"E
AL- 2 6° 6'31.33"S 106°50'12.87"E AL- 5 6° 4'41.71"S 106°50'19.17"E
AL- 3 6° 4'56.14"S 106°48'58.89"E
2.1.1. Nekton

Jenis ikan laut sekitar Teluk Jakarta diketahui dan dicatat berdasarkan data Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI 712) di wilayah penangkapan Teluk
Jakarta dan Laut Jawa. Berdasarkan data tersebut, ikan-ikan yang terdapat di perairan
Teluk Jakarta dan sekitarnya terdiri dari ikan pelagis kecil, sebagian ikan pelagis besar,
ikan demersal dan jenis non ikan Tabel 34.
Tabel 34. Jenis-Jenis Ikan yang Ditemukan di Perairan Wilayah Studi
No Nama Ikan Nama Ilmiah No Nama Ikan Nama Ilmiah
IKAN
1 Belanak Valamugil speigleri 22 Lemadang Coryphaena hippurus
2 Bentong Selar crumenophthalmus 23 Alu-alu Sphyraena sp
3 Cendro Tylosurus spp 24 Bawal Bramidae sp
4 Talang-talang Chorinemus tala 25 Biji nangka Upeneus moluccensr's
5 Ikan terbang Cypsilurus poecilopterus 26 Gerot-gerot Pomadasydae sp
6 Japuh Dussumieria acuta 27 Golok-golok Chirocentrus dorab
7 Julung-julung Hemirhamphus far 28 Kuniran Upeneus moluccensis
8 Kembung Rastrelliger sp. 29 Gulamah Angyrosomus sp
9 Layang Decapterus sp. 30 Ikan sebelah Psettodes erumeri
10 Lemuru Sardinella longiceps 31 Ikan Lidah Cynoglossus lingua
11 Selanget Dorosoma chacunda 32 Kapas-kapas Geres punctatus
12 Selar Selaroides leptolepis 33 Kerong-kerong Terapon Jarbua
13 Sunglir Elagatis bipinnulatus 34 Kurau Eleutheronema sp
14 Tembang Sardinella fimbriata 35 Kurisi Nemipterus sp
15 Teri Stolephorus commersonii 36 Senangin Eleutheronema sp
16 Terubuk Hilsa toli 37 Kuwe Caranx ignobilis
17 Tongkol Euthynnus affinis 38 Layur Atlantic cutlassfish
18 Cucut botol Hemigaleus balfouri 39 Manyung Netuma thalassina
19 Ikan layaran Istiophorus orientalis 40 Pari Manta birostris
20 Ikan pedang Xiphias gladius 41 Peperek Caesio caerulaurea
21 Tengiri Scomberomorus sp
NON-IKAN
1 Teripang Holothria sp.
2 Udang Barong Panulirus sp.
3 Udang Putih Panaeus merguensis
4 Tiram Crassostrea cuculata
5 Rajungan Portunus pelagicus
6 Kepiting Scylla serrata
7 Cumi-cumi Loligo spp.
Sumber : Statistik Perikanan Tangkap di Laut WPPNRI 712, 2013

2.2. SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA

Pembangunan Pulau I secara administrative berada dalam wilayah Kelurahan Ancol,


Kecamatan Pademangan, Kota Administrasi Jakarta Utara. Namun demikian dampak
terhadap komponen sosial ekonomi budaya, diprakirakan akan sampai ke Kelurahan
Penjaringan, Kecamatan Penjaringan. Oleh karena itu meskipun pada KA yang telah
disepakati oleh Komisi Penilai Amdal DKI Jakarta wilayah studi Sosial Ekonomi Budaya
hanya berada di Kelurahan Ancol, tim menganggap ada baiknya disinggung konidisi social
ekonomi dan budaya Kelurahan Penjaringan. Dengan pertimbangan ini maka wilayah studi
Sosial Ekonomi dan Budaya dalam studi ini mencakup Kelurahan Ancol dan Penjaringan.
2.2.1. Kependudukan
Berdasarkan data statistik Kecamatan Pademangan dan Penjaringan dalam angka tahun
2014, menunjukkan penduduk Kelurahan Ancol berjumlah 28.738 jiwa, terdiri dari 15.173
jiwa laki- laki dan 13.565 jiwa perempuan, sedangkan penduduk Kelurahan Penjaringan
pada tahun yang sama adalah 110.879 jiwa terdiri dari 58.474 jiwa laki-laki dan 52.405
jiwa perempuan. Rincian penduduk di kedua Kelurahan ini dibandingkan dengan
penduduk Kecamatan masing-masing disajikan pada tabel berikut:

Tabel 35. Penduduk di Wilayah Studi Akir tahun 2013.


Luas Penduduk Kepada-
Kelurahan / Sex
No wilayah tan (jiwa
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah rasio
(km2) /km2)
1 Kelurahan Ancol 3,7728 15.173 13.565 28.738 7.617 112
Kec. Pedemangan 11.9187 82.034 77.169 159.201 13.357 106
2 Kelurahan Penjaringan 3,9543 58.474 52.405 110.879 28.040 111
Kec. Penjaringan 45,4057 152.089 143.973 296.062 6.520 105
Sumber: Kec. Pademangan dan Penjaringan dalam angka 2014.

Berdasarkan tabel ditas terlihat bahwa penduduk di Kelurahan Ancol yang luasnya
31,65% luas Kecamatan Pedemangan dihuni oleh 18,05% penduduk, sebaliknya
Kelurahan Penjaringan yang luasnya mencapai 8,71% dari kecamatan Penjaringan
dhihuni oleh 37,45% penduduk. Dari tabel juga terlihat bahwa jika dibandingkan
kepadatan penduduk antara masing-masing kelurahan dengan kecamatannya terlihat
bahwa kepadatan di Kelurahan Ancol lebih jarang dari kepadatan Kecamatan, dan
sebaliknya untuk Kelurahan Penjaringan jauh lebih padat dibandingkan dengan kepadatan
kecamatannya. Data diatas juga menunjukkan bahwa Kelurahan Penjaringan mempunyai
kepadatan lebih dari tiga kali kepadatan penduduk di Kelurahan Ancol. Kepadatan di
wilayah ini termasuk padat, karena standar BPS untuk kepadatan kota metropolitan >
5000 jiwa/km2.

Jika dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan, maka sex rasio di wilayah
studi mencapai 111 s/d 112, artinya Setiap 100 orang perempuan tersedia 111 s/d 112
orang laki- laki. Tingginya sex ratio di wilayah ini menunjukkan bahwa wilayah ini
merupakan wilayah tempat tujuan migrasi.
2.2.1.1. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk disuatu wilayah ditandai dengan kelahiran, kematian, pindah dan
datang. Selisih jumlah kelahiran dengan kematian disebut pertumbuhan penduduk alami,
sedangkan selisih penduduk pindan dan datang disebut dengan pertumbuhan penduduk
karena migrasi. Untuk Kelurahan Ancol pertumbuhan penduduk alami sebesar + 16 jiwa
atau 0,05%, sedangkan pertumbuhan penduduk karena migrasi – 36 jiwa atau -0,11%.
Dengan demikian pertumbuhan penduduk tahun 2012 adalah -20 jiwa atau -0,06 %.
Angka pertumbuhan penduduk sebesar tersebut tergolong sangat kecil. Kondisi mobilitas
penduduk selengkapnya disajikan pada grafik berikut.

20

18

16

14

12

10

8 Januari februari maret april mai juni juli agustus september oktober nopember desember
lahir 10 14 6 5 5 18 18 4 5 5 5 2
mati 2 5 3 9 6 9 9 4 13 7 5 9
pindah 2 10 12 12 12 14 8 18 7 5 3 5
datang 0 5 2 7 4 12 6 6 4 4 4 2

lahir mati pindah datang

Gambar 56. Mobilitas Penduduk di Kelurahan Ancol Tahun 2012


Sumber: Pademangan dalam angka 2013

Jika dibandingkan antara mobilitas penduduk di kedua Kelurahan ini selama tahun 2013
akan terlihat seperti tabel berikut:

Tabel 36. Mobilitas Penduduk di Wilayah Studi tahun 2013


Kelurahan Lahir Mati Datang Pindah
Kel Ancol 378 104 895 7
Ke. Pedemangan 2260 492 4313 3896
Kel. Penjaringan 1716 91 3777 3957
Kec. Penjaringan 4259 621 8817 8392
Sumber: Kec. Pademangan dan Penjaringan dalam angka 2014

Berdasarkan data tabel diatas dapat dihitung bahwa pertumbuhan penduduk karena alami
(lahir – mati) di kelurahan Ancol relative rendah jika dibandingkan dengan di Kelurahanan
Penjaringan, tetapi pertumbuhan penduduk akrena migrasi, di Kelurahan Ancol masih
positif, tetapi di Kelurahan Penjaringan telah negative. Namun demikian pertumbuhan
total penduduk di kedua kelurahan ini masih positif 1,38 – 1,30 %. Sebagaimana disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 37. Pertumbuhan Penduduk di Wilayah Studi
Pertumbuhan alami Perumbuhan karena Pertumbuhan
No Kelurahan/Kec
(%) migrasi (%) Penduduk (%)
1 Kel Ancol 0.95 0.43 1.38
2 Kec. Pedemangan 1.11 0.26 1.37
3 Kel. Penjaringan 1.47 -0.16 1.30
4 Kec. Penjaringan 1.23 0.14 1.37
Sumber: Kec. Pademangan dan Penjaringan dalam angka 2014

2.2.1.2. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Data penduduk kelurahan Ancol berdasarkan kelompok umur dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 57. Piramida Penduduk Kelurahan Ancol


Sumber: Diolah dari Pedemangan dalam angka 2013

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa kondisi penduduk di Kelurahan Ancol sangat
timpang, dimana jumlah penduduk usia 0-4 tahun sangat besar, kemudian umur 5-9
tahun sampai 20-24 tahun relative sama, tetapi umur 30 sampai 39 tahun kembali
mengecil dan besar lagi pada kelompok umur 40-49 tahun. Lebih lanjut jika di lihat
penduduk yang berumur kecil dari 15 tahun sebanyak 6.927 jiwa atau 41,27% dan
penduduk yang berumur lebih besar dari 64 tahun sebanyak 100 jiwa atau 0,60%.
Memperhatikan hal ini, dapat dikatakan bahwa penduduk Kelurahan Ancol merupakan
penduduk muda, yang akan berkembang. Jika dihitung angka ketergantungan di wilayah
ini adalah :

Angka ketergantungan = P(<15th + >64th)/P(15-64th) x 100 = ( 7027)/(9754) x 100 =


72. Ini berarti Setiap 100 orang produktif menanggung beban 72 orang yang tidak
produktif. Jika penduduk produktif tersebut (penduduk yang bekerja) di jadikan penduduk
berumur >20th dan penduduk wanita hanya 50% yang bekerja maka angka
ketergantungan akan lebih besar lagi yakni mencapai: 166, artinya Setiap 100 orang
yang bekerja menanggung beban 166 orang yang tidak bekerja. Tingginya angka
ketergantungan ini biasanya menunjukkan sulitnya pembangunan ekonomi di wilayah
tersebut.
2.2.2. Sosial Ekonomi

2.2.2.1. Mata Pencaharian

Berdasarkan data laporan tahunan kelurahan ancol tahun 2013 terlihat bahwan mata
pencaharian penduduk Kelurahan Ancol yang dominan adalah sebagai karyawan baik
karyawan pemerintah maupun swasata (53,80%), selain itu adalah bekerja sebagai
pedagang (7,57%), dan sangat kecil bekerja sebagai tukang (0,30%), sebanyak 9,95%
bekerja serabutan seperti ngojek, tukang parkir dan penjual jasa lainya.

Tabel 38. Penduduk Kelurahan Ancol Berdasarkan Pekerjaan


Jenis Pekerjaan Jumlah %
Karyawan (negeri/swasta) 9,957 53.80
Pedagang 1,400 7.57
Buruh 734 3.97
Pensiunan 1,211 6.54
Pertukangan 55 0.30
Pengangguran 1,404 7.59
Fakirmiskin 1,904 10.29
Lain-lain 1,841 9.95
Jumlah 18,506 100
Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Ancol, 2012
Hal yang cukup menarik dari tabel diatas adalah besarnya angka penggangguran yang
mencapai 7,59 % dari penduduk yang produktif, disisi lain juga besrnya penduduk yang
pensiunan (6,54%), dan yang juga cukup besar adalah yang berprofesi sebagai fakir
miskim (10,29%). Selain itu yang juga cukup menarik perhatian adalah meskipun
kelurahan Ancol terletak di wilayah pesisir, tidak ada penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan. Hal ini mungkin disebabkan karena pantai yang ada di Kelurahan Ancol tidak
biasa lagi dijadikan tempat tambat nya perahu. Menurut seorang informan menyebutkan
bahwa masyarakat ancol yang berprofesi sebagai nelayan telah lama pindah ke daerah
Marunda.
2.2.2.2. Fasilitas Perekonomian

Kelurahan Ancol merupakan kelurahan yang menjadi tempat pariwisata di DKI Jakarta,
oleh karena itu fasilitas perekonomian di wilayah ini telah berkembang dengan baik. Di
Kelurahan ini terdapat beberapa unitbank, pasar, toko swalayan, Mall, hotel dan restoran.
Fasilitas perekonomian di Kelurahan Ancol selengkapnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 39. Fasilitas Perekonomian di di Wilayah Studi (unit)
Kelurahan Kelurahan
No Fasilitas Perekonomian
Penjaringan Ancol
1 Bank (negeri/swasta) 13 16
2 Koperasi simpan pinjam 9 12
3 Pasar 3 1
4 Swalayan 1 1
5 Mall 1 4
6 Perusahaan 50 17
7 Hotel 0 7
8 Losmen 2 1
9 Restoran 45 41
10 Warung / toko 119 132
Sumber: Pademangan dan Penjaringan Dalam Angka, 2014

