Anda di halaman 1dari 106

ALFIKO RAIL

BAGUS HARJO SATRIA


PRAMESWARA
205060400111050 205060400111054

MOCHAMMAD FIKRI MUHAMMAD BINTANG


RAIHAN FIRDAUSY MAHAPUTRA

205060400111046 205060400111052
DAFTAR ISI
Pendahuluan

Rencana Usaha dan Kegiatan

Rona Lingkungan Hidup

Ruang Lingkup Studi

Prakiraan Dampak Penting

Evaluasi Dampak Penting


Latar Belakang

PENDAHULUAN

Tujuan dan Manfaat


Kegiatan
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terletak di delta Sungai
Ciliwung dan sekitar 40 % dari wilayahnya berada di bawah
permukaan laut. Setiap tahun, sebagian besar bagian kota
mengalami banjir di musim hujan. Salah satu proyek yang
diusulkan adalah Jakarta Emergency Dredging Initiative JEDI
yang termasuk dalam Proyek Mitigasi Bajir Jakarta (Jakarta
Urgent Flood Mitigation Project-JUFMP).
Tujuan
(1) Mengatasi dampak banjir tahunan di DKI melalui prioritas perbaikan
dan pengerukan yang ada di saluran pengendali banjir, saluran dan
waduk.
(2) Memberikan keahlian teknis pada melalui pelatihan kerja untuk
memperkuat kapasitas kemampuan DKI dan Departemen Pekerjaan
Umum (DPU) untuk mengoperasikan dan memelihara sistem
pengendalian banjir sesuai dengan standar internasional.

Manfaat
Manfaat utama dari kegiatan pengerukan JEDI Tahap 2 adalah untuk
mengurangi besaran kerugian dari banjir tahunan di beberapa wilayah
yang paling padat di bagian Jakarta Utara.
UNDANG-UNDANG
Rencana Usaha dan
Kegiatan
Jadwal dan Lokasi Pekerjaan Pengerukan Waduk Sunter
Uralian Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan

Pra Konstruksi
1. Perizinan - Pengurusan perijinan yang terkait dengan rencana pengerukan
Waduk Sunter
2. Sosialisasi - Pengumuman kepada masyarakat bahwa akan dilakukan kegiatan
pengerukan, baik melalui media massa dan turun langsung ke masyarakat.
3. Koordinasi - Koordinasi dengan pihak terkait (PEMPROV DKI,DISHUB,DLH
SATPOL PP, dan pelaksana proyek)
4. Perencanaan teknis - Perencanaan teknis disiapkan oleh konsultan perencana
dan berupa detail engineering design.
Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Kendaraan dan Peralatan - Mobilisasi alat berat dan kendaraan akan dilakukan selama 2 minggu.
2. Mobilisasi Tenaga kerja - Mobilisasi tenaga kerja yang direncanakan akan berlangsung selama 2 minggu.
Tenaga kerja dalam kegiatan ini terutama adalah pengemudi kendaraan, operator peralatan, serta pekerja
pembantu pembersihan. Mobilisasi tenaga kerja ini dilakukan oleh kontraktor pelaksana

Pembersihan Pemeliharaan
Lahan
3. Pengerukan - Direncanakan kegiatan pengerukan waduk akan mengeruk material keruk sekitar l000 m3 /hari, sehingga
estimasi waktu yang diperlukan sekitar 8-10 bulan. Direncanakan pengerukan ini akan dilakukan dengan floating excavator
atau floating crane shoveL
4. Penempatan hasil pengerukan sementara - Material hasil keruk, berupa lumpur diletakan di Tempat Penempatan
Sementara Lumpur (TPS Lumpur), berupa wadah (kontainer) yang dapat meniriskan air dari lumpur dan mengeringkan
lumpur dengan proses evaporasi. Kontainer diletakkan di atas waduk sehingga dapat menghindari pencemaran
lingkungan dijalan atau persepsi negatif dari penduduk sekitarnya, jika hari hujan atau menimbulkan kebauan yang
tajam, maka timbunan lumpur di kontainer akan di tutup. Penumpukan lumpur sementara tidak boleh lebih tinggi dari 2
m dan waktu penempatan selama 1 hari.

5. Pemilahan sampah - Sebelum lumpur diangkut ke Dispossal Site, sampah yang berukuran besar akan dipilah terlebih
dahulu oleh masyarakat setempat. Sampah yang telah terpilah akan diangkut dengan truk (bekerja sama dengan Dinas
Kebersihan DKI Jakarta dalam hal teknis pengangkutan atau penunjukan operator pengangkut sampah) ke TPA.
Volume sampah diperkirakan adalah 20% dari volume lumpur yang dikeruk yaitu 446.000 m3.
6. Transportasi hasil pengerukan - Pengangkutan hasil kerukan dilakukan oleh truck pengangkut berkapasitas
25 m3 yang dilengkapi dengan sea! untuk mencegah ceceran lumpur yang tumpah. Selain itu juga diatur rute
transportasi truk yang mengangkut hasil pengerukan sebanyak 30 kendaraan/hari dengan ritase masing-
masing masing truck sebanyak 3 ritase (rute yang sama juga digunakan untuk truk yang kosong). Setiap hari
truck dapat mengangkut lumpur sebanyak 2.400 m3 . Dump Truk berisi lumpur hasil kerukan akan berangkat
menuju lokasi dispossal site mulai pukul 22.00 - 05.00 WIB. Rute pengangkutan hasil kerukan adalah

