Anda di halaman 1dari 19

PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL

Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan


DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Prakiraan besaran dampak yang ditimbulkan kegiatan pembangunan Pelabuhan Laut


Munse di Kecamatan Wawonii Timur Kabupaten Konawe Kepulauan ini hanya dilakukan pada
dampak penting hipotetik saja. Besar kecilnya dampak, dilakukan prakiraan besaran dampak
melalui selisih status lingkungan pada saat sekarang (RLA) dan status lingkungan pada saat
akan datang dengan proyek. Selain besaran dampak, prakiraan juga dilakukan untuk
menentukan tingkat kepentingan dampak.

4.1. TAHAP PRA KONSTRUKSI


A. Pendapatan Masyarakat
Dari hasil observasi dan wawancara masyarakat, menunjukan bahwa tingkat
pendapatan masyarakat perbulan 53,33% responden (30 orang) berpenghasilan antara Rp.
1.000.000 s/d Rp. 2.000.000, 10,00% berpenghasilan Rp. 2.000.000 s/d Rp. 3.000.000,
6,67% berpenghasilan diatas Rp. 3.000.000 dan sisanya berpenghasilan dibawah Rp.
1.000.000,. Rata-rata penghasilan masyarakat sekitar Rp.1.500.000 per bulan atau
Rp.18.000.000 per tahun. Bila hal ini dikonversi kedalam kebutuhan hidup layak (KHL) yang
dinyatakan sebesar 1 ton setara beras/kapita/tahun (harga beras di Konawe Kepulauan Rp.
8000/kg), maka penghasilan masyarakat ini hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup secara
layak sebanyak 2 orang dalam satu rumah tangga per tahun.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Kepulauan dari tahun 2013-2014
mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 sebesar 7,60%, tahun 2014, sehingga
diperkirakan bahwa pada tahun-tahun yang akan datang, pertumbuhan ekonomi ini
meningkat dan akan berimplikasi kepada peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan
demikian tingkat pendapatan yang akan datang masyarakat tanpa adanya kegiatan
pembebasan lahan meningkat.
Kegiatan pembebasan lahan pada proyek pembangunan Pelabuhan Laut Munse akan
berdampak positif kepada peningkatan pendapatan masyarakat pemilik lahan, yaitu dengan
adanya relokasi masyarakat dan adanya nilai konpensasi lahan dan bangunan masyarakat
yang masuk dalam areal Pelabuhan Laut Munse sehingga dapat meningkatan pendapatan
pemilik lahan. Besaran nilai ganti layak lahan/tanaman ini ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama antara pemilik lahan dengan pemrakarsa. Dengan demikian tingkat
pendapatan masyarakat yang akan datang akibat adanya kegiatan pembebasan lahan menjadi
Baik.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 1
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

B. Keresahan Masyarakat
Kebersamaan masyarakat di Kelurahan Munse menjadi budaya dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Masyarakat sangat toleran dan saling menghargai satu sama lain
sehingga jarang terjadi konflik. Dengan demikian skala kualitas lingkungan awal dari aspek
keresahan masyarakat (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinyatakan Sangat Baik. Kondisi ini akan
tetap pada tahun-tahun yang akan datang, karena terjaganya proses asosiasi dan terjaganya
adat istiadat serta menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku di Kecamatan Wawonii
Timur.
Dari hasil observasi dan wawancara masyarakat, 20% responden menyatakan ketidak
setujuannya atas pembangunan Pelabuhan Laut Munse, hal ini dinilai rendah. Namun
demikian ketidak setujuan masyarakat ini dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Dengan
demikian kegiatan pembebasan lahan dapat menurunkan skala lingkungan keresahan
masyarakat. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

C. Sikap dan Persepsi Masyarakat


Dari hasil survey atau wawancara dengan masyarakat, terkait dengan rencana
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse, menunjukan bahwa dari 30 responden, 76,67%
responden mengetahui rencana Pembangunan Pelabuhan Laut Munse tersebut, dan 80%
responden menyatakan setuju dengan rencana Pembangunan Pelabuhan Laut Munse. Hal ini
dapat dipandang bahwa sikap dan persepsi masyarakat Kecamatan Wawonii Timur terkait
rencana pembangunan Pelabuhan Laut Munse bernilai positif. Kondisi ini akan tetap pada
tahun-tahun yang akan datang, karena terjaganya proses asosiasi dan terjaganya adat istidat
serta menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku di Kecamatan Wawonii Timur.
Kegiatan perizinan, sosialisai dan pembebasan lahan dapat merubah sikap dan
persepsi masyarakat. Tidak transparansinya proses perizinan, kurangnya sosialisasi dan proses
serta mekanisme pembebasan lahan yang tidak diharapkan masyarakat akan merubah sikap
dan persepsi masyarakat menjadi negatif. Olehnya maka maka dampak ini perlu dikelola pada
saat kegiatan ini berlangsung.

4.2. TAHAP KONSTRUKSI


A. Kualitas Udara
Dari hasil pengukuran kualitas udara di ST-01, ST-02 dan ST-03 menunjukan bahwa
konsentrasi SO2 (pemaparan 1 jam) berkisar antara 2,13–3,43 μg/Nm3,, konsentrasi CO
(pemaparan 1 jam) berkisar antara 1,26-2,08 μg/Nm3, konsentrasi NO2 (pemaparan 1 jam)
berkisar antara 2,34–4,63 μg/Nm3 dan konsentrasi partikulat debu (pemaparan 1 jam) berkisar
antara 25,4 – 48,2 μg/Nm3 yang menunjukkan bahwa secara rata-rata masih berada di bawah
baku mutu (PP No. 41/1999).
Dari hasil pengamatan lapangaOPn, menunjukan bahwa kualitas udara yang terukur
ini didominasi dari akibat aktivitas kendaraan bermotor. Pertumbuhan kendaraan di Kabupaten
Konawe Kepulauan sekitar 1,45% pertahun, maka diprediksi bahwa konsentrasi SO2, NO2, dan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 2
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

CO yang akan datang tetap meningkat. Sehingga kualitas lingkungan untuk parameter udara
yang akan datang turun.
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan
fasilitas penunjang dapat menurunkan kualitas udara. Pada kegiatan-kegiatan ini
menggunakan kendaraan truk dan alat berat seperti bulldozer dan escavator, serta peralatan
konstruksi lainnya. Kendaraan dan peralatan ini berpotensi meningkatkan SO2, NO2, dan CO
yang diemisikan dari mesin kendaraan dan alat berat tersebut. Prediksi peningkatan
konsentrasi SO2, NO2, dan CO akibat kendaraan truk, bulldozer dan escavator dengan
menggunakan model Gauss, disajikan pada Tabel IV-1.