2.2.2.3. Tingkat Kesejahteraan Msyarakat

Untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah dalam studi ini didekati
dengan melihat fasilitas perumahan yang ditempati masyarakat tersebut. Semakin baik
fasilitas perumahan yang ada di masyarkat, akan menunjukkan semakin baik pula tingkat
kesejahteraan masyarakat dimaksud.
Berdasarkan kondisi fisiknya, bangunan tempat tinggal penduduk di wilayah studi
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu: Bangunan permanen, semi permanen
dan sementara. Berdasarkan pendataan BPS akhir tahun 2013, di Kelurahan Ancol
terdapat 46,86% rumah permanen, 46,88% rumah semi permanen dan 6,26% rumah
sementara (darurat), sedangkan di Kelurahan Penjaringan terdapat 53,03 % bangunan
tempat tinggal penduduk yang permanen, 32,31% semi permanen dan 14,66% rumah
sementara (darurat). Berdasarkan hal tersebut dengan melihat proporsi bangunan tempat
tinggal penduduk yang masih menempati bangunan sementara/darurat, dapat
diindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di kelurahan Ancol relative lebih
baik dari tingkat kesejahteraan penduduk di Kelurahan Penjaringan, karena jumlah
masyarakt yang belum sejahtera di Kelurahan Penjaringan mencapai 14,66%, sedangkan
di Ancol hanya 6,26%. Kondisi fisik bangunan tempat tinggal penduduk di wilayah studi
selengkapnya disajikan apda tabel berikut:
Tabel 40. Kondisi Fisik Tempat Tinggal Penduduk di Wilayah Studi (dalam prosentase)
No Kelurahan Permanen Semi Permanen Sementara/darurat
1 Ancol 46,86 46,88 6,26
2 Penjaringan 53,03 32,31 14,66
Sumber: Pademangan dan Penjaringan dalam angka 2014

2.2.3. Sosial Budaya

2.2.3.1. Kondisi Penduduk


Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa penduduk di wilayah studi baik di
Kelurahan Ancol maupun di Kelurahan Penjaringan merupakan penduduk yang heterogen,
dari
segi suku, agama dan tingkat perekonomian. Namun demikian dalam hubungan sehari-
hari, terlihat adanya saling menjaga keharmonisan, sehingga tercipta suasana yang
kondusif dan saling tolong menolong. Jika dilihat dari kelompok pemukiman, Penduduk di
wilayah studi dapat digolongkan kedalam 3 (tiga) kelompok yakni:
- Kelompok masyarakat yang tingggal di pemukiman yang belum tertata/kumuh.
- Kelompok masyarakat yang tinggal di pemukiman yang telah relative baik
- Kelompok masyarakat yang tinggal di real estate.
Kelompok masyarakat yang tinggal di pemukiman yang belum tertata, umumnya berada
dalam tingkat ekonomi relative rendah. Masyarat ini umumnya bekerja sebagai
pedagang/warung, buruh, atau disektor nonformal lain. Kelompok ini sering menggalami
permasalah air bersih, sanitasi lingkungan dan banjir. Kelompok masyarakat masyarakat
ini antara lain ditemui di pemukiman penduduk Muara Baru (Kel Penjaringan), di
kelompok masyarakat yang tinggal di pemukiman yang telah tertata relative baik,
umumnya bekerja sebagai karyawan atau di sektor jasa atau di usaha formal lainnya.
Masyarakat ini biasanya telah mempunyai pendidikan relative baik, dan sangat
aktif/agresif. Kelompok masyarakat ini ditemui antara lain di sekitar Ancol Barat.

Kelompok masyarakat yang tinggal di real estate, umumnya adalah masyarakat yang
mapan, biasaya bekerja di sector keuangan, perdagangan atau property. Kelompok ini
biasanya tidak banyak berinteraksi dengan lingkungan. Karena banyak menghabiskan
waktunya di luar rumah (ditempat kerja atau di tempat rekreasi). Real estate ini antara
lain terdapat di Ancol Timur.

Menurut penuturan responden, perusahaan – perusahaan yang ada di wilayah ini


membentuk asosiasi yang mereka sebut dengan ASWINDA (asosiasi warga industry
Ancol). Melalui ASWINDA inilah para pengusaha tersebut menyalurkan berbagai bantuan
kepada masyarakat yang tidak mampu di Kelurahan Ancol. Bantuan tersebut antara lain
peberian sembako, beasiswa, sunatan masal, atau bantuan jika terjadi musibah seperti
banjir ataupun kebakaran.
2.2.3.2. Agama
Berdasarkan diskusi dengan pemuka masyarakat, diperoleh informasi bahwa meskipun di
wilayah ini telah terdapat oenganut beragam agama/kepercayaan, tetapi penganut agama
islam terhitung cukup besar. Menurut prakiraan responden tersebut, lebih dari 80%
penduduk di wilayah ini penganut agama islam. Hal ini dapat dilihat dengan jumlah
sarana ibadah yang ada, dimana di Kelurahan Ancol hanya ada sarana ibadah agama
islam serta agama budha, sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 41. Sarana Peribadatandi Wilayah Studi 2013


No Jenis sarana Kel. Ancol Kel. Penjaringan
1 Mesjid 9 25
2 Mushalla 16 58
3 Greja 0 9
4 Vihara/Klenteng 2 2
Sumber: Pademangan Dalam Angka, 2013

2.2.3.3. Pendidikan
Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden, diperoleh informasi bahwa
kesadaran terhadap perlunya pendidikan telah semakin tinggi. Banyak diantara responden
menyebutkan bahwa putra putrinya telah sekolah di tingkat SLTP atau di SLTA, dan
mereka ingin agar putra- putri tersebut dapat melanjutkan pendidikannya sampai ke
perguruan tinggi. Nampaknya adanya program pemerintah yang membebaskan biaya
sekolah sampai tingkat SLTA sangat membantu meningkatkan pendidikan masyarakat
khususnya golongan kecil dan menengah.
Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tidak ditemukan baik didalam Kecamatan
dalam angka, maupun di dalam laporan tahunan masing-masing kelurahan. Oleh karena
itu sebagai gambaran dilakukan melalui pendekatan fasilitas pendidikan serta rasio murid
dan guru serta rasio murid dan sekolah di wilayah ini.
Di Kelurahan Ancol telah ada faslitas pendidikan sejak dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tingi. Jumlah fasilitas pendidikan di wilayah ini secara lengkap tersaji pada
tabel berikut:
Tabel 42. Fasilitas Pendidikan di Wilayah Studi
No Jenis Fasilitas Pendidikan Kelurahan Ancol Kel. Penjaringan
Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah
1 TK 0 3 3 0 12 12
2 Sekolah Dasar 4 3 7 12 7 19
3 SLP 1 3 4 1 6 7
4 SLTA 0 1 1 1 2 3
3 SMK 0 0 0 0 3 3
4 Madrasah Ibtidaiya 0 0 0 0 9 9
5 Madrasah Tsanawiyah 0 0 0 0 1 1
6 Universitas 0 1 0 0 1 1
Sumber: Kec. Pademangan dan Penjaringan dalam angka 2014

Dari tabel diatas, terlihat bahwa fasilitas pendidikan yang ada tidak saja yang
dibangundan dibiayai oleh Negara, tetapi lebih banyak yang dibangun dan dibiayai oleh
swasta. Banyaknya fasilitas pendidikan yang berasal dari swasta menunjukkan bahwa
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan telah cukup tinggi.

2.2.3.4. Kondisi Kamtibmas


Informasi dari Lurah Ancol menyebutkan bahwa sampai saat ini (2014) kondisi ketertiban
dan keamanan di wilayah kelurahan Ancol relative baik. Hal ini tidak terlepas dari peranan
para tokoh masyarakat dan aparat yang berada di kelurahan ancol yang berkomitmen
menciptakan wilayah yang tertib dan aman. Warga sangat menghormati para tokoh yang
ada dilingkungan mereka, baik itu tokoh agama, maupun pemimpin formal seperti lurah,
ketua RT dan RW. Di Kelurahan Ancol terdapat beberapa organisasi masyarakat yang
senantiasa berkoordinasi dengan aparat kelurahan dan kecamatan dalam melaksanakan
program kemasayrakat termasuk menjaga kondisi kantibmas. Beberapa gangguan
kantibmas yang ada berupa pencurian,dan penjambretan. Masalah lain adalah perkelahian
antar warga dan pelanggaran susila.
2.2.4. Kesehatan Masyarakat.

2.2.4.1. Air Bersih.


Informasi dari kepala puskesmas Ancol menuturkan bahwa sumber air bersih masyarakat
Ancol adalah PAM Jaya. Berdasarkan data Kecamatan dalam angka 2014, sebanyak
72,99% KK mendapatkan sumber air minumnya dari PDAM DKI atau air kemasan,
sedangkan sisanya 27% memperoleh air minum dari penjual air pikulan (Air PAM). Air
tanah umumnya tidak digunakan baik untuk air domestik, karena payau/asin dan keruh
kecuali jika kondisi darurat. Penduduk yang tidak mempunyai akses air PAM, membeli air
melalui pengecer menggunakan gerobak. Diwilayah ini cukup banyak ditemui para penjual
air menggunakan gerobak, dengan harga 3 ribu rupiah/gallon/dregent. Pemanfaatan air
hujan untuk keperluan domestic terlihat sangat sedikit, penduduk menuturkan bahwa
kondisi air hujan tidak begitu baik untuk digunakan. Sebaran penduduk berdasarkan
sumber air minumnya dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 43. Sebaran Penduduk (%) di Wilayah Studi berdasarkan Sumber Air Minum
Air Tanah/
Kemasan/
No Kelurahan/Kecamatan Sumur Beli Pikulan Jumlah
PDAM
Pompa
1 Kelurahan Ancol 72,99 0 27 100
Kec. Pedemangan 82,15 0 17,85 100
2 Kelurahan Penjaringan 67,50 0 32,50 100
Kec. Penjaringan 61,21 0 38,79 100
Sumber: Kec. Pademangan dan Penjaringan dalam angka 2014

2.2.4.2. Penyakit Dominan


Berdasarkan data puskesmas di Kelurahan Ancol, dari 10 penyakit dominan yng diderita
penduduk penyakit ISPA merupakan yang tertinggi, kemudian penyakit gastritis,
hipertensi dan diaree sebagaimana disajikan pada tabel berikut.
Tabel 44. Sepuluh Penyakit Dominan di Kelurahan Ancol
No Jenis Penyakit Kasus % Prevalensi
1 ISPA 5.309 71,31 157
2 Gastritis 490 6,68 15
3 Diare 463 6,31 14
4 Hipertensi 249 3,40 7
5 Infeksi Kulit 249 3,40 7
6 Alergi Mata 207 2,82 6
7 TBC 151 2,06 4
8 Asma 151 2,06 4
9 Mata 86 1,17 3
10 Rematik 58 0,79 2
Jumlah 7.334 100 219
Sumber: Puskesmas Kelurahan Ancol, 2014

2.2.4.3. Sarana Kesehatan


Sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Ancol terdiri dari 1 unit puskesmas, 7 unit
posyandu, tempat praktek dokter, poliklinik dan tempat praktek bidan, sedangkan di
Kelurahan Penjaringan terdapat 2 unit rumah sakit, 2 unit rumah bersalin, 2
unitPuskesmas. Jumlah sarana kesehatan di wilayah studi pada tahun 2014 disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 45. Sarana Kesehatan di Wilayah Studi
Kelurahan Kelurahan
No Sarana Kesehatan
Ancol Penjaringan
1 Rumah Sakit 0 2
2 Rumah Sakit Bersalin 0 1
1 Puskesmas 1 2
2 Posyandu 7 31
3 Dokter praktek 2 17
4 Poliklinik 2 16
5 Praktek Bidan 2 6
6 Apotik 1 21
Sumber: Kec. Pademangan dan Penjaringan dalam angka 2014

2.2.5. Persepsi Masyarakat

Untuk mendapatkan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan reklamasi pulau I


dilakukan survey dengan 50 responden tang terdiri dari : 10 orang tokoh masyarakat (formal
dan non formal) dan 40 orang masyarakat biasa. Pemilihan responden dilakukan secara
purposive.

2.2.5.1. Identifikasi Responden

Responden adalah kepala keluarga (baik Bapak maupun ibu). Berdasarakan jenis kelamin
responden terdiri dari 70% laki-laki dan 30 % perempuan
Berdasarkan umur terlihat bahwa sebagian besar (80 %) berada dalam kisaran umur 30-60
tahun, hanya 20 % responden yang berumur >60 tahun.

Berdasarkan lama tinggal di wilayah tersebut, terlihat bahwa sebagian besar responden
(82%) menyatakan telah tinggal di wilayah ini lebih dari 10 tahun, 9% telah tinggal selama
5-9 tahun dan 9% yang menyebutkan kurang dari 5 tahun.
Berdasarkan pekerjaan, terlihat bahwa 20 orang berprofesi sebagai karyawan (swasta atau
negeri),
10 orang wiraswasta/pedagang, 5 orang nelayan dan 5 orang dengan pekerjaan sebagai
buruh/sopir/ojek.
Ditinjau dari pendapatan responden, terlihat sangat berfariasi dengan ketimpangan yang
sangat tinggi, dimana perbandingan antara pendapatan terendah dengan pendapatan
tertinggi 1 : 130. Disamping itu tercatat bahwa 40% responden yang berpendaptan rendah
hanya menerima 16% dari jumlah pendapatan, sedangkan 20% responden yang
berpendaptan tinggi menerima proporsi 56,63% pendaptan. Pendaptan responden
terendah Rp. 300 ribu/bulan, tertinggi Rp. 40,20 juta
/bulan, pendapatan responden rata-rata Rp. 4,37 juta/bulan.

