Anda di halaman 1dari 6

Nama : SKILSEN BONTONG

Nim : 6160505190121
Kelas : G6 (AMDAL)
Tugas :1

A. ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA BIDANG JALAN


Berdasarkan hasil pelingkupan diperoleh dampak penting hipotetik (DPH) sebagai berikut:
Tahap Prakonstruksi: peningkatan keresahan masyarakat, penurunan produksipertanian, dan
penurunan produksi tambak. Tahap Konstruksi: penurunan kualitas air permukaan, penuunan
kualitas air tanah, peningkatan timbulan sampah, penurunan sanitasi lingkungan, gannguan
fungsi gorong - gorong dan drainase eksisting, penurunan kualitas udara, penurunan flora darat,
berkurangnya lahan pertanian, peningkatan timbulan sampah, peningkatan kesempatan kerja,
peningkatan peluang berusaha, mata pencaharian masyarakat, peningkatan kecemburuan
sosial, peningkatan kebisingan, peningkatan getaran, peningkatan kerusakan jalan,
berkurangnya kenyamanan lalu lintas, peningkatan kemacetan lalu lintas, berkurangnya RTH
sebagai daerah resapan, peningkatan limpasan air permukaan, banjir (genangan air sekitar
lokasi), penurunan aksesbilitas masyarakat, berkurangnya biota perairan, peningkatan flora
darat, peningkatan fauna darat. Tahap operasi: peningkatan PAD, peningkatan kebisingan,
penurunan kualitas udara, penurunan aksesibilitas masyarakat. Hasil evaluasi holistic
diperlihatkan di Tabel 1 (Mursid et al, 2015b). Untuk dampak yang dikelola dan dipantau telah
dibuatkan matrik RKL dan RPL sebagai pedoman bagi pelaksana, pengawas dan penerima
laporan.

B. ASPEK PENGELOLAAN LINGKUNGAN PADA BIDANG PENGAIRAN


a. Tahap Pra Konstruksi
1) Perubahan Persepsi Masyarakat
Perubahan persepsi masyarakat pada tahap pra konstruksi diperkirakan timbul
akibat kegiatan sosialisasi rencana kegiatan pengembangan dan pembebasan lahan.
Sedangkan untuk kegiatan Survei, Investigasi, dan Desain Sederhana (SID) diperkirakan
tidak ada dampak yang timbul karena merupakan studi dan untuk keperluan internal.
Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan pengembangan irigasi pompa tersier dilakukan
untuk memberikan penjelasan terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Pada saat ini
jaringan irigasi tersebut sudah ada namun akan ditingkatkan layanannya seluas 3.548 Ha
di Kabupaten Bojonegoro dibagi dalam 10 jaringan irigasi, sehingga masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan umumnya sudah mengetahui adanya rencana tersebut.
Walaupun demikian kegiatan sosialisasi tetap dilaksanakan untuk memperjelas rencana
kegiatan pengembangan jaringan tersebut. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN
IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 82 Pengadaan lahan untuk pengembangan jaringan
irigasi paling banyak diperuntukan untuk jaringan pipa, sedangkan jaringan semen tidak
membutuhkan lahan karena hanya memperbaiki saluran yang telah ada dari saluran
tanah menjadi saluran semen. Lahan yang diperlukan untuk pengembangan jaringan
irigasi pipa memiliki lebar bervariasi tergantung ukuran pipa PVC nya, paling lebar 0,4 m.
peletakan pipa biasanya di pinggir pematang sawah. Pengelola jaringan irigasi akan
melakukan system sewa lahan untuk lahan sawah yang terkena saluran pipa irigasi.
Petani dan pengelola bersepakat mengenai besaran sewa lahan tersebut. Berdasarkan
hasil pengamatan dilapangan, masyarakat di sekitar pengembangan jaringan irigasi
tersier telah memiliki kesepakatan dengan pengelola jaringan irigasi baik dengan
kelompok GHIPPA maupun warga setempat mengenai besaran yang harus dibayarkan
oleh pengelola kepada petani untuk sewa lahan tersebut. Pembayaran sewa lahan
dilakukan pengelola jaringan irigasi dengan cara melakukan pemotongan biaya petani
yang harus dibayarkan untuk jasa layanan irigasi sebesar sepersatunya. Semisal Bapak A
tanahnya terkena jaringan irigasi, maka ketika membayar biaya layanan irigasi, yang
seharusnya Bapak A bayar 1/5 dipotong menjadi 1/6 hasil panen. Potensi timbulnya
perubahan persepsi masyarakan diperkirakan timbul pada kegiatan pengadaan lahan
karena apabila tidak ada kesepahaman antara petani dan pengelola jaringan irigasi
maka sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana pengembangan jaringan irigasi
tersier akan menjadi negatif.

b. Tahap Konstruksi
1) Kesempatan Kerja
Pelaksanaan konstruksi pengembangan jaringan irigasi rencananya akan dikerjakan
oleh kontraktor sehingga penerimaan tenaga kerja konnstruksi sepenuhnya merupakan
hak dari kontraktor. Pengelola jaringan irigasi rencananya akan melakukan koordinasi
dengan kontraktor untuk memprioritaskan tenaga kerja lokal sebagai tenaga kerja
konstruksinya.
2) Perubahan Persepsi Masyarakat
Perubahan persepsi masyarakat diperkirakan tibul akibat adanya kegiatan
mobilisasi alat dan material konstruksi, penyiapan lahan, pelaksanaan pembangunan
jaringan irigasi (jaringan semen–batu dan jaringan pipa). Sedangkan untuk kegiatan
penerimaan dan pelepasan tenaga kerja konstruksi diperkirakan tidak akan
menimbulkan dampak perubahan persepsi masyarakat karena kegiatan tersebut
merupakan tanggung jawab dari kontraktor kerja. DOKUMEN UKL-UPL
PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 83 Kegiatan pelaksanaan mobilisasi
alat dan material dilakukan secara bertahap di setiap wilayah jaringan irigasi pompa
tersier. Selain itu berdasarkan wawancara dengan warga sekitar lokasi pengembangan
jariangan irigasi apabila ada mobilisasi alat berat seperti backhoe, masyarakat terutama
anak kecil sangat senang. Hal ini disebabkan karena para anak kecil tersebut belum
pernah melihat backhoe sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut kegiatan mobilisasi alat
berat dan material pengembangan jaringan irigasi pompa tersier tidak akan
menyebabkan perubahan persepsi masyarakat menjadi negatif. Penyiapan lahan untuk
setiap jaringan irigasi berbeda-beda karena ada 2 jenis jaringan irigasi yaitu saluran
semen-batu dan pipa. Penyiapan lahan pada umumnya adalah pekerjaan membersihkan
lahan yang diperlukan untuk pembangunan jaringan dari kotoran, rerumputan, semak
belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan semua rintangan permukaan. Bedanya untuk
saluran semen-batu pembersihan dan penyiapan lahan sampai dengan kedalaman 1 m
dari permukaan tanah. Hasil-hasil dari pembersihan (rerumputan, semak belukar,
pepohonan, tonggak-tonggak dan sampah lainnya) akan dibakar sampai habis pada
lokasi yang aman, dijaga dan tidak membahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya.
Sisa pembakaran yang dipastikan tidak ada lagi api yang menyala/membara ditanam
dan diurug kembali secara rapi. Kegiatan penyiapan lahan dapat menyebabkan adanya
perubahan persepsi masyarakat menjadi negatif apabila kesehatan masyarakat disekitar
lokasi rencana kegiatan menurun akibat gangguan asap yang dihasilkan
olehpembakaran semak hasil pekerjaan penyiapan lahan Pekerjaan jaringan irigasi yang
diperkirakan akan menimbulkan persepsi masyarakat yaitu ketika proses pengerukan
untuk pemasangan pipa PVC. Hasil kerukan tanah dibiarkan di pinggir jalan atau
persawahan dalam jangka waktu yang lama menunggu pemasangan pipa terlebih
dahulu. Setelah pipa PVC terpasang baru tanah hasil kerukan tersebut dikembalikan
semula. Lamanya waktu pemasangan pipa akan mempengaruhi seberapa lama tanah
kerukan tersebut dikembalikan, hal ini berpengaruh terhadap perubahan persepsi
masyarakat. Semakin cepat proses pengembalian tanah tersebut maka persepsi
