B. Keresahan Masyarakat
Kebersamaan masyarakat di Kelurahan Munse menjadi budaya dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Masyarakat sangat toleran dan saling menghargai satu sama lain
sehingga jarang terjadi konflik. Dengan demikian skala kualitas lingkungan awal dari aspek
keresahan masyarakat (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinyatakan Sangat Baik. Kondisi ini akan
tetap pada tahun-tahun yang akan datang, karena terjaganya proses asosiasi dan terjaganya
adat istiadat serta menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku di Kecamatan Wawonii
Timur.
Dari hasil observasi dan wawancara masyarakat, 20% responden menyatakan ketidak
setujuannya atas pembangunan Pelabuhan Laut Munse, hal ini dinilai rendah. Namun
demikian ketidak setujuan masyarakat ini dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Dengan
demikian kegiatan pembebasan lahan dapat menurunkan skala lingkungan keresahan
masyarakat. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.
CO yang akan datang tetap meningkat. Sehingga kualitas lingkungan untuk parameter udara
yang akan datang turun.
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan
fasilitas penunjang dapat menurunkan kualitas udara. Pada kegiatan-kegiatan ini
menggunakan kendaraan truk dan alat berat seperti bulldozer dan escavator, serta peralatan
konstruksi lainnya. Kendaraan dan peralatan ini berpotensi meningkatkan SO2, NO2, dan CO
yang diemisikan dari mesin kendaraan dan alat berat tersebut. Prediksi peningkatan
konsentrasi SO2, NO2, dan CO akibat kendaraan truk, bulldozer dan escavator dengan
menggunakan model Gauss, disajikan pada Tabel IV-1.
Tabel IV-1
Konsentrasi Parameter Kualitas Udara Yang Diemisikan Alat Berat
Konsentrasi Polutan Pemaparan 1 jam (µg/Nm 3)
No Alat Berat Jarak 50 Meter Jarak 100 Meter Jarak 500 Meter
SO2 CO NO2 SO2 CO NO2 SO2 CO NO2
1 Truck (4 Unit) 2,013 6,570 3,082 0,908 2,963 1,390 0,143 0,466 0,219
2 Bulldozer (2 Unit) 1,345 4,389 2,059 0,607 1,980 0,929 0,095 0,312 0,146
3 Excavator (1 Unit) 1,302 4,248 1,993 0,587 1,916 0,899 0,092 0,302 0,141
Jumlah 4,660 15,207 7,134 2,102 6,859 3,218 0,331 1,079 0,506
Sumber : Olahan Data, 2016
Berdasarkan Tabel IV-1, menunjukan bahwa akibat aktivitas alat berat konsentrasi
SO2, NO2, dan CO mengalami peningkatan terutama pada jarak 50 meter dari sumber.
Berdasarkan hal ini maka dengan aktivitas kendaraan truk dan alat berat seperti bulldozer dan
escavator, serta peralatan konstruksi lainnya. Olehnya maka maka dampak ini perlu dikelola
pada saat kegiatan ini berlangsung.
B. Kebisingan
Pengukuran tingkat kebisingan rona awal dilakukan di 2 (dua) lokasi, yaitu di Jalan
Utama dan di Lokasi Kegiatan. Tingkat kebisingan di Jalan Utama Munse sebesar 30 dB(A)
dan tingkat kebisingan di rencana lokasi kegiatan sebesar 44,9 dB(A). Hal ini masih dibawah
baku mutu untuk areal perdagangan dan jasa (Kepmen LH no. 48 Tahun 1996). Dengan
demikian berdasarkan kualitas lingkungan awal dari aspek kebisingan saat tanpa kegiatan
mobilisasi peralatan dan material konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan
fasilitas konstruksi, serta tanpa kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas
penunjang.
Dari hasil pengamatan lapangan, menunjukan bahwa tingkat kebisingan yang terukur
ini didominasi dari akibat aktivitas kendaraan bermotor. Pertumbuhan kendaraan di Kabupaten
Konawe Kepulauan sekitar 1,45 % pertahun, maka diprediksi bahwa tingkat kebisingan yang
akan datang akan meningkat.