Jika diperhatikan lebih lanjut dari pendpatan rata-rata dapat disimpulkan bahwa besarnya
pendapatan responden tersebut berada diatas UMP DKI Jakarta (UMP DKI 2013,
2.400.000,-).
Namun demikian jika diperhatikan sebaran pendapatan, akan nampak bahwa 37%
responden berada dibawah UMP.
Pendapat responden terhadap kondisi ekonomi/pendapatan tahun sekarang dibandingkan
tahun lalu, sebanyak 50% responden menyatakan sama saja, dan 12,5% menyatakan
lebih buruk dibandingkan tahun lalu, sedangkan yang menyatakan lebih baik sebanyak
25% sebagaimana tergambar pada table berikut.

Tabel 46. Kondisi Ekonomi Tahun 2014 Dibandingkan Tahun 2013


No Jawaban Responden Frekuensi %
1 Lebih buruk dari tahun lalu 5 12,5
2 Sama saja dengan tahun lalu 20 50
3 Lebih baik dari tahun lalu 10 25
4 Tidak menjawab 5 12,5
Jumlah responden 40 100
Sumber: Data Primer

2.2.5.2. Persepsi terdap Rencana Reklamasi Pulau I

Dari hasi wawancara terhadap rencana reklamasi pulai I, hasilnya dapat disampaikan
sebagai berikut: Masyarakat Ancol sebenarnya telah tau adanya reklamasi yang
dilakukan oleh berbagai perusahaan denganberbagai tujuan di wilayah pantai utara
Jakarta tersebut. Namun demikian terhadap rencana kegiatan reklamasi pembangunan
pulau I tidak banyak diketahui masyarakat. Dari serangkaian wawancara yang
dilakukan dengan pemuka masyarakat di Kelurahan Ancol hanya 30% yang telah
mendapatkan informasi rencana tersebut. Angka ini akan lebih kecil lagi jika ditanyakan
ke masyarakat, dimana hanya 10 % yang mengetahui. Sumber informasi tersebut
mereka dapatkan dari teman-ke teman dan ada juga dari kehadiran mereka pada waktu
konsultasi public yang dilakukan pada waktu menyusun kerangka acuan amdal.
Pengetahuan terhadap rencana reklamasi pulau I tersebut hanya sekedar tau saja,
bagaimana teknisnya pekerjaan reklamasi mereka tidak mengetahui. Dalam bayangan
mereka pekerjaan ini tentu akan mendatangkan tanah atau batu yang sangat banyak
dari darat, sehingga hal tersebut akan menambah kemacetan lalulintas di sekitar Ancol
yang saat ini (eksisting) telah macet. Disisi lain hal ini juga akan menambah masalah
banjir di wilayah ini.
Lebih lanjut ketika ditanyakan terhadap opini setuju atau tidak terhadap penetapan area
pulau I tersebut, responden yang berasal dari tokoh masyarakat maupun dari
masyarakat menyatakan tidak keberatan/menyetujui (70-85%), jika pemerintah telah
menetapkan demikian. Responden memaklumi bahwa dengan adanya kegiatan tersebut
tentu akan memberikan manfaat kepada masyarakat seperti tenaga kerja dan peluang
berusaha, tetapi berdasarkan pengalaman pada kegiatan serupa, tidak akan banyak
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Sedangkan berbagai dampak negative
telah akan pasti menerpa mereka seperti: gangguan lalulintas perahu dan kapal,
kekeruhan air laut, dan banjir. Secara lengkap persepsi yang dihimpun tim tersaji pada
tabel berikut.

Berdasarkan wawancara dengan tokoh maysrakat dan responden di wilayah kajian


diperoleh informasi sebagai berikut:
Tabel 47. Persepsi Responden Terhadap Rencana Reklamasi Pulau I
Responden Pertanyaan Fekuensi %
Tau rencana reklamasi Tokoh masyarakat
• Tau 3 30
• Tidak tau 7 70
Masyarakat
• Tau 4 10
• Tidak tau 36 90
Tokoh Masyarakat • Setuju penetapan lokasi 7 70
• Tidak setuju 3 30
• Abstain /tidak menjawab 0 3
Masyarakat • Setuju penetapan lokasi 34 85
• Tidak setuju 3 7,5
• Abstain /tidak menjawab 3 7,5
Manfaat proyek • Adanya kesempatan kerja dan berusaha 7 14
terhadap masyarakat • Mengurangi ROB 0 0
• Tidak menjawab/tidak tau 43 86
Dampak negative dari • Terganggu tangkapan nelayan 2 4
proyek • Kekeruhan air laut 46 92
• Terganggu lalulintas kapal dari dan ke
23 46
sundakelapa serta perahu nelayan
• Meningkatkan banjir 23 46
• Menambah kepadatan lalulintas darat. 12 24
Sumber: Data Primer Tim Amdal.

Lebih lanjut ketika ditanyakan harapan responden terhadap rencana reklamasi tersebut
dapat dihipun sebagai berikut:
- Agar dampak negative yang akan terjadi dapat ditanggulangi, sehingga tidak merugikan
masyarakat.
- Agar dapat memberikan manfaat kepada masyarakat misalnya lapangn kerja dan peluang
berusaha.
- Agar memberikan peluang kepada masyarakat sekitar untuk mendapatkan akses tempat
usaha/kerja di pulau tersebut.
• KEGIATAN LAIN DI SEKITAR

• Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta


Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ) mulai dibangun
pada tahun 1980 dan diresmikan pertama kali pada tanggal 17 Juli 1984. PPS Nizam
Zachman Jakarta berlokasi di Muara Baru (Teluk Jakarta), Desa/Kelurahan
Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Dari lokasi reklamasi pulau,
pelabuhan perikanan ini berjarak 600 meter arah Barat. Antara lokasi kegiatan dan
pelabuhan dibatasi oleh perairan yang digunakan untuk alur pelayaran kapal dari
Pelabuhan Sunda Kelapa.

Gambar 59. Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta

Sumber: http://www.pt-pp.com/?m=completed&pages=2

Dari rencana lokasi kegiatan terluar,


Selanjutnya data kegiatan kapal masuk dan keluar di pelabuhan perikanan samudera
Nizam Zacman adalah sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 48. Kegiatan Kapal Masuk dan Keluar di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam
Zacman

Jenis Alat Kapal Masuk (unit) Kapal Keluar (unit)


Tangkap 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011
Rawai tuna 938 792 799 799 867 665 722 806 764 827
Pukat cincin 672 727 826 857 1005 570 730 859 871 1009
Jaring insang 986 653 582 374 267 826 624 584 357 261
Jaring cumi 496 507 592 747 1112 409 508 508 722 1092
Pancing cumi - - - 34 25 - - - 29 17
Hand line - - - 14 12 - - - 12 14
Bubu 13 9 9 8 12 13 13 10 8 11
Pengangkut 387 566 570 619 574 414 556 570 604 577
Lain-lain 36 22 22 26 16 19 13 33 16 9
Sumber: PPS Nizam Zachman Jakarta, 2012
2.4.1. Pelabuhan Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan
pelabuhan terpenting Kerajaan Sunda yang beribu kota di Pajajaran. Kemudian pada
masa masuknya Islam dan para penjelajah Eropa, Sunda Kelapa diperebutkan antara
kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya
cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama-nama
pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an,
nama kuno “Sunda Kelapa” kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini.

Pada jaman penjajahan Belanda, tempat ini merupakan pelabuhan utama, namun
seiring jalannya waktu tempat yang mempunyai arti sejarah bagi kota Jakarta ini
menjadi terlupakan. Saat ini pelabuhan ini menampung kapal phinisi yang berlayar
menuju Jakarta untuk membawa kayu dari daerah lainnya di Indonesia ke Jakarta.

Pelabuhan Sunda Kelapa terutama disinggahi kapal-kapal antar pulau dan pelayaran
rakyat dengan komoditas utama kayu, bahan kebutuhan pokok, barang kelontong,
dan bahan bangunan.

Fasilitas Utama Fasilitas Pelayanan Kapal


Lokasi : Sunda Kelapa, DKI Jakarta Panjang Dermaga : 3.005,5 m
Letak : 06 06/ 30″ LS, 106 07/ 50″ BT Kedalaman Alur : -4 mLWS
Luas Lahan : 50,8 Ha Kedalaman Kolam : -4 mLWS
Fasilitas Pelayanan Barang
Lapangan Penumpukan : 37.512 m2
Gudang : 8.305,75 m2

Gambar 60. Kapal Layar Motor yang Berlabuh di Pelabuhan Sunda


Kelapa
Sumber: http://galeriwisata.wordpress.com/wisata-jawa/wisata-jakarta/pelabuhan-sunda-
kelapa/

Sebagai regulator pelabuhan Sunda Kelapa di bawah kewenangan Kantor Kesyahbandaran


dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sunda Kelapa. Kemudian sebagai operator adalah PT.
Pelabuhan Indonesia II (Pelindo II) Cabang Sunda Kelapa.
Gambar 61. Gedung KSOP dan PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Sunda Kelapa

Tabel 49. Arus Kunjungan Kapal dan Arus Barang di Pelabuhan Sunda Kelapa Agustus 2014
Kapal Bendera Indonesia Kapal Bendera Asing
Container Muatan
No Jenis Kapal Tiba Berangkat Muatan Cargo Tiba Berangkat
(Unit) Cair
Unit GT Unit GT B M B M B M Unit GT Unit GT

1 Kapal Motor 181 137,787 165 124,437 16,944 110,986 - - - - 1 153 1 15

2 Kapal Tug Boat 1 38 1 151 - - - - - - - - - -

3 Kapal Tongkang 1 528 1 1,998 - - - - - - - - - -

4 KLM / PLM 69 16,335 71 9,703 8,708 41,846 - - - - - - - -

5 Kapal Tanker - - - - - - - - - - - - - -

JUMLAH 252 154,688 238 136,289 25,652 152,832 - - 0 0 1 153 1 15

Sumber: http://www.portofsundakelapa.org/en/

Dari rencana lokasi kegiatan terluar, ke Pelabuhan Sunda Kelapa berjarak 1500 meter
arah Barat Daya. Antara lokasi kegiatan dan pelabuhan dibatasi oleh perairan.

2.4.2. Taman Impian Jaya Ancol

Taman Impian Jaya Ancol merupakan kawasan wisata terpadu yang telah berdiri sejak
tahun 1966. Sejak berdiri sudah ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu
oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemda DKI
menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP)
Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan
perekonomian nasional serta daya beli masyarakat.

Obyek wisata yang ada di taman impian Jaya Ancol terdiri dari: Wisata Pantai dan
Taman; Dunia Fantasi (Dufan); Atlantis Water Adventure (Atlantis); Gelanggang
Samudra (Samudra); Sea World; Putri Duyung Cottages; Padang Golf Ancol; Marina;
Pasar Seni; Pulau Bidadari; Ritel; Hailai Executive Club; Kereta Gantung (Gondola);
Bowling dan Wisata Kuliner.
Dari rencana lokasi kegiatan terluar, ke tempat wisata Taman Impian Jaya Ancol
berjarak 3500 meter arah Tenggara. Antara lokasi kegiatan dan pelabuhan dibatasi
oleh perairan.

Gambar 62. Taman Impian Jaya Ancol

2.4.3. Perumahan Pantai Mutiara

Pantai Mutiara dibangun lokasi hasil reklamasi di Teluk Jakarta. Kawasan perumahan
menawarkan panorama laut Jawa dan kepulauan Seribu. Kawasan pemukiman yang
diluncurkan sejak 1986 ini dilengkapi dengan dermaga kapal pesiar, kondominium,
rumah teras, penthouse, dan pusat olah raga.
Pantai Mutiara mempunyai jarak sekitar 2200 m dari rencana lokasi reklamasi Pulau I
sebelah Barat. Lokasi pantai Mutiara tidak berbatasan langsung dengan Pulau I karena
terhalang oleh Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zacman.

Gambar 63. Pantai Mutiara

2.4.4. Permukiman Penduduk

Permukiman penduduk yang berdekatan dengan rencana lokasi reklamasi Pulau I


adalah pemukiman yang berada di belakang Pelabuhan Sunda Kelapa, pemukiman
yang berdekatan dengan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman dan
Perumahan Marina Ancol. Pemukiman yang berada di lokasi dekat pelabuhan Sunda
Kelapa dan pemukiman Marina Ancol dicirikan sebagai pemukiman dengan warga
metropolis pada umumnya, sementara pemukiman yang berdekatan dengan
pelabuhan perikanan dicikan sebagai pemukiman dengan warga sebagian besar
nelayan.

Gambar 64. Peta Kegiatan Sekitar


BAB III
RKL , RPL
1.1 Maksud dan Tujauan Pelaksanaan RKL-RPL

Maksud pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan


Lingkungan (RPL) ini adalah untuk :
a) Mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup dan
dampak lingkungan hidup lainnya yang bersifat negatif akibat rencana usaha dan/atau
kegiatan ini.
b) Memahami fenomena-fenomena atau perilaku dampak yang timbul akibat usaha
dan/atau kegiatan pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek sampai ke tingkat
kawasan atau bahkan regional, tergantung pada skala masalah yang dihadapi.

Tujuan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan


Lingkungan (RPL) ini adalah :

a) Menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan hidup yang timbul akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan ini.
b) Menanggulangi, meminimisasi atau mengendalikan dampak negatif yang timbul saat
usaha dan/atau kegiatan beroperasi hingga kegiatan berakhir.
c) Meningkatkan dampak positif yang timbul akibat rencana usaha dan/atau kegiatan ini
sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada Pemrakarsa dan
masyarakat.