Pembersihan Pemeliharaan
Lahan

7. Penempatan hasil kerukan - Penempatan hasil keruk dilakukan di dispossal site yaitu Ancol Barat bagian Timur yang akan
digunakan sebagai material reklamasi
Tahap Pasca Konstruksi
1. Pembersihan Lahan Pada Tahap Pasca Pengerukan,
lokasi TPS lumpur dan lokasi sekitar waduk akan dibersihkan dari sisa-sisa kegiatan pengerukan. Sarana umum
seperti rambu lalu lintas, pagar, tanaman dan taman akan dikembalikan seperti kondisi semula.
2. Demobilisasi Kendaraan dan Peralatan
Demobilisasi kendaraan dan peralatan dilakukan secara bertahap dari lokasi pengerukan ke tempat kontraktor
pelaksana.
3. Demobilisasi Tenaga Kerja
Sebelum melakukan pemutusan kerja, pihak kontraktor akan memberikan informasi mengenal hal tersebut,
sehingga para tenaga kerja dapat bersiap-siap. Demobilisasi Tenaga Kerja akan dilakukan setelah semua pekerja
menjalankan kewajibannya dan menerima haknya.
4. Pemeliharaan
Salah satu tujuan pengerukan adalah penanganan banjir, sehingga diharapkan dengan adanya pengerukan
waduk ini akan menjadi salah satu cara dalam memecahkan masalah banjir di DKI Jakarta. Oleh karena kegiatan
pemeliharaan waduk sangat periu dilakukan untuk mempertahankan kapasitas tampung waduk tersebut.
Pekerjaan yang dilakukan adalah perbaikan
1) Penambahan Pompa pada Waduk Sunter Selatan Barat
2) Perbaikan embankment pada Waduk Sunter Selatan Barat
Data Informasi Waduk
Data informasi Waduk Sunter Utara:
Luas waduk : 32 Ha
Luas layanan : 384 Ha
Pompa banjir : 5 unit
Kapasitas pompa : 20 m3 /dt.
Kapasitas desain : 960.000 m3
Panjang efektif waduk :1.300 meter
Lebar effektif : 500 meter
Kedalaman rata-rata : 3 meter
Keliling : 3.625 meter
Shore Line Development Index :1,8
Insulosity : 0%
Ketinggian : 4 mdpl
Kedalaman kriptodepresi : 1 mdpl
Kedalaman Relative : 46%
Volume Development 2,25
RONA LINGKUNGAN HIDUP

FISIK-KIMIA BIOLOGI

SOSEKBUD BINAAN
LINGKUNGAN FISIK-KIMIA
IKLIM
Parameter-parameter iklim yang difinjau meliputi curah hujan, temperatur udara,
penyinaran matahari, arah dan kecepatan angin.
HIDROLOGI
Berdasarkan data dari ketiga waduk (Sunter Utara, Selatan Barat, dan Timur III),
kondisi umum yang sering terjadi yaitu :
1. Curah hujan dari cachment area masing-masing waduk menimbulkan luapan,
walaupun kapasitas tampung waduk mampu menampung atau intensitas hujan
yang masuk kedalam waduk.
2. Elevasi muka air waduk lebih rendah dari muka air saluran, maka diperlukan
bantuan pemompaan untuk pengeluaran air dari waduk.
3. Penambahan pemukiman disekitar waduk tidak terkendali, sehingga luasan
waduk semakin berkurang
Gambar 3.1. Grafik Curah Hujan Rata-Rata 1999-2008
Tabel 3.1. Curah Hujan IDKI Jakarta Tahun 1999 - 2008
LINGKUNGAN FISIK-KIMIA
Kualitas Udara
Sebagai tolok ukur adanya penurunan kualitas udara di tapak kegiatan maka
dilakukan analisis terhadap kualitas udara dan dibandingkan dengan baku mutu
untuk mengetahui dampak yang terjadi. Komponen udara yang dianalisis yaitu
pada udara ambient sekitar saluran drainase. Adapun parameter yang di uji adalah
S02, CO, NO2, Oksidan (03), Hidrocarbon, PM10, Timah Hitam, dan debu (TSP).

Kebisingan
Pada Waduk Sunter Utara, tingkat kebisingan up wind (pemukiman utara waduk)
pada siang hari sebesar 68 dBA dan 67 dBA pada down wind (selatan waduk) telah
melebihi baku mutu yang diperkenankan untuk pemukiman (55 dBA). Sedangkan
untuk malam hari tingkat kebisingan turun di bawah baku mutu menjadi 53 dBA di
up wind (pemukiman utara waduk) dan 51 dBA di down wind (selatan waduk)
LINGKUNGAN FISIK-KIMIA
Kebauan
Sebagai tolok ukur adanya peningkatan kebauan di tapak kegiatan maka dilakukan
analisis terhadap kebauan dan dibandingkan dengan baku mutu untuk mengetahui
dampak yang terjadi. Kondisi kebauan di sekitar tapak kegiatan, diketahui bahwa
kandungan dari parameter-parameter yang diuji relatif kecil dan tidak ada yang
melampaui baku mutu kebauan sesuai Kep. MENLH No. Kep.50/MENLH/11/1996.

Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan di dua titik yang dianggap mewakili, yaitu up
stream dan down stream. Hasil analisa laboratorium terhadap contoh air permukaan
pada inlet dan outlet ketiga waduk menunjukkan bahwa beberapa parameter
organik melebihi baku mutu, terutama TDS, Fosfat, Minyak dan lemak, Deterjen, Zat
Organik, BOD, COD, dan Oksigen Terlarut (DO). Hal ini disebabkan karena adanya
run off dari kegiatan domestik sekitar waduk dan saluran inlet waduk.Tingginya
parameter di atas pada outlet waduk, disebabkan bahwa daya tampung waduk dan
waktu tinggal waduk (retention time) yang besar
LINGKUNGAN FISIK-KIMIA
Sampah
Sekitar 40 persen penduduk Jakarta, atau empat juta orang, membuang sampah
domestik secara langsung ke sungai-sungai, yang bermuara ke Teluk Jakarta. Dari
data yang didapatkan, terlihat untuk semua waduk sampah annorganik lebih banyak
daripada sampah organik, hal ini disebabkan sampah organik lebih mudah
terdekomposisi dibandingkan dengan sampah annorganik.