Tabel IV-1
Konsentrasi Parameter Kualitas Udara Yang Diemisikan Alat Berat
Konsentrasi Polutan Pemaparan 1 jam (µg/Nm 3)
No Alat Berat Jarak 50 Meter Jarak 100 Meter Jarak 500 Meter
SO2 CO NO2 SO2 CO NO2 SO2 CO NO2
1 Truck (4 Unit) 2,013 6,570 3,082 0,908 2,963 1,390 0,143 0,466 0,219
2 Bulldozer (2 Unit) 1,345 4,389 2,059 0,607 1,980 0,929 0,095 0,312 0,146
3 Excavator (1 Unit) 1,302 4,248 1,993 0,587 1,916 0,899 0,092 0,302 0,141
Jumlah 4,660 15,207 7,134 2,102 6,859 3,218 0,331 1,079 0,506
Sumber : Olahan Data, 2016

Berdasarkan Tabel IV-1, menunjukan bahwa akibat aktivitas alat berat konsentrasi
SO2, NO2, dan CO mengalami peningkatan terutama pada jarak 50 meter dari sumber.
Berdasarkan hal ini maka dengan aktivitas kendaraan truk dan alat berat seperti bulldozer dan
escavator, serta peralatan konstruksi lainnya. Olehnya maka maka dampak ini perlu dikelola
pada saat kegiatan ini berlangsung.

B. Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan rona awal dilakukan di 2 (dua) lokasi, yaitu di Jalan
Utama dan di Lokasi Kegiatan. Tingkat kebisingan di Jalan Utama Munse sebesar 30 dB(A)
dan tingkat kebisingan di rencana lokasi kegiatan sebesar 44,9 dB(A). Hal ini masih dibawah
baku mutu untuk areal perdagangan dan jasa (Kepmen LH no. 48 Tahun 1996). Dengan
demikian berdasarkan kualitas lingkungan awal dari aspek kebisingan saat tanpa kegiatan
mobilisasi peralatan dan material konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan
fasilitas konstruksi, serta tanpa kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas
penunjang.
Dari hasil pengamatan lapangan, menunjukan bahwa tingkat kebisingan yang terukur
ini didominasi dari akibat aktivitas kendaraan bermotor. Pertumbuhan kendaraan di Kabupaten
Konawe Kepulauan sekitar 1,45 % pertahun, maka diprediksi bahwa tingkat kebisingan yang
akan datang akan meningkat.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 3
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Gangguan kebisingan masyarakat sekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Munse


Kecamatan Wawonii Timur Kab. Konawe Kepulauan dan gangguan kebisingan pekerja
konstruksi diperkirakan terjadi pada saat kegiatan mobilisasi peralatan dan material
konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang. Pada kegiatan-kegiatan tersebut,
kendaraan truk dan alat berat seperti bulldozer dan escavator, serta peralatan konstruksi
lainnya berpotensi meningkatkan kebisingan dari bunyi mesin-mesin. Prediksi tingkat
kebisingan untuk kendaraan truck dan bulldozer serta escavator disajikan pada Tabel IV-2.

Tabel IV-2
Prediksi Tingkat Kebisingan Aktivitas Alat Berat dan Kendaraan Angkut
Alat Berat dan Tingkat Tingkat Bising (dBA) pada jarak X dari sumber
No
Kendaraan Bising *) X = 10 m X = 25 m X = 50 m X = 100 m
1 Bulldozer (1 unit) 79.00 69.00 65.02 62.01 59.00
2 Escavator (1 unit) 73.00 66.98 63.00 59.99 56.98
3 Truck (1 unit) 76.00 69.98 66.00 62.99 59.98
Sumber : Hasil Olahan, 2016
Keterangan *) Kendaraan produk Caterpillar

Berdasarkan Tabel IV-2, menunjukan bahwa akibat aktivitas alat berat tingkat bising
mengalami peningkatan terutama pada jarak 10 meter dari sumber. Berdasarkan hal ini maka
dengan aktivitas kendaraan truk dan alat berat seperti bulldozer dan escavator, serta
peralatan konstruksi lainnya. Olehnya maka maka dampak ini perlu dikelola pada saat
kegiatan ini berlangsung.

C. Sedimentasi
Dampak peningkatan sedimentasi ini merupakan dampak turunan dari peningkatan
aliran permukaan dan peningkatan limbah padat dan cair. Salah satu indikator terjadinya
proses sedimentasi adalah tingkat peningkatan padatan tersuspensi (TSS). Dari hasil
pengukuran di perairan laut sekitar lokasi kegiatan pembangunan Pelabuhan Munse
Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa pada titik ukur diperoleh bahwa 42,8-45-6 mg/L.
Hal ini telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan (Kepmen LH No.51 Tahun 2001). Hal
ini juga terbukti dari hasil pemetaan batimetri bahwa di sekitar lokasi kegiatan telah terjadi
nilai positif kontur batimetri disekitar rencana Pelabuhan Munse. Berdasarkan hal ini kualitas
lingkungan awal dari aspek sedimentasi saat tanpa kegiatan penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi serta tanpa kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan
fasilitas penunjang pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan Wawonii Timur Kab. Konawe
Kepulauan (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinilai kategori jelek, dan kondisi yang akan datang
tanpa kegiatan tersebut adalah tetap kategori jelek.
Peningkatan sedimentasi pada kegiatan pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan
Wawonii Timur Kab. Konawe Kepulauan diprediksi diakibatkan dari kegiatan penyiapan lahan,
pembangunan fasilitas konstruksi serta dari kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan, fasilitas
penunjang pembangunan Pelabuhan Munse dan sedimen yang berasal dari aliran sungai

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 4
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

disamping pelabuhan munse di Kecamatan Wawonii Timur Kab. Konawe Kepulauan.


Peningkatan sedimentasi pada tahap konstruksi ini terjadi karena aliran permukaan saat
kegiatan penyiapaan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi dan saat kegiatan pekerjaan
struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang berlangsung. Peningkatan limbah padat dan
limbah cair yang tercecer ke perairan laut akan ikut menambah peningkatan sedimentasi.
Olehnya maka maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

D. Kualitas Air Laut


Dari hasil pengukuran laboratorium air laut yang diambil di perairan laut sekitar lokasi
kegiatan pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa hasil
analisis sampel air diperoleh bahwa hanya parameter TSS yang melampaui baku mutu
(Kepmen LH No.51 Tahun 2001). Begitu halnya dari hasil analisis indeks pencemaran (IP),
menunjukan bahwa kualitas air laut memiliki IP = 1.89-1.99 (cemar ringan berdasarkan
Kepmen LH No.51 Tahun 2001), pada parameter TSS. Berdasarkan kualitas lingkungan awal
dari aspek penurunan kualitas air saat tanpa kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan
fasilitas konstruksi serta tanpa kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang
Pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan Wawonii Timur Kab. Konawe Kepulauan (Rona
Lingkungan Awal, RLA), dan kondisi air laut di sekitar Munse yang akan datang tanpa
kegiatan-kegiatan tersebut dapat turun, karena beberapa aktivitas yang dapat menurunkan
kualitas air laut.
Penurunan kualitas air laut sekitar lokasi pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan
Wawonii Timur Kab. Konawe Kepulauan dapat terjadi akibat masuknya sedimen yang terbawa
oleh aliran permukaan terutama pada saat hujan. Penurunan kualitas air akan terjadi berupa
peningkatan zat padat terlarut, kekeruhan, serta unsur-unsur kimia dalam air, serta
penurunan DO dan peningkatan BOD. Peningkatan laju aliran permukaan dengan intensitas
yang relatif tinggi akan menyebabkan peningkatan zat padat terlarut (TDS) dan kandungan
logam terlarut. Penurunan kualitas air laut ini terjadi terutama pada kegiatan penyiapan lahan
dan pembangunan fasilitas konstruksi dan pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas
penunjang pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan Wawonii Timur Kab. Konawe
Kepulauan. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