1.2 Kebijakan Lingkungan Pemrakarsa

PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk berkomitmen untuk memenuhi (melaksanakan)


ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan yang relevan dan melakukan
penyempurnaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup secara berkelanjutan dalam
bentuk mencegah, menanggulangi dan mengendalikan dampak lingkungan yang disebabkan
oleh kegiatan-kegiatannya serta melakukan pelatihan bagi karyawannya di bidang
pengelolaan lingkungan hidup.

Komitmen yang telah dilakukan diantaranya adalah :

1.2.1 Tahap Konstruksi

a) Mengatur jadwal pengangkutan peralatan dan material reklamasi pada malam hari pukul
22.00-05.00 WIB.
b) Menyediakan area bongkar muat kendaraan di Pantai Festival sekitar proyek.
c) Memasang penutup bagi truk-truk pengangkut material reklamasi yang keluar masuk
proyek dan membersihkan ban kendaraan sebelum keluar proyek untuk memperkecil
ceceran dan debu.
d) Mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup dan
dampak lingkungan hidup lainnya yang bersifat negatif akibat rencana usaha dan/atau
kegiatan ini.
e) Memahami fenomena-fenomena atau perilaku dampak yang timbul akibat usaha dan/atau
kegiatan pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek sampai ke tingkat kawasan
atau bahkan regional, tergantung pada skala masalah yang dihadapi.

Tujuan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan


Lingkungan (RPL) ini adalah :

a) Menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan hidup yang timbul akibat
rencana usaha dan/atau kegiatan ini.
b) Menanggulangi, meminimisasi atau mengendalikan dampak negatif yang timbul saat
usaha dan/atau kegiatan beroperasi hingga kegiatan berakhir.
c) Meningkatkan dampak positif yang timbul akibat rencana usaha dan/atau kegiatan ini
sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada Pemrakarsa dan
masyarakat.

1.2.2 Tahap Operasi

Melakukan pengerukan lumpur di Kali Bintang Mas dan kanal Pulau K secara periodik untuk
mengurangi pendangkalan.
BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

Dalam bagian ini diuraikan bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan atas
dampak yang ditimbulkan kegiatan reklamasi Pulau K dalam rangka untuk menghindari,
mencegah, meminimisasi dan/atau mengendalikan dampak negatif dan meningkatkan dampak
positif.

Uraian bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup tersebut dicantumkan secara singkat dan
jelas dalam bentuk matrik atau tabel yang berisi elemen-elemen sebagai berikut :

1. Dampak Lingkungan (Dampak Penting dan Dampak Lingkungan Hidup lainnya)


2. Sumber Dampak Penting dan Dampak Lingkungan Hidup lainnya
3. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
4. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH)

Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1, sedangkan gambar
lokasi pengelolaan lingkungan saat Konstruksi dan Operasi dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2
berikut.
BAB III
RENCANA PEMANTUAN LINGKUNGAN HIDUP
3.1 Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Pada bagian ini diuraikan secara singkat dan jelas rencana pemantauan dampak yang ditimbulkan
kegiatan reklamasi Pulau K dalam bentuk matrik atau tabel yang berisi elemen-elemen sebagai
berikut :

a) Dampak yang Dipantau yang terdiri dari :


• Jenis Dampak yang terjadi
• Komponen Lingkungan yang terkena dampak lingkungan
• Indikator/Parameter yang dipantau
• Sumber Dampak
a) Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup yang terdiri dari :
• Metode Pengumpulan dan Analisis Data
• Lokasi Pemantauan
• Waktu dan Frekuensi Pemantauan
b) Institusi Pemantau Lingkungan Hidup yang terdiri dari :
• Pelaksana Pemantauan
• Pengawas Pemantauan
• Penerima Laporan Pemantauan

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1,
sedangkan gambar lokasi pemantauan lingkungan saat Konstruksi dan Operasi dapat
dilihat pada Gambar 3.1 dan 3.2 berikut.
LAMPIRAN 1

STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

REKLAMASI PULAU K

1. Tahap Konstruksi

Selama tahap konstruksi yang bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan lingkungan di
area reklamasi Pulau K adalah PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk sebagai Pemrakarsa
yang didalam pelaksanaannya dapat bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana.

”Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan” pada 3 (tiga) bulan setelah dokumen ini disetu- jui
BPLHD Provinsi DKI Jakarta dilakukan oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk.

Struktur Organisasi Pelaksana Pengelolaan dan Manajemen Pengelolaan Dampak pada saat
konstruksi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1 Struktur Organisasi Pelaksana Pengelolaan Lingkungan Saat Konstruksi

Gambar 2 Manajemen Pengelolaan Dampak Reklamasi Pulau K Saat Konstruksi

2. Tahap Paska Konstruksi

Secara keseluruhan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan pada tahap Paska
Konstruksi adalah PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk yang dalam pelaksanaannya
bekerjasama dengan Departemen Pengelolaan Property dan HSE.

Tugas dan wewenang PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk sebagai pengelola Pulau K ini
adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab terhadap kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di seluruh


area Pulau K.
2. Mengkoordinasikan tugas-tugas pengelolaan dan pemantauan lingkungan kepada
Departemen Pengelolaan Property dan HSE.

Menerima pelaporan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari Departemen


Pengelolaan Property dan HSE setiap bulan untuk selanjutnya dilaporkan secara keseluruhan
dalam bentuk ”Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan” ke Gubernur up BPTSP Provinsi DKI
Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta dan Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara
setiap 6 (enam) bulan sekali.
Struktur Organisasi Pelaksana Pengelolaan pada saat Paska Konstruksi dapat dilihat
pada gambar berikut.
LAMPIRAN 2

LAMPIRAN III BAKU MUTU AIR LAUT UNTUK BIOTA LAUT


KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU
MUTU AIR LAUT

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU (*)


A. FISIKA
1. Kecerahan (insitu) m Coral: > 5
Mangrove: -
Lamun: > 3
2. Kebauan (insitu) - Alami
3. Kekeruhan NTU <5
4. Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L Coral: 20
Mangrove: 80 Lamun:
20
o
5. Suhu (insitu) C Alami
Coral: 28-30
Mangrove: 28-32 Lamun:
28-30
-
6. Lapisan Minyak Nihil
-
7. Sampah (insitu) Nihil
B. KIMIA
1. pH (insitu) - 7-8,5
2. Salinitas mg/L Alami
3. Oksigen terlarut (DO) mg/L >5
4. BOD5 mg/L 20
5. Amonia Total (NH3-N) mg/L 0,3
6. Fosfat total (PO4-P) mg/L 0,015
7. Nitrat (NO3-N) mg/L 0,008
8. Sianida (CN) mg/L 0,5
9. Sulfida (H2S) mg/L 0,01
10. Fenol mg/L 0,002
11. Surfaktan Anion (MBAS) mg/L 1,0
12. Minyak & Lemak mg/L 1,0
13. Air Raksa (Hg) mg/L 0,001
14. Khromium VI (Cr 6+) mg/L 0,005
15. Arsen (As) mg/L 0,012
16. Kadmium (Cd) mg/L 0,001
17. Tembaga (Cu) mg/L 0,008
18. Timbal (Pb) mg/L 0,008
19. Seng (Zn) mg/L 0,05
20. Nikel (Ni) mg/L 0,05
C. MIKROBIOLOGI
1. Coliform Total MPN/100ml Nihil
2. Bakteri Patogen Sel/100ml Nihil

LAMPIRAN
1. Struktur Organisasi Pengelolaan Lingkungan.
2. Baku Mutu Air Laut Sesuai Lampiran III Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut Dari Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut.
KOP SURAT PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL TBK

SURAT PERNYATAAN

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN


No ..........

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Gatot Setyowaluyo

Jabatan : Direktur Utama

Alamat Kantor : Ecovention Building

Jl. Lodan Timur No. 7

Taman Impian Jaya Ancol

Jakarta Utara-14430

Telepon : (021) 6454567

Faksimili : (021) 6452986, 64710502

Selaku Penanggung Jawab atas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dari kegiatan :

Nama Kegiatan : Reklamasi Pulau K

Jenis Kegiatan : Reklamasi

Alamat Kegiatan : Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan

Jakarta Utara

Telepon :-

Faksimili :-

Jenis Dokumen Kegiatan : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Melaksanakan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan sebagaimana tercantum dalam Dokumen
Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) kegiatan
Reklamasi Pulau K yang telah mendapat persetujuan dari Komisi Penilai AMDAL Provinsi DKI Jakarta.
2. Bertanggung jawab dan bersedia diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku apabila
kami terbukti lalai/tidak melaksanakan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan sebagaimana yang
tercantum dalam Dokumen RKL dan RPL.
3. Bersedia dipantau atau dilaksanakan pengawasan oleh Dinas/Instansi terkait terhadap implementasi
Dokumen RKL dan RPL.
4. Bersedia menyampaikan Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan Tahap Konstruksi setiap 3 bulan dan
Tahap Paska Konstruksi (Operasi) setiap 6 bulan kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta dan KLH Kota
Administrasi Jakarta Utara.

Demikianlah Surat Pernyataan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan ini dibuat untuk menjadi
pedoman dalam pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan kami.

Jakarta, Tanggal-Bulan-Tahun

Hormat Kami

Tanda Tangan diatas


meterai Rp.6000 &
Cap perusahaan

(Gatot Setyowaluyo)
Direktur Utama
KOP SURAT PT. PEMBANGUNAN JAYA ANCOL TBK SURAT
PERNYATAAN

No ..........

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gatot Setyowaluyo


Jabatan : Direktur Utama
Alamat Kantor : Ecovention Building
Jl. Lodan Timur No. 7
Taman Impian Jaya Ancol
Jakarta Utara-14430
Telepon : (021) 6454567
Faksimili : (021) 6452986, 64710502

Selaku Penanggung Jawab atas Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dari kegiatan :

Nama Kegiatan : Reklamasi Pulau K


Jenis Kegiatan : Reklamasi
Alamat Kegiatan : Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan
Jakarta Utara
Telepon :-
Faksimili :-
Jenis Dokumen Kegiatan : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Dalam rangka pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dari kegiatan dimaksud
diatas, dengan ini menyatakan bahwa :

1. Mengurus pengesahan Kajian Hidrodinamika ke Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta.
2. Mengurus pengesahan Kajian Penanggulangan Banjir ke Dinas Tata Air Provinsi DKI
Jakarta.
3. Mengurus pengesahan Kajian Dampak Pemanasan Global (Global Warming) ke Dinas Bina
Marga Provinsi DKI Jakarta.
4. Akan mengurus Izin Membangun Prasarana ke Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta.
5. Akan melakukan Kajian Masterplan dan Panduan Rancang Kota (Urban Design
Guideline/UDGL) berkoordinasi dengan Dinas Penataan Kota Provinsi DKI Jakarta.
6. Akan mengurus Izin Pelaksanaan Reklamasi dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
7. Akan mengurus Surat Rekomendasi Pengambilan Material Reklamasi dari Dinas
Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta.
8. Akan mengurus Surat Izin Pengerukan dari Direktur Jenderal Pelabuhan dan Pengerukan
Kementerian Perhubungan.
9. Akan mengurus Surat Rekomendasi Lokasi Pembuangan Hasil Keruk (Dumping Area) dan
Syarat-syaratnya ke Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan usaha dan/atau
kegiatan kami.

Jakarta, Tanggal-Bulan-Tahun

Hormat Kami

Tanda Tangan diatas meterai


Rp.6000 &
Cap perusahaan

(Gatot Setyowaluyo)
Direktur Utama
Tabel 2.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Kegiatan Reklamasi Pulau K

DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN SUMBER KEBERHASILAN PE- BENTUK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
NO
YANG DAMPAK NGELOLAAN LING LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP
A. BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) SAAT KONSTRUKSI
1. Peningkatan Kegiatan Tidak terjadinya 1. Mengatur rute kendaraan Di Kawasan Selama Masa PT. BPLHD Prov Gubernur up
Volume pengang- kutan an- konstruksi melalui Jl. Lodan Ancol & Konstruksi Pembangunan DKI Jakarta, BPTSP Prov
Kendaraan di peralatan/ma- trian/kemacetan Raya, Jl. RE Martadinata & Jl. sekitarnya (Jl. Jaya Sudin DKI Jakarta,
Jalan terial reklamasi di Kawasan Ancol Pelabuhan langsung ke lokasi Lodan Raya, Jl. Ancol Tbk Penata- an BPLHD Prov
me- lalui darat dan jalan-jalan di kegiatan & seba liknya. RE Martadinata Kota Kota DKI Jakarta,
menimbul kan sekitar nya pada 2. Mengatur jadwal mobilisasi & & Jl. Administrasi Walikota
bangkitan mak- demo bilisasi peralatan berat Jakarta Kota
saat Pelabuhan)
simum sebesar ± serta mate- rial konstruksi Utara, Administrasi
pengangkutan &
110 pada malam hari pukul 22.00- Kantor Jakarta
bong- kar muat. Penge lola Utara, Dinas
kendaraan/hari. 05.00 WIB.
3. Memasang rambu lalu lintas Lingku- ngan Penata an
dan lampu penerangan di Pintu Hidup Kota Kota Prov
Keluar Masuk Proyek Administrasi DKI Jakarta,
bekerjasama dengan Sudin Jakarta Sudin Perhu-
Perhubungan Jakarta Utara. Utara, Sudin bungan
Perhubungan Jakarta
4. Menyiapkan area parkir
kendaraan & fasilitas Jakarta Utara setiap
bongkar/muat material/ Utara, Kec. 3 bulan
peralatan reklamasi di Pantai Padema-
Festival & menghindari parkir ngan, Kel.
on street di jalan-jalan dalam An- col
Kawasan Ancol.
5. Menyiapkan petugas
parkir/satuan pengamanan
untuk mengatur ken- daraan
yang keluar masuk Proyek.
6. Segera melakukan perbaikan
jika terjadi kerusakan jalan di
lokasi internal kawasan & Pintu
Keluar Masuk Proyek yang
menjadi rute pengangkutan
material/peralatan reklamasi.
1. Peningkatan Kegiatan Tidak terjadinya 7. Mengatur rute kendaraan Di Kawasan Selama Masa PT. BPLHD Prov Gubernur up
Volume pengang- kutan an- konstruksi melalui Jl. Lodan Ancol & Konstruksi Pembangunan DKI Jakarta, BPTSP Prov
Kendaraan di peralatan/ma- trian/kemacetan Raya, Jl. RE Martadinata & Jl. sekitarnya (Jl. Jaya Sudin DKI Jakarta,
Jalan terial reklamasi di Kawasan Ancol Pelabuhan langsung ke lokasi Lodan Raya, Jl. Ancol Tbk Penata- an BPLHD Prov
me- lalui darat dan jalan-jalan di kegiatan & seba liknya. RE Martadinata Kota Kota DKI Jakarta,
menimbul kan sekitar nya pada 8. Mengatur jadwal mobilisasi & & Jl. Administrasi Walikota
bangkitan mak- demo bilisasi peralatan berat Jakarta Kota
saat Pelabuhan)
simum sebesar ± serta mate- rial konstruksi Utara, Administrasi
pengangkutan &
110 pada malam hari pukul 22.00- Kantor Jakarta
bong- kar muat. Penge lola Utara, Dinas
kendaraan/hari. 05.00 WIB.
9. Memasang rambu lalu lintas Lingku- ngan Penata an
dan lampu penerangan di Pintu Hidup Kota Kota Prov
Keluar Masuk Proyek Administrasi DKI Jakarta,
bekerjasama dengan Sudin Jakarta Sudin Perhu-
Perhubungan Jakarta Utara. Utara, Sudin bungan
Perhubungan Jakarta
10. Menyiapkan area parkir
kendaraan & fasilitas Jakarta Utara setiap
bongkar/muat material/ Utara, Kec. 3 bulan
peralatan reklamasi di Pantai Padema-
Festival & menghindari parkir ngan, Kel.
on street di jalan-jalan dalam An- col
Kawasan Ancol.
11. Menyiapkan petugas
parkir/satuan pengamanan
untuk mengatur ken- daraan
yang keluar masuk Proyek.
12. Segera melakukan
perbaikan jika terjadi
kerusakan jalan di lokasi
internal kawasan & Pintu
Keluar Masuk Proyek yang
menjadi rute pengangkutan
material/peralatan reklamasi.
DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN
LINGKUNGAN SUMBER KEBERHASILAN PE- BENTUK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
NO
YANG DAMPAK NGELOLAAN LING LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP

8. Mengatur jadwal
pengangkutan me lalui laut
diluar jadwal keberang- katan
dan kembalinya kapal dari/ke
Dermaga Pantai Marina serta
hari Sabtu dan hari libur.
3. Penurunan Debu & Gas Buang Kadar Debu, HC, 1. Memasang penutup bagi Di lokasi Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur
Kualitas Udara dari emisi kendara- CO, NO2 & SO2 di truk pe- ngangkut material kegiatan Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, up BPTSP
an pengangkut udara ambien tidak yang keluar masuk proyek. & sekitarnya Ancol Tbk Sudin Prov DKI
peralatan & melebihi baku mutu 2. Membersihkan ban-ban (Pantai Festival) Penata- an Jakarta,
material reklamasi sesuai SK Gub Prop truk pe- ngangkut material Kota Kota BPLHD Prov
DKI Jakarta No. 551 reklamasi dengan air sebelum Administrasi DKI Jakarta,
sebesar ± 110
Th 2001 : keluar proyek. Jakarta Walikota
kendaraan/hari &
▪ Debu: 230 ug/Nm3 3. Mematikan mesin Utara, Kantor Kota
Debu dari kegia- tan
▪ HC : 160 ug/Nm3 kendaraan pada saat bongkar Penge lola Administrasi
pengangkutan Jakarta
▪ CO:26.000ug/Nm3 muat. Lingku- ngan
material reklamasi. Utara, Dinas
▪ NO2 : 400 ug/Nm3 4. Kendaraan Operasional Hidup Kota
yang digu- nakan harus lolos Administrasi Penata an
▪ SO2 : 900 ug/Nm3
Uji KIR dan Uji Emisi. Jakarta Kota Prov
Utara, Sudin DKI Jakarta
Kesehatan Ja setiap 3
karta Utara, bulan
Kec.
Pademangan,
Kel. An- col
4. Peningkatan Pengoperasian ± Tingkat Kebisingan 1. Mematikan mesin Di lokasi Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur
Kebisingan 110 kendaraan tidak melebihi baku kendaraan pada saat bongkar proyek dan Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, up BPTSP
pengangkut mutu sesuai SK muat. sekitarnya Ancol Tbk Sudin Prov DKI
peralatan & Gub Prop DKI Jakar 2. Menempatkan peralatan (Hotel Mercure Penata- an Jakarta,
material reklamasi ta No. 551 Thn konstruksi Dozer, Back Hoe, & Pantai Kota Kota BPLHD Prov
perhari serta pengo- 2001 untuk Kawa- Genset, dll yang memiliki Festival) Administrasi DKI Jakarta,
san Rekreasi, Perda kebisingan tinggi di lokasi yang Jakarta Walikota
perasian peralatan
gangan & Jasa : 70 tidak terlalu dekat dengan Utara, Kantor Kota
konstruksi saat pe- Administrasi
dBA. Hotel Mercure terutama pada Penge lola
ngurugan/reklamasi. Jakarta
malam hari dan Pantai Festival Lingku- ngan
teruta- ma pada jam Hidup Kota Utara, Dinas
operasional pantai. Admini- Penata an
strasi Jakarta Kota Prov
DKI Jakarta

DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN SUMBER KEBERHASILAN PE- BENTUK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
NO
YANG DAMPAK NGELOLAAN LING LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP
Utara, Sudin setiap 3
Kesehatan Ja bulan
karta Utara,
Kec.
Pademangan,
Kel. An- col
5. Penurunan Lumpur yang Kualitas air Kali 1. Teknik Reklamasi dengan Di lokasi proyek Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Kualitas Air lolos saat Bin- tang Mas sistem Hydraulic Fill Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
Permukaan pengisian tidak mele bihi meminimalkan ceceran material Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
geotube. baku mutu un- reklamasi. Penata- an BPLHD Prov
tuk Biota Laut 2. Penggunaan pasir dengan Kota Kota DKI Jakarta,
sesu- ai Lamp III kandu- ngan lumpur seminimal Administrasi Walikota
Kep Men Neg LH mungkin untuk mengisi Jakarta Kota
No. 51 Thn Geotube. Utara, Kantor Administrasi
2004 tentang Baku 3. Pengisian pasir pada Penge lola Jakarta
Mutu Air Laut. Geotube melalui pipa dari Lingku- ngan Utara, Dinas
tongkang (barge). Hidup Kota Penata an
4. Kapal-kapal tongkang Administrasi Kota Prov
dilarang membuang oli bekas ke Jakarta DKI Jakarta
laut. Utara, Kec. setiap 3
Pademangan,
5. Pemasangan silt screen di bulan
Kel. Ancol
sekitar lokasi pembangunan
tanggul.
6. Penurunan Lumpur yang Kualitas air laut 1. Teknik Reklamasi dengan Di lokasi proyek Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Kua lolos saat tidak melebihi sistem Hydraulic Fill Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
litas Air Laut pengisian geo- baku mutu untuk meminimalkan ceceran material Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
tube. Biota reklamasi. Penata- an BPLHD Prov
Laut sesuai Lamp 2. Penggunaan pasir dengan Kota Kota DKI Jakarta,
III kandu- ngan lumpur seminimal Administrasi Walikota
Kep Men Neg LH mungkin untuk mengisi Jakarta Kota
No. 51 Thn 2004 Geotube. Utara, Kantor Administrasi
tentang Baku 3. Pengisian pasir pada Penge lola Jakarta
Mutu Geotube melalui pipa dari Lingku- ngan Utara, Dinas
Air Laut. tongkang (barge). Hidup Kota Penata an
4. Kapal-kapal tongkang Administrasi Kota Prov
dilarang membuang oli bekas ke Jakarta DKI Jakarta
laut. Utara, Kec. setiap 3
Pademangan, bulan
5. Pemasangan silt screen di
Kel. Ancol
sekitar lokasi pembangunan
tanggul.
DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN
LINGKUNGAN SUMBER KEBERHASILAN PE- BENTUK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
NO
YANG DAMPAK NGELOLAAN LING LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP
7. Perubahan Pembuatan Kecepatan dan Pengisian geotube & Di lokasi proyek Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Pola Arus tanggul sepanjang arah arus di pembangunan konstruksi Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
± 1.839 m, perairan seki tar tanggul & revetment sesuai Ancol Tbk Sudin Penata- DKI Jakarta,
dinding pantai Pulau K saat pa- engineering design. an Kota Kota BPLHD Prov
(Revetment) sang dan surut. Administrasi DKI Jakarta,
sepan- jang ± Jakarta Utara, Walikota
1.073 m & Kantor Penge Kota
pengurugan Pulau lola Lingku- Administrasi
K seluas ± 32 Ha. ngan Hidup Jakarta
Kota Utara, Dinas
Administrasi Penata an
Jakarta Utara, Kota Prov
Kec. DKI Jakarta
Pademangan, setiap 3
Kel. Ancol bulan
8. Perubahan Po- Pembuatan Tinggi gelombang Pengisian geotube & Di lokasi proyek Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
la Gelombang tanggul sepanjang di perairan sekitar pembangunan konstruksi Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
± 1.839 m, Pulau K tanggul & revetment sesuai Ancol Tbk Sudin Penata- DKI Jakarta,
dinding pantai engineering design. an Kota Kota BPLHD Prov
(Revetment) Administrasi DKI Jakarta,
sepan- jang ± Jakarta Utara, Walikota
1.073 m & Kantor Penge Kota
pengurugan Pulau lola Lingku- Administrasi
K seluas ± 32 Ha. ngan Hidup Jakarta
Kota Utara, Dinas
Administrasi Penata an
Jakarta Utara, Kota Prov
Kec. DKI Jakarta
Pademangan, setiap 3
Kel. Ancol
bulan

DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE


INSTITUSI PENGELOLAAN
LINGKUNGAN SUMBER KEBERHASILAN PE- BENTUK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
NO
YANG DAMPAK NGELOLAAN LING LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP
9. Peningkatan Lumpur yang lolos Ketebalan 1. Pengerukan lumpur di Di Kali Bintang Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Sedimen saat pengisian sedimen di Kali Kali Bintang Mas jika Mas & Kanal Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
geo- tube. Bintang Mas & kedalaman lumpur telah Pulau K Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
laut sekitar Pulau mencapai ± 50 cm. Penata- an BPLHD Prov
K 2. Melakukan pengerukan Kota Kota DKI Jakarta,
awal (capi- tal dredging) di Administrasi Walikota
kanal sebelah Sela- tan Pulau K Jakarta Kota
hingga mencapai keda laman - Utara, Administrasi
2,00 m LWS. Kantor Jakarta
3. Melakukan pengerukan Penge lola Utara, Dinas
rutin (main- tenance dredging) Lingku- ngan Penata an
di kanal Pulau K jika terjadi Hidup Kota Kota Prov
peningkatan ketebalan Administrasi DKI Jakarta
sedimen hingga 30 cm. Jakarta
setiap 3
4. Kontraktor pengerukan Utara, Sudin
bulan
harus memiliki : Tata Air
Jakar ta
- Izin Pengerukan dari Dirjen
Utara, Kec.
Pela buhan & Pengerukan
Pademangan,
Kementerian Perhubungan.
Kel. Ancol
- Peta Lokasi & Koordinat
Dumping Site yang telah
disetujui Kantor Otoritas
Pelabuhan Utama Tanjung
Priok.
- Rekomendasi Keselamatan
Pela yaran dari Kantor
Kesyahbandaran Utama
Tanjung Priok & telah
mendapat pertimbangan dari
Kepala Kantor Distrik
Navigasi Kelas 1 Tanjung
Priok.