Sedimen
Data FAO tahun 1998 menunjukkan bahwa konsentrasi rerata logam berat (mg/kg)
berupa merkuri (Hg) dalam sedimen di Teluk Jakarta, adalah 0,6 sedangkan konsentrasi
alami dan baku mutu maksimal adalah 0,5. Hasil analisa TCLP logam pada Waduk
Sunter tidak terdeteksi adanya logam kecuali boron, Kadmium, Cooper, Chromium,
Nikel, dan timbal serta seng dengan konsentrasi jauh di bawah standar TCLP yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 85/1999. Pada Pengukuran TCLP organik
maupun TCLP anorganik juga tidak ada parameter yang melebihi baku mutu.
LINGKUNGAN BIOLOGI
BIOTA DARAT
Dari hasil survai pendahuluan diketahui bahwa ekosistem yang ada di daerah
Waduk Sunter yaitu ekosistem binaan. Ekosistem binaan yaitu ekosistem yang
telah diolah manusia. Pada sebelah utara Waduk Sunter Utara terdapat peternakan
kambing, berupa padang pengembalaan (rumput), sedangkan pada Waduk Sunter
Timur 3 (terutama pada Jalan Sindang) dan Waduk Sunter Selatan Barat (terutama
Jalan Sunter Selatan) terdapat taman-taman yang dikelola oleh Sudin Pertamanan
Jakarta Utara. Untuk hasil survei pedahuluan pada lokasi tapak kegiatan ditemukan
kelas aves (burung gereja dan pipit), mamalia (tikus, kucing, dan anjing) dan reptil
(bunglon). Satwa yang ada di lokasi kegiatan tergolong relatif sedikit jumlah
jenisnya.
BIOTA AIR
Air merupakan sumberdaya untuk kehidupan hewan, tumbuhan dan manusia. Salah
satu parameter biologis yang dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik
suatu perairan adalah dengan cara menganalisa biota aquatiknya seperti plankton,
benthos dan nekton yang terdapat di Waduk Sunter
SOSEKBUD
1.ADMINISTRASI
Wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah, dimana sebenarnya sebagian dari wilayahnya berada
dibawah permukaan laut. Dengan kondisi seperti ini menyebabkan di beberapa wilayah rawan
terhadap banjir. Sudah sejak lama Pemerintah DKI Jakarta membangun kanal-kanal, dalam rangka
mengendalikan banjir di DKI Jakarta. Diantaranya adalah Waduk Sunter Utara, Waduk Sunter Timur 111
dan Waduk Sunter Selatan Bagian Barat.

2. PENDUDUK
Kecamatan Tanjung Priok yang memiliki luas wilayah 25,28 km2 dihuni oleh 80.545 KK dengan total
jumlah sebanyak 314.943 jiwa penduduk yang terdiri dari 161.141 jiwa laki-laki dan 153.802 jiwa
perempuan. Jika dibandingkan dengan luas wilayah administrasi Kecamatan Tanjung Priok maka
kepadatan penduduknya adalah 12.459 jiwa/km2. Sedangkan, Kecamatan Koja yang memiliki luas
wilayah 13,20 km2 dihuni oleh 64.300 KK dengan total jumlah penduduk sebanyak 223.166 jiwa
penduduk yang terdiri dari 114.906 jiwa laki-laki dan 108.260 jiwa perempuan. Jika dibandingkan
dengan luas wilayah administrasi Kecamatan Koja maka kepadatan penduduknya adalah 16.906
jiwa/km2.
SOSEKBUD

3. TENAGA KERJA
Pada Kecamatan Tanjung Priok 80.545 KK bekerja dalam berbagai sektor kegiatan. Sedangkan
pada Kecamatan Koja,terdapat 64.300 KK yang bekerja dalam berbagai sektor kegiatan.

4. KESEHATAN
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Tanjung Priok dan Kecamatan Koja diarahkan pada prioritas
untuk memberikan pelayanan secara mudah, merata dan murah kepada masyarakat dengan
beberapa fasilitas, umpamanya rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik, BKIA, puskesmas, Pos KB
dan posyandu.

5. STATUS TANAH DAN KONDISI BANGUNAN


Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, status lahan yang ditempati "sudah
mempunyai sertifikat (sertifikat hak Milik)" sebanyak 51,39%. Sementara lahan yang berstatus
"lainnya (antara lain tanah garapan)" cukup banyak yaitu sebesar 23,15%.
LINGKUNGAN BINAAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Sumber air yang digunakan warga Kecamatan Tanjung Priok dan Koja untuk keperluan sehari-hari
berasal dari PDAM. Air limbah domestik dibuang melalui saluran pembuangan limbah rumah tangga
yang terdapat di areal kelurahan setempat, sedangkan untuk pembuangan tinja, sebagian besar warga,
masing- masing telah menggunakan jamban (septic tank).

KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR


Kegiatan-kegiatan yang ada di sekitar Waduk Sunter adalah :
1. Waduk Sunter Utara ; 6 saluran inlet dan 1 outlet, Ruang terbuka Hijau, Pemancingan, Keramba,
Pemukiman Taman Sunter Agung I dan Taman Sunter Agung 2, Sunter Mediterania, Sunter Asri.
2. Waduk Sunter Selatan Barat ; 2 saluran inlet dan 1 outlet, Kali Sentiong, Pompa, Ruang terbuka Hijau,
Pemukiman Taman Tirta, Pemancingan, Keramba,
3. Waduk Sunter Timur III; 1 inlet dan 1 outlet, Kali Sunter dan lahan kosong

LALU LINTAS
Akses jalan utama disekitar lokasi kegeiatan pada umumnya tergolong lancar di siang hari. Bila
dikaitkan aspek penggunaan lahan di sekitar lokasi kegiatan dengan potensi pembangkit lalu lintas
(traffic generator) dapat dikatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang telah berlangsung mempunyai
potensi pembangkit yang cukup besar yaitu perkantoran, pemukiman, serta perdagangan dan jasa.
Identifikasi Dampak