E. Limbah Padat dan Cair


Salah satu indikator mikro untuk mengukur peningkatan limbah padat dan cair di
perairan laut adalah kekeruhan, kebauan, sampah dalam air, dan kandungan minyak. Dari
hasil pengukuran di perairan laut sekitar lokasi kegiatan pembangunan Pelabuhan Munse
Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa pada titik ukur kecerahan 6 m, kekeruhan air laut
0,08-1,17 NTU, kebauan alami, sampah nihil dan lapisan minyak 0 mg/L. Parameter-
paramater ini dibawah baku mutu (Kepmen LH No.51 Tahun 2001). Dengan demikian
berdasarkan kualitas lingkungan awal dari aspek peningkatan limbah padat dan cair dengan
indikator kekeruhan, kebauan, sampah dalam air, dan kandungan minyak saat tanpa kegiatan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 5
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang (Rona Lingkungan Awal, RLA). Kondisi
kekeruhan, kebauan, sampah dalam air, dan kandungan minyak di perairan laut Munse
sebagai indikator limbah padat dan cair yang akan datang tanpa kegiatan pekerjaan struktur
pelabuhan dan fasilitas penunjang tersebut dapat turun, karena beberapa aktivitas yang
dapat meningkatkan limbah cair di laut.
Pekerjaan konstruksi pelabuhan khususnya kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan
fasilitas penunjang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan limbah padat dan limbah cair
di sisi darat dan diperairan laut. Limbah padat dapat berasal dari ceceran material konstruksi,
bahan bantu konstruksi misalnya potongan papan, balok dan sebagainya. Sedangkan limbah
cair dapat berasal dari ceceran oli mesin-mesin konstruksi terutama saat pemasangan tiang
pancang di perairan laut. Aktivitas ini dapat meningkatkan kekeruhan, kebauan, sampah
dalam air, dan kandungan minyak di perairan laut. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola
pada saat kegiatan ini berlangsung.

F. Aksesibilitas dan Lalu Lintas Darat


Dalam tahap konstruksi akan terjadi mobilisasi peralatan konstruksi yang
pergerakannya relatif sedikit karena dilakukan sebelum kegiatan konstruksi dimulai dan
waktunya lebih pendek. Namun dari segi beban fisik jalan diperkirakan akan berpengaruh
karena peralatan diangkut menggunakan truck kapasitas besar. Sedangkan mobilisasi material
konstruksi dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemajuan pekerjaan konstruksi
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse. Meskipun dalam proses pengangkutannya
menggunakan moda pengangkutan yang sesuai dengan daya dukung jalan, akan tetapi
rutinitas pengangkutan yang cukup tinggi akan berdampak besar terhadap kerusakan jalan
Utama Munse yang secara langsung akan digunakan sebagai akses pencapaian ke lokasi
proyek.
Hasil observasi volume kendaraan yang dilakukan di Jalan Utama menunjukan bahwa
volume total kendaraan bermotor yang melintas di Jalan Utama Munse dari jam 07.00 sampai
jam 18.00 sebanyak 136 unit kendaraan. Rata-rata kecepatan kendaraan yang melintas di
Jalan Utama Munse sebesar 25,2 km/jam. Berdasarkan hal ini, kualitas lingkungan awal dari
aspek aksesibilitas dan gangguan lalulintas darat tanpa kegiatan pengoperasian Pelabuhan
Laut Munse (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinilai Baik.
Hasil analisis regresi linier terhadap jumlah kendaraan yang terdaftar di Kabupaten
Konawe Kepulauan dari Tahun 2010 sampai 2014 (BPS Kabupaten Konawe Kepulauan, 2013)
menunjukan bahwa pertumbuhan lalulintas darat meningkat. Peningkatan volume kendaraan
pada tahun 2017-2018 saat mobilisasi peralatan dan material konstruksi berlangsung,
mengalami peningkatan sehingga kondisi aksesibilitas dan gangguan lalulintas darat tanpa
kegiatan pengoperasian Pelabuhan Laut Munse yang akan datang turun.
Untuk mengetahui besar bangkitan yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi
peralatan dan material konstruksi, digunakan asumsi bahwa moda transportasi yang
digunakan adalah jenis truck berkapasitas maximal 8 ton dengan waktu jam kerja per hari

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 6
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

adalah 10 jam yaitu dari jam 07.00 sampai 17.00. Misalkan diasumsikan jumlah truck
pengangkut peralatan dan material konstruksi perjam sebanyak 10 unit maka akan terjadi
peningkatan volume kendaraan truck (Heavy Vehicle) sebanyak 1 unit perjam yang melintasi
jalan Utama Munse. Peningkatan volume kendaraan ini akan meningkatkan gangguan
aksesibilitas dan lalulintas darat terutama jalan Simpang Tiga Lapangan Kel. Munse. Olehnya
maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

G. Aksesibilitas Dan Lalu Lintas Laut


Aktivitas peralatan konstruksi saat pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas
penunjang terutama di sisi laut berpotensi mengganggu aksesibilitas dan lalulintas laut. Dari
hasil observasi lapangan menunjukan bahwa disekitar lokasi kegiatan ada beberapa aktivitas
lain seperti aktivitas pelayaran domestik masyarakat. Berdasarkan hal ini, kualitas lingkungan
awal dari aspek gangguan aksesibilitas dan lalu lintas laut tanpa kegiatan pekerjaan struktur
pelabuhan dan fasilitas penunjang (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinilai Baik, dan kondisi
gangguan aksesibilitas dan lalu lintas laut yang akan datang tanpa kegiatan tersebut adalah
tetap dinilai Baik.
Area kerja aktivitas konstruksi disisi laut pada pekerjaan struktur pelabuhan kecil,
maka gangguan aksesibilitas dan lalu lintas laut yang akan datang akibat adanya kegiatan
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang tetap dinilai, sehingga dampak terjadi
adalah tidak ada dampak terjadi.

H. Ekosistem Terumbu Karang


Berdasarkan hasil survey terumbu karang disekitar perairan rencana pembangunan
Pelabuhan Laut Munse, ditemukan beberapa kategori terumbu karang dengan persentase
tutupan yang berbeda-beda. Persentase tutupan karang pada setiap stasiun tergolong baik
dengan persentase penutupan mencapai 51-63% (Selengkapnya telah disajikan pada Tabel
III-8). Berdasarkan skala kualitas lingkungan untuk terumbu karang, (Tabel III-8)
prosentase luas tutupan terumbu karang hidup mencapai 51 – 63 % (Rona Lingkungan Awal,
RLA) termasuk dalam kategori Baik.MPenilaian ini didasari atas banyaknya aktivitas di perairan
Laut Munse yang berpotensi menurunkan kualitas air laut yang akan berdampak pada
gangguan terumbu karang.
Adanya dampak dari kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi
serta pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang akan menyebabkan tingginya
sedimentasi dan turunnya kualitas air laut perairan Munse sehingga akan memberikan dampak
yang signifikan terhadap gangguan kondisi terumbu karang. Adanya sedimen yang masuk
dalam badan perairan laut menyebabkan kekeruhan perairan laut meningkat sehingga
mengurangi penetrasi cahaya yang sampai ke dasar perairan dan kemungkinan tertutupnya
sebagian permukaan terumbu karang oleh sedimen. Hal ini akan menghambat proses
fotosinteis pada terumbu karang baik oleh akibat terbatasnya cahaya yang sampai pada dasar
perairan maupun tertutupnya permukaan karang oleh sedimen sehingga akan berdampak