NO DAMPAK SUMBER INDIKATOR BENTUK PENGELOLAAN LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN DAMPAK KEBERHASILAN PE- LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN PENGELOLAAN
YANG NGELOLAAN LING LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP
10. Peningkatan Ceceran material Tidak adanya 1. Memasang penutup bagi Di jalan-jalan se- Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Limbah Padat reklamasi di jalan. ceceran truk pe- ngangkut material kitar lokasi Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
(Ceceran) tanah/lumpur yang keluar masuk proyek. proyek Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
dari ban truk yang 2. Membersihkan ban-ban Penata- an BPLHD Prov
keluar masuk truk pe- ngangkut material Kota Kota DKI Jakarta,
proyek di badan reklamasi dengan air sebelum Administrasi Walikota
keluar proyek. Jakarta Kota
jalan sekitar
3. Menyiapkan tenaga Utara, Kantor Administrasi
proyek.
pembersih jalan-jalan di sekitar Penge lola Jakarta
Proyek yang terkena ceceran Lingku- ngan Utara, Dinas
tanah atau mate- rial lain. Hidup Kota Penata an
4. Pemasangan Plat di jalan Administrasi Kota Prov
Jakarta DKI Jakarta
keluar/ masuk Proyek.
Utara, Sudin
setiap 3
Kebersihan
bulan
Jakarta
Utara, Kec.
Pademangan,
Kel. Ancol
11. Terganggunya Peningkatan sedi- Tidak 1. Teknik Pembuatan Di lokasi Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Biota Laut men di Kali terganggunya Tanggul dan Reklamasi sesuai proyek, Kali Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
Bintang Mas & biota laut prosedur. Bintang Mas & Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
laut di sekitar (plankton, 2. Pengerukan lumpur di laut di sekitar Penata- an BPLHD Prov
lokasi reklamasi benthos, nekton) Kali Bintang Mas jika lokasi reklamasi Kota Kota DKI Jakarta,
Pulau K. di muara Kali kedalaman lumpur telah Pulau K. Administrasi Walikota
Bintang Mas & mencapai ± 50 cm. Jakarta Kota
perairan Utara, Kantor Administrasi
sekitar Pulau K Penge lola Jakarta
Lingku- ngan Utara, Dinas
Hidup Kota Penata an
Administrasi Kota Prov
Jakarta DKI Jakarta
Utara, Kec.
setiap 3
Pademangan,
Kel. Ancol bulan

DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN SUMBER KEBERHASILAN PE- BENTUK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
YANG DAMPAK NGELOLAAN LING LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP
Terbukanya Adanya ▪ Jumlah lapangan 1. Mengharuskan kepada Di lokasi proyek Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Kesempatan kebutuhan pekerjaan yg Kontraktor untuk & masyarakat Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
Bekerja dan pekerja konstruksi tersedia di proyek. menginformasikan dan mem- seki- tar (Kel. Ancol Tbk Sudin Penata- DKI Jakarta,
Berusaha serta sebanyak ± 140 Jumlah berikan kesempatan bekerja Ancol) an Kota Kota BPLHD Prov
Peningkatan orang. masyarakat sekitar kepada masyarakat sekitar Administrasi DKI Jakarta,
yang bekerja di sebesar ± 5 % sesuai kualifikasi Jakarta Utara, Walikota Kota
Pendapatan
proyek & yang dibutuh- kan. Kantor Penge Administrasi
menerima dam- 2. Mengkoordinasikan lola Lingku- Jakarta
pak positif kegia- pembuatan pe- ngumuman ngan Hidup Utara, Dinas
tan ini. penerimaan tenaga ker ja di Kota Penata an
▪ Terjadinya kantor Kelurahan. Administrasi Kota Prov
kenaikkan Jakarta Utara, DKI Jakarta
pendapatan Sudin Tenaga setiap 3
masyarakat Kel. Kerja Jakarta bulan
Ancol & sekitar- Utara, Kec.
nya. Pademangan,
Kel. An- col
13. Terganggunya Debu, Gas Buang, Tidak adanya 1. Mengelola kegiatan yang Di lokasi proyek, Selama Masa PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Kenyamanan, Kebisingan & keluhan berpotensi menimbulkan Hotel Mercure & Konstruksi ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
Kesehatan dan ceceran di jalan masyarakat se- dampak kenyamanan, Pantai Festival Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
Keselamatan dari ke- giatan kitar yang kesehatan & Penata- an BPLHD Prov
Masyarakat pengangkutan terganggu keselamatan ma- Kota Kota DKI Jakarta,
material reklamasi syarakat. Administrasi Walikota
kenyamanan,
& terganggu- nya 2. Menampung keluhan Jakarta Kota
kese- hatan &
keselamatan pe masyarakat sekitar yang Utara, Administrasi
keselama- tannya
layaran akibat terkena dampak kegia Kantor Jakarta Utara,
kegia tan akibat kegia- tan Penge lola
tan ini dan segera Dinas Penata
pengangkutan reklamasi. membicarakan serta Lingku- ngan an Kota Prov
peralatan/material mencari solusi yang Hidup Kota DKI Jakarta
reklamasi terbaik bagi semua pihak. Administrasi setiap 3
melalui 3. Segera Jakarta
bulan
laut. mengimplementasikan Utara, Kec.
lang kah yang disepakati Pademangan,
dengan ma- syarakat. Kel. Ancol
4. Selalu berkoordinasi
dengan ma- syarakat
sekitar & melakukan pro-
gram kepedulian kepada
masyara- kat dan selalu
mengikutkannya

DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN KEBERHASILAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
SUMBER BENTUK PENGELOLAAN
NO YANG PE- NGELOLAAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA LING KUNGAN HIDUP HIDUP
HIDUP
B. BENTUK PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) SAAT PASKA KONSTRUKSI
1. Peningkatan Keberadaan Pulau
Tidak adanya 1. Pengerukan Di lokasi kegiatan Selama PT. BPLHD Prov Gubernur up
Kuantitas Air K. gena- ngan/banjir lumpur di Kali Bintang (Kali Bintang Mas Keberadaan Pembangunan DKI Jakarta, BPTSP Prov
Permukaan di Kawa- san Ancol Mas jika kedalaman & kanal Pulau K) Pulau K Jaya Sudin Penata- DKI Jakarta,
sekitar Pulau K. lumpur telah mencapai Ancol Tbk an Kota Kota BPLHD Prov
± 50 cm & di kanal Administrasi DKI Jakarta,
Pulau K jika ketebalan Jakarta Utara, Walikota Kota
sedimen mencapai ± Kantor Penge Administrasi
30 cm. lola Lingku- Jakarta Utara
2. Melakukan & ngan Hidup setiap 6 bulan
melaksanakan hasil Kota Admini-
Kajian Penanggulangan strasi Jakarta
Banjir yang telah Utara, Sudin
memperoleh rekomen-
Tata Air Jakar
dasi dari Dinas Tata Air
ta Utara
Provinsi DKI Jakarta.
3. Melakukan &
melaksanakan rencana
pengendalian banjir
Kawasan Ancol berupa
:
a. Perubahan
kemiringan jalan
b. Peninggian tanggul
Kali Ancol
c. Penambahan saluran
Gendong di depan
Hailai
d. Penambahan saluran
dari pemadam s/d
area Outbond
e. Pembuatan saluran
dan Rumah
Pompa Marina
f. Peninggian Tanggul
& saluran
Gendong di area
Busway
g. Perubahan outlet
setelah pompa banjir
PU

DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN SUMBER KEBERHASILAN PE- BENTUK PENGELOLAAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
NO
YANG DAMPAK NGELOLAAN LING LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN LINGKUNGAN PELKSANA PENGAWAS PELAPORAN
DIKELOLA KUNGAN HIDUP HIDUP HIDUP
2. Perubahan Keberadaan Kecepatan dan Pemeliharaan tanggul & revetment Di lokasi Pulau K Selama PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Pola Arus tanggul & lahan arah arus di di sekeliling Pulau K. Keberadaan ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
Pulau K se- luas ± perairan seki tar Pulau K Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
32 Ha. Pulau K saat pa- Penata- an BPLHD Prov
sang dan surut. Kota Kota DKI Jakarta,
Administrasi Walikota
Jakarta Kota
Utara, Administrasi
Kantor Jakarta
Penge lola Utara setiap
Lingku- ngan 6 bulan
Hidup Kota
Administrasi
Jakarta
Utara.
3. Perubahan Po- Keberadaan Tinggi gelombang Pemeliharaan tanggul & revetment Di lokasi Pulau K Selama PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
la Gelombang tanggul & lahan di perairan sekitar di sekeliling Pulau K. Keberadaan ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
Pulau K se- luas ± Pulau K Pulau K Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
32 Ha. Penata- an BPLHD Prov
Kota Kota DKI Jakarta,
Administrasi Walikota
Jakarta Kota
Utara, Administrasi
Kantor Jakarta
Penge lola Utara setiap
Lingku- ngan 6 bulan
Hidup Kota
Administrasi
Jakarta
Utara

DAMPAK INDIKATOR LOKASI PERIODE INSTITUSI PENGELOLAAN


LINGKUNGAN KEBERHASILAN PENGELOLAAN PENGELOLAAN
SUMBER BENTUK PENGELOLAAN
NO YANG PE- NGELOLAAN LINGKUNGAN LINGKUNGAN
DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
DIKELOLA LING KUNGAN HIDUP HIDUP PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
HIDUP
4. Peningkatan Keberadaan Ketebalan 1. Pengerukan lumpur di Di Kali Bintang Selama PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Sedimen tanggul/breakwater sedimen di Kali Kali Bintang Mas jika Mas dan kanal Keberadaan ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
dan lahan Bintang Mas, kedalaman lumpur telah di sekitar Pulau Pulau K Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
reklamasi Pulau K & kanal Pulau K mencapai ± 50 cm & di kanal K. Penata- an BPLHD Prov
seluas ± 32 Ha. Pulau K jika ketebalan sedimen Kota Kota DKI Jakarta,
mencapai ± 30 cm. Administrasi Walikota
2. Kontraktor pengerukan Jakarta Kota
harus memiliki : Utara, Administrasi
- Izin Pengerukan dari Dirjen Kantor Jakarta
Pela- buhan & Pengerukan Penge lola Utara setiap
Kementeri- an Perhubungan Lingku- ngan 6 bulan
- Peta Lokasi & Koordinat Hidup Kota
Dumping Site yang telah Administrasi
disetujui Kantor Otoritas Jakarta
Pelabuhan Utama Tanjung Utara, Sudin
Priok. Tata Air
- Rekomendasi Keselamatan Jakar ta
Pela yaran dari Kantor Utara
Kesyahbandaran Utama
Tanjung Priok & telah
mendapat pertimbangan
dari Ke- pala Kantor Distrik
Navigasi Kelas 1 Tanjung
Priok.
5. Terganggunya Peningkatan sedi- Tidak Pengerukan lumpur di Kali Di Kali Bintang Selama PT. Pemba- BPLHD Prov Gubernur up
Biota Laut men di Kali Bintang terganggunya Bintang Mas jika kedalaman Mas & laut di Keberadaan ngunan Jaya DKI Jakarta, BPTSP Prov
Mas & laut di biota laut lumpur telah mencapai ± 50 cm. sekitar Pulau K. Pulau K Ancol Tbk Sudin DKI Jakarta,
sekitar Pulau K. (plankton, Penata- an BPLHD Prov
benthos, nekton) Kota Kota DKI Jakarta,
di muara Kali Administrasi Walikota
Bintang Mas & Jakarta Kota
perairan Utara, Administrasi
sekitar Pu-lau K Kantor Jakarta
Penge lola Utara setiap
Lingkungan 6 bulan
Hidup Kota
Adminis
trasi Jakarta
Utara

Tabel 3.1 Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) Kegiatan Reklamasi Pulau K

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

NO JENIS DAM
INDIKATOR/ METODE PENGUMPULAN LOKASI WAKTU DAN
PAK YANG SUMBER DAMPAK PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
PARAMETER DAN ANALISIS DATA PANTAU FREKUENSI
TIMBUL
A. BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) SAAT KONSTRUKSI
1. Peningkatan Tingkat Kegiatan Pengamatan langsung Di Kawasan An- Setiap hari PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Volume kelancaran pengang- kutan terhadap tingkat kelancaran col (Gerbang Se Selama Masa Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Kendaraan lalu lin- tas peralatan/ma- lalu lintas di Kawasan Ancol latan-Pemadam Konstruksi Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
di Jalan terial reklamasi & jalan-jalan di sekitarnya & Pintu Masuk Tbk Kota Admi- Prov DKI Jakarta,
me- lalui darat yang menjadi jalur keluar depan Rukindo) nistrasi Jakarta Walikota Kota
menimbul kan masuk kendaraan proyek & ja lur keluar Uta- ra, Kantor Administrasi
bangkitan mak- Pengelo- la Jakarta Utara,
pada malam hari. masuk
simum sebesar ± Lingkungan Hidup Dinas Penata an
kendaraan
110 Kota Administra si Kota Prov DKI
proyek (Jl. Jakarta Utara, Su Jakarta, Sudin
kendaraan/hari.
Lodan Raya, Jl. din Perhubungan Perhubu ngan
RE Martadina ta Ja karta Utara, Jakarta Utara
& Jl. Pelabu- Kec. Pa setiap 3 bulan
han) demangan, Kel.
An
col
2. Gangguan Tingkat Kegiatan Pengamatan langsung Di perairan Setiap hari PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Transportasi kese- pengang- kutan terhadap tingkat kelancaran Ancol sekitar Selama Masa Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Laut lamatan peralatan dan lalu lintas kapal di perairan lokasi ke- giatan Konstruksi Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
pela- yaran material Ancol yang menjadi jalur Tbk Kota Administrasi Prov DKI Jakarta,
reklamasi melalui pelayaran kapal Jakarta Uta- ra, Walikota Kota
laut sebesar ± 5 pengangkutan peralatan dan Kantor Pengelo- la Administrasi
kapal/hari. material reklamasi. Lingkungan Hi- Jakarta Utara,
dup Kota Dinas Penata an
Administra si Kota Prov DKI
Jakarta Utara, Su Jakarta, Kantor
din Perhubungan Kesyah bandaran
Ja karta Utara, Utama Tan jung
Kantor Priok setiap 3
Kesyahbandaran bulan
Utama Tanjung
Pri- ok Cq. Bidang
Pen- jagaan
Patroli & Pe-
nyidikan, Kec.
Pade mangan,
Kel. Ancol