RUANG LINGKUP
STUDI
Evaluasi Dampak
Potensial
Klasifikasi dan Prioritas
Dampak Penting
IDENTIFIKASI DAMPAK
Kegiatan pelingkupan bertujuan untuk mengidentifikasi
dampak lingkungan hidup (primer, sekunder dan seterusnya)
yang memiliki potensial sebagai akibat adanya rencana usaha
dan atau kegiatan. Pada tahapan ini hanya mendata dampak
potensial yang akan timbul tanpa memerhatikan besar/kecilnya
atau penting tidaknya dampak. Identifikasi dampak potensial
diperoleh dari hasil diskusi dan konsultasi dengan instansi yang
bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan yang
dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan
Komponen rencana kegiatan yang akan ditelaah:
Tahap Persiapan Tahap Pasca Pengerukan
1. Perizinan 1. Pembersihan Lahan
2. Sosialisasi 2. Demobilisasi Tenaga Kerja
3. Koordinasi 3. Demobilisasi Kendaraan dan Peralatan
4. Perencanaan Teknis 4. Pemeliharaan
Tahap Pengerukan
1. Mobilisasi Kendaraan dan Peralatan
2. Mobilisasi Tenaga Kerja
3. Pengaturan Lalu Lintas
4. Pengerukan
5. Penempatan Hasil Keruk Sementara
6. Pemilihan Sampah
7. Pengangkatan Lumpur ke Dispossal Site
Berdasarkan matriks identifikasi diatas, dapat diidentifikasi beberapa dampak potensial, yaitu
Tahap Persiapan 14. Lalu Lintas
1. Persepsi Masyarakat 15. Kondisi Jalan
Tahap Pengerukan 16. Estetika Lingkungan
1. Kualitas Udara Tahap Pasca Pengerukan
2. Tingkat Kebauan 1. Kualitas Udara
3. Tingkat Kebisingan 2. Tingkat Kebisingan
4. Kualitas Sedimen 3. Sampah
5. Kualitas Air Permukaan 4. Biota Darat
6. Banjir 5. Persepsi Masyarakat
7. Sampah 6. Kesempatan Bekerja
8. Biota Darat 7. Kesempatan Berusaha
9. Biota Air 8. Estetika Lingkungan
10. Kesempatan Kerja 9. Lalu Lintas
11. Kesempatan Berusaha 10. Kondisi Jalan
12. Persepsi Masyarakat 11. Banjir
13. Kesehatan Masyarakat
Bagan Alir Dampak Penting Pengerukan Waduk Sunter Pada Tahap Persiapan
Bagan Alir Identifikasi Dampak Penting Pengerukan Waduk Sunter Pada Tahap Pengerukan
Bagan Alir Identifikasi Dampak Penting Pengerukan Waduk Sunter Pada Tahap Pasca Pengerukan
Matriks Identifikasi Dampak Potensial Pengerukan Waduk Sunter
EVALUASI DAMPAK
POTENSIAL
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan
dampak potensial yang tidak penting, sehingga diperoleh daftar
prioritas dampak penting yang dianggap perlu dan relevan
untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL yang
hasilnya masih belum tertata secara sistematis. Daftar ini
disusun atas pertimbangan hal-hal yang dianggap penting oleh
masyarakat di sekitar rencana kegiatan, instansi yang
bertanggung jawab dan tim studi.
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah diskusi antar
tenaga ahli
Kriteria dalam menentukan evaluasi dampak potensial terdiri dari empat
pertanyaan:
1.Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? hal ini
terlihat dari analisis data sekunder dan hasil pra survei
2.Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap
komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis) sekitar? hal ini terlihat dari hasil
pra survei
3.Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut? hal ini terlihat dari hasil konsultasi masyarakat
4.Apakah ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh dampak tersebut? hal
ini terlihat dari peraturan-peraturan yang menetapkan baku mutu lingkungan
Setiap dampak potensial disimpulkan dengan empat pertanyaan di atas, jika
salah satu pertanyaan dijawab dengan "ya" atau "tidak diketahui" maka
komponen lingkungan tersebut dikaji dalam ANDAL. Setelah diadakan diskusi
dengan antar tenaga ahli, maka terdapat beberapa dampak potensial yang
dihilangkan.
Dari tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dampak penting hipotetik adalah:
Tahap Persiapan
1. Persepsi Masyarakat
Dalam hal ini merupakan reaksi awal masyarakat setelah sosialisasi rencana pengerukan
Waduk Sunter yang dapat merupakan dampak positif atau dampak negatif. Dalam sosialisasi
penjelasan harus jelas, transparan dan mudah dimengerti yang diharapkan setelah sosialisasi
Lurah dan Dewan Kelurahan serta LSM dapat memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan ke penduduk. Berdasarkan pemikiran tersebut persepsi masyarakat di sekitar Waduk
Sunter pada Tahap Persiapan dijadikan dampak penting hipotetik.
Tahap Pengerukan
1. Kualitas Udara Ambient
Terdiri dari parameter CO, temperatur, NO2, SO 2 dan kebauan bersumber dari mobilisasi material-
alat berat, kegiatan pengerukan, disposal site dan kegiatan pengangkutan. Dampak ini menjadi
dampak penting hipotetik karena dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat,
gangguan kenyamanan dan menyebabkan persepsi negatif dari masyarakat (keresahan).
2. Tingkat Kebauan
Bersumber dari pengangkatan lumpur dan penimbunan lumpur dari saluran ke luar saluran. Dampak
ini menjadi dampak penting hipotetik dikarenakan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
masyarakat, gangguan kenyamanan dan akan menyebabkan persepsi negatif dari masyarakat
(keresahan).
3. Tingkat Kebisingan
Bersumber dari mobilisasi alat berat-material, kegiatan pengerukan, kegiatan pengangkutan.
Dampak ini menjadi dampak penting hipotetik dikarenakan dapat mengakibatkan gangguan