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 7
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

lanjut terhadap kematian karang (kematian pada komponen mikroalga/Zooxahtella). Olehnya


maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

I. Biota Perairan Laut


Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem rantai makanan ( food
chain) dan jaring makanan (food web) di ekosistem perairan. Keadaan plankton sangat
mempengaruhi kehidupan biota perairan lainnya karena memegang peranan penting sebagai
bahan makanan bagi berbagai organisme perairan lainnya. Bentos merupakan organisme yang
hidup pada dasar perairan/substrat dan dapat dijadikan salah satu paramter biologi sebagai
indikator untuk mengetahui kondisi kualitas suatu perairan.
Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragaman plankton pada perairan laut
menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman Shanon plankton berkisar 1,271-1,654 (sedang)
sedangkan indeks keanekaragaman bentos berkisar 1,854-2,174 (sedang). Hal ini sesuai
dengan indeks Shannon Stirn (1981) yang menjelaskan hubungan antara indeks Shannon (H’)
dengan stabiltas komunitas plankton dalam tigas kisaran, yaitu; Bila H’ < 1, maka komunitas
biota dinyatakan tidak stabil, bila H’ berkisar 1-3 maka komunitas biota adalah Sedang
(sedang) dan bilai H’ > 3, maka berarti stabilitas komunitas dalam kondisi prima (stabil).
Penilaian ini didasari atas banyaknya aktivitas di perairan Laut Munse yang berpotensi
menurunkan kualitas air laut yang akan berdampak pada gangguan biota perairan. Aktivitas
tersebut adalah aktivitas pelayaran dan nelayan lainnya.
Menurunnya kualitas air laut dan meningkatnya sedimentasi di perairan laut Munse
akibat kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta pekerjaan
struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang ini akan mempengaruhi kehidupan biota perairan
termasuk plankton dan bentos. Adanya kekeruhan perairan akan menghambat proses
fotosinteis pada plankton akibat terbatasnya cahaya yang masuk dalam badan perairan laut.
Demikian pula halnya adanya sedimentasi akan menyebabkan tertutupnya permukkan
substrat oleh lumpur sehingga menyebabkan gangguan pada bentos yang hidup pada dasar
substrat. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

J. Migrasi Penduduk
Kebutuhan tenaga kerja terutama tenaga ahli konstruksi seperti site manager, project
manager, architecture, civil, mechanical dan electrical akan didatangkan dari luar Kecamatan
Wawonii Timur. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya migrasi penduduk sehingga
mengakibatkan kepadatan penduduk di Kecamatan Wawonii Timur.
Berdasarkan data kependudukan (Kecamatan Wawonii Timur dalam Angka, 2015),
menunjukan bahwa penduduk Kecamatan Wawonii Timur tahun 2014, sebanyak 3.032 jiwa
dengan kepadatan sebesar 25,3 jiwa/km 2. Kelurahan Munse yang merupakan lokasi rencana
pembangunan Pelabuhan Laut Munse merupakan Desa/kelurahan yang terpadat di wilayah
Kecamatan Wawonii Timur.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 8
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Kondisi kependudukan Kecamatan Wawonii Timur khususnya Kelurahan Munse yang


datang dengan adanya kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi untuk pembangunan
Pelabuhan Laut Munse dinilai tetap. Hal ini disebabkan karena penerimaan tenaga kerja
diutamakan tenaga kerja lokal (Kelurahan Munse) dan jumlah tenaga kerja ahli yang
didatangkan dari luar Kecamatan Wawonii Timur hanya sebanyak 5 orang. Dengan demikian
dampak yang terjadi adalah tidak ada dampak terjadi.

K. Kesempatan Kerja
Kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang akan berdampak pada penyerapan
tenaga kerja lokal sehingga akan terbuka kesempatan kerja baru masyarakat disekitar lokasi
studi. Kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang diperlukan sekitar 70 orang tenaga
kerja.
Sementara itu pada saat konstruksi pembangunan Pelabuhan Laut Munse berlangsung
(kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang) yang direncanakan pada tahun 2017
sampai tahun 2018. Dengan penambahan ini maka pada Tahun 2018-2019, terjadi
peningkatan Tingkat Kesempatan Kerja. Berdasarkan hal ini kesempatan kerja dinilai Baik .
Dengan demikian dampak yang terjadi adalah Positif.

L. Kesempatan Berusaha
Adanya tenaga kerja konstruksi pada kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi
akan menimbulkan dampak lanjutan berupa terbukanya kesempatan berusaha bagi penduduk
lokal untuk menyediakan berbagai kebutuhan para buruh bangunan selama konstruksi
pembangunan Pelabuhan Laut Munse, terutama untuk pemondokan, kios dan warung kopi
serta warung makan. Dari hasil observasi lapangan menunjukan bahwa di di sekitar wilayah
pembangunan pelabuhan laut di Kelurahan hanya terlihat sedikit unit kios disekitar lokasi.
Tenaga kerja yang diperlukan pada tahap konstruksi pembangunan Pelabuhan Laut
Munse sekitar 70 orang. Perkiraan jumlah usaha baru yang akan muncul diprakirakan dengan
asumsi perhitungan 1 warung/kios mampu melayani penduduk sebanyak 10 orang, maka
adanya penambahan tenaga kerja sebanyak 70 tenaga kerja akan berdampak pada
penambahanwarung/kios minimal 7 usaha baru di sekitar areal pembangunan Pelabuhan Laut
Munse. Dengan demikian kondisi kesempatan berusaha masyarakat yang akan datang akibat
adanya kegiatan penerimaan tenaga kerja akanmenjadi Baik. Dengan demikian dampak yang
terjadi adalah Positif Kecil.

M. Pendapatan Masyarakat
Dampak lanjut yang dapat timbul dari kesempatan kerja pada rangkaian kegiatan
tahap konstruksi dan adanya kesempatan berusaha ini berdampak positif terhadap

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 9
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

peningkatan pendapatan masyarakat. Dari hasil observasi, menunjukan bahwa rata-rata


penghasilan masyarakat sekitar Rp.1.500.000 per bulan atau Rp.18.000.000 per tahun. Bila
hal ini dikonversi kedalam kebutuhan hidup layak (KHL) yang dinyatakan sebesar 1 ton setara
beras/kapita/tahun (harga beras di Konawe Kepulauan Rp. 8000/kg), maka penghasilan
masyarakat ini hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak sebanyak 2 orang dalam
satu rumah tangga per tahun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Kepulauan dari
tahun 2011-2014 mengalami peningkatan, sehingga diperkirakan bahwa pada tahun-tahun
yang akan datang, pertumbuhan ekonomi ini meningkat dan akan berimplikasi kepada
peningkatan pendapatan masyarakat.
Kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan fasilitas
konstruksi, serta kegiatan pekerjaan struktur dan fasilitas penunjang Pelabuhan Laut Munse
akan berdampak pada kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Jumlah tenaga kerja
konstruksi yang terserap sebanyak 70 orang dan jumlah masyarakat yang dapat membuka
usaha terkait kebutuhan hidup tenaga kerja diperkirakan sebanyak 7 orang, maka ada 77
orang yang dapat meningkat pendapatannya selama tahap konstruksi Pelabuhan Laut Munse.
Dengan demikian kondisi pendapatan masyarakat yang akan datang akibat adanya kegiatan
rekruitmen tenaga kerja konstruksi, penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi
serta adanya pekerjaan struktur dan fasilitas penunjang Pelabuhan Laut Munse naik, dan
dinilai Sangat Baik. Dengan demikian dampak yang terjadi adalah Positif.