masyarakat tidak akan berubah jadi negative, sebaliknya apabila proses pemasangan
pipa memakan waktu lama maka persepsi masyarakat akan berubah menjadi negatif
dikarenakan tumpukan tanah tersebut mengganggu aktifitas warga. Selain itu apabila
material konstruksi diletakkan dipinggir jalan dan memakan bahu jalan sehingga
mengganggu aktivitas warga sehari hari maka persepsi masyarakat akan DOKUMEN UKL-
UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 84 berubah menjadi negatif
terhadap rencana kegiatan. Hal ini dikarenakan kegiatan konstruksi dijadwalkan akan
berlangsung selama 2 bulan.
3) Gangguan Lalu Lintas
Kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi direncanakan akan dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya selama 2 bulan sehingga volume
kendaraan pengangkut tidak banyak. Sesuai dengan rencana kegiatan mobilisasi
diperkirakan maksimal 2 ritase per harinya, sehingga aktivitas warga tidak terganggu
serta tidak memerlukan tempat penyimpanan yang luas. Berdasarkan hal tersebut
dampak gangguan lalu lintas dari kegiatan konstruksi diperkirakan tidak menimbulkan
dampak negatif.
4) Peningkatan Kebisingan
Peningkatan kebisingan yang diperkirakan timbul akibat kegiatan mobilisasi alat
berat dan material. Kegiatan mobilisasi material konstruksi disesuaikan dengan tahapan
dan kebutuhannya, diperkirakan dalam dua ritase pengiriman dalam satu hari.
Berdasarkan hal tersebut peningkatan kebisingan diperkirakan hanya sesaat, sehingga
dampaknya kecil. Walaupun demikian perlu dilakukan pengelolaan.
5) Peningkatan Timbulan Sampah
Peningkatan timbulan sampah terjadi pada kegiatan penyiapan lahan. Pada
umumnya kegiatan penyiapan lahan adalah pekerjaan membersihkan lahan yang
diperlukan untuk pembangunan jaringan dari kotoran kotoran. Hasil-hasil dari dari
pembersihan (rerumputan, semak belukar, pepohonan, tonggak-tonggak dan sampah
lainnya) akan dibakar sampai habis pada lokasi yang aman, dijaga dan tidak
membahayakan/merugikan lingkungan sekitarnya.
6) Penurunan Kualitas Udara
Dampak penurunan kualitas udara merupakan dampak turunan dari adanya
pembakaran timbulan sampah hasil dari kegiatan penyiapan lahan. Kegiatan
pembakaran ini dilakukan disuatu tempat yang jauh dari pemukimam dan hanya
dilakukan satu kali setelah sampah terkumpul semua pada kegiatan konstruksi. Atas
dasar tersebut maka diprediksi bahwa pembakaran sampah tidak menimbulkan
peningkatan debu yang mengganggu kualitas udara di pemukiman sekitar area kegiatan
pengembangan jaringan irigasi. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA
TINGKAT TERSIER 85
7) Gangguan Estetika
Gangguan estetika dapat terjadi akibat adanya pelaksanaan pembangunan saluran
irigasi (saluran semen-batu dan saluran pipa). Jenis kegiatan pembangunan saluran
irigasi diperkirakan akan menimbulkan dampak gangguan estetika dikarenakan sisa-sisa
kotoran seperti timbunan tanah hasil galian, ceceran semen serta sisa sisa potongan
pipa. Rencana pengembangan saluran irigasi tersier bervariasi dari panjang 300 m –
1500 m, sehingga apabila sisa-sisa material hasil dari kegiatan pembangunan tidak di
kelola dengan baik akan mengurangi nilai estetika lingkungan sepanjang saluran
tersebut.