kenyamanan dan akan menyebabkan persepsi negatif dari masyarakat (keresahan).
4. Kualitas Sedimen
a. Waduk Sunter Utara
Keberadaan sedimen di pinggir waduk cukup dominan. Sedimen di waduk dipicu pula oleh
pembuangan air limbah domestic dari pemukiman sekitar waduk. Adanya sampah dan sedimen di
waduk menyebabkan pendangkalan waduk yang akan mempercepat terbentuknya dataran baru di
tepi waduk. Hal ini digunakan penduduk sekitar waduk untuk memperluas lahan pemukiman
mereka secara illegal.
b. Waduk Sunter Selatan Bagian Barat
keberadaan sedimen di pinggir waduk cukup dominan. Terjadi pendangkalan waduk dikarenakan
adanya sampah dan terbentuknya sedimen dari dalam waduk yang menyebabkan daratan baru di
tepi waduk terbentuk. Hal ini digunakan penduduk sekitar waduk untuk memperluas lahan
pemukiman mereka secara illegal. Akumulasi sedimen di waduk ini diperkirakan dari debu dan
kotoran di jalan raya sekitar waduk yang tersapu oleh air hujan dan masuk ke waduk melalui saluran
drainase jalan (sistem riolering) serta sedimen yang terbawa dari saluran/sungai yang masuk ke
dalam waduk.
c. Waduk Sunter Timur III
Keberadaan sedimen di pinggir waduk cukup dominan. Sedimen yang telah membentuk daratan di pinggir
waduk dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai lahan bercocok tanam. Pembuangan limbah domestik
penduduk sekitar waduk tidak langsung mempengaruhi suksesi sedimen di dalam waduk dikarenakan
telah dipasang pagar pembatas di sekeliling waduk.
5. Kualitas Air Permukaan
Bersumber dari kegiatan pengerukan yang dimaksudkan untuk memperlancar saluran air dan pemindahan
sedimen di Waduk Sunter ke lokasi dumping site. Sehingga pengerukan akan menurunkan nilai TSS di
perairan oleh karena itu dampak ini dijadikan dampak penting hipotetik.
6. Sampah
Pengerukan ini menghasilkan kerukan berupa sampah. Sampah di waduk sunter cukup banyak baik yang
mengapung, melayang maupun yang terperangkap di sedimen. Jika sampah hasil kerukan tersebut tidak
dikelola, maka akan berdampak pada kesehatan masyarakat, menimbulkan bau dan mengganggu estetika.
7. Biota Perairan
Bersumber dari kegiatan pengerukan yang dimaksudkan untuk memperlancar saluran air dan pemindahan
sedimen di Waduk Sunter ke lokasi dumping site. Biota yang ditemukan adalah biota ekonomis penting
sehingga dampak ini menjadi dampak penting Hipotetik.
8. Biota Darat
Bersumber dari kegiatan mobilisasi kendaraan dan peralatan serta kegiatan pengerukan yang akan
menimbulkan gangguan terhadap biota darat baik flora maupun fauna. Kegiatan dari disposal site
juga berpengaruh terhadap biota darat. Biota darat yang ditemukan pada saat survei bukan
merupakan biota langka, dampak ini tidak sampai menjadi dampak penting Hipotetik.
9. Persepsi Masyarakat
Pengelolaan terhadap semua kegiatan dan dampak yang timbul yang tidak ditangani dengan baik
akan berubah menjadi keresahan masyarakat. Keresahan masyarakat menjadi sangat penting
karena bisa menjadi kemarahan masyarakat. Di bagian tertentu dari Waduk Sunter Waduk Sunter
jarak antara pemukiman dengan saluran sangat dekat, sehingga dampak dari kegiatan ini sangat
berpengaruh dalam kehidupan masyarakat maka persepsi masyarakat di daerah ini dampak penting
hipotetik.
10. Kesempatan Kerja
Masyarakat berharap kegiatan ini dapat menampung tenaga kerja lokal, namun penggunaan
beberapa alat memerlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki tenaga kerja lokal. Jika hal ini tidak
diatasi dengan baik akan menimbulkan keresahan masyarakat. Atas dasar pemikiran ini maka
dapak kesempatan kerja termasuk dalam dampak penting hipotetik.
11. Kesempatan Berusaha
Dampak kesempatan berusaha dapat menjadi dampak positif apabila masyarakat memperoleh
kesempatan untuk berusaha, seperti menyediakan makan, minum dan kebutuhan lainnya bagi para
pekerja. Dampak ini dapat menjadi negatif apabila tidak dapat dikelola dengan baik. Berdasarkan
hal-hal tersebut, dampak ini dapat dijadikan dampak penting hipotetik.
12. Kesehatan Masyarakat
Kegiatan ini menimbulkan bau menyengat dari sedimen yang terangkat dan menimbulkan
gangguan di masyarakat. Gangguan ini berakibat kepada kesehatan dan kenyamanan hidup
masyarakat di wilayah terdampak. Selain itu terdapat ceceran disposal yang menjadi penyebab
kotornya lingkungan sekitar. Maka dampak terhadap kesehatan masyarakat merupakan komponen
yang berpotensi menimbulkan dampak yang dianggap menjadi dampak penting hipotetik.
13. Estetika Lingkungan
Kegiatan pengerukan dan pengangkutan disposal menimbulkan gangguan estetika lingkungan.
Karena sifatnya hanya sementara dan akan semakin membaik, maka komponen estetika lingkungan
tidak termasuk dampak penting hipotetik.
14. Lalu Lintas
Bersumber dari mobilisasi material-alat berat, kegiatan pengerukan, disposal site dan kegiatan
pengangkutan yang berpotensi menyebabkan gangguan lalu lintas. Berdasarkan hal tersebut, maka
dampak ini dapat digolongkan menjadi dampak penting Hipotetik.
15. Kondisi Jalan
Pengangkutan material keruk berpotensi menimbulkan kerusakan jalan karena jalan -jalan yang
akan dilewati merupakan jalan protokol, maka hal ini menjadi dampak penting hipotetik.
Tahap Pasca Pengerukan
1. Kualitas Udara