Tabel IV-2
Prediksi Tingkat Kebisingan Aktivitas Alat Berat dan Kendaraan Angkut
Alat Berat dan Tingkat Tingkat Bising (dBA) pada jarak X dari sumber
No
Kendaraan Bising *) X = 10 m X = 25 m X = 50 m X = 100 m
1 Bulldozer (1 unit) 79.00 69.00 65.02 62.01 59.00
2 Escavator (1 unit) 73.00 66.98 63.00 59.99 56.98
3 Truck (1 unit) 76.00 69.98 66.00 62.99 59.98
Sumber : Hasil Olahan, 2016
Keterangan *) Kendaraan produk Caterpillar
Berdasarkan Tabel IV-2, menunjukan bahwa akibat aktivitas alat berat tingkat bising
mengalami peningkatan terutama pada jarak 10 meter dari sumber. Berdasarkan hal ini maka
dengan aktivitas kendaraan truk dan alat berat seperti bulldozer dan escavator, serta
peralatan konstruksi lainnya. Olehnya maka maka dampak ini perlu dikelola pada saat
kegiatan ini berlangsung.
C. Sedimentasi
Dampak peningkatan sedimentasi ini merupakan dampak turunan dari peningkatan
aliran permukaan dan peningkatan limbah padat dan cair. Salah satu indikator terjadinya
proses sedimentasi adalah tingkat peningkatan padatan tersuspensi (TSS). Dari hasil
pengukuran di perairan laut sekitar lokasi kegiatan pembangunan Pelabuhan Munse
Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa pada titik ukur diperoleh bahwa 42,8-45-6 mg/L.
Hal ini telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan (Kepmen LH No.51 Tahun 2001). Hal
ini juga terbukti dari hasil pemetaan batimetri bahwa di sekitar lokasi kegiatan telah terjadi
nilai positif kontur batimetri disekitar rencana Pelabuhan Munse. Berdasarkan hal ini kualitas
lingkungan awal dari aspek sedimentasi saat tanpa kegiatan penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi serta tanpa kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan
fasilitas penunjang pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan Wawonii Timur Kab. Konawe
Kepulauan (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinilai kategori jelek, dan kondisi yang akan datang
tanpa kegiatan tersebut adalah tetap kategori jelek.
Peningkatan sedimentasi pada kegiatan pembangunan Pelabuhan Munse Kecamatan
Wawonii Timur Kab. Konawe Kepulauan diprediksi diakibatkan dari kegiatan penyiapan lahan,
pembangunan fasilitas konstruksi serta dari kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan, fasilitas
penunjang pembangunan Pelabuhan Munse dan sedimen yang berasal dari aliran sungai
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang (Rona Lingkungan Awal, RLA). Kondisi
kekeruhan, kebauan, sampah dalam air, dan kandungan minyak di perairan laut Munse
sebagai indikator limbah padat dan cair yang akan datang tanpa kegiatan pekerjaan struktur
pelabuhan dan fasilitas penunjang tersebut dapat turun, karena beberapa aktivitas yang
dapat meningkatkan limbah cair di laut.
Pekerjaan konstruksi pelabuhan khususnya kegiatan pekerjaan struktur pelabuhan dan
fasilitas penunjang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan limbah padat dan limbah cair
di sisi darat dan diperairan laut. Limbah padat dapat berasal dari ceceran material konstruksi,
bahan bantu konstruksi misalnya potongan papan, balok dan sebagainya. Sedangkan limbah
cair dapat berasal dari ceceran oli mesin-mesin konstruksi terutama saat pemasangan tiang
pancang di perairan laut. Aktivitas ini dapat meningkatkan kekeruhan, kebauan, sampah
dalam air, dan kandungan minyak di perairan laut. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola
pada saat kegiatan ini berlangsung.
adalah 10 jam yaitu dari jam 07.00 sampai 17.00. Misalkan diasumsikan jumlah truck
pengangkut peralatan dan material konstruksi perjam sebanyak 10 unit maka akan terjadi
peningkatan volume kendaraan truck (Heavy Vehicle) sebanyak 1 unit perjam yang melintasi
jalan Utama Munse. Peningkatan volume kendaraan ini akan meningkatkan gangguan
aksesibilitas dan lalulintas darat terutama jalan Simpang Tiga Lapangan Kel. Munse. Olehnya
maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.
J. Migrasi Penduduk
Kebutuhan tenaga kerja terutama tenaga ahli konstruksi seperti site manager, project
manager, architecture, civil, mechanical dan electrical akan didatangkan dari luar Kecamatan
Wawonii Timur. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya migrasi penduduk sehingga
mengakibatkan kepadatan penduduk di Kecamatan Wawonii Timur.
Berdasarkan data kependudukan (Kecamatan Wawonii Timur dalam Angka, 2015),
menunjukan bahwa penduduk Kecamatan Wawonii Timur tahun 2014, sebanyak 3.032 jiwa
dengan kepadatan sebesar 25,3 jiwa/km 2. Kelurahan Munse yang merupakan lokasi rencana
pembangunan Pelabuhan Laut Munse merupakan Desa/kelurahan yang terpadat di wilayah
Kecamatan Wawonii Timur.
K. Kesempatan Kerja
Kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang akan berdampak pada penyerapan
tenaga kerja lokal sehingga akan terbuka kesempatan kerja baru masyarakat disekitar lokasi
studi. Kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang diperlukan sekitar 70 orang tenaga
kerja.
Sementara itu pada saat konstruksi pembangunan Pelabuhan Laut Munse berlangsung
(kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, serta pada kegiatan
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang) yang direncanakan pada tahun 2017
sampai tahun 2018. Dengan penambahan ini maka pada Tahun 2018-2019, terjadi
peningkatan Tingkat Kesempatan Kerja. Berdasarkan hal ini kesempatan kerja dinilai Baik .
Dengan demikian dampak yang terjadi adalah Positif.
L. Kesempatan Berusaha
Adanya tenaga kerja konstruksi pada kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi
akan menimbulkan dampak lanjutan berupa terbukanya kesempatan berusaha bagi penduduk
lokal untuk menyediakan berbagai kebutuhan para buruh bangunan selama konstruksi
pembangunan Pelabuhan Laut Munse, terutama untuk pemondokan, kios dan warung kopi
serta warung makan. Dari hasil observasi lapangan menunjukan bahwa di di sekitar wilayah
pembangunan pelabuhan laut di Kelurahan hanya terlihat sedikit unit kios disekitar lokasi.
Tenaga kerja yang diperlukan pada tahap konstruksi pembangunan Pelabuhan Laut
Munse sekitar 70 orang. Perkiraan jumlah usaha baru yang akan muncul diprakirakan dengan
asumsi perhitungan 1 warung/kios mampu melayani penduduk sebanyak 10 orang, maka
adanya penambahan tenaga kerja sebanyak 70 tenaga kerja akan berdampak pada
penambahanwarung/kios minimal 7 usaha baru di sekitar areal pembangunan Pelabuhan Laut
Munse. Dengan demikian kondisi kesempatan berusaha masyarakat yang akan datang akibat
adanya kegiatan penerimaan tenaga kerja akanmenjadi Baik. Dengan demikian dampak yang
terjadi adalah Positif Kecil.
M. Pendapatan Masyarakat
Dampak lanjut yang dapat timbul dari kesempatan kerja pada rangkaian kegiatan
tahap konstruksi dan adanya kesempatan berusaha ini berdampak positif terhadap
N. Keresahan Masyarakat
Kebersamaan masyarakat di Kelurahan Munse menjadi budaya dengan masyarakat
lainnya. Masyarakat sangat toleran dan saling menghargai satu sama lain dan budaya gotong
royong terbina dengan baik. Kondisi ini akan tetap Sangat Baik pada tahun-tahun yang akan
datang, karena terjaganya proses asosiasi dan terjaganya adat istidat serta menjunjung tinggi
nilai dan norma yang berlaku di Kecamatan Wawonii Timur.
Mekanisme rekruitmen tenaga kerja konstruksi yang tidak transparan dapat
menimbulkan keresahan masyarakat, begitu halnya pengelolaan dampak yang tidak tepat
pada kegiatan penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta pengelolaan
dampak yang tidak tepat pada kegiatan pekerjaan struktur dan fasilitas penunjang juga dapat
menimbulkan keresahan masyarakat. Hasil survey menunjukan bahwa ada 20% responden
dari 30 orang responden menyatakan kurang setuju dan tidak setuju atas pembangunan
Pelabuhan Laut Munse. Hal ini dapat menjadi pemicu timbulnya keresahan masyarakat.
Dengan demikian, rekruitmen tenaga kerja konstruksi, kegiatan penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi serta kegiatan pekerjaan struktur dan fasilitas penunjang
Pelabuhan Laut Munse diprediksi menurunkan skala lingkungan keresahan masyarakat
menjadi Baik (skala 4). Dengan demikian dampak yang terjadi, olehnya maka dampak ini
perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.
P. Sanitasi Lingkungan
Hasil survey untuk kesehatan lingkungan masyarakat, menunjukan bahwa sumber-
sumber air bersih yang digunakan masyarakat, 89,70% responden menggunakan mata air
sebagai sumber air bersih, dan 10,30% responden menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. untuk tahun 2014 sebanyak 34,81 persen rumah tangga menggunakan jamban
sendiri, 1,81 persen menggunakan jamban bersama dan 63,38 persen menggunakan bukan
jamban. Untuk pembuangan sampah, hasil survey menunjukkan bahwa 75% dari 30
responden memiliki tempat pembuangan sampah dan memenuhi persyaratan. Dengan
demikian kualitas lingkungan awal dari aspek sanitasi lingkungan (Rona Lingkungan Awal,
RLA) dinilai Baik, dan kondisi sanitasi lingkungan yang akan datang tanpa adanya proyek
pembangunan Pelabuhan Laut Munse diperkirakan tetap yaitu dinilai Baik.
Penurunan sanitasi lingkungan diperkirakan terjadi akibat kegiatan penyiapan lahan
dan pembangunan fasilitas konstruksi serta akibat kegiaatan pekerjaan struktur pelabuhan
dan fasilitas penunjang lainnya. Meningkatkan kadar debu, dan tumpukan limbah sisa-sisa
konstruksi (limbah padat) dan ceceran limbah cair diprakirakan akan berpotensi menurunkan
sanitasi lingkungan. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini
berlangsung.
dua kali sehari, 86,48% responen makan teratur (2 kali sehari), 89,04% tidur dengan rata-
rata 7-8 jam sehari, 78,93% konsumsi serat setiap hari.
Potensi terjadinya penyakit, diperkirakan terjadi akibat kegiatan mobilisasi peralatan
dan material konstruksi, penyiapan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi serta
pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang Pelabuhan Laut Munse. Gas-gas buang
kendaraan yang diemisikan dari asap kendaraan, alat berat dan mesin konstruksi serta
meningkatnya kadar debu ini diprakirakan akan berpotensi terjadinya penyakit yang diderita
pekerja dan warga masyarakat di sekitarnya misalnya iritasi mata dan gangguan Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Selain itu meningkatnya kebisingan dari mesin-mesin
kendaraan dan alat berat serta mesin konstruksi akan menyebabkan gangguan pendengaran
masyarakat sekitar. Berdasarkan hal ini, maka potensi terjadinya penyakit yang akan datang
akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi, penyiapan lahan dan
pembangunan fasilitas konstruksi serta pekerjaan struktur pelabuhan dan fasilitas penunjang
Pelabuhan Laut Munse berdampak Negatif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat
kegiatan ini berlangsung.
B. Kebisingan
Tingkat kebisingan rona awal di 2 (dua) lokasi, yaitu di Jalan Utama sebesar 30 dB(A)
dan tingkat bising di Lokasi pelabuhan sebesar 44,9 dB(A). Hal ini masih dibawah baku mutu
untuk areal perdagangan dan jasa (Kepmen LH no. 48 Tahun 1996).
Gangguan kebisingan pada tahap operasi diperkirakan terjadi akibat kegiatan
pengoperasian pelabuhan. Pengoperasian pelabuhan akan meningkatkan jumlah kendaraan
terutama kendaraan yang keluar-masuk kawasan pelabuhan. Peningkatan volume kendaraan
ini juga akan meningkatkan kebisingan. Akibat aktivitas kendaraan tingkat bising mengalami
peningkatan terutama pada jarak 10 meter dari sumber. Berdasarkan hal ini maka dengan
aktivitas kendaraan kualitas lingkungan parameter kebisingan berdampak negatif.
C. Sedimentasi
Salah satu indikator sedimentasi adalah tingkat peningkatan padatan tersuspensi
(TSS). Dari hasil pengukuran di perairan laut sekitar lokasi kegiatan pembangunan Pelabuhan
Munse Kecamatan Wawonii Timur diperoleh bahwa 42,8-45-6 mg/L. Hal ini telah melampaui
baku mutu yang dipersyaratkan (Kepmen LH No.51 Tahun 2001).
Peningkatan limbah padat dan limbah cair yang tercecer di perairan laut Munse akan
mengakibatkan peningkatan sedimentasi. Ceceran limbah padat dan limbah cair ini bersumber
dari pengguna pelabuhan/penumpang, baik dari kapal penumpang (jet voil) maupun dari
kapal barang (peti kemas). Dengan demikian kondisi sedimentasi yang akan datang dengan
adanya kegiatan pengoperasian pelabuhan menjadi Sangat Jelek akibat dari peningkatan
limbah padat dan limbah cair dari pengunjung dan pengguna pelabuhan. Olehnya maka
dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.
perawatan pelabuhan berdampak negatif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat
kegiatan ini berlangsung.
halnya adanya sedimentasi akan menyebabkan tertutupnya permukaan substrat oleh lumpur
sehingga menyebabkan gangguan pada bentos yang hidup pada dasar substrat. Olehnya
maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini berlangsung.
J. Migrasi Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Wawonii Timur tahun 2014, sebanyak 3.032 jiwa
dengan kepadatan sebesar 25,3 jiwa/km2. Kelurahan Munse yang merupakan lokasi Pelabuhan
Laut Munse merupakan Desa/kelurahan yang terpadat di wilayah Kecamatan Wawonii Timur.
Berdasarkan kualitas lingkungan awal dari aspek kependudukan Kecamatan Wawonii Timur
khususnya Kelurahan Munse tanpa adanya Pelabuhan Laut Munse (Rona Lingkungan Awal,
RLA) dinilai Sedang. Keadaan penduduk Kecamatan Wawonii Timur khususnya Kelurahan
Munse yang akan datang tanpa kegiatan tersebut akan tetap padat, sehingga kualitas
lingkungan dari aspek kependudukan Kecamatan Wawonii Timur khususnya Kelurahan Munse
akan datang tetap dinilai Sedang (skala 3).
Rekruitmen tenaga kerja operasional pelabuhan khusus tenaga ahli kepelabuhanan
akan didatangkan dari luar Kecamatan Wawonii Timur. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
migrasi penduduk sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk di Kecamatan Wawonii
Timur. Namun jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan tersebut berjumlah 10 orang, sehingga
kondisi kependudukan yang akan datang dengan adanya kegiatan rekruitmen tenaga kerja
operasional pelabuhan dinilai tetap Sedang, sehingga dampak yang terjadi adalah tidak ada
dampak terjadi.
K. Kesempatan Kerja
Kegiatan pengoperasian dan perawatan pelabuhan akan berdampak pada penyerapan
tenaga kerja lokal sehingga akan terbuka kesempatan kerja baru masyarakat disekitar lokasi
studi. Kegiatan ini akan menyerap sekitar 95 orang tenaga kerja yang terdiri dari tenaga kerja
ahli kepelabuhanan, mandor dan buruh pelabuhan.
Pada tahun 2020, saat mulai pengoperasian Pelabuhan Laut Munse, diperkirakan ada
penambahan penduduk yang bekerja sebanyak 95 orang. Dengan penambahan ini maka
mulai Tahun 2019, terjadi peningkatan Tingkat Kesempatan Kerja. Berdasarkan hal ini
kesempatan kerja dinilai Baik. Dengan demikian dampak yang terjadi adalah Positif.
L. Kesempatan Berusaha
Berdasarkan kualitas lingkungan awal (Rona Lingkungan Awal, RLA) dari aspek
kesempatan berusaha menunjukan bahwa warung/kios di sekitar wilayah pembangunan
Pelabuhan Laut di Kelurahan Munse hanya sedikit yang kemudian dinilai Sedang.
Kesempatan berusaha masyarakat terjadi akibat rekruitmen tenaga kerja operasional,
dan operasional Pelabuhan Laut Munse. Kesempatan berusaha ini terjadi karena
meningkatnya pengguna/ pengunjung serta penumpang Pelabuhan Laut Munse. Kesempatan
berusaha ini berupa terbukanya kios-kios pinggir jalan, warung makan, penjualan eceran BBM
serta usaha bengkel motor/mobil. Kondisi kesempatan berusaha masyarakat yang akan
datang akibat adanya kegiatan rekruitmen tenaga kerja operasional, dan operasional
Pelabuhan Laut Munse diperkirakan menjadi Sangat Baik berdampak positif.
M. Pendapatan Masyarakat
Penghasilan rata-rata masyarakat sekitar Rp.1.500.000 per bulan atau Rp.18.000.000
per tahun. Bila hal ini dikonversi kedalam kebutuhan hidup layak (KHL) yang dinyatakan
sebesar 1 ton setara beras/kapita/tahun (harga beras di Konawe Kepulauan Rp. 8000/kg),
maka penghasilan masyarakat ini hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak
sebanyak 2 orang dalam satu rumah tangga per tahun. Dengan demikian skala kualitas
lingkungan awal dari aspek tingkat pendapatan masyarakat (Rona Lingkungan Awal, RLA)
dinyatakan Sedang. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Konawe Kepulauan
tahun 2012 mengalami peningkatan, mencapai sebesar 7,6%, sehingga diperkirakan bahwa
pada tahun-tahun yang akan datang, pertumbuhan ekonomi ini meningkat dan akan
berimplikasi kepada peningkatan pendapatan masyarakat.
Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha pada tahap operasional Pelabuhan Laut
Munse berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Kondisi pendapatan
masyarakat yang akan datang akibat adanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
naik menjadi Sangat baik berdampak positif.
N. Keresahan Masyarakat
Masyarakat sangat toleran dan saling menghargai satu sama lain dan budaya gotong
royong terbina dengan baik. Bila hal ini dipandang sebagai aspek keresahan masyarakat,
maka skala kualitas lingkungan awal dari (Rona Lingkungan Awal, RLA) dinyatakan Sangat
Baik. Kondisi ini akan tetap Sangat Baik pada tahun-tahun yang akan datang, karena
terjaganya proses asosiasi dan terjaganya adat istidat serta menjunjung tinggi nilai dan norma
yang berlaku di Kecamatan Wawonii Timur.
Mekanisme rekruitmen tenaga kerja operasi yang tidak transparan dapat menimbulkan
keresahan masyarakat, begitu halnya pengelolaan dampak yang tidak tepat pada kegiatan
pengoperasian pelabuhan juga dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Hasil survey
menunjukan bahwa ada 20% responden dari 30 orang responden menyatakan kurang dan
tidak setujuannya atas pembangunan Pelabuhan Laut Munse. Hal ini dapat menjadi pemicu
timbulnya keresahan masyarakat. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan
ini berlangsung.
lingkungan awal (Rona Lingkungan Awal, RLA) dari aspek sikap dan persepsi masyarakat, hal
ini dinilai Sangat Baik. Kondisi ini akan tetap Sangat Baik pada tahun-tahun yang akan datang,
karena terjaganya proses asosiasi dan terjaganya adat istidat serta menjunjung tinggi nilai
dan norma yang berlaku di Kecamatan Wawonii Timur.
Kegiatan Rekruitmen tenaga kerja operasional, pengoperasian dan perawatan
Pelabuhan Laut Munse akan berdampak pada perubahan sikap dan persepsi masyarakat.
Penurunan kualitas lingkungan, gangguan transportasi dan gangguan kesehatan, menjadi
pemicu sikap dan persepsi negatif masyarakat. Namun dengan lancarnya transportasi
pelabuhan laut dapat menumbuhkan nilai perekonomian masyarakat, hal ini dapat menjadi
pemicu sikap dan persepsi posisif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan
ini berlangsung.
P. Sanitasi Lingkungan
Hasil survey untuk kesehatan lingkungan masyarakat, menunjukan bahwa sumber-
sumber air bersih yang digunakan masyarakat, 89,70% responden menggunakan mata air
sebagai sumber air bersih, dan 10,30% responden menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. untuk tahun 2014 sebanyak 34,81 persen rumah tangga menggunakan jamban
sendiri, 1,81 persen menggunakan jamban bersama dan 63,38 persen menggunakan bukan
jamban. Untuk pembuangan sampah, hasil survey menunjukkan bahwa 75% dari 80
responden memiliki tempat pembuangan sampah dan memenuhi persyaratan. Dengan
demikian kualitas lingkungan awal dari aspek sanitasi lingkungan (Rona Lingkungan Awal,
RLA) dinilai Baik.
Penurunan sanitasi lingkungan diperkirakan terjadi akibat kegiatan pengoperasian
pelabuhan. Meningkatkan sampah penumpang/pengunjung pelabuhan (limbah padat) dan
ceceran limbah cair diprakirakan akan berpotensi menurunkan sanitasi lingkungan baik disisi
pelataran pelabuhan maupun diperairan laut Munse. Dengan demikian maka akan terjadi
penurunan kualitas lingkungan aspek sanitasi dari Baik turun menjadi Jelek, sehingga dampak
yang terjadi adalah Negatif. Olehnya maka dampak ini perlu dikelola pada saat kegiatan ini
berlangsung.