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

NO JENIS DAM
INDIKATOR/ METODE PENGUMPULAN LOKASI WAKTU DAN
PAK YANG SUMBER DAMPAK PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
PARAMETER DAN ANALISIS DATA PANTAU FREKUENSI
TIMBUL
Penurunan Kadar Debu, Debu & Gas Buang Pengambilan sampel Di Pantai Festival Setiap 3 PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up BPTSP
Kualitas HC, CO, NO2, dari emisi kendara- mengguna kan Air Sampler & Halaman Hotel (tiga) bulan Pembangunan karta, Sudin Prov DKI Jakarta,
Udara SO2 an pengangkut (Impinger) un- tuk Gas CO, Mercure Selama Masa Jaya Ancol Penata an Kota BPLHD Prov DKI
peralatan & material NO2 & SO2 selama 1 jam & HC Konstruksi Tbk Kota Administrasi Jakarta, Walikota
reklamasi sebesar ± selama 3 jam pada siang hari Jakarta Utara, Kota Administrasi
110 kendaraan/hari & Dust Sampler untuk Debu Kantor Pengelo- la Jakarta Utara, Dinas
& Debu dari kegia- selama 24 jam kemudian Lingkungan Hidup
Penata an Kota
tan pengangkutan dianalisa di Laboratorium Kota Administra si
Prov DKI Jakarta
material reklamasi. terakreditasi & dibandingkan Jakarta Utara, Su
SK Gub Prop DKI Jakarta No. din Kesehatan Ja- setiap 3 bulan
551 Thn 2001 yaitu : karta Utara, Kec.
- Debu: 230 ug/Nm3 Pa demangan, Kel.
- HC : 160 ug/Nm3 An
col
- CO : 26.000 ug/Nm3
- NO2 : 400 ug/Nm3
- SO2 : 900 ug/Nm3
Peningkatan Tingkat Pengoperasian ± 110 Pengukuran tingkat Di Pantai Setiap 3 PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up BPTSP
Kebisingan kebisingan kendaraan kebisingan selama 10 menit Festival, (tiga) bulan Pembangunan karta, Sudin Prov DKI Jakarta,
pengangkut dengan interval 5 detik Halaman Hotel Selama Masa Jaya Ancol Penata an Kota BPLHD Prov DKI
peralatan & material menggunakan Sound Le- vel Mercure & area Konstruksi Tbk Kota Administrasi Jakarta, Walikota
reklamasi perhari Meter, dianalisa mengguna- Ecopark Jakarta Uta- ra, Kota Administrasi
kan metode Resonansi Suara Kantor Pengelo- la
serta pengo- Jakarta Utara, Dinas
& dibandingkan SK Gub Prop Lingkungan Hidup
perasian peralatan Penata an Kota
DKI Kota Administra si
konstruksi saat pe- Prov DKI Jakarta
Jakarta No. 551 Thn 2001 Jakarta Utara, Su
ngurugan/reklamasi. untuk Kawasan Rekreasi, din Kesehatan setiap 3 bulan
Perdagangan & Jasa : 70 dBA Jakarta Utara, Kec.
Pa demangan, Kel.
An
col

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
JENIS DAM
NO INDIKATOR/ METODE PENGUMPULAN LOKASI WAKTU DAN
PAK YANG SUMBER DAMPAK PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
PARAMETER DAN ANALISIS DATA PANTAU FREKUENSI
TIMBUL
5. Penurunan Kecerahan, Lumpur yang lolos Pengambilan sampel kualitas Di muara Kali Setiap 3 PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Kualitas Air Kekeruhan, saat pengisian air Kali Bintang Mas Bintang Mas (tiga) bulan Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Permukaan TSS, BOD geo tube. menggunakan Water Selama Masa Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
Sampler kemudian dianali sa Konstruksi Tbk Kota Administrasi Prov DKI Jakarta,
di Laboratorium terakreditasi Jakarta Utara, Walikota Kota
untuk parameter Kecerahan, Kantor Pengelola Administrasi
Lingkungan Hidup
Kekeruhan, TSS, BOD dan Jakarta Utara,
Kota Administra si
diban- dingkan BM Air Laut Dinas Penata an
Jakarta Utara,
untuk Biota Laut sesuai Lamp Kec. Pademangan, Kota Prov DKI
III Kep Men Neg LH No. 51 Kel. Ancol Jakarta setiap 3
Thn 2004 ten- tang Baku bulan
Mutu Air Laut.
6. Penurunan TSS Lumpur yang lolos 1. Pengambilan sampel Di Laut Jawa Setiap 3 PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up BPTSP
Kualitas Air saat pengisian kualitas air laut sebelah Utara (tiga) bulan Pembangunan karta, Sudin Prov DKI Jakarta,
Laut geo- tube. menggunakan Water Kawasan Ancol Selama Masa Jaya Ancol Penata an Kota BPLHD Prov DKI
Sampler kemudian Barat (Up Konstruksi Tbk Kota Admi- Jakarta, Walikota
dianalisa di Laboratorium Stream), di Laut nistrasi Jakarta Kota Administrasi
terakreditasi untuk Jawa sebelah Uta- ra, Kantor Jakarta Utara,
parameter TSS dan Pengelo- la
Timur Lokasi Dinas Penata an
dibandingkan BM Air Laut Lingkungan Hi-
Kegiatan (Down Kota Prov DKI
untuk Biota Laut sesuai dup Kota
Lamp III Kep Men Neg LH Stream) dan di Administra si Jakarta setiap 3
No. 51 rencana kanal Jakarta Utara, bulan
Thn 2004 tentang Baku Mutu Pulau K Kec. Pademangan,
Air Laut. Kel. Ancol
2. Pencatatan kinerja
pengisian geotube &
penggelaran mate- rial
reklamasi.
7. Perubahan Kecepatan & Pembuatan Pengukuran langsung kecepa- Di perairan Satu Kali PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Pola Arus Arah Arus tanggul sepanjang tan & arah arus di perairan sebe- lah Barat Selama Masa Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
± 1.839 m, seki- tar lokasi reklamasi & Sela- tan area Konstruksi Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
dinding pantai Pulau K pada saat pasang & reklamasi Pulau Tbk Kota Administrasi Prov DKI Jakarta,
(Revetment) surut menggu- nakan current K Jakarta Utara, Walikota Kota
sepan- jang ± Kantor Pengelo- la
meter. Administrasi
1.073 m & Pencatatan kinerja pengisian Di lokasi rekla- Setiap Bulan Lingkungan Hidup Jakarta Utara,
pengurugan Pulau geotube & pembangunan masi Pulau K Selama Masa Kota Administra si Dinas Penata an
K seluas ± 32 Ha. tang- gul serta revetment. Konstruksi Jakarta Utara, Kota Prov DKI
Kec. Pademangan, Jakarta setiap 3
Kel. Ancol bulan

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
JENIS DAM
NO INDIKATOR/ METODE PENGUMPULAN LOKASI WAKTU DAN
PAK YANG SUMBER DAMPAK PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
PARAMETER DAN ANALISIS DATA PANTAU FREKUENSI
TIMBUL
8. Perubahan Tinggi Pembuatan Penentuan tinggi gelombang Di perairan Satu Kali PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Pola Gelom- bang tanggul sepanjang di perairan sekitar lokasi sebe- lah Barat Selama Masa Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Gelombang ± 1.839 m, reklamasi Pulau K & Sela- tan area Konstruksi Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
dinding pantai menggunakan pendeka- tan reklamasi Pulau Tbk Kota Administrasi Prov DKI Jakarta,
(Revetment) Hindcasting. K Jakarta Utara, Walikota Kota
sepan- jang ± Kantor Pengelo- la Administrasi
Pencatatan kinerja pengisian Di lokasi rekla- Setiap Bulan
1.073 m & Lingkungan Hidup
geotube & pembangunan masi Pulau K Selama Masa Jakarta Utara,
pengurugan Pulau Kota Administra si
tang- gul serta revetment. Konstruksi Dinas Penata an
K seluas ± 32 Ha. Jakarta Utara,
Kec. Pademangan, Kota Prov DKI
Kel. Ancol Jakarta setiap 3
bulan
9. Peningkatan Ketebalan Lumpur yang lolos 1. Pengukuran langsung Di Kali Bintang Setiap bulan PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Sedimen se- dimen saat pengisian ketebalan sedimen di Mas Selama Masa Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
geo- tube. perairan se- kitar lokasi Konstruksi Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
reklamasi Pulau K Tbk Kota Admi- Prov DKI Jakarta,
menggunakan sounding nistrasi Jakarta Walikota Kota
yang memiliki akurasi
Uta- ra, Kantor Administrasi
tinggi.
Pengelo- la Jakarta Utara,
2. Pencatatan terhadap
Lingkungan Hi- Dinas Penata an
kinerja pengerukan
dup Kota Kota Prov DKI
sedimen di Kali Bintang
Administra si Jakarta setiap 3
Mas & kanal Pulau K.
Jakarta Utara, bulan
Sudin Tata Air
Jakar ta Utara,
Kec. Pademangan,
Kel. Ancol

10. Peningkatan Tingkat Ceceran material Pengamatan langsung Di lokasi proyek Setiap hari PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Limbah penge lolaan reklamasi di jalan. terhadap ada/tidaknya & jalan-jalan Selama Masa Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Padat ceceran ceceran tanah di badan jalan sekitar nya Konstruksi Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
(Cece- tanah/ sekitar proyek. Tbk Kota Administrasi Prov DKI Jakarta,
ran) lumpur di Jakarta Uta- ra, Walikota Kota
jalan sekitar Kantor Pengelo- Administrasi
la Lingkungan Hi-
lo- kasi Jakarta Utara,
dup Kota
Proyek. Dinas Penata an
Administra si
Jakarta Utara, Su Kota Prov DKI
din Kebersihan Jakarta setiap 3
Jakarta Utara, bulan
Kec. Pa
demangan, Kel.
An-
col

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
JENIS DAM
NO INDIKATOR/ METODE PENGUMPULAN LOKASI WAKTU DAN
PAK YANG SUMBER DAMPAK PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
PARAMETER DAN ANALISIS DATA PANTAU FREKUENSI
TIMBUL
11. Terganggunya Kondisi Peningkatan sedi- Pengambilan sampel Di muara Kali Setiap 3 PT. BPLHD Prov DKI Gubernur up BPTSP
Biota biota men di Kali plankton menggunakan Bin tang Mas, (tiga) bulan Pembangunan Ja karta, Sudin Prov DKI Jakarta,
Laut perairan Bintang Mas & plankton net dan benthos Laut Ja wa Selama Masa Jaya Ancol Penata an Kota BPLHD Prov DKI
(plan kton, laut di sekitar menggunakan Eijckman sebelah Utara Konstruksi Tbk Kota Administrasi Jakarta, Walikota
benthos, lokasi reklamasi Grab sebelum Kawasan Ancol Jakarta Uta- ra, Kota Administrasi
nekton) Pulau K. diindentifikasi- kan Barat, Laut Kantor Pengelola Jakarta Utara,
Lingkungan Hidup
menggunakan Mikroskop Jawa sebelah Dinas Penata an
Kota Administra si
Binokuler di Laboratorium Timur Lo kasi Kota Prov DKI
Jakarta Utara,
terakre- ditasi dan dihitung Kegiatan & di Kec. Pademangan, Jakarta setiap 3
tingkat kelimpahan, rencana kanal Kel. Ancol bulan
keanekaragaman & kese Pu lau K
ragaman jenis.
Identifikasi langsung jenis
nekton dan jumlahnya
12. Terbukanya Jumlah ma- Adanya Pencatatan data-data dari Di lokasi Setiap 6 PT. BPLHD Prov DKI Gubernur up
Kesempatan syarakat kebutuhan Kon- traktor tentang proyek & (enam) Pembangunan Ja karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Bekerja dan seki- tar pekerja konstruksi masyarakat Kel. Ancol yang masyarakat bulan Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
Berusaha yang dapat sebanyak ± 140 terlibat pada kegia- tan sekitar (Kel. Selama Masa Tbk Kota Admi- Prov DKI Jakarta,
serta Pening bekerja di orang. konstruksi. Ancol) Konstruksi nistrasi Jakarta Walikota Kota
proyek & Uta- ra, Kantor
katan Penda Administrasi
tingkat Pengelo- la
patan Jakarta Utara,
pendapatan Lingkungan Hidup
Kota Administra si Dinas Penata an
mereka Kota Prov DKI Ja-
Jakut, Sudin Te-
naga Kerja Jakut, karta setiap 3
Kec. bulan
Pademangan,
Kel. Ancol
13. Terganggu Tingkat Debu, Gas Buang, Pencatatan jika terjadi Di lokasi sekitar Setiap 6 PT. BPLHD Prov DKI Gubernur up
nya kenya Kebisingan & komplain dari Hotel Mercure & (enam) Pembangunan Ja karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Keny manan, kese ceceran di jalan tamu/Management Hotel Pantai Festival bulan Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
a manan, Ke- hatan & dari ke- giatan Mercure & Pengunjung Selama Masa Tbk Kota Admi- Prov DKI Jakarta,
sehatan dan keselamatan pengangkutan Pantai Festival akibat Konstruksi nistrasi Jakarta Walikota Kota
Keselamatan kegia tan material reklamasi kegiatan reklama si. Uta- ra, Kantor Administrasi
& terganggu- nya Pengelo- la
Kerja sekitar Ho Jakarta Utara,
keselamatan pe Lingkungan Hidup
tel Mercure Dinas Penata an
layaran akibat Kota Administra si
& Pantai kegia tan Jakarta Utara, Kota Prov DKI
Festi- val pengangkutan Kec. Pademangan, Jakarta setiap 3
peralatan/material Kel. Ancol bulan
reklamasi
melalui
laut.