Terdiri dari parameter CO, temperatur, NO2, S02 dan Pb bersumber dari kegiatan demobilisasi alat berat,
pemeliharaan, dan kendaraan serta pembersihan ceceran dari kegiatan pengerukan. Dampak ini menjadi
dampak penting hipotetik dikarenakan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan
kenyamanan dan akan menyebabkan persepsi negatif dari masyarakat (keresahan).
2. Tingkat Kebisingan
Bersumber dari kegiatan demobilisasi alat berat, pemeliharaan, dan kendaraan. Dampak ini tidak menjadi
dampak penting hipotetik dikarenakan intensitas dampak yang rendah.
3. Sampah
Berupa sampah dari sisa -sisa pekerjaan. Dengan melihat analogi dengan pengerukan yang telah
dilakukan,maka sampah yang dihasilkan tidak terlalu banyak, sehingga sampah tidak dapat dijadikan
dampak penting Hipotetik.
4. Biota Darat
Bersumber dari pengembalian lahan seperti penanaman tumbuhan, dimana kegiatan ini akan memperbaiki
vetgetasi, namun dampak ini tidak menjadi dampak hipotetik karena jumlahnya yang kecil.
5. Persepsi Masyarakat
Pengelolaan terhadap semua kegiatan dan dampak yang timbul yang tidak ditangani dengan baik akan
berubah menjadi keresahan masyarakat
6. Kesempatan Bekerja
Pada tahap pasca pengerukan terjadi pengurangan tenaga kerja, sebagian besar tenaga kerja akan
mengalami pemutusan hubungan kerja. Hal ini tidak akan menimbulkan goncangan terhadap kehidupan
masyarakat karena para pekerja telah mengetahui bahwa pekerjaan ini akan berakhir. Atas dasar pemikiran
ini maka dampak kesempatan kerja tidak termasuk dalam dampak penting hipotetik.
7. Kesempatan Berusaha
Dampak kesempatan berusaha menjadi dampak positif jika masyarakat mendapat kesempatan berusaha,
seperti menyediakan kebutuhan makan, minum bagi para pekerja. Dengan selesainya kegiatan pengerukan
dan pengangkutan, maka kesempatan berusaha ini tidak akan berkurang. Berdasarkan hal-hal tersebut,
dampak ini tidak dapat djadikan dampak penting hipotetik.
8. Estetika Lingkungan
Selesainya kegiatan pengerukan dan pengangkutan disposal, akan menyebabkan kondisi lingkungan yang
bersih dan baik. Apabila kondisi estetika dapat diperbaiki dan dirawat dengan baik maka estetika
lingkungan menjadi baik. Karena sifatnya yang sementara dan subjektif, maka komponen estetika
lingkungan tidak termasuk dampak penting hipotetik.
9. Lalu Lintas
Bersumber dari kegiatan demobilisasi alat berat dan kendaraan. Demobilisasi alat berat dan kendaraan akan
mengakibatkan gangguan sistem transportasi jika tidak dilakukan pengelolaan dengan baik. Berdasarkan
hal tersebut, maka dampak ini dapat digolongkan menjadi dampak penting hipotetik.
10. Kondisi Jalan
Dengan adanya demobilisasi peralatan dan kendaraan, maka berpotensi menimbulkan kerusakan jalan, hal
ini menjadi dampak pentik hipotetik, karena jalan -jalan yang akan dilewati merupakan jalan protokol.
11. Banjir
Mengurangi banjir adalah tujuan dari kegiatan pengerukan ini, sehingga dampak ini merupakan dampak
penting hipotetik.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dampak penting hipotetik
adalah:
Tahap Persiapan
1. Persepsi Masyarakat
Tahap Pengerukan
1. Kualitas Udara 8. Kesempatan Kerja
2. Tingkat Kebauan 9. Kesempatan Berusaha
3. Tingkat Kebisingan 10. Persepsi Masyarakat
4. Kualitas Sedimen 11. Kesehatan Masyarakat
5. Kualitas Air Permukaan 12. Lalu Lintas
6. Sampah 13. Kondisi Jalan
7. Biota Air
Tahap Pasca Pengerukan
1. Kualitas Udara
2. Lalu Lintas
3. Kondisi Jalan
4. Persepsi Masyarakat
5. Banjir
KLASIFIKASI DAN PRIORITAS DAMPAK
PENTING
Pelingkupan yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk
mengelompokkan/ mengorganisir dampak penting yang telah dirumuskan
dari tahap sebelumnya dengan maksud agar diperoleh klasifikasi dan prioritas
dampak penting Hipotetik yang akan dikaji lebih lanjut dalam dokumen
AMDAL. Dalam melakukan klasifikasi dan prioritas, perlu diperhatikan hal
sebagai berikut:
· Kebijakan atau peraturan yang menjadi dasar untuk arahan kajian AMDAL
selanjutnya, seperti standar/baku mutu dan lain-lainnya
· Konsep saintifik dari kajian yang akan dilakukan
Dampak penting Hipotetik tersebut dirumuskan melalui dua tahapan.
Pertama, segenap dampak besar dan penting dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok menurut keterkaitannya satu sama lain. Kedua, dampak
penting yang berkelompok tersebut selanjutnya diurut berdasarkan
kepentingannya. Metode prioritas dampak penting hipotetik adalah
memprakirakan besarnya peluang teradinya dampak dan memperkirakan
besarnya akibat yang mungkin terjadi. Peluang kejadian dibuatkan suatu
gradasi nilai yang mewakili gradasi besarnya konsekuensi.
Tabel Kemungkinan dan Besarnya Akibat
Berikut adalah pengklasifikasian dadmpak berdasarkan evaluasi dampak potensial:
Tahap Persiapan Tahap Pasca Pengerukan
1. Persepsi Masyarakat 1. Kua;itas Udara
Tahap Pengerukan 2. Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan
1. Kualitas Udara 3. Persepsi Masyarakat
2. Tingkat Kebauan 4. Banjir
3. Tingkat Kebisingan
4. Kualitas Sedimen
5. Kualitas Air Permukaan
6. Sampah
7. Biota Air
8. Kesempatan Kerja dan Berusaha
9. Persepsi Masyarakat
10. Kesehatan Masyarakat
11. Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan
Setelah didapat beberapa dampak penting hipotetik pertahapan kegiatan,
