Anda di halaman 1dari 9

PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL

Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan


DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Tabel IV-3
Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKP-UPL) Yang Akan Dilaksanakan untuk Mencegah/Meminimalkan Dampak Akibat Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Rakyat
Munse di Kecamatan Wawonii Timur Kepulauan Kabupaten Konawe Selatan

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Peningkatan Pendapatan  Pemberian kompensasi untuk mengganti nilai lahan masyarakat sesuai dengan kesepakatan antara  Wawancara dan survei langsung pada masyarakat yang telah menerima
TAHAP Masyarakat masyarakat pemilik lahan dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab.Konawe konpensasi penggantian lahan dan bangunan terkait dengan pembebasan lahan
PRAKONSTRUKSI Kepulauan sebagai pemrakarsa untu pembangunan pelabuhan Munse.
1. Perizinan  Isi wawancara meliputi nilai konpensasi, tingkat pendapatan dan daya beli
2. Sosialisasi masyarakat akibat pembebasan lahan.
3. Pembebasan lahan  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
 Peningkatan Keresahan  Pemberian kompensasi untuk mengganti nilai lahan masyarakat sesuai dengan kesepakatan antara  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui sikap dan
masyarakat dan masyarakat pemilik lahan dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab.Konawe persepsi masyarakat serta keresahan masyarakat terhadap proses dan
Perubahan sikap dan Kepulauan sebagai pemrakarsa mekanisme perizinan, sosialisasi rencana pembangunan pelabuhan Munse serta
persepsi masyarakat  Sebelum kegiatan di mulai, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab.Konawe Kepulauan mekanisme dan proses pembebasan lahan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi
wajib melaksanakan sosialisasi tentang rencana kegiatan kepada masyarakat, dan memahami dan Informatika Kab.Konawe Kepulauan.
pendapat masyarakat  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
 Melakukan pendekatan persuasive, pelibatan tokoh masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan
sosialisasi

 Penurunan kualitas udara  Kendaraan pengangkut dan alat-alat berat yang digunakan lolos uji emisi, telah di KIR,  Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui pengambilan
TAHAP KONSTRUKSI  Peningkatan kebisingan menggunakan filter pada knalpotnya dan pemasangan peredam. sampel di lapangan dengan menggunakan air pump sampler, dan selanjutnya
1. Rekruitmen Tenaga  Melakukan perawatan mesin kendaraan angkut dan alat berat, secara periodik dianalisis di laboratorium.
Kerja Konstruksi  Membersihkan bak dan roda kendaraan angkutan material saat keluar dari lokasi tapak proyek dan  Pengamatan lapangan/pengukuran langsung tingkat bising dengan Sound Level
2. Mobilisasi Peralatan menutup bahan material dengan plastik/terpal Meter.
dan Material  Mengatur jadwal aktivitas dalam setiap harinya dan tidak melakukan aktivitas pada malam hari.  Analisis Data : membandingkan dengan baku mutu kualitas udara ambien (PP
Konstruksi  Pekerja dianjurkan menggunakan helm pengaman dan ear plug No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional) dan baku mutu
3. Penyiapan lahan dan  Tidak melakukan aktivitas konstruksi saat angin bertiup kencang tingkat kebisingan (Kep Men LH No. 48 Tahun 1999).
pembangunan fasilitas  Memberikan penyuluhan pengemudi kendaraan dan operator alat berat untuk memelihara kondisi
konstruksi kendaraan sehingga layak pakai
4. Pekerjaan struktur  Memberikan penyuluhan/ pekerja agar melakukan penyiraman pada lokasi kegiatan pada tapak
pelabuhan dan fasilitas proyek sebelum melakukan pekerjaan
penunjang  Memberikan pengarahan kepada tenaga kerja untuk tidak melakukan aktivitas konstruksi pada jam
istirahat/malam hari
 Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara rutin
 Gangguan Getaran  Melakukan survei terhadap kondisi bangunan di sekitarnya dan membuat berita acara pemeriksaan  Melakukan pengukuran tingkat getaran mekanik (kecepatan dan frekuensi
awal kondisi bangunan sebelum dilakukan pemasangan pondasi atau tiang konstruksi jembatan. getaran) dan membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu (Keputusan
 Memberikan penjelasan bahwa akan dilakukan ganti kerugian bagi rumah penduduk yang Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996).
mengalami keretakan berupa memperbaiki bagian yang retak atau membayar ganti rugi dengan
uang, yang dilakukan sesuai penandatanganan hasil Kesepakatan, akibat pekerjaan struktur
pelabuhan.

IV - 20
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Peningkatan aliran  Membuat bangunan/tempat penyimpanan sementara (TPS) Limbah B3. Bahan-bahan kima (sisa,  Melakukan observasi langsung di lapangan dengan mengumpulkan data
permukaan kemasan) yang tergolong dalam Limbah B3 wajib disimpan dalam TPS Limbah B3, Besi, kawat yang komponen aliran permukaan (run off). Run off dianalisis dengan persamaan
 Peningkatan sedimentasi terkontaminasi dengan B3 yang disimpan dalam TPS. rasional.
 Penurunan kualitas air  Bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan untuk proses atau sisa proses seperti  Observasi langsung di perairan laut Munse dengan mengumpulkan data residu
laut filter-filter bekas, potongan waste baskets, besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan terlarut (TDS), residu tersuspensi (TSS) dan tingkat kekeruhan air melalui
bahan kimia, oli bekas, minyak pelumas mesin-mesin dan peralatan konstruksi bekas ditempatkan pengambilan sampel air. Data hasil analisis laboratorium dibandingkan dengan
pada tempat khusus, selanjutnya di serahkan ke pihak ketiga yang memiliki ijin untuk proses lebih baku berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51
lanjut. Tahun 2004.
 Pengerukan tanah pada saat pematangan lahan untuk pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas  Pengambilan sampel air laut Munse di lapangan kemudian dilakukan analisis di
penunjangnya dilakukan dengan hati-hati agar dapat meminimalisir peningkatan sedimentasi. laboratorium. Metode pengukuran dan analisis setiap parameter fisika, kimia dan
 Pengerukan alur pelayaran pada saat pekerjaan struktur pelabuhan mengacu kepada Permenhub mikrobiologi. Kemudian membandingkan hasil analisis dengan dengan baku
No. 52 Tahun 2011. mutu yang dipersyaratkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
 Menggunakan alat pengeruk saat pekerjaan struktur pelabuhan yang berkapasitas besar sehingga 51 Tahun 2004. Indeks pencemaran air ditentukan berdasarkan Kepmen LH
memperkecil gangguan pada lokasi dari lalu lintas pengangkutan materia keruk dan pembuangan nomor 115 thun 2003, Tentang pedoman penentuan status air.
yang berulang
 Menggunakan peralatan pencegah penyebaran kekeruhan air laut seperti bucket penutup, tanggul
sementara, pneymatic pump untuk pengerukan pada endapan halus, dll
 Memasang turap di sekeliling lokasi pengerukan untuk mengurangi penyebaran sedimen yang
tersuspensi
 Pembuatan saluran pengelak atau sumur resapan untuk menampung air limpasan permukaan
terutama saat turun hujan agar tidak langsung masuk ke perairan laut
 Bangunan fasilitas konstruksi (basecamp) tidak didirikan pada daerah tepi laut
 Buangan limbah cair hasil pencucian kendaraan dan mesin/peralatan konstruksi yang mengandung
minyak dialirkan ke Oil Separator untuk memisahkan minyak dari air.
 Analisis secara periodik atas buangan air yang dialirkan ke laut perairan Munse untuk memastikan
bahwa komponen polutan berada di bawah baku mutu yang diijinkan
 Mengarahkan pekerja untuk membatasi bidang/area kegiatan konstruksi di sisi laut agar peningkatan
kekeruhan dapat diminimalisir.
 Menempatkan petugas pengawas lingkungan yang mengawasi jika terjadi ceceran/tumpahan
minyak/oli pada saat konstruksi.
 Mengarahkan pekerja agar menjaga sanitasi lingkungan dengan mengendalikan penanganan limbah
padat dan limbah cair disekitar lokasi kegiatan agar tidak mencemari lingkungan
 Peningkatan limbah  Memasang pagar seng setinggi 2 meter yang mengelilingi lokasi pembangunan Pelabuhan Munse di  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui adanya limbah
padat dan limbah cair Kec. Wawonii Timur. padat dan cair yang bertumpuk di darat atau tercecer di perairan Munse selama
 Menyediakan bak sampah untuk menampung sampah-sampah yang dihasilkan. kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang.
 Menjaga mesin-mesin konstruksi agar tidak mebuat ceceran oli (limbah B3) ke badan air (perairan  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
laut Munse).
 Melakukan pengumpulan limbah padat (sampah) pada wadah tertutup.
 Sistem pengangkutan limbah padat (sampah) ke pembuangan akhir dilakukan secara teratur.
 Mengupayakan seminimal mungkin ceceran sampah dari pembungkus atau kaleng-kaleng bahan
bangunan yang digunakan pada saat pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang.
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pekerja agar tetap memelihara estetika
lingkungan.
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pekerja untuk tidak membiarkan limbah
konstruksi terbuang di perairan laut Munse.
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pekerja agar segera mengangkut timbunan
sampah padat/tanah galian yang tidak digunakan untuk diangkut ke pembuangan akhir.
 Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Dinas/Instansi terkait, seperti Badan Lingkungan
Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kab. Konawe Kepulauan untuk penanganan sampah yang
dihasilkan dari kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang.

IV - 21
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Perubahan pola arus laut  Peralatan pembantu konstruksi saat pemasangan tiang pancang tengah laut dipasang agar tidak  Melakukan pengukuran arus sepanjang dekat pantai yang ditimbulkan oleh
 Perubahan garis pantai menimbulkan aliran turbulen. gelombang pecah yang membentuk sudut terhadap garis pantai.
 Pengerukan untuk kolam dermaga dilakukan dengan hati-hati agar dapat meminimalisir perubahan  Prediksi untuk melihat perubahan arus laut perairan Munse disimulasikan dengan
batimetri/morfologi dasar laut. menggunakan program Surface water Modeling System (SMS).
 Mengarahkan pekerja untuk membatasi bidang/area kegiatan konstruksi tiang pancang.
 Gangguan aksesibilitas  Melakukan pengangkutan peralatan dan material konstruksi pada Jalan-utama Munse, diluar jam  Pengamatan lapangan meliputi volume arus lalulintas dengan metoda
dan lalulintas darat puncak jalan tersebut. pencacahan arus lalulintas tiap jenis kendaraan ( traffic counting) di jalan Utama
 Mengatur sistem transportasi pengangkutan darat sehingga tidak secara bersamaan berada pada Munse. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu tiap 15 (lima belas) menit
jalur yang sama (jalan utama Munse) yang mencakup periode waktu jam sibuk.
 Membatasi kecepatan kendaraan angkutan maksimum 40 km/jam dengan muatan sesuai batas  Menentukan Kapasitas ruas jalan dengan mengacu dari Manual Kapasitas Ruas
tonase kendaraan. Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997.
 Memasang rambu atau papan pengumuman kurang lebih 100 m dari akses keluar masuk tapak
proyek. Isi pengumuman "Hati-hati 100 m kedepan kendaraan proyek keluar masuk dan "Mohon
Maaf Atas Gangguan Perjalanan Anda".
 Memelihara jalan dan memperbaiki ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat kegiatan
pengangkutan peralatan dan material konstruksi.
 Jika kegiatan mobilisasi peralatan dilakukan hingga malam hari maka di sekitar titik akses keluar
masuk kendaraan proyek dipasang lampu penerangan berwarna kuning dan dilengkapi dengan
lampu penerangan jalan.
 Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar rute angkutan akan adanya lalulintas kendaraan
proyek.
 Penyuluhan kepada sopir angkutan untuk berhati-hati dan tetap menjaga kewaspadaan selama
mengemudikan angkutan di jalan raya.
 Bekerjasama dengan Satlantas Polres Konawe Kepulauan untuk mengarahkan kendaraan
pengangkut peralatan dan dan pengangkutan material konstruksi.
 Gangguan aksesibilitas  Melakukan pekerjaan struktur pelabuhan di sisi laut, diluar jam-jam aktivitas masyarakat nelayan,  Wawancara langsung dengan tenaga kerja dan masyarakat nelayan yang tinggal
dan lalulintas laut yaitu pagi dan sore hari. di sekitar lokasi kegiatan pembangunan pelabuhan Munse.
 Membatasi areal pekerjaan struktur bangunan pelabuhan dan areal pengerukan kolam dermaga.  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
 Jika kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dilakukan hingga malam hari maka di sekitar titik akses
keluar masuk perahu nelayan dipasang lampu penerangan.
 Sosialisasi kepada masyarakat nelayan di sekitar lokasi kegiatan adanya pekerjaan struktur di
perairan laut Munse.
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pekerja untuk tidak membiarkan limbah
konstruksi terbuang di perairan laut Munse.

IV - 22
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Gangguan Ekosistem  Menginventarisasi jenis-jenis vegetasi mangrove, jenis-jenis terumbu karang, jenis-jenis lamun, dan  Pengukuran mangrove secara langsung di lapangan dengan metode Transek
Mangrove jenis-jenis biota perairan (plankton, bentos, nekton) di sekitar lokasi kegiatan sebelum melakukan Garis dan Petak Contoh (Line Transect Plot). Menentukan penutupan dan
 Gangguan ekosistem penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi. kerapatan mangrove seperti yang disajikan pada Kepmen LH no 201 Tahun
terumbu karang  Menjaga dan mengendalikan air limpasan permukaan saat penyiapan lahan dan pembangunan 2004.
 Gangguan biota perairan fasilitas konstruksi serta pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjangnya agar tidak  Pengukuran terumbu karang langsung di lapangan dengan metode Transek Garis
langsung masuk ke perairan laut. (Line Intercept Transect). Menentukan penutupan terumbu karang seperti yang
 Mengendalikan ceceran limbah padat, limbah cair dan limbah B3 ke badan air (perairan laut Munse) disajikan pada Kepmen LH No 4 Tahun 2001.
saat kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta pekerjaan struktur  Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring air laut dengan
pelabuhan berlangsung. plankton net No. 25 dan volume air yang disaring sebanyak 100 liter. Sampel
 Jika terjadi ceceran minyak atau oli di perairan laut, agar segera dilakukan tindakan dengan cara plankton yang terambil kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan
menggunakan oil dispersant. diawetkan dengan larutan formalin 4%.
 Pemasangan struktur bangunan pelabuhan di sisi laut, pengerukan sedimen pada alur pelayaran dan  Pengambilan sampel bentos dilakukan dengan cara mengambil substrat dasar
sekitar dermaga dilakukan dengan hati-hati agar dapat meminimalisir peningkatan kekeruhan di perairan laut dengan alat Eickman – grab kemudian contoh substrat diawetkan
perairan laut, tidak merusak ekosistem terumbu karang dan padang lamun. dengan larutan formalin 4%
 Analisis secara periodik atas buangan air yang mengalir ke badan air laut perairan Munse untuk  Analisis data dengan cara menghitung Kelimpahan dan indeks keragaman
memastikan bahwa komponen polutan berada di bawah baku mutu yang diijinkan (Kepmen LH No. plankton/bentos
51 Tahun 2004).
 Memberi pemahaman kepada tenaga kerja betapa pentingnya mangrove, terumbu karang, padang
lamun terhadap kelangsungan kehidupan biota perairan.
 Mengarahkan pekerja konstruksi untuk tidak membuang limbah pencemar kebadan air laut perairan
Munse.
 Melakukan rehabilitasi tanaman mangrove dan terumbu karang bila mengalami kerusakan akibat
kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta akibat pekerjaan struktur
pelabuhan berlangsung.
 Bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Konawe Kepulauan untuk melakukan
restorasi terhadap terumbu karang yang mengalami kerusakan.
 Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Kepulauan untuk melakukan revegtasi
mangrove yang mengalami kerusakan.
 Migrasi Penduduk  Memprioritaskan tenaga kerja lokal, terutama dari kel. Munse Kec. Wawonii Timur.  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui tingkat
 Memberikan bimbingan dan pelatihan kepada generasi muda setempat sehingga dapat diterima pertumbuhan penduduk, perubahan struktur dan komposisi penduduk
sebagai tenaga kerja. Kecamatan Wawonii Timur akibat kegiatan mobilisasi tenaga kerja konstruksi.
 Rekruitmen tenaga kerja diumumkan secara terbuka dan melibatkan pemerintah dan tokoh  Data sekunder dari kantor camat Kecamatan Wawonii Timur.
masyarakat setempat.  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
 Kesempatan kerja,  Memberikan bimbingan dan pelatihan kepada generasi muda agar dapat diterima sebagai tenaga  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui jumlah
 Kesempatan berusaha kerja penduduk Kecamatan Wawonii Timur Kab. Konawe Kepulauan yang bekerja pada
 Peningkatan pendapatan  Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang adanya rekruitmen tenaga kerja konstruksi sesuai kegiatan Pembangunan Pelabuhan Munse.
masyarakat dengan kualifikasi yang dibutuhkan dalam Pembangunan Pelabuhan Munse.  Pengamatan secara langsung di lapangan untuk mengetahui jumlah dan jenis
 Memberikan prioitas bagi tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang dimiliki. usaha yang dibuka dan atau dikembangkan penduduk terkait dengan adanya
 Mematuhi ketentuan peraturan perundangan yang terkait ketenagakerjaan yaitu Permen Tenaga tenaga kerja konstruksi.
Kerja dan Transmigrasi No 02 Tahun 2008, No. 13 tahun 2012, No. 20 Tahun 2012.  Prakiraan dampak peningkatan peluang kerja (PK) dan kesempatan berusaha
 Memberikan peluang masyarakat sekitar untuk berusaha terkait pemenuhan kebutuhan pekerja. (KU) dianalisis menggunakan pendekatan sebelum dan setelah adanya kegiatan
 Menfasilitasi dan memberikan kemudahan masyarakat sekitar untuk membangun tempat usaha. pembangunan pelabuhan Munse.
 Memberikan upah/gaji sesuai tupoksi pekerja dan berdasarkan pada standar Upah Minimum Propinsi  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui tingkat
(UMP)/Upah Minimum Kabupaten (UMK). pendapatan dan daya beli masyarakat, Pendapatan dianilisis sebelum dan
 Memberikan upah tambahan bagi pekerja yang lembur dan memberikan tunjangan hari raya (THR). setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan pelabuhan Munse.
 Berkoordinas dengan pemerintah setempat dalam proses pendataan penduduk yang menganggur,  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
jumlah tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan dalam Pembangunan Pelabuhan Munse.

IV - 23
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Penurunan sanitasi  Melengkapi pekerja dengan sarana K3, dan menyediakan pos obat, tenaga medis, balai kesehatan di  Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui ada tidaknya upaya
lingkungan dan sekitar lokasi kegiatan Pembangunan Pelabuhan Munse pengelolaan sampah dan limbah serta penyediaan fasilitas di lokasi tapak
 Potensi terjadinya  Menyiapkan sarana mandi cuci kakus (MCK) yang layak bagi pekerja konstruksi. proyek.
penyakit  Meminimalisasi terjadinya penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas  Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang
air laut perairan Munse saat tahapan kegiatan konstruksi dengan penerapan teknologi mutakhir. muncul dan atau berkembang di masyarakat.
 Mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dengan metode CTBM, Pola Hidup Bersih dan  Data sekunder dari Puskesmas Munse dan Dinas Kesehatan Kab. Konawe
Sehat (PHBS) melakukan pemicuan tentang tindakan prefeventif terjadinya ISPA, gangguan Kepulauan.
pendengaran, dan diare.  Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka kesakitan dan angka
 Pemrakarsa menyiapkan tenaga kesehatan, balai kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara kematian), dilakukan melalui pengukuran angka kesakitan dan angka kematian
berkala bagi pekerja dan masyarakat sekitar lokasi kegiatan. oleh penyebab tertentu di masyarakat.
 Bentuk CSR untuk kesehatan yang diarahkan untuk pembangunan, dan sumbangan Dana Sehat.  Menentukan prevalensi dan Insiden Penyakit
 Bekerjasama dinas kesehatan/Puskesmas setempat untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi  Menentukan sumberdaya kesehatan
pekerja dan masyarakat sekitarnya.

 Peningkatan keresahan  Meminimalisasi terjadinya penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui sikap dan
masyarakat air laut, saat tahapan kegiatan konstruksi dengan penerapan teknologi mutakhir. persepsi masyarakat serta keresahan masyarakat terhadap proses dan
 Perubahan sikap dan  Meminimalisasi gangguan aksesibilitas masyarakat dengan reakayasa transportasi. mekanisme penerimaan tenaga kerja konstruksi, mobilisasi peralatan dan
persepsi masyarakat  Meminimalisasi gangguan mangrove, terumbu karang serta biota perairan lainnya dengan material konstruksi dan pembersihan lahan serta pada pekerjaan struktur
mengendalikan dampak sedimentasi dan penurunan kualitas air laut. pelabuhan dan fasilitas penunjangnya.
 Mengendalikan ceceran limbah padat, limbah cair dan limbah B3 ke badan air (perairan laut Munse)  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
saat kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta pekerjaan struktur
pelabuhan berlangsung.
 Melakukan pengangkutan peralatan dan material konstruksi diluar jam puncak jalan tersebut.
 Melakukan pekerjaan struktur pelabuhan di sisi laut, diluar jam-jam aktivitas masyarakat nelayan,
yaitu pagi dan sore hari.
 Memelihara jalan dan memperbaiki ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat kegiatan
pengangkutan peralatan dan alat berat, menggunakan kendaraan sesuai dengan kemampuan
tekanan gandar jalan yang dilalui serta membatasi kecepatan kendaraan angkutan dan dengan
muatan sesuai batas tonase kendaraan.
 Transparansi dalam rekruitmen tenaga kerja konstruksi dan mengutamakan tenaga kerja dari Kel.
Munse Kec. Wawonii Timur.
 Memberikan peluang masyarakat sekitar untuk bekerja sebagai tenaga kerja dengan memberikan
upah sesuai tupoksi pekerja dan berdasarkan pada standar Upah Minimum Propinsi (UMP)/Upah
Minimum Kabupaten (UMK), serta memberikan tunjangan hari raya (THR) setiap tahunnya.
 Memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam community development yang menjadi tanggung
jawab Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab.Konawe Kepulauan dalam
pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pembangunan pelabuhan Munse ( Corporate Sosial
Responsibility).

IV - 24
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
TAHAP OPERASI  Penurunan kualitas udara  Disisi pinggir jalan masuk pelabuhan Munse serta di Lokasi Pelabuhan ditanami pepohonan sebagai  Pengumpulan data komponen kualitas udara dilakukan melalui pengambilan
1. Pengoperasian  Peningkatan kebisingan peredam peningkatan emisi gas buang kendaraan dan peredam kebisingan (membangun ruang sampel di lapangan dengan menggunakan air pump sampler, dan selanjutnya
pelabuhan Munse terbuka hijau). Melakukan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau tersebut karena dapat dianalisis di laboratorium.
2. Perawatan pelabuhan berfungsi sebagai buffer zone dengan daerah disekitar serta dapat mengurangi kadar polutan.  Pengukuran kebisingan menggunakan sound level meter, dengan pengukuran
 Kendaraan pengangkut bahan bakar dan air untuk kapal-kapal di pelabuhan lolos uji emisi, telah di tingkat tekanan bunyi db (A) selama 10 (sepuluh) menit dengan pembacaan
KIR, menggunakan filter pada knalpotnya dan laik jalan, pemasangan peredam (silincer). dilakukan setiap 5 (lima) detik. Pengukuran ini dilakukan sesuai dengan Kepmen
 Cerobong-cerobong asap mesin kapal baik kapal penumpang maupun kapal barang ( loading- LH Nomor 48 tahun 1996.
offloading di pelabuhan) menggunakan dust supression control (pengendali debu) dan memasang  Analisis Data : membandingkan hasil laboratorium dengan baku mutu kualitas
alat peredam suara. udara ambien (PP No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien
 Melakukan perawatan secara periodic mesin kendaraan angkut bahan bakar, mesin kendaraan Nasional) dan untuk emisi kendaraan mengacu pada Kepmen LH No. 141/2003
angkut air, mesin kapal yang bongkar-muat di pelabuhan secara periodik agar tidak menghasilkan (Semua parameter yang tertuang dalam baku mutu emisi wajib dipantau).
gas buang yang dapat menurunkan kualitas udara dan menimbulkan kebisingan tinggi.  Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku
 Mengatur jadwal aktivitas dalam setiap harinya dan mengurangi aktivitas bongkar-muat barang atau mutu tingkat kebisingan (Kepmen LH No. 48 Tahun 1999).
penumpang pada malam hari.
 Melakukan penyiraman tanah atau jalan secara teratur
 Memberikan penyuluhan/pelatihan kepada para sopir kendaraan dan nahkoda kapal agar tetap
memelihara kondisi kendaraan dan mesin-mesin kapal sehingga layak pakai.
 Gangguan Getaran  Melakukan survei terhadap kondisi bangunan-bangunan jalan masuk pelabuhan Munse dan  Melakukan pengukuran tingkat getaran mekanik (kecepatan dan frekuensi
membuat berita acara pemeriksaan awal kondisi bangunan sebelum pengoperasian pelabuhan. getaran) dan membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu (Keputusan
 Memberikan penjelasan bahwa akan dilakukan ganti kerugian bagi rumah penduduk yang Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996).
mengalami keretakan berupa memperbaiki bagian yang retak atau membayar ganti rugi dengan  Melakukan pengamatan kemungkinan adanya keretakan dan/atau kerusakan
uang, yang dilakukan sesuai penandatanganan hasil Kesepakatan apabila terjadi kerusakan akibat dinding bangunan di sepanjang jalan masuk Pelabuhan Munse.
lalulintas darat pengunjung/pengguna pelabuhan.
 Peningkatan  Membangun IPAL, air limbah dari lokasi dermaga pelabuhan Munse dan fasilitas penunjang lainnya  Melakukan observasi langsung di lapangan dengan mengumpulkan data residu
sedimentasi dan diproses terlebih dahulu dalam IPAL sebelum dibuang ke lingkungan (laut). terlarut (TDS), residu tersuspensi (TSS) dan tingkat kekeruhan air laut melalui
 Penurunan kualitas air  Analisis secara periodik atas buangan air yang dialirkan ke badan air untuk memastikan bahwa pengambilan sampel air. Selanjutnya dianalisis di laboratorium sesuai SNI.
laut komponen polutan berada di bawah baku mutu yang diijinkan.  Pengambilan sampel air laut di lapangan kemudian dilakukan analisis di
 Membuat TPS limbah B3 yang berizin sesuai permen LH No.03 Tahun 2007. Bahan kimia yang laboratorium. Metode pengukuran dan analisis setiap parameter fisika, kimia
berasal dari bahan-bahan yang digunakan untuk proses atau sisa proses seperti filter bekas, dan biologi sesuai SNI.
potongan waste baskets, besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan kimia, oli  Membandingkan hasil analisis dengan dengan baku mutu yang dipersyaratkan
bekas, minyak pelumas mesin-mesin bekas ditempatkan pada TPS limbah B3, selanjutnya di Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004.
serahkan ke pihak ketiga yang memiliki ijin untuk proses lebih lanjut.
 Melakukan pengelolaan limbah di pelabuhan berdasarkan Permen LH No. 5 Tahun 2009.
 Pengerukan alur pelayaran pada saat perawatan pelabuhan mengacu kepada Permenhub No. 52
Tahun 2011.
 Menggunakan alat pengeruk saat perawatan pelabuhan (pengerukan alur pelayaran) yang
berkapasitas besar sehingga memperkecil gangguan kekeruhan pada lokasi dari lalu lintas
pengangkutan material keruk dan pembuangan yang berulang.
 Menempatkan petugas pengawas lingkungan yang mengawasi jika terjadi ceceran/tumpahan
minyak/oli pada saat pengoperasian dan perawatan pelabuhan lain disekitar pantai dan perairan
Munse.
 Mengarahkan pekerja agar menjaga sanitasi lingkungan dengan mengendalikan penanganan limbah
padat dan limbah cair disekitar kawasan pelabuhan agar tidak mencemari lingkungan.

IV - 25
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Peningkatan limbah  Membangun IPAL, dan Menyediakan bak sampah untuk menampung sampah-sampah yang  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui adanya limbah
padat dan limbah cair dihasilkan dari pengunjung dan pengguna pelabuhan Munse. padat dan cair yang bertumpuk di darat atau tercecer di perairan laut Munse
 Sistem pengangkutan limbah padat (sampah) ke pembuangan akhir dilakukan secara teratur. selama pengoperasian pelabuhan.
 Melakukan pengelolaan limbah di pelabuhan berdasarkan Permen LH No. 5 Tahun 2009  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
 Membuat TPS limbah B3 yang berizin sesuai permen LH No.03 Tahun 2007. Bahan kimia yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan untuk proses atau sisa proses seperti filter bekas,
potongan waste baskets, besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan kimia, oli
bekas, minyak pelumas mesin-mesin bekas ditempatkan pada TPS limbah B3, selanjutnya di
serahkan ke pihak ketiga yang memiliki ijin untuk proses lebih lanjut.
 Menjaga kapal-kapal yang bongkar-muat dipelabuhan agar tidak mebuat ceceran oli (limbah B3) ke
badan air (perairan laut Munse).
 Mengupayakan seminimal mungkin ceceran sampah dari pembungkus atau kaleng-kaleng
makanan/minuman pengunjung/pengguan pelabuhan.
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pekerja, pengunjung/pengguan pelabuhan agar
tetap memelihara estetika lingkungan pelabuhan.
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pekerja untuk tidak membiarkan limbah
padat/cair terbuang di perairan laut Munse.
 Memberikan penyuluhan/pengarahan kepada para pekerja agar segera mengangkut timbunan
sampah padat untuk diangkut ke pembuangan akhir.
 Perubahan pola arus laut  Membuat struktur pelindung pantai (hard structure), antara lain dengan tembok laut (sea wall),  Melakukan pengukuran arus sepanjang dekat pantai yang ditimbulkan oleh
dan garis pantai revetment, detached breakwater, groin dan/atau membuat perlindungan pantai dengan pendekatan gelombang yang pecah yang membentuk sudut terhadap garis pantai.
soft structure (mangrove, terumbu karang buatan, peremajaan pantai/beach nourisment, sand by  Prediksi untuk melihat perubahan arus laut Munse disimulasikan dengan
passing dll). menggunakan program Surface water Modeling System (SMS).
 Gangguan Aksesibilitas  Mengatur sistem transportasi darat pengunjung/pengguna pelabuhan sehingga tidak secara  Pengamatan lapangan meliputi volume arus lalulintas dengan metoda
dan lalulintas Darat bersamaan berada pada jalur yang sama pada jalur masuk pelabuhan. pencacahan arus lalulintas tiap jenis kendaraan ( traffic counting) di jalan masuk
 Membatasi kecepatan kendaraan yang keluar masuk kawasan pelabuhan maksimum 40 km/jam pelabuhan Munse. Pengamatan dilakukan dengan interval waktu tiap 15 (lima
dengan muatan sesuai batas tonase kendaraan. belas) menit yang mencakup periode waktu jam sibuk.
 Memelihara jalan dan memperbaiki ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat pengoperasian  Menentukan Kapasitas ruas jalan dengan mengacu dari Manual Kapasitas Ruas
pelabuhan. Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997.
 Memasang rambu-rambu lalulitas dan lampu penerang sepanjang jalan masuk pelabuhan.
 Sosialisasi kepada warga yang bermukim di sekitar jalan masuk pelabuhan akan adanya peningkatan
lalulintas kendaraan keluar masuk pelabuhan.
 Bekerjasama dengan Satlantas Polres Konawe Kepulauan untuk mengarahkan kendaraan yang
keluar masuk pelabuhan.
 Gangguan Aksesibilitas  Kapal laut yang bongkar muat penumpang/barang adalah kapal yang layak dan dilengkapi dengan  Wawancara langsung penumpang kapal dan masyarakat nelayan yang tinggal
dan lalulintas Laut peralatan navigasi dan telekomunikasi kapal sesuai peraturan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal di sekitar lokasi pelabuhan Munse
Perhubungan Laut.  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif
 Kapal yang akan keluar/masuk wilayah pelabuhanharus menggunakan kapal pemandu.
 Kapal tidak berlabuh dalam waktu yang lama di dermaga dan segera diberangkatkan saat muatan
kapal telah penuh.
 Kapal membunyikan sirene bila akan memasuki area pelabuhan.
 Kapal dilengkapi dengan lampu penerangan di malam hari, baik pada saat memasuki/keluar pada
alur pelayaran maupun pada saat bersandar di pelabuhan.
 Manajemen kapal harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Health and Safety Work Act,
1974 Untuk melindungi pelaut berlayar dan mencegah resiko-resiko dalam melakukan aktivitas di
atas kapal terutama menyangkut K3, baik dalam keadaan normal maupun darurat (tubrukan,
kebakaran/ledakan, kandas, kebocoran/tenggelam, orang jatuh ke laut dan pencemaran).

IV - 26
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Gangguan Ekosistem  Melakukan pengelolaan limbah di pelabuhan berdasarkan Permen LH No. 5 Tahun 2009.  Pengukuran mangrove secara langsung di lapangan dengan metode Transek
Mangrove  Pengerukan alur pelayaran pada saat perawatan pelabuhan mengacu kepada Permenhub No. 52 Garis dan Petak Contoh (Line Transect Plot). Menentukan penutupan dan
 Gangguan Ekosistem Tahun 2011. kerapatan mangrove seperti yang disajikan pada Kepmen LH no 201 Tahun
terumbu karang  Menggunakan alat pengeruk saat perawatan pelabuhan (pengerukan alur pelayaran) yang 2004.
 Gangguan biota perairan berkapasitas besar sehingga memperkecil gangguan kekeruhan pada lokasi dari lalu lintas  Pengukuran terumbu karang langsung di lapangan dengan metode Transek Garis
pengangkutan material keruk dan (Line Intercept Transect). Menentukan penutupan terumbu karang seperti yang
 Kapal keluar/masuk pelabuhan menggunakan kapal pemandu untuk menghindari terjadinya kandas disajikan pada Kepmen LH No 4 Tahun 2001.
di dasar laut (kerusakan terumbu karang).  Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara menyaring air laut dengan
 Melakukan transplatasi terumbu karang yang mengalami kerusakan dan menjaga keutuhan plankton net No. 25 dan volume air yang disaring sebanyak 100 liter. Sampel
ekosisten mangrove di sekitar perairan Munse. plankton yang terambil kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel dan
 Analisis secara periodik atas buangan air yang mengalir ke badan air laut perairan Munse untuk diawetkan dengan larutan formalin 4%.
memastikan bahwa komponen polutan berada di bawah baku mutu yang diijinkan (Kepmen LH No.  Pengambilan sampel bentos dilakukan dengan cara mengambil substrat dasar
51 Tahun 2004). perairan laut dengan alat Eickman – grab kemudian contoh substrat diawetkan
 Memberi pemahaman kepada tenaga kerja betapa pentingnya mangrove, terumbu karang, padang dengan larutan formalin 4%
lamun terhadap kelangsungan kehidupan biota perairan.  Analisis data dengan cara menghitung Kelimpahan dan indeks keragaman
 Mengarahkan pekerja, pengunjung/pengguna pelabuhan untuk tidak membuang limbah pencemar plankton/bentos.
kebadan air laut perairan Munse.
 Melakukan rehabilitasi tanaman mangrove dan terumbu karang bila mengalami kerusakan akibat
kegiatan pengoperasian pelabuhan berlangsung.
 Bekerjasama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Konawe Kepulauan untuk melakukan
restorasi terhadap terumbu karang yang mengalami kerusakan.
 Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Kepulauan untuk melakukan revegtasi
mangrove yang mengalami kerusakan.
 Migrasi Penduduk  Memprioritaskan tenaga kerja lokal, terutama dari kel. Munse Kec. Wawonii Timur.  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui tingkat
 Memberikan bimbingan dan pelatihan kepada generasi muda setempat sehingga dapat diterima pertumbuhan penduduk, perubahan struktur dan komposisi penduduk
sebagai tenaga kerja operasi pelabuhan. Kecamatan Wawonii Timur akibat kegiatan mobilisasi tenaga kerja operasi.
 Rekruitmen tenaga kerja diumumkan secara terbuka dan melibatkan pemerintah, instansi terkait  Data sekunder dari kantor camat Kecamatan Wawonii Timur.
dan tokoh masyarakat setempat.  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
 Peningkatan kesempatan  Memberikan bimbingan dan pelatihan kepada generasi muda setempat sehingga dapat diterima  Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui ada tidaknya upaya
kerja sebagai tenaga kerja operasional Pelabuhan Munse. pengelolaan sampah dan limbah serta tingkat penyediaan fasilitas di pelabuhan
 Peningkatan kesempatan  Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang adanya penerimaan bagi tenaga kerja lokal sesuai Munse.
berusaha dengan kualifikasi yang dibutuhkan dalam operasional pelabuhan.  Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang
 Peningkatan pendapatan  Memberikan prioitas bagi tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian dan kompetensi yang dimiliki. muncul dan atau berkembang di masyarakat sekitar pelabuhan Munse.
masyarakat  Mematuhi ketentuan peraturan perundangan yang terkait ketenagakerjaan yaitu Permen Tenaga  Data sekunder dari Puskesmas Munse dan Dinas Kesehatan Kab. Konawe
Kerja dan Transmigrasi No 02 Tahun 2008, No. 13 tahun 2012, No. 20 Tahun 2012. Kepulauan.
 Memberikan peluang masyarakat sekitar untuk berusaha terkait operasional pelabuhan termasuk  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
pemenuhan kebutuhan sehari-hari pekerja operasional.
 Menfasilitasi dan memberikan kemudahan masyarakat sekitar untuk membangun tempat usaha yang
terkait dengan kebutuhan pekerja dan pengunjung/pengguna pelabuhan.
 Memberikan upah/gaji sesuai tupoksi pekerja dan berdasarkan pada standar Upah Minimum Propinsi
(UMP)/Upah Minimum Kabupaten (UMK).
 Memberikan upah tambahan bagi pekerja yang lembur dan memberikan tunjangan hari raya (THR)
setiap tahunnya.
 Berkoordinas dengan pemerintah desa/camat dalam proses pendataan penduduk yang menganggur,
jumlah tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan dalam operasional pelabuhan.

IV - 27
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan


Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup Arahan Pemantauan Lingkungan Hidup
Penyebab Dampak Terkena Dampak
 Penurunan sanitas  Melengkapi pekerja operasional pelabuhan dengan sarana K3, dan menyediakan pos obat, tenaga  Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui ada tidaknya upaya
lingkungan medis, balai kesehatan di sekitar lokasi kegiatan pelabuhan Munse. pengelolaan sampah dan limbah serta tingkat penyediaan fasilitas di pelabuhan.
 Potensi terjadinya  Menyiapkan sarana mandi cuci kakus (MCK) yang layak bagi pekerja dan pengunjung/pengguna  Pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang
penyakit pelabuhan. muncul dan atau berkembang di masyarakat.
 Membangun IPAL, dan Menyediakan bak sampah untuk menampung sampah-sampah yang  Data sekunder dari Puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan Kabupaten
dihasilkan dari pengunjung dan pengguna pelabuhan Munse. Sistem pengangkutan limbah padat Konawe Kepulauan.
(sampah) ke pembuangan akhir dilakukan secara teratur.  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif.
 Meminimalisasi terjadinya penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan dan penurunan kualitas
air laut saat operasional dan perawatan pelabuhan dengan penerapan teknologi mutakhir.
 Membuat aturan yang ketat pada pekerja, pengunjung/pengguna pelabuhan tentang penanganan
sampah padat maupun limbah cair dari di dalan kawasan pelabuhan.
 Pemrakarsa menyiapkan tenaga kesehatan, balai kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara
berkala bagi pekerja, pengunjung/pengguna pelabuhan di kawan pelabuhan dan masyarakat
disekitar lokasi pelabuhan
 Bentuk CSR untuk kesehatan yang diarahkan untuk pembangunan, dan sumbangan Dana Sehat
 Bekerjasama dinas kesehatan/Puskesmas setempat untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis
bagi pekerja dan masyarakat sekitarnya.
 Peningkatan keresahan  Meminimalisasi terjadinya penurunan kualitas udara, kebisingan dan kualitas air saat kegiatan  Wawancara dan survei langsung di lapangan untuk mengetahui sikap dan
masyarakat operasional pelabuhan. persepsi masyarakat serta keresahan masyarakat terhadap kegiatan rekruitmen
 Perubahan sikap dan  Meminimalisasi gangguan aksesibilitas masyarakat dengan reakayasa transportasi baik untuk darat tenaga kerja operasi, pengoperasian pelabuhan dan perawatan pelabuhan
persepsi masyarakat (jalan masuk pelabuhan) maupun di jalur pelayaran laut. Munse.
 Meminimalisasi gangguan mangrove, terumbu karang serta biota perairan lainnya dengan  Analisis data: secara deskriptif-evaluatif
mengendalikan dampak sedimentasi dan penurunan kualitas air laut.
 Mengendalikan ceceran limbah padat, limbah cair dan limbah B3 ke badan air (perairan laut Munse)
saat kegiatan operasional dan perawatan pelabuhan berlangsung
 Memelihara jalan dan memperbaiki ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat meningkatnya
lalulintas darat.
 Transparansi dalam rekruitmen tenaga kerja operasi dan mengutamakan tenaga kerja dari
Kelurahan Munse Kec. Wawonii Timur.
 Memberikan peluang masyarakat sekitar untuk bekerja sebagai tenaga kerja dengan memberikan
upah sesuai tupoksi pekerja dan berdasarkan pada standar Upah Minimum Propinsi (UMP)/Upah
Minimum Kabupaten (UMK), serta memberikan tunjangan hari raya (THR) setiap tahunnya.
 Memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam community development yang menjadi tanggung
jawab Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab.Konawe Kepulauan dalam
pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah pembangunan pelabuhan Munse (Corporate Sosial
Responsibility).
SEMUA TAHAPAN  Limbah B3  Membangun IPAL, air limbah dari lokasi pelabuhan diproses terlebih dahulu dalam IPAL sebelum  Observasi langsung di lapangan dengan mengidentifikasi limbah B3 yang
dibuang ke laut. dihasilkan, penyimpanan dalam TPS Limbah B3.
 Membuat TPS limbah B3 yang berizin.  Mengamati catatan log book dan Neraca LB3, berdasarkan Kepka Bapedal No. 1
 Membuat bangunan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Sesuai dengan ketentuan Teknis Tahun 1995 dan Permen LH No. 03 Tahun 2007.
pada Keputusan Kepala Bappedal 01 tahun 1995 dan dilengkapi dengan izin.  Analisis data dilakukan secara deskriptif evaliatif dengan membandingkan
 Pengemasan Limbah B3 yang dihasilkan dilakukan sesui dengan bentuk, karakteristik dan dilengkapi dengan ketentuan teknis yang mengatur pengelolaan Limbah B3 dari aspek
dengan simbol dan label Limbah B3. penghasil limbah B3.
 Pengemasan Limbah B3 disesuaikan dengan jenis dan karakteristik Limbah B3, bebas karat Limbah
B3 dan kemasan yang disimpan di TPS tidak meluber.
 Membuat logbook/catatan keluar masuknya Limbah B3 dari TPS berdasarkan Kepka Bapedal No. 1
Tahun 1995 dan Permen LH No. 03 Tahun 2007.
 Membuat kontrak kerjasama dengan pihak ketiga yang bertindak sebagai pengelola lanjutan.
 Memastikan Limbah B3 yang diserahkan kepada pihak ketiga yang melakukan pengelolaan lanjutan
sesuai dengan lingkup izin yang dimilikinya.

IV - 28

Anda mungkin juga menyukai