c. Tahap Operasi
1) Kesempatan Kerja
Pada tahap operasional, jaringan irigasi pompa tersier sepenuhnya merupakan
tanggung jawab dari pengelola jaringan irigasi baik itu GHIPPA maupun warga setempat.
Karena sifatnya merupakan pengembangan dari jaringan irigasi yang telah ada, maka
tenaga kerja pada tahap operasional adalah tenaga kerja tambahan senbagai pengatur
air pada jaringan tersebut. GHIPPA maupun warga setempat memiliki cara tersendiri
dalam merekrut tenaga kerja pengatur air di jaringannya, berdasarkan luas area
pengembangan daerah irigasi maka pekerja yang diperlukan rata-rata 2 – 4 orang dan
merupakan warga tempatan yang menguasai wilayah layanan pengembangan.
Berdasarkan wawancara dengan petugas pembagi air jaringan irigasi eksisting,
penghasilan petugas pembagi air (tenaga kerja operasional) berbeda berdasarkan
pengelola jaringan irigasi. Apabila pengelolanya merupakan warga setempat maka
pengatur air dibagi per wilayah, dalam satu wilayah biasanya dikelola oleh 2 – 5 orang
dengan penghasilan antara 7% - 10% dari hasil pemasukan pembayaran jasa layanan
irigasi. Sedangkan untuk jaringan irigasi yang dikelola oleh GHIPPA penentuan petugas
dan besarnya upah untuk petugas pembagi air berdasarkan hasil musyawarah
anggotanya.
2) Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat diperkirakan akan timbul dari kegiatan operasional jaringan
irigasi ketika air irigasi tidak sampai ke lahannya. Apabila sawah petani tidak tergenangi
air maka dimungkinkan tanaman padi tidak tumbuh secara baik sehingga hasil yang
didapat akan berkurang. Selain itu keresahan masyarakat juga akan muncul ketika
DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA TINGKAT TERSIER 86 dampak
kebisingan yang ditimbulkan oleh beroperasinya pipa imbalan yang menggunakan diesel
di dekat kawasan pemukiman tidak diminimalisir.
3) Perubahan Persepsi Masyarakat
Perekrutan tenaga kerja operasional apabila tidak dilakukan secara transparan oleh
warga setempat maupun GHIPPA selaku pengelola akan merubah persepsi masyarakat
terhadap kegiatan irigasi. Perubahan persepsi masyarakat juga dapat menjadi negatif
pada kegiatan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi dikarenakan tidak
meratanya pasokan air ke sawah dan juga apabila terjadi kerusakan terhadap pompa
sehingga tidak bisa menjamin kebutuhan air. Tetapi sebaliknya apabila sawah para
petani terairi dengan lancar dan cukup maka persepsi masyarakat akan positif. Selain itu
kesepakatan untuk pembayaran biaya layanan irigasi juga harus saling menguntungkan
antara petani dan warga setempat. Apabila salah satu ada yang dirugikan maka persepsi
akan berubah jadi negatif. Sedangkan untuk jaringan irigasi yang dikelola oleh GHIPPA
penentuan biaya dan cara pembayaran layanan irigasi harus diputuskan berdasarkan
musyawarah, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda di masyarakat
4) Peningkatan Timbulan Sampah
Pemeliharaan rutin terhadap pompa menghasilkan sampah berupa bekas tempat
pelumas, akan tetapi jumlahnya sangat sedikit. Pemeliharaan rutin untuk pompa
biasanya dilakukan per satu musim dan rata rata untuk satu pompa biasanya
memerlukan 7 liter oli, sehingga botol bekas hanya 2 buah. Sedangkan pemeliharaan
saluran irigasi menghasilkan kotoran (rerumputan, semak, pepohonan, dan lain-lain)
yang menghambat kelancaran saluran irigasi terutama saluran irigasi semen. Sehingga
pemeliharaan saluran diperkirakan tidak akan menghasilkan banyak sampah kerena
hanya daun dan ranting kecil yang jatuh dan menghambat saluran.
5) Ketersediaan Air Sungai
Dampak ketersediaan air sungai merupakan dampak yang bukan disebabkan oleh
operasional jaringan irigasi melainkan dampak luaran / daya dukung dari sungai yang
akan mempengaruhi operasional jaringan irigasi. Pemantauan ketersediaan air
dilakukan bekerjasama dengan instansi terkait (Balai PSAWS Bengawan Solo/BBWS
Bengawan Solo/Dinas PU Pengairan) sehingga perlakuan pengelolaan air irigasi dapat
diatur sesuai dengan ketersediaan airnya. DOKUMEN UKL-UPL PENGEMBANGAN IRIGASI
POMPA TINGKAT TERSIER 87.
6) Kebisingan
Dampak kebisingan pada kegiatan operasional diakibatkan oleh operasional pompa
imbalan diesel yang penempatannya dekat dengan perkampungan penduduk.
Kebisingan yang ditimbulkan apabila tidak ditangani atau diminimalisir akan
menyebabkan keresahan di masyarakat sehingga akan merubah persepsi masyarakat
menjadi tidak baik terhadap kegiatan pengembangan jaringan irigasi

Anda mungkin juga menyukai