maka dampak-dampak tersebut akan diurutkan berdasarkan tingkat
kepentingannya, sehingga dapat dilihat sebagai berikut:
1.Tahap Persiapan; karena hanya ada satu dampak yaitu Persepsi Masyarakat,
maka otomatis dampak ini menjadi prioritas dampak penting hipotetik pada
tahap ini
2.Tahap Pengerukan; terdapat sebelas dampak dan penentuan prioritas adalah
sebagai berikut:
3. Tahap Pasca Pengerukan; terdapat empat dampak dan penentuan prioritas adalah
sebagai berikut:
Hasil Proses Pelingkupan
a. Dampak Penting Hipotetik
1. Kualitas Udara
dampak terhadap kualitas udara ini bersumber dari kegiatan mobilisasi alat dan kendaraan,
kegiatan pengerukan, transportasi lumpur, pembersihan lahan, dan demobilisasi alat dan
kendaraan. Dengan demikian maka parameter yang diukur adalah CO, S02, N03, dan Debu atau
sesuai dengan SK Gub No.551 tahun 2001 tentang baku mutu udara ambient.
2. Tingkat Kebisingan
dampak terhadap kebisingan ini bersumber dari kegiatan mobilisasi alat dan kendaraan, kegiatan
pengerukan, transportasi lumpur, pemisahan sampah, dan demobilisasi alat dan
kendaraan.parameter yang diukur kebisingan ambient atau sesuai dengan SK Gub No.551 tahun
2001 tentang baku mutu kebisingan ambient.
3. Tingkat Kebauan
bersumber dari pengangkatan lumpur dan peletakannya di TPS lumpur sesuai dengan KepmenLH
No. 50 tahun 1996. Parameter yang diukur adalah ammoniak, metil merkaptan, hidrogen sulfida,
metil sulfida, dan stiren.
4. Sedimen
bersumber dari peletakkan hasil kerukan sehingga dikhawatirkan akan mencemari air tanah,
parameter yang diambil sesuai dengan PPRI no. 18/1999.
5. Biota Air
bersumber dari pengerukan yang akan menganggu aktifitas budidaya perikanan, akibat
pengangkatan sedimen.
6. Kualitas Air Permukaan
bersumber dari kegiatan pengerukkan, sehingga parameter yang diukur adalah COD, BOD, KMnO4,
Deterjen, Minyak-Lemak, TSS, TDS, dan Logam berat atau sesuai dengan SK Gub DKI No. 582/1995
(golongan B).
7. Sampah
sumber dampak adalah peletakan lumpur ke TPS lumpur, pengangkutan lumpur, pemisahan lumpur
dan sampah sehingga parameter yang diukur timbulan ceceran lumpur dan volume sampah.
8. Persepsi Masyarakat
bersumber dari semua kegiatan pengerukan. Parameter yang diukur pendapat-sikap masyarakat
beserta haparan dan kekhawatiran masyarakat
9. Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan
dampak terhadap lalu lintas bersumber dari kegiatan mobilisasi alat dan kendaraan, transportasi
lumpur, dan demobilisasi alat dan kendaraan. Parameter yang diukur adalah kondisi fisik jalan dan
VCR.
10. Kesehatan Masyarakat
bersumber dari semua kegiatan pengerukan. Parameter yang diukur sumber penyakit, kebiasaan
masyarakat, sanitasi, dan sarana kesehatan.
11. Banjir
bersumber dari perubahan kapaitas dan debit aliran. Parameter yang diukur catchment area dan
debit aliran.
12. Kesempatan Kerja dan Berusaha
bersumber dari mobilisasi dan demobilisasi tenaga kerja. Parameter yang diukur jumlah angkatan
kerja dan angka penganguran
b. Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
1. Batas Proyek
Batas kegiatan proyek mencakup seluruh areal yang diperuntukkan kegiatan pengerukan Waduk Sunter
dan rute pengangkutan material , yaitu Waduk Sunter Utara: 32 Ha Waduk Sunter Timur Ill: 26 Ha Waduk
Sunter Selatan Barat : .26 Ha
2. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari kiri dan kanan Kegiatan Pengerukan Waduk Sunter
dan jalan-jalan yang dilalui oleh truck pengangkut material hasil keruk ke dispossal site dengan radius
100 m. Perkiraan sebaran dampak suatu rencana kegiatan berdasarkan media transportasi limbah (air,
udara), dimana proses alami yang terjadi dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar. Sub-ekosistem binaan yang menonjol di sekitar tapak kegiatan adalah kegiatan
rumah/permukiman, perikanan, dan ruang terbuka hijau.
3. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar tapak rencana kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya
berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk
sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang
diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana kegiatan pengerukan Waduk Sunter
Mengingat dampak lingkungan hidup menyebar tidak merata, batas sosial ditetapkan dengan
membatasi yaitu beberapa Rukun Tetangga (rata-rata 200 meter dari Waduk Sunter dan jalan-jalan
yang dilalui oleh truck pengangkut material hasil keruk ke dispossal site). Batas sosial ini ditetapkan
dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas masyarakat yang terdapat dalam batas proyek,
ekologis serta komunitas masyarakat yang berada diluar batas proyek dan ekologis namun
berpotensi terkena dampak yang mendasar dari Kegiatan Pengerukan Waduk Sunter melalui
penyerapan tenaga kerja, pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial.
4. Batas Administratif
Batas administratif dimaksudkan sebagai ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Batas ruang dimaksud berupa batas ruang yang berbatasan dengan kelurahan yang dilalui
Kegiatan Pengerukan Waduk Sunter ada di slide selanjutnya
5. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian adalah selama kegiatan pengerukan Waduk Sunter berlangsung.
Kriteria Perkiraan
Dampak