N. Keresahan Masyarakat
Kebersamaan masyarakat di Kelurahan Munse menjadi budaya dengan masyarakat
lainnya. Masyarakat sangat toleran dan saling menghargai satu sama lain dan budaya gotong
royong terbina dengan baik. Kondisi ini akan tetap Sangat Baik pada tahun-tahun yang akan
datang, karena terjaganya proses asosiasi dan terjaganya adat istidat serta menjunjung tinggi
nilai dan norma yang berlaku di Kecamatan Wawonii Timur.
Mekanisme rekruitmen tenaga kerja konstruksi yang tidak transparan dapat
menimbulkan keresahan masyarakat, begitu halnya pengelolaan dampak yang tidak tepat
pada kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta pengelolaan
dampak yang tidak tepat pada kegiatan pekerjaan struktur dan fasilitas penunjang juga dapat
menimbulkan keresahan masyarakat. Hasil survey menunjukan bahwa ada 20% responden
dari 30 orang responden menyatakan kurang setuju dan tidak setuju atas pembangunan
Pelabuhan Laut Munse. Hal ini dapat menjadi pemicu timbulnya keresahan masyarakat.
Dengan demikian, rekruitmen tenaga kerja konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi serta kegiatan pekerjaan struktur dan fasilitas penunjang
Pelabuhan Laut Munse diprediksi menurunkan skala lingkungan keresahan masyarakat
menjadi Baik (skala 4). Dengan demikian dampak yang terjadi, olehnya maka dampak ini
perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 10
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

O. Sikap dan Persepsi Masyarakat


Hasil survey atau wawancara masyarakat, menunjukan bahwa 80% responden dari 30
orang responden menyatakan setuju dengan rencana pembangunan Pelabuhan Laut Munse.
Hal ini dapat dipandang bahwa sikap dan persepsi masyarakat Kecamatan Wawonii Timur
terkait rencana pembangunan Pelabuhan Laut Munse bernilai positif. Kondisi ini akan tetap
Sangat Baik pada tahun-tahun yang akan datang, karena terjaganya proses asosiasi dan
terjaganya adat istidat serta menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku di Kecamatan
Wawonii Timur.
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat diperkirakan terjadi akibat rekruitmen
tenaga kerja konstruksi, mobilisasi peralatan dan material konstruksi, penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi serta pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang
Pelabuhan Laut Munse. Perubahan sikap dan persepsi masyarakat ini dipicu oleh adanya
keresahan masyarakat akibat banyaknya komponen lingkungan yang menurun kualitasnya.
Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

P. Sanitasi Lingkungan
Hasil survey untuk kesehatan lingkungan masyarakat, menunjukan bahwa sumber-
sumber air bersih yang digunakan masyarakat, 89,70% responden menggunakan mata air
sebagai sumber air bersih, dan 10,30% responden menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. untuk tahun 2014 sebanyak 34,81 persen rumah tangga menggunakan jamban
sendiri, 1,81 persen menggunakan jamban bersama dan 63,38 persen menggunakan bukan
jamban. Untuk pembuangan sampah, hasil survey menunjukkan bahwa 75% dari 30
responden memiliki tempat pembuangan sampah dan memenuhi persyaratan. Dengan
demikian kualitas lingkungan awal dari aspek sanitasi lingkungan (Rona Lingkungan Awal,
RLA) dinilai Baik, dan kondisi sanitasi lingkungan yang akan datang tanpa adanya proyek
pembangunan Pelabuhan Laut Munse diperkirakan tetap yaitu dinilai Baik.
Penurunan sanitasi lingkungan diperkirakan terjadi akibat kegiatan penyiapan lahan
dan pembangunan fasilitas konstruksi serta akibat kegiaatan pekerjaan struktur pelabuhan
dan fasilitas penunjang lainnya. Meningkatkan kadar debu, dan tumpukan limbah sisa-sisa
konstruksi (limbah padat) dan ceceran limbah cair diprakirakan akan berpotensi menurunkan
sanitasi lingkungan. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini
berlangsung.

Q. Potensi Terjadinya Penyakit


Hasil survey atau wawancara dengan masyarakat, terkait dengan jenis penyakit yang
pernah diderita masyarakat, menunjukan bahwa : 44% responden pernah menderita penyakit
demam, influenza, flu dan batuk, 41% responden pernah menderita gangguan
pernapasanserta 4% responden pernah menderita DBD. Sementara itu untuk pola hidup
bersih dan sehat masyarakat menunjukan bahwa dari 30 responden, 100% responen mandi

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 11
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

dua kali sehari, 86,48% responen makan teratur (2 kali sehari), 89,04% tidur dengan rata-
rata 7-8 jam sehari, 78,93% konsumsi serat setiap hari.
Potensi terjadinya penyakit, diperkirakan terjadi akibat kegiatan mobilisasi peralatan
dan material konstruksi, penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang Pelabuhan Laut Munse. Gas-gas buang
kendaraan yang diemisikan dari asap kendaraan, alat berat dan mesin konstruksi serta
meningkatnya kadar debu ini diprakirakan akan berpotensi terjadinya penyakit yang diderita
pekerja dan warga masyarakat di sekitarnya misalnya iritasi mata dan gangguan Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Selain itu meningkatnya kebisingan dari mesin-mesin
kendaraan dan alat berat serta mesin konstruksi akan menyebabkan gangguan pendengaran
masyarakat sekitar. Berdasarkan hal ini, maka potensi terjadinya penyakit yang akan datang
akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi, penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi serta pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang
Pelabuhan Laut Munse berdampak Negatif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat
kegiatan ini berlangsung.

4.3. TAHAP OPERASI


A. Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara pada tahap operasi ini terjadi pada kegiatan pengoperasian
pelabuhan. Pengoperasian pelabuhan akan meningkatkan jumlah kendaraan yang keluar-
masuk dalam kawasan pelabuhan. Peningkatan volume kendaraan ini juga akan meningkatkan
volume gas buang kendaraan yang diemisikan dari mesin kendaraan bermotor.
Dari hasil pengukuran kualitas udara di di ST-01, ST-02 dan ST-03 menunjukan bahwa
konsentrasi CO (pemaparan 1 jam) berkisar antara 1,26 – 2,08 μg/Nm3, dan konsentrasi NO2
(pemaparan 1 jam) berkisar antara 2,34 – 4,63 μg/Nm3yang menunjukkan bahwa secara rata-
rata masih berada di bawah baku mutu (PP No. 41/1999). Sementara itu hasil prediksi tingkat
konsentrasi polutan yang ditimbulkan kendaraan bermotor dari tahun 2017 hingga tahun 2022
(tanpa adanya kegiatan pengoperasian pelabuhan) di jalan Utama Munse, pada tahun 2015
hingga 2023 diprediksi peningkatan konsentrasi CO antara 124,97 hingga 140,23 μg/m3, dan
peningkatan konsentrasi NO2 antara 6,77 hingga 7,59 μg/m3.
Kegiatan operasional pelabuhan dapat menurunkan kualitas udara. Pada kegiatan ini
diprediksi setiap harinya 2 kali kapal penumpang (jet voil) angkut-muat penumpang dan 2 kali
kapal barang angkut muat barang. Dari aktivitas ini diasumsikan ada 4 unit mobil penumpang,
1 unit truck peti kemas dan 1 unit truck air/bbm keluar masuk pelabuhan. Aktivitas kendaraan
ini berpotensi meningkatkan SO2, NO2, dan CO yang diemisikan dari mesin kendaraan
tersebut. Akibat aktivitas kendaraan yang keluar-masuk pelabuhan, konsentrasi SO2, NO2, dan
CO mengalami peningkatan terutama pada jarak 50 meter dari sumber. Disamping itu
penurunan kulaitas udara juga disebabkan gas buang dari kapal-kapal yang berlabuh. Olehnya
maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 12
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

B. Kebisingan
Tingkat kebisingan rona awal di 2 (dua) lokasi, yaitu di Jalan Utama sebesar 30 dB(A)
dan tingkat bising di Lokasi pelabuhan sebesar 44,9 dB(A). Hal ini masih dibawah baku mutu
untuk areal perdagangan dan jasa (Kepmen LH no. 48 Tahun 1996).
Gangguan kebisingan pada tahap operasi diperkirakan terjadi akibat kegiatan
pengoperasian pelabuhan. Pengoperasian pelabuhan akan meningkatkan jumlah kendaraan
terutama kendaraan yang keluar-masuk kawasan pelabuhan. Peningkatan volume kendaraan
ini juga akan meningkatkan kebisingan. Akibat aktivitas kendaraan tingkat bising mengalami
peningkatan terutama pada jarak 10 meter dari sumber. Berdasarkan hal ini maka dengan
aktivitas kendaraan kualitas lingkungan parameter kebisingan berdampak negatif.

C. Sedimentasi
Salah satu indikator sedimentasi adalah tingkat peningkatan padatan tersuspensi
(TSS). Dari hasil pengukuran di perairan laut sekitar lokasi kegiatan pembangunan Pelabuhan
Munse Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa 42,8-45-6 mg/L. Hal ini telah melampaui
baku mutu yang dipersyaratkan (Kepmen LH No.51 Tahun 2001).
Peningkatan limbah padat dan limbah cair yang tercecer di perairan laut Munse akan
mengakibatkan peningkatan sedimentasi. Ceceran limbah padat dan limbah cair ini bersumber
dari pengguna pelabuhan/penumpang, baik dari kapal penumpang (jet voil) maupun dari
kapal barang (peti kemas). Dengan demikian kondisi sedimentasi yang akan datang dengan
adanya kegiatan pengoperasian pelabuhan menjadi Sangat Jelek akibat dari peningkatan
limbah padat dan limbah cair dari pengunjung dan pengguna pelabuhan. Olehnya maka
dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

D. Kualitas Air Laut


Penurunan kualitas air laut (perairan Munse) diprediksi terjadi akibat kegiatan
pengoperasian pelabuhan. Peningkatan limbah padat dan limbah cair dari pengguna/
pengunjung pelabuhan/ penumpang yang masuk ke badan air akan menurunkan kualitas air
laut.
Dari hasil analisis laboratorium air laut sekitar lokasi kegiatan pembangunan
Pelabuhan Munse Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa hasil analisis sampel air
diperoleh bahwa hanya parameter TSS yang melampaui baku mutu (Kepmen LH No.51 Tahun
2001). Begitu halnya dari hasil analisis indeks pencemaran (IP), menunjukan bahwa kualitas
air laut memiliki IP = 1.89-1.99 (cemar ringan berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun 2001),
pada parameter TSS.
Sementara itu kondisi kualitas air laut perairan Munse yang akan datang akibat adanya
kegiatan pengoperasian pelabuhan menjadi Jelek akibat meningkatnya suspensi partikel dan
kandungan logam terlarut dalam air akibat peningkatan limbah padat dan cair dari
pengguna/pengunjung pelabuhan/penumpang, sehingga berdampak Negatif. Olehnya maka
dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 13
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

E. Limbah Padat dan Cair


Hasil pengukuran parameter fisik air laut sekitar lokasi kegiatan pembangunan
Pelabuhan Munse Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa kecerahan 6 m, kekeruhan air
laut 0,08-1,17 NTU, kebauan alami, sampah nihil dan lapisan minyak 0 mg/L. Nilai parameter-
paramater ini masih dibawah baku mutu (Kepmen LH No.51 Tahun 2001). Kondisi kekeruhan,
kebauan, sampah dalam air, dan kandungan minyak di perairan laut Munse sebagai indikator
limbah padat dan cair yang akan datang tanpa kegiatan pengoperasian pelabuhan tersebut
dapat menurun, karena beberapa aktivitas yang dapat meningkatkan limbah cair di laut.
Pengoperasian pelabuhan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan limbah padat
dan limbah cair di sisi darat dan diperairan laut. Limbah padat dapat berasal dari ceceran
material pengunjung/pengguna pelabuhan/penumpang seperti sampah domestik. Sedangkan
limbah cair dapat berasal dari ceceran oli mesin-mesin kapal yang berlabuh di Pelabuhan
Munse. Aktivitas ini dapat meningkatkan kekeruhan, kebauan, sampah dalam air, dan
kandungan minyak di perairan laut. Dengan demikian dapat diprediksi akan terjadi
peningkatan limbah padat dan cair dengan indikator kekeruhan, kebauan, sampah dalam air,
dan kandungan minyak dalam air laut akibat adanya kegiatan pengoperasian pelabuhan yang
berdampak negatif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

F. Aksesibilitas dan Lalu Lintas Darat


Pengoperasian Pelabuhan Laut Munse berpotensi meningkatkan gangguan
aksesibilitas dan lalulintas darat. Gangguan ini diperkirakan terjadi pada jalur masuk kawasan
Pelabuhan Laut Munse dan jalan utama, yang disebabkan oleh peningkatan volume kendaraan
mobil penumpang, truk kontainer, truk BBM dan truk air, serta motor ojek yang keluar masuk
dari kawasan pelabuhan.
Hasil observasi volume kendaraan yang dilakukan di Jalan Utama menunjukan bahwa
volume total kendaraan bermotor yang melintas di Jalan Utama Munse dari jam 07.00 sampai
jam 18.00 sebanyak 136 unit kendaraan. Rata-rata kecepatan kendaraan yang melintas di
Jalan Utama Munse sebesar 25,2 km/jam.
Pengoperasian Pelabuhan Laut Munse akan terjadi peningkatan kendaraan, sehingga kondisi
gangguan aksesibilitas lalulintas darat yang akan datang akibat adanya kegiatan
pengoperasian Pelabuhan Laut Munse menjadi Jelek, sehingga berdampak Negatif.

G. Aksesibilitas Dan Lalu Lintas Laut


Pengoperasian dan perwatan Pelabuhan Laut Munse, diperkirakan akan meningkatkan
volume kapal yang memasuki perairan laut Munse. Pada pengoperasian pelabuhan, diprediksi
setiap harinya ada 2 kali kapal penumpang (jet voil) angkut-muat penumpang dan 2 kali kapal
barang angkut muat barang. Sedangkan pada perawatan pelabuhan, adanya kapal keruk yang
mengeruk di jalur pelayaran atau kolam dermaga. Hal ini akan menambah volume lalu lintas
laut dari volume lalulintas laut dari aktivitas pelayaran masyarakat lainnya. Gangguan
aksesibilitas dan lalu lintas laut yang akan datang akibat adanya kegiatan pengoperasian dan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 14
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

perawatan pelabuhan berdampak negatif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat
kegiatan ini berlangsung.

H. Ekosistem Terumbu Karang


Persentase tutupan karang pada setiap stasiun tergolong baik dengan persentase
penutupan mencapai 51 - 63%. Berdasarkan skala kualitas lingkungan untuk terumbu karang
menunjukan bahwa prosentase luas tutupan terumbu karang hidup mencapai 51 – 63 %
(Rona Lingkungan Awal, RLA) termasuk dalam kategori. Penilaian ini didasari atas banyaknya
aktivitas di perairan Laut Munse yang berpotensi menurunkan kualitas air laut yang akan
berdampak pada gangguan terumbu karang.
Adanya dampak dari kegiatan pengoperasian dan perawatan Pelabuhan Laut Munse
akan menyebabkan turunnya kualitas air laut perairan Munse dan meningkatnya limbah padat
dan limbah cair sehingga akan memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan
kondisi terumbu karang. Adanya sedimen yang masuk dalam badan perairan laut
menyebabkan kekeruhan perairan laut meningkat sehingga mengurangi penetrasi cahaya
yang sampai ke dasar perairan dan kemungkinan tertutupnya sebagian permukaan terumbu
karang oleh sedimen. Hal ini akan menghambat proses fotosintesis pada terumbu karang baik
oleh akibat terbatasnya cahaya yang sampai pada dasar perairan maupun tertutupnya
permukaan karang oleh sedimen sehingga akan berdampak lanjut terhadap kematian karang
(kematian pada komponen mikroalga/Zooxahtella). Dengan demikian akan menyebabkan
penurunan persentase karang hidup dan berdampak negatif. Olehnya maka dampak ini perlu
dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

I. Biota Perairan Laut


Hasil pengamatan keanekaragaman plankton pada perairan laut menunjukkan bahwa
indeks keanekaragaman Shanon plankton berkisar 1,271-1,654 (sedang) sedangkan indeks
keanekaragaman bentos berkisar 1,854-2,174 (sedang). Hal ini sesuai dengan indeks Shannon
Stirn (1981) yang menjelaskan hubungan antara indeks Shannon (H’) dengan stabiltas
komunitas plankton dalam tigas kisaran, yaitu; Bila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan
tidak stabil, bila H’ berkisar 1-3 maka komunitas biota adalah Sedang (sedang) dan bilai H’ >
3, maka berarti stabilitas komunitas dalam kondisi prima (stabil). Berdasarkan skala kualitas
lingkungan menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman plankton dan bentos di sekitar lokasi
studi secara umum termasuk kategori Sedang. Penilaian ini didasari atas banyaknya aktivitas
di perairan Laut Munse yang berpotensi menurunkan kualitas air laut yang akan berdampak
pada gangguan biota perairan. Aktivitas tersebut adalah aktivitas pelayaran dan nelayan
lainnya.
Menurunnya kualitas air laut dan meningkatnya ceceran limbah padat dan limbah cair
saat pengoperasian Pelabuhan Laut Munseakan mempengaruhi kehidupan biota perairan
termasuk plankton dan bentos. Kekeruhan perairan akan menghambat proses fotosinteis pada
plankton akibat terbatasnya cahaya yang masuk dalam badan perairan laut. Demikian pula

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 15
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

halnya adanya sedimentasi akan menyebabkan tertutupnya permukaan substrat oleh lumpur
sehingga menyebabkan gangguan pada bentos yang hidup pada dasar substrat. Olehnya
maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

J. Migrasi Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Wawonii Timur tahun 2014, sebanyak 3.032 jiwa
dengan kepadatan sebesar 25,3 jiwa/km2. Kelurahan Munse yang merupakan lokasi Pelabuhan
Laut Munse merupakan Desa/kelurahan yang terpadat di wilayah Kecamatan Wawonii Timur.
Berdasarkan kualitas lingkungan awal dari aspek kependudukan Kecamatan Wawonii Timur
khususnya Kelurahan Munse tanpa adanya Pelabuhan Laut Munse (Rona Lingkungan Awal,
RLA) dinilai Sedang. Keadaan penduduk Kecamatan Wawonii Timur khususnya Kelurahan
Munse yang akan datang tanpa kegiatan tersebut akan tetap padat, sehingga kualitas
lingkungan dari aspek kependudukan Kecamatan Wawonii Timur khususnya Kelurahan Munse
akan datang tetap dinilai Sedang (skala 3).
Rekruitmen tenaga kerja operasional pelabuhan khusus tenaga ahli kepelabuhanan
akan didatangkan dari luar Kecamatan Wawonii Timur. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
migrasi penduduk sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk di Kecamatan Wawonii
Timur. Namun jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan tersebut berjumlah 10 orang, sehingga
kondisi kependudukan yang akan datang dengan adanya kegiatan rekruitmen tenaga kerja
operasional pelabuhan dinilai tetap Sedang, sehingga dampak yang terjadi adalah tidak ada
dampak terjadi.

K. Kesempatan Kerja
Kegiatan pengoperasian dan perawatan pelabuhan akan berdampak pada penyerapan
tenaga kerja lokal sehingga akan terbuka kesempatan kerja baru masyarakat disekitar lokasi
studi. Kegiatan ini akan menyerap sekitar 95 orang tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja
ahli kepelabuhanan, mandor dan buruh pelabuhan.
Pada tahun 2020, saat mulai pengoperasian Pelabuhan Laut Munse, diperkirakan ada
penambahan penduduk yang bekerja sebanyak 95 orang. Dengan penambahan ini maka
mulai Tahun 2019, terjadi peningkatan Tingkat Kesempatan Kerja. Berdasarkan hal ini
kesempatan kerja dinilai Baik. Dengan demikian dampak yang terjadi adalah Positif.

L. Kesempatan Berusaha
Berdasarkan kualitas lingkungan awal (Rona Lingkungan Awal, RLA) dari aspek
kesempatan berusaha menunjukan bahwa warung/kios di sekitar wilayah pembangunan
Pelabuhan Laut di Kelurahan Munse hanya sedikit yang kemudian dinilai Sedang.
Kesempatan berusaha masyarakat terjadi akibat rekruitmen tenaga kerja operasional,
dan operasional Pelabuhan Laut Munse. Kesempatan berusaha ini terjadi karena
meningkatnya pengguna/ pengunjung serta penumpang Pelabuhan Laut Munse. Kesempatan
berusaha ini berupa terbukanya kios-kios pinggir jalan, warung makan, penjualan eceran BBM

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 16
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

serta usaha bengkel motor/mobil. Kondisi kesempatan berusaha masyarakat yang akan
datang akibat adanya kegiatan rekruitmen tenaga kerja operasional, dan operasional
Pelabuhan Laut Munse diperkirakan menjadi Sangat Baik berdampak positif.

M. Pendapatan Masyarakat
Penghasilan rata-rata masyarakat sekitar Rp.1.500.000 per bulan atau Rp.18.000.000
per tahun. Bila hal ini dikonversi kedalam kebutuhan hidup layak (KHL) yang dinyatakan
sebesar 1 ton setara beras/kapita/tahun (harga beras di Konawe Kepulauan Rp. 8000/kg),
maka penghasilan masyarakat ini hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak
sebanyak 2 orang dalam satu rumah tangga per tahun. Dengan demikian skala kualitas
lingkungan awal dari aspek tingkat pendapatan masyarakat (Rona Lingkungan Awal, RLA)
dinyatakan Sedang. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Kepulauan
tahun 2012 mengalami peningkatan, mencapai sebesar 7,6%, sehingga diperkirakan bahwa
pada tahun-tahun yang akan datang, pertumbuhan ekonomi ini meningkat dan akan
berimplikasi kepada peningkatan pendapatan masyarakat.
Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha pada tahap operasional Pelabuhan Laut
Munse berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Kondisi pendapatan
masyarakat yang akan datang akibat adanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
naik menjadi Sangat baik berdampak positif.

N. Keresahan Masyarakat
Masyarakat sangat toleran dan saling menghargai satu sama lain dan budaya gotong
royong terbina dengan baik. Bila hal ini dipandang sebagai aspek keresahan masyarakat,
maka skala kualitas lingkungan awal dari (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinyatakan Sangat
Baik. Kondisi ini akan tetap Sangat Baik pada tahun-tahun yang akan datang, karena
terjaganya proses asosiasi dan terjaganya adat istidat serta menjunjung tinggi nilai dan norma
yang berlaku di Kecamatan Wawonii Timur.
Mekanisme rekruitmen tenaga kerja operasi yang tidak transparan dapat menimbulkan
keresahan masyarakat, begitu halnya pengelolaan dampak yang tidak tepat pada kegiatan
pengoperasian pelabuhan juga dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Hasil survey
menunjukan bahwa ada 20% responden dari 30 orang responden menyatakan kurang dan
tidak setujuannya atas pembangunan Pelabuhan Laut Munse. Hal ini dapat menjadi pemicu
timbulnya keresahan masyarakat. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan
ini berlangsung.

O. Sikap dan Persepsi Masyarakat


Hasil survey atau wawancara masyarakat, menunjukan bahwa 80% responden dari 30
orang responden menyatakan setuju dengan rencana pembangunan Pelabuhan Laut Munse.
Hal ini dapat dipandang bahwa sikap dan persepsi masyarakat Kecamatan Wawonii Timur
terkait rencana pembangunan Pelabuhan Laut Munse bernilai positif. Berdasarkan kualitas

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 17
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

lingkungan awal (Rona Lingkungan Awal, RLA) dari aspek sikap dan persepsi masyarakat, hal
ini dinilai Sangat Baik. Kondisi ini akan tetap Sangat Baik pada tahun-tahun yang akan datang,
karena terjaganya proses asosiasi dan terjaganya adat istidat serta menjunjung tinggi nilai
dan norma yang berlaku di Kecamatan Wawonii Timur.
Kegiatan Rekruitmen tenaga kerja operasional, pengoperasian dan perawatan
Pelabuhan Laut Munse akan berdampak pada perubahan sikap dan persepsi masyarakat.
Penurunan kualitas lingkungan, gangguan transportasi dan gangguan kesehatan, menjadi
pemicu sikap dan persepsi negatif masyarakat. Namun dengan lancarnya transportasi
pelabuhan laut dapat menumbuhkan nilai perekonomian masyarakat, hal ini dapat menjadi
pemicu sikap dan persepsi posisif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan
ini berlangsung.

P. Sanitasi Lingkungan
Hasil survey untuk kesehatan lingkungan masyarakat, menunjukan bahwa sumber-
sumber air bersih yang digunakan masyarakat, 89,70% responden menggunakan mata air
sebagai sumber air bersih, dan 10,30% responden menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. untuk tahun 2014 sebanyak 34,81 persen rumah tangga menggunakan jamban
sendiri, 1,81 persen menggunakan jamban bersama dan 63,38 persen menggunakan bukan
jamban. Untuk pembuangan sampah, hasil survey menunjukkan bahwa 75% dari 80
responden memiliki tempat pembuangan sampah dan memenuhi persyaratan. Dengan
demikian kualitas lingkungan awal dari aspek sanitasi lingkungan (Rona Lingkungan Awal,
RLA) dinilai Baik.
Penurunan sanitasi lingkungan diperkirakan terjadi akibat kegiatan pengoperasian
pelabuhan. Meningkatkan sampah penumpang/pengunjung pelabuhan (limbah padat) dan
ceceran limbah cair diprakirakan akan berpotensi menurunkan sanitasi lingkungan baik disisi
pelataran pelabuhan maupun diperairan laut Munse. Dengan demikian maka akan terjadi
penurunan kualitas lingkungan aspek sanitasi dari Baik turun menjadi Jelek, sehingga dampak
yang terjadi adalah Negatif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini
berlangsung.

Q. Potensi Terjadinya Penyakit


Hasil survey atau wawancara dengan masyarakat, terkait dengan jenis penyakit yang
pernah diderita masyarakat, menunjukan bahwa: 44% responden pernah menderita penyakit
demam, influenza, flu dan batuk, 41% responden pernah menderita gangguan
pernapasanserta 4% responden pernah menderita DBD. Sementara itu untuk pola hidup
bersih dan sehat masyarakat menunjukan bahwa dari 30 responden, 100% responen mandi
dua kali sehari, 86,48% responen makan teratur (2 kali sehari), 89,04% tidur dengan rata-
rata 7-8 jam sehari, 78,93% konsumsi serat setiap hari. Dengan demikian kualitas lingkungan
awal dari aspek potensi terjadinya penyakit (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinilai Baik.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 18
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Gangguan kesehatan merupakan dampak dari menurunnya sanitasi lingkungan,


menurunnya kualitas udara dan peningkatan kebisingan di sekitar Pelabuhan Laut Munse.
Dampak ini diprakirakan akan terjadi pada kegiatan pengoperasian Pelabuhan Laut Munse.
Potensi terjadinya penyakit ini berupa ISPA, iritasi mata dan gannguan pendengaran. Dampak
ini dapat dirasakan oleh masyarakat yang bermukim disekitar Pelabuhan Laut Munse dan
masyarakat pengguna/pengunjung Pelabuhan Laut Munse. Olehnya maka dampak ini perlu
dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.

4.4. INSTITUSI PENGELOLA DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP


Institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup melibatkan berbagai institusi
yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup yang
akan (1) melakukan/melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan
lingkungan hidup, (2) melakukan pengawasan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan
lingkungan hidup, dan (3) menerima laporan atas hasil pelaksanaan komitmen pengelolaan
lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan lingkup tugas instansi
yang bersangkutan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo IV - 19

Anda mungkin juga menyukai