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
JENIS DAM
NO INDIKATOR/ METODE PENGUMPULAN LOKASI WAKTU DAN
PAK YANG SUMBER DAMPAK PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
PARAMETER DAN ANALISIS DATA PANTAU FREKUENSI
TIMBUL
B. BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL) SAAT PASKA KONSTRUKSI
1. Peningkatan Tingkat Keberadaan Pulau 1. Pengamatan Di lokasi Setiap 3 (tiga) PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Kuantitas gena- K. langsung terha- dap: kegiatan (Kali bulan Selama Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Air ngan/banjir kondisi air, arah aliran dan Bintang Mas Keberadaan Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
Permukaan di Kawasan ketinggian air Kali Bintang & kanal Pulau K) Pulau K Tbk Kota Admi- Prov DKI Jakarta,
An- col Mas dan kanal Pulau K. nistrasi Jakarta Walikota Kota
2. Pengamatan Uta- ra, Kantor Administrasi
terutama di
terhadap kejadian Pengelo- la Jakarta
sekitar Pu-
genangan di Kawasan Lingkungan Hidup Utara setiap 6
lau K
Ancol sekitar Pulau K. Kota Administra si bulan
Jakarta Utara, Su
din Tata Air
Jakarta
Utara
2. Perubahan Kecepatan & Keberadaan Pengukuran langsung kecepa- Di perairan Setiap 3 (tiga) PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Pola Arus Arah Arus tanggul & lahan tan & arah arus di perairan sebe- lah Barat bulan Selama Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Pulau K se- luas ± seki- tar lokasi reklamasi & Sela- tan Keberadaan Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
32 Ha. Pulau K pada saat pasang & Pulau K Pulau K Tbk Kota Administrasi Prov DKI Jakarta,
surut menggu- nakan current Jakarta Utara, Walikota Kota
meter. Kantor Pengelo- la Administrasi
Jakarta
Lingkungan Hidup
Utara setiap 6
Kota Administra si
bulan
Jakarta Utara.
3. Perubahan Tinggi Keberadaan Penentuan tinggi gelombang Di perairan Setiap tahun PT. BPLHD Prov DKI Ja Gubernur up
Pola Gelom- Gelombang tanggul & lahan di perairan sekitar lokasi sebe- lah Barat Selama Pembangunan karta, Sudin BPTSP Prov DKI
bang Pulau K se- luas ± reklamasi Pulau K & Sela- tan Keberadaan Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
32 Ha. menggunakan pendeka- tan Pulau K Pulau K Tbk Kota Administrasi Prov DKI Jakarta,
Hindcasting. Jakarta Utara, Walikota Kota
Kantor Pengelo- la Administrasi
Jakarta
Lingkungan Hidup
Utara setiap 6
Kota Administra si
bulan
Jakarta Utara.

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
JENIS DAM
NO INDIKATOR/ METODE PENGUMPULAN LOKASI WAKTU DAN
PAK YANG SUMBER DAMPAK PELAKSANA PENGAWAS PELAPORAN
PARAMETER DAN ANALISIS DATA PANTAU FREKUENSI
TIMBUL
4. Peningkatan Ketebalan Keberadaan 1. Pengukuran Di Kali Bintang Setiap bulan PT. BPLHD Prov DKI Gubernur up
Sedimen se- dimen tanggul/breakwater langsung ketebalan Mas dan kanal Selama Pembangunan Ja karta, Sudin BPTSP Prov DKI
dan lahan sedimen di perairan se- di sekitar Pulau Keberadaan Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
reklamasi Pulau K kitar lokasi reklamasi K. Pulau K Tbk Kota Admi- Prov DKI Jakarta,
seluas ± 32 Ha. Pulau K menggunakan nistrasi Jakarta Walikota Kota
sounding yang memiliki Administrasi
Uta- ra, Kantor
akurasi tinggi. Jakarta
Pengelo- la
2. Pengamatan Utara setiap 6
Lingkungan Hi-
terhadap kinerja bulan
dup Kota
pengerukan sedimen di
Administra si
Kali Bintang Mas & kanal
Jakarta Utara,
Pulau K. Sudin Tata Air
Jakar ta Utara

5. Terganggu- Kondisi Peningkatan sedi- Pengambilan sampel Di muara Kali Setiap 6 PT. BPLHD Prov DKI Gubernur up
nya Biota biota men di Kali Bintang plankton menggunakan Bin tang Mas, (enam) bulan Pembangunan Ja karta, Sudin BPTSP Prov DKI
Perairan perairan Mas & laut di plankton net dan benthos Laut Ja wa Selama Jaya Ancol Penata an Kota Jakarta, BPLHD
(plan kton, sekitar Pulau K. menggunakan Eijckman sebelah Utara Keberadaan Tbk Kota Admi- Prov DKI Jakarta,
benthos, Grab sebelum Kawasan Ancol Pulau K nistrasi Jakarta Walikota Kota
Administrasi
nekton) diindentifikasi- kan Barat, Laut Uta- ra, Kantor
Jakarta
menggunakan Mikroskop Jawa sebelah Pengelo- la
Utara setiap 6
Binokuler di Laboratorium Timur Lo kasi Lingkungan Hidup
bulan
terakre- ditasi dan dihitung Kegiatan & Kota Administra
tingkat kelimpahan, kanal Pulau K si Jakarta Utara
keanekaragaman & kese
ragaman jenis.
Identifikasi langsung jenis
nekton dan jumlahnya
BAB VI

OBSERVASI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

REKLAMASI PESISIR PANTAI LOLI DI SULAWESI

TENGAH

Studi kasus antara Pelestarian Lingkungan dan Ekonomi Kawasan

Gambar1: Kondisi Pesisir Pantai Loli di SulawesiTengah.

Deskripsi :
Pantai Loli merupakan pantai yang terletak didekat ruas jalan antara Donggala dan Palu dan
terletak di Kecamatan Banawa di Sulawesi Tengah. Bermula pada kegiatan pembabatan
tanaman bakau di sekitar pantai Loli kemudian terjadinya kerusakan lingkungan alam sekitar
di pesisir pantainya, Kondisi kerusakan lingkungan pesisir pantai ini seringkali menyebabkan
ter- jadinya kecelakaan pada ruas jalan antara Donggala dan Palu. Kegiatan reklamasi pesisir
pantai Loli ini terus berkembang sehingga pihak LSM Lingkungan dan masyarakat sekitar
merasagram akibat terjadinya degradasi lingkungan alam sekitar.
Analisa sementara tim kelompok 3 SML :
Kegiatan reklamasi pesisir pantai di pantai Loli ini dinilai beberapa kalangan telah membawa
akibat pada rusaknya lingkungan alam sekitar terutama habitat mangrove dan terumbu
karang. Direktur Yayasan Bonebula mengatakan bahwa laju kerusakan alam lingkungan
sekitar kawasan pesisir pantai di pantai Loli diperkirakan telah mencapai 70%. Motive utama
dari dilakukannya kegiatan reklamasi kawasan pesisir pantai di lokasi ini adalah untuk
pengembangan kawasan yang sifatnya lebih komersial.
Dari pengamatan lapangan bahwa kegiatan reklamasi kawasan pesisir pantai yang
dilakukandi lokasi ini dianggap telah menyalahi aturan. Karena para pelaksana reklamasi
tidak memiliki UKL/UPL yaitu izin pengelolaan lingkungan seperti yang ditentukan dalam
turunan Undang- undang Pengelolaan Lingkungan Hidup.Nomor 32 Tahun 2009. Adanya
kegiatan reklamasi untuk pengembangan kawasan dermaga dan terminal ini dilakukan oleh
dua perusahaan pengembang yang menurut Direktur Yayasan Bonebula tidak memiliki UPL.
Artinya pada tingkat prosedur dan tata-cara melaksanakan kegiatan reklamasi kawasan
pesisir pantai, kasus di pantai Loli ini ada yang diabaikan.
Kasus reklamasi pantai Loli di ruas jalan Donggala–Palu di Sulawesi Tengah ini pada
dasarnya menyangkut konflik dalam dalam hal gesekan kepentingan dari pihak-pihak terkait
dan dalam prosedur pengelolaan pengembang- an kawasan. Hampir lima tahun belakangan
ini, kawasan ruas jalan Donggala – Palu merupakan kawasan yang padat dan strategis,
dimana desakan kepentingan ekonomi kawasan menjadi semakin dominan yang diakibatkan
adanya perkembangan kawasan
Kegiatan pengembangan kawasan pesisir pantai pada dasarnya dapat dilihat sebagai
bentuk kegiatan pembangunan kawasan yang memiliki karakteristik khusus. Dalam
pengembangan kawasan pesisir pantai perlu diperhatikan adanya atau terjadi proses
perubahan dari lingkungan hidup alami menjadi lingkungan buatan bagi berbagai
kebutuhan dan kegiatan hidup manusia. Proses perubahan lingkungan alam sekitar
kawasan pengembangan padapokoknya dapat berjalan mulus dan lancer, dapat berjalan
dengan adanya kendala atau masalah atau dapat berjalan penuh dengan konflik dan
persoalan-persoalan pelik. Sudut pandang bagi arsitek atau perencana kawasan hendaknya
kegiatan pengembangan kawasan baru di pesisir pantai mestinya dari sudut pandang
perencanaan komprehensif.
Tabel: Form Ringkasan Studi Kasus

No. Uraian Bukti-Bukti Observasi Review Tim Audit Jenis Kasus Waktu
Ketidaksesuaian Objektif Temuan Keterangan
Tabel1 : Form Wawancara Audit Lingkungan

NO. KUESIONER DAN JAWABAN KOMENTAR


LANGKAH KERJA IYA TIDAK
1. Apakah pemerintah sudah memiliki prosedur
memonitor dan mengukur secara regular
operasi dan aktivitas penting yang dapat
berdampak signifikan terhadap lingkungan?

Langkah Kerja
Periksa kecukupan prosedur tersebut dan
kemampuannya dalam memonitor dan
mengukur aktivitas penting pengelolaan
lingkungan secara regular.

2. Apakah pemerintah memiliki prosedur


sistematis dan terdokumentasi untuk
mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan
dan aturan lingkungan yang relevan?

Langkah Kerja
Periksa kecukupan prosedur tersebut dalam
mengevaluasi keputusan manajemen
lingkungan terhadap ketentuan dam peraturan
yang berlaku serta terdokumentasinya.
3. Apakah dilakukan audit secara periodic
dalam menetapkan prosedur dan program?
4. Apakah pemerintah memiliki sistem
informasi manajemen dan pengumpulan data
yang memadai untuk mendukung kebutuhan
pelaporan pengembangan lingkungan
berkelanjutan?

Langkah Kerja
Periksa sistem manajemen lingkungan
pemerintah nilai kemampuan sistem
informasi yang terakup di dalamnya
menyediakan data dan informasi lingkungan
yang cukup akurat dan tepat waktu bagi
manajemen untuk pengambilan keputusan
tentang lingkungan
Diudit oleh : Jumlah Jawaban Catatan Di-reiview oleh :

Iya Tidak

Tgl Tgl
DATAR PUSTAKA

BPLHD Provinsi DKI Jakarta. 2009. Laporan Final Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Pantura Teluk Jakarta. Jakarta : BPLHD Provinsi DKI Jakarta.

Coastal Engineering Research Center Department of The Army. 1984. Shore Protection Manual.
Washington, D.C : Department of The Army US Army Corps of Engineers.

Davis, M. L. and D. A. Cornwell. 1991. Introduction To Environmental Engineering. Singapore :


Mc Graw - Hill Book Co.

Demirbilek, Zeki and Vijay Panchang. 1998. Technical Report for CGWAVE: A Coastal Surface
Water Wave Model of the Mild Slope Equation. Washington, D.C : US Army Corps of
Engineers.

Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2007.
Panduan Pelingkupan Dalam AMDAL. Jakarta : Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Dinas Kebersihan Propinsi DKI Jakarta. 2005. Solid Waste Management For Jakarta : Master Plan
Review and Program Development. Jakarta : Dinas Kebersihan Propinsi DKI Jakarta.

Eckenfelder, W. Wesley. 1989. Industrial Water Pollution Control. Singapore : McGraw-Hill Book
Co.

K, Rangga Chandra dan Rima Dewi Supriharjo. 2013. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta
Utara. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

LAPI ITB. 2012. Kajian Reklamasi (Pemodelan) Area Rencana Dufan Sea Ancol, Propinsi DKI
Jakarta. Bandung : LAPI ITB.

LAPI ITB. 2013. Laporan Final Desain Reklamasi dan Kajian Hidrodinamika Pulau K Ancol,
Propinsi DKI Jakarta. Bandung : LAPI ITB.

LAPI ITB. 2013. Laporan Akhir Pekerjaan Kajian Penanggulangan Banjir Terhadap Rencana Area
Reklamasi 5 (32 Ha). Bandung : LAPI ITB.
LAPI ITB. 2013. Laporan Kajian Potensi Rendaman di Ancol, Propinsi DKI Jakarta. Bandung :
LAPI ITB.

Loebis, Joesron. 1992. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit
Pekerjaan Umum.

Met Calf and Eddy, INC. 1991. Wastewater Engineering Treatment, Disposal, and Reuse.
Singapore : Mc Graw - Hill Book Co.

Ongkosongo, O.S.R. 1990. Sedimen Dasar Laut Jakarta. Jakarta : LON LIPI.

PT. Citra Murni Semesta. 2011. Laporan Akhir Studi Komposisi dan Karakteristik Sampah di DKI
Jakarta. Jakarta : PT. Citra Murni Semesta.

PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. 2013. Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan Pembangunan
Kawasan Ancol Barat Periode Bulan April-Juni 2013. Jakarta : PT. Pembangunan Jaya
Ancol, Tbk.

PT. Tiga Sinergi Multi Inovasi. 2014. Konsep Laporan Akhir Kajian Analisa Dampak Lalu
Lintas Pembangunan Apartemen “Ancol Northland Residence”. Jakarta : PT. Tiga
Sinergi Multi Inovasi.

Ryadi, Slamet. 1982. Pencemaran Udara. Surabaya : Usaha Nasional.

Smith, Jane McKee, Ann R. Sherlock and Donald T. Resio. 2001. User’s Manual for STWAVE:
Steady-State Spectral Wave Model, Version 3.0. Washington, D.C : US Army Corps of
Engineers.
Supardi, I. 1983. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Penerbit Alumni.

Timotius, H. 2010. Kajian Rob yang Disebabkan Pasang Surut dan Storm Surges yang Dibangkitkan
Badai Hagibis : Studi Kasus Teluk Jakarta 20-27 November 2007, Tugas Akhir Program
Studi Oseanografi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

US Army, Engineer Research And Development Center Waterways Experiment Station Coastal and
Hydraulics Laboratory. 2003. Users Guide To SED2D WES Version 4.5. New York :
WexTech Systems, Inc.

US Army, Engineer Research And Development Center Waterways Experiment Station Coastal and
Hydraulics Laboratory. 2005. Users Guide To RMA2 WES Version 4.5. New York :
WexTech Systems, Inc
Wardhana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi
Offset.

Anda mungkin juga menyukai