PRAKIRAAN
DAMPAK
PENTING

Prakiraan Pentingnya
Dampak
Kriteria Perkiraan
Dampak

Kriteria prakiraan dampak penting ditetapkan berdasarkan sifat dampak, besaran dampak dan kepentingan
dampak sebagai berikut:

a. Sifat Dampak
Sifat dampak dibedakan atas dampak positif, yaitu jenis-jenis dampak yang menguntungkan bila ditinjau dari
segi lingkungan, dan dampak negatif yaitu jenis-jenis dampak yang merugikan bila tinjau dari segi lingkungan,
seperti pencemaran lingkungan, kerusakan lingkungan, atau menurunnya potensi sumber daya alam.

b. Besaran Dampak
Besaran dampak dapat dikelompokkan atas dua kategori, yaitu besar dan kecil, yang penentuannya
didasarkan atas besarnya perubahan kualitas lingkungan yang timbul sebagai akibat rencana kegiatan
Pengerukan Waduk Sunter, atau besarnya perubahan kualitas lingkungan sebelum dan setelah adanya
kegiatan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 56 tahun 1994, maka dampak yang timbul dapat
dikategorikan penting apabila terdapat kesesuaian dengan salah satu dari beberapa kriteria berikut:
1). Jumlah manusia yang terkena dampak penting di wilayah studi melampaui jumlah
manusia yang menerima manfaat.
2) Penyebaran dan luasan daerah yang terkena dampak dirasakan secara regional
atau nasional.
3) Intersitas dan lama berlangsungnya dampak
4) Ambang batas baku mutu lingkungan mulai terlampaui sejak kegiatan mulai
berlangsung dan berlangsung terus sampai tahap pasca Pengerukan.
5) Adanya hubungan yang sinergis di antara dampak-dampak yang diperkirakan
timbul.
6) Dampak yang timbul tidak terbalikkan, meskipun sudah ada upaya-upaya
mitigasinya,
Prakiraan Pentingnya
Dampak

Berdasarkan KA-ANDAL terdapat beberapa prioritas dampak penting hipotetik terkait Waduk Sunter antara
lain :
• Tahap Pra Konstruksi
1. Persepsi Masyarakat
• Tahap Konstruksi
1. Kebauan
2. Lalu lintas dan kerusakan jalan
3. Kebisingan
4. Biota air
5. Sedimen
6. Sampah
7. Kualitas Air Permukaan
8. Kualitas Udara
9. Kesempatan Kerja dan Berusaha
10. Persepsi Masyarakat
11. Kesehatan Masyarakat
• Tahap Pasca Konstruksi
1. Mengurangi Banjir
2. Lalu lintas dan kerusakan jalan
3. Kualitas udara
4. Persepsi Masyarakat
Telaahan Terhadap
Dampak Penting

EVALUASI
DAMPAK
PENTING

Pemilihan Alternatif
Terbaik
Telaahan Terhadap
Dampak Penting

Telaah dampak lingkungan hidup diuraikan, secara holistik dan kausatif terhadap komponen lingkungan fisika-
kimia, sosial budaya, kesehatan masyarakat, dan lalu lintas yang diperkirakan akan menimbulkan perubahan
yang mendasar karena adanya Pengerukan Waduk Sunter. Komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak penting (baik positif maupun negatif) ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait atau saling
mempengaruhi, membentuk sistem dampak, sehingga dapat diketahui dampak penting yang harus dikelola.
Berdasarkan BAB V, maka dampak-dampak yang bersifat penting adalah:
Tahap Persiapan
1. Persepsi Masyarakat
Tahap Pengerukan
1. Kebauan
2. Lalu Lintas dan Kerusakan Jalan
3. Tingkat Kebisingan
4. Kualitas Sedimen
5. Sampah
6. Kualitas Air Permukaan
7. Kualitas Udara
8. Kesempatan Kerja dan Berusaha
9. Persepsi Masyarakat
Tahap Paska Pengerukan
1. Mengurangi Banjir
2. Persepsi Masyarakat
Dalam mengevaluasi dampak besar dan penting yang timbul karena kegiatan pembangunan
Pengerukan Waduk Sunter, dilakukan telaahan secara holistik dengan menggunakan metode
Matrik Leopold yang telah dimodifikasi (Lohani Than). Untuk penelaahan secara holistis tersebut,
dilakukan pengkajian dampak-dampak yang timbul tersebut menurut tahapan kegiatannya.
Rekomendasi Kelayakkan Lingkungan Berdasarkan uraian tentang rencana kegiatan dan memperhatikan
evaluasi dampak penting, arahan pengelolaan lingkungan hidup dan pemilahan alternatif, maka dapat
disimpulkan bahwa dampak-dampak negatif penting yang akan terjadi masih dapat dicegah, dikurangi, dan
ditanggulangi, sedangkan dampak positif penting dapat dikembangkan dengan pengelolaan lingkungan
melalui pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi dan pendekatan institusi, seperti yang terlihat
pada tabel berikut
Evaluasi Dampak
Pengelolaan LH
Evaluasi Dampak
Pengelolaan LH

Alternatif terbaik yang mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan effisensi adalah:
Alternatif Metode Pengerukan
Pemilihan metode ini didasari oleh kondisi lokasi Waduk Sunter dan sekitarnya.
Alternatif metode pengerukan adalah floating dreadging (excavator) atau Floating
schovel.
Berdasarkan kondisi lokasi, maka;
1. Floating Excavator; Dapat digunakan untuk semua waduk, terutama yang
berkelaman lebih dari 3 meter, namun kurang efektif untuk mengeruk tumbuhan
air.
2. Floating Schovel; Dapat digunakan, namun hanya dapat digunakan pada
kedalaman rendah (1-2 meter) dan efektif untuk mengeruk tumbuhan air.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai